laporan kasus contoh

27
LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. TS Umur : 48 tahun Jenis kelamin : Laki - laki Tempat, Tanggal lahir : Makalesung, 22 Agustus 1965 Status perkawinan : Sudah kawin Pendidikan terakhir : Sekolah dasar Pekerjaan : Petani Suku/ Bangsa : Minahasa / Indonesia Agama : Kristen Pantekosta Alamat sekarang : Makalesung, Jl. Strek belakang, Jaga 2 Tanggal MRS : 22 Juli 2014 Cara MRS : Diantar keluarga Tanggal pemeriksaan : 25 Juli 2014 Tempat pemeriksaan : Bangsal Waraney RS Prof. dr. V. L. Ratumbuysang II. RIWAYAT PSIKIATRIK 1

Upload: apriyanto-jacob

Post on 25-Dec-2015

37 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

laporan kasus kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: laporan kasus contoh

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. TS

Umur : 48 tahun

Jenis kelamin : Laki - laki

Tempat, Tanggal lahir : Makalesung, 22 Agustus 1965

Status perkawinan : Sudah kawin

Pendidikan terakhir : Sekolah dasar

Pekerjaan : Petani

Suku/ Bangsa : Minahasa / Indonesia

Agama : Kristen Pantekosta

Alamat sekarang : Makalesung, Jl. Strek belakang, Jaga 2

Tanggal MRS : 22 Juli 2014

Cara MRS : Diantar keluarga

Tanggal pemeriksaan : 25 Juli 2014

Tempat pemeriksaan : Bangsal Waraney RS Prof. dr. V. L. Ratumbuysang

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Riwayat psikiatri diperoleh dari catatan medik, autoanamnesis dan aloanamnesis

pada tanggal 25 Juli 2014 di ruangan waraney RS Prof. dr. V. L. Ratumbuysang. Dengan

keluhan utama : pasien bercertita sendiri, tidak nyambung, dan sering pergi ke kebun

orang lain dan mengaku kebun sendiri.

1

Page 2: laporan kasus contoh

Riwayat gangguan sekarang

Autoanamnesis :

Pasien sulit diajak berkomunikasi, lebih banyak diam, senyum-senyum sampai

tertawa sendiri dan hanya menganggukkan kepala ketika ditanya. Sehingga untuk

anamnesa lebih dalam dilakukan aloanamnesis.

Aloanamnesis:

Pasien pertama kali dirawat di RS Prof. dr. V. L. Ratumbuysang 20 tahun yang

lalu karena masalah kejiwaannya yang sama. Terakhir kali pasien dirawat di RS Prof. dr.

V. L. Ratumbuysang bulan april 2013, saat keluar RS bulan april pasien sudah

menunjukan tanda kesembuhan, namun pasien sering menolak minum obat di rumah.

Pasien kemudian bertingkah aneh kembali sekitar satu bulan lalu. Pasien sering

bertingkah aneh seperti bercertita sendiri, jika di ajak bercerita sering tidak nyambung,

lebih banyak diam, senyum-senyum sampai tertawa sendiri, sulit tidur, sering pergi ke

kebun orang lain dan mengaku bahwa kebun tersebut miliknya. Melihat keadaan ini,

keluarga pasien membawanya ke RS Prof. dr. V. L. Ratumbuysang untuk dirawat.

Faktor Stressor Psikososial :

Pasien merupakan anak ke 4 dari 6 bersaudara. Ia dekat dengan ayahnya dan

semua anggota keluarga juga perhatian bahkan melindungi dirinya dan yang paling dekat

adalah kakak laki-laki pasien. Sejak lahir pasien dibesarkan dalam keluarga yang

sederhana. Saat pasien mulai beranjak remaja, orang tuanya bercerai sehingga ia harus

ikut ibunya tinggal di pulau dan hidup berkekurangan. Ketika kelas 6 SD pasien sering

dikerjai di sekolahnya, dan pernah di pukul oleh teman sekelasnya, sehingga pasien tidak

mau lagi pergi ke sekolah. Saat masuk masa remaja, ibunya sibuk bekerja dan

menyerahkan tanggung jawab mengasuh pasien pada nenek pasien.

2

Page 3: laporan kasus contoh

C. Riwayat gangguan sebelumnya.

1. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya.

Menurut rekam medis sebelumnya pasien sudah pernah dirawat di R.S. Prof.

V.L. Ratumbuysang sejak 20 tahun yang lalu, dengan keluhan bicara tidak masuk

akal, marah-marah, sulit tidur, dan sering jalan sendiri tanpa tujuan. Pasien

mengalami perbaikan saat diterapi di Rumah sakit tetapi saat di rumah pasien sering

menolak untuk minum obat sehingga gejalanya sering kambuh.

2. Riwayat gangguan medis.

Pasien masuk rumah sakit dalam keadaan sedikit lemah. Riwayat infeksi otak,

cedera kepala, malaria tidak pernah dialami pasien. Riwayat digigit binatang berbisa

juga tidak pernah.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif.

Pasien tidak pernah meminum obat selain yang diberikan dokter. Pasien

merokok dan meminum alkohol sejak muda hingga sekarang namun sudah mulai

berkurang 5 tahun terakhir.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat prenatal dan perinatal.

Pasien lahir normal di rumah dibantu oleh biang kampung. Saat lahir langsung

menangis, dengan berat lahir 2900 gram. Pasien anak keempat dari enam bersaudara.

Ayah pasien sangat perhatian pada kehamilan ibu pasien sehingga sering mengikuti

kemauan dari ibu pasien selama hamil.

3

Page 4: laporan kasus contoh

2. Riwayat masa kanak awal (usia 1 – 3 tahun)

Tidak terdapat penyakit psikiatrik pada kedua orang tua anak. Hubungan

pasien dengan keluarga baik. Perkembangan pasien sesuai usianya. Pada usia 2 tahun,

pasien sudah bisa mengucapkan kalimat-kalimat tapi kurang dapat dimengerti.

3. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4 – 11 tahun)

Penderita tumbuh dan berkembang dengan normal. Di usia 6 tahun ibu

penderita mendaftarkannya di sekolah dasar. Pasien merupakan anak yang cukup

pintar di sekolahnya. Namun pasien sering dikerjai oleh teman-temannya dan pernah

dipukul oleh teman sekelasnya sehingga pasien takut untuk pergi ke sekolah. Di usia

11 tahun, pasien tamat di sekolah dasar tapi tidak melanjutkan ke SMP karena

masalah ekonomi keluarga.

4. Riwayat masa kanak akhir dan remaja

Pada masa ini, pasien lebih banyak membantu kedua orangtuanya bekerja di

kebun sehingga waktu pasien untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya lebih

sedikit.

5. Riwayat masa dewasa

a. Riwayat pendidikan

Pasien hanya bersekolah sampai bangku SD, karena keadaan ekonomi

yang kurang mampu untuk lanjut ke SMP.

b. Riwayat pekerjaan

Pasien bekerja sebagai petani.

c. Riwayat psikoseksual

Pasien anak yang tidak begitu banyak bergaul semasa mudanya,

sehingga tidak mempunyai pacar.

4

Page 5: laporan kasus contoh

d. Riwayat perkawinan

Pasien menikah pada saat umur 24 tahun dengan wanita sekampung

dengannya.

e. Kehidupan beragama

Pasien seorang yang beragama Kristen Pantekosta , pergi gereja agak

jarang, hanya ketika ada waktu. Apalagi setelah pasien sakit, pasien hampir

tidak pernah pergi lagi ke gereja.

f. Aktifitas sosial

Hubungan pasien dengan tetangga sekitar rumahnya cukup baik,

walaupun tidak cukup dekat.

g. Riwayat pelanggaran hukum

Pasien tidak pernah terlibat kasus pelanggaran hukum selama

hidupnya.

h. Situasi kehidupan sekarang

Pasien sekarang masih berada di ruang Waraney RS. Prof. Dr. V. L.

Ratumbuysang. Istri, saudara, anak-anak dan cucunya secara bergantian

menjaga pasien di rumah sakit. Biaya hidup pasien di rumah sakit ditanggung

oleh keluarga pasien.

Pasien tinggal dirumahnya di Makalesung. Bentuk rumah sederhana,

rumah semi permanen 1 lantai. Terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu

sekaligus ruang makan dan wc. Perabotan rumah seadanya. Air yang dipakai

sehari-hari dari sumur.

5

WC Dapur KT

Ruang Tamu KT

Page 6: laporan kasus contoh

i. Riwayat keluarga.

Orang tua pasien sudah meninggal. Pasien tinggal dengan istrinya di

Makalesung. Kedua anak lelakinya sudah menikah dan tinggal terpisah

bersama keluarganya masing-masing.

SILSILAH KELUARGA / GENOGRAM

j. Riwayat Penyakit dahulu

Tidak ada.

k. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

- Pasien ingin pulang ke rumahnya di Makalesung, untuk kembali pergi

berkebun.

I. PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS

A. Deskripsi umum

1) Penampilan

Seorang laki-laki, penampilan sesuai dengan usia (usia 40an), kulit hitam manis,

penampilan tidak rapi menggunakan kaos agak robek-robek dan celana pendek

warna merah dan tidak memakai sandal, kuku tangan dan kuku kaki kurang

terawat, dan rambut pendek tidak disisir. Ekspresi wajah tidak baik.

6

Page 7: laporan kasus contoh

2) Perilaku dan aktivitas psikomotor

Selama wawancara, pasien duduk tenang. Pasien dapat merespon saat diucapkan

salam, pasien sulit untuk diajak berkomunikasi, ketika ditanya pasien menjawab

spontan dan seringkali tidak masuk akal, kadang-kadang pasien tertawa sendiri

ketika ditanya. Pasien ketika berbicara sering menghadap ke bawah sambil

melipat-lipat bajunya. Pasien tidak menghindari kontak mata dan perhatian pasien

tidak mudah terpengaruh oleh sekitar.

3) Sikap terhadap pemeriksa

Pasien cukup kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan. Namun jawabannya

seringkali tidak sesuai dengan pertanyaan.

B. Mood dan Afek

1) Mood : Eutimia

2) Afek : Tidak sesuai

C. Karakteristik bicara

Kualitas : Artikulasi jelas, volume pelan dan intonasi jelas. Pasien

merespon saat dipanggil namanya.

Kuantitas : Menjawab sering tidak sesuai pertanyaan.

Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa.

D. Gangguan persepsi

Ada riwayat gangguan persepsi halusinasi auditorik berdasarkan rekam medik.

E. Pikiran

1) Arus pikiran : Inkoheren

2) Isi pikir : Waham (-)

F. Kesadaran dan fungsi kognitif

1) Tingkat kesadaran : compos mentis

7

Page 8: laporan kasus contoh

Orientasi

- Orientasi waktu : Baik. Pasien dapat membedakan siang dan malam

- Orientasi tempat : Baik. Pasien mengetahui bahwa dirinya berada di RS

- Orientasi orang : Baik. Pasien dapat mengenali orang-orang di sekitarnya

Daya konsentrasi : Cukup

Perhatian : Pada saat wawancara pasien mampu memusatkan

perhatian dan tidak mudah teralih.

2) Daya ingat :

- Jangka panjang : Terganggu. Pasien tidak dapat mengingat sudah

beberapa kali masuk rumah sakit jiwa

- Jangka pendek : Terganggu. Pada saat pemeriksaan pasien tidak bisa

mengingat nama pemeriksa.

- Segera : Terganggu. Pasien tidak dapat mengulang 6 huruf yang

diucapkan oleh pemeriksa.

3) Kemampuan baca dan tulis

Cukup. Pasien dapat menulis namanya dan mampu membaca buku yang ada di

depan pasien namun agak tertatih tatih.

4) Daya nilai

Daya nilai sosial : Baik

Uji daya nilai : Baik

Penilaian realitas : Terganggu

5) Kemampuan menolong diri sendiri

Kurang. Pasien makan harus disuapi dan juga jarang mandi.

6) Tilikan

Derajat IV (tidak menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan)

8

Page 9: laporan kasus contoh

7) Taraf dapat dipercaya

Beberapa hal dapat dipercaya, tetapi beberapa hal masih perlu konfirmasi dengan

keluarga pasien.

II. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Status internus

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital : T : 110/70 mmHg, N :82 /m, R : 22x/m, S : 36,5ºC

Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-

Thoraks : Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : Datar, lemas, peristaltik (+) normal, Hepar/Lien : tidak teraba

Ekstremitas : Edema (-), turgor kembali cepat, akral hangat

B. Status Neurologikus

GCS : E4M6V5

TRM : Tidak ada

Mata : Gerakan normal searah, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+

Pemeriksaan Nervus Kranialis :

a. Nervus Olfaktorius (N.I)

Tidak dilakukan evaluasi

b. Nervus Optikus (N.II)

Tidak dilakukan evaluasi

c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus Abducens

(N.VI)

9

Page 10: laporan kasus contoh

Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan

bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya ke kiri dan ke

kanan).

d. Nervus Trigeminus (N.V)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

e. Nervus Facialis (N.VII)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)

Selama wawancara berlangsung, pasien mampu untuk menjawab beberapa

pertanyaan tidak mengalami penurunan pendengaran. Saat berjalan pasien

terlihat stabil dan tidak terjatuh dengan langkah kecil-kecil.

g. Nervus Glossofaringeus (N.IX)

Tidak dilakukan evaluasi.

h. Nervus Vagus (N.X)

Tidak dilakukan evaluasi.

i. Nervus Aksesorius (N.XI)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menggerakkan

kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi Nervus

Aksesorius pasien dalam keadaan normal.

j. Nervus Hipoglosus (N.XII)

Tidak dilakukan evaluasi

Ekstrapiramidal sindrom : tidak ditemukan ada gejala ekstrapiramidal

C. Pemeriksaan penunjang

Darah rutin : tidak di evaluasi

10

Page 11: laporan kasus contoh

III. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Berdasarkan anamnesis (secara autoanamnesis, aloanamnesis dan beberapa

data diperoleh dari rekam medik) didapatkan pasien laki-laki berumur 48 tahun,

pendidikan terakhir SD, bekerja sebagai petani, agama Kristen Pantekosta, alamat

tempat tinggal di Makalesung, Jl. Strek belakang, Jaga 2. Pasien datang dengan

keluhan bercertita sendiri, jika di ajak bercerita sering tidak nyambung, lebih banyak

diam, senyum-senyum dan tertawa sendiri, jarang tidur, sering pergi ke kebun orang

lain dan mengaku kebun sendiri. Riwayat penyakit sebelumnya, berdasarkan

keterangan pasien dan data yang ada, pasien pertama kali dirawat di R.S. Prof. V.L.

Ratumbuysang sekitar 20 tahun yang lalu. Dengan keluhan bicara tidak masuk akal,

marah-marah, sulit dan tidur. Pasien mengalami perbaikan saat diterapi di Rumah

sakit tetapi saat di rumah pasien menolak untuk minum obat. Sehingga sering keluar

masuk rumah sakit.

Pada pemeriksaan status mental pasien berpenampilan sesuai dengan usianya,

berpakaian tidak rapi. Selama wawancara pasien duduk dengan tenang dan bersikap

cukup kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan, walaupun sering tidak

nyambung dengan artikulasi jelas, volume yang berubah-ubah dan intonasi jelas, serta

dapat melakukan kontak mata dengan pemeriksa.

Pada wawancara didapatkan suasana mood eutimia dan afek tidak sesuai.

Ditemukan adanya riwayat halusinasi auditorik. Arus pikiran ditemukan inkoheren.

Isi pikir tidak ditemukan adanya waham, tetapi gejala yang dialami saat ini sudah

lebih berat daripada sebelumnya. Penilaian realitas terganggu. Tingkat tilikan derajat

IV yakni pasien tidak menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan.

11

Page 12: laporan kasus contoh

IV. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : Skizofrenia Hebefrenik

Aksis II : Tidak ada gangguan kepribadian (mengarah ke ciri kepribadian paranoid)

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah perceraian kedua orang tua dan trauma sosial sejak kecil

Aksis V : GAF Scale current 70-61 Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas

ringan dalam fungsi, secara umum masih baik. GAF HLPY Scale current 80-

71, gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,

pekerjaan dan sekolah, dll.

V. PROBLEM

A. Organobiologi : Tidak terdapat gangguan organobiologi

B. Psikologi : Halusinasi auditorik

C. Lingkungan dan sosial ekonomi : Interaksi dengan keluarga, teman, dan kerabat

sekitar menjadi terganggu. Berkurangnya

pendapatan karena keterbatasan pekerjaan yang

dapat dilakukan.

VI. PERENCANAAN TERAPI

A. Psikofarmaka

1) Risperidon 2 mg 2 x 1 tablet / hari

2) THP ( Trihexyphenidyl) 2 mg 2 x 1 tablet / hari

12

Page 13: laporan kasus contoh

B. Psikoterapi dan intervensi psikososial

Terhadap pasien :

1) Memberikan edukasi dan support terhadap pasien agar memahami

gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul,

serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.

2) Memberikan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan rasa percaya diri,

perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang baik.

3) Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien tidak

merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak

kendur.

Terhadap keluarga

1) Meminta keluarga untuk tetap memastikan pasien tetap berada dalam

pengawasan keluarga.

2) Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan pentingnya peran

keluarga pada perjalanan penyakit.

3) Meminta keluarga untuk tetap memberikan perhatian penuh terhadap pasien

dan mengawasi pasien dalam minum obat

4) Memberikan psiko-edukasi yaitu menyampaikan informasi kepada keluarga

mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk senantiasa memberikan

dukungan selama masa pengobatan.

VII. PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad funsionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

13

Page 14: laporan kasus contoh

VIII. DISKUSI

Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis

ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan Skizofrenia Hebefrenik, yaitu selama

rawat jalan di rumah pasien tidak mau minum obat, bercertita sendiri, jika di ajak bercerita

sering tidak nyambung, lebih banyak diam, senyum-senyum sendiri, jarang tidur, sering

pergi ke kebun orang lain dan mengaku kebun sendiri, pasien sudah pernah sakit seperti

ini di masa lampau dan dirawat di RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang.

Untuk menentukan diagnosis dari skizofrenia hebefrenik, DSM IV dapat

digunakan sebagai pedoman. Menurut DSM IV pedoman diagnostik untuk Skizofrenia

hebefrenik (F20.5) kriteria diagnostik skizofrenia hebefrenik.1

A. Ciri utama skizofrenia tipe hebefrenik adalah pembicaraan kacau, tingkah laku kacau,

dan afek yang datar atau tidak sesuai. Pembicaraan yang kacau dapat disertai

kekonyolan dan tertawa yang tidak erat berkaitan dengan isi pembicaraan.

B. Disorganisasi tingkah laku, misalnya; kurangnya orientasi pada tujuan dapat

membawa pada gangguan yang serius pada berbagai aktifitas hidup sehari-hari. 

C. Tidak memenuhi kriteria untuk tipe katatonik

Pada skizofrenia hebefrenik terdapat adanya gangguan persepsi, isi pikiran, perilaku

dan adanya hendanya dalam bidang sosial sehingga pasien membutuhkan farmakoterapi,

psikoterapi, dan sosioterapi.2,3

Pada pasien ini diberikan Risperidon 2 mg 2 x 1 tablet / hari, THP (Trihexyphenidyl)

2 mg 2x1tablet / hari, Dalam kasus ini pada pasien diberikan Risperidon 2 mg 2x1 /hari

sebagai obat antipsikotik generasi kedua yang direkomendasikan untuk pasien skizofrenia

baik itu yang rawat jalan maupun rawat. Risperidon juga mempunyai efek dengan

persentase terkecil pada kejadian nocturnal enuresis dibandingkan antipsikotik generasi

kedua lainnya.

14

Page 15: laporan kasus contoh

Selain itu juga, diberikan obat trihexyphenidyl 2 mg 2 x 1/hari yaitu golongan obat

anti parkinson. Trihexyphenidyl juga digunakan untuk mengurangi gelisah yang dapat

disebabkan oleh beberapa obat penenang. Selain itu juga edukasi terhadap pasien dan

keluarga perlu di berikan. Untuk pasien agar memahami gangguannya, cara pengobatan,

efek samping yang dapat muncul, kemudian yang penting juga ialah meningkatkan

kesadaran dalam kepatuhan dan keteraturan minum obat.4

Keluarga pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa

penyampaian informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami pasien

serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien

untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan

secara dini. Peran keluarga dekat dalam kasus ini sangat penting, terutama dalam hal

motivasi dan perhatian, sehingga pasien merasa nyaman bila nanti kembali tinggal dalam

keluarganya.

15

Page 16: laporan kasus contoh

WAWANCARA PSIKIATRI

Wawancara dilakukan di ruang bangsal waraney RS.Prof.dr.V.L.Ratumbuysang pada

tanggal 25 juli 2014. Keterangan : A : Pemeriksa , B : Pasien, C : Kakak Pasien.

A : Selamat sore pak

B : Selamat sore dok

A : Perkenalkan kita dokter muda nugraha. Boleh mo tau bapak pe nama sapa?

B : Oh kita pe nama tinus

A : Pak tinus kita mo ba tanya-tanya sadiki ne ?

B : Boleh dok

A : Pak tinus skarang so umur berapa dank?

B : 46 sto dok, sama dengan rossi pe nomor

C : 48 tahun depe umur dok

A : ow, tempat tanggal lahir dimana?

B : di makalesung, mar so lupa depe tanggal

C : 22 agustus 1965 dok dp tanggal lahir

A: bapak agama apa dank?

B: kristen dok mar tpe papa islam

A: kong rajin maso gereja jo ?

B: nyanda jga maso gereja dok, karna nda ada waktu no

A : Pak tinus ada berapa basudara?

B : banyak

C : 6 basudara torang, ini tinus anak ke 4

A : Pa tinus terakhir sekolah apa dank?

B : Cuma jaga pigi sekolah minggu dok

C : Cuma sampe SD dia dok

16

Page 17: laporan kasus contoh

A : Tinggal dimana pa tinus?

C : Di Makalesung, Jl. Strek belakang, Jaga 2

A : Karena apa dang kong maso disini?

C : tinus so jaga ba cerita sendiri kwa dok, kong kalo mo pangge bacarita so nda jaga baku

maso, dia le so nda jaga ta tidor, kong sering ba jalan pa orang pe kebun kpng dia somo

bilang dia punya kata itu kebun.

A : mmm, so mulai dari kapan dank pa tinus mulai jadi bagini ?

C : so beberapa tahun terakhir dok

A : kong so pernah berobat sebelumnya ?

C : sudah dok, ada berobat disini le no mar so lama sekali

A : bapa pernah dengar ad suara-suara jaga ba bise pa bapak

B : ada dok, kadang-kadang

A : kong bapak pe papa dgn mama masih hidup

C : So meninggal kasiang dok

A : Mana bapak pe istri dengn anak-anak dank?

B : da ba jual ikan di pasar dengan mancari tu anak-anak

A : masih tinggal dengan anak-anak?

C : nda, dorang so pindah pas so kaweng

A : Bapak ada sakit-sakit apa dank dulu, selain ini sakit ini?

B : nda ada dok.

A : ini hari apa pak ?

B : hari kamis

A : tanggal ?

B : tanggal 25 juli

A : ini sekarang dimana dank

17

Page 18: laporan kasus contoh

B : rumah kesehatan no dok

A: bapak jaga ba rokok dgn ba minum ?

B: ba rokok ada ba minum ada mar somo berenti

A: kegiatan bapak dri pagi smpe malam dsni ba apa ?

B: bermain, manyanyi

A: ini apa dpe nama cba bapak baca ?

B: DI-AG-NO-SIS

A: bapak plh jokowo ato prabowo ?

B: jokowidodo no

A: berarti bapak tahu lagu indonesia raya ?

B: tahu no

A: coba bapa manyanyi dang

B: ‘menyanyi indonesia raya’

A : bapak klo trng m bale ulang m ba batanya msh boleh to ?

B : boleh no dok

A: msih m kenal to kalo trng m datang ?

B: masih no dok

A: sapa tape nama dang ?

B: itu dang ada ta tulis di papan nama, Nugraha

A : oh io dang makase banyak ne pak bapak istirahat jo dlu ne

B : oke dok sama-sama

18

Page 19: laporan kasus contoh

REFERENSI

1. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorder (4th ed). Washington, DC

2. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of

Psychiatri. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins.

3. Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto. Fakultas Kedokteran Indonesia

Universitas Indonesia. Buku Ajar Psikiatri

4. Dr. Rusdi Maslim, SpKJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa FK Atma Jaya. Jakarta. 2007

19