contoh laporan kasus hidrokel.doc
DESCRIPTION
Laporang kasus hidurokel (diperlukan untuk diskusi atau pleno bagi mahasiswa kedokteran atau sekedar penambah wawasan bagi masyarakat luas tentang penyakit hidrokel)TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
HYDROCELE
KELOMPOK VI
030.09.134 Lailil Indah S.
030.09.136 Lina Pratiwi
030.09.138 M. Evan Ewaldo
030.09.140 Made Ayu I. W. O.
030.09.142 Marco Indrakusumah
030.09.144 Maria Ulfa Noor Alika
030.09.148 Mayandra Mahendrasti
030.09.150 Melissa Rosari Hartono
030.09.152 Meutia Mafira Rindra
030.09.154 Michelle Jansye
030.09.156 M. Fachri Ibrahim
030.09.158 M. Rosaldy
030.09.160 M. Taufik Hidayat
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
18 Oktober 2010
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia, banyak terjadi kasus pembesaran skrotum. Banyak penyakit yang dapat
menyebabkan keadaan seperti pembesaran skrotum. Misalnya pembesaran skrotum akibat
infeksi seperti epididimitis, orkitis, kemudian adapun pembesaran skrotum akibat tumor
testis, torsio testis, varikokel maupun hidrokel.
Salah satu penyebab pembesaran skrotum adalah hidrokel. Hidrokel adalah kumpulan
cairan di dalam ruang potensial di antara kedua lapisan membran tunika vaginalis. Kumpulan
cairan tersebut terbentuk sebagai reaksi terhadap infeksi, tumor maupun trauma, yaitu karena
produksi cairan yang berlebihan oleh testis maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam
funikulus spermatikus. Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam dunikulus spermatikus
terjadi misalnya karena filariasis yang menyumbat saluran limfe.
Umumnya pasien dengan hidrokel, skrotumnya akan membesar dan disertai dengan rasa
berat kadang nyeri bahkan tidak sakit. Diagnosis mengenai penyebab pembesaran skrotum
dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab dan pemeriksaan
penunjang seperti USG dan transiluminasi.
Untuk lebih jelasnya, penjelasan mengenai hidrokel, tipe-tipe hidrokel, patofisiologi
serta cara penanganan hidrokel akan dibahas dalam makalah ini. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi pembaca sekalian.(1)
BAB II
LAPORAN KASUS
KASUS SESI 1
Anda sedang jaga di UGD, datang seorang laki-laki, Tn. B 27 tahun dengan keluhan
scrotumnya membesar, bengkak, kadang nyeri, sudah ± 1 tahun hingga terasa berat. Tidak
pernah hilang, belum pernah berobat. Kemarin naik sepeda terasa nyeri.
KASUS SESI 2
Tuan B Umur : 27 thn
Pekerjaan : tukang ojek
Asal : NTB
Anak : 2
1. Keluhan utama : sejak 2 tahun skrotumnya membesar tidak nyeri dan tidak hilang
hilang
2. Pemeriksaan fisik :
a. Ku : Baik, Tensi 130/80 mmHg, N : 70/m, Pernapasan : 20/m
b. Co2/pulmo : tidak ada kelainan
c. Abdomen : tidak ada kelainan
d. Ekstrimitas : tidak ada kelainan
e. Urogenital : lihat status lokalis
3. Status Lokalis
a. Skrotum kanan membesar +- 10-15 cm
b. Kulit diatas : tidak ada tanda-tanda radang, rata
c. Pada palpasi didapat :
i. Berbentuk buah per/konsistensi elastis
ii. Fluktuasi (+)
iii. Tidak nyeri
iv. Tidak dapat reposisi
v. Testis teraba/tidak teraba
vi. Diafonoskopi (+)
d. Bising usus (-)
e. Penerusan impuls waktu batuk (-)
Status Pasien
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tuan B
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : -
Pekerjaan : Tukang ojek
Alamat : -
Asal : NTB
Pendidikan terakhir : -
Anak : Dua (2)
Tanggal berobat : -
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Sejak dua tahun skrotumnya membesar, tidak nyeri, dan tidak hilang - hilang
Riwayat Penyakit Sekarang : -
Riwayat Penyakit Dahulu : -
Riwayat Alergi : -
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Pengobatan : -
Riwayat Kebiasaan : -
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1. Tanda vital
a. Nadi : 70/menit
b. Tekanan darah : 130/80 mmHg
c. Pernapasan : 20/menit
d. Suhu : -
2. Pengukuran
a. Berat badan : -
b. Tinggi badan : -
c. Lingkar pinggang : -
3. Status Mental
a. Kesadaran : compos mentis
b. Kesan sakit : -
c. Penampilan pasien : -
4. Kulit
5. Kelenjar getah bening
6. Kepala dan wajah
7. Leher, kelenjar thyroid, trachea, vena jugularis eksterna
8. Thorax
a. Jantung : -
b. Pulmo : Tidak ada kelainan
9. Abdomen : Tidak ada kelainan
10. Urogenital : (lihat status lokalis)
11. Genitalia eksterna
12. Anus dan rectum
13. Ekstermitas : Tidak ada kelainan
Status lokalis (regio ingunalis)
Inspeksi
1. Skrotum kanan membesar ±10-15 cm
2. Kulit di atas : tidak ada tanda radang, rata
Palpasi
1. Berbentuk buah peer / konsistensi elastis
2. Fluktuasi (+)
3. Tidak nyeri
4. Tidak dapat direposisi
5. Testis teraba / tak teraba
6. Diafanaskopi (+)
7. Penerusan impuls waktu batuk (-)
Auskultasi
1. Bising usus (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diafanaskopi.
2. Ultrasonografi
V. DIAGNOSIS KERJA
Hidrokel testis derajat V
VI. DIAGNOSIS BANDING
Orchitis
Hernia Inguinalis
VII. PENATALAKSANAAN
Tindakan operasi
VIII. PROGNOSIS
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad sanationem : Dubia ad bonam
3. Ad fungsionem : Bonam
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
ANAMNESIS
Pada anamnesis riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu maupun riwayat
kebiasaan, perlu juga ditanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti dibawah ini untuk menuju
diagnosis kerja
Riwayat Penyakit Sekarang
1. Bagaimana pertama kali menyadari adanya benjolan / pembesaran skrotum?
2. Adakah gejala genitourinarius lain ( misalnya disuria / piuria)?
Disuria / piuria (+) → Epididimitis, Orkitis, Epididimorchitis
3. Adakah gejala sistemik ( misalnya demam, penurunan berat badan, menggigil)?
Demam (+) → Infeksi
Penurunan berat badan → Tumor
4. Adakah gejala penyakit metastatis ( misalnya nyeri punggung, batuk darah)?
Nyeri punggung / batuk darah (+) → Metastatis tumor
5. Bagian manakah yang terasa berat, unilateral / bilateral?
Unilateral → Torsio testis
Bilateral → Tumor
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Apakah pernah mengalami trauma pada skrotum?
2. Apakah pernah mengalami parotitis setelah pubertas?
Parotitis (+) → Orchitis
3. Apakah pernah dipasang kateter sebelumnya?
Jika pernah dipasang kateter kemungkinan mengalami Epididimitis.
Riwayat Kebiasaan
Apakah pasien sering melakukan kegiatan yang berlebihan?
Untuk anamnesis tambahan juga perlu dan penting diketahui riwayat alergi pasien,
riwayat penyakit keluarga, dan riwayat pengobatan
Riwayat Alergi
Apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan atau obat?
Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah di keluarga pasien pernah ada yang menderita penyakit seperti ini?
Riwayat Pengobatan
Obat apa yang pernah pasien minum sebelumnya?
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung rambut
sampai ujung kaki.
Status generalis
Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan nadi 70/menit ini masih dalam batas normal yaitu
60-100/menit. Sedangkan pada tekanan darah ditemukan sístole 130 mmHg dan diástole 80
mmHg ini juga masih dalam batas normal yaitu <140 mmHg untuk sístole dan <90mmHg
untuk diástole. Pada pernapasan juga masih bisa dikatakan normal atau naik sedikit dengan
batas normalnya yaitu 14-18x/menit.
Pada kasus ini, perlu diketahui berat badan, tinggi badan dan lingkar pinggang untuk
mengetahui status gizi pasien tersebut
Pada pemeriksaan status mental, didapat pasien compos mentis. Perlu juga dilihat kesan sakit
pasien dan penampilan pasien yaitu sikap, cara berpakaian dan lainnya.
Pemeriksaan menyeluruh perlu dilakukan pada kulit, kelenjar getah bening, kepala dan
wajah, leher, kelenjar thyroid, trachea, vena jugularis eksterna, jantung, genitalia ekterna,
anus, dan rectum. Sedangkan pada pemeriksaan pulmo, abdomen dan ektremitas tidak
ditemukan adanya kelainan.
Status lokalis (regio ingunalis)
Pada pemeriksaan di regio ingunalis ditemukan :
Inspeksi
1. Skrotum kanan membesar ±10-15 cm
2. Kulit rata dan tidak ada tanda-tanda radang
Palpasi
1. Berbentuk buah peer / konsistensi elastis
2. Terdapat fluktuasi
3. Tidak nyeri
4. Tidak dapat direposisi
Menunjukkan bahwa tidak adanya hernia scrotalis
5. Testis teraba / tak teraba
6. Pada pemeriksaan diafanaskopi tembus cahaya
Atau juga disebut pemeriksaan transiluminasi yang dimana bila positif menuju ke
diagnosis kerja hidrokel
7. Tidak terdapat penerusan impuls waktu batuk
Menunjukkan bahwa tidak adanya tekanan intraabdominal
Auskultasi
1. Tidak ditemukan bising usus
Menunjukkan bahwa tidak adanya hernia scrotalis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diafanaskopi yaitu untuk mendiagnosa bila ditemukan benjolan / pembesaran pada
skrotum.Caranya adalah dengan menempelkan senter pada benjolan tersebut. Bila tampak
terang, karena berisi cairan, itu adalah Hidrocele. Ini untuk membedakan dengan Hernia
scrotalis yang berisi usus.
2. Ultrasonografi yang dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotun dan
membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrocele atau spermatocele), vena
abnormal (varicocele), dan kemungkinan adanya tumor.
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah parasitologi dan pemeriksaan
darah rutin. Pemeriksaan parasitologi ditujukan untuk kemungkinan adanya filariasis pada
pasien.(2)
DIAGNOSIS KERJA
Pasien menderita Hidrocele testis derajat V karena pada pemeriksaan fisik didapatkan
skrotum kanan membesar + 10-15 cm. Pada palpasi didapatkan skrotum berbentuk buah
pear / konsistensi elastis, fluktuasi (+) yang menandakan adanya cairan, tidak nyeri, tidak
dapat direposisi, testis teraba / tidak teraba. Diagnosa pasti Hidrocele dapat ditegakkan
dengan penerawangan (diafanaskopi), dan pada laporan kasus dikatakan bahwa diafanaskopi
(+). Tidak adanya bising usus serta penerusan impuls waktu batuk dapat menyingkirkan
kemungkinan adanya Hernia.
DIAGNOSIS BANDING
Hernia Inguinalis
Pada Hernia ditemukan benjolan pada waktu
berdiri, mengejan, batuk dan bersin. Keluhan
nyeri jarang dijumpai, kemudian pada hernia,
kantung hernia mungkin berisi organ seperti
usus, sehingga akan ditemukan bising usus pada
pemeriksaan auskultasi, namun pada pasien ini
tidak ditemukan adanya bising usus dan benjolan
yang tidak menghilang, sehingga kelompok kami
menyingkirkan hernia sebagai diagnosis kerja.
Orchitis Luetika
Pada Orchitis terdapat peradangan pada kedua testis sehingga adanya pembesaran skrotum,
Orchitis luetika jarang ditemukan. Pada pemeriksaan didapatkan pembengkakan seluruh testis
yang tidak nyeri, konsistensi agak kenyal seperti karet yang akhirnya membentuk fistel pada
kulit. Namun pada pasien ini didapatkan pemeriksaan kulit yang rata dan tidak ada tanda-
tanda radang maka dari itu kelompok kami menyingkirkan orchitis sebagai diagnosis kerja.
PENATALAKSANAAN
Pada penatalaksanaan kasus ini, kelompok kami setuju untuk dilakukan tindakan operasi pada
pasien, dengan alasan :
Pasien menderita Hidrokel testis derajat V
Derajat tipe V mulai ada gangguan dalam kehidupan sehari-hari yang juga merupakan
indikasi medis dalam melakukan tindakan pembedahan.(3)
Punksi aspirasi mempunyai tingkat kekambuhan tinggi
Punksi aspirasi cairan hidrocele tidak begitu dianjurkan karena selain angka
kekambuhannya tinggi, kadangkala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi.(4)
PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad sanationem : Dubia ad bonam
Ad fungsionem : Bonam
Kelompok kami menentukan prognosis ad vitam bonam karena pasien penderita
hydrocele biasanya tetap hidup. Ad sanationem kami tentukan prognosisnya dubia ad bonam
karena pekerjaan pasien sebagai tukang ojek memiliki risiko trauma pada skrotum sebagai
salah satu etiologi hydrocele. Selain itu, fungsi testis biasanya tetap baik setelah
penatalaksanaan hydrocele dilakukan sehingga prognosis ad fungsionemnya bonam.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Untuk lebih mudah mengerti mengenai struktur anatomi canalis ingunalis, sebaiknya
diketahui dulu proses terjadinya descensus testiculorum terlebih dahulu, yaitu turunnya testis
menuju scrotum melalui canalis inguinalis.
Pada masa embrio, testis terbentuk di regio lumbalis antara fascia tranversa dan peritoneum.
Sebuah ligamentum, yang disebut gubernaculum testis melekat pada bagian bawah testis
sampai mencapai permukaan dalam scrotum.
Seperti diketahui, lapisan otot dinding perut bagian bawah terdiri dari delapan lapisan. Bagian
dari lapisan ke delapan yaitu peritoneum yang kemudian disebut processus vaginalis suatu
saat akan menonjol ke luar (evaginasi). Penonjolan seperti diverticulum ini mengikuti
gubernaculum yang memendek untuk menonjol keluar melalui dinding abdomen. Bersama
dengan processus vaginalis ini akan terbawa juga lapisan-lapisan dinding perut di sebelah
luarnya.
Pada laki-laki, lapisan luar dinding perut ini akan menjadi pembungkus funiculus
spermaticus. Kurang lebih sebulan sebelum bayi lahir, testis yang terletak di belakang
processus vaginalis pada daerah retroperitoneum akan turun melalui canalis inguinalis
menuju scrotum dan kemudian processus vaginalis akan menutup.
Bagian processus vaginalis yang membungkus testis kemudian disebut tunica vaginalis
testis. Setelah berlangsungnya proses tersebut, terdapat persamaan dan perbedaan lapisan
dinding perut dan scrotum seperti yang terlihat pada table ini :
Lapisan dinding perut Lapisan yang sesuai pada scrotum
1. Kulit
2. fascia superficialis
3. musculus obliquus abdominis externus
4. musculus obliquus abdominis internus
5. musculus transverses abdominis
6. fascia transversa
7. lemak ekstraperitoneal
8. peritoneum
1. Kulit
2. musculus dartos dan fascia
3. fascia spermatica externa
4. musculus cremaster
5. musculus cremaster
6. fascia spermatica interna
7. jaringan areoler dan lemak
8. processus vaginalis
Canalis Inguinalis
Canalis inguinalis adalah suatu lorong yang melintas serong melalui bagian kaudal dinding
abdomen ventral dalam arah mediokaudal, untuk memberi jalan pada funiculus spermaticus.
Canalis inguinalis letaknya sejajar dan tepat kranial dari ligamentum inguinale.
Pada laki-laki canalis inguinalis berisi funiculus spermaticus. Pada wanita canalis inguinalis
berisi ligamentum teres uteri, serta nervus ilioinguinalis pada kedua jenis kelamin.
Canalis inguinalis memiliki :
dinding ventral yang terutama dibentuk oleh aponeurosis musculus obliquus externus
abdominis yang di sebelah lateral diperkuat oleh serabut musculus obliquus internus
abdominis
dinding dorsal yang dibentuk oleh fascia transversalis dan di sebelah medial
diperkuat oleh conjoint tendon, yakni tendo bersama musculus obliquus externus
abdominis dan musculus tranversus abdominis.
atap yang dibentuk oleh serabut musculus obliquus internus abdominis dan musculus
transversus abdominis yang melengkung
dasar yang dibentuk oleh permukaan cranial ligamentum inguinale dan di sebelah
medial diperkuat oleh ligamentum
lacunare, yakni lanjutan dari
ligamentum inguinale
annulus inguinalis superficialis,
celah berbentuk segitiga pada
aponeurosis musculus obliquus
externus abdominis dengan sisi-sisi
yang dikenal sebagai crura (crus
laterale melekat pada tuberculum
pubicum), dan crus mediale
melekat pada corpus ossis pubis,
sedangkan fibrae intercrurales
melintas melengkung dari
ligamentum inguinale lewat cincin
inguinal superficial untuk mencegah tercerainya kedua tangkai tersebut
annulus inguinalis profundus yang merupakan pemburutan fascia transversalis tepat
cranial dari pertengahan ligamentum inguinale, lateral terhadap arteria epigastrica
inferior.
Funiculus Spermaticus
Funiculus spermatikus atau spermatic cord menggantungkan testis dalam scrotum dan berisi
struktur-struktur yang melintas ke dan dari testis. Funiculus spermatikus berawal pada
annulus inguinalis profundus, lateral dari arteria epigastrica inferior, melalui canalis
inguinalis, dan berakhir pada tepi dorsal testis dalam scrotum.
Funiculus spermatikus diliputi fascia pembungkus yang berasal dari dinding abdomen.
Pembungkus funiculus spermatikus dibentuk oleh 3 fascia dari dinding abdomen ventral
sewaktu masa fetal :
a. fascia spermatica interna dari fascia transversalis
b. fascia cremasterica dari fascia penutup musculus obliquus internus abdominis
c. fascia spermatica externa dari aponeurosis musculus obliquus externus abdominis
Pada fascia cremasterica terdapat ikal-ikal (loops) musculus cremaster yang secara refleks
mengakat testis ke atas dalam scrotum, terutama sewaktu dingin. Musculus cremaster, yang
berasal dari musculus obliquus internus abdominis, memperoleh persarafan dari ramus
genitales nervi genitofemoralis (L1, L2).
Komponen funiculus spermatikus (spermatic cord) ialah:
ductus deferens (vas deferens), pipa
berotot dengan kepanjangan sekitar
45cm yang menyalurkan mani dari
epididymis
arteria testiculares yang berasal dari
permukaan lateral aorta, dan
memasok darah lepada testis dan
epididymis.
arteri untuk ductus deferens dari
arteria vesicalis inferior
arteria cremasterica dari arteria epigastrica inferior
plexus pampiniformis, anyaman vena yang dibentuk melalui anostomosis beberapa
sampai dua belas vena
serabut saraf simpatis pada arteri, dan serabut simpatis dan parasimpatis pada ductus
deferens
ramus genitalis nervi genitofemoralis mempersarafi musculus cremaster
pembuluh limfe untuk menyalurkan limfe dari testis dan struktur berdekatan ke nodi
lymphoidei lumbales dan nodi lymphoidei pre-aortici.
Scrotum
Scotum adalah sebuah kantong kulit yang terdiri dari dua lapis : kulit dan fascia superficialis.
Fascia superficialis tidak mengandung jaringan lemak, tetapi pada fascia superficialis
terdapat selembar otot polos yang tipis, dikenal sebagai tunica dartos, yang berkontraksi
sebagai reaksi terhadap dingin, dan demikian mempersempit luas permukaan kulit. Ke arah
ventral fascia superficialis dilanjutkan menjadi lapis dalamnya yang berupa selaput pada
dinding abdomen ventrolateral, dan ke arah kaudal dilanjutkan menjadi fascia superficialis
perineum.
Arteri untuk scrotum ialah
ramus perinealis dari arteria pudenda interna
arteriae pudendae dari arteria femoralis
arteriae cremasterica dari arteria epigastrica inferior
Vena scrotales mengelilingi arteri-arteri tersebut
Pembuluh limfe ditampung oleh nodi lymphoidei inguinales superficiales.
Saraf scrotum ialah
ramus genitalis dari nervus genitofemoralis (L1, L2) yang bercabang menjadi cabang
sensoris pada permukaan scrotum ventral dan lateral
cabang nervus ilioinguinalis (L1), juga untuk permukaan scrotum ventral
ramus perinealis dari nervus pudendalis (S2-S4), untuk permukaan scrotum dorsal
ramus perinealis dari nervus cutaneus femoris posterior (S2, S3) untuk permukaan
scrotum caudal
Testis
Kedua testis terletak dalam scrotum dan menghasilkan spermatozoon dan hormone, terutama
testosterone. Permukaan masing-masing testis tertutup oleh lamina viseralis tunicae
vaginalis, kecuali pada tempat perlekatan epididymis dan funiculus spermaticus. Tunica
vaginalis ialah sebuah kantong peritoneal yang membungkus testis dan berasal dari processus
vaginalis embrional. Laminae parietalis tunicae vaginalis berbatasan langsung pada fascia
spermatica interna dan lamina visceralis tunicae vaginalis melekat pada testis dan
epididymis. Sedikit cairan dalam rongga tunica vaginalis memisahkan lamina visceralis
terhadap lamina parietalis dan memungkinkan testis bergerak secara bebas di dalam scrotum.
Epididymis adalah gulungan pipa yang berbelit-belit dan terletak pada permukaan cranial dan
permukaan dorsolateral testis.
bagian cranial yang melebar, yakni capit epididymis terdiri dari lobul-lobul yang
dibentuk oleh gulungan sejumlah ductuli efferentes
ductuli efferentes membawa spermatozoon dari testis ke epididymis untuk ditimbun
corpus epididymis terdiri dari ductus epididymis yang berbeit-belit
cauda epididymis bersinambung dengan ductus deferens yang mengangkat
spermatozoon dari epididymis ke ductus ejaculatorius untuk dicurahkan ke dalam
pars prostatica urethrae
Arteria testicularis berasal dari pars abdominalis aortae, tepat caudal arteria renalis. Vena-
vena meninggalkan testis dan berhubungan dengan plexus pampiniformis yang melepaskan
vena testicularis dan canalis ingunalis. Limfe dari testis disalurkan ke nodi lymphoidei
lumbales dan nodi lymphoidei pre-aortici. Saraf autonom testis berasal dari plexus
testicularis sekeliling arteria testicularis. Saraf ini mengandung serabut parasimpatis dari
nervus vagus dan serabut simpatis dari segemen medulla spinalis.(5)
Hidrokel
Definisi
Penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunica vaginalis .
(2)
Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi
baru lahir dapat disebabkan karena :
(1) belum sempurnanya penutupan
prosesus vaginalis sehingga terjadi
aliran cairan peritoneum ke prosesus
vaginalis atau (2) belum sempurnanya
sistem limfatik di daerah skrotum
dalam melakukan reabsorbsi cairan
hidrokel.(2) Pada bayi laki-laki hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia
kehamilan 28 minggu ,testis turun dari rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana setiap
testis ada kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut.
(6) Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder.
Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang
menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel.
Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis atau
epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis,
maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. (2)
Klasifikasi
Hidrokel testis. Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tidak
dapat diraba. Pada anamnesis besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang
hari.
Hidrokel funiculus. Kantong hidrokel berada di funiculus yaitu terletak di sebelah
cranial dari testis sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong
hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
Hidrokel komunikan. Terdapat hubungan antara processus vaginalis dengan rongga
peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu
akan bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel
terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke rongga abdomen.(2)
Derajat Pembesaran Hidrokel
Derajat I : Hanya terjadi pembengkakan funikulus spermatikus.
Derajat II : Terjadi penimbunan cairan sepanjang funikulus spermatikus,terjadi
limfokel diatas testis. Terdapat hidrokel kecil, kurang dari atau lebih
dari 6 cm tanpa teraba cairan.
Derajat I dan II merupakan hidrokel yang belum manifest.
Derajat III : Besar hidrokel 6-8 cm
Derajat IV : Besar hidrokel 8-11 cm
Derajat V : Besar hidrokel 11-15 cm, dan mulai ada gangguan dalam kehidupan
sehari-hari.
Derajat VI : Besar hidrokel lebih besar dari 15 cm.(7)
Manifestasi klinik
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan
fisis didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada
pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang
terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan
ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong
hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel
testis, (2) hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena
berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi
hidrokel.
Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis
tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang
hari.
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah
kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar
kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga
peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada
anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar
pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan ke dalam rongga abdomen. (8)
Patofisiologi
Pada pria dewasa, hidrokel dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yaitu
proses perangsangan peningkatan produksi cairan serosa.Peningkatan cairan rongga serosa
(ruang antara tunika vaginalis viseralis dan parietalis) dapat disebabkan karena tumor,
peradangan, trauma, dsb. Pada banyak kasus, akan terjadi penyerapan spontan (oleh sistem
limfatik) bila proses yang menstimulasi produksi cairan yang berlebihan telah hilang.
Hidrokel juga dapat terjadi apabila terjadi gangguan penyerapan cairan serosa yang normal
diproduksi oleh kedua lapisan tunika vaginalis (sebagai lubrikasi) karena obstruksi aliran
limfe.(9)
Dalam kasus ini,terdapat beberapa mekanisme patofisiologi yang menyebabkan hidrokel :
1. Trauma
Dalam kasus ini, terdapat dugaan bahwa Tn. B mengalami trauma/cedera pada testis
terkait dengan pekerjannya sebagai tukang ojek.(1)
2. Gangguan penyerapan cairan serosa
Pada kasus ini, terjadi gangguan penyerapan cairan serosa diduga disebabkan karena
filariasis. W. Bancrofti merupakan parasit yang menyebabkan filariasis bankrofti atau
wukereriasis bankrofti. Gejala klinis filariasos limfatik disebabkan oleh mikrofilaria
Sel-sel atau jaringan tubuh mengalami cedera
Reaksi vaskular: permeabilitas terganggu
Kebocoran protein ke rongga serosa
Cairan mengikuti gradien osmotik: bersamaan dengan protein ke rongga serosa.
Keadaan normal : penyerapan spontan sistem limfatik
Keadaan patologis : obstruksi cairan limfe
Hidrokel Testis
Keadaan fisiologis: tunika vaginalis memproduksi cairan di rongga serosa untuk lubrikasi testis
Keadaan fisiologis: terjadi mekanisme penyerapan cairan oleh sistem limfatik
Keadaan patologis: obstruksi saluran limfe karena cacing dewasa filariasis bankrofti
Terjadi ketidakseimbanga antara produksi dan penyerapan. Produksi > penyerapan
HidrokelTestis
dan cacing dewasa baik yang hidup maupun yang mati. Perjalanan penyakit filariasis
limfatik dibagi atas beberapa stadium. Pada stadium cacing dewasa, cacing dewasa
terdapat dalam saluran/kelenjar limfe.(10)
Penatalaksanaan
Terapi medis
Pada pasien dewasa yang asimtomatik dengan hidroceles noncommunicating terisolasi dapat
diamati tanpa batas waktu atau sampai mereka menjadi bergejala, atau komplikasi seperti
infeksi atau kompromi testis yang sangat langka. Namun, jika diagnosis yang bersangkutan
atau patologi yang mendasari tidak dapat dikesampingkan, eksplorasi operasi dibenarkan.(9)
Terapi pembedahan
1. Punksi aspirasi.
Tindakan mengeluarkan cairan dari dalam skrotum dengan jarum. Jika tidak terjadi
keseimbangan sekresi dan absorpsi maka setelah punksi aspirasi akan terjadi akumulasi
lagi. Oleh karena itu, punksi aspirasi cairan hidrocele tidak begitu dianjurkan karena
selain angka kekambuhannya tinggi, kadangkala dapat menimbulkan penyulit berupa
infeksi. Suntikan obat penebal atau pengeras (sklerotik) setelah aspirasi dapat membantu
mencegah reakumulasi cairan. Tetapi dapat menyebabkan terbentuknya fibrin pada
rongga tunika vaginalis sehingga tunika vaginalis saling melekat, akibatnya sekresi akan
berkurang. Penyuntikan zat iritan ini juga mempunyai komplikasi infeksi dan dapat
kambuh lagi. Aspirasi biasa dilakukan bagi pasien yang memiliki faktor risiko yang
membuat operasi menjadi tidak mungkin dilakukan.
2. Tindakan operasi
Metode operasi tergantung pada macam hidrocele. Karena pasien menderita hidrocele
testis, maka dilakukan pendekatan skrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi
kantong hidrocele sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrocele sesuai cara Lord.
Eksisi (hydrocelectomy) adalah Pengangkatan hidrokel dilakukan secara rawat jalan
dengan menggunakan anestesi umum. Insisi dilakukan di daerah skrotum. Kemudian
kantung hidrokel diangkat dan cairan nya diaspirasi.
Pada operasi Winkelman, kantong hidrocele dibuka, lalu tunika vaginalis dibalik serta
dieksisi sebagian kemudian dijahit di belakang testis.
Pada operasi Lord, setelah kantong hidrocele dibuka, tunika vaginalis parietalis dilipat
dan dijahitkan pada daerah pertemuan testis dengan epididimis tanpa dilakukan eksisi.
(11,12)
BAB V
KESIMPULAN
Banyak penyakit yang dapat menyebabkan keadaan seperti pembesaran skrotum, pada pasien
ini kelompok kami menyimpulkan bahwa pasien menderita Hydrocele dikarenakan melihat
dari gejala yaitu pembesaran skrotum, yang setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan
bahwa tidak ada rasa nyeri, tidak adanya bising usus, tidak terdapat radang dan berbentuk
rata, kemudian setelah dilakukan pemeriksaan penunjang diafonoskopi hasilnya positif. Dan
pasien termasuk hydrocele derajat 5 karena pembesaran skrotum sudah mencapai 10-15 cm.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Wilson LM, Hillegas KB. Gangguan Sistem Reproduksi Laki-Laki. In: Hartanto H, Wulansari P, Susi N, Mahanani DA. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC; 2003. p.67, 1319
2. Price SA, Wilson LM.Gangguan Sistem Reproduksi Pria.In:wijaya c, editor. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 4th ed.Jakarta:EGC;19955.p.1153-4.
3. Purnomo, Basuki B. Dasar-Dasar Urologi. 2nd ed. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang: 2003. p140-145, 186
4. Mayo Clinic Staff. Hydrocele : Treatment and Drugs. Mayo Clinic. Last updated : November 19, 2009. Available at :
http://www.mayoclinic.com/health/hydrocele/DS00617/DSECTION=treatments-and-drugs . Accessed at: October 10, 2010
5. Wibowo DS, Paryana W. Anatomi tubuh manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2007.
6. Mantu, F.N. Hidrokel. Bedah Anak. Jakarta: EGC; 1993. p33-35
7. Samiadji S, Aryo D, Muslim R. Korelasi antara Umur, Lama Keluhan, Etiologi terhadap Derajat Besar Hidrokel. FK UNDIP. Available at :
http://eprints.undip.ac.id/13836/1/1996KI326-11.pdf . Accessed : October 12, 2010
8. Bedah Urologi. Hidrokel. Available at: http://bedahurologi.wordpress.com/2008/06/22/ hidrokel / . Accessed 12 October 2010
9. Lee SL. Hydrocele. Emedicine. Last updated: April 1, 2009. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/438724-overview . Accessed at: October 12, 2010
10. Partono F, Kurniawan A, Supali T. Nematoda Jaringan: Wuchereria Bancrofti. In: Sutanto I, Ismid IS, Sjarifudin PK, Sungkar S, Editors. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 32-34.
11. Vorvick LJ, Liou LS, Zieve D. Hydrocele. National Library of Medicine. Last updated : September 22, 2009. Available at :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000518.htm . Accessed at : October 10, 2010
12. Lee SL. Hydrocele : Treatment. Emedicine.Last updated : April 2, 2009. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/438724-treatment . Accesed at: October 11, 2010
13. Moore KL, Dalley AF. Clinically oriented anatomy. 5th ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2006.