laporan kasus 2 echa jiwa
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.E
Umur : 57 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 27 April 2015
I. DESKRIPSI KASUS
Anamnesis
a. Keluhan Utama : Nyeri Ulu Hati
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien wanita umur 57 tahun datang RSUD Anutapura. Pasien datang
dengan keluhan sakit ulu hati. Keluhan ini dirasakan kurang lebih sejak 1
minggu yang lalu. Keluhan dirasakan disertai susah tidur, badan lemas, nafsu
makan berkurang dan kaki sudah digerakkan untuk berjalan. Pasien juga
didiagnosis TB pada saat dirawat tanggal 20 maret 2015. Saat ini pasien
merasa sering cemas dan depresi karena memiliki banyak pikiran terutama
selalu memikirkan tentang keadaan masa lalunya yang sering mendapat
masalah. Ketika pasien mengingat masa lalunya pasien akan merasa sedih dan
menangis. Pasien sudah menikah sebanyak 3 kali namun merasa tidak bahagia
karena banyak masalah yang di hadapi. Akibat dari hal itu pasien merasa
stres. Saat ini pasien tidak ingin bertemu dengan suami ketiganya. Pasien
merasa sakit hati karena perlakuan suaminya yang kasar dan tidak
bertanggung jawab terhadap keluarga. Pasien lebih memilih untuk berada di
rumah sakit dari pada dirumah karena tidak ketemu dengan suaminya. Pasien
1
tidak memiliki riwayat penggunaan obat – obatan terlarang dan minum –
minuman beralkohol.
AUTOANAMNESA
DM : Selamat pagi Bu.Perkenalkan, nama saya dokter muda Reza mau
melakukan pemeriksaan kepada ibu. Dengan Ibu siapa namanya?
P : Ny. E
DM : Berapa umurnya Bu?
P : 57 tahun, dok.
DM : Ibu tinggal dimana?
P : Tavanjuka
DM : Maaf pak, pendidikan terakhir Ibu apa?
P : SMP, dok.
DM : Pekerjaan Ibu apa?
P : Saya IRT dok
DM : Bisa diceritakan keluhan apa yang membawa Ibu datang ke RS?
P : Saya sering merasa nyeri Ulu hati dok, terus badan seya terasa
lemas, kaki juga sulit untuk digunakan berjalan.
DM : Sejak kapan ibu merasakan keluhan seperti ini?
2
P : kalau yang sekarang dok sekitar seminggu yang lalu, tapi rasa nyeri
ulu hati ini ilang timbul. Jadi nanti kalau saya banyak pikiran lagi
baru sakit ulu hatiku baru langsung lemas saya rasa.
DM : pada awalnya apa yang terjadi sehingga timbul keluhan ibu seperti
saat ini?
P : Begini dok, sebenarnya saya ini sudah menikah sebanyak 3 kali,
tetapi pernikahanku itu tidak harmonis. Pernikahan pertama saya
dinikahkan tanteku sama sepupu 1 kaliku, padahal sy tidak cinta dia.
Nah disitu saya sering dimarah – marah sama tanteku. Tanteku ini
memang sering siksa saya dari kecil. Nah Cuma bertahan 6 bulan
pernikahanku cerai kita. Baru saya dinikahkan lagi sama sepupu 1
kali yang lain. Karena saya pikir bosa sudah cinta sama orang lain
tapi tidak ernah diizinkan saya coba cinta sama suami keduaku. Eh
ternyata saya suka betul. Dari nol kita bangun rumah tangga sampai
kita sukses, eh ternyata suamiku main perempuan. Saya mengandung
anak pertama dia sering keluar kota. Sempat saya jengkel tapi pas
mau melahirkan anak pertama datang dia. Disitu sudah dia beri kasih
sayang lagi saya. Sampai punya 3 anak kami. Tapi suamiku disitu
sudah mulai main pukul kalau marah sama saya. Saya sudah tidak
tahan juga terus banyak intervensi dari mertua masalah rumah
tangga. Jadi cerai dengan suami kedua. 1 tahun setelah cerai saya
menikah dengan orang yang kerja sama saya. Dulu memang sering
dia datang ke rumah karena ada usaha menjahit kan di rumah. Jadi
dia yang antar – antar barang. Ini juga bikin saya cerai dengan suami
kedua karena saya dituduh selingkuh. Tapi dengan suami ketiga ini
juga tidak bahagia. Ternyata dia pecandu narkoba. Saya sering juga
dipukul. Nah sampai sekarang masih tinggal 1 rumah kami dengan
anakku juga. Tapi saya sudah anggap cerai. Karena dia sudah tidak
3
bertanggung jawab sama keluarganya. Nah dari kejadian itu semua
dok selalu muncul sakit ulu hati kalau saya ingat lagi. Langsung
lemas juga badanku. Langsung stres juga saya.
DM : Jadi Bu, setelah diterapi di RS ini apakah Ibu merasa ada perbaikan ?
P : Iya dok, saya sudah rasa mendingan. Perasaanku lebih tenang disini
karena saya tidak ketemu sama suamiku. Dia kasar.
DM : Alhamdulillah Bu berarti ada perbaikan setelah diberi obat yah ?
P :iya dok.
DM : Oh. Ia bu.. Masih ada keluhan lain bu?
P : oh ia. Sudah tidak lagi dok.
DM :Baik Bu mungkin itu saja dulu yah. Jangan lupa untuk selalu
mendekatkan diri kepada tuhan dan juga pada keluarga yah bu
P :iya dok, terima kasih.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien sering merasa depresi dan cemas karena banyak masalah dalam
kehidupanya
Riwayat Gangguan Medik
Pasien didiagnosis TB Paru pada tanggal 20 Maret 2015
Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan obat – obatan terlarang dan
minum – minuman beralkohol.
4
d. Riwayat Hidup
Prenatal
Persalinan pasien normal dibantu oleh dukun beranak.
Masa Kanak-Kanak
Pasien mengungkapkan bahwa ibu pasien meninggal pada saat pasien
berumur 2 tahun. Setelah itu pasien diasuh oleh neneknya. Sedangkan
ayahnya menjadi gila dan menghilang kedalam hutan dan sampai sekarang
tidak ditemukan
Masa Remaja
Pada masa remaja pasien mengungkapkan bahwa pasien sering disiksa
oleh tantenya. Pasien merasa terlalu dikekang oleh tantena dan sulit untuk
bergaul karena pengekangan oleh tantenya.
Masa Dewasa
Pasien menikah sebanyak 3 kali, tetapi psien tidak merasa bahagia.
Banyak masalah yag dihadapi dari setiap pernikahannya. Dan semua masalah
itu membuat pasien depresi dan sering merasa cemas. Dan akan merasa sedih
jika teringat akan semua masalahnya.
Situasi sekarang
Saat ini pasien mengaku sering merasa sedih, depresi, cemas, susah
tidur, badan lemas dan nyeri ulu hati. Sekarang sudah mulai membaik karena
dirawat dirumah sakit
II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
- Penampilan : Seorang perempuan datang mengenakan daster berwarna
5
hijau, rambut agak lusuh.
- Kesadaran : sadar penuh
- Perilaku dan aktivitas psikomotor: Normal
- Pembicaraan : lancar
- Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
b. Keadaan Afektif
- Mood: Hipotimia
- Afek: Appropriate
- Empati: Dapat diraba rasakan
c. Fungsi Intelektual
- Daya ingat jangka panjang baik, menengah dan pendek baik
- Orientasi waktu, tempat, dan orang baik
- Konsentrasi dan perhatian baik
d. Persepsi
- Halusinasi (-)
- Ilusi (-)
- Depersonalisasi (-)
- Derealisasi (-)
e. Proses Pikiran
- Arus pikir:
- Produktivitas : baik
- Kontinuitas : Relevan
- Hendaya Berbahasa : Tidak ada
- Isi pikir:
-Preokupasi : Ingin penyakitnya sembuh
-Gangguan Isi Pikir : Tidak ada
6
f. Pengendalian Impuls: baik selama wawancara
g. Daya Nilai
- Norma sosial: baik
- Uji daya nilai: baik
h. Tilikan
- Tilikan: tilikan 6 (menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
motivasiuntuk mencapai perbaikan).
- Taraf dapat dipercaya: dapat dipercaya
- PEMERIKSAAN FISIK
Internikus
Nadi : 88x/menit
Tekanan Darah : 110/90 mmHg
Neurologis
Kesadaran Composmentis dengan GCS E4 V5 M6 = 15, fungsi sensorik
dan motorik keempat ekstremitas dalam batas normal serta nervus cranialis dalam
batas normal.
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan penunjang
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri ulu hati disertai badan lemas
dan susah tidur. Keluhan yang sekarang sudah mulai dirasakan sejak 1 minggu yang
lalu. Keluhan akan bertambah apabila pasien memikirkan masalah dalam
kehidupannya. Pasien akan merasa cemas dan depresi. Pasien juga menjadi kurang
7
nafsu makan.
Saat ini pasien tidak begitu sulit untuk bersosialisai namun ketika mendengar
cerita yang berhubungan dengan masa lalunya pasien akan merasa sedih dan akan
merasa nyeri ulu hatinya. Pasien memiliki masalah dalam pernikahannya. 3 kali
menikha namun semuanya tidak bahagia. Pasien sering mendapat kekerasan dari
suaminya.
Masa kecil pasien diasuh oleh neneknya saat umur 2 tahun dikarenakan ibu pasien
meninggal dan ayah pasien menghilang. Pasien juga merasa dikekang oleh tantenya
sehingga sulit untuk bersosialisai dengan teman sebaya.
V. EVALUASI MULTIAXIAL:
Axis I : Gangguan Campuran Anxietas Dan Depresi (F41.2)
Axis II : Tidak ada diagnosis aksis II
Axis III : Dispepsia, TBC
Axis IV : mempunyai masalah dengan keluarga
Axis V : GAF Scale 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
VI. DAFTAR PROBLEM:
Organobiologik : Gangguan neurotransmitter
Psikologik : Pasien sering merasa sedih dan cemas jika mendengar
cerita yang berhubungan dengan masalahnya.
Sosial : Hubungan dengan suami kurang harmonis.
VII. PENATALAKSANAAN
a. Farmakoterapi
Pengobatan dengan psikofarmako dengan menggunakan obat anti
depressan dan anti anxietas. Untuk anti depresan dapat diberikan Deriva SSRI
8
(Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) yang dimana bekerja dengan
menghambat ambilan kembali neurotransmitter yang dilepaskan di celah sinaps
yang bersifat selektif terhadap hanya neurotransmitter serotonin. Anti anxietas
dapat digunakan golongan benzodiazepin seperti alprazolam yang merupakan
drug of choice yang mempunyai efek anti anxietas disebabkan spesifitas,
potensi dan keamanannya.
b. Psikoterapi
Psikoterapi dapat diberikan untuk membantu pasien mengembangkan strategi
coping yang lebih baik dalam mengatasi stressor kehidupan sehari-hari. Pemberian
psikoterapi dan obat, lebih efektif. Terapi gabungan ini lebih baik hasilnya daripada
hanya pemberian obat saja. Terapi suportif dengan diberikan reassurance dan
kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya,
agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
VIII. PROGNOSIS
Prognosisnya belum diketahui.
IX. FOLLOW UP
Pasien merasa lebih tenang, tidur nyenyak dan nafsu makan mulai baik. Masih
mengeluh kaki sulit untuk berjalan. Badan masih sedikit lemas namun masih
mendingan dari sebelumnya.
X. PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Gangguan ini menggambarkan pasien dengan keadaan gejala
anxietas dan depresif yang tidak memenuhi kriteria diagnostik gangguan
ansietas atau gangguan mood. Kombinasi gejala depresif dan ansietas
9
menimbulkan hendaya fungsional yang bermakna pada orang yang
mengalami gangguan ini. Keadan ini terutama dapat banyak ditemukan di
pelayanan primer dan klinik kesehatan jiwa rawat jalan.
b. Etiologi
Empat garis bukti penting mengesankan bahwa gejala ansietas dan
gejala depresif terkait secara kausal pada sejumlah pasien yang mengalami
gejala ini. Pertama, sejumlah peneliti melaporkan temuan neuroendokrin
yang serupa pada gangguan depresi dan ansietas, terutama gangguan panik,
termasuk menumpulnya respon kortisol terhadap hormon, adrenokort,
kotropik, respon hormon pertumbuhan yang tumpul terhadap klonidin dan
respon TSH (thyroid simulating hormon). Kedua, sejumlah peneliti
melaporkan data yang menunjukkan bahwa hiperaktivitas sistem
noradrenergik sebagai penyebab relevan pada sejumlah pasien dengan
gangguan depresif dan gangguan panik. Secara rinci, studi ini telah
menemukan adanya konsentrasi metabolit norepinefrin yang meningkat
didalam urin, plasma atau cairan serebrospinal pada pasien dengan depresi
dan panik yang sedang aktif mengalami serangan panik. Seperti pada
gangguan ansietas dan gangguan depresi lainm serotonin dan GABA juga
mungkin terlibat sebagai penyebab di dalam gangguan campuran ansietas
depresi. Ketiga, banyak studi menemukan bahwa obat serotonergik, seperti
fluoxetine dan clomipiramine berguna dalam terapi gangguan depresi dan
ansietas. Keempat, sejumlah studi keluarga melaporkan data yang
menunjukkan bahwa gejala ansietas dan depresi berhubungan secara
genetik.
c. Kriteria Diagnostik
Gangguan campuran anxietas dan depresi (F41.2):
10
Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, di mana masing-masing
tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan
diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus
ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau
kekhawatiran berlebihan.
Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka
harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan
anxietas fobik.
Bla ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut
harus dikemukakan dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat
digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu
diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
Bila gejala gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang
jelas, maka harus digunakan kategori gangguan penyesuaian.
d. Diagnosis Banding
- Gangguan ansietas menyeluruh
- Gangguan depresi ringan
e. Penatalaksanaan
Pendekatan psikoterapeutik dapat melibatkan pendekatan yang
terbatas waktu seperti terapi kognitif atau modifikasi perilaku, walaupun
sejumlah klinisi menggunakan pendekatan psikoterapeutik yang kurang
terstruktur, seperti psikoterapi yang berorientasi tilikan.
Pengobatan dengan psikofarmako dengan menggunakan obat anti
depressan dan anti anxietas. Untuk anti depresan dapat diberikan Deriva SSRI
(Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) yang dimana bekerja dengan
menghambat ambilan kembali neurotransmitter yang dilepaskan di celah sinaps
yang bersifat selektif terhadap hanya neurotransmitter serotonin. Anti anxietas
11
dapat digunakan golongan benzodiazepin seperti alprazolam yang merupakan
drug of choice yang mempunyai efek anti anxietas disebabkan spesifitas,
potensi dan keamanannya.
DAFTAR PUSTAKA
12
Elvira SD, Hadisukanto G, 2010, Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit FKUI :
Jakarta.
Kaplan & Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. EGC. Jakarta.
Maslim, Rusdi, 2007, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi 3,
Bagian ilmu kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya: Jakarta
Maslim R, 2013, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: Jakarta.
13