laporan home visite pada pasien jiwa

22
PRE PLANNING HOME VISIT PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI A. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan kesehatan jiwa di Ruang Rawat Inap Gelatik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, salah satu aspek penting yang menjadi perhatian dalam rangka upaya rehabilitasi dan spiritual yaitu peran serta keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan gangguan jiwa pada pasien yang dilakukan perawatan atau rawat inap, dalam hal ini adalah di ruang rawat inap Gelatik yang menjadi salah satu ruang rawat inap pada pasien dengan gangguan jiwa akut. Peningkatan peran keluarga pada pelayanan terapi rehabilitasi klien gangguan jiwa dapat ditingkatkan oleh petugas kesehatan yang bersangkutan salah satunya melalui “home visit”. Home Visite atau kunjungan rumah berarti mengunjungi tempat

Upload: erma-sugihartini

Post on 03-Oct-2015

613 views

Category:

Documents


142 download

DESCRIPTION

kep

TRANSCRIPT

PRE PLANNING HOME VISITPADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWAGANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI

A. Latar BelakangDalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan kesehatan jiwa di Ruang Rawat Inap Gelatik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, salah satu aspek penting yang menjadi perhatian dalam rangka upaya rehabilitasi dan spiritual yaitu peran serta keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan gangguan jiwa pada pasien yang dilakukan perawatan atau rawat inap, dalam hal ini adalah di ruang rawat inap Gelatik yang menjadi salah satu ruang rawat inap pada pasien dengan gangguan jiwa akut. Peningkatan peran keluarga pada pelayanan terapi rehabilitasi klien gangguan jiwa dapat ditingkatkan oleh petugas kesehatan yang bersangkutan salah satunya melalui home visit. Home Visite atau kunjungan rumah berarti mengunjungi tempat tinggal klien dan bertemu dengan keluarga untuk mendapatkan berbagai informasi penting yang diperlukan dalam rangka membantu klien dalam proses terapi maupun untuk melakukan pendidikan kesehatan terkait dengan kebutuhan pasien selama dirawat.Peran dan partisipasi keluarga dalam proses terapi merupakan alat yang sangat penting dalam membantu proses kesembuhan pasien, karena rumah sakit jiwa sebagai tempat pelayanan kesehatan jiwa tidak berarti menjadi pelayanan utama seumur hidup, tetapi rumah sakit hanya merupakan fasilitas yang membawa klien dan keluarga mengembangkan kemampuan dalam mencegah terjadinya masalah, menanggulangi berbagai masalah dan mempersatukan keadaan adaptif.Salah satu pasien yang saat ini menjadi kelolaan adalah Ny. K dengan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi yang sudah memiliki 4 kali di rawa di rumah sakit jiwa Provinsi Jawa Barat. Pasien yang bersangkutan pada dasarnya kooperatif dan mendapatkan dukungan yang baik dari keluarga, namun berdasarkan anamnesa yang dilakukan oleh pengkaji ditemukan data bahwa klien masuk ke rumah sakit jiwa saat ini dengan cara datang sendiri tanpa ditemani oleh keluarga dengan alasan pada saat masuk rumah sakit jiwa klien sering marah-marah, mondar-mandir, mendengarkan suara-suara yang menakuti atau kadang mengancam klien dan respon klien dengan hal tersebut adalah berteriak-teriak. Dengan alasan tersebut klien takut akan menjadi ancaman tersendiri bagi dirinya, sehingga klien berinisiatif untuk datang ke rumah sakit jiw aProvinsi Jawa Barat. Sebelumnya riwayat pengobatan yang pernah dijalani kurang efektif, karena pernah drop out pengobatan selama 2 bulan dan telat melakukan kontrol.Berdasarkan hal tersebut, maka kunjungan rumah merupakan alternatif yang baik untuk dilakukan sebagai salah satu upaya membantu proses perubahan respon maladaptif pasien menjadi respon yang adaptif, hal ini menjadi alasan bahwa melalui kunjungan rumah akan didapatkan informasi data fisik maupun non fisik klien dan keluarga yang dibutuhkan untuk proses terapi di rumah sakit secara lebih lengkap dan sesuai dengan keadaan riil pasien, selain itu juga dapat memberikan bantuan kepada klien dalam pemberian motivasi dan informasi terhadap keluarga klien agar klien dapat diterima keberadaannya dan diperlakukan sewajarnya baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat sekitarnya.B. Tujuan1. Tujuan UmumKeluarga mampu merawat pasien di rumah atau setelah dipulangkan dari rumah sakit dan dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.2. Tujuan Khususa. Memberikan informasi tentang perkembangan pasien kelolaan.b. Melaksanakan pengkajian pengetahuan tentang cara merawat klien dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.c. Keluarga tahu tentang masalah keperawatan klien terkait dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.d. Keluarga mengetahui dan dapat mengoptimalkan enam fungsi keluarga.1) Keluarga dapat mengenal masalah pada klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi.2) Keluarga dapat mengambil keputusan untuk berperan aktif merawat klien selama di rumah.3) Keluarga dapat memodifikasi lingkungan rumah dalam merawat klien.4) Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.5) Keluarga dapat membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat dan menjelaskan follow up pasien setelah pulang.C. PelaksanaanHari/Tanggal: Minggu, 08 Februari 2015Jam: 10.00 wib - selesaiTempat: Jl. Cikutra RT 08, RW 02 Kelurahan Neglasari Kecamatan Cibeunying KalerSasaran: Keluarga Pasien D. Metode1. Observasi2. Wawancara3. DiskusiE. Rencana Tindakan Keperawatan1. Berikan informasi kepada keluarga tentang kondisi dan masalah keperawatan yang dialami oleh klien saat ini kepada keluarga.2. Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya peran aktif keluarga dalam merawat pasien dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.3. Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang masalah keperawatan klien terkait dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.4. Lakukan SP Keluarga dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.a. Jelaskan tentang gangguan persepsi sensori halusinasi kepada keluarga.b. Jelaskan tentang cara merawat klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi.c. Berikan pendidikan kesehatan cara menentukan rencana tindak lanjut dalam perawatan pasien.d. Motivasi keluarga untuk memberikan follow up dalam perawatan pasien selama di rumah.F. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan1. Fase Orientasia. Mengucapkan salamb. Memperkenalkan diric. Menyampaikan tujuan kunjungan rumah: keluarga dapat memahami dan berperan aktif dalam merawat klien setelah pulang ke rumah berdasarkan asuhan keperawatand. Evaluasi/Validasi1) Kondisi klien saat di rumah2) Perasaan dan sikap klien terhadap klien3) Sikap masyarakt terhadap klien4) Status sosial ekonomi keluarga5) Apa yang dilakukan keluarga terhadap klien dengan gangguan jiwa saat ini.e. Membuat kontrakTopik:memberikan pendidikan kesehatan mengenai masalah klien, yaitu halusinasi dan cara perawatanannya.Waktu:pukul 10.00 selesaiTempat:rumah keluarga klien.Tertera sebagaimana tersebut pada penjelasan sebelumnya.2. Fase Kerjaa. Memberikan informasi kepada keluarga tentang kondisi dan masalah keperawatan yang dialami oleh klien.b. Mendiskusikan potensi keluarga untuk membantu klien dalam mengatasi gangguan jiwanya, yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi.c. Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang hal-hal umum terkait pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi.d. Melakukan SP Keluarga dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.1) Menjelaskan tentang gangguan persepsi sensori halusinasi kepada keluarga. Pengertian halusinasi Tanda dan gejala halusinasi Penyebab dan akibat dari halusinasi2) Memberikan penjelasan tentang cara merawat klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki oleh pasien dan memotivasi memberikan pujian kepada pasien. Ajarkan keluarga cara mengamati perubahan perilaku pasien.3) Memberikan pendidikan kesehatan cara menentukan rencana tindak lanjut dalam perawatan pasien.4) Memotivasi keluarga untuk memberikan follow up dalam perawatan pasien selama di rumah..3. Fase Terminasia. Evaluasi SubyektifMenanyakan perasaan keluarga setelah dikunjungi oleh mahasiswa dan diberikan informasi terkait perkembangan pasien.b. Evaluasi ObyektifKeluarga dapat mengungkapkan kembali yang sudah disampaikan oleh mahasiswa tentang halusinasi.c. Rencana Tindak LanjutKesepakatan keluarga terlibat dalam asuhan keperawatan klien di rumah sakit dan rumah: Klien dapat diperlakukan seperti anggota keluarga yang sehat. Lingkungan rumah disesuaikan dengan kondisi klien. Mengingatkan kembali keluarga untuk memotivasi pasien dan memberikan pujian realistik kepada pasien. Melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, baik dalam lingkungan rumah maupun masyarakat.d. Kontrak Yang Akan DatangMenganjurkan keluarga untuk mengunjungi rumah sakit pada hari kerja dan melanjutkan konsultasi dengan dokter dan perawat yang telah merawat pasien di ruang rawat inap.

LAPORAN HOME VISITEPADA NY. K (31 tahun) DENGAN HALUSINASIDI RUANG GELATIK RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

A. Identitas PasienNo. RM: 160687Nama: Ny. KTempat / tanggal lahir: Bandung, 16 Juni 1981Suku: Sunda - IndonesiaAgama: IslamKedudukan dalam keluarga: Anak III dari IV bersaudaraStatus perkawinan: JandaPendidikan terakhir: SMPPekerjaan: - Penanggung Jawab: Orang TuaDiagnosa Keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori HalusinasiBerapa kali pernah dirawat: 4 kali di rawat di RSJ Prov. JawabAlamat: Jl. Cikutra RT 08, RW 02 Kelurahan Neglasari Kec. Cibeunying KalerB. Identitas Keluarga PasienNama : Tn. GAlamat: Jl. Cikutra RT 08, RW 02 Kelurahan Neglasari Kec. Cibeunying KalerJumlah Anggota Keluarga: 5 orangIstri: Ny. GAnak: 3 orangSecara umum digambarkan dalam genogram berikut ini:

Klien merupakan anak ke III dari IV bersaudara, berjenis kelamin perempuan dengan status janda dengan anak pertama laki-laki dan anak kedua perempuan, namun anak kedua telah meninggal dunia. Klien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan satu orang kakak dan satu orang adik (5 orang dalam satu rumah) dan anaknya tidak tinggal serumah dengan klien karena ikut tinggal bersama mantan mertua klien di Sumedang. Klien sudah bercerai dengan suaminya sejak tahun 2012.C. Sosial EkonomiKeluarga klien tinggal di rumah milik sendiri dengan keadaan bangunan yang layak. Rumah berada di permukiman padat penduduk, dengan dinding terbuat dari dinding bata, atap dari genteng tanah dan lantai dari keramik semen dan beberapa ada yang terbuat dari keramik. Secara umum keadaan rumah tampak bersih, meskipun rumah tidak terlalu luas, namun secara penataan ruang terlihat rapi dengan dilengkapi oleh lemari, televisi, meja dan sofa, serta beberapa alat rumah tangga yang lainnya.Penanggung jawab dalam keluarga adalah ayah (orang tua) yang saat ini bekerja sebagai penjual air bersih keliling di sekitar pemukiman. Adik klien sudah bekerja di salah satu supermarket sebagai SPG, dan kakak klien bekerja di bengkel sebagai teknisi. Dalam keluarga tidak ditemukan anggota keluarga yang sedang menderita sakit kronis maupun menular lainnya. Ayah klien tampak sudah tua (lansia) dengan produktivitas sehari-hari yang menurun, sehingga dalam kegiatan terkadang lebih banyak menunggu pelanggan yang datang ke rumah untuk membeli air bersih.D. Penilaian Sikap Keluarga Terhadap Penerimaan Kembali Pasien Mental Dari Rumah Sakit Jiwa1. Riwayat SakitKeluarga menjelaskan bahwa klien pertama kali menunjukkan gejala gangguan jiwa adalah ketika SMP, ditandai dengan klien sering berdiam diri dan murung, sering merasa iri kepada kakaknya yang lebih sukses dalam bekerja, sering merasa iri kepada tentangga, terkadang marah-marah atau berbicara sendiri ketika ada di kamar tidur.Selama proses dari pertama kali gejala muncul hingga saat ini, klien berobat jalan di rumah sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dan terkadang juga di Graha Atma Riau, telah menjalani proses rawat inap sebanyak 4 kali dengan tanda dan gejala yang tiba-tiba muncul. Riwayat pengobatan sebelumnya kurang efektif karena klien sering tidak patuh terhadap obat, sehingga jadwal kontrolpun kadang terlewat dari jadwal yang telah ditentukan.Keluarga menerima klien apa adanya, dengan dukungan yang sepenuhnya dan menyatakan namanya juga anak, apapun bentuknya mesti diterima yang dinyatakan oleh ayah dari klien. Menurut ibu klien, tetangga sudah tau tentang keadaan klien, sehingga mereka memaklumi dengan keadaan yang ada terhadap klien, sehingga secara umum tetangga tidak mengucilkan klien dalam pergaulan maupun sosialisasi masyarakat.Saat ini klien di rawat di rumah sakit jiwa Provinsi Jawa Barat dan sudah berjalan selama 2 minggu, keluarga memahami dengan masalah klien, dan belum pernah menjenguk klien ke rumah sakit jiwa karena di rumah tidak ada yang bisa menemani ayah maupun ibu klien untuk menjenguk, sehingga harus menunggu adik atau kakak klien untuk menemani orang tua klien menjenguk klien.2. Permasalahan Penerimaan Terhadap Pasien Orang tua klien mengatakan kadang merasa malu kepada masyarakat karena biasanya anak saya sering keluyuran dan bicara sendiri, kadang juga marah dengan teriak-teriak yang tidak jelas. Dalam kaitannya hal tersebut, keluarga menyadari tentang kekurangan klien, sehingga dalam pergaulan klien lebih banyak diharapkan di rumah agar tidak terlalu mengganggu masyarkat sekitar.Dalam hal pekerjaan klien memang belum memiliki pekerjaan pasti, sehingga keluarga (ibu klien) hanya bisa mengikutsertakan klien dalam kegiatan sehari-hari, terkadang juga mengikuti kegiatan atau membantu ayahnya mengantar air bersih ke pelanggan.3. Dukungan Untuk Menerima KlienKeluarga klien secara umum menerima klien dengan sepenuhnya, dalam perlakuan diperlakukan sama dengan anggota keluarga yang lain, dan terkadang timbul rasa iba dari anggota keluarga yang lain terkait dengan gangguan jiwa yang dialami oleh klien.4. Rencana Setelah Klien DipulangkanKeluarga mengatakan jika nanti anak saya dipulangkan, kami akan membantu menuruti keinginannya dan memantau kebutuhannya, seperti kebutuhan kontrol berobat maupun secara sosial keluarga untuk memberikan dukungan secara moral kepadanya.Sebelumnya klien pernah mendapatkan pengobatan tradisional, namun setelah diperhitungkan oleh keluarga, keluarga tidak ada lagi rencana untuk melakukan pengobatan tradisional karena sebelumnya dengan pengobatan tradisional masalah yang dihadapi klien tidak ada perbaikan.Untuk rumah, keluarga klien tidak mendesain ruangan tertentu untuk klien, karena secar umum klien masih bisa kooperatif terhadap anggota keluarga yang lain maupun masyarakat sekitar.

E. Penilaian Disabilitas Pasien Mental Dalam Bidang PsikososialNoTingkah Laku Sasaran12345

1Tingkah laku yang berhubungan dengan kegiatan kebutuhan sehari-hari (activity Daily Living): BAB BAK Waktu mandi Ganti pakaian Makan dan minum Menjaga kebersihan Menjaga keselamatan diri Kebutuhan istirahat tidur

3

44

55

555

2.Tingkah laku social: Hubungan dengan keluarga dekat Bergaul Mematuhi tata tertib Sopan santun Menjaga kebersihan lingkungan

34444

3.Tingkah laku okupasional: Tertarik pada kegiatan atau pekerjaan Mau melakukan kegiatan Aktif / rajin melakukan kegiatan Produktif dalam kegiatan Terampil dalam melakukan kegiatan Menghargai hasil pekerjaan Mau menerima perintah/larangan/kritik3333333

Keterangan:1. bila sangat banyak tingkah laku yang mengganggu2. bila banyak tingkah laku yang mengganggu3. bila ada tingkah laku yang mengganggu4. sama sekali tidak ada tingkah laku yang mengganggu5. tidak ada tingkah laku yang mengganggu dan punya inisiatif

F. Kesulitan Yang Dihadapi KeluargaSecara umum kesulitan yang dihadapi oleh keluarga dalam dalam hal ekonomi untuk memenuhi kebutuhan klien dalam program pengobatan, hal ini dirasakan oleh keluarga karena keluhan jarak antara rumah dengan rumah sakit jiwa yang jauh dan untuk menempuh perjalanan menuju rumah sakit jiwa memerlukan biaya yang lumayan berat bagi keluarga. Hal ini jugalah yang menjadi latar belakang kenapa kelurga tidak segera menjenguk klien ke rumah sakit untuk memberikan dukungan secara moral kepada klien agar cepat sembuh dan kembali lagi ke rumah.G. ImplementasiImplementasi keperawatan kepada keluarga pada umumnya berjalan sesuai dengan yang tertera pada Proposal Home Visite Keluarga, yang terdiri dari:5. Berikan informasi kepada keluarga tentang kondisi dan masalah keperawatan yang dialami oleh klien saat ini kepada keluarga.6. Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya peran aktif keluarga dalam merawat pasien dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.7. Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang masalah keperawatan klien terkait dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.8. Lakukan SP Keluarga dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.e. Jelaskan tentang gangguan persepsi sensori halusinasi kepada keluarga.f. Jelaskan tentang cara merawat klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi.g. Berikan pendidikan kesehatan cara menentukan rencana tindak lanjut dalam perawatan pasien.h. Motivasi keluarga untuk memberikan follow up dalam perawatan pasien selama di rumah.

H. Saran Untuk Rumah SakitKepada pihak rumah sakit disarankan agar ketika nanti pasien telah dipulangkan, dalam pemberian terapi pengobatan sebisa mungkin menekan frekuensi kunjungan atau kontrol ke pelayanan kesehatan, atau jika hal tersebut tidak bisa dilakukan maka disaranakan kepada klien untuk dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan lainnya yang terdekat dengan rumah.