3. home visite faradina sulistiyani 07700009.docx

55
1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Ibu hamil merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Gizi kurang pada ibu hamil juga akan mempengaruhi proses tumbuh kembang janin yang berisiko kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya. Melalui pelayanan antenatal ini diharapkan dapat melacak ibu hamil dengan Kurang Energi Kronis (KEK) yaitu ibu hamil dengan lingkar

Upload: mufidatul-ummah

Post on 03-Dec-2015

231 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Ibu hamil merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi.

Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan

dan segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu

adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab

tidak langsung kematian Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada

kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%).

Gizi kurang pada ibu hamil juga akan mempengaruhi proses tumbuh

kembang janin yang berisiko kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR).

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga

kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya. Melalui pelayanan antenatal

ini diharapkan dapat melacak ibu hamil dengan Kurang Energi Kronis (KEK)

yaitu ibu hamil dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau

penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan. Penambahan berat

badan ibu hamil yang normal adalah 9-12 kg selama masa kehamilan.

2

2. TUJUAN

Laporan kegiatan kunjungan rumah (home visit) ini bertujuan

untuk:

1. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan anggota keluarga yang

dikunjungi sesuai dengan penyakit dengan instrumen antara lain

Genogram, APGAR score dan sebagainya.

2. Menentukan prioritas faktor yang besar pengaruhnya terhadap kesehatan

pasiennya.

3. Memberikan solusi dengan orientasi kesehatan yang optimal.

3. MANFAAT

Pelaksanaan kunjungan di rumah ini diharapkan akan memberikan

manfaat berupa:

1. Lebih meningkatkan pemahaman dokter terhadap pasiennya.

2. Lebih meningkatkan hubungan dokter-pasien.

3. Lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.

4. Lebih meningkatkan kepuasan pasien.

5. Meminimalisasi kemungkinan penyebaran penyakit menular.

6. Mendorong pasien dan keluarganya untuk mengecilkan pengaruh faktor

pemicu penyakitnya.

3

BAB II

HASIL KEGIATAN HOME VISIT

FORM HASIL KEGIATAN HOME VISITE

LAPORAN HOME VISITE No. Berkas : 01

Berkas Pembinaan Keluarga No. RM : 2262

Puskesmas Sedati Nama KK : Tn. A

Tanggal kunjungan pertama kali : 22 Februari 2014

Nama pembina keluarga : Mersy F. Langko S.Ked

Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING

(diisi setiap kali selesai satu periode pembinaan)

Tanggal Tingkat

Pemahaman

Paraf

Pembimbing

Paraf Keterangan

4

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. A

Alamat lengkap : Jl. Cendrawasih RT 13/ RW 07

Desa Betro, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 2. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah

No.

Nama

Kedudukan

dalam

keluarga

L/P

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Pasien

Klinik

(Y/T)

Ket

1. Tn. A

KK L 34 SMP kelas 3

Wiraswasta

(membuat etalase)

T

2. Ny. S Istri P 30 Tamat SD Ibu rumah tangga

Y KEK

3. An. A

Anak P 8 MI kelas 2 Pelajar T

Sumber : Data Primer, February 2014

5

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini berdasarkan kasus yang diambil dari seorang Ibu berusia 30

tahun yang menderita KEK (Kurang Energi Kronis), yang berada di wilayah

Puskesmas Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Mengingat KEK merupakan salah satu

risiko kehamilan yang dapat menyebakan kematian ibu secara tidak langsung

beserta permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang KEK terutama masalah pencegahan akibat dan risiko kehamilan

dengan KEK. Oleh karena itu penting bagi penulis dalam hubungan dokter-

pasien yang terjalin untuk sama-sama berusaha mencapai tingkat kesehatan

yang optimal bagi pasien.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. S

Umur : 30 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

6

Pendidikan : Tamat SD

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cendrawasih RT 13/ RW 07

Desa Betro, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 22 Februari 2014

C. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : pertambahan berat badan tidak sesuai usia kehamilan.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien adalah seorang ibu yang hamil 9 bulan dengan berat badan 45

kilogram. Pertambahan berat badan Ny. S selama hamil tidak meningkat

sesuai usia kehamilan, berdasarkan pencatatan kunjungan Ante Natal Care

pada buku Kesehatan Ibu dan Anak pada kunjungan pemeriksaan kehamilan

pertama saat usia kehamilan 17 minggu hasil penimbangan BB: 39 kg;

ANC II saat usia kehamilan 18 minggu hasil penimbangan BB: 41 kg; ANC

III saat usia kehamilan 27 minggu hasil penimbangan BB: 42 kg; ANC IV

saat usia kehamilan 31 minggu hasil penimbangan BB: 44 kg; ANC V saat

usia kehamilan 35 minggu hasil penimbangan BB: 45 kg.

Pasien mengeluh nafsu makan berkurang dan sering merasa mual

sejak awal kehamilan sampai usia kehamilan 5 bulan. Selama 5 bulan

7

kehamilan Ny. S hanya makan biskuit ataupun minum sedikit air karena

terasa mual dan berakibat badannya lemas dan kurus. Setelah usia

kehamilan 5 bulan, Ny. S mulai mau makan 4 kali sehari, setiap makan satu

sendok nasi dengan tahu, tempe, atau telur serta sayur. Namun Ny. S tidak

makan daging ataupun minum susu karena akan merasa mual.

Buang air besar 1 hari sekali, mencret (-) dan buang air kecil tidak

ada keluhan. Ny. S tidak merasakan mules/kenceng-kenceng, tidak ada

riwayat keluar darah, lendir, atau cairan per vaginam. Ny. S masih

merasakan adanya gerakan janin.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

a. Riwayat haid: menarche: 12 tahun; siklus haid: 28 hari, teratur; lama

haid: 5 hari, sedikit, nyeri saat haid; Hari Pertama Haid Terakhir : 1

Januari 2013, perkiraan persalinan tanggal 8 Oktober 2013.

b. Riwayat obstetri: kehamilan kedua ini, tidak pernah keguguran, anak

pertama berjenis kelamin perempuan lahir spontan di bidan dengan

berat 3100 gram pada usia kehamilan 9 bulan.

c. Riwayat penyakit dahulu: kontak dengan penderita TB/batuk

lama/batuk darah (-), imunisasi (TT) lengkap, kencing manis (-), darah

tinggi (-), asma (-), alergi obat/makanan (-), penyakit jantung (-),

atau operasi/MRS (-).

4. Riwayat Penyakit Keluarga : kencing manis (-), tekanan darah tinggi (+)

dari Ibu, penyakit jantung (-), tuberculosis (-), alergi (-), dan operasi (-).

Ayah meninggal saat berusia 40 tahun dengan kaki bengkak pada saat Ny.

S berusia 7 tahun.

8

5. Riwayat Kebiasaan : Ny. S tidak merokok dan minum alkohol, tidak

minum jamu, hanya minum vitamin dan tablet Fe dari bidan. Ny. S tidak

pernah berolahraga. Tidak pernah mengisi waktu dengan berbincang-

bincang dengan keluarga ataupun rekreasi karena Ny. S kurang bergaul

dengan tetangga dan tinggal jauh dari keluarga serta suami tetap bekerja saat

hari libur.

6. Riwayat Sosial Ekonomi : Ny. S merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara.

Ayah Ny. S yang bekerja sebagai petani di sawah orang meninggal pada

usia 40 tahun (saat Ny. S berusia 7 tahun) disertai dengan kaki bengkak

tanpa usaha berobat karena tidak mampu. Ibu Ny. S tinggal di rumah di

sebelah kontrakan Ny. S seorang diri karena Ny. S ingin hidup mandiri dan

tidak merepotkan orang tua. Empat saudara Ny. S tinggal di Nganjuk. Ny. S

merupakan seorang ibu rumah tangga dengan suami yang bekerja dengan

membuat etalase di rumah dan sering dibawa untuk dijual ke Surabaya.

Penghasilan suami Ny. S rata-rata Rp 500.000,00 per bulan.

7. Riwayat Gizi : Ny. S sehari-hari makan 4 kali dengan satu sendok nasi,

tahu, tempe, telur, dan sayur; kadang disertai buah pisang atau pepaya. Ny.

S tidak makan daging ataupun minum susu karena akan merasa mual yang

menyebabkan nafsu makan hilang. Kesan status gizi kurang.

9

D. ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok,

luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan

kabur (-), ketajaman baik

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah tidak terasa pahit

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-), batuk darah

(-)

9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun

(+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan

11. Genitourinaria : BAK lancar

12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)

Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)

14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)

Bawah : bengkak (-), sakit (-)

10

E. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : status gizi kesan kurang

2. Tanda Vital dan Status Gizi

a. Tanda vital

1) Nadi : 84 x/menit, reguler

2) Pernafasan: 20x/menit

3) Suhu : 36,7°C

4) Tensi : 110/80 mmHg

b. Status gizi (LILA): 21 cm (<23,5 cm: risiko Kurang Energi Kronis)

BB : 45 kg TB : 153 cm

3. Kulit

Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kepala : Bentuk normal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut,

atrofi m. Temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-),

kelainan mimik wajah/bells palsy (-)

4. Mata : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)

5. Hidung: Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas

hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)

6. Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi

(-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)

7. Telinga: Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-),

cuping telinga dalam batas normal

11

8. Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

9. Leher : trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran

kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)

10. Thorax: Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

- Cor : I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis kuat angkat

P : batas kiri atas : ICS II Linea Para Sternalis Sinistra

batas kanan atas : ICS II Linea Para Sternalis Dextra

batas kiri bawah : ICS V Linea MCL Sinistra

batas kanan bawah: ICS IV Parasternal Dekstra

batas jantung kesan: tidak membesar

A : S1-S2 tunggal , bising (-)

- Pulmo : Statis (depan dan belakang)

I: pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor

A : suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan Ronkhi (-/-), whezing (-/-)

Dinamis (depan dan belakang)

I: pergerakan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor

12

A : suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan Ronkhi (-/-), whezing (-/-)

11. Ekstremitas : Palmar eritema ..

Akral dingin Oedem

- - - -

- - - -

F. Resume

Ny. S berusia 30 tahun dengan keluhan utama pertambahan berat

badan tidak sesuai usia kehamilan. Kehamilan kedua ini berusia 9 bulan

dengan berat badan 45 kilogram. Nafsu makan berkurang dan sering

merasa mual sejak awal kehamilan sampai usia kehamilan 5 bulan,

sehingga hanya makan biskuit ataupun minum sedikit air berakibat

badannya lemas dan kurus. Setelah usia kehamilan 5 bulan, mulai mau

makan 4 kali sehari, setiap makan satu sendok nasi dengan tahu, tempe,

atau telur serta sayur.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak status gizi

kesan kurang. Tanda vital T:110/80 mmHg, N: 84 x/menit, RR: 20 x/menit,

S:36,7°C, BB: 45 kg, TB: 153 cm.

G. Patient Centered Diagnosis

1. Diagnosis Biologis: Kekurangan Energi Kronis

2. Diagnosis Ekonomi : Status Ekonomi Yang Rendah

3. Diagnosis Sosial : Kurang bersosialisasi dengan warga sekitar

13

H. Penatalaksanaan

1. Non Medika mentosa

a. Diharapkan agar penderita makan makanan yang bergizi tinggi

sesuai selera dan terjangkau untuk meningkatkan status gizi yang

merupakan indikator kesembuhan pasien.

b. Diharapkan penderita mendapat motivasi yang adekuat dari

keluarga dengan cara lebih banyak meluangkan waktu untuk

berbincang-bincang dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

2. Medikamentosa: tablet Fe, vitamin.

14

BAB III

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis

Keluarga yang tinggal serumah ini terdiri dari Tn. Adi Suyanto

yaitu suami Ny. Suprapti serta putri mereka bernama An. Anita. Tn. Adi

Suyanto bekerja wiraswasta membuat dengan penghasilan sekitar Rp

500.000,00 per bulan. Ny. Suprapti melahirkan anak pertama di bidan 8

tahun lalu secara spontan dengan riwayat Kurang Energi Kronis yang

sejak awal sampai akhir kehamilan. An. Anita lahir dengan berat badan

3100 gram. Ny. Suprapti kemudian menggunakan KB suntik setiap bulan.

Secara umum, keluarga Ny. Suprapti memang cenderung berperawakan

kurus.

2. Fungsi Psikologis

Hubungan Ny. Suprapti dengan ibunya yang tinggal di samping

rumah tidak terlalu dekat. Ny. Suprapti jarang berkomunikasi dengan

ibunya karena khawatir akan menambah beban ibunya yang memiliki

penyakit darah tinggi sehingga mudah mengeluh pusing. Ny. Suprapti juga

tidak terlalu dekat dengan mertua yang berada di belakang rumah karena

sering berbeda pendapat. Hal ini membuat Ny. Suprapti lebih dekat

dengan tetangga dibandingkan dengan keluarga. Permasalahan yang

timbul dalam keluarga cenderung dipendam Ny. Suprapti seorang diri dan

dipecahkan sendiri.

15

16

3. Fungsi Sosial

Ny. S kurang bergaul dengan tetangga sekitar rumahnya. Dalam

masyarakat Ny. S dan suami hanya sebagai anggota masyarakat biasa,

tidak memiliki kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Ny. S kurang

aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat karena ingin fokus mengurusi

keluarga, Ny. S juga tidak mengikuti kegiatan lainnya seperti gotong

royong di hari minggu atau membantu hajatan tetangga.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Ny. S merupakan seorang ibu rumah tangga dengan Tn. Adi

Suyanto yang berpenghasilan sekitar Rp 500.000,00 per bulan sebagai

tulang punggung keluarga dengan bekerja wiraswasta membuat etalase.

An. Anita yang disekolahkan di MI yang tidak menggunakan dana BOS

serta memeriksakan anak dan kehamilannya ke dokter atau bidan praktik

swasta dirasa masih mampu ditanggung oleh keluarga.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Setiap masalah yang terjadi dalam keluarga, cenderung disimpan dan

dipecahkan sendiri oleh Ny. S. Namun Ny. S telah mempersiapkan diri

jika sewaktu-waktu melahirkan yang akan dijaga oleh mertua seperti pada

saat melahirkan anak pertama.

17

B. FUNGSI FISIOLOGIS APGAR SCORE

1. ADAPTATION

Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, Ny. S selalu

memendam dan berusaha memecahkan sendiri karena suami selalu sibuk bekerja

tanpa libur, tidak ingin merepotkan ibu yang memiliki penyakit darah tinggi,

ataupun mertua yang sering tidak sependapat dengan Ny. S.

2. PARTNERSHIP

Ny. S merasa bahwa tidak ada keluarga yang bisa diandalkan oleh

karenanya Ny. S selalu berusaha memecahkan masalah seorang diri. Tidak ada

keluarga yang memberi motivasi dan dukungan bagi Ny. S untuk meningkatkan

derajat kesehatannya.

3. GROWTH

Ny. S beserta suami selalu berusaha untuk hidup mandiri sehingga Ny. S

tidak perlu merasa kesulitan jika ada pihak yang tidak menerima ataupun

mendukung keinginan Ny. S beserta suami untuk menentukan arah hidup

mereka.

4. AFFECTION

Ny. S merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan suami dan

anaknya sudah cukup sebagai keluarga inti.

5. RESOLVE

Ny. S merasa cukup puas dengan waktu yang dapat ia lalui dengan putrinya

walaupun tidak ada waktu yang disempatkan untuk berekreasi sebab Tn. Adi

lebih suka bekerja dan tidak suka berlibur.

18

APGAR Ny. S Sering/

selalu

Kadang-

Kadang

Jarang

/

Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total poin 3 menunjukkan bahwa fungsi keluarga dalam keadaan sakit.

19

C. FUNGSI PATOLOGI SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga

juga dengan saudara partisipasi mereka dalam

masyarakat cukup meskipun banyak keterbatasan.

+

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik,

hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik

dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak

tradisi budaya yang masih diikuti. Jarang mengikuti

acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan.

Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan

kesopanan.

-

Religius

Agama menawarkan

pengalaman spiritual yang

baik untuk ketenangan

individu yang tidak

didapatkan dari yang lain.

Pemahaman agama cukup, bahkan anak

disekolahkan di sekolah swasta karena berharap

memperoleh pengetahuan agama yang cukup dan

anak penderita rajin sholat. Namun penerapan

ajaran agama kurang, hal ini dapat dilihat dari

penderita mulai jarang menjalankan sholat.

+

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke

bawah, untuk kebutuhan primer sudah bisa

terpenuhi, meski belum mampu mencukupi

kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak

+

20

memadai.

Edukasi Tingkat pendidikan kurang memadai karena tamat

SD. Tingkat pendidikan kepala keluarga juga masih

rendah karena berhenti saat kelas 3 SMP.

+

Medical

Pelayanan kesehatan

puskesmas memberikan

perhatian khusus terhadap

kasus penderita

Berusaha membiayai pelayanan kesehatan yang

lebih baik dan tidak ke Puskesmas.

+

Keterangan:

Kurangnya interaksi dan dukungan sosial baik dari keluarga dan tetangga serta

ekonomi menengah ke bawah serta pendidikan yang rendah mempengaruhi pola

pikir keluarga Ny. S yang yakin masih mampu hidup layak dengan sumber daya

yang ada.

21

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap : Jl. Cendrawasih RT 13/RW 07, Desa Betro, Sidoarjo

Bentuk keluarga : Nuclear family

Diagram 1. Genogram Keluarga Ny. S

Dibuat tanggal 22 Februari 2014

Sumber: Data Primer, 22 Februari 2014

Keterangan:

Tn. A : suami penderita

Ny. S : penderita

An. A : anak penderita

22

E. INFORMASI POLA INTERAKSI

Keluarga

Keterangan:

: hubungan baik

: hubungan tidak baik

Hubungan antara Ny. S, suami dan anak baik walaupun kurang dekat

karena suami sibuk bekerja, namun hal ini tidak menyebabkan hubungan antar

anggota keluarga menjadi buruk.

F. PERTANYAAN SIRKULER

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu?

Jawab : Tidak diberitahu karena jarang diajak bicara dan Ny. S khawatir

akan mempengaruhi pikiran serta kondisi kesehatan ibu.

2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan oleh ayah?

Jawab : Ayah sudah meninggal.

Ny. S

An. A

Tn. A

23

3. Ketika ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?

Jawab : -

4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?

Jawab : Keputusan bisa diambil oleh penderita sendiri atau mertua.

5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?

Jawab : Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah tetangga.

6. Selanjutnya siapa?

Jawab : Selanjutnya adalah mertua.

7. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?

Jawab : Ibu.

8. Siappa yang selalu tidak setuju dengan pasien?

Jawab : Mertua.

9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?

Jawab : Mertua.

24

BAB IV

IDENTIFIKASI BEBERAPA FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

Ny. S telah mengetahui bahwa dirinya termasuk dalam kategori

kehamilan berisiko tinggi karena kurang energi kronis dan cenderung

memeriksakan diri ke bidan di desa atau dokter swasta karena lebih dekat.

Jarang ke puskesmas karena jarak relatif lebih jauh dan ingin perawatan

yang lebih baik.

Menurut Ny. S, yang dimaksud sehat adalah keadaan terbebas dari

sakit yang menunjukkan gejala misal batuk atau pilek. Keluarga ini

meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh kuman penyakit, bukan dari guna-

guna, sihir, atau supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu mempercayai

mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih mempercayakan

pemeriksaan atau pengobatannya pada bidan atau dokter swasta yang terletak

dekat dengan rumah.

Keluarga ini tidak memiliki fasilitas kamar mandi keluarga sendiri,

kamar mandi yang digunakan berada di luar rumah dengan sumber mata air

sumur namun tanpa jamban sehingga apabila ingin membuang hajatnya

penderita dan keluarga melakukannya di kamar mandi. Kegiatan mencuci

juga menggunakan air dari sumur yang ada di rumah.

25

2. Faktor Non Perilaku

Keluarga ini termasuk keluarga menengah ke bawah dengan

sumber penghasilan suami penderita yang berwiraswasta. Dari total semua

penghasilan tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari

walaupun belum semua kebutuhan dapat terpenuhi terutama kebutuhan

sekunder dan tersier.

Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada

kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Lantai sebagian keramik,

sebagian lagi dilapisi oleh semen, dan sebagian berupa tanah. Pencahayaan

ruangan kurang, ventilasi udara kurang, dan tidak memiliki fasilitas jamban

keluarga. Rumah ini tidak memiliki fasilitas pembuangan limbah keluarga.

Sampah keluarga dibuang dan dibakar di halaman di belakang rumah.

Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah

bidan atau dokter praktek swasta.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

1. Gambaran Lingkungan

Ny. S tinggal bersama anak dan suaminya di rumah kontrakan

berdinding kayu tripleks yang berada di antara rumah penduduk lainnya.

Rumah tersebut berukuran 5 x 12 m2, menghadap utara tanpa pekarangan

rumah dan pagar pembatas. Rumah terdiri atas sebuah teras depan dari

semen berukuran 1,5x5 m2. Ruang tamu yang sekaligus digunakan sebagai

ruang keluarga, ruang kerja, parkir motor dan ruang menonton TV serta

26

ruang tidur bagi suami jika pulang, ruang ini berlantai keramik berukuran

5x4 m2. Satu kamar tidur berlantai semen, terdapat selambu dan dipan

untuk meletakan kasur. Dapur dalam rumah ini masih berlantai tanah.

Ventilasi dan penerangan rumah masih kurang. Atap rumah

tersusun dari seng dan tidak ditutup langit-langit. Sumber air untuk

kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan sumur. Rumah ini

tidak memiliki fasilitas jamban keluarga ataupun pembuangan limbah

keluarga. Sampah keluarga dibuang dan dibakar di halaman di belakang

rumah.

Kamar mandi yang digunakan berada di luar rumah dengan sumber

mata air sumur namun tanpa jamban sehingga apabila ingin membuang

hajatnya penderita dan keluarga melakukannya di kamar mandi. Kegiatan

mencuci juga menggunakan air dari sumur yang ada di rumah. Secara

keseluruhan kebersihan rumah masih kurang.

27

2. Denah Rumah

28

BAB V

DAFTAR MASALAH

1. Masalah aktif

a. Kurang Energi Kronis

b. Komplikasi pada ibu: perdarahan, anemia, berat badan ibu tidak bertambah

sesuai usia kehamilan, meningkatkan resiko infeksi, persalinan sulit dan

lama, persalinan prematur, perdarahan post partum, serta terjadi

peningkatan potensi persalinan dengan operasi caesar.

c. Komplikasi pada bayi: memengaruhi proses pertumbuhan janin yang dapat

meningkatkan resiko keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat

bawaan, asfiksia intra partum, dan BBLR.

2. Faktor Risiko

a. Kurangnya sosialisasi dengan keluarga dan tetangga

b. Tingkat pendidikan rendah

c. PHBS kurang

d. Lingkungan dan rumah yang tidak sehat

29

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada

dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

30

BAB VI

PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

1. Support Psikologis

Ny. S perlu diberi motivasi dan kepercayaan bahwa Ny. S dapat

meningkatkan berat badan selama hamil dengan meningkatkan konsumsi

makanan yang disukai dengan dan terjangkau, misalnya pisang atau

pepaya. Ny. S dapat dianjurkan untuk lebih memperhatikan berat badan

atau memeriksa lingkar lengan dan keadaan janin ke posyandu atau

Puskesmas Sedati. Dengan perkembangan yang ada diharapkan timbul

kepercayaan Ny. S bahwa beliau mampu untuk meningkatkan berat badan

selama kehamilan guna mencegah risiko langsung (BBLR) maupun tidak

langsung (kematian), lebih lanjut Ny. S mematuhi nasihat yang diberikan.

2. Penentraman Hati

Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem

psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang

penyakitnya, dengan memberikan edukasi tentang penyakitnya bahwa

penyakitnya tersebut bukan penyakit turunan dan dapat diperbaiki. Faktor

yang paling penting untuk kesembuhannya adalah ketekunan dalam

menjalani petunjuk bidan atau dokter. Selain itu juga didukung dengan

makan-makanan yang bergizi tinggi meskipun sederhana serta istirahat

31

yang cukup. Diharapkan pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka

buruk terhadap penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya

sehingga bisa mendukung perbaikan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Penjelasan, Basic Konseling, dan Pendidikan Pasien

Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah

tentang KEK. Pasien perlu tahu tentang KEK, risiko, pencegahan, dan

penanganannya. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap kali ANC

dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter, bidan maupun oleh petugas

Yankes. Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu KEK merupakan

turunan dan tidak dapat diubah. Maka pasien harus diberi pengertian untuk

terus mengupayakan perbaikan.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri

Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri pasien

bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain itu juga

ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan

dalam jadwal kontrol, keteraturan minum obat, diet yang dianjurkan dan hal-hal

yang perlu dihindari serta yang perlu dilakukan.

32

5. Perbaikan Status Gizi

Ny. S diberi pengetahuan mengenai pentingnya perbaikan status

gizi melalui peningkatan asupan makanan tinggi energi dan tinggi protein

secara bertahap sesuai dengan keadaan pasien. Ny. S juga diberi

pengetahuan mengenai variasi penyajian makanan dengan gizi tinggi serta

harus terus berupaya mendorong diri sendiri untuk meningkatkan status

gizinya. Selain itu juga diberikan makanan tambahan dan suplementasi

untuk memperbaiki status gizi pasien. Perbaikan status gizi kurang pasien

dilakukan untuk mengurangi risiko pada pasien.

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Pencegahan dan promosi kesehatan berupa perubahan tingkah laku

(meningkatkan sosialisasi), lingkungan (menjaga kebersihan lingkungan

dalam rumah dan luar rumah dengan disapu 2x/hari), memperbaiki status

gizi dengan cara diet makanan bergizi.

B. PREVENSI KEK

Pada prinsipnya secara umum prevensi untuk anak dengan KEP sama

dengan bumil dengan KEK, namun dalam hal ini diutamakan untuk

memperbaiki dan menjaga status gizi jangka panjang. Misalnya dengan

menjaga konsumsi makanan bergizi yang terjangkau.

33

BAB VII

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Segi Biologis

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik diketahui bahwa Ny.

S menderita Kurang Energi Kronis dengan LILA 21 cm.

2. Segi Psikologis

Fungsi keluarga yang sakit serta tingkat pendidikan yang rendah

menunjukkan bahwa Ny. S perlu pendampingan untuk memotivasi Ny. S

dalam usaha memperbaiki status gizi.

3. Segi Sosial

Kurangnya sosialisasi Ny. S menjadi kendala utama dalam

keluarga ini yang berpengaruh pada ketidakmampuan mendapatkan

pelayanan dan informasi tentang kesehatan keluarga juga untuk dapat

mempunyai fasilitas sanitasi serta rumah yang sesuai dengan standart

kesehatan.

4. Segi Fisik

Perlu motivasi dalam mengubah perilaku hidup bersih dan sehat

pada keluarga Ny. S.

34

B. SARAN

Pada Ny. S perlu diberikan edukasi berdasarkan five level of

prevention:

1. Health promotion

Dalam tingkat ini Ny. S beserta keluarga diberi pendidikan

kesehatan mengenai pentingnya peningkatan gizi. Ny. S juga diberi tahu

mengenai komplikasi yang mungkin terjadi, antara lain:

a. Komplikasi pada ibu: perdarahan, anemia, berat badan ibu tidak

bertambah sesuai usia kehamilan, meningkatkan resiko infeksi,

persalinan sulit dan lama, persalinan prematur, perdarahan post

partum, serta terjadi peningkatan potensi persalinan dengan operasi

caesar.

b. Komplikasi pada bayi: bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat

bawaan, asfiksia intra partum, dan BBLR.

Setelah kunjungan pertama dan Ny. S diberi motivasi untuk

meningkatkan status gizi, Ny. S mulai mau berusaha meningkatkan

status gizi dengan meningkatkan jumlah asupan. Serta bersedia untuk

berkunjung dan memeriksakan diri secara rutin ke Puskesmas, setelah

sebelumnya lebih memilih ke bidan praktek swasta karena setiap kali

periksa sekaligus menjemput anaknya yang bersekolah di dekat bidan

praktek swasta tersebut.

35

2. Specific protection

Ny. S merupakan ibu hamil berisiko tinggi sehingga perlu

pendampingan dari keluarga, bidan di desa dan kader mulai dari masa

kehamilan sampai masa nifas. Pendampingan ini di Puskesmas Sedati

disebut dengan program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal

Survival).

3. Early diagnosis and prompt treatment

Ny. S telah memeriksa golongan darah, Hemoglobin, leukosit,

dan proteinurin serta mengadakan kunjungan ANC lebih sering

mengingat kehamilan saat ini berusia 9 bulan.

4. Disability limitation

Ny. S diberi edukasi untuk rutin memeriksakan diri selama masa

nifas hingga perencanaan KB.

5. Rehabilitation

Dengan program EMAS diharapkan kesehatan Ny. S terjamin

sampai masa nifas dan anak Ny. S dapat rutin dibawa untuk mengikuti

upaya kesehatan anak di program KIA puskesmas.