home visite halim

68
Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No. Berkas : Berkas Pembinaan Keluarga No. RM : Puskesmas Sekardangan Nama KK : Tn. Rohmat Tanggal kunjungan pertama kali 13 September 2013, Nama pembina keluarga pertama kali: AA GD Ary Kusuma H , S.Ked Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu periode pembinaan ) Tanggal Tingkat Pemahaman Paraf Pembimbing Paraf Keterangan KARAKTEHISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn. Hatim Alamat lengkap : Jl. Sumatra No. 1, RT 06/01, Bulusidokare, Sekardangan, Sidoarjo Bentuk Keluarga : Nuclear Family 1

Upload: indra-ade-janiartha

Post on 12-Feb-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: Home Visite Halim

Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No. Berkas :

Berkas Pembinaan Keluarga No. RM :

Puskesmas Sekardangan Nama KK : Tn. Rohmat

Tanggal kunjungan pertama kali 13 September 2013,

Nama pembina keluarga pertama kali: AA GD Ary Kusuma H , S.Ked

Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu periode

pembinaan )

TanggalTingkat

PemahamanParaf Pembimbing Paraf Keterangan

KARAKTEHISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. Hatim

Alamat lengkap : Jl. Sumatra No. 1, RT 06/01, Bulusidokare,

Sekardangan, Sidoarjo

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

1

Page 2: Home Visite Halim

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama

Kedudukan

dalam

keluarga

L / PUmur Pendidikan Pekerjaan

Pasien

Y / TKet.

1 Hatim KK L 80 SMAPurnawirawa

n -

2 Yasiti Istri P 73 SMP IRT Y Diare akut

Sumber : Data Primer, September 2013

2

Page 3: Home Visite Halim

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I

STATUS PENDERTTA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita diare

akut, berjenis kelamin perempuan dan berusia 73 tahun, dimana pendenta merupakan salah

satu pasien diare akut yang berada di wilayah Puskesmas Sekardangan, Kabupaten

Sidoarjo, dengan berbagai pemasalahan yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak

ditemukan di masyarakat khususnya di daerah Puskesmas Sekardangan beserta

permasalahannya seperti masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola

hidup bersih dan sehat .Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan

dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama

Umur

Jenis kelamin

Pekerjaan

Pendidikan

Agama

Alamat

Suku

Tanggal periksa

: An. Y

: 73 Tahun

: Perempuan

: Ibu Rumah Tangga

: SMP

: Islam

: Bulu Sidokare RT 06/01, Sekardangan, Sidoarjo

: Jawa

: 13 September 2013

3

Page 4: Home Visite Halim

C. ANAMNESIS ( Heteroanamnesis dari ibu pasien)

1. Keluhan Utama : berak cair

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan mengalami berak cair sejak 2

hari yang lalu. Sejak kemarin pasien tersebut buang air besar 4 - 5 x sehari, jumlah

banyak, konsistensi cair, ada ampasnya, tidak ada darah dan lender. Pasien tidak

muntah, pasien tidak panas. Nafsu makan tidak berkurang, pasien suka makan pedas

dan buah seperti pepaya dan pisang.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

- Infeksi Saluran Kemih

- Kanker Rahim

- Hemoroid

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

- Riwayat keluarga alergi obat/makanan : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat Ayah/ibu merokok : disangkal

- Riwayat olah raga : disangkal

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah seorang ibu rumah tangga dengan 1 anak dengan pasangan

suami, Tn H dan penderita tinggal di sebuah rumah yang berpenghuni 2 orang

(penderita dan suaminya). Suami penderita adalah seorang purnawiran. Setiap harinya

pasien dan suaminya hanya tinggal dirumah saja. Sumber pendapatan keluarga

didapatkan dari pensiunan suami penderita sejumlah Rp 2.400.000/bulan.

7. Riwayat Gizi.

Penderita makan sehari-harinya 3x yaitu satu kali pagi hari dengan porsi

keluarga seperti nasi dengan sayur dan lauk pauk. Kesan gizi cukup.

D. ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)

4

Page 5: Home Visite Halim

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, rambut

tidak berwarna kemerahan,

luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)

3. Mata : mata cowong -/-, pandangan mata berkunang-kunang (-),

penglihatan kabur (+), ketajaman kurang

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-),

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-) , batuk darah (-)

9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (+),

nyeri perut (-), BAB cair,

11. Genitourinaria : BAK lancar, 3-4 kali/hari warna kuning

12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)

Psikiatrik : sulit dievaluasi

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)

14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)

Bawah : bengkak (-), sakit (-)

F. PEMERIKSAANFISIK

1. Keadaan Umum

Tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis (GCS 4-5-6)

2. Tanda Vital dan Status Gizi

• Tanda Vital

Nadi : 68 x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,30 C

Tensi : 130/90 mmHg

• Status gizi :

BB : 45 kg

TB : 155 cm

5

Page 6: Home Visite Halim

Status Gizi

Perhitungan status gizi :

IMT : BB/TB2 : 45/2,25 = 20kg

Nilai : < 16,0 = severe thinness

16,00-16,99 = moderate thinness

17,00-18,49 = mild thinness

18,50-24,99 = normal

25,00-29,99 = grade 1 overweight

30,00-39,99 = grade 2 overweight

> 40,0 = grade 3 overweight

3. Kulit

Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut,

atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula (-),

kelainan mimik wajah/bells palsy (-)

4. Mata

Mata cowong (-/-), Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor

(3mm/3mm), reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak

(-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)

5. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistakils (-), deformitas hidung (-),

hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)

6. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah

hiperemis (-), tremor (-)

7. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga

dalam batas normal

8. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

9. Leher

6

Page 7: Home Visite Halim

Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-),

lesi pada kulit (-)

10. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

- Cor : I : ictus cordis tak tampak

P: ictus cordis kuat angkat

P: batas kiri atas : SIC U 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas : SIC II LPSD

batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah : SIC IV LPSD

batas jantung kesan tidak melebar

A: BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)

- Pulmo : Statis (depan dan belakang)

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (+/+), whezing (-/-)

Dinamis (depan dan belakang)

I : pergerakan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (+/+), whezing (-/-)

11. Abdomen

I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)

P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P : timpani seluruh lapang perut

A : peristaltik (+) meningkat

12. Sistem Collumna Vertebralis

I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P : nyeri tekan (-)

P : NKCV(-)

13. Ektremitas: palmar eritema(-/-)

akral dingin oedem

7

Page 8: Home Visite Halim

14. Sistem genetalia: dalam batas normal

15. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik : dalam batas normal

16. Pemeriksaan Psikiatrik

Penampilan : baik, perawatan diri cukup

Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : tidak dievaluasi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan

G. RESUME

Seorang perempuan 73 tahun dengan keluhan utama berak cair. Berak cair sudah

dialami sejak 2 hari yang lalu, berak cair dalam jumlah banyak, ada ampas. Tidak

didapatkan darah/lendir. Mual muntah tidak ada.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, compos

mentis, status gizi kesan normal. Tanda vital T: 130/96 mmHg, N: 68 x/menit, Rr: 20

x/menit, S:36,3°C, BB: 45 kilogram, TB: 155 cm, status gizi Gizi normal.

Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.

H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS

Diagnosis Biologis

Diare akut

Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

1. Status ekonomi cukup.

2. Kondisi lingkungan dan rumah yang tidak sehat.

8

Page 9: Home Visite Halim

I. PENATALAKSANAAN

Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah

/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,

kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik,

mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk

melaksanakan terapi diare secara secara komprehensif, efisien dan efektif harus

dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang : 1) tepat

indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap efek

samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut berbagai aspek

didasarkan pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut (Soeparto et

al, 2006).

1. Rehidrasi

Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat

dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien

kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang agresif seperti

cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan

gula atau starch harus diberikan. Terapi rehidrasi oral murah, efektif dan lebih praktis

daripada cairan intravena. Cairan oral antara lain: ringer laktat dll. Cairan diberikan 50-

200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status dehidrasi.

Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi.

Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila pasien mengalami

kekurangan cairan 2-5% dari BB. Sedang bila pasien kekurangan cairan 5-8% dari BB.

Brat bila pasien kehilngan cairan 8-10% dari BB. Prinsip menentukan jumlah cairan

yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Macam-

macam pemberian cairan :

a. BJ plasma dengan rumus :

Kebutuhan cairan = BJ plasma – 1,025 x BB x 4 ml

0,001

b. Metode pierce berdasarkan klinis:

Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x BB(kg)

9

Page 10: Home Visite Halim

Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB(kg)

Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB(kg)

c. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis

Kebutuhan cairan = skor x 10% x kgBB x 1 liter

15

Bila skor <>

Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang, nasogastric

atau intravena.

Bila dehidrasi sedang atau berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse

pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan atau sedang pada pasien masih dapat

diberikan cairan peroral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada kontraindikasi

atau oral/saluran cerna atas tak dapat diapakai. Pemberian peroral diberikan larutan

oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3.5 g NaCl 2.5 g Natrium

bikarbonat dan 1.5 g KCL setiap liter. Contoh oralit generic, renalyte, pharolit dll.

2. Diet

Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien

dianjurkan minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, maknan mudah

dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena

adanya defisiensi lactase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri.

Minuman bercafein dan alcohol harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas

dan sekresi usus.

3. Obat anti-diare

Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala.

a. Yang paling efektif yaitu derivat opiate misal loperamid, divenoksilat-atropin dan

tinktur opium. Loperamid paling disukai karena tidak adiktiv dan memiliki efek

samping paling kecil. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat

digunakan tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan

ensepalopati bismuth. Obat antimotilitas penggunaanya harus hati-hati pada pasien

disentri yang panas (termasuk infeksi shigella) bila tanpa disertai anti mikroba,

karena dapat memperlama penyembuhan penyakit.

b. Obat yang mengeraskan tinja : atapulgit 4x2 tablet/hari, smectite 3x1 sachet

diberikan tiap diare atau BAB encer sampai diare berhenti.

c. Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase : hidrasec 3x1 tab/hari

10

Page 11: Home Visite Halim

4. Obat antimikroba

Dalam praktek sehari-hari acap kali dokter langsung memberikan antibiotic atau

antimikroba secara empiris. Pedoman sederhana pemberian antibiotic pada diare akut

dewasa seperti terlihat pada tabel berikut

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga

dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah

tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah

oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan

muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan

yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk

mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi

(Kemenkes RI, 2011).

a. Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang

11

Page 12: Home Visite Halim

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan

dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

c. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.

(Kemenkes RI, 2011)

Tabel 2.2. Kebutuhan

Oralit per Kelompok

Umur Umur

Jumlah oralit yang

diberikan tiap BAB

Jumlah oralit yang

disediakan di rumah

< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)

1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4

bungkus)

> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5

bungkus)

Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari

2. Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat

menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini

meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga

12

Page 13: Home Visite Halim

berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi

selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,

mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan

kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare

harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet

zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan

pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).

3. Pemberian ASI/makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat

badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu

formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi

yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan

diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan

ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI,

2011).

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare

pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare

dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).

Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena

terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-

obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian

besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa

digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).

13

Page 14: Home Visite Halim

5. Pemberian Nasihat

Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat

dengan balita harus diberi nasehat tentang:

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

a. Diare lebih sering

b. Muntah berulang

c. Sangat haus

d. Makan/minum sedikit

e. Timbul demam

f. Tinja berdarah

g. Tidak membaik dalam 3 hari.

J. FOLLOW UP

Tanggal 13 September 2013

S : Penderita sudah tidak berak cair. Panas -, mual -, muntah -, nafsu makan baik.

BAK normal.

O : KU : baik , compos mentis.

Tanda vital : T : 130/80 R :20x/menit

N :84x/menit

S :36,7°C

Status Generalis : Mata : Mata cowowng (-/-)

Status Neurologis : dalam batas normal.

Status Mentalis : dalam batas normal

A : Diare akut

P : Berikan Makanan menu keluarga 2-3x sehari dengan komposisi nasi, lauk,

sayur , dan buah yang seimbang, serta oralit dan obat-obat yang telah diberikan.

14

Page 15: Home Visite Halim

Tanggal 13 September 2013

S : Penderita masih berak cair 2x saat pagi. Panas -, mual -, muntah -, nafsu makan

membaik. BAK normal.

O : KU sedang, compos mentis, gizi kurang

Tanda vital : T : - R :18x/menit

N : 66x/menit S : 36,5°C

Status Generalis : Mata : mata cowong (-/-)

Status Neurologis : dalam batas normal.

Status Mentalis : dalam batas normal

A : Diare akut membaik

P : Menjaga kebersihan anak serta peralatan makan anak.

FLOW SHEET

Nama : An. I

Diagnosis : Diare akut

NOTGL

Tensi

mm

Hg

BB

Kg

TB

Cm

Status

Gizi

Mata

cowongKET

1 11/09/2013 - 19 123Gizi

Cukup (-/-)

212/09/2013 - 19 123

Gizi

Cukup(-/-)

3 13/09/2013 - 19 123Gizi

Cukup (-/-)

15

Page 16: Home Visite Halim

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis.

Keluarga terdiri dari penderita, ayah (Tn. Rohmat, 42 tahun), Ibu (Ny. Mia,

43 tahun). Penderita tinggal serumah ayah ,ibu, serta ketiga kakak perempuannya.

2. Fungsi Psikologis.

An. I tinggal serumah dengan kedua orang tuanya. Hubungan keluarga

mereka terjalin cukup akrab. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu

dengan yang lain. Ayah penderita bekerja setiap hari sebagai perawat dan penjual

burung. Sehingga sehari-hari penderita lebih banyak menghabiskan waktunya

dengan ibu dan kakak-kakak penderita.

Penghasilan ayah penderita kurang karena harus membiayai kehidupan

seluruh anggota keluarga, namun mereka tetap hidup cukup bahagia dan mengaku

tidak pernah kekurangan dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

3. Fungsi Sosial

Dalam masyarakat kedua orang tua penderita hanya sebagai anggota

masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat.

Kedua orang tua penderita kurang aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat karena

jam kerja yang menyita waktu. Dalam kesehariannya keluarga penderita bergaul

akrab dengan masyarakat di sekitarya seperti halnya anggota masyarakat yang lain.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari ayah yang bekerja

wiraswasta dengan penghasilan sebesar Rp 2.000.000 per bulannya.

Penghasilan tersebut juga digunakan untuk membiayai seluruh anggota

keluarga. Untuk biaya bidup sehari-hari seperti makan, minum, biaya sekolah atau

iuran membayar listrik hanya mengandalkan uang yang ada dan tidak pemah

menyisihkannya untuk menabung ataupun biaya-biaya mendadak (seperti biaya

pengobatan dan lain-lain). Untuk memasak memakai kompor gas. Makan sehari-

hari Iauk pauk, sayur, kadang daging, buah dan frekuensi makan 3 kali sehari.

Kalau ada keluarga yang sakit biasa berobat ke puskesmas.

16

Page 17: Home Visite Halim

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Penderita masih berusia 7 tahun sehingga saat mendapatkan masalah cenderung

untuk menceritakannya kepada keluarganya sendiri. Untuk kemampuan beradaptasi,

penderita tidak mengalami kesulitan karena saat sekolah pun tidak sukar untuk

bergaul.

B. APGAR SCORE

ADAPTATION

Penderita sangat dekat dengan anggota keluarga di rumahnya. Penderita

termasuk anak yang cukup aktif bermain meskipun sering mengalami diare sepanjang

tahun 2013 ini.

PARTNERSHIP

An. E memiliki seorang kakak perempuan berumur 11, 14, dan 17 tahun.

Menurut orang tua penderita, setiap hari penderita kerap diajak bermain-main oleh

kakaknya.

GROWTH

An.E memang cukup sering mengalami diare sepanjang tahun 2013 ini,namun

orang tua penderita selalu berusaha memberikan pengobatan yang baik ketika penderita

sedang sakit, salah satunya dengan selalu membawa penderita berobat ke PKM.

AFFECTION

An. E mendapat cukup banyak perhatian dan kasih sayang dari seluruh anggota

keluarga.

RESOLVE

An. E selalu mendapat perhatian dari segenap anggota keluarga. Karena

kesibukan ayah penderita, penderita jarang menikmati kebersamaan bersama anggota

keluarga di luar rumah.

17

Page 18: Home Visite Halim

APGAR Tn. Rohmat Terhadap KeluargaSering/

selalu

Kadang-

kadangJarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan

membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan

mendukung keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hid up yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresi-

kan kasih sayangnya dan merespon emosi saya

seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Tn Rohmat bekerja sebagai perawat dan penjual burung. Tn.Rohmat

mengendarai sepeda motor setiap hari pulang pergi untuk bekerja sehingga sampai

rumah sudah mulai malam. Karena itu Tn. Rohmat tidak cukup sering bermain ataupun

berinteraksi bersama anaknya.

Namun saat hari libur Tn. Rohmat selalu berada di rumah untuk membantu

isterinya merawat anak-anaknya.

18

Page 19: Home Visite Halim

APGAR Ny. Mia Terhadap KeluargaSering/

selalu

Kadang-

kadangJarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan

membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan

mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan

baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan

kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti

kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara kelnarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Ny. Mia sehari-harinya tidak bekerja, sehingga bisa menjaga dan merawat

anak-anak setiap hari di rumah.

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga An. Elang adalah 19, Hal

ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga An. Elang dan

keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin

baik.

C. SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga

juga dengan saudara partisipasi mereka dalam

masyarakat cukup meskipun banyak keterbatasan

_

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik,

hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik

dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak

tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti

acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran

_

19

Page 20: Home Visite Halim

dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan

kesopanan

Religius

Agama menawarkan pe-

ngalaman spiritual yang

haik untuk ketenangan in-

dividu yang tidak didapat-

kan dari yang lain

Pemahaman agama cukup. Namun penerapan

ajaran agama cukup. Setiap pagi mereka selalu

berdoa bersama dan saat minggu pagi beribadah ke

gereja bersama-sama.

_

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke

bawah, untuk kebutuhan primer sudah bisa

terpenuhi, meski belum mampu mencukupi

kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak

memadai, diperlukan skala prioritas untuk

pemenuhan kebutuhan hidup

_

Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang memadai.

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua

masih rendah. Kemampuan untuk memperoleh dan

memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-buku,

koran terbatas.

+

Medical Pelayanan kesehatan puskesmas memberikan

perhatian khusus terhadap kasus pendenta

Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan

yang lebih balk Dalam mencari pelayanan

kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan

Puskesmas dan hal ini mudah dijangkau karena

letaknya dekat

_

Keterangan

Ekonomi (-) artinya keluarga An. Elang tidak menghadapi permasalahan dalam hal

perekonomian keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan sehari-

hari yang bisa tercukupi .

20

Page 21: Home Visite Halim

Religius (-) artinya keluarga An. Irzam tidak menghadapi permasalahan di bidang

agama, kedua orang tua An. Irzam taat beribadah bersama setiap hari Minggu. Hal

ini mempengaruhi ketentraman batin karena pendenta dekat dengan Tuhan

terutama dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada.

Edukasi (+) artinya keluarga An. Irzam menghadapi permasalahan dalam bidang

pendidikan, ibu pasien hanya lulusan SMP. Hal ini akan mempengaruhi

pengetahuan dan pola berpikir dalam pengasuhan dan perawatan

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap : Bulu Sidokare RT 01/01, Sekardangan, Sidoarjo

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Diagram 1. Genogram Keluarga An. Elang, Dibuat tanggal 11 September 2013

Sumber : Data Primer, 11 September 2013

Keterangan:

Penderita

Tn. Rohmat : Ayah Penderita

Ny. Mia : Ibu Penderita

21

An. Elang7 TahunLaki-laki

Tn. Rohmat43 tahunLaki-laki

Ny. Mia43 tahunperempuan

Page 22: Home Visite Halim

E. INFORMASI POLA INTERAKSI

Keluarga

Keterangan : = hubungan baik

= hubungan tidak baik

Hubungan antara An. Elang, ayah, ibu, serta kakak-kakaknya baik dan dekat.

Antara ayah dan ibunya baik. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau

hubungan buruk antar anggota keluarga.

22

Tn. Rohmat, 42tahun Ayah penderita

Ny. Mia, 43 tahunIbu penderita

An.Elang, 7 tahunpenderita

Fanny, 17 tahunKakak Penderita

Elly,14 tahunKakak penderita

Lia,11 tahunKakak Penderita

Page 23: Home Visite Halim

F. PERTANYAAN SIRKULER

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu ?

Jawab :

Ibu merawat penderita serta membawa penderita berobat ke Puskesmas.

2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan ayah ?

Jawab :

Ayah mendukung apa yang dilakukan oleh ibu. Karena ia mempercayai urusan

anak sehari-hari kepada ibu.

3. Ketika ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain ?

Jawab :

Ikut mendukung dan membantu apa yang diputuskan ayah.

4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan ?

Jawab :

Dibutuhkan ijin ayah, karena ia sebagai kepala keluarga. Namun sebelumya melalui

musyawarah dengan anggota keluarga lainya atau mungkin juga melibatkan

keluarga besarnya.

5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita ?

Jawab :

Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah ibu.

6. Selanjutnya siapa ?

Jawab :

Selanjutnya adalah nenek penderita. Karena nenek penderita cukup sering

berkunjung dan merawat penderita di rumah bersama ibu penderita.

7. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita ?

Jawab :

Ayah, karena ayah karena setiap harinya ayah penderita bekerja cukup jauh dari

rumah.Setiap hari berangkat pagi dan pulang ketika menjelang malam.

8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien ?

Jawab : -

9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya ?

Jawab : segala keputusan di rumah diambil melalui musyawarah antara seluruh

anggota keluarga.

23

Page 24: Home Visite Halim

BAB III

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

An. E adalah seorang anak dari pasangan Tn. R dan Ny. M. Saat ini penderita

berumur 7 tahun dan tinggal bersama orang tua dan kakak-kakak perempuan penderita

yang berusia 11, 14,dan 17 tahun.

Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat adalah

keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-hari. Keluarga ini

menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit, akan dibutuhkan biaya

tambahan yang dikeluarkan untuk berobat. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya

disebabkan oleh kuman penyakit, bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/

takhayul. Mereka tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah

penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan,

atau dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.

Lingkungan rumah mereka tidak sehat karena air sumur yang digunakan untuk

mandi berwarna keruh dan berbau, namun mereka berusaha menjaga kebersihan badan

dengan menggunakan air PDAM lalu menggunakan sabun mandi serta selalu mandi 2x

sehari, yaitu pagi dan sore hari. Mereka juga menata perabot rumah dengan baik dan

menyapu rumah setiap hari .

Keluarga ini sudah memiliki fasilitas jamban keluarga. Namun untuk

melakukan kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air dari pompa air

yang ada di rumah. Untuk kebutuhan air minum dan memasak, mereka menggunakan

air PDAM.

24

Page 25: Home Visite Halim

2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga menengah ke

bawah. Keluarga ini memiliki satu sumber penghasilan yaitu dari ayah yang bekerja

sebagai perawat dan penjual burung. Dari total semua penghasilan tersebut keluarga

dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari walaupun belum semua kebutuhan dapat

terpenuhi terutama kebutuhan sekunder dan tertier.

Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada kekurangan

dalam pemenuhan standar kesehatan. Hanya terdapat 2 kamar tidur. Sampah keluarga

dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di belakang rumah. Fasilitas

kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah Puskesmas

Sekardangan.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 6 x 12 m2 dan menghadap ke

Timur. Memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang tamu yang

digunakan sebagai ruang keluarga dan menonton TV, dua kamar tidur utama, dapur,

tempat mencuci yang bersebelahan dengan kamar mandi yang memiliki fasilitas

jamban keluarga. Terdiri dari 1 pintu keluar , yaitu 1 pintu depan. Jendela ada 5 buah,

di ruang tamu, dapur, kamar mandi, tempat mencuci dan disetiap kamar tidurnya. Pada

pagi hari jendela selalu dibuka dan ditutup menjelang sore.

Lantai rumah terbuat dari keramik dan pada bagian dapur terbuat dari semen .

Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Atap rumah tersusun dari genteng. Masing-

masing kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur. Dinding rumah terbuat dari

batubata yang sudah di semen dan dicat. Perabotan rumah tangga cukup. Sumber air

untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan air sumur yang ditimba

untuk keperluan mencuci dan mandi, serta menggunakan air PDAM untuk keperluan

air minum dan memasak. Secara keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-

hari keluarga memasak menggunakan kompor gas .

25

Page 26: Home Visite Halim

Denah Rumah :

26

Page 27: Home Visite Halim

BAB IV

DAFTAR MASALAH

1. Masalah Aktif :

a. Diare akut

b. Kondisi ekonomi lemah

c. Pengetahuan orang tua yang kurang tentang penyakit pendenta

2. Faktor resiko:

a. Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan

faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

27

An. Elang, 7 tahun

Diare akut

Kondisi ekonomi

lemah

Pengetahuan orang tua kurang

PHBS

Page 28: Home Visite Halim

BAB V

PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

1. Suport Psikologis

Keluarga pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor yang

dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada dokternya.

Antara lain dengan cara:

a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.

b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau kondisi

fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan

kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.

Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan

YME, misalnya dengan lebih lagi rajin ibadah, berdoa dan memohon hanya kepada

Tuhan.

Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal yang

hams dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi kondisi sosial,

dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati

Dalam kasus ini menentramkan hati diperlukan untuk keluarga pasien dengan

problem psikologis antara lain kecemasan tentang penyakit yang diderita anaknya,

kekhawatiran apabila anaknya sering mengalami masalah yang sama sehingga

pertumbuhan dan perkembangan sang anak terganggu. Menentramkan hati penderita

dengan memberikan edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan

penyakit turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk

kesembuhannya adalah kepatuhan menjalankan anjuran dokter seperti menjaga pola

makan anak dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat baik untuk diri sendiri dan

lingkungan sekitar. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang bergizi

tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup.

28

Page 29: Home Visite Halim

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien

Diberikan penjelasan yang benar mengenai penyakit diare akut tersebut..

Sehingga persepsi yang salah dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan

melalui konseling setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh

dokter maupun oleh petugas Yankes.

Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu:

a. Diare merupakan penyakit biasa yang wajar pada anak - anak

b. Diare akut yang sering terjadi tidak perlu diberi perhatian serius

Maka pasien harus diberi pengertian bahwa diare bukanlah penyakit yang

tidak bisa dicegah. Dengan menerapkan pola hidup sehat dan teratur diimbangi

dengan pemenuhan gizi yang baik untuk anak, maka diare bisa dihindari sehingga

pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan dengan baik.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri

Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri keluarga

pasien bahwa ia bisa menerapkan anjuran yang diberikan oleh dokter. Selain itu juga

ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan dalam

menjalankan anjuran tersebut. Meskipun anak sudah sembuh diharapkan keluarga

tetap menjalankan pola hidup sehat untuk seluruh anggota keluarga.

5. Pengobatan

Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam

penatalaksanaan.

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan

berupa perubahan tingkah laku (menjaga kebersihan diri sendiri, peralatan makan dan

minum anak), lingkungan (tempat tinggal yang tidak boleh lembab dengan

penggunaan ventilasi yang cukup, pemakaian genteng kaca sehingga pencahayaan

cukup dan kebersihan lingkungan rumah dan luar rumah yang bersih dengan disapu

2x/hari), meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi dan olah

29

Page 30: Home Visite Halim

raga yang teratur. Dengan demikian diare dapat dicegah sehingga pertumbuhan anak

berjalan dengan baik.

B. PENCEGAHAN DIARE AKUT TERHADAP ANGGOTA KELUARGA YANG

LAIN

Pada prinsipnya secara pencegahan diare adalah mengenai pola hidup sehat

baik terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar agar terhindar dari berbagai penyakit

infeksi.

1. Bagi keluarga biasakan menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Biasakan

membersihkan rumah setidaknya 2 kali setiap hari, serta mencui perabotan rumah

dan pakaian menggunakan air bersih. Selalu mengkonsumsi air bersih yang sudah

dimasak serta menggunakan sumber air yang baik.

2. Istirahat yang cukup 6-8 jam sehari semalam.

4. Olah raga teratur dan makan-makanan yang bergizi.

Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk meningkatkan daya tahan

tubuh bagi anggota keluarga dan tentunya untuk pasien sendiri.

30

Page 31: Home Visite Halim

BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

A. LATAR BELAKANG

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak

di negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian

besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus,

bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare

akut, termasuk sindroma malabsorpsi. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban

ekonomi yang tinggi di sector kesehatan oleh karena rata-rata 30% dari jumlah tempat

tidur yang ada di rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare, selain

itu juga di pelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam

urutan 10 penyakit terbanyak dipopulasi (Santoso & Subagyo, 2010).

B. DEFINISI

Diare atau penyakit diare ( diarrheal disease) berasal dari kata diarrola

(bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan suatu keadaan abnormal dari

pengeluaran tinja yang frekuen. Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya

frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/sehari) disertai perubahan konsistensi

tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah dan lendir (Suraatmaja, 2007).

C. EPIDEMIOLOGI

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang

termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan

tertinggi pada anak terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak

meninggal setiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjkadi di

negara berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh

diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih

merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia

24%,untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding

pneumonia 15,5% (Santoso & Subagyo, 2010).

31

Page 32: Home Visite Halim

D. ETIOLOGI

Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis

mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab

infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri, dan parasit.

Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non inflammatory dan

inflammatory. Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi

enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh

parasit, perlekatan dan atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare

biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau

memproduksi sitotoksin (Santoso & Subagyo, 2010).

Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia

adalah sebagai berikut :

Golongan Bakteri :

1. Aeromonas

2. Bacillus cereus

3. Campylobacter jejuni

4. Clostridium perfringens

5. Clostridium defficile

6. Escherichia coli

7. Plesiomonas shigeloides

8. Salmonella

9. Shigella

10. Staphylococcus aureus

11. Vibrio cholera

12. Vibrio parahaemolyticus

13. Yersinia enterocolitica

Golongan Virus :

1. Astrovirus

2. Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)

3. Enteric adenovirus

32

Page 33: Home Visite Halim

4. Coronavirus

5. Rotavirus

6. Norwalk virus

7. Herpes simplex virus*

8. Cytomegalovirus*

Golongan Parasit

1. Balantidium coli

2. Blastocystis homonis

3. Cryptosporidium parvum

4. Entamoeba histolytica

5. Giardia lamblia

6. Isospora belli

7. Strongyloides stercoralis

8. Trichuris trichiura

Sumber : Nelson Textbook of Pediatric

* : umumnya berhubungan dengan diare hanya pada penderita

imunocompromised

E. PATOGENESIS

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah (Alatas, 2007)

1. Gangguan osmotic

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare

timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan, sehingga timbul diar2. Sebaliknya bila peristaltic usus

33

Page 34: Home Visite Halim

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat

menimbulkan diare pula.

Patogenesis Diare Akut (Alatas, 2007)

1. Masuknya jasad renik ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam

lambung

2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus

3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)

4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare

Patofisiologi

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi (Alatas, 2007) :

1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan

keseimbangan asam – basa (asidosis metabolic, hipokalemia, dan sebagainya)

2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran

bertambah)

3. Hipoglikemia

4. Gangguan sirkulasi darah

F. GEJALA KLINIS

GejaIa Klinis

Frekuensi buang air besar bertambah dengan bentuk dan konsistensi yang

lain dari biasanya dapat cair, berlendir, atau berdarah, dapat juga disertai gejala lain,

anoreksia panas, muntah atau kembung. Dapat disertai gejala komplikasi, gangguan

elektrolit, dehidrasi, gangguan gas darah/asidosis (Putra, 2008).

G. DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN

Anamnesis perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit kepada keluarga

atau penderita, seperti lamanya diare, frekuensinya, volumenya, warnanya, berat badan

sebelum lahir, ada atau tidaknya batuk, pilek dan demam sebelum, selama, sesudah diare

( Suraatmaja, 2007).

34

Page 35: Home Visite Halim

Pada pemeriksaan fisik kelainan yang ditemukan sangat berguna dalam

menentukan beratnya diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan

ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh, dan tanda toksisitas. Pada

pemeriksaan abdomen adanya kualitas bunyi usus dan ada tidaknya distensi abdomen

dan nyeri tekan merupakan tanda bagi penentuan etiologi ( Simadibrata, 2006).

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan seperti pemeriksaan tinja, pemeriksaan

darah berupa darah lengkap, pemeriksaan elektrolit dan pH serta intubasi duodenal pada

diare kronik untuk mencari kuman penyebab (Suraatmaja, 2007).

H. TERAPI

Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah

/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,

kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik,

mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk

melaksanakan terapi diare secara secara komprehensif, efisien dan efektif harus

dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang : 1) tepat

indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap efek

samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut berbagai aspek

didasarkan pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut (Soeparto et

al, 2006).

Prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah

Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi

WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki

kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak

kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program

LINTAS DIARE yaitu (Kemenkes, 2011) :

1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

4. Antibiotik Selektif

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

35

Page 36: Home Visite Halim

1. Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga

dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah

tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah

oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan

muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan

yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk

mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi

(Kemenkes RI, 2011).

a. Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang

36

Page 37: Home Visite Halim

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan

dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

c. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.

(Kemenkes RI, 2011)

Tabel 2.2. Kebutuhan

Oralit per Kelompok

Umur Umur

Jumlah oralit yang

diberikan tiap BAB

Jumlah oralit yang

disediakan di rumah

< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)

1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4

bungkus)

> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5

bungkus)

Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari

2. Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat

menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini

meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga

37

Page 38: Home Visite Halim

berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi

selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,

mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan

kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare

harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet

zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan

pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).

3. Pemberian ASI/makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat

badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu

formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi

yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan

diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan

ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI,

2011).

3. Pemberian ASI/makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat

badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu

formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi

yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan

diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan

ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI,

2011).

38

Page 39: Home Visite Halim

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare

pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare

dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).

Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena

terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-

obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian

besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa

digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).

5. Pemberian Nasihat

Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan

balita harus diberi nasehat tentang:

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

a. Diare lebih sering

b. Muntah berulang

c. Sangat haus

d. Makan/minum sedikit

e. Timbul demam

f. Tinja berdarah

g. Tidak membaik dalam 3 hari.

39

Page 40: Home Visite Halim

I. HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN DIARE

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek, yang

saling berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Banyak

factor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan

masyarakat. Menurut model segitiga epidimiologi, suatu penyakit timbul akibat interaksi

satu sama lain yaitu antara factor lingkungan, agent dan host (Umiati, 2010).

Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi penentu

pendorong terjadinya diare. Faktor lingkungan merupakan factor yang paling penting

sehingga untuk penanggulangan diare diperlukan upaya perbaikan sanitasi lingkungan

(Zubir, 2006).

Faktor – factor yang berhubungan dengan kejadian penyakit diare antara lain :

1. Faktor sanitasi lingkungan

A. Sumber air minum

Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan manusia

akan air sangat komplek antara lain untuk minum, masak, mencuci, mandi, dan

sebagainya. Di antara kegunaan – kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah

kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk

memasak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan

penyakit bagi manusia termasuk diare (Umiati, 2010).

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah

(Umiati, 2010) :

1) Mengambil air dari sumber air yang bersih

2) Mengambil dan menyiumpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup,

serta menggunakan gayung khusus untuk mengambiul air.

3) Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang,

anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum

dengan sumber pengotoran (tangki septik), tempat pembuangan sampah

dan air limbah harus lebih dari 10 meter

4) Menggunakan air yang direbus

5) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air bersih dan cukup.

B. Kualitas fisik air bersih

C. Kepemilikan jamban

40

Page 41: Home Visite Halim

Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat

buang air besar. Sehingga sebagai tempat pembuangan tinja, jamban sangat potensial

untuk menyebabkan timbulnya berbagai gangguan bagi masyarakat yang ada di

sekitarnya. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan estetika, kenyamanan dan

kesehatan. Syarat jamban sehat (Notoatmodjo, 2003) :

1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.

2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.

3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.

4) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoak, dan

binatang – binatang lainnya.

5) Tidak menimbulkan bau.

6) Mudah digunakan dan dipelihara.

7) Sederhana desainnya.

8) Murah.

9) Dapat diterima oleh pemakainya.

2. Faktor perilaku

Faktor perilaku yang dapat menyebabkan kuman enteric dan meningkatkan

resiko terjadinya diare. Perilaku – perilaku tersebut antara lain (Umiati,

2010) :

1) Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4 – 6 bulan.

2) Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman

karena botol susu susah dibersihkan.

3) Menggunakan air minum yang tercemar.

4) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah

membuang tinja anak.

5) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.

41

Page 42: Home Visite Halim

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Segi Biologis:

- An. E (7 tahun), menderita diare akut

- Rumah dan lingkungan tempat tinggal An. E tidak sehat.

2. Segi Psikologis:

- Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang terjalin cukup

akrab, harmonis, dan hangat

- Pengetahuan akan penyebab dan penanggulangan serta pencegahan diare akut

yang masih kurang yang berhubungan dengan tingkat pendidikan yang masih

rendah

3. Segi Sosial:

- Problem ekonomi menjadi kendala utama dalam keluarga ini yang berpengaruh

pada ketidakmampuan mendapatkan pelayanan dan informasi tentang

kesehatan keluarga juga untuk dapat mempunyai fasilitas sanitasi, rumah

yang sesuai dengan standart kesehatan.

4. Segi fisik:

- Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An. E tidak sehat.

B. SARAN

1. Untuk masalah diare akut yang diderita hendaknya dilakukan upaya :

- Promotif : edukasi kedua orang tua penderita mengenai langkah – langkah

pencegahan diare, seperti : penggunaan air bersih yang cukup, kebiasaan cuci

tangan sebelum dan sesudah makan, penggunaan jamban yang benar,

pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak – anak dan bayi yang benar,

memberikan imunisasi rotavirus.

2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat dilakukan

langkah-langkah:

Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka jendela tiap

pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan

rumah.

42

Page 43: Home Visite Halim

3. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :

Rehabilitatif : Pemerintah hendaknya berupaya pemberian kesempatan memperoleh

pendapatan yang layak, dan membantu memperkuat kemampuan wanita untuk

membina keluarganya, sehingga diharapkan pada masa yang akan datang dapat

terlepas dari kemiskinan. Karena dengan peningkatan pendapatan memungkinkan

untuk dapat membeli makanan yang lebih baik, kondisi pemukiman yang lebih

sehat, dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik.

43

Page 44: Home Visite Halim

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, 2007, Diare pada Bayi dan Anak, Edisi Kesebelas, Infomedika Jakarta, Jakarta.

Anonim, 2011, Program LINTAS Diare, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim, 2013, Diarrhoeal Disease, available from :

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs/330/3n/

Notoatmodjo S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip – Prinsip Dasar, Jakarta : PT.

Rineka Cipta

Putra D S, 2008, Diare Akut pada Anak, Available from :

http://www.dr.rocky.com/layout-artikel-kesehatan/42-diare-akut-pada-anak

Soeparto P, Djupri L, Ranuh R, Subijanto M S, 2006, Managemen Diare pada Bayi dan

Anak, Divisi Gastroenterologi, SMF Ilmu Kesehatan Anak, FK UNAIR, RSU

Dr.Soetomo, Surabaya.

Suraatmaja S, 2007, Kapita Selekta Gastroenterologi, Jakarta : CV. Sagung Seto

Subagyo B, Santoso B N, 2011, Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi, Edisi Kedua,

IDAI, Jakarta.

Umiati, 2010, Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada

Balita di Wilayah Kerja PKM Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009.

Zubir, Juffrie M, Wibowo T, 2006, Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu

dalam Penanggulangan Dini Diare pada Balita di Kecamatan Baiturrahman

Tahun 2000, Jurnal Kesehatan, 1 (1) : 11-17.

44

Page 45: Home Visite Halim

LAMPIRAN

RUMAH PASIEN

TAMPAK DEPAN

.

RUANG TAMU/RUANG TV

45

Page 46: Home Visite Halim

KAMAR TIDUR 1

KAMAR TIDUR 2

46

Page 47: Home Visite Halim

DAPUR

WC

47

Page 48: Home Visite Halim

TEMPAT MENCUCI

48