lapkas tht.doc
TRANSCRIPT
Laporan Kasus
Tumor Palatum
Pembimbing : dr. Pulo RSB, SpTHT
Oleh : Crystalia. S (07120100010)
KEPANITERAAN KLINIK TELINGA HIDUNG TENGGOROK
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
SILOAM HOSPITAL LIPPO VILLAGE
PERIODE 21 SEPTEMBER 2015 – 24 OKTOBER 2015
1
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
No. rekam medis : 00-67-07-**
Tmpt, tgl lahir : 7 Febuari 1974
Usia : 41 tahun
Alamat : Kp Jagabita RT 002/RW 003
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status : Menikah
Tanggal masuk RS : 28 September 2015
II. Anamnesis (Autoanamnesis pada tanggal 22 Juni 2015)
Keluhan utama
Benjolan dalam mulut yang semakin membesar dan nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik THT RSUS dengan keluhan adanya benjolan
dalam mulut yang semakin membesar dan bertambah nyeri sejak kurang
lebih 4 bulan lalu. Nyeri dirasakan di dalam mulut pasien sebelah kiri,
bersifat menusuk dan panas, menjalar sampai kepala dan leher sebelah
kiri, hilang timbul, dengan durasi kurang lebih 10 menit, tidak ada faktor
yang dapat meringankan, dan biasanya muncul setelah makan. Selama 4
bulan ini juga pada benjolan keluar cairan berwarna kuning yang
terkadang disertai darah dan berbau busuk. Cairan yang keluar sedikit-
sedikit hanya seperti meludah. Biasanya cairan keluar saat pasien merasa
kesakitan.
Keluhan lain yang dialami pasien adalah tidak bisa menelan. Terkadang
pasien tidak bisa menelan saat benjolan membengkak dan nyeri. Pasien
juga tidak dapat menggerakan rahangnya saat sedang nyeri.
Sebelumnya, kurang lebih 1,5 tahun yang lalu benjolan sudah ada, tetapi
hanya berukuran 0,5 cm dan kemudian membesar. Saat itu pasien pergi ke
2
mantri kemudian di sayat dan keluar gumpalan darah, kemudian diberikan
antibiotik, anti radang selama 4 hari. Setelah itu pasien merasa membaik,
dan benjolan mengecil. Selain itu pasien juga pernah ke dokter THT 1
tahun lalu dirujuk ke bogor, tetapi tidak dilakukan karena pasien sudah
membaik dan benjolannya sudah mengecil. Namun setelah itu benjolan
tumbuh lagi.
Satu hari sebelum ke poliklinik pasien pergi ke mantri yang berbeda
dengan sebelumnya. Tindakan yang dilakukan sama, yaitu disayat dan
keluar gumpalan darah. Pada malam harinya pasien ke klinik dan
kemudian diminta untuk ke dokter THT dan diberikan obat anti nyeri,
obat maag, antibiotik, antihipertensi, dan anti radang.
Sebelum benjolan timbul pasien sering mengalami nyeri tenggorokan dan
dikatakan sebagai radang saat berobat. Pada saat itu pasien merasa adanya
bintik-bintik kecil di mulutnya. Demam, batuk lama, penurunan berat
badan disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu
o Alergi disangkal
o Pasien tidak mengetahui adanya penyakit kronis seperti hipertensi
dan DM
o Pasien belum pernah dirawat di RS ataupun melakukan operasi
o Keluhan serupa sebelumnya disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
o Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, keganasan dan penyakit
turunan lainnya disangkal
o Keluhan serupa disangkal
Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
o Pasien tinggal bersama suami dan 5 anaknya
Riwayat Kebiasaan
o Merokok disangkal
o Mengunyah sirih disangkal
o Pasien menyangkal minum-minuman keras dan mengkonsumsi
obat-obatan
3
o Sikat gigi secara teratur 2x sehari saat bangun tidur dan sebelum
tidur
o Pasien sering mengorek-ngorek benjolannya karena merasa tidak
nyaman dan kesal dengan benjolan tersebut
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
o Tekanan darah : 120/70 mmHg
o Nadi : 80 x/menit
o Laju nafas : 21 x/menit
o Suhu : 36,5oC
Status Generalis
Kepala dan Leher
Kepala Normosefali, jejas (+)
Mata
Sklera tidak ikterik, konjungtiva pucat
-/-, refleks cahaya langsung +/+, tidak
langsung +/+, swelling (+)
Leher Pembesaran KGB (-)
THT
Telinga Dalam batas normal
Hidung Dalam batas normal
Mulut dan Tenggorokan
Masa pada sisi kiri palatum, keras
kenyal, berukuran 5x3 cm, berbentuk
tidak beraturan, berwarna merah muda
dengan lapisan putih pada ulkusnya
sekret (-), nyeri (-) tonsil dan faring
tidak dapat dinilai
Thorax
Paru - Inspeksi: gerak napas simetri
kanan dan kiri, lesi (-), massa (-)
- Palpasi: gerakan napas simetris
4
kanan dan kiri
- Perkusi: sonor pada kedua lapang
paru
- Auskultasi: suara nafas vesikuler
+/+, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi: tidak tampak iktus kordis
- Palpasi: iktus kordis tidak teraba
- Perkusi: batas jantung normal
- Auskultasi: S1S2 regular, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi: datar dan tidak tampak
lesi
- Palpasi: supel, hepar dan lien tidak
teraba, nyeri tekan (+) pada lumbal
posterior sinistra
- Perkusi: timpani pada seluruh
lapang abdomen
- Auskultasi: bising usus (+)
Ekstremitas akral hangat, CTR < 2s, jejas (-)
5
IV. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Test Result UnitReference
Range
Darah Rutin
Hemoglobin 13,35 g/dl 13 – 17
Hematokrit 43,34 % 37-54
Leukosit 14,23 103/ul 150-400
Trombosit 424,20 103/ul 5-10
Hitung Jenis
Basofil 1 % 0-1
Eosinofil 1 % 2-4
Neutrofil batang 2 % 3-5
Neutrofil segmen 79 % 50-70
Limfosit 12 % 25-40
Monosit 5 % 2-6
ESR 15 mm/hr 0-20
MCV 89,31 fL 80-100
MCH 27,51 pg 26-34
MCHC 30,80 g/dL 32-36
PT 9,80 seconds 9,4-11,3
APPT 31 seconds 31-47
SGOT (AST) 19 U/L 3-34
SGPT (ALT) 34 U/L 0-55
Ureum 41 mg/dL <50
Creatinin 0,77 mg/dL 0,5-1,1
eGFR 87,8 mL/mnt/1,73m2 >=60
GDS 102 mg/dL <200
Na 143 mmol/L 137-145
K 3,6 mmol/L 3,6-5
Cl 99 mmol/L 98-107
6
Pemeriksaan X-Ray Thorax
Thorax PA
Kedua sinus costophrenicus dan diafragma normal
Cor : CTR<50%
Aorta : baik
Hillus, pleura dan mediastinum baik
Pulom : corakan bronkovaskular paru normal
Tak tampak infiltrat pada kedua parenkim paru
Tulang-tulang dada baik
Kesan : cor dan pulmo tak tampak kelainan
Biopsy
Makroskopik : 3 keping jaringan putih, kenyal, diameter 0,5-1cm. Semua
cetak
Mikroskopik : Sediaan dari palatum / tonsil tersusun atas epitel gepeng
berlapis yang tumbuh hiperplastik, tampak fokus beberapa sel dengan inti
pleomorfik ringan, hiperkromatik ringan, dengan polaritas terganggu yang
meliputi <1/3 ketebalan epidermis disertai sebukan difus limfosit, histiosit,
leukosit PMN sampai sedalam stroma jaringan ikat fibrous muskular
7
sembab hiperemis, yang diantaranya tampak gambaran kelenjar berbentuk
tubulus dilapisi epitel kolumner.
Tidak tampak tanda ganas pada sediaan ini.
Kesimpulan : Radang suppurative disertai fokus displasia ringan
V. Resume
Ny. A, 41 tahun datang dengan keluhan benjolan dalam mulutnya yang
semakin membesar dan nyeri sejak kurang lebih 1,5 tahun lalu, sekret (+)
berwarna kekuningan dan kadang disertai darah. Nyeri menjalar sampai ke
kepala dan leher kiri. Sudah berobat tetapi tidak membaik. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan massa di palatum kiri, konsistensi keras
kenyal, berukuran 5x3 cm, berbentuk tidak beraturan. Pada pemeriksaan
penunjang ditemukan kenaikan leukosit (14.230/uL). Pada hasil biopsi
ditemukan radang suppurative disertai fokus displasia ringan.
VI. Diagnosis
Diagnosis : tumor palatum
VII.Tatalaksana
Dexamethasone
Ranitidin
VIII. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
IX. Tinjauan Kasus
Tumor rongga mulut dapat dibedakan berdasarkan penampakan
luarnya, yaitu lesi ulkus atau perbesaran massa1. Pada pasien ini keluhannya
berupa massa. Pada golongan perbesaran massa dapat dibedakan lagi
menjadi massa reaktif atau neoplasma. Berdasarkan keluhan pasien massa
tersebut menyebabkan gejala nyeri yang menjalar, tumbuh cukup cepat, dan
bereaksi dengan antibiotik dan anti radang yang diberikan sebelumnya.
8
Massa tersebut juga bukan berupa kista karena mempunyai konsistensi yang
keras dan tidak dapat digerakkan. Massa tersebut juga sempat hilang
kemudian muncul kembali. Hal ini menunjukkan bahwa massa tersebut
masuk ke dalam golongan reaktif. Pada pemeriksaan laboratorium juga
ditemukan leukositosis.
Tabel 1. Kategori massa pada mulut1
Berdasarkan tabel diatas massa yang dikeluhkan pasien juga dapat
masuk ke bagian keganasan karena pertumbuhan yang cukup cepat, terdapat
ulkus pada massa, tidak dapat digerakkan, dan nyeri1. Namun hal ini tidak
dibuktikan dengan pemeriksaan biopsi. Biopsi hanya menunjukkan adanya
radang suppuratif dengan displasia ringan. Jadi mungkin massa ini hanyalah
bentuk dari radang kronis yang disebabkan oleh infeksi kemudian pasien
pergi ke tabib dan disayat sebanyak dua kali. Selain itu pasien juga memiliki
kebiasaan mengorek-ngorek massa tersebut yang menyebabkan trauma
berulang.
Infeksi lain yang mungkin adalah infeksi TB karena kasus TB di
Indonesia sangat banyak, tetapi untuk kasus TB pada palatum sangat jarang2.
Selain itu biasanya sudah memiliki riwayat TB paru atau limfadenitis TB.
9
LED pasien juga dalam batas normal, sedangkan pada TB LED pasti
meningkat2.
Diagnosis banding untuk massa reaktif pada mulut adalah parufis’
sinus track, periodontal abcess, mucocele,fibrous hyperplasia, inflammatory
hyperplasia, dan necrotizing sialometaplasia1.
Berdasarkan diagnosis banding diatas, yang paling cocok dengan
keleuhan pasien adalah inflammatory hyperplasia atau biasa disebut dengan
pyogenic granuloma.
Pyogenic granuloma (PG)
Definisi
Pertumbuhan nodul yang besar pada mukosa mulut yang memiliki gambaran
histologi inflamasi fibrosa dan jaringan granulosa3 atau dengan definisi lain
yaitu pertumbuhan lesi yang cepat akibat dari respon terhadap iritasi lokal,
trauma, atau hormon yang tidak seimbang seperti pada masa kehamilan4.
Etiologi dan epidemiologi5
PG dapat disebabkan oleh iritasi lokal, trauma, hormon, dan obat-obatan. PG
tidak berhubungan dengan adanya infeksi karena lesi tidak bernanah dan
tidak hanya ada jaringan granuloma, tetapi beberapa patogen dapat
menyebabkan PG yang berulang. Patogen tersebut adalah Bartonella
henselaea (peliosis hepatis), B. Henselae dan B. Quintana (bacilarry
angiomatosis), dan HPV tipe 8 (kaposi’s sarcoma dan angiolymphiod
hyperplasia).
Trauma menyebabkan PG dengan respon dari trauma itu sendiri. Respon dari
trauma adalah sintesis NO, vascular endothelial growth factor, basic
fibroblast growth factor atau connective tissue growth factor.
Obat yang dapat menyebabkan PG adalah cyclosporine dan tindakan medis
yang dapat menyebabkan PG adalah transplantasi sumsum tulang. Hal ini
belum diketahui cara kerjanya tetapi PG ditemukan pada kasus pengguna
cyclosporine dan pasien post transplan sumsum tulang.
Kasus PG banyak terjadi pada gingiva (75%) akibat dari kalkulus atau materi
lain yang tersangkut pada gingiva. Namun lesi PG dapat terjadi pada bibir,
10
lidah, dan mukosa pipi. Namun terdapat kasus PG yang terjadi pada
palatum4.
Gejala klinis3
Pada umumnya massa berwarna eritema, tidak nyeri, dan mudah berdarah6,
diameter mulai dari milimeter sampai sentimeter, pertumbuhan lambat tetapi
bisa juga cepat, permukaan dapat berulkus dan rapuh, dapat ditutupi selaput
kuning. Semakin besar massa PG, semakin berkolagen dan berwarna merah
muda.
Histopatologi3
Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya proliferasi jaringan
granulasi, sel-sel inflamasi kronis, edema stroma, sedikit jaringan parut.
Terdapat 2 tipe gambaran histologi dari PG, yaitu lobular capillary
hemangioma (LCH), dan non LCH. Pada LCH terdapat proliferasi pembuluh
darah, edema, dilatasi kapiler, atau reaksi inflamasi granulasi. Pada tipe non
LCH terdapat pembuluh darah yang lebih banyak menyerupai jaringan
granulasi.
Penatalaksanaan3,5
Pengobatan yang dilakukan adalah dengan eksisi massa yang dapat
dilakukan dengan operasi, laser, sclerotherapy (sodium tetradecyl sulfate)
dan cryotherapy. Injeksi kortikosteroid dapat dilakukan untuk PG berulang.
Setelah eksisi PG dapat tumbuh kembali akibat eksisi yang tidak komplit,
faktor penyebab belum ditangani, atau adanya trauma berulang pada tempat
yang sama.
11
X. Daftar Pustaka
1. Finkelstein MW. A guide to clinical differential diagnosis of oral mucosal
lesions. American Dental Association. Juli 2013: 1-41
2. Ray P, Halder A, Chowdhury J, Roy AK. Primary tuberculosis in soft
palate : a case report. Indian Journal of Dermatology. 2014; 59(4): 423.
3. Jafarzadeh H, Sanatkhani M, Mohtasham N. Oral pyogenic granuloma: a
review. Journal of Oral Science. 2006; 48(4): 167-175.
4. Amirchaghmaghi M, Falaki F, Mohyasham N, Mozafari PM.
Extragingival pyogenic granuloma: a case report. Biomed Centra Case
Journal. 2008; 1: 371.
5. Kamal R, Dahiya P, Puri A. Oral pyogenic granuloma: various concepts of
etioptahogenesis. Journal of Oral and Maxillofacial Pathology. 2012;
16(1): 79-82.
6. Gonsalves WC, Chi AC, Neville BW. Common oral lesions: part II.
Masses and neoplasia. American Family Physician. 2007; 75: 509-12.
12