laporan kasus tht.doc

Upload: wadejack

Post on 07-Jul-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Laporan Kasus THT.doc

    1/14

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.1 Anatomi Sinus Paranasal

    Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung.

    Anatominya dapat dijelaskan sebagai berikut:

    Sinus frontal kanan dan kiri, sinus ethmoid kanan dan kiri (anterior dan

     posterior), sinus maksila dan sinus kanan dan kiri (antrium highmore) dan sinus

    sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan

    lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung

    melalui ostium masing-masing.

    Pada meatus medius yang merupakan ruang diantara konka superior dan

    konka inferior rongga hidung terdapat suatu celah sempit yaitu hiatus semilunaris

    yakni muara dari sinus maksila, sinus frontalis dan ethmoid anterior.

    Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan atau menjelang bulan

    ! dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak, jadi tidak heran jika pada

    foto anak-anak belum ada sinus frontalis karena belum terbentuk.

    Pada meatus "eatus superior yang merupakan ruang di antara konka

    superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus

    sfenoid.

    Fungsi sinus paranasal

    • "embentuk pertumbuhan #ajah

    • Sebagai pengatur udara (air conditioning )

    • Peringan cranium

  • 8/18/2019 Laporan Kasus THT.doc

    2/14

    • $esonansi suara

    • "embantu produksi mukus

    1.2. Definisi

    Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang

    terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal

    dan sinusitis sfenoid.%,&,'

    ang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan sinusitis etmoid,

    sinusitis frontal dan sinusuitis sfenoid lebih jarang.

    Sinus maksila disebut juga antrum igh more, merupakan sinus yang

    sering terinfeksi, oleh karena (%) merupakan sinus paranasal yang terbesar, (&)

    letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret atau drainase dari

    sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, (') dasar sinus maksila adalah

    dasar akar gigi (prosesus al*eolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan

    sinusitis maksila, (+) ostium sinus maksila terletak di meatus medius , disekitar 

    hiatus semilunaris yang sempit, sehingga mudah tersumbat.% 

    Sinusitis maksilaris dapat terjadi akut, berulang atau kronis. Sinusitis

    maksilaris akut berlangsung tidak tanpa adanya residu kerusakan jaringan

    mukosa. Sinusitis berulang terjadi lebih sering tapi tidak terjadi kerusakan

    signifikan pada membran mukosa. Sinusitis kronis berlangsung selama ' bulan

    atau lebih dengan gejala yang terjadi selama lebih dari dua puluh hari. %,&,lebih dari

    tiga minggu. Sinusitis akut dapat sembuh sempurna jika diterapi dengan baik,

    1.3 Patofisiologi

    eberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara

    lain (%) sebagai pengatur kondisi udara, (&) sebagai penahan suhu, (') membantu

    keseimbangan kepala, (+) membantu resonansi suara, () peredam perubahan

    tekanan udara dan () membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga

    hidung.%,'

  • 8/18/2019 Laporan Kasus THT.doc

    3/14

    /ungsi sinus paranasal dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

     pertahanan mukosilier, ostium sinus yang tetap terbuka dan pertahanan tubuh baik 

    lokal maupun sistemik.&,',  Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus juga

    terdapat mukosa bersilia dan palut lendir di atasnya. 0i dalam sinus silia bergerak 

    secara teratur untuk mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti

     jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.

    1ambar '. Pergerakan silia dalam drainase cairan sinus

    1ambar +. Perubahan silia pada sinusitis

  • 8/18/2019 Laporan Kasus THT.doc

    4/14

    ila terjadi edema di kompleks osteomeatal, mukosa yang letaknya

     berhadapan akan saling bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir 

    tidak dapat dialirkan. "aka terjadi gangguan drainase dan *entilasi didalam sinus,

    sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang di produksi mukosa sinus

    menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri

     patogen. ila sumbatan berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan retensi lendir 

    sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob.% akteri yang sering ditemukan pada

    sinusitis kronik adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae,

     Moraxella catarrhalis,  Streptococcus B hemoliticus, Staphylococcus aureus,

    kuman anaerob jarang ditemukan.% Selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi

    hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.%,&,'

    1ambar . Perubahan mukosa pada sinus yang terinfeksi

    $eaksi peradangan berjalan menurut tahap-tahap tertentu yang khas.

    Pelebaran kapiler darah akan memperlambat aliran darah sehingga akan

    mengeluarkan fibrin dan eksudat serta migrasi leukosit menembus dinding pembuluh darah membentuk sel-sel nanah dalam eksudat. 2etapi bilamana terjadi

     pada selaput lendir, maka pada saat permulaan *asodilatasi terjadi peningkatan

     produksi mukus dari kelenjar mukus sehingga nanah yang terjadi bukan murni

    sebagai nanah, tetapi mukopus. 

  • 8/18/2019 Laporan Kasus THT.doc

    5/14

    1ambar . Sinusitis akut menjadi sinusitis kronik 

    Ada tiga kategori utama pada mekanisme terjadinya sinusitis kronis, yaitu:

    %. Sinusitis yang berhubungan dengan hiperplasia karena peradangan.

    &. Sinusitis sebagai bagian dari alergi umum saluran napas.

    '. Sinusitis karena salah satu diatas disertai infeksi sekunder.

    Sinusitis yang berhubungan dengan hiperplasia karena peradangan

    iasanya mulai pada masa kanak-kanak. Serangan infeksi terjadi berulang-

    ulang. 3aktu antara dua serangan makin lama makin pendek. 4ekebalan makin

    terkalahkan dan resolusi terjadi hampir tidak pernah sempurna. Pengaruh terhadap

    mukosa adalah penebalan dengan disertai infiltrasi limfosit yang padat. /ibrosis

    sub epitel menyebabkan pengurangan jumlah kelenjar karena iskemia dan bila

     berlangsung lebih lanjut akan menyebabkan ulserasi mukosa. Pada tahap

     berikutnya periosteum akan terkena dan hiperemia meluas ke tulang-tulang yang

    kemudian menjadi osteoporosis dan akhirnya menjadi sklerotik.

    Sinusitis sebagai bagian dari alergi umum saluran napas.

     

  • 8/18/2019 Laporan Kasus THT.doc

    6/14

    Penderita memiliki salah satu dari dua tipe alergi. Pertama adalah alergi

    umum diatesis yang timbul pada permulaan bersama asma, eksema, konjungti*itis

    dan rinitis yang kemudian menjadi rinitis musiman (hay fever ) pada anak lebih

    tua. 4edua mngkin tidak didapatkan keluhan dan tanda dari alergi sampai umur 5

    atau 6 tahun secara berangsur-angsurmukosa makin 7penuh terisi air8 yang

    menyebabkan bertambahnya sumbatan dan secret hidung. Polip dapat timbul

    karena pengaruh gaya berat terhadap selaput mukosa yang penuh dengan air dan

    dapat memenuhi rongga hidung.

    1ambar 9. "ekanisme terjadinya sinusitis kronis

    1.4 tiologi !an fa"tor pre!isposisi

    eberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain SPA akibat *irus,

     bermacam rhinitis terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada #anita hamil,

     polip hidung, kelainan anatomi seperti de*iasi septum atau hipertrofi konka,

    sumbatan kompleks osteo-meatal, infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik,

    diskinesia silia seperti pada sindroma 4artegener, dan di luar negeri adalah

     penyakit fibrosis kistik.

    Pada anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis

    sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan

    menyembuhkan rhinosinusitisnya. ipertrofi adenoid dapat didiagnosis dengan

    foto polos leher posisi lateral. /aktor lain yang juga berpengaruh adalah

  • 8/18/2019 Laporan Kasus THT.doc

    7/14

    lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan kering, serta kebiasaan merokok.

    4eadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.

    1.# $e%ala "linis

    1ejala subyektif terdiri dari gejala sistemik dan gejala lokal. 1ejala

    sistemik ialah demam dan rasa lesu. 1ejala lokal pada hidung terdapat ingus

    kental yang kadang-kadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring.

    0irasakan hidung tersumbat, rasa nyeri didaerah infraorbita dan kadang-kadang

    menyebar ke al*eolus, sehingga terasa nyeri di gigi. yeri alih dirasakan di dahi

    dan di depan telinga. Penciuman terganggu dan ada perasaan penuh dipipi #aktu

    membungkuk ke depan. 2erdapat perasaan sakit kepala #aktu bangun tidur dan

    dapat menghilang hanya bila peningkatan sumbatan hidung se#aktu berbaring

    sudah ditiadakan.%,&,,

    1ejala obyektif, pada pemeriksaan sinusitis maksila akut akan tampak 

     pembengkakan di pipi dan kelopak mata ba#ah. Pada rinoskopi anterior tampak 

    mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan

    sinusitis etmoid anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius. Pada

    rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).%,,

    1ambar 6. Pus pada meatus medius

  • 8/18/2019 Laporan Kasus THT.doc

    8/14

    1ambar %;. Pembengkakan pipi pada pasien sinusitis

  • 8/18/2019 Laporan Kasus THT.doc

    9/14

    &AP'(AN KASUS

    2.1 I!entitas Pasien

     ama : 2n. $id#an acob

    sia : % tahun

    Agama : slam

    "$S : %9 "aret &;%

     $" : %-;9-''-'+

    2.2 Anamnesis

    4eluhan >tama : idung tersumbat

    $i#ayat Sakit Sekarang :

    Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat sejak + minggu S"$S. A#alnya

     pasien bersin-bersin disertai pengeluaran cairan bening dari kedua hidung. Setelah itu lama-

    kelamaan sekret menjadi kuning-kehijauan, kental, dan bau. al ini disertai dengan sumbatan

     jalan yang juga dirasakan di kedua lubang hidung pasien. Sering terasa ada cairan yang turun

    dari belakang hidung ke tenggorokan. & minggu S"$S pasien merasakan penurunan

     penciuman pada kedua hidung. Pasien mengeluh nyeri kepala seperti ditusuk- tusuk yang

    hilang timbul. yeri juga dirasakan diba#ah mata kanan disertai nyeri tekan dikedua pipi.

    4eluhan demam dan batuk disangkal.

    $i#ayat Penyakit 0ahulu:

    Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. $i#ayat sering batuk, pilek,

    dan nyeri tenggorok disangkal. $i#ayat penyakit amandel disangkal. $i#ayat alergi

    disangkal. $i#ayat maag disangkal. $i#ayat asma disangkal. $i#ayat penyakit hipertensi,

    kencing manis, dan batuk-batuk lama disangkal.

    $i#ayat Penyakit 4eluarga:

    Pasien menyangkal ri#ayat penyakit kencing manis, penyakit jantung, tekanan darah

    tinggi, asma di dalam keluarga.

    $i#ayat Pengobatan:

    Pasien mengaku sering mengkonsumsi obat #arung untuk menghilangkan sakit

    kepalanya

    2.3 Pemeri"saan Fisi" 

    4eadaan umum : tampak sakit sedang

  • 8/18/2019 Laporan Kasus THT.doc

    10/14

    4esadaran : compos mentis

    2anda !ital:

    /rekuensi nadi : 95 ?@menit, reguler, isi cukup

    2ekanan darah : %';@5; mmg

    /rekuensi nafas : % ?@menit, reguler 

    Suhu : ', B (per a?iller)

    Status $eneralis)

    Kepala* &e+er : normochepali, conjungti*a anemis (-@-), sklera ikterik (-@-)

    Telinga,-i!ung,Tenggoro"  : Status =okalis

    T+ora

    /or ) nspeksi, ictus cordis tidak terlihat

    Palpasi, ictus cordis tidak teraba

    Perkusi, batas jantung dalam batas normal

    Auskultasi, S% S& tunggal reguler, murmur (-), gallop (-),

    Pulmo : nspeksi, gerak simetris

     Palpasi, fremitus raba kanan C kiri

     Perkusi, sonor 

     Auskultasi, *esikuler, $honki (-@-), 3heeDing (-@-)

    A0!omen :

    nspeksi, distensi (-)

    Palpasi, soefel, organomegali (-)

    Perkusi, timpani

    Auskultasi, bising usus (E) normal.

    "tremitas : edema (-@-), *arises (-@-), akral hangat

    Status &o"alis Telinga +i!ung !an tenggoro"an )

    T&IN$A

    Auri"ula $adang (-), nyeri tekan tragus (-) $adang (-), nyeri tekan tragus (-)

    (etroauri"ula $adang (-), nyeri tekan (-) $adang (-), nyeri tekan (-)

    eatus a"usti"us

    e"sternus"ukosa hiperemi (-) "ukosa hiperemi (-)

    em0ran

    timpani

    >tuh, hiperemis (-), refle? cahaya jam

    , #arna putih mengkilat

    >tuh, hiperemis (-), refle? cahaya jam 9,

    #arna putih mengkilat

    -IDUN$

  • 8/18/2019 Laporan Kasus THT.doc

    11/14

    esti0ulum Sekret (E), massa (-),hiperemis (E) Sekret (E), massa (-), hiperemis (E)

    Kon"a inferior ipertrofi (E), hiperemis (E) ipertrofi (E), hiperemis (E)

    eatus nasi me!ia Pus (-), polip (-) Pus (-), polip (-)

    Kaum nasi =apang =apang

    u"osa iperemis (E) iperemis (E)

    Se"ret 0e*iasi (-) 0e*iasi (-)

    Septum normal normal

    FA(IN$

    Arkus faring 0 0

    Tonsil2%, hiperemi (-), kripta (-),

    detritus (-), permukaan rata

    2%, hiperemi (-), kripta (-),

    detritus (-), permukaan rata

    Uula Simetris, hiperemi (-), oedem (-)

    Palatum mole Simetris, hiperemi (-)

    Din!ing faring "ukosa halus, hiperemi (-), refleks muntah E@E

    (egio Fasialis)

    nspeksi : pembengkakan pipi (-), deformitas #ajah (-)

    Palpasi : nyeri tekan maksila de?tra (E), nyeri tekan maksila sinistra (E)

    Perkusi : nyeri ketok maksila de?tra (E), nyeri tekan maksila sinistra (E)

    Pemeriksaan 1igi: =engkap , caries gigi (-)

    Pemeriksaan tambahan :

    2ransiluminasi : Sulit dinilai

    DiagnosisSinusitis "a?ilaris kronis bilateral

    Penatala"sanaan

    • Terapi)

    • Antrostomi ( drainase E spooling sinus )

    • Antibiotik

    • 4ortikosteroid

    • onitoring)

    • Perdarahan paska irigasi

    • 2anda-tanda rekurensi (keluhan subjektif berulang)

    • "engatasi faktor penyebab

    (en5ana pemeri"saan

    F Pemeriksaan B2-Scan kepala

    F Pemeriksaan 2ransiluminasi

    Prognosa

  • 8/18/2019 Laporan Kasus THT.doc

    12/14

    F A! itam : dubia ad bonam

    F A! Fungsionam ) dubia ad malam 

    F A! Sanasionam : dubia ad malam 

  • 8/18/2019 Laporan Kasus THT.doc

    13/14

    Analisis asala+

    Sinusitis akut dapat disebabkan oleh rinitis akut, infeksi faring, infeksi gigi rahang

    atas (dentogen), trauma. 1ejala klinis dapat berupa demam dan rasa lesu. Pada hidung

    dijumpai ingus kental. 0irasakan nyeri didaerah infraorbita dan kadang-kadang menyebar ke

    al*eolus. Penciuman terganggu dan ada perasaan penuh dipipi #aktu membungkuk ke depan.

    Pada pemeriksaan tampak pembengkakan di pipi  dan kelopak mata ba#ah. Pada rinoskopi

    anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada rinoskopi posterior tampak 

    mukopus di nasofaring (post nasal drip). 2erapi medikamentosa berupa antibiotik selam %;-

    %+ hari. Pengobatan lokal dengan inhalasi, pungsi percobaan dan pencucian.

    Sinusitis kronik dapat disebabkan oleh pneumatisasi yang tidak memadai, makanan

    yang tak memadai, reaksi atopik, lingkungan kotor, sepsis gigi dan *ariasi anatomi. 1ejala

     berupa kongesti atau obstruksi hidung, nyeri kepala setempat, sekret di hidung, sekret pasca

    nasal ( post nasal drip), gangguan penciuman dan pengecapan.

    Pada rinoskopi anterior ditemukan sekret kental purulen dari meatus medius. Pada

    rinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring. Pengobatan sinusitis kronik 

    dilakukan secara konser*atif dengan antibiotik selama %; hari, dekongestan lokal dan

    sistemik, juga dapat dilakukan diatermi gelombang pendek selama %; hari di daerah sinus

    maksila, pungsi dan irigasi sinus.

  • 8/18/2019 Laporan Kasus THT.doc

    14/14

    0A/2A$ P>S2A4A

    1. "angunkusumo, Gndang dan usjir#an $ifki. Sinusitis. n: Soepardi GA, skandar

    (eds). uku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. th Gd.