ramagantengbgt tht.doc

Upload: shereen-siswadi

Post on 05-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    1/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi sinus paranasalis. Penyebab

    utamanya ialah infeksi virus yang kemudian diikuti oleh infeksi bakteri. Secara

    epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus etmoid dan maksilla. .

    Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (maksilaris,

    etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung

    selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3- minggu

    tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun). !ila

    mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua

    sinus paranasal disebut pansinusitis.",#

    $ang paling sering ditemukan adalah sinusitis ma%illa dan sinusitis

    ethmoid, sedangkan sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang

    ditemukan. Pada anak hanya sinus ma%illa dan sinus ethmoid yang berkembang

    sedangkan sinus frontal dan sinus sphenoid mulai berkembang pada anak berusia

    kurang lebih tahun.

    Sinus ma%illa merupakan sinus yang paling sering terinfeksi, oleh karena

    (") merupakan sinus paranasal terbesar, (#) letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar

    sehingga sekret dari sinus ma%illa hanya tergantung dari gerakan silia, (3) dasar

    sinus ma%illa adalah dasar akar gigi (processus alveolaris), sehingga infeksi pada

    gigi dapat menyebabkan sinusitis ma%illa, (&) ostium sinus ma%illa terletak di

    meatus medius, di sekitar hiatus semilunaris yang sempit, sehingga mudah

    tersumbat.

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( '

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    2/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    BAB II

    ANATOMI DAN FISIOLOGI

    I. ANATOMI

    Sinus paranasal merupakan ruang udara yang berada di tengkorak. !entuk

    sinus paranasal sangat bervariasi pada tiap individu dan semua sinus memiliki

    muara (ostium) ke dalam rongga hidung.'da delapan sinus paranasal, empat buah

    pada masing-masing sisi hidung. 'natominya dapat dijelaskan sebagai berikut

    sinus frontal kanan dan kiri, sinus ethmoid kanan dan kiri (anterior dan posterior),

    sinus maksila kanan dan kiri (antrium highmore) dan sinus sphenoid kanan dan

    kiri. Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa

    hidung, berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium

    masing-masing3.

    ambar #."

    Sinus paranasalis tampak depan dan samping

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( !

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    3/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    Secara embriologis, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga

    hidung dan perkembangannya pada fetus saat usia 3-& bulan, kecuali sinus

    frontalis dan sphenoidalis. Sinus maksilaris dan ethmoid sudah ada saat anak lahir

    sedangkan sinus frontalis mulai berkembang pada anak lebih kurang berumur

    tahun sebagai perluasan dari sinus etmoidalis anterior sedangkan sinus

    sphenoidalis berkembang mulai pada usia -"* tahun dan berasal dari postero-

    superior rongga hidung. Sinus-sinus ini umumnya mencapai besar maksimum

    pada usia "+-" tahun. Sinus frontalis kanan dan kiri biasanya tidak simetris dan

    dipisahkan oleh sekat di garis tengah&.

    Sinus paranasal divaskularisasi oleh arteri carotis interna dan eksterna

    serta vena yang menyertainya seperti a. ethmoidalis anterior, a. ethmoidalis

    posterior dan a. sfenopalatina. Pada meatus superior yang merupakan ruang

    diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus ethmoid posterior

    dan sinus sphenoid

    !erdasarkan ukuran sinus paranasal dari yang terbesar yaitu sinus

    maksilaris, sinus frontalis, sinus ethmoidalis dan sphenoidalis+.

    Secara klinis sinus paranasal dibagi menjadi

    a. rup 'nterior

    rontal, maksilaris dan ethmoidalis anterior /stia di meatus medius

    Pus dalam meatus medius mengalir kedalam faring

    b. rup Posterior

    0thmoidalis posterior dan sinus sphenoidalis

    /stia di meatus superior

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( )

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    4/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    Pus dalam meatus superior mengalir kedalam faring

    #.".". Sinus 1aksilaris

    a. 2erbentuk pada usia fetus bulan 4 yang terbentuk dari prosesus maksilaris

    arcus .b. !entuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang

    ape%nya pada pars 5ygomaticus ma%illae.c. 1erupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih "+ cc pada orang

    de6asa.d. !erhubungan dengan3

    ") 7avum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis)

    sehingga jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata.#) igi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P# 1o"ar.3) 8uctus nasolakrimalis, terdapat di dinding cavum nasi.

    e. Suplai darah terbanyak melalui cabang dari arteri maksilaris. nervasi

    mukosa sinus melalui cabang dari nervus maksilaris.

    #.".# Sinus rontalis

    a. Sinus frontalis mulai terbentuk sejak bulan keempat fetus, berasal dari sel-

    sel resessus frontal atau dari sel-sel infundibulum ethmoid. Sinus ini dapat

    terbentuk atau tidak.a. 9kuran sinus frontal adalah #, cm tingginya, lebarnya #,& cm dan

    dalamnya # cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus

    berlekuk-lekuk.2idak simetris kanan dan kiri, terletak di os frontalis.b. 4olume pada orang de6asa : ;cc.

    c. !ermuara ke infundibulum (meatus nasi media).d. !erhubungan dengan3

    ") ossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang compacta.

    #) /rbita, dibatasi oleh tulang compacta.

    3) 8ibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic.

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( *

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    5/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    e. Suplai darah diperoleh dari arteri supraorbital dan arteri supratrochlear

    yang berasal dari arteri oftalmika yang merupakan salah satu cabang dari

    arteri carotis inernal. nervasi mukosa disuplai oleh cabang supraorbital

    dan supratrochlear cabang dari nervus frontalis yang berasal dari nervus

    trigeminus

    #.".3 Sinus 0thmoid

    a. 2erbentuk pada usia fetus bulan 4.b. Saat lahir, berupa #-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat de6asa terdiri dari

    ;-"+ cellulae, dindingnya tipis.c. !entuknya berupa rongga tulang seperti sarang ta6on, terletak antara

    hidung dan matad. !erhubungan dengan3

    ") ossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina

    cribrosa. ervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan pasterior.

    e. Suplai darah berasal dari cabang nasal dari a. sphenopalatina. nervasi

    mukosa berasal dari divisi oftalmika dan maksilari nervus trigeminus

    #.".& Sinus Sphenoidal

    a. 2erbentuk pada fetus usia bulan a. 2erletak pada corpus, alas dan Processus os sphenoidalis.

    b. 4olume pada orang de6asa : ; cc.c. !erhubungan dengan3

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( (

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    6/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    ") Sinus cavernosus pada dasar cavum cranii.

    #) landula pituitari, chiasma n.opticum.

    3) 2ranctus olfactorius.

    &) 'rteri basillaris brain stem (batang otak)

    d. Suplai darah berasal dari arteri carotis internal dan eksternal. nervasi

    mukosa berasal dari nervus trigeminus.

    Pada meatus medius yang merupakan ruang diantara konka superior dan

    konka inferior rongga hidung terdapat suatu celah sempit yaitu hiatus semilunaris

    yakni muara dari sinus maksila, sinus frontalis dan ethmoid anterior.

    #.".+ ?ompleks /stio-1eatal

    8i meatus medius, ada muara-muara saluran dari sinus maksila, sinus

    frontal dan sinus etmoid anterior. 8aerah ini rumit dan sempit dan dinamakan

    kompleks ostio-meatal (?/1), terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat di

    belakang prosesus unsinatus, resesus frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid

    anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila

    II. FISIOLOGI

    Sampai saat ini belum ada kesesuaian pendapat mengenai fisiologi

    sinus paranasal. !eberapa pendapat mengenai fungsi sinus paranasal

    antara lain"a. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

    Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur

    kelembaban udara inspirasi. ?eberatan terhadap teori ini ialah karena ternyata

    tidak didapati pertukaran udara yang definitive antara sinus dan rongga hidung.

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( +

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    7/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    @agipula mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang

    sebanyak mukosa hidung.

    b. Sebagai penahan suhu (termal insulators)

    Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi orbita dan

    fossa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.

    c. 1embantu keseimbangan kepala

    Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka.

    'kan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya akan memberikan

    pertambahan berat sebesar "A dari berat kepala, sehingga teori dianggap tidak

    bermakna.

    d. 1embantu resonansi suara

    Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan

    mempengaruhi kualitas suara. 'kan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus dan

    ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif.

    @agipula tidak ada korelasi antara resonansi suara dan besarnya sinus pada he6an-

    he6an tingkat rendah.

    e. Sebagai peredam perubahan tekanan udara

    ungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak,

    misalnya pada 6aktu bersin atau membuang ingus.e. 1embantu produksi mucus

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    8/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    #.3 . 8efinisi

    Sinus adalah saluran pada tulang tengkorak yang menghubungkan rongga

    hidung dan rongga mata. Sinusitis berasal dari akar bahasa @atinnyasinus, akhiran

    umum dalam kedokteran -itisberarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu

    peradangan sinus paranasal. Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang

    terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur;.

    2erdapat empat sinus disekitar hidung yaitu sinus maksilaris (terletak di pipi),

    sinus ethmoidalis (di antara kedua mata), sinus frontalis (terletak di dahi) dan

    sinus sphenoidalis (terletak di belakang dahi). Sinusitis adalah peradanganmukosa sinus paranasal yang dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid,

    sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid. !ila yang terkena lebih dari satu sinus

    disebut multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut pansinusitis.

    BAB III

    SINUSITIS

    I. ETIOLOGI

    Seperti yang diketahui, terdapat banyak faktor menjadi penyebab sesuatu

    penyakit timbul, antaranya faktor internal seperti daya tahan tubuh yang menurun

    akibat defisiensi gi5i yang menyebabkan tubuh rentan dijangkiti penyakit dan

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( ,

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    9/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    faktor eksternal seperti perubahan musim yang ekstrim, terpapar lingkungan yang

    tinggi 5at kimia6i, debu, asap tembakau dan lain-lain.

    aktor-faktor lokal tertentu juga dapat menjadi predisposisi penyakitsinusitis, berupa deformitas rangka, alergi, gangguan geligi, benda asing dan

    neoplasma. 'dapun agen etiologinya dapat berupa virus, bakteri atau jamur.&

    Virus

    Sinusitis virus biasanya terjadi selama infeksi saluran napas atas,

    infeksi virus yang la5im menyerang hidung dan nasofaring juga

    menyerang sinus. 1ukosa sinus paranasalis berjalan kontinyu dengan

    mukosa hidung dan penyakit virus yang menyerang hidung perlu dicurigaidapat meluas ke sinus. 'ntara agen virus tersering menyebabkan sinusitis

    antara lain Bhinovirus, influen5a virus, parainfluen5a virus dan

    adenovirus.

    Bakteri

    /rganisme penyebab tersering sinusitis akut mungkin sama dengan

    penyebab otitis media. $ang sering ditemukan antara lain: Streptococcus

    pneumonia, Haemophilus influenza, Branhamella cataralis, Streptococcus

    alfa, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Penyebab dari

    sinusitis kronik hampir sama dengan bakteri penyebab sinusitis akut.

    >amun karena sinusitis kronik berhubungan dengan drainase yang kurang

    adekuat ataupun fungsi mukosiliar yang terganggu, maka agen infeksi

    yang terlibat cenderung bersifat opportunistik, dimana proporsi terbesar

    merupakan bakteri anaerob (Peptostreptococcus, Corynobacterium,

    Bacteroides, dan Veillonella).

    Jamur

    !iasanya terjadi pada pasien dengan diabetes, terapi

    immunosupresif, dan immunodefisiensi misalnya pada penderita '8S.

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    10/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    II. EPIDEMIOLOGI

    Setiap " dari ; orang de6asa di 'merika Serikat dideteksi positif sinusitisdengan lebih dari 3* juta manusia didiagnosa sinusitis setiap tahun. Sinusitis lebih

    sering terjadi dari a6al musim gugur dan musim semi. nsiden terjadinya sinusitis

    meningkat seiring dengan meningkatnya kasus asma, alergi, dan penyakit traktus

    respiratorius lainnya. Perempuan lebih sering terkena sinusitis dibandingkan laki-

    laki karena mereka lebih sering kontak dengan anak kecil. 'ngka

    perbandingannya #*A perempuan disbanding "".+A laki-laki. Sinusitis lebih

    sering diderita oleh anak-anak dan de6asa muda akibat rentannya usia ini denganinfeksi Bhinovirus.

    III. KLASIFIKASI

    !erdasarkan beratnya penyakit, rinosinusitis dapat dibagi menjadi ringan,

    sedang dan berat berdasarkan total skor visual analogue scale (4'S) (*-"*cm)

    - Bingan D 4'S *-3

    - Sedang D 4'S E3-;

    - !erat D 4'S E;-"*

    9ntuk menilai beratnya penyakit, pasien diminta untuk menentukan dalam 4'S

    ja6aban dari pertanyaan

    !erapa besar gangguan dari gejala rinosinusitis saudaraF

    GHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHG

    2idak mengganggu "* cm angguan terburuk yang masuk akal

    >ilai 4'S E + mempengaruhi kulaitas hidup pasien

    !erdasarkan durasi penyakit, rhinosinusitis diklasifikasikan menjadi

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( '&

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    11/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    'kut

    I "# minggu Besolusi komplit gejala

    ?ronik

    "# minggu 2anpa resolusi gejala komplit 2ermasuk rinosinusitis kronik eksaserbasi akut

    Binosinusitis kronik tanpa bedah sinus sebelumnya terbagi menjadi

    subgrup yang didasarkan atas temuan endoskopi, yaitu

    ". Binosinusitis kronik dengan polip nasal

    Polip bilateral, terlihat secara endopskopi di meatus media

    #. Binosinusitis kronik tanpa polip nasal

    2idak ada polip yang terlihat di meatus media, jika perlu setelah

    penggunaan dekongestan.

    IV. PATOFISIOLOGI

    ?esehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan

    kelancaran klirens dari mukosiliar di dalam kompleks osteo meatal (?/1).

    8isamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan 5at-5at yang

    berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara

    pernafasan.#

    !ila terinfeksi organ yang membentuk ?/1 mengalami oedem, sehingga

    mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak

    dan lendir tidak dapat dialirkan karena ostium sinus tersumbat. 1aka terjadi

    tekanan negatif di dalam rongga sinus terjadinya transudasi, yang mula-mua

    cairan serosa. angguan drainase dan ventilasi didalam sinus, sehingga silia

    menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( ''

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    12/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen.

    ?ondisi inilah yang disebut rhinosinusitis non-bacterial.

    !ila sumbatan berlangsung terus akan terjadi hipoksia dan retensi lendir

    sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya terjadi perubahan

    jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau pembentukan kista. Polip nasi dapat

    menjadi manifestasi klinik dari penyakit sinusitis. Polipoid berasal dari edema

    mukosa, dimana stroma akan terisi oleh cairan interseluler sehingga mukosa yang

    sembab menjadi polipoid. !ila proses terus berlanjut, dimana mukosa yangsembab makin membesar dan kemudian turun ke dalam rongga hidung sambil

    membentuk tangkai, sehingga terjadilah polip.;

    Perubahan yang terjadi dalam jaringan dapat disusun seperti diba6ah ini,

    yang menunjukkan perubahan patologik pada umumnya secara berurutan".

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    13/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    dan sedikit, kemudian menjadi kental dan banyak, karena terjadi koagulasi

    fibrin dan serum.&. Pada banyak kasus, resolusi terjadi dengan absorpsi eksudat dan

    berhentinya pengeluaran leukosit memakan 6aktu "* J "& hari.+. 'kan tetapi pada kasus lain, peradangan berlangsung dari tipe kongesti ke

    tipe purulen, leukosit dikeluarkan dalam jumlah yang besar sekali. Besolusi

    masih mungkin meskipun tidak selalu terjadi, karena perubahan jaringan

    belum menetap, kecuali proses segera berhenti. Perubahan jaringan akan

    menjadi permanen, maka terjadi perubahan kronis, tulang di ba6ahnya

    dapat memperlihatkan tanda osteitis dan akan diganti dengan nekrosis

    tulang.

    Perluasan infeksi dari sinus kebagian lain dapat terjadi melalui - tromboflebitis dari vena yang perforasi- Perluasan langsung melalui bagian dinding sinus yang ulserasi atau

    nekrotik- terjadinya defek- melalui jalur vaskuler dalam bentuk bakterimia.

    1asih dipertanyakan apakah infeksi dapat disebarkan dari sinus secara

    limfatik.

    V. GEJALA KLINIS

    Kald mencatat bah6a gejala flu biasa membaik dalam + sampai ; hari,

    dan jika gejala menetap lebih dari "* hari, gejala cenderung menjadi sekunder ke

    salah satu sinusitis akut atau gejala persisten dari sinusitis kronis. ejala sinusitiskronis berlangsung lebih dari 3 minggu. 'merican 'cademy of /tolaryngology

    membagi kategori gejala untuk menegakan rinosinusitis, yaitu kategori gejala

    mayor dan minor. 1enurut durasi gejala, rinosinusitis didefinisikan sebagai akut

    bila gejala berlangsung & minggu atau kurang, subakut bila gejala hadir selama &

    sampai "# minggu, atau kronis untuk gejala yang berlangsung lebih dari "#

    minggu.

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( ')

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    14/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    Sinusitis akut

    Sinusitis akut umumnya dimulai dari infeksi saluran pernafasan atas oleh

    virus yang melebihi "* hari. /rganisme yang umum menyebabkan sinusitis akuttermasuk Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza dan ora!ella

    catarrhalis. 8iagnosis dari sinusitis akut dapat ditegakkan ketika infeksi saluran

    napas atas oleh virus tidak sembuh salama "* hari atau memburuk setelah +-;

    hari.

    Penyebab utamanya ialah selesma "common cold#yang merupakan infeksi

    virus, terdapat transudasi di rongga-rongga sinus, mula-mula serous yang

    biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Selanjutnya diikuti olehinfeksi bakteri , yang bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus

    merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi

    purulen.

    Sinusitis akut berulang tejadi gejala lebih dari & episode per tahun dengan

    interval bebas penyakit lain. 0ksaserbasi akut rinosinusitis didefinisikan sebagai

    memburuknya gejala pada pasien yang sudah didiagnosis rhinosinusitis secara

    tiba-tiba, dengan kembali ke gejala a6al setelah pera6atan. 9ntuk mendiagnosis

    rhinosinusitis memerlukan # faktor mayor atau " faktor mayor # faktor minor.

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    15/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    >yeri atau rasa tertekan pada muka

    ?ebas atau rasa penuh pada muka

    /bstruksi hidung

    Sekret hidung yang purulen, post

    nasal drip

    =iposmia atau anosmia

    8emam (hanya pada rinosinusitis

    akut)

    Sakit kepala

    8emam (pada sinusitis kronik)

    =alitosis

    ?elelahan

    Sakit gigi

    !atuk

    >yeri, rasa tertekan atau rasa penuh

    pada telinga

    Sinusitis kr)nik

    ?eluhan sinusitis kronik tidak khas sehingga sulit didiagnosis. Selama

    eksaserbasi akut, gejala mirip dengan sinusitis akut, selain itu gejala berupa suatu

    perasaan penuh pada 6ajah dan hidung, dan hipersekresi yang seringkali

    mukopurulen. ?adang-kadang hanya satu atau dua dari gejala-gejala diba6ah iniyaitu sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorok,

    gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba eustachius, gangguan ke

    paru seperti bronkitis (sino-bronkitis), bronkiektasi, dan yang penting adalah

    serangan asma yang meningkat dan sulit diobati.

    =idung biasanya sedikit tersumbat, dan tentunya ada gejala-gejala faktor

    predisposisi, seperti rinitis alergika yang menetap, dan keluhan-keluhannya yang

    menonjol. Pasien dengan sinusitis kronik dengan polip nasi lebih sering

    mengalami hiposmia dan lebih sedikit mengeluhkan nyeri atau rasa tertekan

    daripada yang tidak memiliki polip nasi.!akteri yang memegang peranan penting

    dalam patogenesis rinosinusitis kronik masih kontroversial. /rganisme yang

    umum terisolasi pada sinusitis kronik termasuk Staphylococcus aureus, bakteri

    anaerob dan gram negatif sepertiPseudomonas aeruginosa.

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( '(

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    16/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    #E*UI#EMENTS FO# DIAGNOSIS OF !H#ONI! #HINOSINUSITIS $+,,- TASK

    FO#!E(

    Durasi Gea/a Pemeriksaan Fisik

    E "# minggu

    gejala terus

    menerus

    Satu atau lebih dari

    gejala tersebut

    ". perubahan pada hidung, polip,

    atau polypoid pembengkakan

    pada rhinoskopi anterior

    (dengan decongestion) atau

    hidung endoskopi

    #. 0dema atau eritema di meatustengah pada hidung endoskopi

    3. enerali5ed atau lokal edema,

    eritema, atau jaringan granulasi

    di cavum hidung.

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    17/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    4

    ethmoid bilateral dengan keterlibatan # atau lebih sinus lainnya

    Poliposis sinonasal 8iffuse

    VI. DIAGNOSIS

    8iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaan penunjang.

    Gea/a su01ekti2 3 ejala sistemik yaitu demam dan rasa lesu, serta gejala lokal

    yaitu hidung tersumbat, ingus kental yang kadang berbau dan mengalir ke

    nasofaring (postnasal drip), halitosis, sakit kepala yang lebih berat pada pagihari,

    nyeri di daerahsinus yang terkena, serta kadang nyeri alih ke tempat lain.

    %. Sinusitis Maksi/aris

    >yeri pipi menandakan sinusitis maksila. ejala sinusitis maksilaris

    akut berupa demam, malaise dan nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya

    reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin. Kajah terasa bengkak,

    penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya se6aktu

    naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul danmenusuk, serta nyeri pada palpasi dan perkusi. Sekret mukopurulen dapat

    keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk.;

    +. Sinusitis Etm)i4a/is

    Sinusitis etmoidalis akut terisolasi lebih la5im pada anak, seringkali

    bermanifestasi sebagai selulitis orbita. 8ari anamnesis didapatkan nyeri yang

    dirasakan di pangkal hidung dan kantus medius, kadang-kadang nyeri di bolamata atau di belakangnya, terutama bila mata digerakkan. >yeri alih di pelipis,

    post nasal drip dan sumbatan hidung. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan

    pada pangkal hidung.

    -. Sinusitis Fr)nta/is

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( '$

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    18/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    >yeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan

    memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan-lahan mereda hingga

    menjelang malam. Pasien biasanya menyatakan bah6a dahi terasa nyeri bila

    disentuh dan mungkin terdapat pembengkakansupra orbita. Pemeriksaan fisik,

    nyeri yang hebat pada palpasi atau perkusi di atas daerah sinus yang terinfeksi

    merupakan tanda patognomonik pada sinusitis frontalis.

    5. Sinusitis S2en)i4a/is

    Sinusitis sfenoidalis dicirikan oleh nyeri kepala yang mengarah ke

    verteks kranium. Penyakit ini lebih la5im menjadi bagian dari pansinusitis dan

    oleh karena itu gejalanya menjadi satu dengan gejala infeksi sinus lainnya.

    Gea/a O01ekti2 3 Pembengkakan pada sinus maksila terlihat di pipi dankelopak mata ba6ah, pada sinusitis frontal terlihat di dahi dan kelopak

    mata atas, pada sinusitis ethmoid jarang timbul pembengkakan kecuali jika

    terdapat komplikasi. Pa4a r6in)sk)7i anteri)r tampak mukosa konka hiperemis dan edema,

    pada sinusitismaksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior

    tampak nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid

    posterior dan dansinusitis sphenoid nanah tampak keluar dari meatus

    superior.( Pada sinusitis akut tidak ditemukan polip,tumor maupun

    komplikasi sinusitis.

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    19/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    memberikan gambaran anatomi atau variasi anatomi, kelainan-kelainan

    patologis pada sinus paranasalis dan struktur tulang sekitarnya, sehingga

    dapat memberikan diagnosis yang lebih dini.

    Pemeriksaan 2)t) ke7a/a

    Pemeriksaan foto kepala untuk mengevaluasi sinus paranasal

    terdiri atas berbagai macam posisi antara lain

    a. oto kepala posisi anterior-posterior ( 'P atau posisi Cald%ell)

    oto ini diambil pada posisi kepala meghadap kaset, bidang

    midsagital kepala tegak lurus pada film. dealnya pada film tampak

    pyramid tulang petrosum diproyeksi pada "M3 ba6ah orbita atau

    pada dasar orbita. =al ini dapat tercapai apabila orbito-meatal line

    tegak lurus pada film dan membentuk "+** kaudal.

    oto kepala posisi Cald%ell

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( '

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    20/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    oto konvensional cald6ell posisi P' menunjukkan air fluid level pada

    sinus ma%illaris merupakan gambaran sinusitis akut

    b. oto kepala lateral8ilakukan dengan film terletak di sebelah lateral dengan

    sentrasi di luar kantus mata, sehingga dinding posterior dan dasar

    sinus maksilaris berhimpit satu sama lain.3

    oto lateral menunjukkan gambaran air fluid level di sinus

    maksilla

    Pada sinusitis tampak - penebalan mukosa

    - air fluid level (kadang-kadang)

    - perselubungan homogen pada satu atau lebih sinus para nasal

    - penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus

    kronik)

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( !&

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    21/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    c. oto kepala posisi 6atersoto ini dilakukan dengan posisi dimana kepala menghadap

    film, garis orbito meatus membentuk sudut 3;* dengan film. Pada

    foto ini, secara ideal piramid tulang petrosum diproyeksikan padadasar sinus ma%illaris sehingga kedua sinus ma%illaris dapat

    dievaluasi sepenuhnya. oto &aters umumnya dilakukan pada

    keadaan mulut tertutup. Pada posisi mulut terbuka akan dapat

    menilai dinding posterior sinus sphenoid dengan baik.

    d. oto kepala posisi Submentoverteks

    oto diambil dengan meletakkan film pada verte%, kepalapasien menengadah sehingga garis infraorbito meatal sejajar

    dengan film. Sentrasi tegak lurus film dalam bidang midsagital

    melaluisella turcica kearah verte%. Posisi ini biasa untuk melihat

    sinus frontalis dan dinding posterior sinus ma%illaris.

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( !'

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    22/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    e. oto posisi'hesePosisi 'hese atau obli(ue dapat mengevaluasi bagian

    posterior sinus ethmoidalis, kanalis optikus, dan lantai dasar orbita

    sisi lain.

    f. oto kepala posisi 2o6nePosisi ini diambil dengan berbagai variasi sudut angulasi

    antara 3**-** ke arah garis orbitomeatal. Sentrasi dari depan kira-

    kira cm diatas glabela dari foto polos kepala dalam bidang

    midsagital.proyeksi ini paling baik untuk menganalisis dinding

    posterior sinus ma%illaris, fisura orbitalis inferior, kondilus

    mandibularis dan arkus 5igomatikus posterior.

    Pemeriksaan T)m)9ram

    Pemeriksaan tomogram pada sinus paranasal biasanya digunakan

    multidirection tomogram. Sejak digunakannya 72-Scan, pemeriksaan

    tomogram sudah jarang digunakan. 2etapi pada fraktur daerah sinus

    paranasal, pemeriksaan tomogram merupakan suatu teknik yang terbaik

    untuk menyajikan fraktur-fraktur tersebut dibandingkan dengan

    pemeriksaan a%ial dan coronal 72-Scan. Pada Pemeriksaan 2omogram

    biasanya dilakukan pada kepala dengan posisi 'P atau &aters.

    Pemeriksaan !t S:an

    Pemeriksaan 72-Scan sekarang merupakan pemeriksaan yang

    sangat unggul untuk mempelajari sinus paranasal, karena dapat

    menganalisis dengan baik tulang-tulang secara rinci dan bentuk-bentuk

    jaringan lunak, irisan a%ial merupakan standar pemeriksaan paling baik

    yang dilakukan dalam bidang inferior orbitomeatal (/1). Pemeriksaan

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( !!

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    23/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    ini dapat menganalisis perluasan penyakit dari gigi geligi, sinus-sinus

    dan palatum, terrmasuk ekstensi intrakranial dari sinus frontalis.

    oto normal 72 Scan sinus 1a%illa

    oto 72 scan posisi coronal memperlihatkan gambaran sinusitis ma%illa dengan

    penebalan dinding mukosa di sinus ma%illa kanan

    Pemeriksaan M#I

    1B memberikan gambaran yang lebih baik dalam membedakan

    struktur jaringan lunak dalam sinus. ?adang digunakan dalam kasus

    suspek tumor dan sinusitis fungal. Sebaliknya, 1B tidak mempunyaikeuntungan dibandingkan dengan 72 Scan dalam mengevaluasi sinusitis.

    1B memberi hasil positif palsu yang tinggi, penggambaran tulang yang

    kurang, dan biaya yang mahal. 1B membutuhkan 6aktu lama dalam

    penyelesaiannya dibandingkan dengan 72 Scan yang relatif cukup cepat

    dan sulit dilakukan pada pasien klaustrofobia. ;

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( !)

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    24/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    1B mungkin merupakan pilihan terbaik untuk mendeteksi dan

    mengenali mukokel. 1B dengan kontras merupakan teknik terbaik

    untuk mendeteksi empiema subdural atau epidural. ("")

    oto 1B normal sinus

    1B menunjukkan ekstensi intraorbital sinus ethmoid bagian kanan

    VII. PENATALAKSANAAN

    1ikrobiologi pada sinusitis orang de6asa

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( !*

    A:ute !6r)ni:

    Streptococcus pneumonia Staphylococcus aureus

    Haemophilus influenzae Streptococcus pneumonia

    ora!ella catarrhalis 'naerobes'naerobes 0nteric gram-negative bacilli

    Staphylococcus aureus 7oagulase-negativestaphylococcus/ther streptococci Haemophilus influenzae

    Pseudomonas aeruginosa

    )lpha streptococcus

    ora!ella catarrhalii

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    25/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    'ntibiotik merupakan kunci dalam penatalaksanaan sinusitis supuratif akut.

    'moksisilin merupakan pilihan tepat untuk kuman gram positif dan negatif.

    4ankomisin untuk kuman S. pneumoniae yang resisten terhadap amoksisilin.

    Pilihan terapi lini pertama yang lain adalah kombinasi eritromicin dan

    dulfonamide atau cephale%in dan sulfonamide.

    2erapi antibiotic harud diteruskan minimum " minggu setelah gejala

    terkontrol. @ama terapi rata-rata "* hari. ?arena banyaknya distribusi ke sinus-

    sinus yang terlibat, perlu mempertahankan kadar antibiotika yang adekuat bila

    tidak, mungkin terjadi sinusitis supuratif kronik.

    2indakan lain yang dapat dilakukan untuk membantu memperbaiki

    drainase dan pembersihan secret dari sinus. 9ntuk sinusitis ma%illaris dilakukan

    pungsi dan irigasi sinus, sedangkan untuk sinusitis ethmoidalis frontalis dan

    sinusitis sphenoidalis dilakukan tindakan pencucian Proet5. rigasi dan pencucian

    dilakukan # kali dalam seminggu. !ila setelah + atau kali tidak ada perbaikan

    dan klinis masih tetap banyak secret purulen, maka perlu dilakukan bedah radikal.

    'ntibiotik parenteral diberikan pada sinusitis yang telah mengalamikomplikasi seperti komplikasi orbita dan komplikasi intrakranial, karena dapat

    menembus sa6ar darah otak. 7eftriakson merupakan pilihan yang baik karena

    selain dapat membasmi semua bakteri terkait penyebab sinusitis, kemampuan

    menembus sa6ar darah otaknya juga baik.

    Pada sinusitis yang disebabkan oleh bakteri anaerob dapat digunakan

    metronida5ole atau klindamisin. ?lindamisin dapat menembus cairan

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( !(

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    26/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    serebrospinal. 'ntihistamin hanya diberikan pada sinusitis dengan predisposisi

    alergi. 'nalgetik dapat diberikan. ?ompres hangat dapat juga dilakukan untuk

    mengurangi nyeri.

    9ntuk pasien yang menderita alergi, pengobatan alergi yang dijalani

    bermanfaat. Pengontrolan lingkungan, steroid topical, dan imunoterapi dapat

    mencegah eksesarbasi rhinitis sehingga mencegah perkembangannya menjadi

    sinusitis.

    Dek)n9estan

    8ekongestan /ral (@ebih aman untuk penggunaan jangka panjang)

    Phenylproponolamine dan pseudoephedrine, yang merupakan agonis alfaadrenergik. /bat ini bekerja pada osteomeatal komplek

    8ekongestan topikalPhenylephrine =cl * , + A d a n o%ymeta5olineHcl *,+ A bersifat

    vasokonstriktor lokal. /bat ini bekerja melegakan pernapasan dengan

    mengurangi oedema mukosa.

    AntiHistamin 4an K)rtik)ster)i4

    'ntihistamin serta kortikosteroid diberikan lebih khusus untuk penderitasinusitis yang dicetuskan karena keadaan rhinitis alergi.

    Anti6istamin

    'ntihistamin golongan yaitu @oratadine. 'nti histamin golongan

    mempunyai keunggulan, yaitu lebih memiliki efek untuk mengurangi

    rhinore, dan menghilangkan obstruksi, serta tidak memiliki efek samping

    menembus sa6ar darah otak

    K)rtik)ster)i4

    bisa diberi oral ataupun topikal, namun pilihan disini adalah kortikosteroid

    oral yaitu metil prednisolon, efek samping berupa retensi air sangat

    minimal, begitupula dengan efek terhadap lambung juga minimal.

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( !+

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    27/39

    .nset ti"a-ti"a dari ! atau le"i/

    e0ala1 sala/ sa

    tunya termasuk /idun tersum"at2

    o"struksi2 konesti atau 3ilek4

    sekret /idun anterior2 3osterior4 5nyeri2 rasa tertekan di wa0a/4

    Pen/idu teranu2 /ilan

    Pemeriksaan6 Rinosko3i Anterior

    Foto Polos SP72 Tomora8 Kom3uter

    tidak direkomendasikan9e0ala kurandari( /ari atau

    mem"aik

    setela/nya

    Common :old

    Peno"atan

    simtomatik

    Tidak ada3er"aikan setela/

    '* /ari

    Ru0uk ke dokter

    s3esialis

    Teruskan tera3i

    untuk $-'* /ari

    Per"aikan dalam

    *, 0am

    Steroid to3ikal

    Sedan

    Ru0uk ke dokter

    s3esialis

    Tidak ada3er"aikan dalam

    *, 0am

    Anti"iotik ;

    steroid to3ikal

    okalneurolois

    Anandanu Pramadya 406137011

    Skema penatalaksanaan rinosinusitis akut pada de6asa untuk pelayanan kesehatan primer

    berdasarkan*uropean Position Paper on 'hinosinusitisnand +asal Polyps

    Tindakan "eda/ seder/ana 3ada sinusitis maksilaris kronik

    adala/ nasoantrostomi atau 3em"entukan >enestra nasoantral?

    =kmoidektomi dilakukan 3ada sinusitis etmoidalis? Frontoetmoidektomi

    eksternal dilakukan 3ada sinusitis >rontalis? =ks3lorasi s>enoid

    dilakukan 3ada sinusitis s>enoidalis? Pem"eda/an sinus endosko3ik

    meru3akan suatu teknik yan memunkinkan visualisasi yan "aik dan

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( !$

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    28/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    mani8kasi anatomi /idun dan ostium sinus normal "ai a/li "eda/1

    teknik ini men0adi 3o3uler ak/ir-ak/ir ini?

    Sinusitis kr)nis

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( !,

    ! atau le"i/ e0ala1 sala/ satunya

    "eru3a /idun tersum"at2

    o"struksi2 konesti atau 3ilek4

    sekret /idun anterior2 3osterior4 5

    nyeri2 rasa tertekan di wa0a/4

    Pen/idu teranu2 /ilan

    Pemeriksaan6 Rinosko3i Anterior

    Foto Polos SP72 Tomora8 Kom3uter

    tidak direkomendasikanTersedia

    =ndosko3i

    Poli3

    Ru0uk Dokter

    S3esialis THT 0ika

    .3erasi

    Di3ertim"ankan

    Ikuti skema 3oli3

    /idun Dokter

    S3esialis THT

    Ikuti skema

    Rinosinusitis

    kronik Dokter

    S3esialis THT

    Tidak ada 3oli3

    Pemeriksaan Rinosko3i

    Anterior

    Foto Polos SP72 Tomora8

    Kom3uter tidakdirekomendasikan

    =ndosko3i tidak

    tersedia

    Lan0utkan tera3i

    Per"aikan

    Reevaluasi setela/

    * minu

    Steroid to3ikal

    Cu:i /idun

    Anti/istamin 0ika aleri

    Ru0uk s3esialis

    THT

    Tidak ada

    3er"aikan

    Investiasi dan

    intervensi

    se:e3atnya

    Pikirkan dianosis lain 6

    9e0ala unilateralPerdara/an

    Krusta9anuan 3en:iuman9e0ala .r"ita=dema Perior"itaPendoronan letak "ola mataPenli/atan anda.>talmo3lei7yeri ke3ala "aian >rontal yan"eratrontal

    Tanda meninitis atau tanda >okalneurolois >okal

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    29/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    Skema penatalaksanaan rinosinusitis kronik dengan atau tanpa polip hidung pada de6asa untuk

    pelayanan kesehatan primer dan dokter spesialis non 2=2 berdasarkan*uropean Position Paper

    on 'hinosinusitisnand +asal Polyps

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( !

    Rinan @AS &-)

    Steroid to3ikal

    Intranasal :u:i

    /idun

    9aal setela/ )

    "ulan

    Per"aikan

    Tindak lan0ut anka

    Pan0an ; :u:i /idun

    Steroid to3ikal

    5 %akrolide 0anka

    3an0an

    Sedan atau "erat

    @AS B)-'&

    Steroid to3ikal

    Cu:i /idun

    Kultur resistensi

    Kuman

    %akrolid 0anka

    3an0an

    9aal setela/ )

    "ulan

    Tomora8

    Kom3uter

    .3erasi

    Perlu investiasi

    dan intervensi

    :e3at

    Pertim"ankan dianosis lain 6

    9e0ala unilateralPerdara/anKrustaKakosmia9e0ala .r"ita=dema Perior"itaPenli/atan anda

    .>talmo3lei7yeri ke3ala "aian >rontal yan "erat=dem >rontal

    Tanda meninitis atau tanda >okalneurolois >okal

    ! atau le"i/ e0ala1 sala/ satunya

    "eru3a /idun tersum"at atau

    3ilek yan tidak 0erni/4 5 nyeri

    "aian >rontal1 sakit ke3ala4

    9anuan Pen/idu

    Pemeriksaan THT termasuk

    =ndosko3i6 Pertim"ankanTomora8 Kom3uter

    Tes Aleri

    Pertim"ankan dianosis dan

    3enatalaksanaan 3enyakit

    3enyerta4 misal Asma

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    30/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    Skema penatalaksanaan berbasis bukti rinosinusitis kronik tanpa polip hidungpada de6asa untuk dokter spesialis 2=2 berdasarkan*uropean Position Paper on

    'hinosinusitis and +asal Polyps

    VIII. KOMPLIKASI

    Sinusitis merupakan suatu penyakit yang tatalaksananya berupa ra6at jalan.

    Pengobatan ra6at inap di rumah sakit merupakan hal yang jarang kecuali jika ada

    komplikasi dari sinusitis itu sendiri. Kalaupun tidak diketahui secara pasti, insiden

    dari komplikasi sinusitis diperkirakan sangat rendah. Salah satu studi menemukan

    bah6a insiden komplikasi yang ditemukan adalah 3A. Sebagai tambahan, studi

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( )&

    ! atau le"i/ e0ala1 sala/ satunya

    "eru3a /idun tersum"at atau

    sekret /idun "erwarnar4 5 nyeri

    "aian >rontal1 sakit ke3ala4

    9anuan Pen/idu

    Pemeriksaan THT termasuk

    =ndosko3i6 Pertim"ankan

    Tomora8 Kom3uter

    Tes Aleri

    Pertim"ankan dianosis dan

    3enatalaksanaan 3enyakit

    3enyerta4 misal ASA

    Rinan @AS &-) Sedan @AS )-$

    Steroid to3ikal

    s3rayE

    Steroid to3ikal

    tetes /idun

    Dievaluasi setela/) "ulan

    Per"aikan

    Lan0utkan Steroid

    To3ikal

    =valuasi setia3 +"ulan

    Tidak mem"aik

    rontal yan "erat=dem >rontal

    Tanda meninitis atau tanda >okalneurolois >okal

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    31/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    lain menemukan bah6a hanya beberapa pasien yang mengalami komplikasi dari

    sinusitis setiap tahunnya. ?omplikasi dari sinusitis ini disebabkan oleh

    penyebaran bakteri yang berasal dari sinus ke struktur di sekitarnya. Penyebaraan

    yang tersering adalah penyebaran secara langsung terhadap area yang mengalami

    kontaminasi.

    ?omplikasi dari sinusitis tersebut antara lain+

    ". ?omplikasi lokal

    a) 1ukokel

    b) /steomielitis (Pott/s puffy tumor)

    #. ?omplikasi orbital

    a) nflamatori edemab) 'bses orbital

    c) 'bses subperiosteal

    d) 2rombosis sinus cavernosus.

    3. ?omplikasi intrakranial

    a) 1eningitis

    b) 'bses Subperiosteal

    ?omplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya

    antibiotik. ?omplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis

    kronis dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial.

    72 scan merupakan suatu modalitas utama dalam menjelaskan derajat

    penyakit sinus dan derajat infeksi di luar sinus, pada orbita, jaringan lunak dan

    kranium. Pemeriksaan ini harus rutin dilakukan pada sinusitis refrakter, kronik

    atau berkomplikasi.

    Oste)mie/itis

    nfeksi sinus dapat menjalar hingga struktur tulang mengakibatkan

    osteomielitis baik di anterior maupun posterior dinding sinus. Penyebaran infeksi

    dapat berasal langsung atau dari vena yang berasal dari sinus. /steomielitis paling

    banyak ditemukan pada dinding sinus frontal. Sekali tulang terinfeksi, bisa

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( )'

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    32/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    menyebabkan erosi pada tulang tersebut dan mempermudah terjadinya

    penyebaran infeksi di ba6ah subperiosteum yang berujung pembentukan abses

    subperiosteal. 0rosi bisa mempengaruhi bagian anterior atau posterior dari dasar

    sinus yang mempermudah terjadinya penyebaran ekstrakranial atau intrakranial.

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    33/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    8iagnosis ditegakkan dengan gambaran radiografi dimana tidak hanya

    untuk mengkonfirmasi, tapi juga untuk mencari komplikasi intrakranial.

    Badiogram dapat memperlihatkan erosi batas-batas tulang dan hilangnya septa

    intrasinus dalam sinus yang keruh. Pada stadium lanjut, radiogram

    memperlihatkan gambaran seperti Ndigerogoti rayapO pada batas-batas sinus,

    menunjukkan infeksi telah meluas melampaui sinus. 8ekstruksi tulang dan

    pembengkakan jaringan lunak, demikian pula cairan atau mukosa sinus yang

    membengkak paling baik dilihat dengan 72 scan. 2es darah rutin seperti hitung

    sel memiliki nilai yang rendah dan tidak spesifik, tapi peningkatan laju endap

    darah mungkin mengindikasikan adanya osteomielitis.

    d) Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan dari osteomielitis adalah pemberian antibiotik intravena

    selama - minggu. 'ntibiotik yang dipilih adalah antibiotik yang bisa

    mengeradikasi kuman aerob dan anaerob. 2erapi empirik yang biasa digunakan

    adalah kombinasi generasi ketiga sefalosporin (ceftria!on) dan metronida5ol atau

    klindamisin, dan dapat ditambahkan vankomisin, atau line5olid jika ada

    Streptococcus pneumonia yang telah resisten. 2erapi oral dengan amo%icillin-cla1ulanatatau kombinasi cefi!imedan metronida5ol atau klindamisin juga bisa

    digunakan. 2erapi pilihan sebaiknya sesuai dengan kultur.

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    34/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    menyebar. Sinus etmoid mempunyai dinding yang paling tipis, disebut lamina

    papyraceayang batas lateral dan medialnya adalah orbita. Sehingga infeksi pada

    orbita biasanya dimulai dari bagian medial. Kalaupun jarang terjadi dinding sinus

    yang lebih tebal dapat juga menyebabkan infeksi orbita. Sekali infeksi menyebar

    melalui dinding sinus, batas periosteal dinding sinus berperan sebagai barrier

    tambahan untuk memproteksi orbita dari penyebaran infeksi.

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    35/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    ambar "3. ambaran selulitis periorbita

    #. Selulitis orbita, terlihat sebagai edema difus dari garis batas orbita dan bakteritelah secara aktif menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk. Selulitis

    ini menyebabkan kelopak mata bengkak dan nyeri ketika otot ekstra okular

    bergerak.3. 'bses subperiosteal, ditandai oleh edema dari garis batas orbita dengan

    pengumpulan pus diantara periorbita dan dinding tulang orbita. Secara klinis

    pasien dengan kondisi ini mirip dengan grup dua, tetapi terdapat proptosis

    yang menonjol dan kemosis.

    &. 'bses orbita, ditandai adanya abses pada rongga orbita, pus telah menembusperiosteum dan bercampur dengan isi orbita. Pada tahap ini disertai gejala sisa

    neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih serius. ?eterbatasan gerak

    otot ekstraokuler mata yang terserang dan kemosis konjungtiva merupakan

    tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin bertambah.+. 2rombosis sinus kavernosus. ?omplikasi ini merupakan akibat penyebaran

    bakteri melalui saluran vena ke dalam sinus kavernosus dimana selanjutnya

    terbentuk suatu tromboflebitis septik. Secara patognomonik trombosis sinus

    kavernosus terdiri dari oftalmoplegia, kemosis konjungtiva, gangguan

    penglihatan yang berat, kelemahan pasien dan tanda-tanda meningitis oleh

    karena letak sinus kavernosus yang berdekatan dengan saraf kranial , , 4,

    dan 4, serta berdekatan juga dengan otak.

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( )(

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    36/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    ambar "&. ambar klasifikasi komplikasi infeksi orbita pada sinusitis

    ?eputusan yang paling penting dalam menghadapi pasien dengan mata

    yang bengkak bergantung kepada apakah ada keterlibatan preseptal atau prosesorbita. !erdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

    dapat menjadi dasar diagnosis. Selulitis preseptal paling banyak disebabkan oleh

    trauma lokal. 'namnesa dapat berhubungan dengan gigitan serangga atau trauma

    lain pada kulit disekeliling mata yang menyebabkan infeksi sekunder. nfeksi ini

    biasanya terjadi secara tiba-tiba. =. influen5ae tipe ! menyebabkan infeksi pada

    kelopak mata sehingga kelopak mata bengkak dan menutup dalam hitungan jam.

    Pada proses inflamasi selulitis preseptal terdapat inflamasi lokal pada mata,

    ditemukannya panas, kemerahan, indurasi dan nyeri pada penekanan. Pasien

    dengan kelopak mata bengkak, merah, tidak nyeri pada palpasi, tidak indurasi

    merupakan suatu reaksi alergi atau pembendungan vena karena terdapatnya

    sinusitis harus diperhatikan.

    nfeksi orbita (grup dua sampai empat) lebih sulit untuk diidentifikasi dan

    tidak khas 6aktu kejadiannya. Pasien biasanya memiliki ri6ayat keluar cairan dari

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( )+

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    37/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    hidung, sakit kepala atau terasa berat dan demam.

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    38/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis dan sinus

    sphenoidalis.Penyebab utama sinusitis adalah infeksi virus, diikuti oleh infeksi

    bakteri. Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus ethmoid dan

    maksilaris. ejala umum rhinosinusitis yaitu hidung tersumbat diserai dengan

    nyeriMrasa tekanan pada muka dan ingus purulent, yang seringkali turun ke

    tenggorol (post nasal drip). ?lasifikasi dari sinusitis berdasarkan klinis yatu

    sinusitis akut, subakut dan kronik, sedangkan klasifikasi menurut penyebabnya

    adalah sinusitis rhinogenik dan dentogenik. !ahaya dari sinusitis adalah

    komplikasinya ke orbita dan intracranial. 2atalaksana berupa terapi antibiotic

    diberikan pada a6alnya dan jika telah terjadi hipertrofi, mukosa polipoid dan atau

    terbentuknya polip atau kista maka dibutuhkan tindakan operasi. 2atalaksana yang

    adekuat dan pengetahuan dini mengenai sinusitis dapat memberikan prognosis

    yang baik.

    DAFTA# PUSTAKA

    Ilmu Penyakit THT-KLRSUD CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanaaraPeriode ! Fe"ruari # $ %aret !&'( ),

  • 7/21/2019 ramagantengbgt tht.doc

    39/39

    Anandanu Pramadya 406137011

    ". 1angunkusumo, 0ndang, Soetjipto 8. Sinusitis dalam !uku 'jar lmu

    ?esehatan 2elinga =idung 2enggorok ?epala 8an @eher. ?9. eck

    Surgery. 7alcuta 2he >e6 !ook StallL ". ""-

    . Bukmini S, =era6ati S. 2eknik Pemeriksaan 2elinga =idung Q 2enggorok.