case tht.doc

35
BAB I PRESENTASI KASUS I. IDENTITAS Nama : Ny. Maesaroh Usia : 23 Tahun Agama : Islam Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Gunung Sari, Serang Status : Belum Menikah No. Rekam medis : 959577 Pekerjaan : - Tanggal Periksa : 28-06-2012 II. ANAMNESA Keluhan utama : Penurunan pendengaran pada telinga kanan Keluhan tambahan : Keluar cairan dari telinga kanan, benjolan dibelakang telinga kanan, Telinga kanan nyeri dan berdenging Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke RSUD Serang dengan keluhan penurunan pendengaran pada telinga kanan sekitar 6 bulan SMRS. Keluhan ini disertai rasa nyeri, berdenging dan keluar cairan dari telinga kanan berwarna hijau kental. Selain itu adanya benjolan dibelakang telinga kanan yang timbul semakin lama semakin membesar hingga mengeluarkan nanah yang berbau dan darah dari benjolan tersebut. Riwayat trauma pada telinga kanan disangkal. Telinga kiri tidak terdapat keluhan. Riwayat sering batuk pilek dan demam disangkal. Riwayat nafas berbau dan keluar darah dari 1

Upload: osdatillaesaputri

Post on 08-Aug-2015

63 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: CASE THT.doc

BAB I

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS Nama : Ny. Maesaroh Usia : 23 Tahun Agama : IslamJenis kelamin : PerempuanAlamat : Gunung Sari, SerangStatus : Belum MenikahNo. Rekam medis : 959577Pekerjaan : -Tanggal Periksa : 28-06-2012

II. ANAMNESA Keluhan utama : Penurunan pendengaran pada telinga kananKeluhan tambahan : Keluar cairan dari telinga kanan, benjolan dibelakang telinga

kanan, Telinga kanan nyeri dan berdenging

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke RSUD Serang dengan keluhan penurunan pendengaran pada telinga

kanan sekitar 6 bulan SMRS. Keluhan ini disertai rasa nyeri, berdenging dan keluar cairan dari

telinga kanan berwarna hijau kental. Selain itu adanya benjolan dibelakang telinga kanan yang

timbul semakin lama semakin membesar hingga mengeluarkan nanah yang berbau dan darah dari

benjolan tersebut. Riwayat trauma pada telinga kanan disangkal. Telinga kiri tidak terdapat

keluhan. Riwayat sering batuk pilek dan demam disangkal. Riwayat nafas berbau dan keluar

darah dari hidung disangkal. Riwayat alergi disangkal. Riwayat sulit menelan dan sakit

tenggorokan dirasakan pasien. Pasien mengatakan pernah berobat ke puskesmas namun tidak ada

perbaikan.

Saat kecil pasien pernah mengalami gangguan pada telinga kanannya seperti nyeri dan

keluar cairan, keluhan sering disrasakan hingga dewasa ini namun pasien tidak pernah berobat ke

dokter. Pasien mengakui jarang membersihkan dan memperhatikan kebersihan telinganya.

1

Page 2: CASE THT.doc

Pasien juga tidak pernah memperhatikan pola makan sehat. Sejak keluhan ini pasien mengeluh

mengalami penurunan berat badan.

Riwayat penyakit dahulu: -

Riwayat penyakit keluarga: -

Resume anamnesis :

Pasien seorang perempuan datang ke RSUD Serang dengan keluhan penurunan pendengaran

pada telinga kanan sekitar 6 bulan SMRS. Keluhan ini disertai rasa nyeri, berdenging dan keluar

cairan dari telinga kanan berwarna hijau kental. Selain itu adanya benjolan dibelakang telinga

kanan yang timbul semakin lama semakin membesar hingga mengeluarkan nanah yang berbau

dan darah dari benjolan tersebut. Saat kecil pasien pernah mengalami gangguan pada telinga

kanannya seperti nyeri dan keluar cairan, keluhan sering disrasakan hingga dewasa ini namun

pasien tidak pernah berobat kedokter.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sakit Sedang

Kesadaran : Compos mentis.

Tanda-tanda vital : T : 120/80 mmHg.

N : 85X/ mmt.

R : 20X/ mmt.

S : 36,7º C.

Status Lokalis :

TELINGA

Bagian Telinga Telinga Kanan Telinga KiriAurikula :- Deformitas- Hiperemis- Edema

(-)(-)(-)

(-)(-)(-)

2

Page 3: CASE THT.doc

Daerah preaurikula :- Hiperemis- Edema- Fistula- Nyeri tekan

(-)(-)(-)(+)

(-)(-)(-)(-)

Daerah retroaurikula :- Hiperemis- Edema- Fistula- Nyeri tekan

(-)(-)(+)(+)

(-)(-)(-)(-)

CAE :- Serumen- Edema- Hiperemis- Furunkel- Otore- Granuloma - Darah

(-)(-)(-)(-)(+)(-)(-)

(-)(-)(-)(-)(-)(-) (-)

Membran timpani :- Perforasi- Cone of light

Sulit dinilaiSulit dinilai

(-)(+)

Gambar

AD AS

HIDUNG

3

Sulit dinilaiSulit dinilai

Page 4: CASE THT.doc

Rinoskopi Anterior Kavum Nasi Dekstra Kavum Nasi SinistraMukosa Edema (-), hiperemi (-) Edema (-), hiperemi (-)Septum :- Deviasi- Deformitas- Hematoma

(-)(-)(-)

(-)(-)(-)

Konka media & inferior :- Hipertrofi- Hiperemis

(-)(-)

(-)(-)

Meatus media & inferior- Sekret serous- Polip

(-)(-)

(-)(-)

Gambar :

TENGGOROKAN

Bagian KeteranganMukosa orofaring Hiperemis (-), massa (-),Uvula Ditengah , hiperemis (-)Palatum durum & palatum mole

Hiperemis (-), massa (-)

Mukosa Faring Hiperemis (+), edema (-),massa (-), granul (-), ulkus (-)

Tonsil (T2-T1) tenang, kripta (-), dedritus (-)

4

Page 5: CASE THT.doc

Gambar

Gigi : Lengkap Lengkap

Lengkap Lengkap

Leher : pembesaran kelenjar getah bening ( -/- ).

III. DIAGNOSIS KERJA

Otitis Media Supuratif Kronis Maligna dengan Komplikasi Mastoiditis Aurikula Dextra

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil lab : Hb: 10,6 Ht: 39 L: 7.300 Tr: 312.000

BT: 3’ CT: 8’

Rontgen Mastoid Dextra:

Kesan: Mastoiditis Kronis kanan dengan susp dekstruksi tulang

V. ANJURAN PEMERIKSAAN

Kultur dari sekret telinga

5

Page 6: CASE THT.doc

VI. PENATALAKSANAAN

Pro Bedah Mastoidektomi Radikal aurikula dextra

FOLLOW UP:

Hari/Tanggal Follow up pre operasi Terapi

kamis, 28/06/2012 s/ nyeri belakang telinga, pusing,pendengaran berkurang

o/KU:sdg KS: cm TD:110/80 N: 83 R:22 T: 36,5

CAE: sulit dinilai, pus(+), darah (-)

MT: sulit dinilai

Retroaurikular: tampak benjolan uk 2x2, nyeri tekan +, pus(+),bau(+),darah(-)

AD

CAE:lapang, serumen(+),sekret (-)

MT: intaq, perforasi(-), pus(-)

AS

-septum nasi ditengah

-conca nasalis inf/med dbn, meatus nasalis med/inf dbn, sekret(-),

massa(-)

uvula ditengah, T2-T1 hiperemis(+), dinding belakang

6

Page 7: CASE THT.doc

faring hiperemis.

jumat, 29/06/2012 s/ nyeri belakang telinga, pusing,pendengaran berkurang

o/KU:sdg KS: cm TD:100/70 N: 84 R:23 T: 36,7

AD

CAE: sulit dinilai, pus(+), darah (-)

MT: sulit dinilai

Retroaurikular: tampak benjolan uk 2x2, nyeri tekan +, pus(+),darah(-),bau (+)

AS

CAE:lapang, serumen(+),sekret (-) MT: intaq, perforasi(-), pus(-)

-septum nasi ditengah

-conca nasalis inf/med dbn, meatus nasalis med/inf dbn, sekret(-),

massa(-)

uvula ditengah, T2-T1 hiperemis(+), dinding belakang

faring hiperemis.

Sabtu, 30/06/2012 s/ nyeri belakang telinga, pendengaran berkurang

o/KU:sdg KS: cm TD:120/80 N: 82 R:21 T: 37

AD

7

Page 8: CASE THT.doc

CAE: sulit dinilai, pus(+), darah (-)

MT: sulit dinilai

Retroaurikular: tampak benjolan uk 2x2, nyeri tekan +, pus(+),darah(-),bau (+)

AS

CAE:lapang, serumen(+),sekret (-) MT: intaq, perforasi(-), pus(-)

-septum nasi ditengah

-conca nasalis inf/med dbn, meatus nasalis med/inf dbn, sekret(-),

massa(-)

uvula ditengah, T2-T1 hiperemis(+), dinding belakang

faring hiperemis.

Senin 02/07/2012 s/ nyeri belakang telinga, pusing,pendengaran berkurang

o/KU:sdg KS: cm TD:110/80 N: 83 R:22 T: 36,5

CAE: sulit dinilai, pus(+), darah (-)

MT: sulit dinilai

Retroaurikular: tampak benjolan uk 2x2, nyeri tekan +, pus(+),bau(+),darah(-)

8

Page 9: CASE THT.doc

AD

CAE:lapang, serumen(+),sekret (-)

MT: intaq, perforasi(-), pus(-)

AS

-septum nasi ditengah

-conca nasalis inf/med dbn, meatus nasalis med/inf dbn, sekret(-), massa(-)

uvula ditengah, T2-T1 hiperemis(+), dinding belakang faring hiperemis.

Hari / Tanggal Follow up post operasi Terapiselasa, 03/07/2012 A/ Post Radikal Mastoidektomi a/r

auricular dextra a/i OMSK maligna auricular dextra & mastoiditisIntruksi khusus:- awasi vital sign- diet nasi biasa- aff tampon hari ke-5

IVFD RL 20 tpmCefotaxime injeksi 1 gr/12jamKetorolac injeksi 1 amp/8jamRanitidin injeksi 1 amp /8jamKalnex injeksi 1amp/12jam

Rabu, 04/07/2012 S/ nyeri luka post op,mata kanan sulit ditutup,sudut bibir kanan datar,alis kanan tidak dapat diangkatO/KU: sakit TD: 120/80 R: 21x KS: CM N: 84x T: 37Status lokalis :Parese nervus VII (+)Cephalgia (-)Perdarahan (-)Terpasang Tampon, rembes (+)

IVFD RL 20 tpmCefotaxime injeksi 1 gr/12jamKetorolac injeksi 1 amp/8jamRanitidin injeksi 1 amp /8jamKalnex injeksi 1amp/12jam

9

Page 10: CASE THT.doc

darah (-)A/ Post Radikal Mastoidektomi a/r auricular dextra a/i OMSK maligna auricular dextra & mastoiditis H-II

BAB II

PENDAHULUAN

Definisi

Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran

timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin

encer atau kental, bening atau berupa nanah. Dahulu disebut otitis media perforata (OMP) atau dalam

sebutan sehari-hari congek.

Menurut Ramalingam bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan mukoperiosteum dari

middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis yang ireversibe.

Perjalanan Penyakit

Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis

apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut otitis media

supuratif subakut.

Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan,

terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau

higiene buruk.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis

majemuk, antara lain :

1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.

a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.

b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total

2. Perforasi membran timpani yang menetap.

3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada telinga tengah.

10

Page 11: CASE THT.doc

4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.

5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.

6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme

pertahanan tubuh.

Letak Perforasi

Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe / jenis OMSK. Perforasi

membran timpani dapat ditemukan di daerah sebagai berikut : sentral, marginal, atau atik. Oleh karena itu

disebut perforasi sentral, marginal atau atik.

o Perforasi sentral

Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan diseluruh tepi perforasi masih

ada sisa membran timpani. Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan

postero-superior, kadang-kadang sub total.

o Perforasi marginal

Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus

timpanikum.Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.

Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir

postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

o Perforasi atik

Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.Beberapa faktor-

faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK :

Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret telinga

purulen berlanjut.

Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.

Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi

epitel.

Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas

sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.

11

Page 12: CASE THT.doc

Etiologi

Dibawah ini merupakan Penyebab OMSK, yaitu: [

1. Lingkungan - Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial,

ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek

2. Otitis media sebelumnya.

3. Infeksi - Bakteri yang sering ditemui pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus

aureus dan Proteus

4. Infeksi saluran nafas atas

5. Autoimun

6. Alergi

7. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Patogenesis

Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal menemukan bahwa

adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang menghubungkan rongga di belakang hidung

(nasofaring) dengan telinga tengah (kavum timpani), merupakan penyebab utama terjadinya radang

telinga tengah ini (otitis media, OM). Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan

tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan

tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang

belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar

menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga

tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui tuba

Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini

terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-

sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit

akibat proses infeksi tersebut akan menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran

sekret di telinga tengah.

12

Page 13: CASE THT.doc

Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga

tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga

tengah. Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan, epitel

skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara

sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma

yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan

tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel sederhana. Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan

mukosa telinga tengah yang tidak normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut

telinga tengah, keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada waktu bayi.

Patogenesis terjadi OMA → OME → OMSK :

sembuh / normal

Gangguan tuba→ tekanan negatif telinga tengah→ efusi→ fungsi tuba tetap→ OME

↑ ↓ terganggu/ infeksi ( -)

Etiologi : fungsi tuba tetap terganggu

Perubahan tekanan udara tiba-tiba / infeksi ( + )

Alergi ↓

Infeksi OMA

Sumbatan: sekret

tampon

tumor sembuh OME OMSK

Patologi ]

OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap. Keadaan kronis ini lebih

berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada keseragaman gambaran patologi. Secara umum

gambaran yang ditemukan adalah:

13

Page 14: CASE THT.doc

1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral.

2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit

3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya infeksi sebelumnya.

4. Pneumatisasi mastoid

OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling akhir terjadi antara 5-10

tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur oleh otitis media yang terjadi pada usia

tersebut atau lebih muda. Bila infeksi kronik terusberlanjut, mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga

ukuran prosesus mastoid berkurang.

KLASIFIKASI

OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu :

1. OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna = tipe tumbotimpanal)

Biasanya tipe ini didahului dengan gangguan fungsi tuba yang menyebabkan kelainan di kavum

timpani. Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak

mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan

komplikasi yang berbahaya. Tidak terdapat kolesteatoma.

2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna = Tipe atikoantral)

Yang dimaksud dengan OMSK tipe bahaya ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma.

Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik. Kadang-kadang terdapat juga

kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya

atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya.

Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dibagi 2 :

1. OMSK aktif

OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif. [2] Aktif

merujuk pada adanya infeksi dengan pengeluaran sekret telinga atau otorrhea akibat perubahan

patologi dasar seperti kolesteatoma atau jaringan granulasi.[5]

2. OMSK tenang / inaktif

OMSK tenang / inaktif adalah keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering. [2] Pasien

dengan otitis media kronik inaktif seringkali mengeluh gangguan pendengaran. Mungkin terdapat

gejala lain seperti vertigo, tinnitus, atau suatu rasa penuh dalam telinga.

14

Page 15: CASE THT.doc

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK TYPE MALIGNA

Definisi

Yang dimaksud dengan OMSK tipe bahaya ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma.

Perforasi biasanya letaknya marginal atau di atik. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau

fatal bisa timbul.

Tanda Klinis

Mengingat OMSK tipe bahaya seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu

ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat ditegakkan di kamar operasi,

namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman akan adanya OMSK tipe bahaya, yaitu

perforasi pada marginal atau pada atik. Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe

bahaya, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat abses atau fistel retroaurikuler,

polip atau jaringan granulasi di liang telinga yang berasal dari dalam telinga tengah (sering

terlihat di epitimpanum), sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma), atau

terlihat bayangan kolesteatoma pada rontgen mastoid.

Gejala Klinis OMSK Type Maligna

Berikut tanda dan gejala yang timbul pada penderita OMSK type Maligna :

1. Telinga Berair (Otorrhoe)

Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe ganas

unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa

secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan

polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang

encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan Pendengaran

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian

tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem

15

Page 16: CASE THT.doc

pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif

berat.

3. Otalgia (Nyeri Telinga)

Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti

adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau

dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda

berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus

lateralis.

4. Vertigo

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding

labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang

mendadak atau pada penderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena

perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh

perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.

Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.

DIAGNOSIS

Anamnesis

Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali datang dengan

gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Pada maligna sekretnya lebih sedikit, berbau busuk,

kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang keluar dapat

bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga

keluar darah.

Pemeriksaan Klinis

1. Pemeriksaan otoskopi

Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi dapat dinilai

kondisi mukosa telinga tengah.

2. Pemeriksaan audiologi

16

Page 17: CASE THT.doc

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula

dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi

membran timpani serta keutuhan dan mobilitas.

3. Pemeriksaan radiologi

Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller berguna untuk menilai kasus

kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif menunjukkan anatomi tulang

temporal dan kolesteatoma.

Pemeriksaan Radiologi.

a. Proyeksi Schuller

Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna

untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen.[

b. Proyeksi Mayer atau Owen

Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang

pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai

struktur-struktur.

c. Proyeksi Stenver

Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas memperlihatkan

kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan

antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat.

d. Proyeksi Chause III

Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini

dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh

karena kolesteatom.

Pemeriksaan Bakteriologi

Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan

Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis.

17

Page 18: CASE THT.doc

Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah

Bacteriodes sp.

Kolesteatom pada Maligna

Kolesteatom adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk

terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar. Banyak teori mengenai patogenesis

terbentuknya kolesteatom diantaranya adalah teori invaginasi, teori migrasi, teori metaplasi, dan teori

implantasi. Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman (infeksi), terutama

Proteus dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi akan memicu proses peradangan lokal dan pelepasan

mediator inflamasi yang dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom bersifat

hiperproliferatif, destruksi, dan mampu berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan

mendesak organ disekitarnya sehingga dapat terjadi destruksi tulang yang diperhebat oleh pembentukan

asam dari proses pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi

seperti labirinitis, meningitis dan abses otak.

Kolesteatom dapat diklasifikasikan atas dua jenis:

a. Kolesteatom kongenital.

Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital menurut Derlaki dan Clemis (1965) adalah :

1. Berkembang dibelakang membran timpani yang masih utuh.

2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.

3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel undiferential yang

berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.

Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal, umumnya pada

apeks petrosa. Kolesteatom ini dapat menyebabkan parese nervus fasialis, tuli saraf berat unilateral, dan

gangguan keseimbangan.

b. Kolesteatom akuisital atau didapat

o Primary acquired cholesteatoma.

Kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatom timbul

akibat proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida akibat adanya tekanan negatif pada

telinga tengah karena adanya gangguan tuba (teori invaginasi). Kolesteatom yang terjadi pada

daerah atik atau pars flasida .

18

Page 19: CASE THT.doc

o Secondary acquired cholesteatoma.

Terbentuk setelah perforasi membran timpani. Kolesteatom terjadi akibat masuknya epitel kulit

dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori migrasi)

atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berkangsung lama

(teori metaplasi).

Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat

dibagi atas :

1. Konservatif

2. Operasi

Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan

medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan, biasanya

diberikan antibiotik sistemik Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan

tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.

Ada beberapa jenis pembedahan pada OMSK TYPE MALIGNA:

1. Mastoidektomi Radikal

Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.

Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik.

Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan,

sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk

membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intra kranial. Fungsi

pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan renang

seumur hidup, pasien harus kontrol teratur, pendengaran berkurang sekali. Modifikasi operasi ini

ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat meatal / plasti yang

lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi yaitu meatus luar

liang telinga menjadi lebar.

2. Mastoidektomi Radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)

Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak

kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan, dan dinding posterior liang telinga

19

Page 20: CASE THT.doc

direndahkan. Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga

mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.

3. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)

Merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau

benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan

penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal.

Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui 2 jalan

(combined Approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan

timpanotomi posterior.

KOMPLIKASI

Klasifikasi Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronik menurut Shambough (2003)

A. Komplikasi intratemporal:

1. Perforasi membran timpani

2. Mastoiditis akut

3. Paresis nervus fasialis

4. Labirinitis

5. Petrositis

B. Komplikasi ekstratemporal:

1. Abses subperiosteal

C. Komplikasi di intrakranial :

1. Abses otak

2. Tromboflebitis

3. Hidrosefalus otikus

4. Empiema subdura

5. Abses subdura atau ekstradura

20

Page 21: CASE THT.doc

MASTOIDITIS

• Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada  sel - sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak - anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah.

ETIOLOGI

• Penyebab terbesar otitis media supurative chronis yang berkembang menjadi mastoiditis adalah infeksi campuran bakteri dari meatus auditoris eksternal,

• Faktor yang mempengaruhi :

1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis.

2. Perforasi membrane timfany yang menetap

3. Terjadinya metaplasia skuamosa / perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah

4. Obstruksi terhadap aerasi rongga mastoid

5. Terdapat daerah dengan skuester atau otitis persisten di mastoid

6. Factor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.

TANDA DAN GEJALA

• Menurut H. Nurbaiti Iskandar (1997), manifestasi klinis dari mastoiditis adalah

1. Febris/subfebris

2. Nyeri pada telinga

3. Hilangnya sensasi pendengaran

4. Bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga

5. Kemerahan pada kompleks mastoid

6. Keluarnya cairan baik bening maupun lendir

7. Matinya jaringan keras

8. Adanya abses

21

Page 22: CASE THT.doc

PATOFISIOLOGI

• Patofisiologi mastoiditis: bakteri menyebar dari telinga tengah ke sel-sel udara mastoid, di mana peradangan menyebabkan kerusakan pada struktur tulang. Mastoiditis disebabkan oleh cholesteatoma, yang merupakan kantung dari keratinizing epitel skuamosa di telinga tengah yang biasanya hasil dari berulang-infeksi telinga tengah. Jika tidak diobati, dapat mengikis cholesteatoma ke dalam proses mastoideus, memproduksi mastoiditis, serta komplikasi lain.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

• Pemeriksaan penunjang yang dapat diminta:

1. pemeriksaan kultur mikrobiologi

2. pengukuran sel darah merah dan sel darah putih yang menandakan adanya infeksi

3. pemeriksaan cairan sumsum untuk menyingkirkan adanya penyebaran ke dalam ruangan di dalam kepala

• Pemeriksaan lainnnya:

1. CT-scan kepala

2. MRI-kepala

3. foto polos kepala.

PENATALAKSANAAN

• Pasca bedah dan pre operasi.

1. Pasca bedah

a. Tidurkan px selama 4 jam dengan telinga yang baru dibedah disebelah atas

b. Berikan obat jika ada rasa tidak nyaman dan vertigo

c. Pasan penghalang tempat tidur (jika vertigo)

d. Amati px setelah ambulatory bila ada gejala verigo atau pusing

22

Page 23: CASE THT.doc

2. Pre opersi

a. Biasanya diberikan antibiotic

b. Puasa,

c. Membersihkan area sekitar mastoiditis

d. Jika sudah sembuh dari infeksi baru dilakukan mastoidiktomi

e. Istirahat yang cukup

f. Diet seimbang TKTP  

KOMPLIKASI

1. Komplikasi mastoiditis meliputi:

a. kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial wajah

b. menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke arah lateral

c. menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke samping

2. Komplikasi-komplikasi lain:

a. Vertigo

b. Meningitis

c. abses otak

d. otitis media purulen yang kronis

e. luka infeksi.

23

Page 24: CASE THT.doc

BAB III

KESIMPULAN

Otitis media supuratif kronis (OMSK) atau yang sehari-hari disebut congek adalah

infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari

telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul, mungkin encer atau kental, bening, atau berupa

nanah.

Penyebab OMSK secara umum ialah lingkungan, otitis media sebelumnya, infeksi saluran

nafas atas, autoimun, alergi dan gangguan fungsi tuba eustachius.

Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif

kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.

Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal, atau atik. Letak

perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK. Perforasi pada

OMSK tipe maligna letaknya marginal atau di atik. Sebagian besar komplikasi berbahaya atau

fatal timbul pada OMSK tipe maligna. Komplikasi dapat terjadi di telinga tengah, telinga dalam,

ekstradural dan sistem saraf pusat.

Terapi OMSK memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret yang keluar

tidak langsung cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh

adanya perforasi membran timpani, terdapatnya sumber infeksi, gizi dan higiene yang kurang.

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, ada cara

konservatif dan operatif. Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan

konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan

pembedahan.

24

Page 25: CASE THT.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Aboet A. Radang Telinga Tengah Menahun. Agustus 2007. Available from URL:

http://www.usu.ac.id/

2. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar

N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi keenam.

Jakarta: FKUI, 2007. h. 64-74

3. Efiaty, Nurbaiti, dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Kedokteran THT Kepala dan Leher, ed. 5.

Balai Penerbit FK UI, Jakarta.

4. Helmi, Djaafar ZA, Restuti RD. Komplikasi otitis media supuratif kronis. Dalam:

Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala

leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI, 2007. h. 78-86

5. Peter A. Hilger, MD. 1997. BOIES, buku ajar Penyakit THT. Jakarta: buku kedokteran

EGC.

25