lapkas anes

Upload: diana-marini

Post on 09-Jan-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

.

TRANSCRIPT

BAB ILAPORAN KASUS

I. IDENTITASNama: Tn. FUsia: 22 tahunJenis Kelamin: laki-lakiPekerjaan: mahasiswa Alamat: jl. Mannga no. IINo. RM: 009242xxDiagnosis : fraktur multiple mandibula Tanggal OP : 10-9-2015

II. ANAMNESISRiwayat Psikososial:merokok (-), alkohol (-), kopi (+), teh (-)Riwayat Pengobatan :Riwayat minum jamu (-), obat-obatan warung (-), pengencer darah (-).Riwayat Alergi : Obat (-), makanan (-), lateks/ plester/debu (-)Riwayat Penyakit Dahulu :Hipertensi (-), Penyakit Jantung (-), Asma (+), Diabetes Melitus (-), Hepatitis (-), Tuberkulosis paru (-)Riwayat Penyakit Keluarga :penyakit DM, penyakait jantung, Hipertensi (-)Gangguan komunikasi : Tidak ada

Apaka Pasien Pernah di Periksa untuk Diagnosis HIV : TidakApakah Pasien Memakai :Alat bantu dengar (-), Gigi Palsu (-)Riwayat Operasi: tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Pasien : tampak sakit sedangKesadaran : composmentisObservasi Tanda Vital :Tekanan darah : 110/70mmHgRR : 22x/mntNadi : 80 x/mntBerat Badan : 58 kgPemeriksaan Fisik :Gigi goyang (-), obesitas (-), ortopneu (-), tanda-tanda dekompensasi kordis berat (-), gangguang mobilisasi leher (-), skoliosis berat (-), gangguan respirasi (-), malampati (I)Hasil Laboratorium :Hemoglobin 15mg/dlLeukosit 16,33Hematokrit 43%Trombosit 286Eritrosit 5.10GDS 125SGOT 33SGPT 58Ureum 18

Creatinin 1,2Natrium 143Calium 4,5Clorida 102

HbsAg negatif (-)

Evaluasi kardiovaskuler : tidak ada kelainanECG : tidak adaRontgen thoral : tidak ada kelainan Kesimpulan : ASA 3

Puasa : 6 jamRencana tindakan : anastesi umum, naso-pharingeal airway

ASESMEN PRA INDUKSI ASA : 3 Diagnosis Pra-Bedah: fraktur multiple mandibula Diagnosis PascaBedah: fraktur multiple mandibula JenisPembedahan: orif JenisAnestesia: anestesi umum/ naso-pharingeal airway Premedikasi: -

PERSIAPAN OPERASI Puasa 6-8 jam Saat di ruang persiapan, pasien di infus dg RL Pasien dibawa ke ruang operasi Pasien diposisikan terlentang di meja operasi Sebelum dilakukan induksi pasien dipasang elektroda,manset TD, dan pengukur Sp02.

MEDIKASI1. Fentanyl 10,52. Propofol 100mg3. Tramus 30mg4. Plasminax 5005. Dicinon 5006. Cortidex 107. Travensis 8. Tramus 10mg9. Fentanyl 10,510. Fentanyl 10,511. Tramus 1012. Fentanyl 10,513. Fentanyl 10,514. Tramus 1015. Kodex16. klopedin

Pukul 19.05Pasien diberikan :1. Fentanyl 10,52. Propofol 100mg3. Tramus 30mgTercatat TD 90/50 mmHg, Nadi 70x/mnt, SpO2 100%4. Kemudian pasien merasa mengantuk lalu tidak sadar5. Pemasangan NPAMaintenance : N2O +O2

JAMTANDA VITALSATURASIOBAT

19.10

19.15TD : 86/40Nadi : 110x/mntTD : 80/40Nadi : 96x/mnt100% Fentanyl 10,5 Propofol 100mg Tramus 30mg

19.20

19.25

19.30

TD : 80/48Nadi : 88x/mntTD : 98/48Nadi : 88x/mnt

TD : 92/45Nadi : 86x/mnt

100% Plasminax 500 Dicinon 500 Cortidex 10 Travensis

19.35

19.40

19.45TD :95/40Nadi : 75x/mntTD : 105/62Nadi : 72x/mnt

Td : 125/68Nadi : 110x/mnt

100%-

19.50

19.55

20.00TD : 110/68Nadi : 96x/mnt110/68Nadi : 86x/mntTD : 80/ 56Nadi : 86x/mnt

100%

Tramus 10mg Fentanyl 10,5

20.05

20.10

20.15TD : 90/58Nadi : 86x/mntTD : 89/58Nadi : 84x/mntTD : 84/50Nadi : 80x/mnt

100%-

20.20

20.25

20.30TD : 95/50Nadi : 94x/mntTD : 105/64Nadi : 105x/mntTD : 100/60Nadi : 110x/mnt

100% Fentanyl 10,5 Propofol 100mg

20.35

20.40

20.45TD : 96/58Nadi :105x/mntTD : 96/58Nadi : 105x/mntTD : 70/58Nadi : 110x/mnt

100%

20.50

20.55

21.00TD : 80/ 45Nadi :105x/mntTD : 85/50Nadi : 100x/mntTD : 85/50Nadi : 100x/mnt

100%

21.05

21.10

21.15TD : 85/50Nadi :110x/mntTD : 90/60Nadi :120x/mntTD : 90/60Nadi :100x/mnt

100% Tramus 10

21.20

21.25

21.30TD : 130/60Nadi : 86x/mntTD :120/90Nadi : 88x/mntTD : 140/70Nadi : 90x/mnt

100% Tramus 10

21.35TD : 130/85Nadi : 96x/mntTD : 120/80Nadi : 90x/mntTD : 110/60Nadi : 86x/mnt Fentanyl 10,5 Travensis Tramus 10

PASCA ANESTESIA Jumlah cairan: Ringer laktat 2000ml Jumlah perdarahan: 200 cc Lama anestesia: - Lama pembedahan : 1 jam 35 menit Pasien dipindahkan ke RR Pasang tensi, SpO2, O2 3L NilaiAldrette scoreScore

WKRRCKSACT

Pucat, SpO2 100% (2)Nafas dalam (2)110/70 mmHg (2)Sadar penuh (1)Gerak 4 ext (2)9

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. ANASTESIA UMUM Induksi anestesi Adalah tindakan unutk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan untuk dimulaiknya anestesi dan pembedahan. Induksi dapat dilakukan intravena, inhalasi, intramuskular atau rektal.setelah pasien tidur, langsung dilakukan pemeliharaan anestesi. 1. Induksi intravena Obat induksi IV disuntikan dalam kecepatan antara 30 60 detik. Selama anestesi pernapasan, nado, dan tekanan darah diawasi dan diberikan oksigen. Peopofol (recofol, diprivan) IV dengan kepekatan 1% menggunakan dosis 2 3 mg/kgBB. Suntikan propofol sering menyebabkan nyeri, sehingga satu menit sebelumnya sering diberikan Lidokain 1mg.kgBB secara IV.2. Induksi inhalasi Induksi inhalasi dikerjakan dengan menggunakan Halotan (Fluotan)atau Suvofluran. Induksi dimulai dengan aliran O2 >4liter/menit atau campuran N2O :O2 =3:1, dimulai dengan Halotan 0,5vol% sampai konsentrasi yang dibutuhkan. Induksi dengan Suvofluranlebih disenangi karena pasien jarang batuk, walaupun diberikan sampai tinggi 8vol%.

B. Rumatan anestesi Intravena Rumatan anestesi dapat dikerjakan dengan cara IV (anestesi IV total), inhalasi atau dengan inhalasi dan IV. Rumatan anestesi mengacu pada trias anastesi, yaitu sedatif, analgesik, dan relaksan. Rumatan IV misalnya dengaan menggunakan Opioid dosis tinggi, Fentanyl 10 50ug/kgBB. Dosis tinggi Opioid menyebabkan pasien tidur dengan analgesik yang cukup, sehingga tinggal memberi relaksasi otot. Rumatan IV dapat juga menggunakan dosisi Opioid dosis biasa, tetapi pasien ditidurkan dengan infus Propofol 4 12 mg/kgBB/jam. Bedah lama menggunakan total IV Opioid , relaksan dan ventilator. Untuk mengembangkan paru digunakan inhalasi dengan udara O2 atau N2O + O2. Inhalasi Rumatan inhalasi biasanya menggunakan campuran N2O dan O2. 3:1 ditambah Halotan 0,5 2 vol% a, enfluran 2 4vol%, Isofluran 2 4 vol% , atau Sevofluran 2 4 vol%.

C. Obat-obatan anestesi1. Intravena Propofol : (diprivan, recovol)Dosis bolus induksi 2 2,5mg/kgBB, dosis rumatan IV total 4 -12mg/kgBB/jam Opioid : analgesisk golongan narkotikOpioid (morfin, petidin, fentanyl, sufentanyl) unutk induksi diberikan dosisi tinggi. Opioid tidak mengganggu kardiovaskular, sehingga banyak digunakna untuk induksi pasien dengan kelainan jantung. Untuk anestesi induksi digunakan dosis 20 50mg/kgBB dilanjutkan dengan rumatan 0,3 1mg/kgBB/menit. Fentanyl :Obat yang sama seperti petidin dengan kekuatan 100x morfin. Lebih larut dalam lemak dibanding dengan Petidin dan menembus sawar jaringan dengan mudah. Fraksi obat ini dirusak pertama oleh paru ketika melewatinya. Dimetabolisir di hati dengan N-dealkilasi dan hidroksilasi sisa metabolismenya dikeluarkan melalui urin. Efek depresi napasnya lebih lama dibanding dengan efek analgesiknya. Dosis 1-3ug/kgBB analgesiknya kira-kira hanya berlangsung 30 menit, karena itu hanya digunakan untuk anestesi pembedahan tidak untuk pasca bedah. Dosis besar 50 150ug/kgBB untuk induksi anestesi dan peeliharaan anestesi dikombinasi dengan benzodiazepine dan anestetil inhalasi dosisi rendah, pada bedah jantung.

2. Inhalasi Sevofluran Induksi yang lebih cepat dibanding dengan Isufluran. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas, sehingga lebih dipilih. Efek samping pada kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebbakn aritmia. Efek terhadap sistem saraf pusat seperti Isofluran tidak toksik di hepar. Setelah pemberian Sevofluran dihentikan, dapat dikeluarkan oleh tubuh. Isofluran Pada dosisi anestetik dapat menurunkan laju metabolisme otak terhadap oksigen, tetapi meninggikan aliran darah ke otak dan tekanan intrakranial. Peninggian aliran darah ke otak ini dapat dikurangi dengan hiperventilasi, sehingga cocok untuk pemebedahan otak. Efek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga digunakan untuk pasien dengan PJK.

DAFTAR PUSTAKA

Latief, SA. Petunjuk Praktis Anestesiologi, edisi kedua. 2001. Bagian Anestesiologi &Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. hal.107. Omoigui.Sota. Obat-obatan Anestesia. Edisi II. 2012. EGC; Sakarta

10