lap-lmpur-aktif.pdf

12
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN LUMPUR AKTIF 1. Tujuan · Menentukan efisiensi pengolahan limbah cair dengan proses lumpur aktif · Memahami proses pengolahan secara biologi dengan lumpur aktif 2. Alat dan bahan yang digunakan · Alat yang digunakan - Seperangkat Bioreaktor lumpur aktif - Drum/ember plastic - Botol sampel - Kertas saring - Pipet ukur - Porselen - erlenmayer 250 ml, 2 buah - pipet ukur 10ml,25 ml masing-masing 2 buah - labu ukur 100 ml ,1 liter, 2 buah - biuret · Bahan yang digunakan - Limbah Industri - Air - Kertas PH - FAS 0,1N - K 2 Cr 2 O 7 0,25N - H 2 SO 4 - AgSO 4 - HgSO4 3. Dasar Teori Pengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. Metode ini merupakan metode yang paling efektif dibandingkan dengan metode Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metode Biologi adalah metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah. Mikroorganisme

Upload: febrina-putri-r

Post on 25-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tpl

TRANSCRIPT

  • PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN LUMPUR AKTIF

    1. Tujuan

    Menentukan efisiensi pengolahan limbah cair dengan proses lumpur

    aktif

    Memahami proses pengolahan secara biologi dengan lumpur aktif

    2. Alat dan bahan yang digunakan

    Alat yang digunakan

    - Seperangkat Bioreaktor lumpur aktif- Drum/ember plastic- Botol sampel- Kertas saring- Pipet ukur- Porselen- erlenmayer 250 ml, 2 buah- pipet ukur 10ml,25 ml masing-masing 2 buah- labu ukur 100 ml ,1 liter, 2 buah - biuret

    Bahan yang digunakan

    - Limbah Industri- Air- Kertas PH- FAS 0,1N- K2Cr2O7 0,25N- H2SO4- AgSO4- HgSO4

    3. Dasar TeoriPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan

    metode Biologi. Metode ini merupakan metode yang paling efektif dibandingkan

    dengan metode Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metode

    Biologi adalah metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk

    menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah. Mikroorganisme

  • sendiri selain menguraikan dan menghilangkan kandungan material, juga

    menjadikan material yang terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya.

    Metode pengolahan lumpur aktif (activated sludge) adalah merupakan proses

    pengolahan air limbah yang memanfaatkan proses mikroorganisme

    tersebut.Metode lumpur aktif banyak dikembangkan da lam pengolahan limbah

    cair dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Telah diteliti bahwa

    penggunaan metode lumpur aktif dalam pengolahan limbah dapat menurunkan

    BOD dan COD.Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba

    tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang

    mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4 dan sel biomassa baru.

    Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused)

    atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap

    di tangki penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan

    keberhasilan pengolahan limbah secara biologi, karena akan memudahkan

    pemisahan partikel dan air limbah. Metode lumpur aktif memanfaatkan

    mikroorganisme (terdiri 95% bakteri, sisanya protozoa, rotifer, dan jamur)

    sebagai katalis untuk menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah.

    Proses lumpur aktif merupakan proses aerasi (membutuhkan oksigen). Pada

    proses ini mikroba tumbuh dalam flok (lumpur) yang terdispersi sehingga terjadi

    proses degradasi. Proses ini berlangsung dalam reactor yang dilengkapi

    recycle/umpan balik lumpur dan cairannya. Oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi

    mikroorganisme tersebut diberikan dengan cara memasukkan udara ke dalam

    tangki aerasi dengan blower.Aerasi ini juga berfungsi untuk mencampur limbah

    cair dengan lumpur aktif, hingga terjadi kontak yang intensif.Sesudah tangki

    aerasi, campuran limbah cair yang sudah diolah dan lumpur aktif dimasukkan ke

    tangki sedimentasi di mana lumpur aktif diendapkan, sedangkan supernatant

    dikeluarkan sebagai effluen dari proses.

    Bakteri merupakan unsur utama dalam flok lumpur aktif. Lebih dari

    300 jenis bakteri yang dapat ditemukan dalam lumpur aktif. Bakteri tersebut

    bertanggung jawab terhadap oksidasi material organik dan tranformasi nutrien,

  • dan bakteri menghasilkan polisakarida dan material polimer yang membantu

    flokulasi biomassa mikrobiologi. Genus yang umum dijumpai adalah : Zooglea,

    Pseudomonas, Flavobacterium, Alcaligenes, Bacillus, Achromobacter,

    Corynebacterium, Comomonas, Brevibacterium, dan Acinetobacter, disamping itu

    ada pula mikroorganisme berfilamen, yaitu Sphaerotilus dan Beggiatoa,

    Vitreoscilla yang dapat menyebabkan sludge bulking. Dikarenakan tingkat oksigen

    dalam difusi terbatas, jumlah bakteri aktif aerobik menurun karena ukuran flok

    meningkat (Hanel, 1988). Bagian dalam flok yang relatif besar membuat kondisi

    berkembangnya bakteri anaerobik seperti metanogen. Kehadiran metanogen dapat

    dijelaskan dengan pembentukan beberapa kantong anaerobik didalam flok atau

    dengan metanogen tertentu terhdap oksigen (Wu et al., 1987). Oleh karena itu

    lumpur aktif cukup baik dan cocok untuk material bibit bagi pengoperasian awal

    reaktor anaerobik.

    4. Langkah Kerja1. Memasukkan Umpan berupa Limbah cair industry dengan konsentrasi

    COD 1000-1500mg/l kedalam tangki umpan2. Mengkondisikan pH umpan pada pH netral3. Memasukkan lumpur aktif dari hasil seeding kedalam reactor lumpur

    aktif4. Menghidupkan system aerasi5. Menghidupkan pompa umpan dan pompa resirkulasi lumpur6. Mengkontinukan system aliran dengan ditandai melimbahnya effluent

    di klarifier7. Menetapkan waktu detensi antara 0,3-1,5jam8. Setelah system mendekati stabil atau setelah tiga kali waktu

    detesi,maka ambil sampel dari effluent dan influent lalu ukur CODnya9. Menghitung efisiensi pengolahan: % Efisiensi Pengolahan : COD in-CODef/CODin x 100%

    1. Penentuan COD sebelum proses pendekomposisian oleh mikrobaa. Standarisasi Larutan FAS

    Pemipetan 25 mL K2Cr2O7 kedalamerlenmeyer

  • b. Penentuan COD

    Sampel limbah

    Pengenceran sampel 100x (pencampuran 1 mLsampel dengan 99 mL aquadest)

    pengambilan sampel 2,5 mL kedalam tabunghach dan penambahan 3,5 mL K2Cr2O7

    Penambahan 10 mL H2SO4 kedalamerlenmeyer

    Penambahan indikator feroin 3 tetes

    Penitrasian dengan larutan FAS darihijau menjadi coklat

  • 2. Penentuan MLVSS sebelum proses pendekomposisian oleh mikroba

    Penambahan 1,5 mL H2SO4 pekat

    Pemindahan tabung Hach pada Hach CODdigester serta pemanasan 150oC selama 2 jam

    Pemanasan cawan pijar selama 1 jam dalam furnace600oC dan kertas saring pada oven 105oC

    Penimbangan kertas saring dan cawan pijar hinggakonstan

    Penyaringan 40 mL air limbah dengan kertassaring yang diketahui beratnya

    Pengeluaran tabung hach dari digester hinggalarutan sama dengan suhu ruang

    penambahan indikator feroin 3 tetes danpenitrasian dengan larutan FAS dari hijau

    menjadi coklat

  • 3. Proses pendekomposisian oleh mikroba

    Penambahan nutrisi yaitu glukosa sebanyak7,0384 gram, KNO3 sebanyak 2,5368 gram danKH2PO4 sebanyak 0,3088 gram kedalam sampel

    limbah yang telah di aerasi

    Pendiaman sampel hingga 5 hari

    Pemindahan kertas saring kedalam cawan pijardan pemanasan pada oven 105oC 1 jam

    Penimbangan cawan pijar yang berisi kertassaring dan endapan hingga konstan

    Penimbangan cawan pijar yang berisi kertassaring dan endapan hingga konstan

    Pemindahan cawan pijar yang berisi kertas saringdan endapan kedalam furnace dengan pemanasan

    600oC 2 jam

  • 5. Data pengamatan

    Proses PengamatanStandarisasi FAS Ketika K2Cr2O7 ditambahkan larutan asam sulfat,

    warnanya tidak berubah tetap berwarna orange.

    Ketika ditambah feroin warnanya berubah

    menjadi warna hijau dan ketika dititrasi warnanya

    menjadi coklat (TA)Penentuan COD Ketika sampel ditambah K2Cr2O7 dan asam

    sulfat larutan berwarna orange. Setelah direfluks

    larutan terdapat 3 warna yaitu coklat kuning dan

    orange. Ketika dititrasi dengan penambahan

    indikator feroin awalnya larutan berwarna hijau

    dan berubah warna menjadi coklat (TA)

  • 6. Data percobaan dan Perhitungan

    Pengukuran Keadaan Awal

    - DO = 5,4 mg/L- pH = 7- Temperatur = 26,7

    a. COD (Chemical Oxygen Demand)

    1. Standarisasi K2Cr2O7NK2Cr2O7 : 0,2500 NVolume K2Cr2O7 : 10 mL

    Titrasi ke- Volume (mL)1 10, 9002 11,104

    NFAS xV FAS=N K 2Cr 2O 7 xV K2Cr 2O 7

    - NFAS x10,900=0,2500 x 10

    NFAS=0,2500 x1010,900

    NFAS=0,2294N

    - NFAS x11,104=0,2500 x10

    NFAS=0,2500 x1011,104

    NFAS=0,2251N

    RataRata=0,2394N+0,2251N2

    =0,2273N

    2. Penentuan COD pada sampel

    Pengenceran : 100 X

  • Titrasi ke- Volume (mL)

    sampel1 0,8402 0,906

    Rata-rata 0,873Blanko 1 0,952

    2 0,978Rata-rata 0,965

    COD (mg/L) =

    ( volumeblankovolume sampel) X NFAS X 1000 X pengenceranXBEoksigenmL sampel

    COD (mg/L) = (0,965mL0,873mL ) X 0,2273 X1000 X 100 X 8

    2,5mL

    COD (mg/L) = 6691,72 mg/L

    Nilai COD sebelum proses

    lumpur aktif

    Nilai COD setelah proses

    lumpur aktif (hari ke-4)

    6691,72 mg/L 275 mg/L

    Efisiensi pengolahan = kandunganCOD awalkandunganCOD ak hir

    kandunganCODawal X

    100%

    Efisiensi pengolahan = 6691,72275

    6691,72100

    Efisiensi pengolahan = 95,89 %

  • 7. Analisa Percobaan

    Percobaan ini bertujuan untuk menentukan efisiensi pengolahan limbah cair

    dengan proses lumpur aktif dan memahami proses pengolahan secara biologi

    dengan lumpur aktif. Lumpur aktif adalah lumpur yang kaya dengan bakteri

    aerob, yaitu bakteri yang dapat menguraikan limbah organik dengan cara

    mengalami biodegradasi (oxygen-demanding materials). Sehingga dari praktikum

    yang telah dilakukan, dapat dianalisa bahwa pada pengolahan limbah dengan

    menggunakan lumpur aktif ini, digunakan cara berupa metode biologi yang

    menggunakan mikroorganisme sebagai pereduksi zat-zat yang mencemari suatu

    limbah cair sehingga nantinya limbah yang terbuang tidak lagi mencemari

    lingkungan dan habitat dari kelangsungan hidup dari makhluk hidup lain.

    Pada sampel limbah ditambahkan nutrisi, nutrisi adalah sumber makanan

    untuk mikroorganisme yang akan mendekomposisi bahan organik, hal ini

    menyebabkan kandungan organik dalam sampel dapat diturunkan. Untuk

    mengetahui efisiensi pengolahan maka dilakukan pengukuran kandungan organik

    sebelum dan setelah proses sehingga dilakukan pengukuran COD sebelum dan

    setelah proses. Sedangkan MLVSS untuk mengetahui kuantitas mikroba yang

    mendekomposisi bahan organik. Pada proses pendokomposisian oleh mikroba

    yang diperhatikan adalah adanya oksigen (aerasi) sebagai sumber oksigen bagi

    mikroba.

    Nutrisi yang ditambahkan adalah glukosa, KNO3 dan KH2PO4. Untuk

    glukosa ditambahkan sebagai sumber karbohidrat atau gula, sedangkan KNO3sebagai sumber nitrogen dan KH2PO4 sebagai sumber posfor dimana perbandingan

    yang diberikan adalah glukosa: KNO3:KH2PO4 100:5:1, hal ini dikarenakan

    mikroba dapat tumbuh pada komposisi nutrien tersebut.

    Pada percobaan dilakukan pengukuran COD yaitu untuk mengetahui

    kandungan organik dalam sampel, pengukuran COD ini untuk mengetahui berapa

    banyak oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi kandungan organik dalam

    sampel, sehingga bila semakin banyak zat yang dibutuhkan untuk mengoksidasi

  • zat organik maka semakin banyak pula kandungan zat organiknya. Artinya

    semakin tinggi nilai COD maka kandungan organik dalam sampel semakin

    banyak atau kualitas air semakin buruk. Sebelum dilakukan analisis pada COD,

    sebelumnya dilakukan terlebih dahulu standarisasi FAS oleh K2Cr2O7, dimana

    reaksi yang terjadi reaksi redoks dalam keadaan asam karena penambahan H2SO4dimana dalam keadaan asam ini berfungsi untuk mengasamkan larutan sehingga

    K2Cr2O7 dapat mengoksidasi Fe dengan reaksi:

    Cr2O72- + 14H+ + 6e 2Cr3+ + 7H2O

    Fe2+ Fe3+ + e

    Cr2O72- + 14H+ + 6 Fe2+ 2Cr3+ + 7H2O + 6Fe3+

    Berdasarkan percobaan terlihat bahwa nilai COD pada sampel limbah

    sebelum proses degradasi adalah tinggi yaitu sebesar 6691,72 mgO2/L pH pada

    sampel limbah sudah netral. Sedangkan nilai COD setelah proses selama 4 hari

    adalah sebesar 275 mgO2/L. Nilai COD setelah proses ini lebih kecil dibanding

    nilai COD sebelum proses. Hal ini menunjukan adanya penurunan kandungan

    organik pada sampel limbah. Besarnya penurunan kandungan organik ini

    menghasilkan efisiensi sebesar 95,89%, Bila dibandingkan dengan literatur, hasil

    percobaan efisiensi penurunan COD sudah melebihi dari 85%, sehingga dapat

    dikatakan bahwa proses ini sudah optimum untuk menurunkan COD dalam

    sampel air limbah. Akan tetapi hasil akhir dari proses ini menghasilkan

    kandungan organik yang masih tinggi dimana nilai ini masih lebih besar bila

    dibandingkan dengan standar kualitas air bersih dimana batas COD adalah 100

    mgO2/L. Kandungan organik setelah proses dekomposisi yang masih tinggi dari

    nilai yang diperbolehkan diakibatkan karena kurangnya pengecekan pH dan

    suhu. Kondisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk hidup,yakni tidak terlalu

    asam ataupun terlalu basa atau netral dengan pH=7. Selain pH dan temperatur

    yang harus diperhatikan adalah oksigen yang ditambahkan (aerasi), dimana

    keadaan aerasi dilakukan secara terus menerus. Parameter-parameter ini

    merupakan kondisi yang mendukung untuk proses lumpur aktif.

  • 8. Kesimpulan

    Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan:

    1. Konsentrasi awal kandungan organik atau nilai COD sebelum proses

    adalah sebesar 6691,72 mg O2/L serta nilai COD setelah proses adalah

    sebesar 275 mg O2/L 2. Nilai efisiensi pengoalahan adalah sebesar 95,89%. Berdasarkan litertur

    efisiensi yang efektif untuk penurunan COD adaah >85% (Lestari, 2003)

    sehingga penurunan COD pada percobaan ini sudah efektif3. Nutrisi yang ditambahkan pada sampel, glukosa sebanyak 7,0384 gram,

    KNO3 sebanyak 2,5368 gram dan KH2PO4 sebanyak 0,3088 gram kedalam

    sampel limbah yang telah di aerasi

    9. Daftar Pustaka

    Jobsheet.2015.Penuntun Praktikum Teknik Pengolahan Limbah.Politeknik

    Negeri Sriwijaya ; Palembang.

    GAMBAR ALAT