lap i . penanganan hewan uji
DESCRIPTION
praktek farmakologo II. penanganan hewan ujiTRANSCRIPT
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES RI MAKASSAR
PRAKTIKUM I
PENANGANAN HEWAN UJI
Oleh:
KELOMPOK A 3
Haeriah ( PO.71.3.251.09.1.0 )Hamriani ( PO.71.3.251.09.1.0 )Muhammad Aspar Sinusi ( PO.71.3.251.09.1.0 )Muliadi ( PO.71.3.251.09.1.0 )Rahmawati R ( PO.71.3.251.09.1.0 )Rena ( PO.71.3.251.09.1.0 )Rosmini ( PO.71.3.251.09.1.0 )Sitti Nurzamzam Asiz ( PO.71.3.251.09.1.0 )Zulfikar Usman ( PO.71.3.251.09.1.0 )
JURUSAN FARMASI
POLTEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
M A K A S S A R
2 0 1 1
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Dalam melakukan pengujian terhadap obat untuk efek farmakologinya maka
perlu dilakukan pengujian terhadap hewan uji. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya hal yang tidak diinginkan dan mengetahui efek baik itu efek terapi maupun
efek yang tidak diinginkan (efek samping).
Sebelum melakukan pengujian berkelanjutan terhadap hewan uji maka
terlebih dahulu perlu diketahui bagaimana cara penanganan hewan uji yang baik,
benar, serta aman. Hal itu tentunya mempunyai cara tersendiri yang seyogianya harus
diketahui sebelum percobaan terhadap hewan uji atas efek farmakologi dari suatu
obat dilakukan. Dalam percobaan ini hewan uji yang digunakan adalah mencit, yaitu
sejenis tikus yang memiliki warna putih. Hal ini karena selain mencit mudah dan
tidak menjijikan, hewan uji yang satu ini juga merupakan hewan uji yang sangat udah
didapatkan dengan harga yang terjangkau.
I. 2 Maksud dan Tujuan
I. 2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
penanganan hewan uji yang baik, benar dan aman untuk memudahkan uji efek
farmakolofik dari sebuah obat.
I. 2. 2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui cara-cara penanganan hewan uji baik dalam cara
memegang maupun cara-cara mengetahui ciri-ciri fisik dari hewan uji untuk
lebih memudahkan dalam pengujian dan analisis obat.
I. 3 Prinsip Percobaan
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan mencit sebagai hewan ujinya.
Dilakukan pengukuran fisik baik berat badan, panjang dan lebar tubuh, bahkan
aktifitasnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Teori Umum
Penanganan Hewan Uji
A. Kelinci dan Marmut
Jangan sekali-kali memegang karena saraf dan pembuluh darah
dapat terganggu.
B. Tikus dan Mancit
Peganglah ekornya, tapi hati-hati jangan sampai hewan tersebut
membalikkan tubuhnya dan menggigit, karena itu selain ekornya pegang
juga bagian leher belakang dekat kepala dengan ibu jari dan telunjuk.
C. Menggunakan Kembali Hawan yang Telah Digunakan
Untuk menghemat biaya, diperbolehkan menggunakan hewan uji
lebih dari sekali, walaupun demikian, jika hewan tersebut telah digunakan
dalam satu periode dan obat yang digunakan pada percobaan sebelumnya
masih berada dalam tubuh hewan, kemungkinan hasil percobaan berikutnya
akan memberikan data yang tidak maksimal lagi. Hal ini terutama terjadi
pada kasus pemberian barbiturat yang menyebabkan induksi enzim. Dengan
dasar tersebut sehingga hewan uji yang telah digunakan, baru dapat
digunakan lagi untuk percobaan berikutnya setelah selang waktu minimal 14
hari. Di samping itu kelinci harus digunakan sebagai alternatif untuk cara
pemberian internal maupun eksternal, meskipun percobaan tidak terjadi
berurutan.
D. Memberi Kode Hewan Uji
Seringkali diperlukan untuk mengidentifikasi hewan yang terdapat
dalam satu kelompok atau kandang, sehingga hewan uji perlu diberikan
tanda atau kode. Gunakan larutan 10 % asam pikrat dalam air dan sebuah
sikat atau kuas yang diberikan pada punggung hewan uji.
Punggung hewan uji dibagi menjadi 3 bagian:
1. Bagian kanan menunjukkan angka satuan
2. Bagian tengah menunjukkan angka puluhan
3. Bagian kiri menunjukkan angka ratusan
Dapat pula dengan memberi kode pada ujung ekor dengan garis
melintang atau sejajar sesuai nomor urut hewan uji.
E. Memberi Makan Hewan uji untuk mengurangi Variasi Biologis
a. Hewan uji biasanya memberikan hasil dengan variasi yang lebih besar
dibandingkan dengan percobaan in vitro karena adanya variasi
biologis. Maka untuk menjaga agar variasi sama, jenis kelamin yang
sama, dipelihara pada kondisi yang sama pula.
b. Hewan uji harus diberi makan sesuai dengan makanan srandar dan
diberi minum ad libitum.
c. Untuk mengurangi variasi biolofis, hewan harus dipuaskan makan
semala sebelum percobaan dimulai, tetapi tetap diberi minum ad
libitum.
F. Luka Gigitan Hewan
Imunisasi tetanus disarankan bagi semua orang yang berhubungan
dengan hewan uji. Luka yang bersifat abrasif atau luka yang agak dalam
karena gigitan hewan ataupun karena alat yang telah digunakan untuk
percobaan hewan harus diobati secepatnya menurut cara pertolongan
pertama pada kecelakaan. Apabila korban gigitan belum pernah mendapat
kekebalan terhadap tetanus, harus mendapat imunisasi sebagai profilaksis.
Persyaratan Hewan Uji : Harus memiliki respon yang seragam
terhadap rangsangan ekstrinsik serta memiliki keberagaman faktor intrinsik
yang menyatu dengan daur hidup (umur, kematangan seksual, dan kesehatan).
Adapun ciri-ciri hewan yang sehat adalah sebagai berikut:
Tdk memiliki kelainan yang berarti selama masa pertumbuhannya,
yaitu
Penyimpangan bobot selama pemeliharaan < 10%
Suhu badan normal dg penyimpangan < 10C.
Tidak dijumpai adanya kelainan flora usus
Tdk memberikan reaksi abnormal pada pemberian garam fisiologis
II. 2 Uraian Hewan Uji
Spesies : Mencit
Masa Puberitas : 35 hari
Masa Beranak : Sepanjang Tahun
Masa Hamil : 19 – 20 hari
Jumlah Sekali subur : 4 – 12 hari
Lama Hidup : 2 – 3 tahun
Masa Tumbuh : 6 bulan
Masa Laktasi : 21 hari
Frekuensi kelahiran : 4 kali tiap tahun
Suhu tubuh : 37,90 C – 39,20 C
Laju Respirasi : 136 – 246/ menit
Tekanan darah : 176/106 mmHg
Volume darah : 739 BB
BAB III
METODE KERJA
III. I Alat dan Bahan yang Digunakan
III. I. 1 Alat yang Digunakan
a. Keranjang
b. Neraca
c. Penggaris
d. Spidol
III. I. 2 Bahan yang Digunakan
Pada percobaan ini tidak menggunakan bahan tetapi hanya
menggunakan hewan uji (mencit) sebagai subjek penelitian karena
penelitian ini hanya merupakan penanganan hewan uji.
III. 2 Cara Kerja
A. Jenis Kelamin
1. Diambil hewan uji secara acak
2. Diberi tanda dengan menggunakan spidol
sesuai tata cara pemberian tanda pada hewan uji.
3. Dijepi ekor dengan jari kelingkng dengan jari
manis
4. Dipegang leher hewan uji di belakang kepala
dengan ibu jari dan telunjuk.
5. Pastikan hewan uji tersebut tidak akan
membalikkan badan dan menggigit.
6. Diperhatikan jenis kelaminnya. untuk jantan
apabila ada tonjolan dan tidak terdapat kelenjar susu, sedangkan untuk
betina apabila terdapat kelenjar susu pada dadanya.
B. Berat Badan
1. Diambil hewan uji secara acak
2. Diberi tanda dengan menggunakan spidol
sesuai tata cara pemberian tanda pada hewan uji.
3. Dinaikkan ke neraca atau timbangan.
4. Ditunggu sampai mencit tersebut tidak
beraktivitas
5. Dilihat berat badan dan dicatat.
C. Panjang Badan
1. Diambil hewan uji secara acak
2. Diberi tanda dengan menggunakan spidol
sesuai tata cara pemberian tanda pada hewan uji.
3. Dipengang ujung ekor dari hewan uji.
4. Dibiarkan sampai hewan tersebut dengan
sendirinya terlentang
5. Segera diukur panjang badannya mulai dari
kepala sampai ujung ekor dengan menggunakan penggaris.
D. Lebar badan
1. Diambil hewan uji secara acak
2. Diberi tanda dengan menggunakan spidol
sesuai tata cara pemberian tanda pada hewan uji.
3. Dipegang ujung ekor dari hewan uji
4. Diukur lebar badannya dengan menggunakan
penggaris.
E. Aktivitas
1. Diambil hewan uji secara acak
2. Diberi tanda dengan menggunakan spidol
sesuai tata cara pemberian tanda pada hewan uji.
3. Dibiarkan bebas dan diperhatikan
aktikvitasnya.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
Kelompok I
NoNomor
HU
Jenis
Kelamin
Berat
Badan
Panjang
Badan
Lebar
badanAktifitas
1. 5 ♂ 18 15 3 +
2. 3 ♀ 20,5 17,3 3 +
3. 12 ♀ 22,5 18,5 3,5 +
4. 10 ♂ 14,5 16 3 +
Kelompok II
NoNomor
HU
Jenis
Kelamin
Berat
Badan
Panjang
Badan
Lebar
badanAktifitas
1. 1 ♀ 21,0 17 3 +
2. 4 ♀ 25,0 18 3,4 +
3. 2 ♂ 26,0 17,5 3,5 +
4. 6 ♀ 23,5 17,5 3,8 +
Kelompok III
NoNomor
HU
Jenis
Kelamin
Berat
Badan
Panjang
Badan
Lebar
badanAktifitas
1. 7 ♀ 26 18 3,5 +
2. 8 ♂ 17 16 3 +
3. 9 ♂ 25 17 3 +
4. 11 ♀ 20 16 3 +
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam pengujian ini hewan uji masing-masing diambil empat ekor hewan uji
yakni dalam hal ini adalah mencit untuk setiap kelompok. Masing-masing kelompok
melakukan pengujian terhadap sifat-sifat fisik dari hewan uji tersebut yaitu terhadap
jenis kelamin, berat badan, lebar badan, serta ktivitasnya. Sebelum melakukan
pengujian tersebut, dilakukan penandaan terlebih dahulu dengan memberikan tanda
sesuai pemberian tanda terhadap hewan uji. Dalam hal ini digunakan spidol dan
dilakukan penandaan di bagian ekornya. Penandaan tersebut dilakukan untuk
membedakan hewan uji dari masing-masing kelompok.
Adapun sifat-sifat fisik dari hewan uji dari setiap kelompok diuraikan sebagai
berikut:
a. Jenis Kelamin
Pengujian jenis kelamin pada hewan uji dilakukan dengan menjepit
ekor mencit dengan jari kelingking dan jari manis, kemudian dengan ibu jari
dan telunjuk diangkat lehernya dan dipastikan hewan tersebut tidak berbalik
dan menggigit.
Peda kelompok I dari empat ekor mencit terdapat dua ekor mencit
betina dan dua ekor mencit jantan. Pada kelompok II dari empat ekor mencit
diperoleh tiga ekor mencit betina dan satu ekor mencit jantan, Sedangkan
pada Kelompok III dari empat ekor hewan uji diperoleh dua ekor mencit
betina dan dua ekor mencit jantan.
b. Berat badan
Pengujian berat badan terhadap hewan uji dalam hal ini mencit
dilakukan dengan menimbangnya dengan menggunakan neraca/timbangan.
Pembacaannya dilakukan ketika mencit tersebut diam atau tidak sedang
beraktivitas.
Pada kelompok I keempat mencit tersebut memiliki berat badan yang
berbeda-beda yakni pada mencit pertama dengan nomor hewan uji 5 memiliki
berat badan 18 g, mencit no 3 mempunyai berat badan 20,5 g, mencit no 12
22,5 g, sedangkan mencit nomor 10 memiliki berat badan 14,5 g.
Pada kelompok II, Pada mencit no 1 diperoleh berat badan sebesar 21
g, mencit nomor 4 berat badannya 25 g, mencit nomor 2 dengan 26 g , dan
mencit nomor 6 memiliki berat badan sebesar 23,5 g.
Pada Kelompok III, diperoleh berat badan mencit yakni pada mencit
dengan nomor 7 adalah 26 g, mencit nomor 8 yakni 17 g, mencit nomor 9
diperoleh berat badan sebesar 25 g, serta pada mencit nomor 11 berat
badannya adalah 20 g.
c. Panjang Badan dan Lebar badan
Pengujian berat badan dan lebar badan pada hewan uji dilakukan
dengan menggunakan alat pengukur yakni penggaris. Dilakukan dengan
memegang ekor dari mencit kemudian membiarkan mencit tersebut terlentang
baru kemudian diukur panjang badannya dari kepala sampai ujung ekor.
Pada kelompok I diperoleh panjang badan dan lebar badan secara
berturut-turut yaitu pada mencit dengan nomor 5 memiliki panjang badan 15
cm dan lebarnya 3 cm, pada mencit nomor 3 diperoleh panjang 17,3 cm dan
lebar 3 cm, Pada mencit nomor 12 diperoleh panjang 18,5 dan lebar 3,5 cm,
sedangkan pada mencit nomor 10 panjangnya 16 cm sedang lebarnya adalah 3
cm.
Pada kelompok II diperoleh panjang 17 cm dan lebar 3 cm pada
mencit nomor 1, pada mencit nomor 4 diperoleh panjang 18 cm dengan lebar
3,4 cm, pada mencit nomor 2 panjang dan lebarnya masing-masing adalah
17,5 cm dan 3,5 cm, dan pada mencit nomor 6 diperoleh 17,5 cm untuk
panjang dan 3,8 cm ubtuk lebar.
Pada kelompok III, untuk mencit nomor 7 diperoleh panjang 18 cm
dan lebar 3,5 cm, pada mencit nomor 8 memiliki panjang dan lebar masing-
masing adalah 16 cm dan 3 cm, sementara pada mencit nomor 9 adalah 17 cm
dan 3 cm untuk panjang dan lebar secara berturut-turut, dan pada mencit
nomor 11 diperoleh panjang badan 16 cm dan lebar 3 cm.
d. Aktivitas
Untuk aktivitas dari hewan uji ini dilihat kegiatannya. Apakah hewan
tersebut aktif atau tidak. Pada percobaan ini semua hewan uji atau mencit baik
dari kelompok I, kelompok II, maupun kelompok III dinyatakan positif
memiliki aktivitas yang baik. Hal tersebut sangat bagus untuk percobaan
selanjutnya misalnya untuk mengetahui efek farmakologi dari suatu obat.
BAB VI
PENUTUP
VI. 1 Kesimpulan
1. Pada kelompok I keempat hewan uji dalam hal ini adalah mencit memiliki ciri-
ciri fisik sebagai berikut:
Mencit No. 5 : ■ Jenis kelamin : Jantan (♂)
■ Berat badan : 18 g
■ Panjang badan : 15 cm
■ Lebar badan : 3 cm
■ Aktivitas : +
Mencit No. 3 : ■ Jenis kelamin : Betina (♀)
■ Berat badan : 20,5 g
■ Panjang badan : 17,3 cm
■ Lebar badan : 3 cm
■ Aktivitas : +
Mencit No.12 : ■ Jenis kelamin : Betina (♀)
■ Berat badan : 22,5 g
■ Panjang badan : 18,5 cm
■ Lebar badan : 3,5 cm
■ Aktivitas : +
Mencit No.10 : ■ Jenis kelamin : Jantan (♂)
■ Berat badan : 14,5 g
■ Panjang badan : 16 cm
■ Lebar badan : 3 cm
■ Aktivitas : +
2. Pada kelompok II keempat hewan uji dalam hal ini adalah mencit memiliki
ciri-ciri fisik sebagai berikut:
Mencit No.1 : ■ Jenis kelamin : Betina (♀)
■ Berat badan : 21 g
■ Panjang badan : 17 cm
■ Lebar badan : 3 cm
■ Aktivitas : +
Mencit No.4 : ■ Jenis kelamin : Betina (♀)
■ Berat badan : 235 g
■ Panjang badan : 18 cm
■ Lebar badan : 3,4 cm
■ Aktivitas : +
Mencit No.2 : ■ Jenis kelamin : Jantan (♂)
■ Berat badan : 26 g
■ Panjang badan : 17,5 cm
■ Lebar badan : 3,5 cm
■ Aktivitas : +
Mencit No.6 : ■ Jenis kelamin : Betina (♀)
■ Berat badan : 23,5 g
■ Panjang badan : 17,5 cm
■ Lebar badan : 3,8 cm
■ Aktivitas : +
3. Pada kelompok III keempat hewan uji dalam hal ini adalah mencit memiliki
ciri-ciri fisik sebagai berikut:
Mencit No.7 : ■ Jenis kelamin : Betina (♀)
■ Berat badan : 26 g
■ Panjang badan : 16 cm
■ Lebar badan : 3 cm
■ Aktivitas : +
Mencit No.8 : ■ Jenis kelamin : Jantan (♂)
■ Berat badan : 17 g
■ Panjang badan : 16 cm
■ Lebar badan : 3 cm
■ Aktivitas : +
Mencit No.9 : ■ Jenis kelamin : Jantan (♂)
■ Berat badan : 25 g
■ Panjang badan : 17 cm
■ Lebar badan : 3 cm
■ Aktivitas : +
Mencit No.11: ■ Jenis kelamin : Betina (♀)
■ Berat badan : 20 g
■ Panjang badan : 16 cm
■ Lebar badan : 3 cm
■ Aktivitas : +
VI. 2 Saran
Sebaiknya praktikan yang hendak melakukan pengujian atau penelitian
dengan menggunakan hewan uji harus mengetahui tata cara penanganan hewan
uji terlebih dahulu agar pengujian dapat dilakukan dengan benar dan aman.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan Repoblik
Indonesia: Jakarta
Tim Farmakologi. 2004. Penuntun Praktikum Farmakologi. Jurusan Farmasi
Politeknik Kasehatan : Makassar
http://www.Hewan.uji.com