lap gemawan 2010-publish2
DESCRIPTION
MEREBUT HAK, MEMPERKUAT AKSES DAN KONTROL SERTA KEBERLANJUTAN EKOLOGIS 2010TRANSCRIPT
MEREBUT HAK, MEMPERKUAT
AKSES DAN KONTROL SERTA
KEBERLANJUTAN EKOLOGIS
LAPORAN TAHUNAN LEMBAGA
GEMAWAN
2010
DAFTAR ISI
PENGANTAR DAN KONTEKS ..................................................................................................................... 1
A. MEMPERKUAT AKSES DAN KONTROL PEREMPUAN DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI-POLITIK……….3
B. KEBERLANGSUNGAN HIDUP PEREMPUAN DAN MASYARAKAT SERTA KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN
SUMBER DAYA ALAM MELALUI HUTAN DESA.............................................................................................7
C. MEREBUT HAK KELOLA RAKYAT ATAS SUMBERDAYA ALAM…………………………………………………………………9
D. GOOD GOVERNANCE DAN ANTI KORUPSI………………………………………………………………………………………….15
E. PROGRAM KHUSUS : MEMBANGUN JARINGAN DAN KAMPANYE INTERNATIONAL……………………………18
F. SISTEM PENDUKUNG KELEMBAGAAN : INTERNAL CAPACITY BUILDING DAN WEBSITE………………………19
G.LAPORAN KEUANGAN………………………………………………………………………………………………………………………..20
Pengantar
Laporan Tahunan Lembaga Gemawan
“Merebut Hak, Memperkuat Akses dan Partisipasi, serta
Menjamin Keberlanjutan Pengelolaan Sumber Daya Alam”
Kiprah sebuah lembaga dalam misi sosial dan kemanusiaannya sangat ditentukan pada
efektifitas strategi pencapaian visinya, serta sejauhmana tingkat legitimasi publik yang
merasakan dampaknya. Oleh karena itu, refleksi atas pekerjaan yang sudah dilaksanakan serta
modifikasi tools dan pendekatan menjadi sebuah keniscayaan guna menjaga eksistensi lembaga
agar tetap selalu ‘up to date’ seiring dinamika pergeseran ruang, waktu, persoalan dan
kebutuhan.
Lembaga Gemawan selama tahun 2010, merupakan tahun pertama dalam menjalankan
rekomendasi Strategic Planning yang telah merumuskan isu-isu strategis sebagai panduan
standart untuk merancang program dan kegiatan. Sebagai sebuah lembaga yang digerakkan oleh
semangat aktivis yang memiliki cita-cita besar untuk membangun perubahan, banyak sekali
persoalan yang harus disikapi sebagai konsekuensi dari dedikasi atas masalah kerakyatan. Akan
tetapi, tentu saja Lembaga Gemawan memiliki keterbatasan-keterbatasan yang tidak mampu
menjangkau masalah-masalah yang dihadapi rakyat secara keseluruhan. Untuk itu, program dan
kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2010 berpijak dari philosofi; ‘kerja kecil tapi
berdampak besar, atau bertindak lokal tapi berdampak global’.
Disamping kerja-kerja programatik yang melekat pada bidang kerja divisional Lembaga
Gemawan seperti pengorganisasian basis komunitas, pemberdayaan perempuan dan ekonomi,
local governance reform, selama tahun 2010 Lembaga Gemawan juga mendorong beberapa
program terobosan diantaranya; Hutan Desa di Kabupaten Kayong Utara, Pakta Integritas di
Kota Pontianak, serta memperkuat jaringan untuk kampanye internasional dalam kerangka
advokasi. Pengalaman mediasi penyelesaian sengketa lahan antara perusahaan perkebunan sawit
dengan masyarakat local di Kabupaten Sambas, misalnya sekarang menjadi referensi bagi
komunitas adat dan lokal di Indonesia bahkan Asia Tenggara, ketika sedang berhadapan dengan
perusahaan perkebunan sawit yang merupakan peminjam dana IFC-World Bank serta anggota
RSPO. Berangkat dari kerja-kerja advokasi internasional itu, Lembaga Gemawan sempat
diundang untuk menyampaikan testimony terkait investasi IFC-World Bank dalam Global
Consultation framework strategy on palm oil sector di Frankfurt Jerman.
Sebagai sebuah lembaga yang terus belajar dan berbenah guna merapikan strategi,
mengkonsolidasikan kekuatan, membaca peluang serta momentum perubahan, tentu saja
Lembaga Gemawan tidak luput dari segala kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu,
Lembaga Gemawan sangat terbuka dengan segala kritik, saran serta masukan demi perbaikan
membangun guna mengoptimalkan daya dorong perubahan ke depan. Amin
Pontianak, 23 Juni 2010
Dewan Pengurus
Lembaga Gemawan
PENGANTAR DAN KONTEKS
Laporan tahunan Lembaga Gemawan 2010 ini disatu sisi merupakan perjalanan awal
organisasi setelah melakukan Perencanaan Strategis di bulan Maret-April 2010, disisi lain
menutup secara formal perencanaan strategis 5 tahunan lembaga sebelumnya.
Mengevaluasi perjalanan panjang organisasi yang tidak terasa sudah memasuki usianya
yang ke 11 tahun. Ibarat perjalanan anak manusia boleh dikatakan masih usia anak, namun
organisasi tidak demikian ukurannya. Menurut ukuran perjalanan organisasi usia 11 tahun
merupakan usia pertumbuhan dengan semangat muda dan proses menuju perkembangan
yang lebih matang lagi. Dalam proses ini ide, kreativitas baru, pengalaman tahun-tahun
sebelumnya serta pembacaan terhadap masa depan menjadi acuan untuk merumuskan
strategi lembaga kedepan. Berdasarkan mandate organisasi yang diemban yakni
Menciptakan masyarakat pesisir yang kuat yang berdaulat secara politik, mandiri secara
ekonomi dan bermartabat secara budaya serta berkeadilan Gender, maka Perencanaan
Strategic (SP) Lembaga Gemawan di tahun 2010 memberikan arah baru dalam
menerapkan program dan mencapai cita-cita misi dalam lima tahun kedepan 2010-2015.
Perencanaan strategis lima tahun ke depan difokuskan pada pengembangan Training
Centre, menguatkan advokasi, menguatkan pendampingan, memberikan perhatian pada
program khusus, membesar dan memelihara jaringan dan selalu memperbaiki manajemen
untuk system pendukung yang akuntabel dan handal.
Dalam rentang tahun 2010, keberpihakan Lembaga Gemawan terhadap isu perempuan
merupakan perspektif yang integral dan sinergis dengan isu lainnya. Perempuan
merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap proses ketidakadilan,
pemiskinan dan kekerasan. Bentuk peminggiran yang ada didepan mata dan paling nyata
adalah peminggiran ekonomi perempuan yang wujudnya adalah lemahnya akses dan
kontrol perempuan terhadap sumber – sumber ekonomi seperti tanah, sumberdaya alam,
kredit dan pasar. Padahal dalam kehidupan sehari – hari banyak kita lihat perempuan
bekerja di kebun, sawah, dan berjualan dipasar di sektor informal sebagai pelaku usaha
mikro. Perempuan kurang diprioritaskan untuk diberi pengetahuan tambahan untuk
meningkatkan kehidupan ekonominya serta lemahnya dukungan penguasa daerah
terhadap pengembangan ekonomi perempuan. Sehingga apa yang sudah kelompok
perempuan ini usahakan sepertinya masih sulit untuk berkembang baik kerja-kerja politik
maupun ekonomi yang mereka kembangkan. Perempuan yang ada masih sekedar dijadikan
komoditas politik bagi penguasa daerah dan jauh dari harapan untuk menjadi komunitas
politik yang mandiri dan berdaulat.
Saat ini perhatian global sedang difokuskan pada isu dampak perubahan iklim yang sudah
memperlihatkan tanda-tandanya. Tidak bisa diprediksinya iklim sangat berpengaruh pada
kehidupan manusia dan bumi sangat mengkhawatirkan banyak pihak. Hal ini membuat
banyak pihak untuk memikirkan ulang cara manusia mengelola dan menata bumi ini
dengan semua sumberdaya alama yang ada di dalamnya. Harapannya agar sumberdaya
yang terbatas dapat digunakan oleh berbagai pihak dengan tetap memperhatikan
kemampuan daya dukung social, ekonomi dan lingkungan yang ada.
Selama kurun waktu 2010 ini telah banyak terjadi dinamika ditengah masyarakat dalam
mempertahankan dan pengelolaan sumber daya alam yang dikelolanya saat ini, baik secara
langsung sebagai hak milik pribadi maupun kawasan komunal yang memang dijaga
bersama oleh masyarakat setempat. Dinamika ini merupakan respon masyarakat terhadap
perspektif negara dalam mengelola sumberdaya alam yang ada di Indonesia. Negara selalu
abai dalam hal pemeliharaan, pelestarian dan pengelolaan sumberdaya alam yang baik.
Negara yang direpresentasikan oleh aparat pemerintahannya sepertinya telah kehilangan
pijakan bagaimana mengutamakan prinsip pengelolaan sumberdaya alam yang bersih dan
baik untuk bangsa ini. Yang terjadi justru membabi buta mengeluarkan izin industri skala
besar bagi pihak ketiga untuk mengeksploitasi sumberdaya alam yang ada tanpa
mengindahkan prinsip social, ekonomi, lingkungan dan managemen yang baik bagi
kelangsungan hidup rakyat Indonesia kedepan.
Tata kelola yang buruk dan penuh dengan praktek korupsi, kolusi dan manipulasi ini tidak
hanya terjadi dalam hal pengelolaan sumberdaya alam namun juga terjadi dalam ranah
pengelolaan pelayanan public yang ada. Hal ini terbukti masih tidak maksimalnya
penggunaan anggaran negara/daerah yang ada untuk kepentingan public. Kita masih
melihat kebocoran anggaran yang terjadi terutama dalam hal pengadaan barang dan jasa,
tidak tepat sasaran program, pengelolaan projek pembangunan yang tidak transparan
sehingga selalu saja hak masyarakat untuk mendapatkan yang terbaik harus kalah dengan
“jatah illegal” para elit politik, birokrasi dan pengusaha yang ada. Melihat kondisi ini maka
program-program anti korupsi dan good governance menjadi salah satu prioritas lembaga
Gemawan dalam sejarah kelembagaannya.
Semua upaya ini akan dapat tercapai apabila semua kekuatan rakyat dapat terorganisir
dengan baik. Sehingga demokrasi yang muara dan ujungnya adalah kedaulatan rakyat
dapat terlaksana bukan seperti saat ini dimana demokrasi yang ditampilkan adalah
demokrasi procedural semata bukanlah demokrasi substansial seperti yang diharapkan.
Memperkuat Akses perempuan dalam pemberdayaan
ekonomi-politik
- Pengorganisasian dan Capacity Building
Penguatan akses
perempuan sebagai
perpektif dalam
semua implementasi
program dan strategi
diperkuat dengan
pelaksanaan aktivitas
yang menyentuh
kelompok perempuan
dan anggotanya
secara langsung.
Serangkaian aktivitas
dimulai dari
pertemuan rutin yang
dilaksanakan sebulan
sekali di desa-desa
dan kelurahan di
Sambas dan
Singkawang sebagai
bagian dari pengorganisasian perempuan tingkat basis, selain itu aktivitas peningkatan
kapasitas perempuan melalui pelatihan tehnis dan strategis juga terus dilakukan sepanjang
tahun 2010 diantaranya adalah pelatihan kewirausahaan dan manajemen, strategi
pemasaran dan peningkatan kualitas produk untuk kelompok dampingan dan serangkaian
pameran yang diikuti kelompok perempuan yang berkontribusi langsung pada kelompok
dan anggotanya. Proses trnasformasi kesadaran juga mulai dilakukan oleh kader-kader
kelompok, hal ini dubktikan dengan pekerjaan yang membawa kabar gembira bagi proses
pemberdayaan, ibu kelompok dengan sendirinya telah membentuk dua kelompok baru
yaitu dengan dibentuknya satu kelompok Singkawang yaitu di Semelagi Hilir Kecil yang di
bentuk oleh kelompok Semelagi Kecil dan satu kelompok di Sambas yaitu kelompok
perempuan di desa Sebayan yang dibentuk oleh kelompok perempuan Asoka dari desa
Tanjung Mekar.
Upaya lebih lanjut memperkuat organisasi Serikat Perempuan Pantai Utara (Serumpun)
dilakukan dengan Rapat Kerja Serumpun untuk merefleksikan setahun berdirinya
Serumpun dan evaluasi program kerja. Konsolidasi ini diharapkan bisa Mengembangkan
dan memperkuat pengorganisasian Serumpun, Membangun komunikasi dan kerjasama
antar pengurus serumpun dan kelompok perempuan dalam mencapai visi dan misi
Serumpun serta Mengembangkan strategi untuk memperkuat Serumpuan, yang
diharapkan bisa memperjuangkan kepentingan perempuan, minimal anggota SERUMPUN
yang berjumlah sekitar 1000 orang menuju perdamaian, keadilan dan kesetaraan gender.
Advokasi yang partisipatif
Sepanjang tahun 2010,
Kelompok perempuan
dengan anggotanya
melalui pendampingan
berhasil mendorong 40
orang kader kelompok
yang sudah mampu
menjadi penggerak di
desa mereka masing-
masing dalam hal
advokasi kepentingan
perempuan dan
menduduki posisi
strategis institusi desa
masing-masing. Sinergi
antara kepemimpinan
dan aktivitas eknomi ini
juga sangat besar
berpeluang
meningkatkan pendapatan mereka dengan indikasi adanya peningkatan pendapatan
sekitar 10% dari usaha ibu-ibu kelompok yang didampingi lembaga Gemawan sebagai
dampak advokasi mereka terhadap peningkatan pendapatan anggota. Selain itu juga setiap
kelompok sudah mempunyai minimal 1 orang kader kesehatan yang berkaitan dengan
peningkatan akses kelompok perempuan terhadap akses kesehatan. Khusus bagi kelompok
perempuan sudah mampu mengadvokasi dirinya dalam hal mengakses dana dan bantuan
alat ke pemerintah. Dalam melakukan advokasi mereka sudah mampu bekerjasama
dengan pihak lain misalnya dengan Kelompok Pengelola Hasil Pertanian. Kelompok di
Singkawang sudah mampu mengadvokasi dirinya untuk mendapatkan hak-hak mereka
berkaitan dengan pengembangan usaha mereka untuk mendapatkan dukungan alat-alat
penunjang produk, dan satu kelompok sudah berhasil mendapat sertifikat Balai POM dan
satu kelompok lainnya sudah mendapat pelatihan tentang produk industri rumah tangga
dari Dinas Kesehatan Kota Singkawang.
Membangun networking dan akses pasar
Sebagai anggota Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK), Lebaga Gemawan
bersama anggota ASPPUK lainnya melakukan perluasan jaringan dengan mendampingi
Jaringan Perempuan Usaha Kecil (Jarpuk) Kalimantan Wilayah Sambas dengan melibatkan
perwakilan kelompok dampingan yang mempunyai usaha mengikuti kegiatan Konsolidasi
dan Rapat Tahunan Jarpuk yang diharapkan mampu mengungkit dan membangun
komitmen bersama sebagai komunitas PUK dalam membangun gerakan perempuan
melalui kegiatan ekonomi. Upaya untuk memperbaiki usaha kelompok perempuan juga
dilaksanakan kerjasama dengan Terminal Kemasan Pontianak (TKP) dalam petihan ini
dilakukan diskusi tentang produk, kemasan, dan pemasaran. Business Development
Service (BDS) melalui
Jarpuk yang didukung
oleh disinergiskan
dengan program
pemberdayaan
perempuan lainnya yang
bekerjasama dengan
Cordaid dan Tsadik
Foundation. Kegiatan ini
merupakan kegiatan
pendampingan business
dan bantuan
pengembangan produk
usaha ibu-ibu.
Harapannya kedepan si
pendamping mampu
menjadi konsultan
professional bagi yang
didampinginya. Karena
dengan jasa si konsultan
ini ibu-ibu bisa benar-
benar dapat menjadi pengusaha perempuan.
Secara signifikan serangkaian aktivitas ini berhasil mendorong penambahan variasi produk
sebanyak lima macam produk makanan yang baru dan satu jenis untuk usaha tenun. Lebih
lanjut juga ada penambahan jumlah anggota kelompok yang memulai usaha baru, yakni
sebanyak 10 orang yang mulai melakukan usaha baru. Secara berkesinambungan ini
berdampak terhadap “Toko Perempuan” di Sambas yang sudah regular menjual produk
usaha ibu-ibu kelompok dan sudah memberi tabungan untuk kerja-kerja Gemawan dan
Serumpun yang disimpan dalam simpanan Ponjen CUSI khusus. Menarik bagaimana juga
meningkatnya promosi dan ajakan promosi tentang keberadaan kelompok usaha kecil
perempuan ini mulai dilakukan pihak lainnya, salah satunya oleh Ruai TV. Ini secara
signifikan berdampak terhadap promosi produk oleh jaringan lembaga. Beberapa pameran
yang diikuti untuk mempromosikan hasil produk kelompok dampingan di Sambas
sebanyak 10 kali yang dilakukan ibu-ibu kelompok secara mandiri dengan jaringan yang
mereka miliki dan 2 kali di Pontianak yang bekerjasama dengan Ruai TV dan selain itu hasil
produk kelompok dampingan juga di bawa untuk mengikuti pemeran – pameran yang ada
di wilayah lain termasuk melalui The 12th Jakarta International Handicraft Trade Fair 2010
(Inacraft).
Mengumpul Modal Bersama lewat Credit Union Sari Intugin dan CU Gemawan
Cita-cita besar untuk
pemberdayaan perempuan
dan ekonomi kerakyatan
tidak terlepas dari
pengembangan dan
penguatan infrstruktur
ekonomi perempuan di
tingkat basis, desa dan
komunitas melalui
pemberdayaan Credit Union
Sari Intugin (CUSI) di
Sambas dan Singkawang.
Credit Union Sari Intugin
Pada akhir tahun 2010
sudah memiliki asset Rp
6.787.554.307 dengan
anggota sebanyak 1.873
orang. Dan pada tahun 2010
dalam rangka untuk
mendekatkan pelayanan
kepada anggota dan
Pengembangan CUSI
membuka Tempat Pelayanan (TP) di desa Satai. Untuk CU Gemawan yang mana kantor
pusatnya berada di Kota Pontianak sudah memiliki asset sebesar Rp 3.684.268.651
dengan jumlah anggota 876 orang, CU Gemawan merupakan pelepasan dari CU Muare
Pesisir yang sekarang tidak dibawah pendampingan Lembaga Gemawan lagi. Kesetiaan
pada cita-cita dasar, mekanisme baku, intergritas pengelola dan kreativitas dalam
pengembangan CU sebagai aktivitas kerjasama keuangan dan disinergiskan dengan semua
program Lembaga Gemawan baik, perempuan, hutan desa dan organisasi rakyat berbasis
komoditas yang sedang dibangun merupakan kekuatan sendiri bagi perkembangan
pemberdayaan yang dilakukan Lembaga Gemawan.
KEBERLANGSUNGAN HIDUP PEREMPUAN DAN MASYARAKAT
DAN KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
MELALUI HUTAN DESA
- Upaya penyelamatan wilayah yang terancam
Program hutan desa yang digagas
Lembaga Gemawan bersama
Masyarakat di 5 desa di Kecamatan
Pulau Maya Karimata yang
disupport sepenuhnya oleh
Pemerintah Kayong Utara
merupakan bagian dari upaya
penyelamatan wilayah kelola
rakyat yang mulai terancam.
Kabupaten Kayong Utara
merupakan kabupaten baru hasil
pemekaran dari Ketapang sejak
tahun 2007. Melihat kecendrungan
ekspansi konversi hutan dan lahan
yang dilakukan di Kabupaten
Ketapang, maka upaya
memberikan pemahaman yang sama akan pentingnya penyelamatan kawasan kepada
masyarakat dan pemerintah daerah merupakan hal yang mendesak dilakukan. Pemilihan
bentuk usulan system hutan kerakyatan yang diambil sudah melalui proses analisis yang
panjang melihat situasi social, ekonomi, peluang undang-undang dan dampaknya pada hak
kelola masyarakat. Apabila dikaitkan dengan perspektif keberlangsungan hidup
perempuan untuk mendapat peluang mengelola sumber daya alam hutan yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari perspektif keperbipakan terhadap perempuan program
Hutan Desa dijadikan pilihan.
Melalui kegiatan advokasi baik berupa lobby, hearing, komunikasi intensif dan pertemuan
baik formal dan informal dengan para pihak yang terlibat dalam usulan ini. Program Hutan
Desa ini dimulai tahun 2009 dan telah memasuki tahap terakhir tahun pertama program
dan memasuki tahap awal tahun kedua program telah sangat didukung Dirjen RLPS,
Kementerian Kehutanan dengan diterimanya usulan 52.000 ha usulan hutan desa Bupati
Kayong Utara 2010 untuk dipresentasikan di Kementrian kehuatanan pada bulan
November 2010. Dukungan ini juga terlaksana melalui pertemuan-pertemuan yang
dilakukan secara resmi ataupun melalui surat elektronik dengan memberikan masukan-
masukan bagaimana suatu wilayah desa yang masih memiliki kawasan hutan dijadikan
areal Hutan Desa. Pihak Pemerintah Kabupaten mendukung sepenuhnya upaya ini untuk
mendiskusikan wilayah yang dapat dijadikan areal kerja Hutan Desa. Hutan desa yang akan
diterapkan di desa-desa yang berada di Pulau Maya, Kabupaten Kayong Utara akan
memberikan peluang yang cukup besar bagi perempuan di desa-desa tersebut untuk
memanfaatkan hasil hutannya.
Pemetaan partisipatif dilakukan untuk wilayah yang menjadi usulan wilayah Hutan Desa.
Metode pemetaan partisipatif dalam perencanaan hutan desa dimaksudkan untuk
melibatkan masyarakat secara langsung dalam melakukan pemetaan potensi yang ada di
wilayah desa mereka karena sudah sepantasnya mereka yang melakukannya karena
mereka yang memiliki dan mengelola wilayah tersebut. Selain data yang diperoleh dari
masyarakat, data-data sekunder yang mendukung untuk pemetaan juga didapat dari
pemerintah dalam hal ini merupakan data-data kawasan yang dapat di jadikan Hutan Desa.
Untuk melengkapi aktifitas-aktifitas yang telah di sempurnakan oleh tim kerja dalam
bentuk dokumen lengkap usulan hutan desa, untuk diteruskan untuk urusan administrasi
pengajuan, lobi stakeholder, negosiasi, presentasi usulan, kampanye media dan pertemuan-
pertemuan informal untuk memuluskan proses mempercepat pengajuan usulan hutan
desa. Memasuki tahun ke dua program di jalankan, pencapaian signifikan adalah adanya
kepastian untuk dilakukan verifikasi usulan oleh tim yang bentuk menteri kehutanan.
Proses pembelajaran untuk mendorong proses verifikasi juga dilakukan dengan mengikuti
proses verifikasi hutan desa di kabupaten Merangin, Jambi. Aktivitas berhasil mendukung
pembelajaran proses untuk melakukan tata cara proses verifikasi usulan Hutan Desa
dilakukan. Hal-hal yang dilakukan oleh tim verifikasi dengan mengadakan pertemuan
dengan pihak-pihak terkait di Pemda setempat terutama dengan Dinas Kehutanan.
Pertemuan juga dilakukan di Pemkab, dilakukan di Dinas Kehutanan Kabupaten Merangin,
membahas tentang peta wilayah yang diusulkan dan membagi tim kerja untuk desa-desa
yang akan di verifikasi. Pertemuan juga dilakukan di kecamatan dengan kepala-kepala desa
yang wilayahnya diusulkan menjadi areal Hutan Desa. Pertemuan ini membahas maksud
dan tujuan desa-desa tersebut membuat Hutan Desa. Setelah itu pengambilan titik
koordinat di lapangan yang menjadi wilayah areal kerja Hutan Desa. Hanya beberapa titik
koordinat yang diambil, dari proses ini titik koordinat yang diambil apakah sesuai dengan
status kawasan hutan sesuai dengan Undang-Undang Hutan Lindung dan Hutan Produksi.
Informasi yang seimbang di tingkat masyarakat menjadi sangat penting untuk melakukan
tindakan-tindakan untuk mempertahankan sumber daya alam yang ada di wilayah tempat
tinggal mereka. Peta 5 desa yang didukung oleh informasi sosial ekonomi dari masyarakat
menjadi data yang terkini di wilayah Pulau Maya. Atas inisiasi dari masyarakat dan
pemerintah desa dan difasilitasi oleh Lembaga Gemawan maka inisiasi ini menunggu
ketetapan Mentri Kehutanan. Namun proses ini harus melalui perjuangan yang panjang
terutama tarik menarik kepentingan ditingkat nasional akan keberadaan Hutan di
Indonesia termasuk di Pulau Maya-Karimata
MEREBUT HAK KELOLA RAKYAT ATAS SUMBERDAYA ALAM
Advokasi tata ruang kabupaten
Posisi advokasi strategis
tentang hak kelola
masyarakat ujung-
ujungnya pasti bicara
tentang tata ruang.
Advokasi tata ruang juga
seharusnya sinergis
antara tingkat
kabupaten, provinsi,
region dan tingkat
nasional. Karena
detailnya pekerjaan yang
harus dilakukan
membuat advokasi tata
ruang ini tidak maksimal
ditambah lagi minimnya
partisipasi
multistakeholder yang
dilakukan oleh negara.
Dalam hal ini Lembaga Gemawan hanya bekerja pada tingkat kabupaten, dengan terlibat
aktif mengawal pemerintah kabupaten Kayong Utara untuk memasukkan usulan hutan
desa dalam RTRK yang mereka buat. Serta bersama masyarakat di kecamatan sejangkung
dan Sajingan besar melakukan pemetaan partisipatif dan perencanaan wilayah yang
diusulkan kepada Bappeda Kaputaen Sambas. Namun untuk tingkat provinsi Lembaga
Gemawan berusaha terlibat mewarnai diskusi yang terjadi di tingkat provinsi pada Forum
advokasi tata ruang nasional dan pulau pada bulan januari 2010 dilaksanakan dengan
Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP) dan Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional
(BKPRN) Departemen Pekerjaan Umum yang diikuti oleh jaringan Organisasi Non-
Pemerintah se-pulau Kalimantan, Sumatera, Jawa dan perwakilan Papua melakukan
pembahasan mengenai data dan potensi wilayah. Aktifitas yang dilakukan juga melakukan
pertemuan jaringan LSM yang berperan memantau proses penyusunan tataruang, bekerja
sama dengan beberapa LSM yang peduli dengan prubahan tataruang provinsi Kalimantan
Barat, seperti Walhi Kalbar, Titian, Sawit Watch, Diantama, WWF Kalbar, AMAN Kalbar dan
beberapa LSM lainnya.
Perubahan aktifitas menunjukkan perkembangan sosial yang terjadi dimasyarakat yang
dinamis, sehingga strategi lapangan yang diterapkan juga berkembang sesuai dengan
dinamisasi kondisi sosial dimasyarakat. Peningkatan kapasitas masyrakat berdampak pada
kebutuhan strategi yang berbeda sesuai dengan identifikasi stakeholder yang terkait,
sehingga peningkatan kapasitas staf menjadi hal yang perlu dilakukan terus menerus,
sehingga dapat dengan segera menyesuaikan kondisi sosial dan kebutuhan perubahan
strategi yang akan dilakukan secara cepat dan tepat
Penguatan wilayah yang sudah terancam ekspansi perkebunan skala besar
Perkebunan kelapa sawit jelas
merupakan sektor andalan di
Kalimantan Barat jika dilihat
dari perkembangan perijinan
yang diberikan pemerintah
daerah kepada perusahaan
perkebunan, khususnya paska
kenaikan harga crude palm oil
(CPO) dipasar dunia pada tahun
2005. Sampai tahun 2010,
tercatat lebih dari 4,9 juta
hektar lahan diberikan kepada
326 perkebunan kelapa sawit.
Dibanding dengan luas
penguasan lahan oleh
perkebunan kelapa sawit pada
tahun 2004, dapat disimpulkan bahwa tingkat ekspansi perkebunan kelapa sawit di
Kalimantan Barat mencapai 400,000
hektar per tahun.
Dengan sistem perkebunan kelapa
sawit yang monokultur,
“menghalalkan” clear cut serta
berpotensi menguasai lahan lebih
dari 160 tahun, maka tidak heran
jika sejak awal tahun 2005, muncul
kekhawatiran besar dari kelompok
masyarakat sipil atas dampak
negatif ekspansi perkebunan kelapa
sawit terhadap keberlangsungan
hidup hutan dan masyarakat lokal di
Kalimantan Barat. Kekhawatiran itu
kemudian terbukti dengan
munculnya 120 konflik baru antara
masyarakat lokal dengan
perkebunan kelapa sawit di 8 Kabupaten di Kalimantan Barat. Sementara organisasi
internasional seperti WWF-Sarvision mencatat “anomali” deforestasi di Kalimantan Barat
sebesar 916,492 hektar periode 2004-2008 dengan perkebunan kelapa sawit sebagai
penyumbang utama.
Beberapa penelitian oleh Organisasi Non Pemerintah seperti; Greenpeace dalam kasus
Golden Agri Resource/Sinar Mas di Ketapang dan Kapuas Hulu, serta penelitian VMD,
Lembaga Gemawan dan KRB terhadap Wilmar International di Sambas serta penelitian
VMD dan Walhi Kalbar terhadap IOI di Ketapang kembali menegaskan bahwa
ketidakpatuhan perusahaan perkebunan terhadap aturan perundang-undangan seakan
puncak gunung es dari aktivitas illegal yang dilakoni perusahaan dengan persetujuan
pemerintah daerah dan ketidakpedulian pemerintah pusat.
Bentuk ketidakpatuhan tersebut mulai dari pembalakan liar dalam proses pembersihan
lahan, pendudukan ilegal kawasan hutan, aktivitas tanpa persetujuan AMDAL sampai pada
pencurian lahan dari masyarakat lokal.
Pada masyarakat localnya sendiri banyak menimbulkan dampak akibat pengembangan
perkebunan kelapa sawit, antara lain :
1. pola pengembangan perkebunan kelapa sawit telah menghancurkan sumber-
sumber ekonomi masyarakat yang telah ada.
2. Memunculkan ketergantungan dan penguasaan masyarakat oleh pengusaha, yang
secara nyata juga telah menyebabkan hancurnya tatanan kehidupan dan pranata
social budaya komunitas-komunitas masyarakat local.
3. Proses pelepasan lahan kerap kali menimbulkan konflik yang berkepanjangan, baik
secara vertikal maupun konflik horizontal.
Legal Assistance
Sebagai akibat dari ekspansi
perkebunan sawit yang melanggar
aturan, tidak menghargai hak
masyarakat dan lingkungan.
Lembaga Gemawan telah banyak
menerima keluhan masyarakat di
berbagai Kabupaten mulai dari
Sintang, Sambas, Bengkayang dan
Singkawang. Yang mengemuka di
tahun 2010 diantaranya adalah
kasus pada PT. PATIWARE I
dimana advokasi dilaksanakan
bersama masyarakat desa
Semayong dan sekitarnya
berdasarkan atas permintaan
masyarakat atas adanya investasi dilokasi lahan perkebunan dan pertanian masyarakat.
Masyarakat sudah berupaya melakukan pertahanan atas lahan mereka dengan bebebrapa
kali mendatangi kantor Bupati Sambas untuk mengajukan tuntutan mereka. Atas desakan
masyarakat pada bulan Mei 2010, Bupati telah mengeluarkan SK no 582/016/BPMPPT-
4/210 kepada PT. Patiware I untuk penghentian sementara aktivitas perusahaan. Namun
perusahaan tidak mengindahkan SK tersebut dan terus membuka lahan masyarakat. Carut
marut ini membawa pada terjadinya aksi protes masyarakat Semayong yang berujung pada
proses peradilan yang dialami 2 orang masyarakat yakni saudara Sarimi dan Ramadi.
Gemawan mendampingi proses pengadilan ini dengan menyiapkan pengacara untuk
membela masyarakat.
Selain itu pada tahun 2010, pendidikan hukum yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat
dalam isu hak atas lahan juga menjadi aktivitas yang dilakukan dari satu kampung ke
kampung lainnya. Karena selama ini masyarakat tidak mengetahui hak-haknya sehingga
ketika ada persoalan konflik lahan yang terjadi masyarakat dihadapkan pada pilihan
pasrah atau melawan dengan cara kekerasan. Dengan pengetahuan hukum yang mereka
miliki maka ada alternatif cara-cara yang diakui oleh hukum yang bisa mereka pergunakan.
Disamping itu bersama
masyarakat terus
berorganisasi untuk mencapai
hak atas lahan dengan terus
mendampingi masyarakat
dalam penyusunan draf MOU
plasma antara masyarakat
desa Sajingan Kecil melalui
Koperasi Cempaka Biru
dengan PT ANI (Wilmar
Group) yang mana proses
penyelesaian konfliknya sudah
dilakukan sejak tahun 2008
yang difasilitasi oleh
Compliance, Advisor and
Ombudsman- International
Finance Corporation (CAO-IFC). Kasus terbaru yang ditangani bersama organisasi rakyat
dan mahasiswa adalah penylesaian konflik lahan antara masyarakat desa Mekar Jaya
dengan PT Agrowiratama (Musimas Group). Dimana masyarakat menolak masuknya
perkebunan kelapa sawit di wilayah mereka karena mereka punya keyakinan perkebunan
karet, tanaman buah dan hutan sudah cukup untuk menghidupi mereka dan meyakini
bahwa dengan pengelolaan yang sudah mereka miliki sumberdaya alam tersebut akan
tetap lestari.
Berorganisasi untuk merebut hak
Lembaga Gemawan
bekerja di akar rumput dan
membangun bersama
organisasi akar rumput
melalui organisasi rakyat.
Selama tahun 2010 melihat
jatuh bangunnya organisasi
rakyat dan sekaligus
melihat kompleksitas
dalam membangun
bersama organisasi rakyat
melalui tantangan-
tantangan dan
keberhasilannya sekaligus,
maka mulai terbentuk
kelompok tani dan komite
persiapan organisasi tani.
Advokasi yang dilakukan
juga aktif terlibat
mengenai pelanggaran –
pelanggaran yang menyangkut aspek lingkungan. Kerja-kerja advokasi dan pendampingan
terhadap rakyat yang di lakuan kini menjadi bagian yang di butuhkan oleh masyarakat
terutama daerah site kerja di Sambas, Kabupaten Kayong Utara (KKU), Kabupaten Kubu
Raya (KKR), Ketapang, Kota Singkawang dan Kota Pontianak. Isu yang masih mengemuka
adalah semakin maraknya izin perkebunan yang sangat merugikan masyarakat karena
masuknya perkebunan yang selalu mengatasnamakan investasi untuk pembangunan
ternyata menjadi bomerang bagi masyarakat karena masyarakat yang punya tanah menjadi
buruh di tanahnya sendiri.
Kesadaran berjuang ini tidak terlepas dari
upaya yang telah dilakukan dalam
peningkatan-peningkatan kapasitas di
tingkat desa, karena desa merupakan
pelaku utama dalam melakukan
perubahan-perubahan, di desa juga
semua sumber daya alam yang ada
terletak di wilayah desa. Perubahan-
perubahan yang terjadi dalam
pengelolaan sumber daya alam di wilayah
desa mempengaruhi bidang ekonomi dan
politik dalam pemerintahan di tingkat
desa.
Pengorganisasian sangat penting untuk
menguatkan masyarakat dalam memberikan pemahaman terhadap masyarakat apa yang
menjadi kewajiban dan apa yang menjadi hak. Melalui pengorganisasi dengan Serikat Tani
Serumpun Damai (STSD) dalam melakukan advokasi STSD sangat intens membantu
masyarakat yang tanahnya di ambil oleh perusahaan, salah satu contoh yang terjadi di Desa
Semayong Kecamatan Teluk Keramat dimana dengan masuknya PT. PATIWARE I tersebut
mengambil lahan masyatakat dengan alasan investasi untuk pembangunan tetapi yang
terjadi lahan masyarakat yang ada kebun diatasnya seperti karet dan padi terkena alat
berat perusahaan yang membuka lahan tersebut, sehingga masyarakat menjadi marah dan
masyaraka tetap mempertahankan tanah yang diambil perusahaan, masyarakat juga sudah
melaporkan kejadian tersebtu kepada Pemda dan Polsek tetai tidak di tanggapi oleh Pemda
dan polsek, hingga mengarusan masyarakat malakukan aksi di kantor bupati meminta
bupati mencabut izin PT. PATIWARE I.
Serangkaian kegiatan yg di lakukan, pendidikan, FGD, seminar, workshop, pelatihan dan
aksi-aksi politik , sedikit banyak telah memberikan perubahan cara pandang masyarakat
melihat persoalan dan peyelesaian persoalan yang mereka hadapi. Masyarakat mulai
mampu melakukan loby dan hearing terhadap kebijakan yang menurut mereka tidak
sesuai atau merugikan mereka, dan mulai memahami bahwa dampak dari kerusakan
lingkungan, ruginya melakukan sesuatu tuntutan dengan kekerasan, perlunya membangun
jaringan yang luas dan melibatkan aktif kaum perempuan di setiap kegiatan. Baik itu dalam
kelompok kecil (kelompok tani ) ataupun yang di lakukan oleh organisasi seperti Serikat
Tani Serumpun Damai (STSD
Kampanye mencari dukungan
publik
Kampanye dilakukan dengan
beberapa media, sesuai dengan
pilhan strategis atas sebuah
aktipitas yang dilakukan. Media
massa menjadi salah satu
alternatif yang sering digunakan
sebagai kampanye yang murah
serta dapat berdampak pada
stakeholder. Kampanye media
bertujuan untuk melakukan
penyebaran isu, tekanan tidak
langsung atas isu yang diangkat
serta propaganda kepada kalayak
umum terkait dengan aktifitas
yang dilakukan. Selain
menggunakan media massa,
kampanye dilaksanakan dengan aksi massa karena memang upaya tekanan pada
pemerintah daerah untuk memberikan perhatian lebih besar. Aksi massa dilakukan pada
tanggal 20 mei 2010 yang merupakan aksi bersama dengan beberapa elemen mahasiswa
serta NGO yang terlibat juga memberikan dampak yang signifikan terhadap keberlanjutan
advokasi dan pendampingan kasus-kasus tersebut.
Pertemuan jaringan dilaksanakan berdasarkan perkembangan strategis dalam berjaringan,
beberapa aktifitas yang dilakukan dalam pertemuan jaringan sesuai dengan isu yang ada,
seperti advokasi tataruang, kasus kriminalisasi masyarakat, serta pertemuan lain.
Pertemuan jaringan baik yang dilaksanakan langsung oleh Lembaga Gemawan maupun
mitra kerja lokal maupun nasional. Pertemuan jaringan dilaksanakan untuk memperkuat
jaringan aksi sesuai dengan isu kekinian yang ada serta perencanaan bersama dalam
aktifitas yang dilakukan
Pengawalan kebijakan strategis dalam ijin lingkungan yang dikeluarkan dalam investasi
skala besar baik berupa perkebunan,tambanga,HTI serta investasi lainnya dilakukan
dengan masuknya Lembaga gemawan dalam komisi amdal Provinsi Kalimantan Barat yang
dilaksanakan di Badal Lingkungan Hidup daerah provinsi kalimantan Barat. Untuk
pembahasan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) selama ini hanya beberapa
kabupaten karena beberapa kabupaten telah memiliki komisi amdal sendiri ditingkat
kabupaten, selama ini lebih banyak hanya membahas kabupaten Ketapang, Sintang,
Landak, dan beberapa daerah lainya yang pembahasannya memang menjadi kewenagan
komisi amdal provinsi. Investasi yang dibahas meliputi perkebunan sawit dan pabrik,
pertambangan, dan investasi skala besar lainya yang akan masuk dalam wilayah tertentu.
Good Governance dan Anti Korupsi
Pakta Integritas
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa isu mendorong tata kelola yang baik
dan anti korupsi merupakan salah satu perhatian lembaga Gemawan sejak berdirinya.
Lembaga Gemawan sejak bulan Oktober 2010 melaksanakan program Pakta Integritas
yaitu pendampingan pelaksanaan Pakta integritas dilingkungan pemerintah Kota
Pontianak. Program ini dilaksanakan sebagai upaya menekan terjadinya kasus-kasus
korupsi dalam hal Pengadaan Barang dan Jasa ( PBJ ).
Program Pakta Integritas ( Good Governance and Anti Corruption ) adalah sebuah
program kekerjasama antara Transparency International Indoesia ( TI-I) dengan
Lembaga Gemawan Pontianak, dalam perjalanannya, lembaga Gemawan Pontianak
menggandeng 3 (tiga) lembaga / NGO lainya yaitu LPS-AIR, UP-LINK dan JARI Birneo Barat
untuk bergabung dalam satu tim inti.
Kegiatan yang sudah
dilaksanakan selama
periode Bulan
Oktober hingga
Desember 2010
adalah lokakarya
untuk
mempersiapkan
rencana kerja untuk
pelaksanaan Pakta
Integritas. Workshop
ini diselenggarakan
pada tanggal 3 dan 4
November 2010
bertempat di Hotel
Santika Pontianak.
Peserta terdiri dari
pemerintah Kota
Pontianak,
perwakilan pelaku
usaha, masyarakat
dan Organisasi Non Pemerintah. Kegiatan lain yang dilakukan untuk mendukung
terpublikasikannya program Pakta Integritas ini adalah Roadshow ke media lokal untuk
sosialisasi pelaksanaan Program Pakta Integritas . Ada enam ( 6 ) media Lokal yang
dikunjungi yaitu Harian Pontianak Post, Harian Equator Pontianak, Borneo Tribun
Pontianak, Tribun Pontianak, RRI Pontianak dan Mujahidin FM Pontianak. Topik dan atau
hal-hal yang dibicarakan dalam kunjungan ke Media Lokal adalah mengenalkan sekilas
tentang Program pendampingan Pakta Integritas dilingkungan Pemkot Pontianak,
membangun komitmen bersama dengan media untuk mengkampanyekan Program kepada
masyarakat lewat pemberitaan media .
Kegiatan dengan media ini ditindaklanjuti dengan Workshop Jurnalistik untuk Investigasi
Isu Korupsi yang dilaksanakan pada tanggal 28-29 Desember 2010 bertempat di Hotel
Santika Pontianak. Tentang Refereshment kerja jurnalistik, refleksi pengalaman peserta
dalam meliput isu korupsi, pendalaman wawasan dan teknik investigasi kasus korupsi
serta perlindungan dan keselamatan meliput kasus korupsi.
Teridentifikasinya sejumlah persoalan yang dihadapi dalam upaya pencegahan terjadinya
praktek korupsi dalam pengadaan barang dan jasa dilingkungan pemerintah Kota
Pontianak. Para pihak yang teribat dalam kegiatan workshop dan roadshow media
memahami tentang pentingnya pelaksanaan pakta Integritas sebagai sebuah Instrumen
pencegahan terjadinya praktek korupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa.
Dipublikasikannyan kegiatan/program pendampingan pakta integritas di lingkungan
pemkot Pontianak oleh Harian Pontianak Post dan Harian Equator Pontianak. Harapan
kedepan semakin meningkatnya kemauan dan /atau komitmen dari pemerintah Kota
Pontianak dan Pelaku usaha untuk melaksanakan pakta Integritas di lingkungan
pemerintah Kota Pontianak khususnya dibidang Pengadaan Barang dan Jasa publik.
Meningkatnya upaya Media Lokal untuk mengkampanyekan pelaksanaan Pakta integritas
kepada masyarakat lewat media masing-masing. Terbentuknya Lembaga pemantau
Independen yang diharapkan dapat memonitoring pelaksanaan pakta Integritas.
Terlaksananya e-procurement yang dilaksanakan oleh LPSE Pemkot Pontianak sesuai
dengan Peraturan perundangan yang berlaku khususnya Perpres Nomor 54 tahun 2010.
Komunikasi Strategis dengan Pengambil Kebijakan di KKU
Lembaga Gemawan selalu berusaha menjadi mitra strategis pemerintah Kayong Utara
untuk isu strategis kebijakan yang
mereka lakukan. Hal ini
dikarenakan sejak awal
pemerintah Kayong Utara sudah
mendeklarasikan diri untuk
membangun tata kelola
pemerintahan yang baik dan
menggunakan alokasi anggaran
kabupaten untuk pemenuhan hak
masyarakat khususnya hak dasar.
Selain kerjasama untuk program
Hutan Desa, kemitraan lain yang
dibangun adalah adalah
kerjasama Gemawan dengan
Pemkab Kayong Utara dalam hal
Alokasi Dana Desa, dimana
Gemawan mencetak buku yang
berjudul “ Tanya Jawab Seputar
ADD” untuk memberikan pemahaman pada aparat pemerintahan tentang ADD yang
menjadi program pemkab Kayong Utara. Hal ini penting untuk memastikan bahwa desa
adalah ujung tombak pemberdayaan bagi masyarakat secara langsung, sehingga aparat
pemerintahan desa memahami benar fungsi pengelolaan dana yang mereka miliki
dipergunakan sepenuhnya untuk kepentingan masyarakat desa. Kayong Utara merupakan
satu-satunya Kabupaten di Kalbar yang menggratiskan biaya keseahatan dan pendidikan
bagi masyarakatnya. Kebijakan populis Bupati ini menjadi inspirasi bagi Kabupaten
lainnya. Selain itu Bupati juga mempunyai komitmen pemberantasan korupsi meskipun
masih bertahap. Hal ini dikarenakan sumberdaya pemerintahan yang ada.
Selain itu, untuk mengantisipasi birokrasi yang lamban dalam pemerintahannya Bupati
Kayong Utara, Hildi Hamid mempersiapkan tenaga pendamping desa, yang kerjanya
memback up kerja Kepala Desa dan Camat dalam merespon hal-hal yang membutuhkan
komunikasi cepat antara Kabupaten , kecamatan dan desa. Dan Lembaga Gemawan yang
memberikan asistensi dan peningkatan kapasitas untuk para pendamping desa ini.
Program Khusus : Membangun Jaringan dan Kampanye
Internasional
Lembaga Gemawan mempercayai bahwa
kerja pemberdayaan dan advokasi yang
dilakukan punya terkaitan dengan
perjuangan global akan keadilan dan
perdamaian dunia. Sehingga kerja yang
dilakukan di suatu desa di Kalimantan Barat
akan berkontribusi pada perjuangan akan
perubahan yang lebih baik di seluruh dunia.
Keyakinan ini pula yang membuat Lembaga
Gemawan mencoba selalu terhubung dengan
perjuangan masyarakat sipil lainnya di
belahan dunia ini.
Pada bulan Maret- April 2010, Lembaga Gemawan terlibat aktif dalam pertemuan Asian
Women Human Right Defender Meeting yang dilaksanakan di Nepal. Kegiatan ini
merupakan kegiatan sharing pengalaman para perempuan pejuang HAM di Asia. Kegiatan
ini dihadiri oleh mitra Cordaid yang ada di Asia. Program Linking and Learning ini menjadi
wadah sharing pengalaman dan membangun strategi bersama dalam perjuangan keadilan
dan perdamaian yang
dilakukan perempuan di
Asia. Banyak pengalaman
sukses yang dibagikan oleh
perwakilan dari Indonesia
termasuk pengalaman
lapangan Lembaga
Gemawan dalam kerja-
kerja advokasi dan
pemberdayaan yang
dilakukan kepada peserta
dari negara lain khususnya
negara Asia Pacific.
Selain isu perempuan diatas,
Lembaga Gemawan juga terlibat
aktif bersama jaringan lainnya
seperti Forest People Program
dan Sawit Watch dalam upaya
memberikan masukan terhadap
perubahan Performance dan
Strandart IFC dalam Strategi
investasi mereka di sector
perkebunan kelapa sawit
melalui Konsultasi Publik yang
di lakukan dibebrapa tempat,
Pontianak dan Frankfurt, Jerman
tahun 2010. IFC melakukan
rangkaian konsultasi public
dalam rangka menerima
masukan atas draft yang mereka susun. Perubahan Strategi Investasi dalam sector
perkebunan sawit ini berawal dari kasus investasi IFC kepada Wilmar International yang
dalam prakteknya kedapatan melakukan beberapa pelanggaran hukum, social dan
lingkungan di beberapa daerah termasuk di Kabupaten Sambas. Atas complain yang
dikirimkan masyarakat dan berbagai macam NGO kepada IFC memaksa IFC melakukan
perubahan strategi mereka agar sesuai dengan tujuan IFC-WB.
Selain menggunakan mekanisme Hukum di Indonesia, kami juga mencoba mencari jalan
penyelesaian konflik yang dihadapi masyarakat dengan perusahaan perkebunan sawit
melalui jalur Grievance Panel RSPO bagi perusahaan maupun Lembaga Keuangan
Internasional anggota RSPO. Beberapa kasus yang coba kami cari penyelesaiannya lewat
GP ini adalah kasus : Masyarakat Sajingan kecil – Senujuh dengan Wilmar, Masyarakat di
beberapa desa di Sajingan Besar – Semunying dengan Duta Palma. Selain itu juga kasus
masyarakat Kuayan (Mekar Jaya) dengan PT. Agroinvestama- Musim Mas juga dilakukan
melalui prosedur New Planting Procedure RSPO. Beberapa kasus ini sudah menemukan
titik penyelesaian dengan dikembalikannya lahan masyarakat yang memang tidak mau
menerima perkebunan sawit dan bagi mereka yang tidak punya pilihan menerima karena
lahan sudah tertanami sawit maka penyeleasiannya adalah masyarakat mendapat yang
terbaik dari praktek petani plasma.
SISTEM PENDUKUNG KELEMBAGAAN : INTERNAL CAPACITY BUILDING DAN WEBSITE
Sebagai sebuah lembaga yang bergerak dinamis, lembaga Gemawan sangat menyadari
bahwa peningkatan kapasitas bagi penggeraknya sangatlah diperlukan. Hal ini dikarenakan
pekerjaan yang semakin besar dan tantangan dunia luar juga semakin rumit, sehingga
membutuhkan aktivis yang mempunyai kapasitas memadai dalam menjalankan kerja-kerja
pemberdayaan, advokasi dan aktivitas kelembagaannya. Untuk itu Lembaga Gemawan
mempunyai program khusus peningkatan kapasitas bagi para aktivisnya. Baik program
berupa training, kursus, magang atau bahkan belajar otodidak terhadap suatu isu yang
menjadi bidang pekerjaannya
masing-masing. Disamping program
untuk aktivis, Gemawan juga
mempunyai program pelatihan dan
diskusi bagi volunteer yang dimilki.
Program ini bisa melalui workshop
maupun terjun langsung kelapangan
dalam mempraktekkan
pengetahuan dan ilmu yang
didapatkan.
Secara internal Lembaga Gemawan
mencoba membangun system
komunikasi internal dan eksternal
dengan basis database aktivitas
yang dilakukan. Program Database
berguna untuk memudahkan
mengakses dan mempublish
informasi, karena ini semua sangat
berdampak pada program kerja kedepan dan pencapaian-pencapaian apa saja yang sudah
dilakukan dan apa saja yang belum dilakukan. Dalam membangun database sangat
diperlukan kerjasama semua elemen Lembaga karena semua output yang didapat sebagai
bahan kajian kedepan. Secara prinsip dalam suatu database tercakup dua komponen
penting yaitu data dan informasi.
Lembaga Gemawan menerapkkan bahwa aktivitas yang dilakukan diharapkan mampu
memberikan dampak yang lebih luas tidak hanya sebatas pada para penerima manfaat
program yang dilakukan, namun harapannya bisa menjadi bola salju yang bisa
menggelinding kepada pihak lain. Untuk itu Lembaga Gemawan selalu berusaha
menyampaikan informasi aktivitas yang dilakukan melalui media website. Media ini juga
menjadi media komunikasi dengan public yang bertanya, complain dan mendukung
pekerjaan yang dilakukan. Link kami bisa diakses di www.gemawan.org
Laporan Keuangan
Siapa saja yang berkontribusi?
Lembaga Gemawan pada tahun 2010 ini mendapat dukungan dari berbagai pihak baik
berupa bantuan financial, informasi, jaringan dan hal lain yang bersifat in natura. Lembaga
Gemawan pada tahun 2010 ini mendapat dukungan financial dari beberapa Lembaga
Donor dan NGO yang memang punya perhatian pada kerja-kerja yang sudah dilakukan
Lembaga Gemawan dalam memperjuangkan keadilan dan perubahan yang lebih baik bagi
dunia ini. Dukungan tersebut datang dari : Cordaid, TI-Indonesia-Danida, Tsadik
Foundation, Forest People Program, Aidenvironment, ASPPUK dan Demos. Kami sangat
berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh para pendonor kami. Selain
organisasi tersebut kami juga mengharapkan dukungan public baik pribadi-pribadi
maupun kelompok yang mau membantu kerja-kerja kami kedepan.
Pada tahun 2010, Lembaga Gemawan mendapat support pendanaan dari pihak-pihak
tersebut diatas sebesar Rp 2.214.633.190 yang kami pergunakan untuk pendanaan
program dan operasional yang ada di Lembaga Gemawan. Angka tersebut kami sarikan
dari hasil Audit Financial Statement Lembaga Gemawan oleh Kantor Akuntan Publik Angka
Widjaya, Jakarta. Bagi pihak yang ingin melihat laporan audit keuangan lengkap silakan
menghubungi alamat kantor Lembaga Gemawan.