lap. anterior
TRANSCRIPT
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan saluran akar adalah perawatan yang dilakukan dengan
mengangkat jaringan pulpa yang telah terinfeksi dari kamar pulpa dan saluran
akar, disertasi pembersihan, perbaikan bentuk dan kemudian saluram akar
tersebut diisi oleh bahan pengisi saluran akar agar tidak terjadi kelainan lebih
lanjut atau infeksi ulang.
Dalam melakukan perawatan saluran akar ada beberapa tahapan yang
harus dilakukan oleh operator, yaitu outline cavity entrance, preparasi cavity
entrance, ekstirpasi jaringan pulpa, pengukuran panjang kerja, preparasi
saluran akar, trial guttap, dan pengisian saluran akar.
Pembuatan cavity entrance merupakan tahapan yang sangat penting
dakam perawatan saluran akar. Cavity entrance adalah jalan masuk ke ruang
pulpa. Dalam melakukan preparasi cavity entrance sebelumnya operator
harus memahami tentang outline cavity entrance yang merupakan proyeksi
ruang pulpa ke permukaan gigi. Outline dan preparasi cavity entrance pada
gigi anterior dan posterior berbeda, oleh karena itu operator harus mengetahui
perbedaan teknik preparasi cavity entrance pada masing-masing gigi agar
perawatan saluran akar dapat berhasil. Apabila operator tidak memahami
tentang cavity entrance, maka perawatan saluran akar yang dilakukan dapat
mengalami kegagalan.
Oleh karena pentingnya memahami cavity entrance, baik outline
maupun preparasinya, penulis akan mambahas tentang definisi dan tujuan
cavity entrance, outline cavity entrance pada gigi anterior baik yang normal
maupun gigi yang karies, serta kesalahan yang mungkin terjadi dalam
preparasi cavity entrance agar operator dapat meminimalisir kesalahan
tersebut.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan tujuan dari cavity entrance?
2. Bagaimana outline cavity entrance pada gigi-gigi anterior?
3. Bagaimana teknik preparasi cavity entrance pada gigi-gigi anterior?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dan tujuan dari cavity entrance
2. Memahami outline cavity entrance pada gigi-gigi anterior
3. Memahami teknik preparasi cavity entrance pada gigi-gigi anterior
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Endodontik
Endodontik merupakan bagian ilmu kedokteran gigi yang menyangkut
diagnosis serta perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan
jaringan periapeks. Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan
keadaan gigi yang sakit agar dapat menerima secara biologic oleh jaringan
sekitarnya. Ini berarti bahwa gigi tersebut tanpa simtom, dapat berfungsi dan
tidak ada tanda-tanda patologik yang lain.
Tahap dasar perawatan endodontik ada tiga tahap. Pertama adalah tahap
diagnosa yang meliputi penentuan penyakit dan perencanaan perawatan.
Kedua, tahap preparasi. Pada tahap ini isi saluran akar dikeluarkan dan
saluran akar dipreparasi untuk menerima bahan pengisi. Ketiga adalah tahap
pengisian. Pada tahap terakhir ini saluran akar diisi dengan bahan yang dapat
menutupnya secara hermetic sampai batas dentin dan semen. Setiap aspek
perawatan endodontik termasuk dalam salah satu dari ketiga tahap tersebut.
Asas pokok yang mendasari perawatan gigi dengan masalah endodontik
adalah yang mendasari ilmu bedah pada umumnya. Teknik aseptik,
debridemen luka, drainase dan perawatan lembut jaringan baik dengan
istrumen maupun dengan obat-obatan semuanya adalah asas utama ilmu
bedah. Selama perawatan, semua jaringan pulpa harus dikeluarkan, saluran
akar dibesarkan dan diirigasi, permukaan saluran disterilkan sebagai yang
ditentukan oleh pemeriksaan bakteriologik, dan saluran akar diobsturasi
dengan baik untuk mencegah kemungkinan infeksi kembali.
2.2 Instrumen Dasar Pada Endodonsi
Telah diketahui bahwa keberhasilan perawatan endodonsi tergantung
pada pembersihan yang menyeluruh dan perbaikan untuk saluran akar serta
pada pengisian saluran akar tiga dimensi dengan gutta percha dan sealer yang
padat.
3
Untuk memenuhi tujuan ini, endodontis harus mempunyai alat yang
berbeda, masing-masing dibuat untuk tujuan tertentu. Beberapa alat ini
digunakan selama bertahun-tahun sesuai dengan kemajuan teknologi
menghasilkan situasi dimana evaluasi fungsi dan keterbatasan produk
menjadi sangat penting.
Sesuai fungsinya alat-alat endodonsi adalah sebagai berikut:
1. Alat preparasi orifice
a. Paket peralatan dasar
b. Bur
c. Rubber dam
2. Alat untuk preparasi saluran akar
a. Hand instrument
i. Reamer
ii. Eksterpansi
iii. File
b. Alat saluran akar dengan bantuan listrik
i. Handpiece
c. Alat pengukuran saluran akar elektronik
d. Alat pengukur, jangka dan penggaris
e. Alat untuk mengeluarkan alat endodonti yang patah dan
Pasak.
3. Alat pengisian saluran akar
a. Kondensasi lateral dan vertikal
b. Pemadatan termokemis
c. Suntikan gutta percha termoplastis
d. Kondenser endodonti endotec
e. File saluran akar spiral
4. Peralatan untuk menyimpan dan sterilisasi alat
(Harty; 1992)
4
2.3 Preparasi Saluran Akar
Perawatan saluran akar dapat didefinisikan sebagai mengeluarkan
seluruh pulpa gigi yang rusak diikuti dengan pembersihan, perbaikan bentuk
dan pengisian sistem saluran akar sehingga gigi dapat menjadi unit
fungsional, dalam lengkung rahang. Eksterpasi dari pulpa vital diikuti dengan
terapi saluran akar mungkin diperlukan pada kasus dimana rencana perawatan
mencakup pembuatan overdenture atau bila susunan angulasi akar terhadap
mahkota mengharuskan dibuatnya pasak atau core.
Tujuan perawatan ini untuk membersihkan kavitas pulpa yang
terinfeksi dan kotoran toksik serta untuk membentuk saluran akar dari
jaringan periodontal dan dari rongga mulut.
Alasan perawatan terletak pada fakta bahwa pulpa nonvital, avaskular,
tidak mempunyai mekanisme perlindungan diri. Jaringan ini dalam saluran
akar mengalami autolisis dan produknya akan berdifusi ke jaringan di
sekitarnya dan menimbulkan iritasi periapikal bahwa walaupun tidak terjadi
kontaminasi bakteri. Terapi endodonti harus mencakup penutupan seluruh
sistem saluran akar untuk mencegah timbunan cairan jaringan di saluran akar
dan membentuk media kultur bakteri sisa atau mikroorganisma yang dapat
masuk dari aliran darah. Perawatan saluran akar dapat dilakukan pada salah
satu dari kedua cara, baik dengan cara konvensional melalui kavitas orifice
yang dibuat di mahkota gigi atau dengan cara operasi. (Harty; 1992)
2.4 Obat-obatan Intrasaluran
Obat-obatan saluran akar dianjurkan sebagai perawatan endododnti
rutin untuk berbagai alasan. Namun obat-obat ini jangan digunakan sebagai
pengganti preparasi kemomekanis dario sistem saluran akar, yang membentuk
perawatan endodonti yang baik dan berhasil.
Pada terapi endodonti multikunjungan, obat-obat saluran akar
digunakan untuk satu atau beberapa alasan berikut ini:
1. Untuk membantu mengeluarkan mikroorganisme
2. Mengurangi rasa sakit
5
3. Menghilangkan eksudat apikal
4. Untuk mempercepat penyembuhan dan pembentukan jaringan
Keras.
5. Untuk mengontrol resorpsi peradangan akar
Bila sebagian besar obat-obatan yang digunakan dahulu umumnya
dalam bentuk cairan, sekarang obat-obat ini paling sering digunakan dalam
bentuk pasta. Pasta mempunyai kelebihan yaitu memberikan ketebalan bahan
yang mengeluarkan komponen aktif selama periode waktu tertentu ke dentin
dan jaringan periodontal, dengan juga mengisi saluran akar. (Harty; 1992)
2.5 Pengisian saluran akar
Setelah jaringan pulpa dikeluarkan akan terdapat luka, yang kemudian
dibersihkan dan didesinfeksi dengan instrumentasi dan irigasi. Luka ini tidak
akan menutup epitelium, seperti luka pada tubuh lain, dan karena itu mudah
terkena infeksi ulang, untuk mencegah penetrasi mikroorganisma dan toksin
dari luar melalui rongga pulpa ke tubuh, ruang ini harus ditutup di bagian
koronal dan apikal, yang terakhir ini untuk mencegah infeksi dan untuk
memblokir lubang periapeks bagi organisme yang bahkan setelah
instrumentasi maupun desinfeksi, tetap hidup dalam rongga pulpa. Selain itu,
untuk mencegah infeksi ulang dari ruang pulpa oleh mikroorganisme dari
rongga mulut, seluruh ruang pulpa harus diisi , jadi memblokir tubula dentin
dan saluran asesori. Dengan cara menentukan lokus pembelahan bakteri dan
semua lubang masuk ke tubuh, maka hal ini dapat dicegah.
Pada prakteknya, seal yang tidak permeabel harus menutup foramen
apikal dan dari bahan yang sesuai serta dapat berfungsi sebagai dresing luka
dimana jaringan sehat akan dibentuk untuk beberapa tahun. (Harty; 1992)
2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
perawatan saluran akar
Perawatan saluran akar merupakan prosedur perawatan gigi yang
bermaksud mempertahankan gigi dan kenyamanannya agar gigi yang sakit
6
dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya, tanpa simtom, dapat
berfungsi kembali dan tidak ada yanda-tanda patologik. Gigi yang sakit bila
dirawat dan direstorasi dengan baik akan bertahan seperti gigi vital selama
akarnya terletak pada jaringan sekitarnya yangsehat (Bence, 1990).
Tidak semua perawatan saluran akar berhasil dengan baik. Pasien harus
selalu diberi tahu mengenai kemungkinan terjadinya kegagalan perawatan.
Prognosisnya sering berubah pada waktu sebelum, selama dan sesudah
perawatan bergantung kepada apa yang terjadi dan apa yang ditemukan
selama atau setelah perawatan. Prognosis memuaskan pada permulaan
perawatan dapat berubah menjadi prognosis yang lebih buruk atau tidak
memuaskan pada akhir prosedur. Dokter gigi harus memberikan pandangan
umum bahwa hasil yang mungkin terjadi adalah memuaskan, meragukan atau
tidak memuaskan. Mereka akan tahu bahwa segala sesuatunya mungkin tidak
akan berjalan seperti yang diharapkan. Pasien akan lebih menerima jika
kegagalan terjadi. Interprestasi keberhasilan atau kegagalan berbeda-beda
pada setiap klinisi. Kriteria keberhasilan bagi seorang dokter gigi mungkin
berupa lamanya hasil perawatan bertahan dan kriteria kegagalannya mungkin
kalau pasien mengeluhkan gejala sakit pada gigi yang telah dirawat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
perawatan saluran akar adalah faktor patologi, faktor penderita, faktor
anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan (Ingle, 1985;
Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996).
a.. Faktor Patologis
1. Keadaan patologis jaringan pulpa.
Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam
keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan
jaringan pulpa vital dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan
bahwa kasus dengan pulpa nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik
bila tidak terdapat lesi periapikal.
7
2. Keadaan patologis periapikal
Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil
perawatan saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis
menghasilkan prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi
granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena secara
radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi ini dan
pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan.
3. Keadaan periodontal
Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan
antara rongga mulut dengan daerah periapikal melalui suatu poket
periodontal, akan mencegah terjadinya proses penyembuhan jaringan
lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak dentobakterial
dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi.
4. Resorpsi internal dan eksternal
Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan
menghentikan perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar
prognosisnya buruk karena sulit menentukan gambaran radiografis,
apakah resorpsi internal telah menyebabkan perforasi. Bermacam-
macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar mendapatkan
pengisian yang hermetis.
b. Faktor Penderita
Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
suatu perawatan saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen &
Burns, 1994;Walton &Torabinejad, 1996) :
1. Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan
melalaikannya, mempunyai risiko perawatan yang buruk.
Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama perawatan akan
menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi (Sommer,
1961).
8
2. Usia Penderita
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan
keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih
tua usianya mengalami penyembuhan yang sama cepatnya dengan
pasien yang muda. Tetapi penting diketahui bahwa perawatan lebih sulit
dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak mengalami
kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat
perawatan bergantung pada kasusnya (Ingle, 1985).
3. Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki
risiko yang buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap
infeksi di bawah normal. Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik,
misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan
kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis
(Sommer, dkk, 1961; Cohen & Burns, 1994).
c. Faktor Perawatan
Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
suatu perawatan saluran akar bergantung kepada :
1. Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi
ilmu biologi serta pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam
manipulasi dan menggunakan instrumen-instrumen yang dirancang
khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan saluran akar
digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi
kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta
kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif (Healey,
1960; Walton &Torabinejad, 1996).
2. Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia
bagin dokter gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari
masing-masing ukuran keberhasilan secara umum belum dapat
9
ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang
menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan
prognosis yang buruk pula (Walton & Torabinejad, 1996).
3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar
yang ideal dan pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau
1-2 mm lebih pendek dari akar radiografis dan disesuaikan dengan usia
penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah biasanya berhubungan
dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi oleh
bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap
melakukan pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks
radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan
periapikal yang lebih jauh (Walton & Torabinejad, 1996).
d. Faktor Anatomi Gigi
Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
suatu perawatan saluran akar dengan mempertimbangkan :
1. Bentuk saluran akar
Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau
bentuk abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan
perawatan saluran akar yang dilakukan yang memberi efek langsung
terhadap prognosis (Walton & Torabinejad, 1996).
2. Kelompok gigi
Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal
mempunyai hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini
disebabkan karena ada hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi
daerah apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi
anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi posterior sehingga
lesi resorpsi pada apeks gigi anterior terlihat lebih jelas. Selain itu,
superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigi-gigi
anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah
10
dilakukan. Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi anterior,
sehingga perubahan periapikal lebih mudah diobservasi dibandingkan
dengan gambaran radiologi gigi posterior (Walton & Torabinejad,
1989).
3. Saluran lateral atau saluran tambahan
Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui
bagian apikal saja, tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat
ditemukan pada setiap permukaan akar. Sebagian besar ditemukan pada
setengah apikal akar dan daerah percabangan akar gigi molar yang
umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen periodontal
(Ingle, 1985). Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa
memperhitungkan adanya saluran tambahan, sering menimbulkan rasa
sakit yang hebat sesudah perawatan dan menjurus ke arah kegagalan
perawatan akhir (Guttman, 1988).
e. Kecelakaan Prosedural
Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada
hasil akhir perawatan saluran akar, misalnya :
1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.
Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada
permukaan dinding saluran akar yang merintangi penempatan
instrumen untuk mencapai ujung saluran (Guttman, et all, 1992). Birai
terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalubesar, tidak sesuai
dengan urutan; penempatan instrumen yang kurang dari panjang
kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di
dalam saluran akar yang bengkok (Grossman, 1988, Weine, 1996).
Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan
pada prognosis selama kejadian ini menghalangi pembersihan,
pembentukan dan pengisian saluran akar yang memadai (Walton &
Torabinejad, 1966).
11
2. Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan
saluran akar akan mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan
perawatan. Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak saluran
sebelah apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan belum
diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik jika
patahan instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta
mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar
belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar
foramen apikalis pada tahap awal preparasi (Grossman, 1988; Walton &
Torabinejad, 1996).
4. Fraktur akar vertikal
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi
aplikasi yang berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada
waktu penempatan pasak. Adanya fraktur akar vertikal memiliki
prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan karena menyebabkan
iritasi terhadap ligamen periodontal (Walton &Torabinejad, 1996).
12
BAB 3. PEMBAHASAN
CAVITY ENTRANCE GIGI ANTERIOR
Perawatan saluran akar merupakan perawatan yang yang dilakukan dengan
cara mengeluarkan seluruh jaringan pulpa gigi yang rusak yang diikuto
pembersihan, perbaikan bentuk dan pengisian seluruh system saluran akar
sehingga gigi dapat tetap menjadi unit fungsional dalam bentuk rahang. Salah satu
tahap paling awal dari perawatan saluran akar adalah Cavity entrance.
Cavity Entrance merupakan jalan masuk menuju ruang pulpa pada gigi
dalam bentuk kavitas, kavitas tersebut dibentuk dengan jalan pengeburan pada
permukaan palatal/lingual (gigi anterior) atau oklusal (gigi posterior). Sebelum
dilakukan preparasi cavity entrance pada pasien, hal-hal yang harus dilakukan
oleh operator adalah melakukan anestesi pada region gigi yang akan di preparasi.
Setelah itu operator hendaknya dapat menentukan outline pada gigi yang akan
dilakukan preparasi cavity entrance.
Outline Cavity entrance adalah proyeksi ruang pulpa ke permukaan gigi di
bagian singulum (fosa caecum) atau oklusal. Outline cavity entrance digambar
pada bagian palatal/lingual gigi anterior atau bagian oklusal gigi posterior. Tujuan
dari dilakukannya cavity entrance adalah untuk menghindari terbuangnya
terbuangnya jaringan gigi yang berlebihan pada waktu preparasi cavity entrance.
13
a. Outline form Insisivus Rahang Atas
Bentuknya segitiga dengan alas sejajar insisal
14
b. Outline form Kaninus RABentuknya oval/ bulat dengan arah insiso-cervical
c. Outline form gigi insisivus rahang bawah
15
d. Outline form gigi caninus rahang bawah
16
PREPARASI CAVITY ENTRANCE
TEKNIK PREPARASI CAVITY ENTRANCE GIGI ANTERIOR RA
1. Memperhatikan outline cavity entrance
2. Gunakan bur bulat dan diletakkan di atas singulum pada sudut tegak lurus
dengan permukaan enamel gigi lalu dilakukan pengeburan.setelah menembus
enamel, dengan arah sejajar sumbu akar gigi dilakukan pengeburan sampai
menembus ruang pulpa yang ditandai dengan sensasi seperti menembus ruang
kosong.
3. Orifice dicari dengan jarum miller (orifice adalah lubang saluran akar yang
terletak pada dasar ruang pulpa, perhatikan letak dan jumlahnya).
4. Setelah itu dengan bur bulat dilakukan gerakan ke arah incisal edge untuk
menghilangkan atap pulpa dan tanduk pulpa dan membentuk cavity entrance
sedemikian rupa sehingga alat preparasi dapat memperluas ke dalam saluran
akar dengan bebas. Untuk memperluas dan menghaluskan kavitas akses
digunakan fissure bur.
17
Cavity entrance pada gigi insisivus rahang atas
18
PREPARASI CAVITY ENTRANCE
TEKNIK PREPARASI CAVITY ENTRANCE GIGI ANTERIOR RB
1. Memperhatikan outline cavity entrance
2. Gunakan bur bulat dan diletakkan di atas singulum pada sudut tegak lurus
dengan permukaan enamel gigi lalu dilakukan pengeburan.setelah menembus
enamel, dengan arah sejajar sumbu akar gigi dilakukan pengeburan sampai
menembus ruang pulpa yang ditandai dengan sensasi seperti menembus ruang
kosong.
3. Orifice dicari dengan jarum miller (orifice adalah lubang saluran akar yang
terletak pada dasar ruang pulpa, perhatikan letak dan jumlahnya).
4. Setelah itu dengan bur bulat dilakukan gerakan ke arah incisal edge untuk
menghilangkan atap pulpa dan tanduk pulpa dan membentuk cavity entrance
sedemikian rupa sehingga alat preparasi dapat memperluas ke dalam saluran
akar dengan bebas. Untuk memperluas dan menghaluskan kavitas akses
digunakan fissure bur.
19
20
BAB 4. KESIMPULAN
Cavity Entrance merupakan jalan masuk menuju ruang pulpa pada gigi dalam
bentuk kavitas, kavitas tersebut dibentuk dengan jalan pengeburan pada
permukaan palatal/lingual (gigi anterior) atau oklusal (gigi posterior). Sebelum
dilakukan preparasi cavity entrance pada pasien, hal-hal yang harus dilakukan
oleh operator adalah melakukan anestesi pada region gigi yang akan di preparasi.
Setelah itu operator hendaknya dapat menentukan outline pada gigi yang akan
dilakukan preparasi cavity entrance.
Outline Cavity entrance adalah proyeksi ruang pulpa ke permukaan gigi di
bagian singulum (fosa caecum) atau oklusal. Outline cavity entrance digambar
pada bagian palatal/lingual gigi anterior atau bagian oklusal gigi posterior. Tujuan
dari dilakukannya cavity entrance adalah untuk menghindari terbuangnya
terbuangnya jaringan gigi yang berlebihan pada waktu preparasi cavity entrance.
21
DAFTAR PUSTAKA
Grosman, 195, Ed.11 Ilmu Endodontic dalam Praktek, Rafiah Abiyono,
Jakarta,EGC, Hal:196-264.
Walton dan Torabinejad, 2008, 2008, Ed.3, Prinsip dan Praktik Ilmu Edodontia,
lilia Juwono, Jakarta, EGC hal 204-266.
Black GV. Operative dentistry. 7th ed. Vol II. Chicago: Medico-Dental
Publishing; 1936.
22