landasan teori ii.1. kerangka teori dan literaturthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00445-ak...

35
11 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur II.1.1. Persepsi II.1.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi diartikan oleh Schiffman, L.G. dan Kanuk, L.L. (2004: 137) sebagai suatu proses yang dilakukan oleh seseorang yang dapat mempengaruhinya dalam memilih, mengatur dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan dapat diterima dengan logika mengenai dunia. Robbins, S.P., & Coulter, M. (2005: 49) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses menafsirkan kesan terhadap sesuatu untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam mengenai lingkungan. Sedangkan persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1061) adalah “1) tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan; 2) proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya”. Sarwono (2009: 86) juga mengartikan persepsi sebagai suatu kemampuan seseorang untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, dan memfokuskan sesuatu berdasarkan inderanya. Dari berbagai pendapat mengenai persepsi, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu di mana individu tersebut menafsirkan sesuatu (objek) berdasarkan kesan yang diperoleh melalui inderanya. Hal ini dapat menyebabkan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai

Upload: vanbao

Post on 07-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

11

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Kerangka Teori dan Literatur

II.1.1. Persepsi

II.1.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi diartikan oleh Schiffman, L.G. dan Kanuk, L.L. (2004: 137) sebagai

suatu proses yang dilakukan oleh seseorang yang dapat mempengaruhinya dalam

memilih, mengatur dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan dapat

diterima dengan logika mengenai dunia.

Robbins, S.P., & Coulter, M. (2005: 49) mengatakan bahwa persepsi adalah

suatu proses menafsirkan kesan terhadap sesuatu untuk memperoleh pengertian yang

lebih mendalam mengenai lingkungan.

Sedangkan persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1061)

adalah “1) tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan; 2) proses seseorang

mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya”.

Sarwono (2009: 86) juga mengartikan persepsi sebagai suatu kemampuan

seseorang untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, dan memfokuskan sesuatu

berdasarkan inderanya.

Dari berbagai pendapat mengenai persepsi, maka dapat disimpulkan bahwa

persepsi adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu di mana individu tersebut

menafsirkan sesuatu (objek) berdasarkan kesan yang diperoleh melalui inderanya. Hal

ini dapat menyebabkan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai

Page 2: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

12

suatu objek yang sama. Persepsi sangat penting karena perilaku manusia didasarkan

pada persepsi mereka mengenai realitas yang ada, bukan mengenai realita itu sendiri.

II.1.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Robbins, S.P., Judge, T.A. (2008: 52) ada tiga faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu :

1. Pelaku Persepsi

Bila seorang individu memandang pada suatu target tertentu dan mencoba untuk

menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu akan dipengaruhi oleh

karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi tersebut. Karakteristik

pribadi relevan mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau

minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan.

2. Target

Karakteristik-karakteristik dalam target yang akan diamati dapat mempengaruhi

apa yang dipersepsikan. Gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, dan atribut-atribut

lain dari target membentuk cara seseorang memandang.

3. Situasi

Situasi adalah hal penting dalam setiap individu melihat objek-objek atau

peristiwa-peristiwa. Unsur-unsur dalam lingkungan sekitar mempengaruhi

persepsi-persepsi individu, seperti waktu, keadaan atau tempat kerja, dan keadaan

sosial.

Page 3: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

13

II.1.2. Korupsi (Corruption)

II.1.2.1. Teori Dasar

Setiap tindakan dilakukan karena ada sesuatu yang mendorong atau memotivasi

orang tersebut untuk melakukan sesuatu. Terkadang tanpa disadari hal yang memotivasi

itu berasal dari kepribadiannya. Sigmund Freud mengemukakan teori mengenai

kepribadian. Freud dalam Psikologi Kepribadian (2002: 124) mengatakan bahwa

kepribadian terdiri dari tiga elemen, yaitu Das Es (the id), Das Ich (the ego), dan Das

Ueber Ich (the super ego). Ketiga unsur ini saling berhubungan dan mempengaruhi

perilaku manusia.

1. Das Es (the id)

Das Es merupakan aspek biologis dan merupakan satu-satunya elemen kepribadian

yang sudah ada sejak lahir. Energi psikis dalam das Es dapat meningkat karena

adanya ransangan dari dalam maupun luar, dan bila energi tersebut meningkat maka

akan menimbulkan tegangan dan pengalaman yang tidak menyenangkan. Das Es

memegang prinsip kenikmatan, dan berusaha untuk menghindari rasa yang tidak

menyenangkan. Misalnya, orang haus maka akan membayangkan minuman yang

menyegarkan.

2. Das Ich (the ego)

Das Ich merupakan aspek psikologis yang timbul karena adanya kebutuhan

organisme untuk berhubungan secara baik dengan kenyataan. Das Ich merupakan

aspek yang timbul dari das Es dan berusaha memenuhi kebutuhan atau keinginan

dari das Es dengan cara yang nyata. Misalnya, bila seseorang merasa haus, maka ia

akan mencari minuman. Singkatnya, das Ich mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu secara nyata.

Page 4: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

14

3. Das Ueber Ich (the super ego)

Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi kepribadian. Das Ueber Ich juga

dianggap sebagai aspek moral kepribadian karena lebih mengejar kesempurnaan

daripada kesenangan semata.

Segala sesuatu dapat terjadi karena adanya sesuatu atau hal lain yang dapat

mendorong atau memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Begitu juga dengan

perilaku manusia. Manusia akan berperilaku sedemikian rupa karena ada yang

memotivasinya. Salah satu teori motivasi yang paling terkenal adalah teori Kebutuhan

dari Abraham Maslow. Dalam Essentials of Organizational Behavior (2008: 70),

Maslow mengurutkan lima kebutuhan dasar setiap manusia. Lima kebutuhan tersebut

sebagai berikut.

Gambar 2.1.

Teori Kebutuhan

sumber : Robbins, S.P., & Judge, T.A. (2008).

Essentials of Organizational Behavior (9th ed)

1. Fisiologis (physiological)

Kebutuhan fisiologis meliputi rasa lapar, haus, tempat berlindung, kebutuhan

seksual, dan kebutuhan-kebutuhan fisik lainnya.

Page 5: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

15

2. Keamanan (safety)

Kebutuhan keamanan meliputi rasa terlindungi dari bahaya, baik secara fisik

maupun secara emosi.

3. Sosial (social)

Kebutuhan sosial meliputi rasa kasih sayang, memiliki sesuatu, penerimaan, dan

persahabatan.

4. Penghargaan (esteem)

Kebutuhan akan penghargaan terdiri dari kebutuhan penghargaan internal dan

kebutuhan akan penghargaan eksternal. Penghargaan internal meliputi hormat diri,

pencapaian, dan lain-lain. Sedangkan penghargaan eksternal seperti penghargaan

atas status, pengakuan, dan perhatian.

5. Aktualisasi diri (self-actualization)

Kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang dapat memotivasi

seseorang untuk menjadi seseorang berdasarkan kemampuannya, seperti pemenuhan

diri sendiri, ataupun dapat mencapai potensi seseorang.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan atau perilaku seseorang didasari

oleh kepribadiannya yang terdiri dari das Es, das Ich, dan das Ueber Ich yang ketiganya

saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dasarnya, seperti

kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan

aktualisasi diri.

II.1.2.2. Sejarah Fraud

Fraud sudah lama terjadi dan terus merajalela. Namun, ada beberapa kasus

kecurangan (fraud) yang pada akhirnya memunculkan adanya tindakan untuk mencegah

Page 6: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

16

dan memberantas fraud seperti sekarang ini. Contohnya adalah kasus fraud yang

dilakukan oleh perusahaan besar seperti Enron. Enron merupakan perusahaan energi

Amerika yang berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat. Kasus fraud yang

dilakukan oleh Enron adalah kasus yang paling menggemparkan karena kasus ini juga

melibatkan Kantor Akuntan Publik yang ternama, yaitu Kantor Akuntan Publik Arthur

Andersen. Selain Enron, kasus serupa juga terjadi pada WorldCom, Xerox dan

perusahaan-perusahaan besar lainnya. Kasus yang terjadi ini akhirnya melatar

belakangi munculnya Sarbanes Oxley Act. Sarbanes Oxley Act adalah nama lain dari

undang-undang reformasi perlindungan investor (The Company Accounting Reformand

Investor Protection Act of 2002) yang ditandatangani George Bush bulan Juli tahun

2002 lalu. Tujuan utama dari Undang-Undang ini yaitu untuk meningkatkan

pertanggungjawaban keuangan perusahaan publik (good corporate governance)

sehingga memperkecil kemungkinan bagi perusahaan atau organisasi untuk melakukan

fraud.

Beberapa hal yang diatur dalam Sarbanes Oxley Act menurut Santoso (2004)

dalam Sukanto (2007), antara lain:

a. Membentuk komite audit dan menetapkan tanggung jawab dari komite audit.

b. Menetapkan beberapa tanggung jawab baru kepada dewan komisaris, dewan direksi

(manajemen).

c. Menambah tanggung jawab dan anggaran bagi SEC.

d. Mendefinisikan jasa “non audit” yang tidak boleh diberikan oleh Kantor Akuntan

Publik (KAP) kepada klien.

e. Mendirikan dewan independen yang bekerja secara full-time bagi pelaku pasar

modal (the public company oversight board).

Page 7: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

17

f. Menetapkan pembatasan kompensasi eksekutif.

g. Menetapkan aturan mengenai cara untuk menghadapi conflict of interest.

h. Memperbesar dan memperberat hukuman untuk kasus corporate fraud.

i. Menetapkan beberapa persyaratan pelaporan baru.

j. Menetapkan kode etik bagi pejabat terutama pejabat di bagian keuangan.

k. Mengharuskan lebih banyak pengungkapan mengenai informasi keuangan dan hasil

yang dicapai oleh manajemen.

II.1.2.3. Pengertian Fraud

Tindak kecurangan sudah sering terjadi termasuk di Indonesia. Fraud secara

umum diartikan sebagai bentuk kecurangan – tidak jujur. Pengertian fraud menurut

Albrecht bersaudara dan Zimbelman (2009: 7), yaitu

“ fraud is a generic term, and embraces all the multifarious means which human ingenuity can devise, which are resorted to by one individual, to get an advantage over another by false representations. No definite and invariable rule can be laid down as a general proposition in defining fraud, as it includes surprise, trickery, cunning and unfair ways by which another is cheated. The only boundaries defining it are those which limit human knavery”.

Fraud diidentifikasikan menjadi empat elemen menurut Golden, T.W., Steven,

L.K., dan Mona, M.C. (2006: 2), yaitu:

a. A false representation of material nature b. Scienter – knowledge that the representation is false, or reckless disregard for the

truth c. Reliance – the person receiving the representation reasonably and justifiably relied

on it d. Damage – financial damages resulting from all of the above

Maksud dari pengertian di atas adalah pertama, fraud merupakan penyajian yang

salah dan bersifat material. Kedua, merupakan pengetahuan mengenai penyajian yang

salah, atau mengabaikan kebenaran. Elemen ketiga, reliance memiliki arti orang yang

Page 8: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

18

menerima penyajian yang layak atau memadai dan dapat dibenarkan berdasarkan

penyajian tersebut. Dan yang keempat memiliki arti kerugian yang berasal dari tiga

tindakan di atas yang berhubungan dengan keuangan atau finansial.

Definisi Fraud menurut The Institute of Internal Auditor dalam Karni (2002:

34), kecurangan adalah suatu tindakan penipuan yang disengaja yang meliputi adanya

ketidakberesan dan tindakan yang melawan atau tidak sesuai dengan hukum (ilegal).

Dan tindak kecurangan ini dapat memberikan menfaat dan/atau kerugian bagi suatu

perusahaan atau organisasi yang dilakukan oleh pihak di luar atau pihak di dalam

organisasi.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecurangan

(fraud) berbeda dengan kesalahan yang disengaja. Fraud adalah suatu tindakan yang

melawan atau melanggar hukum yang dilakukan oleh orang dari dalam maupun luar

perusahaan atau organisasi dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan untuk pribadi

dan/ atau kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.

II.1.2.4. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Fraud

Seperti yang kita tahu bahwa segala sesuatu terjadi pasti ada faktor-faktor yang

mendorong atau menjadi penyebabnya. Ada 3 faktor yang mempengaruhi atau

mendorong seseorang untuk melakukan fraud yang disebut fraud triangle (Albrecht,

W.S, Albrecht, C.C, Albrecht, C.O, Zimbelman, M. (2009: 33), yaitu: tekanan

(pressure), kesempatan (opportunity) dan rasionalisasi agar kecurangan dapat diterima

(rationalization).

Page 9: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

19

Gambar 2.2.

The Fraud Triangle

sumber : Albrecht, W.S., Albrecht, C.C., Albrecht, C.O., & Zimbelman, M..

(2009). Fraud Examination (3rd ed)

1. Tekanan (pressure)

Tekanan adalah suatu kondisi yang mempengaruhi atau mendorong seseorang untuk

melakukan fraud dikarenakan orang tersebut memiliki masalah di bidang keuangan

maupun non-keuangan yang sulit namun harus diselesaikan oleh pegawai atau

manajemen. Tekanan (Pressure) terdiri dari empat, yaitu:

a. Tekanan Keuangan (Financial Pressure)

Contoh tekanan keuangan yang dapat menyebabkan seseorang melakukan

kecurangan (fraud), antara lain:

• Serakah (Greed).

Orang yang serakah akan selalu merasa tidak puas sehingga akan mendorong

mereka untuk melakukan kecurangan.

• Gaya hidup yang mewah (Living beyond one's means).

Page 10: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

20

Orang yang memiliki gaya hidup yang serba mewah tentunya akan

mendorong mereka untuk melakukan kecurangan agar mereka dapat

membeli barang-barang mewah.

• Memiliki hutang yang besar (High bills or personal debt).

Orang yang memiliki hutang atau kewajiban yang besar tentunya akan lebih

terdorong untuk melakukan segala cara agar mereka dapat segera melunasi

hutang tersebut.

• Mengalami kerugian keuangan (Personal financial losses).

Orang yang mengalami kerugian akan melakukan hal yang sama seperti

orang yang memiliki hutang yang besar.

• Ada kebutuhan keuangan yang tidak terduga (Unexpected financial needs).

b. Kebiasaan Buruk (Vice Pressure)

Orang yang memiliki kebiasaan buruk seperti berjudi (gambling), memakai

obat-obatan terlarang (drugs), minum minuman keras (alkohol) tentunya dapat

mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya membeli obat-

obat terlarang dan minuman keras. Orang yang memiliki kebiasaan yang buruk

biasanya akan terbiasa untuk melakukan penyimpangan.

c. Tekanan yang Berhubungan dengan Pekerjaan (Work-related Pressure)

Tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan didorong oleh faktor-faktor

sebagai berikut:

• Hanya memperoleh sedikit pengakuan atas kinerjanya

• Tidak merasa puas atas pekerjaannya

• Takut akan kehilangan pekerjaannya

Page 11: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

21

• Tertarik ingin mendapatkan promosi

• Merasa gaji yang diberikan terlalu rendah

d. Adanya Tekanan yang lain (Other Pressure).

Tekanan lain dapat didorong oleh:

• Tekanan dari gaya hidup pasangan, bila seseorang sudah menikah tentunya

mereka akan berusaha untuk membahagiakan dengan memenuhi semua

keinginan pasangan hidupnya termasuk melakukan kecurangan.

• Krisis keuangan dapat menyebabkan seseorang untuk berbuat nekat untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.

• Tekanan sosial, di mana seseorang memiliki keinginan kuat untuk sukses.

2. Kesempatan (opportunity)

Kesempatan adalah suatu kondisi yang memungkinkan seseorang

(pegawai/manajemen) untuk melakukan penyimpangan atau kecurangan (fraud).

Faktor utama dari adanya peluang berkaitan dengan pengendalian internal

perusahaan. Pengendalian internal perusahaan yang lemah atau bahkan sama sekali

tidak ada pengendalian internal di dalam perusahaan akan memunculkan adanya

peluang untuk melakukan kecurangan (fraud). Selain itu, pegawai perusahaan yang

memiliki posisi yang lebih tinggi dan sudah bekerja cukup lama untuk suatu

perusahaan akan memiliki akses yang lebih besar untuk melakukan kecurangan

(fraud) karena mereka sangat memahami kondisi riil perusahaan sehingga

mengetahui letak kelemahan pengendalian internal dan memiliki waktu yang cukup

untuk mempelajari bagaimana cara untuk melakukan kecurangan (fraud).

Page 12: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

22

3. Rasionalisasi (rationalization)

Rasionalisasi adalah suatu pemikiran, nilai atau apapun yang yang dapat menjadi

pembenaran atas tindakan penyimpangan atau kecurangan yang dilakukan sebagai

suatu tindakan yang wajar atau dapat diterima, misalnya:

a. Tindak kecurangan dengan tujuan yang baik (white lie)

b. Kecurangan juga dilakukan oleh orang lain, baik dalam jajaran yang sama

maupun dilakukan oleh atasan

c. Hanya meminjam uang perusahaan dan akan segera dikembalikan

d. Perusahaan tidak akan mengalami kerugian jika pelaku mengambil sedikit aset

maupun uang dari perusahaan karena perusahaan mendapatkan keuntungan yang

lebih besar

e. Pelaku percaya bila mereka melakukan kecurangan, hidupnya akan menjadi

lebih baik

f. Tidak akan merugikan pihak lain

Selain tiga faktor pendorong terjadinya fraud yang dikenal dengan fraud

triangle, ada juga faktor yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan fraud

yang dikenal dengan Teori GONE dalam Fraud Auditing, yaitu:

G = Greed (keserakahan)

O = Opportunity (kesempatan)

N = Need (kebutuhan)

E = Exposure (Pengungkapan)

Keempat faktor ini dibedakan lagi menjadi dua, yaitu faktor individu dan

faktor generik.

Page 13: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

23

a. Faktor Individu

Faktor individu adalah faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk

melakukan kecurangan (fraud) berasal dari masing-masing individu sendiri dan

bukan dari pihak-pihak lain ataupun faktor lingkungan sekitar. Faktor individu

sendiri dibagi lagi menjadi dua:

• Faktor Moral; faktor ini berkaitan dengan keserakahan (Greed) dan faktor-

faktor ini meliputi karakter, integritas dan kejujuran yang berhubungan

dengan keserakahan. Hal-hal yang perlu ada untuk meminimalkan terjadinya

fraud yang diakibatkan oleh faktor moral adalah:

→ Misi organisasi yang jelas dan dikomunikasikan kepada seluruh

karyawan/ manajer

→ Aturan perilaku dalam etika secara tertulis

→ Model manajemen yang bertindak sesuai misi dan aturan perilaku

organisasi

→ Praktek dalam penerimaan karyawan sehingga mencegah dan

mengurangi karyawan yang memiliki moral tidak baik

• Faktor Motivasi

Faktor motivasi adalah faktor yang berhubungan atau berkaitan dengan

kebutuhan setiap orang seperti kebutuhan finansial (Need). Seseorang yang

memiliki kebutuhan yang lebih akan lebih termotivasi atau terdorong untuk

melakukan fraud.

b. Faktor Generik

Faktor generik terdiri dari faktor kesempatan (opportunity) dan pengungkapan

(exposure). Faktor generik adalah faktor-faktor yang mendorong seseorang

Page 14: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

24

untuk melakukan kecurangan (fraud) berasal kemungkinan-kemungkinan yang

berhubungan dengan perusahaan atau organisasi sebagai korban dari tindakan

fraud.

• Faktor kesempatan (opportunity) adalah faktor di mana seseorang melakukan

tindakan yang bersifat negatif/ menyimpang (fraud) yang dapat

dilakukannya karena status atau kedudukan yang dimilikinya. Pada

umumnya kesempatan untuk melakukan fraud selalu ada pada setiap

kedudukan.

• Faktor Pengungkapan (exposure)

Pengungkapan atas tindakan negatif atau kecurangan harus ditindaklanjuti

agar mencegah kemungkinan adanya tindakan kecurangan (fraud) terulang

kembali. Faktor pengungkapan berkaitan dengan kemungkinan apakah fraud

dapat diungkap atau tidak, sifat serta luasnya hukuman terhadap pelaku

fraud.

II.1.2.5. Jenis Fraud

The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mendefinisikan Fraud

sebagai penyalahgunaan wewenang atau jabatan (Occupational Fraud). Occupational

Fraud diartikan sebagai suatu bentuk kecurangan di mana seseorang dengan sengaja

menggunakan wewenang atau jabatannya menyalahgunakan sumber daya atau aset yang

dimiliki perusahaan untuk memperoleh keuntungan pribadi. The Association of

Certified Fraud Examiners (ACFE) mengklasifikasikan Occupational Fraud menjadi 3

(tiga) jenis yang disebut dengan Fraud Tree, yaitu Fraudulent Statement, Asset

Misappropriations, dan Corruption.

Page 15: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

25

Gambar 2.3.

Fraud Tree

(sumber : The Association of Certified Fraud Examiners 2010 Report to the Nations on

Occupational Fraud and Abuse)

Page 16: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

26

II.1.2.5.1. Kecurangan Pelaporan Keuangan (Fraudulent Statement)

Fraudulent statement meliputi tindakan seperti:

• Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumen

pendukung yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan.

• Representasi yang salah atau penghapusan yang disengaja atas peristiwa,

transaksi maupun informasi signifikan lainnya yang ada dalam laporan

keuangan.

• Salah penerapan yang disengaja atas prinsip-prinsip akuntansi yang berkaitan

dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

Tindakan fraudulent statement merupakan tindakan yang dilakukan oleh pejabat

atau manajemen perusahaan atau instansi pemerintah dengan cara-cara di atas untuk

menghasilkan laporan keuangan yang bagus (window dressing) untuk memperoleh

keuntungan.

II.1.2.5.2. Penyalahgunaan Asset (Asset Misappropriations)

Asset misappropriation adalah kecurangan yang dilakukan oleh pegawai

maupun manajemen perusahaan dengan cara menyalahgunakan, menggelapkan atau

mencuri aset perusahaan yang dapat menyebabkan laporan keuangan tidak disajikan

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Asset misappropriation

merupakan tindakan fraud yang paling mudah dideteksi karena aset perusahaan

berwujud (tangible) dan dapat dihitung. Penyalahgunaan aset dapat dilakukan dengan

cara mencuri kas, mencuri persediaan atau aset-aset perusahaan lainnya.

Page 17: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

27

II.1.2.5.3. Korupsi (Corruption)

II.1.2.5.3.1. Pengertian Korupsi (Corruption)

Secara etimologi, korupsi berasal dari bahasa Latin, yaitu corruptio atau

corruptus, dalam bahasa Inggris dan Prancis corruption yang memiliki arti merusak

atau menghancurkan, dan dapat juga menunjukkan suatu keadaan atau perbuatan yang

busuk (Semma, 2008).

Korupsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 736) adalah tindakan

penyelewengan atau penggelapan uang negara yang dilakukan oleh perusahaan,

yayasan, dan organisasi lainnya demi keuntungan pribadi atau orang lain.

Sedangkan Alatas, S.H dalam Korupsi Musuh Bersama (2004) menyebutkan

“corruption is the abuse of trust in the interest of private gain”. Pengertian menurut

Alatas dapat diartikan bahwa korupsi adalah penyalahgunaan kepercayaan untuk

kepentingan atau keuntungan pribadi.

Dalam bukunya, Danil, E (2011: 7) menyimpulkan bahwa tindakan korupsi

merupakan tindakan yang melanggar norma-norma tugas, kesejahteraan, dan

kerahasiaan serta mengabaikan dampak dari tindakan tersebut karena menempatkan

kepentingan pribadi di atas kepentingan umum.

Independent Commission Against Corruption (ICAC) Hongkong mengatakan

bahwa suatu tindakan dikatakan sebagai tindakan korupsi jika seseorang atau individu

melakukan pelanggaran dengan menggunakan kekuasaannya untuk memperoleh

keuntungan pribadi dengan mengorbankan kepentingan orang lain.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa korupsi

adalah tindak kecurangan yang dilakukan lebih dari satu orang di mana mereka saling

bekerja sama untuk melakukan tindakan-tindakan yang melawan atau melanggar

Page 18: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

28

norma-norma dan hukum yang berlaku, di mana hasil atau akibat dari tindakan tersebut

dapat merugikan pihak-pihak lain seperti negara dan/ atau masyarakat untuk

kepentingan dan keuntungan pribadi, kelompok atau pihak-pihak yang terlibat. Suradi

(2006) mengelompokan tindakan korupsi menjadi empat, yaitu:

1. Konflik kepentingan (conflict of interest). Konflik kepentingan terjadi ketika

seseorang melakukan tindakan dengan mengatasnamakan kepentingan pihak lain

sehingga memungkinkan orang tersebut tidak dipersalahkan.

2. Penyuapan (bribery) meliputi penawaran, permintaan, pemberian atau penerimaan

kepada seseorang untuk mempengaruhi orang yang menerimanya dalam

pengambilan atau pembuatan keputusan.

3. Penerimaan yang tidak sah/ legal (illegal gratuities) meliputi penerimaan sesuatu

yang berharga dan bernilai karena telah melakukan tindakan sesuai dengan

keinginan pihak yang memberi. Penerimaan yang tidak sah/ legal mirip dengan

penyuapan, hanya saja pemberian diberikan setelah tindakan yang diminta

dilakukan.

4. Pemerasan secara ekonomi (economic extortion) yaitu suatu tindakan di mana

seseorang melakukan pemerasan terhadap individu atau organisasi untuk

mendapatkan keuntungan pribadi. Biasanya tindakan pemerasan dilakukan jika

orang yang memeras pihak lain memiliki suatu informasi yang berharga dan bersifat

rahasia bagi orang lain.

II.1.2.5.3.2. Klasifikasi Korupsi

Alatas, S.H dalam Korupsi Musuh Bersama (2004) mengklasifikasikan korupsi

menjadi beberapa kelompok, yaitu:

Page 19: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

29

1. Korupsi Transaksi, adalah suatu tindak korupsi yang dilakukan di mana dua belah

pihak melakukan kerja sama atau kesepakatan dalam bentuk suap dan kedua belah

pihak yang memberi dan menerima uang suap tersebut akan saling mendapatkan

keuntungan.

2. Korupsi Ekstortif, adalah suatu tindak korupsi yang dilakukan oleh pihak eksekutif

atau orang menduduki jabatan tinggi. Korupsi ekstortif merupakan korupsi yang

bersifat memaksa karena tindakan korupsi ekstortif tidak memberikan alternatif bagi

pihak yang diberi uang suap.

3. Korupsi Investif, adalah tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh pejabat

karena didorong adanya janji-janji dan harapan terhadap sesuatu yang akan

menghasilkan di masa mendatang.

4. Korupsi Nepolistik, yaitu tindakan korupsi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang

memiliki jabatan atau wewenang yang tinggi di mana mereka akan memberikan

perlakuan khusus bagi keluarga atau teman dekat mereka untuk memperoleh

kesempatan mendapatkan fasilitas atau mengutamakan kepentingan mereka.

5. Korupsi Otogenik, yaitu tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh pejabat pada

saat mereka memberikan dan menyebarluaskan informasi yang bersifat rahasia

kepada pihak luar dan memperoleh keuntungan dari tindakannya tersebut.

6. Korupsi Suportif merupakan korupsi yang dilakukan oleh beberapa orang (lebih dari

dua orang) dalam satu bagian, divisi atau departemen di mana mereka akan saling

melindungi dan menutupi tindak korupsi yang mereka lakukan.

Page 20: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

30

II.1.2.6. Pelaku Fraud

Kecurangan (fraud) berdasarkan pelakunya diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok, yaitu manajemen, pegawai dan pihak di luar organisasi (ekstern).

1. Fraud yang dilakukan oleh manajemen (Management Fraud) adalah kecurangan

yang dilakukan oleh manajemen dengan sengaja memberikan informasi yang salah

kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan terjadi di lingkungan pimpinan suatu

instansi. Management Fraud juga dikenal dengan White Collar Crime (kejahatan

kerah putih).

2. Fraud yang dilakukan oleh pegawai (Employee Fraud) merupakan tindak

kecurangan yang dilakukan oleh pegawai yang bekerja di dalam perusahaan atau

organisasi walaupun manajemen telah membuat usaha-usaha untuk mencegahnya

(preventive).

3. Fraud yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar Organisasi (ekstern) merupakan

kecurangan (fraud) yang dilakukan oleh pemasok (vendor), pelanggan (customer) di

mana mereka akan membuat perusahaan menderita kerugian untuk membayar

sejumlah uang atas barang atau jasa yang tidak diterima atau membuat customer

menerima barang atau jasa yang seharusnya tidak mereka terima.

II.1.2.7. Badan Pemberantas Korupsi

Terdapat beberapa badan atau lembaga yang dibentuk untuk memberantas

tindakan korupsi baik di Luar Negeri maupun di Indonesia. Badan pemberantas korupsi

yang dibentuk, sebagai berikut:

1. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Indonesia

Page 21: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

31

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah badan atau lembaga Negara yang

dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak dipengaruhi oleh siapapun dan

bersifat independen. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk pada tanggal

29 Desember 2003 berdasarkan Undang-Undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. KPK memiliki tugas untuk melakukan

koordinasi dan supervisi, melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan,

melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi dan melakukan

monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara untuk memberantas segala

bentuk tindak korupsi.

KPK berhasil mengungkap adanya tindakan korupsi dan menangkap pelaku

tindakan korupsi dengan peran serta dan kepedulian masyarakat untuk melaporkan

kasus korupsi yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Masyarakat dapat melaporkan

setiap tindakan korupsi yang diketahui melalui surat, telepon, faksimile, SMS

maupun datang langsung ke kantor KPK. Masyarakat juga dapat melaporkan dugaan

Tindak Pidana Korupsi (TPK) secara online melalui KPK WHISTLEBLOWER'S

SYSTEM (KWS).

2. Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB) di Singapura

CPIB adalah lembaga anti korupsi yang bersifat independen karena terpisah dari

kepolisian dan bertanggung jawab untuk menyelidiki dan mencegah tindak korupsi

yang terjadi di Singapura. CPIB merupakan lembaga anti korupsi tertua di dunia.

Lembaga ini dibentuk oleh Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew pada tahun

1952. CPIB didirikan berdasarkan Prevention of Corruption Act (chapter 241).

CPIB dipimpin oleh seorang direktur yang bertanggung jawab langsung kepada

Perdana Menteri.

Page 22: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

32

CPIB bertanggung jawab untuk menjaga integritas pelayanan publik dan mendorong

transaksi-transaksi yang bebas korupsi; menyelidiki malpraktek yang dilakukan oleh

pejabat dan melaporkannya kepada departemen pemerintah dan badan umum untuk

tindakan pendisiplinan. Selain itu, CPIB diberi kekuasaan untuk menyelidiki

pelanggaran lain menurut hukum tertulis selama penyelidikan korupsi. CPIB

memiliki kekuatan untuk menyelidiki tersangka, keluarga tersangka atau agen dan

untuk memeriksa catatan keuangan mereka; meminta kehadiran saksi; serta

menyelidiki pelanggaran-pelanggaran lainnya.

3. Independent Commission Againts Corruption (ICAC) di Hongkong

ICAC dibentuk oleh Gubernur Hongkong, Sir Murray MacLehose pada tanggal 15

Februari 1974 dan menjadi badan anti korupsi yang kuat. ICAC menggunakan

“ three-pronged strategy” yang terbukti efektif dalam memberantas korupsi, yaitu

investigasi, pencegahan korupsi, dan memberikan pendidikan mengenai korupsi di

Hongkong. ICAC di Hongkong dibentuk karena tindakan korupsi yang semakin

banyak terjadi di lingkungan birokrasi.

ICAC memiliki kekuasaan untuk melakukan pencarian, penyitaan, penangkapan,

penahanan serta izin untuk mengambil sampel non-intim dari seseorang untuk

analisis forensik. ICAC juga memperoleh kekuasaan untuk memperoleh nomor

rekening bank, memeriksa bisnis dan dokumen-dokumen pribadi sampai membuat

tersangka untuk memberikan rincian mengenai aset, pendapatan dan pengeluaran

mereka untuk mencegah adanya tindak pidana penyuapan. Selain itu juga terdapat

peraturan untuk menciptakan pemilihan umum yang adil, terbuka, jujur, dan bebas

dari tindak korup dan ilegal. ICAC di Hongkong dikatakan sebagai model universal

karena memiliki kerangka hukum yang kuat, memperoleh dukungan keuangan yang

Page 23: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

33

cukup besar, memiliki tenaga ahli yang banyak serta konsistensi dukungan dari

pemerintah lebih dari 30 tahun.

4. Serious Fraud Office (SFO) di New Zealand

SFO dibentuk pada tahun 1990 berdasarkan Undang-Undang Penipuan Serius

(Serious Fraud Act). SFO bertanggungjawab untuk menyelidiki dan melakukan

penuntutan atas kasus-kasus yang dianggap serius atau kecurangan (fraud) yang

kompleks. SFO memiliki kuasa untuk memperoleh informasi atau dokumen yang

relevan terkait dengan penyelidikan serta memaksa setiap orang untuk menghadiri

wawancara dan menjawab seluruh pertanyaan dengan jujur. SFO memprioritaskan

kasus seperti: korban penipuan investasi, fraud yang melibatkan orang-orang yang

menduduki posisi penting (misalnya pengacara), masalah penyuapan dan korupsi

serta kasus-kasus lain yang dapat merusak reputasi Selandia Baru (New Zealand)

untuk pasar keuangan yang adil dan bebas korupsi. Dan hanya Direktur SFO yang

memiliki wewenang hukum untuk memulai penyelidikan.

SFO membagi pelaksanaan menjadi dua bagian, yaitu pendeteksian tindakan fraud

yang serius pada bagian I, dan penyelidikan untuk mengidentifikasi kasus yang

kemungkinan fraud pada bagian II. Setiap Unit terdiri dari pemeriksa keuangan

yang berpengalaman, akuntan forensik, dan pengacara penyelidik yang dipimpin

oleh seorang manajer umum. Dan setiap tim paling sedikit tiga orang dengan

keahlian seperti yang disebutkan di atas.

5. Independent Commission Againts Corruption (ICAC) di New South Wales

ICAC didirikan oleh Pemerintah New South Wales pada Maret 1989 berdasarkan

Undang-Undang Komisi Independen Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Tahun

1988. ICAC di New South Wales memiliki tiga tugas utama, yaitu menyelidiki dan

Page 24: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

34

mempublikasikan tindak pidana korupsi, melakukan pencegahan korupsi secara

aktif dan mendidik masyarakat luas tentang korupsi. Badan pemberantas korupsi di

Australia memiliki nama yang sama dengan badan pemberantas korupsi di

Hongkong. ICAC New South Wales tidak memiliki wewenang untuk menyelidiki

orang atau perusahaan swasta kecuali berhubungan dengan sektor publik. Selain itu,

ICAC New South Wales tidak memiliki wewenang di bidang penuntutan, Jaksa

Agung lah yang menentukan apakah dapat dilakukan penuntutan atau tidak kasus

yang diselidiki oleh ICAC.

II.1.2.8. Peraturan Anti-Korupsi di Indonesia

Selain dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memberantas

korupsi, Indonesia juga sudah membuat hukum yang mengatur dengan jelas mengenai

tindak pidana korupsi. Terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang

mendukung tindakan untuk melawan korupsi di Indonesia, antara lain:

1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No.

31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang ini

menjelaskan secara detail mengenai tindak pidana korupsi serta sanksi pidana dan

sanksi administrasi atas tindak pidana apabila seseorang melakukan tindakan dengan

menggunakan wewenang atau jabatannya dan merugikan orang lain untuk

kepentingannya sendiri seperti yang sudah diatur di dalam yang telah dijelaskan

dalam Undang-Undang tersebut.

2. Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi. Undang-Undang ini menjabarkan mengenai Komisi Pemberantasan

Korupsi, tugas, wewenang dan kewajiban Komisi Pemberantasan Korupsi serta

Page 25: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

35

segala hal yang berhubungan dengan tindakan pemberantasan korupsi sampai

ketentuan pidana bagi anggota Komisi Pemberantasan Korupsi yang melanggar

ketentuan yang sudah diatur.

3. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Undang-Undang ini menjelaskan

mengenai pengertian tindak korupsi, kolusi dan nepotisme; hak dan kewajiban

Penyelenggara Negara; hubungan antar Penyelenggara Negara; peran serta

masyarakat untuk memberantas korupsi; sampai sanksi yang akan diberikan bila

Penyelenggara Negara melakukan pelanggaran.

4. Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No.

15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Undang-Undang ini

menjelaskan mengenai tindakan yang dapat dikatakan sebagai tindak pidana

pencucian uang, sanksi-sanksi yang akan dijatuhkan, pembentukan Pusat Pelaporan

dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk mencegah dan memberantas

tindak pidana pencucian uang.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2005 Tentang Sistem Manajemen Sumber

Daya Manusia Komisi Pemberantasan Korupsi. Peraturan ini menjelaskan mengenai

hal-hal seputar pegawai komisi, sistem manajemen sumber daya manusia, evaluasi

pelaksanaan, tugas dan masa kerja tim penasihat komisi, dan ketentuan peralihan.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran

Serta Masyarakat dan Pemberian Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi. Peraturan ini menjelaskan mengenai hak dan tanggung jawab

masyarakat untuk mencari, memperoleh, memberikan informasi, saran dan

pendapat; hak dan tanggung jawab masyarakat untuk memperoleh pelayanan dan

Page 26: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

36

jawaban dari penegak hukum; hak dan tanggung jawab masyarakat untuk

memperoleh perlindungan hukum; pemberian penghargaan kepada masyarakat yang

ikut berperan aktif seperti pemberian piagam atau premi.

II.1.3. Penelitian Terdahulu

Sebelumnya sudah terdapat penelitian serupa, dan penelitian yang pernah

dilakukan tersebut dapat dijadikan pedoman bagi penulis.

II.1.3.1. Pengaruh Kepuasan Gaji dan Kultur Organisasi Terhadap Persepsi

Aparatur Pemerintah Daerah Tentang Tindak Korupsi (Firma Sulistyowati)

Penelitian yang dilakukan oleh Firma Sulistyowati ini bertujuan untuk

mengetahui apakah kepuasan gaji berpengaruh terhadap persepsi aparatur pemerintah

daerah tentang tindak korupsi, dan apakah kultur organisasi berpengaruh terhadap

persepsi aparatur pemerintah daerah tentang tindak korupsi. Objek penelitian yang

digunakan oleh penulis adalah aparatur pemerintah daerah di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY), khususnya di delapan (8) instansi, yaitu Dinas Kimpraswil, Dinas

Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pertaian, Biro Umum Setda, Biro Tata

Pemerintahan Setda, Biro Kepegawaian dan Bawasda.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara acak dengan

membagi 160 kuesioner pada delapan (8) instansi di DIY. Pengujian validitas dalam

penelitian ini menggunakan korelasi bivariat pearson correlation, sedangkan pengujian

realibilitas dengan cronbach alpha. Hasil dari penelitian ini adalah hubungan antara

kepuasan gaji dengan persepsi tentang tindak pidana korupsi negatif, sehingga kepuasan

gaji secara parsial tidak berpengaruh terhadap persepsi tentang tindak pidana korupsi;

Page 27: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

37

hubungan antara kultur organisasi dengan persepsi tentang tindak pidana korupsi positif,

sehingga kultur organisasi secara parsial berpengaruh terhadap persepsi tentang tindak

pidana korupsi; dan secara keseluruhan kepuasan gaji dan kultur organisasi berpengaruh

terhadap persepsi tentang tindak pidana korupsi.

II.1.3.2. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Universitas Bina Nusantara Terhadap

Fraudulent Financial Statement (Yeni)

Penelitian yang dilakukan oleh Yeni (2011) ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi Universitas Bina Nusantara terhadap

opportunity sebagai faktor pemicu terjadinya Fraudulent Financial Statement,

bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi Universitas Bina Nusantara terhadap

pressures sebagai faktor pemicu terjadinya Fraudulent Financial Statement, dan

bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi Universitas Bina Nusantara terhadap

rationalization sebagai faktor pemicu terjadinya Fraudulent Financial Statement. Objek

penelitian yang digunakan oleh penulis adalah mahasiswa akuntansi Universitas Bina

Nusantara angkatan 2007 dan 2008. Hal ini dikarenakan mahasiswa akuntansi semester

6 sudah mendapatkan mata kuliah Pemeriksaan Auditing, sedangkan mahasiswa

akuntansi semester 8 sudah mendapatkan mata kuliah Pemeriksaan Auditing I dan

Audit atas Kecurangan.

Peneliti menggunakan sampel sebanyak 99 orang untuk mahasiswa akuntansi

angkatan 2007 dan 130 orang untuk mahasiswa akuntansi angkatan 2008 dari jumlah

mahasiswa sebanyak 230 untuk mahasiswa akuntansi angkatan 2007 dan 300 untuk

mahasiswa akuntansi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Probability Sampling dengan pendekatan Simple Random Sampling yang berasal dari

Page 28: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

38

data primer yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner untuk mahasiswa

semester 6 dan 8 serta modul sejarah Universitas Bina Nusantara dan modul jurusan

Akuntansi sebagai data sekunder. Hasil dari penelitian ini adalah 1) faktor opportunity,

pressures dan rationalization berpengaruh secara signifikan terhadap Fraudulent

Financial Statement 2) Mahasiswa akuntansi telah memiliki persepsi yang baik

mengenai Fraudulent Financial Statement khususnya pada faktor-faktor pemicu

kecurangan tersebut. 3) Faktor pressures merupakan faktor pemicu yang paling

dominan dan faktor pressures dapat berasal dari faktor eksternal dan internal pribadi

pelaku.

II.1.3.3. Opini Siswa SMA Terhadap Citra KPK (Icha Marina Elliza)

Icha Marina Elliza melakukan penelitian ini pada tahun 2009 di Universitas

Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui opini siswa Negeri 3

Medan terhadap citra KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), untuk mengetahui agenda

pemberantasan korupsi di Indonesia di kalangan pelajar, serta untuk mengetahui

kredibilitas KPK di kalangan pelajar SMA. Objek penelitian yang digunakan oleh

penulis adalah semua siswa-siswi SMA Negeri 3 Medan yang memilih konsentrasi Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS), yaitu sebanyak 118 orang. Metode yang digunakan adalah

metode deskriptif yang menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian

berdasarkan fakta yang sebenarnya. Peneliti memperoleh data dengan mengamati,

membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatatnya.

Cara perolehan yang digunakan adalah dengan menyebarkan kuesioner secara

langsung pada siswa-siswi SMA Negeri 3 Medan. Dan peneliti juga mendampingi

responden dalam proses pengisian kuesioner. Pertanyaan dalam kuesioner mengenai

Page 29: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

39

opini mereka terhadap citra KPK, pendapat mereka mengenai kinerja, dan prestasi KPK

dalam memberantas korupsi di Indonesia serta kritik dan saran terhadap KPK. Hasil dari

penelitian ini adalah 1) Keberadaan KPK dirasa penting oleh siswa SMA Negeri 3

Medan. 2) KPK dianggap belum serius dalam menjalankan tugas walaupun KPK

dianggap memiliki kualitas dan kecakapan dalam memberantas korupsi. 3) KPK

dianggap telah memiliki strategi yang baik dan efektif dalam memberantas korupsi. 4)

siswa-siswi SMA Negeri 3 Medan setuju dengan strategi penyadapan telepon (ponsel)

dan menganggap strategi tersebut tidak tidak menggangu privasi seseorang. 5) KPK

diangap melakukan tebang pilih dalam memberantas korupsi. 6) Opini siswa SMA

Negeri 3 Medan terhadap citra KPK secara keseluruhan baik (positif). 7) siswa SMA

Negeri 3 Medan beranggapan KPK merupakan organisasi dengan kredibilitas yang baik.

II.1.3.4. Persepsi Mahasiswa Terhadap Fraud (Studi Empiris Pada Mahasiswa

Akuntansi Universitas Hasanuddin) (Musryadi)

Musryadi melakukan penelitian ini pada tahun 2010 di Universitas Hasanuddin,

Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa

Akuntansi Universitas Hasanuddin terhadap Fraud. Objek penelitian yang digunakan

oleh penulis adalah mahasiswa akuntansi Universitas Hasanuddin angkatan 2007 dan

2008 yang telah dan/ atau sedang mengikuti mata kuliah audit 1, audit 2 dan system

informasi akuntansi. Peneliti menggunakan sampel sebanyak 100 orang. Metode yang

digunakan peneliti adalah metode observasi untuk memahami persepsi mereka terhadap

fraud. Selain itu, peneliti juga menyebarkan kuesioner kepada responden dengan

pertanyaan tertutup dan terbuka.

Page 30: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

40

Hasil dari penelitian ini adalah 1) mahasiswa akuntansi Universitas Hasanuddin

setuju bahwa fraud merupakan pelanggaran kepercayaan diri (fiduciary duty). 2)

Sebagian besar responden sepakat bila fraud membahayakan dua kebutuhan manusia

yang paling dasar, yaitu kebutuhan ekonomi dan kebutuhan sosial. 3) Sebagian besar

responden sepakat bila fraud disebabkan karena penerapan hukum yang kurang

konsisten. 4) mahasiswa Universitas Hasanuddin sangat setuju kalau fraud terjadi

karena kebocoran atau kelalaian pada sisi akuntansi dan audit.

II.1.3.5. Firm Accounting Practices, Accounting Reform and Corruption in Asia

(Xun Wu)

Penelitian yang dilakukan oleh Xun Wu (2005) ini fokus pada sektor korporasi

yang merupakan sumber utama masalah korupsi di Asia, khususnya dampak dari

praktek perusahaan akuntan yang melakukan penyuapan. Xun Wu memeriksa beberapa

karakteristik penyuapan di perusahaan Asia dan menguji hubungan antara praktek

kantor akuntan dan tindak penyuapan, mengetahui pentingnya praktek akuntansi dalam

mengurangi tindak penyuapan, serta efektivitas akuntansi baru sebagai strategi anti

korupsi.

Populasi yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan akuntansi yang berada

di Asia. Penelitian ini menggunakan dua model ekonometrik, yaitu model probit dan

model regresi interval yang digunakan untuk menguji hipotesis mengenai hubungan

antara praktek kantor akuntan dengan penyuapan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa praktek akuntansi yang lebih baik

akan membantu untuk mengurangi timbulnya tindak penyuapan dan jumlah untuk biaya

penyuapan sehingga melumpuhkan praktek korupsi pada sumbernya.

Page 31: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

41

Table 2.1.

Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti (Tahun)

Pertanyaan Riset Metode Penelitian Hasil Penelitian

Firma Sulistyowati (2007)

1. Apakah kepuasaan gaji berpengaruh terhadap persepsi aparatur pemerintah daerah tentang tindak korupsi

2. Apakah kultur organisasi berpengaruh terhadap persepsi aparatur pemerintah daerah tentang tindak korupsi

membagi 160 kuesioner pada delapan (8) instansi di DIY

1. hubungan antara kepuasan gaji dengan persepsi tentang tindak pidana korupsi negatif, sehingga kepuasan gaji secara parsial tidak berpengaruh terhadap persepsi tentang tindak pidana korupsi

2. hubungan antara kultur organisasi dengan persepsi tentang tindak pidana korupsi positif, sehingga kultur organisasi secara parsial berpengaruh terhadap persepsi tentang tindak pidana korupsi

3. secara keseluruhan kepuasan gaji dan kultur organisasi berpengaruh terhadap persepsi tentang tindak pidana korupsi.

Yeni (2011) 1. persepsi mahasiswa akuntansi Universitas Bina Nusantara terhadap opportunity sebagai faktor pemicu terjadinya Fraudulent Financial Statement

2. persepsi mahasiswa akuntansi Universitas Bina Nusantara terhadap pressures sebagai faktor pemicu terjadinya Fraudulent Financial Statement

3. persepsi mahasiswa akuntansi Universitas Bina Nusantara terhadap rationalization sebagai faktor pemicu terjadinya Fraudulent Financial Statement

metode Probability Sampling dengan pendekatan Simple Random Sampling menyebarkan kuesioner untuk mahasiswa semester 6 dan 8

1. faktor opportunity, pressures dan rationalization berpengaruh secara signifikan terhadap Fraudulent Financial Statement

2. Mahasiswa akuntansi telah memiliki persepsi yang baik mengenai Fraudulent Financial Statement khususnya pada faktor-faktor pemicu kecurangan tersebut.

3. Faktor pressures merupakan faktor pemicu yang paling dominan dan faktor pressures dapat berasal dari faktor eksternal dan internal pribadi pelaku.

Icha Marina Elliza (2009)

1. opini siswa Negeri 3 Medan terhadap citra KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)

2. agenda pemberantasan korupsi di Indonesia di kalangan pelajar

3. kredibilitas KPK di kalangan pelajar SMA

menyebarkan kuesioner, mendampingi responden dalam proses pengisian kuesioner

1. Keberadaan KPK dirasa penting oleh siswa SMA Negeri 3 Medan

2. KPK dianggap belum serius dalam menjalankan tugas walaupun KPK dianggap memiliki kualitas dan kecakapan dalam memberantas korupsi

3. KPK dianggap telah memiliki strategi yang baik dan efektif dalam memberantas korupsi

4. Siswa-siswi SMA Negeri 3 Medan setuju dengan strategi penyadapan telepon (ponsel) dan menganggap strategi tersebut tidak tidak menggangu privasi seseorang

Page 32: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

42

Nama Peneliti (Tahun)

Pertanyaan Riset Metode Penelitian Hasil Penelitian

5. KPK diangap melakukan tebang pilih dalam memberantas korupsi

6. Opini siswa SMA Negeri 3 Medan terhadap citra KPK secara keseluruhan baik (positif)

7. Siswa SMA Negeri 3 Medan beranggapan KPK merupakan organisasi dengan kredibilitas yang baik.

Musryadi (2010)

persepsi mahasiswa Akuntansi Universitas Hasanuddin terhadap Fraud

metode observasi, menyebarkan kuesioner dengan pertanyaan tertutup dan terbuka

1. mahasiswa akuntansi Universitas Hasanuddin setuju bahwa fraud merupakan pelanggaran kepercayaan diri (fiduciary duty)

2. Sebagian besar responden sepakat bila fraud membahayakan dua kebutuhan manusia yang paling dasar, yaitu kebutuhan ekonomi dan kebutuhan sosial

3. Sebagian besar responden sepakat bila fraud disebabkan karena penerapan hukum yang kurang konsisten

4. Mahasiswa Universitas Hasanuddin sangat setuju kalau fraud terjadi karena kebocoran atau kelalaian pada sisi akuntansi dan audit

Xun Wu (2005)

Firm Accounting Practices, Accounting Reform and Corruption in Asia

model ekonometrik, yaitu model probit dan model regresi interval

praktek akuntansi yang lebih baik akan membantu untuk mengurangi timbulnya tindak penyuapan dan jumlah untuk biaya penyuapan sehingga melumpuhkan praktek korupsi pada sumbernya.

II.2. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah metode survey.

Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner

atau dengan melakukan wawancara dengan responden untuk memperoleh informasi

yang sejenis dari berbagai orang atau kelompok.

Dalam penelitian ini penulis akan menyebarkan kuesioner kepada setiap

angkatan mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Bina Nusantara sebagai alat utama

dalam pengumpulan data. Kuesioner akan disebarkan secara langsung kepada

responden. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rating scale

dengan dengan skala penilaian 1 sampai 4 sehingga hasilnya lebih tepat dan jelas.

Page 33: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

43

Metode yang akan digunakan dalam pengambilan sample adalah propotionate stratified

random sampling untuk menyajikan hasil yang lebih representatif.

II.3. Pengembangan Hipotesis

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

adanya perbedaan persepsi mahasiswa jurusan Akuntansi Universitas Bina Nusantara

Angkatan 2008, 2009 dan 2010 mengenai tindak korupsi. Oleh karena itu, maka penulis

dapat memunculkan hipotesis sebagai berikut.

Yeni (2011) menyebutkan bahwa tekanan (pressure) memicu terjadinya fraud,

khususnya fraudulent financial statement. Dan serakah (greed) merupakan salah satu

tekanan yang mendorong terjadinya fraud. Menurut Darwis (2010) dorongan

keserakahan merupakan salah satu faktor internal yang dapat menyebabkan seseorang

melakukan korupsi. Selain itu di dalam bukunya, Maheka (2006) mengatakan salah satu

faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi adalah kemiskinan dan keserakahan.

Masyarakat yang kurang mampu akan melakukan korupsi karena memiliki kesulitan

ekonomi, sedangkan bagi masyarakat yang hidupnya berkecukupan melakukan korupsi

karena serakah, tidak pernah puas dan menggunakan segala cara untuk mendapatkan

keuntungan. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti dan menguji mengenai faktor

serakah (greed) sebagai faktor yang memicu terjadinya korupsi.

Ha1 : Faktor Keseerakahan (Greed) memicu terjadinya tindakan korupsi.

Para pejabat banyak melakukan korupsi karena adanya kesempatan untuk

mengumpulkan harta kekayaan andaikata mereka sudah tidak menjabat lagi di

kemudian hari (Loqman, 2006). Penelitian sebelumnya telah melakukan penelitian

mengenai pengaruh kesempatan (opportunity) sebagai faktor yang memicu terjadinya

Page 34: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

44

tindakan fraud, khususnya fraudulent financial statement (Yeni, 2011). Oleh karena itu

penulis ingin menguji apakah faktor kesempatan (opportunity) juga mempengaruhi atau

mendorong seseorang untuk melakukan korupsi. Oleh karena itu, peneliti menghasilkan

hipotesis sebagai berikut.

Ha2 : Faktor Kesempatan (Opportunity) memicu terjadinya tindakan korupsi.

Seperti yang disebutkan di atas bahwa tekanan (pressure) sendiri memiliki arti

yang luas, dan contoh serta faktor-faktor yang menimbulkan tekanan (pressure) itu

banyak. Dan salah satu yang menyebabkan tekanan (pressure) itu muncul adalah karena

adanya kebutuhan. Darwis (2010) juga menyebutkan bahwa salah satu faktor internal

yang dapat menyebabkan seseorang melakukan korupsi karena adanya dorongan

kebutuhan hidup yang mendesak. Oleh sebab itu, peneliti ingin meneliti lebih dalam

mengenai faktor kebutuhan (need) sebagai faktor yang memicu terjadinya korupsi.

Ha3 : Faktor Kebutuhan (Need) memicu terjadinya tindakan korupsi.

Pengungkapan (exposure) atas tindakan negatif secara langsung atau tidak

langsung akan mempengaruhi kemungkinan adanya tindakan kecurangan (fraud)

terulang kembali. Semakin besar kemungkinan fraud terungkap maka semakin kecil

kemungkinan untuk melakukan fraud. Luna, D. M (2006) mengatakan bahwa

pencegahan, transparasi dan penegakan merupakan salah satu faktor yang dapat

memberikan dampak positif untuk memberantas korupsi.

Selain itu Maheka (2006) mengatakan salah satu faktor yang menyebabkan

korupsi dikarenakan konsekuensi bila seseorang tertangkap karena melakukan korupsi

lebih rendah atau kecil daripada keuntungan dari tindakan korupsi. Semakin keras atau

berat hukuman yang akan diterima maka semakin kecil kemungkinan untuk melakukan

fraud. Hasil dari penelitian Rachami, J (2006) menunjukkan bahwa faktor yang

Page 35: LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literaturthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00445-AK Bab2001.pdf · Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi ... Dan yang keempat memiliki arti

45

menyebabkan terjadinya korupsi di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara

dikarenakan tidak adanya transparansi, lemahnya lembaga peradilan dan aturan hukum

negara, akuntabilitas yang buruk, struktur sosial yang elitis serta tidak adanya corporate

governance. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka peneliti ingin menguji apakah

pengungkapan (exposure) merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya

korupsi.

Ha4 : Faktor Pengungkapan (Exposure) memicu terjadinya tindakan korupsi.

Selain untuk menjawab permasalahan penelitian di atas, penelitian ini juga

bertujuan untuk mengetahui apakah apakah terdapat perbedaan persepsi antara

mahasiswa jurusan Akuntansi dan non Akuntansi Universitas Bina Nusantara Angkatan

2008, 2009 dan 2010 menjadi mengenai tindak Korupsi, maka penulis dapat

memunculkan hipotesis sebagai berikut.

Ha5 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa jurusan akuntansi dan non

akuntansi Universitas Bina Nusantara Angkatan 2008, 2009 dan 2010

terhadap korupsi.