lapsus cva ich

Upload: engela-verlagen

Post on 14-Apr-2018

293 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    1/32

    BAB I

    STATUS PASIEN

    1.1 Identitas

    Nama : Ny. S

    Umur : 80 tahun

    Jenis kelamin : Perempuan

    Alamat : Blitar

    Status Perkawinan : Menikah

    Suku : Jawa

    Tanggal periksa : 6 Oktober 2013

    1.2 Anamnesis

    1. Keluhan Utama: Tangan dan kaki kanan lemas tidak bisa digerakkan.

    2. Kejadian yang berhubungan dengan keluhan utama : kejadian

    mendadak saat memasak.

    1

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    2/32

    3. Perjalanan Penyakit : Pasien datang ke IGD RSD Mardi Waluyo Blitar

    hari minggu tanggal 5 Oktober 2013 jam 12.00 WIB dengan keluhan

    tangan dan kaki kanan lemas tidak bisa digerakkan sejak tadi pagi

    sekitar jam 08.00 saat memasak didapur. Dari keterangan keluarga,

    pasien merasa mau terjatuh kearah kanan. Kemudian pasien

    mengeluhkan susah bicara, pusing, tangan dan kaki kiri terasa lemas.

    Pasien tidak mengeluhkan mual, muntah dan kejang. Pasien sempat

    berobat ke bidan dan dirujuk ke rumah sakit. BAB dan BAK lancar.

    Pasien memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.

    4. Riwayat Penyakit Dahulu

    Hipertensi (+)

    Penyakit lain disangkal

    5. Riwayat Penyakit Keluarga :

    Tidak terdapat anggota keluarga dengan riwayat penyakit

    yang sama dengan pasien.

    Penyakit lain disangkal

    6. Riwayat Kebiasaan

    - Riwayat minum alkohol (-)

    - Riwayat minum jamu-jamuan (-)

    - Riwayat Merokok (-)

    7. Riwayat Intoksikasi : di sangkal

    8. Keadaan Psikososial : menengah kebawah

    1.3 Pemeriksaan Interne

    2

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    3/32

    - Keadaan Umum

    Tampak lemah, kesadaran somnolen (GCS E3V3M5), status gizi kesan

    cukup.

    - Tanda Vital

    Tensi : 170/80 mmHg

    Nadi : 96 x / menit, reguler

    Pernafasan : 20 x /menit, reguler

    Suhu : 36,5 oC

    BB : tidak dilakukan

    TB : tidak dilakukan

    - Kulit

    Turgor kulit lambat/menurun (-) , ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-),

    petechie (-), spider nevi (-).

    - Kepala

    Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-),

    atrofi m. temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan

    mimic wajah / bells palsy (-).

    - Mata

    Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata terlihat agak cekung.

    - Hidung

    Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).

    - Mulut

    3

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    4/32

    Bibir pucat (-), mukosa bibir kering (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah

    (-), bibir perot (-).

    - Telinga

    Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-).

    - Tenggorokan

    Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).

    - Leher

    JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),

    pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)

    - Thoraks

    Normochest, simetris, pernapasan abdominothoracal, retraksi (-),

    spider nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).

    Cor :

    Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

    Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat

    Perkusi : batas kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra

    batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra

    batas kiri bawah : SIC V 1 cm medial Linea Medio

    Clavicularis Sinistra

    batas kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra

    pinggang jantung : SIC III Linea Para Sternalis Sinistra

    (batas jantung terkesan normal)

    Auskultasi: Bunyi jantung III intensitas normal, regular, bising (-)

    4

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    5/32

    Pulmo :

    Statis (depan dan belakang)

    Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

    Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

    Perkusi : sonor/sonor

    Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (ronchi -/-)

    Dinamis (depan dan belakang)

    Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan kiri

    Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

    Perkusi : sonor/sonor

    Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (ronchi -/-)

    - Abdomen

    Inspeksi : dinding perut tampak datar

    Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,

    pembesaran lien (-).

    Perkusi : timpani seluruh lapang perut, meteorismus (+)

    Auskultasi : bising usus (+) meningkat

    - Ektremitas

    Palmar eritema (-/-)

    Akral dingin Oedem

    - -

    - -

    - -

    - -

    - Sistem genetalia: dalam batas normal.

    5

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    6/32

    1.4 Pemeriksaan Psikiatri

    Emosi dan affek : sde Penyerapan : sde

    Proses berfikir : sde Kemauan : menurun

    Kecerdasan : sde Psikomotor : menurun

    1.5 Pemeriksaan Neurologi

    A. KESAN UMUM :

    Kesadaran : G.C.S. : 456

    Pembicaraan : (- Disartri : (-)

    (- Monoton :

    (- Scanning : (- Motorik :

    (- Afasi: + (- Sensorik :

    (- Amnesik (Anomik) :

    Kepala : (- Besar : (-) - Muka : (- Mask (topeng) : (-)

    (- Asymmetri : (-) (- Myopathik : (-)

    (- Sikap paksa : (-) (- Fullmoon : (-)

    (- Torticollis : tidak dilakukan pemeriksaan

    B. PEMERIKSAAN KHUSUS

    1. RANGSANGAN SELAPUT OTAK :

    Kaku Tengkuk : (+) Brudzinski

    I

    : (-)

    Laseque : (-) Brudzinski

    II

    : (-)

    Kernig : (-)

    2. SARAF OTAK :

    6

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    7/32

    N I KANAN KIRI N II KANAN KIRI

    Hyp/Anosmi : (+) (+) Visus : >1/60 >1/60

    N III, IV, VI : KANAN KIRI

    Kedudukan bola mata : simetris

    Pergerakan bola mata ( Kenasal : (+) (+)

    ( Ketemporal : (+) (+)

    ( Keatas : (+) (+)

    ( Kebawah : (+) (+)

    (Ketemporal bawah : (+) (+)

    Exophthalmus : (-) (-)

    Celah mata (Ptosis) : (-) (-)

    7

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    8/32

    8

    PUPIL

    Bentuk : Bundar Bundar

    Lebarnya : 2mm 2mm

    Perbedaan lebar : Tidak

    dilakukan

    Tidak

    dilakukan

    Reaksi cahaya langsung : (+) (+)

    Reaksi cahaya

    konsensuil

    : Tidak

    dilakukan

    Tidak

    dilakukan

    Reaksi akomodasi : (+) (+)

    Reaksi konvergensi : Tidak

    dilakukan

    Tidak

    dilakukan

    N V. KANAN KIRI

    Cabang Motorik : (+) (+)

    Otot Masseter : (+) (+)

    Otot temporal : (+) (+)

    Otot pterygoideus int/ext : (+) (+)

    Cabang Sensorik : ( I : (+) (+)

    ( II : (+) (+)

    ( III : (+) (+)

    Refleks kornea langsung : Tidak

    dilakukan

    Tidak

    dilakukan

    Refleks kornea konsensuil : Tidak

    dilakukan

    Tidak

    dilakukan

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    9/32

    9

    N VII KANAN KIRI KANAN KIRI

    Waktu

    Diam :

    Waktu Gerak :

    Kerutan dahi

    : (-) (-) Mengerutdahi

    : (+) (+)

    Tingg

    i alis

    : Tidak

    dilakukan

    Tidak

    dilakukan

    Menutup

    mata

    : (+) (+)

    Sudut

    mata

    : Tidak

    dilakukan

    Tidak

    dilakukan

    Bersiul : Tidak

    dilakukan

    Tidak

    dilakukan

    Lipata

    n Naso-

    Memperli

    hatkan

    labial : ..

    .

    ..

    .

    gigi : (+) (+)

    Pengecapan

    2/3-

    Depan lidah : Tidak

    dilakukan

    NVIII

    Vestibular Cochlear KANAN KIRI

    (- Vertigo : Tidak dilakukan Weber : Tidak

    dilakukan

    Tidak

    dilakuka

    n

    (- Nystagmus ke Rinne : Tidak

    dilakukan

    Tidak

    dilakuka

    n

    (-Tinnitus

    Aureum

    : KA (-) KI (-) Schwa

    bach

    : Tidak

    dilakukan

    Tidak

    dilakuka

    n

    (- Test Kalori : Tidak dilakukan Tulikonduktip

    : Tidak dilakukan

    Tidakdilakuka

    n

    Tuli

    perseptip

    : Tidak

    dilakukan

    Tidak

    dilakuka

    n

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    10/32

    3 SISTEM MOTORIK

    10

    N IX, X

    Bagian Motorik :

    Suara

    biasa/parau/tak

    bersuara

    : Tidak

    bersuara

    Menelan :

    (+)

    Kedudukan arcus

    pharynx

    : Kanan : Tidak

    dilakukan

    Kiri : Tidak

    dilakukan

    Kedudukan uvula : Tidak

    dilakukan

    Pergerakan arcuspharynx/ uvula

    : Kanan Tidak dilakukan

    Kiri : Tidak dilakukan

    Vernet Rideau

    phenomenon

    : Tidak

    dilakukan

    Detik Jantung : (+) Bising usus:

    (+)

    Bagian sensorik : Pengecapan 1/3 belakang lidah

    Refleks Oculo

    Cardiac

    : Tidak

    dilakukan

    Refleks muntah

    (pharynx) : Tidak

    dilakukan

    Refleks Carotica

    Cardiac

    : Tidak

    dilakukan

    Refleks palatum moile :

    Tidak dilakukan

    NXI. Mengangkat

    Bahu : Kanan

    (-) Kiri : (-)

    Memalingkan

    kepala, kanan

    : (-) Kiri : (-)

    NXII Kedudukan lidah waktu istirahat kesan ke kanan

    Kedudukan lidah waktu gerak : kesan ke kanan

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    11/32

    (N.B. : 0 = normal, - 1 = Parase ringan sekali, (25%) -2 = Parase

    moderat (50%)

    -3 = Parase hebat (75%), -4 = Paralysis).

    Kekuatan Otot:

    Tubuh : Otot perut: Tidak dilakukan

    Otot pinggang : Tidak dilakukan

    Kedudukan diagfragma:- Gerak : Tidak dilakukan

    - Istirahat : Tidak dilakukan

    Lengan : (Kanan/Kiri)

    - Tungkai : (Kanan/Kiri)

    Besar Otot (Sebutkan otot mana) Response terhadap perkusi

    - Atrofi : (-) -Normal

    11

    M. Deltoid (Abduksi

    lengan atas )

    :0/5 Flex artic coxae (Tungkai atas) :0/5

    M. Biceps (Flexi lengan

    atas)

    :0/5 Extensi artic coxae (Tungkai

    atas)

    :0/5

    M.Triceps (Extensi lengan

    atas)

    :0/5 Flexi sendi lutut (Tungkai

    Bawah)

    :0/5

    Flexi sendi pergelangan

    tangan

    :0/5 Extensi sendi lutut (Tungkai

    bawah)

    :0/5

    Extensi sendi pergelangan

    tangan

    :0/5 Flexi plantar

    kaki

    : 0/5

    Membuka jari jari tangan :0/5 Extensi dorsal

    kaki

    : 0/5

    Menutup jari jari tangan :0/5 Gerakan jari

    -jari

    : 0/5

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    12/32

    - Pseudohyperfi : (-) - Reaksi

    myotonik

    : Tidak

    dilakukan

    Palpasi otot : Tonus Otot Lengan

    Tungkai

    - Nyeri : (-) Ka. Ki. Ka. Ki.

    - Kontraktur : (-) Hypotoni : -/-

    - Konsistensi : lunak Spastik : -/-

    Rigid : -/-

    Rebound phenomen : Tidak

    dilakukan

    Gerakan gerakan Involunter

    - Tremor : Waktu istirahat

    (-)

    Waktu gerak (-)

    - Chorea (-)

    - Athetose (-)

    - Myokloni

    Tidak

    dilakukan

    Gait: Station

    Gait : -Jalan diatas tumit : Tidak

    dilakukan

    -

    -Jalan diatas jari kaki : Tidak

    dilakukan

    -

    -Tandem Walking : Tidak

    dilakukan

    -

    -Jalan lurus lalu putar : Tidak -

    12

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    13/32

    dilakukan

    -Jalan mundur : Tidak

    dilakukan

    -

    4. SISTEM SENSORIK

    Rasa eksteroceptik Kanan Kiri

    - Rasa nyeri

    superficial

    (+) (+)

    - Rasa suhu

    (panas/dingin)

    Tidak

    dilakukan

    Tidak

    dilakukan- Rasa raba ringan (+) (+)

    5. REFLEKS REFLEKS

    Refleks kulit Refleks

    tendon/Periost

    :

    Refleks dinding

    perut

    Tidak dilakukan - Refleks mandibula : Tidak

    dilakukan

    - Refleks biceps :+3/+2

    -Refleks

    cremaster

    : Tidak

    dilakukan

    - Refleks triceps :+3/+2

    -Refleks

    interscapular

    : Tidak

    dilakukan

    - Refleks periosto -

    radial

    : Tidak

    dilakukan

    -Refleks gluteal : Tidak

    dilakukan

    - Refleks periosto

    ulnar

    : Tidak

    dilakukan

    -Refleks anal : Tidak

    dilakukan

    - Refleks patella : :+3/+2

    - Refleks achilles : :+3/+2

    (N.B. : 0 = tidak ada gerakan, +1 = ada kontraksi tidak ada gerakan sendi, +2

    =normal, +3 = meningkat berlebihan, +4 = clonus )

    13

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    14/32

    Refleks Patologik

    Tungkai Kanan Kiri Lengan :

    -Babinski : + - - Hoffmann

    Tromner

    -Chaddock : - - -/-

    -Oppenhein : - -

    -Rossolimo : Tidak

    dilakukan

    -Gordon : - -

    -Schaefer : - -

    -Mendel

    Bechterew

    : Tidak

    dilakukan

    -Stransky : Tidak

    dilakukan

    -Gonda : - -

    Siriraj Score :

    Rumus

    Keterangan :

    Derajat kesadaran : Compos Mentis = 0

    Somnolen = 1

    Koma = 2

    Nyeri Kepala : Tidak ada = 0

    Ada = 1

    14

    (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x nyeri kepala) + (2 x muntah)

    + (0.1 x tekanan diastolic ) (3 x atheroma ) - 12

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    15/32

    Muntah : Tidak ada = 0

    Ada = 1

    Atheroma : Tidak ada = 0

    Ada = 1

    Intepretasi hasil :

    < - 1 = Infark

    > + 1 = Hemoragik

    Siriraj Score Ny. S :

    ( 2.5 x 1 ) + ( 2 x 1 ) + (2 x 0) + ( 0.1 x 80 ) ( 3 x 0 ) -12 = 0,5

    Kesimpulan : -1>x>+ 1 = meragukan

    Diagnosa

    Kesan stroke hemoragik

    Differential Diagnosa

    CVA ICH

    CVA SAH

    1.6 Working Diagnosa

    Diagnosa:

    Klinis : Akut hemiparese kanan tipe UMN sejak 1 hari dengan hipertensi stage

    2

    Topis: Hemisfer sinistra

    Etiologis: CVA Bleeding Intracerebral

    1.7 Penatalaksanaan

    Medikamentosa :

    15

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    16/32

    - O2 nasal 2 lt/mnt

    - Pasang NGT

    - IVFD RL 20 tetes/ menit

    - Brainact 2 x 500mg IV

    - Ranitidin 2 x 1 ampul IV

    - Neurosanbe 1x1 IV

    - Gentamicin 2 x 80mg IV

    Nonmedikamentosa :

    - Monitoring GCS ,vital sign dan keluhan pasien

    - Fisioterapi

    - Optimalkan 6 B ( Breath, Blood, Brain, Bowel, Bladder, Bone and Bodys

    skin )

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi dan Klasifikasi

    Stroke atau Gangguan Peredaran Darah Otak (GPOD) adalah gangguan

    fungsi otak, fokal (atau global), timbul mendadak (akut), berlangsung lebih dari

    24 jam (kadang-kadang berakhir dengan kematian sebelum 24 jam), yang

    disebabkan gangguan peredaran darah otak.

    Stroke dibagi dalam dua kelompok utama yaitu stroke iskemik dan stroke

    hemoragik. Subtipe dari stroke iskemik berupa stroke trombotik disebabkan oleh

    16

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    17/32

    agregasi dari factor-faktor darah pada tempat dimana pembuluh darah menyempit.

    Jenis lain stroke embolik, disebabkan tersumbatnya secara mendadak arteri di otak

    akibat jendalan darah benda asing yang terbawa aliran darah. Subtipe stroke

    hemoragik adalah perdarahan intaserebral yang disebabkan oleh banyak factor dan

    perdarahan suaraknoid yang umumnya karena pecahnya kantong aneurisma

    intracranial atau pecahnya Arteriovenosus malformation.

    2.2 Epidemiologi

    Stroke ditemukan pada semua golongan usia, namun sebagian besar akan

    dijumpai pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke

    meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia, dimana akan terjadi

    peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun. Insiden usia 80-

    90 tahun adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia

    30-40 tahun. Stroke banyak ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita.

    Variasi gender ini bertahan tanpa pengaruh umur. Tetapi perempuan, khususnya

    perempuan yang pada menopause (usia 40-55 tahun) lebih beresiko terserang

    stroke dibandingkan laki-laki.

    Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena

    serangan stroke, sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat

    ringan maupun berat. Stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan

    setelah jantung dan kanker. Bahkan menurut survey tahun 2004, stroke

    merupakan pembunuh nomor satu di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.

    2.3 Etiologi

    17

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    18/32

    Penyakit serebrovaskuler atau stroke, terjadi akibat gangguan pembuluh

    darah atau perdarahan dan penyebab terbanyak adalah kecacatan neurologi.

    Penyakit aterosklerosis arteri besar intracranial khususnya arteri serebri media

    adalah penyebab tersering stroke dan transient ischemic attack (TIA). Timbunan

    lemak dengan variasi ketebalan kapsul sering ditemukan pada aterosklerosis arteri

    intracranial. Plak aterosklerosis sering dijumpai pada bifurkasio arteri atau

    kelokan-kelokan arteri karotis. Tempat tersebut adalah yang terutama menangkis

    tekanan-tekanan akibat hipertensi.

    2.4 Klasifikasi

    Mengenai klasfikasi stroke, telah banyak institusi yang mengemukakan

    berbagai klasifikasi stroke, seperti yang dibuat oleh Stroke Data Bank, World

    Health Organization dan National Institute of Neurological Disease and Stroke.

    a. Infark

    18

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    19/32

    Penyumbatan pembuluh darah otak

    - lumen pb drh (stenosis)

    - oklusi mendadak oleh trombus/aterom

    - trombus lepas embolus

    - dinding pd lemah aneurisma / robek

    Bentuk klinis :

    1. TIA

    2. RIND REVERSIBLE ISCHEMIC NEUROLOGICAL DEFICITS

    gejala berlangsung > 24 jam < 1 minggu

    PRIND (PROLONGED RIND)

    gejala sampai dengan 3 minggu

    RIND & PRIND DEFISIT KLINIS NEUROL MINIMAL

    3. STROKE PROGRESIP (PROGRESSING STROKE) (STROKE IN

    EVOLUTION)

    gejala neurologik berlangsung bertambah berat

    4. STROKE KOMPLIT (COMPLETED STROKE / PERMANENT STROKE)

    stroke dengan gejala klinis sudah menetap.

    b. Perdarahan Intra Serebral

    merupakan perdarahan primer akibat rusak / robeknya pembuluh darah

    parenkim otak bukan karena trauma (dari luar).

    KLINIS : Akut (memburuk /krisis dlm 24 Jam)

    Subakut (bila memburuk 3 < 7 Hari)

    Subkronik (bila krisis selama s/d > 7 hari)

    19

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    20/32

    Penyebab :

    1. Hemodinamik

    2. Defek pembuluh darah

    3. Gangguan faal pembekuan

    - 70 % di kapsula interna (A.C. media a.lenticulo strieta)

    - 20 % di serebelum dan batang otak (fossa post)

    - 10 % di hemisfer diluar kapsul internal

    c. Perdarahan subarachnoidal

    merupakan perdarahan yang terjadi di ruang subarachnoid antara selaput

    arachnoid dan piamater. Pecahnya aneurisma sakkuler merupakan 80-90%

    penyebab pendarahan subarachnoid.

    Manifestasi klinis :

    Nyeri kepala hebat (thunderclap headache) disertai pusing (10%), nyeri

    orbita (7%), diplopia (4%), pandangan kabur (4%).

    Rangsangan meningeal: kaku kuduk, fotofobia, nyeri pinggang dan

    peningkatan TIK; mual muntah.

    Paresis okuler, abdusen

    Tanda defisit neurologi fokal; hemiparesis, aphasia

    Perdarahan subhyaloid retina, mungkin edema papil.

    10-15% gejala paresis motorik

    parestesi (6%)

    kejang (4%)

    ptosis (3%)

    20

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    21/32

    bruit (3%)

    disphasia (2%) sebelum aneurisma pecah.

    Ditemukan faktor pencetus pada 60-70% pendarahan

    kerja fisik, emosi, mengedan, hubungan seksual, trauma.

    2.5 Patofisiologi

    Banyak factor yang menyebabkan terjadinya stroke iskemik salah satunya

    adalah aterosklerosis, dengan mekanisme thrombosis yang menyumbat arteri

    besar dan arteri kecil, dan juga mealui mekanisme emboli.

    Adanya aterotrombosis atau emboli memutuskan aliran darahotak(cerebral blood flow/CBF). Nilai normal CBF = 53 ml/100 mg jaringan

    otak/menit. Jika CBF

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    22/32

    produksi ATP (energi) berkurangpompa Na-K-ATPase tidak berfungsi

    depolarisasi membran sel saraf pembukaan kanal ion Ca kenaikan

    influks Ca secara cepat gangguanCa homeostasis Ca merupakan

    signalling molekul yang mengaktivasi berbagai enzim memicu proses

    biokimia yang bersifat eksitotoksikkematian sel saraf (nekrosis maupun

    apotosis)gejala yang timbul tergantung pada saraf mana yang mengalamikerusakan/kematian.

    Patogenesis Stroke Hemoragik

    Hemoragi merupakan penyebab ketiga tersering serangan stroke.

    Penyebab utamanya: hipertensi terjadi jika tekanan darah meningkat

    dengan signifikan pembuluh arteri robekperdarahan pada jaringan

    otak membentuk suatu massajaringan otak terdesak, bergeser, atau

    tertekan (displacement of brain tissue)fungsi otak terganggu. Semakinbesar hemoragi yg terjadi, semakin besardisplacement jaringan otak yang

    terjadi. Pasien dengan stroke hemoragik sebagian besar mengalami

    ketidaksadaranmeninggal.

    2.6 Faktor Resiko

    Beban terhadap stroke mencapai 40 miliar dolar setahun, selain untuk

    pengobatan dan perawatan, juga akibat hilangnya pekerjaan serta turunnya

    kualitas hidup. Kerugian ini berkurang jika pengendalian factor resiko

    dilaksanakan dengan ketat.

    22

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    23/32

    2.7 Tanda dan Gejala

    Perbedaan klinis stroke iskemik ( trombotik dan emboli ) maupun

    hemoragik ( intraserebral dan subaraknoid )

    TANDA & GEJALA INFARK HEMORAGIK

    Permulaan Subakut AkutWaktu Serangan Bangun pagi Aktivitas

    Peringatan Sebelumnya ++ -

    Nyeri Kepala ++

    Muntah - ++

    Kejang - ++

    Kesadaran Menurun + ++

    Bradikardi Hari ke-4 Sejak awal serangan

    Ptosis - +

    Rangsang Meningeal - ++

    Papil Edem - ++

    Lokasi Kortikal/Subkortikal Subkortikal

    23

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    24/32

    Gambaran klinis berbagai macam stroke :

    Gambaran Klinik Stroke Trombotik Stroke Embolik ICH SAH

    Serangan Saat istirahat/tidur malam,

    Sering didahului TIA

    Saat aktivitas sehari-hari, tidak saat tidur

    Saat melakukanaktivitas

    Nyeri kepala sangathebat, mendadak,

    biasanya saataktivitas

    Defisit Neurologik Fokal, sering memberatsecara gradual

    Fokal, seringkalimaksimal saat serangan

    Fokal, sangat akutdisertai tandapeningkatan TIK

    (nyeri kepala,muntah,kesadaarn

    menurun,

    kejang,dll)

    Defisit neurologicjarang dijumpaiTanda rangsangan

    selaput otak

    Tekanan darah Hipertensi (sering) Normotensi Hipertensi berat(sering)

    Hipertensi (jarang)

    Temuan khususlainnya

    Penyakitjantung/pembuluh darah

    arterosklerotik

    Aritmia jantung,fibrilasi atrial, kelainan

    katup jantung, bisingkarotis/tanda sumberembolik lain

    Penyakit jantunghipertensif,

    retinopatihipertensif

    Perdarahansubhialoid/preretinal

    likwor berdarah

    CT Scan Kepala Area Hipodens Area hipodens pada

    infark hemoragik,tampak pula area

    hiperdens

    Area hiperdens

    intraserebral /intraventikular

    Area hiperdens di

    sisterna basalis

    2.8 Pemeriksaan

    CT scan kepala: hiperdens pada 90-92% dalam 24 jam I, 80% setelah 3

    hari, 50% setelah 1 minggu.

    LP. Bila CT scan negatif 5-15% kasus LP positif.

    Angiografi serebral: melihat anatomi aneurisma, bila negatif angiografi

    ulang. Angiografi serebral yang selektif merupakan diagnosis baku emas

    PSA.

    MRI: bila Angiografi (-), bisa tampak AVM

    TCD untuk memonitor vasospasme

    24

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    25/32

    Pemeriksaan laboratorium :

    Complete blood count, masa protrombin

    PTT, APTT, fibrinogen, agregasi trombosit, D-dimer, protein C

    dan S.

    Blood typing dan screening.

    2.9 Diagnosis

    Diagnosis klinis stroke dibuat berdasarkan batasan stroke. Adanya deficit

    neurologic fokal (atau global) yang timbul mendadak, berlangsung lebih 24 jam,

    serta ditemukannya factor resiko yang mendasari terjadinya kelainan vaskuler

    primer pada otak, merupakan petunjuk bahwa yang sedang kita hadapi adalah

    kasus stroke. Beberapa kelainan non-vaskular, dan vascular sekunder (non

    primer), dapat memberikan gejala dan tanda klinik yang menyerupai stroke.

    Dibawah ini merupakan langkah diagnosis stroke :

    25

    Defisit Neurologic Fokal

    Non VaskularVaskular

    PerdarahanIskemik

    Kelainan Vaskular yang mendasari terjadinya stroke

    Besar dan letak lesi

    Trombotik - Intraserebral

    Embolik - Subaraknoid

    (1)

    (2)

    (3)

    (4)

    Tumor

    TraumaInfeksi

    Fenomena Todd

    Lain-lain

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    26/32

    2.10 Penatalaksanaan

    a. Stroke Iskemik

    Terapi Umum

    Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada pada satu bidang;

    ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik

    sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen1-2 liter/menit

    sampai didapatkan hasilanalisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam

    diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika

    kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter intermiten).

    Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL

    dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin

    isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika

    didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui slang

    nasogastrik. Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah

    sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama.

    Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi

    segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan harus dicari

    penyebabnya. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-

    obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila

    tekanan sistolik 220 mmHg, diastolik 120 mmHg, Mean Arterial Blood

    26

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    27/32

    Pressure (MAP) 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30

    menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal

    ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang

    direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat

    ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik 90

    mm Hg, diastolik 70 mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam,

    dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi

    dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih < 90

    mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 g/kg/menit sampai tekanan darah sistolik

    110 mmHg. Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelanpelan selama 3 menit,

    maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral

    (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan

    antikonvulsan peroral jangka panjang. Jika didapatkan tekanan intrakranial

    meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25 sampai 1 g/ kgBB per 30 menit,

    dan jika dicurigai fenomena reboundatau keadaan umum memburuk, dilanjutkan

    0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan

    pemantauan osmolalitas (

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    28/32

    b. Stroke Hemoragik

    Terapi umum

    Pasienstroke hemoragik harus dirawat di ICUjika volume hematoma >30

    mL, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis

    cenderung memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah

    premorbid atau 15-20% bilatekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120mmHg,

    MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal

    jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg

    (pemberian dalam 2 menit)sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit)maksimum

    300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mgper 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per

    oral. Jika didapatkan tanda tekanan intracranial meningkat, posisi kepala

    dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat

    penanganan stroke iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).

    Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi

    dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton;

    komplikasi salurannapas dicegah dengan fisioterapi dan diobatidengan antibiotik

    spektrum luas.

    Terapi khusus

    Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator.

    Tindakan bedah mempertimbangkanusia dan letak perdarahan yaitu padapasien

    yang kondisinya kian memburuk denganperdarahan serebelum berdiameter >3

    cm3, hidrosefalusakut akibat perdarahan intraventrikel atauserebelum, dilakukan

    28

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    29/32

    VP-shunting, dan perdarahan lebar >60 mL dengan tanda peningkatan tekanan

    intrakranial akut dan ancaman.

    Terapi Umum ( dilakukan pada stroke iskemik maupun perdarahan)

    Dalam terpi stroke dikenal pedoman 6-B yaitu mengoptimalkan :

    1. Breath : suplai oksigen lewat pernafasan

    2. Blood : sirkulasi darah ke otak

    3. Brain : perbaiki fungsi otak

    4. Bowel : intake makanan dan fungsi pencernaan

    5. Bladder : optimalikan saluran kencing

    6. Bone and Bodys skin

    2.11 Prognosis

    Indikator prognosis adalah : tipe dan luasnya serangan, age of onset, dan

    tingkat kesadaran. Hanya 1/3 pasien bisa kembali pulih setelah serangan stroke

    iskemik. Umumnya, 1/3-nya lagi adalah fatal, dan 1/3- nya mengalami kecacatan

    jangka panjang. Jika pasien mendapat terapi dengan tepat dalam waktu 3 jam

    setelah serangan, 33% diantaranya mungkin akan pulih dalam waktu 3 bulan.

    Hanya 10-15 % penderita stroke bisa kembali hidup normal seperti sedia kala,

    sisanya mengalami cacat, sehingga banyak penderita Stroke menderita stress

    akibat kecacatan yang ditimbulkan setelah diserang stroke.

    Prognosis pasien dengan stroke hemoragik (perdarahan intrakranial)

    tergantung pada ukuran hematoma.Hematoma > 3 cm umumnya mortalitasnya

    besar, hematoma yang massive biasanya bersifat lethal.Jika infark terjadi pada

    29

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    30/32

    spinal cord, prognosis bervariasi tergantung keparahan gangguan neurologis. Jika

    control motorik dan sensasi nyeri terganggu, prognosis jelek.

    2.12 Komplikasi

    Pasien yang mengalami gejala berat, misalnya imobilisasi dengan

    hemiplegia berat, rentan terhadap komplikasi yang dapat menyebabkan kematian

    lebih awal, yaitu: Pneumonia, septicemia (akibat ulkus dekubitus atau infeksi

    saluran kemih), trombosis vena dalam dan emboli paru, infark miokard, aritmia

    jantung, dan gagal jantung, ketidakseimbangan cairan. Sekitar 10% pasien dengan

    infark serebri meninggal pada 30 hari pertama. Hingga 50% pasien yang bertahan

    akan membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Faktor-

    faktor yang mempunyai kontribusi pada disabilitas jangka panjang meliputi ulkus

    decubitus. epilepsy, jatuh berulang dan fraktur, spastisitas dengan nyeri,

    kontraktur dan kekakuan sendi bahu, depresi,

    30

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    31/32

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Stroke atau Gangguan Peredaran Darah Otak (GPOD) adalah gangguan

    fungsi otak, fokal (atau global), timbul mendadak (akut), berlangsung lebih dari

    24 jam (kadang-kadang berakhir dengan kematian sebelum 24 jam), yang

    disebabkan gangguan peredaran darah otak.

    Stroke dibagi dalam dua kelompok utama yaitu stroke iskemik dan stroke

    hemoragik. stroke iskemik terjadi karena trombotik disebabkan oleh agregasi dari

    factor-faktor darah pada tempat dimana pembuluh darah menyempit, stroke

    iskemik yang terjadi karena embolik, disebabkan tersumbatnya secara mendadak

    arteri di otak akibat jendalan darah benda asing yang terbawa aliran darah. Subtipe

    stroke hemoragik adalah perdarahan intaserebral yang disebabkan oleh banyak

    factor dan perdarahan subaraknoid yang umumnya karena pecahnya kantong

    aneurisma intracranial atau pecahnya Arteriovenosus malformation.

    Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang di

    dapatkan ciri dan gejala yang menunjang diagnose dari gangguan peredaran darah

    otak yaitu CVA bleeding ( ICH ).

    31

  • 7/27/2019 Lapsus Cva Ich

    32/32

    DAFTAR PUSTAKA

    Cohen SN. 2000. The subacute stroke patient: Preventing recurrent stroke. In Cohen

    SN. Management of Ischemic Stroke. Mc Graw Hill. pp. 89-109.

    De Freitas GR, Christoph DDH, Bogousslavsky J. 2009.Topographic classification of

    ischemic stroke, in Fisher M. (ed). Handbook of Clinical Neurology, Vol. 93 (3rd

    series). Elsevier BV.

    Islam, Mohammad Saiful. 1998. Sroke : Diagnosis dan Penatalaksanaannya. Lab/SMF

    Ilmu Penyakit Saraf FK UNAIR/RSUD Dr Soetomo : Surabaya.

    PERDOSSI. 2007. Pedoman Penatalaksanaan Stroke. Perhimpunan Dokter Spesialis

    Saraf Indonesia (PERDOSSI).

    WHO. MONICA. Manual Version 1: 1. 1986.