lakin bbpopt tahun 2018

92

Upload: others

Post on 19-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
Page 2: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
Page 3: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 ii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai

Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) serta memenuhi

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja

Instansi Pemerintah, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis

Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Reviu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Penyusunan Laporan Kinerja ini didasarkan atas Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja

(PK) BBPOPT.

Berdasarkan Permentan No. 76/Permentan/OT.140/11/2011 tentang Organisasi

dan Tata Kerja BBPOPT mengemban tugas melaksanakan dan mengembangkan

peramalan OPT serta rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura. Berdasarkan

Renstra 2015-2019, BBPOPT mempunyai visi “Menjadi Lembaga Terpercaya dan Pusat

Pengembangan Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan dan Diakui Dunia

Internasional”. Untuk mencapai visi tersebut, BBPOPT menetapkan misi sebagai berikut:

(a) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan SDM di bidang peramalan, pengamatan,

dan pengendalian OPT, (b) Menciptakan model peramalan OPT yang tepat dan akurat,

(c) Menciptakan metode pengamatan OPT yang tepat dan akurat, (d) Merakit dan

mengembangkan teknologi pengendalian OPT tepat guna yang efektif, efisien, dan aman,

(e) Menerapkan dan mengembangkan teknologi PHT spesifik lokasi, dan (f) Meningkatkan

pelayanan dan diseminasi informasi pengamatan, peramalan dan teknologi pengendalian

OPT.

Sesuai dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) BBPOPT Tahun 2018 terdapat tiga

sasaran kegiatan yaitu 1) Meningkatnya kualitas layanan publik BBPOPT, 2) Meningkatnya

implementasi rekomendasi peramalan serangan OPT yang diberikan oleh BBPOPT, dan

3) Meningkatnya akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT. Berdasarkan pelaksanaan

kegiatan BBPOPT Tahun 2018, hasil pengukuran Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan

(IKSK) sebagai berikut:

a. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik BBPOPT adalah 3,37 dari

target 3,5 (skala likert).

b. Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi terhadap luas serangan OPT yang

diramalkan adalah 81,8 % dari target 67 %.

c. Rasio luas serangan OPT tanaman jagung yang terjadi terhadap luas serangan OPT

yang diramalkan adalah 49,7 % dari target 67 %.

Page 4: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 iii

d. Rasio luas serangan OPT tanaman kedelai yang terjadi terhadap luas serangan OPT

yang diramalkan adalah 15,8 % dari target 20 %.

e. Jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan BBPOPT yang terjadi berulang (tidak

ada data)

f. Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi berulang (tidak ada data)

Dukungan anggaran untuk melaksanakan kegiatan pengembangan peramalan

serangan organisme pengganggu tumbuhan Tahun 2018 berdasarkan SP DIPA-

018.03.2.020072/2018 adalah sebesar Rp. 15.362.846.000,-. Pada perkembangannya

selama Tahun 2018 terdapat penambahan anggaran untuk mendukung kegiatan

pengamanan produksi, sehingga total anggaran BBPOPT Tahun 2018 menjadi sebesar

Rp.16.068.446.000,-. Secara total sampai dengan 31 Desember 2018, realisasi

penyerapan anggaran BBPOPT adalah Rp. 15.401.456.576,- atau sebesar 95,85 %.

Sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kinerja BBPOPT ke depan, maka perlu

dilakukan langkah nyata mulai dari proses perencanaan sampai implementasi pelaksanaan

kegiatan di lapang melalui: 1) Perencanaan yang lebih cermat khususnya dalam

menetapkan sasaran program dan indikator kinerjanya, 2) Peningkatan sistem monitoring

dan pengendalian untuk dapat mengidentifikasi permasalahan dan solusinya sejak dini

sehingga serapan anggaran bisa dioptimalkan, dan 3) Peningkatan koordinasi dengan

stakeholder pusat dan daerah dalam pelaksanaan pengendalian OPT.

Page 5: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

IKHTISAR EKSEKUTIF ...............................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................................

DAFTAR TABEL ..........................................................................................................

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................

LAMPIRAN ..................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................................

1.1. Latar Belakang ...........................................................................................

1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi .................................................................

1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja................ ...........................................

1.4. Sumber Daya Manusia ...............................................................................

1.5. Dukungan Anggaran ..................................................................................

BAB II. PERENCANAAN KINERJA ............................................................................

2.1. Rencana Strategis 2015-2019 ...................................................................

2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2018....................................................................

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ...........................................................................

3.1. Capaian Kinerja Tahun ..............................................................................

3.2. Realisasi Anggaran ...................................................................................

3.3. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ...........................................

BAB IV PENUTUP .......................................................................................................

LAMPIRAN ..................................................................................................................

i

ii

iv

v

vi

vii

1

1

3

3

5

8

10

10

12

13

13

56

58

61

62

Page 6: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 v

DAFTAR TABEL

Hal

1. Perjanjian Kinerja Kepala BBPOPT Tahun 2018 .............................................. 12

2. Capaian Kinerja BBPOPT Tahun 2018 ............................................................. 13

3. Kategori Nilai Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan ............................. 16

4. Hasil pengolahan IKM BBPOPT Tahun 2018 ................................................... 16

5. Perbedaan Kriteria Nilai Pelayanan ................................................................... 17

6. Rekapitulasi IKM Tahun 2018 ............................................................................ 17

7. Nilai IKM BBPOPT 5 Tahun Terakhir ................................................................ 17

8. Perbanyakan Isolat Agens Hayati Tahun 2018 ................................................ 21

9. Distribusi Isolat Agens Hayati Tahun 2018 ...................................................... 22

10. Rekapitulasi Rasio luas serangan OPT Tanaman Pangan yang Terjadi

Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Tahun 2014-2018 (%) ................. 26

11. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT 2017/2018 ....................... 28

12. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan Blas MT 2017/2018............ 29

13. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan BLB MT 2017/2018 ............ 30

14. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT 2018 ................................ 31

15. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan PBP MT 2018 .................... 32

16. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan Blas MT 2018 ..................... 33

17. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Jagung MT 2017/2018 .................. 34

18. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Jagung MT 2018 ........................... 35

19. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Kedelai MT 2017/2018 .................. 36

20. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Kedelai MT 2018 ........................... 37

21. Capaian Indikator Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan BBPOPT 50

22. Luas Tanam Padi Prov Kalimantan Timur Tahun 2018 .................................... 55

23. Perbandingan Luas Tanam Padi Prov Kalimantan Timur Tahun 2017 dan

Tahun 2018 (ha) ................................................................................................. 55

24. Luas Tanam Jagung dan Kedelai Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2018 ...... 55

25. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja .............................. 56

26. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Output ........................................ 57

27. Perbandingan Realisasi Anggaran BBPOPT Tahun 2017 dan 2018 ............... 57

28. Efisiensi Kegiatan Utama BBPOPT Tahun 2018 ............................................. 58

Page 7: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 vi

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Struktur Organisasi Balai Besar Peramalan OPT ............................................. 4

2. Komposisi Pegawai BBPOPT Tahun 2018 Menurut Pendidikan ...................... 13

3. Perkembangan Nilai IKM BBPOPT Dalam 5 Tahun Terakhir ........................... 18

4. Pelaksanaan Pelatihan P3OPT Tahun 2018 .................................................... 19

5. Penyediaan Isolat Agens Hayati ....................................................................... 21

6. Identifikasi Penyakit Padi di Laboratorium PCR ............................................... 22

7. Pelaksanaan Bimbingan Teknis P3OPT .......................................................... 23

8. Praktek Kerja Lapang Siswa SMK di BBPOPT ................................................ 24

9. Grafik Perkembangan Rasio Luas Serangan OPT Tanaman Pangan yang

Terjadi Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Selama 5 Tahun Terakhir 26

10. Pengamatan Serangan Penggerek Tongkol Jagung ........................................ 41

11. Pengambilan Sampel Tanaman Padi Yang Terserang Blas ............................. 43

12. Sertifikat Maturitas Penyelenggaraan SPIP Tahun 2018 .................................. 52

13. Pelaksanaan Pengawalan UPSUS Provinsi Kalimantan Timur ........................ 54

14. Rumus Efisiensi Penggunaan Sumber Daya .................................................... 58

Page 8: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 vii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Distribusi SDM BBPOPT pada Tahun 2018 Menurut Golongan,

Jenis Kelamin dan Pendidikan ........................................................................... 63

2. Perjanjian Kinerja Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu

Tumbuhan Tahun 2018 ...................................................................................... 64

3. Realisasi Anggaran Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan

Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2018 ............................................. 66

4. Realisasi Fisik Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan

Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2018 ............................................. 68

5. Pengujian Sampel di Laboratorium Agens Hayati ................................. 70

6. Pengujian Sampel di Laboratorium Fitopatologi .................................... 71

7. Pengujian Sampel di Laboratorium PCR ............................................... 74

8. Pelayanan Praktek Kerja Lapangan dan Penelitian Mahasiswa ............ 78

9. Pelayanan Praktek Kerja untuk Siswa SMK .......................................... 79

10. Pelayanan Magang untuk Petugas........................................................ 80

11. Bimbingan Teknis P3OPT Tahun 2018 ....................................................... 81

Page 9: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan sektor pertanian pada kurun waktu 2015-2019 mengacu pada paradigma

pertanian untuk pembangunan (agriculture for development) yang memposisikan sektor

pertanian sebagai penggerak transformasi pembangunan yang berimbang dan menyeluruh

mencakup transformasi demografi, ekonomi, antarsektor, spasial, kelembagaan dan tata

kelola pembangunan. Paradigma tersebut memberikan arah bahwa sektor pertanian

mencakup berbagai kepentingan yang tidak saja untuk memenuhi kepentingan penyediaan

pangan bagi masyarakat, tetapi juga kepentingan yang lebih luas. Selain sebagai sektor

utama yang menjadi tumpuan ketahanan pangan, sektor pertanian memiliki fungsi strategis

lainnya termasuk untuk menyelesaikan persoalan lingkungan (yang diakibatkan kegiatan

pertambangan) dan sosial (kemiskinan dan ketimpangan ekonomi dan lain-lain) serta

fungsinya sebagai penunjang kegiatan wisata (tourism). Memposisikan sektor pertanian

dalam pembangunan nasional merupakan kunci utama keberhasilan dalam mewujudkan

Indonesia yang bermartabat, mandiri, maju, adil dan makmur.

Dalam upaya memperkuat pembangunan pertanian untuk kedaulatan pangan,

Kementerian Pertanian menyusun tujuh Strategi Utama Penguatan Pembangunan

Pertanian yaitu

1. Peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan lahan;

2. Peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian;

3. Pengembangan dan perluasan logistik benih/bibit;

4. Penguatan kelembagaan petani;

5. Pengembangan dan penguatan pembiayaan;

6. Pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergi; dan

7. Penguatan jaringan pasar produk pertanian

Pemerintah sudah melaksanakan pembangunan tahun ketiga dari tahap ke-3 Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk mencapai tujuan

pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025. Tujuan pembangunan jangka panjang

yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah

mewujudkan bangsa yang maju, mandiri dan adil sebagai landasan bagi tahap

pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berbagai upaya telah dilakukan

Page 10: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 2

pada tahap ke-1 RPJMN (2005-2009) dan RPJMN ke-2 (2010-2014) dan telah memberikan

hasil yang membawa perubahan.

Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai keberlanjutan tahapan sebelumnya,

tahap ke-3 RPJMN (2015-2019) dicanangkan dengan tujuan untuk lebih memantapkan

pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian

daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumberdaya alam dan

sumberdaya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi. Hal tersebut

menjadi landasan bagi Kementerian Pertanian untuk berkontribusi terhadap pencapaian

sasaran pembangunan nasional di masa mendatang.

Dalam rangka pencapaian sasaran strategis Kementerian Pertanian, telah dituangkan

dalam Visi dan Misi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan khususnya yang berkaitan

dengan komoditas tanaman pangan. Visi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah

“Terwujudnya Pemenuhan Kebutuhan Pangan yang Cukup Secara Berkelanjutan dalam

Memperkuat Kedaulatan Pangan dan Energi Nasional”. Adapun Misi Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan adalah a) Mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup dan

berkelanjutan melalui pengembangan kawasan-kawasan yang terpadu;

b) Mengembangkan bioindustri komoditi yang memiliki nilai tambah strategis terutama

dalam mendukung ketersediaan energi nasional; dan c) Meningkatkan kualitas kinerja

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sedangkan Sasaran Strategisnya adalah:

a) Peningkatan produktivitas; b) Peningkatan luas areal tanam dan panen; c) Penurunan

kehilangan hasil produksi; dan d) Peningkatan mutu hasil produksi. Pada keempat Sasaran

Strategis Ditjen Tanaman Pangan tersebut di atas, dipengaruhi oleh serangan organisme

pengganggu tumbuhan (OPT), baik itu produktivitas, luas areal tanam/panen, kehilangan

hasil dan mutu. Jika luas serangan OPT dapat diminimalkan dan dikendalikan, maka

sasaran tersebut dapat tercapai. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu

Tumbuhan (BBPOPT) sebagai UPT Pusat yang berada di bawah Direktur Jenderal

Tanaman Pangan mempunyai peran yang strategis dalam usaha pengamanan produksi

tanaman pangan melalui fungsi pelaksanaan dan pengembangan peramalan OPT serta

rujukan proteksi tanaman pangan, khususnya sebagai institusi yang memberikan informasi

peringatan dini (early warning system) terhadap potensi kemunculan serangan OPT.

Dalam rangka mengetahui kinerja pelaksanaan program dan kegiatan selama tahun 2018,

disusunlah Laporan Kinerja Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan

Tahun 2018. Penyusunan Laporan Kinerja tersebut didasarkan pada : (1) Peraturan

Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

(2) Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999; (3) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Page 11: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 3

Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian

Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

dan (4) Peraturan Menteri Pertanian No. 50 Tahun 2016 tentang Sistem Akuntabilitas

Kinerja Kementerian Pertanian.

1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Berdasarkan Permentan Nomor 76/Permentan/OT.140/11/2011 tanggal 30 November

2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu

Tumbuhan, BBPOPT mengemban tugas melaksanakan dan mengembangkan peramalan

OPT serta rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura. Dalam melaksanakan

tugasnya, BBPOPT menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1) Penyusunan program dan evaluasi peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan

rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;

2) Pelaksanaan analisis data dan informasi serangan OPT, dan faktor penentu

perkembangan OPT;

3) Pelaksanaan dan penyusunan peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT;

4) Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan dan pengamatan,

pengendalian OPT berdasarkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT);

5) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi peramalan, pengamatan

dan pengendalian OPT;

6) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu standar

Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP);

7) Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis peramalan, pengamatan, dan pengendalian

OPT;

8) Pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan peramalan OPT dan

rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;

9) Pengelolaan cadangan bahan pengendali OPT tingkat nasional; dan

10) Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga BBPOPT.

1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja BBPOPT

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi, BBPOPT dipimpin oleh

seorang Kepala dan dibantu oleh 3 (tiga) pejabat Eselon III dan 7 (tujuh) Eselon IV

sebagaimana tercantum dalam Permentan Nomor: 76/Permentan/OT.140/11/2011

tanggal 30 November 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Peramalan

Organisme Pengganggu Tumbuhan.

Page 12: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 4

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar Peramalan OPT

Pelaksanaan tugas pekerjaan secara rinci telah diatur dalam Permentan Nomor

44/Permentan/OT.140/6/2012 tanggal 19 Juni 2012 tentang Rincian Tugas Pekerjaan

Eselon IV lingkup BBPOPT. Tugas dan fungsi Eselon III lingkup BBPOPT adalah

sebagai berikut:

1. Bagian Umum

Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, tata usaha,

keuangan, rumah tangga dan perlengkapan serta penyimpanan dan pengelolaan

cadangan bahan pengendali OPT tingkat nasional. Dalam melaksanakan

tugasnya, Bagian Umum mempunyai fungsi sebagai berikut:

a) Pelaksanaan urusan kepegawaian, surat menyurat dan kearsipan;

b) Pelaksanaan urusan keuangan;

c) Pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan;

d) Pengelolaan cadangan bahan pengendali OPT tingkat nasional.

Dalam melaksanakan tugasnya, Bagian Umum dibantu oleh Subbagian

Kepegawaian dan Tata Usaha, Keuangan, serta Rumah Tangga dan

Perlengkapan.

2. Bidang Program dan Evaluasi

Pengelolaan penyusunan program dan evaluasi peramalan, pengembangan

peramalan OPT,dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura merupakan

Page 13: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 5

tugas Bidang Program dan Evaluasi. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang

Program dan Evaluasi menyelanggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana, program dan anggaran peramalan, pengembangan

peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;

b) Pelaksanaan kerjasama peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan

rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;

c) Pemantauan dan evaluasi peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan

rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;

d) Penyusunan laporan hasil peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan

rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura.

Dalam melaksanakan fungsinya, Bidang Program dan Evaluasi dibantu oleh Seksi

Program, dan Seksi Pemantauan dan Evaluasi.

3. Bidang Pelayanan Teknis

Pengelolaan pemberian dan pelayanan peramalan, pengamatan dan pengendalian

OPT, penyusunan informasi dan dokumentasi hasil peramalan, pengamatan dan

pengendalian OPT, pengembangan peramalan, pengamatan, pelaksanaan

pemberian bimbingan teknis peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT serta

rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura merupakan tugas Bidang

Pelayanan Teknis, Informasi dan Dokumentasi mempunyai fungsi :

a) Pemberian pelayanan teknis peramalan, pengamatan, dan pengendalian

OPT, pengembangan peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT, serta

rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura.

b) Penyusunan informasi dan dokumentasi hasil peramalan, pengamatan, dan

pengendalian OPT, serta pengembangan peramalan, pengamatan, dan

pengendalian OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura .

Dalam melaksanakan fungsinya, Bidang Pelayanan Teknis, Informasi dan

Dokumentasi dibantu oleh Seksi Pelayanan Teknis, dan Seksi Informasi dan

Dokumentasi.

1.4. Sumber Daya Manusia

Pada Tahun 2018 sumber daya manusia (SDM) BBPOPT berjumlah 85 pegawai, terdiri

dari 11 Pejabat Struktural, 35 Fungsional Umum dan 39 Fungsional POPT. Sedangkan

proporsi pegawai berdasarkan bagian/bidang adalah Bagian Umum sejumlah

23 pegawai, Bidang Program dan Evaluasi 9 pegawai, Bidang Pelayanan Teknis,

Informasi dan Dokumentasi 13 pegawai; dan Kelompok Jabatan Fungsional

Page 14: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 6

39 pegawai. Diantara 39 pegawai fungsional tersebut, 6 orang di antaranya

diperbantukan di Direktorat Teknis Ditjen Tanaman Pangan.

Selama kurun waktu 2018 terjadi pengurangan jumlah pegawai sebanyak

2 pegawai dikarenakan pensiun dan penambahan sebanyak 2 pegawai. Pengurangan

tersebut atas nama:

(1) Gunawan, NIP 196002201991031001, diberhentikan dengan hormat sebagai

Pegawai Negeri Sipil karena telah mencapai Batas Usia Pensiun Terhitung Mulai

Tanggal 1 Maret 2018.

(2) Yoyo Kusprayogie, NIP 196011281987021001, diberhentikan dengan hormat

sebagai Pegawai Negeri Sipil karena telah mencapai Batas Usia Pensiun (BUP)

Terhitung Mulai Tanggal 1 Desember 2018.

Sedangkan penambahan pegawai atas nama:

(1) Rista Susanti, S.Si, NIP 199004202018012001 diangkat menjadi Calon Pegawai

Negeri Sipil (CPNS), Terhitung Mulai Tanggal (TMT) 1 Januari 2018,

berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 281/Kpts/Kp.120/A2/12/2017,

tanggal 19 Desember 2018.

(2) Indra Budhi Utomo, Mutasi dari Penata Usaha Dokumen Direktorat Perbenihan

Tanaman Pangan menjadi Pengadministrasi Umum pada Subbag Rumah

Tangga dan Perlengkapan BBPOPT, berdasarkan Kepmentan Nomor:

01/Kpts/KP.250/C.3/1/2018, tanggal 31 Januari 2018 terhitung 1 Februari 2018.

Pada Tahun 2018 Kenaikan Jabatan Fungsional POPT sebanyak 5 pegawai atas

nama: (1) Dewi Nirwati, S.P., dari POPT Pelaksana POPT Ahli Pertama menjadi POPT

Ahli Muda, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor:

1644/Kpts/KP.240/A2.4/8/2018, tanggal 31 Agustus 2018, (2) Umi Kulsum, S.P., dari

POPT Ahli Pertama menjadi POPT Ahli Muda, berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian Nomor: 362/Kpts/Kp.240/A2.4/2/ 2018, tanggal 19 Februari 2018, (3) Idah

Faridah, S.P. dari POPT Ahli Pertama menjadi POPT Ahli Muda, berdasarkan

Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 345/Kpts/Kp.240/A2.4/2/2018, tanggal 19

Februari 2018, (4) Anik Kurniati, S.P., dari POPT Ahli Pertama menjadi POPT Ahli

Muda, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 244/Kpts/Kp.240/A2.4/2/

2018, tanggal 19 Februari 2018 dan (5) Achmad Imroni, dari POPT Pelaksana Lanjutan

menjadi POPT Penyelia, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor:

346/Kpts/Kp.240/A2.4/2/ 2018, tanggal 19 Februari 2018, Kenaikan Pangkat Pegawai

sebanyak 20 pegawai, Kenaikan Gaji Berkala sebanyak 34 pegawai, Pencantuman

Page 15: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 7

Gelar pegawai atas nama Ulfah Nuzulullia, S.P., berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian Nomor: 209/Kpts/Kp.320/A2/9/2018, tanggal 26 September 2018

mencantumkan gelar akademik Ulfah Nuzulullia, S.P., NIP. 198306282009122003

dengan gelar akademik Master of Science (M.Sc) dan Pengangkatan Kembali Dalam

Jabatan Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Pegawai

atas nama Ulfah Nuzulullia, S.P., berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor:

897/Kpts/KP.240/A2.4/4/2018, tanggal 4 April 2018.

Berdasarkan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) akhir Tahun 2018 komposisi

Pegawai Negeri Sipil (PNS) BBPOPT dikelompokkan sebagai berikut:

1. Jumlah Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan

Klasifikasi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat dikelompokkan sebagai

berikut: SMP sebanyak 1 pegawai (1 %), SMA sebanyak 42 pegawai (49 %),

Diploma III sebanyak 9 pegawai (11 %), Sarjana sebanyak 28 pegawai (33 %), dan

Pasca Sarjana sebanyak 5 pegawai (6 %).

Gambar 2. Komposisi Pegawai BBPOPT Tahun 2018 Menurut Pendidikan

2. Jumlah Pegawai berdasarkan Pangkat dan Golongan

Pengelompokan pegawai berdasarkan pangkat dan golongan sebagai berikut:

Golongan IV/c sebanyak 1 pegawai, Golongan IV/b sebanyak 1 pegawai, Golongan

IV/a sebanyak 1 pegawai, Golongan III/d sebanyak

9 pegawai, Golongan III/c sebanyak 13 pegawai, Golongan III/b sebanyak 24

pegawai, Golongan III/a sebanyak 15 pegawai, Golongan II/d sebanyak 7 pegawai,

Golongan II/c sebanyak 9 pegawai, Golongan II/b sebanyak 2 pegawai dan

Golongan II/a sebanyak 3 pegawai.

1%

49%

11%

33%

6%

SMP

SMA

D3

S1

S2

Page 16: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 8

3. Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin

Komposisi Pegawai BBPOPT berdasarkan Jenis Kelamin sebagai berikut: laki-laki

sejumlah 62 pegawai (72,94%) dan perempuan sejumlah 23 pegawai (27,06%).

Dalam rangka mendorong peningkatan layanan dan kinerja pada Tahun 2018,

BBPOPT merekrut 23 orang tenaga kerja kontrak yang sumber pembiayaannya

dibebankan pada DIPA-BBPOPT TA 2018, sebagai berikut:

a. Tenaga Kerja Kebersihan Kantor dan Lingkungannya sebanyak 8 orang;

b. Tenaga Kerja Kebersihan Laboratorium, Rumah Kaca, Kebun Koleksi dan Kebun

Percobaan sebanyak 4 orang;

c. Tenaga Kerja Keamanan Kantor dan Lingkungannya sebanyak 6 orang;

d. Tenaga Kerja Pengemudi Kendaraan Dinas sebanyak 3 orang;

e. Tenaga Kerja Pramu Humas sebanyak 2 orang.

1.5. Dukungan Anggaran

Dukungan anggaran untuk melaksanakan kegiatan Pengembangan Peramalan

Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2018 telah disahkan oleh

Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2018 Nomor: SP DIPA-

018.03.2.020072/2018 tanggal 5 Desember 2017 dengan pagu anggaran

Rp. 15.362.846.000,-. Selama Tahun 2018, pagu anggaran BBPOPT mengalami

5 (lima) kali revisi DIPA dengan rincian 2 (dua) kali revisi terkait administratif adanya

perubahan Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Pengeluaran dan Pejabat

Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) tanpa merubah pagu DIPA dan

3 (tiga) kali revisi terkait dengan adanya penambahan anggaran dari anggaran yang

semula Rp. 15.362.846.000,- menjadi Rp. 15.668.846.000,-. Kemudian ada

penambahan kembali sebesar Rp. 399.600.000,- menjadi Rp. 16.068.446.000,-

Adapun rincian lengkap revisi DIPA pada Tahun 2018 adalah sebagai berikut:

1) Revisi I pada tanggal 10 Januari 2018 yaitu perubahan Kuasa Pengguna

Anggaran, semula Drs. Ruswandi, M.M. menjadi Ir. Tri Susetyo, M.M., perubahan

Bendahara Pengeluaran semula Teti Sri Mulyati menjadi Oya Kusmaya dan

perubahan Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) semula

Ir. Mustaghfirin menjadi Ir. Bambang Kuncoro, M.M.

2) Revisi II pada tanggal 20 Maret 2018 adanya penambahan anggaran sebesar

Rp. 306.000.000,- dan selanjutnya dilakukan revisi DIPA dari pagu anggaran

Rp. 15.362.846.000,- menjadi Rp. 15.668.846.000,. Penambahan anggaran

Page 17: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 9

dialokasikan pada output kegiatan Model Peramalan OPT (1768.007) semula

Rp 5.519.600.000,- menjadi Rp. 5.661.400.000,- dan pada Output kegiatan

Layanan Perkantoran (1768.994) semula Rp 7.757.700.000,- menjadi

Rp. 7.921.900.000,-

3) Revisi III pada tanggal 27 September 2018 adanya perubahan Pejabat

Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) semula Ir. Bambang

Kuncoro, M.M. menjadi Ir. Mustaghfirin.

4) Revisi IV pada tanggal 29 Oktober 2018 adanya adanya penambahan anggaran

sebesar Rp. 399.600.000,- dan selanjutnya dilakukan revisi DIPA dari pagu

anggaranRp. 15.668.846.000,- menjadi Rp. 16.068.446.000. Penambahan

anggaran dialokasikan pada output kegiatan Model Peramalan OPT (1768.007)

semula Rp 5.661.400.000,- menjadi Rp. 5.861.400.000,- dan pada Output

kegiatan layanan internal (1768.951) semula Rp 2.085.546.000,- menjadi

Rp. 2.285.146.000,-

5) Revisi V pada tanggal 19 November 2018 adanya perubahan pada lampiran III

yaitu rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan.

Anggaran tersebut dikelola dalam rangka pelaksanaan Kegiatan Pengembangan

Peramalan Serangan OPT yang dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis belanja:

1) Belanja Pegawai yang meliputi pembayaran gaji dan tunjangan

Rp. 5.964.268.000,- atau 37,11% dari total anggaran.

2) Belanja Barang Rp. 8.761.232.000,- atau 54,52% dari total anggaran.

3) Belanja Modal Rp. 1.342.946.000,- atau 8,35% dari total anggaran.

Berdasarkan jenis output kegiatan, anggaran tersebut digunakan untuk melaksanakan

kegiatan dengan 3 (tiga) output kegiatan, yaitu:

1) Pengembangan Model Peramalan OPT (007) dengan anggaran sebesar

Rp. 5.861.400.000,- atau 36,47% dari total anggaran, dan target volume fisik 15

model.

2) Layanan Internal (Overhead) (951) dengan anggaran sebesar

Rp. 1.340.446.000,- atau 8,34% dari total anggaran dan target volume fisik 12

bulan.

3) Layanan Perkantoran (994) dengan anggaran sebesar Rp. 7.921.900.000,- atau

49,30% dari total anggaran, dan target volume fisik 12 bulan. Porsi anggaran

layanan perkantoran mencapai 37,11% dari total anggaran karena di dalamnya

mencakup gaji dan tunjangan yang sebesar Rp. 5.964.268.000,-.

Page 18: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 10

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

2.1. Rencana Strategis 2015-2019

1. Visi

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab tantangan lingkungan

strategis yang dihadapi tersebut di atas, BBPOPT mempunyai visi “Menjadi

Lembaga Terpercaya dan Pusat Pengembangan Peramalan OPT dan Diakui

Dunia Internasional”.

2. Misi

Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka BBPOPT merumuskan misi

sebagai berikut:

a) Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Petugas di Bidang Pengamatan,

Peramalan, dan Pengendalian OPT (P3OPT);

b) Menciptakan Model Peramalan OPT yang tepat dan akurat;

c) Menciptakan Metode Pengamatan OPT yang tepat dan akurat;

d) Merakit dan Mengembangkan Teknologi Pengendalian OPT tepat guna yang

efektif, efisien dan aman;

e) Menerapkan dan mengembangkan teknologi PHT spesifik lokasi; dan

f) Meningkatkan pelayanan dan diseminasi informasi P3OPT.

3. Motto “Peramalan Akurat, Pengendalian Tepat, Produksi Meningkat”

4. Maklumat “BBPOPT Melayani Konsultasi Teknologi P3OPT Gratis”

5. Tujuan dan Sasaran BBPOPT

Dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi, visi, dan misi, BBPOPT telah

merumuskan tujuan strategis, yaitu “Memberikan dukungan pengamanan produksi

dan mengoptimalkan penggunaan teknologi pengamatan, peramalan dan

pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan dan Dampak Perubahan Iklim”.

Sesuai dengan tujuan strategis yang ingin dicapai, maka dirumuskan sasaran

strategi yang ingin dicapai BBPOPTsebagai berikut :

a) Meningkatnya sumber daya manusia (SDM) baik petugas, petani maupun

masyarakat lainnya di bidang peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT

dalam rangka pemahaman, pelaksanaan, pemasyarakatan dan pelembagaan

konsepsi PHT.

b) Tercapainya koordinasi dan sinkronisasi instansi pemerintah, swasta dan

masyarakat terkait dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

pembangunan perlindungan tanaman.

Page 19: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 11

c) Terlaksananya penyusunan program dan mengevaluasi peramalan,

pengembangan peramalan OPT dan rujukan proteksi tanaman pangan dan

hortikultura, serta sinkronisasi dengan program dan kegiatan perlindungan

tanaman antar berbagai instansi baik di tingkat pusat maupun daerah.

d) Terwujudnya dukungan teknologi di bidang peramalan, pengamatan, dan

pengendalian OPT (P3OPT) kepada pihak pengambil kebijakan dalam

pelaksanaan P3OPT dan rujukan proteksi.

e) Terwujudnya peran aktif dalam mendukung kegiatan pembangunan tanaman

pangan khususnya pencapaian dan pertumbuhan produksi pangan nasional

khususnya padi, jagung, kedelai dan ubi kayu pada tahun 2015-2019.

6. Arah Kebijakan

Peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian OPT secara terpadu

merupakan salah satu kebijakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang

melekat pada tugas dan fungsi Direktorat Perlindungan Tanaman dan BBPOPT.

Kebijakan tersebut untuk mendukung Program Peningkatan Produksi, Produktivitas,

dan Mutu Tanaman Pangan untuk mencapai Swasembada dan Swasembada

Berkelanjutan.

Dukungan tersebut diharapkan dapat menjadi arah kebijakan untuk menjamin

terjadinya peningkatan produksi dan produktivitas pada taraf tinggi, menguntungkan

bagi petani dan aman terhadap lingkungan.

7. Strategi

Strategi Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta misi untuk mencapai visi yang

diinginkan yaitu:

a) Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia yang

bergerak dalam bidang perlindungan tanaman.

b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas teknologi peramalan dan rujukan proteksi

tanaman pangan.

c) Meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi, komunikasi dan diseminasi hasil

peramalan dan rujukan proteksi tanaman.

d) Menjalin dan meningkatkan kualitas kemitraan dalam rangka mewujudkan

hubungan sinergi antara kelembagaan perlindungan tanaman pangan dan

hortikultura di tingkat pusat dan daerah.

e) Mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas, sumber daya manusia, dan dana untuk

pengembangan peramalan dan rujukan proteksi

Page 20: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 12

2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2018

Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kesepakatan kinerja

antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan

pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi. Perjanjian Kinerja dimaksud adalah

bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang merupakan

serangkaian dokumen perencanaan dan mempunyai keterkaitan sangat erat dengan

Rencana Strategis, Rencana Kerja (Renja), Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan DIPA

yang telah disusun sebelumnya. Perjanjian Kinerja digunakan sebagai ukuran dalam

menilai tingkat capaian sasaran Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan OPT

secara efektif, efisien, akuntabel, dan terukur, serta berorientasi pada keluaran (output)

dan hasil (outcome).

Perjanjian Kinerja merupakan kontrak kerja antara Kepala Balai Besar Peramalan

Organisme Pengganggu Tumbuhan dengan Direktur Jenderal Tanaman Pangan untuk

melaksanakan kegiatan yang mendukung Program Kementerian Pertanian. Perjanjian

Kinerja ini menjadi dokumen untuk mewujudkan capaian strategis Balai Besar

Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan pada Tahun Anggaran 2018.

Perjanjian Kinerja Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun

Anggaran 2018 sebagai berikut:

Tabel 1. Perjanjian Kinerja Kepala BBPOPT Tahun 2018

NO SASARAN PROGRAM/KEGIATAN TARGET

1Meningkatnya kualitas layanan publik

BBPOPT

1 Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas

layanan publik BBPOPT (skala likert)3,5

2

3 Meningkatnya akuntabilitas kinerja di

lingkungan BBPOPT

4

5

6

67

67

20

0

0

Meningkatnya implementasi

rekomendasi peramalan serangan OPT

yang diberikan oleh BBPOPT

Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang

terjadi terhadap luas serangan yang

diramalkan (%)

Rasio luas serangan OPT tanaman jagung yang

terjadi terhadap luas serangan yang

diramalkan (%)

Rasio luas serangan OPT tanaman kedelai

yang terjadi terhadap luas serangan yang

diramalkan (%)

INDIKATOR KINERJA

Jumlah temuan BPK atas pengelolaan

keuangan BBPOPT yang terjadi berulang

Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP

yang terjadi berulang (5 aspek SAKIP sesuai

Permenpan RB No. 12 Tahun 2015)

2

3

Page 21: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 13

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Capaian Kinerja

A. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran

Kriteria ukuran keberhasilan pencapaian sasaran kinerja dikelompokan

berdasarkan penilaian capaian melalui metode scoring dengan kategori:

1) Sangat berhasil: realisasi >100% dari target,

2) Berhasil: realisasi 80-100% dari target,

3) Cukup berhasil: realisasi 60-79% dari target, dan

4) Kurang berhasil: realisasi <60% dari target.

Penilaian capaian sasaran kinerja BBPOPT Tahun 2018 dilakukan dengan

membandingkan realisasi masing-masing Indikator Kinerja terhadap target yang

telah ditetapkan pada Perjanjian Kinerja (PK) 2018.

B. Pencapaian Sasaran Kegiatan BBPOPT Tahun 2018

Berdasarkan Perjanjian Kinerja (PK) yang telah disusun, terdapat tiga sasaran

kegiatan BBPOPT Tahun 2018 yaitu

a. Meningkatnya kualitas layanan publik BBPOPT

b. Meningkatnya implementasi rekomendasi peramalan serangan OPT yang

diberikan oleh BBPOPT

c. Meningkatnya akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT

Tabel 2. Capaian Kinerja BBPOPT Tahun 2018

NOSASARAN

PROGRAM/KEGIATANNO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) KATEGORI

1Meningkatnya kualitas

layanan publik BBPOPT

1 Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas

layanan publik BBPOPT (skala likert)3,5 3,37 96,3 BERHASIL

77,9

125,8

121,0

-

-

3 Meningkatnya

akuntabilitas kinerja di

lingkungan BBPOPT

5Jumlah temuan BPK atas pengelolaan

keuangan BBPOPT yang terjadi berulang 0

6

Jumlah temuan Itjen atas implementasi

SAKIP yang terjadi berulang (5 aspek SAKIP

sesuai Permenpan RB No. 12 Tahun 2015)0

2 Meningkatnya

implementasi

rekomendasi peramalan

serangan OPT yang

diberikan oleh BBPOPT

2 Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang

terjadi terhadap luas serangan yang

diramalkan (%)

67

3 Rasio luas serangan OPT tanaman jagung

yang terjadi terhadap luas serangan yang

diramalkan (%)

67

4 Rasio luas serangan OPT tanaman kedelai

yang terjadi terhadap luas serangan yang

diramalkan (%)

20

CUKUP

BERHASIL

SANGAT

BERHASIL

SANGAT

BERHASIL

-

-

81,8

49,7

15,8

-

-

Page 22: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 14

C. Capaian Kinerja BBPOPT

I. Meningkatnya Kualitas Layanan Publik BBPOPT

Indikator kinerja dari meningkatnya kualitas layanan publik BBPOPT adalah angka

capaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik BBPOPT.

Undang-Undang No 25 Tahun 2009, tentang pelayanan publik menjelaskan bahwa

negara (Pemerintah) berkewajiban memberikan pelayanan kepada setiap warga

Negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Tahun 1945. Penyelenggara pelayanan publik harus secara terus menerus

membangun kepercayaan atas pelayanan yang diberikan, hal tersebut seiring dengan

harapan dan tuntutan seluruh warga negara untuk mendapatkan pelayanan yang

prima, dan merupakan upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban warga negara.

Pelayanan prima di lingkungan Kementerian Pertanian adalah salah satu usaha yang

dilakukan unit kerja/organisasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan

memberikan kemudahan pelayanan berupa barang/jasa/administratif dengan sebaik-

baiknya. Hal tersebut ditujukan agar kebutuhan pengguna layanan terpenuhi sesuai

harapan. Pelayanan prima (excellent service) memiliki makna pelayanan dan kualitas.

Tujuan pemerintah melaksanakan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan

berkualitas yang dapat memenuhi dan memuaskan masyarakat sebagai

pelanggan/pengguna layanan serta membangun dan menumbuhkan kembali

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Pelayanan prima juga mendorong pelayanan publik yang berkualitas. Pelayanan

Publik yang berkualitas menuntut adanya upaya dari seluruh sumber daya manusia

yang ada dan bukan hanya dari petugas “front desk”. Seluruh pegawai memiliki peran

penting dalam menciptakan pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat. Keluhan

masyarakat terhadap rendahnya kualitas pelayanan dan rendahnya akuntabilitas

kinerja aparatur menjadikan indikator tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

birokrasi belum baik.

Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) merupakan

salah satu Instansi Pemerintah yang tugas dan fungsinya antara lain memberikan

pelayanan kepada masyarakat di bidang Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian

Organisme Pengganggu Tumbuhan (P3OPT). Pelayanan yang diberikan BBPOPT

kepada masyarakat sesuai SK Kepala BBPOPT No. 66/OT.180/C.8/02/2015 tentang

Penetapan Standar Pelayanan Publik Pada Jenis Pelayanan Barang dan Jasa terdiri

dari dua jenis pelayanan yaitu pelayanan barang dan pelayanan jasa. Jenis pelayanan

Page 23: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 15

barang mencakup antara lain dalam hal Penyediaan Isolat Agens Hayati, Penyediaan

Bibit Tanaman Nabati, Penyediaan Pias Trichogramma, Penyediaan Identifikasi

Sampel, Penyediaan Serangga Uji, Penyediaan Benih Varietas Indikator, Penyediaan

Efikasi Pestisida/Ketahanan Varietas Indikator. Sedangkan Jenis Pelayanan Jasa

terdiri dari Penyediaan Efikasi Pestisida/Ketahanan Varietas, Pelayanan

Magang/Praktek Kerja Lapang, Bimbingan Teknis (Bimtek) Teknologi P3OPT,

Pelayanan Pengelolaan Cadangan Bahan Pengendali OPT Tingkat Nasional,

Pelayanan Penyediaan Ruang Pertemuan, dan Pelayanan Penggunaan Asrama.

Penilaian tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan BBPOPT

yang disebut dengan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Penilaian tingkat kepuasan

masyarakat disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2017 Tentang Pedoman

Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik dan

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT/080/4/2018 tentang Pedoman

Survei Kepuasan Masyarakat.

Tujuan penilaian IKM adalah a) Mengetahui tingkat kepuasan pengguna layanan

(masyarakat) terhadap pelayanan yang diberikan BBPOPT dan b) Menginventarisasi

kritik dan saran dari pengguna layanan sehubungan dengan pelayanan yang diberikan

BBPOPT.

Metode Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) dilakukan dengan pengisian kuesioner

oleh pengguna layanan yang datang secara langsung ke BBPOPT. Kuesioner SKM

terdiri dari 9 unsur pelayanan yaitu:

a. Persyaratan

b. Prosedur

c. Waktu pelayanan

d. Biaya/tarif

e. Produk layanan

f. Kompetensi pelaksana

g. Perilaku pelaksana

h. Sarana dan Prasarana

i. Penanganan Pengaduan

Penilaian IKM Tahun 2018 dilakukan dengan cara melakukan pengisian kuesioner oleh

pengguna layanan BBPOPT (responden). Pengguna layanan BBPOPT terdiri dari

petugas POPT, pegawai dinas pertanian, petani, swasta dan akademisi. Kegiatan

pendataan IKM dilakukan secara terus menerus dalam 1 tahun (12 bulan). Pada

Page 24: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 16

periode bulan Januari – September 2018, data IKM diperoleh dengan pengisian IKM

secara manual, sedangkan pendataan IKM mulai bulan Oktober 2018 dilakukan secara

online dengan mengisi melalui portal Survei Kepuasan Masyarakat Kementerian

Pertanian dengan alamat: ikm.pertanian.go.id. Data hasil pengisian kuesioner SKM

diolah menggunakan skala likert.

Penilaian kinerja UKPP berdasarkan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3. Kategori Nilai Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan

Nilai Persepsi

Nilai Interval (NI)

Nilai Interval Konversi (NIK)

Mutu Pelayanan

Kinerja UKPP

1 1,00 – 2,59 25,00 – 64,99 D Tidak Baik

2 2,60 – 3,064 65,00 – 76,60 C Kurang Baik

3 3,065 – 3,532 76,61 – 88,30 B Baik

4 3,533 – 4,00 88,31 – 100,00 A Sangat Baik

Jumlah responden yang dijadikan sampel untuk pengukuran indeks kepuasan

masyarakat (IKM) selama tahun 2018 adalah sebanyak 258 orang. Adapun hasil

pengolahan data IKM adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil pengolahan IKM BBPOPT Tahun 2018

No

Periode Penilaian

Jumlah Pelanggan

Nilai Interval

Nilai Interval Koreksi

Mutu Pelayanan

Kinerja UKPP

1 Januari – Juni 76 3,41 85,33 B Baik

2 Oktober 102 3,42 85,50 B Baik

3 November 80 3,37 84,30 B Baik

Jumlah 258

Rata-rata 3,37 84,22 B Baik

Hasil pengolahan data IKM pada tabel di atas menunjukkan bahwa kinerja pelayanan

BBPOPT pada tahun 2018 adalah nilai interval 3,37 (skala likert) dan nilai konversi

84,22 yang masuk pada kriteria Baik.

Metode penilaian IKM pada tahun 2018 mengalami perubahan dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya. Pada periode 2014 – 2017 penilaian IKM menggunakan 14

unsur berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 78/Permentan/OT.140/8/2013

tentang Pedoman Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat di Lingkungan

Kementerian Pertanian. Perubahan unsur penilaian pada tahun 2018 menjadi 9 unsur

berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT/080/4/2018 tentang

Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Unit Kerja Pelayanan Publik Lingkup

Kementerian Pertanian. Perubahan tidak hanya terdapat pada unsur penilaian, tetapi

Page 25: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 17

juga pada kriteria penilaian kinerja UKPP. Perbedaan kriteria penilaian terdapat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 5. Perbedaan Kriteria Nilai Pelayanan

Nilai Persepsi

Mutu Pelayanan

Kinerja UKPP Nilai Interval Konversi (NIK)

Permentan 78 Tahun 2013

Permentan 19 Tahun 2018

1 D Tidak Baik 25,00 – 43,75 25,00 – 64,99

2 C Kurang Baik 43,76 – 62,50 65,00 – 76,60

3 B Baik 62,51 – 81,25 76,61 – 88,30

4 A Sangat Baik 81,26 – 100,00 88,31 – 100,00

Tabel 6. Rekapitulasi IKM Tahun 2018

No. Unsur Pelayanan Manual Jan - Jun

Online Oktober

Online November

IKM 2018

U1 Persyaratan 3,28 3,74 3,13 3,38

U2 Prosedur 3,26 3,21 3,63 3,37

U3 Waktu pelayanan 3,32 3,76 3,26 3,45

U4 Biaya/tarif 3,54 3,42 3,21 3,39

U5 Produk layanan 3,34 3,29 3,16 3,26

U6 Kompetensi pelaksana

3,38 3,29 3,00 3,22

U7 Perilaku pelaksana 3,68 3,20 3,09 3,32

U8 Sarana dan Prasarana

3,43 3,30 3,46 3,40

U9 Penanganan Pengaduan

3,51 3,47 3,63 3,54

IKM (likert)

3,41 3,41 3,28 3,37

Nilai Konversi IKM 85,33 85,22 82,12 84,22

Nilai Mutu Pelayanan B B B B

Kinerja UKPP Baik Baik Baik Baik

Hasil penilaian IKM BBPOPT selama 5 tahun terakhir tersaji dalam tabel berikut ini.

Tabel 7. Nilai IKM BBPOPT 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Nilai IKM Mutu

Pelayanan Kinerja UKPP

1 2014 87,39 A Sangat Baik

2 2015 87,72 A Sangat Baik

3 2016 87,31 A Sangat Baik

4 2017 87,41 A Sangat Baik

5 2018 84,22 B Baik

Page 26: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 18

Gambar 3. Perkembangan Nilai IKM BBPOPT Dalam 5 Tahun Terakhir

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, nilai kinerja pelayanan BBPOPT mengalami sedikit

penurunan pada Tahun 2018 yaitu menjadi nilai 84,22 (skala likert 3,37) menjadi kategori

Baik jika dibandingkan dengan nilai kinerja 4 tahun sebelumnya pada kisaran nilai 87

(periode 2014-2017) yang berada di kategori Sangat Baik. Hal ini dikarenakan adanya

perubahan kriteria kategori hasil penilaian IKM. Pada periode 2014-2017 menggunakan

dasar Permentan No. 78 Tahun 2013 yang menggunakan 14 unsur, sedangkan mulai

Tahun 2019 menggunakan dasar Permentan 19 Tahun 2018 dengan 9 unsur.

Hasil penilaian IKM tahun 2018 pada tabel di atas menunjukkan bahwa Unsur Produk

Layanan (U5), Kompetensi Pelaksana (U6) dan Perilaku Pelaksana (U7) menunjukkan

nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata. Pada unsur produk layanan

yang memiliki nilai yang lebih rendah (3,26) dibandingkan nilai rata-rata (3,37), hal ini

dikarenakan banyaknya ragam produk layanan di BBPOPT baik berupa pelayanan

barang maupun jasa, namun dengan jumlah SDM yang terbatas, sehingga ada gap

untuk memberikan pelayanan secara paripurna. Pada unsur kompetensi pelaksana

memiliki nilai yang lebih rendah (3,22) dibandingkan nilai rata-rata (3,37) dan unsur

perilaku pelaksana yang memiliki nilai yang lebih rendah (3,32) dibandingkan nilai rata-

rata (3,37), hal ini dikarenakan banyaknya penugasan dari pusat ke BBPOPT untuk turut

mendukung kegiatan Eselon II lain yang mengakibatkan pegawai pelaksana yang diberi

kepercayaan untuk menangani layanan tersebut mengerjakan tugas lain, sedangkan

tugas layanan diserahkan kepada pegawai yang berada di kantor, sehingga

dimungkinkan ada ketidakseragaman kualitas pelayanan.

87,39 87,72 87,31 87,41

84,22

60

70

80

90

100

2014 2015 2016 2017 2018

Nila

i IK

M

Tahun

Page 27: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 19

Kegiatan Layanan Publik BBPOPT Tahun 2018

1. Penyelenggaraan Pelatihan Pengamatan, Peramalan, dan Pengendalian Organisme

Pengganggu Tumbuhan (P3OPT)

Kegiatan pelatihan P3OPT pangan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan petugas di bidang P3OPT pangan. Peserta pelatihan adalah THL POPT

dari seluruh Indonesia. Pelatihan dilaksanakan sebanyak 2 angkatan.

Pelatihan P3OPT Angkatan I diikuti oleh THL POPT sejumlah 30 orang. Pelatihan

dilaksanakan pada tanggal 15 – 28 Juli 2018. Peserta pelatihan berasal dari 23 provinsi

yaitu : Aceh, Riau, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau,

Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Jawa

Tengah, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan,

Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara dan

NTT. Nilai pretest rata-rata adalah 40,47 sedangkan hasil setelah mengikuti pelatihan

(post test) adalah 58,38 Rata-rata peningkatan kemampuan peserta setelah mengikuti

pelatihan sebesar 18,09 poin (atau meningkat rata-rata sebesar 44,28 %).

Pelatihan P3OPT Angkatan II diikuti oleh THL POPT sejumlah 30 orang. Pelatihan

dilaksanakan pada tanggal 29 Juli – 11 Agustus 2018. Peserta pelatihan berasal dari 17

provinsi yaitu: Aceh, Riau, Lampung, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Kepulauan

Bangka Belitung, Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Jawa Tengah,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan

Gorontalo. Nilai pretest rata-rata adalah 44,10, sedangkan hasil setelah mengikuti

pelatihan (post test) adalah 83,25 Rata-rata peningkatan kemampuan peserta setelah

mengikuti pelatihan sebesar 39,15 poin (atau meningkat rata-rata sebesar 88,78 %).

Gambar 4. Pelaksanaan Pelatihan P3OPT Tahun 2018

Page 28: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 20

Pemateri berasal dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Kepala Balai Besar

Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan, Pejabat Struktural dan Fungsional

lingkup Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan, Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan. Sedangkan fasilitator terdiri dari pegawai Fungsional POPT

BBPOPT.

2. Penyelenggaraan Pelatihan Agens Hayati

Kegiatan Pelatihan Agens Hayati mempunyai tujuan meningkatkan kompetensi SDM

laboratorium APH dalam memahami dasar dasar pengembangan APH dan mampu

melakukan praktek perkembangan APH spesifik lokasi. Pelatihan dilaksanakan

sebanyak 1 (satu) angkatan dengan peserta adalah staf Laboratorium Pengamatan

Hama dan Penyakit (LPHP) ataupun petugas yang mengembangkan agens hayati di

daerah.

Pelatihan agens hayati diikuti oleh petugas laboratorium/LPHP yang menangani agens

hayati. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 1 – 14 Juli 2018 diikuti oleh 30 orang.

Peserta pelatihan berasal dari 19 provinsi yaitu: Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi,

Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi

Tengah, Gorontalo , Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan NTT. Nilai pretest rata-rata

adalah 52,43, sedangkan hasil setelah mengikuti pelatihan (post test) adalah 83,07

Rata-rata peningkatan kemampuan peserta setelah mengikuti pelatihan sebesar 30,63

poin (atau meningkat rata-rata sebesar 58,42 %).

3. Penyediaan Isolat Agens Hayati

Dalam rangka penyebaran dan pemanfaatan Agens Pengendali Hayati (APH) skala

yang lebih luas di daerah untuk pengendalian OPT, BBPOPT melalui Laboratorium

Agens Hayati melakukan perbanyakan agens hayati. Jenis agens hayati yang

diperbanyak adalah jenis bakteri dan jamur/cendawan. Bakteri yang diperbanyak

meliputi Paenibacillus polymyxa, Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens

sedangkan jenis jamur meliputi Beauveria sp, Metarhizium sp, Verticillium sp,

Gliocladium sp, dan Trichorderma sp. Target perbanyakan agens hayati tahun 2018

sebanyak 7.000 tabung reaksi (test tube). Kegiatan-kegiatan dalam perbanyakan dan

distribusi agens hayati. Perbanyakan agens hayati pada tabung reaksi dengan

menggunakan media PSA (Potato Sucrose Agar).

Page 29: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 21

Gambar 5. Penyediaan Isolat Agens Hayati

Perbanyakan agens hayati tahun 2018 mencapai 8.211 tabung reaksi (test tube). Agens

hayati diditribusikan ke BPTPH Provinsi, LPHP, PPAH, dan petani atau kelompok tani

yang membutuhkan. Jumlah isolat agens hayati yang didistribusikan ke daerah pada

tahun 2018 sebanyak 8.290 tabung reaksi dan dikirimkan ke 30 provinsi seluruh

Indonesia kecuali provinsi DIY, Kalimantan Utara, Maluku Utara dan Papua Barat.

Capaian perbanyakan isolat agens hayati pada tahun 2018 adalah 117,3 % dari target

dan jika dibandingkan dengan tahun 2017, ada peningkatan 3,2 % (jumlah perbanyakan

agens hayati tahun 2017 sebanyak 7.950 tabung reaksi). Jumlah isolat agens hayati

yang didistribusikan pada tahun 2018 mengalami peningkatan 4,8 % (jumlah isolat yang

didistribusikan ke daerah tahun 2017 sebanyak 7.905 tabung reaksi).

Tabel 8. Perbanyakan Isolat Agens Hayati Tahun 2018

1 Paenibacillus polymyxa 2.704

2 Bacillus subtilis 551

3 Pseudomonas fluorescens 850

4 Beauveria bassiana 1.211

5 Metarhizium sp. 827

6 Verticillium sp. 373

7 Trichoderma sp. 1.207

8 Gliocladium sp. 488

8.211 Jumlah

Jumlah Perbanyakan

(test tube )No Jenis Agens Hayati

Page 30: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 22

Tabel 9. Distribusi Isolat Agens Hayati Tahun 2018

4. Pelayanan pengujian sampel agens hayati, penyakit, dan molekuler

Layanan utama pengujian sampel tanaman di BBPOPT meliputi pengujian mutu agens

hayati di Laboratorium Agens Hayati, identifikasi penyakit di Laboratorium Fitopatologi

dan identifikasi lanjutan penyakit yang disebabkan oleh fitoplasma atau penyakit lain

melalui analisa DNA di Laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR). Sebagian

besar sampel untuk identifikasi penyakit berasal dari hasil surveilans lapangan,

bimbingan teknis dan sampel yang di bawa oleh petugas, petani atau mahasiswa.

Jumlah pengujian sampel tanaman Tahun 2018 adalah 164 sampel (dari target 94

sampel) dengan rincian jumlah pengujian mutu agens hayati adalah 15 sampel,

pengujian identifikasi penyakit tanaman sebanyak 35 sampel dan pengujian sampel

PCR adalah 114 sampel. Capaian jumlah pengujian sampel 2018 adalah 190,7 % dari

target (jumlah pengujian 2017 sebanyak 86 sampel).

Gambar 6. Identifikasi Penyakit Padi di Laboratorium PCR

P. polymyxa P. fluorescens B. subtilis Trichorderma sp Beauveria sp Metarizhium sp Verticillium sp Gliocladium sp

1 Januari 125 - - 55 - 3 - - 183

2 Februari 225 50 70 190 165 110 65 100 975

3 Maret 333 128 82 155 207 102 92 67 1.166

4 April 483 185 85 178 219 152 45 55 1.402

5 Mei 161 26 16 19 65 16 6 6 315

6 Juni 135 30 10 55 50 20 - - 300

7 Juli 474 187 177 287 209 192 69 127 1.722

8 Agustus 327 144 127 169 139 105 97 47 1.155

9 September 80 95 15 50 40 10 10 10 310

10 Oktober 158 18 3 93 61 30 25 20 408

11 November 119 13 9 25 28 13 4 2 213

12 Desember 95 - - 20 20 - - 6 141

2.715 876 594 1.296 1.203 753 413 440 8.290 Jumlah

NO BulanJenis/Jumlah Agens Hayati (test tube )

Jumlah

Page 31: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 23

5. Bimbingan Teknis Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT (P3OPT)

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor risiko dalam

budidaya tanaman yang menyebabkan kehilangan hasil. Perubahan waktu tanam dan

budidaya tanaman yang intensif dapat mendukung perkembangan OPT antara lain tikus,

wereng batang cokelat (WBC), penggerek batang padi (PBP), blas, tungro, dan bacterial

leaf blight (BLB), serta kerdil rumput/kerdil hampa. Dalam rangka memberikan

pemahaman dan pengembangan pengetahuan kepada petani/kelompok tani dan

petugas terkait pengaman produksi, BBPOPT memberikan bimbingan teknis P3OPT.

Pada tahun 2018 BBPOPT melakukan Bimbingan Teknis P3OPT di 42 Kab/kota di 14

Provinsi dari target 31 Kab/Kota (capaian 135,4 % dari target).

Gambar 7. Pelaksanaan Bimbingan Teknis P3OPT

6. Bimbingan teknis pengembangan peramalan spesifik lokasi

Peramalan OPT adalah kegiatan untuk mendeteksi dan memprediksi populasi dan

serangan OPT serta kemungkinan penyebaran dan akibat yang akan ditimbulkan dalam

ruang dan waktu tertentu. Peramalan serangan OPT bertujuan untuk memberikan

informasi tentang populasi, intensitas dan luas serangan, serta penyebaran OPT pada

ruang dan waktu yang akan datang dan prakiraan diperlukan karena adanya perbedaan

waktu antara keadaan akan dibutuhkannya suatu kebijakan baru. Apabila perbedaan

waktu tersebut panjang, maka peran prakiraan menjadi penting dan sangat dibutuhkan

terutama dalam penentuan kapan terjadinya suatu peristiwa serangan OPT, sehingga

dapat dipersiapkan tindakan-tindakan yang diperlukan dan upaya untuk memperkecil

risiko dalam usahatani, menekan populasi/serangan OPT, meningkatkan produktivitas

tanaman dan menjaga kelestarian lingkungan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Dalam rangka memberikan peningkatan kapasitas petugas di tingkat Provinsi (BPTPH)

Page 32: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 24

ataupun di LPHP yang menangani peramalan dan juga untuk petugas pengendali

organisme pengganggu tumbuhan, BBPOPT melaksanakan bimbingan teknis

pengembangan peramalan spesifik lokasi.

Materi bimbingan teknis ini meliputi: 1) Penyusunan data OPT pangan, 2) Analisis data

pengembangan peramalan OPT pangan (antar musim dan dalam musim), 3)

Pengembangan model peramalan spesifik lokasi dan 4) Evaluasi angka ramalan

terhadap angka kejadian. Pada tahun 2018 BBPOPT telah melaksanakan bimbingan

teknis pengembangan peramalan spesifik lokasi di 29 provinsi dari target 24 provinsi

(capaian 120,8 % dari target). Rincian provinsi yang sudah dilaksanakan bimbingan

teknis adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Bengkulu, Sumatera

Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Banten, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT,

Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi

Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku,

Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

7. Pelayanan magang petugas, siswa dan mahasiswa

Mengacu pada SK Kepala BBPOPT No. 66/OT.180/C.8/02/2015 tentang Penetapan

Standar Pelayanan Publik pada Jenis Pelayanan Barang dan Jasa, salah satu layanan

publik BBPOPT adalah pelayanan magang dan praktek kerja lapang (PKL) untuk

petugas, pelajar dan mahasiswa. Pada tahun 2018 BBPOPT menerima 98 orang peserta

magang dan PKL. Peserta magang sebanyak 10 orang yang terdiri dari 5 pegawai

BPTPH Lampung, 3 orang guru SMKN 2 Subang dan 2 orang swasta. Jumlah peserta

yang melaksanakan PKL di BBPOPT Tahun 2018 sebanyak 74 orang dengan rincian 48

orang siwa SMK dan 26 mahasiswa. Sedangkan jumlah mahasiswa yang melaksanakan

penelitian di BBPOPT sebanyak 14 orang yang berasal dari IPB Bogor, Unsika

Karawang, Uninus Bandung, dan Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

Gambar 8. Praktek Kerja Lapang Siswa SMK di BBPOPT

Page 33: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 25

Berikut kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan BBPOPT dalam rangka untuk

meningkatkan kepuasan layanan publik pada tahun 2018 adalah sebagai berikut:

1. Mengikuti Bimbingan Teknis Membangun Pelayanan Prima Tahun 2018 di Bandung

pada tanggal 8-10 Maret 2018. Tujuan bimtek ini adalah untuk meningkatkan kualitas

pelayanan dan akuntabilitas kinerja aparatur birokrasi pemerintah. Materi pada bimtek

pelayanan prima adalah pelayanan dalam bentuk verbal - non verbal dan standar

pelayanan.

2. Mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas fungsional POPT melalui Pelatihan

Identifikasi Nematoda pada Tanaman Padi di Balai Besar Uji Standar Karantina Bekasi

pada tanggal 14-16 Maret 2018. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan identifikasi nematoda parasit pada tanaman padi.

3. Mengikuti Sosialisasi Peningkatan Kemampuan Petugas Tata Naskah Dinas dan

Kearsipan di Bandung pada tanggal 21-23 Maret 2018. Tujuan dari sosialisasi ini adalah

(a) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan tata naskah dinas,

(b) Memperlancar arus komunikasi, (c) Meningkatkan kualitas dan peran SDM bidang

persuratan dan kearsipan, dan (d) Meningkatkan pengelolaan dan penataan arsip.

4. Mengikuti Sosialisasi Peningkatan Kemampuan Petugas Pelayanan Kesekretariatan,

Pramubakti dan Teknisi di Cisarua, Bogor, pada tanggal 7-9 Mei 2018. Materi yang

disampaikan adalah Pelayanan Prima Kesekretariatan dan Kedisiplinan.

5. Mengikuti kegiatan Peningkatan Kemampuan Petugas Satuan Pengamanan di Bandung

pada tanggal 28-30 Agustus 2018. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan

kemampuan petugas dalam pengamanan dan meningkatkan pelayanan.

6. Mengikuti Workshop Pelayanan Prima dan Keprotokolan di Pangkal Pinang, Bangka

Belitung pada tanggal 24-26 Juli 2018. Tujuan dari workshop tersebut adalah

(a). Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan, (b). Memperlancar arus

komunikasi dan koordinasi antarunit kerja, (c). Meningkatkan kualitas dan peran SDM

bidang kepegawaian, (d). Meningkatkan pengelolaan pelayanan kepegawaian.

7. Mengikuti Workshop Penyediaan dan Pengelolaan Informasi Publik di Bogor pada

tanggal 12-14 September 2018. Materi yang diberikan adalah Evaluasi Pengelolaan

Informasi dan Dokumentasi Kementan, Cara Penulisan Artikel dan Konten Ilmiah

Populer dan Komunikasi di Era Digital.

8. Mengikuti Peningkatan Kemampuan SDM Fungsional POPT melalui Pelatihan

Identifikasi Ras Patogen Pyricularia oryzae Pada Tanaman Padi di Subang pada tanggal

19-21 Desember 2018.

Page 34: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 26

II. Meningkatnya implementasi rekomendasi peramalan serangan OPT yang

diberikan oleh BBPOPT

Indikator kinerja dari meningkatnya implementasi rekomendasi peramalan serangan

OPT yang diberikan oleh BBPOPT adalah (a) Rasio luas serangan OPT Tanaman Padi

yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan, (b) Rasio luas serangan OPT

tanaman jagung yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan, (c) Rasio luas

serangan OPT tanaman kedelai yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan.

Tabel 10. Rekapitulasi Rasio Luas Serangan OPT Tanaman Pangan yang Terjadi

Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Tahun 2014-2018 (%)

Gambar 9. Grafik Perkembangan Rasio Luas Serangan OPT Tanaman Pangan yang Terjadi Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Selama 5 Tahun Terakhir

Berdasarkan grafik di atas, menunjukkan bahwa rasio antara luas serangan OPT

Tanaman Pangan (Padi, Jagung dan Kedelai) yang terjadi terhadap luas serangan

OPT yang diramalkan selama 5 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan perbaikan

yang signifikan khususnya pada tahun 2018.

No KOMODITAS 2014 2015 2016 2017 2018

1 PADI 90,4 98,6 83,7 122,9 81,8

2 JAGUNG 192,8 113,9 95,3 80,5 49,7

3 KEDELAI 161,0 131,9 33,7 32,1 15,8

0

50

100

150

200

250

2014 2015 2016 2017 2018

Ras

io (

%)

(Tahun)PADI JAGUNG KEDELAI

Page 35: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 27

1. Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi terhadap luas serangan

yang diramalkan Tahun 2018

Capaian rasio luas serangan OPT Tanaman Padi yang terjadi terhadap luas

serangan yang diramalkan pada tahun 2018 adalah sebesar 81,8 %. Angka rasio

ini diperoleh dari rata-rata tertimbang capaian hasil Evaluasi Peramalan MT

2017/2018 dan Evaluasi Peramalan MT 2018. Target yang tertera dalam IKU untuk

rasio untuk luas serangan OPT Tanaman Padi yang terjadi terhadap luas serangan

yang diramalkan adalah sebesar 67 %. Berdasarkan data capaian rasio 2018 untuk

tanaman padi yaitu sebesar 81,8% di atas target sebesar 67 % (kriteria berhasil),

meskipun di atas target, realisasi luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi

masih di bawah luas serangan yang diramalkan. Hal ini mengindikasikan bahwa

rekomendasi peramalan serangan OPT padi yang yang dikeluarkan oleh BBPOPT

telah dijadikan acuan/rujukan dan telah didesiminasikan ke Dinas Pertanian Provinsi

melalui BPTPH sudah ditindaklanjuti, sehingga angka kejadian serangan OPT yang

terjadi dapat dikendalikan.

A. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2017/2018

Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada tabel terlampir, diketahui bahwa

kejadian luas serangan OPT Utama Padi pada Musim Hujan (MT 2017/2018)

secara nasional adalah 155.945,2 ha atau sebesar 72,0 % dari luas prakiraannya

yaitu 216.727,9 ha. Hasil ini mengindikasikan bahwa informasi angka prakiraan

serangan dan saran tindak pengelolaan yang disampaikan telah memberi

manfaat dan ditindaklanjuti dengan kegiatan pengelolaannya secara

proporsional, kecuali pada serangan penyakit blas (Pyricularia oryzae). Hal ini

diakibatkan oleh belum optimalnya pemanfaatan agens pengendali hayati (APH)

yaitu Paenibacillus polymyxa dalam perlakuan benih, karena penyakit blas yang

disebabkan oleh P. oryzae ini merupakan penyakit yang tertular dan terbawa

benih. Secara umum serangan utama OPT padi masih di bawah angka prakiraan,

namun angka prakiraan serangan OPT yang terjadi masih di atas target yaitu

sebesar 67 %, untuk 4 OPT utama yaitu PBP, tikus, blas dan BLB.

Page 36: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 28

Tabel 11. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT 2017/2018

OPT Tanaman padi yang dievaluasi pada MT 2017/2018 merupakan 6 OPT

utama yaitu Penggerek Batang Padi (Scirpophaga spp), Wereng Batang Coklat

(Nilaparvata lugens Stal), Tikus Sawah (Rattus argentiventer), Penyakit Tungro

(ditularkan oleh Nephotettix virescens), Penyakit Blas (Pyricularia oryzae),

Penyakit Bacterial Leaf Blight (Xanthomonas campestris).

Kejadian serangan penyakit blas melebihi angka prakiraan yaitu sebesar

112,75 %. Tingginya serangan blas pada periode MT 2017/2018 ini disebabkan

oleh faktor iklim terutama tingginya curah hujan (pada musim penghujan) dan

faktor terbatasnya penggunaan sumber benih sehat yang digunakan petani

(tertular melalui benih). Perkembangan penyakit blas dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain: (a). Faktor Lingkungan yaitu jamur Pyricularia grisea

berkembang optimal pada lingkungan dengan suhu berkisar antara 24-28 oC

serta kelembaban udara mencapai 90 %. Penyebaran spora dibantu angin dan

masih dapat menginfeksi tanaman sehat sejauh 2 km dari sumber inokulum awal,

(b). Faktor inang alternatif yaitu rerumputan (Digitaria ciliaris, Echinochloa

colona) dan tanaman jagung atau jerami sisa-sisa panen dapat menjadi tempat

hidup miselia dan konidia jamur, (c). Faktor pemupukan nitrogen yang tinggi

menyebabkan jaringan daun menjadi lemak sehingga spora jamur menginfeksi

secara optimal dan menyebabkan kerusakan serius pada tanaman padi.

Gabungan antara pemupukan nitrogen yang tinggi dengan sedikit unsur kalium

dan jarak pertanaman yang rapat juga menjadi faktor penyebab tingginya

serangan blas.

Min Rerata Mak

1 PBP 46.115,8 51.474,2 52.346,8 53.220,5 43.334,8 81,4

2 WBC 51.840,2 55.218,3 56.345,7 57.543,7 19.168,1 33,3

3 Tikus 51.353,8 51.667,8 52.471,3 53.278,0 40.110,1 75,3

4 Tungro 2.828,6 1.616,3 2.554,2 3.497,5 1.147,9 32,8

5 Blas 16.727,3 19.577,6 20.529,2 21.487,4 24.226,2 112,7

6 BLB 21.666,1 25.815,7 26.754,2 27.700,8 27.958,1 100,9

Jumlah 190.531,8 205.369,9 211.001,4 216.727,9 155.945,2 72,0

Rasio Luas Serangan

OPT Padi yang Terjadi

Thd Luas yang

Diramalkan (%)

NoOPT Utama

Padi

KLTS MT 2017

(Ha)

Kejadian Luas

Serangan MT

2017/2018 (Ha)

Prakiraan Luas Serangan MT 2017/2018

(Ha)

Page 37: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 29

Tabel 12. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan Blas MT 2017/2018

Persentase kejadian serangan penyakit blas yang melebihi angka prakiraan

terjadi pada Musim Hujan MT 2017/2018 terdapat di sepuluh (10) provinsi yaitu

provinsi Aceh, Sumatera Selatan, DIY, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan

Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Papua.

Selain penyakit blas, rasio luas serangan OPT padi yang terjadi pada MT

2017/2018 terhadap luas serangan OPT yang diramalkan yang melebihi target

adalah BLB yaitu 100,93 %.

Min Rerata Mak

1 Aceh 535 619 653 687 707 102,85

2 Sumatera Utara 1.182 1.680 1.739 1.797 1.419 78,95

3 Sumatera Barat 154 158 184 209 163 78,07

4 Riau 161 174 200 226 120 53,11

5 Jambi 81 95 117 138 61 44,01

6 Sumatera Selatan 823 663 698 739 1.915 259,07

7 Bengkulu 198 312 329 345 133 38,61

8 Lampung 1.338 1.528 1.555 1.583 1.399 88,39

9 Kep. Babel 67 47 64 81 65 79,35

10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0,00

11 DKI. Jakarta 0 0 2 4 0 0,00

12 Jawa Barat 3.853 5.138 5.190 5.242 4.413 84,18

13 Jawa Tengah 1.680 3.860 3.925 3.991 2.854 71,52

14 DI. Yogyakarta 74 58 66 74 111 150,16

15 Jawa Timur 2.966 280 375 471 5.314 1.129,16

16 Banten 218 318 337 356 1.537 431,26

17 Bali 265 313 329 344 356 103,38

18 NTB 234 667 688 708 550 77,66

19 NTT 63 89 132 174 22 12,48

20 Kalimantan Barat 441 782 800 819 1.228 149,95

21 Kalimantan Tengah 58 68 94 120 84 70,01

22 Kalimantan Selatan 45 17 37 57 63 110,48

23 Kalimantan Timur 324 201 216 232 501 216,54

24 Kalimantan Utara 0 0 0 0 0 0,00

25 Sulawesi Utara 26 49 85 121 7 5,58

26 Sulawesi Tengah 38 70 101 132 7 5,30

27 Sulawesi Selatan 408 777 821 864 354 40,92

28 Sulawesi Tenggara 853 716 742 768 395 51,40

29 Gorontalo 116 194 208 222 39 17,51

30 Sulawesi Barat 403 538 552 566 49 8,64

31 Maluku 70 119 142 166 19 11,43

32 Maluku Utara 0 -3 18 40 0 0,00

33 Papua Barat 5 9 35 61 0 0,00

34 Papua 47 41 95 149 344 230,75

Jumlah 16.727 19.578 20.529 21.487 24.226 112,75

No. Provinsi

KLTS MT.

2017

(ha)

Prakiraan Serangan MT. 2017/2018

(ha)Kejadian

Serangan MT.

2017/2018 (Ha)

Rasio Kejadian

Serangan thd

Prakiraan (%)

Page 38: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 30

Penyakit Bacterial Leaf Blight (BLB) atau Hawar Daun Bakteri (HDB) merupakan

salah satu penyakit padi utama di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri

Xanthomonas oryzae pv.oryzae (Xoo). Patogen ini dapat menginfeksi tanaman

padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai persemaian sampai

menjelang panen. Penyebab penyakit (patogen) menginfeksi tanaman padi pada

bagian daun melalui luka daun atau lubang alami berupa stomata dan merusak

klorofil. Penyakit ini menyebar dengan terbawa air, angin dan benih (seed

transmitted & seed borne). Perkembangan penyakit BLB sangat dipengaruhi oleh

kelembaban tinggi dan suhu rendah yang umumnya terjadi pada musim

penghujan. Hal ini menyebabkan serangan BLB pada musim hujan relatif lebih

tinggi dibandingkan pada musim kemarau. Gejala serangan terjadi pada awal

pertumbuhan, tanaman layu dan mati. Bila serangan BLB terjadi pada fase

pembungaan, fase pengisian bulir yang tidak sempurna dapat mengakibatkan

gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa.

Tabel 13. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan BLB MT 2017/2018

Min Rerata Mak

1 Aceh 1.188 1.157 1.190 1.223 1.417 115,80

2 Sumatera Utara 713 1.066 1.130 1.194 883 73,97

3 Sumatera Barat 9 4 43 81 10 12,03

4 Riau 42 47 65 84 89 105,81

5 Jambi 45 59 74 89 31 35,27

6 Sumatera Selatan 948 808 830 856 1.301 151,93

7 Bengkulu 0 -20 4 28 243 859,74

8 Lampung 916 701 723 744 1.054 141,70

9 Kep. BaBEL 1 -13 4 21 20 96,98

10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0,00

11 DKI. Jakarta 15 18 20 23 3 13,12

12 Jawa Barat 6.463 7.556 7.607 7.658 5.707 74,53

13 Jawa Tengah 4.360 6.357 6.413 6.470 5.705 88,17

14 DI. Yogyakarta 583 416 425 433 1.121 258,64

15 Jawa Timur 3.654 4.240 4.310 4.381 4.297 98,08

16 Banten 814 1.196 1.213 1.231 1.406 114,19

17 Bali 0 -18 3 25 325 1.283,38

18 NTB 333 601 620 639 522 81,67

19 NTT 122 123 165 207 1 0,25

20 Kalimantan Barat 12 -10 21 53 1.741 3.287,22

21 Kalimantan Tengah 12 -12 22 56 70 124,08

22 Kalimantan Selatan 3 1 6 16 18 111,75

23 Kalimantan Timur 98 112 134 155 89 57,26

24 Kalimantan Utara 0 0 0 0 0 0,00

25 Sulawesi Utara 14 -11 25 62 13 20,87

26 Sulawesi Tengah 141 126 156 185 75 40,68

27 Sulawesi Selatan 128 281 325 370 398 107,56

Rasio Kejadian

Serangan thd

Prakiraan (%)

No. Provinsi

KLTS MT.

2017

(ha)

Prakiraan Serangan MT. 2017/2018

(ha)

Kejadian

Serangan

MT. 2017/2018

(Ha)

Page 39: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 31

B. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2018

Prakiraan serangan OPT utama pada Tanaman Padi di Indonesia pada MT 2018

yaitu, PBP diprakirakan serangannya 45.288,2 ha, WBC 22.747,5 ha, Tikus

46.944,5 ha, Tungro 3.212,8 ha, Blas 16.821,0 ha, dan BLB 22.747,5 ha. Total

prakiraan maksimum serangan OPT utama Padi MT 2018 seluas 157.761,1 ha.

Total kejadian serangan OPT utama Padi di lapangan pada MT 2018 mencapai

145.636,5 ha atau 92,3% dari angka prakiraan.

Tabel 14. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT 2018

Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada tabel tersebut, diketahui bahwa

kejadian luas serangan OPT Utama Padi pada MT 2018 (Musim Kemarau)

secara nasional adalah seluas 145.637 ha atau sebesar 92,3 % dari luas

prakiraannya yaitu 157.761 ha. Kejadian serangan OPT padi yang melebihi

angka ramalan (di atas 100 %) adalah untuk jenis OPT Penggerek Batang Padi

(PBP) dan Blas. Hal ini dikarenakan antara lain karena (1) Belum optimalnya

kegiatan pengendalian sumber serangan yang terjadi pada waktu MH yang

Min Rerata Mak

28 Sulawesi Tenggara 95 101 130 159 136 85,42

29 Gorontalo 287 191 201 210 217 103,40

30 Sulawesi Barat 581 739 754 768 1.007 131,03

31 Maluku 27 15 40 64 0 0,00

32 Maluku Utara 0 -18 3 25 0 0,00

33 Papua Barat 5 -16 11 38 0 0,00

34 Papua 58 21 87 152 62 40,80

Jumlah 21.666 25.816 26.754 27.701 27.958 100,93

No. Provinsi

KLTS MT.

2017

(ha)

Prakiraan Serangan MT. 2017/2018

(ha)

Kejadian

Serangan

MT. 2017/2018

(Ha)

Rasio Kejadian

Serangan thd

Prakiraan (%)

Min Rerata Mak

1 PBP 43.547 43.687 44.486 45.288 46.129 101,9

2 WBC 19.172 20.364 21.520 22.747 22.381 98,4

3 Tikus 40.304 45.433 46.186 46.945 39.148 83,4

4 Tungro 1.201 1.952 2.614 3.213 2.221 69,1

5 Blas 24.256 15.311 16.066 16.821 17.142 101,9

6 BLB 27.952 21.235 21.992 22.748 18.616 81,8

156.432 147.982 152.864 157.761 145.637 92,3

Kejadian Luas Serangan

MT 2018 (Ha)

Rasio Luas Serangan OPT

Padi yang Terjadi Thd

Luas yang Diramalkan

(%)

Jumlah

NoOPT Utama

Padi

KLTS MT

2017/2018 (Ha)

Prakiraan Serangan OPT Padi MT 2018

(Ha)

Page 40: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 32

berupa larva dan pupa yang berada di tunggul/sisa pertanaman dan kegiatan

pengendalian harus dimulai dengan pengolahan tanah, (2) Kurang maksimalnya

pengamanan pada persemaian yang meliputi kegiatan pengumpulan kelompok

telur penggerek batang padi dan pengendalian di persemaian dengan

menggunakan pestisida anjuran (butiran), dan (3) Belum optimalnya kegiatan

perlakuan benih untuk mengeradikasi sumber serangan yang berupa

propagul/inokulum patogen blas yang terbawa dan tertular benih.

Meskipun hampir semua jenis OPT padi mempunyai rasio luas serangan OPT

padi yang terjadi terhadap yang diramalkan di atas target yang ditetapkan dalam

IKU (67 %), namun secara rata-rata rasionya masih di bawah 100 % yaitu

92,3 %. Ini menunjukkan bahwa implementasi rekomendasi peramalan serangan

OPT padi ke para pemangku kebijakan seperti Dinas Pertanian Provinsi, BPTPH,

Dinas Pertanian Kabupaten, POPT dan khususnya kepada subjek pertanian

yaitu petani telah dijalankan.

Tabel 15. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan PBP MT 2018

1 Aceh 1.258,6 1.100,7 87,5

2 Sumatera Utara 586,9 1.096,3 186,8

3 Sumatera Barat 73,6 31,8 43,2

4 Riau 300,2 325,1 108,3

5 Jambi 222,5 202,8 91,1

6 Sumatera Selatan 2.100,9 2.118,5 100,8

7 Bengkulu 508,3 266,9 52,5

8 Lampung 1.902,4 2.632,0 138,4

9 Kep. Babel 47,1 1,1 2,3

10 Kepulauan Riau 0,0 - 0,0

11 DKI. Jakarta 2,0 9,1 455,0

12 Jawa Barat 5.837,0 6.390,0 109,5

13 Jawa Tengah 9.493,1 8.800,6 92,7

14 DI. Yogyakarta 430,8 1.372,0 318,5

15 Jawa Timur 3.140,8 3.136,8 99,9

16 Banten 1.697,4 1.053,5 62,1

17 Bali 292,8 344,2 117,6

18 NTB 739,1 700,0 94,7

19 NTT 1.075,2 1.391,9 129,5

20 Kalimantan Barat 868,6 323,8 37,3

21 Kalimantan Tengah 135,6 272,2 200,7

22 Kalimantan Selatan 58,5 41,9 71,6

23 Kalimantan Timur 1.359,3 1.128,5 83,0

24 Kalimantan Utara 0,0 3,0 0,0

25 Sulawesi Utara 574,3 1.264,8 220,2

26 Sulawesi Tengah 1.436,4 2.397,9 166,9

27 Sulawesi Selatan 2.390,4 2.028,4 84,9

28 Sulawesi Tenggara 4.727,0 2.930,0 62,0

29 Gorontalo 2.097,9 861,8 41,1

30 Sulawesi Barat 725,1 2.409,6 332,3

31 Maluku 385,8 527,4 136,7

32 Maluku Utara 233,2 280,0 120,1

33 Papua Barat 502,0 415,8 82,8

34 Papua 85,2 271,3 318,4

Jumlah 45.288,0 46.129,7 101,9

No. Provinsi

Prakiraan

Serangan MT 2018

(ha)

Kejadian Serangan

MT 2018 (Ha)

Persentase

Kejadian Serangan

thd Ramalan (%)

Page 41: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 33

Provinsi yang rasio antara kejadian serangan penggerek batang padi dengan

ramalan di atas 200 % adalah provinsi DIY, DKI, Kalimantan Tengah, Sulawesi

Utara, Sulawesi Barat dan Papua. Secara nasional, angka kejadian serangan

adalah 46.129,7 ha dengan angka prakiraan (ramalan) sebesar 45.288 ha atau

101,9 %.

Tabel 16. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan Blas MT 2018

1 Aceh 599,4 466,0 77,7

2 Sumatera Utara 1.454,5 1.543,3 106,1

3 Sumatera Barat 251,9 177,5 70,5

4 Riau 98,4 142,3 144,6

5 Jambi 247,3 47,2 19,1

6 Sumatera Selatan 1.133,8 618,4 54,5

7 Bengkulu 174,5 340,8 195,3

8 Lampung 857,1 1.141,0 133,1

9 Kep. Babel 47,9 42,7 89,1

10 Kepulauan Riau 0,0 0,0 0,0

11 DKI. Jakarta 0,0 0,0 0,0

12 Jawa Barat 3.047,9 3.626,0 119,0

13 Jawa Tengah 931,1 2.716,1 291,7

14 DI. Yogyakarta 71,4 83,6 117,1

15 Jawa Timur 1.814,5 2.442,7 134,6

16 Banten 680,9 613,0 90,0

17 Bali 1.033,3 492,6 47,7

18 NTB 190,4 105,2 55,3

19 NTT 122,2 129,6 106,1

20 Kalimantan Barat 480,5 140,3 29,2

21 Kalimantan Tengah 109,4 100,9 92,2

22 Kalimantan Selatan 68,2 53,2 78,0

23 Kalimantan Timur 598,8 483,5 80,7

24 Kalimantan Utara 0,0 4,0 0,0

25 Sulawesi Utara 20,0 3,5 17,5

26 Sulawesi Tengah 87,9 53,0 60,3

27 Sulawesi Selatan 774,7 468,2 60,4

28 Sulawesi Tenggara 1.385,2 667,0 48,2

29 Gorontalo 78,3 66,9 85,4

30 Sulawesi Barat 93,6 286,9 306,5

31 Maluku 73,8 18,8 25,5

32 Maluku Utara 0,0 0,0 0,0

33 Papua Barat 10,4 22,9 220,2

34 Papua 284,1 45,5 16,0

Jumlah 16.821,4 17.142,6 101,9

No. ProvinsiPrakiraan Serangan

MT 2018 (ha)

Kejadian Serangan

MT 2018 (Ha)

Persentase

Kejadian Serangan

thd Ramalan (%)

Page 42: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 34

Provinsi yang rasio antara kejadian serangan blas di atas angka ramalan di adalah

provinsi Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY,

Jawa Timur, NTT, Sulawesi Barat dan Papua Barat. Secara nasional, angka kejadian

serangan adalah 16.821,4 ha dengan angka prakiraan (ramalan) sebesar 17.142,6

ha atau 101,9 %. Dalam rangka meningkatkan kualitas peramalan, khusus untuk

penyakit blas perlu dilakukan updating model peramalan tingkat nasional, sehingga

untuk ke depannya angka ramalan blas bisa mencapai target IKU.

2. Rasio luas serangan OPT Tanaman Jagung yang terjadi terhadap luas serangan

yang diramalkan Tahun 2018

Capaian rasio luas serangan OPT Tanaman Jagung yang terjadi terhadap luas

serangan yang diramalkan pada tahun 2018 adalah sebesar 49,7 %. Angka rasio

ini diperoleh rata-rata tertimbang hasil Evaluasi Peramalan MT 2017/2018 (Musim

Hujan) dan Evaluasi Peramalan MT 2018 (Musim Kemarau). Target yang tertera

dalam IKU untuk rasio untuk luas serangan OPT Tanaman Jagung yang terjadi

terhadap luas serangan yang diramalkan adalah sebesar 67 %. Berdasarkan

capaian rasio untuk tanaman jagung yang sebesar 49,7 % yang di bawah target IKU

sebesar 67 % (kriteria sangat berhasil), hal ini mengindikasikan bahwa informasi

angka prakiraan serangan dan saran tindak pengelolaan yang disampaikan telah

memberi manfaat dan ditindaklanjuti dengan kegiatan pengelolaannya secara

proporsional.

A. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2017/2018

Tabel 17. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Jagung MT 2017/2018

Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada tabel tersebut, diketahui bahwa

kejadian luas serangan OPT Utama Jagung pada MT 2017/2018 (Musim Hujan)

secara nasional adalah seluas 16.399 ha atau sebesar 58,2 % dari luas

prakiraannya yaitu 28.154 ha. Rasio kejadian serangan OPT jagung yang di atas

Min Rerata Mak

1 Lalat Bibit 955 1.073 1.971 2.896 778 26,9

2 Penggerek Batang 2.319 3.888 4.690 5.493 2.608 47,5

3 Bulai 2.215 3.423 4.466 5.508 2.627 47,7

4 Tikus 2.872 1.801 2.660 3.718 2.347 63,1

5 PenggerekTongkol 1.592 1.343 2.209 3.100 1.963 63,3

6 Ulat Grayak 1.479 1.658 2.406 3.184 2.678 84,1

7 Hawar Daun 2.579 2.434 3.360 4.255 3.398 79,9

Jumlah 14.011 15.620 21.762 28.154 16.399 58,2

No. OPTKLTS MT 2017

(ha)

Prakiraan Luas Serangan MT

2017/2018 (Ha)

Rasio Luas

Serangan OPT

Jagung yang Terjadi

Thd Luas yang

Diramalkan (%)

Kejadian Luas

Serangan MT

2017/2018 (Ha)

Page 43: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 35

target IKU (di atas 67 %) adalah jenis OPT Ulat Grayak (84,1 %) dan Hawar Daun

(79,9 %), sedangkan OPT yang lainnya berada di bawah target. Ulat grayak

(Spodoptera litura) yang menyerang tanaman jagung pada perkembangannya

dipengaruhi oleh perubahan musim yaitu dari musim kemarau ke musim penghujan.

Relatif tingginya serangan penyakit Hawar Daun kemungkinan disebabkan karena

belum optimalnya kegiatan sanitasi lahan dari sisa-sisa bahan organik yang ada di

lapangan khususnya pada daerah-daerah yang tanam jagungnya 2 (dua) kali dalam

satu musim dan pemanfaatan agens pengendali hayati (APH) yaitu Paenibacillus

polymyxa dalam pengendalian dini (fase vegetatif awal).

B. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2018

Tabel 18. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Jagung MT 2018

Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada tabel tersebut, diketahui bahwa

kejadian luas serangan OPT Utama Jagung pada MT 2018 (Musim Kemarau)

secara nasional adalah seluas 9.634 ha atau sebesar 35,3 % dari luas prakiraannya

yaitu 27.322 ha. Rasio kejadian serangan OPT jagung dibandingkan dengan yang

diramalkan untuk 6 OPT utama berada di bawah target IKU (67 %).

3. Rasio luas serangan OPT Tanaman Kedelai yang terjadi terhadap luas

serangan yang diramalkan Tahun 2018

Capaian rasio luas serangan OPT Tanaman Kedelai yang terjadi terhadap luas

serangan yang diramalkan pada tahun 2018 adalah sebesar 15,8 %. Angka rasio

ini diperoleh rata-rata tertimbang hasil Evaluasi Peramalan MT 2017/2018 (Musim

Hujan) dan Evaluasi Peramalan MT 2018 (Musim Kemarau). Target yang tertera

dalam IKU untuk rasio untuk luas serangan OPT Tanaman Kedelai yang terjadi

terhadap luas serangan yang diramalkan adalah sebesar 20 %. Berdasarkan

capaian rasio untuk tanaman Kedelai yang sebesar 15,8 % yang di bawah target

IKU sebesar 20 % (kriteria sangat berhasil), ini menunjukkan bahwa rekomendasi

Min Rerata Mak

1 Lalat Bibit 778 843 1.743 2.646 454 17,1

2 Penggerek Batang 2.608 5.307 6.244 7.180 3.178 44,3

3 Bulai 2.627 2.754 3.717 4.702 1.355 28,8

4 Tikus 2.347 2.194 3.238 4.321 1.726 40,0

5 Penggerek Tongkol 1.963 2.594 3.418 4.254 1.947 45,8

6 Ulat Grayak 2.678 2.459 3.345 4.220 975 23,1

13.002 16.152 21.705 27.322 9.634 35,3

Kejadian

Serangan MT

2018 (Ha)

Rasio Luas Serangan

OPT Jagung yang

Terjadi Thd Luas yang

Diramalkan (%)

Jumlah

No OPT

KLTS MT

2017/2018

(Ha)

Prakiraan Serangan OPT Jagung MT

2018 (Ha)

Page 44: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 36

peramalan terkait serangan OPT Kedelai yang dikeluarkan oleh BBPOPT telah

diimplementasikan oleh para pemangku kepentingan.

OPT Tanaman kedelai yang dievaluasi pada Tahun 2018 merupakan 6 OPT utama

yaitu Penggerek Polong, Lalat Kacang, Ulat Grayak, Tikus, Penggulung Daun dan

Ulat Jengkal.

A. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2017/2018

Tabel 19. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Kedelai MT 2017/2018

Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada Tabel di atas, diketahui bahwa

kejadian luas serangan OPT Utama Kedelai pada MT 2017/2018 secara nasional

adalah sebesar 13,5 % atau masih dibawah target rasio luas serangan OPT kedelai

yang terjadi terhadap luas serangan OPT yang diramalkan sebesar 20 %. Hasil ini

mengindikasikan bahwa informasi angka prakiraan serangan dan saran tindak

pengelolaan yang disampaikan telah memberi manfaat dan ditindaklanjuti dengan

kegiatan pengelolaannya secara proporsional, meskipun pada kejadian serangan

Hama Penggulung Daun (Lamprosema indicata) masih relatif tinggi yaitu sebesar

22,3 %. Hal ini diakibatkan oleh belum optimalnya kegiatan sanitasi lingkungan

terhadap gulma-gulma yang dapat menjadi inang alternatif dari perusak daun

tersebut.

Min Rerata Mak

1 Penggerek Polong 137 -158 681 1.550 255 16,5

2 Lalat Kacang 111 -527 270 1.122 55 4,9

3 Ulat Grayak 348 -138 743 1.668 281 16,8

4 Tikus 153 -300 380 1.103 28 2,5

5 Penggulung Daun 379 580 1359 2.144 478 22,3

6 Ulat Jengkal 161 -433 315 1.125 80 7,1

Jumlah 1.289 -976 3.748 8.712 1.177 13,5

No. OPTKLTS MT 2017

(Ha)

Prakiraan Luas Serangan MT

2017/2018 (Ha)

Rasio Luas Serangan

OPT Kedelai yang

Terjadi Thd Luas yang

Diramalkan (%)

Kejadian KLTS

MT 2017/2018

(Ha)

Page 45: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 37

B. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2018

Tabel 20. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Kedelai MT 2018

Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada tabel di atas, diketahui bahwa

kejadian luas serangan OPT Utama Kedelai pada MT 2018 secara nasional adalah

sebesar 17,2 % atau masih dibawah target rasio luas serangan OPT kedelai yang

terjadi terhadap luas serangan OPT yang diramalkan sebesar 20 %. Hasil ini

mengindikasikan bahwa informasi angka prakiraan serangan dan saran tindak

pengelolaan yang disampaikan telah memberi manfaat dan ditindaklanjuti dengan

kegiatan pengelolaannya secara proporsional, meskipun pada kejadian serangan

Hama Penggulung Daun (Lamprosema indicata) masih relatif tinggi yaitu sebesar

12,3 % dan tikus 27,0 %. Hal ini diakibatkan oleh belum optimalnya kegiatan sanitasi

lingkungan terhadap gulma-gulma yang dapat menjadi inang alternatif dari perusak

daun dan perkembangbiakan tikus.

4. Model Peramalan OPT

Pada tahun 2018 BBPOPT melaksanakan kegiatan Teknologi Pengamatan, Peramalan

dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (P3OPT) dengan output yang

dihasilkan berupa model kajian. Kajian P3OPT ini merupakan salah satu kegiatan

strategis di BBPOPT. Jumlah kajian P3OPT yang dihasilkan pada tahun 2018 adalah

15 model kajian (dari target 15 model). Berdasarkan permintaan dari Direktur

Perlindungan Tanaman Pangan selaku Pembina Teknis BBPOPT agar pada

pelaksanaan kajian P3OPT Tahun 2018 untuk memberikan porsi lebih pada kajian

kehilangan hasil akibat serangan OPT, maka pada Tahun 2018 BBPOPT komposisi

tema kajian P3OPT 2018 adalah (a) Kajian Kehilangan Hasil akibat OPT sebanyak

7 judul, (b) Kajian Peramalan OPT 6 judul, dan (c) Kajian Pengendalian OPT 2 judul.

Min Rerata Mak

1 Penggerek Polong 242 152- 837 1.833 349 19,0

2 Lalat Kacang 55 769- 241 1.283 194 15,1

3 Ulat Grayak 281 410 1.301 2.191 319 14,6

4 Tikus 145 307- 489 1.317 356 27,0

5 Penggerek Daun 475 707 1.487 2.280 486 21,3

6 Ulat Jengkal 106 279- 593 1.481 85 5,7

1.304 390- 4.948 10.385 1.789 17,2

Kejadian Serangan

MT 2018 (Ha)

Rasio Luas Serangan

OPT Kedelai yang

Terjadi Thd Luas yang

Diramalkan (%)

Jumlah

No OPTKLTS MT

2017/2018 (Ha)

Prakiraan Serangan OPT Kedelai MT

2018 (Ha)

Page 46: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 38

Adapun hasil 15 kajian P3OPT Tahun 2018 adalah sebagai berikut:

a. Metode Peramalan Luas Serangan Kerdil Rumput/Kerdil Hampa Dengan

Faktor Penginderaan Jauh dan Verifikasi Foto Udara

Wereng Batang Coklat, WBC, (Nilaparvata lugens Stall) merupakan salah satu

hama utama padi yang dapat menimbulkan kerugian secara langsung dengan

menghisap cairan tanaman yang menyebabkan tanaman kering dan mati

(hopperburn), dan secara tidak langsung sebagai vektor yang sangat efektif dari

penyakit virus kerdil yaitu kerdil rumput (Rice grassy stunt virus) dan kerdil

hampa (Rice ragged stunt virus) yang dalam beberapa musim tanam terakhir

kemunculannya di lapangan sangat dominan. Informasi tentang keadaan

serangan KR/KH di lapangan (luas dan intensitas) pada suatu waktu menjadi hal

sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan dalam mengantisipasi

kemunculnya di lapangan pada masa-masa mendatang. Kajian metode

peramalan luas serangan kerdil rumput/kerdil hampa dengan faktor

penginderaan jauh, data cuaca dan verifikasi foto udara bertujuan untuk

mendapatkan model penghitungan luas dan intensitas serangan penyakit KR/KH

berbasis Citra Satelit. Kajian dilaksanakan di Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten

Bogor dengan pengamatan langsung di 20 hamparan/petak contoh (intensitas

kerusakan tanaman seluas 1 m2 pada 3 titik pengamatan pada setiap petak), dan

pemanfaatan Citra Satelit Sentinel 2. Hasil analisis regresi linier hubungan antara

Citra Satelit Sentinel 2 dengan hasil pengamatan langsung di lapangan

didapatkan model sebagai berikut :

Y = 65,58 X – 79,4 (Sig F= 2,00E-3; r2 = 0,770)

Y = Intensitas serangan KH/KR di lapangan (%)

X = Indeks NDVI Citra Satelit Sentinel 2

b. Hubungan Populasi Kelompok Telur Dengan Intensitas Serangan

Penggerek Batang Padi Kuning Pada Padi Sawah MT. 2018

Penggerek batang padi kuning, PBPK (Scirpophaga incertulas) merupakan

serangga hama yang sering ditemukan menyerang pertanaman padi di Indonesia

dan menimbulkan kerugian dengan mematikan tunas (vegetatif, sundep) dan

malai (generatif, beluk) baik pada musim hujan maupun kemarau. Efektivitas dan

efisiensi pengendalian serta antisipasi secara dini dalam pengelolaan PBPK

sangat ditentukan oleh ketersediaan informasi terkait dengan karakteristik

perilakunya baik individu maupun serangan termasuk model peramalan

Page 47: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 39

serangannya pada fase vegetatif (sundep) dan fase generatif (beluk). Kajian

hubungan populasi kelompok telur dengan intensitas serangan penggerek

batang padi kuning pada padi sawah bertujuan untuk mendapatkan model

peramalan serangan PBPK pada fase vegetatif (sundep) dan fase generatif

(beluk). Kajian dilaksanakan di Kabupaten Indramayu pada 20 hamparan contoh

dengan 30 rumpun contoh dan 10 pesemaian per hamparan. Populasi kelompok

telur di pesemaian dihitung berdasarkan jumlah kelompok telur yang ditemukan,

intensitas serangan dihitung berdasarkan jumlah anakan/tunas terserang

(sundep, mutlak) dan malai terserang (beluk, mutlak). Serangan PBPK

(sundep/beluk, Y, %) secara nyata ditentukan oleh populasi kelompok telur pada

pesemaian (X, KT/m2) dengan model sebagai berikut :

Log (Log Y+1) = 1,0854 (Log X+1) + 0,8577 (Sig F=2,089E-06, r² = 0,76)

Y = Intensitas Sundep (%)

X = Populasi Kelompok Telur di Pesemaian (KT/m2)

Log (Log Y+1) = 1,2302 (Log X+1) + 0,9529 (Sig F=7,2E-08, r² = 0,84)

Y = Intensitas Beluk (%)

X = Populasi Kelompok Telur di Pesemaian (KT/m2)

c. Pemodelan Serangan Bacterial Leaf Blight Pada Padi Sawah

Bacterial Leaf Blight atau hawar daun bakteri (HDB) (Xanthomonas oryzae pv.

oryzae) merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan sering

dilaporkan menyerang pertanaman padi di Indonesia dan menimbulkan

kerusakan serta kerugian sejak di pesemaian hingga menjelang panen baik pada

musim hujan maupun kemarau. Pemahaman yang menyeluruh tentang

karakteristik serangan penyakit HDB tersebut khususnya terhadap

perkembangan serangan penyakit menjadi informasi yang sangat penting untuk

meningkatkan upaya antisipasi kemunculnya di lapangan pada masa-masa

mendatang. Kajian pemodelan serangan Bacterial Leaf Blight (BLB) pada padi

sawah bertujuan mengetahui dan membangun model perkembangan serangan

penyakit BLB pada tanaman padi sawah. Kajian dilaksanakan pada tahun 2018

di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Cianjur masing-masing 30 hamparan

contoh. Pengamatan dilakukan secara visual terhadap gejala serangan yang

muncul pada 20 rumpun contoh yang terdapat di 60 petak alami contoh, dan

pengamatan dilakukan pada fase vegetatif (4 – 6 minggu stelah tanam, MST)

dan generatif (9 – 12 minggu setelah tanam, MST). Intensitas serangan BLB

Page 48: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 40

pada umur 4 - 6 MST (vegetatif) secara nyata mempengaruhi intensitas

serangannya pada umur 9 - 12 MST (generatif) dengan model hubungan sebagai

berikut :

Y = 2,3259 X + 0,0497 (Sig F = 1,03E-23; r² = 0,8263)

Y = intensitas serangan BLB fase generatif (9-12 MST)

X = intensitas serangan BLB fase vegetatif (4-6 MST)

d. Pengembangan Model Peramalan Serangan Hama Penggerek Tongkol

(Helicoperva armigera) Pada Tanaman Jagung

Penggerek tongkol jagung (PTJ) (Helicoverpa armigera) merupakan serangga

hama yang dilaporkan banyak menyerang pertanaman jagung di Indonesia dan

sering menimbulkan kerugian dengan memakan pipil jagung yang tongkol baik

pada musim hujan maupun kemarau. Efektivitas dan efisiensi pengendalian serta

antisipasi secara dini dalam pengelolaan PTJ sangat ditentukan oleh

ketersediaan informasi terkait dengan karakteristik perilakunya baik individu

maupun serangan termasuk model peramalan serangannya. Kajian

pengembangan model peramalan serangan hama penggerek tongkol

(Helicoverpa armigera) pada tanaman jagung bertujuan untuk mendapatkan

model peramalan serangan PTJ pada pertanaman jagung dan dilaksanakan

pada musim kemarau 2018 di Kabupaten Majalengka. Pengamatan populasi dan

serangan PTJ dilakukan secara visual di 20 hamparan contoh masing-masing 3

petak alami contoh dengan 30 tanaman contoh per petak yang ditentukan secara

acak sistematis sejak awal pembentukan tongkol (5 minggu setelah tanam, MST)

hingga menjelang panen (12 MST). Intensitas kerusakan PTJ pada 12 MST

secara nyata dapat diramalkan dengan populasi dan intensitas serangannya

pada 5 MST dengan model peramalan sebagai berikut :

Log (Y+10) = 0,819 Log (X+10) + 0,8295 (Sig F=5,5112E-10; r² = 0,613)

Y = Intensitas setrangan PTJ pada umur 12 MST (%)

X = Populasi larva PTJ (ekor/tanaman)

Log (Y+10) = 0,6005 Log (X+10) + 0,7986 (Sig F=1,3117E-07…: r² = 0,623)

Y = Intensitas serangan PTJ pada umur 12 MST (%)

X = Intensitas serangan PTJ pada umur 5 MST (%)

Page 49: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 41

Gambar 10. Pengamatan Serangan Penggerek Tongkol Jagung

e. Model Peramalan Epidemi Penyakit Bercak Coklat Dan Pengaruhnya

Terhadap Kehilangan Hasil Pada Ubi Jalar

Penyakit Bercak Coklat merupakan organisme pengganggu tumbuhan yang

sering dilaporkan menyerang dan menjadi kendala dalam usaha budidaya

tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas Lamb). Perkembangan infestasi dan

serangan penyakit bercak coklat pada beberapa tahun terakhir mengalami

peningkatan yang signifikan. Pemahaman yang menyeluruh tentang karakteristik

penyakit bercak coklat khususnya terhadap model perkembangan serangan dan

kehilangan hasil menjadi informasi yang sangat penting untuk meningkatkan

upaya antisipasinya. Kajian model peramalan epidemi penyakit bercak coklat

pada tanaman ubi jalar dan pengaruhnya terhadap kehilangan hasil bertujuan

untuk mengetahui model perkembangan penyakit bercak coklat pada tanaman

ubi jalar dan pengaruhnyaterhadap kehilangan hasil. Kajian dilaksanakan di

Kabupaten Kuningan pada musim kemarau 2018 (Juni – September).

Pengamatan dilakukan di 20 hamparan contoh yang masing-masing diambil 20

tanaman/rumpun contoh yang ditentukan secara acak sistematis terhadap

terhadap jenis dan kejadian serangan penyakit bercak daun (termasuk

dtangkapan spora) sebanyak 4 kali dengan interval 2 mingguan sejak umur 6

minggu setelah tanam (MST). Pada pengamatan terakhir menjelang panen

dilakukan pengambilan sampel panen. Patogen utama yang menjadi penyebab

primer penyakit bercak coklat pada pertanaman ubi jalar di Kabupaten Kuningan

adalah cendawan Alternaria sp. Intensitas penyakit bercak coklat pada saat

menjelang panen secara nyata dipengaruhi oleh intensitasnya pada umur 6 MST

dan serangannya mengakibatkan penurunan hasil yang nyata dengan model

hubungan sebagai berikut:

Page 50: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 42

Log (Yt+1) = 1,2607 Log (X+1) + 0,0211 (Sig F= 3,071E-31; r2= 0,72)

Y = intensitas penyakit bercak coklat pada 12 MST (%)

X = intensitas penyakit bercak coklat pada 6 MST (%)

Log (Y) = 0,071 - 0,468 Log (X) (Sig F= 1,362E-20; r2= 0,78)

Y = Produksi pada saat panen (kg/ha,ton/ha)

X = intensitas penyakit bercak coklat pada saat panen (%)

f. Model Peramalan Penyakit Blas Terhadap Kehilangan Hasil Pada Padi

Sawah

Penyakit Blas (Pyricularia oryzae) merupakan salah satu penyakit yang

disebabkan oleh jamur dan sering dilaporkan menyerang pertanaman padi di

Indonesia dan menimbulkan kerusakan serta kerugian sejak di pesemaian

hingga menjelang panen baik pada musim hujan maupun kemarau. Gejala yang

muncul akibat infeksi jamur P. oryzae pada tanaman padi berupa bercak

berbentuk belah ketupat yang dapat ditemukan pada daun (leaf blast, blas

daun) sejak dari pesemaian sampai fase generative/menjelang panen dan pada

tangkai malai (neck blast, patah leher) sejak fase pembungaan sampai panen.

Efektivitas dan efisiensi antisipasi dan pengendalian penyakit blas

membeutuhkan pemahaman yang menyeluruh tentang karakteristik serangan

penyakit blas tersebut khususnya terhadap kehilangan hasil yang

diakibatkannya. Kajian model peramalan penyakit Blas terhadap kehilangan

hasil pada padi sawah bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kerusakan

tanaman terhadap kehilangan hasil tanaman padi. Kajian dilaksanakan pada

tahun 2018 di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi pada bulan Oktober

– Desember 2018. Pengamatan kejadian serangan blas dan pengambilan

sampel (10 rumpun contoh) dilakukan di kedua kabupaten masing-masing 30

petak alami contoh dengan keragaman tingkat kerusakan yang bervariasi (1-

100 %). Parameter produksi yang diamati antara lain jumlah malai (produktif;

non-produktif), jumlah bulir (bernas; hampa); kadar air saat panen (%), dan

berat 1000 butir (gram). Kehilangan hasil dihitung berdasarkan selisih antara

potensi produksi/produksi optimum (PP) terhadap produksi riil (PR). Tingkat

keparahan penyakit blas (X, %) secara nyata menyebabkan kehilangan hasil

tanaman padi (Y, %) dengan model sebagai berikut :

Y = 0,4184X + 9,5414 (Sig F =9,12E-43; r² = 0,797)

Y = kehilangan hasil (%); X = intensitas serangan penyakit blas (%)

Page 51: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 43

Gambar 11. Pengambilan Sampel Tanaman Padi Yang Terserang Blas

g. Pengaruh Serangan Penyakit Hawar Daun Bakteri Xanthomonas oryzae

Pada Tanaman Padi Terhadap Kehilangan Hasil

Hawar daun bakteri atau HDB (Xanthomonas oryzae) merupakan salah satu

penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan sering dilaporkan menyerang

pertanaman padi di Indonesia dan menimbulkan kerusakan serta kerugian sejak

di pesemaian hingga menjelang panen baik pada musim hujan maupun

kemarau. Pemahaman yang menyeluruh tentang karakteristik serangan

penyakit HDB tersebut khususnya terhadap kehilangan hasil menjadi informasi

yang sangat penting untuk meningkatkan upaya antisipasi kemunculnya di

lapangan pada masa-masa mendatang. Kajian pengaruh serangan penyakit

Hawar Daun Bakteri Xanthomonas oryzae pada tanaman padi terhadap

kehilangan hasil bertujuan mengetahui hubungan antara kerusakan tanaman

terhadap kehilangan hasil tanaman padi. Kajian dilaksanakan pada tahun 2018

di Kabupaten Karawang, Subang dan Indramayu. Pengamatan kejadian

serangan HDB dan pengambilan sampel (10 rumpun contoh) dilakukan di ketiga

kabupaten masing-masing 17 petak alami contoh dengan keragaman tingkat

kerusakan yang bervariasi (1- 100 %). Parameter produksi yang diamati antara

lain jumlah malai (produktif; non-produktif), jumlah bulir (bernas; hampa), kadar

air saat panen (%), dan berat 1000 butir (gram). Kehilangan hasil dihitung

berdasarkan selisih antara potensi produksi/produksi optimum (PP) terhadap

produksi riil (PR). Tingkat keparahan penyakit HDB (X, %) secara nyata

menyebabkan kehilangan hasil tanaman padi (Y, %) dengan model sebagai

berikut :

Y = 0,4321 X + 7,1188 (Sig F = 1,36E-06; r² = 0,8586) (Karawang)

Y = 0,4040 X + 8,2422 (Sig F = 7,21E-48, r² = 0,7362) (Subang)

Y = 0,4329 X + 5,9171 (Sig F = 3,79E-64, r² = 0,8334) (Indramayu)

Page 52: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 44

h. Hubungan Intensitas Serangan Tungro Dengan Kehilangan Hasil Panen

Padi Sawah

Tungro merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia

yang dapat mengakibatkan kegagalan dalam budidaya tanaman padi. Infeksi

virus tungro yang ditularkan oleh wereng daun hijau (Nephotettix virescens) ini

menyebabkan terjadinya pemendekan ruas pada batang padi sehingga tanaman

menjadi kerdil dan tidak produktif. Gejala serangan tungro dapat ditemukan sejak

pesemaian hingga menjelang panen dengan tingkat keragaman intensitas yang

tinggi. Efektivitas, efisiensi dan antisipasi secara dini dalam pengelolaan penyakit

tungro ini sangat ditentukan oleh ketersediaan informasi terkait dengan

karakteristik perilaku baik individu maupun serangannya termasuk pengaruh

serangan terhadap kehilangan hasil yang diakibatkan. Kajian hubungan

intensitas serangan Tungro dengan kehilangan hasil panen pada padi sawah

bertujuan untuk mendapatkan model hubungan intensitas serangan tungro

terhadap kehilangan hasil panen pada padi sawah. Kajian pada tahun 2018 di

Kabupaten Garut pada 24 hamparan contoh. Keparahan penyakit ditetapkan

dengan menghitung jumlah rumpun terserang (mutlak), dan sampel panen

diambil dari masing-masing petak contoh dengan tingkat keparahan bervariasi

(terendah-tertinggi). Parameter produksi yang diamati antara lain jumlah malai

(produktif; non-produktif), jumlah bulir (bernas; hampa), kadar air saat panen (%),

dan berat 1000 butir (gram). Kehilangan hasil dihitung berdasarkan selisih antara

potensi produksi/produksi optimum (PP) terhadap produksi riil (PR). Tingkat

keparahan penyakit tungro (X,%) secara nyata menyebabkan kehilangan hasil

tanaman padi (Y,%) dengan model sebagai berikut :

Y = 0,7151(X) + 14,823 (Sig-F=6,95E-16, r2=0,96)

Y = kehilangan hasil panen (%)

X = intensitas serangan tungro pada saat panen (%).

i. Pengaruh Serangan Penyakit Kerdil Hampa Kerdil Rumput Pada Tanaman

Padi Terhadap Kehilangan Hasil

Wereng Batang Coklat, WBC (Nilaparvata lugens Stall) merupakan salah satu

hama utama padi yang dapat menimbulkan kerugian secara langsung dengan

menghisap cairan tanaman yang menyebabkan tanaman kering dan mati

(hopperburn) dan secara tidak langsung sebagai vektor yang sangat efektif dari

Page 53: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 45

penyakit virus kerdil yaitu kerdil rumput (Rice grassy stunt virus) dan kerdil

hampa (Rice ragged stunt virus) yang dalam beberapa musim tanam terakhir

kemunculannya di lapangan sangat dominan. Informasi tentang pengaruh

serangan penyakit kerdil tersebut terhadap kehilangan hasil menjadi sangat

penting untuk meningkatkan kewaspadaan dalam mengantisipasi kemunculnya

di lapangan pada masa-masa mendatang. Kajian pengaruh serangan penyakit

kerdil hampa dan kerdil rumput pada tanaman padi terhadap kehilangan hasil

bertujuan untuk mendapatkan model penghitungan kehilangan hasil tanaman

padi akibat serangan penyakit kerdil. Kajian dilaksanakan di Kabupaten Bogor

pada 45 hamparan contoh. Keparahan penyakit ditetapkan dengan menghitung

jumlah rumpun terserang (mutlak), dan sampel panen diambil dari masing-

masing petak contoh dengan tingkat keparahan bervariasi (terendah-tertinggi).

Parameter produksi yang diamati antara lain jumlah malai (produktif; non-

produktif), jumlah bulir (bernas; hampa); kadar air saat panen (%), dan berat 1000

butir (gram). Kehilangan hasil dihitung berdasarkan selisih antara potensi

produksi/produksi optimum (PP) terhadap produksi riil (PR). Tingkat keparahan

penyakit kerdil rumput/kerdil hampa (X,%) secara nyata menyebabkan

kehilangan hasil tanaman padi (Y, %) dengan model sebagai berikut :

Log Y = 0,4955 (log x) + 0,9616 (Sig F : 2,67E-23: r² = 0,9019)

Y = Kehilangan hasil (%)

X = Intensitas serangan penyakit KH/KR (%)

j. Studi Kehilangan Hasil oleh Hama Penggerek Tongkol di Lapangan pada

Tanaman Jagung Pipil

Penggerek tongkol jagung, PTJ (Helicoverpa armigera ) merupakan serangga

hama yang dilaporkan menyerang pertanaman jagung di Indonesia dan sering

menimbulkan kerugian dengan memakan pipil jagunvg yang tonglol baik pada

musim hujan maupun kemarau. Efektivitas dan efisiensi pengendalian serta

antisipasi secara dini dalam pengelolaan PTJ sangat ditentukan oleh

ketersediaan informasi terkait dengan karakteristik perilakunya baik individu

maupun serangan termasuk hubungan antara serangan dan kehilangan hasil

yang diakibatkannya. Studi kehilangan hasil oleh hama penggerek tongkol

(Helicoverpa armigera) di lapangan pada tanaman jagung bertujuan untuk

mengetahui dan membangun model hubungan antara serangan PTJ dengan

kehilangan hasil ini dilaksanakan pada musim kemrau 2018 di Kabupaten

Page 54: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 46

Kuningan. Pengamatan populasi dan serangan PTJ dilakukan secara visual di

20 hamparan contoh masing-masing 3 petak alami contoh dengan 30 tanaman

contoh per petak yang ditentukan acak sistematis. Parameter produksi yang

diamati adalah adalah jumlah pipil jagung (sehat, terserang), kadar air (%), dan

berat 100 butir (gram). Kehilangan hasil dihitung berdasarkan selisih antara

potensi produksi (PP) terhadap produksi riil (PR). Intensitas serangan PTJ (X, %)

secara nyata menyebabkan kehilangan hasil tanaman jagung (Y, %) dengan

model sebagai berikut :

Log (Y+2) = 0,0262 + 0,9387*Log(X+2) (Sig F =2,5087E-29; R2 = 0,88)

Y = kehilangan hasil (%)

X = kerusakan tongkol (%)

k. Hubungan Intensitas Serangan Penggerek Batang Padi Dengan Kehilangan

Hasil

Penggerek Batang Padi atau PBP (putih, kuning, merah jambu, bergaris, kepala

hitam) merupakan serangga hama yang sering ditemukan menyerang

pertanaman padi di Indonesia yang sering menimbulkan kerugian dengan

mematikan tunas (vegetatif, sundep) dan malai (generatif, beluk) baik pada

musim hujan maupun kemarau. Efektivitas dan efisiensi pengendalian serta

antisipasi secara dini dalam pengelolaan PBP sangat ditentukan oleh

ketersediaan informasi terkait dengan karakteristik perilakunya baik individu

maupun serangan termasuk pengaruh serangan terhadap kehilangan hasil yang

diakibatkannya. Kajian hubungan intensitas serangan Penggerek Batang Padi

dengan kehilangan hasil bertujuan untuk mendapatkan model penghitungan

kehilangan hasil tanaman padi yang diakibatkan oleh serangan PBP. Kajian

dilaksanakan di Kabupaten Karawang dan Indramayu masing-masing pada 20

hamparan contoh dengan 10 rumpun contoh per hamparan. Intensitas serangan

dihitung berdasarkan jumlah anakan/tunas terserang (mutlak) dan sampel panen

diambil dari masing-masing petak contoh dengan tingkat serangan bervariasi

(terendah-tertinggi). Parameter produksi yang diamati antara lain jumlah

anakan/malai (produktif; non-produktif), jumlah bulir (bernas; hampa); kadar air

saat panen (%), dan berat 1000 butir (gram). Kehilangan hasil dihitung

berdasarkan selisih antara potensi produksi (PP) terhadap produksi riil (PR).

Intensitas serangan PBP (X, %) secara nyata menyebabkan kehilangan hasil

tanaman padi (Y, %) dengan model sebagai berikut :

Page 55: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 47

Log (Y) = 0,5977 Log (X) + 0,7939 (Sig F= 7,895E65, r² = 0,8037) (Karawang)

Y = Kehilangan hasil (%)

X = Intensitas serangan PBP (%)

Log (Y+1) = 0,6722 Log (X+1)+0,6722 (Sig F=1,06E-102, r²=0,9487)

(Indramayu)

Y = Kehilangan hasil (%)

X = Intensitas serangan PBP (%)

l. Hubungan Antara Serangan Tikus dan Kehilangan Hasil

Tikus (Rattus argentiventer) merupakan hama yang selalu dilaporkan menyerang

pertanaman padi di Indonesia dan sering menimbulkan kerugian dengan

memotong tunas sejak fase pesemaian sampai dengan menjelang panen baik

pada musim hujan maupun kemarau. Efektivitas dan efisiensi pengendalian serta

antisipasi secara dini dalam pengelolaan hama Tikus sangat ditentukan oleh

ketersediaan informasi tentang karakteristik perilakunya termasuk pengaruh

serangan terhadap kehilangan hasil yang diakibatkannya. Kajian hubungan

antara serangan hama tikus dengan kehilangan hasil bertujuan untuk

mendapatkan model penghitungan kehilangan hasil tanaman padi yang

diakibatkan oleh serangan hama Tikus. Kajian dilaksanakan di Kabupaten Bekasi

dan Kabupaten Cirebon pada musim kemarau 2018 masing-masing pada 30

petak contoh dengan 10 rumpun contoh per hamparan. Intensitas serangan

dihitung berdasarkan jumlah anakan/tunas terserang (mutlak) dan sampel panen

diambil dari masing-masing petak contoh dengan tingkat serangan bervariasi

(terendah-tertinggi) . Parameter produksi yang diamati antara lain jumlah

anakan/malai (produktif; non-produktif), jumlah bulir (bernas; hampa); kadar air

saat panen (%), dan berat 1000 butir (gram). Kehilangan hasil dihitung

berdasarkan selisih antara potensi produksi (PP) terhadap produksi riil (PR).

Intensitas serangan Tikus (X, %) secara nyata menyebabkan kehilangan hasil

tanaman padi (Y, %) dengan model sebagai berikut :

Ln (Y) = 0,74997 Ln (X) + 1,1419 (Sig F : 8,02E-171; r² =0,9514)

Y = Kehilangan hasil (%)

X = Intensitas serangan Tikus (%)

Page 56: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 48

m. Hubungan Pengamatan Etiella zinckinella Treit. dengan Kehilangan Hasil

Pada Tanaman Kedelai

Penggerek polong (Etiella zinckinella Treitschke) merupakan salah satu

serangga hama utama pada pertanaman kedelai di Indonesia, terutama pada

sentra-sentra produksi tanaman kedelai. Efektivitas dan efisiensi pengendalian

serta antisipasi secara dini dalam pengelolaan Penggerek Polong (Etiella

zinckinella Treitschke) sangat ditentukan oleh ketersediaan informasi terkait

dengan karakteristik perilakunya baik individu maupun serangan termasuk

pengaruh serangan terhadap kehilangan hasil yang diakibatkannya. Kajian

hubungan tingkat serangan Penggerek Polong Kedelai (Etiella zinckinella

Treitschke) (Lepidoptera : Pyralidae) dengan kehilangan hasil pada tanaman

kedelai bertujuan untuk mendapatkan model penghitungan kehilangan hasil

tanaman kedelai yang diakibatkan oleh serangan penggerek polong. Kajian

dilaksanakan di Kabupaten Cianjur pada musim kemarau 2018 di 20 hamparan

contoh masing-masing 3 petak alami contoh dan masing-masing 10

tanaman/rumpun contoh. Intensitas serangan dihitung berdasarkan jumlah

polong terserang (mutlak) dan sampel panen diambil dari masing-masing petak

contoh dengan tingkat serangan bervariasi (terendah-tertinggi). Parameter

produksi yang diamati antara lain jumlah polong (sehat, sakit), kadar air saat

panen (%), dan berat 1000 butir (gram). Kehilangan hasil dihitung berdasarkan

selisih antara potensi produksi (PP) terhadap produksi riil (PR). Intensitas

serangan Penggerek polong (X, %) secara nyata menyebabkan kehilangan hasil

tanaman kedelai (Y, %) dengan model sebagai berikut :

Log (Y+1) = 0,858 *Log (X+1) + 0,149 (Sig F = 0,003 ; r² = 0,4035)

Y = Kehilangan hasil oleh Penggerek Polong (%)

X = intensitas serangan Penggerek Polong (%)

n. Pengaruh Konsentrasi Paenibacillus polymyxa Terhadap Penyakit Karat

Daun Pada Tanaman Kacang Tanah

Penyakit Karat (Puccinia arachidis) merupakan salah satu penyakit yang

disebabkan oleh jamur yang dilaporkan menyerang pertanaman kacang tanah di

Indonesia dan menimbulkan kerusakan pada daun serta kerugian (hingga 50 %)

sejak awal pertumbuhan sampai dengan menjelang panen baik pada musim

hujan maupun kemarau serta pada lahan sawah maupun lahan kering.

Pengendalian Hama Terpadu adalah pendekatan ekologi secara luas untuk

Page 57: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 49

pengelolaan serangan OPT dengan mengkombinasikan beragam teknik

pengendalian yang kompatibel, sehingga kerusakan ekonomi dapat terhindarkan

dan akibat-akibat merugikan dapat diminimalkan. Salah satu teknik pengendalian

yang diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam meminimalkan akibat-

akibat yang merugikan dalam pengendalian Penyakit Karat (Puccinia arachidis)

pada kacang tanah adalah pemanfaatan Agens pengendali Hayati. Kajian

pengaruh konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap penyakit karat daun

pada tanaman kacang tanah bertujuan mengetahui efektifitas bakteri

P. polymyxa dalam pengendalian penyakit karat daun P. arachidis pada tanaman

kacang tanah. Kajian dilaksanakan pada awal musim hujan tahun 2018 di

Kecamatan Dawuan Subang dengan 5 perlakuan (PP-1 (perlakuan benih); PP-2

(konsentrasi 2,5 ml/l); PP-3 (konsentrasi 5 ml/l); PP-4 (konsentrasi 7,5 ml/l); F-5

(Fungisida Mancozeb)) dan kontrol, serta aplikasi pada 1,2,3,4,6, dan 8 minggu

setelah tanam (MST). Larutan Paenibacillus polymyxa mampu menekan

perkembangan serangan Penyakit Karat (Puccinia arachidis) hingga 68,93 %

dan berbeda nyata dengan kontrol. Pada konsentrasi 7,5 ml/l kemampuan

menekannya tidak berbeda nyata dengan Fungisida Mancozeb.

o. Pengendalian Hama Perusak Polong Dengan Menggunakan Minyak Serai

Wangi (Cymbopogon nardus L.) Pada Pertanaman Kedelai

Hama Perusak Polong (Spodoptera litura, Plusia chalcites, Helicoverpa sp.,

Nezara viridula) merupakan kompleks hama yang dilaporkan menyerang

pertanaman kedelai di Indonesia dan menimbulkan kerusakan pada polong

kedelai serta kerugian sejak awal pembentukan polong sampai dengan

menjelang panen baik pada musim hujan maupun kemarau. Pengendalian hama

terpadu adalah pendekatan ekologi secara luas untuk pengelolaan serangan

OPT dengan mengkombinasikan beragam teknik pengendalian yang kompatibel,

sehingga kerusakan ekonomi dapat terhindarkan dan akibat-akibat merugikan

dapat diminimalkan. Salah satu teknik pengendalian yang diharapkan mampu

memberikan kontribusi dalam meminimalkan akibat-akibat yang merugikan

dalam pengendalian Hama Perusak Polong (Spodoptera litura, Plusia chalcites,

Helicoverpa sp., Lamprosema sp.) pada kedelai adalah pemanfaatan Pestisida

Nabati termasuk Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.). Kajian pengendalian

hama perusak polong dengan menggunakan minyak serai wangi (Cymbopogon

nardus L.) pada pertanaman kedelai. Larutan semprot yang terdiri dari (serai

Page 58: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 50

wangi 4 cc/l) dan ekstrak kering mimba (10 g/l) dan kontrol. Aplikasi dilakukan

pada umur 30-35 HST, 50-55 HST, dan 70-75 HST. Pengamatan dilakukan

dengan interval 2 minggu dimulai 1 hari sebelum aplikasi pertama sampai dengan

aplikasi terakhir. Perlakuan (larutan minyak serai wangi 4 cc/l dan ekstrak mimba

10 g/l) pada pertanaman kedelai mampu (1) menekan kerusakan daun oleh

Spodoptera litura sebesar 45,69 %, Plusia chalcites (72,91 %), Helicoverpa sp.

(90,08 %), dan Lamprosema sp. (94,10 %), (2) menekan kerusakan polong

secara keseluruhan dapat ditekan hingga 30,86 %, dan (3) menekan kehilangan

oleh kompleks OPT sebesar 27,82 %.

III. Meningkatnya akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT

Indikator kinerja dari meningkatnya akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT adalah

(a). Jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan BBPOPT yang terjadi berulang

dan (b). Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi berulang (5 aspek

SAKIP sesuai Permenpan RB No. 12 Tahun 2015).

Tabel. 21. Capaian Indikator Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan BBPOPT

Capaian indikator jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan BBPOPT yang

terjadi berulang dan jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi

berulang adalah – (atau tidak ada data) karena pada tahun 2018 tidak ada

pelaksanaan audit pengelolaan keuangan oleh BPK dan audit implementasi SAKIP di

BBPOPT.

NO SASARAN PROGRAM/KEGIATAN No INDIKATOR KINERJA TARGET CAPAIAN

0 -

1 Meningkatnya akuntabilitas

kinerja di lingkungan BBPOPT 1

Jumlah temuan BPK atas pengelolaan

keuangan BBPOPT yang terjadi berulang 0 -

2

Jumlah temuan Itjen atas implementasi

SAKIP yang terjadi berulang (5 aspek SAKIP

sesuai Permenpan RB No. 12 Tahun 2015)

Page 59: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 51

A. Kegiatan Pendukung Peningkatan Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan

BBPOPT

1. Penilaian Maturitas SPIP

Penilaian Tingkat Maturitas SPIP Lingkup UPT Kementerian Pertanian

dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian dilaksankan pada

tanggal 22 Mei - 1 Juni 2018. Sesuai dengan Kepmentan No.

840/Kpts/PW.420/12/2018, hasil penilaian penyelenggaraan Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Tahun 2018, menunjukkan bahwa

tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP pada Balai Besar Peramalan

Organisme Pengganggu Tumbuhan berada pada level "terdefinisi" atau

tingkat 3 dari 5 tingkat maturitas SPIP. Pengukuran terhadap 25 fokus penilaian

maturitas menghasilkan nilai maturitas SPIP sebesar 3,536. Hal ini berarti nilai

maturitas penyelenggaraan SPIP BBPOPT telah mengalami kenaikan dari nilai

maturitas SPIP Tahun 2016 yaitu dari 2,715 (level berkembang) menjadi 3,536

(level terdefinisi) untuk penilaian kegiatan tahun 2018.

Ke 25 fokus maturitas mengikuti prinsip yang sifatnya umum, kendati

pengelompokannya mengikuti sub unsur SPIP. Tingkat maturitas pada level

"terdefinisi", menunjukkan bahwa penyelenggaraan SPIP secara umum di Balai

Besar peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan memiliki karakteristik:

a. Telah melaksanakan pengendalian intern di semua tingkatan organisasi/unit

organisasi dan terdokumentasi dengan baik.

b. Unsur-unsur SPIP telah diimplementasi secara penuh.

c. Dokumentasi pengendalian intern telah dilaksanakan secara konsisten,

tertib, dan rapi.

d. Evaluasi atas pengendalian intern telah dilakukan secara berkala meskipun

tanpa dokumen yang memadai. Pimpinan mendukung dan melembagakan

pemantauan pengendalian intern.

e. Dilakukan program pendidikan dan pelatihan untuk pemantauan

pengendalian intern.

f. Menajemen telah mulai peduli dengan permasalahan pengendalian,

meskipun beberapa kelemahan masih ada.

g. Pegawai telah peduli dengan tanggung jawab mereka terhadap

pengendalian. Praktik pengendalian mulai dilaksanakan secara sadar oleh

personil yang terkait berdasarkan kebijakan dan SOP yang ditetapkan.

Page 60: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 52

Gambar 12. Sertifikat Maturitas Penyelenggaraan SPIP Tahun 2018

2. Pembinaan SPIP Oleh Tim Inspektorat Jenderal

Pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Satker

BBPOPT TA 2018 oleh Tim Inspektorat II Inspektorat Jenderal Kementerian

Pertanian dilaksanakan di BBPOPT pada tanggal 29 Agustus - 5 September

2018. Hasil Pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada

Satker BBPOPT TA 2018 oleh Inspektorat II Inspektorat Jenderal Kementerian

Pertanian sebagai berikut:

1. Lingkungan Pengendalian

Dalam lingkungan pengendalian terdapat unsur yang kurang memadai

yang berpengaruh terhadap risiko kegiatan, yaitu

a. Unsur pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat

dalam aplikasinya untuk pegawai yang diberikan wewenang kurang

mengerti batasan tanggung jawabnya

b. Unsur penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang

Pembinaan SDM belum terdapat supervisi periodik secara tertulis.

2. Penilaian Risiko

Hasil pembinaan untuk penilaian risiko untuk Kegiatan Pengembangan

Teknologi Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT mempunyai 5

tahap proses bisnis yang didalamnya terdapat 12 identifikasi risiko.

3. Kegiatan Pengendalian

Kegiatan pengendalian adalah pelaksanaan Kebijakan dan SOP untuk

mengelola risiko, sehingga akan mengarahkan kegiatan pada pencapaian

tujuan. Terhadap kegiatan pengendalian, Satker BBPOPT dan Tim

Page 61: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 53

Pembina telah menyusun SOP untuk mengendalikan risiko yang

diidentifikasi pada Kegiatan Pengembangan Teknologi Pengamatan,

Peramalan dan Pengendalian OPT.

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat

waktu sehingga memungkinkan pimpinan Instansi Pemerintah

melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya. Sehubungan

dengan hal tersebut, Tim Pembinaan SPIP dan Satker BBPOPT telah

merancang informasi dan komunikasi dalam bentuk Formulir Kartu Kendali

Informasi dan Komunikasi. Informasi dan komunikasi dilaksanakan oleh

penanggungjawab kegiatan dan koordinator yang melaksanakan kegiatan.

5. Pemantauan atas pelaksanaan Kebijakan/SOP

Satker BBPOPT bersama dengan Tim Pembinaan SPIP telah menyusun

rancangan pemantauan terhadap efektifitas penyelenggaran SPIP dalam

suatu bentuk jadwal kegiatan datam satu tahun anggaran.

Rekomendasi

1. Memastikan penanggungjawab kegiatan untuk melakukan sosialisasi

mengenai batasan tanggungjawab setiap personil dan metakukan

supervisi secara periodik atas pelaksanaan kegiatan.

2. Memastikan Penanggungjawab kegiatan metaksanakan sosialisasi

mengenai analisa risiko beserta langkah-langkah pengendaliannya kepada

pelaksana kegiatan.

3. Memastikan prosedur operasional kegiatan (K/SOP) yang telah dibangun

disosialisasikan kepada seluruh unsur manajemen dan pelaksana

kegiatan, serta kartu kendali informasi dan komunikasi dapat

diimplementasikan sebagai sarana pengendalian pimpinan terhadap

petaksanaan serta pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan.

4. Memastikan rancangan pengendalian dapat dilaksanakan secara efektif

dengan melakukan pemantauan atas setiap proses bisnis yang

dilaksanakan, sehingga target output dapat tercapai tepat waktu.

5. Memastikan pembangunan unsur SPIP pada kegiatan tainnya, sehingga

kegiatan satker dapat tercapai sesuai dengan tujuan dan sasarannya.

Page 62: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 54

3.1.1. Pencapaian Kinerja Lainnya

Pengawalan Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan

Kedelai Provinsi Kalimantan Timur

Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 549/Kpts/OT.050/8/2018 tanggal

3 Agustus 2018 tentang Perubahan Kesebelas Atas Keputusan Menteri Pertanian

No. 1243/Kpts/OT.160/12/2014 tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus

Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Melalui Program Perbaikan

Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya, Kepala Balai Besar Peramalan

Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) menjadi Penanggung Jawab

UPSUS Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan untuk Penanggung Jawab Tingkat

Kab/Kota adalah sebagai berikut: (a) PJ Kab Berau dan Kab Paser: Kabid Program

dan Evaluasi BBPOPT, (b) PJ Kab Penajam Paser Utara dan Kutai Timur: Kepala

BPTP Kalimantan Timur, (c) Kab Kutai Kartanegara dan Kutai Barat: Kepala Balai

Besar Pelatihan Pertanian Binuang BPPSDMP.

Dalam rangka peningkatan Luas Tanam Padi, Jagung dan Kedelai, upaya-upaya

yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Berkoordinasi dengan jajaran Dinas

Pertanian Provinsi Kalimantan Timur dan Dinas Pertanian Kab/Kota dalam upaya

peningkatan luas tanam, (2) Melakukan aplikasi teknologi dengan bekerjasama

dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Kalimantan Timur,

(3) Melakukan pendekatan sosiologis dan kultural kepada petani dan kelompok tani

serta penyuluh terkait pemanfaatan lahan kering untuk peningkatan produksi, (4)

Mengadakan pertemuan koordinasi tingkat Kabupaten maupun Kecamatan untuk

evaluasi pelaksanaan LTT dan mencari solusi terhadap permasalahan yang muncul

di tingkat petani, (5). Melakukan pengecekan lapang terkait pelaksanaan tanam di

tingkat lapang, dan (6). Melakukan bimbingan teknis pengamatan, peramalan dan

pengendalian OPT kepada para petani/poktan dan penyuluh dalam rangka

pengamanan produksi.

Gambar 13. Pelaksanaan Pengawalan UPSUS Provinsi Kalimantan Timur

Page 63: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 55

Tabel 22. Luas Tanam Padi Prov Kalimantan Timur Tahun 2018

Tabel 23. Perbandingan Luas Tanam Padi Prov Kalimantan Timur Tahun 2017 dan Tahun 2018 (ha)

Berdasarkan tabel di atas luas tanam padi Provinsi Kalimantan Timur tahun 2018

mengacu pada data BPS adalah seluas 97.409,1 ha (khusus data luas tanam bulan

Desember 2018 memakai data sementara dari SP Provinsi). Jika dibandingkan

pada tahun 2017 adalah seluas 89.570,7 ha terdapat peningkatan luas tanam padi

seluas 7.838,4 ha (atau 8,75 %). Berdasarkan data di atas terlihat bahwa terjadi

pergeseran musim tanam di Provinsi Kalimantan Timur sebagai akibat perubahan

iklim yang terjadi.

Tabel 24. Luas Tanam Jagung dan Kedelai Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2018

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa luas tanam jagung Provinsi

Kalimantan Timur pada tahun 2018 adalah seluas 16.557 ha, sedangkan untuk

kedelai hanya seluas 88 ha.

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 Paser 2.425,9 492,6 177,6 263,2 495,6 642,1 459,5 157,6 28,9 21 1.038 1.830

2 Kutai Barat 10,5 10,0 - 94,7 55,9 25,9 41,4 604,8 891,2 2.713 - 200

3 Kutai Kartanegara 2.316,5 480,7 1.186,5 2.650,0 7.479,6 3.770,2 1.259,3 2.467,3 1.708,3 2.244 3.368 5.623

4 Kutai Timur 860,0 366,4 96,0 215,9 466,9 541,7 356,1 474,6 1.456,2 1.090 202 194

5 Berau 1.384,3 269,3 838,7 443,8 145,6 226,5 727,0 1.797,0 2.217,8 2.853 2.223 999

6 PPU 3.964,1 338,0 5.321,3 591,3 3.177,0 834,5 2.474,6 195,4 3,0 44 1.803 3.921

7 Mahakam Ulu - - - - - - - 130,9 1.447,9 1.558 - -

8 Balikpapan 7,0 - - - - - 6,0 19,9 8,0 - - 3

9 Samarinda 165,0 295,5 592,1 187,0 495,5 136,6 661,7 110,7 38,7 85 609 434

10 Bontang 10,0 1,0 13,0 - 3,0 - 21,9 3,0 1,0 1 1 16

Jumlah 11.143,3 2.253,5 8.225,2 4.445,9 12.319,1 6.177,5 6.007,5 5.961,2 7.801,0 10.610,0 9.244,5 13.220,0

No Kab/KotaLuas Tanam Padi Tahun 2018 (Ha)

LTT (Ha) JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES JAN-DES

Thn 2017 5.136,7 1.362,4 2.242,3 8.582,2 14.101,7 2.736,0 2.590,4 1.860,0 7.759,2 10.752,6 12.743,2 19.704,0 89.570,7

Thn 2018 11.143,3 2.253,5 8.225,2 4.445,9 12.319,0 6.177,5 6.007,5 5.961,2 7.801,0 10.610,0 9.245,0 13.220,0 97.409,1

Selisih (Ha) 6.006,6 891,1 5.982,9 4.136,3- 1.782,7- 3.441,5 3.417,1 4.101,2 41,8 142,6- 3.498,2- 6.484,0- 7.838,4

Komoditas Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Total (ha)

Jagung 1.097 1.074 1.556 1.979 1.458 1.474 1.646 1.249 811 1.352 1.841 1.021 16.557

Kedelai 2 13 5 7 19 11 3 - 5 9 3 11 88

Page 64: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 56

3.2. REALISASI ANGGARAN

Dalam rangka mendukung kegiatan pengembangan peramalan serangan organisme

pengganggu tumbuhan, Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan

(BBPOPT) pada Tahun Anggaran 2018 telah dialokasikan anggaran sebesar Rp.

16.068.446.000,-. Capaian realisasi serapan anggaran BBPOPT per tanggal 31

Desember 2018 adalah sebesar Rp. 15.401.456.576,- atau sebesar 95,85 %.

Pagu dan realisasi anggaran berdasarkan pengelompokan jenis belanja adalah

sebagai berikut:

a. Belanja Pegawai mempunyai anggaran sebesar Rp. 5.964.268.000,- atau

37,11% dari total anggaran BBPOPT. Realisasi penggunaan anggaran

Rp. 5.452.348.000,- atau capaian 91,42% dibandingkan pagu anggaran.

b. Belanja Barang mempunyai anggaran sebesar Rp. 8.761.232.000,- atau 54,52%

dari total anggaran BBPOPT. Realisasi penggunaan anggaran

Rp. 8.607.817.781,- atau capaian 98,25% dibandingkan pagu anggaran.

c. Belanja Modal mempunyai anggaran sebesar Rp. 1.342.946.000,- atau 8,35%

dari total anggaran BBPOPT. Realisasi penggunaan anggaran

Rp. 1.341.290.795,- atau capaian 99,88% dibandingkan pagu anggaran.

Tabel 25. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja

Pagu dan realisasi anggaran berdasarkan pengelompokkan output adalah sebagai

berikut:

a. Model Peramalan OPT mempunyai anggaran sebesar Rp. 5.861.400.000,- atau

36,47% dari total anggaran BBPOPT. Realisasi serapan anggaran

Rp. 5.839.349.294,- atau capaian 99,62% dibandingkan pagu anggaran.

b. Layanan Internal (Overhead) mempunyai anggaran sebesar

Rp. 2.285.146.000,- atau 14,22% dari total anggaran BBPOPT. Realisasi serapan

anggaran Rp. 2.180.905.705,- atau capaian 94,44% dibandingkan pagu anggaran.

Pagu

(Rp.) (Rp.) (%)

1 Pegawai 5.964.268.000 5.452.348.000 91,42

2 Barang 8.761.232.000 8.607.817.781 98,25

3 Modal 1.342.946.000 1.341.290.795 99,88

16.068.446.000 15.401.456.576 95,85

Realisasi

Jumlah

No. Jenis Belanja

Page 65: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 57

c. Layanan Perkantoran mempunyai anggaran sebesar Rp. 7.921.900.000,- atau

49,30% dari total anggaran BBPOPT. Realisasi serapan anggaran

Rp. 7.381.201.577,- atau capaian 93,17% dibandingkan pagu anggaran.

Tabel 26. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Output

Berdasarkan perbandingan realisasi serapan anggaran Tahun 2018 dengan Tahun

2017 menunjukan bahwa realisasi serapan anggaran Tahun 2018 mengalami sedikit

penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 96,62% menjadi 95,85 % di tahun 2018.

Berikut ini penyebab serapan anggaran BBPOPT di tahun 2018 hanya mencapai

95,90% : (1) Adanya perpindahan/mutasi SDM ke luar BBPOPT yang menyebabkan

alokasi gaji dan tunjangan tidak terserap secara maksimal, (2) Adanya alokasi belanja

transito pegawai (cadangan) yang tidak dipakai, (3) Adanya efisiensi pengadaan

barang dan jasa (sisa kontrak).

Tabel 27. Perbandingan Realisasi Anggaran BBPOPT Tahun 2017 dan 2018

Pagu

(Rp.) (Rp.) (%)

1 Model Peramalan OPT 5.861.400.000 5.839.349.294 99,62

2 Layanan Internal 2.285.146.000 2.180.905.705 95,44

3 Layanan Perkantoran 7.921.900.000 7.381.201.577 93,17

16.068.446.000 15.401.456.576 95,85

No. OutputRealisasi

Jumlah

No Tahun Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Realisasi (%)

1 2017 16.689.224.000 16.125.822.115 96,62

2 2018 16.068.446.000 15.401.456.576 95,85

Page 66: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 58

3.3. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA

Analisis efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan menghitung

penghematan anggaran dalam mencapai output kegiatan.

Gambar 14. Rumus Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Keterangan:

E : Efisiensi

RVK : Realisasi volume keluaran TVK : Target volume keluaran

RAK : Realisasi anggaran per keluaran PAK : Pagu anggaran per keluaran

Tabel 28. Efisiensi Kegiatan Utama BBPOPT Tahun 2018

1 Pengamanan Produksi Prov 8 8 1.552.914.000 1.552.494.700 0,03

2 Pengamatan keadaan lapang padi Data 24 24 274.619.000 274.614.550 0,00

3 Pengamatan keadaan lapang jagung Data 8 8 65.128.000 64.856.000 0,42

4 Pengamatan keadaan lapang kedelai Data 6 9 54.120.000 54.115.700 33,34

5 Pengamatan keadaan lapang kacang Data 8 8 29.000.000 28.562.100 1,51

6 Pengamatan keadaan lapang umbi Data 8 8 24.500.000 24.289.300 0,86

7 Upsus Peningkatan Produksi Prov 4 4 1.160.623.000 1.160.436.485 0,02

8 Pameran Pembangunan Pertanian Pameran 4 4 61.991.000 61.835.300 0,25

9 Publikasi Cetak Paket 4 4 121.600.000 121.157.000 0,36

10 Pengembangan Perpustakaan Paket 1 1 13.900.000 13.876.600 0,17

11 Website BBPOPT Paket 1 1 27.100.000 27.070.000 0,11

12 Siaran Radio dan TV Siaran 5 6 112.250.000 112.004.900 16,85

13 Pelatihan P3OPT (SDM Daerah) Org 60 60 294.700.000 294.583.100 0,04

14 Pelatihan P3OPT (SDM BBPOPT) Kegiatan 8 10 46.602.000 46.100.580 20,86

15 Pelatihan Agens Hayati Org 30 30 150.690.000 150.440.000 0,17

16 Bahan operasional laboratorium Lab 7 7 677.026.000 674.708.960 0,34

17 Perbanyakan isolat dan produk APH Test tube 7000 8211 155.415.000 155.402.500 14,76

18Pengembangan peramalan OPT

Pangan Spesifik LokasiProv 24 29 310.687.000 310.548.165 17,28

19 Workshop Evaluasi Peramalan OPT Workshop 2 2 121.260.000 121.156.700 0,09

20 Pengembangan Teknologi P3OPT Model 15 15 238.127.000 227.446.050 4,49

21 Operasional Lab VHT Lab 1 1 117.800.000 117.290.050 0,43

22 Pemantauan dan Evaluasi Mutu LPHP LPHP 24 24 49.840.000 49.789.542 0,10

23 Pemantauan Kegiatan Lapang BBPOPT Kegiatan 15 15 44.000.000 43.984.542 0,04

4,89

Efisiensi

(%)SatuanJenis KeluaranNo

Rata-rata Efisiensi

Target Vol

Keluaran

(TVK)

Realisasi Vol

Keluaran

(RVK)

Pagu Anggaran per

Keluaran (PAK)

Realiasi Anggaran

per Keluaran (RAK)

Keluaran (Output) Volume Keluaran Anggaran (Rp)

Page 67: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 59

Semakin sedikit anggaran yang digunakan untuk mencapai indikator kinerja yang

maksimal, maka nilai efisiensi semakin tinggi. Jika rasio penggunaan anggaran lebih

rendah dari rasio pagu anggaran untuk menghasilkan satu (1) satuan capaian output

kegiatan, maka menunjukkan penggunaan anggaran yang efisien. Berdasarkan

perhitungan menggunakan rumus di atas, efisiensi pada capaian kegiatan BBPOPT

adalah sebesar 4,89 %. Tercapainya efisiensi dan efektivitas pelaksanaan anggaran

tersebut antara lain didukung dengan perbaikan manajemen pengelolaan anggaran.

Nilai efisiensi ini juga menjelaskan bahwa BBPOPT mampu untuk mengoptimalkan

sumber daya anggaran yang telah dialokasikan untuk menghasilkan capaian indikator

kinerja.

Permasalahan dan Tindaklanjut

a. Permasalahan

Peramalan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan suatu kegiatan

yang diarahkan untuk mendeteksi atau memprediksi populasi atau serangan OPT

serta kemungkinan penyebaran dan akibat yang ditimbulkannya dalam ruang dan

waktu tertentu. Peramalan OPT merupakan suatu komponen penting dalam

strategi pengelolaan hama dan penyakit tanaman sebab dengan adanya

peramalan dapat memberikan peringatan dini untuk dapat segera dilakukan

langkah pencegahan maupun pengendaliannya. Namun peramalan OPT ke depan

akan semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman, dengan

permasalahan sebagai berikut:

1) Aspek Sumber Daya Manusia

- Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang fokus dalam

pengembangan peramalan OPT

- Kurangnya pelatihan untuk capacity building bagi fungsional POPT

2) Aspek Anggaran

- Masih rendahnya dukungan anggaran untuk mendukung kegiatan

pengembangan peramalan, pengamatan dan pengendalian serta sistem

informasi.

- Masih kurang tepatnya penyusunan rencana anggaran yang sesuai dengan

kebutuhan pelaksanaan kegiatan.

3) Aspek Sarana

- Terbatasnya sarana penunjang pengembangan teknologi dan sistem

informasi peramalan, pengamatan dan pengendalian serta sistem informasi.

Page 68: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 60

b. Upaya Tindak Lanjut

Tindaklanjut yang telah dan perlu terus dilakukan dalam upaya perbaikan

pelaksanaan kegiatan ke depan adalah sebagai berikut:

1) Aspek Sumber Daya Manusia

- Mengusulkan penambahan SDM bidang peramalan dengan

background di luar HPT/Pertanian seperti statistik, matematika dan

ilmu komputer.

- Meningkatkan kompetensi SDM dalam pengembangan peramalan

OPT dan teknologi informasi melalui pendidikan formal atau mengikuti

pelatihan baik di dalam maupun luar negeri.

2) Aspek Anggaran

- Mengusulkan tambahan anggaran untuk mendukung biaya kegiatan

pengembangan teknologi peramalan, pengamatan dan pengendalian

serta sistem informasi.

- Menyusun rencana anggaran yang sesuai dengan kebutuhan

pelaksanaan kegiatan berdasarkan usulan dari pelaksana kegiatan.

3) Aspek Sarana

- Mengajukan sarana kegiatan teknis yang sesuai dengan kebutuhan

pengembangan teknologi peramalan, pengamatan dan pengendalian

serta sistem informasi.

Page 69: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 61

BAB IV. PENUTUP

Laporan Kinerja merupakan bentuk pertanggungjawaban dalam pelaksanaan program dan

kegiatan di Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan pada Tahun

Anggaran 2018. Dalam Laporan Kinerja ini disajikan informasi kinerja secara keseluruhan

disertai dengan evaluasi dan analisis sehingga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan di

tahun selanjutnya.

Capaian indikator kinerja yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2018 menjadi tolok

ukur keberhasilan Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu

Tumbuhan. Dari enam indikator sasaran kinerja, dua indikator diantaranya dapat tercapai

dengan kategori sangat berhasil, satu indikator masuk dalam kategori berhasil, satu

indikator masuk dalam kategori cukup berhasil dan dua indikator lainnya tidak ada data

karena pelaksanaannya tidak di tingkat UPT.

Dua indikator yang masuk kategori sangat berhasil adalah rasio luas serangan OPT

tanaman jagung yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan dan rasio luas

serangan OPT tanaman kedelai yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan.

Indikator yang termasuk kategori berhasil adalah indikator IKM layanan publik BBPOPT,

sedangkan yang termasuk kategori cukup berhasil adalah indikator rasio luas serangan

OPT tanaman padi yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan. Kinerja serapan

anggaran APBN BBPOPT Tahun 2018 terealisasi sebesar Rp. 15.401.456.576,- atau

sebesar 95,85 % dari pagu anggaran.

Keberhasilan capaian kinerja di lingkup BBPOPT Tahun 2018 dalam pengembangan

peramalan serangan organisme pengganggu tumbuhan dipengaruhi oleh peran aktif

seluruh pemangku kepentingan dari level pimpinan, pejabat, dan seluruh jajaran pegawai

untuk memegang komitmen dalam merealisasikan target yang telah ditetapkan.

Page 70: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 62

LAMPIRAN

Page 71: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

63

Lampiran 1. Distribusi SDM BBPOPT pada Tahun 2018 Menurut Golongan, Jenis Kelamin dan Pendidikan

Golongan, Jenis Kelamin dan Pendidikan

Distribusi SDM (Orang)

Kepala Balai

Bagian Umum

Bidang Program dan Evaluasi

Bidang Pelayanan Teknis, Informasi dan Dokumentasi

Kelompok Jabatan Fungsional

Jumlah (Orang)

Gol II

A 3 3

85

B 2 2

C 1 8 9

D 4 1 2 7

GOL III

A 3 3 3 6 15

B 8 1 5 10 24

C 1 1 1 10 13

D 3 2 2 2 9

Gol. IV

A 0 1 1

B 1 1

C 1 1

D

E

Jenis Kelamin

L 62 85

P 23

Pendidikan

S2 1 1 1 2 5

85

S1 5 3 5 15 28

D4 0

SM 0

D3 1 8 9

D2 0

D1 0

SMA 15 5 8 14 42

SMP 1 1

SD 0

Page 72: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

64

Lampiran 2. Perjanjian Kinerja Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2018

Page 73: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

65

lanjutan

Page 74: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

66

Lampiran 3. Realisasi Anggaran Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2018

1768 Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu

Tumbuhan

16.068.446.000 15.401.456.576 95,85

1768.007 Model Peramalan OPT 5.861.400.000 5.839.349.294 99,62

051 Menyusun kebijakan program dan anggaran pengembangan

peramalan OPT

1.552.914.000 1.552.494.700 99,97

A Rencana Kerja Pengamanan Produksi Tanaman Pangan 1.552.914.000 1.552.494.700 99,97

052 Melaksanakan Bimbingan dan Sosialisasi Pengembangan

Informasi Data Peramalan OPT

2.436.823.000 2.433.941.615 99,88

A Pengamatan Keadaan Lapang OPT Padi 274.619.000 274.614.550 100,00

B Pengamatan Keadaan Lapang OPT Kedelai 54.120.000 54.115.700 99,99

C Pengamatan Keadaaan Lapang OPT Jagung 65.128.000 64.856.000 99,58

D UPSUS Peningkatan Produksi PAJALE Tahun 2018 1.160.623.000 1.160.436.485 99,98

E Pemeran Pembangunan Pertanian 61.991.000 61.835.300 99,75

F Layanan bahan publik cetak ( Majalah, Leaflet, Poster, Brosur) 121.600.000 121.157.000 99,64

G Pengembangan perpustakaan BBPOPT 13.900.000 13.876.600 99,83

H Website BBPOPT, SMS Based Server, Standar layanan informasi

publik

27.100.000 27.070.000 99,89

I Siaran Radio dan Televisi 112.250.000 112.004.900 99,78

J Pelatihan Pengamatan Peramalan dan Pengendalian OPT(SDM

Luar BBPOPT)

294.700.000 294.583.100 99,96

K Pelatihan Pengamatan Peramalan dan Pengendalian OPT(SDM

BBPOPT)

46.602.000 46.100.580 98,92

L Pelatihan Agensia Hayati (SDM Luar BBPOPT) 150.690.000 150.440.000 99,83

M Pengamatan Keadaan Lapang OPT Umbi Umbian 24.500.000 24.289.300 99,14

N Pengamatan Keadaan Lapang OPT Kacang Kacangan 29.000.000 28.562.100 98,49

053 Melaksanakan pengembangan Teknologi Pengamatan dan

Pendalian OPT

1.620.315.000 1.606.552.425 99,15

A Bahan Operasional Laboratium pengelolaan Balai Besar

Peramalan OPT

677.026.000 674.708.960 99,66

B Perbanyakan Isolat Dan Produk Agens Pengendali Hayati 155.415.000 155.402.500 99,99

C Peramalan OPT Pagan Tingkat Nasional dan Spesifik Lokasi 310.687.000 310.548.165 99,96

D Workshop Evaluasi peramalan OPT Pangan 121.260.000 121.156.700 99,91

E Pengembangan Teknologi Pengamatan Peramalan dan

Pengendalian OPT

238.127.000 227.446.050 95,51

F Operasional Laboratium VHT 117.800.000 117.290.050 99,57

054 Melaksanakan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan 251.348.000 246.360.554 98,02

A Rancangan Program, Kegiatan dan rencana kerja tanaman pangan

TA. 2018

22.623.000 22.536.000 99,62

B Pengembangan dan penerapan peramalan OPT Spesifik Lokasi 9.425.000 9.425.000 100,00

C Pengamatan Keadaaan Lapang OPT Pangan 5.550.000 5.550.000 100,00

D Pengamanan Produksi Tanaman Pangan 1.500.000 1.500.000 100,00

E Diseminasi Informasi pengamatan Peramalan dan Pengandalian

OPT Tanaman Pangan

4.930.000 4.930.000 100,00

F Pelatihan Pengamatan Peramalan dan Pengendalian OPT pangan 1.650.000 1.650.000 100,00

G Operasional Laboratium BBPOPT 6.000.000 6.000.000 100,00

H Perbanyak Isolat Dan Produk Agens Hayati 420.000 420.000 100,00

Kode Program/Kegiatan/Output Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (%)

Page 75: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

67

lanjutan

I Pengembangan Teknologi Pengamatan Peramalan dan

Pengendalian OPT pangan

15.000.000 15.000.000 100,00

J Sistem Pengendalian Internal (SPI) 35.810.000 35.633.450 99,51

K Laporan Kegiatan BBPOPT (Bulanan dan Tahunan) 10.400.000 10.400.000 100,00

L Laporan Kegiatan Instansi (LAKIN Bulanan dan Tahunan) 29.200.000 24.544.500 84,06

M Laporan UPSUS Peningkatan Produksi PAJALE 15.000.000 14.997.520 99,98

N Pemantauan, Evaluasi Mutu Laboratorium PHP dan Agens Hayati 49.840.000 49.789.542 99,90

O Pemantauan dan evaluasi kegiatan lapang BBPOPT 44.000.000 43.984.542 99,96

1768.951 Layanan Internal (overhead) 2.285.146.000 2.180.905.705 95,44

052 Pengadaan Peralatan dan fasilitas perkantoran 411.423.000 409.779.695 99,60

A Pengadaan Peralatan dan Mesin 337.608.000 335.964.695 99,51

B Peralatan Laboratium 73.815.000 73.815.000 100,00

053 Pembangunan dan Renovasi Gedung dan Bangunan 929.023.000 929.022.000 100,00

A Pemeliharaan dan Bagunan 660.966.000 660.965.500 100,00

B Pemeliharaan dan Pembangunan Jaringan Irigasi 268.057.000 268.056.500 100,00

054 Rencana Anggaran Balai Besar Peramalan OPT 288.481.000 213.823.860 74,12

A Rencanan Anggaran Balai Besar Peramalan OPT Tahun 2018 26.170.000 26.163.580 99,98

B Rencanan Kerja Balai Besar Peramalan OPT 208.096.000 136.797.940 65,74

C Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Balai Besar Peramalan OPT 16.765.000 14.880.840 88,76

D Rencana Kerja Akreditasi Balai Besar Peramalan OPT 37.450.000 35.981.500 96,08

057 Layanan Manajemen Keuangan 638.446.000 610.559.150 95,63

058 Layanan Manajemen BMN 17.773.000 17.721.000 99,71

1768.994 Layanan Perkantoran 7.921.900.000 7.381.201.577 93,17

001 Gaji dan Tunjangan 5.964.268.000 5.452.348.000 91,42

A Pembayaran Gaji dan Tunjangan 5.620.974.000 5.452.348.000 97,00

B Belanja Transito 343.294.000 - -

002 Operasional dan pemeliharaan kantor 1.957.632.000 1.928.853.577 98,53

A Perbaikan peralatan kantor 175.972.000 158.908.000 90,30

B Perawatan Kendaraan bermotor Roda-4 207.196.000 201.169.203 97,09

C Perawatan Kendaraan bermotor Roda-2 49.000.000 48.996.050 99,99

D Langganan Daya dan Jasa 423.396.000 422.738.223 99,84

E Operasional pakaian dinas pegawai 39.200.000 39.200.000 100,00

F Operasional Perkantoran dan Pimpinan 1.062.868.000 1.057.842.101 99,53

Kode Program/Kegiatan/Output Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (%)

Page 76: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

68

Lampiran 4. Realisasi Fisik Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2018

Vol Satuan Vol %

1768.007 Model Peramalan OPT 15 model 15 100

051 Menyusun kebijakan program dan anggaran pengembangan

peramalan OPT

A Rencana Kerja Pengamanan Produksi Tanaman Pangan 8 Provinsi 8 100

052 Melaksanakan Bimbingan dan Sosialisasi Pengembangan Informasi

Data Peramalan OPT

A Pengamatan Keadaan Lapang OPT Padi 24 Data 24 100

B Pengamatan Keadaan Lapang OPT Kedelai 6 Data 9 150

C Pengamatan Keadaaan Lapang OPT Jagung 8 Data 8 100

D UPSUS Peningkatan Produksi Pajale Tahun 2018 4 Prov 4 100

E Pameran Pembangunan Pertanian 4 Pameran 4 100

F Layanan bahan publik cetak 4 Paket 4 100

G Pengembangan perpustakaan BBPOPT 1 Paket 1 100

H Website BBPOPT, SMS Based Server, Standar layanan informasi

publik

1 Paket 1 100

I Siaran Radio dan Televisi 5 Paket 5 100

J Pelatihan Pengamatan Peramalan dan Pengendalian OPT(SDM Luar

BBPOPT)

60 Org 60 100

K Pelatihan Pengamatan Peramalan dan Pengendalian OPT(SDM

BBPOPT)

8 Keg 10 125

L Pelatihan Agensia Hayati (SDM Luar BBPOPT) 30 Org 30 100

M Pengamatan Keadaan Lapang OPT Umbi Umbian 8 Data 8 100

N Pengamatan Keadaan Lapang OPT Kacang Kacangan 8 Data 8 100

053 Melaksanakan pengembangan Teknologi Pengamatan dan Pendalian

OPT

A Bahan Operasional Laboratorium pengelolaan Balai Besar Peramalan

OPT

7 Paket 7 100

B Perbanyak Isolat Dan Produk Agens Pengendali Hayati 7.000 Testube 8.211 117,3

C Peramalan OPT Pangan Tingkat Nasional dan Spesifik Lokasi 24 Prov 29 120,83

D Workshop Evaluasi peramalan OPT Pangan 2 Data 2 100

E Pengembangan Teknologi Pengamatan Peramalan dan Pengendalian

OPT

15 Paket 15 100

F Operasional Laboratorium VHT 1 Paket 1 100

054 Melaksanakan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan

Pengembangan Peramalan OPT

A Rancangan Program, Kegiatan dan rencana kerja tanaman pangan TA.

2018

1 Rancangan 1 100

B Pengembangan dan penerapan peramalan OPT Spesifik Lokasi 24 Laporan 29 120,8

C Pengamatan Keadaaan Lapang OPT Pangan 1 Laporan 1 100

D Pengamanan Produksi Tanaman Pangan 1 Laporan 1 100

E Diseminasi Informasi pengamatan Peramalan dan Pengandalian OPT

Tanaman Pangan

1 Laporan 1

100

F Pelatihan Pengamatan Peramalan dan Pengendalian OPT pangan 1 Laporan 1 100

G Operasional Laboratorium BBPOPT 1 Laporan 1 100

H Perbanyakan Isolat Dan Produk Agens Hayati 1 Laporan 1 100

I Pengembangan Teknologi Pengamatan Peramalan dan Pengendalian

OPT pangan

15 Laporan 15 100

J Sistem Pengendalian Internal (SPI) 5 Laporan 5 100

K Laporan Kegiatan BBPOPT (Bulanan dan Tahunan) 13 Laporan 13 100

No Program/Kegiatan/KomponenTarget Fisik Realisasi Fisik

Page 77: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

69

lanjutan

Vol Satuan Vol %

L Laporan Kegiatan Instansi 1 Laporan 1 100

M Laporan UPSUS Peningkatan Produksi PAJALE 1 Laporan 1 100

N Pemantauan, Evaluasi Mutu Laboratorium PHP dan Agens Hayati 24 Lab 24 100

O Pemantauan dan evaluasi kegiatan lapang BBPOPT 15 Kegiatan 15 100

1768.951 Layanan Internal (overhead) 12 bulan 12 100

052 Pengadaan Peralatan dan fasilitas perkantoran

A Pengadaan Peralatan dan Mesin 55 Unit 55 100

B Peralatan Laboratorium 3 Unit 3 100

053 Pembangunan dan Renovasi Gedung dan Bangunan

A Pemeliharaan dan Bangunan 5 Unit 5 100

B Pemeliharaan dan Pembangunan Jaringan Irigasi 1 Paket 1 100

054 Rencana Anggaran Balai Besar Peramalan OPT

A Rencanan Anggaran Balai Besar Peramalan OPT Tahun 2018 1 Rancangan 1 100

B Rencana Kerja Balai Besar Peramalan OPT 1 Rancangan 1 100

C Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Balai Besar Peramalan OPT 1 Rancangan 1 100

D Rencana Kerja Akreditasi Balai Besar Peramalan OPT 1 Rancangan 1 100

057 Layanan Manajemen Keuangan 12 bulan 12 100

058 Layanan Manajemen BMN 12 bulan 12 100

1768.994 Layanan Perkantoran 12 bulan 12 100

001 Gaji dan Tunjangan

A Pembayaran Gaji dan Tunjangan 12 bulan 12 100

B Belanja Transito 12 bulan 12 100

002 Operasional dan pemeliharaan kantor

A Perbaikan peralatan kantor 95 Unit 95 100

B Perawatan Kendaraan bermotor Roda-4 6 Unit 6 100

C Perawatan Kendaraan bermotor Roda-2 14 Unit 14 100

D Langganan Daya dan Jasa 12 bulan 12 100

E Operasional pakaian dinas pegawai 126 Stel 126 100

F Operasional Perkantoran dan Pimpinan 12 bulan 12 100

No Program/Kegiatan/KomponenTarget Fisik Realisasi Fisik

Page 78: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

70

Lampiran 5. Pengujian Sampel di Laboratorium Agens Hayati

No No Sampel Jenis Pengujian Hasil

1 52/Lab AH/III/2018 Identifikasi Metarhizium anisopliae

2 53/Lab AH/III/2018 Identifikasi Metarhizium anisopliae

3 54/Lab AH/III/2018 Identifikasi Metarhizium anisopliae

4 55/Lab AH/III/2018 Identifikasi Aspergillus flavus

5 56/Lab AH/III/2018 Identifikasi Aspergillus flavus

6 67/AH/IV/2018 Uji Mutu Bakteri 2,25 x 108

7 68/AH/IV/2018 Uji Mutu Bakteri 2,85 x 1011

8 103/AH/IV/2018 Uji Mutu PGPR 0

9 106/AH/V/2018 Uji Mutu Bakteri 1 x 109

10 107/AH/V/2018 Uji Mutu Bakteri 0

11 127/AH/VII/2018 Uji Mutu Cendawan 1,25 x 108

12 128/AH/VII/2018 Uji Mutu Cendawan 4x1011

13 129/AH/VII/2018 Uji Mutu Cendawan 1,75 x 1011

14 131-1/AH/VIII/2018 Uji Mutu Cendawan 6,58 x 108

15 141/AH/IX/2018 Uji Mutu Bakteri 1,52 x 1012

Page 79: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

71

Lampiran 6. Pengujian Sampel di Laboratorium Fitopatologi

1 Kab. Tasikmalaya Padi Bercak coklat pada daun

padiBipolaris oryzae

2 Kab. Tasikmalaya PadiBercak coklat pada daun

padiAlternaria sp.

3 Prov. Papua Akar Padi Puru pada akar padi Meloidogyne spp.

4 Prov. Papua Padi Bercak bulat pada daun padi Alternaria sp.

5 Prov. Papua Bulir Padi Bulir berwarna coklatAphelenchoides

besseyi

6 Kab. Kuningan Ubi Jalar Bercak coklat pada daun Alternaria sp.

7 Kab. Karawang PadiHawar tanpa batas yang

jelas pada daun Penyakit abiotik

8 Kab. Indramayu PadiRumpun padi kerdil, daun

berwarna hijau

Secara visual

penyakit kerdil

rumput

9 Kab. Indramayu Padi

Rumpun padi kerdil, daun

berwarna hijau dan memiliki

anakan banyak

Secara visual

penyakit kerdil

rumput

10 Kab. Karawang Bulir Padi Bulir padi busuk sebagianBurkholderia

glumae

11 Kab. Karawang Padi

Daun kuning merata pada

bagian bawah, malai tidak

berkembang

Penyerbukan tidak

sempurna

12 Kab. Cirebon Padi Bulir padi busuk sebagianBurkhorderia

glumae

13 Kab. Bogor PadiTangkai malai terdapat

bercak berwarna coklat

Cercospora

oryzae

14 Kab. Bogor PadiTangkai malai terdapat

bercak berwarna coklatPyricularia oryzae

15 Kab. Bogor Padi

Pelepah pembungkus malai

terdapat bercak berwarna

coklat dan malai tidak

terbuka dengan sempurna

Sarocladium

oryzae

16 Kab. Bogor Padi

Pelepah pembungkus malai

terdapat bercak berwarna

coklat dan malai tidak

terbuka secara sempurna

Sarocladium

oryzae

17 Kab. Bogor Padi

Pada daun bendera terdapat

hawar berwarna hijau

keabuan

Xanthomonas

oryzae

No Asal Sampel Tanaman Inang Gejala Hasil Identifikasi

Page 80: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

72

Lanjutan

18 Kab. Bogor Padi

Pada daun bendera terdapat

hawar berwarna hijau

keabuan

Xanthomonas

oryzae

19 Kab. Sukabumi Padi

Pada daun terdapat bercak

berwarna coklat berbentuk

belah ketupat dengan

pinggiran berwarna kuning

Pyricularia oryzae

20 Kab. Kendal JagungPada daun terdapat hawar

berwarna abu-abu

Septosphaeria

turcica

21 Kab. Kendal Jagung

Pada daun terdapat bisul

dengan warna coklat

kemerahan

Puccinia polysora

22 Kab. Kuningan Umbi Ubi JalarTerdapat busuk basah pada

umbi dimulai dari ujung umbi

Erwinia spp. dan

Roylenchulus

reniformis

23 Kab. Kuningan Ubi Jalar

Pada permukaan kulit umbi

terdapat bercak bergaris

secara beraturan

Penyakit abiotik

24 Kab. Kuningan Ubi JalarPada batang terlihat

berwarna hitamFusarium spp.

25 Kab. Tasikmalaya Ubi Jalar

Pada batang ubi kayu

terlihat berwarna hitam yang

diselimuti benang warna

putih

Gejala fisiologis

dan terdapat jamur

kosmopolit

26 Kab. TasikmalayaTanaman ubi

kayu

Pada daun terdapat bercak

tidak beraturan yang

mengikuti letak tulang daun

Xanthomonas

manihotis

27 Kab. Sumedang Umbi Ubi Jalar

Pada bagian tengah umbi

yang dibelah terdapat bercak

hitam tidak beraturan

Jamur patogen

(harus dilanjut

molekuler)

28 Kab. Sumedang Ubi JalarPada daun terdapat bercak

kuning berukuran ± 2 mmAlternaria sp.

29 Kab. JemberPolong kacang

tanah

Pada kulit kacang terdapat

bercak berwarna hitamAspergillus plavus

30 Kab. Jember

Tanah dari

pertanaman

kacang tanah

- Fusarium sp.

No Asal Sampel Tanaman Inang Gejala Hasil Identifikasi

Page 81: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

73

Lanjutan

31 Kab. Kuningan JagungPada daun jagung terdapat

hawar yang berwarna unguPenyakit abiotik

32Prov. Kepulauan

RiauPadi

Pada daun terlihat bercak

bulat kecil dengan ukuran

0,5-1,5 mm

Alternaria sp.

33Prov. Kepulauan

RiauPadi

Pada daun terdapat bercak

berwarna bulat yang kedua

ujung panjangnya runcing

disertai dengan bagian

tengah berwarna putih

dikelillingi warna abu

Pyricularia oryzae

34Prov. Kepulauan

RiauBulir Padi

Pada bulir terlihat kumpulan

benang berwarna hitamBipolaris oryzae

35 Kab. Subang Padi

Pada bagian pelepah daun

terdapat bercak tak

beraturan seperti yang

tersiram air panas

Rhizoctonia solani

No Asal Sampel Tanaman Inang Gejala Hasil Identifikasi

Page 82: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

74

Lampiran 7. Pengujian Sampel di Laboratorium PCR

NO Asal Sampel Jenis Sampel Hasil Visualisasi

1 Kab. Cirebon Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput

2 Kab. Cirebon Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput

3 Kab. Cirebon Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput

4 Kab. Cirebon Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput

5 Kab. Cirebon Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput

6 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil

hampaPositif kerdil hampa

7 Kab. BekasiPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil

hampaPositif kerdil hampa

8 Kab. BekasiPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil

hampaPositif kerdil hampa

9 Kab. CirebonPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil

hampaPositif kerdil hampa

Positif kerdil hampa

Positif tungro

11 Kab. CilacapPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil

hampaPositif Kerdil hampa

12 Kab. CilacapPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil

hampaPositif Kerdil hampa

13 Kab. CilacapPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil

hampaPositif Kerdil hampa

14 Kab. Karawang Kedelai yang diduga terkena SMV Negatif SMV

15 Kab. Karawang Kedelai yang diduga terkena SMV Negatif SMV

16 Kab. Indramayu Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput

17 Kab. Indramayu Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput

18 Kab. Indramayu Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput

19 Kab. Karawang Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput

20 Kab. Karawang Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Positif Kerdil rumput

21 Kab. Bekasi Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput

22 Kab. TasikmalayaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil

hampaPositif Kerdil hampa

23 Kab. TasikmalayaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil hampa

24 Kab. TasikmalayaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil hampa

25 Kab. TasikmalayaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil hampa

26 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil hampa

27 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil hampa

28 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil hampa

29 Prov. Sulawesi Utara Padi yang diduga terinfeksi tungro Positif TUNGRO RTBV

30 Prov. Sulawesi Utara Padi yang diduga terinfeksi tungro Positif TUNGRO RTBV

10 Prov. Sulawesi TengahPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil

hampa dan tungro

Page 83: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

75

Lanjutan

NO Asal Sampel Jenis Sampel Hasil Visualisasi

31 Prov. Sulawesi Utara Padi yang diduga terinfeksi tungro Negatif TUNGRO RTBV

32 Prov. Sulawesi Utara Padi yang diduga terinfeksi tungro Positif TUNGRO RTBV

33 Prov. Sulawesi Utara Padi yang diduga terinfeksi tungro Positif TUNGRO RTBV

34 Prov. Sulawesi Utara Padi yang diduga terinfeksi tungro Positif TUNGRO RTBV

35 Prov. Sulawesi Utara Padi yang diduga terinfeksi tungro Positif TUNGRO RTBV

36 Prov. Sumatera UtaraPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

37 Prov. Sumatera UtaraPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

38 Prov. Sumatera UtaraPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

39 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

40 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

41 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

42 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

43 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

44 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

45 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

46 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

47 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

48 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

49 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

50 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

51 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

52 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

53 IPB Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR

54 IPB Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR

55 IPB Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR

56 IPB Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR

57 Kab. CiamisPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil rumput

58 Kab. CiamisPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil rumput

59 Kab. CiamisPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil rumput

60 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

Page 84: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

76

Lanjutan

NO Asal Sampel Jenis Sampel Hasil Visualisasi

61 Prov. Sumatera SelatanPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

62 Prov. Sumatera SelatanPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

63 Prov. Sumatera SelatanPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

64 Prov. Sumatera SelatanPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

65 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil rumput

66 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil rumput

67 Kab. PurwakartaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil rumput

68 Kab. Purwakarta Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR

69 Kab. Purwakarta Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR

70 Kab. Purwakarta Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR

71 Kab. PurwakartaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif Kerdil rumput/hampa

72 Kab. PurwakartaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil rumput

73 Kab. PurwakartaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil rumput

74 Kab. PurwakartaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil rumput

75 Kab. PurwakartaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil rumput

76 Kab. Pringsewu Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR

77 Kab. Pringsewu Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR

78 Kab. Pringsewu Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR

79 Kab. Pringsewu Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR

80 Kab. Pringsewu Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR

81 Kab. Pringsewu Padi yang diduga terinfeksi BGR Negatif BGR

82 Kab. Garut Padi yang diduga terkena tungro Positif TUNGRO

83 Kab. Garut Padi yang diduga terkena tungro Positif TUNGRO

84 Kab. BogorPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil rumput

85 Kab. BogorPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampa

Positif Kerdil rumput dan kerdil

hampa

86 Kab. BogorPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampa

Positif Kerdil rumput dan kerdil

hampa

87 Kab. Bogor Isolat yang diduga terinfeksi BGR Negatif S. oryzae

88 Kab. Bogor Isolat yang diduga terinfeksi BGR Positif S. oryzae

89 Kab. Sumedang Kedelai yang diduga terkena SMV Negatif SMV

90 Kab. Sumedang Padi yang diduga terkena tungro Positif Tungro

Page 85: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

77

Lanjutan

NO Asal Sampel Jenis Sampel Hasil Visualisasi

91 Kab. Purwakarta Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Positif Kerdil rumput

92 Kab. Purwakarta Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Positif Kerdil rumput

93 Kab. Purwakarta Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Positif Kerdil rumput

94 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil rumput

95 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampa

Positif Kerdil rumput dan kerdil

hampa

96 Prov. GorontaloPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampa

Negatif Kerdil rumput dan

kerdil hampa

97 Prov. GorontaloPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampa

Negatif Kerdil rumput dan

kerdil hampa

98 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil Hampa

99 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil Hampa

100 Kab. IndramayuPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil Rumput

101 Kab. SumedangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampa dan tungroNegatif KR/KH dan Tungro

102 Kab. SumedangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampa dan tungroNegatif KR/KH dan Tungro

103 Kab. SumedangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampa dan tungroNegatif KR/KH dan Tungro

104 Kab. SumedangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampa dan tungroNegatif KR/KH dan Tungro

105 Kab. SumedangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampa dan tungroNegatif KR/KH dan Tungro

106 Kab. SumedangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampa dan tungroPositif Tungro

107 Kab. Temanggung Isolat yang diduga Paenibacillus polymyxa Positif P. polymyxa

108 Kab. Temanggung Isolat yang diduga Pseudomonas flourencens Negatif PF

109 Kab. Garut Padi yang diduga terkena tungro Positif TUNGRO

110 Kab. Garut Padi yang diduga terkena tungro Positif TUNGRO

111 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil Rumput

112 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil Rumput

113 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaPositif Kerdil Rumput

114 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil

hampaNegatif KR/KH

Page 86: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

78

Lampiran 8. Pelayanan Praktek Kerja Lapangan dan Penelitian Mahasiswa

NO PENGGUNA INSTANSI TUJUAN TANGGALJUMLAH

(ORANG)

1 Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Praktek kerja Lapang 27 Desember 2017 - 26 Januari 2018 1

2 Mahasiswa Universitas Islam Nusantara Praktek kerja Lapang 01 Agustus -11 September 2018 4

3 Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Praktek kerja Lapang 23 Juli - 03 Agustus 2018 4

4 Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Praktek kerja Lapang 13- 16 Agustus 2018 2

5 Mahasiswa Universitas Garut Praktek kerja Lapang 1-31 Agustus 2018 4

6 Mahasiswa Universitas Jember Praktek kerja Lapang 16 Juli - 29 Agustus 2018 5

7 Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Penelitian 27 Agustus - 24 September 2018 2

8 Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Penelitian 13 Juli 2018 - 28 Februari 2019 1

9 Mahasiswa Politeknik Negeri Lampung Praktek kerja Lapang 13 Agustus - 12 Oktober 2018 4

10 Mahasiswa UIN SGD Bandung Praktek kerja Lapang 25 Juni - 24 Juli 2018 1

11 Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Penelitian 07 Agustus - 16 Oktober 2018 2

12 Mahasiswa Universitas Brawijaya Praktek kerja Lapang 2 Juli - 6 Oktober 2018 1

13 Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Penelitian 27 Agustus - 1 Oktober 2018 2

14 Mahasiswa Universitas Siliwangi Penelitian 13 April - 8 Juni 2018 1

15 Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Penelitian 18 Juni - 16 Oktober 2018 2

16 Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Penelitian 14 September 2018 - 11 Januari 2019 1

17 Mahasiswa Universitas Islam Nusantara 1 Oktober - Januari 2019 1

18 Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Penelitian 14 Desember 2018 - 7 Januari 2019 2

40Jumlah

Page 87: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

79

Lampiran 9. Pelayanan Praktek Kerja untuk Siswa SMK

NO PENGGUNA INSTANSI TUJUAN TANGGALJUMLAH

(ORANG)

1 Siswa SMK Negeri 1 Jatisari Praktek kerja Industri 4 Januari - 2 April 2018 6

2 Siswa SMK Negeri 1 Cikampek Praktek kerja Industri 19 Februari - 11 Mei 2018 3

3 Siswa SMK Negeri 1 Banyusari Praktek kerja Industri 30 Juli - 10 Oktober 2018 1

4 Siswa SMK PGRI 2 Kotabaru Praktek kerja Industri 7 Mei - 24 Agustus 2018 2

5 Siswa SMK Negeri 1 Jatisari Praktek kerja Industri 1 Agustus - 28 September 2018 5

6 Siswa SMK Negeri Pertanian Karawang Praktek kerja Industri 1 Oktober - 28 Desember 2018 5

7 Siswa SMK Negeri 1 Jatisari Praktek kerja Industri 15 Oktober 2018 - 15 Januari 2018 3

8 Siswa SMK Negeri I Cikampek Praktek kerja Industri 29 Oktober 2018 - 29 Januari 2019 5

9 Siswa SMK Pammor Cikampek Praktek kerja Industri 5 November 2018 - 5 Februari 2019 3

10 Siswa SMK Negeri I Ciasem, Subang Praktek kerja Industri 5 November 2018 - 5 Maret 2019 4

11 Siswa SMK Negeri 1 Patokbeusi, Subang Praktek kerja Industri 5 November 2018 - 5 Februai 2019 6

12 Siswa SMK Negeri I Losarang Praktek kerja Industri 16 November 2018 - 15 Februari 2019 5

Jumlah 48

Page 88: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

80

Lampiran 10. Pelayanan Magang untuk Petugas

NO TANGGAL/BULAN PENGGUNA INSTANSI MATERIJUMLAH

(ORANG)

1 10-11 Desember 2018 Guru SMK Negeri 2 Subang

Indetifikasi Penyakit

Tanaman di Lab.

Fitopalogi ( Penyakit )

3

2 26-30 November 2018 Petugas BPTPH Prov. Lampung Pelatihan Agens Hayati 5

3 22 Oktober 2018 PetugasPT. Pemuka Sakti Manis Indah,

Lampung

Perbanyakan

Trichogramma2

10Jumlah

Page 89: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

81

Lampiran 11. Bimbingan Teknis P3OPT Tahun 2018

No. Lokasi Petugas Uraian Kegiatan

1 Banggai, Sulawesi

Tengah

Anton Yustiano, Didah

Mahmudah

Memberikan bimbingan pengamatan OPT di

lapangan dan pelaporan, diikuti oleh calon THL

POPT Kabupaten Banggai

2 Banjar, Jawa Barat Dianto Momon, Achmad

Imroni, Anton Yustiano

Bimbingan Teknis Pengendalian WBC dan

Kepinding tanah di KT Sariasih, Binangun,

Pataruman

3 Banyumas, Jawa

Tengah

Turyadi dan Nur Iksan

Hidayat

Bimbingan teknis kepada PPL, POPT, petugas

LPHP Banyumas dan perwakilan petani se desa

Ajibarang Kulon dengan materi Penanganan

WBC dan pelaksanaan eradikasi serangan

WBC, KR/KH

4 Bekasi, Jawa Barat Kepala BBPOPT, Kabag

Umum, Wayan Murdita dan

Nanar A Cahyana

Penyelarasan dalam hal pengamatan dan

pelaporan serangan OPT yang dihadiri oleh

Direktur Perlindungan TP, Kepala BBPOPT,

Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian

Bekasi, Kepala BPP, POPT dan PPL

5 Brebes, Jawa Tengah Turyadi dan Nur Iksan

Hidayat

Memberikan bimbingan pengamatan di lapangan

dan pelaporan, diikuti oleh THL POPT

6 Ciamis, Jawa Barat Kepala BBPOPT, Kabid

Yantekindo, Atep Budiman

Bimbingan Teknis pengamatan dan

pengendalian OPT di Kabupaten Ciamis

7 Cianjur, Jawa Barat Kepala BBPOPT, Kabid

Yantekindo, Atep Budiman

Bimbingan Teknis pengamatan dan

pengendalian OPT di Kabupaten Cianjur

8 Cirebon, Jawa Barat Yadi K, Yoyo K, Cahyadi

Irwan, Dianto Momon

Bimbingan teknis kepada seluruh POPT

kabupaten Cirebon, terkait teknik pengamatan

dan pelaporan serangan OPT

9 Garut, Jawa Barat Kepala BBPOPT, Kabid

Yantekindo, Atep Budiman

Bimbingan Teknis pengamatan dan

pengendalian OPT di Kabupaten Garut,

10 Indramayu, Jawa Barat Yadi K, Yoyo K, Cahyadi

Irwan, Dianto Momon

Bimbingan teknis kepada seluruh POPT

kabupaten Indramayu terkait teknik pengamatan

dan pelaporan serangan OPT

11 Jambi Sudarti, Anton Yustiano Bimbingan Teknis pertemuan perlindungan

tanaman dengan materi Pengendalian OPT

ramah lingkungan

12 Jepara, Jawa Tengah Yadi K, Turyadi, Nanar A

Cahyana

Bimbingan teknis dan gerakan pengendalian

Tikus. Materi yang disampaikan adalah

pengendalian tikus, PBP dan Blas

13 Jombang, Jawa Timur Hadi Suyanto Bimbingan Teknis di KT. Mojoanyar Ds.

Mojotengah, Kec. Bareng, Jombang dengan

materi Bubidaya tanaman Sehat

14 Karawang, Jawa Barat Kepala Bidang Yantekindo,

Kasi Pemantev, Yadi K,

cahyadi Irwan, Dianto M,

Surono dan Sawadi

Bimbingan teknis kepada seluruh POPT

kabupaten Karawang terkait teknik pengamatan

dan pelaporan serangan OPT

15 Klungkung, Bali Kasi Yantek, Wayan Murdita

dan Turyadi

Pengamatan OPT dan Pengendalian Tikus,

Blas, dan Tungro

16 Medan, Sumatera Utara Kabid Progrev Bimbingan Teknis identifikasi Pengamatan dan

Pengendalian WBC, Virus KR/KH di BPTPH

Sumatera Utara. Dihadiri oleh seluruh koortikab,

Kepala LPHP dan pejabat POPT di lingkup

BPTPH

Page 90: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

82

Lanjutan

No. Lokasi Petugas Uraian Kegiatan

17 Kuningan, Jawa Barat Anton Yustiano, Sudarti dan

Gun Gun Gunawan

Bimbingan teknis diberikan kepada seluruh

POPT Kabupaten Kuningan dengan metode

sekolah lapangan (langsung praktek di

lapangan). Kegiatan meliputi praktek

pengamatan sampai dengan penyusunan

rekomendasi dan pelaporan hasil pengamatan

18 Kupang, NTT Kabid Yantekindo, Nur Iksan

H

Bimbingan teknis Pembuatan media

perbanyakan isolat APH

19 Lingga, Kepulauan Riau Kabid Yantekindo, Umi

Kulsum

Bimbingan Teknis P3OPT

20 LPHP Sukarame,

Palembang

Dedi Darmadi dan Idah

Faridah

Pertemuan teknis dan koordinasi pengelolaan

WBC dengan Kortikab dan POPT se-wilayah

LPHP Sukarame, Bimbingan pengendalian

WBC

21 Madiun, Jawa Timur Kabid Progrev Bimbingan teknis pengendalian penyakit blas

22 Majalengka, Jawa Barat Yadi K, Yoyo K, Cahyadi

Irwan, Dianto Momon

Bimbingan teknis kepada seluruh POPT

kabupaten Majalengka, terkait teknik

pengamatan dan pelaporan serangan OPT

23 Manggarai Barat, NTT Kabid Yantekindo, Nur Iksan

H

Materi yang disampaikan : Teknis Dem Area,

WBC, agens pengendali hayati dan Prektek

perbanyakan Paenibacillus polymyxa

24 Mojokerto, Jawa Timur Kabid Progrev Bimbingan Teknis Pengembangan dan Evaluasi

Pemanfaatan Burung Hantu untuk Pengendalain

Hama tikus di Desa Wunut, Kecamatan

Mojoanyar, Mojokerto dilanjutkan pemasangan

rumah burung hantu

25 Musi Rawas, Sumatera

Selatan

Gun Gun Gunawan Bimbingan Teknis Pengendalian WBC

26 Pamekasan, Jawa

Timur

Kabid Progrev Pembekalan awal gerakan pengendalian OPT

daerah Endemis Blas di KT Sukakarya,

Kertagena Daya, Pamekasan

27 Pandeglang, Banten Dedi Darmadi Materi yang disampaikan adalah teknik/metode

pengamatan OPT

28 Pangandaran, Jawa

Barat

Kepala BBPOPT, Kabid

Yantekindo, Atep Budiman

Bimbingan Teknis pengamatan dan

pengendalian OPT di Kabupaten Pangandaran

29 Pekalongan, Jawa

Tengah

Nur Iksan H Bimbingan Teknis Pengendalian WBC di Ds.

Krandon, Kec. Kesesi, Pekalongan

30 Pemalang, Jawa

Tengah

Kasubbag RTP, Nur Ikhsan

H

Bimbingan teknis terkait kewaspadaan terhadap

serangan OPT

31 Purwakarta, Jawa

Barat

Turyadi, Surono, Nanar A

Cahyana

Bimbingan teknis kepada seluruh POPT dan

PPL kabupaten Purwakarta, terkait teknik dan

pengendalian serangan WBC, KR/KH

32 Purworejo, Jawa

Tengah

Turyadi, Hadi Suyanto Bimbingan Teknis P3OPT dengan materi

Pengamatan OPT, Pengenalan OPT Utama

Padi, evaluasi hasil pengamatan

Page 91: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

LAKIN BBPOPT TAHUN 2018

83

Lanjutan

No. Lokasi Petugas Uraian Kegiatan

33 Samarinda, Kalimantan

Timur

Kasi Pemantev dan Dewi

Nirwati

Bimbingan Teknis P3OPT petugas POPT se

kalimantan Timur

34 Sampang, Jawa Timur Dedi Darmadi Bimbingan teknis pelepasan parasitoid dalam

rangka pengendalian PBP di KT Sumber

Bahagia, Paranenan, Kedundung

35 Serang, Banten Kabid Yantekindo, Hadi

Suyanto dan Sawadi

Koordinasi dengan Kepala Dinas Pertanian

Provinsi Banten dan Kepala BPTPH Provinsi

Banten untuk dukungan kegiatan dukungan

pengamanan produksi dari serangan OPT

36 Serdang Bedagai,

Sumatera Utara

Kabid Progrev Pengamatan lapangan, identifikasi virus KR/KH

yang dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai.

Dihadiri oleh POPT Kabupaten serdang bedagai

dan Kepala seksi Pelayanan Teknis UPTD

BPTPH Sumatera Utara

37 Sigi, Sulawesi Tengah Yoyo K, Turyadi Bimbingan Teknis Pengamatan, Peramalan

dan Pengendalian PBP di wilayah LPHP

Biromaru, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah

38 Subang, Jawa Barat Yadi K, cahyadi Irwan,

Dianto M, Yoyo K

Bimbingan teknis kepada seluruh POPT

kabupaten Subang terkait teknik pengamatan

dan pelaporan serangan OPT.

39 Temanggung, Jawa

Tengah

Sudarti, Dedi Darmadi Bimbingan Teknis P3OPT dengan materi

Pengamatan OPT, Pengenalan Hama dan

Musuh Alami

40 Trimurjo, Lampung

Tengah

Wahyudin, Atep B Bimbingan Teknis P3OPT di LPHP Trimurejo,

Lampung dengan materi Strategi Pengendalian

OPT dalam menghadapi MT 2018/2019

41 Tulungagung, Jawa

Timur

Kabid Progrev Bimbingan Teknis Pengamatan dan

Pengendalian OPT di KT. Budi Luhur, Ds.

Sukodono, Karangrejo, Tulungagung

42 Palembang, Sumatera

Selatan

Yadi K Workshop Metode Pengamatan dan Pelaporan

Page 92: LAKIN BBPOPT TAHUN 2018