kulit dan kelamin

4
Penatalaksanaan Dermatitis Stasis pada Wanita Usia 46 Tahun Abstrak Dermatitis stasis yaitu dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena (atau hipertensi vena) tungkai bawah. Dermatitis stasis secara khas terjadi pada pasien usia pertengahan dan orang tua. Mekanisme timbulnya dermatitis ini masih belum jelas. Akibat tekanan vena yang meningkat pada tungkai bawah, akan terjadi pelebaran vena atau varises, dan edema. Lambat laun kulit akan berwarna merah kehitaman dan timbul purpura dan hemosiderosis. Edema dan varises mudah terlihat bila penderita lama berdiri. Kelainan ini dimulai dari permukaan tungkai bawah bagian medial atau lateral di atas maleolus. Kemudian secara bertahap akan meluas ke atas sampai di bawah lutut, dan ke bawah sampai di punggung kaki. Dalam perjalanan selanjutnya terjadi perubahan eksematosa berupa eritema, skuama, kadang eksudasi dan gatal. Bila telah berlangsung lama kulit akan menjadi tebal dan fibrotik, meliputi sepertiga tungkai bawah, sehingga tampak seperti botol yang terbalik. Keadaan ini disebut lipodermatosklerosis. Seorang wanita 46 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan gatal pada tungkai dan kaki kiri, dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, gatal dirasakan sepanjang hari dan terasa sangat mengganggu, awalnya hanya terasa gatal namun kemudian pasien selalu menggaruk dan lama kelamaan kulit agak menebal dan berubah warna menjadi kehitaman. Keyword : dermatitis, stasis, terapi. Isi Pasien datang dengan gatal pada tungkai dan kaki kiri. Keluhan dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, gatal dirasakan sepanjang hari dan terasa sangat mengganggu, awalnya hanya terasa gatal namun kemudian pasien selalu menggaruk dan lama kelamaan kulit agak menebal dan berubah warna menjadi kehitaman. Sebelumnya sudah periksa ke RSUD dan gatal dirasakan berkurang setelah diberi obat yang diminum. Pasien menderita varises pada kedua tungkai dan kaki sejak 10 tahun yang lalu, pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang sering beraktivitas di ladang dan sering berdiri dalam waktu lama. Riwayat alergi obat, riwayat sakit gula, darah tinggi, sakit jantung semuanya disangkal. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan sama. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis. Pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal. Status dermatologis pada pergelangan kaki sampai punggung kaki kiri tampak plak hiperpigmentasi bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, tepi irregular, distribusi lokal, disertai skuama kasar dan likenifikasi di atasnya. Pada tungkai bawah sampai kaki kanan dan kiri tampak varises. Diagnosis Diagnosis Kerja : Dermatitis Stasis Terapi

Upload: luri-aulianti

Post on 08-Dec-2014

53 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

e case

TRANSCRIPT

Page 1: Kulit Dan Kelamin

Penatalaksanaan Dermatitis Stasis pada Wanita Usia 46 Tahun

Abstrak

Dermatitis stasis yaitu dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena (atau hipertensi vena) tungkai bawah. Dermatitis stasis secara khas terjadi pada pasien usia pertengahan dan orang tua. Mekanisme timbulnya dermatitis ini masih belum jelas. Akibat tekanan vena yang meningkat pada tungkai bawah, akan terjadi pelebaran vena atau varises, dan edema. Lambat laun kulit akan berwarna merah kehitaman dan timbul purpura dan hemosiderosis. Edema dan varises mudah terlihat bila penderita lama berdiri. Kelainan ini dimulai dari permukaan tungkai bawah bagian medial atau lateral di atas maleolus. Kemudian secara bertahap akan meluas ke atas sampai di bawah lutut, dan ke bawah sampai di punggung kaki. Dalam perjalanan selanjutnya terjadi perubahan eksematosa berupa eritema, skuama, kadang eksudasi dan gatal. Bila telah berlangsung lama kulit akan menjadi tebal dan fibrotik, meliputi sepertiga tungkai bawah, sehingga tampak seperti botol yang terbalik. Keadaan ini disebut lipodermatosklerosis. Seorang wanita 46 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan gatal pada tungkai dan kaki kiri, dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, gatal dirasakan sepanjang hari dan terasa sangat mengganggu, awalnya hanya terasa gatal namun kemudian pasien selalu menggaruk dan lama kelamaan kulit agak menebal dan berubah warna menjadi kehitaman.

Keyword : dermatitis, stasis, terapi.

Isi

Pasien datang dengan gatal pada tungkai dan kaki kiri. Keluhan dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, gatal dirasakan sepanjang hari dan terasa sangat mengganggu, awalnya hanya terasa gatal namun kemudian pasien selalu menggaruk dan lama kelamaan kulit agak menebal dan berubah warna menjadi kehitaman. Sebelumnya sudah periksa ke RSUD dan gatal dirasakan berkurang setelah diberi obat yang diminum. Pasien menderita varises pada kedua tungkai dan kaki sejak 10 tahun yang lalu, pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang sering beraktivitas di ladang dan sering berdiri dalam waktu lama. Riwayat alergi obat, riwayat sakit gula, darah tinggi, sakit jantung semuanya disangkal. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan sama.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis. Pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal. Status dermatologis pada pergelangan kaki sampai punggung kaki kiri tampak plak hiperpigmentasi bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, tepi irregular, distribusi lokal, disertai skuama kasar dan likenifikasi di atasnya. Pada tungkai bawah sampai kaki kanan dan kiri tampak varises.

Diagnosis

Diagnosis Kerja : Dermatitis Stasis

Terapi

Medikamentosa : Interhistin 3 x 10mg sebagai anti histamin untuk mengurangi gatal,  obat oles yang terdiri dari campuran asam salisilat (keratolitik) dan inerson (kortikosteroid).

Non-medikamentosa : Menjelaskan kepada pasien agar jangan menggaruk dan menggunakan obat secara teratur. Tidak berdiri dalam waktu yang lama untuk mengurangi varises.

Diskusi

Diagnosis dermatitis stasis dapat ditegakkan karena pada anamnesis didapatkan keluhan pasien berupa gatal pada kaki kiri dan tungkai bawah kiri, keluhan sudah dikeluhkan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya pasien hanya mengeluhkan gatal saja namun karena terasa sangat mengganggu, pasien kemudian sering menggaruk dan lama kelamaan kulit agak menebal dan berubah kehitaman. Pasien telah menderita varises selama 10 tahun, dan

Page 2: Kulit Dan Kelamin

pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang sering beraktivitas di ladang serta sering berdiri dalam waktu lama. Riwayat varises serta aktivitas sehari-hari mendukung diagnosis dermatitis stasis.

Hal tersebut sesuai dengan definisi dermatitis stasis yaitu dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena (atau hipertensi vena) tungkai bawah. Sinonim : dermatitis gravitasional, eksem stasis, dermatitis hipostatik, ekzem varikosa, dermatitis venosa. Dermatitis stasis secara khas terjadi pada pasien usia pertengahan dan orang tua. Kasus tersebut jarang terjadi sebelum dekade ke-5 kecuali pada pasien dengan acquired venous insufficiency, karena pembedahan, trauma atau thrombosis. Stasis biasanya merupakan sekuele kutaneus yang paling awal muncul dari insufisiensi vena dan hal tersebut dapat menjadi precursor untuk masalah problematik selanjutnya seperti venous leg ulceration dan lipodermatosclerosis. Di Amerika prevalensi dermatitis stasis sekitar 6-7% pada pasien yang berusia >50 tahun. Lebih banyak terjadi pada wanita usia pertengahan atau usia lanjut, kemungkinan karena efek hormonal serta kecenderungan terjadinya trombosis vena dan hipertensi saat kehamilan.

Pada pemeriksaan fisik status generalisata dalam batas normal, pada status dermatologis didapatkan pada pergelangan kaki sampai punggung kaki kiri tampak plak hiperpigmentasi bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, tepi irregular, distribusi lokal, disertai skuama kasar dan likenifikasi di atasnya. Pada tungkai bawah sampai kaki kanan dan kiri tampak varises. Pemeriksaan fisik tersebut menunjang diagnosis dermatitis stasis yang sub akut atau kronis karena sudah tidak dijumpai lagi tanda-tanda dermatitis akut seperti eritem, tampak pustule, vesikel, bula dll. Pada kasus ini tidak dijumpai komplikasi dermatitis stasis.

Mekanisme timbulnya dermatitis ini masih belum jelas. Ada teori yang mengatakan bahwa dengan meningkatnya tekanan hidrostatik dalam sistem vena, terjadi kebocoran fibrinogen masuk ke dalam dermis. Teori lain menyatakan adanya hubungan arterio-vena, mengakibatkan hipoksia dan kekurangan bahan makanan di kulit yang terkena gangguan. Ada juga hipotesis perangkap faktor pertumbuhan (growth factor “trap” hypothesis), hipotesis lain yaitu karena terperangkapnya sel darah putih (white cell trapping hypothesis).

Akibat tekanan vena yang meningkat pada tungkai bawah, akan terjadi pelebaran vena atau varises, dan edema. Lambat laun kulit akan berwarna merah kehitaman dan timbul purpura (karena ekstravasasi sel darah merah ke dalam dermis) dan hemosiderosis. Edema dan varises mudah terlihat bila penderita lama berdiri. Kelainan ini dimulai dari permukaan tungkai bawah bagian medial atau lateral di atas maleolus. Kemudian secara bertahap akan meluas ke atas sampai di bawah lutut, dan ke bawah sampai di punggung kaki. Dalam perjalanan selanjutnya terjadi perubahan eksematosa berupa eritema, skuama, kadang eksudasi dan gatal. Bila telah berlangsung lama kulit akan menjadi tebal dan fibrotik, meliputi sepertiga tungkai bawah, sehingga tampak seperti botol yang terbalik. Keadaan ini disebut lipodermatosklerosis.

Dermatitis stasis dapat mengalami komplikasi berupa ulkus di atas maleolus disebut ulkus venosum atau ulkus varikosum; dapat pula mengalami infeksi sekunder misalnya selulitis dan dapat terbentuk skar permanen. Dermatitis stasis dapat diperberat karena mudah teriritasi oleh bahan kontaktan, atau mengalami fotosensitisasi.

Pada kasus ini diberikan terapi antihistamin (Interhistin) 3 x sehari untuk mengurangi rasa gatal, kemudian diberi ointment yang mengandung asam salisil 2% dan inerson. Asam salisil 2% berperan sebagai keratolitik dan inerson yang mengandung kortikosteroid sebagai antiinflamasi dan anti mitosis. Menurut beberapa sumber penatalaksanaan yang diberikan pada dermatitis stasis berupa :

1. Menghindari faktor-faktor yang memperberat stasis seperti berdiri terlalu lama, duduk dengan berjuntai. Untuk mengatasi edema, tungkai dinaikkan waktu tidur dan waktu duduk.

2. Apabila sedang menjalankan aktivitas, memakai kaos kaki penyangga varises atau pembalut elastik yang dapat membungkus sampai lutut, tetapi jari kaki bebas. Menggunakan stoking penyangga yang tepat bisa membantu mencegah kerusakan kulit yang serius dengan cara mencegah penimbunan cairan di tungkai yang lebih bawah.

3. Pada dermatitis stasis akut dapat diberikan kompres seperti larutan PK 1:10.0004. Pada keadaan kronik diberikan krim kortikosteroid potensi ringan sampai sedang. 5. Antibiotika sistemik diberikan untuk mengatasi infeksi sekunder. 6. Bila terjadi ulkus berikan perangsang granulasi atau pemacu epitelialisasi seperti larutan Ag nitrat

0,5%, Bioplacenton, Trofodermin, Solcoseryl, Bepanthen.

Page 3: Kulit Dan Kelamin

7. Pada dermatitis stasis, kulit mudah teriritasi karena itu sebaiknya penderita menghindari pemakaian krim antibiotik, krim anestetik, alcohol, lanolin, atau bahan kimia lainnya sebab bisa memperburuk keadaan.

Kesimpulan

Telah dilaporkan 1 kasus dengan diagnosis dermatitis stasis dimana keluhan utama berupa gatal terutama pada kaki dan tungkai bawah yang didahului dengan adanya riwayat varises dalam waktu yang cukup lama. Pada awal mula penyakit tampak eritem pada tungkai bawah terasa gatal, yang lama kelamaan akan muncul plak hiperpigmentasi disertai skuama dan likenifikasi. Terapi yang diberikan terutama untuk mencegah stasis dengan cara menghindari berdiri dalam waktu lama, kaki ditinggikan saat tidur, menggunakan stoking untuk penderita varises, penggunaan obat-obatan seperti salep kortikosteroid sebagai antiinflamasi dapat ditambah asam salisil sebagai keratolitik dan anhistamin untuk mengurangi gatal.

Referensi

Dermatitis stasis, diambil dari www.emedicine.com

Djuanda, Adhi, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi keempat, FKUI, 2006. Jakarta. Lipodermato sklerosis, diambil dari

http://www.internationaleczema-psoriasisfoundation.org/stasis_dermatitis.php4 pada 28 Agustus 2012

Rycroft, R.J.Q., Robertson, S.J., Wakelin, S.H. A Colour Handbook Dermatology Second Edition. 2010.

Manson Publishing : London Venous stasis dermatitis, diambil dari http://dermnetnz.org/dermatitis/venous-eczema.html pada 28

Agustus 2012

Penulis

Luri Aulianti, Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKIK UMY RSUD Setjonegoro Wonosobo.