kulit kelamin

37
Penegakan Diagnosis Penyakit Kulit dan Kelamin Widya Ainun Nisa 20090310204

Upload: michael-wijaya

Post on 26-Dec-2015

73 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

diagnosis

TRANSCRIPT

Penegakan DiagnosisPenyakit Kulit dan Kelamin

Widya Ainun Nisa

20090310204

Pendahuluan

• Untuk menegakan diagnosis penyakit kulit perlu dilihat secara komprehensif, oleh karena penyebab kulit bukan hanya terletak pada satu faktor, tetapi tergantung dari banyak faktor/penyebab

• Walaupun penyakit kulit dapat dilihat dengan mata telanjang, namun dibalik kelainan tersebut banyak hal tersembunyi yang perlu mendapat perhatian. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan yang cermat dan teliti. Selain harus mengetahui anatomi, fisiologi, histopatologi, dan imunologi kulit maka pengetahuan tentang epidemiologi dan jenis-jenis efloresensi kulit sangat diperlukan sampai pada diagnosis yang tepat

• Cara pendekatan yang komprehensif ini dikumpulkan dalam suatu himpunan data tentang riwayat perjalanan penyakit, yang dikenal sebagai stasus penyakit penderita (SSP)

• Status Penyakit Penderita terdiri dari:– Anamnesis– Pemeriksaan fisik– Pemeriksaan laboratorium– Ringkasan – Diagnosis banding– Diagnosis kerja– Penatalaksanaan – Prognosis– Pengawasan perjalanan penyakit

ANAMNESIS

• Anamnesis pada penyakit kulit meliputi:– Keluhan Utama– Riwayat penyakit sekarang, meliputi:

• Onset

• Tempat predilkksi lesi

• Gejala yang menyertai, gatal atau nyeri

• Pola penyebaran lesi (evolusi)

• Perkembangan atau perubahan lesi, sejak muncul pertama kali sampai saat pemeriksaan (evolusi)

• Faktor pencetus (panas, dingin, paparan sinar matahari, kelelahan/olahraga, riayat bepergian, riwayat minum obat, kehamilan, musim)

– Riwayat pengobatan yang sudah dilakukan

– Gejala sistemik atau prodromal yang mendahului atau menyertai. Pada penyakit akut dapat disertai gejala demam, mengigil, kelemahan, nyeri kepala dan sendi, penyakit kronis dapat disertai gejala lesu, anoreksia, penurunan berat badan

– Riwayat penyakit dahulu ( penyakit sistemik atau kulit, rawat inap, alergi khususnya alergi obat, pengobatan yang diterima selama ini, riwayat atopi (asma, rhinitis alergika, eksim), kebiasaan merokok, penyalahgunaan obat, alkohol)

– Riwayat penyakit keluarga (khususnya penyakit yang bersangkutan, riwayat atopi, psoriasis, xantoma)

– Riwayat sosial (khususnya kegiatan sehari-hari, hobi berpergian)

– Riwayat hubungan seksusal (tertama berhubunga dengan faktor resiko infeksi HIV (tranfusi darah, penggunaan obat-obatan intravena, pasangan seksual tidak tetap lebih dari 1, riwayat infeksi menular seksual)

Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan fisik meliputi:– Keadaan Umum– Tanda Vital

• Denyut nadi• Respirasi• Suhu tubuh

– Status Dermavenereologi• Pemeriksaan status dermatologi menggunakan sinar lampu putih

(TL)/ sinar matahari dan alat yang diperlukan adalah kaca pembesar dan lampu senter (sinar putih), untuk memastikan permukaan lesi yang menonjol dengan penyinaran dari samping atau membantu mengamati lesi pada mukosa

• Pengamatan dilakukan pada seluruh permukaan kulit dan mukosa, kuku, rambut serta limfonodi.

• Inspeksi diperoleh informasi tentang susunan konfigurasi, distribusi dan morfologi atau bentuk lesi

• Palpasi bertujuan menilai tekstur, konsistensi,dan kedalaman lesi, rasa nyeri serta untuk meyakinkan pasien bahwa lesi tidak berbahaya bagi pemeriksa. Pada waktu palpasi, harus mampu mendiskripsikan morfologi tiap lesi yang dihubungkan dengan patogenesis atau klinikopatologi

Diskripsi lesi pada status dermatologi:

1. Tipe atau jenis lesi baik primer maupun sekundera. Tipe primer:

• Makula

Efloresensi primer yang berbatas tegas, hanya berupa perubahan warna kulit tanpa perubahan bentuk. Contoh adalah melanoderma, leukoderma, purpura, petekie, ekimosis.

A. Hiperpigmentasi, pigmen melaninB. Biru, bayangan melanositC. Eritema, vasodilatasi kapilerD. Purpura, ekstravasasi eritrosit

MAKULA

• Papul

penonjolan diatas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran kecil (diameter < 1 cm) dan berisikan zat padat

A. Deposit metabolik B. Serbukan sel radangC. Hiperplasi sel epidermis dan dermis

• Plak peninggian kulit akibat perluasan atau menyatunya beberapa papul atau nodul. Contohnya: psoriasis, granuloma annulare

• Nodul peninggian kulit berbatas jelas, lebih dalam dan lebih besar dari papula, terdapat didermis atau subkutis. Contoh : eritema nodusum, furunkel

NODUL

A. Infiltrat sampai subkutanB. Infiltrat di dermis

• Vesikel

peninggian kulit yang terbatas, beratap, mempunyai dasar, berdiameter < 0,5 cm, berisi cairan jernih didalamnya dan biasanya terletak pada subcorneal. Jika berisi darah disebut vesikel hemoragik. Contoh : varisela, herpes simpleks.

• Pustulvesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah vesikel disebut vesikel hipopion. Contoh pioderma, acne vulgaris.

• BulaVesikel yang berukuran lebih besar, nampak adanya cairan didalamnya. Dikenal juga bula hemoragik, bula purulen, dan bula hipopion. Dapat terletak intraepidermal-demoepidermal-intradermal. Contoh : impetigo vesikobulosa, eksantema bulosa, pemfigus.

• Urtika

peninggian kulit yang terbatas, disebabkan edema didermis yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan. Contoh: urtikaria, angioderma.

• KistaRuangan berdinding dan berisi cairan, sel maupun sisa sel. Kista terbentuk bukan akibat peradangan, walaupun kemudian dapat meradang. Dinding kista merupakan selaput yang terdiri atas jaringan ikat dan biasanya dilapisi sel epitel atau endotel. Kista terbentuk dari kelenjar yang melebar dan tertutup, saluran kelenjar, pembuluh darah, saluran getah bening, atau lapisan epidermis. Isi kista terdiri atas hasil dindingnya, yaitu serum, getah bening,kerigat, sebum, sel-sel epitel, lapisan tanduk dan rambut.

b. Tipe sekunder• Skuama

lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat halus sebagai taburan tepung, maupun lapisan tebal dan luas sebagai lembaran kertas. Dapat dibedakan misalnya pitiriasiformis (halus), psoriasiformis (berlapis-lapis), iktiosiformis (seperti ikan), kutikular (tipis), lamelar (berlapis), membranosa atau ekfoliativa (lembaran-lembaran), dan keratorik (terdiri zat tanduk)

• Krusta

merupakan cairan badan yang mengering. Dapat bercampur dengan jaringan nekrotik, maupun benda asing (kotoran, obat, dsb). Warnanya ada beberapa macam : kuning muda berasal dari serum, kuning kehijauan berasal dari pus, dan kehitaman berasal dari darah

• Erosikelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui stratum basal. Contoh: bila kulit digaruk sampai stratum spinosum maka akan keluar cairan serous dari bekas garukan.

• Ekskoriasikelainan kulit yang disebabkan oleh hilangnya jaringan sampai dengan stratum papilare. Contoh : bila kulit digaruk lebih dalam sehingga tergores sampai ujung papil, maka akan terlihat darah yang keluar dari serum.

• Ulkuskelainan kulit yang disebabkan oleh hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi. Dengan demikian ulkus memiliki tepi, dinding, dasar dan isi. Termasuk erosi dan eksoriasi dengan bentuk linier adala fisura (rhagades) yaitu belahan kulit yang terjadi oleh tarikan jaringan disekitarnya, terutama terlihat pada sendi dan batas kulit denganselaput lendir.

• Likenefikasipenebalan kulit disertai dengan relief kulit

• Sikatriks terdiri jaringan tidak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan kulit licin, dan tidak terdapat adneksa kulit. Sikatrik dapat atrofik, kulit mencekung dan dapat hipertrofik, yang secara klinis lebih menonjol karena kelebihan jaringan ikat.bila sikatrik hipertrofik menjadi patologik, dengan pertumbuhan melampaui batas luka disebut keloid (sikatrik yang pertumbuhan selnya mengikuti pertumbuhan tumor) dan ada kecenderungan untuk terus membesar.

2. Warna lesi : sewarna kulit, merah jambu, eritem/merah, purpurik (merah keunguan, dapat dibedakan dari eritema dengan tes diaskopi), putih (hipo/de-pigmentasi), coklat-hitam (hiperpigmentasi). Warna lesi dapat sewarna/homogen atau bervariasi.

3. Batas lesi: berbatas tegas (dapat ditelusuri dengan pena), atau tidak tegas. Batas lesi disebutkan apabila lesi berupa plak atau patch

konsistensi: lunak, kenyal atau keras, perubahan temperatur (hangat/tidak), mobilitas, nyeri tekan, kedalaman lesi. Konsistensi disebutkan untuk lesi berupa nodul/massa.

Bentuk lesi utama apakah bulat, oval, polygonal, polisiklik, anular (cincin), umbilikated (berlekuk pada bagian tengah, menyerupai umbilikus).

4. Jumlah lesi (tunggal atau multiple) dan susunan lesi hanya untuk lesi multiple (berkelompok seperti hipetiformis, anuler, reticulated (seperti jala), linear, atau tersebar/diseminata, ada konfluen/penyatuan lesi atau tidak.

5. Distribusi lesi : bagaimana perluasanya, lesi tunggal, lokalisata, general (merata hampir seluruh tubuh, seperti pada ertroderma), bagaimana polanya, simetris, daerah tekanan, area intertriginosa, unilateral (lesi hanya terdapat pada satu belahan tubuh kanan atau kiri pada vitiligo), sesuai dermatom tertentu (pada herpes zoster), pada daerah terpapar sinar matahari (dermatitis fotokontak alergi), daerah seborea (dermatitis seboroik, akne)

Pemeriksaan Penunjang

• Agar diagnostik lebih pasti harus ditunjang dengan pemeriksaan laboratorik dan pemeriksaan spesifik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:– Pemeriksaan darah rutin, feses dan kemih, serta kimia darah– Pemeriksaan sediaan apus basah seperti pemeriksaan terhadap

hifa (dengan KOH 10%), trikomonas (NaCl 0,9%)– Pemeriksaan sekret/bahan-bahan dari kulit dengan pewarnaan

khusus, seperti Gram (untuk bakteri), Ziehl Nielsen untuk basil tahan asam, gentien violet untuk virus, mikroskop lapangan gelap untuk spirokaeta, pemeriksaan cairan gelembung (untuk menghitung eosinofil), dan pemeriksaan sel Tzanck.

– Pemeriksaan serologik untuk sifilis, frambusia– Pemeriksaan dengan sinar wood terhadap infeksi jamur kulit.

– Pemeriksaan terhadap alergi: uji gores, tetes, temple, tusuk dan uji suntik

– Pemeriksaan histopatologi

Ringkasan

• Merupakan ringkasan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yang menunjang kearah diagnosis. Tidak perlu mengulangi semuanya tetapi cukup dipusatkan pada hal-hal yang menyokong diagnosis

Diagnosis banding

• Berdasarkan hasil pemeriksaan spesifik dan ringkasan, dipikirkan beberapa penyakit yang mepunyai perjalanan/gejala/tanda serta hasil pemeriksaan laboratorium yang hampir sama, dan ini dicatat dalam diagnosis bading.

Diagnosis kerja

• Merupakan diagnosis yang kemungkinanya palin besar

Penatalaksanaan

• Semua tindakan yang diperlukan untuk mengurangi penderitaan dan untuk menghindari rekurensi penyakit. Dalam hal ini ada pengobatan umum yang bertujuan mengurangi rekurensi dan pencegahan selanjutnya. Sedangkan pengobatan khusus adalah semua tindakan yang berguna untuk mengobati/ mengurangi penderitaan yang kini dialami, dapat berupa pemberian obat-obat sistemik maupun topikal.

Prognosis

• Memperkirakan perjalanan akhir penyakit

Pengawasan selanjutnya

• Mempertahankan perjalanan penyakit serta hasil pengobatan atau tindakan yang telah dilakukan.

*Terima Kasih*