ilmu kulit & kelamin

51
Ilmu Kulit & Kelamin CATATAN TUTORIAL OPTIMA

Upload: meyrachan

Post on 15-Dec-2015

87 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

ilmu kedokteran komunitas untuk bekal ukdi mahasiswa kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: Ilmu Kulit & Kelamin

Ilmu Kulit & Kelamin

CATATAN TUTORIAL OPTIMA

Page 2: Ilmu Kulit & Kelamin

Vehikulum Obat Topikal

• Cairan (solusio, tingtura, kompres) – Membersihkan kulit dari debris – Perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, pustula – Keadaan yang basah menjadi kering – Merangsang epitelisasi

• Bedak – Penetrasi sedikit – Diberikan pada dermatosis yang kering dan superfisial – Berguna untuk mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah

• Salep – Diberikan pada dermatosis yang kering dan kronik, berkrusta – Penetrasi paling kuat – Kontraindikasi pada dermatitis madidans (dengan eksudasi), tidak

dianjurkan pada bagian tubuh yang berambut

Page 3: Ilmu Kulit & Kelamin

• Bedak kocok – Diberikan pada dermatosis yang kering, superfisial, agak

luas. Pada keadaan yang subakut – Penetrasi sedikit, mengurangi gatal – Kontraindikasi: dermatitis madidans, daerah berambut

• Krim – Indikasi kosmetik – Dermatosis subakut yang luas, penetrasi >> bedah kocok – Boleh digunakan di daerah berambut – Kontaindikasi: dermatitis madidans

• Pasta (campuran bedak & vaselin) – Dermatosis yang agak basah (bersifat mengeringkan) – Kontraindikasi: dermatitis madidans, daerah berambut,

tidak dianjurkan pada daerah lipatan

• Linimen (campuran cairan, bedak, salep) – Diberikan pada dermatosis yang subakut – Kontraindikasi: dermatosis madidans

Page 4: Ilmu Kulit & Kelamin

Dermatofitosis

• Dermatofitosis: infeksi oleh jamur dermatofita pada jaringan yg mengandung keratin (kulit, rambut, kuku)

• Penyakit jamur di kulit oleh jamur dermatofita • Dermatofita: golongan jamur yang dpt mencerna

keratin dgn enzim keratinase • 3 genus: 1. Microsporum 2. Tricophyton 3. Epidermophyton

Page 5: Ilmu Kulit & Kelamin

• Morfologi dermatofitosis khas:

Kelainan berbatas tegas

Polimorfik (papul, vesikel, skuama, dll)

Tepi lebih aktif

Disertai rasa gatal

• Penderita pria lebih sering gatal karena struktur anatominya

• Klasifikasi dermatofitosis didasarkan pada lokalisasi kelainan kulit

Page 6: Ilmu Kulit & Kelamin

MIKOSIS

Superficialis Inter-

mediate

Profunda

Dermatofitosis Non

Dermatofitosis

Subcutis Sistemik

Tinea capitis

Tinea barbae

Tinea corporis

( T. imbrikata &

T. favosa )

Tinea manum

Tinea pedis

Tinea kruris

Tinea unguium

Pitiriasis

versikolor

Piedra hitam

Piedra putih

Tinea nigra

palmaris

Otomikosis

Kandidiasis

Aspergillosis

Misetoma

Kromomikosis

Sporotrikosis

Fikomikosis -

subkutan

Rinosporodiosis

Aktinomikosis

Nokardiosis

Histoplasmosis

Kriptokokosis

Koksidioidomikosis

Blastomikosis

Fikomikosis -

sistemik

Page 7: Ilmu Kulit & Kelamin

• Tinea kapitis – Terutama pada anak

– Stadium klnis dapat: kronik, subakut, akut

– Tiga bentuk klinis: • Gray patch: oleh a.l. M.

canis, M. gypseum,Lampu Wood: M.canis fluoresensi hijau

• Black dot: oleh Trichophyton sp., a.l. T.tonsurans. Rambut patah di muara folikel

• Kerion: keadaan akut, bengkak, mirip sarang lebah dgn pus keluar dari folikel

• Tinea pedis – Interdigitalis

– Terutama sela jari IV-V

– Skuama, fisur, maserasi

– Gatal menahun tidak gatal

– Kronik, papuloskuamosa, hiperkeratotik • Moccasin foot

• Hiperkeratosis, skuama

– Vesikular/subakut: • Sela jari punggung dan

telapa kakai

• Vesikel, vesikopustul, bula, skuama kolaret

Page 8: Ilmu Kulit & Kelamin

TINEA KRURIS

Penyebab:

Trichophyton sp., E.floccosum • Klinis:

–Predileksi pada lingkungan lembab (celana ketat, pendek)

– Lesi berbatas tegas – Tepi lebih aktif, polimorfik – Bila menahun → hiperpigmentasi

dengan sedikit skuama

Page 9: Ilmu Kulit & Kelamin

TINEA KORPORIS

Penyebab:

Trichophyton sp., Microsporum sp. – Gatal

– Batas tegas

– Polisiklik

– Efloresensi polimorf

– Tepi tanda radang>aktif

– Tengah tenang (central healing)

• Dermatofitosis pada kulit tidak berambut (glabrous skin)

• Dermatofitosis yang tidak termasuk 5 jenis lainnya (kapitis, barbae, kruris, pedis et manum, unguium)

Page 10: Ilmu Kulit & Kelamin

Bentuk Klinis:

– Lesi bulat/ lonjong, berbatas tegas

– Pinggir lebih aktif, polimorfik, kadang-kadang polisiklik

Diagnosis Diferensial:

• Dermatitis seboreika

• Psoriasis

• Pitiriasis rosea

Tinea Korporis

Page 11: Ilmu Kulit & Kelamin

Bentuk khusus tinea korporis :

– Tinea Imbrikata

• Penyebab: Trichophyton concentricum

• Klinis: lingkaran skuama konsentris. Bila menahun menyerupai iktiosis

– Tinea Favosa

• Penyebab:

T.schoenleini, T.violaceum, M.gypseum

• Khas : krusta seperti cawan (skutula), mengenai badan dan kepala → menyebabkan alopesia permanen

• Di Indonesia → jarang.

Tinea Korporis

Page 12: Ilmu Kulit & Kelamin

• Sediaan basah KOH 10% (rambut), 20% (kulit), 30% (kuku) utk hancurkan epitel & debris sediaan jernih. Dapat + zat warna, mis: tinta parker blue-black. Mikroskop cahaya pembesaran 100X & 400X – Hifa sejati dan

artrospora(segmen hifa menggembung dan dinding menebal terpisah)

• Media agar dekstrosa Sabouraud

• Tatalaksana • DOC: Griseofulvin • Obat topikal:

– Bila lesi terbatas – Vehikulum sesuai stadium

lesi – Tinea unguium 1-2 kuku

dan tanpa kena bagian proksimal, + pengikiran bagian kuku yg rusak

• Obat sistemik: – Lesi luas – Tdk resposnif thdp obat

topikal – Kronik berulang

Page 13: Ilmu Kulit & Kelamin

Kandidosis • penyakit jamur bisa bersifat

akut/subakut disebabkan oleh genus Candida

• Klasifikasi – Kandidosis mukosa: kandidosis oral,

perleche, vulvovaginitis, balanitis, mukokutan kronik, bronkopulmonar

– Kandidosis kutis: lokalisata, generalisata, paronikia & onikomikosis, granulomatosa

– Kandidosis sistemik: endokarditis, meningitis, pyelonefritis, septikemia

– Reaksi id (kandidid)

• Faktor – Endogen: perubahan fisiologik

(kehamilan, obesitas, iatrogenik, DM, penyakit kronik), usia (orang tua & bayi), imunologik

– Eksogen: iklim panas, kelembaban tinggi, kebiasaan berendam kaki, kontak dengan penderita

• Bentuk klinis: – Kandidosis intertriginosa: Lesi di

daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, sela jari, glans penis, dan umbilikus berupa bercak berbatas tegas, bersisik, basah, eritematosa. Dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula

– Kandidosis perianal: Lesi berupa maserasi seperti dermatofit tipe basah

– Kandidosis kutis generalisata: Lesi terdapat pada glabrous skin. Sering disertai glossitis, stomatitis, paronikia

• Pemeriksaan: KOH (selragi, blastospora, hifa semu), kultur di agar Sabouraud

• Pengobatan: hindari faktor predisposisi, antifungal (gentian violet 0,5-1%, nistatin, amfoterisin B, grup azole)

Page 14: Ilmu Kulit & Kelamin

95-96. Kusta/morbus Hansen

• Penyakit infeksi kronik akibat infeksi Mycobacterium leprae

• Gejala klinis:

Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.

Page 15: Ilmu Kulit & Kelamin

Tuberculoid • Few well-defined hypopigmented

hypesthetic macules with raised edges and varying in size from a few millimeters to very large lesions covering the entire trunk.

• Erythematous or purple border and hypopigmented center. Sharply defined, raised; often annular; enlarge peripherally. Central area becomes atrophic/depressed.

• Advanced lesions are anesthetic, devoid of skin appendages (sweat glands, hair follicles). test pinprick, temperature, vibration

• Any site including the face. • May be a thickened nerve on the edge

of the lesion; large peripheral nerve enlargement frequent (ulnar).

Lepromatous • Skin-colored or slightly

erythematous papules/nodules. • Lesions enlarge; new lesions occur

and coalesce. Later: symmetrically distributed nodules, raised plaques, diffuse dermal infiltrate, which on face results in loss of hair (lateral eyebrows and eyelashes) and leonine facies (lion's face).

• Bilaterally symmetric involving earlobes, face, arms, and buttocks, or less frequently the trunk and lower extremities.

• More extensive nerve involvement

Wolff K. Fitzpatrick’s color atlas & synopsis of clinical dermatology, 5th ed. McGraw-Hill; 2007.

Page 16: Ilmu Kulit & Kelamin

Tipe Lesi Batas Permukaan BTA Lepromin

I Makula hipopigmentasi

Jelas Halus agak berkilat, anestesi

- +

TT Makula eritematosa bulat/lonjong, bagian tengah sembuh

Jelas Kering bersisik, anestesi

- + kuat

BT Makula eritematosa tidak teratur, mula-mula ada tanda kontraktur

Jelas Kering bersisik, anestesi

+/- + lemah

BB Plakat, dome-shaped, punched-out

Agak jelas

Agak kasar, agak berkilat

+ -

BL Makula infiltrat merah Agak jelas

Halus berkilat

+ -

LL Makula infiltrat difus berupa nodus simetri, saraf terasa sakit

Tidak jelas

Halus berkilat

+ kuat -

Page 17: Ilmu Kulit & Kelamin

Pausibasilar Multibasilar

Lesi kulit (makula datar, papul meninggi, nodus)

•1-5 lesi •Hipopigmentasi/eritema •Distribusi tidak simetris •Hilangnya sensasi yang jelas

•>5 lesi •Distribusi lebih simetris •Hilangnya sensasi kurang jelas

Kerusakan saraf (menyebabkan hilangnya sensasi/kelemahan otot yang dipersarafi)

Hanya satu cabang saraf Banyak cabang saraf

• Kriteria Diagnosis Lepra: • Lesi hipopigmentasi dengan gangguan sensibilitas • Penebalan saraf • BTA (+)

• Pemeriksaan – Bakterioskopik: Ziehl-Neelsen – Histopatologik: sel datia Langhans, atau sel Virchow – Serologik: MLPA, ELISA, ML dipstick

Page 18: Ilmu Kulit & Kelamin
Page 19: Ilmu Kulit & Kelamin

• Tatalaksana

• REJIMEN WHO (1997) – Kusta PB : rifampisin 600 mg/bulan (supervisi),

dapson 100 mg/hari paket 6 kemasan MDT PB bulanan diselesaikan dlm 6-9 bln

– Rejimen kusta MB : rifampisin 600 mg/ bulan (supervisi), klofasimin 300 mg/bulan (supervisi) dilanjutkan 50 mg/ hari dan dapson 100 mg/hari. Pemberian paket 12 kemasan MDT MB bulanan yang diselesaikan selama 12-18 bulan.

Page 20: Ilmu Kulit & Kelamin

Reaksi Kusta

Suatu keadaan akut pd perjalanan peny kusta yg kronik

Penyebab utama kerusakan saraf dan cacat

Dapat terjadi pada awal, selama & setelah terapi

Pembagian :

Reaksi tipe I ~ reversal hipersensitifitas tipe IV

Reaksi tipe II ~ ENL hipersensitifitas tipe III

Ke-2 tipe reaksi ini dpt berlangsung ringan - berat

Page 21: Ilmu Kulit & Kelamin

KLINIS REVERSAL ENL

Kulit

Saraf

Konstitusi

Lesi >> eritematosa

Lesi baru

Membesar

Nyeri +/-

Gangguan fungsi +/-

Demam ringan

Malaise

Nodus >>>

Nyeri, ulserasi

Membesar

Nyeri +/-

Gangguan fungsi +/-

Demam ringan – berat

Malaise

Page 22: Ilmu Kulit & Kelamin

Reaksi lepra

Page 23: Ilmu Kulit & Kelamin
Page 24: Ilmu Kulit & Kelamin
Page 25: Ilmu Kulit & Kelamin

Sindrom Stevens-Johnson→TEN • Sindrom yang mengenai kulit, selaputlendir di orifisium,

dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat

• Penyebab: alergi obat (>50%), infeksi, vaksinasi, graft vs host disease, neoplasma, radiasi

• Reaksi hipersensitivitas tipe 2 • Trias kelainan

– Kelainan kulit: eritema, vesikel, bula – Kelainan mukosa orifisium: vesikel/bula/pseudomembran pada

mukosa mulut (100%), genitalia (50%). Berkembang menjadi krusta kehitaman

– Kelainan mata: konjungtivitis

• Komplikasi: bronkopneumonia, gangguan elektrolit, syok • Pengobatan: KS sistemik-oral, antibiotik, suportif

Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.

Page 26: Ilmu Kulit & Kelamin

SSJ

• Sindrom yang mengenai kulit, selaputlendir di orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat

• Penyebab: alergi obat (>50%), infeksi, vaksinasi, graft vs host disease, neoplasma, radiasi

• Reaksi hipersensitivitas tipe 2 • Trias kelainan

– Kelainan kulit: eritema, vesikel, bula – Kelainan mukosa orifisium: vesikel/bula/pseudomembran pada

mukosa mulut (100%), genitalia (50%). Berkembang menjadi krusta kehitaman

– Kelainan mata: konjungtivitis

• Komplikasi: bronkopneumonia, gangguan elektrolit, syok • Pengobatan: KS sistemik-oral, antibiotik, suportif • Epidermolisis </= 10%

Page 27: Ilmu Kulit & Kelamin

TEN

• SSJ leboh berat • Epidermolisis >30% • Demam (sering kali >39) dan flu-like illness 1-3 hari

sebelum lesi mukokutaneus muncul • Eritema yang berkonfluensi • Facial edema or central facial involvement • Lesi terasa nyeri • Palpable Purpura • Nekrosis kulit, dan blisters and/or epidermal detachment • Krusta/erosis pada membran mukosa, sore throat • Gangguan penglihatan karena ada keterlibatan mata • Pengobatan: KS sistemik-oral, antibiotik, suportif

Page 28: Ilmu Kulit & Kelamin

Akne Vulgaris

• Penyakit peradangan kronik folikel pilosebasea • Faktor: perubahan pola keratinisasi dalam folikel, produksi

sebum ↑, terbentuknya fraksi asam lemak bebas, peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acnes), pembentukan circulating antibodies, peningkatan kadar hormon androgen, stress psikis, faktor lain (usia, ras, familial, makanan, cuaca)

• Gejala klinis: – Predileksi: muka, bahu, dada atas, punggung atas – Erupsi kulit polimorfi:

• Tak beradang: komedo, papula tidak beradang • Beradang: pustula, nodus, kista beradang

Page 29: Ilmu Kulit & Kelamin

• Derajat

Page 30: Ilmu Kulit & Kelamin

• Pengobatan

– Topikal:

• Iritan: sulfur, asam salisilat, peroksida benzoil, asam retinoat

• Antibiotik: oksitetrasiklin, eritromisin

• Antiinflamasi: hidrokortison, triamsinolon intralesi

– Sistemik

• Antibiotik: tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, trimethoprim

• Obat hormonal: estrogen, siproteron asetat

• Vitamin A

– Antiinflamasi

• Terapi oral (Sistemik) diberikan pada acne sedang-berat

Page 31: Ilmu Kulit & Kelamin

Dermatitis Kontak

• Dermatitis Kontak Iritan

• Reaksi peradangan kulit nonimunologik (tanpa didahului proses desensitisasi)

• Dapat diderita semua orang

• Penyebab: bahan iritan

• Gejala: beragam tergantung sifat iritan

– Akut: kulit terasa oedih, panas, terbakar, eritema edema, bula

– Kronik: kulit kering, eritema, skuama, hiperkeratosis, likenifikasi

• Jenis:

– Kategori mayor: DKI akut, DKI kumulatif (kronis)

– Kategori lain: DKI lambat akut, reaksi iritasi, DKI traumatik, DKI eritematosa, DKI subyektif

• Pengobatan: menghindari pajanan, KS

• Dermatitis kontak alergi • Reaksi peradangan kulit imunologik,

diperantarai cellmediated immune response (hipersensitivitas tipe IV)

• Mengenai orang yang kulitnya hipersensitif • Penyebab: hapten (alergen yang belum

diproses, lipofilik, sangat reaktif, mampu menembus stratum korneum)

• Fase: sensitisasi & elitisasi • Gejala:

– Akut: gatal, eritema, edema, papulovesikel, vesikel, bula

– Kronik: kulit kering, skuama, papul, likenifikasi, fisur

• DD: DKI • Pemeriksaan: uji tempel

– Antigen dibiarkan menempel selama 48 jam – Pembacaan dilakukan 2 kali: pertama

dilakukan 15-30 menit setelah dilepas; kedua dilakukan 72-96 jam setelah dilepas

– Bila reaksi bertambah (crescendo) di antara kedua pembacaan, cenderung ke respons alergi. Disesuaikan juga dengan keadaan klinis.

• Pengobatan: menghindari pajanan, KS

Page 32: Ilmu Kulit & Kelamin

• Uji tempel digunakan untuk membedakan DKA dengan DKI • Antigen dibiarkan menempel selama 48 jam • Pembacaan dilakukan 2 kali: pertama dilakukan 15-30 menit setelah

dilepas; kedua dilakukan 72-96 jam setelah dilepas • Bila reaksi bertambah (crescendo) di antara kedua pembacaan, cenderung

ke respons alergi. Disesuaikan juga dengan keadaan klinis.

Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.

Page 33: Ilmu Kulit & Kelamin

Psoriasis Vulgaris

• Bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar berlapis-lapis dan transparan

• Predileksi: skalp, perbatasan skalp-muka, ekstremitas ekstensor (siku & lutut), lumbosakral

• Khas: fenomena tetesan lilin, Auspitz sign, Kobner sign • Patofisiologi:

– Genetik: berkaitan dengan HLA – Imunologik: diekspresikan oleh limfosit T, sel penyaji antigen dermal,

dankeratinosit – Pencetus: stress, infeksi fokal, trauma, endokrin, gangguan metabolisme,

obat,alkohol, dan merokok

• Tata laksana: – Topikal: preparat ter, kortikosteroid, ditranol, tazaroen, emolien, dll – Sistemik: KS, sitostatik (metotreksat), levodopa, etretinat, dll – PUVA (UVA + psoralen)

Page 34: Ilmu Kulit & Kelamin
Page 35: Ilmu Kulit & Kelamin

Skabies

• Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis

• Transmisi: kontak langsung (skin to skin), tidak langsung (pakaian) • Kelainan kulit akibat terowongan tungau atau karena garukan

penderita • Gejala:

– Pruritus nokturna – Menyerang manusia secara kelompok – Adanya terowongan (kunikulus) yang berwarna putih/keabuan,

lurus/berkelok, panjang 1 cm, pada ujung didapatkan papul/vesikel. Predileksi: sela jari tangan, pergelangan tangan bag volar, siku luar, lipat ketiak depan, areola mammae, umbilikus, bokong, genitalia eksterna, perut bawah

– Ditemukan tungau

• Obat: sulfur presipitat 4-20%, benzil benzoat 20-25%, gameksan 1%, krotamiton 10%, permetrin 5%

Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.

Page 36: Ilmu Kulit & Kelamin

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Page 37: Ilmu Kulit & Kelamin

• Sifilis • Treponema pallidum, kronik, bersifat sistemik • Dapat menyerang hampir semua organ, dapat menyerupai banyak

penyakit (the great imitator), mempunyai masa laten, dapat ditularkan dari ibu ke janin

• Stadium dini (menular) – Stadium I (sifilis primer): papul lentikular yang kemudian menjadi

ulkus dinding tidak bergaung, indolen, teraba indurasi, tidak ada radang akut (ulkus durum) biasanya di genitalia eksterna. Seminggu setelah afek primer terdapat pembesaran KGB inguinal

– Stadium II (sifilis sekunder): 6-8 minggu sejak S I, dapat menyerupai berbagai kelainan kulit (the great imitator), dapat memberi kelainan pada mukosa, KGB, mata, hepar, tulang, saraf. Kelainan biasanya tidak gatal, sering disertai limfadenitis generalisata

– Sifilis laten dini: tidak ada gejala klinis, tetapi infeksi masih aktif. Tes serologi darah (VDRL, TPHA) positif

– Stadium rekuren: relaps dapat terjadi berupa kelainan kulit mirip sifilis sekunder

Page 38: Ilmu Kulit & Kelamin

Chancre of Primary Syphilis on Penis

Chancre of Primary Syphilis on Labium

Chancre of Primary Syphilis on Lip

Page 39: Ilmu Kulit & Kelamin

Mucocutaneous Lesions of Secondary Syphilis

Condyloma Lata in Secondary Syphilis

Page 40: Ilmu Kulit & Kelamin

• Stadium lanjut (tidak menular) – Sifilis laten lanjut: lama bertahun-tahun, tidak menular,

diagnosis dengan tes serologik – Stadium III (sifilis tersier): 3-10 tahun sejak S I, kelainan khas

adalah guma (infiltrat sirkumskrip, kronis, biasanya melunak, destruktif), nodus, dapat menyerang mukosa, tulang, hepar, jantung & aorta (sifilis kardiovaskular), otak (neurosifilis)

• Tes Serologi Sifilis – Non treponemal

• VDRL(Venereal Disease Research Laboratory) • antigen tidak spesifik

– treponemal • TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination Assay) • spesifik antigen treponemal

• Tata laksana: penisilin G prokain/penisilin G benzatin

Page 41: Ilmu Kulit & Kelamin

Gonorrhea

• infeksi Neisseria gonorrhoeae • Masa tunas 2-5 hari • Jenis infeksi:

– Pada pria: uretritis, tysonitis, parauretritis, littritis, cowperitis, prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis, trigonitis

– Gambaran uretritis: gatal, panas di uretra distal, disusul disuria, polakisuria , keluar duh yang kadang disertai darah, nyeri saat ereksi

– Pada wanita: uretritis, oarauretritis, servisitis, bartholinitis, salpingitis, proktitis, orofaringitis, konjungtivitis (pada bayi baru lahir), gonorrhea diseminata

• Pemeriksaan: – Sediaan langsung: diplokokus gram negatif – Kultur: agar Thayer-Martin

• Pengobatan – First line: Ceftriaxone (250 mg IM, single dose) or Cefixime (400 mg PO, single

dose)plus – Treatment for Chlamydia if chlamydial infection is not ruled out: Azithromycin (1

g PO, single dose) or Doxycycline (100 mg PO bid for 7 days)

Page 42: Ilmu Kulit & Kelamin

Gonorrhea

• Pemeriksaan: – Sediaan langsung: diplokokus gram negatif – Kultur: agar Thayer-Martin

• Pengobatan Diagnosis Pilihan pengobatan

Uncomplicated gonococcal infection of the cervix, urethra, pharynx, or rectum

First line: Ceftriaxone (250 mg IM, single dose) or Cefixime (400 mg PO, single dose) plus Treatment for Chlamydia if chlamydial infection is not ruled out: Azithromycin (1 g PO, single dose) or Doxycycline (100 mg PO bid for 7 days) Alternative: Ceftizoxime (500 mg IM, single dose) or Cefotaxime (500 mg IM, single dose) or Spectinomycin (2 g IM, single dose) or Cefotetan (1 g IM, single dose) plus probenecid (1 g PO, single dose) or Cefoxitin (2 g IM, single dose) plus probenecid (1 g PO, single dose)

Longo DL. Harrison’s principles of internal medicine, 18th ed. McGraw-Hill; 2012.

Page 43: Ilmu Kulit & Kelamin

Condyloma Akuminata

• Vegetasi oleh HPV tipe 6,11 bertangkai dan permukaannya berjonjot

• Transmisi melalui kontak langsung • Predileksi : daerah lipatan yang lembab (genitalia

eksterna, perineum) • UKK: vegetasi bertangkai berwarna

kemerahan/kehitaman, papilomatosa • Th/: Kemoterapi (podofilin, asam triklorasetat

atau 5-fluorourasil), Bedah listrik, Bedah beku (N2, N2O cair), Bedah skalpel, Laser CO2, Interferon,Imunoterapi

Page 44: Ilmu Kulit & Kelamin
Page 45: Ilmu Kulit & Kelamin
Page 46: Ilmu Kulit & Kelamin

Duh tubuh

Page 47: Ilmu Kulit & Kelamin

Trikomoniasis

• Infeksi saluran urogenital bagian bawah oleh Trichomonas vaginalis, bisa bersifat akut/kronik, penularan biasanya melalui hubungan seksual (dapat juga melalui pakaian atau karena berenang)

• Gejala klinis: – Pada wanita:

• Sekret vagina seropurulen berwana kekuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak, berbusa

• Dinding vagina kemerahan, terdapat abses yang tampak sebagai granulasi berwarna merah (strawberry appearance), dispareunia, perdarahan pascakoitus, perdarahan intermenstrual

– Pada laki-laki: gambaran klinis lebih ringan, mirip uretritis nongonore

• Pemeriksaan: – Sediaan basah – Pemeriksaan pewarnaan Giemsa

• Pengobatan: – Topikal: cairan irigasi (H2O, asam laktat), supositoria/gel trikomoniasudal – Sistemik: metronidazol (2 g single dose atau 500 mg x 7 hari), tinidazol

Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.

Page 48: Ilmu Kulit & Kelamin
Page 49: Ilmu Kulit & Kelamin

• Tatalaksana selain GO

• CDC-dosis rekomendasi:

• Metronidazole 500 mg orally twice a day for 7 days, OR

• Metronidazole gel 0.75%,) intravaginally, once a day for 5 days, OR

• Clindamycin cream 2% intravaginally at bedtime for 7 days

Page 50: Ilmu Kulit & Kelamin

Keganasan Pada Kulit

• Karsinoma sel basal

• Berasal dari sel epidermal pluripoten. Faktor predisposisi: lingkungan (radiasi, arsen, paparan sinar matahari, trauma, ulkus sikatriks), genetik

• Usia di atas 40 tahun

• Biasanya di daerah berambut,invasif, jarang metastasis

• Bentuk paling sering adalahnodulus: menyerupai kutil,tidak berambut, berwarnacoklat/hitam, berkilat (pearly),bila melebar pinggirannyameninggi di tengah menjadiulkus (ulcus rodent) kadangdisertai talangiektasis, terabakeras

Page 51: Ilmu Kulit & Kelamin

• Karsinoma sel skuamosa • Berasal dari sel epidermis.

Etiologi: sinar matahari, genetik, herediter, arsen,

• radiasi, hidrokarbon, ulkus sikatrik

• Usia tersering 40-50 tahun • Dapat bentuk intraepidermal • Dapat bentuk invasif: mula

mula berbentuk nodus keras, licin, kemudian berkembang menjadi verukosa/papiloma. Fase lanjut tumor menjadi keras, bertambah besar, invasif, dapat terjadi ulserasi. Metastasis biasanya melalui KGB.

• Melanoma maligna • Etiologi belum pasti. Mungkin

faktor herediter atau iritasi berulang pada tahi lalat

• Usia 30-60 tahun • Bentuk: • Superfisial: Bercak dengan

warna bervariasi, tidak teratur, berbatas tegas, sedikit penonjolan

• Nodular: nodus berwarna biru kehitaman dengan batas tegas

• Lentigo melanoma maligna: plakat berbatas tegas, coklat, kehitaman, meliputi muka

• Prognosis buruk