kti

91
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut prinsip dasar pendekatan Asuhan Kesehatan anak dalam konteks keluarga, anak bukan miniatur orang dewasa tetapi merupakan sosok individu yang unik mempunyai kebutuhan khusus sesuai dengan tahapan perkembangan dan pertumbuhannya (Depkes. RI. 1993). Tumbuh kembang anak merupakan proses continue, yang dimulai sejak di dalam kandungan sampai dewasa. Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 (dua) peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan masing-masing mempunyai pendapat yang berbeda dan dapat disimpulkan, pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik yang mengalami perubahan besar dalam jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu yang dapat diukur. Sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ individu menjadi lebih sempurna, salah satu contohnya adalah perkembangan kognitif (Soetjiningsih. 1995).

Upload: muhammad-hidayatullah

Post on 26-Jul-2015

379 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kti

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut prinsip dasar pendekatan Asuhan Kesehatan anak dalam konteks

keluarga, anak bukan miniatur orang dewasa tetapi merupakan sosok individu

yang unik mempunyai kebutuhan khusus sesuai dengan tahapan perkembangan

dan pertumbuhannya (Depkes. RI. 1993).

Tumbuh kembang anak merupakan proses continue, yang dimulai sejak di

dalam kandungan sampai dewasa. Istilah tumbuh kembang sebenarnya

mencakup 2 (dua) peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan

masing-masing mempunyai pendapat yang berbeda dan dapat disimpulkan,

pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik yang mengalami

perubahan besar dalam jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun

individu yang dapat diukur. Sedangkan perkembangan berkaitan dengan

pematangan fungsi organ individu menjadi lebih sempurna, salah satu

contohnya adalah perkembangan kognitif (Soetjiningsih. 1995).

Proses tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara ilmiah, tetapi

proses tersebut sangat tergantung pada orang dewasa atau orang tua. Periode

penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini

pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak

selanjutnya. Pada masa balita perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas

kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan

merupakan landasan perkembangan selanjutnya. Perkembangan moral serta

dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Pada masa periode kritis

Page 2: Kti

2

ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensinya

berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi diusahakan sesuai

dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak

masih dalam kandungan (pustaka.unpad.ac.id/.pdf, diakses tanggal 26

September 2010).

Di Indonesia terdapat 20.851.914 balita, dari data statistik 2010 Angka

Kematian Balita di Indonesia sebesar 85/1000 balita. Dengan program

pembangunan kesehatan, maka pemerintah mencanangkan Indonesia Sehat

2010, yang salah satu sasarannya adalah menurunkan Angka Kematian Balita.

Angka kematian balita adalah jumlah kematian anak umur 1 - 5 tahun per

1000 kelahiran hidup (http://www.jevuska.com/topic/jumlah-balita-indonesia

2010.html diakses tanggal 7 Februari 2010).

Angka kematian balita di Kalimantan Selatan berdasarkan hasil survei

BPS (Badan Pusat Statistik) Kalimantan Selatan pada tahun 2009, angka

kematian balita di Provinsi Kalimantan Selatan menurun menjadi 1,1 per 1000

kelahiran hidup (Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009).

Tanah Bumbu memiliki 27.603 balita, persentase status gizi balita kabupaten

Tanah Bumbu pada tahun 2009 tercatat sebesar 8,72% atau 2406 balita

berstatus gizi buruk, dan 16,10% atau 4444 balita berstatus gizi kurang, status

gizi balita yang buruk dapat menjadi penghambat dalam proses tumbuh

kembang balita. Sehingga dapat disimpulkan dari 27.603 balita yang ada di

Tanah Bumbu ada 6850 balita yang menderita gizi buruk dan gizi kurang.

Di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu

terdapat 64 balita, dan dari keseluruhan balita yang ada di Desa Beringin

terdapat 47 balita yang mengalami gangguan pada proses tumbuh kembangnya,

Page 3: Kti

3

berdasarkan survei yang dilakukan di lapangan diperoleh data, 20 orang balita

(31,25%) yang berat badannya tidak sesuai dengan usia, dan 27 orang balita

(42,18%) yang tinggi badannya tidak sesuai dengan usia. Desa Pulau Salak

memiliki jumlah balita sebanyak 52 balita, dan berdasarkan data yang diperoleh

dari Poskesdes Desa Pulau Salak diketahui ada 13 balita (25%) yang berat

badannya tidak sesuai dengan usia, dan 17 balita (26,6%) yang tinggi badannya

tidak sesuai dengan usia. Sedangkan di Desa Salok Mate terdapat 74 balita dan

berdasarkan survei di lapangan diperoleh data tahun 2010 yaitu terdapat 12

balita (16,2%) yang berat badannya tidak sesuai dengan usia, dan 14 balita

(18,9%) yang tinggi badannya tidak sesuai dengan usia. Berdasarkan data-data

dari ketiga Desa tersebut balita yang memiliki masalah pada proses tumbuh

kembang yang paling banyak terdapat di Desa Beringin.

Berdasarkan uraian pada pendahuluan di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap tumbuh

kembang balita usia 1 – 5 tahun di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir

Kabupaten Tanah Bumbu.

1.2 Rumusan Masalah

Dari data yang ada, maka masalah dalam penelitian ini adalah “faktor-

faktor apa saja yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang

balita usia 1 – 5 tahun di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten

Tanah Bumbu Tahun 2010 ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang pada anak balita usia 1 – 5

Page 4: Kti

4

tahun di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah

Bumbu?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengaruh antara faktor pendidikan dengan

pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.

2. Mengidentifikasi pengaruh antara faktor ekonomi dengan

pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.

3. Mengidentifikasi pengaruh antara faktor usia dengan pengetahuan ibu

terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.

4. Mengidentifikasi pengaruh antara faktor paritas dengan pengetahuan

ibu terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.

5. Mengidentifikasi pengaruh antara faktor pekerjaan dengan

pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai informasi untuk mengembangkan ilmu kebidanan pada

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Darul Azhar Batulicin.

1.4.2 Bagi Penulis

Sebagai pengalaman awal dalam melakukan penelitian dan dapat

menerapkan ilmu yang didapat dalam perkuliahan. Penulis juga bisa

mendapatkan pengalaman berhubungan langsung dengan masyarakat.

1.4.3 Bagi Puskesmas

Sebagai data tambahan untuk meningkatkan peran serta petugas

kesehatan dalam meningkatkan status kesehatan balita.

Page 5: Kti

5

1.4.4 Bagi Poskesdes

Sebagai data tambahan dalam melengkapi data-data balita yang

telah ada sebelumnya di Poskesdes Desa Beringin.

1.4.5 Bagi Ibu

Memberikan informasi pada orang tua agar dapat memahami

pertumbuhan dan perkembangan pada anak balitanya.

Page 6: Kti

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.1 Definisi pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2 Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif

Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu juga

bisa didapatkan dari pengalaman pengindraan. Oleh sebab itu tahu

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan

sebagainya.

Page 7: Kti

7

2. Memahami (Comprehention)

Artinya sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Artinya sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya. Analisa juga merupakan suatu

kemampuaan yang dapat memperhitungkan sesuatu berdasarkan

pengalaman yang pernah dialami.

5. Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

Page 8: Kti

8

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian

itu didasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang

ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).

2.1.3 Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) cara memperoleh pengetahuan ada 2

cara, yaitu:

2.1.3.1 Cara tradisional atau non ilmiah

a. Coba - coba salah (trial and error)

Yaitu cara tradisional yang pernah digunakan dalam

memperoleh pengetahuan, cara ini digunakan sebelum ada

peradaban sebagai usaha pemecahan masalah dan apabila

tidak berhasil maka akan dicoba kemungkinan yang lain.

Suatu pengetahuan yang didapat dari suatu kesalahan

biasanya tidak mudah dilupakan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Yaitu cara kekuasaan yang dilakukan orang - orang tanpa

melalui penalaran dan kebiasaan ini diwariskan secara turun -

temurun dari generasi ke generasi.

Page 9: Kti

9

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Upaya memperoleh pengetahuan dengan cara

mengulangi kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang

lalu. Semakin mandiri seseorang dalam menghadapi

permasalahannya maka semakin banyak pengetahuan yang

didapat.

d. Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat

manusia, cara berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini

manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam

memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun

deduksi.

2.1.3.2 Cara modern atau cara ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini

disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut

metodologi penelitian (Research Methodology).

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang sangat besar pengaruhnya

terhadap pengetahuan, seseorang yang berpendidikan tinggi

pengetahuannya akan berbeda dengan orang yang hanya

Page 10: Kti

10

berpendidikan rendah. Selain itu tingkat pemahaman orang yang

memiliki pendidikan tinggi akan berbeda dengan orang yang

berpendidikan rendah.

2. Ekonomi

Ekonomi adalah seluruh penerimaan baik barang atau uang dari

pihak lain atau hasil sendiri dengan jumlah uang atau harga yang

berlaku saat ini. Tingkat penghasilan atau pendapatan adalah

gambaran yang lebih jelas tentang posisi ekonomi keluarga

dalam masyarakat yang merupakan jumlah seluruh penghasilan dan

kekayaan keluarga sehingga penghasilan dapat digolongkan menjadi

3 golongan yaitu penghasilan tinggi, sedang, dan rendah

(www.docstoc.com, diakses tanggal 12 September 2010).

3. Usia

Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan

berkembang sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapat, juga

dari pengalaman sendiri. Semakin meningkatnya usia seseorang maka

semakin banyak pula pengalaman pengindraan yang didapatkan

terhadap suatu objek. Selain itu keadaan mental akan lebih siap untuk

mengahadapi berbagai macam permasalahan yang dihadapi.

Sehingga dapat diasumsikan bahwa ibu dengan usia yang produktif

akan memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan ibu yang

belum berada pada usia produktif.

4. Paritas

Paritas adalah jumlah bayi hidup yang pernah dilahirkan.

Terdapat beberapa jenis paritas yaitu paritas 1 (primipara), paritas

Page 11: Kti

11

lebih dari dua (multipara) (Manuaba, 2000). Semakin sering seorang

ibu melahirkan bayi hidup maka semakin banyak pula

pengalamannya dalam merawat dan memelihara balita

(www.kalbe.co.id, diakses tanggal 10 September 2010).

5. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas yang dijalani secara terus menerus

yang berhubungan dengan kesibukan seseorang untuk memperoleh

imbalan. Seorang ibu yang bekerja biasanya karena beberapa alasan,

tetapi yang sering terjadi karena perlunya pemenuhan kebutuhan

finansial. Namun waktu untuk keluarga akan lebih sedikit karena

adanya kesibukan kerja (www.docstoc.com, diakses tanggal 5

Desember 2010).

2.1.5 Kategori pengetahuan

Menurut Arikunto (2000) untuk mengetahui kuantitatif tingkat

pengetahuan yang dimiliki oleh seorang dibagi menjadi 4 tingkat yaitu:

tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilainya sebesar 76%-100%, bila

tingkat pengetahuan cukup skor atau nilai sebesar 56%-75%, bila tingkat

pengetahuan kurang baik skor atau nilai 40%-55% dan bila tingkat

pengetahuan rendah skor atau nilainya sebesar < 40%.

2.2 Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan

2.2.1 Definisi

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel

di seluruh bagian tubuh yang secara kuantatif dapat diukur

(Wong, 2000).

Page 12: Kti

12

Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan

dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ

maupun individu dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur

tulang dan keseimbangan metabolik (Soetjiningsih, 1995).

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam

besar, jumlah,ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun

individu, yang dapat diukur dengan ukuran berat (gram, pound,

kg); ukuran panjang dengan cm atau meter, umur tulang, dan

keseimbangan metabolik (retensi kalium dan nitrogen tubuh)

(Ngastiyah, 2002).

b. Perkembangan

Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat

tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar

(Wong, 2000).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill)

dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang

teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil sistem organ yang

berkembang sedemikian rupa sehingga hasil dari masing-masing

dapat memenuhi fungsinya termasuk juga emosi, intelektual, dan

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan

(Soetjiningsih, 1995).

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.

a. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai

hasil proses tumbuh kembang anak. Melalui intruksi genetik yang

Page 13: Kti

13

terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan

kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas,

dan kecepatan pembelahan, derajat sensifititas jaringan terhadap

rangsangan, umur pubertas dan hentinya pertumbuhan tulang,

termasuk faktor genetik antara lain adalah faktor bawaan yang

normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa.

b. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan

tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup

baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan

yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini

merupakan lingkungan “bio-psiko-fisik-sosial” yang

mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai

akhir hayat.

Faktor-faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi:

1) Faktor Lingkungan Antenatal

a) Gizi ibu pada waktu hamil

Gizi ibu yang kurang baik atau buruk sebelum

terjadinya kehamilan maupun sedang hamil, lebih sering

menghasilkan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) atau

lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan.

Disamping itu dapat juga menyebabkan hambatan

pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi yang baru

lahir, bayi baru lahir mudah terkena infeksi, mudah terjadi

abortus dan sebagainya.

Page 14: Kti

14

b) Mekanis

Trauma dan cairan ketuban yang kurang, dapat

menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.

Demikian pula dengan posisi janin pada uterus dapat

menampilkan dislokasi panggul, tortikolis kogenital, palsi

fasialie.

c) Toksin atau zat kimia

Masa organogesis adalah masa yang sangat peka

terhadap zat-zat tetratogen misalnya obat-obatan

thalidomine, phetoin, methadion, obat-obatan anti kanker

dan lain sebagainya dapat menyebabkan kelainan bawaan.

Ibu yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi narkoba

cenderung melahirkan seorang bayi dengan cacat bawaan,

hal ini disebabkan oleh toksin dari narkoba yang sering

dikonsumsi oleh ibu. Sehingga perkembangan janin di

dalam kandungan bisa terganggu oleh toksin tersebut.

d) Endokrin

Hormon-hormon yang mungkin berperan pada

tumbuhan janin, adalah somatotropin, hormon plasenta,

hormon tiroid, insulin dan peptida – peptida lain dengan

aktivitas mirip insulin (insulin-like growth factors/

LGFS).

e) Radiasi

Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18

minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan

Page 15: Kti

15

otak, mikro sepoli, atau cacat bawaan lainnya. Radiasi

bisa disebabkan karena penggunaan alat radiologi,

misalnya rontgen.

f) Infeksi

Infeksi intra uterin yang sering menyebabkan cacat

bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis, Rubela,

Cytomegalovirus, Harpes Simplek). Sedangkan infeksi

lainnya juga dapat menyebabkan penyakit pada janin

adalah varisella, coxsackie, malaria, lues, HIV, polio,

campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus

influenza, dan virus hepatitis diduga setiap hiperpireksia

pada ibu hamil dapat merusak janin. Selain itu diare juga

menjadi salah satu penyebab kematian pada balita.

g) Stress

Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat

mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain cacat

bawaan, kelainan jiwa dan lain-lain. Tidak hanya faktor

pemenuhan gizi dan vitamin saja yang harus diperhatikan

namun faktor psikologis juga harus diperhatikan.

h) Imunitas

Rhesus atau ABO inkontabilitas sering menyebabkan

abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati. ibu

yang sedang berada dalam masa kehamilan sangat

dianjurkan untuk memperhatikan kesehatan

lingkungannya, agar tidak terpapar penyakit menular.

Page 16: Kti

16

i) Anoksio embrio

Menurunnya oksigenisasi janin melalui gangguan

pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan berat badan

lahir rendah.

j) Faktor Lingkungan Postnatal

Lingkungan bayi sewaktu di dalam kandungan tentu

berbeda jauh dengan keadaan lingkungan setelah bayi

dilahirkan, seperti suhu, sumber makanan dan lainnya.

Perbedaan lingkungan sebelum dan sesudah anak lahir

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perbedaan lingkungan interna dan ekstra uterin

NoFaktor yang Mempengaruhi

Sebelum lahir

Sesudah lahir

1.

2.

3.

4.

5.

1. Lingkungan fisik

2. Suhu luar

3. Stimulasi sensoris

4. Gizi

5. Penyediaan oksigen

1. Cairan

2. Pada umumnya tetap

3. Terutama kinestetik atau vibrasi

4. Tergantung pada zat-zat yang terdapat dalam darah ibu

5. Berasal dari ibu ke janin melalui plasenta

1. Udara

2. Berubah-ubah

3. Bermacam-macam stimuli

4. Tergantung pada tersedianya bahan makanan kemampuan saluran cerna

5. Berasal dari paru-paru ke pembuluh darah paru-paru

Page 17: Kti

17

Lingkungan postnatal yang dapat mempengaruhi

tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan

antara lain:

a) Lingkungan biologis, antara lain:

- Ras/ suku bangsa

- Jenis kelamin

- Umur

- Gizi

- Perawatan kesehatan

- Kepekaan terhadap penyakit

- Penyakit kronis

- Fungsi metabolisme

Page 18: Kti

18

- Hormon: somatrotopin, tiroid,

glukokortikoid, hormon-hormon seks, insulin like

growth faktor.

b) Faktor fisik, antara lain:

- Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah

- Sanitasi

- Keadaan rumah: struktur bangunan, ventilasi,

cahaya dan kepadatan hunian

- Radiasi

c) Faktor psikologis, antara lain:

- Stimulasi

- Motivasi belajar

- Ganjaran ataupun hukuman yang

wajar

- Kelompok sebaya

- Stress

- Sekolah

- Cinta dan kasih sayang

- Kualitas interaksi anak dengan orang

tua

d) Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain:

- Pekerjaan/pendapatan keluarga

- Pendidikan ayah/ ibu

- Jumlah saudara

- Jenis kelamin dalam keluarga

Page 19: Kti

19

- Stabilitas keluarga

- Kepribadian ayah dan ibu

- Adat istiadat, norma-norma, hal yang

tabu

- Agama

- Urbanisasi

2.2.3 Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan

1. Pertumbuhan anak usia 1 sampai 2 tahun

Selama tahun ke-2 kehidupan masih nampak kelanjutan

perlambatan pertumbuhan fisik, yaitu dengan BB berkisar antara

1,5-2,5 kg (rata-rata 2,0 kg) dan PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm)

pertahun. Biasanya setelah umur 10 bulan terdapat penurunan

nafsu makan yang berlanjut sampai umur 2 tahun, hal ini

mengakibatkan jaringan sub kutan berkurang sehingga anak

nampak lebih langsing dan berotot.

Demkian pula halnya dengan pertumbuhan otak, yang akan

mengalami perlambatan selama tahun ke-2, kenaikan lingkar

kepala sebesar 12 cm, pada tahun kedua hanya 2 cm. Selama

tahun ke-2 timbul sebanyak 8 buah tambahan gigi susu, termasuk

gigi geraham pertama dan gigi taring, sehingga seluruhnya

berjumlah 14-16 buah. Erupsi gigi bersifat tidak teratur, lazimnya

keluar geraham pertama dahulu, baru menyusul erupsi gigi taring.

2. Pertumbuhan anak usia 3-5 tahun

Kenaikan ukuran pertumbuhan fisik selama 3, 4 dan 5

bersifat tetap, yaitu kenaikan BB sekitar 2,0 kg dan tinggi badan

Page 20: Kti

20

6-8 cm. Dibandingkan dengan bentuk sebelumnya, kebanyakan

anak usia ini akan menjadi lebih langsing dan nafsu makan anak

menjadi berkurang.

Sekitar 2 ½ tahun biasanya anak mempunyai 20 buah gigi

susu. Selama sisa waktu pertumbuhan pra sekolah berikutnya

bagian muka, kepala tumbuh lebih sebanding dan pada bagian

rongga tengkorak, rahang akan melebar sebagai persiapan untuk

erupsi gigi tetap. Pengukuran status pertumbuhan dan

perkembangan anak dapat menggunakan metode pengukuran

dengan antropometri, pemeriksaan fisik, laboratorium dan

radiologi. Pengukuran berat badan berdasarkan usia dengan

standar NCHS bertujuan untuk menilai pertumbuhan anak

melalui perbandingan berat badan berdasarkan usia. Alat yang

dapat digunakan antara lain timbangan berat badan, grafik berat

badan berdasarkan usia standar NCHS, dan tinta berwarna

(spidol). Sedangkan alat yang diperlukan dalam pengukuran berat

badan berdasarkan usia menurut KMS antara lain timbangan berat

badan, kurva KMS dan tinta warna (spidol).Standar ukuran berat

badan dan tinggi badan anak usia 1-5 tahun dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 2.2 Panjang badan dan berat badan pada anak laki-laki dan

perempuan usia 1-5 tahun.

Ket: untuk umur 0-1 tahun tidak dibedakan menurut jenis kelamin.

Umur Berat Tinggi

Tahun Bulan (Gram) (Cm)

Page 21: Kti

21

1

1

1

1

2

2

2

2

3

3

3

3

4

4

4

4

5

0

3

6

9

0

3

6

9

0

3

6

9

0

3

6

9

0

9.900

10.600

11.300

11.900

12.400

12.900

13.500

14.00

14.500

15.000

15.500

16.000

16.500

17.000

17.400

17.400

18.400

74,5

78,0

81,5

84,5

87,0

89,5

92,0

94,0

96,0

98,0

99,5

101,5

103,5

105,5

107,5

108,5

109,5

Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (2009)

3. Perkembangan anak usia 1-5 tahun

Perkembangan anak pada usia 1-5 tahun adalah perubahan

dalam fungsi-fungsi yang dapat dipenuhi seseorang, perubahan

dalam kecakapan dan menghasilkan perluasan daerah kehidupan.

Interaksi dengan lingkungan juga akan dialami oleh balita, dan

rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru sangat besar, karena itu

perlu mengetahui tentang konsep tumbuh kembang anak balita

Page 22: Kti

22

agar dapat memberikan pengawasan dan perawatan yang benar

dan optimalisasi perkembangan balita dapat dicapai. Selain itu

para orang tua juga harus mengetahui tentang komposisi makanan

yang diperlukan oleh balita selama dalam masa tumbuh

kembangnya, karena masih sangat banyak anak yang mengalami

gizi buruk dan gizi kurang.

Tabel 2.3 Perkembangan mental sesuai umur menurut skala

Yaumil – mimi

Umur Kemampuan

12 – 18 bulan

18 – 24 bulan

2 - 3 tahun

a. Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah

b. Dapat mengatakan 5-10 katac. Memperlihatkan rasa cemburu, bersaingd. Naik turun tangga

a. Menyusun 6 kotakb. Menunjuk mata dan hidungnyac. Menyusun 2 katad. Belajar makan sendirie. Mulai belajar mengontrol buang air besar dan

buang air kecil/kencingf. Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh

orang-orang yang lebih besarg. Memperlihatkan minat kepada anak lain h. Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan

satu kakii. Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan

satu kaki

a. Membuat jembatan dengan 3 kotakb. Mampu menyusun kalimatc. Mempergunakan kata-kata saya, bertanya,

mengerti kata-kata yang dutujukan kepadanyad. Menggambar lingkarane. Bermain bersama dengan anak lain dan

menyadari adanya lingkungan diluar

Page 23: Kti

23

Umur Kemampuan

3 - 4 tahun

4 - 5 tahun

a. Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetanggab. Berjalan pada jari kakic. Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendirid. Menggambar garis silange. Menggambar orang hanya kepala dan badanf. Mengenal 2 atau 3 warnag. Bicara dengan baikh. Menyebut namanya, jenis kelamin i. Banyak bertanyaj. Bertanya bagaimana anak dilahirkan k. Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi

belakangl. Mendengarkan cerita-ceritam. Bermain dengan anak lainn. Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-

saudaranyao. Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana

a. Melompat dan menarib. Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan,

badanc. Menggambar segi empat dan segitigad. Pandai berbicarae. Menghitung jari-jarinyaf. Dapat menyebut nama-nama harig. Mendengar dan mengulang hal-hal penting h. Minat kepada kata baru dan artinyai. Memprotes bila dilarang apa yang diingininyaj. Mengenal 4 warna.

4. Beberapa hal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak balita

a. Gizi

Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh

kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang

dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk

pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan

Page 24: Kti

24

(food security) keluarga. Ketahanan makanan keluarga

mencakup pada ketersediaan makanan dan pembagian yang

adil makanan dalam keluarga, dimana acapkali kepentingan

budaya bertabrakan dengan kepentingan biologis anggota-

anggota keluarga. Salah satu contohnya adalah adanya

kebiasan di masyarakat untuk memberi makan lebih dulu

terhadap laki-laki di dalam keluarganya, sedangkan para

wanitanya hanya mendapatkan sisa-sisa makan saja misalkan

di dalam keluarga tersebut terdapat wanita hamil maka

kebiasaan tersebut akan merugikan ibu dan janinnya.

Hal-hal yang seperti inilah yang harus disadari oleh

masyarakat, dan menjadi salah satu aspek yang harus

diperhatikan oleh para tenaga kesehatan, bahwa sosial budaya

bisa mempengaruhi status kesehatan seseorang. Satu aspek

penting yang perlu ditambahkan adalah keamanan pangan

(food safety) yang mencakup pembebasan makanan dari

berbagai “racun” fisika, kimia, biologis yang liar mengancam

kesehatan manusia. Seperti makanan kemasan yang sering

diberi berbagai macam zat kimia agar bisa bertahan lama.

Tabel 2.4 Kecukupan nutrisi yang dianjurkan perhari untuk

balita

NutrientUmur

1-3 Tahun 4-5 Tahun

Energi

Protein

100 kkal/Kg

2 g/Kg

90 kkal/Kg

1,8 g/kk

Page 25: Kti

25

Vitamin A

Thiamin (B1)

Riboplavin (B2)

Niasin

Peridoksin (B6)

Folasin

Vitamin (B12)

Vitamin C

Vitamin D

Kalsium

Fe

Yodium

500 µg Re

0,5 mg

0,6 mg

8 mg

0,9 mg

100 mg

2 µg

20 mg

10 µg

500 mg

15 mg

70 µg

600 µg Re

0,6 mg

0,8 mg

10 mg

1,3 mg

200 mg

2,5 µg

20 mg

10 mg

500 mg

10 mg

90 µg

Selain itu kualitas dan kuantitas makanan yang tepat juga

harus diperhatikan oleh ibu dalam merawat balitanya. Untuk

menentukan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang

tepat perlu diperhatikan langkah-langkah berikut:

1. Menentukan jumlah kebutuhan dengan menggunakan data

tentang kecukupan nutrisi.

2. Menilai bahan makanan, termasuk menentukan jenis dan

jumlah bahan makanan yang akan dipilih sesuai dengan

kebutuhan nutrisi.

3. Menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai

dengan hidangan yang diketahui.

4. Menetukan jadwal pemberian makanan.

5. Menetukan cara pemberian makanan.

Page 26: Kti

26

6. Memperhatikan dan menilai jumlah masukan, mungkin

makanan masih tersisa karena kurang disukai.

Memperbaiki dan merencanakan kembali susunan

makanan usahakan agar makanan yang diolah dan

dihidangkan terbuat dari jenis-jenis makanan yang tersedia

sesuai dengan wilayah setempat.

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA

3.1 Kerangka Konsep

Page 27: Kti

27

Kerangka Konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-

konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian

yang dimaksud (Notoatmodjo, 2005).

Kerangka konsep pada penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang balita

usia 1-5 tahun di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah

Bumbu Tahun 2011”.

Variabel Independen

Gambar 3.1 Bagan kerangka konsep

3.2 Hipotesa

Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau

sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari landasan teori

atau kajian teori dan masih harus diuji kebenarannya. Hipotesa pada penelitian

adalah diduga ada pengaruh antara faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun di Desa

Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu. Secara terperinci

hipotesa pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan ibu

terhadap tumbuh kembang balita:

- Pendidikan

- Ekonomi

- Usia

- Paritas

- Pekerjaan

Tumbuh kembang

balita usia 1-5

tahun

Variabel dependen

Page 28: Kti

28

1. Diduga ada pengaruh faktor pendidikan dengan pengetahuan ibu terhadap

tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.

2. Diduga ada pengaruh faktor ekonomi dengan pengetahuan ibu terhadap

tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.

3. Diduga ada pengaruh faktor usia dengan pengetahuan ibu terhadap tumbuh

kembang balita usia 1-5 tahun.

4. Diduga ada pengaruh faktor paritas dengan pengetahuan ibu terhadap

tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.

5. Diduga ada pengaruh faktor pekerjaan dengan pengetahuan ibu terhadap

tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.

BAB 4

METODE PENELITIAN

Page 29: Kti

29

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah rencana atau struktur dan strategi penelitian

yang disusun sedemikian rupa agar dapat memperoleh jawaban mengenai

permasalahan penelitian (Machfoedz, 2010).

Penelitian ini menggunakan rancangan analitik dengan pendekatan cross

sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-

faktor dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2002).

4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang

diteliti (Machfoedz, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki

balita usia 1-5 tahun di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir

Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2010 sebanyak 64 ibu balita.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi (Hidayat, 2007).

Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika

jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 15% atau 20-25% atau

lebih (Arikunto, 2006).

4.2.3 Besar Sampel

Melihat pendapat Arikunto (2006) maka pada penelitian ini,

sampel yang diambil adalah 25% dari jumlah populasi, jadi sampel

Page 30: Kti

30

yang digunakan sebanyak 16 orang, tapi karena populasi sampelnya di

bawah 100 maka peneliti memutuskan untuk menjadikan seluruh

populasi sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 64 ibu balita.

4.2.4 Tekhnik Pengambilan Sampel

Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah populasi

penelitian atau universe yaitu seluruh ibu-ibu yang memiliki balita usia

1-5 tahun di lokasi penelitian dijadikan sebagai objek penelitian

(Notoatmodjo, 2005).

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.3.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-

anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu

yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki kelompok

tertentu (Notoatmodjo, 2005).

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dan variabel

dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2007).

Variabel independen pada penelitian ini adalah pendidikan,

ekonomi, usia, paritas, pekerjaan. Dan variabel dependennya adalah

tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.

4.3.2 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati,

Page 31: Kti

31

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena (Hidayat, 2007).

Tabel 4.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Pendidik-

an

Jenjang

terakhir

sekolah

formal yang

pernah diikuti

dan

mendapatkan

tanda lulus

Kuesioner Rendah, jika

tidak sekolah,

Pendidikan SD–

SMP/ sederajat

Sedang, jika

Pendidikan

SMA/sederajat

Tinggi, jika

Pendidikan

D3/ Sarjana

Ordinal

Ekonomi Seluruh

penerimaan

baik barang

atau uang dari

pihak lain

atau hasil

sendiri

dengan

jumlah uang

atau harga

Kuesioner Rendah

<Rp.750.00

Sedang

Rp.750.000-

Rp.1.400.000

Tinggi > Rp.

1.400.000

Ordinal

Page 32: Kti

32

yang berlaku

saat ini

Usia Lama hidup

seseorang

sejak

dilahirkan

Kuesioner 0 - 20 tahun

20 - 35 tahun

> 35 tahun

Ordinal

Paritas Jumlah bayi

hidup yang

pernah

dilahirkan

Kuesioner Primipara ≤ 1

Multipara > 1

Nominal

Pekerjaan Kegiatan

untuk

memperoleh

penghasilan.

Kuesioner Tidak Bekerja

Bekerja

Nominal

Tumbuh

kembang

balita

Tinggi badan,

berat badan,

gerakan

motorik kasar

dan halus,

kemampuan

berbahasa.

Meteran,

timbangan

(KMS)

dan Skala

Yaumil

Mimi

Buruk, jika

tidak sesuai

dengan usia

Baik, jika

sesuai dengan

umur

Nominal

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan

sejumalah data, instrumen ini dapat berupa question (pertanyaan), formulir

observasi, formulir lain-lain yang berkaitan dengan penataan data

Page 33: Kti

33

(Notoatmodjo, 2005).

Pada penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner

yang berjudul ”Kuesioner Pengetahuan Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita

Usia 1-5 Tahun”. Menggunakan skala Guttman, untuk jawaban yang benar

diberi nilai 1, dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Kuesioner dibuat oleh

peneliti sendiri dengan panduan beberapa buku tentang Tumbuh Kembang

Balita.

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir

Kabupaten Tanah Bumbu.

4.5.2 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini dimulai bulan Februari 2011 sampai dengan

bulan Maret 2011.

4.6 Prosedur Pengumpulan Data

Jenis data primer dikumpulkan oleh peneliti dalam bentuk kuesioner,

kuesioner tersebut ditujukan kepada responden sebagai objek penelitian, bagi

responden yang kurang memahami isi dari kuesioner akan mendapatkan

bimbingan atau penjelasan oleh peneliti. Data primer ini didapat oleh peneliti

dengan cara memberikan kuesioner yang diisi langsung oleh responden.

Kuesioner yang dibagikan tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan yang

bersangkutan dengan tumbuh kembang balita usia 1 – 5 tahun.

4.7 Tekhnik Pengolahan Data

Page 34: Kti

34

Data hasil tes tertulis diolah secara analitik dengan langkah sebagai berikut:

a. Editing data

Pada tahap ini tiap - tiap lembar tes diteliti apakah semua item sudah

dijawab oleh responden dari kuesioner yang diberikan. Hal ini dilakukan

agar peneliti mendapatkan data yang valid. Data yang akurat akan

memudahkan peneliti pada tahap yang selanjutnya.

b. Coding

Setelah data terkumpul dan selesai diedit di lapangan, tahap

berikutnya adalah mengkode data, yaitu melakukan pemberian kode untuk

setiap pertanyaan untuk memudahkan dalam pengolahan data.

c. Scoring

Pertanyaan yang dijawab diberi skor atau nilai. Untuk jawaban benar

diberi nilai 1, dan jawaban salah diberi nilai 0.

d. Tabulating

Data yang ada disusun dalam bentuk tabel atau grafik Distribusi

Frekuensi dan diolah dengan menggunakan program SPSS (Stastical

Package Of Social Science) (Nursalam, 2003).

4.8 Tekhnik Analisis Data

4.8.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat adalah analisa data yang digunakan dalam

penelitian mengidentinfikasi karakteristik masing-masing variabel

dengan menggunakan distribusi frekuensi dan ukuran presentase atau

porposi (Notoatmodjo, 2005)

Page 35: Kti

35

Variabel independen pada penelitian ini yaitu pendidikan,

ekonomi, usia, paritas, pekerjaan. Dan variabel dependennya adalah

tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.

Analisa univariat dilakukan pada tiap variabel dari hasil

penelitian dengan mendeskripsikan setiap variabel penelitian dengan

cara membuat tabel distribusi frekuensi pada tiap variabel. Diantaranya

variabel bebas pendidikan, ekonomi, usia, paritas, pekerjaan.

Selanjutnya data-data yang diperoleh dari para responden, akan

dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

P : Persentase

F : Frekuensi

N : Jumlah Responden

Setelah di analisis, data yang ada disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi.

4.8.2 Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan untuk mencari pengaruh antar dua

variabel yaitu varibel bebas dan variabel terikat. Uji statistik yang

digunakan adalah kaikuadrat (Chi Square). Chi Square adalah suatu

teknis statistik yang dimaksudkan untuk menguji pengaruh antar dua

variabel, bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara

variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan rumus.

FP = X 100%

N

Page 36: Kti

36

Adapun Rumus Chi – Square adalah:

Keterangan:

X : Chi Square.

Fo : Frekuensi yang diobservasi atau diperoleh baik melalui

pengamatan maupun hasil kuesioner.

Fh : Frekuensi yang diharapkan.

Intervensi dari hasil analisis yang dilakukan adalah:

a. Jika nilai p value ≤ a (0,05), maka Ho ditolak atau Ha diterima.

Artinya variabel tersebut memilki pengaruh yang bermakna.

b. Jika p value > a (0,05), maka Ho diterima atau Ha ditolak. Artinya

variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang bermakna

(Budiman, 2001).

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Σ (fo-fh)2

X2 = Fh

Page 37: Kti

37

5.1 Deskripsi Data

5.1.1 Gambaran Umum

Desa Beringin merupakan salah satu desa yang terletak di

Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu yang dengan luas

wilayah sebagai berikut:

- Pemukiman : 9,95 Ha

- Sawah : 326,5 Ha

- Hutan : 258,55 Ha

- Perikanan : 10 Ha

- Perkebunan : 10 Ha

- Peternakan : 20 Ha

Desa Beringin mempunyai batasan-batasan wilayah sebagai

berikut:

- Sebelah Utara : Desa Pulau Tanjung

- Sebelah Selatan : Laut Jawa

- Sebelah Barat : Desa Pulau Salak

- Sebelah Timur : Desa Barugelang

Sumber: Profil Desa Beringin

5.1.2 Demografi

Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu

mempunyai jumlah Kepala Keluarga (KK ) sebanyak 145 jiwa dengan

jumlah penduduk sebanyak 553 jiwa.

Tabel 5.1 Klasifikasi penduduk menurut jenis kelamin

No Jenis KelaminJumlah(Orang)

Persentase(%)

Page 38: Kti

38

1. Laki-laki 264 47,732. Perempuan 289 52,26

Total 553 100

Sumber: Profil Desa Beringin

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 264 orang (47,73%) dan perempuan

sebanyak 289 orang (52,26%).

Tabel 5.2 Klasifikasi penduduk menurut umur

NoUmur

(Tahun)Jumlah (orang)

Persentase (%)

1. 0 – 14 193 34,902. 15 – 49 266 48,103. > 50 94 16,99

Total 553 100

Sumber: Profil Desa Beringin

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang

berumur 0-14 tahun sebanyak 193 orang (34,90%), 15-49 tahun sebanyak

266 orang (48,10%), dan > 50 tahun sebanyak 94 orang (16,99%).

Tabel 5.3 Klasifikasi penduduk menurut tingkat pendidikan

No Tingkat PendidikanJumlah (Orang)

Persentase (%)

1. S.2 0 02. S.1 0 03. Diploma I, II, III 3 0,544. SLTA/Sederajat 104 18,805. SLTP/Sederajat 169 30,566. SD/Sederajat 136 24,597. Tidak Tamat SD/Sederajat 74 13,388. Tidak/Belum Sekolah 67 12,11

Total 553 100

Sumber: Profil Desa Beringin

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang

mempunyai tingkat pendidikan S.2 sebanyak 0 orang (0%), S.1 sebanyak

Page 39: Kti

39

0 orang (0%), Diploma I, II dan III sebanyak 3 orang (0,54%),

SLTA/sederajat sebanyak 104 orang (18,80%), SLTP/sederajat sebanyak

169 orang (30,56%), SD/sederajat sebanyak 136 orang (24,59%), tidak

tamat SD/sederajat sebanyak 74 orang (13,38%) dan tidak/belum sekolah

sebanyak 67 orang (12,11%).

Tabel 5.4 Klasifikasi penduduk menurut pekerjaan

No PekerjaanJumlah(Orang)

Persentase(%)

1. Petani 59 40,682. Nelayan 39 26,893. Peternak 6 4,134. Swasta 41 28,27

Total 145 100

Sumber: Profil Desa Beringin

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang

mempunyai pekerjaan sebagai petani sebanyak 59 orang (40,68%),

nelayan sebanyak 39 orang (26,89%), peternak sebanyak 6 orang

(4,13%), dan swasta sebanyak 41 orang (28,27).

5.2 Analisis Hasil Penelitian

5.2.1 Analisis Univariat

Analisa univariat adalah analisa data yang digunakan dalam

penelitian untuk mengidentinfikasi masing-masing variabel dengan

menggunakan distribusi frekuensi dan ukuran presentase (Notoatmodjo,

2005). Dengan analisa univariat kita bisa melihat karakteristik responden

berdasarkan variabel-variabel yang telah ditentukan oleh peneliti.

Analisis univariat dalam penelitian yang dilakukan di Desa

Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu ini yaitu

Page 40: Kti

40

untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang balita usia 1-

5 tahun di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah

Bumbu.

5.2.1.1 Tumbuh Kembang Balita

Tumbuh kembang balita pada penelitian ini dikategorikan

menjadi 2 kriteria yaitu buruk jika tidak sesuai dengan usia dan

baik jika sesuai dengan usia. Penilaian terhadap tumbuh

kembang balita dapat diukur dengan menggunakan alat ukur

meteran, atau timbangan dan penilaian juga dapat dilihat dari

Kartu Menuju Sehat (KMS), jika berat badan berada di bawah

garis merah maka pertumbuhan balita dikatakan buruk, jika

berada di atas garis merah pertumbuhan balita dikatakan baik.

Penilaian terhadap perkembangan balita menggunakan skala

Yaumil Mimi. Penilaian terhadap tumbuh kembang balita ini

harus disesuaikan dengan usia balita saat dilakukan

pengukuran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tumbuh Kembang Balita di Desa Beringin

No Kategori Frekuensi Persentase

%

1 Buruk 36 56,2

2 Baik 28 43,8

Jumlah 64 100

Page 41: Kti

41

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 64 balita

terdapat 36 balita (56,2%) dengan tumbuh kembang buruk dan

28 balita (43,8%) dengan tumbuh kembang baik.

5.2.1.2 Pendidikan

Pendidikan pada penelitian ini dikategorikan menjadi 3

kriteria yaitu pendidikan rendah (Tidak Sekolah, SD dan SMP),

sedang (SMA / sederajat) dan pendidikan tinggi (D III-S1).

Secara terperinci karakteristik pendidikan dari 64 responden

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pendidikan Rsponden di Desa

Berigin

No Kategori Frekuensi Persentase %

1 Rendah 32 50,0

2 Sedang 25 39,1

3 Tinggi 7 10,9

Jumlah 64 100

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 64

orang responden terdapat yang berpendidikan rendah sebesar 32

orang (50,0%), pendidikan sedang 25 orang (39,1%) dan

pendidikan tinggi sebesar 7 orang (10,9%).

5.2.1.3 Ekonomi

Ekonomi pada penelitian ini dikategorikan menjadi 3

kriteria yaitu rendah (< Rp 750.000), sedang (Rp 750.000-Rp

1.400.000) dan tinggi (> Rp 1.400.000). Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 42: Kti

42

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Ekonomi Responden di Desa

Beringin

No Kategori Frekuensi Persentase %

1 Rendah 31 48,4

2 Sedang 24 37,5

3 Tinggi 9 14,1

Jumlah 64 100

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 64 orang

responden terdapat 31 orang (48,4%) yang berstatus ekonomi

rendah, ekonomi sedang sebanyak 24 orang (37,5%) dan

ekonomi tinggi sebesar 9 orang (14,1%).

5.2.1.4 Usia

Usia pada penelitian ini dikategorikan menjadi 3 kriteria

yaitu 0-20 tahun, 20-35 tahun dan > 35 tahun. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Usia Responden di Desa

Beringin

No Kategori Frekuensi Persentase %

1 0-20 tahun 29 45,3

2 20-35 tahun 20 31,2

3 > 35 tahun 15 23,4

Jumlah 64 100

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa dari 64

responden penelitian yang berumur 0-20 tahun sebanyak 29

orang (45,3%), yang umur 20-35 tahun sebanyak 20 orang

Page 43: Kti

43

(31,2%) dan responden yang berumur > 35 tahun sebanyak 15

orang (23,4%).

5.2.1.5 Paritas

Paritas pada penelitian ini dikategorikan menjadi 2

kriteria yaitu primipara ≤ 1 dan multipara > 1. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Paritas Responden di Desa

Beringin

No Kategori Frekuensi Persentase %

1 Primipara 34 53,1

2 Multipara 30 46,9

Jumlah 64 100

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa dari 64 orang

responden terdapat primipara sebanyak 34 orang (53,1%) dan

multipara sebanyak 30 orang (46,9%).

5.2.1.6 Pekerjaan

Pekerjaan pada penelitian ini dikategorikan menjadi 2

kriteria yaitu tidak bekerja dan bekerja. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Desa

Beringin

No Kategori Frekuensi Persentase %

1 Tidak Bekerja 36 56,2

2 Bekerja 28 43,8

Jumlah 64 100

Page 44: Kti

44

Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa dari 64

responden terdapat 36 orang (56,2%) yang tidak bekerja dan

yang bekerja sebanyak 28 orang (43,8%).

5.2.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk mencari

hubungan antar dua variabel yaitu varibel bebas (independen) dan variabel

terikat (dependen) (Notoatmodjo, 2005).

Analisis bivariat dalam penelitian yang dilakukan di Desa Beringin

Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu ini yaitu untuk mencari

pengaruh antara faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu

terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.

Tabel 5.11 Pengaruh Faktor Pendidikan Responden Terhadap Tumbuh

Kembang Balita di Desa Beringin

Pendidikan

Tumbuh Kembang Balita

TotalBuruk Baik

F

(%)

F

(%)

Rendah (Tidak

Sekolah, SD dan SMP)

F

(%)

29

45,3%

3

4,7%

32

50,0%

Sedang (SMA)

F

(%)

7

10,9%

18

28,1%

25

39,1%

Tinggi (D III-S1)

F

(%)

0

0%

7

10,9%

7

10,9%

Total F

(%)

36

56,2%

28

43,8%

64

100%

Page 45: Kti

45

Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 64 responden yang

berpendidikan rendah sebanyak 32 orang (50,0%), yang mempunyai balita

dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 29 orang (45,3%), dan tumbuh

kembang baik sebanyak 3 orang (4,7%). Ibu yang berpendidikan sedang

sebanyak 25 orang (39,1%), mempunyai balita dengan tumbuh kembang

buruk sebanyak 7 orang (10,9%), dan tumbuh kembang baik sebanyak 18

orang (28,1%). Ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 7 orang (10,9%),

yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 0 orang

(0%) dan tumbuh kembang baik sebanyak 7 orang (10,9%).

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square diperoleh nilai

p value sebesar 0,000, karena nilai p lebih kecil dari derajat kemaknaan α

(0,05) yang berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh faktor pendidikan

ibu terhadap tumbuh kembang balita, dengan nilai koefisien kontingen

0,580 yang artinya ada pengaruh yang cukup kuat antara pendidikan

dengan tumbuh kembang balita di Desa Beringin.

Tabel 5.12 Pengaruh Faktor Ekonomi Responden Terhadap Tumbuh

Kembang Balita di Desa Beringin

Tingkat EkonomiResponden

Tumbuh Kembang BalitaTotalBuruk Baik

F(%)

F(%)

Rendah

(< Rp 750.000)

28

43,8%

3

4,7%

31

48,4%

Sedang

(Rp750.000 - Rp1.400.000)

8

12,5%

16

25,0%

24

37,5%

Tinggi

(> Rp 1.400.000)

0

0%

9

14,1%

9

14,1%

Total 36

56,2%

28

43,8%

64

100%

Page 46: Kti

46

Berdasarkan data-data pada tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 64

responden yang mempunyai ekonomi rendah sebanyak 31 orang (48,4%),

yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 28

orang (43,8%) dan dengan tumbuh kembang baik sebanyak 3 orang

(4,7%). Ibu yang mempunyai ekonomi sedang sebanyak 24 orang

(37,5%), yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk

sebanyak 8 orang (12,5%), dan tumbuh kembang baik sebanyak 16 orang

(25,0%). Ibu yang mempunyai ekonomi tinggi sebanyak 9 orang (14,1%),

yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 0 orang

(0%), dan tumbuh kembang baik sebanyak 9 orang (14,1%).

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square diperoleh nilai

p value sebesar 0,000, karena nilai tersebut lebih kecil dari derajat

kemaknaan α (0,05) yang berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh

faktor ekonomi ibu terhadap tumbuh kembang balita, dengan nilai

koefisien kontingen 0,573 yang artinya ada pengaruh yang cukup erat

antara ekonomi dengan tumbuh kembang balita di Desa Beringin.

Tabel 5.13 Pengaruh Faktor Usia Responden dengan Tumbuh Kembang

Balita di Desa Beringin

Usia RespondenTumbuh Kembang Balita

TotalBuruk BaikF

(%)F

(%)

0-20 tahun 25

39,1%

4

6,2%

29

45,3%

20-35 tahun 3

4,7%

17

26,6%

20

31,2%

> 35 tahun 8

12,5%

7

10,9%

15

23,4%

Total 36

56,2%

28

43,8%

64

100%

Page 47: Kti

47

Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari 64 responden yang

berusia 0-20 tahun sebanyak 29 orang (45,3%), yang mempunyai balita

dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 25 orang (39,1%), dan tumbuh

kembang baik sebanyak 4 orang (6,2%). Ibu yang berusia 20-35 tahun

sebanyuak 20 orang(31,2%), yang mempunyai balita dengan tumbuh

kembang buruk sebanyak 3 orang (4,7%), dan tumbuh kembang baik

sebanyak 17 orang (26,6%). Ibu berusia > 35 tahun sebanyak 15 orang

(23,4%) yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak

8 orang (12,5%) dan tumbuh kembang baik sebanyak 7 orang (10,9%).

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square diperoleh nilai

p value sebesar 0,000, karena nilai tersebut lebih kecil dari derajat

kemaknaan α (0,05) yang berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh

faktor usia ibu terhadap tumbuh kembang balita, dengan nilai koefisien

kontingen 0,526 yang artinya ada pengaruh yang cukup erat antara usia

dengan tumbuh kembang balita di Desa Beringin.

Tabel 5.14 Pengaruh Paritas Responden dengan Tumbuh Kembang

Balita di Desa Beringin

ParitasTumbuh Kembang Balita

TotalBuruk BaikF

(%)F

(%)Primipara ≤ 1 29

45,3%

5

7,8%

34

53,1%Multipara > 1 7

10,9%

23

35,9%

30

46,9%

Total 36

56,2%

28

43,8%

64

100%

Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari 64 responden

primipara sebanyak 34 orang (53,1%), yang mempunyai balita dengan

Page 48: Kti

48

tumbuh kembang buruk sebanyak 29 orang (45,3%), dan tumbuh kembang

baik sebanyak 5 orang (7,8%). Multipara sebanyak 30 orang (46,9%), yang

mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 7 orang

(10,9%), dan tumbuh kembang baik sebanyak 23 orang (35,9%).

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square diperoleh nilai

p value sebesar 0,000, karena nilai tersebut lebih kecil dari derajat

kemaknaan α (0,05) yang berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh

faktor paritas ibu dengan tumbuh kembang balita, dengan nilai koefisien

kontingen 52,9 yang artinya ada pengaruh yang cukup erat antara paritas

dengan tumbuh kembang balita di Desa Beringin.

Tabel 5.15 Pengaruh Faktor Pekerjaan Responden Terhadap Tumbuh

Kembang Balita di Desa Beringin

Pekerjaan

Tumbuh Kembang Balita

TotalBuruk Baik

F

(%)

F

(%)

Tidak Bekerja13

20,3%

23

35,9%

36

56,2%

Bekerja23

35,9%

5

7,8%

28

43,8%

Total36

56,2%

28

43,8%

64

100%

Berdasarkan tabel 5.15 dari 64 responden yang tidak bekerja

sebanyak 36 orang (56,2%), yang mempunyai balita dengan tumbuh

kembang buruk sebanyak 13 orang (20,3%), dan tumbuh kembang baik

sebanyak 23 orang (35,9%). Ibu yang bekerja sebanyak 28 orang (43,8%),

yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 23

orang (35,9%), dan tumbuh kembang baik sebanyak 5 orang (7,8%).

Page 49: Kti

49

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square diperoleh nilai

p value sebesar 0,000, karena nilai tersebut lebih kecil dari derajat

kemaknaan α (0,05) yang berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh

faktor pekerjaan ibu dengan tumbuh kembang balita, dengan nilai

koefisien kontingen 0,418 yang artinya ada pengaruh yang cukup erat

antara pekerjaan dengan tumbuh kembang balita di Desa Beringin.

Page 50: Kti

50

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Pengaruh Faktor Pendidikan Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita di

Desa Beringin.

Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 64 responden yang

berpendidikan rendah sebanyak 32 orang (50,0%), yang mempunyai balita

dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 29 orang (45,3%), dan tumbuh

kembang baik sebanyak 3 orang (4,7%). Ibu yang berpendidikan sedang

sebanyak 25 orang (39,1%), yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang

buruk sebanyak 7 orang (10,9%), dan tumbuh kembang baik sebanyak 18 orang

(28,1%). Ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 7 orang (10,9%), yang

mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 0 orang (0%), dan

tumbuh kembang baik sebanyak 7 orang (10,9%).

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square antara faktor

pendidikan ibu dengan tumbuh kembang balita diperoleh nilai p value sebesar

0,000, karena nilai tersebut lebih kecil dari derajat kemaknaan α (0,05) yang

berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh faktor pendidikan ibu terhadap

tumbuh kembang balita, dengan nilai koefisien kontingen 0,580 yang artinya

ada pengaruh yang cukup erat antara pendidikan dengan tumbuh kembang balita

di Desa Beringin.

6.2 Pengaruh Faktor Ekonomi Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita di

Desa Beringin

Berdasarkan tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 64 responden ibu yang

mempunyai ekonomi rendah sebanyak 31 orang (48,4%), yang mempunyai

balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 28 orang (43,8%), dan tumbuh

Page 51: Kti

51

kembang baik sebanyak 3 orang (4,7%). Ibu yang mempunyai ekonomi sedang

sebanyak 24 orang (37,5%), yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang

buruk sebanyak 8 orang (12,5%), dan tumbuh kembang baik sebanyak 16 orang

(25,0%). Ibu yang mempunyai ekonomi tinggi sebanyak 9 orang (14,1%), yang

mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 0 orang (0%), dan

tumbuh kembang baik sebanyak 9 orang (14,1%).

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square antara faktor

ekonomi ibu dengan tumbuh kembang balita diperoleh nilai p value sebesar

0,000, karena nilai tersebut lebih kecil dari derajat kemaknaan α (0,05) yang

berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh faktor ekonomi ibu terhadap tumbuh

kembang balita, dengan nilai koefisien kontingen 0,573 yang artinya ada

pengaruh yang cukup erat antara ekonomi dengan tumbuh kembang balita di

Desa Beringin.

6.3 Pengaruh Faktor Usia Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita di Desa

Beringin

Berdasarkan data yang ada pada tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari 64

responden yang berusia 0-20 tahun sebanyak 29 orang (45,3%), yang

mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 25 orang (39,1%),

dan tumbuh kembang baik sebanyak 4 orang (6,2%). Ibu yang berusia 20 – 35

tahun sebanyak 20 orang (31,2%), yang mempunyai balita dengan tumbuh

kembang buruk sebanyak 3 orang (4,7%), dan tumbuh kembang baik sebanyak

17 orang (26,6%). Ibu yang berusia > 35 tahun sebanyak 15 orang (23,4%),

yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 8 orang

(12,5%), dan yang memiliki balita dengan tumbuh kembang baik sebanyak 7

orang (10,9%).

Page 52: Kti

52

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square antar faktor usia ibu

dengan tumbuh kembang balita diperoleh nilai p value sebesar 0,000, karena

nilai tersebut lebih kecil dari derajat kemaknaan α (0,05) yang berarti Ha

diterima, sehingga ada pengaruh faktor usia ibu terhadap tumbuh kembang

balita, dengan nilai koefisien kontingen 0,526 yang artinya ada pengaruh yang

cukup erat antara usia dengan tumbuh kembang balita di Desa Beringin.

6.4 Pengaruh Faktor Paritas Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita di Desa

Beringin

Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari 64 responden terdapat

primipara sebanyak 34 orang (53,1%), yang mempunyai balita dengan tumbuh

kembang buruk sebanyak 29 orang (45,3%), dan tumbuh kembang baik

sebanyak 5 orang (7,8%), multipara sebanyak 30 orang (46,9%) yang

mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 7 orang (10,9%),

dan tumbuh kembang baik sebanyak 23 orang (35,9%).

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square antara faktor paritas

ibu dengan tumbuh kembang balita diperoleh nilai p value sebesar 0,000, karena

nilai tersebut lebih kecil dari derajat kemaknaan α (0,05) yang berarti Ha

diterima, sehingga ada pengaruh faktor paritas ibu terhadap tumbuh kembang

balita, dengan nilai koefisien kontingen 0,529 yang artinya ada pengaruh yang

cukup erat antara paritas ibu dengan tumbuh kembang balita di Desa Beringin.

6.5 Pengaruh Faktor Pekerjaan Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita di

Desa Beringin

Berdasarkan tabel 5.15 menunjukkan bahwa dari 64 responden yang tidak

bekerja sebanyak 28 orang (56,2%%), yang mempunyai balita dengan tumbuh

kembang buruk sebanyak 23 orang (35,9%), dan yang mempunyai balita dengan

Page 53: Kti

53

tumbuh kembang baik sebanyak 5 orang (7,8%). Ibu yang bekerja sebanyak 36

orang (43,8%), yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk

sebanyak 13 orang (20,3%), dan yang mempunyai balita dengan tumbuh

kembang baik sebanyak 23 orang (35,9%).

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square antara faktor

pekerjaan ibu dengan tumbuh kembang balita diperoleh nilai p value sebesar

0,000, karena nilai tersebut lebih kecil dari derajat kemaknaan α (0,05) yang

berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh faktor pekerjaan ibu terhadap

tumbuh kembang balita, dengan nilai koefisien kontingen 0,418 yang artinya

ada pengaruh yang cukup erat antara pekerjaan dengan tumbuh kembang balita

di Desa Beringin.

Perbandingan pengaruh dari setiap variabel terhadap tumbuh kembang

balita dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel: 6.1 Perbandingan Besar Pengaruh Tiap Variabel Bebas Terhadap

Tumbuh Kembang Balita

Faktor-faktorTumbuh Kembang Balita

Nilai p value Koefisien Kontingen

Pendidikan 0,000 0,580

Ekonomi 0,000 0,573

Usia 0,000 0,526

Paritas 0,000 0,529

Pekerjaan 0,000 0,418

Berdasarkan tabel 6.1 diperoleh nilai p value sebesar 0,000, untuk faktor

pendidikan, ekonomi, usia, paritas dan pekerjaan terhadap tumbuh kembang

balita pada derajat kemaknaan 0,05. Karena nila p value lebih kecil dari α (0,05)

maka Ha diterima yang artinya ada pengaruh faktor pendidikan, usia, ekonomi,

Page 54: Kti

54

paritas dan pekerjaan ibu terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun di

Desa Beringin.

Kemudian jika dilihat dari nilai koefisien kontingen maka faktor

pendidikan (0,580) memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap tumbuh

kembang balita usia1-5 tahun di Desa Beringin dibandingkan dengan faktor

ekonomi (0,573), faktor paritas (0,529), faktor usia (0,526), dan faktor

pekerjaan (0,418).

Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin baik pula

pengetahuan dan pemahamannya terhadap suatu konsep atau teori. Demikian

pula pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang balita, karena pengetahuan

bisa didapatkan setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Dengan semakin seringnya seorang ibu memperhatikan tumbuh

kembang balitanya maka semakin baik pula pemahaman dan pengetahuannya

tentang tumbuh kembang balita. Tingkat ekonomi ibu yang baik secara tidak

langsung akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang balita, karena ibu

mampu memenuhi semua kebutuhan balita saat proses tumbuh kembangnya,

seperti pemenuhan akan gizi balita.

Jika seorang wanita memiliki balita di usia yang produktif maka dia akan

lebih siap secara psikologis dibandingkan dengan wanita yang belum berada

diusia produktif. Untuk memperhatikan tumbuh kembang balita dibutuhkan

kesabaran dari seorang ibu, karena balita yang sedang dalam proses tumbuh

kembang cenderung memiliki tingkah yang sulit untuk dipahami oleh seorang

ibu. Karena itulah dibutuhkan kesiapan mental, dan pemahaman yang baik dari

seorang ibu, untuk bisa mendampingi balitanya yang mengalami proses tumbuh

kembang, agar proses tersebut berjalan optimal. Faktor paritas tidak berbeda

Page 55: Kti

55

jauh dengan faktor pendidikan dan usia, karena ibu yang sudah melahirkan anak

lebih dari satu (multipara) akan memiliki pengalaman tentang tumbuh kembang

balita yang lebih baik dibandingkan dengan ibu yang baru memiliki satu balita

(primipara). Demikian pula dengan faktor pekerjaan, untuk mendapatkan

pekerjaan yang baik ibu harus memiliki tingkat pengetahuan dan tingkat

pendidikan yang baik. Namun ibu yang memiliki pekerjaan cenderung

memberikan perhatian yang lebih sedikit terhadap tumbuh kembang balitanya,

sehingga pengetahuannya tentang tumbuh kembang balita akan kurang pula.

Secara tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang

balita, karena semakin buruk pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang balita

akan semakin buruk pula pemenuhan kebutuhan balita saat berada dalam proses

tumbuh kembang.

Page 56: Kti

56

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini bedasarkan hasil

analisis data adalah sebagai berikut:

7.1.1 Ada pengaruh faktor pendidikan ibu terhadap tumbuh kembang balita di

Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.

Hal ini berarti makin baik tingkat pendidikan ibu maka makin baik

pula tumbuh kembang balita di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir

Kabupaten Tanah Bumbu.

7.1.2 Ada pengaruh faktor ekonomi ibu terhadap tumbuh kembang balita di

Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.

Hal ini berarti makin baik tingkat ekonomi ibu maka makin baik

pula tumbuh kembang balita di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir

Kabupaten Tanah Bumbu.

7.1.3 Ada pengaruh faktor usia ibu terhadap tumbuh kembang balita di di Desa

Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.

Page 57: Kti

57

Hal ini berarti makin baik usia (produktif) seseorang maka makin

baik pula tumbuh kembang balita di Desa Beringin Kecamatan Kusan

Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.

7.1.4 Ada pengaruh faktor paritas ibu terhadap tumbuh kembang balita di Desa

Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.

Hal ini berarti makin baik paritas seseorang maka makin baik pula

tumbuh kembang balita di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir

Kabupaten Tanah Bumbu.

7.1.5 Ada pengaruh faktor pekerjaan ibu terhadap tumbuh kembang balita di

Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.

Hal ini berarti makin baik pekerjaan seseorang maka makin baik

pula tumbuh kembang balita di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir

Kabupaten Tanah Bumbu.

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Peneliti menyarankan agar pihak institusi bisa menyediakan fasilitas

yang lebih memadai, misalnya buku yang bisa memudahkan mahasiswa

dalam mencari referensi yang sesuai dengan penelitiannya. Hal ini juga

bisa memudahkan bagi mahasiswa lain yang akan mengadakan penelitian.

7.2.2 Bagi Puskesmas

Puskesmas hendaknya lebih meningkatkan penyuluhan tentang

kesehatan terutama tentang tumbuh kembang pada balita. Hal ini bisa

Page 58: Kti

58

lebih meningkatkan pengetahuan ibu, karena masih banyak ibu yang

kurang mengerti tentang tumbuh kembang balita.

7.2.3 Bagi Poskesdes

Peneliti menyarankan agar petugas Poskesdes lebih meningkatkan

pelayanan kesehatan terhadap masyarakat setempat, seperti kegiatan

Posyandu yang teratur dan ketersediaan obat-obatan yang lebih memadai.

7.2.4 Bagi Ibu

Diharapkan agar ibu lebih memahami tentang tumbung kembang

balita, sehingga optimalisasi tumbuh kembang balitanya bisa tercapai.

Dan bisa lebih aktif dalam mengikuti program-program kesehatan baik di

Puskesmas ataupun di Poskesdes, seperti Posyandu dan penyuluhan-

penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan.

Page 59: Kti

59