kti
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut prinsip dasar pendekatan Asuhan Kesehatan anak dalam konteks
keluarga, anak bukan miniatur orang dewasa tetapi merupakan sosok individu
yang unik mempunyai kebutuhan khusus sesuai dengan tahapan perkembangan
dan pertumbuhannya (Depkes. RI. 1993).
Tumbuh kembang anak merupakan proses continue, yang dimulai sejak di
dalam kandungan sampai dewasa. Istilah tumbuh kembang sebenarnya
mencakup 2 (dua) peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan
masing-masing mempunyai pendapat yang berbeda dan dapat disimpulkan,
pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik yang mengalami
perubahan besar dalam jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun
individu yang dapat diukur. Sedangkan perkembangan berkaitan dengan
pematangan fungsi organ individu menjadi lebih sempurna, salah satu
contohnya adalah perkembangan kognitif (Soetjiningsih. 1995).
Proses tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara ilmiah, tetapi
proses tersebut sangat tergantung pada orang dewasa atau orang tua. Periode
penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini
pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Pada masa balita perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas
kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan
merupakan landasan perkembangan selanjutnya. Perkembangan moral serta
dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Pada masa periode kritis
2
ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensinya
berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi diusahakan sesuai
dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak
masih dalam kandungan (pustaka.unpad.ac.id/.pdf, diakses tanggal 26
September 2010).
Di Indonesia terdapat 20.851.914 balita, dari data statistik 2010 Angka
Kematian Balita di Indonesia sebesar 85/1000 balita. Dengan program
pembangunan kesehatan, maka pemerintah mencanangkan Indonesia Sehat
2010, yang salah satu sasarannya adalah menurunkan Angka Kematian Balita.
Angka kematian balita adalah jumlah kematian anak umur 1 - 5 tahun per
1000 kelahiran hidup (http://www.jevuska.com/topic/jumlah-balita-indonesia
2010.html diakses tanggal 7 Februari 2010).
Angka kematian balita di Kalimantan Selatan berdasarkan hasil survei
BPS (Badan Pusat Statistik) Kalimantan Selatan pada tahun 2009, angka
kematian balita di Provinsi Kalimantan Selatan menurun menjadi 1,1 per 1000
kelahiran hidup (Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009).
Tanah Bumbu memiliki 27.603 balita, persentase status gizi balita kabupaten
Tanah Bumbu pada tahun 2009 tercatat sebesar 8,72% atau 2406 balita
berstatus gizi buruk, dan 16,10% atau 4444 balita berstatus gizi kurang, status
gizi balita yang buruk dapat menjadi penghambat dalam proses tumbuh
kembang balita. Sehingga dapat disimpulkan dari 27.603 balita yang ada di
Tanah Bumbu ada 6850 balita yang menderita gizi buruk dan gizi kurang.
Di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu
terdapat 64 balita, dan dari keseluruhan balita yang ada di Desa Beringin
terdapat 47 balita yang mengalami gangguan pada proses tumbuh kembangnya,
3
berdasarkan survei yang dilakukan di lapangan diperoleh data, 20 orang balita
(31,25%) yang berat badannya tidak sesuai dengan usia, dan 27 orang balita
(42,18%) yang tinggi badannya tidak sesuai dengan usia. Desa Pulau Salak
memiliki jumlah balita sebanyak 52 balita, dan berdasarkan data yang diperoleh
dari Poskesdes Desa Pulau Salak diketahui ada 13 balita (25%) yang berat
badannya tidak sesuai dengan usia, dan 17 balita (26,6%) yang tinggi badannya
tidak sesuai dengan usia. Sedangkan di Desa Salok Mate terdapat 74 balita dan
berdasarkan survei di lapangan diperoleh data tahun 2010 yaitu terdapat 12
balita (16,2%) yang berat badannya tidak sesuai dengan usia, dan 14 balita
(18,9%) yang tinggi badannya tidak sesuai dengan usia. Berdasarkan data-data
dari ketiga Desa tersebut balita yang memiliki masalah pada proses tumbuh
kembang yang paling banyak terdapat di Desa Beringin.
Berdasarkan uraian pada pendahuluan di atas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap tumbuh
kembang balita usia 1 – 5 tahun di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir
Kabupaten Tanah Bumbu.
1.2 Rumusan Masalah
Dari data yang ada, maka masalah dalam penelitian ini adalah “faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang
balita usia 1 – 5 tahun di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten
Tanah Bumbu Tahun 2010 ?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang pada anak balita usia 1 – 5
4
tahun di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah
Bumbu?
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengaruh antara faktor pendidikan dengan
pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.
2. Mengidentifikasi pengaruh antara faktor ekonomi dengan
pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.
3. Mengidentifikasi pengaruh antara faktor usia dengan pengetahuan ibu
terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.
4. Mengidentifikasi pengaruh antara faktor paritas dengan pengetahuan
ibu terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.
5. Mengidentifikasi pengaruh antara faktor pekerjaan dengan
pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.
1.4 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi untuk mengembangkan ilmu kebidanan pada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Darul Azhar Batulicin.
1.4.2 Bagi Penulis
Sebagai pengalaman awal dalam melakukan penelitian dan dapat
menerapkan ilmu yang didapat dalam perkuliahan. Penulis juga bisa
mendapatkan pengalaman berhubungan langsung dengan masyarakat.
1.4.3 Bagi Puskesmas
Sebagai data tambahan untuk meningkatkan peran serta petugas
kesehatan dalam meningkatkan status kesehatan balita.
5
1.4.4 Bagi Poskesdes
Sebagai data tambahan dalam melengkapi data-data balita yang
telah ada sebelumnya di Poskesdes Desa Beringin.
1.4.5 Bagi Ibu
Memberikan informasi pada orang tua agar dapat memahami
pertumbuhan dan perkembangan pada anak balitanya.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pengetahuan
2.1.1 Definisi pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2 Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif
Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu juga
bisa didapatkan dari pengalaman pengindraan. Oleh sebab itu tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya.
7
2. Memahami (Comprehention)
Artinya sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Artinya sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya. Analisa juga merupakan suatu
kemampuaan yang dapat memperhitungkan sesuatu berdasarkan
pengalaman yang pernah dialami.
5. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
8
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
itu didasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang
ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).
2.1.3 Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) cara memperoleh pengetahuan ada 2
cara, yaitu:
2.1.3.1 Cara tradisional atau non ilmiah
a. Coba - coba salah (trial and error)
Yaitu cara tradisional yang pernah digunakan dalam
memperoleh pengetahuan, cara ini digunakan sebelum ada
peradaban sebagai usaha pemecahan masalah dan apabila
tidak berhasil maka akan dicoba kemungkinan yang lain.
Suatu pengetahuan yang didapat dari suatu kesalahan
biasanya tidak mudah dilupakan.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Yaitu cara kekuasaan yang dilakukan orang - orang tanpa
melalui penalaran dan kebiasaan ini diwariskan secara turun -
temurun dari generasi ke generasi.
9
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Upaya memperoleh pengetahuan dengan cara
mengulangi kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang
lalu. Semakin mandiri seseorang dalam menghadapi
permasalahannya maka semakin banyak pengetahuan yang
didapat.
d. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat
manusia, cara berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini
manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun
deduksi.
2.1.3.2 Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan
pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini
disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut
metodologi penelitian (Research Methodology).
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang sangat besar pengaruhnya
terhadap pengetahuan, seseorang yang berpendidikan tinggi
pengetahuannya akan berbeda dengan orang yang hanya
10
berpendidikan rendah. Selain itu tingkat pemahaman orang yang
memiliki pendidikan tinggi akan berbeda dengan orang yang
berpendidikan rendah.
2. Ekonomi
Ekonomi adalah seluruh penerimaan baik barang atau uang dari
pihak lain atau hasil sendiri dengan jumlah uang atau harga yang
berlaku saat ini. Tingkat penghasilan atau pendapatan adalah
gambaran yang lebih jelas tentang posisi ekonomi keluarga
dalam masyarakat yang merupakan jumlah seluruh penghasilan dan
kekayaan keluarga sehingga penghasilan dapat digolongkan menjadi
3 golongan yaitu penghasilan tinggi, sedang, dan rendah
(www.docstoc.com, diakses tanggal 12 September 2010).
3. Usia
Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan
berkembang sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapat, juga
dari pengalaman sendiri. Semakin meningkatnya usia seseorang maka
semakin banyak pula pengalaman pengindraan yang didapatkan
terhadap suatu objek. Selain itu keadaan mental akan lebih siap untuk
mengahadapi berbagai macam permasalahan yang dihadapi.
Sehingga dapat diasumsikan bahwa ibu dengan usia yang produktif
akan memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan ibu yang
belum berada pada usia produktif.
4. Paritas
Paritas adalah jumlah bayi hidup yang pernah dilahirkan.
Terdapat beberapa jenis paritas yaitu paritas 1 (primipara), paritas
11
lebih dari dua (multipara) (Manuaba, 2000). Semakin sering seorang
ibu melahirkan bayi hidup maka semakin banyak pula
pengalamannya dalam merawat dan memelihara balita
(www.kalbe.co.id, diakses tanggal 10 September 2010).
5. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang dijalani secara terus menerus
yang berhubungan dengan kesibukan seseorang untuk memperoleh
imbalan. Seorang ibu yang bekerja biasanya karena beberapa alasan,
tetapi yang sering terjadi karena perlunya pemenuhan kebutuhan
finansial. Namun waktu untuk keluarga akan lebih sedikit karena
adanya kesibukan kerja (www.docstoc.com, diakses tanggal 5
Desember 2010).
2.1.5 Kategori pengetahuan
Menurut Arikunto (2000) untuk mengetahui kuantitatif tingkat
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang dibagi menjadi 4 tingkat yaitu:
tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilainya sebesar 76%-100%, bila
tingkat pengetahuan cukup skor atau nilai sebesar 56%-75%, bila tingkat
pengetahuan kurang baik skor atau nilai 40%-55% dan bila tingkat
pengetahuan rendah skor atau nilainya sebesar < 40%.
2.2 Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan
2.2.1 Definisi
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel
di seluruh bagian tubuh yang secara kuantatif dapat diukur
(Wong, 2000).
12
Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur
tulang dan keseimbangan metabolik (Soetjiningsih, 1995).
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah,ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang dapat diukur dengan ukuran berat (gram, pound,
kg); ukuran panjang dengan cm atau meter, umur tulang, dan
keseimbangan metabolik (retensi kalium dan nitrogen tubuh)
(Ngastiyah, 2002).
b. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat
tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar
(Wong, 2000).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga hasil dari masing-masing
dapat memenuhi fungsinya termasuk juga emosi, intelektual, dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan
(Soetjiningsih, 1995).
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.
a. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil proses tumbuh kembang anak. Melalui intruksi genetik yang
13
terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas,
dan kecepatan pembelahan, derajat sensifititas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas dan hentinya pertumbuhan tulang,
termasuk faktor genetik antara lain adalah faktor bawaan yang
normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup
baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan
yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini
merupakan lingkungan “bio-psiko-fisik-sosial” yang
mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai
akhir hayat.
Faktor-faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi:
1) Faktor Lingkungan Antenatal
a) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang kurang baik atau buruk sebelum
terjadinya kehamilan maupun sedang hamil, lebih sering
menghasilkan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) atau
lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan.
Disamping itu dapat juga menyebabkan hambatan
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi yang baru
lahir, bayi baru lahir mudah terkena infeksi, mudah terjadi
abortus dan sebagainya.
14
b) Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang, dapat
menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
Demikian pula dengan posisi janin pada uterus dapat
menampilkan dislokasi panggul, tortikolis kogenital, palsi
fasialie.
c) Toksin atau zat kimia
Masa organogesis adalah masa yang sangat peka
terhadap zat-zat tetratogen misalnya obat-obatan
thalidomine, phetoin, methadion, obat-obatan anti kanker
dan lain sebagainya dapat menyebabkan kelainan bawaan.
Ibu yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi narkoba
cenderung melahirkan seorang bayi dengan cacat bawaan,
hal ini disebabkan oleh toksin dari narkoba yang sering
dikonsumsi oleh ibu. Sehingga perkembangan janin di
dalam kandungan bisa terganggu oleh toksin tersebut.
d) Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada
tumbuhan janin, adalah somatotropin, hormon plasenta,
hormon tiroid, insulin dan peptida – peptida lain dengan
aktivitas mirip insulin (insulin-like growth factors/
LGFS).
e) Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18
minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan
15
otak, mikro sepoli, atau cacat bawaan lainnya. Radiasi
bisa disebabkan karena penggunaan alat radiologi,
misalnya rontgen.
f) Infeksi
Infeksi intra uterin yang sering menyebabkan cacat
bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis, Rubela,
Cytomegalovirus, Harpes Simplek). Sedangkan infeksi
lainnya juga dapat menyebabkan penyakit pada janin
adalah varisella, coxsackie, malaria, lues, HIV, polio,
campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus
influenza, dan virus hepatitis diduga setiap hiperpireksia
pada ibu hamil dapat merusak janin. Selain itu diare juga
menjadi salah satu penyebab kematian pada balita.
g) Stress
Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat
mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain cacat
bawaan, kelainan jiwa dan lain-lain. Tidak hanya faktor
pemenuhan gizi dan vitamin saja yang harus diperhatikan
namun faktor psikologis juga harus diperhatikan.
h) Imunitas
Rhesus atau ABO inkontabilitas sering menyebabkan
abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati. ibu
yang sedang berada dalam masa kehamilan sangat
dianjurkan untuk memperhatikan kesehatan
lingkungannya, agar tidak terpapar penyakit menular.
16
i) Anoksio embrio
Menurunnya oksigenisasi janin melalui gangguan
pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan berat badan
lahir rendah.
j) Faktor Lingkungan Postnatal
Lingkungan bayi sewaktu di dalam kandungan tentu
berbeda jauh dengan keadaan lingkungan setelah bayi
dilahirkan, seperti suhu, sumber makanan dan lainnya.
Perbedaan lingkungan sebelum dan sesudah anak lahir
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan lingkungan interna dan ekstra uterin
NoFaktor yang Mempengaruhi
Sebelum lahir
Sesudah lahir
1.
2.
3.
4.
5.
1. Lingkungan fisik
2. Suhu luar
3. Stimulasi sensoris
4. Gizi
5. Penyediaan oksigen
1. Cairan
2. Pada umumnya tetap
3. Terutama kinestetik atau vibrasi
4. Tergantung pada zat-zat yang terdapat dalam darah ibu
5. Berasal dari ibu ke janin melalui plasenta
1. Udara
2. Berubah-ubah
3. Bermacam-macam stimuli
4. Tergantung pada tersedianya bahan makanan kemampuan saluran cerna
5. Berasal dari paru-paru ke pembuluh darah paru-paru
17
Lingkungan postnatal yang dapat mempengaruhi
tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan
antara lain:
a) Lingkungan biologis, antara lain:
- Ras/ suku bangsa
- Jenis kelamin
- Umur
- Gizi
- Perawatan kesehatan
- Kepekaan terhadap penyakit
- Penyakit kronis
- Fungsi metabolisme
18
- Hormon: somatrotopin, tiroid,
glukokortikoid, hormon-hormon seks, insulin like
growth faktor.
b) Faktor fisik, antara lain:
- Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah
- Sanitasi
- Keadaan rumah: struktur bangunan, ventilasi,
cahaya dan kepadatan hunian
- Radiasi
c) Faktor psikologis, antara lain:
- Stimulasi
- Motivasi belajar
- Ganjaran ataupun hukuman yang
wajar
- Kelompok sebaya
- Stress
- Sekolah
- Cinta dan kasih sayang
- Kualitas interaksi anak dengan orang
tua
d) Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain:
- Pekerjaan/pendapatan keluarga
- Pendidikan ayah/ ibu
- Jumlah saudara
- Jenis kelamin dalam keluarga
19
- Stabilitas keluarga
- Kepribadian ayah dan ibu
- Adat istiadat, norma-norma, hal yang
tabu
- Agama
- Urbanisasi
2.2.3 Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan
1. Pertumbuhan anak usia 1 sampai 2 tahun
Selama tahun ke-2 kehidupan masih nampak kelanjutan
perlambatan pertumbuhan fisik, yaitu dengan BB berkisar antara
1,5-2,5 kg (rata-rata 2,0 kg) dan PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm)
pertahun. Biasanya setelah umur 10 bulan terdapat penurunan
nafsu makan yang berlanjut sampai umur 2 tahun, hal ini
mengakibatkan jaringan sub kutan berkurang sehingga anak
nampak lebih langsing dan berotot.
Demkian pula halnya dengan pertumbuhan otak, yang akan
mengalami perlambatan selama tahun ke-2, kenaikan lingkar
kepala sebesar 12 cm, pada tahun kedua hanya 2 cm. Selama
tahun ke-2 timbul sebanyak 8 buah tambahan gigi susu, termasuk
gigi geraham pertama dan gigi taring, sehingga seluruhnya
berjumlah 14-16 buah. Erupsi gigi bersifat tidak teratur, lazimnya
keluar geraham pertama dahulu, baru menyusul erupsi gigi taring.
2. Pertumbuhan anak usia 3-5 tahun
Kenaikan ukuran pertumbuhan fisik selama 3, 4 dan 5
bersifat tetap, yaitu kenaikan BB sekitar 2,0 kg dan tinggi badan
20
6-8 cm. Dibandingkan dengan bentuk sebelumnya, kebanyakan
anak usia ini akan menjadi lebih langsing dan nafsu makan anak
menjadi berkurang.
Sekitar 2 ½ tahun biasanya anak mempunyai 20 buah gigi
susu. Selama sisa waktu pertumbuhan pra sekolah berikutnya
bagian muka, kepala tumbuh lebih sebanding dan pada bagian
rongga tengkorak, rahang akan melebar sebagai persiapan untuk
erupsi gigi tetap. Pengukuran status pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat menggunakan metode pengukuran
dengan antropometri, pemeriksaan fisik, laboratorium dan
radiologi. Pengukuran berat badan berdasarkan usia dengan
standar NCHS bertujuan untuk menilai pertumbuhan anak
melalui perbandingan berat badan berdasarkan usia. Alat yang
dapat digunakan antara lain timbangan berat badan, grafik berat
badan berdasarkan usia standar NCHS, dan tinta berwarna
(spidol). Sedangkan alat yang diperlukan dalam pengukuran berat
badan berdasarkan usia menurut KMS antara lain timbangan berat
badan, kurva KMS dan tinta warna (spidol).Standar ukuran berat
badan dan tinggi badan anak usia 1-5 tahun dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Panjang badan dan berat badan pada anak laki-laki dan
perempuan usia 1-5 tahun.
Ket: untuk umur 0-1 tahun tidak dibedakan menurut jenis kelamin.
Umur Berat Tinggi
Tahun Bulan (Gram) (Cm)
21
1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
5
0
3
6
9
0
3
6
9
0
3
6
9
0
3
6
9
0
9.900
10.600
11.300
11.900
12.400
12.900
13.500
14.00
14.500
15.000
15.500
16.000
16.500
17.000
17.400
17.400
18.400
74,5
78,0
81,5
84,5
87,0
89,5
92,0
94,0
96,0
98,0
99,5
101,5
103,5
105,5
107,5
108,5
109,5
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (2009)
3. Perkembangan anak usia 1-5 tahun
Perkembangan anak pada usia 1-5 tahun adalah perubahan
dalam fungsi-fungsi yang dapat dipenuhi seseorang, perubahan
dalam kecakapan dan menghasilkan perluasan daerah kehidupan.
Interaksi dengan lingkungan juga akan dialami oleh balita, dan
rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru sangat besar, karena itu
perlu mengetahui tentang konsep tumbuh kembang anak balita
22
agar dapat memberikan pengawasan dan perawatan yang benar
dan optimalisasi perkembangan balita dapat dicapai. Selain itu
para orang tua juga harus mengetahui tentang komposisi makanan
yang diperlukan oleh balita selama dalam masa tumbuh
kembangnya, karena masih sangat banyak anak yang mengalami
gizi buruk dan gizi kurang.
Tabel 2.3 Perkembangan mental sesuai umur menurut skala
Yaumil – mimi
Umur Kemampuan
12 – 18 bulan
18 – 24 bulan
2 - 3 tahun
a. Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
b. Dapat mengatakan 5-10 katac. Memperlihatkan rasa cemburu, bersaingd. Naik turun tangga
a. Menyusun 6 kotakb. Menunjuk mata dan hidungnyac. Menyusun 2 katad. Belajar makan sendirie. Mulai belajar mengontrol buang air besar dan
buang air kecil/kencingf. Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh
orang-orang yang lebih besarg. Memperlihatkan minat kepada anak lain h. Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan
satu kakii. Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan
satu kaki
a. Membuat jembatan dengan 3 kotakb. Mampu menyusun kalimatc. Mempergunakan kata-kata saya, bertanya,
mengerti kata-kata yang dutujukan kepadanyad. Menggambar lingkarane. Bermain bersama dengan anak lain dan
menyadari adanya lingkungan diluar
23
Umur Kemampuan
3 - 4 tahun
4 - 5 tahun
a. Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetanggab. Berjalan pada jari kakic. Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendirid. Menggambar garis silange. Menggambar orang hanya kepala dan badanf. Mengenal 2 atau 3 warnag. Bicara dengan baikh. Menyebut namanya, jenis kelamin i. Banyak bertanyaj. Bertanya bagaimana anak dilahirkan k. Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi
belakangl. Mendengarkan cerita-ceritam. Bermain dengan anak lainn. Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-
saudaranyao. Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
a. Melompat dan menarib. Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan,
badanc. Menggambar segi empat dan segitigad. Pandai berbicarae. Menghitung jari-jarinyaf. Dapat menyebut nama-nama harig. Mendengar dan mengulang hal-hal penting h. Minat kepada kata baru dan artinyai. Memprotes bila dilarang apa yang diingininyaj. Mengenal 4 warna.
4. Beberapa hal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak balita
a. Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh
kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang
dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk
pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan
24
(food security) keluarga. Ketahanan makanan keluarga
mencakup pada ketersediaan makanan dan pembagian yang
adil makanan dalam keluarga, dimana acapkali kepentingan
budaya bertabrakan dengan kepentingan biologis anggota-
anggota keluarga. Salah satu contohnya adalah adanya
kebiasan di masyarakat untuk memberi makan lebih dulu
terhadap laki-laki di dalam keluarganya, sedangkan para
wanitanya hanya mendapatkan sisa-sisa makan saja misalkan
di dalam keluarga tersebut terdapat wanita hamil maka
kebiasaan tersebut akan merugikan ibu dan janinnya.
Hal-hal yang seperti inilah yang harus disadari oleh
masyarakat, dan menjadi salah satu aspek yang harus
diperhatikan oleh para tenaga kesehatan, bahwa sosial budaya
bisa mempengaruhi status kesehatan seseorang. Satu aspek
penting yang perlu ditambahkan adalah keamanan pangan
(food safety) yang mencakup pembebasan makanan dari
berbagai “racun” fisika, kimia, biologis yang liar mengancam
kesehatan manusia. Seperti makanan kemasan yang sering
diberi berbagai macam zat kimia agar bisa bertahan lama.
Tabel 2.4 Kecukupan nutrisi yang dianjurkan perhari untuk
balita
NutrientUmur
1-3 Tahun 4-5 Tahun
Energi
Protein
100 kkal/Kg
2 g/Kg
90 kkal/Kg
1,8 g/kk
25
Vitamin A
Thiamin (B1)
Riboplavin (B2)
Niasin
Peridoksin (B6)
Folasin
Vitamin (B12)
Vitamin C
Vitamin D
Kalsium
Fe
Yodium
500 µg Re
0,5 mg
0,6 mg
8 mg
0,9 mg
100 mg
2 µg
20 mg
10 µg
500 mg
15 mg
70 µg
600 µg Re
0,6 mg
0,8 mg
10 mg
1,3 mg
200 mg
2,5 µg
20 mg
10 mg
500 mg
10 mg
90 µg
Selain itu kualitas dan kuantitas makanan yang tepat juga
harus diperhatikan oleh ibu dalam merawat balitanya. Untuk
menentukan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang
tepat perlu diperhatikan langkah-langkah berikut:
1. Menentukan jumlah kebutuhan dengan menggunakan data
tentang kecukupan nutrisi.
2. Menilai bahan makanan, termasuk menentukan jenis dan
jumlah bahan makanan yang akan dipilih sesuai dengan
kebutuhan nutrisi.
3. Menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai
dengan hidangan yang diketahui.
4. Menetukan jadwal pemberian makanan.
5. Menetukan cara pemberian makanan.
26
6. Memperhatikan dan menilai jumlah masukan, mungkin
makanan masih tersisa karena kurang disukai.
Memperbaiki dan merencanakan kembali susunan
makanan usahakan agar makanan yang diolah dan
dihidangkan terbuat dari jenis-jenis makanan yang tersedia
sesuai dengan wilayah setempat.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA
3.1 Kerangka Konsep
27
Kerangka Konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-
konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian
yang dimaksud (Notoatmodjo, 2005).
Kerangka konsep pada penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang balita
usia 1-5 tahun di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah
Bumbu Tahun 2011”.
Variabel Independen
Gambar 3.1 Bagan kerangka konsep
3.2 Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau
sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari landasan teori
atau kajian teori dan masih harus diuji kebenarannya. Hipotesa pada penelitian
adalah diduga ada pengaruh antara faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun di Desa
Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu. Secara terperinci
hipotesa pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pengetahuan ibu
terhadap tumbuh kembang balita:
- Pendidikan
- Ekonomi
- Usia
- Paritas
- Pekerjaan
Tumbuh kembang
balita usia 1-5
tahun
Variabel dependen
28
1. Diduga ada pengaruh faktor pendidikan dengan pengetahuan ibu terhadap
tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.
2. Diduga ada pengaruh faktor ekonomi dengan pengetahuan ibu terhadap
tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.
3. Diduga ada pengaruh faktor usia dengan pengetahuan ibu terhadap tumbuh
kembang balita usia 1-5 tahun.
4. Diduga ada pengaruh faktor paritas dengan pengetahuan ibu terhadap
tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.
5. Diduga ada pengaruh faktor pekerjaan dengan pengetahuan ibu terhadap
tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.
BAB 4
METODE PENELITIAN
29
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah rencana atau struktur dan strategi penelitian
yang disusun sedemikian rupa agar dapat memperoleh jawaban mengenai
permasalahan penelitian (Machfoedz, 2010).
Penelitian ini menggunakan rancangan analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2002).
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang
diteliti (Machfoedz, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki
balita usia 1-5 tahun di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2010 sebanyak 64 ibu balita.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi (Hidayat, 2007).
Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika
jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 15% atau 20-25% atau
lebih (Arikunto, 2006).
4.2.3 Besar Sampel
Melihat pendapat Arikunto (2006) maka pada penelitian ini,
sampel yang diambil adalah 25% dari jumlah populasi, jadi sampel
30
yang digunakan sebanyak 16 orang, tapi karena populasi sampelnya di
bawah 100 maka peneliti memutuskan untuk menjadikan seluruh
populasi sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 64 ibu balita.
4.2.4 Tekhnik Pengambilan Sampel
Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah populasi
penelitian atau universe yaitu seluruh ibu-ibu yang memiliki balita usia
1-5 tahun di lokasi penelitian dijadikan sebagai objek penelitian
(Notoatmodjo, 2005).
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.3.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu
yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki kelompok
tertentu (Notoatmodjo, 2005).
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dan variabel
dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2007).
Variabel independen pada penelitian ini adalah pendidikan,
ekonomi, usia, paritas, pekerjaan. Dan variabel dependennya adalah
tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.
4.3.2 Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati,
31
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena (Hidayat, 2007).
Tabel 4.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Pendidik-
an
Jenjang
terakhir
sekolah
formal yang
pernah diikuti
dan
mendapatkan
tanda lulus
Kuesioner Rendah, jika
tidak sekolah,
Pendidikan SD–
SMP/ sederajat
Sedang, jika
Pendidikan
SMA/sederajat
Tinggi, jika
Pendidikan
D3/ Sarjana
Ordinal
Ekonomi Seluruh
penerimaan
baik barang
atau uang dari
pihak lain
atau hasil
sendiri
dengan
jumlah uang
atau harga
Kuesioner Rendah
<Rp.750.00
Sedang
Rp.750.000-
Rp.1.400.000
Tinggi > Rp.
1.400.000
Ordinal
32
yang berlaku
saat ini
Usia Lama hidup
seseorang
sejak
dilahirkan
Kuesioner 0 - 20 tahun
20 - 35 tahun
> 35 tahun
Ordinal
Paritas Jumlah bayi
hidup yang
pernah
dilahirkan
Kuesioner Primipara ≤ 1
Multipara > 1
Nominal
Pekerjaan Kegiatan
untuk
memperoleh
penghasilan.
Kuesioner Tidak Bekerja
Bekerja
Nominal
Tumbuh
kembang
balita
Tinggi badan,
berat badan,
gerakan
motorik kasar
dan halus,
kemampuan
berbahasa.
Meteran,
timbangan
(KMS)
dan Skala
Yaumil
Mimi
Buruk, jika
tidak sesuai
dengan usia
Baik, jika
sesuai dengan
umur
Nominal
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan
sejumalah data, instrumen ini dapat berupa question (pertanyaan), formulir
observasi, formulir lain-lain yang berkaitan dengan penataan data
33
(Notoatmodjo, 2005).
Pada penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner
yang berjudul ”Kuesioner Pengetahuan Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita
Usia 1-5 Tahun”. Menggunakan skala Guttman, untuk jawaban yang benar
diberi nilai 1, dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Kuesioner dibuat oleh
peneliti sendiri dengan panduan beberapa buku tentang Tumbuh Kembang
Balita.
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.5.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir
Kabupaten Tanah Bumbu.
4.5.2 Waktu Penelitian
Waktu Penelitian ini dimulai bulan Februari 2011 sampai dengan
bulan Maret 2011.
4.6 Prosedur Pengumpulan Data
Jenis data primer dikumpulkan oleh peneliti dalam bentuk kuesioner,
kuesioner tersebut ditujukan kepada responden sebagai objek penelitian, bagi
responden yang kurang memahami isi dari kuesioner akan mendapatkan
bimbingan atau penjelasan oleh peneliti. Data primer ini didapat oleh peneliti
dengan cara memberikan kuesioner yang diisi langsung oleh responden.
Kuesioner yang dibagikan tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan yang
bersangkutan dengan tumbuh kembang balita usia 1 – 5 tahun.
4.7 Tekhnik Pengolahan Data
34
Data hasil tes tertulis diolah secara analitik dengan langkah sebagai berikut:
a. Editing data
Pada tahap ini tiap - tiap lembar tes diteliti apakah semua item sudah
dijawab oleh responden dari kuesioner yang diberikan. Hal ini dilakukan
agar peneliti mendapatkan data yang valid. Data yang akurat akan
memudahkan peneliti pada tahap yang selanjutnya.
b. Coding
Setelah data terkumpul dan selesai diedit di lapangan, tahap
berikutnya adalah mengkode data, yaitu melakukan pemberian kode untuk
setiap pertanyaan untuk memudahkan dalam pengolahan data.
c. Scoring
Pertanyaan yang dijawab diberi skor atau nilai. Untuk jawaban benar
diberi nilai 1, dan jawaban salah diberi nilai 0.
d. Tabulating
Data yang ada disusun dalam bentuk tabel atau grafik Distribusi
Frekuensi dan diolah dengan menggunakan program SPSS (Stastical
Package Of Social Science) (Nursalam, 2003).
4.8 Tekhnik Analisis Data
4.8.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat adalah analisa data yang digunakan dalam
penelitian mengidentinfikasi karakteristik masing-masing variabel
dengan menggunakan distribusi frekuensi dan ukuran presentase atau
porposi (Notoatmodjo, 2005)
35
Variabel independen pada penelitian ini yaitu pendidikan,
ekonomi, usia, paritas, pekerjaan. Dan variabel dependennya adalah
tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.
Analisa univariat dilakukan pada tiap variabel dari hasil
penelitian dengan mendeskripsikan setiap variabel penelitian dengan
cara membuat tabel distribusi frekuensi pada tiap variabel. Diantaranya
variabel bebas pendidikan, ekonomi, usia, paritas, pekerjaan.
Selanjutnya data-data yang diperoleh dari para responden, akan
dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
P : Persentase
F : Frekuensi
N : Jumlah Responden
Setelah di analisis, data yang ada disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
4.8.2 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan untuk mencari pengaruh antar dua
variabel yaitu varibel bebas dan variabel terikat. Uji statistik yang
digunakan adalah kaikuadrat (Chi Square). Chi Square adalah suatu
teknis statistik yang dimaksudkan untuk menguji pengaruh antar dua
variabel, bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara
variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan rumus.
FP = X 100%
N
36
Adapun Rumus Chi – Square adalah:
Keterangan:
X : Chi Square.
Fo : Frekuensi yang diobservasi atau diperoleh baik melalui
pengamatan maupun hasil kuesioner.
Fh : Frekuensi yang diharapkan.
Intervensi dari hasil analisis yang dilakukan adalah:
a. Jika nilai p value ≤ a (0,05), maka Ho ditolak atau Ha diterima.
Artinya variabel tersebut memilki pengaruh yang bermakna.
b. Jika p value > a (0,05), maka Ho diterima atau Ha ditolak. Artinya
variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang bermakna
(Budiman, 2001).
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Σ (fo-fh)2
X2 = Fh
37
5.1 Deskripsi Data
5.1.1 Gambaran Umum
Desa Beringin merupakan salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu yang dengan luas
wilayah sebagai berikut:
- Pemukiman : 9,95 Ha
- Sawah : 326,5 Ha
- Hutan : 258,55 Ha
- Perikanan : 10 Ha
- Perkebunan : 10 Ha
- Peternakan : 20 Ha
Desa Beringin mempunyai batasan-batasan wilayah sebagai
berikut:
- Sebelah Utara : Desa Pulau Tanjung
- Sebelah Selatan : Laut Jawa
- Sebelah Barat : Desa Pulau Salak
- Sebelah Timur : Desa Barugelang
Sumber: Profil Desa Beringin
5.1.2 Demografi
Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu
mempunyai jumlah Kepala Keluarga (KK ) sebanyak 145 jiwa dengan
jumlah penduduk sebanyak 553 jiwa.
Tabel 5.1 Klasifikasi penduduk menurut jenis kelamin
No Jenis KelaminJumlah(Orang)
Persentase(%)
38
1. Laki-laki 264 47,732. Perempuan 289 52,26
Total 553 100
Sumber: Profil Desa Beringin
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 264 orang (47,73%) dan perempuan
sebanyak 289 orang (52,26%).
Tabel 5.2 Klasifikasi penduduk menurut umur
NoUmur
(Tahun)Jumlah (orang)
Persentase (%)
1. 0 – 14 193 34,902. 15 – 49 266 48,103. > 50 94 16,99
Total 553 100
Sumber: Profil Desa Beringin
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang
berumur 0-14 tahun sebanyak 193 orang (34,90%), 15-49 tahun sebanyak
266 orang (48,10%), dan > 50 tahun sebanyak 94 orang (16,99%).
Tabel 5.3 Klasifikasi penduduk menurut tingkat pendidikan
No Tingkat PendidikanJumlah (Orang)
Persentase (%)
1. S.2 0 02. S.1 0 03. Diploma I, II, III 3 0,544. SLTA/Sederajat 104 18,805. SLTP/Sederajat 169 30,566. SD/Sederajat 136 24,597. Tidak Tamat SD/Sederajat 74 13,388. Tidak/Belum Sekolah 67 12,11
Total 553 100
Sumber: Profil Desa Beringin
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang
mempunyai tingkat pendidikan S.2 sebanyak 0 orang (0%), S.1 sebanyak
39
0 orang (0%), Diploma I, II dan III sebanyak 3 orang (0,54%),
SLTA/sederajat sebanyak 104 orang (18,80%), SLTP/sederajat sebanyak
169 orang (30,56%), SD/sederajat sebanyak 136 orang (24,59%), tidak
tamat SD/sederajat sebanyak 74 orang (13,38%) dan tidak/belum sekolah
sebanyak 67 orang (12,11%).
Tabel 5.4 Klasifikasi penduduk menurut pekerjaan
No PekerjaanJumlah(Orang)
Persentase(%)
1. Petani 59 40,682. Nelayan 39 26,893. Peternak 6 4,134. Swasta 41 28,27
Total 145 100
Sumber: Profil Desa Beringin
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang
mempunyai pekerjaan sebagai petani sebanyak 59 orang (40,68%),
nelayan sebanyak 39 orang (26,89%), peternak sebanyak 6 orang
(4,13%), dan swasta sebanyak 41 orang (28,27).
5.2 Analisis Hasil Penelitian
5.2.1 Analisis Univariat
Analisa univariat adalah analisa data yang digunakan dalam
penelitian untuk mengidentinfikasi masing-masing variabel dengan
menggunakan distribusi frekuensi dan ukuran presentase (Notoatmodjo,
2005). Dengan analisa univariat kita bisa melihat karakteristik responden
berdasarkan variabel-variabel yang telah ditentukan oleh peneliti.
Analisis univariat dalam penelitian yang dilakukan di Desa
Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu ini yaitu
40
untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang balita usia 1-
5 tahun di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah
Bumbu.
5.2.1.1 Tumbuh Kembang Balita
Tumbuh kembang balita pada penelitian ini dikategorikan
menjadi 2 kriteria yaitu buruk jika tidak sesuai dengan usia dan
baik jika sesuai dengan usia. Penilaian terhadap tumbuh
kembang balita dapat diukur dengan menggunakan alat ukur
meteran, atau timbangan dan penilaian juga dapat dilihat dari
Kartu Menuju Sehat (KMS), jika berat badan berada di bawah
garis merah maka pertumbuhan balita dikatakan buruk, jika
berada di atas garis merah pertumbuhan balita dikatakan baik.
Penilaian terhadap perkembangan balita menggunakan skala
Yaumil Mimi. Penilaian terhadap tumbuh kembang balita ini
harus disesuaikan dengan usia balita saat dilakukan
pengukuran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tumbuh Kembang Balita di Desa Beringin
No Kategori Frekuensi Persentase
%
1 Buruk 36 56,2
2 Baik 28 43,8
Jumlah 64 100
41
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 64 balita
terdapat 36 balita (56,2%) dengan tumbuh kembang buruk dan
28 balita (43,8%) dengan tumbuh kembang baik.
5.2.1.2 Pendidikan
Pendidikan pada penelitian ini dikategorikan menjadi 3
kriteria yaitu pendidikan rendah (Tidak Sekolah, SD dan SMP),
sedang (SMA / sederajat) dan pendidikan tinggi (D III-S1).
Secara terperinci karakteristik pendidikan dari 64 responden
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pendidikan Rsponden di Desa
Berigin
No Kategori Frekuensi Persentase %
1 Rendah 32 50,0
2 Sedang 25 39,1
3 Tinggi 7 10,9
Jumlah 64 100
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 64
orang responden terdapat yang berpendidikan rendah sebesar 32
orang (50,0%), pendidikan sedang 25 orang (39,1%) dan
pendidikan tinggi sebesar 7 orang (10,9%).
5.2.1.3 Ekonomi
Ekonomi pada penelitian ini dikategorikan menjadi 3
kriteria yaitu rendah (< Rp 750.000), sedang (Rp 750.000-Rp
1.400.000) dan tinggi (> Rp 1.400.000). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
42
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Ekonomi Responden di Desa
Beringin
No Kategori Frekuensi Persentase %
1 Rendah 31 48,4
2 Sedang 24 37,5
3 Tinggi 9 14,1
Jumlah 64 100
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 64 orang
responden terdapat 31 orang (48,4%) yang berstatus ekonomi
rendah, ekonomi sedang sebanyak 24 orang (37,5%) dan
ekonomi tinggi sebesar 9 orang (14,1%).
5.2.1.4 Usia
Usia pada penelitian ini dikategorikan menjadi 3 kriteria
yaitu 0-20 tahun, 20-35 tahun dan > 35 tahun. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Usia Responden di Desa
Beringin
No Kategori Frekuensi Persentase %
1 0-20 tahun 29 45,3
2 20-35 tahun 20 31,2
3 > 35 tahun 15 23,4
Jumlah 64 100
Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa dari 64
responden penelitian yang berumur 0-20 tahun sebanyak 29
orang (45,3%), yang umur 20-35 tahun sebanyak 20 orang
43
(31,2%) dan responden yang berumur > 35 tahun sebanyak 15
orang (23,4%).
5.2.1.5 Paritas
Paritas pada penelitian ini dikategorikan menjadi 2
kriteria yaitu primipara ≤ 1 dan multipara > 1. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Paritas Responden di Desa
Beringin
No Kategori Frekuensi Persentase %
1 Primipara 34 53,1
2 Multipara 30 46,9
Jumlah 64 100
Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa dari 64 orang
responden terdapat primipara sebanyak 34 orang (53,1%) dan
multipara sebanyak 30 orang (46,9%).
5.2.1.6 Pekerjaan
Pekerjaan pada penelitian ini dikategorikan menjadi 2
kriteria yaitu tidak bekerja dan bekerja. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Desa
Beringin
No Kategori Frekuensi Persentase %
1 Tidak Bekerja 36 56,2
2 Bekerja 28 43,8
Jumlah 64 100
44
Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa dari 64
responden terdapat 36 orang (56,2%) yang tidak bekerja dan
yang bekerja sebanyak 28 orang (43,8%).
5.2.2 Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk mencari
hubungan antar dua variabel yaitu varibel bebas (independen) dan variabel
terikat (dependen) (Notoatmodjo, 2005).
Analisis bivariat dalam penelitian yang dilakukan di Desa Beringin
Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu ini yaitu untuk mencari
pengaruh antara faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu
terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun.
Tabel 5.11 Pengaruh Faktor Pendidikan Responden Terhadap Tumbuh
Kembang Balita di Desa Beringin
Pendidikan
Tumbuh Kembang Balita
TotalBuruk Baik
F
(%)
F
(%)
Rendah (Tidak
Sekolah, SD dan SMP)
F
(%)
29
45,3%
3
4,7%
32
50,0%
Sedang (SMA)
F
(%)
7
10,9%
18
28,1%
25
39,1%
Tinggi (D III-S1)
F
(%)
0
0%
7
10,9%
7
10,9%
Total F
(%)
36
56,2%
28
43,8%
64
100%
45
Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 64 responden yang
berpendidikan rendah sebanyak 32 orang (50,0%), yang mempunyai balita
dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 29 orang (45,3%), dan tumbuh
kembang baik sebanyak 3 orang (4,7%). Ibu yang berpendidikan sedang
sebanyak 25 orang (39,1%), mempunyai balita dengan tumbuh kembang
buruk sebanyak 7 orang (10,9%), dan tumbuh kembang baik sebanyak 18
orang (28,1%). Ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 7 orang (10,9%),
yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 0 orang
(0%) dan tumbuh kembang baik sebanyak 7 orang (10,9%).
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square diperoleh nilai
p value sebesar 0,000, karena nilai p lebih kecil dari derajat kemaknaan α
(0,05) yang berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh faktor pendidikan
ibu terhadap tumbuh kembang balita, dengan nilai koefisien kontingen
0,580 yang artinya ada pengaruh yang cukup kuat antara pendidikan
dengan tumbuh kembang balita di Desa Beringin.
Tabel 5.12 Pengaruh Faktor Ekonomi Responden Terhadap Tumbuh
Kembang Balita di Desa Beringin
Tingkat EkonomiResponden
Tumbuh Kembang BalitaTotalBuruk Baik
F(%)
F(%)
Rendah
(< Rp 750.000)
28
43,8%
3
4,7%
31
48,4%
Sedang
(Rp750.000 - Rp1.400.000)
8
12,5%
16
25,0%
24
37,5%
Tinggi
(> Rp 1.400.000)
0
0%
9
14,1%
9
14,1%
Total 36
56,2%
28
43,8%
64
100%
46
Berdasarkan data-data pada tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 64
responden yang mempunyai ekonomi rendah sebanyak 31 orang (48,4%),
yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 28
orang (43,8%) dan dengan tumbuh kembang baik sebanyak 3 orang
(4,7%). Ibu yang mempunyai ekonomi sedang sebanyak 24 orang
(37,5%), yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk
sebanyak 8 orang (12,5%), dan tumbuh kembang baik sebanyak 16 orang
(25,0%). Ibu yang mempunyai ekonomi tinggi sebanyak 9 orang (14,1%),
yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 0 orang
(0%), dan tumbuh kembang baik sebanyak 9 orang (14,1%).
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square diperoleh nilai
p value sebesar 0,000, karena nilai tersebut lebih kecil dari derajat
kemaknaan α (0,05) yang berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh
faktor ekonomi ibu terhadap tumbuh kembang balita, dengan nilai
koefisien kontingen 0,573 yang artinya ada pengaruh yang cukup erat
antara ekonomi dengan tumbuh kembang balita di Desa Beringin.
Tabel 5.13 Pengaruh Faktor Usia Responden dengan Tumbuh Kembang
Balita di Desa Beringin
Usia RespondenTumbuh Kembang Balita
TotalBuruk BaikF
(%)F
(%)
0-20 tahun 25
39,1%
4
6,2%
29
45,3%
20-35 tahun 3
4,7%
17
26,6%
20
31,2%
> 35 tahun 8
12,5%
7
10,9%
15
23,4%
Total 36
56,2%
28
43,8%
64
100%
47
Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari 64 responden yang
berusia 0-20 tahun sebanyak 29 orang (45,3%), yang mempunyai balita
dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 25 orang (39,1%), dan tumbuh
kembang baik sebanyak 4 orang (6,2%). Ibu yang berusia 20-35 tahun
sebanyuak 20 orang(31,2%), yang mempunyai balita dengan tumbuh
kembang buruk sebanyak 3 orang (4,7%), dan tumbuh kembang baik
sebanyak 17 orang (26,6%). Ibu berusia > 35 tahun sebanyak 15 orang
(23,4%) yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak
8 orang (12,5%) dan tumbuh kembang baik sebanyak 7 orang (10,9%).
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square diperoleh nilai
p value sebesar 0,000, karena nilai tersebut lebih kecil dari derajat
kemaknaan α (0,05) yang berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh
faktor usia ibu terhadap tumbuh kembang balita, dengan nilai koefisien
kontingen 0,526 yang artinya ada pengaruh yang cukup erat antara usia
dengan tumbuh kembang balita di Desa Beringin.
Tabel 5.14 Pengaruh Paritas Responden dengan Tumbuh Kembang
Balita di Desa Beringin
ParitasTumbuh Kembang Balita
TotalBuruk BaikF
(%)F
(%)Primipara ≤ 1 29
45,3%
5
7,8%
34
53,1%Multipara > 1 7
10,9%
23
35,9%
30
46,9%
Total 36
56,2%
28
43,8%
64
100%
Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari 64 responden
primipara sebanyak 34 orang (53,1%), yang mempunyai balita dengan
48
tumbuh kembang buruk sebanyak 29 orang (45,3%), dan tumbuh kembang
baik sebanyak 5 orang (7,8%). Multipara sebanyak 30 orang (46,9%), yang
mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 7 orang
(10,9%), dan tumbuh kembang baik sebanyak 23 orang (35,9%).
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square diperoleh nilai
p value sebesar 0,000, karena nilai tersebut lebih kecil dari derajat
kemaknaan α (0,05) yang berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh
faktor paritas ibu dengan tumbuh kembang balita, dengan nilai koefisien
kontingen 52,9 yang artinya ada pengaruh yang cukup erat antara paritas
dengan tumbuh kembang balita di Desa Beringin.
Tabel 5.15 Pengaruh Faktor Pekerjaan Responden Terhadap Tumbuh
Kembang Balita di Desa Beringin
Pekerjaan
Tumbuh Kembang Balita
TotalBuruk Baik
F
(%)
F
(%)
Tidak Bekerja13
20,3%
23
35,9%
36
56,2%
Bekerja23
35,9%
5
7,8%
28
43,8%
Total36
56,2%
28
43,8%
64
100%
Berdasarkan tabel 5.15 dari 64 responden yang tidak bekerja
sebanyak 36 orang (56,2%), yang mempunyai balita dengan tumbuh
kembang buruk sebanyak 13 orang (20,3%), dan tumbuh kembang baik
sebanyak 23 orang (35,9%). Ibu yang bekerja sebanyak 28 orang (43,8%),
yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 23
orang (35,9%), dan tumbuh kembang baik sebanyak 5 orang (7,8%).
49
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square diperoleh nilai
p value sebesar 0,000, karena nilai tersebut lebih kecil dari derajat
kemaknaan α (0,05) yang berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh
faktor pekerjaan ibu dengan tumbuh kembang balita, dengan nilai
koefisien kontingen 0,418 yang artinya ada pengaruh yang cukup erat
antara pekerjaan dengan tumbuh kembang balita di Desa Beringin.
50
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Faktor Pendidikan Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita di
Desa Beringin.
Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 64 responden yang
berpendidikan rendah sebanyak 32 orang (50,0%), yang mempunyai balita
dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 29 orang (45,3%), dan tumbuh
kembang baik sebanyak 3 orang (4,7%). Ibu yang berpendidikan sedang
sebanyak 25 orang (39,1%), yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang
buruk sebanyak 7 orang (10,9%), dan tumbuh kembang baik sebanyak 18 orang
(28,1%). Ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 7 orang (10,9%), yang
mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 0 orang (0%), dan
tumbuh kembang baik sebanyak 7 orang (10,9%).
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square antara faktor
pendidikan ibu dengan tumbuh kembang balita diperoleh nilai p value sebesar
0,000, karena nilai tersebut lebih kecil dari derajat kemaknaan α (0,05) yang
berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh faktor pendidikan ibu terhadap
tumbuh kembang balita, dengan nilai koefisien kontingen 0,580 yang artinya
ada pengaruh yang cukup erat antara pendidikan dengan tumbuh kembang balita
di Desa Beringin.
6.2 Pengaruh Faktor Ekonomi Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita di
Desa Beringin
Berdasarkan tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 64 responden ibu yang
mempunyai ekonomi rendah sebanyak 31 orang (48,4%), yang mempunyai
balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 28 orang (43,8%), dan tumbuh
51
kembang baik sebanyak 3 orang (4,7%). Ibu yang mempunyai ekonomi sedang
sebanyak 24 orang (37,5%), yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang
buruk sebanyak 8 orang (12,5%), dan tumbuh kembang baik sebanyak 16 orang
(25,0%). Ibu yang mempunyai ekonomi tinggi sebanyak 9 orang (14,1%), yang
mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 0 orang (0%), dan
tumbuh kembang baik sebanyak 9 orang (14,1%).
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square antara faktor
ekonomi ibu dengan tumbuh kembang balita diperoleh nilai p value sebesar
0,000, karena nilai tersebut lebih kecil dari derajat kemaknaan α (0,05) yang
berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh faktor ekonomi ibu terhadap tumbuh
kembang balita, dengan nilai koefisien kontingen 0,573 yang artinya ada
pengaruh yang cukup erat antara ekonomi dengan tumbuh kembang balita di
Desa Beringin.
6.3 Pengaruh Faktor Usia Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita di Desa
Beringin
Berdasarkan data yang ada pada tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari 64
responden yang berusia 0-20 tahun sebanyak 29 orang (45,3%), yang
mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 25 orang (39,1%),
dan tumbuh kembang baik sebanyak 4 orang (6,2%). Ibu yang berusia 20 – 35
tahun sebanyak 20 orang (31,2%), yang mempunyai balita dengan tumbuh
kembang buruk sebanyak 3 orang (4,7%), dan tumbuh kembang baik sebanyak
17 orang (26,6%). Ibu yang berusia > 35 tahun sebanyak 15 orang (23,4%),
yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 8 orang
(12,5%), dan yang memiliki balita dengan tumbuh kembang baik sebanyak 7
orang (10,9%).
52
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square antar faktor usia ibu
dengan tumbuh kembang balita diperoleh nilai p value sebesar 0,000, karena
nilai tersebut lebih kecil dari derajat kemaknaan α (0,05) yang berarti Ha
diterima, sehingga ada pengaruh faktor usia ibu terhadap tumbuh kembang
balita, dengan nilai koefisien kontingen 0,526 yang artinya ada pengaruh yang
cukup erat antara usia dengan tumbuh kembang balita di Desa Beringin.
6.4 Pengaruh Faktor Paritas Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita di Desa
Beringin
Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari 64 responden terdapat
primipara sebanyak 34 orang (53,1%), yang mempunyai balita dengan tumbuh
kembang buruk sebanyak 29 orang (45,3%), dan tumbuh kembang baik
sebanyak 5 orang (7,8%), multipara sebanyak 30 orang (46,9%) yang
mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk sebanyak 7 orang (10,9%),
dan tumbuh kembang baik sebanyak 23 orang (35,9%).
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square antara faktor paritas
ibu dengan tumbuh kembang balita diperoleh nilai p value sebesar 0,000, karena
nilai tersebut lebih kecil dari derajat kemaknaan α (0,05) yang berarti Ha
diterima, sehingga ada pengaruh faktor paritas ibu terhadap tumbuh kembang
balita, dengan nilai koefisien kontingen 0,529 yang artinya ada pengaruh yang
cukup erat antara paritas ibu dengan tumbuh kembang balita di Desa Beringin.
6.5 Pengaruh Faktor Pekerjaan Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita di
Desa Beringin
Berdasarkan tabel 5.15 menunjukkan bahwa dari 64 responden yang tidak
bekerja sebanyak 28 orang (56,2%%), yang mempunyai balita dengan tumbuh
kembang buruk sebanyak 23 orang (35,9%), dan yang mempunyai balita dengan
53
tumbuh kembang baik sebanyak 5 orang (7,8%). Ibu yang bekerja sebanyak 36
orang (43,8%), yang mempunyai balita dengan tumbuh kembang buruk
sebanyak 13 orang (20,3%), dan yang mempunyai balita dengan tumbuh
kembang baik sebanyak 23 orang (35,9%).
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Chi-square antara faktor
pekerjaan ibu dengan tumbuh kembang balita diperoleh nilai p value sebesar
0,000, karena nilai tersebut lebih kecil dari derajat kemaknaan α (0,05) yang
berarti Ha diterima, sehingga ada pengaruh faktor pekerjaan ibu terhadap
tumbuh kembang balita, dengan nilai koefisien kontingen 0,418 yang artinya
ada pengaruh yang cukup erat antara pekerjaan dengan tumbuh kembang balita
di Desa Beringin.
Perbandingan pengaruh dari setiap variabel terhadap tumbuh kembang
balita dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel: 6.1 Perbandingan Besar Pengaruh Tiap Variabel Bebas Terhadap
Tumbuh Kembang Balita
Faktor-faktorTumbuh Kembang Balita
Nilai p value Koefisien Kontingen
Pendidikan 0,000 0,580
Ekonomi 0,000 0,573
Usia 0,000 0,526
Paritas 0,000 0,529
Pekerjaan 0,000 0,418
Berdasarkan tabel 6.1 diperoleh nilai p value sebesar 0,000, untuk faktor
pendidikan, ekonomi, usia, paritas dan pekerjaan terhadap tumbuh kembang
balita pada derajat kemaknaan 0,05. Karena nila p value lebih kecil dari α (0,05)
maka Ha diterima yang artinya ada pengaruh faktor pendidikan, usia, ekonomi,
54
paritas dan pekerjaan ibu terhadap tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun di
Desa Beringin.
Kemudian jika dilihat dari nilai koefisien kontingen maka faktor
pendidikan (0,580) memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap tumbuh
kembang balita usia1-5 tahun di Desa Beringin dibandingkan dengan faktor
ekonomi (0,573), faktor paritas (0,529), faktor usia (0,526), dan faktor
pekerjaan (0,418).
Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin baik pula
pengetahuan dan pemahamannya terhadap suatu konsep atau teori. Demikian
pula pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang balita, karena pengetahuan
bisa didapatkan setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Dengan semakin seringnya seorang ibu memperhatikan tumbuh
kembang balitanya maka semakin baik pula pemahaman dan pengetahuannya
tentang tumbuh kembang balita. Tingkat ekonomi ibu yang baik secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang balita, karena ibu
mampu memenuhi semua kebutuhan balita saat proses tumbuh kembangnya,
seperti pemenuhan akan gizi balita.
Jika seorang wanita memiliki balita di usia yang produktif maka dia akan
lebih siap secara psikologis dibandingkan dengan wanita yang belum berada
diusia produktif. Untuk memperhatikan tumbuh kembang balita dibutuhkan
kesabaran dari seorang ibu, karena balita yang sedang dalam proses tumbuh
kembang cenderung memiliki tingkah yang sulit untuk dipahami oleh seorang
ibu. Karena itulah dibutuhkan kesiapan mental, dan pemahaman yang baik dari
seorang ibu, untuk bisa mendampingi balitanya yang mengalami proses tumbuh
kembang, agar proses tersebut berjalan optimal. Faktor paritas tidak berbeda
55
jauh dengan faktor pendidikan dan usia, karena ibu yang sudah melahirkan anak
lebih dari satu (multipara) akan memiliki pengalaman tentang tumbuh kembang
balita yang lebih baik dibandingkan dengan ibu yang baru memiliki satu balita
(primipara). Demikian pula dengan faktor pekerjaan, untuk mendapatkan
pekerjaan yang baik ibu harus memiliki tingkat pengetahuan dan tingkat
pendidikan yang baik. Namun ibu yang memiliki pekerjaan cenderung
memberikan perhatian yang lebih sedikit terhadap tumbuh kembang balitanya,
sehingga pengetahuannya tentang tumbuh kembang balita akan kurang pula.
Secara tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang
balita, karena semakin buruk pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang balita
akan semakin buruk pula pemenuhan kebutuhan balita saat berada dalam proses
tumbuh kembang.
56
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini bedasarkan hasil
analisis data adalah sebagai berikut:
7.1.1 Ada pengaruh faktor pendidikan ibu terhadap tumbuh kembang balita di
Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.
Hal ini berarti makin baik tingkat pendidikan ibu maka makin baik
pula tumbuh kembang balita di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir
Kabupaten Tanah Bumbu.
7.1.2 Ada pengaruh faktor ekonomi ibu terhadap tumbuh kembang balita di
Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.
Hal ini berarti makin baik tingkat ekonomi ibu maka makin baik
pula tumbuh kembang balita di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir
Kabupaten Tanah Bumbu.
7.1.3 Ada pengaruh faktor usia ibu terhadap tumbuh kembang balita di di Desa
Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.
57
Hal ini berarti makin baik usia (produktif) seseorang maka makin
baik pula tumbuh kembang balita di Desa Beringin Kecamatan Kusan
Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.
7.1.4 Ada pengaruh faktor paritas ibu terhadap tumbuh kembang balita di Desa
Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.
Hal ini berarti makin baik paritas seseorang maka makin baik pula
tumbuh kembang balita di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir
Kabupaten Tanah Bumbu.
7.1.5 Ada pengaruh faktor pekerjaan ibu terhadap tumbuh kembang balita di
Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.
Hal ini berarti makin baik pekerjaan seseorang maka makin baik
pula tumbuh kembang balita di Desa Beringin Kecamatan Kusan Hilir
Kabupaten Tanah Bumbu.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Peneliti menyarankan agar pihak institusi bisa menyediakan fasilitas
yang lebih memadai, misalnya buku yang bisa memudahkan mahasiswa
dalam mencari referensi yang sesuai dengan penelitiannya. Hal ini juga
bisa memudahkan bagi mahasiswa lain yang akan mengadakan penelitian.
7.2.2 Bagi Puskesmas
Puskesmas hendaknya lebih meningkatkan penyuluhan tentang
kesehatan terutama tentang tumbuh kembang pada balita. Hal ini bisa
58
lebih meningkatkan pengetahuan ibu, karena masih banyak ibu yang
kurang mengerti tentang tumbuh kembang balita.
7.2.3 Bagi Poskesdes
Peneliti menyarankan agar petugas Poskesdes lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat setempat, seperti kegiatan
Posyandu yang teratur dan ketersediaan obat-obatan yang lebih memadai.
7.2.4 Bagi Ibu
Diharapkan agar ibu lebih memahami tentang tumbung kembang
balita, sehingga optimalisasi tumbuh kembang balitanya bisa tercapai.
Dan bisa lebih aktif dalam mengikuti program-program kesehatan baik di
Puskesmas ataupun di Poskesdes, seperti Posyandu dan penyuluhan-
penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
59