kti reza-1
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 kti reza-1
1/19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rasa sakit (nyeri) merupakan keluhan yang sering di dapatkan dalam klinik, walaupun
istilah sakit ini tampaknya sulit di definisikan. Persepsi tiap orang akan berbeda beda,
karena keluhan ini berasal dari pengalaman subjektif seseorang yang sulit dilakukan
pengukurannya. Reaksi dan sikap individu terhadap stimulasi yang identik yang menyebabkan
nyeri akan berbeda pula. Oleh karena itu, dokter pemeriksa diharapkan pada tugas untuk
mendapatkan informasi yang selengkap mungkin dari pasien dan juga harus dapat
membayangkan bagaimana pasien bereaksi terhadap rasa sakitnya itu.da banyak rasa nyeri yang kita alami salah satunya adalah nyeri abdomen. Perut
adalah organ yang berongga, jadi didalamnya terdapat berma!am"ma!am organ yang terletak
pada posisinya masing"masing, pada perut sebelah kanan dibagian atas terdapat organ hati,
kandung empedu, ginjal, usus ke!il dan usus besar, sedangkan pada sebelah kanan di bagian
bawah terdapat usus besar dan appendi#, saluran ken!ing, dan pada wanita terdapat saluran
indung telur.$yeri perut mun!ul mendadak kadang banyak penyebab yang berbeda. %ita harus
menentukan letaknya, radiasi, keparahan, karakter, frekuensi, durasi, faktor pemi!u danmengurangi gejala lain yang berhubungan. $yeri perut dapat dikenali penyebabnya
berdasarkan lokasi dan karakteristik nyeri yang timbul.
$yeri perut yang hebat dan mendadak kadang merupakan gejala yang sering membawa
pasien datang ke unit gawat darurat dan merupakan keluhan utama yang paling sering
ditemukan pada pasien dengan kasus pembedahan pada gangguan perut. &alam kondisi
tertentu dan jarang nyeri perut menyebabkan komplikasi yang serius bahkan hingga kematian
jika diagnosis dan terapi yang tepat terlambat diberikan.
1.2 Identifikasi Masalah
'.pa definisi dari penyakit Peritonitis kut
. pa etiologi Peritonitis kut
*. +agaimana anatomi dan dinding peritoneum
. +agaimana patofisiologi dari penyakit Peritonitis kut
-. apa saja manifestasi klinis dari penyakit Peritonitis kut. +agaimana diagnosa dari penyakit Peritonitis kut
'
-
7/26/2019 kti reza-1
2/19
/. +agaimana penatalaksaan dari penyakit Peritonitis kut
0. +agaimana pen!egahan dari penyakit Peritonitis kut
1. +agaimana komplikasi dari penyakit Peritonitis kut
'2. +agaimana prognosa dari penyakit Peritonitis kut
1.3 Batasan Masalah
+erdasarkan dari uraian yang ada pada latar belakang dan identifikasi masalah maka
batasan masalah adalah Peritonitis kut
1.4 Tuuan
'. &apat memahami tentang defenisi, penyebab, patofisiologi, gejala klinis diagnose,
pengobatan serta pen!egahan dari penyakit Peritonitis kut.
. &apat memahami dan melakukan anamnesa serta pemeriksaan fisik yang terkait
dengan penyakit Peritonitis kut.
1.4 Manfaat
'. 3ntuk mengetahui bagaimana penanganan yang dilakukan terhadap
penderita Peritonitis kut
. 3ntuk menambah wawasan pemba!a mengenai penyakit Peritonitis kut.
1.! Met"de Penelitian
%arya tulis 4lmiah ini dibuat dengan menggunakan metode tinjauan kepustakaan
dengan menga!u kepada beberapa referensi.
BAB II
TIN#AUAN $EPU%TA$AAN
&.1 Definisi
-
7/26/2019 kti reza-1
3/19
Peritonitis adalah keadaan akut abdomen akibat peradangan sebagian atau seluruh selaput
peritoneum parietale ataupun viserale pada rongga abdomen,-,. Peritonitis seringkali
disebabkan dari infeksi yang berasal dari organ"organ di !avum abdomen. Penyebab tersering
adalah perforasi dari organ lambung, !olon, kandung empedu atau apendiks. 4nfeksi dapat
juga menyebar dari organ lain yang menjalar melalui darah.
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum" lapisan membrane serosa rongga abdomen dan
meliputi visera merupakan penyakit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis5 kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi,
defans mus!ular, dan tanda"tanda umum inflamasi.
Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membrane serosa yang melingkupi
kavitas abdomen dan organ yang terletak didalamnyah. Peritonitis sering disebabkan oleh
infeksi peradangan lingkungan sekitarnyah melalui perforasi usus seperti rupture appendiks
atau divertikulum karena awalnya peritonitis merupakan lingkungan yang steril. 6elain itu
juga dapat diakibatkan oleh materi kimia yang irritan seperti asam lambung dari perforasi
ulkus atau empedu dari perforasi kantung empeduatau laserasi hepar. Padawanita sangat
dimungkinkan peritonitis terlokalisasi pada rongga pelvis dari infeksi tuba falopi atau
rupturnya kista ovari. %asus peritonitis akut yang tidak tertangani dapat berakibat fatal.
&.& Eti"l"giPenyebab yang paling serius dari peritonitis adalah terjadinya suatu hubungan (viskus) ke
dalam rongga peritoneal dari organ"organ intra"abdominal (esofagus, lambung, duodenum,
intestinal, !olon, rektum, kandung empedu, apendiks, dan saluran kemih), yang dapat
disebabkan oleh trauma, darah yang menginfeksi peritoneal, benda asing, obstruksi dari usus
yang mengalami strangulasi, pankreatitis, P4& (Pelvi! 4nflammatory &isease) dan ben!ana
vaskular (trombosis dari mesenterium5emboli).
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ"organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis), ruptursaluran !erna, atau dari luka tembus abdomen. Organisme yang sering menginfeksi adalah
organisme yang hidup dalam kolon pada kasus ruptur apendiks, sedangkan stafilokokus dan
stretokokus sering masuk dari luar.
&.3 Anat"'i dan (isi"l"gi
*
-
7/26/2019 kti reza-1
4/19
7ambar '
&inding perut mengandung struktur muskulo"aponeurosis yang kompleks. &i bagian
belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas pada iga, dan di bagian
bawah pada tulang panggul. &inding perut ini terdiri atas beberapa lapis, yaitu dari luar ke
dalam, lapis kulit yang terdiri dari kutis dan subkutis8 lemak subkutan dan fasia superfisial
(fasia 6!arpa)8 kemudian ketiga otot dinding perut, m.oblikus abdominis eksternus, m.oblikus
abdominis internus, dan m.tranversus abdominis8 dan akhirnya lapis preperitoneal, dan
peritoneum. Otot di bagian depan terdiri atas sepasang otot rektus abdominis dengan fasianya
yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba.&inding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut. Perdarahan
dinding perut berasal dari beberapa arah. &ari kranikaudal diperoleh pendarahan dari !abang
aa.interkostales 94 s5d :44 dan a.epigastrika superior. &ari kaudal, a.iliaka sirkumfleksa
superfisialis, a.pudenda eksterna, dan a.epigastri!a inferior. %ekayaan vaskularisasi ini
memungkinkan sayatan perut hori;ontal maupun vertikal tanpa menimbulkan gangguan
pendarahan. Persarafan dinding perut dilayani se!ara segmental oleh n.torakalis 94 s5d :44
dan n.lumbalis
Rongga perut (!avitas abdominalis) dibatasi oleh membran serosa yang tipis mengkilap
yang juga melipat untuk meliputi organ"organ di dalam rongga abdominal.
-
7/26/2019 kti reza-1
5/19
tempatnya, serta membawa pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf. +agian"bagian
peritoneum sekitar masing"masing organ diberi nama"nama khusus.
=esenterium ialah bangunan peritoneal yang berlapis ganda, bentuknya seperti kipas,
pangkalnya melekat pada dinding belakang perut dan ujungnya yang mengembang melekat
pada usus halus. &i antara dua lapisan membran yang membentuk mesenterium terdapat
pembuluh darah, saraf dan bangunan lainnya yang memasok usus. +agian mesenterium di
sekitar usus besar dinamakan mesokolon.
'. bsorbsi !epat bakteri melalui stomata diafragma
Pompa diafragma akan menarik !airan dan partikel termasuk bakteri kearah stomata. Oleh
karena itu bila terdapat infeksi di peritoneum bagian bawah, bakteri yang turut dalam aliran
dapat bersarang di bagian atas dan dapat menimbulkan sindromaFitz-Hugh-Curtis, yaitu
nyeri perut atas yang disebabkan perihepatitis yang menyertai infeksi tuba falopii (?vans,
22').
Peritonitis menyebabkan pergeseran !epat !airan intravaskuler dan intersisiel ke rongga
peritoneum, sehingga dapat terjadi hipovolemia. ?mpedu, asam lambung, dan en;im pan!reas
memperbesar pergeseran !airan ini (@eemken, '11/).
. Penghan!uran bakteri oleh sel imun
+akteri atau produknya akan mengaktivasi sel mesothel, netrofil, makrofag, sel mast, danlimfosit untuk menimbulkan reaksi inflamasi (4wagaki, '11/).
6elain melepas mediator inflamasi ia dapat mengadakan degranulasi ;at vasoaktif yang
mengandung histamine dan prostaglandin. @istamine dan prostaglandin yang dilepas sel mast
dan makrofag menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh
-
-
7/26/2019 kti reza-1
6/19
peritoneum sehingga menimbulkan eksudasi !airan kaya komplemen, immunoglobulin, faktor
pembekuan, dan fibrin (=arshall, 22*).
6udah diketahui bahwa untuk penyembuhan jaringan diperlukan respon mediator pro"
inflamasi di daerah sakit sampai terjadi kesembuhan dimana mulai timbul mediator anti"
inflamasi yang menghentikan proses pro"inflamasi. %eadaan ini menunjukkan adanya
keseimbangan fungsi antara respon pro" dan anti"inflamasi. Aetapi pada keadaan tertentu
dapat terjadi ketidakseimbangan dimana salah satu yaitu> pro"inflamasi atau anti"inflamasi
atau bahkan keduanya sekaligus meningkat hebat diluar kebutuhan penderita. &alam keadaan
ini kedua mediator yang bertentangan dapat menimbulkan kerusakan organ hebat sehingga
terjadi kegagalan organ (=arshall, 22*).
*.
-
7/26/2019 kti reza-1
7/19
Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya ?. Coli, 6repto!o!us atau Pneumo!o!us.
Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu>
6pesifik > misalnya Auber!ulosis
. $on spesifik> misalnya pneumonia non tuber!ulosis an Aonsilitis.
Baktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi, keganasan
intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi.
%elompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus
eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.
+. Peritonitis +akterial kut 6ekunder (6upurativa)
Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tra!tusi gastrointestinal atau
tra!tus urinarius. Pada umumnya organism tunggal tidak akan menyebabkan peritonitis
yangfatal. 6inergisme dari multipel organisme dapat memperberat terjadinya infeksi
ini. +akteriianaerob, khususnya spesies +a!teroides, dapat memperbesar pengaruh bakteri
aerob dalam menimbulkan infeksi.
6elain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat memperberat suatu
peritonitis. %uman dapat berasal dari>
D
"Peritonitis yang disebabkan oleh jamur
"Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan.
=erupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung, sepertii misalnya empedu,
getah lambung, getah pankreas, dan urine.
&. Peritonitis +entuk lain dari peritonitis>
a. septik5steril peritonitis
/
-
7/26/2019 kti reza-1
8/19
b. 7ranulomatous peritonitis
!. @iperlipidemik peritonitis
d. Aalkum peritonitis
&.! Pat"fisi"l"gi
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa.
%antong"kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel
menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi.Perlekatan biasanya
menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita"pita fibrosa, yang
kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi !airan karena kapiler dan membran
mengalamikebo!oran. Eika defisit !airan tidak dikoreksi se!ara !epat dan agresif, maka
dapatmenimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya interleukin,
dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke perkembangan selanjutnya
dari kegagalan banyak organ. %arena tubuh men!oba untuk mengkompensasi dengan !ara
retensi !airan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Aakikardi
awalnya meningkatkan !urah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia. Organ"
organ didalam !avum peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami oedem. Oedem
disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ"organ tersebutmeninggi.
Pengumpulan !airan didalam rongga peritoneum dan lumen"lumen usus serta oedem seluruh
organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen termasuk jaringan
retroperitoneal menyebabkan hipovolemia. @ipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan
suhu, masukan yang tidak ada, serta muntah.Aerjebaknya !airan di !avum peritoneum dan
lumen usus, lebih lanjut meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan
penuh menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi.
+ila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi
menyebar, dapat timbul peritonitis umum. &engan perkembangan peritonitis umum,
aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik8 usus kemudian menjadi atoni dan
meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung"lengkung usus
0
-
7/26/2019 kti reza-1
9/19
yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan
obstruksi usus.
6umbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus karena
adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan peristaltik usus sebagai
usaha untuk mengatasi hambatan. 4leus ini dapat berupa ileus sederhana yaituobstruksi usus
yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus
stangulasi obstruksi disertai terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan
berakhir dengan nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena
penyebaran bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis. Aifus abdominalis
adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan kuman 6. Ayphi yang masuk tubuh
manusia melalui mulut dari makan dan air yang ter!emar. 6ebagian kuman dimusnahkan oleh
asam lambung, sebagian lagi masuk keusus halus dan men!apai jaringan limfoid plaFue
peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertropi ditempat ini komplikasi perdarahan dan
perforasi intestinal dapat terjadi, perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi pada penderita
yang demam selama kurang lebih minggu yang disertai nyeri kepala, batuk dan malaise
yang disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defansmuskuler, dan keadaan umum yang merosot
karena toksemia.
Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan peritoneum yang mulai di
epigastrium dan meluas keseluruh peritonium akibat peritonitis generalisata. Perforasi
lambung dan duodenum bagian depan menyebabkan peritonitis akut. Penderita yang
mengalami perforasi ini tampak kesakitan hebat seperti ditikam di perut. $yeri ini timbul
mendadak terutama dirasakan di daerah epigastrium karena rangsangan peritonium oleh asam
lambung, empedu dan atau en;im pankreas. %emudian menyebar keseluruh
perutmenimbulkan nyeri seluruh perut pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria,
kadang fase ini disebut fase peritonitis kimia, adanya nyeri di bahu menunjukkan
rangsanganperitoneum berupa mengen!eran ;at asam garam yang merangsang, ini
akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai kemudian terjadi peritonitis bakteria. Pada
apendisitis biasanya biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasi
folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis dan neoplasma. Obstruksi
tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalamibendungan,makin lama
mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan
1
-
7/26/2019 kti reza-1
10/19
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan oedem, diapedesis bakteri, ulserasi mukosa, dan obstruksi vena sehingga
udem bertambah kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
diikuti dengan nekrosis atau ganggren dinding apendiks sehingga menimbulkan perforasi dan
akhirnya mengakibatkan peritonitis baik lokal maupun general.
Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul abdomen dapat
mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang berongga intra
peritonial. Rangsangan peritonial yang timbul sesuai dengan isi dari organ berongga tersebut,
mulai dari gaster yang bersifat kimia sampai dengan kolon yang berisi feses. Rangsangan
kimia onsetnya paling !epat dan feses paling lambat. +ila perforasi terjadi dibagian atas,
misalnya didaerah lambung maka akan terjadi perangsangan segera sesudah trauma dan akan
terjadi gejala peritonitis hebat sedangkan bila bagian bawah seperti kolon, mula"mula
tidak terjadi gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untukberkembang biak baru
setelah jam timbul gejala akut abdomen karena perangsangan peritoneum.
Peritonitis menimbulkan efek sistemik. Perubahan sirkulasi, perpindahan !airan, masalah
pernafasan menyebabkan ketidakseimbangan !airan dan elektrolit. 6istem sirkulasi
mengalami tekanan dari beberapa sumber. Respon inflamasi mengirimkan darah ekstra ke
area usus yang terinflamasi. Cairan dan udara ditahan dalam lumen ini, meningkatkan tekanan
dan sekresi !airan ke dalam usus. 6edangkan volume sirkulasi darah berkurang, meningkatkan
kebutuhan oksigen, ventilasi berkurang dan meninggikan tekanan abdomen yang
meninggikan diafragma.
&.) Manifestasi $linis
Aanda"tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien
yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. $yeri
abdomen yang hebat biasanya memiliki pun!tum ma#imum ditempat tertentu sebagai sumber
infeksi. &inding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita se!ara tidak
sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karenairitasi peritoneum.
6yok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa penderita peritonitis
umum.
&emam
'2
-
7/26/2019 kti reza-1
11/19
&istensi abdomen
$yeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung pada
perluasan iritasi peritonitis.
+ising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang jauh dari
lokasi peritonitisnya.
$ausea
9omiting
Penurunan peristaltik.
Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat
pelvi! inflammatoru disease. Pemeriksaan"pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada
penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid,
pas!atransplantasi, atau @49), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma
!ranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesi!), penderita dnegan
paraplegia dan penderita geriatri!. danya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang
tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum vis!eral). %emudian lama kelamaan
menjadi jelas lokasinya (peritoneum parietal). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit
tertentu, misalnya > perforasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat5 iskemia.
&.* Diagn"sis
./.' nanmnesis
namnesis (=arkum, '1118 +oediarso, 2'2 dan Giryati, 22/).
H 3sia> 6akit perut berulang biasanya terjadi pada usia -"' tahun.
H Eenis kelamin> Perempuan lebih sering mengalami sakit perut berulang
dibandingkan laki"laki (->*).
H Riwayat sakit perut.
a.
-
7/26/2019 kti reza-1
12/19
b. 6ifat dan faktor yang menambah 5 mengurangi rasa sakit. 6akit yang berasal dari
spasme otot polos usus, traktus urinarius, traktus biliaris, biasanya berupa kolik yang
sukar ditentukan lokalisasinya dengan tepat dan tidak dipengaruhi oleh adanya batuk
atau penekanan abdomen. 6akit yang berasal dari iritasi peritoneum akan terasa
menetap di tempat iritasi dan menghebat bila penderita batuk atau ditekan perutnya.
!. Gaktu timbul.
Gaktu timbul yang dialami oleh sang anak dipengaruhi oleh apa saja.=isalkan dapat
dipengaruhi oleh jenis makanan, pola aktivitas dan lainnya.
d.
-
7/26/2019 kti reza-1
13/19
b. tetangga, sekolah, perkawinan orang tua, keadaan rumah, persaingan
sesama saudara kandung, beban keuangan, disiplin yang terlalu kaku.
!. Aemperamen, pola respon yang dipelajari> bagaimana anak mengatasi stress di masa
lampau, gampang bergaul, kaku, perfeksionis, obsesif, depresi kronik, sulit diatur
k. Arauma.
Arauma tumpul dapat menyebabkan hematoma subserosal ataupun pankreatitis
l. Penyakit yang pernah diderita dalam keluarga.
dakah di antaraI keluarga yang menderita kista fibrosis, pankreatisis,ulkus
peptikum, kolon irritable. dakah faktor stress dalam keluarga.
&.*.& Pe'eriksaan (isik
Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan peritonitis, keadaan umumnya tidak baik. &emam
dengan temperatur J*02C biasanya terjadi. Pasien dengan sepsis hebat akan mun!ul gejala
hipotermia. Aakikardia disebabkan karena dilepaskannya mediator inflamasi dan hipovolemia
intravaskuler yang disebabkan karena mual damuntah, demam, kehilangan !airan yang
banyak dari rongga abdomen. &engan adanya dehidrasi yang berlangsung se!ara progresif,
pasien bisa menjadi semakin hipotensi. @al ini bisa menyebabkan produksi urin berkurang,
dan dengan adanya peritonitis hebat bisa berakhir dengan keadaan syok sepsis.
4nspeksi > Aanda paling nyata pada penderita dengan peritonitis adalah adanya
distensi dari abdomen. kan tetapi, tidak adanya tanda distensi abdomen tidak
menyingkirkan diagnosis peritonitis, terutama jika penderita diperiksa pada awal dari
perjalanan penyakit, karena dalam "* hari baru terdapat tanda"tanda distensi
abdomen. @al ini terjadi akibat penumpukan dari !airan eksudat tapi kebanyakan
distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik (Cole et al,'1/2).
'*
-
7/26/2019 kti reza-1
14/19
7ambar
uskultasi > uskultasi dilakukan untuk menilai apakah terjadi penurunan suara
bising usus. Pasien dengan peritonitis umum, bising usus akan melemah atau
menghilang sama sekali, hal ini disebabkan karena peritoneal yang lumpuh sehingga
menyebabkan usus ikut lumpuh5tidak bergerak (ileus paralitik). 6edangkan pada
peritonitis lokal bising usus dapat terdengar normal.
Palpasi > Palpasi harus selalu dilakukan di bagian lain dari abdomen yang tidak
dikeluhkan nyeri. @al ini berguna sebagai pembanding antara bagian yang tidak nyeri
dengan bagian yang nyeri. $yeri tekan dan defans muskular (rigidity) menunjukkan
adanya proses inflamasi yang mengenai peritoneum parietale (nyeri somatik). &efans
yang murni adalah proses refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan ekspirasi
berupa reaksi kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan. &itemukan nyeri tekan
setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskular se!ara refleks untuk
melindungi bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.
Perkusi > $yeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara
bebas atau !airan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui pemeriksaan
pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan
menghilang, dan perkusi abdomen hipertimpani karena adanya udara bebas.
&.*.3 Pe'eriksaan Penunang
a. Aest laboratorium
'.
-
7/26/2019 kti reza-1
15/19
*.sidosis metaboli! (dari hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien peritonitis didapatkan
P@ K/.*', PCOK 2, +?K " )
.:. Ray
&ari tes : Ray didapat>
Boto polos abdomen * posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan>
'. 4lleus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
. 3sus halus dan usus besar dilatasi.
*. 3dara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
7ambar
&.+ Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan adalah mengistirahatkan saluran !erna dengan memuasakan
pasien, pemberian antibiotik yang sesuai, dekompresi saluran !erna dengan penghisapan
nasogastrik atau intestinal, penggantian !airan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan
se!ara intravena, pembuangan fokus septik (apendiks) atau penyebab radang lainnya, bila
mungkin dengan mengalirkan nanah keluar dan tindakan"tindakan menghilangkan nyeri./
Prinsip umum dalam menangani infeksi intraabdominal ada , antara lain> (') kontrol infeksi
yang terjadi, () membersihkan bakteri dan ra!un, (*) memperbaiki fungsi organ, dan ()
mengontrol proses inflamasi.?ksplorasi laparatomi segera perlu dilakukan pada pasien dengan
akut peritonitis.
Penatalaksanaan peritonis meliputi, antara lain>
'. Pre Operasi
'-
-
7/26/2019 kti reza-1
16/19
Resusitasi !airan
Oksigenasi
$7A, &C
ntibiotika
Pengendalian suhu tubuh
. &urante Operasi
%ontrol sumber infeksi
Pen!u!ian rongga peritoneum
&ebridement radikal
4rigasi kontinyu
?ttapen lavase5stage abdominal repair
*. Pas!a Operasi
+alan!e !airan
Perhitungan nutrisi
=onitor vital 6ign
Pemeriksaan laboratorium
ntibiotika
&., $"'-likasi
%omplikasi yang timbul dari peritonitis adalah sebagai berikut >
" ?viserasi
-
7/26/2019 kti reza-1
17/19
'.dhesi.
.Obstruksi intestinal rekuren.
&.1 Pr"gn"sis
ngka mortalitas umumnya adalah 2L. Baktor"faktor yang mempengaruhi prognosis,
antara lain>
'. jenis infeksinya5penyakit primer
. durasi5lama sakit sebelum infeksi*. %eganasan
. gagal organ sebelum terapi
-. gangguan imunologis. usia dan keadaan umum penderita
%eterlambatan penanganan jam meningkatkan angka mortalitas sebanyak '2"*2L.
Pasien dengan multipel trauma 02L pasien berakhir dengan kematian. Peritonitis yang
berlanjut, abses abdomen yang persisten, anstomosis yang bo!or, fistula intestinal
mengakibatkan prognosis yang jelek.
BAB III
PENUTUP
$esi'-ulan
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ perut
(peritonieum). Penyebab paling sering dari peritonitis primer adalahspontaneous bacterial
peritonitis(6+P) akibat penyakit hepar kronis. Penyebab peritonitis sekunder paling sering
adalah perforasi appendi!itis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, serta perforasi
kolon. Aanda"tanda peritonitis yaitu demam tinggi dan mengigil, bisa menjadi hipotermia,
takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. $yeri abdomen yang hebat, dinding perut akan
teras tegang karena iritasi peritoneum.
'/
-
7/26/2019 kti reza-1
18/19
Aatalaksana utama pada peritonitis antara lain pemberian !airan dan elektrolit, kontrol
operatif terhadap sepsis dan pemberian antibiotik sistemik. %omplikasi postoperatif sering terjadi
dan umumnya dibagi menjadi komplikasi lokal dan sistemik. Baktor"faktor yang mempengaruhi
tingginya tingkat mortalitas antara lain tipe penyakit primer dan durasinya, keterlibatan
kegagalan organ multipel sebelum pengobatan, serta usia dan kondisi kesehatan awal pasien.
%aran
6etiap peritonitis harus ditangani se!ermat mungkin bila tidak ingin penyakit berjalan
terus. Source controlharus dilaksanakan sebaik mungkin. Pemeriksaan kultur dan resistensi
harus diulang terutama pada mereka yang menunjukkan perjalanan penyakit yang panjang dan
berat. wasi terjadinya perubahan organisme penyebab infeksi dan gunakan obat yang sesuai
resistensi dan tidak lagi menggantungkan pada antibiotik spektrum luas.
DA(TA/ PU%TA$A
'. = Mureshi, brar, ...Net al., 22-. Predi!tive Power Of =annheim Peritonitis 4nde#.
Original rti!le.
. Prin!iples of 6urgery5 editor, 6eymour 4. 6!hwart; . . . Net al., /th ed. =!7raw"@ill,
&ivision of Ahe =!7raw"@ill Companies. n ?nigma ?le!troni! Publi!ation, '111.
*. +uku"ajar ilmu bedah5editor, R. 6jamsuhidajat, Gim de Eong. "?d.." Eakarta> ?7C, 22.. Ahe =er!k =anual (6eventeenth ?dition), Copyright Q '111 by =er!k Co., 4n!.
Ahe =er!k =anual of 7eriatri!s (6e!ond ?dition), Copyright Q '11- by =er!k Co., 4n!.
-. =olmenti, @ebe, 22. Peritonitis. =edi!al ?n!y!lopedia. =edline Plus
http>55medlineplus.gov5
. nonim, 22*. Peritonitis. Ahe =er!k =anuals.
'0
-
7/26/2019 kti reza-1
19/19
http>55www.mer!k.!om5
/. Pri!e, 6ylvia nderson. Patofisiologi> konsep klinis proses"proses penyakit K
Pathophysiology.!lini!al !on!epts of disease pro!esses56ylvia nderson Pri!e,