referat pneumothoraks reza

Upload: zhakurniawan

Post on 14-Apr-2018

263 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    1/19

    REFERAT

    PNEUMOTORAKS

    Disusun oleh :

    Reza Kurniawan, S.Ked

    092011101078

    PEMBIMBING :

    dr. Edi Nurtjahja, Sp.P

    Disusun untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik Madya

    Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNEJ - RSD dr. Soebandi Jember

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2013

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    2/19

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul . i

    Daftar Isi ii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................ 1

    B. Tujuan Penulisan ........................................................ 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi ........................................................................ 3

    B. Klasifikasi ................................................................... 3

    C. Penghitungan Luas Pneumotoraks . 7

    D. Gambaran Klinis .......................................................... 8

    E. Pemeriksaan Fisik ....................................................... 9

    F. Pemeriksaan Penunjang ............................................. 10

    G. Penatalaksanaan ........................................................ 12

    H. Pengobatan Tambahan ............................................... 16

    I. Rehabilitasi .................................................................. 16

    BAB III KESIMPULAN .................................................................... 17

    DAFTAR PUSTAKA 18

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    3/19

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis seperti

    balon dan mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada

    kekuatan untuk mempertahankan pengembangannya. Paru-paru

    sebenarnya mengapung dalam rongga toraks, dikelilingi oleh suatu

    lapisan tipis cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru

    di dalam rongga. Jadi pada keadaan normal rongga pleura berisi sedikit

    cairan dengan tekanan negatif yang ringan (1).

    Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam

    rongga pleura. Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka

    akan menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru

    tidak dapat mengembang dengan maksimal sebagaimana biasanya ketika

    bernapas. Pneumotoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun

    traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan

    sekunder. Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik

    dan non iatrogenik(2).

    Insidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak

    yang tidak diketahui. Namun dari sejumlah penelitian yang pernah

    dilakukan menunjukkan bahwa pneumotoraks lebih sering terjadi pada

    penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering

    daripada wanita, dengan perbandingan 5 : 1 (2).

    Sesuai perkembangan di bidang pulmonologi telah banyak

    dikerjakan pendekatan baru berupa tindakan torakostomi disertai video

    (VATS = video assisted thoracoscopy surgery), ternyata memberikan

    banyak keuntungan pada pasien-pasien yang mengalami pneumotoraks

    relaps dan dapat mengurangi lama rawat inap di rumah sakit (2).

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    4/19

    B. TUJUAN

    Tujuan dari penulisan tinjauan pustaka (referat) ini adalah untukmengetahui definisi dari pneumotoraks, serta cara menegakkan diagnosa

    pneumotoraks secara tepat sesuai jenis dan luasnya pneumotoraks,

    karena hal tersebut akan berpengaruh pada penanganannya.

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    5/19

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi

    Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di

    dalam pleura yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena (3).

    B. Klasifikasi

    Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokkan menjadi

    dua, yaitu (2), (3) :

    1. Pneumotoraks spontan

    Yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba.

    Pneumotoraks tipe ini dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu

    :

    a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi

    secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya.

    b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi

    dengan didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    6/19

    sebelumnya, misalnya fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik

    kronis (PPOK), kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru.2. Pneumotoraks traumatik,

    Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik

    trauma penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura,

    dinding dada maupun paru.

    Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua

    jenis, yaitu :

    a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang

    terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada,

    barotrauma.

    b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi

    akibat komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun

    masih dibedakan menjadi dua, yaitu :

    1) Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental

    Adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan

    medis karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan

    tersebut, misalnya pada parasentesis dada, biopsi pleura.

    2) Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)

    Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan

    dengan cara mengisikan udara ke dalam rongga pleura.

    Biasanya tindakan ini dilakukan untuk tujuan pengobatan,

    misalnya pada pengobatan tuberkulosis sebelum era

    antibiotik, maupun untuk menilai permukaan paru.

    Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat

    diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu (4) :

    1. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)

    Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka

    pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar.

    Tekanan di dalam rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    7/19

    laun berubah menjadi negatif karena diserap oleh jaringan paru

    disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum mengalami re-ekspansi,sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di dalamnya sudah

    kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan udara

    di rongga pleura tetap negatif.

    2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax),

    Yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga

    pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat

    luka terbuka pada dada). Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama

    dengan tekanan udara luar. Pada pneumotoraks terbuka tekanan

    intrapleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan

    tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan (4).

    Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu

    ekspirasi tekanan menjadi positif (4). Selain itu, pada saat inspirasi

    mediastinum dalam keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi

    mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang terluka (sucking

    wound) (2).

    3. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)

    Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan

    makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis

    yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea,

    bronkus serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura

    melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi udara di dalam rongga

    pleura tidak dapat keluar (4). Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura

    makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang

    terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering

    menimbulkan gagal napas (2).

    Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka

    pneumotoraks dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (4) :

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    8/19

    1. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada

    sebagian kecil paru (< 50% volume paru).

    2. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian besar

    paru (> 50% volume paru).

    C. Penghitungan Luas Pneumotoraks

    Penghitungan luas pneumotoraks ini berguna terutama dalam penentuan

    jenis kolaps, apakah bersifat parsialis ataukah totalis. Ada beberapa cara yang

    bisa dipakai dalam menentukan luasnya kolaps paru, antara lain :

    1. Rasio antara volume paru yang tersisa dengan volume hemitoraks, dimana

    masing-masing volume paru dan hemitoraks diukur sebagai volume kubus

    (2).

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    9/19

    Misalnya : diameter kubus rata-rata hemitoraks adalah 10cm dan diameter

    kubus rata-rata paru-paru yang kolaps adalah 8cm, makarasio diameter kubus adalah :

    83 512______ = ________ = 50 %

    103 1000

    2. Menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis vertikal,

    ditambah dengan jarak terjauh antara celah pleura pada garis horizontal,

    ditambah dengan jarak terdekat antara celah pleura pada garis horizontal,

    kemudian dibagi tiga, dan dikalikan sepuluh (2).

    % luas pneumotoraks

    A + B + C (cm) = __________________ x 10

    3

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    10/19

    3. Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan

    luas hemitoraks

    (4)

    .

    D. Gejala klinis

    Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul

    adalah (2), (4), (5) :

    1. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak

    dirasakan mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas

    tersengal, pendek-pendek, dengan mulut terbuka.

    2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam

    pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada

    gerak pernapasan.

    3. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.

    4. Denyut jantung meningkat.

    5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.

    6. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien,

    biasanya pada jenis pneumotoraks spontan primer.

    Berat ringannya keadaan penderita tergantung pada tipe pneumotoraks

    tersebut, (2):

    1. Pneumotoraks tertutup atau terbuka, sering tidak berat

    (L) hemitorak (L) kolaps paru

    (AxB) - (axb)_______________ x 100 %

    AxB

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    11/19

    2. Pneumotoraks ventil dengan tekanan positif tinggi, sering dirasakan lebih

    berat3. Berat ringannya pneumotoraks tergantung juga pada keadaan paru yang

    lain serta ada tidaknya jalan napas.

    4. Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan, tetapi

    bila penderita mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan kecil

    disebabkan pengisian yang kurang.

    E. Pemeriksaan fisik

    Pada pemeriksaan fisik torak didapatkan (3),(4):

    1. Inspeksi :

    a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi

    dinding dada)

    b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal

    c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat

    2. Palpasi :

    a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar

    b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat

    c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit

    3. Perkusi :

    a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak

    menggetar

    b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan

    intrapleura tinggi

    4. Auskultasi :

    a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang

    b. Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni

    negatif

    F. Pemeriksaan Penunjang

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    12/19

    1. Foto Rntgen

    Gambaran radiologis yang tampak pada foto rntgen kasuspneumotoraks antara lain (6):

    a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps

    akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru

    yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler

    sesuai dengan lobus paru.

    b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio

    opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan

    kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu

    berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.

    c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium

    intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah.

    Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang

    sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan

    tekanan intra pleura yang tinggi.

    d. Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan

    sebagai berikut (3):

    1) Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi

    jantung, mulai dari basis sampai ke apeks. Hal ini terjadi

    apabila pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga

    udara yang dihasilkan akan terjebak di mediastinum.

    2) Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam

    dibawah kulit. Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari

    pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di

    mediastinum lambat laun akan bergerak menuju daerah yang

    lebih tinggi, yaitu daerah leher. Di sekitar leher terdapat banyak

    jaringan ikat yang mudah ditembus oleh udara, sehingga bila

    jumlah udara yang terjebak cukup banyak maka dapat

    mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan sampai ke daerah dada

    depan dan belakang.

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    13/19

    3) Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan

    tampak permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma

    Foto R pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan

    anak panah merupakan bagian paru yang kolaps

    2. Analisa Gas Darah

    Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi

    meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien

    dengan gagal napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas

    sebesar 10%.

    3. CT-scan thorax

    CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema

    bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan

    ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan

    primer dan sekunder.

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    14/19

    G. Penatalaksanaan

    Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk

    mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan

    untuk kambuh lagi. Pada prinsipnya, penatalaksanaan pneumotoraks adalah

    sebagai berikut :

    1. Observasi dan Pemberian O2

    Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura

    telah menutup, maka udara yang berada didalam rongga pleura tersebut

    akan diresorbsi. Laju resorbsi tersebut akan meningkat apabila diberikantambahan O2. Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto

    toraks serial tiap 12-24 jam pertama selama 2 hari (2). Tindakan ini

    terutama ditujukan untuk pneumotoraks tertutup dan terbuka (4).

    2. Tindakan dekompresi

    Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus

    pneumotoraks yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan

    untuk mengurangi tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara

    rongga pleura dengan udara luar dengan cara (2) :

    a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura,

    dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan

    berubah menjadi negatif karena mengalir ke luar melalui jarum

    tersebut (2), (4).

    b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :

    1) Dapat memakai infus set

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    15/19

    Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam

    rongga pleura, kemudian infus set yang telah dipotong padapangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol yang berisi

    air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak

    gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang

    berada di dalam botol (4).

    2) Jarum abbocath

    Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari

    gabungan jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukkan pada

    posisi yang tetap di dinding toraks sampai menembus ke

    rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal.

    Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik infus

    set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang

    berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak

    gelembung udara yang keluar dari ujung infuse set yang

    berada di dalam botol (4).

    3) Pipa water sealed drainage (WSD)

    Pipa khusus (toraks kateter) steril, dimasukkan ke

    rongga pleura dengan perantaraan troakar atau dengan

    bantuan klem penjepit. Pemasukan troakar dapat dilakukan

    melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di

    sela iga ke-4 pada linea mid aksilaris atau pada linea

    aksilaris posterior. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke-2

    di garis mid klavikula.

    Setelah troakar masuk, maka toraks kateter segera

    dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar dicabut,

    sehingga hanya kateter toraks yang masih tertinggal di

    rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di

    dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik

    lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol

    sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    16/19

    gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui

    perbedaan tekanan tersebut

    (3), (4)

    .Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan

    intrapleura tetap positif. Penghisapan ini dilakukan dengan

    memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O, dengan

    tujuan agar paru cepat mengembang. Apabila paru telah

    mengembang maksimal dan tekanan intra pleura sudah

    negatif kembali, maka sebelum dicabut dapat dilakukuan uji

    coba terlebih dahulu dengan cara pipa dijepit atau ditekuk

    selama 24 jam. Apabila tekanan dalam rongga pleura

    kembali menjadi positif maka pipa belum bisa dicabut.

    Pencabutan WSD dilakukan pada saat pasien dalam keadaan

    ekspirasi maksimal (2).

    3. Torakoskopi

    Yaitu suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga toraks

    dengan alat bantu torakoskop.

    4. Torakotomi

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    17/19

    5. Tindakan bedah (4)

    a. Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudiandicari lubang yang menyebabkan pneumotoraks kemudian dijahit

    b. Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang

    menyebabkan paru tidak bias mengembang, maka dapat dilakukan

    dekortikasi.

    c. Dilakukan resesksi bila terdapat bagian paru yang mengalami

    robekan atau terdapat fistel dari paru yang rusak

    d. Pleurodesis. Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang,

    kemudian kedua pleura dilekatkan satu sama lain di tempat fistel.

    H. Pengobatan Tambahan

    1. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan

    ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB paru

    diberi OAT, terhadap bronkhitis dengan obstruksi saluran napas diberi

    antibiotik dan bronkodilator(4).

    2. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat (4).

    3. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah dapat

    dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi komplikasi, seperti

    emfisema (3).

    I. Rehabilitasi(4)

    1. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus dilakukan

    pengobatan secara tepat untuk penyakit dasarnya.

    2. Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk atau bersin

    terlalu keras.

    3. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif, berilah

    laksan ringan.

    4. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan batuk,

    sesak napas.

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    18/19

    BAB III

    KESIMPULAN

    Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura terisi oleh

    udara, sehingga menyebabkan pendesakan terhadap jaringan paru yang

    menimbulkan gangguan dalam pengembangannya terhadap rongga dada saat

    proses respirasi. Oleh karena itu, pada pasien sering mengeluhkan adanya sesak

    napas dan nyeri dada.

    Berdasarkan penyebabnya, pneumotoraks dapat terjadi baik secara

    spontan maupun traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat

    primer dan sekunder. Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat

    iatrogenik dan non iatrogenik. Dan menurut fistel yang terbentuk, maka

    pneumotoraks dapat bersifat terbuka, tertutup dan ventil (tension).

    Dalam menentukan diagnosa pneumotoraks seringkali didasarkan pada

    hasil foto rntgen berupa gambaran translusen tanpa adanya corakan

    bronkovaskuler pada lapang paru yang terkena, disertai adanya garis putih yang

    merupakan batas paru (colaps line). Dari hasil rntgen juga dapat diketahui

    seberapa berat proses yang terjadi melalui luas area paru yang terkena

    pendesakan serta kondisi jantung dan trakea.

    Pada prinsipnya, penanganan pneumotoraks berupa observasi dan

    pemberian O2 yang dilanjutkan dengan dekompresi. Untuk pneumotoraks yang

    berat dapat dilakukan tindakan pembedahan. Sedangkan untuk proses medikasi

    disesuaikan dengan penyakit yang mendasarinya. Tahap rehabilitasi juga perlu

    diperhatikan agar pneumotoraks tidak terjadi lagi.

  • 7/27/2019 Referat Pneumothoraks Reza

    19/19

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi

    9. Jakarta : EGC; 1997. p. 598.

    2. Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus,

    Simadibrata. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi

    IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 1063.

    3. Bowman, Jeffrey, Glenn. Pneumothorax, Tension and Traumatic.

    Updated: 2010 May 27; cited 2011 January 10. Available from

    http://emedicine.medscape.com/article/827551

    4. Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.

    Surabaya : Airlangga University Press; 2009. p. 162-179

    5. Schiffman, George. Stoppler, Melissa, Conrad. Pneumothorax (Collapsed

    Lung). Cited : 2011 January 10. Available from :

    http://www.medicinenet.com/pneumothorax/article.htm

    6. Malueka, Rusdy, Ghazali. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta : Pustaka

    Cendekia Press; 2007. p. 56

    http://emedicine.medscape.com/article/827551http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=6888http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=41529http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=41529http://www.medicinenet.com/pneumothorax/article.htmhttp://emedicine.medscape.com/article/827551http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=6888http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=41529http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=41529http://www.medicinenet.com/pneumothorax/article.htm