kti jayanti sakti akbid ykn raha

94
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI BPM SAKINAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan OLEH : JAYANTI SAKTI NIM : AK. 130239 AKADEMI KEBIDANAN YAYASAN KESEHATAN NASIONAL BAU-BAU 2016

Upload: septian-muna-barakati

Post on 16-Apr-2017

133 views

Category:

Data & Analytics


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHANKEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN

ASFIKSIA RINGAN DI BPM SAKINAHKABUPATEN MUNA

TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat Dalam menyelesaikanProgram Studi Diploma III Kebidanan

OLEH :

JAYANTI SAKTINIM : AK. 130239

AKADEMI KEBIDANANYAYASAN KESEHATAN NASIONAL

BAU-BAU2016

Page 2: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

ii

HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANANBAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA RINGAN

DI BPM SAKINAH KABUPATEN MUNATAHUN 2016

Oleh :

JAYANTI SAKTINIM : AK. 130239

Karya Tulis Ilmiah ini diterima dan disetujui, untuk diuji dan dipertahankan

dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan

Yayasan Kesehatan Nasional Bau-bau

Pembimbing I Pembimbing II

Hj.suprihatin,S.ST.M.Kes Wa Ode Siti Amzia,S.ST.M.Kes

Mengetahui,

Direktur AKBID Yayasan Kesehatan Nasional Bau-Bau

Sapril, SKM., M.Sc

Page 3: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

ii

Page 4: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

iii

HALAMAN PENGESAHANMANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA RINGANDI BPS SAKINAH KABUPATEN MUNA

TAHUN 2016

Oleh :

JAYANTI SAKTINIM : AK. 130239

Telah Dipertahankan di Hadapan tim Penguji pada :

Hari / Tanggal : Rabu, 28 September 2016

Waktu : Jam, .............. Wita

Tempat : Kampus AKBID YKN

Telah diperbaiki dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Pembimbing :

1. Hj.Suprihatin,S.ST.M.Kes (.................................)

2. Wa Ode Siti Amzia, S.ST., M.Kes (.................................)

Penguji

1. Endah Catur Rini, S.ST., M.Kes (................................)

Mengetahui,

Direktur AKBID Yayasan Kesehatan Nasional Bau-Bau

Sapril, SKM, M.Sc

Page 5: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

Nama : JAYANTI SAKTI

Tempat Tanggal Lahir : Raha, 01 Oktober 1994

Suku/Bangsa : Muna/Indonesia

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Desa Matalagi, Kec. Wakorumba Utara,

Kabupaten Buton Utara

II. IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ibu/Ayah : Wa Imaaka/ La Zeni

Pekerjaan Ibu/Ayah : IRT/Wiraswasta

Alamat : Desa Matalagi, Kec. Wakorumba Utara,

Kabupaten Buton Utara

III. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Lulus SD Negeri 6 Wakorut : Tamat tahun 2007

2. Lulus SMP Negeri 1 Raha : Tamat tahun 2010

3. Lulus SMA Negeri 1 Raha : Tamat tahun 2013

4. Akademi Kebidanan YKN Bau Bau Kabupaten Buton tahun 2013

sampai sekarang.

Page 6: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan berkat dan rahmat yang telah diberikan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang merupakan salah satu

syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Yayasan

Kesehatan Nasional Bau-Bau dengan judul : “Manajemen dan

Pendokumenasian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia

Ringan Di BPM Sakinah Kabupaten Muna Tahun 2016”.

Dalam penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis

menghadapi banyak kesulitan dan hambatan. Namun atas bantuan dari

berbagai pihak, akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan

baik. Pada kesempatan ini penulis tak lupa menyampaikan rasa hormat

dan terimakasih yang sedalam – dalamnya kepada :

1. Bapak Ketua Yayasan Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan

Nasional Bau – Bau

2. Bapak Direktur Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional

Bau – Bau

3. Ibu Hj.Suprihatin,S.ST. M.Kes Selaku pembimbing I dan Ibu Wa Ode

Siti Amzia,S.ST.M.Kes Selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan sejak awal sampai dengan terselesaikannya

penulisan Karya Tulis ini

4. Ibu Endah Catur Rini,S.ST.M.Kes Selaku Penguji yang telah

memberikan masukan dalam penulisan Karya Tulis ini

5. Pengelola Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau –

Bau

6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Akademi Kebidanan Yayasan

Kesehatan Nasional Bau – Bau yang telah mengarahkan dan

memberikan ilmu pengetahuan selama berada dibangku kuliah

7. Kepada ibu Hj.Suprihatin,S.ST.M.Kes yang telah memberikan izin

untuk melakukan penelitian ditempatnya

Page 7: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

8. Teristimewa untuk kedua orang tua saya tercinta dan saudara –

saudaraku terimakasih atas doa, pengorbanan, bantuan, motivasi dan

kasih sayang yang begitu besar yang telah diberikan selama penulis

menempuh pendidikan hingga selesai.

9. Seluruh rekan – rekan mahasiswa angkatan 2013 Akademi Kebidanan

Yayasan Kesehatan Nasional Bau-Bau yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu namanya yang telah banyak membantu selama

menempuh pendidikan di Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan

Nasional Bau – Bau. Terimakasih atas kekompakan dan

kebersamaannya selama mengikuti pendidikan.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan baik isi, bahasa maupun materi. Oleh karena itu dengan

segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis ini. Harapan penulis

semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya

kepada kita semua. Akhir kata semoga Karya Tulis ini bermanfaat bagi

yang membutuhkan.

Raha, 11 September 2016

Penulis

Page 8: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................... i

Lembar Persetujuan........................................................................... ii

Lembar Pengesahan.......................................................................... iii

Riwayat Hidup.................................................................................... iv

Kata Pengantar.................................................................................. v

Daftar Isi............................................................................................. viii

Daftar Tabel........................................................................................x

Intisari................................................................................................. xi

BAB I Pendahuluan...................................................................... 1A. Latar Belakang..............................................................1

B. Rumusan masalah………............................................. 3

C. Tujuan Studi Kasus...................................................... 4

D. Manfaat Studi Kasus………...…………………………. 5

BAB II Tinjauan Pustaka.............................................................. 7A. Telaah pustaka............................................................ 7

B. Tinjauan Teori Tentang asuhan Kebidanan.............. 27

C. Pendokumentasian Hasil asuhan kebidanan............ 37

BAB III Metodologi........................................................................ 38A. Jenis Penelitian……………………………………….... 38

B. Lokasi Studi Kasus…………......................................... 38

C. Waktu Studi Kasus........................................................ 38

D. Subjek Studi Kasus....................................................... 38

E. Metode Pengambilan Data…………………...……...…. 39

F. Teknik Penagmbilan Data............................................. 39

BAB IV Hasil Pembahasan Dan Studi Kasus................................42A. Hasil Pembahasan…..…………………………………. 42

B. Tinjauan teori Tentang asuhan kebidanan…………. 44

C. Studi Kasus................................................................... 55

Page 9: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

BAB V Kesimpulan dan Saran..................................................... 79A. Kesimpulan................................................................... 79

B. Saran............................................................................ 80

Daftar PustakaLampiran-lampiran

Page 10: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penilaian APGAR SCORE………………............................12

Tabel 2.2 Interpretasi Nilai APGAR....................................................13

Page 11: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

INTISARI

Jayanti Sakti (AK.130239) “Manajemen Dan Pendokumentasian BayiBaru Lahir Dengan Asfiksia Ringan di BPM Sakinah Kab.Muna tahun2016”dibawah bimbingan Ibu Suprihatin dan Ibu Waode Sitti Amzia(xi + 80 halaman + 2 tabel + lampiran)Latar Belakang : Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidakdapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Saatdilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat dijepit bayimenangis yang merangsang pernapasan. Akan tetapi beberapa bayimengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus ototyang menurun dan mengalami kesulitan mempertahankan pernafasanyang wajar. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkankerusakan otak atau kematian (Handayani,2012)Penyebab utama kematian neonatal dini adalah Berat Bayi Lahir Rendah(BBLR) sebanyak 35%, asfiksia 33,6%, dan tetanus 31,4% (Manuaba,2012).Tujuan Penulisan : Mampu melaksanakan penanganan awal pada bayibaru lahir dengan asfiksia ringan di BPM Sakinah Kab.Muna tahun 2016Metode Telaah : Menggunakan studi kepustakaan dan studi kasus.Hasil Penilitian : Pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan hasil bayimenangis lemah, warna kulit kemerahan namun bibir tampak sianosis,tonus otot baik sehingga setelah dilakukan penanganan awal asfiksiaringan dan selanjutnya dapat dilakukan manajemen perawatan bayinormal. Pada asfiksia ringan didapat nilai APGAR 7-8 dari pemeriksaanfisik didapatkan hasil frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit, tonus ototbaik, bayi tampak sianosis, dan reflex iritabilitas tidak ada. Hal ini sesuaidengan teori yang dinyatakan oleh Saifuddin (2010). Setelah bayimenangis spontan setelah dilakukan penanganan awal maka selanjutnyadilakukan asuhan yaitu pemantauan dan perawatan tali pusat.Kesimpulan : Dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial,perlunya tindakan segera/kolaborasi, rencana tindakan, pelaksanaansampai dengan evaluasi tidak ada kesenjangan yang berarti dan semuapermasalahan teratasi.

Kata Kunci : AsfiksiaDaftar Pustaka : 14 (2008-2015)

Page 12: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas

secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Saat dilahirkan bayi

biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat dijepit bayi menangis yang

merangsang pernapasan. Akan tetapi beberapa bayi mengalami depresi

saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot yang menurun dan

mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar. Bila proses

ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau

kematian (Handayani,2012)

Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk

meningkatkan kelangsungan hidup bayi dan balita. Bayi menjadi fokus

dalam setiap program kesehatan karena dalam masa pertumbuhan dan

perkembangannya setiap saat menghadapi ancaman bagi kelangsungan

hidupnya seperti kesakitan dan kematian akibat berbagai masalah

kesehatan. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi

dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1.000 kelahiran hidup. Angka

ini merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu bangsa

(Sunarsi, 2012).

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka

kematian bayi (AKB) di Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke

Page 13: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

2

tahun yaitu dari sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002,

menjadi sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, dan

terakhir menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Bila

dibandingkan dengan negara-negara lainnya yang tergabung dalam

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), seperti Singapura (3 per

1.000 kelahiran hidup), Brunei Darussalam (8 per 1.000 kelahiran hidup),

Malaysia (10 per 1.000 kelahiran hidup), Vietnam (18 per 1.000 kelahiran

hidup), dan Thailand (20 per 1.000 kelahiran hidup), AKB di Indonesia

masih tergolong tinggi. Penyebab utama kematian neonatal dini ini adalah

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 35%, asfiksia 33,6%, dan

tetanus 31,4% (Manuaba, 2012).

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara mencatat bahwa AKB

pada tahun 2013 sebesar 172 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian

menurun pada tahun 2014 menjadi 152 per 1.000 kelahiran hidup .

Tingginya AKB ini, salah satunya disebabkan oleh asfiksia (Dinkes

Sulawesi Tenggara, 2014).

Data dari di BPM Sakinah , bayi baru lahir dengan asfiksia ringan

pada tahun 2015 adalah sebanyak 3 bayi (17%) dari jumlah total 17

persalinan, dan pada tahun 2016 dari januari-agustus berjumlah 2 bayi

(22%) dari 9 persalinan. Faktor terbesar penyebab kasus asfiksia ini

adalah ketuban pecah dini (KPD), kehamilan lewat waktu postterm, dan

partus lama atau partus macet (Register Persalinan BPM Sakinah 2015-

2016).

Page 14: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

3

Menurut Winkjosastro (2013), bahwa asfiksia adalah keadaan

dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur

segera setelah lahir. Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera

sesudah tali pusat dijepit bayi menangis yang merangsang pernapasan.

Akan tetapi beberapa bayi mengalami depresi saat dilahirkan dengan

menunjukkan gejala tonus otot yang menurun dan mengalami kesulitan

mempertahankan pernafasan yang wajar. Bila proses ini berlangsung

terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.

Bidan sebagai tenaga kesehatan yang sangat erat hubungannya

dengan kesehatan ibu dan bayi harus mampu dan kompeten dalam

melakukan asuhannya, salah satunya adalah penanganan terhadap

asfiksia neonatorum, seperti yang telah tertuang dalam standar asuhan

pelayanan kebidanan ke-24. Dalam melakukan prosedur resusitasi, bidan

harus memperhatikan sejauh mana tindakan yang menjadi

kewenangannya, dalam hal ini bidan dapat melaksanakan penanganan

awal bayi baru lahir dengan asfiksia. Berdasarkan gambaran latar

belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus

mengenai “Manajemen Dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi

Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di BPM Sakinah Kab. Muna tahun

2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang di

atas dan kenyataan yang ditemukan di lapangan, maka penulis

Page 15: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

4

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: “Manajemen Dan

Pendokumentsian Asuhan Kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia

Ringan di BPM Sakinah Kab.Muna tahun 2016?”.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Manajemen Dan Pendokumentasian

Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian dan analisa data pada bayi

Ny’’R’’ di BPM sakinah kab. Muna.

b. Mampu merumuskan diagnosa/masalah aktual pada bayi Ny”R”

di BPM Sakinah Kab.Muna

c. Mampu menentukan dan merumuskan diagnosa/masalah

potensial pada bayi Ny”R” di BPM Sakinah Kab.muna.

d. Mampu melaksanakan identifikasi perlunya tindakan segera

pada bayi Ny”R” di BPM Sakinah Kab.Muna.

e. Mampu menentukan rencana asuhan kebidanan pada bayi

Ny”R” di BPM Sakinah Kab.Muna

f. Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada bayi

Ny”R” di BPM Sakinah Kab.Muna

g. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan pada bayi

Ny”R’ di BPM Sakinah Kab.Muna.

Page 16: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

5

h. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi Ny”R”di

BPM Sakinah Kab.Muna.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan masukan dalam bidang ilmu kesehatan

khususnya tentang bayi baru lahir dengan asfiksia ringan

b. Sebagai bahan masukan bagi penulis lain untuk

mengembangkan studi kasus berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi

mahasiswa kebidanan dalam mengatasi masalah bayi baru

lahir khususnya masalah asfiksia ringan serta dapat

digunakan sebagai bahan bacaan diperpustakaan dan

bahan untuk studi kasus selanjutnya.

b. Bagi Lahan Praktek

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan acuan

informasi untuk meningkatkan asuhan manajemen

kebidanan yang diterapkan klien dalam mengatasi masalah

bayi baru lahir serta memberikan perawatan bayi baru lahir

dengan benar.

Page 17: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

6

c. Bagi Penulis

Sebagai kontribusi pengetahuan dan pengalaman bagi

penulis dalam mengaplikasiakn ilmu yang telah diperoleh

selama mengikuti pendidikan.

Page 18: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Definisi Asfiksia Neonatorum

Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya

gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen

darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan

karbondioksida (hiperkapneu). Dengan demikian organ tubuh

mengalami kekurangan oksigen (hipoksia) dan terjadi kematian.

Secara klinis keadaan asfiksia sering disebut anoksia atau hipoksia

(Handayani, 2012). Sedangkan menurut Walyani (2014), bahwa

asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera

bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan

teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya

mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.

Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau

masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan (Saputra, 2014).

Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat

bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen

dan makin meningkatkan karbondioksida yang menimbulkan akibat

buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2012). Keadaan dimana

tidak hanya segera setelah lahir bayi tidak dapat bernapas secara

Page 19: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

8

spontan dan teratur, melainkan keadaan bayi yang sudah terdekteksi

gawat janin sebelum lahir yang umumnya akan mengalami asfiksi pada

saat dilahirkan (JNPK-KR, 2008).

1. Etiologi dan Faktor Resiko

Hampir sebagian besar asfiksia pada bayi baru lahir merupakan

kelanjutan dari hipoksia janin. Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat

dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin

(Rukiyah dkk, 2013). Hipoksia janin yang dapat menyebaban

asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas serta

transport oksigen dari ibu ke janin sehingga terjadi gangguan dalam

persediaan oksigen dan dalam menghilangkan karbondioksida

(CO2). Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat

kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara

mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan

(Saifuddin, 2010).

Asfiksia neonatorum ini dapat terjadi selama kehamilan, proses

persalinan dan atau periode setelah lahir. Gangguan aliran darah

pada janin ikut berpengaruh terhadap terjadinya asfiksia, karena

janin sangat berpengaruh terhadap plasenta dan tali pusat untuk

mengalirkan oksigen, asupan makanan dan pembuangan produk

sisa yang dibawa keluar masuk oleh darah (Walyani, 2014).

Page 20: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

9

a. Faktor-faktor penyebab asfiksia diantaranya:

1) Faktor ibu

Apabila ibu mengalami hipoksia, maka janin juga akan

mengalami hipoksia yang dapat berkelanjutan menjadi

asfiksia dan komplikasi lainnya (Saputra, 2014).

Faktor-faktor dari ibu yang dapat menyebabkan asfiksia

meliputi :

a) Gizi ibu yang buruk

b) Preeklampsia dan eklampsia

Preeklampsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda

hipertensi, oedema, proteinuria yang timbul karena

kehamilan. Pada preeklampsia terjadi pennurunan

cardiac output akibat vasopasme pembuluh darah

sehingga menyebabkan kerusakan endotel yang

mnegakibatkan gangguan keseimbangan antar adar

hormone, vasokontriktor (endotelin, tromboksan,

angiostensin) dan vasodilatasor (nitritoksida dan

prostasiklin), serta gangguan pada sistem pembekuan

darah. Vasokontriksi yang meluas menyebabkan

hipertensi, bila suplai darah ke plasma berkurang maka

janin akan mengalami hipoksia, yang berakibat gangguan

pertukanan gas oksigen dan karbondioksida sehingga

terjadi asfiksia.

Page 21: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

10

c) Umur ibu < 16 tahun dan atau > 35 tahun

d) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio

plasenta)

e) Partus lama atau partus macet

Persalinan yang berlangsung 12 jam atau lebih tanpa

kelahiran bayi. Ibu mengalami kelelahan, janin dapat

mengalami asfiksia ringan sampai kematian. Penyebab

partus lama antara lain: dispospotion chepalo pelvic

(CPD), malpresentasi atau malposisi, kerja uterus yang

tidak efisien.

f) Demam selama persalinan akibat infeksi berat (malaria,

sifilis, TBC, HIV)

g) Kehamilan lewat waktu (lebih 42 minggu kehamilan)

h) Ketuban pecah dini

2) Faktor tali pusat

a) Lilitan tali pusat

b) Tali pusat pendek

c) Simpul tali pusat

d) Prolapsus tali pusat

3) Faktor Janin

a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, gemelli, dystocia

bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep)

Page 22: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

11

c) Air ketuban bercampur mekonium

d) Berat bayi lahir rendah (BBLR)

e) Pertumbuhan janin terhambat

f) Kelainan kongenital.

2. Patofisiologi Asfiksia

Sebelum lahir paru-paru janin tidak berfungsi sebagai sumber

sirkulasi oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2). Hampir seluruh

darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru-paru karena

pembuluh darah janin berada pada fase kontriksi, sehingga darah

dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu

duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta. Setelah lahir cairan

yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru sehingga

alveoli dapat terisi udara. Hal ini akan mengalirkan oksigen

mengalir ke dalam pembuluh darah di sekitar alveoli (Hidayat,

2008).

Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga

menurunan tahanan pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan

tekanan darah sistemik. Akibat tekanan udara dan peningkatan

kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah akan mengalami relaksasi

sehingga aliran tekanan darah berkurang. Keadaan ini

menyebabkan tekanan pada arteri pulmonaris lebih rendah

dibandingkan tekanan sistemik sehingga aliran darah paru

meningkat sedangkan aliran darah pada duktus arteriosus

Page 23: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

12

menurun. Oksigen yang diabsorpsi oleh pembuluh darah di vena

pulmonaris pada alveoli dan darah yang banyak mengandung

banyak oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian dipompa

ke seluruh tubuh bayi (Hidayat, 2008).

Asfiksia neonatorum dapat terjadi karena kurangnya

kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru,

proses terjadinya asfiksia ini dapat terjadi pada kehamilan,

persalinan atau segera setelah bayi lahir. Gangguan pertukaran

gas terjadi karena penyempitan arteri pulmunal, peningkatan

tahanan pembuluh darah di paru, penurunan aliran darah pada

paru dan lain-lain (Hidayat, 2008).

Asfiksia neonatorum dapat terjadi pada kehamilan dan

sebelum atau selama persalinan, hal ini berkaitan dengan adanya

gangguan aliran darah di plasenta atau tali pusat, yaitu ditandai

dengan adanya deselerasi frekuensi jantung janin. Selain itu,

masalah asfiksia yang terjadi setelah persalinan adalah

berhubungan dengan jalan napas dan atau paru-paru, misalnya

sulit menyingkirkan benda asing seperti mekonium dari alveolus.

Mekonium ini akan menghambat oksigen masuk ke dalam paru-

paru, kemudian mengakibatkan arteriol di paru-paru tetap kontriksi,

sehingga terjadi penurunan aliran darah ke paru-paru dan pasokan

oksigen ke jaringan pun berkurang (Saifuddin, 2009).

Page 24: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

13

3. Klasifikasi Asfiksia Neonatorum

Asfiksia diklasifikasikan berdasarkan penilaian Apparance,

Pulse, Grimance, Activity, dan Respiration (APGAR) menjadi:

a. Asfiksia berat dengan nilai Apgar 0-3

Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian

oksigen terkendali.

b. Asfiksia sedang dengan nilai Apgar 4-6

Memerlukan resusitasi atau pemberian okigen sampai bayi

dapat bernafas normal kembali.

c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai Apgar 7-10

Bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan khusus

(Saifuddin, 2009).

Tabel 2.1Penilaian APGAR

Nilai 0 1 2

Apparance(warna kulit)

Biru ataupucat

Tubuh pucat dankaki, tangan biru

Seluruh tubuhkemerahan

Pulse(Denyutjantung)

Tidakada

<100 >100

Grimace(responrefleks)

Tidakada

Lambat,menangismerintih

Menangis kuat

Activity(tonus otot)

Tidakada

Lemah Aktif

Respiratory(Pernafasan)

Tidakada

Lambat, tidakteratur

Baik, menangis kuat

(Sumber: Saifuddin, “Buku Acuan Nasional Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal”, Tahun 2009).

Page 25: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

14

Table 2.2Interprestasi Nilai APGAR

Nilai APGAR Interprestasi Catatan7-10 Asfiksia Ringan Memerlukan penanganan awal pada

abyi baru lahir4-6 Asfiksia

SedangMemerlukan tindakan medis segeraseperti penghisapan lendir yangmenyumbat jalan napas, ataupemberian oksigen intuk membantubernapas.

0-3 Asfiksia Berat Memerluakan tindakan yang lebihintensif, resusitasi segera

(Sumber: Prawirohardjo, “Buku Acuan Nasional Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal”, Tahun 2009).

Pemantauan nilai APGAR dilakukan pada menit ke-1 dan

menit ke-5, bila nilai APGAR masih kurang dari 7 penilaian

dialnjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai APGAR

berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan

menentukan prognosis.

4. Manifestasi Klinis

Gejala asfiksia yang khas antara lain meliputi bayi tidak

bernafas atau pernafasan megap-megap yang dalam, bayi terlihat

lemas, sianosis, sukar bernafas/tarikan dinding dada ke dalam yang

kuat dan suara merintih (Saifuddin, 2009). Menurut Wahyuningsih

(2008), bahwa asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin

yang menimbulkan tanda-tanda klinis pada janin berupa gawat

janin, tanda-tanda tersebut meliputi:

a. Denyut jantung janin > 100 kali/menit atau < 100 kali/menit,

bunyi jantung tidak teratur.

Page 26: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

15

b. Mekonium dalam air ketuban pada persalinan presentasi kepala

Tanda dan gejala setelah bayi lahir :

a. Tonus otot lemah karena kekurangan oksigen pada otak, otot,

dan organ lain.

b. Apneu, terbagi dua:

1) Apneu primer : pernapasan cepat, denyut nadi menurun dan

tonus otot menurun.

2) Apneu sekunder : apabila apneu berlanjut, bayi akan

menunjukkan pernafasan megap-megap yang dalam, denyut

jantung terus menurun, bayi terlihat lemah (pasif),

pernapasan makin lama makin lemah.

c. Takipneu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorpsi cairan

paru-paru.

d. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan

oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak

e. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot

jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang

kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan.

f. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen di dalam

darah

g. Penurunan kesadaran terhadap stimulus

h. Kejang.

Page 27: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

16

5. Diagnosis

Menurut Manuaba (2012), bahwa diagnosis asfiksia dapat dibuat

sejak proses persalinan karena sebagian besar asfiksia merupakan

kelanjutan dari hipoksia janin, dengan ditemukannya tanda-tanda

gawat janin, antara lain :

a. Denyut jantung janin

Dalam keadaan normal, frekuensi jantung janin adalah antara

120 – 160 kali per menit dengan bunyi jantung regular atau

teratur, selama his frekuensi ini bisa turun dan akan kembali

normal ketika his menghilang. Perlu diwaspadai apabila

frekuensi jantung sampai berada di bawah 120 kali per menit

dan melebihi 160 kali per menit dengan bunyi jantung ireguler

atau tidak beraturan.

b. Mekonium dalam air ketuban

Pada persalinan dengan presentasi kepala keadaan ini

menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus diwaspadai dan

dapat berindikasi untuk mengakhiri persalinan. Berbeda bila

cairan ketuban bercampur dengan mekonium pada kasus

presentasi sungsang, hal ini tidak menimbulkan kewaspadaan.

c. Pemeriksaan pH darah janin yang diambil melalui penyayatan

kecil pada kulit kepala janin dengan menggunaan amnioskop

yang dimasukkan lewat serviks turun sampai kebawah. Apabila

pH turun sampai dibawah 7,3 maka dianggap berbahaya oleh

beberapa penulis

Page 28: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

17

d. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

Menurut Depkes (2008), bahwa pada saat bayi baru lahir dapat

pula dilakukan penilaian awal untuk menentukan apakah bayi lahir

normal atau mengalami kegawatdaruratan. Penilaian ini dilakukan

untuk mengefektifkan waktu mengingat asfiksia terjadi karena

gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen, jika hal ini

berlangsung lebih lama maka akan terjadi asfiksia yang lebih berat

dimana dapat mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi

dapat menyebabkan kematian.

Adapun parameter yang digunakan untuk melakukan penilaian

ini, yaitu:

1) Bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap

2) Kulit bayi pucat (sianosis)

3) Tonus otot lemah.

6. Penatalaksanaan

Bayi baru lahir dalam apneu primer dapat memulai pola

pernapasan, walaupun mungkin tidak teratur dan tidak efektif,

tanpa intervensi khusus. Namun, ada bayi baru lahir dalam apneu

sekunder tidak akan bernapas sendiri. Oleh karena itu diperlukan

tindakan pernapasan buatan berupa pemberian Ventilasi Tekanan

Positif (VTP) dan pemberian oksigen untuk membantu bayi

memulai pernapasan (Saifuddin, 2009).

Penanganan pada asfiksia adalah dengan melakukan tindakan

resusitasi. Pada asuhan persalinan normal, persiapan peralatan

Page 29: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

18

resusitasi merupakan bagian penting baik itu pada keadaan ada

atau tanpa faktor resiko untuk terjadinya asfiksia, mengingat

apabila dalam beberapa menit saja bayi baru lahir tidak segera

bernafas, maka bayi akan mengalami kerusakan otak atau

meninggal (Saputra, 2014).

Menurut Walyani (2015), bahwa pada bayi prematur yaitu bayi

dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu membutuhkan

persiapan khusus karena bayi prematur memiliki paru-paru yang

belum matang, kemungkinan lebih sulit dilakukan ventilasi dan

mudah mengalami kerusakan karena pemberian ventilasi tekanan

positif (VTP) serta memiliki pembuluh darah imatur dalam otak yang

mudah mengalami perdarahan. Selain itu, bayi prematur memiliki

volume darah sedikit yang dapat meningkatkan resiko syok

hipovolemik. Kulit yang tipis serta area permukaan tubuh yang luas

dapat mempercepat kehilangan panas dan rentan terhadap infeksi.

Sehingga diperlukan persiapan sebelum melakukan resusitasi.

Adapun hal-hal yang harus dipersiapkan yaitu:

1) Persiapan keluarga, informasikan kepada keluarga

mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi

pada ibu dan bayi.

2) Persiapan tempat resusitasi, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, yaitu:

Page 30: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

19

a) Gunakan lampu sorot 60 watt dan dengan jarak 60 cm

dari meja resusitasi. Hal ini berguna untuk menjaga agar

bayi tetap hangat.

b) Meja resusitasi sebaiknya datar, rata, cukup keras, bersih

dan kering. Sebaiknya tidak dekat dengan sumber angin

(jendela/pendingin ruangan). Di atas meja resusitasi

sebaiknya sudah disiapkan kain untuk mengganjal bahu

setinggi 3 cm dan gelarkan kain untuk menyelimuti bayi

agar tetap kering dan hangat.

3) Persiapan alat resusitasi

Menurut Saifuddin (2009), bahwa alat-alat yang akan

digunakan untuk melakukan resusitasi sebaiknya dalam

keadaan siap pakai. Di bawah ini beberapa alat yang harus

disiapkan sebelum melakukan pertolongan persalinan, yaitu:

a) Alat penghisap lendir DeLee, bola karet atau suction

b) Alat ventilasi, diantaranya : tabung dan sungkup atau

balon dan sungkup.

c) Kotak alat resusitasi

d) Sarung tangan

e) Jam tangan

Untuk menentukan bahwa bayi membutuhkan resusitasi atau tidak,

dibutuhkan penilaian awal dan harus dipastikan bahwa setiap langkah

Page 31: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

20

dilakukan dengan benar dan efektif sebelum melakukan langkah

selanjutnya.

Pelaksanaan resusitasi mengikuti algoritma resusitasi neonatal.

Berikut ini adalah diagram alur untuk menentukan apakah bayi yang

lahir diperlukan resusitasi atau tidak.

Menurut Saifuddin (2009), bahwa pada pemeriksaan atau penilaian

awal dilakukan dengan menjawab empat pertanyaan:

a. Apakah bayi cukup bulan?

b. Apakah air ketuban tanpa mekonium?

c. Apakah bayi bernapas atau menangis?

d. Apakah tonus otot bayi baik atau kuat?

Bila semua jawaban “ya” maka bayi dapat langsung dimasukkan

dalam prosedur perawatan rutin, yaitu berupa asuhan bayi normal dan

tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi dikeringkan, diletakkan di dada

ibunya dan diselimuti dengan kain linen kering untuk menjaga

kehangatan bayi. Bila terdapat jawaban “tidak” dari salah satu

pertanyaan diatas maka bayi memerlukan satu atau beberapa tindakan

resusitasi berikut ini secara berurutan:

a. Penanganan awal (JAIKAN)

1) Menjaga kehangatan bayi

a) Letakan bayi yang sudah diselimuti kain pernel diatas

kain yang telah digelar di meja resusitasi

Page 32: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

21

b) Jaga bayi tetap diselimuti kain pernel dengan wajah dan

dada terbuka dan dibawah sinar pemancar panas, yaitu

dengan menggunakan lampu 60 watt dengan jarak 60 cm

dari meja resusitasi.

2) Mengatur posisi bayi

a) Baringkan bayi terlentang, dengan kepala bayi di dekat

penolong.

b) Ganjal bahu agar kepala bayi sedikit ekstensi.

3) Isap lendir

Untuk menghisap lendir dapat menggunakan DeLee atau

pun bola karet. Dalam penggunaan kedua alat ini terdapat

sedikit perbedaan.

Menggunakan alat penghisap DeLee:

a) Penghisapan dimulai dari mulut, kemudian ke hidung

b) Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar,

bukan saat memasukan.

c) Jangan lakukan penghisapan lebih dari 5 cm ke dalam

mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung, karena dapat

mengakibatkan denyut jantung bayi melambat, atau

bahkan tiba-tiba berhenti bernafas. Untuk penghisapan di

hidung, tidak boleh melewati cuping hidung.

Page 33: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

22

Menggunakan bola karet penghisap:

a) Tekan terlebih dahulu bola sebelum melakukan

penghisapan ke dalam mulut dan hidung

b) Masukan ujung penghisap ke dalam mulut dan lepaskan

tekanan pada bola, dengan begitu lendir akan terhisap.

c) Kemudian lakukan langkah yang sama ketika akan

melakukan penghisapan ke dalam hidung sampai cuping

hidung dan lepaskan tekanan.

4) Keringkan dan rangsang taktil

a) Keringkan bayi dengan kain pernel kering dari mulai

muka, kepala kemudian bagian tubuh lainnya dengan

sedikit tekanan. Tekanan ini disebut dengan rangsang

taktil, dimana tekanan ini dapat merangsang bayi untuk

bernafas. Selain itu untuk merangsang bayi bernafas bisa

dengan menepuk/menyentil telapak kaki atau menggosok

punggung/ perut/ dada/ tungkai bayi dengan telapak

tangan.

b) Ganti kain yang basah dengan kain pernel yang kering

c) Selimuti bayi, tanpa menutupi muka dan dada, agar bisa

terpantau pernafasannya.

5) Atur kembali posisi kepala bayi

Atur kembali posisi kepala bayi sedikit ekstensi seperti

semula.

Page 34: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

23

6) Lakukan penilaian kembali

Lakukan penilaian kembali, apakah bayi sudah bisa

bernapas normal, megap-megap atau tidak bernafas

a) Jika bayi bernapas normal, maka lakukan asuhan pasca

resusitasi.

b) Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, mulai

lakukan ventilasi bayi.

b. Ventilasi tekanan Positif (VTP)

Langkah-langkah dalam melakukan VTP menurut Saifuddin

(2009), yaitu:

1) Pastikan bayi dalam posisi yang benar.

2) Kecepatan memompa (kecepatan ventilasi) dan tekanan

ventilasi harus sesuai agar VTP efektif. Kecepatan ventilasi

sebaiknya 40-60 kali/menit.

3) Tekanan ventilasi yang dibutuhkan setelah napas pertama

setelah lahir, membutuhkan 30-40 cmH2O. Setelah napas

pertama, membutuhkan 15-20 cmH2O. bayi dengan kondisi

atau penyakit paru-paru yang berkibat turunnya komplikasi,

membutuhkan 20-40 cmH2O. Tekanan ventilasi hanya dapat

diatur apabila mengguanakan balon yang mempunyai

pengukuran tekanan.

4) Observasi gerak dada bayi

Page 35: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

24

Adanya gerakan dada bayi turun naik merupakan bukti

bahwa sungkup terpasang dengan benar dan paru-paru

mengembang.

5) Penilaian suara napas bilateral

Suara didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya

suara napas di kedua paru-paru merupakan indikasi bahwa

bayi mendapat ventilasi yang benar.

c. Kompresi dada

Menurut Walyani (2014), bahwa kompresi dada dilakukan jika

frekuensi denyut jantung kurang dari 60 kali/menit.

Ada dua teknik kompresi dada, yaitu :

1) Menggunakan kedua ibu jari untuk menekan sternum, ibu jari

tagan melingkari dada dan menopang punggung.

2) Ujung jari tengah dan telunjuk/jari manis dari 1 tangan

menekan sternum, tangan lainnya menopang punggung.

Prosedur tindakan:

Mutlak harus ada 2 orang penolong. Penolong pertama

bertugas memberikan ventilasi menggunakan ambu bag,

semenara penolong yang la in bertugas memberikan

penekanan pada jantuung bayi.

Posisikan kedua ibu jari penolong saling bersebelahan di

atas 1/3 bawah sternum, tepat berada di bawah garis

yang ditarik antara kedua puting.

Page 36: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

25

Tekan sternum dengan kedalaman 1/3 diameter

anteroposterior dada dengan frekuensi 90 kali/menit

dielingi ventilasi. Perbandingan kompresi dengan

ventilasi 3:1 atau 3 kali kompresi dan 1 kali ventilasi

setiap dua detik.

Ketika jeda kompresi, jangan pindahkan kedua jari

penolong.

Setelah 30 detik, penolong ahrus menghentikan kompresi

dan mengevaluasi frekuensi jantung selama6 detik.

Apabila frekuensi jantung >60 kal/menit, kompresi

jantung dapat dihentikan namun VTP tetap dilanjutkan

sapai ada pernapasan spontan.

3) Koordinasi VTP dan kompresi dada

Menurut (Prambudi (2013), bahwa:

a) Dalam satu siklus : 3 kompresi + 1 ventilasi (3:1) dalam 2

detik

b) Frekuensi : 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit

(berarti 120 kali dalam satu menit).

c) Untuk memastikan frekuensi kompresi dada dan ventilasi

yang tepat, pelaku kompresi dapat mengucapkan “satu –

dua – tiga – pompa“.

Page 37: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

26

7. Asuhan pasca resusitasi

Menurut Hidayat (2008), bahwa setelah resusitasi berhasil

dilakukan, bayi dapat segera dirawat gabung bersama ibunya dan

tetap mendapatkan perawatan intensif, dengan cara:

a. Hindari kehilangan panas

1) lakukan kontak kulit dengan dada ibu (metode kanguru), dan

selimuti bayi.

2) Letakkan dibawah radiant heater atau dibawah sinar lampu,

jika tersedia

b. Periksa dan hitung napas dalam semenit :

Jika bayi sianosis atau sukar bernapas (frekuensi <30 atau >60

kali permenit, tarikan dinding dada ke dalam atau merintih)

berikan oksigen lewat nasal kanul.

c. Ukur suhu aksila

1) Jika suhu 36oC atau lebih, teruskan metode kanguru dan

mulai pemberian ASI

2) Jika suhu <36oC, lakukan penanganan hipotermi

d. Mendorong ibu mulai menyusui karena bayi yang mendapat

resusitasi cenderung hipoglikemia

1) Jika kekuatan menghisap baik, proses penyembuhan

optimal.

2) Jika menghisap kurang baik, rujuk kekamar bayi atau

ketempat pelayanan yang dituju

Page 38: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

27

e. Lakukan pemantauan yang sering dalam 24 jam pertama. Jika

bayi kembali pada keadaan, rujuk kekamar bayi atau ketempat

pelayanan yang dituju.

B. Tinjauan Teori Tentang Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen

asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara

sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar

menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi

asuhan.

Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan,

dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambiln suatu

keputusan yang berfokus terhadap klien.

Kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan

oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun

1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang

terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik.

Varney menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang

ditemukan oleh perawat dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini

memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan

Page 39: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

28

tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi

klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen kebidanan

ini terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah

disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari pengumpulan data

dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke-tujuh langkah tersebut

membentuk suau kerangka lenkap yang dapat diaplikasikan dalam

situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi

menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini bias berubah sesuai

dengan kebutuhan klien. (Saminem, 2010; h. 39)

2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney

Tahap pengumpulan data dasar (langkah I)

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yag berkaitan dengan kondisi

klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara

Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata,

riwayat menstruasi, riwayat kesehatan , riwayat kehamilan,

persalinan dan nifas, bio- psiko- sioso-spiritual, serta pengetahuan

klien.

a. Identitas

Identitas bayi didapat dari anamnesa yang dilakukan oleh bidan

terhadap orang tua bayi untuk memperoleh informasi tentang

identitas bayi baru lahir, seperti umur bayi, jam kelahiran bayi, jenis

kelamin bayi dan anak keberapa.

Page 40: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

29

b. Riwayat Antenatal

1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data

acuan untuk memprediksi apakah terdapat penyulit pada

kehamilan saat bayi masih dalam kandungan

2) Kesehatan janin dikaji untuk mengetahui kondisi janin saat ini

3) Keluhan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui keluhan

yang pernah dirasakan oleh orang tua bayi saat hamil

4) Frekuensi ANC selama kehamilan trismester 1, 2 dan 3 dikaji

untuk mengetahui seberapa sering orang tua bayi pernah

memeriksakan diri saat hamil

5) Pola nutrisi dikaji untuk mengetahui asupan nutrisi pada orang

tua bayi

6) Perilaku kesehatan dikaji untuk mengetahui apakah orang tua

bayi pernah merokok, mengonsumsi alkohol, obat-obatan atau

jamu selama hamil

c. Riwayat Proses Persalinan

1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan

untuk memprediksi apakah terdapat penyulit saat terjadinya

proses kelahiran bayi.

2) Tempat lahir dikaji untuk mengetahui dimanakah bayi dilahirkan

Page 41: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

30

3) Ditolong oleh dikaji untuk mengetahui siapakah yang menolong

kelahiran bayi

4) Jenis persalinan dikaji untuk mengetahui bagaimana cara bayi

dilahirkan

5) Lama persalinan dikaji untuk mengetahui seberapa lama proses

persalinan

6) Tanggal lahir dikaji untuk mengetahui kapan bayi di

7) Lahirkan dan pukul untuk mengetahui waktu bayi dilahirkan

8) BB dikaji untuk mengetahui berapakah berat badan bayi, PB

dikaji untuk mengetahui berapakah panjang badan bayi dan nilai

apgar digunakan untuk menilai apakah bayi sudah dalam

keadaan normal atau tidak.

9) Jenis kelamin dikaji untuk mengetahui apa jenis kelamin bayi

10) Cacat bawaan dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir dalam

keadaan cacat atau tidak

11) Masa gestasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir cukup

bulan atau tidak

12) Resusitasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah dilakukan

tindakan resusitasi atau tidak

a. Pola Kebutuhan Sehari-hari

Nutrisi dikaji untuk mengetahui apa saja yang diberikan untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Nutrisi yang diberikan pada bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga akan berbeda, sebab

Page 42: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

31

kapsitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus sering

diberikan tiap jam. Perhatikan juga apakah selama pemberian minum

bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut menjadi besar/

kembung (Prawirohardjo,2009)

b. Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah BAK dan

BAB. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kita mengkaji

pola eliminasi, sebab pada bayi BBLR kebutuhan nutrisi yang diberikan

berbeda dengan bayi yang berat badannya normal, oleh sebab itu akan

berpengaruh juga pada frekuensi BAB dan BAK nya setiap harinya.

c. Pola istirahat dikaji untuk mengetahui apakah kebutuhan istirahat bayi

telah terpenuhi atau tidak. Bayi yang mengalami berat badan lahir

rendah (BBLR) memiliki pola tidur yang lebih banyak dari bayi normal,

sebab nutrisi yang dikonsumsi sangat cukup dan memiliki frekuensi

yang ditetapkan setiap jam, sehingga bayi lebih sering tertidur nyenyak

dengan nutrisi yang cukup.

d. Personal hygine dikaji untuk mengetahui bagaimana kebersihan pada

diri bayi. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) personal

hygine juga perlu dikaji sebab kebersihan pada bayi sangat diutamakan

untuk pencegahan infeksi.

Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-

tanda vital, meliputi

Page 43: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

32

a. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).

1) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan cacatan terbaru serat

cacatan sebelumnya). Pemeriksaan fisik

a) Kepala

Bentuk simetris atau tidak, UUB dan UUK datar atau tidak,

keadaan rambut bersih atau tidak, adakah caput succedenum

dan cephal hematome.

b) Wajah

Terdapat odema atau tidak, kebersihan muka simetris atau

tidak dan warna kemerahan atau tidak

c) Mata

Simetris atau tidak, adakah pembengkakan pada kelopak

mata,konjungtiva merah muda atau pucat, sklera putih atau

tidak, adakah bulu mata atau tidak, adakah kotoran mata atau

tidak

d) Hidung

Bentuk, lubang hidung, pernafasan cuping hidung, dan

pengeluaran

e) Mulut

Bentuk bibir, lidah, palatum, reflek rooting

f) Telinga

Simetris atau tidak, lubang telinga, adakah cairan atau tidak

Page 44: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

33

g) Leher

Bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tyroid,

pembesaran kelenjar getah bening, reflek menelan, kepala

bebas berputar

h) Dada

Bentuk dada, pengembangan rongga dada, suara jantung,

suara paru-paru

i) Ketiak

Kebersihan, pembesaran kelenjar limfe

j)Perut

Bentuk simetris atau tidak, adakah bising usus, keadaan tali

pusat, kembung,adakah benjolan, adakah pembesaran hati

k) Punggung

Fleksibilitas tulang punggung, tonjolan tulang punggung,

lipatan bokong

l) Anus

Adakah lubang anus atau tidak

m) Genetalia

Adakah labia mayor dan labia minor, adakah klitoris dan

orifisium uretra

n) Ekstermitas

Pergerakan dan jari-jari tangan dan kaki

Page 45: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

34

o) Neuro

Reflek moro, rooting, glabela, gland, plantar, tonik leher,

menghisap

p) Eliminasi

BAK dan BAB

a. Interpretasi data dasar (langkah II)

Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau

masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang

telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasi

sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani.

Meskipun masalah tidak dapat dartiakn sebagai diagnosis, tetapi tetap

membutuhkan penanganan.

b.Identifikasi diagnosis/ masalah potensial dan antisipasi

penanganannya (langkah III)

Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau

diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat

waspada dan bersiap- siap mencegah diagnosis masalah potensial I

menjadi kenyataan. Langkah ini penting dituntut untuk mampu

menagntisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah

Page 46: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

35

potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan

antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi.

Langhkah ini bersifat antisipasi yang rasional/ logis.

c. Tindakan segera atau kolaborasi (langkah IV)

Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan

konsultassi atau penanganan segera bersama anggota tim kaesehatn

lain dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan

keseimangan proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak

hanya berlangsung seama asuhan primer periodic atau kunjungan

prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan

bidan. Misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

d. Rencana asuhan menyeluruh (langkah V)

Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyuluruh yang

ditentukan berdasarkan langkah- langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelautan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang

telah diidentikasi atau dantispasi atau diantisipasi. Pada langkah ini

informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan

yang menyuluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait,

tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut.

Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan

terjadi berikutnya: apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan

Page 47: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

36

apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait

sosial, ekonomi, kultural, atau psikososial.

e. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman (langkakh

VI)

Pada langkah keenam, rencana asuhan menyuluuh dilakua

denangn efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya

oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya walua bidan tidak melakukan nya sendiri, namun ia

tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya

(misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar

terlaksana)

f. Evaluasi ( langkah VII)

Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang

aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang

menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang

diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan

asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan

kebutuhan akan banuan apkah benar- benar telah terpenuhi

sebagaimana diidentifkasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana

tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam

pelaksanaanya. (Soepardan.2009; h.97)

Page 48: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

37

C. Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan

Metode 4 langkah pendokumentasian disebut SOAP ini dari proses

pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk

pendokumentasian hasil asuhan klien dalam rekaman medis sebagai

catatan perkembanagan I (satu) kemajuan yaitu:

1. Subjektif (S)

Apa yang dikatakan, disampaikan, dikeluhkan oleh klien.

2. Objektif (O)

Apa yang dilihat dan diraba oleh badan saat melakukan

pemeriksaan dan dari hasil pemeriksaan laboratorium.

3. Assesment (A)

Kesimpulan apa yang dibuat berdasarkan data subyektif dan

obyektif sebagai hasil pengembangan keputusan klinik terhadap

klien tersebut.

4. Planning (P)

Apa yang dilakukan berdasrkan hasil kesimpulan dan evaluasi

terhadap keputusan klinik yang diambil atau memenuhi kebutuhan

klien (Saminen,2008).

Page 49: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

38

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis karya tulis ini adalah studi kasus, studi kasus adalah studi yang

dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu

proses yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2005).

Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode

deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama

untuk memaparkaan atau membuat gambaran tentang gambaran

tentang keadaan secara objektif.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus merupakan tempat dimana pengambilan kasus

tersebut akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini,

lokasi studi kasus dilakukan di BPM Sakinah Jl. Agus Salim

Kecamatan Katobu.

C. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk

memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan. Studi kasus ini

dilakukan pada tanggal 3 September – 4 September 2016.

D. Subjek Studi Kasus

Dalam penulisan studi kasus ini subjek merupakan hal atau orang

yang akan dijadikan sebagai pengambilan kasus ((Notoatmodjo,

2005).. subjek studi kasus ini dilakukan pada bayi Ny’’R’’

Page 50: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

39

E. Metode Pengambilan Data

1. Melakukan pengkajian melalui anamnesa untuk mendapatkan data

subjektif, melakukan penilaian awal dan pemeriksaan fisik untuk

mendapatkan data objektif.

2. Melakukan penatalaksanaan penanganan awal pada bayi baru lahir

dengan asfiksia sesuai dengan Standar Operasional Prosedur

(SOP) yang berlaku dimulai dari awal kelahiran bayi hingga 2 jam

pasca penanganan awal dengan panduan job sheet.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah

1. Data primer

Adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulan sendiri oleh

peneliti pada saat berlangsung suatu penelitian (Nursalam,2003).

a. Pemeriksaan fisik

Menurut (Nursalam, 2003) pemeriksaan fisik dipergunakan

untuk mengetahui keadaan fisik pasien sistematis dengan cara

1) Inspeksi

Adalah suatu proses observasi yang dilakukan sistematik

dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran, dan

penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data,

inspeksi pada kasus ini dilakukan secara berurutan mulai

dari kepala sampai kaki dan memriksa conjungtiva, pada

mata ibu nifas dengan anemia sedang kelihatan. Pucat.

Page 51: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

40

2) Palpasai

Palpasi teknik yang menggunakan indra peraba tangan, jari,

adalah suatu istrumen yang sensintif yang digunakan untuk

mengumpulkan data tentang temperature, turgor,bentuk,

kelembapan, vibrasi, dan ukuran. Dalam hal ini palpasi

dilakukan meliputi nadi, temperature dan pengukuran TFU

3) Perkusi

Adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk

membandingkan kiri kana pada setiap permukaan tubuh

dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi yang bertujuan

untuk mengidentifikasi, lokasi, ukuran, bentuk dan

konsistensi jaringan. Pada kasus ini dilakukan perkusi

dengan pemeriksaan reflex patella.

4) Auskultasi

Adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suatu

yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan

stetoskop. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui

tekanan darah pesien yaitu dengan menggunakan

staseskop.

b. Wawancara

Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan

data dimana peneliti mendapatkan keterngan atau pendirian

secara lisan dari seseorang sasaran peneliti (responden) atau

Page 52: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

41

bercakap – cakap berhadapan muka dengan orang tersebut

(face to face) (Notoatmodjo, 2002). Wawancara dilakukan pada

ibu nifas dengan anemia sedang, dan keluarga serta tenaga

kesehatan atau bidan.

c. Observasi

Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati

subjek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang

berhubungan dengan kasus yang diambil. Observasi dapat

berupa pemeriksaan umum, pemeriksaan dan pemeriksaan

penunjang

Pelaksanaan observasi pada ibu nifas dengan anemia sedang

meliputi keadaan umum, tanda – tanda vital, tinggi fundus uteri,

lochea, muka, konjungtiva dan kadar hemoglobin.

2. Data sekunder

Adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan fisik atau

terapi diperoleh dari keterangan keluarga sama lingkungannya,

mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan dalam

kebidanan dan studi (Notoatmodjo, 2012).

a. Studi dokumentasi

Dokumen adalah semua bentuk sumber infoemasi yang

berhubungan dengan dokumen. Dalam studi kasus ini dokumen

merupakan buku catatan ream medic yang didapatkan dari

BPM Sakinah.

Page 53: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

42

b. Studi kepustakaan

Adalah bahan – bahan pustaka yang sangat penting dan

menunjang latar belakang teoritis dari studi penelitian. Pada

kasus ini mengambil sudi kepustakaan dari buku, laporan

penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan sumber terbaru yang

berhubungan dengan anemia sedang.

Alat – alat yang digunakan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain :

1. Alat dan bahan dalam pengambilan data

a. Format pengkajian pada ibu nifas

b. Buku tulis

c. Pulpent

2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi

a. Timbangan berat badan

b. Alat pengukuran tinggi badan

c. Tensimeter

d. Stasteskop

e. Sarung tangan

f. Thermometer

g. Jam tangan

3. Alat untuk pedokumntasian adalah mengguabakan lembar

observasi

Page 54: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

42

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN DAN STUDI KASUS

A. Hasil Pembahasan

Pada bab ini menguraikan tentang bagaimana penerapan

manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan yang dimulai

dari pengumpulan data dasar,identifikasi diagnosa dan masalah

aktual,diagnosa potensial,menilai perlunya tindakan segera,kolaborasi

dan konsultasi,rencana asuhan,pelaksanaan asuhan hingga evaluasi

keefektifan asuhan kebidanan serta pendokumentasian yang

dilakukan.

Berdasarkan karakteristiknya, asfiksia diklasifikasikan menjadi

asfiksia ringan, asfiksia sedang, dan asfiksia berat. Karakteristik ini

dinilai berdasarkan penilaian APGAR, yaitu pada asfiksia ringan

dengan nilai APGAR 7-8, pada pemeriksaan fisik yang dilakukan

didapatkan hasil bayi menangis lemah, warna kulit kemerahan namun

bibir tampak sianosis, tonus otor baik sehingga setelah dilakukan

penanganan awal dapat dilakukan manajemen perawatan bayi

normal. Pada asfiksia ringan didapat nilai APGAR 7-8 dari

pemeriksaan fisik didapatkan hasil frekuensi jantung lebih dari 100

x/menit, tonus otot baik, bayi tampak sianosis, dan reflex iritabilitas

tidak ada. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Saifuddin

(2010).

Page 55: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

43

Setelah bayi menangis spontan setelah dilakukan penanganan awal

maka selanjutnya dilakukan asuhan yaitu pemantauan dan perawatan

tali pusat untuk meyakinkan tidak terjadinya perdarahan tali pusat

kemudian dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) selama satu jam.

Setelah satu jam IMD dilakukan pemberian vitamin K1 1 mg

intramuscular di paha kanan bayi dan memberikan salep mata

antibiotika.

Pelaksanaan Asuhan Pada Bayi Baru Lahir Dengan asfiksia

Ringan pada bayi Ny’’R” di BPM Sakinah Tanggal 5 Septyember 2016

Kabupaten Muna

Pengukuran berat badan bertujuan untuk menilai apakah

pemberian nutrisi dan cairan sudah adekuat, mengidentifikasi masalah

yang masalah yang berhubungan dengan BBLR, memantau

pertumbuhan, serta menghitung dosis obat dan jumlah cairan.

Pengukuran dilakukan dua kali seminggu (kecuali kalau diperlukan

lebih sering) sampai berat badan meningkat pada tiga kali penilaian

berturut-turut dan kemudian dinilai seminggu sekali selama bayi masih

dirawat di rumah sakit. Kenaikan berat badan minimum 15

gr/kgBB/hari selama tiga hari.

Peralatan yang digunakan adalah timbangan dengan ketepatan 5-10

gr yang dibuat khusus untuk menimbang bayi. Alat timbangan harus

Page 56: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

44

ditera sesuai petunjuk,atau lakukan peneraan sekali seminggu atau

setiap kali alat dipindahkan tempatnya jika buku petunjuk tidak ada.

Cara penimbangan adalah : sebelumnya beri alas kain yang bersih di

atas papan timbangan, letakkan bayi dalam keadaan telanjang

dengan hati-hati di atas alas, tunggu sampai bayi tenang untuk

ditimbang, selanjutnya baca skala berat badan sampai 5-10 gr

terdekat. Catat berat badan dan hitung kenaikan/penurunan berat

badan.

B. Tinjauan Teori Tentang Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen

asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara

sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar

menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi

asuhan.

Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan,

keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk

pengambiln suatu keputusan yang berfokus terhadap klien.

Kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan

oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun

Page 57: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

45

1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang

terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik.

Varney menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang

ditemukan oleh perawat dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini

memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan

tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi

klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen kebidanan

ini terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah

disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari pengumpulan

data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke-tujuh langkah tersebut

membentuk suau kerangka lenkap yang dapat diaplikasikan dalam

situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi

menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini bias berubah

sesuai dengan kebutuhan klien. (Saminem, 2010; h. 39)

2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney

Tahap pengumpulan data dasar (langkah I)

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data)

yang akurat dan lengkap dari semua sumber yag berkaitan dengan

kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata,

riwayat menstruasi, riwayat kesehatan , riwayat kehamilan,

persalinan dan nifas, bio- psiko- sioso-spiritual, serta pengetahuan

klien.

Page 58: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

46

a. Identitas

Identitas bayi didapat dari anamnesa yang dilakukan oleh

bidan terhadap orang tua bayi untuk memperoleh informasi

tentang identitas bayi baru lahir, seperti umur bayi, jam kelahiran

bayi, jenis kelamin bayi dan anak keberapa.

b. Riwayat Antenatal

1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data

acuan untuk memprediksi apakah terdapat penyulit pada

kehamilan saat bayi masih dalam kandungan.

2) Kesehatan janin dikaji untuk mengetahui kondisi janin saat ini

3) Keluhan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui

keluhan yang pernah dirasakan oleh orang tua bayi saat

hamil

4) Frekuensi ANC selama kehamilan trismester 1, 2 dan 3 dikaji

untuk mengetahui seberapa sering orang tua bayi pernah

memeriksakan diri saat hamil

5) Pola nutrisi dikaji untuk mengetahui asupan nutrisi pada

orang tua bayi

6) Perilaku kesehatan dikaji untuk mengetahui apakah orang tua

bayi pernah merokok, mengonsumsi alkohol, obat-obatan

atau jamu selama hamil

c. Riwayat Proses Persalinan

Page 59: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

47

1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data

acuan untuk memprediksi apakah terdapat penyulit saat

terjadinya proses kelahiran bayi.

2) Tempat lahir dikaji untuk mengetahui dimanakah bayi

dilahirkan

3) Ditolong oleh dikaji untuk mengetahui siapakah yang

menolong kelahiran bayi

4) Jenis persalinan dikaji untuk mengetahui bagaimana cara

bayi dilahirkan

5) Lama persalinan dikaji untuk mengetahui seberapa lama

proses persalinan

6) Tanggal lahir dikaji untuk mengetahui kapan bayi di

7) Lahirkan dan pukul untuk mengetahui waktu bayi dilahirkan

8) BB dikaji untuk mengetahui berapakah berat badan bayi, PB

dikaji untuk mengetahui berapakah panjang badan bayi dan

nilai apgar digunakan untuk menilai apakah bayi sudah dalam

keadaan normal atau tidak.

9) Jenis kelamin dikaji untuk mengetahui apa jenis kelamin bayi

10) Cacat bawaan dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir

dalam keadaan cacat atau tidak

11) Masa gestasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir

cukup bulan atau tidak

Page 60: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

48

12) Resusitasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah

dilakukan tindakan resusitasi atau tidak

a. Pola Kebutuhan Sehari-hari

Nutrisi dikaji untuk mengetahui apa saja yang diberikan untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Nutrisi yang diberikan pada bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga akan berbeda, sebab

kapsitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus sering

diberikan tiap jam. Perhatikan juga apakah selama pemberian minum

bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut menjadi besar/

kembung (Prawirohardjo,2009)

b. Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah BAK dan

BAB. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kita mengkaji

pola eliminasi, sebab pada bayi BBLR kebutuhan nutrisi yang diberikan

berbeda dengan bayi yang berat badannya normal, oleh sebab itu

akan berpengaruh juga pada frekuensi BAB dan BAK nya setiap

harinya.

c. Pola istirahat dikaji untuk mengetahui apakah kebutuhan istirahat

bayi telah terpenuhi atau tidak. Bayi yang mengalami berat badan lahir

rendah (BBLR) memiliki pola tidur yang lebih banyak dari bayi normal,

sebab nutrisi yang dikonsumsi sangat cukup dan memiliki frekuensi

yang ditetapkan setiap jam, sehingga bayi lebih sering tertidur nyenyak

dengan nutrisi yang cukup.

Page 61: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

49

d. Personal hygine dikaji untuk mengetahui bagaimana kebersihan

pada diri bayi. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

personal hygine juga perlu dikaji sebab kebersihan pada bayi sangat

diutamakan untuk pencegahan infeksi.

Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-

tanda vital, meliputi

a. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).

1) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan cacatan terbaru

serat cacatan sebelumnya). Pemeriksaan fisik

a) Kepala :

Bentuk simetris atau tidak, UUB dan UUK datar atau tidak,

keadaan rambut bersih atau tidak, adakah caput

succedenum dan cephal hematome.

b) Wajah

Terdapat odema atau tidak, kebersihan muka simetris atau

tidak dan warna kemerahan atau tidak

c) Mata

Simetris atau tidak, adakah pembengkakan pada

kelopak mata,konjungtiva merah muda atau pucat, sklera

putih atau tidak, adakah bulu mata atau tidak, adakah

kotoran mata atau tidak

d) Hidung

Page 62: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

50

Bentuk, lubang hidung, pernafasan cuping hidung, dan

pengeluaran

e) Mulut

Bentuk bibir, lidah, palatum, reflek rooting

f) Telinga

Simetris atau tidak, lubang telinga, adakah cairan atau tidak

g) Leher

Bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tyroid,

pembesaran kelenjar getah bening, reflek menelan, kepala

bebas berputar

h) Dada

Bentuk dada, pengembangan rongga dada, suara jantung,

suara paru-paru

i) Ketiak

Kebersihan, pembesaran kelenjar limfe

j) Perut

Bentuk simetris atau tidak, adakah bising usus, keadaan

tali pusat, kembung,adakah benjolan, adakah pembesaran

hati

k) Punggung

Fleksibilitas tulang punggung, tonjolan tulang punggung,

lipatan bokong

Page 63: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

51

l) Anus

Adakah lubang anus atau tidak

m) Genetalia

Adakah labia mayor dan labia minor, adakah klitoris dan

orifisium uretra

n) Ekstermitas

Pergerakan dan jari-jari tangan dan kaki

o) Neuro

Reflek moro, rooting, glabela, gland, plantar, tonik leher,

menghisap

p) Eliminasi

BAK dan BAB

a. Interpretasi data dasar (langkah II)

Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis

atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data

yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasi

sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik

rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani.

Meskipun masalah tidak dapat dartiakn sebagai diagnosis, tetapi tetap

membutuhkan penanganan.

b. Identifikasi diagnosis/ masalah potensial dan antisipasi

penanganannya (langkah III)

Page 64: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

52

Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau

diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-

siap mencegah diagnosis masalah potensial I menjadi kenyataan.

Langkah ini penting dituntut untuk mampu menagntisipasi masalah

potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan

terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau

diagnosis tersebut tidak terjadi. Langhkah ini bersifat antisipasi yang

rasional/ logis.

c. Tindakan segera atau kolaborasi (langkah IV)

Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan

konsultassi atau penanganan segera bersama anggota tim kaesehatn

lain dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan

keseimangan proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak

hanya berlangsung seama asuhan primer periodic atau kunjungan

prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan

bidan. Misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

d. Rencana asuhan menyeluruh (langkah V)

Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyuluruh yang

ditentukan berdasarkan langkah- langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelautan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang

telah diidentikasi atau dantispasi atau diantisipasi. Pada langkah ini

Page 65: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

53

informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan

yang menyuluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait,

tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut.

Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan

terjadi berikutnya: apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan

apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait

sosial, ekonomi, kultural, atau psikososial.

e. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman (langkakh VI)

Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakua

dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya

oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya walau bidan tidak melakukan nya sendiri, namun ia

tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya

(misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar

terlaksana)

f. Evaluasi ( langkah VII)

Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang

aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang

menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang

diberikan.

Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan

yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan

Page 66: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

54

akan banuan apkah benar- benar telah terpenuhi sebagaimana

diidentifkasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya.

(Soepardan.2009; h.97)

2.Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan

Metode 4 langkah pendokumentasian disebut SOAP ini dari proses

pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk

pendokumentasian hasil asuhan klien dalam rekaman medis sebagai

catatan perkembanagan I (satu) kemajuan yaitu:

1. Subjektif (S)

Apa yang dikatakan, disampaikan, dikeluhkan oleh klien.

2. Objektif (O)

Apa yang dilihat dan diraba oleh badan saat melakukan

pemeriksaan dan dari hasil pemeriksaan laboratorium.

3. Assesment (A)

Kesimpulan apa yang dibuat berdasarkan data subyektif dan

obyektif sebagai hasil pengembangan keputusan klinik terhadap

klien tersebut.

4. Planning (P)

Apa yang dilakukan berdasrkan hasil kesimpulan dan evaluasi

terhadap keputusan klinik yang diambil atau memenuhi kebutuhan

klien (Saminen,2008).

Page 67: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

55

C.Studi Kasus

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY “ R” UMUR 1

HARI DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI BPM SAKINAH

TANGGAL 5 – 09 – 2016

No Register : 050916

Tanggal Masuk : 3 September 2016, jam 05.00

Tanggal Pengkajian : 04 September 2016, jam 09.10

Nama Pengkaji : Jayanti Sakti

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. IDENTITAS BAYI

Nama : bayi ny R

Umur : 1 hari

Tanggal/ jam lahir : 4 - 09 – 2016 , 10.05 wita

Berat badan : 3500 gram

Jenis kelamin : laki-laki

Anak : 7 ( tujuh )

B. IDENTITAS AYAH / IBU

Nama ayah / ibu ; TN “ H”/ ny “ R”

Umur ayah/ ibu : 42 thn / 38 thn

Suku ayah / ibu :makasar / maros

Page 68: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

56

Agama ayah/ ibu :islam / islam

Pendidikan ayah / ibu : SI / SI

Pekerjaan ayah / ibu : PNS / IRT

Alamat : Jln LR.Cendana

C. KELUHAN BAYI

Bayi mengalami susah bernafas

D. DATA BIOLOGIS/ PSIKOLOGIS

1. Riwayat obstetric ibu

- Riwayat kehamilan : GVIIPVIAO

- Permulaan kehamilan : HPHT 22 – 11 – 2015, TP 29 –

08 – 2016

- Pemeriksaan kehamilan : 4 kali selama kehamilan di BPM

Sakinah

- Imunisasi TT pada umur kehamilan 32 minggu TT1 di BPM

Sakinah

- Ibu tidak mengalami gangguan kesehatan yang berat, hanya

ketidaknyamanan yang fisiologis.

- Pegobatan : tidak mengkonsumsi Fe, kalak,

selam kehamilan

- Obat/ jamu yang diminum : tidak ada

Page 69: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

57

2. Riwayat persalinan

Bayi lahir tanggal 04 – 09 – 2016, jam 10 . 05 wita, secara

spontan, bayi tidak menangis spontan dengan presentasi

belakang kepala, BBL : 3500 gram, PB : 50 cm

Apgar scour : 7/8

TANDA 0 1 2JUMLAH

NILAI

Menit I

Frekwensi

jantung

Usaha

bernapas

Tonus otot

Refleks

Warna

Tidak ada

Tidak ada

Lumpuh

Tak

bereaksi

Bru/ pucat

< 100

Lambat,

Tidak

teratur

Ext. Fleksi

sedikit

Gerakan

aktif

Tubuh

kemerah

an,

tangan

dan

kakai

biru

> 100

Menangis

kuat

Gerakan

aktif

Menangis

Kemerahan

1

2

2

1

1

Menit II Frekwensi Tidak ada < 100 > 100 1

Page 70: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

58

jantung

Usaha

bernapas

Tonus otot

Refleks

Warna

Tidak ada

Lumpuh

Tidak

bereaksi

Biru/ Pucat

Lambat,

Tidak

teratur

Ext. Fleksi

sedikit

Gerakan

aktif

Tubuh

kemerah

an,

tangan

dan kaki

biru

Menangis

kuat

Gerakan

aktif

Menangis

Kemerahan

1

2

2

2

a. Partus di BPM Sakinah

b. Ditolong oleh bidan dan mahasiswa

c. Tidak ada penyulit

d. Keadaan bayi saat lahir

- Jenis kelamin laki – laki

- Bayi lahir tanggal 04 – 09 – 2016

- Usia kehamilan 40 minggu 2 hari

- Ada tanda asfiksia ringan

- Plasenta lengkap

Page 71: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

59

E. KEADAAN BAYI

1. Keadaan umum bayi kurang baik

2. Pengeluaran meconium (+)

3. BAK (+), BAB (+)

4. Riwayat pemantauan kebutuhan dasar.

a. Nutrisi

- Jenis : susu formula

- Frekwensi : sering diberikan tiap bayi

menangis atau bangun/ sesuai kebutuhan

- Cara pemberian : botol susu

- Kemampuan mengisap kurang baik

- Keadaan bayi baik.

b. Eliminasi

- Kebiasaan BAK : baik dan lancar

- Frekwensi BAK : 4 – 6 kali/hari

- Warna / bau : kuning muda / amoniak

- Loyer diganti : setiap kali BAK

BAB

- Kebiasaan : baik

- Frekwensi : 2 x / hari

- Warna/ konstitensi : coklat kehitaman / lunak

- Loyer diganti : setiap BAB

Page 72: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

60

c. Mandi

1. Kebiasaan 1 kali // hari

2. Rambut bayi tampak bersih

3. Mata tampak bersih

4. Hidung dan telinga tampak bersih

5. Kuku tangan dan kaki agak panjang lembut dan bersih

6. Genitalia dan anus bersih

7. Pakaaian diganti tiap kali basah dan habis mandi

d. Tidur

1. Bayi sering tidur dan terbangun karena haus, lapar, dan

celananya basah

2. Waktu tidur bayi biasanya pada pagi hari dan siang hari,

sedangkan malam hari bayi sering terbangun.

F. DATA PSIKOSOSIAL

1. Pola emosional bayi

a. Bayi menangis jika lapar dan celananya basah

b. Bayi gelisah pada saat tidur bila haus.

2. Pola emosional orang tua

a. Orang tua sangat senang atas kelahiran bayinya.

b. Orang tua terharap agar bayinya dapat tumbuh kembang

dengan baik.

Page 73: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

61

G. PEMERIKSAAN UMUM

1. Keadaan umum bayi baik

2. BBL : 3.500 gram

3. PB : 50 cm

4. Tonus otot : aktif

Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital

1. Pernafasan : 35 kali/menit

Normal : 40 – 60 kali / menit

2. Nadi : 120 kali / menit

Normal : 100 – 160 kali / menit

3. Suhu : 36,50 C

Normal : 36,5 – 370 C

H. PEMERIKSAAN FISIK

1. Kepala / wajah

o Rambut : hitam

o Sutura : Nampak terbentuk dan teraba jelas

o Ubun – ubun :tampak, teraba lembek

o Muka : tidak pucat

o Rambut hitam, tipis dan lurus, ubun-ubun teraba lembek,

sutura teraba jelas, tidak ada tanda-tandacaput.

2. Mata

- Simetris kiri dan kanan

- Mata tampak bersih

Page 74: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

62

- Konjungtiva merah muda

- Sklera tidak ikterus

- Simetris kiri dan kanan, konjungtif merah muda, tidak ada

strabismus dan tampak bersih

3. Hidung

- Simetris kiri dan kanan

- Hidung tampak bersih

- Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret pada hidung, hidung

tampak bersih

4. Telinga

- Simetris kiri dan kanan

- Telinga nampak bersih

- Tidak ada kalainan pada telinga

- Letak telinga normal, telinga bersih, tidak secret

5. Mulut / bibir

- Bibir lembab agak pucat

- Reflex mengisap tidak ada

6. Leher

- Tidak ada kelainan

- Tonus otot leher baik

- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada

Page 75: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

63

7. Dada

- Simetris kiri dan kanan

- Mengembang simetris bersamaan dengan respirasi

- Pergerakan dada mengikuti gerak napas, tidak ada penonjolan

tulang dada

8. Perut

- Tidak ada benjolan pada perut

- Tali pusat masih basah

- Tali pusat terbungkus kassa steril

- Keadaan tali pusat masih basah dan dibungkus dengan kain

kasa ( belum puput ) tali pusat tidak basah, tidak ada

pembengkakan disekitar tali pusat

9. Pinggul

Tidak ada fraktur dan penonjolan dan tidak ada kelainan

10. Punggung dan bokong

- Tidak ada kelainan

- Tampak adanya lipatan pada bokong

- Tidak ada fraktur dan penonjolan dan tidak ada kelainan

11. Genitalia

- Kebersihan baik

- Tidak ada kelainan pada genitallia

- Keadaan uretra normal, keadaan skrotum normal dan testis

dua / lengkap

Page 76: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

64

12. Kulit

- Warna kulit kemerahan, tidak ada tanda- tanda ikterus, turgor

kulit baik dan sianosis

- Tidak ada rambut lanugo

13. Anus

- Lubang anus ada

- Anus bersih

- Tidak ada kelainan pada anus

14.Ekstremitas

- Tangan : - Simertis kiri dan kanan

- Pergerakan baik

- Jari – jari tangan lengkap

- Refleks moro dan menggenggam baik

- Kaki : - Simetris kiri dan kanan

- Pergerakan baik

- Tidak ada kelainan

- Jari – jari kaki lengkap

- Refleks babinsky baik

I.PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI

- Sub.oxipito-bregmatika : 32 cm

- Sirk.Fronto Oksipitalis : 34 cm

- Sirk.Mento Oksipitalis : 35 cm

- Lingkar dada : 32 cm

Page 77: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

65

- Lingkar perut : 30 cm

- Lingkar lengan atas : 9 cm

MENILAI SISTIM REFLEKS

1. Refleks genggam : bayi bereaksi terhadap sentuhan pada

tangannya sehingga bereaksi untuk menggenggam

2. Refleks morro : bayi bereaksi terhadap tepukan tangan

3. Refleks rooting : bayi tidak bereaksi terhadap sentuhan

pada bibirnya

4. Refleks sucking : bayi tidak mengisap dengan baik

5. Refleks swallowing : bayi tidak menelan dengan baik saat

disusui

6. Refleks babinsky : bayi bereaksi terhadap sentuhan pada

telapak kaki sehingga telapak kaki bayi melengkung atau

membentuk huruf C

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tidak dilakukan

LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL

Diagnosa : Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan

asfiksia ringan

1. Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan

Dasar :

Data subjektif :

Page 78: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

66

a. HPHT :22-11-2015

b. Bayi lahir tanggal 04 – 09 – 2016, jam 10.05 Wita

Data objektif

a. TP :29-08-2016

b. Umur kehamilan 41 minggu

c. Tidak terdapat rambut lanugo

Analisis dan interpertasi

Cukup bulan (term infant) jika masa gestasi259 sampai 294 hari(37-42

minggu) (Marmi, 2012 : 04).

2. Asfiksia ringan

Dasar :

Data objektif :

a. Keadaan umum bayi lemah

b. Menangis : lemah

c. Bibir tampak sianosis /kebiruan

d. Pergerakan/tonus otot : baik

e. APGAR : 7/8

Analisis dan interpertasi

1) Asfiksia adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada

saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan

hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Saputra, 2014)

2) Pada asfiksia sedang tanda dan gejala yang sering muncul adalah

sebagai berikut : takipnea dengan napas lebih dari 60 kali/menit,

Page 79: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

67

bayi tampak sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi merintih

(grunting), adanya pernafasan cuping hidung dan bayi kurang

aktifitas (Dewi, 2010).

LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Potensial terjadinya asfiksia sedang dan hipotermi

1. Asfiksia sedang

Dasar :

Data Subjektif : -

Data Objektif :

a. APGAR skor 7/8

b. Terdapat lender dan cairan dalam hidung dan mulut.

c. Bayi lahir tidak langsung menangis

Analisa dan interprestasi

1) Adanya lender yang banyak pada saluran nafas (mulut dan

hidung)dapt menghambat jalan nafas sehingga proses resporasi

terganggu dan menimbulkan asfiksia sedang dan tanpa

pertolongan yang lebih lanjut akan berpotensi terjadi asfiksia berat

(Viona, 2012).

2) Asfiksia sedang adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat

bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan

oksigen dan makin meningkatkan karbondioksida yang

Page 80: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

68

menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut ditandai

dengan Apgar Score <7 (Manuaba, 2012)

2. Potensial terjadi hipotermi

Dasar :

Data Subjektif : -

Data Objektif :

a. Tubuh bayi masih basah oleh lender dan cairan ketuban

b. Suhu 36,5 0C.

c. Bibir tampak kebiruan/sianosis

Analisa dan interprestasi

Hipotermi adalah bayi dengan suhu dibawah normal, dimana suhu

normal pada bayi adalah 36,5 0C – 37,50C. gejala awal hipotermi

apabila suhu < 36,5 0C atau kedua kai dan tangan teraba dingin

(Marmi, 2013).

LANGKAH IV PERLUNYA TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI

Tindakan segera untuk penanganan awal bayi asfiksia ringan adalah

menjaga kehangatan, atur posisi, isap lender, melakukan rangsangan

taktil, keringkan, atur kembali posisi dan nilai bayi.

LANGKAH V RENCANA ASUHAN

Tujuan :

1. Asfiksia pada bayi teratasi

Page 81: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

69

2. Bayi dalam keadaan baik

3. Tidak ada hipotermi

Kriteria keberhasilan:

1. Asfiksia teratasi ditandai dengan bayi menangis kuat, pernafasan

lancer dan teratur, seluruh tubuh kemerahan, pergerakan aktif

2. Bayi dalam keadaan baik yang ditandai dengan keadaan umum bayi

baik, tanda – tanda vital dalam batas normal yaitu :

Nadi : 120 - 160 kali/menit

Pernafasan : 40 – 60 kali/menit

Suhu : 36,5 0C – 37,50C

3. Kehangatan tubuh bayi terjaga

Rencana tindakan

1. Beritahu ibu/keluarga hasil pemeriksaan

Rasional : agar keluarga kooperatif atau member dukungan dengan

tindakan yang akan dilakukan selanjutnya

2. Penanganan awal bayi asfiksia (JAIKAN) :

a. Jaga kehangatan bayi letakan bayi dibawah lampu

Rasional : agar bayi tidak kehilangan pasans dan tidak terjadi

hipotermi

b. Atur posisi kepala

Rasional : untuk membantu mencegah fleksi leher, penyumbatan

jalan nafas, dan untuk membuka jalan nafas agar pernafasan bayi

lancer dan teratur

Page 82: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

70

c. Isap lender

Rasional : membebaskan saluran nafas dari sumbatan lender

sehingga bayi dapt bernafas secara normal.

d. Keringkan dan berikan rangsangan

Rasional : upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai

reflex protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi

juga merupakan tindakan stimulasi. Hal ini biasanya cukup untuk

merangsang terjadinya pernafasan spontan.

e. Atur kembali posisi kepala

Rasional : untuk memudahkan membungkus bayi dan menilai

kembali pernafasan bayi.

f. Lakukan penilaian

Rasional : untuk menilai kembali bayi apakah asfiksia telah teratasi

atau belum.

3. Penanganan lanjutan :

a. Bungkus tali pusat

Rasional : mengurangi terjadinya infeksi pada neonatorium

b. Berikan suntikan vitamin K 1 mg

Rasional : mencegah pendarahan pada otak akibat defisiensi

vitamin K

c. Berikan salep mata oxytetracylline 1%

Rasional : mencegah terjadinya konjutivitis pada bayi

d. Timbang berat badan bayi

Page 83: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

71

Rasional : erat badan bayi sebagai indicator perkembangan bayi

dan merupakan pedoman pemberian nutrisi selanjutnya.

LANGKAH VI IMPLEMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

Tanggal 04 – 09– 2016 Jam 09.10 Wita

1. Memberitahu ibu/keluarga hasil pemeriksaan, dimana bayi tidak

segera menangis dan keadaan umum bayi lemah, keluarga tenang

dan mempercayakan sepenuhnya pada bidan.

2. Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN) :

a. Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan

bayi terbungkur kain bersih, hangat dan kering.

b. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ektensi, posisi kepala bayi

sedkit ekstensi dengan ganjalan sarung setinggi ± 5 cm pada bayi.

c. Mengisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam rongga

mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam hidung, lender telah

dibersihkan.

d. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil

dengan menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok

punggung bayi, dan bayi pun telah dikeringkan dan diberikan

wangsangan taktil.

e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan

yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung

Page 84: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

72

bersih, hangat dan kering, sarung telah diganti dan posisi kepala

kembali normal.

f. Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernafasan, warna

kulit, dan laju jantungbayi, bayi masih menagis lemah, tonus otot

baik, pernafasan baik, tubuh kemerahan, dan ekstermitas kebiruan,

laju jantung 120 kali/menit

3. Penanganan lanjutan :

a. Membungkus tali pusat , tali pusat telah terbungkus dengan kasa

stril

b. Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc secara Intraa

Muskuler (IM) pada 1/3 paha kiri bayi, bayi telah mendapatkan

suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc.

c. Memberikan salep mata oxytetracylline 1% pda mata kiri dan kanan

bayi, mata bayi telah diberikan salep mata

d. Menimbang berat badan bayi, berat badan bayi 3500 gram

LANGKAH VII. EVALUASI

Tanggal 04 – 09 – 2016 Jam 09.10 Wita

1. Kondisi bayi dalam kedaan baik dan tanda – tanda vital bayi normal.

Denyut jantung : 120 x / menit

Pernafasan : 46 x / menit

Suhu : 36.5 0C

Page 85: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

73

2. Bayi didekatkan pada ibunya untuk disusui dengan tetap menjaga

kehangatan bayi

3. Bayi dapat mengisap dengan baik

4. Tidak ada tanda-tanda asfiksia

Page 86: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

74

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

PADA NY “ R” UMUR 1 HARI DENGAN ASFIKSIA RINGAN

DI BPM SAKINAH KABUPATEN MUNA

TANGGAL 05 – 09 – 2016

No Register : 050916

Tanggal Masuk : 3 September 2016, jam 05.00

Tanggal Pengkajian : 04 September 2016, jam 09.10

Nama Pengkaji : Jayanti Sakti

A. IDENTITAS BAYI

Nama : bayi ny R

Umur : 1 hari

Tanggal/ jam lahir : 4 - 09 – 2016 , 10.05 wita

Berat badan : 3500 gram

Jenis kelamin : laki-laki

Anak : 7 ( tujuh )

B. IDENTITAS AYAH / IBU

Nama ayah / ibu ; TN “ H”/ ny “ R”

Umur ayah/ ibu : 42 thn / 38 thn

Suku ayah / ibu :makasar / maros

Agama ayah/ ibu :islam / islam

Pendidikan ayah / ibu : SI / SI

Pekerjaan ayah / ibu : PNS / IRT

Alamat : Jln LR.Cendana

Page 87: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

75

SUBJEKTIF ( S )

1. Ibu mnagatakn bayi lahir tanggal 04 – 09 – 2016

2. Ibu mengatakan umur kehamilan cukup bulan

3. Ibu mengtakan haid terakhir 22 – 11 – 2016

4. Ibu mengatakan selam hamil mengkinsumsi obat – obatan yang

diberikan oleh bidan

OBJEKTIF ( O )

1. TP :29-08-2016

2. Umur kehamilan 41 minggu

3. Keadaan umum bayi kurang baik

4. BBL : 3500 gram

5. PB : 50 cm

6. Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital

Pernafasan : 35 kali/menit

4. Nadi : 120 kali / menit

5. Suhu : 36,50 C

7. Pemeriksaan fisik ada kelainan

Warna bibir tampak sianosis/kebiruan, bayi menangis lemah

ASSESMENT (A)

Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan asfiksia

ringan

Page 88: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

76

Potensial terjadinya asfiksia sedang dan hipotermi.

Tindakan segera untuk penanganan awal bayi asfiksia ringan adalah

menjaga kehangatan, atur posisi, isap lender, melakukan rangsangan

taktil, keringkan, atur kembali posisi dan nilai bayi.

PLANNING (P)

Tanggal 05 – 09– 2016 Jam 09.10 Wita

1. Memberitahu ibu/keluarga hasil pemeriksaan, dimana bayi tidak

segera menangis dan keadaan umum bayi lemah, keluarga tenang

dan mempercayakan sepenuhnya pada bidan.

2. Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN) :

a. Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan

bayi terbungkur kain bersih, hangat dan kering.

b. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ektensi, posisi kepala bayi

sedkit ekstensi dengan ganjalan sarung setinggi ± 5 cm pada bayi.

c. Mengisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam rongga

mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam hidung, lender telah

dibersihkan.

d. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil

dengan menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok

punggung bayi, dan bayi pun telah dikeringkan dan diberikan

wangsangan taktil.

Page 89: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

77

e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan

yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung

bersih, hangat dan kering, sarung telah diganti dan posisi kepala

kembali normal.

f. Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernafasan, warna

kulit, dan laju jantungbayi, bayi masih menagis lemah, tonus otot

baik, pernafasan baik, tubuh kemerahan, dan ekstermitas kebiruan,

laju jantung 120 kali/menit

Penanganan lanjutan :

a. Membungkus tali pusat , tali pusat telah terbungkus dengan kasa

stril

b. Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc secara Intraa

Muskuler (IM) pada 1/3 paha kiri bayi, bayi telah mendapatkan

suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc.

c. Memberikan salep mata oxytetracylline 1% pda mata kiri dan kanan

bayi, mata bayi telah diberikan salep mata

d. Menimbang berat badan bayi, berat badan bayi 3500 gram

Evaluasi (E)

Tanggal 04 – 09 – 2016 Jam 09.10 Wita

1. Kondisi bayi dalam kedaan baik dan tanda – tanda vital bayi normal.

Denyut jantung : 120 x / menit

Pernafasan : 46 x / menit

Suhu : 36.5 0C

Page 90: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

78

2. Bayi didekatkan pada ibunya untuk disusui dengan tetap menjaga

kehangatan bayi

3. Bayi dapat mengisap dengan baik

4. Tidak ada tanda-tanda asfiksia

Page 91: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

79

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mempelajari teori-teori dan pengalaman langsung dari

lahan praktek melalui Karya Tulis Ilmiah pada By. “R” Umur 1 Hari

Dengan Asfiksia Ringan Di BPM Sakinah tanggal 05 September 2016

maka penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Pengumpukan data dasar dengan cara melakukan anamnesa dan

pemeriksaan fisik telah dilakukan didapatkan bayi ny R, umur 1 hari

lahir tanggal 4 - 09 – 2016 , 10.05 wita, gram , Jenis kelamin laki-laki,

bayi tidak menangis spontan dengan presentasi belakang kepala, BBL

: 3500 gram, PB : 50 cm, Apgar scour : 7/8

2. Hasil identifikasi diagnosa dan masalah aktual pada Bayi Ny “R”

Diagnosa : Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan

dengan asfiksia ringan

3. Dari hasil identifikasi diagnosa/masalah potensial terjadinya asfiksia

sedang dan hipotermi. Tindakan segera untuk penanganan awal bayi

asfiksia ringan adalah menjaga kehangatan, atur posisi, isap lender,

melakukan rangsangan taktil, keringkan, atur kembali posisi dan nilai

bayi.

4. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada Ny Bayi Ny.“R” Kondisi bayi

dalam kedaan baik dan tanda – tanda vital bayi normal, bayi

didekatkan pada ibunya untuk disusui dengan tetap menjaga

Page 92: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

kehangatan bayi, bayi dapat mengisap dengan baik, dan tidak ada

tanda-tanda asfiksia

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat mengemukan

beberapa saran antara lain :

1. Diharapkan bagi profesi bidan dapat mengetahui penatalaksanaan

asfiksia, memberikan asuhan yang sesuai dan apabila menemukan

masalah/komplikasi dapat segera mengambil keputusan klinik dalam

penanganannya.

2. Diharapkan klien (ibu bersalin) dapat segera memeriksakan diri bila

menemukan atau merasakan kelainan-kelainan pada dirinya dan

persalinannya agar dapat dipantau dan ditangani seefisien mungkin.

3. Diharapkan setiap institusi pendidikan kebidanan dapat meningkatkan

dan mengembangkan metode pelaksanaan manajemen asuhan

kebidanan dalam memecahkan masalah. Mengingat metode tersebut

sangat bermanfaat dalam membina petugas kesehatan guna

menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan profesional

4. Diharapkan dapat menjadi tambahan pengalaman yang berharga bagi

penulis untuk memperluas dan menambah wawasan dalam asuhan

kebidanan.

5. Diharapkan dapat menjadi tambahan dan informasi untuk bidan di

BPS Sakinah sehingga dapat memberikan ilmu untuk mahasiswa.

Page 93: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

DAFTAR PUSTAKA

Asri, D. (2010) Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta:Nuha Medika.

Handayani, D. (2012) Perawatan Bayi Baru Lahir. Jakarta:Aspirasi

Pemuda.

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Pengantar ilmu keperawatan 1. Jakarta:

Salemba Medika.

JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2012. Buku Ajar Obstetri Patologi Untuk

Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.

Rizema Putra, S. (2012) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:D-

Medika.

Rukiyah dan Lia. 2013. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta:

TIM.

Saifuddin, AB. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Saputra, L. (2014) Catatan Ringkas Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.

Tangerang:Binarupa Aksara.

Sunarsih. 2012. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba

Medika

Page 94: Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

Siwi Walyani, E. (2015) Konsep dan Asuhan Kebidanan Maternal dan

Neonatal. Yogyakarta:Pustaka Baru.

Wahyuningsih, E. (2008) Pengkajian Pediatric : Seri Pedoman Praktis,

Ed.4. Jakarta:EGC.

Walyani dan Purwoastuti. 2014. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan

Maternal & Neonatal. Yogyakarta: Pustakabarupress.