· web viewd. pengadilan agama raha gambaran umum peta wilayah hukum pengadilan agama raha

21
200 8 YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI D. PENGADILAN AGAMA RAHA 1. Gambaran Umum a. Peta Wilayah Hukum Pengadilan Agama Raha Peta Wilayah Hukum PA Raha b. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Raha Pengadilan Agama Raha dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Agama tentang pembentukan Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah / Kerapatan Qadhi yang merupakan tindak Halaman | 71

Upload: lamnhu

Post on 05-Apr-2018

242 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

D. PENGADILAN AGAMA RAHA1. Gambaran Umum

a. Peta Wilayah Hukum Pengadilan Agama Raha

Peta Wilayah Hukum PA Raha

b. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Raha

Pengadilan Agama Raha dibentuk berdasarkan Keputusan

Menteri Agama tentang pembentukan Pengadilan Agama /

Mahkamah Syariah / Kerapatan Qadhi yang merupakan tindak

lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 1957

tentang pembentukan Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah di

luar Jawa dan Madura dan sebagian di Kalimantan Selatan.

Halaman | 71

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

c. Sejarah Pembentukan Kabupaten Muna

Kabupaten Muna di bentuk melalui fase – fase (tahapan

pemerintahan) sebagai berikut :

FASE I ( PERTAMA ) PEMERINTAHAN SWAPRAJA.Pemerintahan Muna pada fase ini berstatus Swapraja,

dengan Raja yang terakhir bapak La Ode Pandu yang

dilantik oleh pemangku adat menjadi Raja Muna tanggal 24

pebruari 1947 di kota Wuna.

Pada fase ini tidak dapat dilepaskan dengan perjuangan

proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, dan dilakukan

secara cerdik oleh tokoh – tokoh dan rakyat pejuang

daerah Muna baik perorangan maupun organisasi perjuangan

antara lain Batalion Sadar ( Serikat Djasa Rahasia ),

barisan 20 dan lain – lain yang dipimpin oleh tokoh –

tokoh antara lain :

- La Ode Muh. Idrus Efendi dengan nama samaran Sitti

Goldaria

- La Ode Enda Anwar dengan nama samaran Soneangka

- La Ode Taeda Ahmad

- Halim Toboeloe.S

FASE II ( KEDUA ) PEMERINTAHAN KEWEDANAN Pada fase ini dengan dibubarkannya daerah Afdeling Buton

dan Laiwoi berdasarkan surat keputusan Gubernur Sulawesi

Selatan Tenggara nomor 18 tahun 1951 tanggal 20 okteber

1951, hal mana berdasarkan peraturan pemerintah nomor 34

tahun 1952 tentang pembentukan 7 (tujuh) daerah

administratif Sulawesi Tenggara, Pemerintahan Muna

beralih status menjadi kewedanan,bersama - sama dengan

kewedanan Buton, Kendari dan Kolaka.

Masing - masing Kewedanaan dipimpin oleh seorang KPN

(Kepala Pemerintahan Negeri ) dan dalam sejarahnya

kewedanaan Muna dipimpin oleh :

Halaman | 72

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

1. Abdul Razak

2. Ngitung

3. Andi Pawilloi

4. H. Lethe

5. H. Supphu Yusuf

6. Andi Jamuddin

7. F. Latana.

FASE III ( KETIGA ) PERJUANGAN PEMBENTUKAN KABUPATEN MUNABupati Sulawesi Tenggara yang ke – 5 adalah Drs. La Ode Manarfah , tanggal 26 Juni s / d 31 juli 1954 mengadakan sidang DPRD-S GR Sulawesi Tenggara di Raha, dengan

menghasilkaan ketetapan – ketetapan antara lain,

Kabupaten Sulawesi Tenggara meliputi Kewedanan Kendari,

Kolaka dan Boepinang. Hasil keputusan tersebut harus

mendapat persetujuan pemerintah pusat, sehingga untuk

kepentingan perjuangan tersebut, anggota DPRD-S GR

Sulawesi Tenggara berangkat ke Jakarta, delegasi Muna di

wakili oleh bapak La Ode Ado dan Bapak Suphu Yusuf.

Hasil perjuangan tersebut disetujui oleh Menteri Dalam

Negeri tanggal 3 Januari 1955. berdasarkan ketetapan

Menteri Dalam Negeri tentang pembentukan dan pemekaran

kabupaten Sulawesi Tenggara menjadi dua kewedanan, maka

terjadilah polemik dan protes dari tokoh – tokoh

masyarakat dan pemuda baik di Muna maupun di Makassar,

karena tujuan akhir terbentuknya kewedanan muna belum

terwujud, protes dan unjuk rasa selalu ditujukan kepada

bapak La Ode Ado sebagai Delegasi Muna yang menghadap

kepada Menteri Dalam Negeri. Berdasarkan kenyataan

tersebut, Ketua Adat Muna La Ode Pandu mengadakan rapat

pada hari senin tanggal 12 september 1955 di Raha yang

dihadiri oleh 3 (tiga ) kepala distrik, yaitu kepala

Distrik Katobu, kepala Distrik Kabawo, kepala Distrik

Tongkuno, dan kepala Distrik Lawa tidak hadir. selain itu

Halaman | 73

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

turut pula hadir para kepala kampung, ketua - ketua

partai / organisasi, pemuka masyarakat, dan pihak

Kepolisian. Agenda Rapat adalah :

1. Mendengarkan Delegasi dprdsgr Sultra pada bulan

Januari 1955.

2. Membicarakan tentang status daerah – daerah otonom dan

status Swapraja.

Keputusan Rapat antara lain :

1. Muna diperjuangkan untuk menjadi daerah swatantra

dengan otonomi penuh.

2. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka hasil rapat

memutuskan memberikan mandat kepada La Ode Rasjid

dan La Ode Ado untuk melaksanakan tugas, sebagai

berikut :

a. Menyusun program dan menetapkan langkah perjuangan

untuk

terbentuknya daerah Swatantra Muna ;

B. Membentuk daerah persiapan pembentukan Kabupaten

Muna;

Pemberi mandat untuk melaksanakan tugas-tugas dimaksud

ditanda tangani oleh sebanyak 102 orang. Selanjutnya,

pada tanggal 5 agustus 1956 tokoh – tokoh masyarakat

Muna di Makassar yang tergabung dalam PRIM ( Persatuan

Rakyat Indonesia Muna ), membentuk panitia pembentukan

Kabupaten Muna yang ditanda tangani oleh La Ode Walanda

sebagai ketua dan La Ode Hatali sebagai sekretaris yang

ditujukan kepada Mendagri di Jakarta dan Gubernur

Sulawesi Selatan di Makassar, dan 13 alamat lainnya.

Tanggal 2 september 1956 dibentuk panitia dewan

penuntut Kabupaten Muna di Raha yang ketua dan

sekretarisnya masing – masing La Ode Hibi dan La Ode

Tuga, disetujui oleh Raja Muna La Ode Pandu dan diketahui

oleh ketua dewan persiapan Kabupaten Muna di Makassar

dengan ketua La Ode Ado dan sekretaris Ando Arifin.

Halaman | 74

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

tanggal 8 pebruari 1958 dibentuk panitia penuntut

Kabupaten Muna di Makassar dengan ketua La Ode Walanda,

notulis La Ode Hatali dan disyahkan oleh ketua delegasi

La Ode Muh. Idrus Efendi.

Tanggal 20 maret 1958 atas desakan La Ode Muh.

Idrus Efendi agar La Ode Ado dan kawan – kawan mengadakan

rapat raksasa dan rapat tersebut diadakan di panti

pembangunan yang dipimpin oleh La Ode Ado, notulis Ando

Arifin. rapat tersebut adalah merupakan rapat pertama

pembentukan kabupaten Muna, sebagai realisasi rapat 9

desember 1956. pada rapat tersebut dimuat pernyataan

tokoh masyarakat Kulisusu, Wakorumba, dan Tiworo untuk

masuk dalam kabupaten muna sesuai wilayah afdeling.

Tanggal 11 April 1958 pemerintah swapraja buton

mengeluarkan surat pernyataan yang ditanda tangani sultan

Buton La Ode Falihi, yang bunyi pernyataanya sebagai

berikut :

1. Menyetujui terbentuknya kabupaten Muna;

2. Mengenai batas – batas akan ditetapkan pada

perundingan – perundingan yang akan datang.

Sebagai realisasi pernyataan sultan buton

tersebut maka diadakan rapat bertempat dipendopo Sri

Sultan Buton, yang hadir pada rapat tersebut adalah :

1. Drs. La Ode Manarfah Kepala Daerah Sulawesi

Tenggara.

2. La Ode Falihi, Sultan Buton.

3. La Ode Pandu Raja Muna

4. La Ode A. Salam Dan La Hude masing – masing kepala

distrik yang diperbantukan pada kantor swapraja

Buton, sebagai yang mewakili Buton.

5. La Ode Muh. Shalihin, Kepala Distrik Katobu dan La

Ode Rianse sebagai Distrik Lawa, mewakili Muna.

Sebagai wujud dari rapat – rapat diatas yang

disertai pernyataan – pernyataan panitia dari tiap

Halaman | 75

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

tingkat pejabat pemerintah, maka pada tanggal 6 desember

1958 di utuslah 4 ( empat ) orang delegasi Muna untuk

menghadap pemerintah pusat guna menyampaikan hasil –

hasil rapat dan pernyataan – pernyataan tersebut diatas

ke 4 (empat) orang anggota delegasi tersebut adalah, La

Ode Muh. Idrus Efendi, La Sipala, La Ode Muh. Badia Rere

Dan La Ode Ado. Adapun penyandang dana keberangkatan

Delegasi adalah Ham Ahing, Darwis Tungguno dan Wahid

Kuntarati.

Hasil perjuangan tersebut oleh mendagri menetapkan :

1. Pulau Sulawesi di bagi 4 propinsi, yaitu Sulawesi

Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan Dan

Sulawesi Tenggara.

2. Pemerintah pusat mengajukan pada delegasi agar

dipenuhi syarat – syarat berdirinya propinsi

Sulawesi Selatan Tenggara, antara lain Sulawesi

Tenggara dibagi 4 ( empat) kabupaten, yaitu KPN

Kolaka, KPN Kendari, KPN Buton dan KPN Muna, menjadi

Kabupaten Kolaka, Kendari, Buton dan Muna.

Pada tanggal 20 s / d 22 juli 1959 diadakan rapat raksasa

yang dihadiri utusan buton, muna, kendari, kolaka masing

– masing 15 orang, 5 orang dari staf kepala daerah, 4

( empat ) KPN dan 4 ( empat ) Swapraja. musyawarah

dipimpin oleh kepala daerah La Ode Manarfah dan dihadiri

pula oleh unsur T N I , Abdul Kahar ( Kuasa Perang ),

H. Abdul Halik ( Buton ), Abdul Rahim, Daeng Muntu

( Muna ), H. L. Lethe ( Kendari ), Abdul Wahab

( Kolaka ).

FASE IV ( EMPAT ) TERBENTUKNYA KABUPATEN MUNA.Setelah melalui perjuangan yang panjang dan melelahkan

oleh para tokoh pejuang kabupaten muna dan dilakukan

tanpa pamrih dalam menghadapi berbagai tantangan, maka

Halaman | 76

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

berdasarkan berbagai pertimbangan yang logis dan

pertimbangan strategis, oleh pemerintah pusat

menindaklanjuti yang ditandai dengan lahirnya undang –

undang nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan daerah –

daerah tingkat II di Sulawesi, termasuk didalamnya

kabupaten Muna dengan ibu kotanya Raha. Pada awal

pengusulan pembentukan kabupaten muna terdiri 4

( empat ) ghoerah ( 4 distrik ) yaitu Distrik Katobu,

Distrik Lawa, Distrik Kabawo, Dan Distrik Tongkuno. Dari

4 distrik itu belum memenuhi kriteria untuk membentuk

suatu kabupaten, maka diadakan pendekatan dengan beberapa

tokoh pada saat itu, yaitu tokoh masyarakat Kulisusu,

tokoh masyarakat Wakorumba dan tokoh masyarakat Tiworo

Kepulauan, yang pada saat itu ketiga distrik tersebut

termasuk dalam wilayah kesultanan Buton.

Adapun para tokoh yang menjadi perwakilan dari

ketiga distrik tersebut adalah , Distrik Kulisusu di

wakili oleh La Ode Ganiru dan La Ode Ago, Distrik

Wakorumba di wakili oleh La Ode Hami dan La Ode Haju,

Distrik Tiworo diwakili oleh La Baranti. Berdasarkan

kesepakatan yang utuh dan bulat dari tokoh – tokoh

tersebut untuk bergabung dalam pemerintahan kabupaten

Muna, maka doktrin untuk terbentuknya kabupaten Muna

sudah tidak ada masalah lagi.

Dengan terbentuknya kabupaten Muna, secara

administratif dan yuridis pada tanggal 2 maret 1960,

maka para Bupati yang menjabat sebagai Bupati Muna

adalah:

1. La Ode Abdul Kudus (1960-1961)

2. Lettu Inf. M. Tholib (1961-1965)

3. La Ode Rasyid (1965-1970)

4. Drs. La Ute (1970-1974)

5. Drs. La Ode Kaimoeddin (1974- 1981)

6. Drs. La Ode Saafi Amane (1981 – 1986)

Halaman | 77

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

7. Drs. Maola Daud (1986 -1997)

8. Kol. Art. H. M. Saleh Lasata (1997 – 1999)

9. Kol.Inf.H. M.Djamaluddin Beddu (1998 – 2000)

10. Ridwan, Bae Dan Drs.Syarif Arifin.S

(Masing-Masing Sebagai Bupati Dan Wakil Bupati Muna)

Periode Tahun 2000 - 2005

11. Ridwan, Bae Dan Drs.H.La Bunga Baka

(Masing-Masing Sebagai Bupati Dan Wakil Bupati Muna

Periode Tahun 2005 – 2010

Jabatan Ketua DPRD Kabupaten Muna Adalah :

1. Peltu Babasa

2. Kapten Mahmud . A

3. Kol. Chb. M. Yasin Usman

4. Chk. M. A. Rachman, Sh.

5. Drs. La Ode Maradala

6. Hj. Wa Ode Zaenab Hibi

Di samping para pejabat bupati defenitif sebagaimana

tersebut diatas, maka untuk mengisi kekosongan dalam proses

pemilihan bupati, maka gubernur Propinsi Sulawesi Tenggara

menunjuk beberapa pelaksana bupati agar tidak terjadi

kefakuman dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan

pembinaan kemasyarakatan.

Adapun Pelaksana Bupati Adalah :

1. F. Latana

2. La Ode Saafi Amane

3. Ahmad Djamaluddin, SH

4. La Ode Moh. Saleh, SH

5. Drs. H. Badrun Raona

Pejabat Sekwilda Sejak Terbentuknya Kabupaten Muna

Adalah:

1. Drs. La Ode Arifin

2. Drs. La Ode Saifudin Misbah

3. Drs. Muh. Kasim Andi

4. Drs. L. M. Salihin Sabora

Halaman | 78

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

5. Drs. La Ode Saafi Amane

6. Drs. La Ode Majid Olo

7. Drs. La Ode Nsaha

8. Drs. Muh. Yusuf

9. Drs. H. Badrun Raona

10. Drs. P. Haridin

11. Drs. H. La Ode Kilo

Dalam penataan kelembagaan berdasarkan struktur

organisasi di kabupaten telah mengalami beberapa kali

perubahan, baik berdasarkan undang – undang nomor 29 tahun

1959, undang – undang nomor 5 tahun 1974 dan yang terakhir

berdasarkan undang – undang nomor 22 tahun 1999, maka

susunan kelembagaan di Kabupaten Muna sebagai berikut :

- Sekretaris Daerah Kabupaten : 1

- Asisten : 3

- Dinas : 13

- Badan : 6

- Kantor : 7

- Kecamatan : 29

- Kelurahan : 39

- Desa : 254

d. Sejarah Pembentukan Pengadilan Agama Raha

Dengan adanya keragaman lembaga peradilan agama

yang didalamnya diatur dalam peraturan secara Regional

(Swapraja / yang dipimpin oleh Qadhi atau syara dengan

kewenangannya yang berbeda-beda, kemudian secara Yuridis

bersifat nasional yang diatur dengan pasal-pasal tertentu

maka terbitlah Keputusan Menteri Agama tentang

pebentukan Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah.

Pada awal berdirinnya Pengadilan Agama / Mahkamah

Syariah yang pada saat ini disebut Pengadilan

Agama/Mahkamah Syariah Raha, yang pada waktu itu sebelum

terbentuknnya Pengadilan Agama Raha masih dipimpin oleh

Halaman | 79

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

seorang pegawai syara nanti setelah terbentuk Pengadilan

Agama / Mahkamah Syariah Raha pada waktu itu Pengadilan

Agama Raha diketuai oleh M.A Fatiha beliaulah Ketua

Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah Raha yang pertama

pada tahun 1969 dimana Pengadilan Agama Raha masih

dibawah kordinasi Pengadilan Agama Kendari dan dibantu

oleh seorang pegawai yang bernama MS. Dg. Patanra sebagai

tenaga administrasi dan kepaniteraan.

Sejak dibentuknya Pengadilan Agama Raha pada tahun

1969 Pengadilan Agama Raha tidak difasilitasi gedung

kantor sendiri, senantiasa meminjam dan menyewa gedung.

Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah Raha beberapa kali

berpindah –pindah lokasi, pada tahun 1977 menyewa sebuah

rumah milik La Risu Tauga di Jalan H. Agussalim

Raha Kabupaten Muna. Dalam melaksanakan amanah tersebut

M.A Fatiha dibantu oleh seorang pegawai yaitu MS. Dg.

Patanra dan beberapa hakim honor tidak tetap. Selanjutnya dengan terbitnya APN tahun 1977 melalui DIP 1977 / 1978 Pengadilan Agama Raha mendapatkan proyek dan dibangunlah Balai

Sidang Pengadilan Agama Raha, nanti pada tahun 1978 Pengadilan Agama

Raha sudah menempati gedung kantor yang baru yang berukuran 10 x 15 M2

dan ketua pada saat itu ialah Drs. Milhatul I’rob.

Tanah tempat Balai Sidang berdiri atas hibah dari

Pemerintah Daerah Kabupaten TK. II Muna. Susunan

organisasi Pengadilan Agama Raha didasarkan pada

keputusan Menteri Agama RI nomor 11 tahun 1978 tentang

susunan organisasi dan tata kerja kepaniteraan Pengadilan

Agama sedangkan untuk penetapan kelas Pengadilan Agama

berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 71 tahun

1983.

Halaman | 80

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

1. Ketenagaan Pengadilan Agama Rahaa. Daftar Nama Ketua Pengadilan Agama Raha

No. N a m a Gol.Terakhir

Pend.terakhir Periode Ket

1 M. A. Fatiha III/a Aliyah 1969-1976

2 Drs. Milhatul I’rob III/b S1 Agama 1976-1979

3 Drs. M. Sunusi Khalid III/a S1 Agama 1979-1984

4 Drs. Bahrussam Yunus III/d S1 Agama 1984-1987

5 Drs. M. Ichsan Yusuf III/d S1 Agama 1987-1992

6 Drs.H.Abdul Muin Thalib,SH III/d S1 Agama 1992-1997

7 Drs. Mastur Huda, SH,MH. III/d S1 Agama 1998-2003

8 Drs.H.Muhammad Hasbi,MH IV/a S1 Agama 2003-2006

9 Drs.A.Majid Jalaluddin, MH IV/a S1 Agama 2006-

sekarang

b. Daftar Nama Pegawai Administrasi

No. N a m a Gol terakhir

Pend.terakhir Ket

1 La Datu III/b SLTA Wasek

2 Wa Fiy III/b SLTA Kaur. Kepeg.

3 Abdul Hopir, S.Ag. III/b S1 Kaur. Umum

4 Rahmini, S.Ag. III/a S1

5 Yusuf, SE III/a S1

6 Sarman II/b SLTA

7 M. Akbar Amin II/b SLTA

8 Suharman Samudra II/a SLTA

9 Nasruddin, S.Hi III/a S1

10 Fera Surastika Tawulo, S.H. III/a S1

c. Tenaga Teknis Pengadilan Agama Raha

1. Hakim

No. N a m a Gol.Terakhir

Pend.Terakhir Ket.

1 Drs.H.A.Majid Jalaluddin, MH IV/a S 2 Ketua

2 Drs. Rusli .M IV/a S 1 Wakil Ketua

Halaman | 81

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

3 Drs. Muslim, MH III/d S 2

4 Drs. Kasang IV/a S 1

5 Dra. Sahida Bakkareng III/d S 1

6 Dra. Hj. Nailah. B III/d S 1

7 Nurmaidah, S.HI III/d S 1

2. Kepaniteraan

No. N a m a Gol.Terakhir

Pend.Terakhir Ket.

1 Drs. Asdar III/d S 1 Pansek

2 Abdul Haq,S.Ag.MH. III/c S 2 Wapan

3 Abd. Rahim, S.Ag. III/c S 1 PM. Gugatan

4 Drs. Wa Ode Nurhaisa III/c S 1 PM. Permohonan

5 Drs. Mustafa III/c S 1 P.M. Hukum

6 La Mahana, S.Ag. III/c S 1 Panitera

Pengganti

3. Kejurusitaan

No. N a m a Gol.Terakhir

Pend.Terakhi Ket.

1 La Sahari II/c S 1 Juru Sita

Halaman | 82

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

2. Wilayah Hukum dan keadaan Pengadilan Agama Rahaa. Hukum

1. Foto Gedung

Foto gedung PA Raha

2. Denah Kantor

Halaman | 83

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

Denah Kantor PA Raha

3. Keterangan Gedung antara lain :

- Alamat Kantor = Jalan Diponegoro No. 30 Raha

- Luas Tanah = 2.084 m2

- Luas Gedung = 178 m2

- Bangunan Pertama dibangun Tahun 1979 Luas 202 m2

- Penambahan Bangunan Gedung Tahun 1991 Luas 175 m2

3. Data dan Keterangan Wilayah Hukum Pengadilan Agama Rahaa. Lokasi dan Luas Wilayah

1. Secara astronomis Kabupaten Muna terletak antara :

= 4 derajat 06 ….- 5 derajat 15…..Lintang Utara

= 122 Derajat 08…- 123 Derajat 15….. Bujur Timur

2. Secara Geografis (alam : Laut, Selat,Samudra,Sungai)

atau secara administrative (kewilayahan)Kabupaten Muna

berbatasan :

1. Sebelah Barat dengan Selat spelman

2. Sebelah Utara dengan Selat Tiworo dan Kab.Konawe

Selatan

3. Sebelah Timur dengan Laut Banda

4. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Buton

Halaman | 84

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

3. Kabupaten Muna meliputi areal daratan seluas 4.887 km2.

b. Pembagian Wilayah Hukum

Wilayah Kabupaten Muna

- Kecamatan Tongkuno

- Kecataman Parigi

- Kecamatan Bone

- Kecamatan Kabawo

- Kecamatan Kabangka

- Kecamatan Tikep

- Kecamatan Maginti

- Kecamatan Tiworo Tengah

- Kecamatan Lawa

- Kecamatan Sawerigadi

- Kecamatan Barangka

- Kecamatan Kusambi

- Kecamatan Kontunaga

- Kecamatan Watupute

- Kecamatan Katobu

- Kecamatan Lohia

- Kecamatan Duruka

- Kecamatan Batalaiworu

- Kecamatan Napabalano

- Kecamatan Lasalepa

- Kecamatan Wakorumba Selatan

- Kecamatan Pasir Putih

- Kecamatan Bonegunu

- Kecamatan Kambowa

- Kecamatan Wakorumba

- Kecamatan Maligano

- Kecamatan Kulisusu

- Kecamatan Kulisusu Barat

Halaman | 85

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

- Kecamatan Kulisusu Utara

c. Tanah

Berdasarkan hasil pemetaan, penggunaan tanah kecamatan

diseluruh Kabupaten Muna.dengan luas keseluruhan 488.700

Ha, dengan luas masing-masing sebagai berikut :

1. Kampung/Perumahan = 347.647 Ha

2. Tegal/Kebun = 275 Ha

3. Ladang/Huma = 71.641 Ha

4. Padang Rumput/Penggembalaan = 69.137 Ha

d. Penduduk

1. Jenis kelamin

a.Laki-laki = 141.169 Orang

b. Perempuan = 149.189 Orang

2. Warga Negara

a. Warga Negara Indonesia = 290.358 Orang

b. Warga Negara Asing = Tidak ada

3. Jumlah Penduduk

4. Agama

a. Islam = 296.698 Orangb. Kristen = 3.272 Orangc. Kristen Protestan = 779 Orangd. Hindu = 3.802 Orangf. Budha = 161 Orang

5. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia dan

bahasa Muna sebagai bahasa daerah.

e. Jumlah Sarana Kehidupan Sosial Budaya

1. Jumlah Sarana Ibadah

a. Masjid = 360 buahb. Mushalla = 104 buahc. Gereja = 24 buahd. Wihara = 1 buahe. Pura = 26 buah

2. Jumlah Sarana Kesehatan

a. Rumah Sakit Umum = 1 buah

Halaman | 86

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

b. Rumah Sakit Swasta = tidak ada c. Puskesmas = 126 buah

3. Jumlah Sarana Umum lainnya

a. Pasar Tradisional = 18 buahb. Pasar Swalayan = 1 buahc. Gelanggang Olah Raga = 2 buahd. Lapangan Olah Raga = 2 buahe. Balai Budaya = tidak adaf. Gedung Bioskop = tidak ada

f. Lalu Lintas dan Pariwisata

1. Jalan

Jalan Provinsi = 268,5 KmJalan Kabupaten = 955,7 Km

2. Pariwisata

Pantai Pasir Putih

Pantai Napabale

Jumlah Hotel/akomodasi = 13 buah

4. Masalah yang dihadapi

No. Bidang Pokok masalah Uraian Saran Tindak lanjut

1. Sumber Daya Manusia Sumber Daya

Manusia belum

merata

Sebagian

Karyawan belum

mampu

mengopersikan

komputer

Kiranya diadakan

pelatihan dan

pendidikan khusus

penguasaan komputer dan

internet.

2. Keuangan Minimnya

anggaran dalam

belanja

inventaris

Kantor

Sebagian

Karyawan tidak

mempunyai meja

kerja yang

memadai

Kiranya dapat

dianggarkan untuk

pengadaan barang

inventaris kantor

Halaman | 87

2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

3. Sarana Belum

memadainya

sarana seperti

computer,

laptop,

kendaraan roda

dua dan

kendaraan roda

empat

- Kiranya dapat diadakan

penambahan

laptop,kendaraan roda

dua dan empat.

Halaman | 88