kti akbid raha

112
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. BBLR hingga saat ini masih merupakan masalah diseluruh dunia karena maerupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran didunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio ekonomi rendah. Statistik menunjukkan bahwa 90% dari kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram. (Atikah, 2010).

Upload: septian-muna-barakati

Post on 24-Jul-2015

321 views

Category:

Business


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kti akbid raha

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan salah satu faktor

risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa

perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada

usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang

tinggi. BBLR hingga saat ini masih merupakan masalah diseluruh dunia karena

maerupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir.

Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran didunia dengan batasan

3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio

ekonomi rendah. Statistik menunjukkan bahwa 90% dari kejadian BBLR

didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi

dibandingkan pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram.

(Atikah, 2010).

Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika di

bandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainya. Angka tersebut 3,4

kali lebih tinggi dari Malaysia dan 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina. Indonesia

menduduki rangking ke-6 setelah Singapura (tiga per 1.000), Brunei Darussalam

(delapan per 1.000), Malaysia (10 per 1.000), Vietnam (18 per 1.000) dan

Thailand (20 per 1.000) (Metrotvnews).

Angka kejadian BBLR diindonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu

daerah dengan daerah lain. Hingga saat ini BBLR masih merupakan masalah

Page 2: Kti akbid raha

diseluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada bayi

baru lahir. Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50%

meninggal saat bayi (Syafrudin, 2011).

Di negara berkembang, termasuk Indonesia, tingginya angka kesakitan dan

kematian bayi berat lahir rendah (bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500

gram) masih menjadi masalah utama. Penyebab utama kesakitan dan kematian

BBLR antara lain adalah asfiksia, sindrom gangguan napas, infeksi, serta

terjadinya hipotermi (Atikah, 2010).

Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2010 s.d 2012

cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kematian bayi 587,tertinggi di

Kabupaten Muna 79 orang, menyusul Kabupaten Kolaka 67 orang dan Konawe

Selatan 59 orang. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang

cukup tinggi yaitu 1.166 kematian bayi. Kematian bayi tertinggi pada tahun

2011terdapat di Kabupaten Muna sebanyak 197 orang, di susul Kabupaten Buton

172 orang dan Kabupaten Konawe Selatan 167 orang. Di tahun 2012 jumlah

kematian mengalami penurunan yang cukup signikan yaitu 693 orang, jumlah

tertinggi di Kabupaten Muna 122 orang,dan menyusul Buton 82 orang dan

Bombana 78 orang. Kematian Neonatal terbesar di sebabkan oleh sebab lain-lain

sebanyak 244 orang ,BBLR 120 orang, Asfiksia 89 orang ,Sepsis 9 orang dan

tetanus 3 orang,dengan demikian total kematian neonatal tahun 2012 484 orang,

hal ini menunjukan masa neonatal merupakan resiko kematian bayi yang paling

tinggi yaitu 444 kematian dari 693 bayi.).(Profil Dinkes Provinsi Sultra,2014).

Page 3: Kti akbid raha

Dari hasil laporan pembinaan pelayanan kesehatan anak dinas kesehatan

Kabupaten Muna tahun 2013 tercatat jumlah bayi baru lahir adalah 5.899 orang,

BBLR sebanyak 137 orang (2,32%) . Pada bulan Januari-April 2014 tercatat

jumlah bayi baru lahir adalah 2330 orang, BBLR sebanyak 93 orang (3,99 %).

(Dinkes Kab.Muna, 2014)

Sedangkan angka kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna sejak mulai di bukanya ruang teratai pada bulan November 2013

terdapat 30 orang kasus BBLR sampai dengan bulan Juni 2014.

Melihat masih tingginya angka kejadian (BBLR) tersebut dan dengan

melihat dampak yang akan ditimbulkannya seperti kecerdasan, hambatan

pertumbuhan, serta respons imunitas yang rendah sehingga penulis tertarik untuk

melaksanakan studi kasus mengenai bayi berat lahir rendah (BBLR) di Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna sebagai studi kasus yang

berjudul “Manajemen dan Pndokumenatsian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Pada Bayi Ny “N” dengan BBLR Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna Mulai Tanggal 18 s.d 21 juni 2014.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Adapun ruang lingkup penulisan studi kasus ini adalah Manajemen

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny “N” dengan BBLR Di Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Muna Mulai Tanggal 18 Juni s.d 21 Juni 2014

Page 4: Kti akbid raha

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Diperolehnya informasi sekaligus pelayanan nyata tentang proses

manajemen asuhan kebidanan pada bayi Ny “N’’ dengan BBLR di Ruang

Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 18

s.d 21 Juni 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengumpulan dan analisa data dasar pada Bayi Ny “N”

dengan BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna mulai tanggal 18 s.d 21 Juni 2014.

b. Merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Bayi Ny “N” dengan BBLR

di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

mulai tanggal 18 s.d 21 Juni 2014.

c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan

BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna mulai tanggal 18 s.d 21 Juni 2014.

d. Mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada Bayi Ny “N”

dengan BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna mulai tanggal 18 s.d 21 Juni 2014.

e. Merencanakan asuhan kebidanan pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di

Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai

tanggal 18 s.d 21 juni 2014.

Page 5: Kti akbid raha

f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Bayi Ny “N” dengan

BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna mulai tanggal 18 s.d 21 Juni 2014.

g. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Bayi Ny “N”

dengan BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna mulai tanggal 18 s.d 21 Juni 2014..

h. Mendokumentasikan semua temuan asuhan kebidanan yang telah

dilaksanakan pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruang Perinatologi

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 18 s.d 21

Juni 2014.

D. Manfaat Telaah

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan masukan dalam bidang ilmu kesehatan khususnya tentang

bayi.

b. Sebagai bahan masukan bagi penulis lain untuk mengembagkan studi

kasus barikutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi institusi pendidikan

Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa

kebidanan dalam mengatasi masalah bayi serta dapat digunakan sebagai

bahan bacaan di perpustakaan dan bahan untuk studi kasus selanjutnya.

b. Bagi lahan praktek

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan acuan informasi untuk

meningkatkan asuhan manajemen kebidanan yang diterapkan terhadap

Page 6: Kti akbid raha

klien dalam mengatasi masalah bayi serta memberikan perawatan bayi

yang baik dan benar.

c. Bagi penulis

Sebagai kontribusi pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan.

E. Metode Telaah

Metode yang digunakan dalam penelaahan Studi Kasus ini adalah:

1. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan membaca buku, situs dan makalah-makalah yang

berkaitan dengan masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan

dalam menyusun studi kasus ini.

2. Studi Kasus

Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses

manajemen asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah varney yaitu:

identifikasi dan analisa data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual,

antisipasi diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera dan

kolaborasi, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan

kebidanan dan evaluasi.

    Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Anamnesa / wawancara

Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarganya

guna mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan asuhan

kebidanan pada klien tersebut.

Page 7: Kti akbid raha

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala

sampai ke kaki meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

3. Studi   Dokumentasi

Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang

bersumber dari catatan bidan

4. Diskusi

Yaitu mengadakan konsultasi dengan bidan yang menangani langsung

klien tersebut serta berdiskusi dengan dosen pembimbing studi kasus

mengenai klien.

F. Sistematika Penulisan

Studi kasus ini terdiri dari lima bab dan disusun dengan sistematika

sebagai berikut :

1. Bab 1 Pendahuluan, Meliputi latar belakang masalah, ruang lingkup

pembahasan, tujuan telaah, manfaat telaah, metode telaah, dan

sistematika penulisan.

2. Bab II Tinjauan Pustaka, meliputi telaah pustaka yang terdiri dari bayi

baru lahir normal, bayi berat lahir rendah dan konsep dasar manajemen

asuhan kebidanan terdiri dari pengertian manajemen, pedoman

penerapan manajemen, langkah-langkah manajemen

Pendokumentasian asuhan kebidanan.

3. Bab III Studi Kasus, meliputi pengkjian dan analisa data dasar,

merumuskan diagnosa/ masalah aktual, merumuskan diagnosa/

Page 8: Kti akbid raha

masalah pontesial, mengidentifikasi indakan segera dan

kolaborasi,rencana asuhan kebidanan pelaksanaan tindakan asuhan

kebidanan, evaluasi asuhan kebidanan dan pendokumentasian.

4. Bab IV Pembahasan, membahas tentang kesenjangan antara teori

dengan fakta yang ada di bahas secara sistematis mulai dari langkah 1

sampai 7.

5. Bab V Penutup

Terdiri atas Kesimpulan dan saran.

Page 9: Kti akbid raha

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Bayi Baru Lahir Normal

a. Pengertian

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis

berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin

ke kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup

dengan baik (Marmi, 2012).

b. Ciri-ciri

Bayi aterm normal memiliki berat badan sekitar 3,5 kg, panjang

badan 50 cm dari atas kepala hingga tumit, lingkar kepala oksipital-

frontal sekitar 34-35 cm, sebagian besar bayi montok dan memiliki perut

yang menonjol. Bayi cendrung berbaring dengan sikap fleksi, dengan jari

tangan jika diregangkan mencapai tinggi paha.Verniks kaseosa

merupakan zat berwarna putih dan lengket, yang ada dikulit bayi

semenjak lahir. Jumlah verniks bervariasi. Fungsi verniks kaseosa adalah

sebagai pelindung ketika didalam kandungan dan setelah lahir,

mongering, lalu menghilang beberapa jam setelah lahir. (Diane,2011).

Menurut Marmi (2012) cirri-ciri bayi baru lahir normal yaitu :

1) Berat badan 2500-4000 gram

2) Panjang badan 48-52 cm

Page 10: Kti akbid raha

3) Lingkar dada 30-38 cm

4) Lingkar kepala 33-35 cm

5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit

6) Pernafasan ± 40-60 kali/menit

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

9) Kuku agak panjang dan lemas

10) Genitalia : pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia

minoradan pada laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

11) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

12) Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

13) Refleks graps atau menggenggam sudah baik

14) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,

mekonium berwarna hitam kecoklatan.

2. Bayi Berat Lahir Rendah

a. Pengertian

1) Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat kurang

dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR

dibedakan menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat

badan lahir kurang dari 1500 gram dan BBLR bila berat badan lahir

antara 1501-2499 gram (Marmi, 2012).

2) Bayi BBLR adalah neonatus dengan berat badan kurang dari 2500

gram pada saat lahir. Bayi dengan berat badan lahir ada dua

Page 11: Kti akbid raha

kelompok yaitu bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari

37 minggu (preterm) yang disebut berat badan rendah premature

dan bayi yang lahir dengan usia kehamilan besar 37 minggu disebut

pertumbuhan janin terhambat (IUGR) (Atikah, 2010).

3) Defenisi berat badan lahir rendah (BBLR) hanya didasarkan pada

berat badan dan tidak memperhitungkan usia gestasi bayi.

Demikian juga, defenisi usia gestasi tidak memperhitungkan berat

badan lahir (Diane, 2011).

4) BBLR adalah berat badan bayi kurang dari 2500 gram.

(Sudarti, 2013).

5) Istilah prematuritas telah diganti dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi

dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia

kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari

semestinya, sekalipun cukup bulan, atau karena kombinasi

keduanya.

(Manuaba, 2010).

6) Bayi berat lahir rendah (BBLR) atau low birth weight infant

(LBWI), adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari

2500 gram (Wafi, 2010).

Page 12: Kti akbid raha

b. Klasifikasi BBLR

1) Berat badan

Menurut Sarwono (2010) Berkaitan dengan penanganan

dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan dalam :

a) Bayi berat lahir rendah ( BBLR ), berat lahir 1500-2500 gram

b) Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ), berat lahir< 1500

gram

c) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER ), berat lahir <1000

gram

2) Usia gestasi

Berdasarkan usia gestasi BBLR dapat dibagi menjadi dua yaitu:

prematuritas murni dan dismatur. Bayi prematuritas murni lahir

dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat

sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau neonatus

kurang bulan-sesuai masa kehamilan (NKB-SMK). Bayi dismatur

lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa

kehamilan (Wafi, 2010).

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum lengkap 37

minggu gestasi. Minggu gestasi dihitung dari Hari Pertama Haid

Terakhir (HPHT) dan tidak berhubungan dengan berat badan bayi,

panjang bayi, lingkar kepala bayi, atau bahkan semua pengukuran

janin atau ukuran neonates.

Page 13: Kti akbid raha

Oleh karena itu, yang terpenting adalah adanya hubungan

antara dua pertimbangan yang berbeda ini, yaitu berat badan (untuk

pengkajian pertumbuhan) dan usia gestasi (untuk pengkajian

maturitas).

Berbagai tipe bayi BBLR dapat digambarkan :

a) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin normal pada saat lahir,

mereka kecil karena persalinan dimulai sebelum akhir 37 minggu

gestasi. Bayi prematur ini tumbuh sesuai dengan usia gestasi

mereka (SMK).

b) Bayi dengan laju pertumbuhan itrauterin lambat dan yang

dilahirkan aterm atau lebih dari aterm, bayi aterm atau post-term ini

pertumbuhannya kurang untuk usia gestasi. Mereka kecil untuk

masa kehamilan (KMK).

c) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin lambat dan sebagai

tambahan, yang dilahirkan sebelum aterm. Bayi prematur ini kecil,

baik karena persalinan dini maupun pertumbuhan intrauterin yang

terganggu. Mereka kecil untuk masa kehamilan dan bayi prematur.

d) Bayi yang dianggap besar untuk masa kehamilan (LGA) diberat

badan berapapun bila mereka berada diatas 90 persentil

(Diane, 2011).

Page 14: Kti akbid raha

3) Karakteristik BBLR

a) Karakteristik BBLR Secara Umum

Menurut Atikah (2010) secara umum, gambaran klinis dari

bayi BBLR adalah sebagai berikut:

(1) Berat kurang dari 2500 gram dan panjang badan < dari 45 cm

(2) Lingkar dada kurang dari 30 cm

(3) Lingkar kepala kurang dari 33 cm

(4) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

(5) Kepala lebih besar

(6) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

(7) Otot hipotonik lemah

(8) Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea

(9) Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus

(10) Kepala tidak mampu tegak

(11) Pernapasan 40-50 kali/menit

(12) Nadi 100-140 kali/menit.

b) Karakteristik BBLR Dismatur

Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK):

(1) Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi

beratnya kurang dari 2500 gram.

(2) Gerakannya cukup aktif dan tangis cukup kuat

(3) Kulit keriput, lemak di bawah kulit tipis

Page 15: Kti akbid raha

(4) Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, puting susu kecil.

Bila cukup bulan, payudara dan puting sesuai masa kehamilan

(5) Bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia

minora

(6) Bayi laki-laki testis mungkin telah turun

(7) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian

(8) Mengisap cukup kuat (Atikah, 2010).

c) Karakteristik BBLR premature

Menurut Marmi (2012) Karakteristik yang dapat ditemukan

pada premature murni adalah:

(1) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari

45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm dan lingkar dada

kurang dari 30 cm.

(2) Gerakan kurang aktif Umur kehamilan otot masih hipotonis

(3) kurang dari 37 minggu

(4) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus

(5) Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar

(6) Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil

(7) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu

(8) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama

pada dahi dan pelipis dahi dan lengan

(9) Lemak subkutan kurang

Page 16: Kti akbid raha

(10) Genitalia belum sempurna, pada wanita labia belum tertutup

oleh labia mayora minora

(11) Reflex mengisap dan menelan serta reflex batuk masih lemah

(12) Bayi premature mudah sekali mengalami infeksi karena daya

tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan

pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu tindakan

prepentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi

persalinan dengan prematuritas.

d) Faktor penyebab BBLR

Menurut Atikah (2010) secara umum faktor-faktor yang

berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut

1) Faktor ibu :

a) Penyakit :

(1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti : anemia sel berat,

perdarahan ante partum, hipertensi, preeklamsia berat,

eklamsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih

dan ginjal)

(2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,

HIV/AIDS, malaria, TORCH

b) Ibu :

(1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan

pada usai < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

(2) Kehamilan ganda

Page 17: Kti akbid raha

(3) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (< 1 tahun)

(4) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya

Keadaan sosial ekonomi :

(1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi

rendah

(2) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat

(3) Keadaan gizi yang kurang baik

(4) Pengawasan antenatal yang kurang

(5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan

yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan

dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.

c) Sebab lain :

(1) Ibu perokok

(2) Ibu peminum alcohol

(3) Ibu pecandu obat narkotik

(4) Penggunaan obat antimetabolik

d) Faktor janin :

(1) Kelainan kromosom (trisomy autosomal)

(2) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan)

(3) Disautonomia familial

(4) Radiasi

(5) Kehamilan kembar/ganda (gemeli)

(6) Aplasia pancreas

Page 18: Kti akbid raha

e) Faktor plasenta :

(1) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya

(hidramniom)

(2) Luas permukaan berkurang

(3) Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasit)

(4) Infark

(5) Tumor (korioangioma, mola hidatidosa)

(6) Plasenta yang lepas

(7) Sindrom plasenta yang lepas

(8) Sindrom transfuse bayi kembar (sindrom parabiotik)

f) Faktor lingkungan :

(1) Bertempat tinggal didataran tinggi

(2) Terkena radiasi

(3) Terpapar zat racun.

1. Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat

digolongkan menjadi sebagai berikut :

1) BBLR tipe KMK, disebabkan oleh :

(a) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi

(b) Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia, atau anemia

(c) Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu

(d) Malaria kronik, penyakit kronik

(e) Ibu hamil merokok

Page 19: Kti akbid raha

2) BBLR tipe prematur, disebabkan oleh :

(a)Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,

kehamilan kembar

(b) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya

(c) Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah sehingga

tidak mampu menahan berat bayi dalam rahim)

(d) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum

hemorrhage)

(e) Ibu hamil yang sedang sakit

(f) Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya

Penyebab prematur dengan berat badan rendah dibagi atas

empat yaitu faktor maternal, fetal, medical, dan iatrogenic. Faktor

maternal adalah penyakit yang dialami ibu selama mengandung,

komplikasi persalinan seperti plasenta previa, dan perdarahan, serviks

inkompeten, dan infeksi maternal. Faktor fetal adalah kehamilan

ganda dan malformasi congenital. Faktor medical adalah proses

kelahiran yang harus dilakukan sebelum waktunya oleh karena ibunya

diabetes, penyakit jantung yang parah, hipertensi, hipoksia fetus,

hidrops fetalis, dan lain-lain (Atikah, 2010).

Menurut Marmi (2012) berat badan lahir seorang bayi

dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari bayi itu

sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :

Page 20: Kti akbid raha

a. Status gizi ibu hamil

Kualitas bayi lahir sangat bergantung pada asupan gizi ibu

hamil. Gizi yang cukup akan menjamin bayi lahir sehat dengan

berat badan cukup. Namun, kekurangan gizi yang adekuat dapat

menyebabkan berat badan lahir rendah.

Status gizi ibu hamil pada trimester pertama akan sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio pada masa

perkembangan dan pembentukan organ-organ tubuh

(organogenesis). Pada trimester II dan III kebutuhan janin

terhadap zat-zat gizi semakin meningkat. Jika tidak terpenuhi,

plasenta akan kekurangan zat makanan sehingga akan

mengurangi kemampuannya mensintesis zat-zat yang

dibutuhkan oleh janin.

Untuk mengetahui status gizi ibu hamil tersebut, dapat

menggunakan beberapa cara antara lain : dengan memantau

pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar

Lengan Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb.

b. Umur ibu saat hamil

Kehamilan dibawah usia 20 tahun dapat menimbulkan

banyak permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh

seperti rahim, bahkan bayi bisa prematur dan berat badan lahir

kurang. Hal ini disebabkan karena wanita yang hamil muda belum

bisa memberikan suplai makanan dengan baik dari tubuhnya

Page 21: Kti akbid raha

untuk janin didalam rahimnya. Selain itu, wanita tersebut juga

bisa menderita anemia karena sebenarnya ia sendiri masih

membutuhkan sel darah merah tetapi sudah harus dibagi dengan

janin yang ada dalam kandungannya.

c. Umur kehamilan

Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin,

semakin tua kehamilan maka berat badan janin akan semakin

bertambah. Pada umur kehamilan 28 minggu berat janin ±1000

gram, sedangkan pada kehamilan 37-42 minggu berat janin

diperkirakan mencapai 2500-3500 gram.

d. Kehamilan ganda

Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang

berlebihan dapat menyebabkan persalinan prematur dengan

BBLR. Kebutuhan untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar

sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia hamil yang

dapat menganggu pertumbuhan janin dalam rahim.

e. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan

tentang masalah kesehatan dan kehamilan yang akan

berpengaruh pada perilaku ibu, baik pada diri maupun terhadap

perawatan kehamilannya serta pemenuhan gizi saat hamil.

Tingkat pengetahuan seorang akan dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan, informasi, pengalaman, dan sosial ekonomi.

Page 22: Kti akbid raha

Pengetahuan sangat berhubungan dengan pendidikan, sedangkan

pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

diperlukan mengembangkan diri. Semakin tinggi tingkat

pendidikan, semakin mudah memerima dan mengembangkan

ilmu pengetahuan serta teknologi, sehingga semakin meningkat

produktivitas dan kesejahteraan keluarga. Namun demikian,

tingkat pendidikan tidak bisa menjamin tingkat pengetahuan

seseorang.

f. Penyakit ibu

Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi berat

badan lahir bayi jika diderita oleh ibu yang sedang hamil,

misalnya : jantung, hipertensi, pre-eklamsi dan eklamsi, diabetes

mellitus dan karsinoma. Penyakit tersebut dapat menimbulkan

retardasi pertumbuhan intauterin (IUGR) janin, yang

menyebabkan janin menjadi jauh lebih kecil dan lemah daripada

yang diharapkan untuk tahap kehamilan bersangkutan.

g. Faktor kebiasaan ibu

Kebiasaan ibu sebelum atau selama hamil yang buruk

seperti merokok, minum minuman beralkohol, pecandu obat dan

pemenuhan nutrisi yang salah dapat menyebabkan anomali

plasenta karena tidak mendapat nutrisi yang cukup dari arteri

plasenta ataupun karena plasenta tidak mampu mengantar

makanan ke janin. Selain itu, aktifitas yang berlebihan juga

Page 23: Kti akbid raha

dapat merupakan faktor pencetus terjadinya masalah berat badan

lahir rendah.

1. Akibat BBLR :

a. Gangguan tumbuh kembang

Menurut (Herry, 2004) dalam (Marmi, 2012) Tingginya

angka ibu hamil yang mengalami kurang gizi, seiring dengan hidup

resiko tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil

yang tidak menderita kekurangan gizi. Apabila tidak meninggal pada

awal kelahiran, bayi BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih

lambat, terlebih lagi apabila mendapat ASI eksklusif yang kurang

dan makanan pendamping ASI yang tidak cukup. Oleh karena itu

bayi BBLR cenderung besar menjadi balita dengan status gizi yang

rendah.

Balita kurang gizi cenderung tumbuh menjadi remaja yang

mengalami gangguan pertumbuhan dan mempunyai produktifitas

yang rendah. Jika remaja ini tumbuh dewasa maka remaja tersebut

akan menjadi dewasa yang pendek, dan apabila itu wanita maka jelas

wanita tersebut akan mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR lagi

dan terus berlangsung hingga hari ini.

b. Hipotermi

Menurut (Winkjosastro, 2002) dalam (Marmi, 2012) Hal ini

terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya jaringan

lemak dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih luas

dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal.

Page 24: Kti akbid raha

Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu yang

belum berfungsi dengan baik dan produksi panas yang berkurang

karena lemak coklat yang belum cukup.

Oleh karena itu, pemajanan terhadap terhadap lingkungan

yang dingin dapat berakibat pada perubahan fisiologis multisistem,

yang secara signifikan mengganggu status kesehatan bayi. Saat suhu

tubuh turun, konsumsi oksigen jaringan meningkatkan laju

metabolisme pasalnya dengan membakar glukosa untuk

menghasilkan energi dan panas.

c. Ikterus

Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim

hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak

dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat

diperberat oleh polisitemia, memar hemolisias dan infeksi karena

hiperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi

harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini

atau lebih cepat betambah coklat (Marmi, 2012).

d. Asfiksia

Menurut (Winkjosastro, 2002) dalam (Marmi, 2012) Asfiksia

atau gagal bernapas secara spontan saat lahir atau beberapa menit

setelah lahir sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini

disebabkan oleh kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan

perkembangan yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih

lemah dan tulang iga yang mudah melengkung.

Page 25: Kti akbid raha

e. Kematian

Menurut (Winkjosastro, 2002) dalam (Marmi, 2012) Pada

saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan berat badan

lahir rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah lebih besar

jika dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya normal.

Oleh karena itu, ia mengalami banyak kesulitan untuk hidup di luar

uterus ibunya. Semakin pendek masa kehamilannya maka semakin

kurang sempurna pertumbuhan organ-organ dalam tubuhnya,

sehinggan mudah terjadi komplikasi serta meningkatkan angka

kematian pada bayi.

2. Penatalaksanaan BBLR

Menurut Sarwono (2009) penanganan BBLR secara umum

adalah dengan mempertahankan suhu tubuh dengan ketat, mencegah

infeksi dengan ketat, pengawasan nutrisi atau ASI, dan penimbangan

dengan ketat. Adapun penjelasannya diuraikan sebagai berikut:

a. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mudah mengalami

hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan

dengan ketat (Sarwono, 2009).

Bila belum memiliki incubator, bayi dapat dibungkus

dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas,

sehingga panas tubuhnya dapat dipertahankan (Manuaba, 2010).

Metode yang tepat dalam merawat BBLR yakni dengan

metode kangaroo mother care atau metode kanguru. Metode

Page 26: Kti akbid raha

kanguru adalah perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru

dalam kantung ibunya caranya : bayi diletakkan dalam dekapan

ibu dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala miring

kekiri atau kekanan, bayi dibungkus dengan kain hangat dan

kepala diberi topi,bayi sakit diletakkan di ruang hangat (tidak

kurang dari 250C ), pastikan tangan selalu hangat saat memegang

bayi, bila popok kain basah harus selalu di ganti, bayi

mendapatkan sumber panas alami (36 – 370C ) terus menerus

langsung dari kulit ibu,, mendapatkan kehangatan udara dalam

kantung/ baju ibu, serta ASI menjadi lancar.dekapan anda

adalahenergi bagi si kecil, jemur dengan sinar matahari pagi

kurang lebih ½ jam. (Syafrudin,2011 hal ; 372 ).

Menurut Marmi (2012) mekanisme pengaturan tempratur

tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu

diperlukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi

dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermi sangat beresiko

tinggi mengalami kesakitan berat bahkan kematian. Hipotermi mudah

terjadi ada bayi yang tubuhnya basah atau tidak segera dikeringkan

dan diselimuti walaupun didalam ruangan yang relati hangat. Cegah

uapaya kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain :

1) Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya

untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban

pada permukaan tubuh bayi.

Page 27: Kti akbid raha

2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.

Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti

handuk dan kainyang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan

selimut dan kain hangat, kering dan bersih.

3) Tutupi kepala bayi dan pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau

diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan

yang relatif luas dan bayi akan cepat kehilangan panas jika again

tersebut tidak ditutup.

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI karena pelukan

ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan

mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan

bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus

dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.

5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir karena,

bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubunya

(terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan,

terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan

kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada

saat bayi berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian

atau selimut. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama

setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat

membahayakan bayi baru lahir.

Page 28: Kti akbid raha

6) Tempatkan bayi di lingkungan hangat dan idealnya bayi baru lahir

ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya ditempat

tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara

yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat,

mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan

infeksi pada bayi.

7) Rangsangan taktil merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai

refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh

bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi sehat hal ini

biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernapasan spontan.

Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan

rangsangan taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda kegawatan,

segera lakukan tindakan untuk membantu pernafasan.

b. Mencegah Infeksi Dengan Ketat

BBLR sangat rentang akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip

pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang

bayi (Sarwono, 2009).

Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya

tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan

pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu tindakan

prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi

persalinan dengan prematuritas BBLR (Marmi, 2012).

Page 29: Kti akbid raha

Menurut sudarti (2013) pencegahan infeksi dapat dilakukan

dengan cara yaitu :

1) Cara kerja aseptic, cuci tangan setiap akan memegang bayi.

2) Mencegah terlalu banyak bayi dan petugas dalam satu ruangan.

3) Melarang petugas tang menderita infeksi masuk ketempat bayi

dirawat.

4) Antibiotic disesuaikan dengan pola kuman

5) Membatasi tindakan seminimal mungkin.

Penyediaan lingkungan yang aman bagi bayi baru lahir adalah

perhatian yang utama, terutama di rumah sakit tempat bayi beresiko

mengalami infeksi silang. Mencuci tangan dengan cermat dan sering

menggunakan sabun atau alkohol tepat menjadi salah satu metode

yang paling penting pada pencegahan infeksi. Pada situasi yang sibuk,

membersihkan dengan larutan cuci tangan berbahan dasar alkohol

adalah cara yang paling praktis meningkatkan kepatuhan, dan

menggunakan sarung tangan semakin mengurangi kontaminasi.

(Diane, 2009).

c. Pengawasan nutrisi/ASI yang adekuat

Refleks menelan BBLR belum sempurna oleh sebab itu

pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat (Sarwono, 2009).

Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim

pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB

dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhan dapat meningkat.

Page 30: Kti akbid raha

Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului

dengan menghisap cairan lambung, refleks masih lemah sehingga

pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekuensi

yang lebih sering (Marmi, 2012).

ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI

yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka

ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan

atau dengan menggunakan sonde menuju lambung. Permulaan cairan

yang diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan

sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari (Manuaba, 2010). Menurut

Marmi (2012) jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg) yaitu :

TABEL 1. JUMLAH CAIRAN YANG DI BUTUHKAN BAYI (ML/KG )Berat (g) Umur (hari)

1 2 3 4 5+

>1500 60 80 100 120 150

<1500 80 100 120 140 150

TABEL 2. JUMLAH ASI YANG DI BUTUHKAN BAYI SEHAT BERAT 1250-1499 GRAM

Pemberian Umur (hari)1 2 3 4 5 6 7

Jumlah ASI tiap 3 jam

(ml/kali)

10 15 18 22 26 28 30

Page 31: Kti akbid raha

d. Penimbangan yang ketat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/ nutrisi bayi

dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu

penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.

(Sarwono, 2009).

Menurut Sudarti (2013) bayi dengan berat badan 1500-2500 gr

tidak boleh kehilangan berat badan >10% dari berat badan lahir 4-5

lahir dan berat badan <1500 gr dapat kehilangan berat badan sampai

15% dari berat badan lahir 7-10 hari.

B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut

manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara

sistematis dan logis dalam memberikan asuhan kebidanan, agar

menguntungkan kedua belah pihak klien maupun yang member asuhan

(Suryani, 2008).

2. Pedoman Penerapan

a. Tujuan asuhan pada bayi baru lahir

Tujuan asuhan pada bayi baru lahir ini adalah memberikan

asuhan komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat masih di ruang

rawat serta mengajarkan kepada orang tua dan memberi motivasi agar

menjadi orang tua yang percaya diri. Setelah kelahiran, akan terjadi

serangkaian perubahan tanda-tanda vital dan tampilan klinis jika bayi

reaktif terhadap proses kelahiran. (Wafi, 2010).

Page 32: Kti akbid raha

b. Perubahan pada bayi baru lahir

Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami

sejumlah adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat

untuk bayi menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar

uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan

yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa

transisi yang baik (Wafi, 2010).

Periode transisional mencakup tiga periode, meliputi periode

reaktivitas, fase tidur, dan periode kedua reaktivitas. Karakteristik

masing-masing periode memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir

(Marmi, 2012).

1) Reaktivitas I

Dimulai pada masa persalinan dan berakhir setelah 30

menit. Selama periode ini detak jantung cepat dan pulsasi tali pusat

jelas. Warna kulit terlihat sementara sianosis atau akrosianosis.

Selama periode ini mata bayi membuka dan bayi memperlihatkan

perilaku siaga. Bayi mungkin menangis, terkejut atau terpaku.

Selama periode ini setiap usaha harus dibuat untuk memudahkan

kontak bayi dan ibu. Membiarkan ibu memegang bayi untuk

membantu proses pengenalan. Bayi sering mengeluarkan kotoran

dengan seketika setelah persalinan dan suara usus pada umumnya

terdengar setelah usia 30 menit. (Marmi, 2012).

Page 33: Kti akbid raha

2) Fase tidur

Berlangsung selama 30 menit sampai 2 jam persalianan.

Tingkat tarif pernapasan menjadi lebih lambat. Bayi dalam keadaan

tidur, suara usus muncul tapi berkurang. Jika mungkin bayi tidak

diganggu untuk pengujian utama dan jangan memandikannya.

Selama masa tidur memberikan kesempatan pada bayi unutuk

memulihkan diri dari proses persalinan dan periode transisi ke

kehidupan di luar uterin (Marmi, 2012).

3) Periode reaktivitas II

Berlangsung selama 2 sampai 6 jam setelah persalinan.

Jantung bayi labil dan terjadi perubahan warna kulit yang

berhubungan dengan stimulus lingkungan. Tingkat pernafasan

bervariasi tergantung pada aktivitas. Neonatus mungkin

membutuhkan makanan dan harus menyusu. Pemberian makan

awal penting dalam pencegahan hipoglikemia dan stimulasi

pengeluaran kotoran dan pencegahan penyakit kuning. Pemberian

makan awal juga menyediakan kolonisasi bakteri isi perut yang

mengarahkan pembentukan vitamin K oleh traktus intestional

(Marmi, 2012).

Periode transisi ke kehidupan ekstrauterin berakhir setelah

periode kedua raktivitas. Hal ini terjadi sekitar 2-6 jam setelah

persalinan. Kulit dan saluran pencernaan neonatal belum

terkolonisasi oleh beberapa tipe bakteri (Marmi, 2012).

Page 34: Kti akbid raha

c. Pemeriksaan pada bayi baru lahir

Menurut Marmi (2012) pemeriksaan pada bayi baru lahir dapat

dilakukan sebagai berikut :

1) Pengkajian fisik

Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan bagian dari prosedur

perawatan bayi segera setelah lahir. Berikut ini adalah prosedur

perawatan bayi segera setelah lahir :

a) Mempelajari hasil anamnesis, meliputi riwayat hamil, riwayat

persalinan, riwayat keluarga.

b) Menilai skor APGAR.

c) Melakukan resusitasi neonatus.

d) Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jangan terlalu

pendek dan harus diawasi setiap hari.

e) Memberikan identifikasi bayi dengan memberi kartu bertuliskan

nama ibu, diikatkan dipergelangan tangan atau kaki.

f) Melakukan pemeriksaan fisik dan observasi tanda-tanda vital.

g) Meletakkan bayi dalam kamar transisi (jika keadaan umum baik),

atau dalam inkubator jika ada indikasi.

h) Menentukan tempat perawatan : rawat gabung, rawat khusus atau

rawat intensif.

i) Melakukan prosedur rujukan bila perlu. Jika ada penyakit yang

diturunkan dari ibu, misalnya penyakit hepatitis B aktif, langsung

diberikan vaksinasi pada bayi.

Page 35: Kti akbid raha

2) Pengukuran antropometri

a) Penimbangan berat badan

Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke

titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas

dan pembungkus bayi.

b) Pengukuran panjang badan

Letakkan bayi ditempat yang datar. Ukur panjang badan dari

kepala sampai tumit dengan kaki atau badan bayi diluruskan. Alat

ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.

c) Ukur lingkar kepala

Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala

kembali lagi ke dahi.

d) Ukur lingkar dada

Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke

dada yaitu pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu.

3) Pemeriksaan fisik

a) Kepala

Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran

dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar

mengindikasikan bayi preterm, moulding yang buruk atau

hidrosefalus. Periksa adanya trauma kelahiran dan perhatikan

adanya kelainan kongenital.

Page 36: Kti akbid raha

b) Wajah

Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi

tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauterin.

c) Mata

Lakukan pemeriksaan diantaranya jumlah, posisi, adanya

strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna, glaucoma

congenital, katarak congenital, trauma, sekret.

d) Hidung

Kaji bentuk dan lebar hidung, periksa adanya sekret

adanya pernapasan cuping hidung.

e) Leher

Periksa adanya trauma leher, lakukan perabaan untuk

mengidentifikasi adanya pembengkakan, periksa adanya

pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.

f) Tangan

Periksa jumlah jari, kedua lengan harus sama panjang,

lengan harus bebas bergerak, telapak tangan harus dapat terbuka

dan periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi.

g) Dada

Periksa kesimetrisan gerakan dada saat napas, pada bayi

cukup bulan, putting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak

simetris dan payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal

Page 37: Kti akbid raha

h) Abdomen

Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara

bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas, jika perut sangat

cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika, abdomen yang

membuncit kemungkinan hepatosplenomegali/tumor, jika perut

kembung kemunginan adanya enterokolis vesikalis dan omfalokel.

i) Genitalia

Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3

cm, posisi lubang uretra, periksa adanya hipospadia dan epispadia,

skrotum dipalpasi untuk memastikan jumlah testis. Pada bayi

perempuan yang cukup bulan labia mayora menutupi labia minora,

lubang uretra terpisah dengan lubang vagina.

j) Anus dan rektum

Periksa adanya kelainan atresia ani, kaji posisinya

mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai

48 jam belum keluar kemungkinan adanya mekonium plug

syndrome, megakolon/obstruksi saluran pencernaan.

k) Tungkai

Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki, panjang kedua

kaki, gerakan, dan adanya polidaktili/sidaktili pada jari kaki

l) Kulit

Periksa adanya ruam dan bercak/tanda lahir,

pembengkakan, verniks kaseosa dan lanugo.

Page 38: Kti akbid raha

4) Pemeriksaan refleks

a) Refleks hisap

Benda menyentuh bibir disertai refleks menelan. Tekanan

pada mulut bayi pada langit bagian dalam gusi atas timbul isapan

yang kuat dan cepat yang dapat dilihat pada waktu bayi menyusu.

b) Refleks rooting

Bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi dan

bayi menolehkan kepalanya ke arah jari kita dan membuka

mulutnya.

c) Refleks genggam

Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan

dengan gentle, normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat.

Jika telapak tangan bayi ditekan, bayi mengepalkan tinjunya.

Menurut Short (2008) refleks genggam menghilang pada usia 6-8

bulan.

d) Refleks moro

Timbulkan pergerakan tangan yang simetris apabila kepala

tiba-tiba digerakkan atau dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.

Menurut Short (2008) refleks moro muncul pada saat lahir sampai

bayi berusia 3 bulan.

e) Refleks tonik otot leher asimetris

Refleks ini dapat ditimbulkan dengan cara menolehkan

kepala bayi kesatu sisi dan bayi akan bereaksi dengan gerakan

Page 39: Kti akbid raha

ekstensi lengan dan tungkai pada sisi yang berlawanan. Refeks ini

berangsur menghilang pada usia kehamilan 36 minggu dan hampir

tidak tampak pada bayi cukup bulan, kemudian muncul lagi pada

usia 1 bulan dan selanjutnya menghilang lagi (Short, 2008).

f) Refleks tonik otot leher simetris

Bila kepala bayi diekstensikan, akan terdapat tonus otot

ekstensor lengan dan tonus otot fleksor tungkai. Bila difleksikan,

akan terjadi sebaliknya. Refleks ini menghilang pada usia 8-10

minggu (Short, 2008).

d. Peran bidan

Menurut Marmi (2012) bidan berperan dalam asuhan terhadap

bayi dan balita terutama dalam hal :

1) Melakukan pengkajian/pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan

anak.

2) Penyuluhan kesehatan pada keluarga yaitu pemberian makanan bayi,

cara pemberian ASI pada bayi, cara menyusui bayi yang baik, hal-hal

yang mempengaruhi produksi ASI, saat pergantian ASI dengan susu

buatan, perlunya bayi mendapat makanan tambahan, menghentikan

pemberian ASI, pemeriksaan rutin/berkala, imunisasi.

3) Bidan berperan dalam pemberian ASI dengan memberikan konseling

pada ibu mengenai biarkan bayi memperoleh kolostrum saat menyusu,

hindarkan pemberian makanan lain selain ASI sampai bayi berusia 6

Page 40: Kti akbid raha

bulan, cara menyusui yang benar, tanda bayi cukup ASI dan

memberikan dukungan psikologi.

4) Bidan berperan dalam pemantauan BAB dan BAK yaitu

mengobservasi frekuensi, konsistensi, dan warna, mengganti popok

bila bayi BAB/BAK, pola bayi BAB/BAK dan cara mengobservasi

frekuensi, konsistensi dan warna.

e. Penatalaksanaan bayi baru lahir normal

1) Membersihkan jalan nafas

Bila bayi tidak langsung menangis, penolong segera

membersihkan jalan nafas dengan cara yaitu meletakkan bayi pada

posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat, gulung sepotong

kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan

kepala tidak menekuk, bersihkan hidung, rongga mulut dan

tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus dengan kassa

steril, tepuk kedua kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi

dengan kain kering dan kasar, dan membersihkan jalan nafas.

2) Memotong dan merawat Tali Pusat

Sebelum memotong tali pusat, pastikan tali pusat telah di

klem dengan baik untuk mencegah terjadinya perdarahan.

3) Mempertahankan Suhu tubuh Bayi

Bayi baru lahir harus dibungkus hangat, suhu tubuh bayi

merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat

sampai suhu tubuhnya sudah stabil.

Page 41: Kti akbid raha

4) Memberikan injeksi vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi

lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K per oral 1 mg/hari

selama 3 hari sedangkan bayi resiko tinggi di beri vitamin K parenteral

dengan dosis 0,5 – 1 mg secara IM.

5) Memberi obat/salep mata, untuk mencegah infeksi

Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin

dan langsung diteteskan pada mata bayi segera stetelah lahir.

6) Identifikasi Bayi

Sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada

setiap bayi lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi

dipulangkan.

Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata,

dan identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam keadaan

krisis, dan dokter memberi intruksi khusus. (Setia, 2013).

3. Langkah-langkah Manajemen

a. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien. Untuk memperoleh data diperoleh dengan cara :

1) Anamnesis

Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat

menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan

nifas, bio-psiko-sosio-spiritual, serta pengetahuan klien.

Page 42: Kti akbid raha

2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-

tanda vital.

b. Langkah II: Merumuskan Diagnosa/ Masalah Aktual

Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis

atau masalah berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang

telah dikumpulkan.

c. Langkah III: Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial dan Antisipasi

penanganan

Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial

atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat

waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini

menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan

asuhan yang aman.

d. Langkah IV: Perlunya Tindakan Segera/ Kolaborasi Segera dengan

Tenaga Kesehatan Lain

Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan

konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan

lain sesuai dengan kondisi klien.Langkah keempat mencerminkan

kesinambungan proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak

hanya berlangsung selama asuhan primer periodik atau kunjungan

prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan

bidan.

Page 43: Kti akbid raha

e. Langkah V: Rencana Asuhan Menyeluruh

Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang

ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang

telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data

yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi

segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap

masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi

untuk klien tersebut.

f. Langkah VI: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan

Aman

Pada langkah keenam rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan

efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh

bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan

lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, namun ia tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

g. Langkah VII: EvaluasiPada langkah terakhir, dilakukan evaluasi

keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan. Apakah benar-benar telah

terpenuhi sebagaimana diidentifikasi didalam diagnosis dan masalah.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif

dalam pelaksanaannya (Suryani, 2008)

Page 44: Kti akbid raha

h. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

a. Pengertian

Menurut Tungpalan (1983) dalam Marmi (2012)

mengatakan bahwa dokumen adalah catatan yang dapat

dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.

Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau

merekam peristiwa dan objek maupaun aktifitas.

Dokumentasi asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah

bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat dan

bidan setelah memberi asuhan kepada pasien. Dokumentasi

merupakan suatu informasi lengkap meliputi satus kesehatan

pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan kebidanan serta respon

pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian

dokumentasi kebidanan mempunyai porsi yang besar dari catatan

klinik pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi

yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan

juga dapat digunakan sebagai wahana komunikasi dan koordinasi

antar profesi yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu

fakta aktual untuk dipertanggung jawabkan.

Dokumentasi asuhan kebidanan merupakan bagian

integral dari asuhan kebidanan yang dilaksanakan sesuai standar.

Dengan demikian pemahaman dan keterampilan dalam

menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang

Page 45: Kti akbid raha

mutlak bagi setiap tenaga kebidan agar mampu membuat

dokumentasi kebidanan secara baik dan benar.

Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk

pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan

kebidanan, sehingga langkah-langkah dalam manajemen

kebidanan merupakan alur pikir dalam pemecahan masalah dan

mengambil keputusan klinis. Asuhan yang dilakukan harus dicatat

secara benar, sederhana, jelas dan logis sebagai

pendokumentasian.

Pendokumentasian yang diterapkan dalam metode SOAP

merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas. Logis dan

singkat. (Wafi, 2011).

b. Proses Manajemen SOAP

1) S (Data Subjektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesa sebagai langkah 1 varney. S (Subyektif) ini

merupakan informasi yang diperoleh langsung dari klien. Informasi

tersebut dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang

berhubungan dengan diagnosa.

2) O (Data Objektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam

data focus untuk mendukung assessment sebagai langkah 1 varney.

Page 46: Kti akbid raha

Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan

pada waktu pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan

laboratorium, USG, dan lain-lain. Apa yang diobservasi oleh bidan

akan menjadi komponen yang berarti dari diagnose yang akan

ditegakkan. (Marmi, 2012).

3) A (Assessment)

Assessment menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:

(a) Diagnosis / masalah (diagnose adalah rumusan dari hasil

pengkajian mengenai kondisi klien: hamil, bersalin, nifas dan

bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data yang

didapat,masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga

kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu

kehamilan atau kesehatan tetapi tidak masuk dalam

diagnosa).

(b) Antisipasi diagnosis/ kemungkinan masalah

(c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/

kolaborasi, dan atau perujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4

varney (Marmi, 2012).

4) P (Planning)

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan

dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah 5, 6, 7

(Marmi, 2012).

Page 47: Kti akbid raha

BAB III

STUDI KASUS

Pada bab ini akan di jabarkan tentang penerapan manajemen asuhan

kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi Ny.” N “dengan

BBLR di ruang Teratai Rumah sakit umum Daerah Kabupaten Muna pada tanggal

18 s.d 21 juni 2014,yang diawali dengan penngumpulan data dasar dan berakhir

dengan evaluasi.

A. Pengumpulan data dasar

Dalam proses pengumpulan data di kerjakan dengan mengkaji secara umum

dengan berfokus pada keluarga bayi pada tanggal 18 juni 2014,pukul 16.10 WITA

1. Pengkajian Data

Biodata

a) Identitas Bayi

Nama bayi :  Bayi Ny “N”

Tanggal lahir / jam :  18 juni 2014 Jam16.00 WITA

Anak :  Ke lima

Jenis kelamin : laki-laki

Umur saat dikaji :  0 hari 

b) Identitas orang tua

Nama Ibu/ Ayah : Ny “N”/ Tn “U”

Umur Ibu/ Ayah : 30 Tahun/ 35 Tahun

Suku : Muna/ Muna

Page 48: Kti akbid raha

Agama : Islam/ Islam

Pendidikan : S1/ S1

Pekerjaan : PNS / Wiraswasta

Pernikahan ke- : 1/1

Alamat : Waara

2. Data Biologis / Fisiologis

a) Keadaan bayi sekarang

Bayi lahir tanggal 18 juni 2014 jam 16.00 wita dengan sectio caesar

langsung menangis, gerakan aktif, warna kulit kemerahan, jenis

kelamin laki-laki, berat badan lahir 1600 gram, panjang badan 40cm.

b) Riwayat kehamilan

Ibu mengatakan :

(1)Hamil yang ke lima, pernah melahirkan empat kali dan tidak

pernah keguguran (GV PIv A0).

(2) HPHT Tanggal 07-11-2013, HTP tanggal 14-08-2014, pernah

memeriksakan kehamilannya di bidan sebanyak 4 kali

(3) Penyakit yang diderita selama hamil tekanan darah tinggi.

(4) Ibu merasakan pergerakan janin sejak umur kehamilannya ± 5

bulan.

(5) Obat-obatan yang diminum selama hamil adalah Sulfa Ferosus

90 tablet 1x1/hari

Page 49: Kti akbid raha

c) Riwayat Persalinan/ Kelahiran

(1) Umur kehamilan                 : 31 minggu 6 hari

(2) Tempat persalinan               : RSUD Kabupaten Muna

(3) Penolong pesalinan             : Dokter Spesialis Kandungan

(4) Jenis persalinan                   : Sectio Caesar

(5) Tanggal /Jam lahir               : 18 juni 2014 Jam 16.00 Wita

d) Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar Bayi

(1) Nutrisi/ Cairan

(2) Bayi belum disusui oleh Ibunya setelah melahirkan

(3) Eliminasi

(4) Tidur / Istirahat  : Bayi tertidur saat dikaji

(5) Personal hygiene terpelihara oleh petugas

e) Pemeriksaan Umum

(1) Jenis kelamin :laki – laki

(2) BBL/PBL : 1600 gram/ 40 cm

(3) Keadaan Umum :  Baik/ Tidak ada cacat bawaan

(4) Masa gestasi : 31 minggu 6 hari

(5) Apgar Skor : 8/10

(a) Seluruh tubuh berwarna kemerah-merahan : 2

(b) Denyut jantung 142 kali/menit : 2

(c) Bayi menangis jika diberi rangsangan : 2

(d) Gerakan tangan dan kaki lemah : 1

Page 50: Kti akbid raha

(e) Bayi menangis lemah : 1

f) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

Suhu badan : 36,8°C

Pernapasan                    : 45 x/menit

Denyut jantung             : 140x/menit

g) Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi)

(1) Kepala

Kepala besar, rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura

lebar dan belum menutup, tidak ada benjolan.

(2) Wajah

Tidak oedema, tidak ikterus

(3) Mata

Simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, conjungtiva

merah muda, Mata bersih tidak ada secret

(4) Hidung

Tidak ditemukan adanya kelainan

(5) Mulut dan Bibir

Normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap

Lemah

(6) Telinga

Lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih,

tidak ada secret.

Page 51: Kti akbid raha

(7) Leher

Tidak ada trauma

(8) Dada dan Perut

Dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai irama

pernapasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu

kecil, tali pusat tampak basah dan terbungkus dengan kasa.

(9) Genetalia

Skrotum kecil, testis tidak teraba

(10)Ekstermitas

Pergerakan lemah, Tidak ada cacat bawaan

(11) Keadaan Kulit

Warna kulit kemerahan, tipis, transparan,pembuluh darah

kelihatan .

h) Resfleks 

(1)Refleks Moro : ada

(2)Refleks Megisap : ada

(3)Refleks menelan : ada

(4)Refleks Menggeggam : ada

i) Pemeriksaan Pengukuran

(1) Ukuran lingkaran

(a) Lingkar Kepala : 30 cm

(b) Lingkar Dada : 29 cm

(c) Lingkar Perut : 28 cm

Page 52: Kti akbid raha

(d) Lila : 8 cm

(2) Ukuran  panjang             

(a) Kepala - Syimpisis    : 16 cm

(b) Sympisis kaki           : 21 cm

(c) Panjang  lengan        : 10 cm

3. Data psikologis, Spritual dan Ekonomi

a) Pola emosional bayi, bayi tenang/tidur saat dikaji

b) ersepsi orang tua terhadap anaknya, orang tua sabar dan

mempercayakan sepenuhnya perawatan anaknya pada bidan.

c) Orang tua nampak tenang dan menerima keadaan bayinya serta mau

bekerjasama dengan petugas kesehatan untuk perawatan bayinya

terutama pemberian ASI.

d) Ibu tinggal dirumah sendiri

e) Biaya hidup dan biaya perawatan ditanggung oleh Ayah

4. Data Tambahan

Pemberian susu formula untuk bayi BBLR sebagai nutrisi

tambahan untuk bayi karena ASI ibu belum ada berdasarkan intruksi dari

dokter.

B. Identifikasi diagnosa/masalah aktual

Berdasarkan data dasar yang ada, maka dapat diidentifikasi diagnosa padabayi

berupa :

Bayi baru lahir, sesuai masa kehamilan dengan bayi berat lahir rendah.

Page 53: Kti akbid raha

1. Bayi baru lahir sesuai masa kehamilan

Data Dasar :

a) Data Subjektif

(1) Ibu mengatakan HPHT tanggal 7-11-2013

(2) keluarga mengatakan bayi lahir tanggal 18-06-2014, jam 16.00 wita

b) Data Objektif

(1) Tafsiran persalinan 14-08-2014

(2) Berat badan         : 1600 gram

(3) Panjang badan     : 40 cm

(4) Tanda-tanda vital

(a) Laju jantung : 140 kali/menit

(b) Pernapasan : 45 kali/menit

(c) Suhu : 36,8°C

Analisis Dan Interpretasi Data

a. Usia kehamilan dapat ditentukan dengan rumus neagle. Dari HPHT

yaitu tanggal 7-11-2013 sampai pada bayi dilahirkan yaitu tanggal

18-06-2014 maka bayi berumur 31 minggu 6 hari, umur kehamilan

39 minggu bayi tersebut sudah aterm (Hutari, 2012 :72).

b. Bayi normal memiliki berat badan 2.500-4.000 gram, panjang

badan 47-52 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar dada 30-38 cm,

testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang, panjang

kuku melewati bantalan kuku refleks isap dan menelan baik. Tidak

Page 54: Kti akbid raha

ada kelainan pada pemeriksaan fisik menandakan bayi norma

(Asuhan Kebidanan Edisi 4, Helen Varney).

2. Bayi Berat Lahir Rendah

Data dasar

a. Data subyektif

Ibu mengatakan pada masa kehamilan status gizinya kurang

b. Data obyektif

Status gizi ibu kurang yaitu lingkar lengan atas 20 cm dan peningkatan

berat badan 5 kg selama kehamilan.

Analisis dan interprestasi data

Status gizi ibu hamil pada trimester pertama akan sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio pada masa perkembangan

dan pembentukan organ-organ tubuh (organogenesis). Pada trimester II

dan III kebutuhan janin terhadap zat-zat gizi semakin meningkat. Jika

tidak terpenuhi, plasenta akan kekurangan zat makanan sehingga akan

mengurangi kemampuannya mensintesis zat-zat yang dibutuhkan oleh

janin, (Kukuh, 2012).

C. Merumuskan diagnosa/masalah potensial

Berdasarkan keadaan ibu dapat di tetapkan adanya suatu masalah potensial

yang akan terjadi yaitu hipotermi dan infeksi tali pusat.

1. Potensial Terjadi Hipotermi

Data Dasar

a. Data Subjektif: -

Page 55: Kti akbid raha

b. Data Objektif

1) Umur kehamilan 31 minggu 6 hari

2) Berat badan 1600 gram

3) Kulit bayi tipis

4) Suhu: 36,8°C

5) Bayi terbungkus sarung di dalam inkubator.

Analisis Dan Interpretasi Data

Hipotermi dapat terjadi karena peningkatan penguapan akibat

kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan permukaan tubuh yang

lebih lama dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir

normal. Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu

tubuh yang belum berfungsi dengan baik dan produksi panas yang

berkurang karena lemak coklat yang belum cukup (Winkjisastro, 2002)

dalam (Marmi, 2012).

1. Potensial Terjadi Infeksi Tali Pusat

Data Dasar

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan bayinya lahir kurang bulan dengan berat 1600

gram.

b. Data Objektif

1) Tali pusat belum puput dan basah

2) Berat badan lahir 1600 gram (N > 2500 gram)

Page 56: Kti akbid raha

3) TTV  

Suhu : 36,8°C         

Denyut Jantung Janin : 140 x/menit    

Pernapasan : 45 x/menit   

Analisis Dan Interpretasi Data

Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Kerentanan terhadap

infeksi ini karena kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih

rendah dan fungsi imun belum sempurna (Atikah, 2010).

D. Mengidentifikasi tindakan segera/kolaborasi

Berdasarkan data yang telah di kumpulkan maka dilakukan pemantauan

pada bayi yaitu :

Tindakan kolaborasi dengan dokter anak yaitu Pemberian susu setiap 3 jam

E. Rencana tindakan asuhan kebidanan

Sesuai dengan diagnosa dan masalah yang ada maka di buat rencana asuhan

dari setiap diagnosa dan masalah untuk mengatasi masalah yang ada.

Asuhan yang akan di laksanakan dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang di

kehendaki berdasarkan diagnosa dan masalah yang ada,hal tersebut dapat dilihat

pada uraian dibawah ini :

1. Tujuan

a. Terjadinya peningkatan berat badan

b. Tidak terjadi hipotermi pada bayi

c. Tidak terjadi infeksi tali pusat

Page 57: Kti akbid raha

2. Kriteria

a. Berat badan meningkat atau penurunan tidak lebih 10 % dari berat badan

lahir

b. Produksi ASI Ibu lancar dan bayi dapat menyusu dengan baik

c. TTV dalam batas normal

1) Suhu tubuh         : 36,5°C-37,2°C

2) Pernapasan          : 30-60 kali/menit

3) Denyut jantung   : 120-160 kali/menit   

d. Tidak ada tanda-tanda infeksi: merah, bengkak, panas, nyeri dan

pengeluaran pus.

3. Rencana Tindakan

Tanggal 18 juni 2014 Jam 16.15 WITA

1. Melakukan informed consed untuk tindakan yang akan dilakukan

Rasional : agar ibu mengerti dengan tindakan yang akan dilakukan

sehingga dapat kooperatif dan dapat melindungai bidan dari

tuntutan hukum.

2. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan

Rasional : agar ibu dapat mengetahui keaadaan bayinya

3. Membungkus tali pusat

Rasional : agar tidak terinfeksi

4. Membersihkan jalan napas

Rasional : agar bayi dapat bernapas dengan baik

5. Memberikan vitamin K 0,5 mg secara intra muskular pada paha kiri bayi

Rasional : agar tidak tejadi perdarahan pada otak.

Page 58: Kti akbid raha

6. Memberikan oxytetracyclin

Rasional : untuk mencegah infeksi pada mata bayi

7. Menimbang berat badan bayi

Rasional : untuk mengetahui berat dan panjang bayi

8. Mengobservasi tanda-tanda vital

Rasional : untuk mengetahui kondisi kesehatan bayi

9. Merawat bayi dalam inkubator

Rasional : agar suhu bayi terjaga

10. Mengobservasi eliminasi, BAB dan BAK

Rasional : untuk mengetahui bayi sudah BAK dan BAB

11. Memberi PASI (susu formula)

Rasional : agar kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi

F. P elaksanaan asuhan kebidanan

Asuhan akan dilaksanakan berdasarkan perencanaan,pelaksanaan asuhan tersebut adalah :

Tanggal 18 juni 2014 Jam 16.20 WITA

1. Melakukan informed consed untuk tindakan yang akan dilakukan

Hasil : keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan

2. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan

Hasil : ibu telah mengetahuinya

3. Membungkus tali pusat

Hasil : Tali pusat telah dibungkus dengan kasa steril

4. Membersihkan jalan napas

Hasil : jalan napas telah dibersihkan

Page 59: Kti akbid raha

5. Memberikan vitamin K 0,5 mg secara intra muskular pada paha kiri bayi

Hasil : telah diberikan vitamin K 0,5 mg

6. Memberikan oxytetracyclin

Hasil : telah diberikan salep mata

7. Menimbang berat badan bayi

a) Berat badan : 1600 gram

b) Panjang badan : 40 cm

Hasil : berat badan bayi dan panjang bayi telah ditimbang

8. Mengobservasi tanda-tanda vital

a) Laju jantung : 140 kali permenit

b) Penapasan : 42 kali/ menit

c) Suhu : 36,80C

Hasil : tanda-tanda vital telah periksa

9. Merawat bayi dalam incubator

Hasil : bayi telah dirawat dalam incubator dengan suhu 33,40C

10. Mengobservasi eliminasi, BAB dan BAK

Hasil : bayi BAB dan BAK satu kali pada pukul 22.00 WITA

11. Memberi PASI (susu formula) sesuai dengan intruksi dokter

Hasil : PASI telah diberikan 10 cc melalui dot / 3 jam

G. E valuasi asuhan kebidanan

Setelah melaksanakan asuhan yang telah di rencanaka, maka dilakukan

evaluasi guna mengetahui perkembangan dan kemajuan dari keadaan bayi.

Tanggal 18 juni 2014 Jam 17:30 WITA

Page 60: Kti akbid raha

1. Gangguan pemenuhan nutrisi telah teratasi dengan kriteria:

a. Berat badan bayi bertambah menjadi 1675 gram

b. Bayi mengisap dengan baik

2. Hipotermi tidak terjadi pada bayi dengan kriteria TTV dalam batas normal:

S          : 36,8°C          

DJ        : 140 x/menit   

P          : 45 x/menit

3. Tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi yaitu merah, bengkak, nyeri, dan

pengeluaran pus.

Page 61: Kti akbid raha

B. Pendokumentasian

1. Identitas bayi / orang tua

Identitas Bayi

Nama bayi :  Bayi Ny “N”

Tanggal lahir / jam :  18-06-2014 Jam 16.00 WITA

Anak :  Kelima

Jenis kelamin :  laki-laki

Umur saat dikaji :  0 hari 

2. Identitas orang tua

Nama Ibu/ Ayah : Ny “N”/ Tn “U”

Umur Ibu/ Ayah : 30 Tahun/ 35 Tahun

Suku : Muna/ Muna

Agama : Islam/ Islam

Pendidikan : S1/ S1

Pekerjaan : PNS / Wiraswasta

Pernikahan ke- : 1/1

Alamat : Waara

a. Data Subyektif ( S )

Ibu mengatakan :

1. Hamil yang ke lima, pernah melahirkan empat kali dan tidak pernah

keguguran (GV PIv A0).

2. HPHT Tanggal 07-11-2013, HTP tanggal 14-08-2014

3. Memeriksakan kehamilannya di bidan sebanyak empat kali

Page 62: Kti akbid raha

4. Selama hamil ibu kurang makan

5. Tidak ada ketergantungan obat dan alkohol.

6. Tekanan darahnya naik, penglihatannya kabur, dan bengkak pada wajah

dan ekteremitas.

7. Dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit DM, hipertensi, jantung,

malaria

8. Melahirkan pada tanggal 18-06-2014 jam : 16.00 Wita

b. Data Obyektif (O)

1. Bayi lahir tanggal 18-06-2014 Jam 16.00 WITA dengan BBLR, Seksio

Caesarea

2. Bayi lahir segera menangis dengan BB 1600 gram, PB 40 cm, anus (+).

3. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan umum

1) BBL : 1600 gram

2) PBL : 40 cm

3) JK : laki-laki

4) LK        : 30 cm

5) LD        : 29 cm

b. Tanda-tanda vital

Suhu           : 36,8°C          

Denyut Jantung Janin       : 140 x/menit     

Pernapasan           : 45 x/menit        

Page 63: Kti akbid raha

c. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi)

1) Kepala

Kepala besar, rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar dan

belum menutup, tidak ada benjolan

2) Wajah

Tidak oedema, tidak ikterus

3) Mata

Simetris kiri dan kanan, kklera berwarna putih, conjungtiva merah

muda, mata bersih tidak ada secret

4) Hidung

Tidak ditemukan adanya kelainan

5) Mulut dan Bibir

Normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap lemah

6) Telinga

Lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tidak

ada secret.

7) Leher

Tidak ada trauma

8) Dada dan Perut

Dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai irama pernapasan

bayi, Tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu kecil, tali pusat

tampak basah dan terbungkus dengan kasa.

9) Genetalia

Page 64: Kti akbid raha

Skrotum kecil,testis tidak teraba, ada lubang anus

10) Ekstermitas

(a) Pergerakan lemah

(b) Tidak ada cacat bawaan

(c) Keadaan Kulit : Kulit tipis, transparan, pembuluh darah

kelihatan

d. Data tambahan

Pemberian susu formula berdasarkan intruksi dokter

c. Assesment (A)

Bayi baru lahir, sesuai masa kehamilan dengan bayi berat lahir rendah

d. Planning (P)

Tanggal 18 juni 2014 Jam 17.15 WITA

1. Melakukan informed consed untuk tindakan yang akan dilakukan

Hasil : Keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan

2. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan

Hasil : ibu telah mengetahuinya

3. Membungkus tali pusat

Hasil : Tali pusat telah dibungkus dengan kasa steril

4. Membersihkan jalan napas

Hasil : Jalan napas telah dibersih

5. Memberikan vitamin K 0,5 mg secara intra muskular pada paha kiri bayi

Hasil : Telah diberikan vitamin K 0,5 mg

6. Memberikan oxytetracyclin

Page 65: Kti akbid raha

Hasil : Telah diberikan salep mata

7. Menimbang berat badan bayi

a) Berat badan : 1600 gram

b) Panjang badan : 40 cm

Hasil : berat badan bayi dan panjang bayi telah ditimbang

8. Mengobservasi tanda-tanda vital

a) Laju jantung : 140 x/ menit

b) Penapasan : 45 x/ menit

c) Suhu : 36,80C

Hasil : Tanda-tanda vital telah periksa

9. Merawat bayi dalam incubator

Hasil : Bayi telah dirawat dalam incubator dengan suhu 33,40C

10. Mengobservasi eliminasi, BAB dan BAK

Hasil : Bayi BAB dan BAK satu kali pada pukul 22.00 pada tanggal 18

Juni 2014.

11. Memberi PASI (susu formula) sesuai dengan intruksi dokter

Hasil : PASI telah diberikan 10 cc melalui dot / 3 jam

Page 66: Kti akbid raha

TABEL 3. PERKEMBANGAN PADA BAYI NY ”N” DENGAN BBLR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA

TANGGAL18 s.d 21 JUNI 2014No Hari/tanggal TTV Nutrisi

(susu)/hariBB( gram )

1. Rabu/18-6-2014 DJ : 140x/menitS : 37,3 °CP : 40x/menit

60 ml 1600

2. Kamis/19-6-2014 DJ : 141x/menitS : 36,4 °CP : 45x/menit

60 ml 1575

3. Jumat/20-6-2014 DJ : 144x/menitS : 36,6 °CP : 44x/menit

70 ml 1625

4. Sabtu/21-6-2014 DJ:145x/menit S :37 °C P : 45x/menit

90 ml 1675

Page 67: Kti akbid raha

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan kesesuaian maupun kesenjangan

antara tinjauan pustaka dengan studi kasus pada bayi “N” dengan BBLR Di

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 18 s.d 21 Juni 2014

dengan teori penanganan Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam pembahasan Bayi

Berat Lahir Rendah, penulis akan membahas berdasarkan pendekatan Manajemen

Asuhan Kebidanan 7 langkah varney yaitu :

A. Pengumpulan Data Dasar

Pada tahap ini penulis tidak menemui hambatan yang berarti pada saat

pengumpulan data, karena orang tua maupun keluarga terbuka dalam memberikan

informasi yang dibutuhkan yang berhubungan dengan keadaan klien sehingga

memudahkan penulis dalam pengumpulan data. Pada kasus bayi Ny”N” dengan

BBLR memperoleh hasil pengkajian dimana semua keluhan terhadap bayi Ny”N”

ditemukan pada teori yaitu BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan

kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Berdasarkan data yang

diperoleh di dalam studi kasus bayi Ny”N” dengan BBLR menunjukkan adanya

kesamaan dengan penjelasan bayi berat lahir rendah sesuai dengan konsep dasar.

Dalam teori ditemukan bahwa tahap pengkajian merupakan dasar

manajemen kebidanan yang kegiatannya ditujukan untuk mengumpulkan

informasi mengenai bayi Ny“N” dengan kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

tentang masalah kesehatannya meliputi Bio, Psiko, Sosial dan Spritual. Dalam

asuhan kebidanan yang dilakukan pada bayi Ny“N” penulis tidak mendapat

Page 68: Kti akbid raha

hambatan karena adanya kerjasama yang baik dari orang tua bayi, keluarga dan

bidan yang terlibat untuk memberikan informasi/ data sesuai keadaan dan

perawatan bayi Ny“N” sehingga memudahkan dalam pengumpuan data.

Menurut teori bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang 37 minggu

dengan berat badan <2500 gram adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dimana

berat badan ini tidak sesuai dengan berat badan seharusnya untuk usia kehamilan

(N : > 2500 gram) atau dengan kata lain prematuritas adalah hal yang dialami oleh

klien yang dikaji sehingga terdapat kesesuaian antara teori tersebut dengan fakta

yang ada. 

Adapun faktor yang menjadi penyebab BBLR prematur menurut teori

yang disebutkan dalam buku Atikah (2010) BBLR tipe premature disebabkan oleh

: Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan pada usia

<20 tahun atau >35 tahun, kehamilan kembar, pernah melahirkan bayi prematur

sebelumnya, cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah sehingga tidak

mampu menahan berat bayi dalam rahim), perdarahan sebelum atau saat

persalinan (antepartum hemorrhage) dan ibu hamil yang sedang sakit.

Kenyataan yang penulis dapatkan adalah bayi Ny“N” mengalami BBLR

prematur masuk dalam kategori penyebabnya yaitu ibu dengan berat badan

rendah pada saat hamil,usia ibu > 35 tahun dan tekanan darah ibu yang naik

(Preeklampsia berat) sehingga terdapat kesesuaian antara fakta dengan teori yang

ada.

Page 69: Kti akbid raha

B. Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual

Berdasarkan data yang diperoleh, diagnosa/masalah aktual yang ada pada

bayi Ny“N” adalah BBLR, SMK sesuai dengan konsep teori bahwa Bayi Kurang

Bulan (BKB) adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan di bawah 37 minggu

dengan berat badan 1600 gram adalah BBLR. Dimana berat badan ini sesuai

dengan berat badan seharusnya untuk usia kehamilan sehingga disebut Sesuai

Masa Kehamilan (SMK) dan hal ini memang dialami oleh klien yang dikaji

sehingga terdapat kesesuaian antara teori tersebut dengan fakta yang ada.

Gangguan pemenuhan nutrisi merupakan masalah aktual, berdasarkan teori

bahwa yang disebutkan Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena

ukuran tubuh bayi dengan BBLR kecil, kurang energy, lemah dan lambungnya

kecil. Bayi dengan BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan,

membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tapi sering

(Atikah, 2010: 11). Karena kecilnya tubuh bayi dan daya isap bayi berat badan

lahir rendah yang lemah sehingga menyebabkan bayi Ny”N” mengalami

gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi . Dari teori tersebut terdapat kesesuaian

dengan kenyataan pada bayi “N” yaitu bayi “N” tubuhnya yang kecil dan refleks

hisap yang lemah.

C. Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial

Pada tahap ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan masalah

potensial yang diangkat. Dimana penulis mengidentifikasi masalah potensial pada

kasus ini adalah potensial  terjadi hipotermi dan infeksi tali pusat. Berdasarkan

teori bayi berat lahir rendah mengalami gangguan immunologik yang belum

Page 70: Kti akbid raha

sempurna dan bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi karena

sistem kekebalan tubuh bayi belum matang yang bisa mengakibatkan BBLR

rentan terhadap infeksi selain itu, sedikitnya lemak tubuh terutama lemak coklat

yang terdapat dibawah kulit dan sistem pengaturan suhu pada BBLR belum

matang sehingga bisa mengakibatkan bayi mengalami hipotermi, disini tidak ada

kesenjangan antara teori dan data yang ada dalam menegakkan masalah yang

mungkin muncul pada bayi bila tidak segera ditangani.

D. Melaksanakan Tindakan Segera dan Kolaborasi

Dalam teori didapatkan adanya tindakan segera/kolaborasi/ konsultasi

pada bayi berat lahir rendah, pada kasus ini penulis menemukan adanya indikasi

untuk melakukan tindakan segera/ konsultasi dan kolaborasi yaitu pemberian susu

setiap 3 jam.

E. Rencana Asuhan Kebidanan

Dalam membuat perencanaan ini ditentukan tujuan dan kriteria yang akan

dicapai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada bayi Ny“N” dengan Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) sesuai dengan teori dimana rencana asuhan kebidanan

dikembangkan berdasarkan pada intervensi dan rasional sesuai dengan masalah

aktual dan potensial pada bayi dengan Berat Lahir Rendah, seperti : kebutuhan

eliminasi bayi terpenuhi, tidak terjadi hipotermi pada bayi, tidak terjadi infeksi tali

pusat.

F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Pada tahap pelaksanan  asuhan kebidanan pada bayi “N” ini, penulis

melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana. Pada tahap ini penulis

Page 71: Kti akbid raha

tidak menemukan permasalahan karena hal ini ditunjang oleh ibu dan keluarga

bayi “N” yang mau bekerja sama dalam perawatan bayinya serta mau menerima

saran dan asuhan kebidanan yang diberikan, seperti : membungkus tali pusat,

membersihkan jalan napas,memberikanvit.K 0,5 mg secara intra muskular pada

paha kiri bayi, memberikan oxytetracyclin ,meletakan bayi di infart warmer,

menimbang berat badan bayi, mengobservasi tanda-tanda vital,mengobservasi

BAB dan BAK, memberi PASI ( susu formula ) sesuai dengan intruksi dokter

anak, merawat bayi dalam inkubator.

G. Evaluasi Asuhan Kebidanan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan

kebidanan dimana pada tahap ini dinilai adanya kemajuan dan keberhasilan dalam

mengatasi masalah yang dihadapi bayi Ny”N” dalam evaluasi yang telah

dilakukan.

Page 72: Kti akbid raha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah mempelajari teori tentang Bayi Berat Lahir Rendah /Sesuai Masa

Kehamilan  dan pengalaman langsung di Ruang teratai RSUD Kabupaten Muna,

maka penulis menyimpulkan beberapa hal yaitu:

1. Didapatkan hasil dari pengkajian terhadap By. Ny.N yaitu ‘bayi baru lahir

secara operasi (sectio caesarea), lahir pada tanggal 18 juni 2014, pukul

16 :00 wita, warna kulit kemerahan.

2. Didapakan diagnosa dari hasil pengkajian terhadap By. Ny.N yaitu “ Bayi

baru lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan segerasetelah lahir, dengan

BBLR, masalah yang muncul pada kasus ini yaitu bayi baru lahir operasi

(Sectio Saesarea) dengan berat badan yang kurang.

3. Didapatkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi apabila masalah pada

By. Ny.N tidak teratasi berupa hipotermi.

4. Telah dilaksanakan antisipasi sebagaimana dijelaskan dalam teori yaitu

merawat bayi dalam inkubator.

5. Didapatkan rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada By. Ny. N

dengan BBLR yaitu tindakan yang dilakukan merawat bayi dalam

inkubator.

6. Tindakan asuhan kebidanan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana

yang telah dibuat yaitu perawatan bayi dalam inkubator.

Page 73: Kti akbid raha

7. Hasil evaluasi terhadap By. Ny.N yaitu bayi telah mengalami kenaikan

berat badan 75 ons.

8. Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahapan dari

proses asuhan kebidanan, karena hal ini merupakan bukti pertanggung

jawaban bidan terhadap pasien.

B. Saran

Adapun saran dari penulis kemukakan untuk mencapai asuhan kebidanan

yang baik diperlukan: 

1. Pada tempat pelayanan  kesehatan yag melakukan perawatan bayi diharapkan

ruangan yang cukup hangat, peralatan yang tetap steril tersedianya tempat

mencuci tangan dengan meggunakan kram/ air mengalir dan bila

memungkinkan menyiapkan pakaian khusus dalam ruangan, baik untuk

petugas maupun pengunjung bayi.

2. Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan pengawasan dan penanganan

sesuai dengan standar pelayanan kebidanan serta penanganan dan

pengawasan yang tepat pada bayi khususnya berat badan lahir rendah.

3. Bagi masyarakat agar memeriksakan kehamilannya secara teratur dan

berkualitas agar bisa dipantau keadaan janinnya.