bab 1 ut raha

41
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sarana pelayanan kesehatan/sarpelkes (Rumah Sakit, Klinik, Laboratorium, Puskesmas) adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud meliputi peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan keamanan, keselamatan dan laik pakai. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 16 ayat 2, peralatan medis sebagaimana dimaksud diatas harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh 1

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 26-Jun-2015

1.225 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 UT RAHA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus

diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya. Sarana pelayanan kesehatan/sarpelkes (Rumah Sakit,

Klinik, Laboratorium, Puskesmas) adalah institusi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh

perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan

kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan

pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Rumah Sakit

harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya

manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan peralatan sebagaimana

dimaksud meliputi peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar

pelayanan, persyaratan keamanan, keselamatan dan laik pakai. Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit Pasal 16 ayat 2, peralatan medis sebagaimana dimaksud diatas harus

diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan

dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.

Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu kebutuhan

dasar yang diperlukan setiap orang. Hal ini telah didasari sejak berabad-abad

yang lalu, dari bentuk pelayanan kesehatan oleh murid-murid Aesculapius

yang dikenal dengan persaudaraan Aesculapid di Yunani, yang merupakan

kumpulan para ahli kedokteran modern pada zamannya dengan Aesculapius

sebagai maha gurunya dan Hippocrates dengan sumpahna untuk menjunjang

tinggi profesi kedokteran. Dan seterusnya sampai saat ini para ahli kedokteran

dan kesehatan senantiasa berusaha meningkatkan mutu dirinya, profesinya,

maupun peralatan kedokerannya demikian pula, kemampuan manajerial

1

Page 2: Bab 1 UT RAHA

kesehatan, khususnya manajemen mutu pelayanan kesehatan juga

ditingkatkan.

Memasuki abad ke 21, yang semakin maju, adalah sudah seharusnya,

bahwa pendekatan mutu paripurna yang berorientasi pada kepuasan

pelanggan atau pasien menjadi strategi utama bagi organisasi pelayanan

kesehatan di Indonesia, agar supaya tetap eksis, ditengah persaingan global

yang semakin ketat.

Pada tahun 2003, kawasan Asia Tenggara akan menjadi kawasan

perdagangan bebas. Pada tahun 2010, Negara-negara maju di kawasan Asia

Pasifik akan membuka pintunya lebar-lebar bagi komoditi dan jasa yang kita

hasilkan. Sebaliknya pada tahun 2020, kita harus membuka lebar pasaran kita

untuk menerima komoditi dan jasa dari Negara maju.

Hal ini berarti bahwa pada saat itu, kita harus mampu bersaing, khususnya

dalam pelayanan kesehatan, tidak hanya dengan sesame sejawat dalam negeri,

namun benar-benar harus mampu bersaing dengan sejawat Negara lain yang

mungkin lebih maju atau bahkan sangat maju atau sangat professional.

Salah satu strategi yang paling tepat dalam mengantisipasi adanya

persaingan adalah melalui pendekatan mutu paripurna (Total Quality

Management) atau peningkatan mutu berkelanjutan (Continue Quality

Improvement) dalam pelayanan kesehatan yang berorientasi selain pada

proses pelayanan yang bermutu, juga mutu pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan keinginan pelanggan atau pasien, dengan motto yang masih actual

sampai saat ini “Pasien adalah Raja di Rumah Sakit atau Puskesmas”, suatu

pergesaran paradigm yang seharusnya terjadi, bukan “Dokter yang menjadi

raja di rumah sakit atau puskesmas”.

Semuanya ini jelas memerlukan upaya-upaya yang cukup kompleks.

Untuk itu semua jajaran dari pejaat struktural dan pejabat fungsional dapat

meningkatkan kemampuan profesionalnya, namun juga yang paling penting

adalah mengubah sikap mental pejabat yang ingin dilayani menjadi pelayan

kesehatan yang dipercaya.

2

Page 3: Bab 1 UT RAHA

Organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas,

praktek dokter, apotek, laboratorium dan sebagainya pada dasarnya adalah

organisasi jasa pelayanan umum. Oleh karenanya rumah sakit dan puskesmas

dan organisasi pelayanan kesehatan lainnya sebagai pelayanan pelayan

masyarakat perlu memiliki karakter mutu pelayanan kesehatan prima yang

sesuai denga harapan pasien, selain diharapkan membentuk pelayanan medis

yang bermutu. Hal tersebut seharusnya disadari oleh para manajer kedokteran

dan kesehaan di segala lapisan dan kedudukan termasuk tenaga medis,

paramedik, apotek, laboratorium, petugas dapur, petugas transportasi

ambulance, petugas kebersihan dan seluruhnya.

Dalam sebuah organisasi pemecahan masalah dan pembuatan keputusan

adalah salah satu dari proses manajemen yang sangat penting khususnya

dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan bahwa

pada hakekatnya fungsi-fungsi manajemen lainnya dilatar belakangi oleh

adanya sebuah keputusan yang diambil oleh seorang manajer yang kemudian

secara hirarkis dibuat oleh lini-lini manajemen di tingkat staf-staf yang

diperlukan. Selain itu, masalah pengambilan keputusan merupakan hal yang

paling mendasar dimiliki oleh decision maker demi kesuksesan sebuah

organisasi. Pemahaman terhadap akar permasalahan adalah hal yang dominan

sehingga pengambilan keputusan dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan

keputusan juga mutlak dibutuhkan bagi manajer pelayanan kesehatan dengan

usaha meminimalisir resiko, pemanfaatan dan penghematan anggaran serta

efisiensi dan efektivitas sebuah kegiatan agar menjamin kualitas sebuah

pelayanan kesehatan.

Rumah sakit seyogyanya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah

sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan

para profesional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang

akan membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuannya adalah

menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan

pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan,

kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya

3

Page 4: Bab 1 UT RAHA

adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan

sumber daya yang tersedia di rumah sakit. Informasi diperlukan untuk

membuat keputusan yang benar tentang : Kebutuhan pasien yang mana yang

dapat dilayani rumah sakit, Pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien

serta Transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke palayanan

lain.

Banyak harapan yang dikemukakan tentang mutu pelayanan kesehatan.

Dalam makalah ini akan diuraikan masalah yang berkaitan dengan

pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, metode statistik, dan tentang

evaluasi pelayanan kesehatan.

Dikemukakan pula tentang standarisasi dan akreditasi pelayanan

kesehatan yang merupakan bagian dari kegiatan menjaga mutu pelayanan

kesehatan. Meskipun yang dikemukakan sebagian besar adalah standarisasi

dan akreditasi rumah sakit, namun apabila lebih dicermati berbagai hal dapat

menjadi acuan untuk Puskesmas maupun organisasi pelayanan kesehatan

yang lain.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah yaitu

bagaimana Data Dan Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini ialah untuk mengetahui

Data Dan Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan.

4

Page 5: Bab 1 UT RAHA

BAB 1I

PEMBAHASAN

DATA DAN JAMINAN MUTU LAYANAN KESEHATAN

2.1 Pengertian

1. Data

Data merupakan salah satu hal utama yang dikaji dalam masalah

Teknologi Informasi dan Komunikasi. Penggunaan dan pemanfaatan data

sudah mencakup banyak aspek. Berikut adalah pembahasan definisi data

berdasarkan berbagai sumber.

Data menggambarkan sebuah representasi fakta yang tersusun secara

terstruktur, dengan kata lain bahwa “Generally, data represent a structured

codification of single primary entities, as well as of transactions involving

two or more primary entities .” (Vercellis, 2009: 6). Selain deskripsi dari

sebuah fakta, data dapat pula merepresentasikan suatu objek sebagaimana

dikemukakan oleh Wawan dan Munir (2006: 1) bahwa “Data adalah nilai

yang merepresentasikan deskripsi dari suatu objek atau kejadian (event) “

Dengan demikian dapat dijelaskan kembali bahwa data merupakan suatu

objek, kejadian, atau fakta yang terdokumentasikan dengan memiliki

kodifikasi terstruktur untuk suatu atau beberapa entitas.

2. Informasi

Informasi merupakan sesuatu yang dihasilkan dari pengolahan data. Data

yang sudah ada dikemas dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi

sebuah informasi yang berguna. Berikut adalah definisi informasi berdasarkan

berbagai sumber.

Informasi merupakan suatu hasil dari pemrosesan data menjadi sesuatu

yang bermakna bagi yang menerimanya, sebagaimana dikemukakan oleh

Vercellis (2009: 7) “Information is the outcome of extraction and processing

activities carried out on data, and it appears meaningful for those who

5

Page 6: Bab 1 UT RAHA

receive it in a specific domain .” Selain merupakan hasil dari pengolahan

data, informasi juga menggambarkan sebuah kejadian, sebagaimana

dikemukakan oleh Wawan dan Munir (2006: 1) bahwa “Informasi merupakan

hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang menggambarkan suatu

kejadian-kejadian (event) yang nyata (fact) dengan lebih berguna dan lebih

berarti “.

Dengan demikian informasi dapat dijelaskan kembali sebagai sesuatu

yang dihasilkan dari pengolahan data menjadi lebih mudah dimengerti dan

bermakna yang menggambarkan suatu kejadian dan fakta yang ada.

3. Mutu

Banyak pengertian tentang mutu antara lain:

1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dan penampilan sesuatu yang sudah

diamati ( Wnston Dictionary, 1956 )

2. Mutu adalah sifat ang dimiliki oleh suatu progam ( Donabedian,1980 )

3. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau jasa yang

didalamnya terkandung pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan

para pengguna ( DIN ISO 8402, 1986 )

Jadi , Mutu ( quality ) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan

karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuan dalam

memuaskan kebutuhan konsumen, baik kebutuhan yang dinyatakan maupun

kebutuhan yang tersirat. Mutu juga adalah suatu konsep yang multi dimensi,

artinya pengertiannya akan berbeda-beda dari orang per orang tergantung

pada kepentingan, latar belakang kehidupan, pendidikan, dan harapan

seseorang terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

Beberapa pengertian tentang mutu pelayanan kesehatan:

1. Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat

memuaskan setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

tingkat kepuasan rata- rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai

dengan standar dan kode etik profesi ( Azhrul Aswar,1996 )

6

Page 7: Bab 1 UT RAHA

2. Mutu pelayanan kesehatan adalah Memenuhi dan melebihi kebutuhan

serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas

seluruh proses. Pelanggan meliputi pasien, keluarga, dan lainnya yang

datang untuk mendapatkan pelayanan dokter, karyawan ( Mary R.

Zimmerman )

Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara

sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan baik perorangan, keluarga, kelompok ataupun

masyarakat.

Pelayanan Medik Dasar adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang

dilandasi ilmu klinik (clinical science). Pelayanan medik dasar merupakan

pelayanan medik perorangan yang meliputi aspek:

a. Pencehahan primer (health promotion & specific protection) yang dapat

dilakukan oleh tenga non medik dan medik/kesehatan

b. Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini dan pengobatan serta

pembatasan cacat

c. Pencegahan tersier, berupa rehabilitsi medik yang dilakukan oleh

dokter/perawat, sesuai dengan kompetensi yang berkaitan dengan

keahliannya.

Pelayanan kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan, yang di satu pihak menimbulkan kepuasan pelanggan

(pasien/klien) sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata pelanggan, serta di

pihak lain tatacara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan etika

profesi yang telah ditetapkan.

Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat

kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan

standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di

rumah sakit atau puskesmas secara wajar, effisien, dan efektif serta diberikan

secara aman dan menuaskan secara norma , etika, hukum dan sosial budaya

7

Page 8: Bab 1 UT RAHA

dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah , serta

masyarakat konsumen.

Selain itu mutu pelayanan kesehatan diartikan berbeda sebagai berikut :

1.    Menurut pasien/ masyarakat empati , menghargai, dan tanggap sesuai

dengan kebutuhan dan ramah.

2.     Menurut petugas kesehatan adalah bebas melakukan segala sesuatu

secara profesional sesuai dengan ilmu pengetahuan, keterampilan , dan

peralatan yang memenuhi standar.

3.     Menurut manajer / administrator adalah mendorong manager untuk

mengatur staf dan pasien/ masyarakat yang baik.

4.    Menurut yayasan atau pemilik adalah menuntut pemilik agar memiliki

tenaga profesional yang bermutu dan cukup.

Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi tentang masalah peayanan

kesehatan seharusnya pedoman yang dipakai adalah hakekat dasar dari

diselenggaranya pelayanan kesehatan tersebut. Yang dimaksud hakekat dasar

tersebut adalah memenuhi kebutuhan dan tuntunan para pemakai jasa

pelayanan kesehatan yang apabila berhasil dipenuhi akan menimbulkan rasa

puas (client satisfaction) terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

Jadi yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk

pada ringkat pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri

setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu

pelayanan kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan

keputusan ini telah diterima secara luas , namun penerapannya tidaklah

semudah yang diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karena

kepuasan tersebut bersifat subjektif. Tiap orang, tergantung dari kepuasan

yang dimiliki, dapat saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu

mutu pelayanan kesehatan yang sama. Disamping itu sering pula ditemukan

pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien, namun

8

Page 9: Bab 1 UT RAHA

ketika ditinjau dari kode etik serta standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap

tidak terpenuhi.

Kesimpulan, Jadi mutu pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan, di mana di satu pihak dapat menimbulkan

kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata- rata

penduduk, akan tetapi di pihak lain dalam tatacara penyelenggaraannya juga

sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah suatu proses upaya yang

dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu

dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan standar yang telah ditetapkan

serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai

dengan kemampuan yang ada dan menilai hasil yang dicapai guna menyusun

saran trindaklanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

2.2 Data Dan Jaminan Mutu Layanan Kesehatan

1. Data dan informasi

Keberhasilan penerapan jaminan mutu layanan kesehatan sangat

bergantung pada ketersediaan informasi yang tapat dan akurat yang dapat

digunakan. Informasi adalah hasil pengumpulan data setelah data itu diolah,

dianalisis dan diinterprestasi. Suatu keputusan baru dapat dibuat setelah

informasi yang dierlukan tersedia. Ketetapan suatu keputusan yang diambil

akan bergantung pada keakuratan informasi yang tersedia dan ketersediaan

informasi yang tepat waktu.

Data yang terdapat dalam Tabel 19.1 adalah berat bdan bayi yang lahir di

puskesmas Sumberwaras dalam gram selama bulan Januari dan Februari

tahun 1999. Coba buat data tersebut menjadi informasi!

9

Page 10: Bab 1 UT RAHA

Berdasarkan rata-rata hitung berat badan bayi yang lahir pada bulan

Januari dan Februari, informasi yang diperoleh, antara lain:

Dalam bulan Januari rata-rata berat badab bayi lahir adalah 2933 g.

Dalam bulan Februari rata-rata berat badan bayi adalah 2700 g.

Dalam bulan februari rata-rata berat badan bayi lahir mengalami

penurunan.

Informasi tersebut dapat pula disajikan degan cara lain, yaitu dengan

membandingkan berat badan bayi lahir dengan bayi lahir dengan berat badan

bayi lahir normal (2500 gram), seperti berikut:

Table 19.1

Berat badan bayi lahir (dalam gram)

Januari Februari3500 27003300 22002800 29003400 31002200 24002900 24003100 28002400 31002800

26.400 21.600

Sumber: dikutip dari Mimeograph Modul Pemanfaatan Data, Pemecahan Masalah

Bersumber Daya Tim

Dalam bulan Jauari, 2 dari 9 kelahiran menghasilkan bayi dengan berat

badan di bawah 2500 gram atau berat badan bayi lahir rendah (BBLR).

Dalam bulan Februari, 3 dari 8kelahiran menghasilkan bayi dengan berat

badan di bawah 2500 gram atau berat badan bayi lahir rendah (BBLR)

10

Page 11: Bab 1 UT RAHA

Proporsi bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

mengalami peningkatan dalam bulan februari dan jika ditampilkan dengan

grafik akan terlihat seperti grafik di bawah ini.

Januari Februari0

5

10

15

20

25

Bayi BB normalBayi BB rendah

Perhitungan rata-rata berat badan bayi lahir tidak lazim dilakukan, yang

pentingdiketahui adalah jumlah bayi lahir dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) karena diperlukan untuk melakukan tindak lanjut.

2. Sumber dan jenis data

Pengalaman dan pengamatan lapangan menunjukkan bahwa penggunaan

data dalam siklus pemecahan masalah mutu layanan kesehatan merupakan

salah satu matarantai kegiatan yang paling lemah. Oleh sebab itu, sumber,

jenis data, dan metode perolehan data perlu dijelaskan. Data yang berada di

lingkunga Puskesmas dapat berasal dari rekam medic, catatan puskesmas,

masyarakat, dan sebagainya. Data juga dapat dibagi menjadi dua jenis, data

kualitatif dan data kuantitatif. Selain itu data juga dapat dikelompokkan

berdasarkan motode pengumpulannya, antara lain:

Data perimer, yaitu data yang di peroleh langsung dari sumbernya,

misalnya keluhan pasien atau hasil wawancara dengan pasien.

11

Page 12: Bab 1 UT RAHA

Data skunder, yaitu data yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya,

misalnya diambil dari rekam medic, laporan puskesmas atau catatan

puskesmas.

Data saling tsilang atau Cross sectional data data, yaitu data yang

dikumpulkan pada suatu saat tertentu, misalnya jumlah pasien pada hari

kamis atau jumlah kelahiran pada tanggal 3 Februari 1999.

Data longitudinal, yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu,

misalnya jumlah kasus diare tifa bulan berturut-turu, jumlah layanan

antenatal setiap bulan dalam tiga tahun berturut-turut. Data longitudinal

dapat digunakan untuk melihat kecenderungan, pola penyakit musiman,

atau data diluar kisaran.

3. Besar sampel

Ada beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menetukan besar

sampel pengumpulan data. Besar sampel dalam penggunaan siklus

pemecahan masalah mutu layanan kesehatan tidak terlalu penting, karena

pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan bukan kegiatan penelitian atau

riset.

Kumpulkan data sampe anda yakin bahwa anda telah memahami pola

yang terkumpul sehingga dapat membuat suatu keputusan. Ada kalanya

diperlukan 15 sampel saja, tetapi ada kalanya juga diperlukan 100 sampel

atau lebih. Besar smpel dapat ditentukan berdasarkan variasi data dan jenis

keputusan yang akan dibuat. Apabila tidak ada variasi jawaban, pengumpulan

data tidak perlu banyak. Pengumpulan data dapat dihentikan jika data telah

menunjukkan arah suatu keputusan yang jelas. Contoh, seorang pasien diberi

obat Cotrimoxazole. Sore harinya pasien itu datang ke puskesmas dengan

keluhan gatal pada seluruh badan disertai wajah yang bengkak akibat reaksi

minum obat Cotrimoxazole.

12

Page 13: Bab 1 UT RAHA

Table 19.2

Alasan 15 Ibu bersalindengan bantuan dukun

Alasan Jumlah Ibu Biaya dukun murah 6Takut dijahit oleh bidan 4Bidan tempat tinggalnya jauh 3Duku kerabat saya 1Biasa bersalin dengan dukun 1

Jumlah 15Jika demikian puskesmas tidak perlu mengumpulkan data lain sebelum

mengambil keputusan untuk mengganti obat antibiotika lain. Dengan data

tunggal saja sudah cukup untuk membuat keputusan. Contoh lain, karena ada

keluhan masyarakat, puskesmas melakukan wawancara kepada 30 anggota

masyarakat. Wawancara tersebut ternyata menghasilkan 26 jenis usulan untuk

memperbaiki layanan kesehatan puskesmas. Hasil wawancara tersebut

menunjukkan variasi yang begitu besar sehingga diperlukan pengumpulan

data yang lebih banyak lagiagar keputusan untuk memperbaiki layanan

kesehatan puskesmas dapat ditentukan. Contoh lain, untuk mengetahui

mengapa ibu lebih suka melakukan persalinan dengan bantuan dukun dari

pada bidan, melakukan wawancara terhadap 15 ibu yang melakukan

persalinan dengan bantuan dukun. Hasilnya antara lain 6 ibu menjawab dukun

murah, 4 ibu menjawaab takut jahit oleh bidan, 3 ibu menjawab tempat

tinggal bidan jauh, seorang ibu menjawab dukun adalah kerabatnya, dan

seorang lagi menjawab sudah biasa bersalin dengan bantuan dukun.

Meskipun terdapat 5 jenis jawaban, tetapi jawaban yang terbanyak ialah biaya

dukun murah, takut dijahit oleh bidan, dan tempat tinggal bidan jauh.

Apakah diperlukan pengumpulan data lagi ? apakah akan terjadi

perbuhan distribusi jawaban ? kemungkinan besar tidak akan terjadi

perubahan distribusi jawaban, pengumpulan data tidak diperlukan lagi.

Berdasarkan hasil pengumpulan data tersebut kita sudah dapat bisa

mengambil suatu keputusan. Contoh, pada sebuah puskesmas, terdapat sedikit

sekali balita dengan diaknosis pneumonia yang datang berobat kembali

13

Page 14: Bab 1 UT RAHA

setelah dua hari beobat di rumah. Setelah dilakukan pengamatan terhadap

seorang perawat yang selalu menangani balita batuk dan kesulitan bernapas,

hasilnya dicatat pada table 19.3.apakah data tersebut sudah cukup untuk

megambil suatu keputusan terhadap perawat tersebut.

Table 19.3

Hasil pengamatan terhadap perawat yang sedang melakukan penyuluhan

kesehatan kepada ibu yang balitanya menderita pneumonia.

Apakah perawat Balita A Balita B Balita C

Memberitahu kapan ibu harus

kembaliTidak Tidak Tidak

Meminta ibu mengulangi apa

pesan yang telah disampaikan

oleh perwat

Tidak Tidak Tidak

Menanyakan kepada ibu apakah

ingin mengajukan pertanyaan

tersebut

Tidak Tidak Tidak

Berdasarkan data yang terkumpul, diambil kesimpulan bahwa perawat

tidak melakukan penyuluhan kesehatan dengan baik sehingga para ibu-ibu

tidak membawah balitanya untuk melakukan tidak lanjut setelah dua hari

beobat dirumah. Semua kegiatan perawat, konsisten tidak dilakukan. Dengan

demikian kemungkinan besar data yang terkumpul itu sudah cukup untuk

mengambil suatu kesimpulan dan keputusan.

Mengapa demikian? Pengalaman menunjukkan bahwa petugas kesehatan

umumnya cenderung konsisten dalam memberikan layanan kesehatan.

Perawat itu ternyata konsisten tidak melakukan penyuluhan kesehatan yang

bai, yaitu tidak member tahu kapan ibu harus datang kembali ke Puskesmas

14

Page 15: Bab 1 UT RAHA

membawa balitanya, tidak menanyakan apakh ibu mengerti pesan apa yang

telah disampaikan, dan tidak member kesempatan pada ibu untuk bertanya.

Contoh lain, dengan wilayah kerja suatu puskesmas, jumlah bayi yang

telah mendapat imunisasi lengkap sangat sedikit. Penyebebnya, kemungkinan

besar ialah ibu tidak mengetahui manfaat imunisasi dan jenis penyakit apa

saja yang dapat di cegah dengan imunisas. Untuk membuktikan hal tersebut

dilakukan wawancara terhadap 25 ibu yang sedang membawa anaknya untuk

imunisasiyaitu sewaktu akan meninggalkan puskesmas. Pertanyaan yang

diajukan berkaitan dengan penyakit apa saja yang dapat dicegah dengan

imunisasi. Hasil wawancara tersebut dapat dilihat dalam table 19.4.

Table 19.4

Jawaban wawancara 25 ibu

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

Jumlah ibu yang memberi jawaban

Tetanus 19Tuberkolosis (TBC) 18Polio 14Batuk rejan 12Campak 10Difteri 5Hepatitis 4Malaria 3Kurang darah 1

Table 19.5

Jawaban yang benar hasil wawancara 25 ibu

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

Julah ibu yang dapat menyebutkan jenis

penyakit7 jenis penyakit 16 jenis penyakit 25 jenis penyakit 24 jenis penyakit 33 jenis penyakit 52 jenis penyakit 151 jenis penyakit 7

15

Page 16: Bab 1 UT RAHA

Meskipun jawabanya sangat bervariasi, jika kita simak dengan cermat

maka dari jawaban yang di berikan oleh 25 ibu terdapat 2 macam jawaban,

yaitu jawaban yang benar dan jawaban yang salah. Untuk jelas lihat table

19.5. hanya 52% dari ibu yang dapat menjawab dengan benar 3 jenis penyakit

atau lebih yang dapat dicegah dengan imunisasi sehingga dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan dari para ibu tersebut mengenai imunisasi perlukan

ditingkatkan.

Kesimpulan apa yang dapat dibuat dari data yang telah terkumpul di

atas? Dari contoh di atas dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa tidak perlu

melakukan analisis yang terlalu rinci atau kompleks karena sesungguhnya

yang ingin diketahui hanyalah apakah ibu mengetahui jenis-jenis penyakit

yang dapat di cengah dengan melakukan imunisasi. Jawaban pertanyaan

tersebut tentu saja tidak, karena hanya 52% dari 25 ibu yang diwawancarai

mengetahui 3 atau lebih peyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Contoh lain, suatu puskesmas menghadapi masalah terlalu banyaknya

jumlah suntukan yang di berikan kepada pasien yang berobat. Untuk

mengetahui pnyebabnya dilakukan pengamatan register harian selama 2 bulan

berturut-turutterhadap setiap petugas puskesmas yang telah member

suntikkan kepada pasien di puskesmas. Data yang terkumpul dimuat dalam

table 19.6.

Jika dilihat, jumlah rata-rata hitung suntikan yang dilakukan oleh setiap

petugas puskesmas tidak terlalu banyak berbeda, meskipun suntikan

terbanyak dilakukan oleh petugas B dan suntikan yang paling sedikit

dilakukan oleh petugas C. Namun, apabila dicermati, petugas B pernah

memberikan ≥11 suntikan selama 6 hari berturut-turut, mengapa? Apakah

petugas B mendapat tugas tertentu? Sebaliknya petugas C, pernah selama 10

hari tidak pernah memberikan suntikan, apakah dia tidak masuk kerja?

Dengan melihat hasil data yang telah dikumpulkan tersebut belum dapat

disimpulkan bahwa banyaknya suntikan tersebut bukan karena ulah seseorang

atau beberapa petugas saja. Apakah perlu mengumpulkan data lagi? Tentu

saja perlu, tetapi untuk data yang lain, bukan sepertin data terdahulu.

16

Page 17: Bab 1 UT RAHA

Agar pengumpulan data dapat dilakukan dengan mudah dan data yang

terkumpul tertata sesuai kebutuhan, diperlukan suatu instrumen pengumpulan

data, yaitu:

Lembar periksa (checkseet)

Daftar tilik atau (checklist)

Kuesioner (questionnaires), dengan bentuk pertanyaan yang jelas atau

spesifik dalam kalimat yang sederhana dan tidak memberikan pengertian

ganda serta tidak sugestif.

Tabel 19.8

Matriks data ibu-ibu balitanya pneumonia tidak kembali ke puskesmas

Kemungkinan penyebab

Pertanyaan data Sumber data Metodologi

Ibu tidak tahu bahwa harus kembali ke puskesmas setelah 2 hari beobat di rumah

Berapa % ibu mengetahui bahwa harus kembali ke puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah?

Ibu yang tidak kembali

Wawancara

Ibu menganggap tidak perlu kembali kepuskesmas setelah 2 hari

Berapa % ibu yang anak-anaknya menderita pneumonia menganggap penting periksa ulang?

Ibu yang tidak kembali

Wawancara

Sumber : dikutip dari mimeograph modul pemanfaatan data. Pemecahan masalah

bersumber daya tim

Contoh lain, dalam wilayah kerja suatu puskesmas banyak ibu yang tidak

membawa balitanya yang menderita pneumonia kembali berobat ke

puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah. Untuk mengetahui penyebab

masalah mengapa ibu tidak membawa balitanya ke puskesmas setelah 2

hari berobat di rumah, kelompok pemecah masalah membuat metriks dapat

seperti tabel 19.8.

17

Page 18: Bab 1 UT RAHA

Berikut bentuk untuk data di atas. Ibu tidak tahu bahwa harus kemabli ke

puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah, kuisionernya antara lain dapat

dibuat sebagai berikut :

1. Apakah ibu mengetahui bahwa balita ibu harus di bawa kembali ke

puskesmas untuk periksa ulang ?

2. Jika jawabannya tahu, dilanjutkan dengan pertanyaan berikut, kapan

anaknya harus dibawa kembali kepuskesmas ?

Ibu tidak menganggap perlu kembali ke puskesmas setelah 2 hari, di sisni

ibu kemungkinan besar akan menjawab perlu, tetapi perlu dilanjutkan

dengan pernyataan yang berikut :

1. Apakah perlu membawa balita ibu kembali ke puskesmas setelah 2

hari berobat di rumah ? jika jawabannya perlu, dilanjutkan dengan

pernyataan berikut.

2. Apa perlunya membawa balita ibu kembali ke puskesmas setelah 2

hari berobat di rumah ?

Dari jawaban ini akan terlihat apakah ibu mengerti arti penting

membawah balitanya ke puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah.

Apabila jawabanya biasa saja, berarti ibu tidak tidak/kurang mengerti arti

penting membawa balitanya kembali berobat ke puskesmas setelah 2 hari

berobat di rumah. Jika jawabanya untuk dilihat dokter pakah balitanya

menjadi lebih baik atau lebih parah atau perlu diperiksa oleh dokter untuk

mendapat obat lain dan seterusnya. Berarti ibu mengerti mengapa harus

membawa balitanya ke puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang berbentuk kuesioner ada 3 macam,

antara lain :

18

Page 19: Bab 1 UT RAHA

- Kuesioner tertutup (closed ended )

- Kuesioner terbuka (open ended)

- Kuesioner kombinasi

Kuesioner Tertutup

Pada kuesioner tertutup, responden hanya akan memilih jawaban yang

telah disediakan, misalnya :

- Benar atau salah

- Sering, jarang, tidak pernah

- Ya atau tidak

Pengelolaan dan analisis data yang dikumpulkan dengan kuesioner tertutup

(closed ended) relatif lebih muda karena dapat di kualifikasikan.

Kuesioner Terbuka

Pada kuesioner terbuka (open ended) , responden harus memberikan

uraian dari jawaban pernyataan yang terdapat dalam kuesioner sehingga

data yang terkumpul relatif akan lebih sulit di analisis.

Kuesioner Kombinasi

Dengan membuat kuesioner gabungan yang terdiri dari kuesioner tertutup

dan kuesioner terbuka, informasi yang di peroleh akan lebih luas. Data

dapat dikumpulkan dengan berbagia cara. Cara pengumpulan data yang

akan digunakan akan disesuaikan dengan tujuan pengumpulan data dan dat

apa yang diinginkan serta umber data apa yang diperlukan.

Pengamatan Langsung

Data yang diproleh dari pengamatan langsung merupakan data yang relatif

paling baik. Pengamatan langsung ini dapat dilakukan dngan 3 cara, yaitu :

Pengamatan langsung dengan daftar tilik

19

Page 20: Bab 1 UT RAHA

cara ini sangat lazim di gunakan untuk melihat apakah telah terjadi

suatu penyimpangan, misalnya penyimpanan terhadap prosedur atau

standar layanan kesehatan.

Pengamatan langsung tanpa daftar tilik

Cara ini kurang baik, sebab hasil pengamatannya akan menjadi sangat

subyektif dan kemungkinan besar setiap pengamatan akan

memberikan hasil pengamatan yang berbeda sehingga akan menyulit

dalam membuat kesimpulannya.

Mystery shopper

Mystery shopper maksudnya pengamatan dilakukan oleh seorang yang tidak

dikenal atau misterius. Setelah dilatih, pengamatan misterius itu akan

berpura-pura menjadi pasien dan mencatat semua yang dialaminya selama

menjadi pasien. Cara ini dapat pula dilakukan dengan bertanya langsung

kepada pasien.

Pemeriksaan Kartu Rekam Medik

Rekam medik pasien puskesmas seringkali tidak lengkap dan tidak akurat,

namun suatu rekam medik. Selalu rekam dapat memberikan informasi yang

bermanfaat mengenai mutu layanan kesehatan. Misalnya , kesalahan

diognosis, kesalahan pengobatan, terhenti, terhenti, atau terputusnya suatu

pengobatan, kegagalan pengobatan pada penyakit kronis, gagalnya rencana

pemeriksaan ulang atau tidak lanjut yang telah di jadwalkan, kelengkapan

data, dan tidak terlaksnannya rujukan pasien.

Wawancara

Wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data dengan melakukan

tanya jawab pada seorang atau sekelompok orang atau responden untuk

meminta pendapat atau keterangan mengenai sesuatu hal yang dianggap

perlu dan penting. Wawancara ada 2 macam, yaitu;

1. Wawancara perorangan

20

Page 21: Bab 1 UT RAHA

Wawancara perorangan diguanakan untuk mengetahui pengetahuan,

sikap dan perilaku perorangan.

2. Wawancara kelopok

Wawancara kelompok adalah wawancara yang dilakukan kepada

sekelompok responden, (5-10 orang). Wawancara kelompok tidak dapat

digunakan untuk memperoleh informasi pribadi, pendapat dan

tanggapan pribadi, data kuantitatif, serta informasi yang kemungkinan

besar dipengaruhi oleh penerimaan masyarakat atau kelompok.

Ada satu bentuk wawancara kelompok yang disebut dengan nama

diskusi kelompok terarah (focus group discussion, FGD). Pelaksanaan

diskusi ini harus memenuhi syarat, antara lain :

kelompok responden harus setara dan homogen

jumlah responden dalam kelompok 5-10 orang

dilaksanakan pada tempat yang netral dan harus dipandu oleh seorang

fasilitator yang dibantu oleh seorang pembuat catatan, jika mungkin

dilengkapi pula dengan alat perekam, baik audio maupun visual.

Lama diskusi 1-2 jam

Persiapan diskusi kelompok terarah antara lain, menetapkan tujuan

diskusi, menyusun skenario dan pertanyaan untuk pengarahan,

menentukan responden , dan memberikan pemberitahuan kepada

responden.

Manfaat diskusi kelompok terarah antara lain, peserta akan terangsang

untuk memikirkan atau mengajukan gagasan baru setelah mendengar apa

yang di ungkapkan peserta lain dn menimbulkan keberanian kepada

peserta untuk berbicara mengenai sesuatu hal, setelah mendengar peserta

lain mengungkapkan persoalan tersebut.

Dapat mengetahui apakah ada hal yang dipertentangkan. Jika terjadi

perdebatan di antara peserta, perdebatan itu menunjukkan bahwa para

peserta mempunyai suatu gagasan atau pandangan yang kuat sehingga

berupaya mempertahankannya.

21

Page 22: Bab 1 UT RAHA

Berikut contoh penggunaan rekam medik sebagai sumber data. Di suatu

puskesmas banyak sekali ibu yang tidak membawa balitanya yang

menderita pneumonia kembali berobat ke puskesmas setelah 2 hari berobat

di rumah. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap 25 rekam medik balita

yang di diagnosis menderita pneumonia, ternyata hanya 25 % ibu yang

membawa balitannya kembali berobat ke puskesmas.

Untuk mencari penyebab ketidak hadiran ibu tersebut di puskesmas guan

tindak lanjut, dilakukan wawancara terhadap 15 ibu yang balitannya

didiagnosis menderita pneumonia sewaktu ibu tersebut akan meninggalkan

peskesmas. (exit interview). Hasil wawancara dapat dilihat dalam tabel 19.9

Tabel 19.9

Jawaban wawancara 15 ribu yang balitanya menderita pneumonia

No

Pertanyaan Jawaban ibu

1 Apakah ibu perlu membawa kembali anak ke puskesmas untuk periksa ulang ?

Ya 5

Tidak 10

2. Kapan ibu harus membawa anak ibu kembali ke peskesmas untuk tindak lanjut ? Setealh 2 hari Setelah 3 hari

41

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulak bahwa:

Hanya ibu (26,6%) yang mengetahui bahwa harus membawa kembali

anaknya setelah 2 hari.

Hanya dengan membuat 2 pertanyaan, dapat terungkap mengapa ibu

tidak datang kembali ke puskesmas untuk tidak lanjut setelah 2 hari

berobat di rumah, yaitu karena ketidaktahuan. Penyebab

ketidaktahuan mungkin karena tidak dilakukan penyuluhan kesehatan

22

Page 23: Bab 1 UT RAHA

kepada ibu atau penyuluhan kesehatan dilakukan tetapi pesannya tidak

didengar dan tidak dimengerti oleh ibu.

Karena penyebab masalah adalah penyuluhan kesehatan, maka harus

dilakukan pengamatan langsung terhadap petugas puskesmas yang

sedang memberi penyuluhan kesehatan kepada ibu yang anaknya

menderita pneumonia.

23

Page 24: Bab 1 UT RAHA

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan demikian dapat dijelaskan kembali bahwa data merupakan suatu

objek, kejadian, atau fakta yang terdokumentasikan dengan memiliki

kodifikasi terstruktur untuk suatu atau beberapa entitas. Dari data dapat di

hasilkan suatu informasi.

Informasi merupakan sesuatu yang dihasilkan dari pengolahan data. Data

yang sudah ada dikemas dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi

sebuah informasi yang berguna. Berikut adalah definisi informasi berdasarkan

berbagai sumber.

Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah suatu proses upaya yang

dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu

dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan standar yang telah ditetapkan

serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai

dengan kemampuan yang ada dan menilai hasil yang dicapai guna menyusun

saran trindaklanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Keberhasilan penerapan jaminan mutu layanan kesehatan sangat

bergantung pada ketersediaan informasi yang tapat dan akurat yang dapat

digunakan. Informasi adalah hasil pengumpulan data setelah data itu diolah,

dianalisis dan diinterprestasi. Suatu keputusan baru dapat dibuat setelah

informasi yang dierlukan tersedia. Ketetapan suatu keputusan yang diambil

akan bergantung pada keakuratan informasi yang tersedia dan ketersediaan

informasi yang tepat waktu.

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik

(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan

24

Page 25: Bab 1 UT RAHA

serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain

promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,

perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,

kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

b.      Saran

Diharapkan agar ketersediaan informasi yang tapat dan akurat yang dapat

selalu digunakan di unit-unit pelayanan kesehatan. Karena keberhasilan

penerapan jaminan mutu layanan kesehatan sangat bergantung pada

ketersediaan informasi yang tapat dan akurat yang dapat digunakan.

Informasi adalah hasil pengumpulan data setelah data itu diolah, dianalisis

dan diinterprestasi. Suatu keputusan baru dapat dibuat setelah informasi yang

dierlukan tersedia. Ketetapan suatu keputusan yang diambil akan bergantung

pada keakuratan informasi yang tersedia dan ketersediaan informasi yang

tepat waktu. Sehingga dengan begitu dapat meningkatkan mutu pelayanan di

Puskesmas maupun di unit-unit pelayanan kesehatan lainnya.

Agar selalu menerapkan Asuhan keperawatan dalam memberikan

pelayanan kepada pasien maupun keluarga, sehingga dapat menentukan

asuhan keperawatan yang sesuai baik bagi individu maupun keluarga.

Komunikasi dengan pasien maupun keluarga perlu ditingkatkan terutama

mengenai sesuatu yang berhubungan dengan rencana dan tujuan keperawatan

yang akan diberikan, sehingga pasien atau keluarga mengetahui rencana dan

jenis perawatan yang akan diterimanya. Meningkatkan disiplin kepada

karyawan yang sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga dapat

menumbuhkan kehandalan pelayanan kesehatan dan akhirnya meningkatkan

mutu pelayanan di Puskesmas maupun di unit-unit pelayanan kesehatan

lainnya pula.

25

Page 26: Bab 1 UT RAHA

DAFTAR PUSTAKA

Aditama. Tjandra Yoga. 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit.

Universitas Indonesia Press. Jakarta,

Wijono, Djoko, 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Vol. I, Surabaya, Airlangga, University Press.

_______, 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Vol. II, Surabaya, Airlangga, University Press.

Boy S, Sabarguna. 2004. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Penerbit

Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng DI Yogyakarta,

Imbalo S, Pohan. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran. Ecg,

Depkes. 2008. Petunjuk Tehnis Program Jaminan Kesehatan Masyarakat di

Puskesmas dan Jaringannya. Jakarta : Dirjen Binkesmas.

Ahmad Djojosugito, 2001. Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Kesehatan

Menyongsong AFTA 2003, Pusat Data dan Informasi PERSI, Jakarta,

Azwar. Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara.

Jakarta.

Depkes RI, 1996. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Cetakan IV, Jakarta.

Effendy. Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi

Kedua. EGC : Jakarta.

Eli Nurachma, 2007.Asuhan Keperawatan Bermutu Di Rumah Sakit, Jurnal

Keperawatan dan Penelitian Kesehatan, Jakarta.

Entjang. I.. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti. Jakarta.

26

Page 27: Bab 1 UT RAHA

Guwandi. 1991.Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Rineka Cipta. Jakarta.

Laksono Trisantoro, 2005. Good Governance dan Sistem Menjaga Mutu

Pelayanan Kesehatan, Surabaya.

Evy. 2011. Jaminan Mutu Dan Manajemen Pelayanan. Tersedia di: http://evynurhidayah.blogspot.com/2011/02/jaminan-mutu-dan-manajemen-pelayanan.html. Diakses Pada Tanggal 18 Mei 2013

Hermawan, lukas. 2010. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar. Tersedia di: http://drlukashermawan.blogspot.com/2010/01/jaminan-mutu-playanan-kesehatan-dasar.html . Diakses Pada Tanggal 18 Mei 2013

Hardy. 2011. Mutu Pelayanan Kesehatan. Tersedia di: http://hardysengawang.blogspot.com/2011/12/makalah-mutu-pelayanan-kesehatan.html. Diakses Pada Tanggal 18 Mei 2013

Saputra, Rudy. 2010. Jaminan Mutu Dan Manajemen Pelayanan. Tersedia di: http://www.carantrik.com/2010/04/jaminan-mutu-dan-manajemen-pelayanan.html . Diakses Pada Tanggal 18 Mei 2013

27