kti, faktor yang mempengaruhi penggunaan obat tradisional

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk mempercantik diri. Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan oleh nenek moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga ke zaman kita sekarang. Di berbagai daerah di tanah air, kita menemukan berbagai kitab yang berisi tata cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional. Di Bali, misalnya, ditemukan kitab usadha tuwa, usadha putih, usadha tuju, dan usadha seri yang berisi berbagai jenis obat tradisional. Dalam cerita rakyat seperti cerita 1

Upload: hatta-ata-coy

Post on 30-Jun-2015

2.091 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal

pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam jenis tumbuhan, akar-

akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk

menyembuhkan berbagai penyakit. Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk

menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk

mempercantik diri. Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan oleh nenek

moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya,

hingga ke zaman kita sekarang. Di berbagai daerah di tanah air, kita menemukan

berbagai kitab yang berisi tata cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional. Di

Bali, misalnya, ditemukan kitab usadha tuwa, usadha putih, usadha tuju, dan

usadha seri yang berisi berbagai jenis obat tradisional. Dalam cerita rakyat seperti

cerita Sudamala, dikisahkan bagaimana Sudamala berhasil menyembuhkan mata

pendeta Tambapetra yang buta. Demikian pula relief cerita

Mahakarmmawibhangga pada kaki Candi Borobudur, menggambarkan seorang

anak kecil yang sakit dan sedang diobati dua orang tabib. Salah satu relief lainnya,

juga memperlihatkan kegiatan seorang tabib sedang meracik obat (Anonymous,

2009).

Di tengah-tengah serbuan obat-obatan modern, jamu dan ramuan

tradisional tetap menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat kita. Tidak hanya

1

Page 2: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

masyarakat di pedesaan, masyarakat di perkotaan pun mulai mengkonsumsi obat-

obatan tradisional ini. Diberbagai pelosok tanah air, dengan mudah kita

menjumpai para penjual jamu gendong berkeliling menjajakan jamu sebagai

minuman sehat dan menyegarkan. Demikian pula, kios-kios jamu tersebar merata

di seluruh penjuru tanah air. Jamu dan obat-obatan tradisional, telah menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat kita. Keragaman obat-

obatan tradisional di tanah air, telah memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, dan

kesehatan bangsa kita. Negara kita menjadi salah satu pusat tanaman obat di

dunia. Ribuan jenis tumbuhan tropis, tumbuh subur di seluruh pelosok negeri.

Belum semua jenis tanaman itu kita ketahui manfaat dan khasiatnya. Kita hanya

berkeyakinan bahwa Tuhan menciptakan semua jenis tumbuhan itu, pastilah tidak

sia-sia. Semua itu pasti ada manfaatnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan

konservasi sumber daya alam, agar jangan ada jenis tanaman yang punah.

Kebakaran hutan bukan saja memusnahkan satwa dan fauna, tetapi juga

menimbulkan polusi dan meningkatkan suhu pemanasan global. Jamu dan obat

tradisional, sampai saat ini belum dikembangkan secara optimal. Produksi jamu

dan obat-obatan tradisional lebih banyak diproduksi oleh homeindustry. Hanya

sebagian kecil jamu dan obat-obatan tradisional yang diproduksi secara masal

melalui industri jamu dan obat tradisional di pabrik-pabrik. Untuk meningkatkan

kualitas, mutu, dan produk jamu serta obat-obatan yang dihasilkan oleh

masyarakat kita, diperlukan kerjasama seluruh pihak yang terkait. Kerjasama itu

dimaksudkan agar jamu dan obat tradisional yang dihasilkan dapat bersaing, baik

di pasar regional maupun global. Beredarnya jamu dan obat-obatan yang tidak

2

Page 3: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan, akan merugikan konsumen. Di

samping itu, secara ekonomi, beredarnya obat-obatan seperti itu justru akan

merusak citra obat tradisional. Citra yang rusak akhirnya akan memukul produksi

dan pemasaran obat-obatan tradisional, di dalam maupun di luar negeri.

Pemerintah, terus berupaya melakukan pengawasan demi meningkatkan

keamanan, mutu, dan manfaat obat tradisional. Hal ini dilakukan agar masyarakat

terlindung dari obat tradisional yang dapat menimbulkan efek yang tidak

diinginkan. Melalui penelitian dan pengembangan yang cermat dan teliti, jamu

dan obat-obatan tradisional dapat diarahkan untuk menjadi obat yang dapat

diterima dalam pelayanan kesehatan formal. Memang harus kita akui, bahwa para

dokter dan apoteker, hingga saat ini masih belum dapat menerima jamu sebagai

obat yang dapat mereka rekomendasikan kepada para pasiennya. Akibatnya,

pemasaran produk jamu tidak dapat menggunakan tenaga detailer seperti pada

obat moderen. Akhir-akhir ini, tampak adanya trend hidup sehat pada masyarakat

untuk menggunakan produk yang berasal dari alam. Oleh karena itu, jamu dan

obat-obatan tradisional perlu didorong untuk menjadi salah satu pilihan

pengobatan. Jamu dan obat-obatan tradisional harus didorong pula untuk menjadi

komoditi unggulan yang dapat memberikan sumbangan positif bagi meningkatkan

pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kegiatan itu juga memberikan peluang

kesempatan kerja, dan mengurangi kemiskinan (Anonymous, 2010).

Obat tradisional ini (baik berupa jamu maupun tanaman obat) masih

banyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah

dalam upaya pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan

3

Page 4: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan (promotatif). Bahkan dari

masa ke masa obat tradisional mengalami perkembangan yang semakin

meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali kealam (back to nature)

(Katno, dkk, 2004).

Purwati (2004) Mengatakan bahwa pada saat sekarang, kecenderungan dan

kesadaran masyarakat semakin meningkat dalam penggunaan obat tradisional. Hal

ini dikarenakan utuk mendapatkan cara yang lebih murah dan aman dibanding

obat-obat moderen atau sebagai alternatif pengganti jika obat-obat moderen tidak

dapat lagi memberikan kesembuhan untuk menanggulangi masalah kesehatan

tertentu. Obat tradisional mendapat tempat tersendiri dihati masyarakat karena

konsep back to nature yang ditawarkan memberikan kesan aman dikonsumsi

seluruh keluarga. Minum obat tradisional sudah jadi kebiasaan dan khasiatnya

diyakini ampuh sejak zaman nenek moyang. Apalagi jika obat-obatan itu

didukung pengemasan yang baik, mudah didapat dan harganya murah.

Dibandingkan obat-obat moderen, memang obat tradisional memiliki

beberapa kelebihan, antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam satau

ramuan dengan komponen berbeda memiliki efek samping mendukung, pada satu

tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk

penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif (Katno, dkk, 2004).

Departemen kesehatan mendukung pengobatan tradisional yang

berkembang di Indonesia, terutama untuk mengantisipasi harga obat yang mahal.

Untuk itu telah terbit surat keputusan menteri kesehatan No.

0584/Menkes/SK/VI/1995 tentang pembentukan sentral pengembangan dan

4

Page 5: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

penerapan pengobatan tradisional (sentral P3T). saat ini sudah terbentuk 12

sentral P3T di 12 propinsi, satu diantaranya di DKI Jakarta yang berkedudukan di

RSU. Dr. Cipto Mangunkusumo. Hari kesehatan nasional tanggal 12 November

1998 yang lalu pun bertemakan “kembali ke alam, manfaatkan obat asli

Indonesia”. (Dalimartha, S. 1999).

Sebagai gambaran, nilai jual obat tradisional pada tahun 1992 didunia

mencapai US $ 8 milyar , US $ 45 milyar pada tahun 2001 , dan dierkirakan akan

terus meningkat menjadi US $ 5 triliun pada tahun 2005 . secara nasional

permintaan obat tradisional cukup besar dan terus meningkat. industri obat

tradisional indonesia dari tahun ketahun terus meningkat. Peningkatan jumlah

industri obat tradisional tersebut signifikan dengan eningkatan total nilai jual

produk obat asli indonesia didalam negeri , yang mana 95,5 milyar ruiah pada

tahun 1991 meningkat hingga mencapai nilai 600 milyar pada tahun 1999 .

Survey perilaku konsumen daam negeri menunjukkan 61,3% responden

mempunyai kebiasaan meminum obat tradisional (Anonymous, 2009).

Melalui resolusi 1977 WHO menyatakan bahwa pelayanan kesehatan

masyarakat tidak dapat merata tanpa mengikutsertakan pengobatan tradisional .

Pengobatan tradisional dengan obat-obat tradisionalnya mempunyai latar belakang

sosial bdaya masyarakat dan dapat digolongkan sebaga teknologi tepat guna

karena bahan-bahan yang dipakai terdapat disekitar masyarakat itu sendiri ,

sehingga mudah didapat, murah dan mudah menggunakannya tanpa memerlukan

peralatan yang mahal untuk mempersiapkannya (Agoes,A, 1996).

5

Page 6: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

Dalam penelitiannya Muchtaruddin menemukan bahwa pemakai jamu

lebih banyak wanita 54,6% berumur antara 24-25tahun, mempunyai pendidikan

SD, bekerja sebagai petani atau nelayan. Sedangkan Moeryati Sudibyo

menemukan bahwa ditapos 70,8% ibu menggunakan obat tradisional untuk

pengobatan dan 29,9% untuk tujuan suportif untuk kesehatan tubuh dan sesudah

melahirkan. Dengan uji statistik pengetahuan ibu merupakan faktor utama yang

mempungaruhi penggunaan obat tradisional , disusul oleh ketersediaan dan

kepercayaan (Agoes,A, 1999).

Atas dasar uraian diatas peneliti sangat tertarik untuk meneliti tentang

gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat tradisional bagi ibu

nifas di BPS Hj. Kamsinar Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti ingin mengetahui

bagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat

tradisional bagi ibu nifas di BPS Hj. Kamsinar.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas

6

Page 7: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas ditinjau dari segi

pengetahuan.

b. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas ditinjau dari segi

kepercayaan.

c. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas ditinjau dari segi

penghasilan.

D. KEASLIAN PENELITIAN

Sebelumnya Supardi (1997) pernah melakukan penelitian dengan judul

Pola Pengobatan Sendiri Menggunakan Obat, Obat Tradisional dan Cara

Tradisional serta Pengobatan Rawat Jalan Memanfaatkan Pengobatan Tradisional

Di Lampung Selatan.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat untuk instansi/BPS

Sebagai bahan masukan bagi pemberi pelayanan kebidanan yang berada di

BPS untuk dapat memberikan informasi yang benar tentang obat

tradisional bagi ibu nifas.

7

Page 8: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

2. Manfaat unutk Pendidikan

Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta menambah referensi

buku di pendidikan, khususnya mengenai penggunaan obat tradisional

bagi ibu nifas.

3. Bagi peneliti/mahasiswa

Mengembangkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang

penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas.

8

Page 9: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Obat Tradisional

1. Pengertian

Obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang

berasal dari tumbuhan, hewan dan mineral. Sediaan gelanik atau campuran

bahan-bahan tersebut secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman obat tradisional ini (baik berupa jamu maupun

tanaman obat) masih banyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari

kalangan menengah kebawah dalam upaya pencegahan penyakit

(preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif)

serta peningkatan kesehatan (promotif). Bahkan dari masa ke masa obat

tradisional mengalami perkembangan yang semakin meningkat, terlebih

dengan munculnya isu (back to nature), (Katno, dkk, 2004).

Menurut Anief (2003) obat tradisional adalah obat jadi atau obat

berbungkus yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, dan

mineral. Sediaan gelanik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang

usaha pengobatannya berdasarkan pengalaman.

WHO menyatakan pengobatan tradisional ialah ilmu dan seni

pengobatan berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman

praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah maupun tidak, dalam

9

Page 10: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

melakukan diagnosis, prevensi dan pengobatan terhadap

ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial (Agoes, A, 1996).

2. Perkembangan Obat Tradisional Di Masyarakat

Ramuan/Obat tradisional banyak di manfaatkan secara turun-

temurun untuk pengobatan sendiri atau kalangan masyarakat dalam ruang

lingkup terbatas. Ramuan itu dikemas secara sederhana dalam bentuk cair,

rajangan, tapel, pilis dan parem. Pemanfaatannya untuk tujuan memelihara

kesehatan dan menjaga kebugaran jasmani serta untuk pengobatan

penyakit yang diderita sendiri ataupun orang lain sebagai penganti atau

pendamping pada pengunaan obat modern (Mursito, B, 2002).

Menurut Redaksi Agromedia (2003) kecendrungan meningkatnya

penggunaan obat tradisional didasari pada beberapa alasan sebagai berikut:

a Harga Obat-obatan buatan pabrik saat ini sudah semakin mahal,

sehingga masyarakat mulai menerima alternative pengobatan yang

murah dan mudah didapatkan tetapi tidak kalah manjurnya dengan

obat-obat buatan pabrik.

b Efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional sangat kecil,

bahkan beberapa jenis tanaman tertentu tidak menunjukan efek

samping sama sekali.

c Kandungan unsur kimia yang terkandung dalam obat tradisional

sebenarnya menjadi dasar pengobatan kedokteran modern.

10

Page 11: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

Soesilo,S (1996) mengatakan bahwa alasan pemakaian obat

tradisional karena manjur dan cocok, sudah merupakan kebiasaan

keluarga, mudah didapat, murah dan lebih yakin akan khasiatnya.

B. Konsep Dasar Masa Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa Nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.

Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam 3 priode, yaitu :

Puerperium Dini, Puerperium Intermedial dan remote Puerperium

(Mochtar, R, 1998)

Masa Puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari

merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada

keadaan yang normal. Dijumpai dua kejadian penting pada Puerperium,

yaitu Involusi Uterus dan proses laktasi (Manuaba, 1998).

Masa Puerperim atau masa nifas dimulai setelah partus selesai dan

berakhir setelah kira-kira 6 minggu akan tetapi, seluruh alat genetalia baru

pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan

(Winkjosastro,2003).

2. Tujuan Perawatan Masa Nifas

Dalma masa nifas ibu memerlukan perawatan dan pengawasan.

Perawatan masa nifas ini termasuk perawatan kebidanan, karena arti

kebidanan secara luas tidak hanya terbatas pada masa hamil dan bersalin

11

Page 12: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

tetapi juga masa sesudah bersalin sampai uterus dan ovarium kembali

seperti semula, siap mengadakan kehamilan lagi, yang berarti proses

kebidanan akan seperti semuala kembali.

Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah untuk

memulihkan kesehatan umum ibu, untuk mendapatkan kesehatan emosi,

untuk mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi, untuk memperlancar

pembentukan Asi, dan Ibu dapat melaksanakan perawatan sampai masa

nifas selesai serta dapat memelihara bayinya dengan baik agar

pertumbuhan dan perkembangan bayinya normal. Tujuan-tujuan tersebut

akhirnya menuju kepada satu tujuan penting yaitu agar ibu dan anak sehat,

sehingga memperoleh keluarga yang sejahtera (Christina,1993).

Menurut Winkjosastro, (2002) tujuan perawatan masa nifas yaitu

menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologik,

mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada

ibu maupun bayinya. Memberi pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi

dan perawatan bayi sehat.

3. Perawatan Masa Nifas

Perawatan masa nifas yang dilakukan dalam bentuk pengawasan

adalah sebagai berikut: Rawat Gabung, Pemeriksaan Umum tentang

kesadaran penderita dan keluhan yang terjadi setelah persalinan,

pemeriksaan khusus (vital sign, fundus Uteri, Payudara, lochea dan luka

jahitan), pemulangan ibu dan pengawasan lanjutan. Nasehat yang perlu

12

Page 13: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

diperhatikan adalah diet ibu, pakaian, miksi, defekasi, pengeluaran ASI

dan perawatan puting susu serta kembalinya haid atau menstruasi

(Manuaba, 1998).

Mochtar, R (1993) mengemukakan bahwa pemeriksaan Postnatal

antara lain, meliputi ; Pemeriksaan umum, keadaan umum, payudara,

Dinding perut, Perineum, kandung kemih, Rektum, secret yang keluar

misalnya: Lochia, Flour albus, dan keadaan alat-alat kandungan.

Yang perlu diperhatikan untuk menjaga kebersihan ibu sesudah

persalinan atau masa nifas adalah, ibu mandi paling sedikit 2 kali sehari,

menjaga kebesihan kemaluan dan payudara, menjaga kebersihan badan

dan pakaian, mencuci tangan dan kaki setelah bepergian, menjaga

kebesihan gigi dan mulut serta makanan, menjaga kebersihan tempat tidur

dan menghindari merokok (Kusmiati, 1990).

Siklus kehidupan seorang wanita umumnya menempuh tahap-tahap

masa remaja, menjelang perkawinan, masa kehamilan dan melahirkan,

menyusui dan menopause. Dalam setiap tahap siklus kehidupan tersebut

dikenal perawatan-perawatan khusus. Masarakat dan kebudayaan kita

telah mengembangkan kebolehan-kebolehan yang diturunkan dalam

perawatan tersebut.

Setelah melahirkan, paraman dipakai pagi dan sore sesudah mandi

untuk memberi rasa segar dan menghilangkan kelelahan. Ramuan untuk

param tersebut antara lain mengandung jahe, kencur, minyak sereh, dan

bangle. Tapel digunakan juga agar perut menjadi kemps/kecil kembali dan

13

Page 14: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

mengembalikan peranakan seperti semula. Ramuan tapel berisi kapur sirih

yang diberi minyak kayu putih dan jeruk nipis. Semakin lama ramuan

tapel semakin panas agar darah kotor yang masih tersisa dikeluarkan lebih

lancar. Selain itu ada juga pilis yang bertujuan mengembalikan kesejukan

pada mata, menghangatkan tubuh dan menghilangkan pusing kepala. Yang

memiliki kandungan rimpang akar tinggal bangle buah kapulaga, sintok

dan daun kemuning.

Untuk jamu setelah melahirkan, ramuannya antara lain terdiri atas

kunyit yang berkhasiat menyembuhkan luka dan mengeringkan koreng.

Selain itu kedaun berkhasiat sebagai obat anti kembung. Daun katuk

menurunkan panas, membersihkan darah dan memperlancar pengeluaran

air susu ibu. Kayu rapet berguna untuk menguncupkan rahim yang

membesar.

Selain jamu yang diminum, adapula ramuan yang dipakai untuk

perawatan dari luar misalnya Rempah rahasia wanita untuk cebokan dan

berendam, ramuannya mengandung daun sirih yang berguna untuk

menghilangkan bau badan serta berfungsi sebagai antiseptik dan

membersihkan lender-lendir. Ramuan rahasia wanita dan menyegarkan

Vagina, menghilangkan keputihan, menghilangkan bau yang tidak sedap,

membersihkan lendir, menghilangkan gatal-gatal dan menyembuhkan luka

atau peradangan (Tilaar, M, 1996).

Menurut Koesmariyah (2005), tapel yang terbuat dari aneka

rempah jejamuan ini dimaksudkan untuk menghangatkan daerah sekitar

14

Page 15: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

perut. Selain untuk membantu merontokkan lapisan kulit perut yang

berwarna kehitaman akibat pemelaran selama kehamilan. Kendati

mengundang rasa gatal dan keinginan untuk menggaruk, sarannya, cobalah

tahan untuk tak menggaruknya. Cukup dielus-elus agar tak muncul

garis/guratan yang bukan tak mungkin membuat suami jadi tak berselera.

Sedangkan penggunaan pilis dengan cara menempelkannya di kening

dimaksudkan untuk merelakskan mata karena sifatnya yang

mendinginkan. Selain untuk menurunkan darah putih dari daerah mata.

Karena bila tidak, mata cenderung cepat belekan/ngeres seolah ada sesuatu

yang mengganjal terus yang membuat si ibu cepat lamur/rabun.

C. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi penggunaan Obat

Tradisional dan Obat Modern Bagi Ibu Nifas.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (Notoatmojdo, 2003).

Pengetahuan berarti apa yang telah diketahui dan lebih jelasnya

lagi bahwa pengetahuan adalah mengerti sesudah melihat,menghasilkan,

mengalami atau diajarkan (Poerwadaminto, 1993).

15

Page 16: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

Penelitian Rogers (dalam Notoatmodjo, 2003) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) .

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut

3. Evolution (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya.

4. Trial, dimana objek mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima oleh sebab itu

“Tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

16

Page 17: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

materi terserbut secara benar . Orang yang telah paham tentang materi atau

objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi criil sebenarnya aplikasi

disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu

struktur organisasi tesebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilain-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

17

Page 18: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.

(Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan tentang obat tradisional merupakan Ilmu kuno yang

diperoleh dari warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Ilmu kuno yang

bermanfaat ini diketahui secara luas oleh masyarakat. Tidak dapat di

pastikan sejak ramuan tradisional digunakan untuk pengobatan namun

dari informasi yang berkembang pengobatan tradisional telah dilakukan

sejak zaman nenek moyang dan diwariskan secara turun temurun kepada

anak cucunya. Artinya, pengetahuan mengenai ramuan tradisional

diterimanya dari angkatan sebelumnya dan dipergunakan begitu saja

sesuai dengan pengalaman atau anjuran angkatan sebelumnya (Redaksi

Agromedia, 2003).

2. Kepercayaan

Kepercayaan adalah anggapan (keyakinan), sesuatu yang

dipercayai (dianggap benar), harapan dan keyakinan (Poerwadarminta,

2005).

Percaya adalah yakin atau mengakui kebenaran atas pengakuan

seseorang (Novia, 2001)

Kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa dirinya boleh

mengendalikan kehidupannya dengan baik serta segala cobaan yang

dihadapi dengan jayanya (Suhaimin, 2006).

18

Page 19: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

Kepercayaan seringkali dikaitkan dengan keyakinan yang artinya

adalah suatu keadaan psikologis pada seseorang yang menganggap sesuatu

(Wikipedia, 2006).

Kepercayaan yang luar biasa terhadap keampuhan tanaman obat

terkadang menjadi sesuatu kekuatan besar pendorong bagi kesembuhan

penyakit tertentu. Secara umum, penyakit-penyakit yang relative mudah

diatasi dan terbukti keberhasilannya secara emperis adalah penyakit-

penyakit yang berhubungan dengan kulit, perut, atau masalah pencernaan,

sakit kepala, luka dan kelahiran anak. Sementara tingkat kelahiran yang

masih tinggi dibeberapa pedesaan dan tingkat kepercayaan terhadap dukun

yang dapat digunakan untuk ibu-ibu sebelum maupun sesudah melahirkan

(Hidayat, S, 2005).

Efek samping negatif yang terkandung dalam obat tradisional

sangat kecil jika dibandingkan dengan obat-obatan moderen lainnya.

Alasannya bahan baku pembuatannya berasal dari alam berbeda dengan

obat moderen yang berasal dari hasil sintetik kimiawi. Selama mengikuti

takaran yang dianjurkan, proses pembuatan yang higenis dan cara

penyimpanan yang baik maka efek samping obat tradisional dapat

diperkecil (Redaksi Agromedia, 2003).

3. Penghasilan

Penghasilan adalah pendapatan yang diperoleh (yang diterima) dari

hasil kerja atau hasil usaha (DEPDIKBUD, 1999).

19

Page 20: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

Tingkat perekonomian adalah tingkat perolehan uang yang

diterima oleh orang tua selama 1 bulan yang berasal dari berbagai sumber

dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang ditanggung. Untuk Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam, kriteria pendapatan dibagi atas dua bagian

yaitu kota dan desa. Untuk kota yang dikatagorikan pendapatan rendah

adalah kurang dari Rp. 885.000,- pendapatan sedang sebesar Rp. 885.000,-

sampai dengan Rp. 1.603.000,- dan pendapatan tinggi adalah lebih dari

Rp. 1.603.000,-. Untuk desa yang dikatagorikan pendapatan rendah adalah

kurang dari Rp. 500.000,- pendapatan sedang sebesar Rp. 500.000,-

sampai dengan Rp. 900.000,- dan pendapatan tinggi adalah lebih dari Rp.

900.000,- (BPS, 2004).

Penghasilan seseorang atau keluarga memberi suatu dampak

kearah yang lebih baik atau ke arah yang lebih buruk. Dimana kurangnya

pendapatan akan menghambat aktifitas baik yang bersifat materialistis

maupun non materialistis seperti tingkat pendidikan. Besar pendapatan

seseorang atau keluarga mempunya hubungan erat dalam pemenuhan

hidup keluarga, menurut data BPS Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

2009, tinggi bila pendapatan perbulan ≥ Rp. 1.500.000,- rendah bila

pendapatan perbulan < Rp. 1.500.000,- (UMP NAD, 2009).

Menurut Redaksi Agromedia (2003) obat tradisional masih banyak

digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah.

Dengan tingkat harga yang tinggi terhadap obat modern maka penggunaan

20

Page 21: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

obat tradisional dapat menjadi pilihan yang menguntungkan, dikarenakan

beberapa alasan, sebagai berikut :

a Harga obat tradisional lebih murah jika dibandingkan dengan obat

modern.

b Bahan obat tradisional mudah diperoleh disekitar lingkungan tempat

tinggal.

c Pengolahannya tidak rumit, sehingga dapat dibuat didapur sendiri

tanpa memerlukan peralatan yang khusus dan biaya yang besar.

21

Page 22: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penilaian

Alasan pemakaian obat tradisional adalah karena manjur dan cocok, sudah

merupakan kebiasaan keluarga, mudah didapat, murah dan lebih yakin akan

khasiat, dan telah dilakukan uji statistik bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor

utama yang mempengaruhi penggunaan obat tradisional, disusul oleh ketersediaan

dan kepercayaan (Soesilo, 1996).

Karena keterbatasan pengetahuan dan waktu yang tersedia dengan ini

penulis hanya meneliti dengan variabel independen pengetahuan, kepercayaan dan

penghasilan seperti yang tergambar pada kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

22

Pengetahuan

Kepercayaan

Penghasilan

Penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas

Page 23: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

B. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil UkurSkala Ukur

Dependen1. Pengunaan Obat

tradisionalPemakaian Obat Tradisional Oleh ibu-ibu nitas

Wawancara Kuesioner AdaTidak

Nominal

Independen2. Pengetahuan Pemahaman ibu nifas

tentang obat tradisional

Wawancara Kuesioner BaikX ≥

KurangX ≤

Ordinal

3. Kepercayaan Segala sesuatu yang di yakini atau dipercaya oleh ibu-ibu nifas tentang manfaat/khasiat dari obat tradisional

Wawancara KuesionerPercaya

Tidak Percaya

Nominal

4. Penghasilan Pendapatan keluarga yang diperoleh setiap bulan atau pendapatan yang diproleh dari usaha yang telah dilakukan

Wawancara KuesionerTinggi≥ UMP

Rendah≤ UMP

Ordinal

23

Page 24: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan

pendekatan cross sectional dimana penelitian ini ingin mengetahui gambaran

faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas

terhadap pengetahuan, kepercayaan dan penghasilan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan diwilayah propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

yaitu di BPS. HJ. Kamsinar lam ateuk Kecamatan Kuta Baro, kabupaten Aceh

Besar pada bulan Agustus 2010.

C. Populasi dan Sample

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu nifas yang pernah

bersalin di BPS HJ. Kamsinar Lam Ateuk Kecamatan Kuta Baro, Aceh

Besar. Berdasarkan data registrasi di BPS kamsinar pada bulan juni 2010

tercatat 25 orang ibu melahirkan di BPS Hj. Kamsinar.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling pada ibu-ibu nifas

yang pernah bersalin di BPS HJ. Kamsinar Lam Ateuk Kecamatan Kuta

Baro. Pada penelitian berlangsung kriteria sampel adalah :

24

Page 25: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

1) Ibu Nifas dengan usia 0 – 6 minggu post partum

2) Bersalin di BPS Hj. Kamsinar

3) Bertempat tinggal di desa Lam Ateuk

4) Bersedia jadi Responden

D. Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang langsung

diperoleh dari lapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi

pertanyaan yang selanjutnya diisi oleh responden kecuali bila ada Responden

yang buta aksara dilakukan wawancara dan kemudian data tersebut

dikumpulkan untuk rencana pengolahan dan analisa data dan data sekunder

diperoleh dari BPS HJ. Kamsinar Aceh Besar Tahun 2010.

E. Instrumen Penelitian

Sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

lembar kuesioner yang terbagi dalam 2 bagian yaitu:

a. Bagian A merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti dengan

mengacu pada kerangka konsep yang mengukur pada tingkat penggunaan

obat tradisional bagi ibu nifas yang terdiri dari 1 (satu) pertanyaan. Bila

responden menjawab benar maka diberi nila 1 (satu), bila responden

menjawab salah maka diberi nilai 0 (nol).

b. Bagian B merupakan kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti

dengan mengacu pada kerangka konsep yang mengukur tngkat

pengetahuan responden tentang penggunaan obat tradisional yang sudah

disusun terdiri dari 10 pertanyaan. Bila responden menjawab benar maka

25

Page 26: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

akan diberi nilai 1 (satu), dan bila responden menjawab salah diberi nilai 0

(nol).

c. Bagian C merupakan kuesioner juga dikembangkan sendiri oleh peneliti

dengan mengacu pada kerangka konsep yang mengukur tingkat

kepercayaan responden terhadap penggunaan obat tradisional, yang terdiri

atas 1 (satu) pertanyaan bila renponden menjawab benar maka diberi nilai

1 (satu), bila responden menjawab salah maka diberi nilai 0 (nol).

d. Bagian D juga merupakan kuesioner yang juga dikembangkan oleh

peneliti dengan mengacu pada kerangka konsep yang mengukur tingkat

penghasilan responden terhadap penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas

yang terdiri dari 2 (dua) pertanyaan bila responden menjawab benar maka

diberi nilai 1 (satu), dan bila responden menjawab salah maka diberi nilai

0 (nol).

F. Pengelolaan Data dan Analisa Data

1. Pengelolaan Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut di

olah dengan cara sebagai berikut:

a. Editing, yaitu melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian

kuesioner yang meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang

diberikan oleh responden.

b. Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut mcamnya dengan

memberikan kode tertentu.

26

Page 27: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

c. Trasfering, yaitu menyusun total nilai dari sub-sub variabel penelitian

untuk keseluruhan responden.

d. Tabulating, yaitu mengelompokkan responden berdasarkan katagori

yang telah dibuat untuk tiap-tiap sub variabel yang diukur dan

selanjunya di masukkan kedalam tabel frekuensi.

2. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data

univariat. Analisa yang digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif

untuk melihat distribusi frekuensi variabel yang diteliti baik variabel

dependent maupun variabel independent.

Data yang diperoleh diolah secara manual dan dianalisis secara

deskriptif untuk menghitung setiap variabel dengan rumus rata-rata sampel:

Keterangan :

= Rata-rata sampel

x = Nilai tiap sampel

n = Jumlah sampel

= Total nilai (Budiarto, 2002).

27

Page 28: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis

dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

P = Persentase

f = Frekuensi

n = Jumlah responden yang menjadi sampel (Budiarto, 2002).

28

x 100 %

Page 29: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL BAGI IBU NIFAS DI BPS

HJ. KAMSINAR KECAMATAN KUTA BARO TAHUN 2010

No Responden :

Umur Responden :

Tgl Wawancara :

A. Obat Tradisional

1. Apakah pada masa nifas ibu pernah menggunakan obat tradisional?

a. Ada

b. Tidak

B. Pengetahuan

1. Obat tradisisonal adalah…….

a. Obat yang berasal dari ramuan bahan alam tumbuh-tumbuhan dan

hewan.

b. Obat yang berasal dari bahan alam yang diolah secara kimiawi.

2. Penyakit yang berhubungan denagn kuli, perut, sakit kepala, luka dan

kelahiran anak dapat diatasi dengan…….

a. Obat herbal

b. Obat tradisional

3. Menggunakan parem dan pilis pada masa nifas berpengaruh pada produksi

ASI………

a. Ya

b. Tidak

4. Menggunakan parem dan pilis pada masa nifas dapat memberikan……..

a. Rasa segar dan menghilangkan kelelahan

b. Rasa segar dan menghilangkan luka

29

Page 30: KTI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL

5. Apakah mengkonsumsi …………….. pada masa nifas dapat melancarkan

ASI.

a. Daun sirih

b. Daun katuk

6. Minum air kunyit pada masa nifas dapat menyembuhkan…………..

a. Luka yang terdapat pada rahim ibu

b. Luka pada badan

7. Menggunakan pilis pada masa nifas dapat memberikan…………..

a. Kesejukan pada muka dan mata

b. Kesejukan pada mata dan menghilangkan sakit kepala

8. Ramuan yang mengandung daun sirih yang berguna untuk

menghilangkan……….

a. Bau badan dan membersihkan lendir-lendir

b. Lambung dan menurunkan panas

9. Adakah yang ibu ketahui tentang efek samping dari obat tradisional……

a. Ada

b. Tidak ada

10. Menurut ibu, apa keuntungan pemakaian obat tradisiona.

a. Harga lebih murah

b. Harga lebih mahal

C. Kepercayaan

1. Apakah ibu percaya denan khasiat yang yang ditimbulkan oleh obat

tradisional?

a. Percaya

b. Tidak percaya

D. Penghasilan

1. Berapa penghasilan keluarga ibu dalam sebulan?

a. ≥ Rp. 1.500.000

b. ≤ Rp. 1.500.000

30