kopkun corner edisi 8

4
Edisi Febuari 2012 Volume II, Issue 8 Bukan Mission Impossible! S ejak 1844, saat Rochdale sebagai koperasi pertama di dunia lahir, pendidikan sudah jadi bagian dari prinsip koperasi. Tahun 1995 di Manchester, Inggris, prinsip itu tetap bertahan. Sudah 200 tahun lebih pen- didikan dalam koperasi jadi bagian integral. Hukumnya, koperasi berkembang melalui proses pendidikan kepada anggotanya. Anggota koperasi itu beragam. Keragaman itu me- mang diciptakan. Misalnya, bagaimana mempertemu- kan antara si punya dan kurang mampu. Atau antara satu pemeluk agama dengan lainnya. Juga latar be- lakang afiliasi politik, pekerjaan, status sosial yang berbeda-beda. Keragaman itu sengaja diciptakan untuk peroleh titik keunggulan sebagai organisasi yang dapat menyatukan kelas-kelompok sosial berbeda. Tentu itu bukan pekerjaan mudah. Tiap kelas atau kelompok sosial punya tingkat aspirasi dan kebutuhan yang berbeda. Perbedaan itu bukan disamakan, namun disatukan. Tentu harus ada alat penyatu, semacam lem sosial yang membuat mereka bisa berdampingan dan satu visi. Di sanalah nilai-nilai koperasi berperan. Nilai koperasi menjadi lem sosial antaranggota yang berbeda itu. Nilai itu seperti solidaritas, keadilan, keseta- raan, kemandirian dan sebagainya. Dan tantangan berikutnya, bagaimana merekatkan lem itu? Dan juga, bagaimana mengoperasionalkannya? Pendidikan jadi solusinya. Pendidikan adalah wahana internalisasi nilai- nilai luhur itu. Tiap-tiap anggota diajarkan, misalnya, pentingnya solidaritas sesama. Ambil contoh, bagi orang berpunya tentu saja lebih menarik tabung- kan uang mereka di bank. Jika nominalnya besar, balas jasa yang diterima pun besar. Sedang di koperasi, soal balas jasa, hukumnya harus terbatas! Karena koperasi itu kumpulan orang, bukan modal. Jadi bukan pula tempat memper- anak uang. Namun kepada orang-orang berpunya koperasi ajarkan nilai solidaritas. Saat mereka tabungkan uang di koperasi, sebenarnya sedang membantu ang- gota lain yang membutuhkan (pinjaman). Ya, sebuah laku hidup yang menaruh kepedulian besar kepada sesama. Dan hal ini, kata Immanuel Kant, adalah bentuk imperatif moral (keharusan moral). Dengan cara seperti itu juga koperasi bisa jadi rem atas kerakusan manusia. Melalui pendidikan sikap hidup sederhana diajarkan. Disiplin menabung di- tanamkan dan difasilitasi. Semangat kerja keras agar mandiri disuntikkan. Jadi tak mengherankan, dulu sebagian orang bilang koperasi itu utopis. Sebuah sistem yang begitu sempurna yang karenanya justru sulit/ mustahil diwujud- kan. Nampaknya, anggapan itu salah! Uji materialnya, koperasi di dunia terus berkembang. Perluasan usaha koperasi di dunia bahkan sudah bisa menyerap tiga milyar penduduk dunia. Di pojok yang lain, sebagian orang lain sinis dan berkata, “Koperasi itu terlalu baik seperti malaikat. Usaha kok untuk kesejahteraan bersama”. Ya, boleh jadi seperti itu. Namun apa yang salah menjadi “malaikat”? Gandhi per- nah bilang, “Bumi ini tak akan cukup untuk kerakusan satu manusia. Namun cukup untuk memenuhi kebutuhan milyaran manusia”. Dan koperasi aktif membangun dirinya sebagai sistem yang menolak kerakusan individual, na- mun sebaliknya, mengajarkan kebersamaan. Dan, pendidikan jadi alat untuk mewujudkannya. Bukan mission impossible, hanya perlu energi dan strategi jitu agar terbukti kebenarannya! [] Inside this issue: Bukan Mission Impossible! 1 Educamp Nan Manis 2 Testimoni Para Tokoh 3 Homo Homini So- cious 4 Pojok Kopkun Pendidikan koperasi itu bukan mission impossible! Educamp 2012 itu begitu manis. Masak se? Apa kata mereka tentang Educamp 2012? Bukan homo homini lupus. Lalu apa? Selengkapnya, baca! Kopkun.com Pendidikan adalah salah satu prinsip dalam koperasi Kopkun Corner

Upload: kopkun-full

Post on 17-Mar-2016

217 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Buletin Bulanan Kopkun Corner diterbitkan oleh Koperasi Kampus Unsoed (Kopkun), Purwokerto, Indonesia | www.kopkun.com

TRANSCRIPT

Edisi Febuari 2012

Volume II, Issue 8

Bukan Mission Impossible!

S ejak 1844, saat Rochdale sebagai koperasi pertama di dunia lahir, pendidikan sudah jadi bagian dari

prinsip koperasi. Tahun 1995 di Manchester, Inggris, prinsip itu tetap bertahan. Sudah 200 tahun lebih pen-didikan dalam koperasi jadi bagian integral. Hukumnya, koperasi berkembang melalui proses pendidikan kepada anggotanya. Anggota koperasi itu beragam. Keragaman itu me-mang diciptakan. Misalnya, bagaimana mempertemu-kan antara si punya dan kurang mampu. Atau antara satu pemeluk agama dengan lainnya. Juga latar be-lakang afiliasi politik, pekerjaan, status sosial yang berbeda-beda. Keragaman itu sengaja diciptakan untuk peroleh titik keunggulan sebagai organisasi yang dapat menyatukan kelas-kelompok sosial berbeda. Tentu itu bukan pekerjaan mudah. Tiap kelas atau kelompok sosial punya tingkat aspirasi dan kebutuhan yang berbeda. Perbedaan itu bukan disamakan, namun disatukan. Tentu harus ada alat penyatu, semacam lem sosial yang membuat mereka bisa berdampingan dan satu visi. Di sanalah nilai-nilai koperasi berperan. Nilai koperasi menjadi lem sosial antaranggota yang berbeda itu. Nilai itu seperti solidaritas, keadilan, keseta-raan, kemandirian dan sebagainya. Dan tantangan berikutnya, bagaimana merekatkan lem itu? Dan juga, bagaimana mengoperasionalkannya? Pendidikan jadi solusinya. Pendidikan adalah wahana internalisasi nilai-nilai luhur itu. Tiap-tiap anggota diajarkan, misalnya, pentingnya solidaritas sesama. Ambil contoh, bagi orang berpunya tentu saja lebih menarik tabung-kan uang mereka di bank. Jika nominalnya besar, balas jasa yang diterima pun besar. Sedang di koperasi, soal balas jasa, hukumnya harus terbatas! Karena koperasi itu kumpulan orang, bukan modal. Jadi bukan pula tempat memper-anak uang. Namun kepada orang-orang berpunya koperasi ajarkan nilai solidaritas. Saat mereka tabungkan uang di koperasi, sebenarnya sedang membantu ang-gota lain yang membutuhkan (pinjaman). Ya, sebuah laku hidup yang menaruh kepedulian besar kepada sesama. Dan hal ini, kata Immanuel Kant, adalah bentuk imperatif moral (keharusan moral). Dengan cara seperti itu juga koperasi bisa jadi rem atas kerakusan manusia. Melalui pendidikan sikap hidup sederhana diajarkan. Disiplin menabung di-tanamkan dan difasilitasi. Semangat kerja keras agar mandiri disuntikkan. Jadi tak mengherankan, dulu sebagian orang bilang koperasi itu utopis. Sebuah sistem yang begitu sempurna yang karenanya justru sulit/ mustahil diwujud-kan. Nampaknya, anggapan itu salah! Uji materialnya, koperasi di dunia terus berkembang. Perluasan usaha koperasi di dunia bahkan sudah bisa menyerap tiga milyar penduduk dunia. Di pojok yang lain, sebagian orang lain sinis dan berkata, “Koperasi itu terlalu baik seperti malaikat. Usaha kok untuk kesejahteraan bersama”. Ya, boleh jadi seperti itu. Namun apa yang salah menjadi “malaikat”? Gandhi per-nah bilang, “Bumi ini tak akan cukup untuk kerakusan satu manusia. Namun cukup untuk memenuhi kebutuhan milyaran manusia”. Dan koperasi aktif membangun dirinya sebagai sistem yang menolak kerakusan individual, na-mun sebaliknya, mengajarkan kebersamaan. Dan, pendidikan jadi alat untuk mewujudkannya. Bukan mission impossible, hanya perlu energi dan strategi jitu agar terbukti kebenarannya! []

Inside this issue:

Bukan Mission

Impossible!

1

Educamp Nan

Manis

2

Testimoni Para

Tokoh

3

Homo Homini So-

cious

4

Pojok Kopkun

• Pendidikan koperasi

itu bukan mission

impossible!

• Educamp 2012 itu

begitu manis. Masak

se?

• Apa kata mereka

tentang Educamp

2012?

• Bukan homo homini

lupus. Lalu apa?

Selengkapnya, baca!

Kopkun.com

Pendidikan adalah salah satu prinsip dalam koperasi

Kopkun Corner

I de kreatif kegiatan Kopkun Educamp bermula dari diskusi

sederhana; Menyelenggarakan Pendidikan Menengah Per-koperasian di alam bebas. Jelang acara, 21-23 Januari, hari-hari jadi demikian sibuk menyiapkan ini dan itu. Pukul 07.00 panitia dan pe-serta berkumpul dengan tas-tas besar dan beragam alat dapur. Truk besar kuning itu dating. Seluruh peserta naik dan hanya kepala yang terlihat dari luar. Truk itu menuju Curug Ceheng. Lebih-kurang 30 menit, kami sampai. Ayunan kaki kami disambut lahan luas berumput. Kami briefing singkat dan gerakkan peserta un-tuk bangun tenda. Sebagian lainnya berusaha keras menata dapur dan memasak makanan dengan paso-kan bahan dan alat seadanya. Tenda jadi, masakan siap. Mereka mulai lahap makanan olahan tangan mereka sendiri. Materi pertama dimulai pukul 13.00. Sesi itu, Kang Suroto menyampaikan soal Desain Demokrasi Ekonomi. Gayanya yang penuh semangat dan meng-gebu-gebu, membuat peserta ikut terbawa dalam diskusi sengit. Pendopo kecil itu kami pilih jadi tempat pergula-tan wacana tiap sesi. Setelah coffee break dan cemi-lan ubi rebus, masuk sesi Pak Arsyad. Beliau bawa-kan tema Kepemimpinan. Saking antusiasnya, ada 10 penanya di sesi itu. Jeda dua jam untuk Ishoma, ma-suk materi Filsafat Etika Kerjasama. Ashoka Sia-haan, filosof itu, mengajak tamasya peserta ke ab-straksi filosofis. Malam pertama itu ditutup dengan nonton film, Zeitgeist. Malam itu kami lihat wajah peserta agak stres. Mereka bergumul dengan angin dan hujan lebat; Tenda basah dan alas tidur a la kadarnya; Tanggung-jawab harus memasak makanan dalam waktu terba-tas; Dan Curug Ceheng yang gelap saat senja turun. Namun hebatnya, di pagi pertama peserta tetap konsisten mengikuti kegiatan. Outbond sudah menanti mereka. Medan menantang sengaja kami buat, terjal, panjang dan kadang curam. Di tiap pos, mereka teriakkan yel-yel. Menari-knya, ada yang namai kelompok mereka “pete”. Pasalnya, makanan mereka selalu ditaburi pete. Kelompok “mercon” yang tak sengaja memasak nasi goreng dengan banyak cabai. Lalu ada juga kelom-pok yang menggunakan jingle “Garuda di Dadaku”. Tak ketinggalan dan kelompok berjingle “Bebek-Ayam”. Benar-benar, komplit seperti pasar! Hari kedua acara sangat padat. Sungguh kasihan, peserta tak bisa rehat lama. Materi Pak Herliana dan Pak Sarwono, susul-menyusul mereka lahap. Di sela-sela itu Mas Ilham Nasai hadir, langsung dari Ja-karta. Beliau beri materi Konstelasi Gerakan Koperasi Dunia & Indonesia. Malam itu, Pak Darsono, GM Kopkun, sampai-kan materi Studi Kebijakan Perkoperasian Indonesia. Tak seperti hari biasanya, malam itu beliau diskusi soal kondisi makro, bukan cara pengelolaan swalayan. Tak kalah dengan Kang Suroto, provokas-inya buat mata peserta tetap melek meski lelah. Malam terakhir itu kami suguhkan Api Unggun & Apresiasi Seni. Tiap kelompok membuat satu pertunjukan. Untung saja cuaca mendukung, walau dengan sedikit rerintik hujan. Mini drama, nyanyi

bareng dan baca puisi. Juga ada drama parodi yang menyindir panitia dengan jenaka. Dini hari, api itu padam, tanda peserta harus masuk tenda. Esoknya, panitia kaget. Tiba-tiba semua makanan sudah siap santap, juga buat panitia. Ternyata peserta itu kerjaan peserta sebagai bentuk terimakasih. Pasalnya, suatu ketika panitia pernah masakkan makanan untuk mereka. Saat itu panitia kasihan melihat peserta yang kelelahan. Kami terharu meli-hatnya. Tentu itu di luar setting atau rencana kami. Sebuah spontani-tas yang tulus peserta yang merasa senasib-sepenanggungan. Se-belum pulang, beberapa peserta beri testimoni. Ada yang awalnya bete karena medan, namun justru ingin ikut lagi pada Educamp angkatan berikutnya. Peserta dari luar kota juga sampaikan rasa puas dan penuh kesan dengan kegiatan ini. Mendengar itu lelah kami, pantia, jadi tero-bati. Curug Ceheng, Sum-bang jadi saksi bisu berkumpulnya para ak-tivis koperasi. Usia, profesi, angkatan dan status melebur jadi satu. Inilah sejarah baru Kop-kun yang gelar Educamp angkatan pertama di tahun awal tahun. And I’m so proud and happy about it! Cheers! [Agnes Harvelian]

Educamp Nan Manis

“Pendidikan adalah salah satu prinsip

koperasi yang dicanangkan sejak abad 18 dulu kala”

Page 2 Kopkun Corner Volume 2 , I s sue 8

Kopkun Educamp 2012 Angka-tan Pertama, Curug Ceheng, Sumbang, Purwokerto

Peserta sedang dirikan tenda di antara pepohonan.

Mulai 1 Juni 2011 sampai Maret 2012 ada undian vocer belanja tiap bulan. Besarnya mulai @Rp. 150.000 - Rp. 400.000. Oh iya, program ini tidak berlaku untuk Pengurus, Penga-was, Karyawan/ Parttimer Kopkun atau keluarganya. Vocer juga tidak bisa diuangkan atau ditambah menjadi tabungan, khusus vocer belanja! Caranya: setiap belanja kelipatan Rp. 10.000* kamu akan dapat satu poin undian. Di akhir bulan akan diundi. Kalau beruntung, lumayan belanja gratis di Kopkun Swalayan. Ayooo tingkatin loyalitasmu, raih vocer belanjamu!

*Per tiga bulan minimal transaksi berubah selaras dengan kenaikan vocer.

Undian Vocer Belanja Khusus Anggota

Page 3 Kopkun Corner Volume 2 , I s sue 8

Suroto - Ketua LSP2I, Jakarta

“Saya sangat terkesan dengan acara ini, karena saya yakin hal ini akan menambah dampak positif bagi pengembangan koperasi. Ditambah suasana yang sangat berbeda memberikan nuansa, semangat yang lebih untuk kader-kader koperasi”

Laras Maharani - Ketua Komunitas Terang Sore, Pur-wokerto

“Saya sangat bersyukur banget bisa mengikuti kegiatan ini, walau awalnya sempet bete juga. Tapi akhirnya saya begitu banyak mendapatkan ilmu, teman, cara menyelesaikan ma-salah di tengah keterbatasan dan jelas sejuta pengetahuan tentang koperasi”

Ilham Nasai - Direktur Hubungan Luar Negeri Dekopin, Jakarta

“Pendidikan menengah yang diadakan dengan konsep unik semacam Kopkun Educamp, merupakan inovasi luar biasa. Semoga hal ini pun dirasakan peserta sebagai suatu spirit he-bat dalam membangun koperasi masa depan”

Akhmad Julkarnain - Kopma STAIN, Purwokerto

“Kopkun Educamp telah memberi saya inspirasi untuk mem-perjuangkan koperasi sampai akhir hayat saya. Dan yang saya harap bagi pemuda lain, untuk ikut serta untuk ber-koperasi dan melakukan pengabdian masyarakat, saat ini dan masa depan dengan bersatu”

Ashoka Siahaan - Pendiri Padepokan Filsafat Yas-naya Polyana, Kedungbanteng “Acara ini sangat berkesan untuk saya, walau jaraknya jauh. Saya melihat Kopkun Educamp sebagai bentuk kaderisasi yang baik dalam pengembangan koperasi ke depan”

Tri Ismars Saleh - Ketua Kopma UMM, Magelang

“Jauh-jauh saya datang dari Magelang ternyata berbuah ma-nis, kegiatan ini berhasil memuaskan pengetahuan akan koperasi. Semoga saya dan kawan-kawan Kopma UMM dapat melaksanakan hal yang serupa dan bersinergi dengan koperasi yang lain termasuk Kopkun”

Testimoni Para Tokoh

“Kopkun Educamp untuk

melipatgandakan energi juang

koperasi”

B anyak yang bertanya bagaimana menjadi anggota

Kopkun? Edisi kali ini akan kami beberkan mu-

dahnya menjadi anggota: 1. Mengisi formulir pen-

daftaran 2. Mengikuti Pendidikan Dasar (wajib) 3.

Menyelesaikan administrasi termasuk membayar Sim-

panan Pokok Rp. 1.000 dan Simpanan Wajib Rp.

10.000. Kelengkapan yang perlu disiapkan: foto kopi

KTP/ KTM dan pas foto 4x6/ 3x4 dua lembar.

Keuntungan jadi anggota Kopkun: 1. Diskon

untuk produk tertentu di Kopkun Swalayan 2. Diskon

20% untuk Sekolah Menulis Storia & Entrepreneur

Creativa. 3. Belajar berwirausaha, kepemimpinan dan

manjerial. 4. Berpeluang menjadi parttimer dan atau

fasilitator 5. Kemanfaatan dalam bentuk sosial-budaya

lainnya. Lebih lengkapnya datang langsung ke Kop-

kun Lt.2. Kami tunggu ya!

Jadi Anggota & Manfaatnya

M anusia senantiasa dalam proses menjadi (being). Menjadi dari satu, ke titik yang lain. Ini menyirat-

kan proses aktif untuk mencerap berbagai ihwal; Tentang hidup, pekerjaan, pergaulan dan seterusnya. Juga tentang cita-cita, nilai luhur, keyakinan dan lainnya. Manusia men-golahnya sedemikian rupa yang membuat dirinya “menjadi” seseorang. Sartre, filosof Perancis, menyebut proses itu sebagai “I’lhomme a etre”. Katanya, manusia itu selalu dalam keadaan “mem-belum”. Manusia ada untuk memenuhi hal-hal yang “belum” terwujud itu. Dalam proses mewu-judkannya, manusia akan menemukan jati dirinya. Proses “menjadi” itu bisa berada di ruang kerja, bangku kuliah atau sekre organisasi. Pun dalam pergaulan antar sesama, jejaring facebook, nongkrong di kafe dan seterusnya. Menariknya, kata Roger Troisfontaines dalam L’Ex-istnce a l’etre (1953), manusia tidak menjadi Aku kecuali dengan dan dalam hubungannya dengan Aku-Lain. Manusia akan menjadi seseorang sebagaimana yang dike-hendakinya, jika berhubungan dengan orang lain. Ini menyiratkan adanya manusia itu butuh orang lain. Seseo-rang ada karena adanya orang lain. Itulah potret manusia sebagai makhluk sosial yang mustahil menyendiri dan sendiri. Oleh karenanya, pan-dangan Hobbes tentang homo homini lupus, harus ditolak.

Manusia sebagai serigala bagi manusia yang lain tentu saja bertentangan dengan fitrah manusia. Dalam ruang eko-nomi, misalnya, nalar saling memangsa itu mun-cul pada sistem ekonomi kapitalistik. Satu orang memangsa yang lain untuk peroleh laba sebesar-besarnya. Manusia hidup di bawah tirani laba, kata, Ralph Estes dalam Tirany of Bottom Line. Nalar “lupus” itu harus dirubah jadi “socious”. Agar manusia menemukan jati dirinya bersama orang lain. Homo homini socious adalah cara hidup yang lebih etis dari-pada jadi serigala! Mulya sesarengan adalah lebih indah daripada mulya dewek-dewek. Ya mbok? []

Homo Homini Socious Oleh: Firdaus Putra, S.Sos.

(Manager Organisasi Kopkun)

Sekretariat:

Kopkun Lt. 2 Jl. HR. Boenyamin

Komplek Ruko Depan SKB Purwokerto

(0281) 631768 | www.kopkun.com

Redaksi Kopkun Corner

Penanggungjawab: Ketua Kopkun

Redaktur Pelaksana: Agnes Harvelian

Reporter: Elsa, Amy & Khusnul

Distribusi: Junita, Firman & Rohmat

Dunia terlalu indah untuk ditinggal

menyendiri atau sendiri.