kopkun corner edisi 26

6
Kehangatan di Tasyakuran Kopkun 2 1 Mengenal Multistakeholder Cooperative 2 Komik Edisi Le- baran 3 Indonesia Mer- deka? 4 Lebaran & Liburan 6 Edisi Agustus 2013 Volume III, Issue 26 Kehangatan di Tasyakuran Kopkun 2 S epuluh hari setelah soft opening, Kopkun adakan tasyakuran atas pembukaan cabang dan pembe- lian gedung. Tepatnya pada 27 Juli 2013, syukuran itu dilaksanakan di Kopkun 2 Lantai 2. Seluruh awak Kopkun hadir. Mulai dari Sesepuh, Pengurus, Pengawas, Manajemen dan Karyawan-Parttimer. Hadir juga dalam kegiatan itu warga Rt 2/ Rw 1 Karangwangkal. Tak ketinggalan juga Bapak Lurah Karangwangkal menghadiri sekaligus memberi sambutan. “Jika memang Kopkun ini koperasi yang benar, harapan saya semoga Kopkun bisa memberi manfaat juga kepada masyarakat”, terangnya. Hadirnya Bapak Lurah merupakan kebahagiaan bagi Kopkun karena sudah diterima di lingkungan baru tersebut. Kemudian wakil dari Dinas Koperasi Kab. Banyumas, Bapak Sugeng, juga hadir dan beri sambutan. “Saya selalu mengamati Kopkun. Dan pencapaiannya luar biasa. Tambah sekarang sudah punya gedung sendiri dan buka cabang. Moga Kopkun bisa jadi koperasi percontohan di Banyumas ini”, ujarnya. Selain warga Karangwangkal, hadir juga pengurus dan anggota Perjaka. Per- jaka merupakan koperasi kelompok tukang becak dampingan Kopkun. Sedikitnya 14 anggota dan pengurus turut serta. Di awal kegiatan, Herliana, SE., Ketua Kopkun, beri sambutan.“Alhamdulillah Kopkun 2 mulai beroperasi. Semoga benih-benih manfaat makin luas bagi civitas akademika juga masyarakat sekitar. Dan kebetulan Pak Lurah hadir, perlu kami sampaikan bahwa masyarakat pun bisa jadi anggota Kopkun”. Kegiatan tasyakuran itu dirangkai dengan buka bersama. Berbeda dengan tahun kemarin, buka bersama saat ini lebih sederhana. Namun hal itu tak mengu- rangi rasa kehangatan bagi seluruh hadirin. Tak hanya hadirin, kehangatan juga dirasakan warga sekitar. Pasalnya Kopkun membagi nasi buka untuk lingkungan sekitar. Dalam tradisi Jawa kegiatan ini adalah utama, yakni bagi-bagi ambeng/ nasi berkat kepada lingkungan. Harapannya agar lingkungan turut serta dalam kebahagiaan tasyakuran dan mendoakan kelan- caran serta kesuksesan di masa depan. Di penghujung acara, Ust. Maslikan menutup dengan kultum dan doa ber- sama. Dan seluruh peserta mengiri, “Amien”. Semoga Kopkun sukses! [] Inside this issue: Kopkun.com Pojok Kopkun Siapa saja yang hadiri syukuran Kopkun 2? Koperasi multistakeholder, apalagi itu? Liat tuh, komik spe- sial edisi lebaran. 17 Agustus 45 kita merdeka. Ciyus? Lebaran itu bahasa mana ya? Baca! Kopkun Corner

Upload: kopkun-full

Post on 10-Mar-2016

223 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Buletin Bulanan Kopkun Corner diterbitkan oleh Koperasi Kampus Unsoed (Kopkun), Purwokerto, Indonesia | www.kopkun.com

TRANSCRIPT

Page 1: Kopkun Corner Edisi 26

Kehangatan di

Tasyakuran Kopkun

2

1

Mengenal Multistakeholder Cooperative

2

Komik Edisi Le-

baran

3

Indonesia Mer-

deka?

4

Lebaran & Liburan 6

Edisi Agustus 2013

Volume III, Issue 26

Kehangatan di Tasyakuran Kopkun 2

S epuluh hari setelah soft opening,

Kopkun adakan tasyakuran atas

pembukaan cabang dan pembe-

lian gedung. Tepatnya pada 27 Juli 2013,

syukuran itu dilaksanakan di Kopkun 2

Lantai 2.

Seluruh awak Kopkun hadir. Mulai

dari Sesepuh, Pengurus, Pengawas,

Manajemen dan Karyawan-Parttimer.

Hadir juga dalam kegiatan itu warga Rt

2/ Rw 1 Karangwangkal.

Tak ketinggalan juga Bapak Lurah Karangwangkal menghadiri sekaligus

memberi sambutan. “Jika memang Kopkun ini koperasi yang benar, harapan saya semoga

Kopkun bisa memberi manfaat juga kepada masyarakat”, terangnya. Hadirnya Bapak

Lurah merupakan kebahagiaan bagi Kopkun karena sudah diterima di lingkungan

baru tersebut.

Kemudian wakil dari Dinas Koperasi Kab. Banyumas, Bapak Sugeng, juga

hadir dan beri sambutan. “Saya selalu mengamati Kopkun. Dan pencapaiannya luar

biasa. Tambah sekarang sudah punya gedung sendiri dan buka cabang. Moga Kopkun bisa

jadi koperasi percontohan di Banyumas ini”, ujarnya.

Selain warga Karangwangkal, hadir juga pengurus dan anggota Perjaka. Per-

jaka merupakan koperasi kelompok tukang becak dampingan Kopkun. Sedikitnya

14 anggota dan pengurus turut serta.

Di awal kegiatan, Herliana, SE., Ketua Kopkun, beri sambutan.“Alhamdulillah

Kopkun 2 mulai beroperasi. Semoga benih-benih manfaat makin luas bagi civitas akademika

juga masyarakat sekitar. Dan kebetulan Pak Lurah hadir, perlu kami sampaikan bahwa

masyarakat pun bisa jadi anggota Kopkun”.

Kegiatan tasyakuran itu dirangkai dengan buka bersama. Berbeda dengan

tahun kemarin, buka bersama saat ini lebih sederhana. Namun hal itu tak mengu-

rangi rasa kehangatan bagi seluruh hadirin.

Tak hanya hadirin, kehangatan juga dirasakan warga sekitar. Pasalnya Kopkun

membagi nasi buka untuk lingkungan sekitar. Dalam tradisi Jawa kegiatan ini

adalah utama, yakni bagi-bagi ambeng/ nasi berkat kepada lingkungan. Harapannya

agar lingkungan turut serta dalam kebahagiaan tasyakuran dan mendoakan kelan-

caran serta kesuksesan di masa depan.

Di penghujung acara, Ust. Maslikan menutup dengan kultum dan doa ber-

sama. Dan seluruh peserta mengiri, “Amien”. Semoga Kopkun sukses! []

Inside this issue:

Kopkun.com

Pojok Kopkun

Siapa saja yang

hadiri syukuran

Kopkun 2?

Koperasi

multistakeholder,

apalagi itu?

Liat tuh, komik spe-

sial edisi lebaran.

17 Agustus 45 kita

merdeka. Ciyus?

Lebaran itu bahasa

mana ya?

Baca!

Kopkun Corner

Page 2: Kopkun Corner Edisi 26

S udah menjadi tradisi Kopkun menyelenggarakan

diskusi. Diskusi biasanya mengambil tema sosial,

ekonomi dan budaya. Dan tak ketinggalan, soal

koperasi tentunya.

Senin, 5 Agustus 2013 lalu Kopkun selenggarakan

diskusi terbatas dengan tema Mengenal Multistakeholder

Cooperative. Dalam kesempatan itu, Suroto, SE., Ketua

Akses Indonesia, lembaga think tank koperasi, mema-

parkan model koperasi kontemporer.

Ia mengawali paparannya dengan menjelaskan

model koperasi konvensional. Misalnya koperasi

pekerja (worker co-op), yang anggotanya adalah para

pekerja. Kemudian model koperasi konsumen

(consumer co-op), yang anggotanya para konsumen.

Kemudian ia mengatakan bahwa saat ini sudah

ada model yang memadukan keunggulan model kon-

vensional itu. Di dunia model itu disebut sebagai

multistakeholder co-op. Atau dalam bahasa lain kita sebut

sebagai koperasi multi pihak.

Dibantu dengan skema, Suroto menerangkan

bahwa multistakeholder co-op ini menggabungkan lang-

sung misalnya antara pekerja dengan konsumen.

Dalam aspek demokrasi, Pekerja mempunyai 50%

suara dan Konsumen juga 50% (lihat model 3).

Hal ini berbeda dengan model konvensional (model

1 dan 2), yang mana anggota tersusun hanya dari satu

unsur: pekerja/ konsumen saja. Berkaca pada pengala-

man Erosci-Spanyol, pertumbuhan multistakeholder co-

op lebih cepat daripada model 1 dan 2.

Sedangkan model 4, sebenarnya juga model

multistakeholder co-op, hanya saja tersusun dari tiga un-

sur: finansial, pekerja dan konsumen. Model 4 ini

sudah diujicoba oleh Co-op Italy yang juga pertumbu-

hannya cepat.

Suroto menyontohkan bagaimana model

multistakeholder co-op, misalnya dalam usaha retail/

swalayan. “Taruhlah kita bersepuluh ini mendirikan

swalayan bersama. Investasi kita tanggung bersama. Sampai

tahun tertentu, kemudian kita membuka keanggotaan kepada

masyarakat umum (konsumen). Mereka juga akan setor

modal”, tuturnya.

Lantas bagai-

mana terkait dengan

pengambilan keputusan?

Ia menjawab, “Jadi unsur

pekerja memperoleh 50%

hak suara, begitupun unsur

konsumen. Dengan logika

ini, tidak ada tirani minor-

itas pun diktator mayoritas”,

sambungnya.

Salah seorang peserta

bertanya, “Lha misal kita

10 orang ini sudah bikin

swalayan, bisa saja kan kita

buat swalayan itu sebagai

usaha kelompok?”

“Ya bisa. Kita akan

jadikan swalayan itu

multistakeholder co-op atau

usaha kelompok itu kan

pilihan ideologi kita. Dan

yang pasti, melalui model itu

koperai sangat memperhati-

kan juga pentingnya kese-

jahteraan pekerja koperasi”,

jawab Suroto.

Dan faktanya, kata

dia, Erosci dan Co-op

Italy berkembang pesat.

Ya karena kesejahteraan

pekerja juga diperhatikan.

Dan seperti inilah pola

perjuangan koperasi, tak

seperti lilin yang mem-

bakar habis diri sendiri

demi menerangi yang

lain. Melainkan saling

memberdayakan agar

semua bisa berdiri. []

Mengenal Multistakeholder Cooperative

Page 2 Kopkun Corner Volume 3 , I s sue 26

“Berkaca pada pengalaman

Erosci-Spanyol,

pertumbuhan multistakeholder

cooperative lebih cepat “

Keterangan: 1. Member board (MB)

atau Pengurus 2. General Assembly (GA)

atau Rapat Anggota Tahunan (RAT)

3. Worker (W) atau Pekerja

4. Consumer (C) atau Konsumen

5. Financial buffer (F) atau Koperasi kredit

MB

GA

100%

W W W

MB

GA

100%

C C C

MB

GA

50% | 50%

W W C C

MB

GA

33%|33%|33%

W W C C F F

Model 1 Model 2 Model 3 Model 4

Page 3: Kopkun Corner Edisi 26

Page 3 Kopkun Corner Volume 3 , I s sue 26

KOMIK EDISI LEBARAN

Sumber: Gudeg.net

Sumber: Vhrmedia.com

Page 4: Kopkun Corner Edisi 26

Page 4 Kopkun Corner Volume 3 , I s sue 25

Indonesia Merdeka? | Oleh: Lukita Werdhani

D alam pidatonya 68 tahun lalu, Soekarno bi-

lang “Sekali merdeka tetap merdeka!”. Pidato itu

kobarkan rakyat untuk perjuangkan kemerdekaan.

Tapi ingat, kemerdekaan itu hanya jembatan untuk

tujuan yang lebih besar.

Makin lama harusnya bangsa ini makin mantap

untuk penuhi kemerdekaan itu. Yang indikatornya,

“merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”, seperti

pada preambule UUD 1945. Lalu, bagaimana capaian

bangsa saat ini?

November mendatang, tiga bulan setelah

Agustusan, lahan persawahan di Subang, Jawa

Barat, akan digarap oleh kelompok agribisnis China

– Malaysia. Nilai investasinya sebesar US$ 2M atau

setara dengan 20 triliun rupiah. Komoditi yang

digarap adalah padi dan kedelai. Perusahaan perke-

bunan China, Liaonsy Wufeng Agricultural telah

menandatangani nota kesepakatan dengan Malay-

sian Amarak Group dan Tri Indah Mandiri.

Seperti diberitakan, teknologi tinggi yang

mereka bawa katanya mampu mengolah 100 Ha

lahan. Sang CEO, Wufeng, mengatakan 80% pro-

duksinya akan memenuhi pasar Indonesia. Tak

berhenti di situ, investasi US$ 2M itu bisa berkem-

bang menjadi US$ 5M. Tentu mereka punya asumsi

tak akan rugi investasi bahan pangan pokok di

negeri ini.

Lihatlah, jumlah penduduk Indonesia per 2012

sekitar 230 juta jiwa. Konsumsi beras per tahun

mencapai 140kg/ orang. Jika separonya saja makan

nasi, maka 16.100 juta kg dikonsumsi setiap tahun-

nya. Angka itu mengisyaratkan tingginya permintaan

pasar dan itulah yang buat mereka optimis.

Saat lahan Subang digarap, petani kita turun

derajatnya menjadi petani penggarap.

Naasnya kali ini mengga-

rap lahannya sendiri yang

disewa orang asing. Ya,

seperti pameo tua, “Jadi

tamu di rumah sendiri”.

Sebagian yang lain ke-

mungkinan alih profesi,

sampai mungkin akhirnya

enggan jadi petani.

Kasus Subang han-

yalah mozaik kecil bagai-

mana pemerintah lemah

menghadapi kepentingan

asing. Contoh lain misal-

nya pada sektor per-

bankan. Melalui Perpres

No. 111 tahun 2007,

modal asing bisa investasi

sampai 99% dalam

bidang perbankan devisa,

non-devisa, syariah dan

perusahaan pialang pasar

uang. Bandingkan dengan

China, Singapura, Malay-

sia, Filipina yang batasi

investasi asing pada kis-

aran 30%. Bahkan di

Amerika yang liberal

sekalipun, asing tidak

diijinkan kuasai saham

sampai 99%!

Masih dalam Per-

pres tersebut, modal

asing bisa kuasai 95%

saham.

“Ya, seperti pameo tua, “Jadi tamu di

rumah sendiri”.

Lukita Werdhani, saat ini sedang studi di Ilmu Administrasi

Negara FISIP UNSOED. Berkiprah di Kopkun sebagai

kasir (parttimer).

Page 5: Kopkun Corner Edisi 26

Page 5 Kopkun Corner Volume 3 I s sue 26

“Dan menolak pertemuan WTO

merupakan langkah awal menunaikan

amanat itu!”

Lanjutan Hal 4.

Sebagai contoh, pada tahun 2008 dan 2009 saja, PT.

Newmont untung Rp 13,08T per tahunnya. Ironis-

nya, NTB, tempat dimana perusahaan itu beroperasi,

menjadi daerah dengan jumlah penderita busung

lapar terbesar setelah NTT. Bahkan 52% rumah

tangga di tempat tambang kondisinya sangat miskin.

Fakta itu membuktikan bahwa investasi asing

tak sejahterakan masyarakat. Keuntungan triliuanan

rupiah itu tak menetes ke bawah. Sebaliknya, terjadi

capital out flow dari Indonesia ke Amerika. Sementara

itu, pemerintah ulur waktu divestasi saham PT. New-

mont.

Nyatalah kedaulatan ekonomi-politik Indonesia

dikendalikan oleh asing. Bukan karena rakyatnya yang

tak mampu, melainkan sistem yang menghendaki.

Ketika berdaulat jadi salah satu indikator kemer-

dekaan, maka kita bisa bilang bahwa Indonesia belum

merdeka.

Penguasaan asing seperti di atas dipermudah

lewat organisasi seperti Organisasi Perdagangan

Dunia (WTO), Dana Moneter Internasional (IMF)

dan tentu saja Bank Dunia (WB). Investasi asing

didorong dan dilindungi melalui perjanjian interna-

sional yang kuat, seperti Free Trade Agreement (FTA),

AC-AFTA, CEPA dan seterusnya. Perjanjian tersebut

bersifat mengikat, dimana Indonesia adalah salah satu

yang terikat. Ya, terikat dalam makna peyoratifnya,

tak bisa berkutik.

Lewat WTO, aturan main perdagangan bebas

disusun. Barang siapa tak patuhi, maka kena semprit.

Dan tak enaknya, aturan itu lebih sering mengun-

tungkan negara maju daripada kita. Lalu, IMF menya-

lurkan hutang yang diikuti dengan resep kebijakan

ekonomi ini dan itu. Dan resep itu kadang tak tepat,

kata Joseph Stiglitz, ahli ekonomi dunia.

Sebulan setelah

sawah Subang digarap

China-Malaysia, Desem-

ber mendatang WTO

menggelar Konferensi

Tingkat Menteri (KTM)

ke-9 yang dihadiri 150

negara di Bali. Ada tiga

agenda yang diusung

pemerintah, yaitu perda-

gangan komoditas pro-

duk pertanian, trade facili-

ties dengan AS dan Uni

Eropa dan kesiapan In-

donesia membuka perda-

gangan dengan negara

kurang berkembang.

Menurut saya, kon-

ferensi itu hanya akan

jadi ceremony untuk mele-

galkan kolonialisme gaya

baru. Saat ini 93% luas

daratan Indonesia dikua-

sai oleh sebagian besar

modal asing. Di sisi lain,

hutang kita terus

menumpuk. Jadilah ke-

merdekaan 68 tahun ini

masih semu. Tapi cita-

cita founding fathers adalah

amanat. Dan menolak

pertemuan WTO meru-

pakan langkah awal

menunaikan amanat itu!

Ya, itulah caranya. []

Seorang petani membawa poster bertulis “WTO KILLS FARM-

ERS”.

Page 6: Kopkun Corner Edisi 26

B anyak yang bertanya bagaimana menjadi anggota

Kopkun? Edisi kali ini akan kami beberkan mu-

dahnya menjadi anggota: 1. Mengisi formulir pen-

daftaran 2. Mengikuti Pengenalan Dasar (wajib)

3. Menyelesaikan administrasi termasuk membayar

Simpanan Pokok Rp. 1.000 dan Simpanan Wajib Rp.

10.000. Kelengkapan yang perlu disiapkan: foto kopi

KTP/ KTM dan pas foto 4x6/ 3x4 dua lembar.

Keuntungan jadi anggota Kopkun: 1. Diskon

untuk produk tertentu di Kopkun Swalayan 2. Diskon

20% untuk Sekolah Menulis Storia & Entrepreneur

Creativa. 3. Belajar berwirausaha, kepemimpinan dan

manajerial. 4. Berpeluang menjadi parttimer dan atau

fasilitator 5. Kemanfaatan dalam bentuk sosial-budaya

lainnya. Lebih lengkapnya datang langsung ke Kop-

kun Lt.2. Kami tunggu ya!

Jadi Anggota & Manfaatnya

P ada hari itu semua Muslim bersuka cita. Ada dua

agenda utama yang jatuh pada satu momen itu.

Tentu saja yang pertama adalah hari raya Idul Fitri .

Soal hari raya ini, orang kita sering sebut dengan

lebaran. Kata MA. Salmun, dalam artikelnya tahun 1954,

asal kata “lebaran” ini dari tradisi Hindu. Artinya adalah

“selesai, usai, tuntas”. Ya, pada hari itu umat Islam selesai

atau tuntas menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Menariknya, Muslim Indonesia mengisi momen itu

dengan ritual mudik dan silaturrahmi. Dan mudik ini

menandakan bagaimana tradisi asali masyarakat kita yang

suka guyub-rukun. Masyarakat gemeinschaft alias masyara-

kat paguyuban.

Dalam ritus mudik itu, apapun dilakukan. Mulai dari

waktu, biaya juga energi. Dan seringkali tak hiraukan

resiko bahwa tiap tahun angka lakalantas mudik terus

naik. Jadilah ritus mudik adalah ritus massal nan sakral.

Pada ritus itu terkandung makna ngumpulke balung

pisah. Ada kerinduan untuk berkumpul dengan sanak

keluarga, meski setahun sekali. Jadilah silaturrahmi adalah

ujung dari ritus itu.

Kerinduan ini juga bertali kelindan dengan keinginan

memanggil memori masa lalu. “Yang lalu” adalah ke-

hidupan “di desa/ kampung”. Dan “yang sekarang”

adalah “di kota”. Itulah nilai soal kacang yang tak lupa

kulit. Tentang anak yang ingin bertemu orang tua; Adik

yang bertemu kakak; Saudara bertemu sanak.

Suka-cita kemenangan

itu makin kental dengan

liburan. Di beberapa tem-

pat muncul adat Syawalan.

Boleh jadi berbeda

maknanya di tempat lain.

Misalnya saja, di kam-

pung saya, Pekalongan,

Syawalan akan dirayakan

dengan tamasya keluarga.

Syawalan ini tujuh hari

pasca Idul Fitri. Semua

tempat wisata pasti penuh

sesak.

Dan itulah juga fitrah

kita sebagai manusia. Se-

lalu membutuhkan waktu-

ruang bermain. Liburan

lebaran jadi momen untuk

kembalikan pesona hidup.

Di sisi lain, lebaran

beri makna kontemplatif

tentang fitrah kesucian

kita. Juga soal kita sebagai

homo socious.

Selamat berlebaran &

berliburan! []

Lebaran & Liburan

Oleh: Firdaus Putra, S.Sos.

(Manajer Organisasi Kopkun)

Sekretariat:

Kopkun Lt. 2 Jl. HR. Boenyamin

Komplek Ruko Depan SKB Purwokerto

(0281) 631768 | www.kopkun.com

[email protected]

Redaksi Kopkun Corner

Penanggungjawab: Ketua Kopkun

Redaktur Pelaksana: Firdaus Putra

Reporter: Dwi, Nurul, Nalora

Layouter: Ghani, Maya

Distribusi: Asad, Faiz, Anis, Hadi, Karto, Triono

Untuk pengguna Ipad dan Android,

sila pindai barcode ini!

Kenapa kupat? Kearifan Jawa bilang, makna kupat itu

“ngaku lepat”. Mengakui kesalahan-kesalahan.

FB: Kopkun Dua & Kopkun Unsoed Full