kopkun corner edisi 24

6
Upaya Unsoed Bangun Prodi Koperasi 1 Diskusi Bersama Si Murid Saul D. Alinsky 2 TTS Berhadiah 3 Kadang Gambar Kita Terlalu Kecil 4 Giddens dan Jalan Yang Lain 5 Savoir et Pouvoir 6 Edisi Juni 2013 Volume III, Issue 24 Upaya Unsoed Bangun Prodi Koperasi P usat Kajian Koperasi (Puskakop) Un- soed, wacanakan membangun program studi koperasi. Wacana itu muncul pada workshop bertema “Membangun Pendidikan dan Pengembangan Koperasi di Indonesia”, 22 Mei 2013. Tak tanggung-tanggung, paling tidak tiga pembicara dihadirkan untuk me- mantik forum. Prof. Ghislain Paradis, MBA, pengajar University de Sherbrooke-Kanada, Robby Tulus, Mantan Direktur CCA-Kanada dan Suroto, Ketua LSP2I, Jakarta. Masing-masing pembicara mengetengahkan kajian koperasi dari tiga perspek- tif berbeda. Seperti Suroto yang bicara pada bangun ideologi koperasi. “Jadi ideal- nya koperasi yang rusak di masyarakat itu ditarik ke perguruan tinggi. Dianalisas, disistema- tisasi ulang. Di sinilah peran perguruan tinggi”, ujarnya berapi-api. Kemudian Robby Tulus bicara soal beberapa best practice koperasi di dunia, khususnya di Kanada. “Koperasi-koperasi besar di dunia selalu menekankan tiga dimensi pengembangannya: dimensi sosial-ekonomi, sosial-politik dan sosial-budayanya. Pengembangan tiga dimensi itu tak boleh timpang” ujarnya. Sedangkan Prof. Ghislain membawakan dua materi utama. Terkait dengan masalah yang dihadapi koperasi besar: seperti masalah partisipasi, sumber modal dan sebagainya. Pada materi kedua beliau bicara soal pendidikan koperasi di univeristas dengan mengambil gambaran universitas di Kanada. Terkait dengan wacana pembentukan program studi koperasi, Ketua Kop- kun, Herliana, SE., mengungkapkan, “Wah … ini terobosan menarik. Tentu sejalan dengan visi gerakan koperasi yang menyaratkan adanya pendidikan perkoperasian bagi masyarakat. Kopkun tentu mendukung dan siap bekerjasama jika dibutuhkan” terangnya. Pada kesempatan terpisah, Taufik Budi, M.Si., Sekretaris Kopkun, juga men- gapresiasi rencana tersebut. Ia menambahkan, “Selain prodi, klinik koperasi juga terobosan menarik. Banyak koperasi di masyarakat yang masih butuh pelatihan misal: keuangan, perpajakan, organisasi, manajerial, dll. Dengan klinik ini, Unsoed bisa benar- benar menunaikan darma pengabdian kepada masyarakat”, katanya. Hal senada juga disampaikan oleh salah satu peserta workshop dari Dinas Perindagkop Kab. Pur- balingga yang mendukung rencana pembentukan klinik koperasi. “Kunci pembangunan koperasi adalah melalui pendidikan”, ujar salah satu pembi- cara. Dan semoga upaya pembangunan prodi koperasi itu jadi kontribusi penting bagi koperasi-koperasi di masyarakat! [] Inside this issue: Kopkun.com Pojok Kopkun Wow, Unsoed mau ban- gun prodi koperasi lho! Mengapa memilih koperasi? Simak penjela- sannya! Ada TTS berhadiah lho! Cita-cita harus besar, jangan kecil! Antara sosialisme, kapi- talisme, itulah jalan ketiga. Pengetahuan-kekuasaan saling berhubungan. Bagaimana? Baca! Kopkun Corner

Upload: kopkun-full

Post on 26-Mar-2016

240 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Buletin Bulanan Kopkun Corner diterbitkan oleh Koperasi Kampus Unsoed (Kopkun), Purwokerto, Indonesia | www.kopkun.com

TRANSCRIPT

Page 1: Kopkun Corner Edisi 24

Upaya Unsoed

Bangun Prodi

Koperasi

1

Diskusi Bersama Si Murid Saul D. Alinsky

2

TTS Berhadiah 3

Kadang Gambar

Kita Terlalu Kecil

4

Giddens dan Jalan

Yang Lain

5

Savoir et Pouvoir 6

Edisi Juni 2013

Volume III, Issue 24

Upaya Unsoed Bangun Prodi Koperasi

P usat Kajian Koperasi (Puskakop) Un-

soed, wacanakan membangun program

studi koperasi. Wacana itu muncul pada

workshop bertema “Membangun Pendidikan

dan Pengembangan Koperasi di Indonesia”,

22 Mei 2013. Tak tanggung-tanggung, paling

tidak tiga pembicara dihadirkan untuk me-

mantik forum. Prof. Ghislain Paradis, MBA,

pengajar University de Sherbrooke-Kanada, Robby Tulus, Mantan Direktur

CCA-Kanada dan Suroto, Ketua LSP2I, Jakarta.

Masing-masing pembicara mengetengahkan kajian koperasi dari tiga perspek-

tif berbeda. Seperti Suroto yang bicara pada bangun ideologi koperasi. “Jadi ideal-

nya koperasi yang rusak di masyarakat itu ditarik ke perguruan tinggi. Dianalisas, disistema-

tisasi ulang. Di sinilah peran perguruan tinggi”, ujarnya berapi-api. Kemudian Robby

Tulus bicara soal beberapa best practice koperasi di dunia, khususnya di Kanada.

“Koperasi-koperasi besar di dunia selalu menekankan tiga dimensi pengembangannya: dimensi

sosial-ekonomi, sosial-politik dan sosial-budayanya. Pengembangan tiga dimensi itu tak boleh

timpang” ujarnya.

Sedangkan Prof. Ghislain membawakan dua materi utama. Terkait dengan

masalah yang dihadapi koperasi besar: seperti masalah partisipasi, sumber modal

dan sebagainya. Pada materi kedua beliau bicara soal pendidikan koperasi di

univeristas dengan mengambil gambaran universitas di Kanada.

Terkait dengan wacana pembentukan program studi koperasi, Ketua Kop-

kun, Herliana, SE., mengungkapkan, “Wah … ini terobosan menarik. Tentu sejalan

dengan visi gerakan koperasi yang menyaratkan adanya pendidikan perkoperasian bagi

masyarakat. Kopkun tentu mendukung dan siap bekerjasama jika dibutuhkan” terangnya.

Pada kesempatan terpisah, Taufik Budi, M.Si., Sekretaris Kopkun, juga men-

gapresiasi rencana tersebut. Ia menambahkan, “Selain prodi, klinik koperasi juga

terobosan menarik. Banyak koperasi di masyarakat yang masih butuh pelatihan misal:

keuangan, perpajakan, organisasi, manajerial, dll. Dengan klinik ini, Unsoed bisa benar-

benar menunaikan darma pengabdian kepada masyarakat”, katanya. Hal senada juga

disampaikan oleh salah satu peserta workshop dari Dinas Perindagkop Kab. Pur-

balingga yang mendukung rencana pembentukan klinik koperasi.

“Kunci pembangunan koperasi adalah melalui pendidikan”, ujar salah satu pembi-

cara. Dan semoga upaya pembangunan prodi koperasi itu jadi kontribusi penting

bagi koperasi-koperasi di masyarakat! []

Inside this issue:

Kopkun.com

Pojok Kopkun

Wow, Unsoed mau ban-

gun prodi koperasi lho!

Mengapa memilih

koperasi? Simak penjela-

sannya!

Ada TTS berhadiah lho!

Cita-cita harus besar,

jangan kecil!

Antara sosialisme, kapi-

talisme, itulah jalan

ketiga.

Pengetahuan-kekuasaan

saling berhubungan.

Bagaimana?

Baca!

Kopkun Corner

Page 2: Kopkun Corner Edisi 24

M engapa saya memilih koperasi? kata Robby Tulus

membuka forum malam itu. Sebagai salah satu

murid didikan Saul D. Alinsky, aktivis dan penulis Rules for

Radicals, Robby tulus mengungkapkan bagaimana seorang

penggerak sosial seharusnya tidak meninggalkan orang-

orang di belakangnya.

“Saya melihat politik cenderung meninggalkan orang-orang di

belakang. Koperasi, tidak! Itulah yang membuat saya memilih

koperasi”, serunya. “Saat itu Alinksy juga tidak bisa menerima

pilihan saya”, terang Mantan Direktur ICA untuk wilayah

Asia Pasifik itu. Argumen mendasar itulah yang membuat

pria 73 tahun itu sampai saat ini betah di gerakan

koperasi.

Sebagai salah satu perintis Credit Union di Indonesia,

Robby Tulus menekankan bagaimana proses itu butuh

waktu panjang. “Dulu Dirjen koperasi menolak ide Credit

Union/ Koperasi Kredit karena tak gunakan nama Koperasi

Simpan-pinjam (KSP). Dengan berbagai usaha, kami yakinkan

beliau. Sampai akhirnya mengeluarkan keputusan maksimal lima

tahun untuk mencobanya. Jika tidak, lupakan gagasan CU itu”,

ujarnya.

Sejarah nampaknya berpihak kepadanya. Credit Union

yang awalnya disepelekan pemerintah karena berbeda

dengan Koperasi Unit Desa (KUD), sekarang justru jadi

idola. “Dari 100 koperasi besar di Indonesia, 36-nya adalah

Credit Union. Dengan anggota mencapai 2 jutaan orang dan aset

20 trilyun rupiah”, terang pembicara lain, Suroto, Ketua

LSP2I, Jakarta.

Diskusi yang digelar di meeting room Kemangi Resto

malam itu dihadiri paling tidak 30 peserta. Sebagian besar

merupakan kader-kader muda Kopkun. Juga terlihat be-

berapa aktivis organisasi gerakan mahasiswa lainnya ikut

serta.

Pada kesempatan itu, Suroto juga menyinggung bagai-

mana seharusnya mahasiswa terjun di masyarakat sebagai

bentuk pengabdian sosial. Pria berkacamata ini menyon-

tohkan bagaimana seyogyanya mahasiswa bisa ikut mem-

berdayakan, misalnya, tukang becak di pangkalan perti-

gaan kampus FISIP.

Pembicara berikutnya,

Trisna Ansarli, aktivis

koperasi kredit yang sudah

puluhan tahun mengabdi-

kan dirinya di gerakan. Pak

Trisna, demikian akrab

disapa, mengapresiasi pe-

serta diskusi malam itu.

“Saat mengisi pelatihan di

salah satu univesitas di Su-

matera, ada seorang mahasiswa

yang kebetulan sedang menyu-

sun skripsi tentang koperasi

bertanya ke saya”, ceritanya.

“Saya tanya, kenapa

suaranya pelan. Mahasiswa itu

jawab, malu katanya karena

mengambil tema tentang

koperasi”, sambungnya.

Memang sejarah koperasi

di Indonesia cenderung

muram, itulah mengapa

orang-orang muda enggan.

Diskusi yang digelar

pada 22 Mei 2013 itu, ren-

cananya dihadiri juga oleh

Prof. Ghislain Paradis,

MBA, pengajar University

de Sherbrooke-Kanada.

Sayangnya beliau kelelahan,

jadi tak bisa menghadiri.

Meski demikian, kehadiran

Robby Tulus, Suroto dan

Pak Trisna, sudah cukup

merangsang antusiasme

peserta pada diskursus

perkoperasian. []

Diskusi Bersama Si Murid Saul D. Alinsky

Page 2 Kopkun Corner Volume 3 , I s sue 24

“Saya melihat politik cenderung

meninggalkan orang-orang di belakang”.

Dari kiri ke kanan: Herliana,

SE., Ketua Kopkun; Drs. Trisna

Ansarli, Aktivis Koperasi Credit

Union; Drs. Robby Tulus, Man-

tan Direktur ICA Asia-Pasifik;

Firdaus Putra, S.Sos. M. Or-

ganisasi Kopkun; Suroto, SE.,

Ketua LSP2I Jakarta

Saul D. Alinsky, Community organizer dan penulis asal

Amerika.

Page 3: Kopkun Corner Edisi 24

Page 3 Kopkun Corner Volume 3 , I s sue 24

Teka-teki Silang Bulanan

Mendatar: 1. Kasus lumpur 6. Pengukuhan tanpa melalui voting 8. Tata ruang 11. Sop tulang sapi 12. Play Station 13. Bayi kembar yang menyatu 15. Ini (Jawa) 16. Pinjaman (Inggris) Menurun: 2. Penerapan 3. Abadi (Inggris) 4. Gelar sarjana sebelum 1993 5. Cita-cita koperasi 7. ∩ (simbol matematika) 9. Exempli Gratia 10. Surat Peringatan 13. Sidang Istimewa 14. Modus Operandi Ketentuan:

1. TTS Berhadiah ini terbuka untuk semua orang di wilayah Purwokerto. 2. Jawaban dikirim ke Kopkun dengan menyertakan Nama, No. HP dan struk belanja miminal Rp. 10.000 di Kopkun Swalayan. Atau email ke: [email protected] dengan menyertakan scanan/ foto struk belanja. 3. Jawaban paling lambat tanggal 29 Juni 2013 pukul 17.00 WIB. 4. Tiap bulan akan dipilih satu pemenang yang menjawab dengan benar. 5. Pemenang berhak atas langganan koran selama satu bulan dan merchandise menarik. 6. Pemenang akan dihubungi via telepon.

“Berhadiah Berlangganan

Koran Tertentu Selama Satu Bulan

dan Merchandise Menarik”

di www.kopkun.com

Kompetisi Esai Mahasiswa #5

Tema: Pendidikan, Lingkungan Hidup, Demokrasi, HAM, Kewirausahaan, Kebudayaan, dll.

Hadiah:

Juara I memperoleh laptop dan 6 juta rupiah Juara I memperoleh laptop dan 4 juta rupiah Juara I memperoleh laptop dan 2 juta rupiah

30 Besar mengikuti Kemah Kepemimpinan

Deadline: 17 Agustus 2013

Info: www.tempo-institute.org

Page 4: Kopkun Corner Edisi 24

Page 4 Kopkun Corner Volume 3 , I s sue 24

Giddens dan Jalan Yang Lain

P asca runtuhnya Uni Sovyet, demokrasi liberal

bersorak girang. Kapitalisme diklaim sebagai

sang pemenang dan menjadi jalan utama yang harus

dipilih oleh seluruh umat di dunia. Para pen-

gusungnya terus mendoktrin bahwa era kini telah

berubah, dan tak ada alternatif lain selain kapital-

isme. Dan luar biasanya, hal ini dianggap sebagai

doxa atau “kebenaran”.

Adalah Anthony Giddens, seorang teorisi asal

Inggris yang menawarkan gagasan untuk bisa

melampaui “kebenaran” ini. Baginya hidup bukan

soal kapitalisme-sosialisme, selalu ada alternatif atau

cara lain untuk menuju kesejahteraan sosial. Dalam

karyanya, The Third Way, Giddens menuangkan kriti-

knya pada sosialisme, yang dianggapnya sudah mati.

Namun ia juga memberi kritik pedas kepada kelom-

pok “kanan”, ia mengatakan bahwa program neolib-

eral pun tak memadai dan kontradiktif. Hal ini yang

membuat menarik, gagasannya mencoba untuk lepas

dari kebuntuan kiri-kanan.

Giddens menolak konsepsi sosialisme ortodoks,

namun ia menerima sosialisme dalam makna sebagai

doktrin etis yang memandang pemerintahan

demokratis sosial untuk memberikan kesejahteraan

sosial kepada masyarakat dan menghapus elemen

ketidak-adilan dalam kapitalisme. Bahasa lainnya,

merevisi kapitalisme menjadi lebih humanis.

Giddens justru menilai inisiatif individu dan ke-

sempatan sosial bagi seluruh warga negara bisa mela-

hirkan kesejahteraan. Maka dari itu negara dan

masyarakat sipil pun swasta harus bermitra, saling

memberikan kemudahan, dan saling mengontrol.

Namun kemitraan ini akan muncul bila kualitas de-

mokrasi sudah tinggi, maka dari itu perlu pengem-

bangan dan demokratisasi di tingkat komunitas.

Dalam praktiknya eko-

nomi-politik jalan ketiga

dimanifestasikan dalam

agenda egalitarianisme

dengan memberikan

kesempatan yang sama

yang menekankan pada

tanggung jawab pribadi

untuk membangun

demokrasi dialogis.

Kemudian adanya agenda

anggaran berimbang,

desentralisasi kekuasaan

pemerintah ke tingkat

serendah mungkin,

meningkatkan pasokan

tenaga kerja, investasi

dalam pembangunan

manusia, perlindungan

modal sosial, dan

perlindungan lingkungan.

Pemikiran Giddens

bukan tanpa kritik, ga-

gasannya terus diserang

bertubi-tubi dari sudut

kiri dan kanan. Tapi men-

yoal pemikirannya yang

kontroversial tersebut,

kita bisa membacanya

dengan cara berbeda.

Giddens secara implisit

mengajarkan tentang

penolakan terhadap deter-

minsime perspektif, ia

menawarkan hal baru di

tengah kebekuan cara

pandang. Begitulah Gid-

dens. []

“Giddens secara implisit

mengajarkan tentang penolakan pada determinisme

perspektif”

Dodi Faedulloh, mahasiswa pasca sarjana Magister Administrasi

Publik Unsoed. Penerima Beasiswa Unggulan BPKLN

Kemendiknas RI.

Pemikiran Anthony

Giddens dirujuk oleh

PM Inggris, Tony Blair.

Pemikirannya dapat

disimak pada buku

Beyond Left and Right: The

Future of Radical Politics

(1998) dan The Third Way

and its Critics (2000).

Page 5: Kopkun Corner Edisi 24

Page 5 Kopkun Corner Volume 3 I s sue 24

“Gambar besar ini yang jadi energi dan

inspirasi yang menggerakkan

seluruh elemen”.

Kadang Gambar Kita Telalu Kecil

P epatah klasik bilang, “Gantungkan cita-citamu setinggi

langit”. Saking klasiknya kadang kuotasi itu sekedar

jadi kelakar. Tak begitu dengan pandangan Frans Supri-

yanto, pria asal Bali itu.

Pak Frans, demikian akrab disapa, menggambarkan

bagaimana perumusan target sangat penting bagi pem-

bangunan koperasi. Ia sebut target itu sebagai gambar

besar”. “Saat bangun Credit Union di Bali, kami awali dengan

menyusun gambar besar itu. Gambar besar ini yang jadi energi

dan inspirasi yang menggerakkan seluruh elemen”, ujarnya.

Dia beri contoh bagaimana kadang kita sebagai

aktor-aktor penggerak terlalu kecil membuat gambar itu.

“Saya ingat betul, saat CU kami bangun gedung empat lantai di

Bali, sebagian anggota dan pihak lain berkata minor. Dulu

gedung itu terlihat paling megah di Bali. Tapi sekarang, itu biasa

saja dan tampak kecil”, ujarnya.

Gambar besar itu juga muncul misalnya pada target

anggota pada 2025 sampai 500 ribu orang. “Saat ini, baru

4 ribu orang. Kami tetap optimis melihat target itu”, kata Ketua

Umum Induk Koperasi Konsumen Indonesia (IKKI)

itu.

Dalam konteks pembangunan koperasi, Pak Frans

mengingatkan bahwa kuncinya terletak pada pemban-

gunan common bond sebagai basisnya. Common bond atau

ikatan kolektif ini bisa berupa: common territorial seperti

wilayah RT/ RW/ Desa; Common occasional seperti ikatan

pada tempat kerja; Dan common spirit/ identity seperti

kesamaan organisasi, agama dan sebagainya.

Titik krusial berikutnya terletak pada bagaimana

koperasi secara serius mengembangkan pendidikan.

“Kami mempraktikkan itu dalam Credit Union di Bali. Setiap

calon anggota harus mengikuti proses pendidikan. Dan dam-

paknya memang signifikan bagi CU di sana”, terangnya.

Melihat perkembangan zaman, Pak Frans meng-

garisbawahi, “Koperasi itu sering kali telat dalam hal apapun

daripada swasta. Ini harus dirubah! Misalnya soal penggunaan

teknologi informasi (TI) itu perlu diseriusi”, ujar pria yang

selalu optimistik itu.

Diskusi pada Sabtu, 25

Mei 2013 itu dihadiri oleh

elemen Pengurus, Penga-

was dan Manajemen Kop-

kun. Juga hadir Manajer

Perjasu dari KPRI Mar-

gono Sukarjo.

Sebelum mengakhiri

diskusi, Pak Frans kembali

mengingatkan bahwa

koperasi merupakan karya

kolektif. “Koperasi itu kan

karya kolektif. Sehingga kul-

tus terhadap individu harus

ditiadakan. Tidak ada yang

paling berjasa. Seluruh elemen

punya peran masing-masing”.

Kunjungan Pak Frans

juga dalam rangka men-

gonsolidasi kekuatan

koperasi konsumen di

Indonesia. “Kopkun ini

salah satu anggota IKKI. Dan

saya lihat potensi Kopkun

besar. Harusnya Kopkun

sudah bisa membuka midi,

bukan lagi mini swalayan.

Selanjutnya grosir", ucap Pak

Frans menyemangati.

Ujungnya, jika target

tak sampai setinggi langit,

paling tidak tercapai set-

inggi gunung. Itulah

pentingnya gambaran

besar dibuat. []

Gantungkan cita-cita setinggi langit.

Jika tak tercapai, minimal setinggi gunung.

Dari kiri ke kanan: Frans

Supriyanto, Ketua Umum Induk

Koperasi Konsumen Indonesia

(IKKI); Herliana, SE., Ketua

Kopkun. Hadir juga Suroto,

Wakil Ketua IKKI; Adi Bahari,

S.Pt., Bendahara, Angjar Muti,

Badan Pengawas; Darsono,

S.Sos., GM Kopkun, dll.

Page 6: Kopkun Corner Edisi 24

B anyak yang bertanya bagaimana menjadi anggota

Kopkun? Edisi kali ini akan kami beberkan mudah-

nya menjadi anggota: 1. Mengisi formulir pendaftaran 2.

Mengikuti Pengenalan Dasar (wajib) 3. Menyelesai-

kan administrasi termasuk membayar Simpanan Pokok

Rp. 1.000 dan Simpanan Wajib Rp. 10.000. Kelengkapan

yang perlu disiapkan: foto kopi KTP/ KTM dan pas foto

4x6/ 3x4 dua lembar.

Keuntungan jadi anggota Kopkun: 1. Diskon untuk

produk tertentu di Kopkun Swalayan 2. Diskon 20%

untuk Sekolah Menulis Storia & Entrepreneur Creativa. 3.

Belajar berwirausaha, kepemimpinan dan manajerial. 4.

Berpeluang menjadi parttimer dan atau fasilitator 5. Ke-

manfaatan dalam bentuk sosial-budaya lainnya. Lebih

lengkapnya datang langsung ke Kopkun Lt.2. Kami

tunggu ya!

Jadi Anggota & Manfaatnya

A dalah Michel Foucault, pemikir yang singkap hubungan

antara savoir (pengetahuan) dengan pouvoir (kekuasaan).

Menurut pemikir Perancis itu, keduanya saling timbal balik.

Pengetahuan akan lahirkan kekuasaan. Sebaliknya, kekuasaan

beroperasi melalui rezim pengetahuan.

Contoh klasik teori itu misalnya bagaimana seorang dok-

ter punya kuasa penuh atas pasiennya. Apa sebab? Karena si

dokter punya pengetahuan kesehatan, yang buat dia punya

otoritas. “Kurangi rokok, kurangi begadang”, itu contoh perintah-

nya.

Contoh sebaliknya, sering kita jumpai bagaimana pemer-

intah dekati perguruan tinggi saat keluarkan kebijakan. Misal-

nya, dengan gunakan data penelitian perguruan tinggi tertentu

untuk absahkan kebijakan pengurangan subsidi BBM, be-

berapa tahun yang lalu.

Inilah yang bisa terangkan mengapa pula lembaga-

lembaga survai menjamur. Lembaga satu dengan yang lain

perang data untuk pengaruhi opini publik. Investasi ratusan

hingga milyaran rupiah bukanlah soal. Karena data adalah

sumber kuasa untuk gerakkan masyarakat.

Juga bagaimana iklan teve kadang sebut data atau hasil

riset tertentu. Dengan “data ilmiah” itu masyarakat akan

percaya bahwa produk itu “absah”. Absah untuk dikonsumsi,

dipakai dan tentu untuk dibeli. Mungkin seperti itu.

Tak heran jika ilmu manajemen kontemporer mulai bi-

cara ihwal knowledge manage-

ment. Soal bagaimana

mengelola pengetahuan;

Yang artinya, mengelola

kuasa.

Bahkan dalam kasus

korupsi yang saat ini heboh,

bagaimana tersangka harus

upayakan data da ging sapi

untuk peroleh tambahan

kuota impor.

Praktik korupsi itu jadi

demikian “sopan”. Tak

langsung bilang, “Saya butuh

tambahan kuota dan saya punya

kompensasi untuk itu”. Sebali-

knya, lewat adu argumen

berbasis data. Mungkin juga

debat soal metode atau ru-

mus mengapa keluar angka

sebesar/ sekecil itu. Savoir et

pouvoir, pengetahuan dan

kuasa bak sisi keping uang.

Jadilah savoir tak bebas nilai.

Ia ada karena pouvoir. []

Savoir et Pouvoir

Oleh: Firdaus Putra, S.Sos.

(Manajer Organisasi Kopkun)

Sekretariat:

Kopkun Lt. 2 Jl. HR. Boenyamin

Komplek Ruko Depan SKB Purwokerto

(0281) 631768 | www.kopkun.com

[email protected]

Redaksi Kopkun Corner

Penanggungjawab: Ketua Kopkun

Redaktur Pelaksana: Firdaus Putra

Reporter: Dwi, Nurul, Nalora

Layouter: Ghani, Maya

Distribusi: Asad, Faiz, Anis, Hadi, Karto, Triono

Untuk pengguna Ipad

dan Android, sila pindai

barcode ini!

Michel Foucault, filsuf yang banyak bicara soal kekuasaan

dalam dimensi mikroskopik.