edisi 8 mata sumenep

28
29 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 1

Upload: e-mata-sumenep

Post on 07-Apr-2016

294 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Tabloid Budaya, Agama dan Politik

TRANSCRIPT

Page 1: Edisi 8 Mata Sumenep

29 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 1

Page 2: Edisi 8 Mata Sumenep

2 | MATA SUMENEP | 29 DESEMBR 2014

salam redaksi

Page 3: Edisi 8 Mata Sumenep

29 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 3

MATA UTAMA

Menjawab Kritik Dengan Prestasi. Begitulah komitmen Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim dalam menjalankan

roda pemerintahan Sumenep selama 4 tahun. Dalam mindsetnya, benih kinerja yang ia tabur selama ini, akhirnya berbuah beragam penghargaan prestasi, baik di tingkat nasional maupun regional.

“Kami bekerja di pemerintahan selalu berorientasi ibadah. Penghargaan prestasi selama tahun 2014, sekedar contoh jawaban, dari apa yang masyarakat tanyakan. Jika masih ditemukan kekurangan di sana-sini, ini menjadi bagian dari proses menuju perbaikan pekerjaan yang belum tuntas,” jelas bupati kepada Mata Sumenep.

Bupati bercerita sejumlah penghargaan yang diterima diluar khayalannya. Ia menyebut penghargaan dari The Jawa Pos Institute of Pro Otonomi (JPIP) sebagai juara umum dalam kategori pemberdayaan ekonomi, setelah menggeser kontestan Kabupaten Banyuwangi, Pacitan, Kabupaten Pasuruan, dan Kota Pasuruan. Termasuk penghargaan dari Presiden RI, Jokowi Widodo dalam Adhikarya Pangan Nusantara (APN) sebagai Juara I tingkat nasional kategori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan (Penangkar Benih Padi) kepada Kelompok Tani Sumber Hasil, Desa Paberasan, Kecamatan Kota Sumenep, yang diterima 26 Desember, di Istana Presiden.

“Ini sekedar contoh apa yang kami lakukan tidak sia-sia. Institusi lain bisa menilai Sumenep

secara objektif. Seperti JPIP. Mereka (para peneliti, Red.) datang ke Sumenep minta data dan wawancara dengan sejumlah SKPD. Tiba-tiba di malam anugerah Otonomi Award, Kabupaten Sumenep meraih juara umum karena

sukses melakukan kreasi dan inovasi dalam memberdayakan ekonomi warganya,” tambah bupati.

Sekda Hadi Soetarto, merasa bangga atas prestasi demi prestasi yang telah berhasil diraih Pemkab Sumenep. “Semua ini berkat kerja keras semua pihak,” tuturnya singkat saat ditemui Mata Sumenep, di ruang kerjanya.

Selama tahun 2014 saja, penghargaan prestasi Pemkab Sumenep yang dibuktikan dengan piagam, berjumlah 124. (Daftar penghargaan di halaman berikutnya)

Memang, penghargaan prestasi merupakan jawaban dari hasil kerja keras bupati beserta staf dan masyarakat yang ikut mensukseskan program yang selama ini digulirkan. Ada banyak program yang selama ini digulirkan bupati. Baik bidang pemberdayaan ekonomi, peningkatan infrastruktur dan lainnya. Dan masyarakat mulai merasakan, sejak bupati dan sejumlah SKPD sering melakukan kunjungan kerja, baik berupa pameran kecamatan maupun penyerahan bantuan dan kegiatan sosial lainnya, warna perubahan mulai tampak .

Selamat jalan tahun 2014 dan selamat tahun baru 2015. Lanjutkan.....

rofiqi

Tahun 2014 saja, Raih 124 Penghargaan Prestasi

Page 4: Edisi 8 Mata Sumenep

4 | MATA SUMENEP | 29 DESEMBR 2014

XXXX

X

XXXXXXXXX

XXXXXXXXXXX

X

XXXXXXX

XXX

XX

NO

1 Otonomi Award 20142 Penghargaan Museum Rekor Muri Penyelenggara Penyajian Campor Terbanyak3 Penghargaan Museum Muri Pemrakarsa Penyajian Campor Terbanyak4 Peringkat1TheMostProfitableIslamicRuralBankAssetsIDR100Bn5 PenghargaanTheMostProfitableIslamicRuralBankJavaRegion6 Peringkat 2 The Best Islamic Rural Bank Assets IDR 100 Bn7 Peringkat2TheBestProfitableIslamicRuralBankJavaRegion8 Penghargaan Kecelakaan Nihil 9 Juara 1 Lomba Gelar Potensi Produk Pertanian 10 Juara 1 Lomba Stand Penas XIV11 Penghargaan Unit Kerja Pelayanan Berprestasi 12 Penghargaan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Kecamatan 13 Penghargaan Penumbuhan Keanggotaan Paling Cepat Koperasi dan UMKM14 Penghargaan Bakti Koperasi dan UKM15 Penghargaan Predikat Sangat Bagus Atas Kinerja Keuangan 2013 16 Juara 1 Pertandingan Cabor Pencak Silat Kelas B Porsenasma Perguruan Tinggi PGRI17 Juara 3 Pencak Silat Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta Willayah VII JATIM18 Juara 1 Kejuaraan Nasional Karate Marinir Open ke IV 19 Juara 3 Kejuaraan Nasional Karate Sunan Kalijaga Club 53 kg20 Juara 3 Kejuaraan Nasional Karate Sunan Kalijaga Club 57 kg21 Juara 3 O2SN Cabor Atletik Frogjump22 Juara 2 O2SN Cabor Atletik Nomor Kanga’s Escape24 Juara 3 O2SN Cabor Atletik Nomor Turbo Throwing 25 Juara 2 Porsenasma PGRI Cabor Volly Putri 26 Juara 2 Porsenasma Perguruan Tinggi PGRI Cabor Volly Putra28 Juara 1 Lomba Baca Puisi Festival Nasional Bahasa Arab (Fenba) 201429 Juara2LombaKaligrafiFestivalNasionalBahasaArab(Fenba)201430 Juara 2 Lomba Drama Bahasa Arab Festival Nasional Bahasa Arab (Fenba) 201431 Juara 2 LKS (Lomba Kompetensi Siswa) SMK Tingkat Provinsi Cabur Volly Putra32 Juara 2 LKS (Lomba Kompetensi Siswa) SMK Tingkat Provinsi Cabur Volly Putri33 Juara 1 Pobda ke X JATIM34 Juara 2 Kejuaraan Bola Volly Pantai Tingkat Junior se JATIM 35 Juara 2 O2SN Bola Volly Putra Tingkat Provinsi 36 Juara 1 O2SN Kids Atletik Putra Tingkat JATIM37 Juara 3 O2SN Cabor Atletik Lari 100 Meter Putri38 Juara 2 O2SN Cabor Atletik Tolak Peluru 39 Juara 2 Jalan Cepat Putra 5.000 Meter40 Juara 3 Pobda ke X se JATIM 41 Juara 3 Pobda ke X JATIM42 Juara 3 O2SN se Jatim Cabor Atletik Lari 60m43 Jurara 2 Pobda X Cabor Jalan Cepat Putri 300 Meter44 Juara 2 Final Jatim Sprint Plus 2014 Cabor Tolak Peluru Putri45 Juara 2 Final Jatim Sprint I Plus 2014 Cabor Jalan Cepat Putri 3.000 Meter46 Juara 1 Final Jatim Sprint I Plus 2014 Cabor Jalan Cepat Putra 5.000 Meter 47 Juara 2 Kejuaraan Daerah Atletik Remaja JATIM 2014 Cabor Jalan Cepat Putra 5.000 Meter48 Juara 3 Kejuaraan Daerah Atletik Remaja JATIM 2014 Cabor Jalan Cepat 3.000 Meter 49 Juara 2 Kejuaraan Daerah Atletik Remaja JATIM 2014 Cabor Tolak Peluru Putri 50 Juara 2 Kejuaraan Daerah Atletik Antar Club JATIM Open 2014 Ccabor Lempar Lembing Remaja Putra51 Juara 2 Kejuaraan Nasional Atletik Yunior dan Remaja Cabor Jalan Cepat Junior Putri 5.000 Meter52 Juara 2 Body Contest Kejurprov Angkat Besi dan Binaraga PABBSI JATIM 2014 53 Juara 3 Kejuaraan Nasional Karate Terbuka Piala Wali Kota Surabaya X Komete Perorangan Senior 61kg putri54 Juara 3 Kejuaraan Nasional Karate Jombang Open 2014 Komete Perorangan 68kg Junior Putra 55 Juara 1 Kejuaraan Nasional Karate Jombang Open 2014 Kata Bergu Junior Putra 56 Juara 3 Kejuaraan Karate Malang Open ke VI 2014 Komete 67 kg57 Juara 1 Kejuaraan Karate Malang Open ke VI 2014 Komete 35 kg58 Juara 2 Kejuaraan Nasional Karate Terbuka Piala Wali Kota Surabaya Komite Perorangan Senior 61kg Putri 59 Juara 1 Kejuaraan Nasional Karate Terbuka Piala Wali Kota Surabaya Komite Perorangan Usia Dini 25kg Putri 60 Juara 3 Kejurda Karate Pengprov Forki Jatim Kata Beregu Cadet Junior Putri61 Juara 3 Kejurda Karate Pengprov Forki Jatim Kata Beregu Cadet Junior Putra62 Juara 3 Kejurda Karate Pengprov Forki Jatim Komete Perorangan Usia Dini 30 kg Putra 63 Juara 3 Kejuaraan Nasional Iinstitute Karate-Do Indonesia 2014 Komete Perorangan 25 kg Putri 64 Juara 3 Kejuaraan Nasional Institute Karate –Do Indonesia 2014 Kata Cadet Putra65 Juara 3 Kejuaraan Nasional Karate Marinir Open ke IV Senior Junior Kata Beregu Junior Putra 66 Kejurda Karate Trisila Game Komete 63 Cadet Putra 67 Juara 3 Kejurnas Karate Karinir Open Kata Perorangan Yunior Putra 68 Juara 3 Kejurnas Karate Marinir Open ke IV Komete Yunior 59 kg Putri 69 Juara 3 Kejurda NPC JATIM Lempar Lembing Kelas Upper 46 Putra 70 Juara 3 Kejurda NPC JATIM Lempar Cakram Kelas Upper 46 Putra71 Juara 3 Kejurda NPC JATIM Lempar Cakram Kelas Upper 44 Putra72 Juara 2 Kejurda NPC JATIM Lempar Lembing Kelas Lower 44 Putra72 Juara 3 Popda X Jatim Pencak Silat Kelas D Putri 73 Juara 3 Popda X Jatim Pencak Silat Kelas D Putra74 Juara 3 Popda X Jatim Pencak Silat Kelas G Putri 75 Juara 2 O2SN Tingkat Provinsi Cabor Pencak Silat Tunggal Putra 76 Penghargaan Pemenang Terbaik Pemuda Pelopor Provinsi Jatim 77 Penghargaan Aanugerah Wisata Jatim 2014 Kategori Kelompok Daya Tarik Wisata Budaya 78 Juara Harapan 1 Penataan Display Pameran Museum Ekspo 2014

NAMA PRESTASI PENERIMATINGKATAN

Regional NasionalPemkab Sumenep Pemkab Sumenep KH. A. Busyro KarimBPRSBPRSBPRSBPRSPDAMDisperta Disperta Dishutbun Kecamatan Kota Diskop & UMKMDiskop & UMKMBPRSPrenky Yudis Pasety Imam Mahfudy Faridatul Faridatul Jannah Yessi Lasisa Ali AnsoriAli AnsoriAli Ansori

IDIA Prenduan IDIA Prenduan IDIA Prenduan SMKN SumenepSMKN Sumenep

Ali Ansori Qurratul Naniyah Fitriyani Fathoni Fitriyani Choirul Hasani Budi HariyantoDianaSafitriFitriani DianaSafitriHasani Fathoni Ahmad DianaSafitriFitriani Faisol Erlangga T. Wijaya Erna Moh. Hayat Wahyuning Dyah PAhmad RamliHalim Perdana KusumaRahmatullah Alianti Novita Putri Santoso Yessi LasisaAlianti Novita Putri S.

Alianti Novita Putri S. Alianti Novita Putri S. Benyamin Indrayanto Heri Setiawan Moh. Yudik Aditya Pratama Fadha il Faiz Efeni Zainul Yessi Lasisa Iskandar Iskandar Joni Hermanto Joni HermantoNur Fadhilah Moh. FaizDanika Rizkiawati Wahyu GunawanAbdul MunirKabupaten Sumenep Pemkab Sumenep

Prestasi Kabupaten Sumenep selama 2014 berdasar Piagam Penghargaan

X

X

X

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

X

XXX

X

XXXXXXXXXXX

Page 5: Edisi 8 Mata Sumenep

29 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 5

Imam Trisnohadi

79 Penghargaan Penata Musik Terbaik Festival Lagu Daerah Sumenep 80 Piagam Penghargaan Vokalis Terbaik Festival Lagu Daerah Jatim 201481 Penghargaan 3 Penyaji Terbaik Festival Lagu Daerah Jatim 201482 Penghargaan Penyaji Berbakat Festival Karya Tari Jjatim 201483 Pemenang 1 Lomba Tugas Informasi Peranian Tingkat Provinsi 84 Penghargaan Terbaik ke III Lomba Gelar Produk Olahan Tingkat Jatim 85 Peringkat I Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan Tingkat Provinsi 86 Juara 1 Lomba Pameran Produk Unggulan Ppangan Oolahan Provinsi Jatim87 Juara Harapan 2 Llomba Cipta Menu Rasa Berbasis Makanan Khas Daerah Provinsi Jatim 88 Penghargaan Juara 1 Inovasi Teknologi Bidang Agri Bisnis Tingkat Provinsi Jatim 89 Penghargaan Peringkat 2 Pelopor Ketahanan Pangan Tingkat Provinsi 90 Juara 3 Cabang Tilawah Al-qur’an MTQ Provinsi Jatim 91 Juara 2 Wana Lestari Tingkat Provinsi Jatim Kategori Penyuluh Kehutanan 92 Juara 3 Wana Lestari Tingkat Provinsi Jatim Kategori Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat 93 Juara 3 Wana Lestari Tingkat Provinsi Jatim Kategori Kelompok Tani Hutan Penghijauan 94 Pemenang 1 Penataan Produk Terbaik Ekspo Koperasi dan UMKM 2014 95 Peringkat 1 Lomba Koperasi Berprestasi Tingkat Provinsi Jatim 96 Juara 1 Llomba Percakapan Dalam Rangka HAN 201497 Juara 3 Bola Volly Mini Putri O2SN 98 Juara 1 Lomba Pengayaan Buku Tingkat Nasional Kategori Buku Puisi99 Juara 2 Lomba Pidato B Arab se-Jatim di Ponpes Nurul Jadid Paiton100 Juara 1 Lomba Debat Bahasa Arab se Jatim di Ponpes Nurul Jadid Paiton101 Juara 2 Lomba Debat Bahasa Arab di Unida Gontor 102 Juara 1 Membaca Berita di Unida Gontor 103 Juara 2 Debat Bahasa Arab di Unida Gontor 104 Juara 3 Lomba Pidato Bahasa Inggris se Jatim Festival English Sunan Ampel105 Juara 3 Pidato Bahasa Indonesia Dalam Semarak Tiga Bahasa (STB) se Jatim Dab Bali 106 Juara 1 Pidato Bahasa Arab Dalam Semarak Tiga Bahasa (STB) se Jatim Dab Bali107 Juara 3 Bercerita Menggunakan Bahasa Inggris Dalam Semarak Tiga Bahasa (STB) se Jatim Dab Bali108 Juara 3 Bercerita Dengan Bahasa Arab Dalam Semarak Tiga Bahasa (STB) se Jatim Dab Bali109 Juara 2 Debat Bahasa Arab Dalam Semarak Tiga Bahasa (STB) se Jatim Dab Bali110 Juara 3 Debat Bahasa Arab Dalam Semarak Tiga Bahasa (STB) se Jatim Dab Bali111 Juara2AligrafiDalamSemarakTigaBahasa(STB)seJatimDabBali112 Juara3KaligrafiDalamSemarakTigaBahasa(STB)seJatimDabBali113 Juara 1 Bercerita Dengan Bahasa Inggris Dalam Semarak Tiga Bahasa (STB) se Jatim Dab Bali Kategori Putri114 Juara 1 Bercerita Dengan Bahasa Arab Dalam Semarak Tiga Bahasa (STB) se Jatim Dab Bali Kategori Putri115 Juara 2 Bercerita Dengan Bahasa Arab Dalam Pekan Arabi 2014 di Uuniversitas Negeri Malang116 Juara 2 Bercerita Dengan Bahasa Arab Dalam Semarak Tiga Bahasa (STB) se Jatim Dab Bali Kategori Putri117 Juara 1 Pidato Bahasa Arab Dalam Semarak Tiga Bahasa (STB) se Jatim Dab Bali Kategori Putri118 Juara2KaligrafiDalamSemarakTigaBahasa(STB)seJatimDabBaliKategoriPutri119 Juara3KaligrafiDalamSemarakTigaBahasa(STB)seJatimDabBaliKkategoriPutri120 Juara 2 Debat Dengan Bahasa Arab Dalam Semarak Tiga Bahasa (STB) se Jatim Dab Bali Kategori Putri121 Penghargaan Anubhawa Sasana Desa Dari Kemenkumham 122 Juara 3 Liga Nusantara123 Madura Award124 Juara I Penangkar Benih Padi (Adhikarya Pangan Nusantara (APN) Kategori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan) dari Presiden RI, Joko Widodo

Disbudparpora Disbudparpora Disbudparpora Disbudparpora Dispeta Disperta Disperta Pemkab Sumenep Pemkab Sumenep Pemkab Sumenep Basuki RahmatSyafa’atBudi Joko Triyono Masykur Adi PodayPemkab Sumenep BMTNUIndi Nuriya Azka Fitri

Al-AmienAkfinFausiSyarifAde Robe IslamiM MasturiM Khairul BasyarAbd Aziz M imam AlfarisiFarisZainur RazakM FarisondiTqiqif AsyuqullahAhmadRofiqiFariduddinIbnu HajarNaura NadzifahFarhahFarhah Lisa AndrianiElia AndrianiArika FaradisaEricka KaromatunMuruatul MadaniyahBupati SumenepKabupaten Sumenep Kabupaten Sumenep Disperta

Prestasi Kabupaten Sumenep selama 2014 berdasar Piagam Penghargaan

NAMA PRESTASI PENERIMA TINGKATANRegional Nasional

NO

X

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

Diskop dan UMKM Sukses Bina Pelaku Usaha dan KoperasiIsu pasar bebas Asia Tenggara yang dikenal

sebagai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) memicu Dinas Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah (UKM) Kabupaten Sumenep, terus menggiatkan program unggulan. Di tengah persaingan ekonomi yang semakin ketat menjelang dibukanya pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara, pihak pemerintah dituntut untuk responsif terhadap segala peluang dan tantangan.

Seperti yang dilakukan Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kabupaten Sumenep, Imam Trisnohadi, dari tahun 2013 pihaknya memang sudah getol melakukan usaha peningkatan kualitas ekonomi warga Sumenep melalui pembinaan dan pelatihan intensif terhadap Koperasi dan UKM. Dalam usaha pelatihan, misalnya, Dinas Koperasi dan UKM sering bekerjasama dengan Dinas Koperasi Provinsi untuk meningkatkan kualitas ekonomi

dari sisi SDM.Imam mengaku, sejak dirinya diangkat sebagai

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) setahun yang lalu, telah melaksanakan beberapa program seperti Pelatihan, Bimtek, Pendampingan, Bantuan UKM, Road Show, Dialog Interkatif, Studi Banding, Pameran Produk dan lainnya. Termasuk dalam programnya pula adalah peningkatan peran Klinik Koperasi dan UKM dan Ruang Pamer Produk UKM yang dirintis oleh mantan Kadis sebelumnya, Hadi Soetarto pada 2011 lalu sebagai puncak program unggulan.

“Beberapa bulan lalu kami mengadakan Dialog Interaktif bersama 1000 Koperasi Wanita (Kopwan) di Gedung KORPRI, dengan narasumber dari provinsi,” ujar Imam bangga kepada Mata Sumenep yang ditemui di ruang kerjanya. Setengah bercerita Imam mengatakan dialog tersebut dilakukan untuk menyerap aspirasi

Prestasi Kabupaten Sumenep selama 2014 berdasar Piagam Penghargaan

Page 6: Edisi 8 Mata Sumenep

6 | MATA SUMENEP | 29 DESEMBR 2014

Pengairan ini semua dilakukan dengan meng-gunakan alat dan mesin yang dirakit sendiri dengan estimasi biaya Rp 5 Milyar Rupiah ($ 15.000). Alat dan mesin yang digunakan untuk penyiraman seperti halnya alat sprinkler jet spray/sprinkler pulsating

MATA UTAMA

Koperasi/UKM/Nama Produk Desa Kecamatan1 Anyaman Tikar Suka Maju Anyaman Banaresep Lenteng

Krupuk Poli Surya Kembar Cap Ikan Krupuk Batudingding GapuraCap Candi Puro Gapura Barat Gapura

- Mente - Dasuk

Muris Kripik Singkong - SaronggiKelinci Kripik Singkong - Batuputih

Baru Muncul Kripik Singkong - Manding- Krupuk Amplang - Kertasada

Sekar Putih Group Opak Pisang - GapuraKWT Sumber Usaha Dodol Tape - Guluk-Guluk

Barokah Kentucky Teri - -Turbo Kripik Singkong Manding Timur Manding

4Accessories & Handy Craft UD. Farida

Accessories & Handy Craft Batang-Batang Laok Batang-Batang

5 Rumput Laut Kerang Baru Rumput Laut Aeng Dake Bluto

6 Cabe Jamu Nurul Jannah Cabe Jamu Pekandangan Sangrah Bluto

Krupuk Ikan Maju Bersama Krupuk Talango Kalianget

Sumber Usaha Krupuk Kertasada Kalianget8 Kerajinan Keris - Keris Aeng Tongtong Saronggi

9 Kerajinan Topeng - Topeng Slopeng Dasuk

10 Kerajinan Pecut P. Nahba Pecut Kolpo Batang-Batang

Melati Batik Pekandangan Barat BlutoKopwan Bunga Sejati Batik Pekandangan Barat Bluto

Al Barokah Batik Pekandangan Barat Bluto12 Batik Tulis Alami Arah Naga Tresna Batik Prenduan Pragaan

UD. Anugerah Meubel Ukir Kayu Karduluk Pragaan

UD. Salama Ukir Kayu Karduluk Pragaan

14 Kerajinan Kerang dan Bordir

Kopwan Flamboyan Kerang dan Bordir Campor Ambunten

15 Kerajinan Alat-Alat Dapur Mitra Usaha Alat-Alat Dapur Batang-Batang Laok Batang-Batang

Bpk. H. Kamaluddin Jamu Tradisional - -Koperasi Janur Kuning

“Tangkur Naga” Jamu Tradisional - -

13 Ukir Kayu

16 Jamu Tradisional

Data Produk Koperasi dan UKM di Klinik Koperasi dan UKM Kabupaten Sumenep.

3 Produk Camilan Khas Sumenep

7

11 Batik Tulis

No Sentra Produk Alamat

2

Sumber: Gallery Produk Unggulan UMKM Klinik Koperasi dan UKM Kabupaten Sumenep.

NoInstansi

Penyelenggara/Pemberi Penghargaan

Nama Penghargaan/Piagam Keterangan

1 Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur

Pemenang I Stand Penataan Produk Terbaik pada 2end Expo Koperasi &

UMKM 2014Provinsi

2Menteri Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Penghargaan Bhakti Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2014 pada Harkopnas ke-67 di Medan

Sumatera UtaraNasional

3 Presiden RI Penghargaan Bhakti Satya Lencana Koperasi 2014 Nasional

4Menteri Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Penghargaan Koperasi Berprestasi 2014 Nasional

5Menteri Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Penghargaan Satya Lencana Koperasi yang diraih BMT-NU Gapura 2014 Nasional

6 Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur Lomba Pameran Koperasi 2014 Provinsi

7Menteri Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Penghargaan sebagai Kabupaten Penggerak Koperasi Tahun 2013 Nasional

8 Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur

Penghargaan pada Hari Koperasi 2014 di Magetan Provinsi

9 Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur

Penghargaan pada Hari Koperasi 2013 di Situbondo Provinsi

Sumber: wawancara Kadis Koperasi dan UKM Kabupaten Sumenep

Daftar Penghargaan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Sumenep 2013-2014dari masyarakat yang tergabung dalam koperasi. Selain sebagai aspirasi yang disebutnya sebagai pintu pembuka, menurutnya, dialog kala itu merupakan media konsultasi dalam rangka peningkatan pelayanan dan pembinaan terhadap Koperasi dan UKM.

Memang dengan keberadaan Klinik Koperasi dan UKM dan Ruang Pamer Produk yang menyediakan layanan Konsultasi Koperasi, UKM, Bisnis dan Modal, sebenarnya Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Sumenep telah memberikan pelayanan dan pembinaan yang sangat baik. Pasalnya bentuk Klinik Koperasi dan UKM yang bersifat Konsultatif dan bersifat Tindak Lanjut/Langsung ke Lokasi sebagaimana alur layanan yang diterapkan, dapat memudahkan para pemilik UKM dan Koperasi dalam memecahkan setiap persoalan yang dihadapi. Namun demikian, program seperti Dialog Interaktif dan Pameran Produk tetap tidak dapat ditinggalkan. Sebab menurut Imam, segala program yang dicanangkan oleh Dinas Koperasi dan UKM saling melengkapi dan berkesinambungan untuk semakin menguatkan usaha pemberdayaan ekonomi warga Sumenep dari berbagai sisi.

Bersama Lembaga Gerakan Koperasi Pondok Pesantren, Siswa dan Petani, Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Sumenep memang seringkali melakukan pelatihan-pelatihan, baik pelatihan biasa maupun singkat. Sebab Imam memiliki visi dan keyakinan pelatihan merupakan jalan tempuh utama untuk mencapai kualitas yang baik dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat dari sisi SDM dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) nanti.

Sementara untuk membantu usaha kecil seperti warung Rujak, Penjual Pentol Keliling dan yang termasuk dalam Usaha Kecil Menengah (UKM). Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Sumenep menganggarkan Bantuan Modal, meskipun kecil, sebagai upaya peningkatan modal. Untuk nominal Bantuan, Imam menyebutkan masing-masing 1 Juta untuk Pengusaha Mikro dan 6 Juta untuk Pengusaha Kelompok. Bantuan tersebut hanya sekali diberikan kepada setiap UKM, terutama ditujukan kepada pengusaha mikro dari kalangan warga miskin.

Semakin tahun jumlah Koperasi dan UKM kian meningkat. “Hingga kini jumlah Koperasi di Kabupaten Sumenep telah mencapai 1.255 Koperasi dan 24.000 UKM,” tutur Imam. Dari sekian Koperasi dan UKM tersebut Imam mengaku hanya 10% yang tidak aktif dan eksis, sementara untuk Koperasi dan UKM eksis dan berprestasi secara produk dan penghargaan hanya beberapa dari jumlah keseluruhan, seperti KWT. Suka Maju Banaresep Lenteng, KPRI Al Ikhlas Giling, dan UKM Al Barokah Pakandangan Barat Bluto.

Produk-Produk Unggulan dari ribuan Koperasi dan UKM sebagian besar telah masuk dalam Ruang Pamer Produk di Klinik Koperasi dan UKM Kabupaten Sumenep. Dengan begitu mereka memiliki kesempatan pamer produk secara lebih luas dalam agenda pameran Dinas Koperasi dan UKM di tingkat Kabupaten dan Terutama Provinsi.

Seperti baru-baru ini Dinas Koperasi dan UKM tidak hanya mengikuti Pameran di 2end Expo Koperasi dan UMKM 2014 di tingkat Provinsi, malah juga mendapatkan penghargaan.

“Kemarin kami baru mendapat penghargaan Stand Penataan Produk Terbaik dalam 2end Expo Koperasi dan UMKM 2014 di Surabaya,” tuturnya sembari menunjukkan produk UKM yang masih belum ditata kembali di Klinik Koperasi.

rafiqi

Page 7: Edisi 8 Mata Sumenep

29 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 7

MATA BUDAYA

Sumenep adalah nama salah satu Kabupaten di ujung paling timur Pulau Madura, yang keberadaannya tidak lepas dari

peran Arya Wiraraja, seorang raja bijaksana dan pintar. Dalam tulisan ini, penulis mencoba mereview akan sejarah dan budaya Sumenep yang menyimpan nilai jual tinggi untuk menarik simpati wisatawan baik dalam kunjunganya untuk berlibur maupun dalam rangka melakukan penelitian untuk mengetahui situs-situs sejarah dan budaya yang ada.

******** Dari kabar yang bekembang sebutan kata

Sumenep sampai saat ini masih terdapat perbedaan dalam memaknainya. Dikalangan kelompok terpelajar yang tinggal di sekitar pusat Kabupaten Sumenep, menyebut kata Sumenep. Sedangkan masyarakat yang tinggal di pedesaan, menyebut istilah Songennep. Namun dari sumber pararaton disebutkan, kata Songennep di kenal atau lahir lebih awal daripada sebutan Sumenep. Pengarang buku “ Babad Songgenep” R. Werdisastro, menyebutkan, Songgenep kurang populer di masyarakat pedesaan Sumenep, (80 % dari jumlah penduduk kabupaten Sumenep tinggal di desa). Perubahan nama Songennep sendiri menjadi Sumenep diperkirakan terjadi pada masa penjajahan Belanda, permulaan abad XVIII (1705M), terbukti dengan banyaknya buku-buku karangan atau terbitan Belanda pada masa itu telah menggunakan sebutan Sumenep. Nama Sumenep menjadi baku di kalangan pemerintahan karena setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, menjadi Kabupaten Sumenep.

Menurut arti etimologis (asal-usul kata) Songennep berasal dari kata Song yang berarti relung, geronggang (bahasa kawi) dan Ennep yang berarti mengendap (tenang). Jadi Songennep berarti lembah bekas endapan yang tenang.

Menurut Adi Sukadana (Antropolog) berdasarkan penelitian-penelitiannya di Madura, pemukiman awal di Madura terdapat di bagian tengah (punggung) pulau Madura yang umumnya terdiri dari pegunungan atau bukit-bukit kecil. Sedangkan daerah-daerahyang terletak di dataran rendah(termasuk wilayah Sumenep), pada masa lalu sebelum abad XIII masih tergenang oleh air laut (rawa-rawa). Baru pada abad XIII sesudah terjadi proses pengeringan rawa-rawa, daerah dataran rendah di Madura mulai dihuni. Jadi wilayah Sumenep pada masa itu, sebagian besar terdiri dari tanah bekas endapan rawa. Oleh sebab itu wilayah ini dinamakan Songennep yang berarti lembah bekas endapan yang tenang.

Sumenep jaman dahulu diperintah oleh seorang Raja. Ada 35 Raja yang telah memimpin kerajaan Sumenep. Dan, sekarang ini telah dipimpin oleh seorang Bupati. Ada 14 Bupati yang memerintah Kabupaten Sumenep. Mengingat sangat keringnya informasi/data yang otentik seperti prasasti, pararaton, dan

sebagainya mengenai Raja Sumenep, maka tidak seluruh Raja-Raja tersebut kami ekspose satu persatu, kecuali Raja-Raja yang menonjol secara popularitasnya.

Sumenep pada masa Pemerintah Kerajaan Wiraraja Arya, yang dilantik sebagai Adipati pertama Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269, yang menjadi tanda hari jadi Kabupaten Sumenep. Pada masa kepemimpinan Arya Wiraja, banyak kemajuan yang dialami kerajaan Sumenep. Pria yang berasal dari Desa Nangka Jawa Timur ini memiliki pribadi dan kecakapan/kemampuan yang baik. Arya Wiraja secara umum dikenal sebagai seorang pakar dalam ilmu penasehat/pengatur strategi. Analisanya cukup tajam dan terarah sehingga banyak yang menilaiArya Wiraja adalah seorang mukasyafah.

Adapun jasa-jasa Arya Wiraja adalah Pertamamendirikan Majapahit bersama dengan Raden Wijaya.Kedua, menghancurkan tentara Cina/tartar serta mengusirnya dari tanah Jawa. Pada usia 35 Tahun, karier Arya Wiraja cepat menanjak. Mulai jabatan Demang Kerajaan Singosari kemudian dipromosikan oleh Kartanegara, Raja Singosari menjadi Adipati Kerajaan Sumenep, kemudian dipromosikan oleh Raden Wijaya menjadi Menteri di Kerajaan Majapahit dan bertugas di Lumajang.

Setelah Arya Wiraja meninggalkan Sumenep, kerajaan di ujung timur Madura itu mengalami kemunduran. Kekuasaan diserahkan kepada saudaranya, Arya Bangah dan lokasi keraton pindah dari Batuputih ke Banasare, Rubaru. Selanjutnya diganti oleh anaknya, yang bernama Arya Danurwendo, yang keratonnya pindah ke Desa Tanjung, Saronggi. Dan selanjutnya diganti oleh anaknya, yang bernama Arya Asparati. Diganti pula oleh anaknya bernama Panembahan Djoharsari. Selanjutnya kekuasaan dipindahkan kepada anaknya bernama Panembahan Mandaraja, yang mempunyai 2 anak bernama Pangeran Bukabu yang kemudian menganti ayahnya dan pindah ke Keratonnya di Bukabu, Kecamatan Ambunten. Selanjutnya diganti oleh adiknya bernama Pangeran Baragung, yang kemudian pindah ke Desa Baragung, Kecamatan Guluk-Guluk.

Sumenep pada masa Pangeran Jokotole (Pangeran Secodiningrat III), menjadi Raja Sumenep yang ke 13 selama 45 tahun (1415-1460). Jokotole dan adiknya bernama Jokowedi lahir dari Raden Ayu Potre Koneng, cicit dari Pangeran Bukabu sebagai hasil dari perkawinan bathin (melalui mimpi) dengan Adipoday (Raja Sumenep ke 12). Karena hasil dari perkawinan Bathin itulah, banyak mengundang kontroversi. Kemarahan kedua orang tua Potre Koneng tidak terhindarkan, sampai akan dihukum mati. Sejak kehamilannya, banyak terjadi hal-hal yang aneh dan diluar dugaan. Karena takut kepada orang tuanya maka kelahiran bayi RA Potre Koneng

langsung diletakkan di hutan oleh dayangya. Dan, ditemukan oleh Empu Kelleng yang kemudian disusui oleh kerbau miliknya.

Peristiwa kelahiran Jokotole, terulang lagi oleh adiknya yaitu Jokowedi. Kesaktian Jokotole mulai terlihat pada usia 6 tahun lebih, seperti membuat alat-alat perkakas tanpa bantuan alat apapun, kecuali dari dirinya sendiri, yang hasilnya lebih bagus ketimbang ayah angkatnya. Lewat kesaktiannya itulah, ia membantu para pekerja pandai besi yang kelelahan dan sakit akibat kepanasan termasuk ayah angkatnya dalam pengelasan membuat pintu gerbang raksasa atas kehendak Brawijaya VII. Dengan cara membakar dirinya dan kemudian menjadi arang itulah kemudian lewat pusarnya keluar cairan putih. Cairan putih tersebut untuk keperluan pengelasan pintu raksasa. Dan, akhirnya ia diberi hadiah emas dan uang logam seberat badannya. Akhirnya ia mengabdi di kerajaan Majapahit untuk beberapa lama.

Banyak kesuksessan yang ia raih selama mengabdi di kerajaan Majapahit yang sekaligus menjadi mantu dari Patih Muda Majapahit. Setiba di Sumenep, ia bersama sang istri, Dewi Ratnadi bersua ke Keraton yang akhirnya bertemu dengan ibunya RA Potre Koneng dan kemudian dilantik menjadi Raja Sumenep dengan Gelar Pangeran Secodiningrat III. Saat menjadi raja ia terlibat pertempuran besar melawan raja dari Bali yaitu Dampo Awang, yang akhirnya dimenangkan oleh Raja Jokotole dengan kesaktiannya menghancurkan kesaktiannya Dampo Awang. Dan kemudian kekuasaannya berakhir pada tahun 1460 kemudian digantikan oleh Arya Wigananda putra pertama dari Jokotole.

Raden Ayu Tirtonegoro merupakan satu-satunya pemimpin wanita dalam sejarah kerajaan Sumenep sebagai Kepala Pemerintahan yang ke 30. Menurut hikayat RA Tirtonegoro pada suatu malam bermimipi agar Ratu kawin dengan Bindara Saod. Setelah Bindara Saod dipanggil, diceritakanlah mimpi itu. Setelah ada kata sepakat perkawinan dilaksanakan, Bindara Saodmenjadi suami Ratu dengan gelar Tumenggung Tirtonegoro. Terjadi peristiwa tragis pada masa pemerintahan Ratu Tirtonegoro. Raden Purwonegoro Patih, Kerajaan Sumenep mencintai Ratu Tirtonegoro, sehingga peristiwa tersebut sangat membenci Bindara Saod, bahkan merencanakan pembunuhan. Raden Purwonegoro datang ke keraton lalu mengayunkan pedang, tetapi tidak mengenai sasaran dan pedang tertancap ke dalam tiang pendopo. Sebaliknya, Raden Purwonegoro tewas di tangan Manteri Sawunggaling dan Kiai Sanggatarona. Seperti diketahui bahwa Ratu Tirtonegoro dan Purwonegoro sama-sama keturunan Tumenggung Yudonegoro Raja Sumenep ke 23. Akibatnya keluarga kerajaan Sumenep terpecah menjadi dua golongan yang

Refleksi Sejarah Sumenep Menuju Wisata Budaya (1)

Saeful Anwar*

Page 8: Edisi 8 Mata Sumenep

8 | MATA SUMENEP | 29 DESEMBR 2014

MATA BUDAYA

berpihak pada Ratu Tirtonegoro diperbolehkan tetap tinggal di Sumenep dan diwajibkan merubah gelarnya dengan sebutan Kiai serta berjanji untuk tidak akan menentang Bindara Saod sampai tujuh turunan. Sedang golongan yang tidak setuju pada ketentuan tersebut dianjurkan meninggalkan kerajaan Sumenep dan kembali ke Pamekasan, Sampang dan Bangkalan.

Masa Kepeminpinan Panembahan Somala. Bandara Saod dengan isteri pertama, Ny Izzah, mempunyai 2 orang anak. Pada saat kedua anak Bindara Saod itu datang ke keraton memenuhi panggilan Ratu Tirtonegoro, anak yang kedua bernama Somala terlebih dahulu dalam menyungkem kepada Ratu sedangkan kakaknya mendahulukan menyungkem kepada ayahnya (Bindara Saod). Saat itu pula keluar wasiat Sang Ratu yang dicatat oleh sektretaris kerajaan. Isi wasiat tersebut menyatakan bahwa di kelak kemudian hari apabila Bindara Saod meninggal maka yang diperkenankan untuk mengganti menjadi Raja Sumenep adalah Somala. Setelah Bindara Saod meninggal 8 hari kemudian Ratu Tirtonegoro ikut meninggal tahun 1762, sesuai dengan wasiat Ratu yang menjadi Raja Sumenep adalah Somala dengan gelar Panembahan Notokusumo I.

Beberapa peristiwa penting pada zaman pemerintahan Somala antara lain menyerang negeri Blambangan dan berhasil menangkanya sehingga Blambangan dan Panarukan menjadi wilayah kekuasaan Panembangan Notokusumo I. Kemudian beliau membangun keraton Sumenep yang sekarang berfungsi sebagai Pendopo Kabupaten. Selanjutnya beliau membangun Masjid Jamik pada tahuhn 1763, Asta Tinggi (tempat pemakaman Raja-Raja Sumenep dan keluarganya) juga dibangun oleh beliau.

Sumenep pada masa kepemimpinan Sultan Abdurrachman Pakunataningrat. Ia bernama asli Notonegoro putra dari Raja Sumenep yaitu Panembahan Notokusumo I. Sultan Abdurrachman Pakunataningrat mendapat gelar Doktor Kesusastraan dari pemerintah Inggris, karena beliau pernahmembantuLetnanGubernurJendralRafflesuntuk menterjemahkan tulisan-tulisan kuno di batu kedalam bahasa Melayu. Beliau memang meguasai berbagai bahasa, seperti bahasa Sansekerta, Bahasa Kawi, dan sebagainya. Dan, juga ilmu pengetahuan dan Agama. Disamping itu pandai membuat senjata Keris. Sultan Abdurrachman Pakunataningrat dikenal sangat bijaksana dan memperhatikan rakyat Sumenep, oleh karena itu ia sangat disegani dan dijunjung tinggi oleh rakyat Sumenep sampai sekarang.

Selain peninggalan berupa situs-situs yang di jadikan aktifias pemerintahan di sumenep,perlu diketahui bahwa terdapat juga peninggalan sejarah yeng berupa tempat peribadatan Masjid yang tidak kalah unik dibandingkan dengan bangunan keraton yang ada, juga mempunyai nilai seni tinggi sebagai wujud kemajuan peradaban Islam di Sumenep.

Masjid bagi masyarakat Madura sangat memberikan nilai monomental terhadap kondisi sepanjang zaman. Masjid tersebut menghadap ke Taman Kota, yang berada di sebelah Timurnya. Dengan gerbang besar, pintu kayu kuno, yang berdiri kokoh menghadap matahari terbit. Masjid Agung Sumenep, yang dulu dikenal dengan nama Masjid Jami’, terletak ditengah-tengah Kota Sumenep. Masjid ini dibangun setelah pembangunan Keraton Sumenep, sebagai inisiatif dari Adipati Sumenep, Pangeran Natakusuma I alias Panembahan Somala (1762-1811 M). Adipati yang memiliki nama asli Aria Asirudin Natakusuma ini, sengaja mendirikan masjid yang lebih besar. Setelah sebelumnya dibangun masjid, yang dikenal dengan nama Masjid Laju, oleh

Pangeran Anggadipa (Adipati Sumenep, 1626-1644 M). Dalam perkembangannya, masjid laju tidak mampu lagi menampung jemaah yang kian banyak.

Setelah keraton selesai pembangunannya, Pangeran Natakusuma I memerintahkan arsitek yang juga membangun keraton, Lauw Piango, untuk membangun Masjid Jami’. Berdasar catatan di buku Sejarah Sumenep (2003) diketahui, Lauw Piango adalah cucu dari Lauw Khun Thing yang merupakan satu dari enam orang China yang mula-mula datang dan menetap di Sumenep. Ia diperkirakan pelarian dari Semarang akibat adanya perang yang disebut ’Huru-hara Tionghwa’ (1740 M).

Masjid Jami’ dimulai pembangunannya tahun 1198 H (1779 M) dan selesai pada tahun 1206 H (1787 M). Terhadap masjid ini Pangeran Natakusuma berwasiat yang ditulis pada tahun 1806 M, bunyinya sebagai berikut. ”Masjid ini adalah Baitullah, berwasiat Pangeran Natakusuma penguasa di negeri/keraton Sumenep. Sesungguhnya wasiatku kepada orang yang memerintah (selaku penguasa) dan menegakkan kebaikan. Jika terdapat Masjid ini sesudahku (keadaan) aib, maka perbaiki. Karena sesungguhnya Masjid ini wakaf, tidak boleh diwariskan, dan tidak boleh dijual, dan tidak boleh dirusak.”

Dari tinjauan arsitektural, memang banyak hal yang khas pada bangunan yang menjadi pusat kegiatan masyarakat Islam di kabupaten paling timur Pulau Garam ini. Memperhatikan fisik bangunan, layaknya menganut eklektismekultur desain. Masjid Jami’ Sumenep dari bentuk bangunannya bisa dikata merupakan penggabungan berbagai unsur budaya. Mungkin pula sebagai bentuk akomodasi dari budaya yang berkembang di masyarakatnya. Pada masa pembangunannya hidup berbaur berbagai etnis masyarakat yang saling memberikan pengaruh.Yang menarik lagi, bukan hanya kolaborasi gaya arsitektur lokal. Tetapi lebih luas, yaitu antara arsitektur Arab, Persia, Jawa, India, dan Cina menjadi satu di bangunan yang istimewa ini. Mungkin pula berbagai etnis yang tinggal dan hidup di Madura lebih banyak lagi, sehingga membentuk struktur bangunan lengkap dengan ornamen yang menghias bangunan ini secara keseluruhan.

Kubah kecil di puncak bangunan yang ada di sudut kanan-kiri halaman masjid, sangat mungkin mewakili arsitektur Arab-Persia. Penerapannya tidaksemata-mata,terdapatsejumlahmodifikasiyang berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Ornamen yang kemudian dipertegas dengan warna-warna menyala, menggambarkan corak bangunan dari Gujarat-Cina. Semakin kental atmosfirnya ketika berada di bagian dalambangunan utama. Memperhatikan mihrab masjid yang berusia 799 tahun ini, pada mimbar khotbah, hingga ornamen seperti keramik yang menghiasi dindingnya. Bangunan bersusun dengan puncak bagian atas menjulang tinggi mengingatkan bentuk-bentuk candi yang menjadi warisan masyarakat Jawa. Kubah berbentuk tajuk juga merupakan kekayaan alami pada desain masyarakat Jawa.

Struktur bangunan secara keseluruhan menggambarkan tatanan kehidupan masyarakat yang rumit di saat itu. Jalinan hubungan antaretnik yang hidup di Madura dapat disaksikan dari bangunan utuh dari sosok masjid Agung Sumenep ini. Pada bagian depan, dengan pintu gerbang yang seperti gapura besar, beberapa orang berpendapat juga menampakkan adanya corak kebudayaan Portugis. Konon, masjid Agung Sumenep merupakan salah satu dari

sepuluh masjid tertua di Indonesia dengan corak arsitektur yang khas.

Perkembangan Islam di tanah Jawa, pula menjadi bagian dinamika kehidupan masyarakat Madura. Perkembangan ajaran Islam di Pulau Madura, tak dapat dipisahkan dari perkembangan dan pergumulan masyarakat Jawa yang secara geografis terpisah dengan Selat Madura.Perkembangan Islam di Ampel dan Giri menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Madura. Pada jamannya, tugas dakwah yang diemban para wali meliputi seluruh daerah, termasuk Jawa dan Madura. Dalam perkembangan Islam di Madura tak lepas dari para pedagang yang datang dari Gujarat (India) serta para perantau yang berasal dari jazirah Arab. Mereka yang berhasil mendarat di Madura juga memberi kontribusi akibat interaksi, baik budaya maupun tata kehidupan.

Model akulturasi budaya yang ada di masa silam, secara jelas masih bisa dinikmati sampai sekarang. Yaitu dengan melihat kekayaan detil arsitektural yang ada di masjid Jami’ Sumenep. Walaupun pada sekitar tahun 90-an masjid ini mengalami pengembangan, dengan renovasi pada pelataran depan, kanan dan kirinya. Namun demikian tidak mengurangi eksotismenya hingga sekarang

Berdasarkan paparan di atas, sangat jelas bahwa Sumenep mumpunyai kekayaan situs-situs sejarah yang bisa di jual dengar harga tinggi. Dengan selalu mensosialisasikan situs-situs yang ada ke dunia Internasional, tidak menutup kemungkinan Sumenep akan menjadi daerah wisata yang sangat di minati oleh wisatawan manca negara. Seperti halya negara-negara di Eropa. Spanyol misalnya, negara yang kurang mempunyai Sumber daya alam yang melimpah tetapi negara tersebut mampu menjual nilai-nilai historisnya bahwa spanyol mempunyai nilai peradaban Islam berupa bangunan-bangunan megah yang sampai sekarang masih tetap dipertahankan bentuk keaslianya sehingga mempunyai nilai jual tersendiri yang sangat di minati baik dari wisatawan yang ingin berlibur maupun yang berkepentingan untuk melakukan kajian sejarah dan peradaban.

Banyaknya wisatawan yang berdatangan di Negara tersebut, sudah tentu akan memberikan tambahan pemasukan negara dan juga akan memberikan kemanfaatan yang sangat luar biasa untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi masyaraka sekitar. Spanyol mampu menunjukan ke dunia bahwa dia mempunyai wisata sejarah yang tidak kalah menariknya dengan tempat wisata-wisata yang berada di negara eropa lainya. Spanyol selalu mengekspos peninggalan kekhalifahan Islam yang pernah mengguasai peradaban dunia. Andalusia dan cordoba menjadi saksi kejayaan Islam di eropa dan juga menjadi saksi munculnya cendikiawan-cendikiawan Islam kelas dunia.

Pemerintah Sumenep hendak benar-benar mempunyai perhatian lebih terhadap potensi historis Islam yang ada. Mampu memasarkan keunikan-keunikan yang ada dengan mengenalkan peninggalan-peninggalan kerajaan yang pernah berdiri disana. Proyek besar bagi pemerintah Sumenep untuk menjadi daerah wisata yang bisa di jual di level dunia, banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang unik dan menarik yang belum dikenal secara luas, sudah saatnya masyarakat Sumenep menikmati kesejahteraan dari kemandirian melalui pendapatan banyaknya wisatawan yang akan berkunjung ke Sumenep, tanpa mengharapkan bantuan kesejahteraan dari pemerintah pusat…..

bersambung. .....*Dosen Perdaban Islam UIN Sunan Ampel,

Surabaya. alamat: [email protected]

Page 9: Edisi 8 Mata Sumenep

29 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 9

MATA BUDAYA

Seni tayub merupakan sejenis kesenian tradisional masyarakat Madura, khusus nya di Sumenep, lebih khusus lagi pada

masyarakat pedesaan, yang sedang mengalami dinamika mengejutkan. Eksistensi seni tayub, yang terdiri dari kerawitan (najaga), sinden, tokang tandhang (penayub), dan satu juru ge-landang, menjadi semacam tradisi masyarakat bawah yang tidak hanya sarat dengan nilai este-tika, tetapi yang tidak kalah penting adalah etika.

Estetika seni tayub terletak pada visualitasnya, apa yang tampak dan bisa diamati serta dinikmati mata, bukan hanya audio dengan cukup mengandalkan suara yang bagus disaat ngejung. Sebab masyarakat lebih tertarik, dan lebih memerhatikan cara tangdhang para penayub, dari pada materi suara mereka. Hal ini wajar dan sah, jika ada beberapa penayub yang hanya bisa nangdhang, tapi tidak bisa ngejung, karena pasti ada salah satu personil kerawitan yang ditugaskan untuk ngejung, sesuai dengan gending yang dipesan penayub. Sehingga sang penayub hanya tinggal menciptakan gerakan-gerakan tertu, mengikuti irama gendang dan gong, tanpa harus nembang / ngejung.

Sedangkan etika seni tayub meliputi sejumlah hal yang sangat kompleks; mulai dari busana, cara berjalan dan duduk, cara berbicara, merokok dan makan, bahkan sampai pada materi kejung (tidak boleh ada unsur SARA) dan cara memperlakukan sinden. Semua etika tersebut harus dimiliki oleh para penayub agar mampu meraih simpati dan empati dari masyarakat pengggemar, layaknya bintang sinetron di dunia telenovela.

Kegengsian SosialSebagai kesenian rakyat, keberadaan seni

tayub mampu menembus ke semua segmen struktur sosial masyarakat pedesaan, pesisir dan pedalaman. Meskipun dengan biaya yang sedikit mahal, untuk ukuran ekonomi rakyat kebanyakan, hampir setiap ada hajatan pertunangan dan pernikahan, seni tayub dipastikan menjadi ajang hiburan dan sajian utama yang sekaligus menjadi simbol martabat tuan rumah. Latar belakang ekonomi yang di bawah rata-rata, mampu dikalahkan dengan semangat adu gengsi dan dukungan antar teman yang solid (group), serta

sistem tompangan, baik berupa uang atau barang, sehingga seni tayub mampu bergerak lebih cepat dan merata, no limit. Maka, pertimbangan yang dipakai sangat pragmatis, yang penting ngadakan tayuban dulu, soal hutang dan lain-lain, urusan belakangan.

Oleh karena itu, pada perkembangan selanjutnya, seni tayub bukan hanya menjadi tradisi yang membudaya, namun telah berubah semacam kegengsian sosial dan harga diri struktural yang dipaksakan. Lambat laun, seni tayub akan menjadi narkoba kebudayaan yang membuat para penggemarnya kecanduan sampai tercipta ketergantuan yang permanen. Sehingga hal tersebut akan menghilangkan daya kritis dan sikap arif dalam melihat seni tayub sebagai kreasi atau hasil cipta rasa karsa manusia, yang harus selalu dikontrol dan dilestarikan sebagai wadah kesenian tradional, yang kaya akan makna dan kearifan lokal.

Gamelan misalnya, terdiri dari 17 bilah kayu yang menunjukkan 17 raka’at shalat dalam sehari semalam. Ini melambangkan bahwa para warga seni tayub jangan sampai meninggalkan shalat hanya karena alasan kesenian, sebab dalam filosofisenitayub,seniadalahbagiandariagama.Seorang seniman sekaligus seorang agamawan. Tujuan berkesenian adalah mengasa kepekaan rasa agar lebih mudah diajak beribadah kepada Allah. Makanya, ada gong besar yang ketika ditabuh berbunyi “gung”, maksudnya “Yang Maha Agung”, agar dalam berkesenian hati tetap bersambung kepada Allah SWT.

Geliat KemuramanMelihat seni tayub secara lebih dekat dewasa

ini, akan tampak ada perbedaan yang sangat jauh dibandingkan dengan seni tayub tahun 90-an misalnya, saat masa kejayaan mantan Kepala Desa Candi, H. Shaleh. Perbedaan ini, bahkan sangat mencolok dalam beberapa hal, yang akan penulis kritisi satu persatu, demi menjaga nilai estetika dan etika seni tayub itu sendiri, agar tetap menjadi hiburan yang penuh kearifan lokal, dan steril dari pengaruh budaya pop global yang serba vulgar.

Perbedaan pertama dapat dilihat dari satu sudut pandang bahwa pagelaran seni tayub

merupakan ajang besar atau semo raje, sehingga busana yang digunakan harus estetis dan etis: indah dan baik. Tradisi masyarakat penayub zaman dulu dalam berbusana adalah memakai kopyah hitam (nasional), baju lengan panjang, dan sarung sampai mata kaki, dan sebagian pakai jaspen. Kesopanan dalam berbusana adalah harga mati, selain keahlian dalam seni tangdhang. Tidak semuanya, tapi sebagaian para penayub sekarang hanya pakai kaos oblong, pakai celana pensil dan tidak pakai kopyah. Kesopanan dalam berbusana sudah tidak menjadi pertimbangan yang utama.

Perbedaan kedua, terletak pada seni tangdhang, dan secara langsung juga berkaitan dengang merk/jenis gending yang digunakan. Para penayub kuno hampir semua menguasai tangdhang puspo (salah satu jenis gending yang sangat halus, biasanya ginukan oleh para raja/rato), yang menjadi tolak ukur utama semua jenis tangdhang dalam berbagai jenis gending. Dan umumnya gending yang digunakan adalah puspo, senom, sekar ganggung, meskalan, walang keke’, yang bernuansa agak halus, atau paling kasarnya adalah pedat, dan sampa’. Sementara sekarang, karena mayoritas penayub memang sudah tidak menguasi seni tangdhang yang baik, tinggal bergerak-gerak saja tanpa nuansa estetika sama sekali, dengan diiringi gending yang agak kasar seperti gunung sari, toccek, bindrung, kuda nyirik, bahkan lagu-lagu popular seperti sakitnya tuh di sini, cinta satu malam, pokoke joged dan oplosan.

Perbedaan ketiga terdapat pada cara memperlakukan sinden. Para penayub dulu mayoritas menjaga etika ketika berduet dengan sinden di gelanggang. Jarang terjadi sentuhan langsung, bahkan mereka saling nangdhang dan ngejung dalam jarak yang proporsional. Para pengirim (uang) juga selu menjaga diri dengan tidak berbuat hal-hal yang melanggar etika dan adat. Belakangan ini, para penayub sudah mulai sedikit melalaikan etika tersebut, bahkan terlihat berlebihan dalam hal-hal tertentu.

*Mahasiswa semester III PBA STIT Al Karimiyyah Beraji Gapura Sumenep, tinggal di Pesantren Alam Raya (PEARA) Lapa Daya Dungkek Sumenep.

Kemelut Seni Tayubdi Tengah Pragmatisme Masyarakat

Syarwini Syair*

Page 10: Edisi 8 Mata Sumenep

10 | MATA SUMENEP | 29 DESEMBR 2014

Profile Penulis dari AnnuqayahMengenal

Menjadi seorang penulis adalah mim-pi kebanyakan orang, karena men-jadi penulis banyak menemukan

hal baru yang membuatnya lebih baik dari se-belumnya. Ada banyak hal yang tidak pernah diketahui dan banyak sekali ilmu yang diper-oleh dari menulis.

Kebiasaan membaca, menulis, dan berorasi. Ketiga kebiasaan ini penting untuk dimiliki oleh seorang pemimpin. Contohnya Soekarno, Presiden pertama Indonesia ini memiliki kharisma yang begitu tinggih dengan menguasai ketiga hal di atas.

Tapa berlebihan, Kiai Muhammad Zammiel El-Muttaqien seakan meniru Soekarno atau pemimpin dunia yang suka tiga hal di atas. Kesukaan membaca, menulis, dan berdiskusi, ia terapkan kepada sejumlah santri-santrinya di Ponpes Annuqayah, daerah Latee. Kiai kelahiran Sumenep, 09 November 1979 adalah salah satu Kiai muda Annuqayah putra dari Kiai Haji Basith AS, yang memiliki peran penting memajukan kehidupan intelektual di daerah binaannya.

Selain pengasuh, Kiai Muhammad Zammiel Muttaqien, kini juga menjabat Kepala Biro Pengabdian Masyarakat Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk. Ia dikenal sebagai figur yang memiliki tipikalorang yang sangat disiplin, konsisten dalam hal mendidik santri. Selain aktivitas pengasuh dan pengabdian di biro pengabdian, ia juga produktif dalam dunia tulis menulis. Tidak sedikit karya-karyanya yang telah menjadi dokumen pribadi.

Bersama santri-santri Annuqayah, ia membongkar dan menelaah puisi-puisinya yang dikemas dalam komunitas bengkel sastra. Lepas dari tindakan, ia seringkali menuangkan imajinasi dan keinginannya dalam bentuk tulisan. Seperti puisi ,essay, dan

cerpen. Hanya sayang, beliau masih enggan mempublikasi ke orang orang luar seperti dicetak dalam bentuk buku.

Tampil dengan kesederhanaan, ya... begitu kira-kira sikap dan perilaku yang melekat pada putra sareang Kiai Haji Basith AS. Selain itu, Lora Miming memiliki kharismatik tersendiri. Saat memberikan pembelajaran pada santri-santrinya, lemah lembut dan bijaksana. Sudah menjadi kerakternya saat menerima tamu.

“Beliau sangat murah senyum. Ini menurut saya karena melihat karakter beliau yang murni,” cerita Sulthan yang menjadi salah satu santri dari Kiai Muhammad Zammiel El-Muttaqien, kepada Mata Sumenep.

Sulthan lebih jauh menjelaskan Lora Miming termasuk orang yang sangat peduli keberadaan Masyarakat. Contoh kongkritnya adalah ketika mengadakan Seminar dan Lokakarya Nasional “Garam Indonesia dan Kendala Kesejahteraan Petambaknya” di Pondok Pesantren Annuqayah, Sumenep, pada tanggal 15-18 September 2014.

Diantara judul puisinya adalah Api air mata, Do’a Sebelum Tidur, Titik, Titik Koma, Titik Dua, Amsalilin, Do’a Meminta Hujan, Do’a Sebelum Shalat dan Sehitam Kopi Sekental Rindu. “Puisi-puisi ini masih menjadi dokumen pribadi Ra Miming. Beliau masih belum berkenan mempublikasikan,” jelas Zen AR, salah satu anggota Bengkel Sastra Annuqayah kepada Mata Sumenep.

Api air mata adalah satu diantara karyanya berdarahkan filsafat, dilihat dari judul dansusunannya, Lora miming mengaktualisasikan segala apa yang telah menjadi keinginan dan yang sedang menimpanya.

“Seperti dalam sajaknya: Api kobar murka, Membakar luka, Dengan apa harus kupadamkan, Nyala kekal ingatan ?”

Di artikan dari kata api bukan sekedar api biasa, ini bisa jadi adalah sebuah amarah, kebencian maha dahsyat yang dirasakan oleh penulis. Kebencian yang berkobar dan amarah yang terpendam, ini telah menjadi hantu dalam kehidupan penulis yang sedia kala selalu melintas dalam keberadaannya.

“Air mata, sesal siasia, Sepanjang usia, seakan minyak tanah,Bagi panasmu yang semakin merah”

Air mata seakan menjelma minyak tanah yang mampu memanaskan keberaan, semakin berkobar nyala api hati. Penyesalan akan menjadi tonggak penderitaan, namun apalah daya segala tingkah, akal budi yang telah dijalani takkan mungkin kembali.

“Sepi, keretap tulang belulang, menjelma jadi arang, dengan apa harus kusangga, tubuh hangusku yang tak beriga”

Kesepian telah menjadi saksi sunyi, kesunyian telah menjadi saksi bumi, remuk yang dirasa telah meniadakan jasad, rasanya penyair telah berada dalam nustalgia kealpaan. Kosong, bahkan ketidak adaan. Ia merasa tak sempurna dalam ketak sempurnaan.

“katakata, bujuk rayu, yang selalu kau dengar , mustahil kau mengelak, dari sayup seru sajak”

Ia telah terjebak dalam bilangan, dalam sel, dalam angka dan huruf sajak . tak pernah ia terselamatkan, kobaran maha dahsyad telah datang bersama tetesan air mata yang telah menjelma minyak tanah Bagi panasnya amarah, dan dendam yang semakin merah.

Begitu kira-kira tafsir salah satu puisi dari sekian banyak karangan yang ia tekuni. Sebab puisi merupakan arti dari kata itu sendiri, sementara kasidah jelasnya hanya pengaranglah yang mampu menyelaminya.

imam rasyidi

Kiai Sastrawan yang Nggan Publikasi

Kiai Muhammad Zammiel El-Muttaqien

Page 11: Edisi 8 Mata Sumenep

29 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 11

MATA POLITIK

Penyusunan RAPBD 2015 disusun mengacu pada RPJMN 2010-2014 dan RKP 2015, yang kemudian dijabarkan pada Rencana

Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015, Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2015 dan Program Prioritas Anggaran Sementara Tahun Anggaran 2015.

Sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten Sumenep tahun 2015, Program Prioritas Pembangunan Tahun 2015 telah berhasil diselenggarakan pada tanggal 17 - 22 Desember 2014 lalu dengan tema

“Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Wilayah dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi Daerah”. Dalam Rapat Paripurna tersebut, RAPBD Anggaran Tahun 2015 disusun berdasarkan kebutuhan dan kapasitas riil daerah dengan sasaran yang terukur, disahkan pada tanggal 23Desember.

Nurus Salam, Fraksi Partai Gerindra Sejahtera menyebutkan rancangan APBD Anggaran Tahun 2015 secara keseluruhan sebesar 2 trilliun lebih. Namun, keputusan anggaran tersebut masih menunggu kesepakatan dari Gubernur Jawa Timur. “Biasanya menunggu tiga hari dari penandatangan,” tutur Oyock.

Dengan waktu yang sangat singkat, Pemerintah Kabupaten Sumenep telah bekerja semaksimal mungkin untuk menyelesaikan rancangan APBD di Tahun 2015. Wakil Ketua DPRD Moh Hanafimenyatakan,konsepyangdigunakansaatpembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 dengan menjalankan mekanisme dan tahapan-tahapan untuk rancangan APBD, sudah dipelajari terlebih dahulu. Menurutnya, semua itu dilakukan semata-mata untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

Lebih lanjut, Haji Mohammad Subaidi, SE.

MM ketua Komisi D dari Fraksi PPP mengatakan, waktu singkat yang diberikan bertujuan agar kinerja para Parlemen yang ada di lingkungan Kabupaten Sumenep mampu bekerja maksimal. “Meskisayasempatberfikir,sayasedangbekerjadi masa Jepang,” ujarnya pada Mata Sumenep saat dihubungi via telepon.

Namun, dengan waktu yang diberikan itu, Subaidi mengaku merasa bangga, sebab menurutnya, waktu yang diberikan memang sudah sesuai dengan aturan. Ia menambahkan, saat waktu yang sesingkat itu menjadi sebuah momen, maka semua pihak dituntut untuk bekerja keras dalam bentuk tim. “Kita harus bisa mengatur dan memanejemen waktu dengan baik,” ujarnya bersemangat.

Pendapatan Asli dDaerah (PAD) mengala-mi peningkatan sebesar Rp164,70 miliar lebih. Ditambah dari dana perimbangan (dana dari pemerintah pusat) sebesar Rp1,30 triliun leb-ih, dan pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp378,66 miliar lebih.

“Sementara kekuatan belanja pada APBD 2015 sekitar Rp2,01 triliun, yakni belanja tidak langsung sekitar Rp1,27 triliun dan belanja lang-sung sekitar Rp731,94 miliar. Kalau dibanding-kan dengan proyeksi pendapatan, memang ada defisit sekitar Rp159,40miliar,” terang KepalaDPPKA, Carto kepada Mata Sumenep.

Secara garis besar Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015, setelah Hasil Pembahasan Komisi-Komisi dan Badan Anggaran adalah sebagai berikut.

Pertama, Pendapatan pada APBD Tahun Anggaran 2015 secara akumulatif mengalami Penambahan dari semula sebesar 1 triliun 852 milyar 476 juta 718 ribu 273 rupiah, setelah pembahasan Komisi dan Badan Anggaran, bertambah sebesar 1 milyar 947 juta 500 ribu rupiah atau naik 0,11%, menjadi sebesar 1 triliun

854 milyar 424 juta 218 ribu 273 rupiah.Kedua, Belanja pada APBD Tahun Anggaran

2014 secara akumulatif mengalami Penambahan dari semula sebesar 2 triliun 11 milyar 880 juta 223 ribu 395 rupiah, setelah pembahasan Komisi dan Badan Anggaran, bertambah sebesar 804 juta 787 ribu rupiah atau naik 0,04%, menjadi sebesar 2 triliun 12 milyar 685 juta 10 ribu 395 rupiah.

Dari selisih antara Pendapatan sebesar 1 triliun 854 milyar 424 juta 218 ribu 273 rupiah, dengan Total Belanja sebesar 2 triliun 12 milyar 685 juta 10 ribu 395 rupiah terdapat DefisitAnggaran sebesar 158 milyar 260 juta 792 ribu 122 rupiah. Namun, dengan Penerimaan Daerah setelah pembahasan Komisi dan Badan Anggaran, sebesar 161 milyar 376 juta 452 ribu 122 rupiah minus Pengeluaran Daerah setelah pembahasan Komisi dan Badan Anggaran, sebesar 3 milyar 115 juta 660 ribu rupiah, terdapat Surplus sebesar 158 milyar 260 juta 792 ribu 122 rupiah.

SehinggaDefisitAnggaranantaraPendapatandan Belanja sebesar 158 milyar 260 juta 792 ribu 122 rupiah, dapat ditutup dengan Surplus Pembiayaan antara Penerimaan Daerah dengan Pengeluaran Daerah sebesar 158 milyar 260 juta 792 ribu 122 rupiah.

Herman Dali Kusuma selaku ketua DPRD mengaku, pembahasan ABPD Tahun 2015 sangat penuh perjuangan. Siang malam anggota rapat kejar waktu untuk menyelesaikan pembahasan APBD.

“Meski hari libur, kami tetap masuk. Kenapa ini dilakukan? Ini demi kebutuhan masyarakat yang sudah lama menunggu,” tandasnya.

Bupati Sumenep A. Busyro Karim berharap para anggota dewan bisa menyalurkan aspirasi konstituennya lewat program Pipek yang bernilai Rp 50 miliar untuk 50 anggota dewan.

imam rasyidi

APBD 2015 Rp 2,01 TriliunPipek Rp 50 Miliar

Page 12: Edisi 8 Mata Sumenep

12 | MATA SUMENEP | 29 DESEMBR 2014

Kisah Dibalik Pendopo

Pemerintah sebatas mendorong dan memfasilitasi apa yang menjadi kebutuhan warga untuk

peningkatan ekonomi. Begitu perkataan Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim yang selalu dilontarkan setiap kunjungan di tiap-tiap kecamatan saat membuka Pameran Pembanguan yang diselenggaran di masing-masing kecamatan. Kamis, 25 Desember lalu, bupati beserta rombongan SKPD membuka dan mengunjungi pameran pembangunan yang diselenggarakan Kecamatan Nonggunong dan Gayam.

Saat melihat produk yang dipamerkan stan Desa Sokarame Pesisir, Kecamatan Nonggunong, bupati tertarik memborong produk caping (Caddeng, Madura, Red.) berbahan daun Aren atau pohon Siwalan, hasil kreasi warga setempat. Saat sambutan di atas panggung, bupati memanggil Munawiyah, pengrajin Caddeng Aren, untuk dialog.

“Kaule mesenna 1000 caddeng. Ajek masyarakat untuk agebey caddeng,” tutur bupati sambil menyerahkan uang Rp 2 juta kepada Munawiyah untuk pesanan 500 buah dengan harga per caddeng Rp 4 ribu.

Sikap bupati ini hanya salah satu gaya bupati mendorong peningkatan ekonomi warga Sumenep. Ketika melihat

potensi ekonomi warga, bupati langsung bertanya apa yang menjadi kebutuhannya. Jika warga perlu bantuan lebih, bupati memanggil SKPD terkait, yang ikut mendampingi, untuk memberi bantuan alat teknologi, pelatihan wirausaha dan bantuan modal, kepada pengrajin atau pelaku usaha.

Dan sudah menjadi kebiasan, setiap berkunjung ke masing-masing stand desa, bupati selalu memborong produk yang dipamerkan, seperti kuliner dan produk aksesoris lokal. Termasuk mencicipi hasil masakan warga desa.

Saat masuk di stand Desa Rosong, Kecamatan Nonggunong, bupati malah diberi sepatu olahraga dan bupati beserta ibu, langsung mengganti sepatu yang dipakainya. Kades Rosong, Sarkawi menyebut sepatu olahraga yang diberikan hasil kreasi warga Desa Rosong yang merantau ke Jakarta.

“Ini gratis sebagai bentung kenang-kenangan untuk bapak dan ibu bupati. Jika berminat dan butuh lebih banyak, bisa menghubungi kami pak bupati,” ujar Sarkawi sambil memberi nomo HP ke ibu Nurfitriana.

hambali rasidi

Memborong Produk Stand Desa

Bupati A. Busyro Karim memberi uang pesanan kepada Munawiyah, pengrajin Caddeng Desa Sokarame Pesisir , Kecamatan Nonggunong

Page 13: Edisi 8 Mata Sumenep

29 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 13

pangesto

Badan Kepegawaian, Pelatihan dan Pendidikan (BKPP) Kabupaten Sumenep, sedang melakukan kreasi dan inovasi dalam Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kepegawaian yang disebut Klinik Lay-

anan dan Informasi Kepegawaian (KLIK).Launching Klinik Layanan dan Informasi Kepegawaian (KLIK) menjadi

pintu gerbang kemudahan akses informasi bagi masyarakat, lebih-lebih untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Sumenep. KLIK sebagai salah satu bagian dari Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kepegawaian merupakan sebuah langkah baru Pemerintah Kabupaten.

Sebagai sebuah trobosan baru, tentu program ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk dari Bupati Sumenep, Kiai Haji A. Busyro Karim. Saat acara Launching KLIK pada tanggal 17 Desember 2014 di depan kantor BKPP, Bupati berpesan agar pelayanan dengan sentuhan teknologi tersebut tidak hanya ramai saat launching saja, namun harus tetap istiqomah dan kontinyu untuk Sumenep ke depan lebih maksimal.

“Jadi, harus ada komitmen untuk melakukan yang terbaik, serta terus mensosialisasikan kepada segenap aparatur pemerintah yang ada di Kabupaten Sumenep,” ujarnya.

Bahkan Bupati menegaskan, KLIK tidak hanya dilakukan dan didengar di wilayah Kecamatan Kota saja, tapi juga nantinya bisa menjangkau hingga ke Kecamatan lainnya di dataran dan kepulauan. Dengan demikian, KLIK bisa menjadi program jangka panjang hingga bisa juga dilaksanakan di masing-maisng SKPD lain, sesuai tugas dan fungsinya.

Menanggapi hal itu, kepala BKPP R. Titik Suryati mengaku, pihaknya masih kesulitan untuk melaksanakan program tersebut di daerah kepulauan, sebab dalam pelayanan informasi berbasis IT tersebut keberhasilannya sangat bergantung kepada kualitas jaringan.

“Untuk kepulauan kita masih melihat jaringan, sebab beberapa hari kemarin kita mencoba di Talango masih terkendala oleh jaringan,” tuturnya kepada Mata Sumenep.

Sementara pada tanggal 19 Desember 2014, BKPP kembali menyelenggarakan acara penyerahan Surat Keputusan (SK) Pensiun untuk 99 Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumenep. Dalam acara tersebut, bupati menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh PNS yang telah memasuki usia pensiun. Menurut suami

Nur Fitriana Busyro Karim itu, kemajuan dan prestasi yang diraih Sumenep tidak bisa lepas dari peran aktif PNS. Sehingga, ketika PNS sudah harus istirahat dari tugasnya tetap harus diperhatikan, agar pengabdiannya tidak hilang sia-sia.

Di sela penyampaian sambutannya, Bupati juga menganjurkan, agar PNS yang sudah pensiun tidak berhenti beraktivitas. Karena aktivitas yang rutin bisa memperpanjang usia. Salah satu aktivitas yang diutamakan bupati yaitu olahraga.

“Saya anjurkan, agar bapak, ibu sekalian tetap beraktivitas dan rajin berolahraga, supaya sehat dan panjang umur,” kata bupati.

Selain itu, kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kabupaten Sumenep, R. Titik Suryati, juga menjelaskan bahwa tujuan Penyerahan SK Pensiun dan Silaturrahim itu untuk menyampaikan rasa terima kasih serta memberikan penghargaan atas pengabdian PNS selama bertahun-tahun. Dengan harapan, agar PNS dalam menjalani masa pensiunan, tidak berhenti berkarya, tetap kreatif, dan optimis menatap masa depan.

rusydiyono/hairul

BKPP Kreasi Lewat Klinik PNS dan Talih Asih PNS Pensiun

Talih asih bupati kepada eks Kasek SMA 2

advertorial

Page 14: Edisi 8 Mata Sumenep

14 | MATA SUMENEP | 29 DESEMBR 2014

Page 15: Edisi 8 Mata Sumenep

29 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 15

Page 16: Edisi 8 Mata Sumenep

16 | MATA SUMENEP | 29 DESEMBR 2014

advertorial

salah satu Gerai BQ di Prenduan

Mengiring pemberdayaan ekonomi lokal, bupati Sumenep Kiai Haji A. Busyro Karim sudah

lama melaksanakan program peningkatan Swasembada Pangan berupa bantuan alat-alat pertanian melalui beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), terutama Dinas Pertanian Kabupaten Sumenep.

Hal ini ditunjukkan saat Penyerahan Bantuan ke sejumlah kecamatan, dari Kecamatan Guluk-Guluk, Ganding dan Pragaan bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pada hari Selasa 23 Desember 2014 di Pendopo Agung, Keraton Sumenep.

Kegiatan penyerahan bantuan kepada sekitar 76 Kelompok Tani tersebut, merupakan program lanjutan pada Program Kontingensi Tahun 2014 yang dicanangkan Pemkab melalui Dinas Pertanian Kabupaten Sumenep. Sebelumnya sejumlah kelompok tani sudah mendapat bantuan Program Pembangunan Jaringan Irigasi dan Optimasi Lahan sebagai bagian mensukseskan Swasembada Pangan 2014, melalui bantuan 50 Unit Hand Tracktor untuk 50 Kelompok Tani, 21 Unit Mesin Pompa Air untuk 21 Kelompok Tani, ditambah lagi dengan 1 Unit alat Las Listrik dan 2 Unit Kompresor dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta 3 Unit Boks Penyimpanan Ikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan.

Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Disperta), Bambang Heriyanto, program ini menjadi kegiatan rutin tahunan sebagaimana harapan bupati

untuk meningkatkan produksi pangan di Sumenep. “Setelah meraih penghargaan sebagai Kabupaten terbaik untuk kategori Pemberdayaan Ekonomi Lokal, kita berharap akan segera mampu meningkatkan produksi pangan di Sumenep,” jelas Bambang mengutip motivasi bupati saat sambutan.

Bambang bercerita jika Disperta yang dipimpinnya memiliki target 2015 meningkatan IP (Indeks Pertanaman) yang semula 2,68 agar bisa naik menjadi 3 koma sekian dengan cara menanam tiga kali musim tanam. “Kami berharap agar para petani dan semua pihak terus berkomitmen mewujudkan target, sehingga target peningkatan produksi pangan mudah dicapai,” jelas Bambang kepada Mata Sumenep, usai acara.

Saat ini, Indeks Produktifitas (IP) yangdicapai Kabupaten Sumenep hanya 6,2. Karena itu, Bambang sangat optimis angka ini bisa meningkat menjadi 7 koma sekian. Caranya? Disperta terus bekerjasama dengan para petani dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya agar target Swasembada Pangan Tahun 2015 dapat tercapai.

Selain peningkatan produktifitas yangdidukung juga oleh program lain, tujuan akhir dari pada program kontingensi yang dijalankan oleh Dinas Pertanian tentu saja adalah peningkatan kesejahteraan petani. Sebab dalam hal ini, kata Bambang, petani merupakan unsur penting dalam mencapai segala target dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dalam mewujudkan peningkatan produksi pangan untuk sukses Swasembada Pangan Tahun 2015.

rafiqi/hairul

Saat Bupati A. Busyro Karim menyampaikan pidato se-belum menyerahkan bantuan dari sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pendopo Agung Sumenep, Se-lasa lalu, terdengar teriakan dari para undangan dengan suara gemuruh,"Lanjutkan 2015!". Sontak seluruh punggawa dari setiap SKPD dan wartawan tercengang,

Seluruh kelompok tani yang hadir dari Kecamatan Guluk-Guluk, Ganding dan Peragaan dan sejumlah kecamatan lain untuk menerima 50 Hand Tracktor, 21 Pompa Air, Kompresor, dan Boks Ikan, tersihir ketika bupati mereview penghargaan yang disabet selama 4 tahun kepemimpinannya.

Memang tak heran, jika kurang lebih 76 kelompok tani me-nyuarakan demikian. Sebab visi Bupati A. Busyro Karim tidak sekedar tanpa wujud. Setiap buah pikir seiring dalam tindakan nyata. Sangat wajar pada malam anugerah Madura Award, Jum'at (19/12) lalu di Gedung Rato Ebu, Bangkalan, Sumenep berhasil membawa pulang empat piala kategori Kabupaten Pal-ing Berprestasi, Peringkat 1 BUMD Leader, Kecamatan Paling Menonjol Bidang Pelayanan Publik dan Peringkat 1 Tokoh Muda Madura serta Peringkat 2 Pejabat Terpopuler, dari 122 prestasi yang diperoleh.

rafiqi

Super Mantap,Lanjutkan 2015!

Disperta Optimis Menambah IP

Sunatan Massal Gratis di PC NU

Foto Aynizar Sukma for Mata Sumenep

Bupati Sumenep A. Busyro Karim saat meninjau Khitanan Massal Gratis yang di seleng-garakan Dinas Kesehatan Pemkab kerja bareng dengan PC NU Sumenep

Page 17: Edisi 8 Mata Sumenep

29 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 17

mata desa

Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) gratis yang dilaksanakan secara serentak akhirnya telah sampai kepada puncak kesukesan.

Karena, beberapa hari yang lalu sebanyak 86 orang Kepala Desa (Kades) Terpilih dilantik oleh Bupati Sumenep Kiai Abuya Busyro Karim, di Pendopo Agung Keraton Sumenep. Terlihat sejumlah anggota Forfimda juga hadir ke acaratersebut.

Kepala Bagian Pemerintahan Desa (Kabag Pemdes) Moh. Ramli, yang didampingi Kasu-bag Perangkat Desa, Supardi, sedang membaca Laporan Pilkades dan Surat Keputusan (SK) Pelantikan Kades. Sebagai bukti, bahwa Kades-Kades terpilih di ajang Pilkades gratis sudah sah secara hukum. Dan bisa menjalankan roda kepeminpinannya selama satu periode.

Pada kesempatan berharga itu, Bupati Busyro Karim memberikan sambutan. Dalam sambutan suami Nurfitriana ini memberikanarahan bagaimana sosok Kades berposisi seorang

peminpin. Kades terlantik harus memaksimalkan kinerjanya. Kata bupati Kades itu inspirator bukan diktator.

“Kades itu harus menjadi inspirator bukan diktator, sehingga desa bisa berkembang dengan baik,” jelas bupati. Tidak hanya itu, bupati berharap, agar hidup semua Kades, dan masyarakat selalu berkah. Agar perjuangan yang dialakukan tidak sia-sia. Tetapi bernilai tinggi disisi Allah SWT.

Sehari sebelumnya, suami ibu Sri Purnamawati, selaku Kabag Pemdes mengaku sangat optimis, bahwa rentetan Pilkades gratis serentak akan berjalan lancar sesuai harapan hingga Pelantikan. Ramli menambahkan, kalau pelaksanaan Pilkades gratis serentak sudah menjadi lirikan kabupaten lain untuk ditiru. Disebutkan, beberapa bulan lalu, Pemdes menerima kujungan dari Kabupaten Tuban, Probolinggo, dan Pamekasan, serta banyak daerah lain yang belajar ke Pemdes

Sumenep. Sebab, bagi para tamu dari kota luar, pelaksanaan Pilkades gratis serentak merupakan yang pertama diadakan di Indonesia.

“Beberapa bulan lalu kami menerima kunjungan dari Kabupaten Tuban, Probolinggo, Pamekasan, dan beberapa daerah lain, tujuannya ingin belajar teknis pelaksanaan Pilkades Gratis serentak,” jelasnya.

Wajar, jika seusai pelantikan semua karyawan Pemdes melakukan sujud syukur sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada Allah Swt yang telah memberikan hidayah dan kekuatan dalam menyukseskan Pilkades gratis serentak di Kabupaten Sumenep. Usai sujud syukuritu, para punggawa Pemdes dengan memakai baju batik warna biru berdiri lalu loncat bareng, sambil berkata, huay...sukses!!!

rusdiyono

Pilkades Gratis Serentak Sesuai Harapan

Page 18: Edisi 8 Mata Sumenep

18 | MATA SUMENEP | 29 DESEMBR 2014

MATA DESA

Manusia hanya berdo’a dan berusaha, selebihnya diserahkan kepada sang Pencipta. Jatuh bangun menjalani

hidup hal biasa, tergantung kepada komitmennya untuk kembali bangkit dari keterpurukan. Persis seperti pengalaman hidup bapak Harno, yang beberapa hari lalu terpilih dan dilantik menjadi Kepala Desa (Kades) Batu Putih Daya Kecamatan Batu Putih Kabupaten Sumenep.

Proses panjang telah dijalaninya. Rintangan telah ditaklukkan dengan keyakinan, bahwa suatu saat cita-citanya untuk menjadi orang nomor satu di desanya pasti tercapai. Pengalaman pahit yang pernah dialami pria kelahiran 26 April 1988

dan sulit terlupakan yaitu ketika kalah bertarung diajang pemilihan Kepala Desa pada tahun 2008 lalu. Tetapi, semua itu tidak membuatnya putus asah, bahkan tekad dan usahanya semakin membaja. Terbukti, di tahun 2014 ini berani mendaftar kembali sebagai calon Kades.

“Setelah saya kalah dipemilihan tahun lalu, saya tidak putus asah, bahkan keyakinan saya semakin kuat, kalau suatu saat keberuntungan itu pasti berpihak kepada saya,”ujarnya kepada Mata Sumenep.

Meski usianya tergolong muda, tetapi integritasnya tidak diragukan. Sebab, sebelum terpilih sebagai Kades sudah aktif di berbagai

organisasi. Kepribadiannya sudah tertempa semenjak menempuh pendidikan di Madrasah Aliyah 1 Annuqayah. Di masa kepemimpinannya sebagai Kades, dia berharap, agar semua elemen masyarakat bersatu padu, mengawal dan ikut serta dalam menjalankan programnya.

Cukup sederhana alasannya, kemajuan suatu desa tidak bisa lepas dari peran aktif seluruh warga, baik pemuda ataupun yang sudah tua. “saya berharap warga Batu Putih daya berperan aktif, supaya desa saya lebih maju dari sebelumnya,” jelasnya.

rusydiyono

Biodata

Nama : Harno

Tetala : Sumenep, 26 April 1988

Alamat : Dusun Bulu Timur Rt 06 Rw 05

Desa Batu Putih Daya

Pendidikan : MA Annuqayah

Motto : “Hidup Penuh Perjuangan”

Sebagai Kepala Desa Banaresep Timur, Kecamatan Lenteng, Sukirno, nyaris seluruh waktu dicurahkan untuk

mengurus apa yang menjadi kebutuhan warganya. Meski baru berjalan dua tahun, ia dikata sukses menyikapi berbagai permasalahan di tingkat pemerintahan desa.

Kirno, begitu ia akrab dipanggil, memiliki suara lantang saat berbicara. Tidak heran, bila ia menyuarakan aspirasinya di tingkat kecamatan maupun kabupaten, selalu menuai sukses. Tentu bukan asal bicara lantang. “Ketika suami berbicara lantang, di saat itu pula ada sebuah kebenaran yang dikatakan,” tutur Evi Priantini, saat mendampingi suaminya, kepada Mata Sumenep.

Karena ciri khasnya itu, sosok Kirno menjadi berkharisma dan disegani oleh lawan maupun kawan. Ketegasan, ketangkasan serta kesolitannya membuat

warga Banaresep Timur lebih percaya Kirno bisa membawa desa ke arah lebih baik.

“Sebagai orang dipercaya masyarakat, saya selalu bekerja maksimal untuk mencapai hal-hal yang diimpikan warga.. Masyakat sebenarnya, tidak menuntut banyak. Mereka hanya butuh keamanan, kenyaman dan pemerataan. Selain dari itu masyakat butuh pengayoman yang dilandasi kebijaksanaan yang total,” jelas Kirno kepada Mata Sumenep.

Dalam menjalankan tugas sebagai Kades, peran isteri sangat berarti. Khususnya, memberdayakan kaum wanita yang ia rumuskan sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Desa Banaresep Timur. Selama menikah tahun 1997, Kirno dikarunia dua orang anak yang bernama Elvira Amelia Putri dan Muhammad Igor Raziqi.

imam rasyidi

BiodataNama : Sukirno

Tetala : Sumenep, 27 Januari 1970

Alamat : Desa Banaresep Timur

Kecamatan Lenteng

Istri : Evi Priantini

Anak : Elvira Amelia

Muhammad Igor Raziqi

Berkharis Karena Suara Lantang

Kades yang Berintegritas

Page 19: Edisi 8 Mata Sumenep

29 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 19

kuliner

Nasi Bakar Warung “BU NI”

Kuliner Khas Perum Griya Mapan

Nasi dibakar ini menjadi kuliner tambahan di Sumenep. Harga nasi bakar pun tergolong murah. Untuk

menu nasi bakar biasa dibandrol Rp. 8.000. Sedangkan untuk Nasi Bakar spesial dipa-sang tarif Rp. 15.000.

Menu nasi bakar biasa berisi tiga pilihan. Yaitu, ayam dan ikan tongkol. Sedangkan menu nasi bakar spesial, berisi tambahan hati ayam.

Darimana idenya? Suhartini, penjual nasi bakar, bercerita ide usahanya berawal pemberian nasi bakar hasil oleh-oleh

pamannya, Erfan, dari Surabaya. Pamannya menyuruh untuk menjual nasi bakar. Dan hasil kreasinya dicoba dijajakan di Pasar Minggu depan Keraton. Respon dari pembeli begitu meyakinkan. Sehingga ia membuka di kedainya, yang beralamat di Jalan Solo Blok G No. 1 Perum Griya Mapan, Kacongan Sumenep.

Hasil olahannya kini laris manis. Dari saking larisnya, seringkali pemesan tidak kebagian. “Alhamdulillah laris. Sampai ada pemesan yang tidak kebagian,” kata ibu Suhartini saat ditemui Mata Sumenep.

Jam 10.45, Mata Sumenep, mendatangi penjual Rujak Cobik yang ada di daerah Parenduan Sumenep. Penjual Rujak Cobik, Ibu Yuhana mengaku baru

berjualan Rujak Cobik sejak tahun 2007, meneruskan saudara sepupunya Ibu Hamlah (alm.) yang awal merintis Rujak Cobik, 50 tahun lalu.

Sambil membuat pesanan satu porsi Rujak Cobik, Wati, anak ibu Yuhana yang berusia 29 tahun ini menjelaskan bahan yang terdiri dari; kacang, garam, gula, petis khas Prenduan, tomat, cabe, dan cuka sebagai bumbu kuah, kemudian diisi ketupat, timun, mangga, kedongdong, toge, tahu di iris kecil, dan kerupuk. Rasa dari rujak ini cukup khas karena berbeda dengan rujak Madura pada umumnya yang sedikit asin. Rujak Cobik yang unik ini mempunyai rasa sedikit manis dengan kombinasi asemnya rasa cuka.

Memang tidak ada istimewa dari rujak lain di Madura. Ciri khas yang membedakan adalah dawah rujak memakai cobik yang menjadi tempat mengulek bumbu. Tiap menu rujak satu cobik. Dan Ibu Yuhana menyediakan cobik sebanyak 70 buah.

Harga Rujak Cobik + Teh dinginnya seharga Rp 10.000. Dagangan ibu Yuhana menjadi kuliner alternatif bagi yang melintasi Pragaan. Ibu Yuhana mengaku pembeli yang ramai saat lebaran. Di moment itu, hasil jualannya bisa mencapai Rp 600 ribu rupiah setiap harinya.

Ibu Yuhana tetap semangat menjual rujaknya meski berjualan di teras rumah dan tidak pernah merubah ke khasan rujak. Pada hari biasa, ia berjualan di bantu anak perempuan dari jam 10.00 pagi hingga 08.00 malam. Penghasilan di hari biasa, ibu Yuhana mengumpulkan uang Rp 250 ribu per hari dari hasil jualannya.

Ternyata umur rujak di Sumenep ada yang berusia 50 tahun. wah…. sudah tua banget. Seperti apa ya kira-kira rujak yang sudah berusia setengah abad ini?

Ooo...ada Rujak Cobik

Page 20: Edisi 8 Mata Sumenep

20 | MATA SUMENEP | 29 DESEMBR 2014

Jejak Ulama Sumenep

Kiai Wongsoleksono

WafatHari Kamis sore tanggal 4 April 1974,

bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awwal, tokoh sederhana yang ‘alim, tawadlu’, sederhana, tapi keras ketika berkaitan dengan pelanggaran terhadap hukum Allah ini meninggalkan dunia fana untuk selamanya. Ada beberapa kisah pada saat menjelang beliau wafat bahkan sesudah beliau wafat yang diceritakan oleh beberapa putranya dan santrinya.

Beberapa saat sebelum wafat, Kiai Wongsoleksono sempat di rawat di Rumah Sakit di Sumenep. Saat itu di kamar sebelah ada pasien menderita sakit tidak bisa kencing sampai perutnya membesar. Begitu mendengar kalau Kiai Wongso dirawat di kamar sebelahnya, si pasien langsung minta diusung keluarga untuk sekadar sowan ke Kiai Wongso. Setelah bertemu, oleh Kiai Wongso pasien tersebut diberi segelar air. Spontan, setelah minum air tersebut, tiba-tiba si pasien merasa ingin buang air kecil. Atas izin Allah, si pasien bisa kencing dan penyakitnya sembuh saat itu juga.

Pada hari wafat beliau, pagi harinya, saat itu Kiai Wongsoleksono sudah dalam keadaan kurang sehat, namun seperti biasa beliau tetap memberi pengajian kitab turats (molang kitab; bahasa Madura). Namun karena dalam keadaan sakit beliau memberikan pengajian kitab dengan duduk di atas ranjang peristirahatan. Saat itu kebetulan di samping beberapa santri dan sebagian putrinya, hadir juga beberapa tamu termasuk salah satu isteri Kiai Usymuni, Terate. Kepada isteri Kiai Usymuni, Kiai Wongso berkata, “tolong bilang ke Le’ Usymuni (le’, singkatan ale’,

yang artinya dik atau adik), nanti kalau saya wafat, saya minta tempat di dekat makam KiaiZainal‘Arifin”.

Isteri Kiai Usymuni saat itu hanya mengiyakan, sambil mendoakan kesehatan beliau. Setelah selesai memberi pengajian, sekaligus para tamu sudah pulang, beliau lalu meminta letak tempat tidurnya dirubah, kalau kata orang Sumenepnya aolo da’ dajha (letak kepala di sebelah utara). Kemudian beliau melepas cincinnya dan diberikan pada putra bungsunya K R Isma’il, sembari berkata, “ini pakai, insyaAllah nyawamu tidak akan dicabut selama masih belum membawa iman”. Tak lama kemudian beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir. Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun..

Tepat malam harinya setelah Kiyai Wongso wafat, di Ambunten, seperti yang diceritakan oleh Nyai Bungso (isteri Kiyai ‘Aliwafa Ambunten, sekaligus ibu KH Thaifur), terdengar Kiai ‘Aliwafa sedang berbicara dengan bahasa ‘Arab di dalam peraduannya. Namun setelah dilihat oleh Nyai Bungso, Kiai ‘Aliwafa hanya seorang diri. Akhirnya Nyai Bungso bertanya, “panjenengan tadi berbicara dengan siapa Kiyai?”.

Dijawab oleh Kiyai ‘Aliwafa dengan agak keras, “apa kamu tidak tahu, Mas Wongso barusan dari sini”.

Nyai Bungso merasa heran. Namun tidak bertanya lagi. Lalu tak berapa lama, datang kabar dari Sumenep kalau Kiai Wongsoleksono sudah wafat sore hari itu.

Ada lagi kejadian yang dialami seorang santrinya bernama Hayat di Desa Kasengan. Saat itu di tempat Hayat tengah

berlangsung acara Maulid Nabi Muhammad SAW. Saat itu malam hari setelah wafatnya Kiyai Wongso. Tiba-tiba dari kejauhan Hayat melihat sosok Kiai Wongso tengah berjalan ke arah acara dengan memakai tongkat. Mengetahui kiainya datang, Hayat langsung dengan tergopoh-gopoh menyambut dan memapahnya. Setelah sampai di dalam tiba-tiba kata Hayat, Kiai Wongso menghilang. Setelah itu mulai ramai kabar kalau Kiai Wongso baru saja wafat.

Beliau dikebumikan keesokan harinya. Menurut Kiai Isma’il putra bungsunya, saat itu ribuan orang yang melayat. Bahkan mulai dari dhalem beliau di Jalan Barito Pandian sampai ke pemakaman di Jalan Pahlawan, tepatnya di kompleks pasarean KHZainal‘Arifindipenuhilautanmanusiayang mengantar kepergian beliau.

“Bahkan keranda Kai (ayah) itu sampai esolor (ditambahi bambu) karena saking banyaknya pelayat yang ingin mengusung,” kenangnya.

Pelayat juga beragam, mulai bupati Sumenep R Soemar’oem, para pejabat, para ‘ulama, santri dan semua lapisan masyarakat di Sumenep.

Ada kisah seputar setelah jenazah Kiyai Wongso disucikan, banyak para kiai yang menadahi tetes air yang disiramkan ke jenazah beliau.

“Setelah selesai disucikan, banyak para kiai, para santri, dan pelayat lain yang menadahi tetes siraman pada jenazah Kai, juga dilakukan ‘ulama di kalangan sayyid, seperti salah satunya yang saya lihat itu almarhum Sayyid ‘Idrus al-Jufri,” pungkas Kiai Isma’il.

KepergianSang Kiai Panutan Umat

Page 21: Edisi 8 Mata Sumenep

29 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 21

MATA PESANTREN

Ahlussunah Waljama’ah, itulah nama yang dipilih oleh Kiai Haji Ali Wafa Muharrar sebagai pendiri Pondok Pesantren yang

kini tengah menapak kejayaannya sebagai pusat pendidikan di Kecamatan Ambunten, Kabupaten Sumenep. Pesantren yang dirintis sejak tahun 1939 ini kini semakin tegak, kokoh berdiri di Dusun Jung Toro’ Lao’, Desa Ambunten Timur, Kabupaten Sumenep.SecaraGeografis,lokasinyadekatpesisirpantai Ambunten. Namun masih berada di daerah strategis, sebab hanya berjarak ± 1 Kilometer dari pusat Kecamatan.

Awal mula pesantren lahir ketika Belanda masih menjajah negeri ini. Kiai Haji Ali Wafa sebagai orang yang memiliki derajat keilmuan lebih dan tanggungjawab intelektual terhadap keilmuannya mencoba menyampaikan segala bentuk pengetahuannya kepada masyarakat sekitar dengan cikal bakal sebuah Langgar (Madura Red). Tak hanya sebagai pusat pendidikan, bahkan di tengah kondisi penjajahan, pesantrennya mampu menjadi salah satu benteng negeri ini dari gempuran Belanda.

Jamaluddin Husein, ketua pengurus PP. Aswaj Ambunten (sebutan PP. Ahlussunah Waljama’ah) bercerita, suatu ketika pernah armada kapal Belanda hendak menyerang wilayah Ambunten dari sisi utara melalui jalur samudera. Namun berkat karomah yang dimiliki Kiai Haji Ali Wafa, hanya sekali kibasan sorban saja, rombongan kapal Belanda berputar haluan, lari meninggalkan Ambunten. Cerita tersebut masih segar dalam ingatan Jamaluddin Husein.

Kiai Haji Ali Wafa Muharrar memang asli keturunan Ambunten merupakan putra dari Kiai Muqawwa, sementara istrinya Nyai Hajjah Nurdinatul Ahdiyah berasal dari Karai putri dari Kiai Imam, Karai, Ganding. Selain sebagai pendiri Aswaj, kiai yang dikaruniai 4 putra-putri ini pula dikenal sebagai Mursyid Kamil Thariqah Naqsyahbandi pertama di Sumenep yang merupakan salah satu Thariqah Muktabaroh, yaitu thariqah yang sanad-nya sampai kepada Rasulullah. Menurut penuturan salah satu putranya, Kiai Haji Thaifur Ali Wafa, abah-nya mendapat ijazah sebagai mursyid langsung dari Syaikh Kiai Haji Ahmad Syirajuddin, Sampang.

Aswaj kini memang tengah berkembang pesat. Dalam lima kali kepemimpinan sejak Kiai Haji

Ali Wafa Muharrar, diteruskan oleh Kiai Haji Ali Hisyam Ali Wafa, putra ketiga dari empat bersaudara, diteruskan lagi oleh Kiai Haji Fayat As’ad, menantu pertama Kiai Haji Ali Hisyam Ali Wafa, kemudian diteruskanKiaiHaji Lutfi Ishaq,menantu kedua, hingga Kiai Haji Muh. Unais Ali Hisyam yang memimpin sejak 1997 sepulang dari Al Haramain, Mekkah, Aswaj telah memiliki ragam model kepemimpinan sekaligus kemajuan

Dalam pergantian generasi tersebut, meski menetapkan diri sebagai kelompok pesantren Salafiyah,beragamjenjangpendidikanformalsudahlengkap. Perkembangan ini menurut Jamaluddin berawal dengan didirikannya Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama (MI) pada tahun 1954, Madrasah Tsanawiyah (MTs.) tahun 1960-an, Madrasah Aliyah (MA) tahun 1980-an dan Perguruan Tinggi sejak 2006. Selain itu sudah pula dibuka Taman Kanak-Kanak (TK) tahun 1999 dan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) 2010.

Sebagai pesantren dengan visi-misi memaksimalkan potensi Intelektual, Emosional dan Spiritual, Aswaj tetap memperioritaskan pendidikan Agama sebagai bekal para santrinya. Hal itu direpresentasikan dengan berbagai bentuk aktivitas pesantren yang kaya akan nilai religius. Setiap saat para santri memulai aktivitasnya dengan bangun dini hari, melaksanakan ibadah shalat malam dan mempersiapkan shalat subuh. Setelah itu pengajian kitab suci Al-Qur’an dimulai dilanjutkan dengan ishoma sekaligus persiapan sekolah. Pasca kegiatan efektif sekolah, ishoma, yang dilanjutkan dengan shalat ashar berjama’ah, pengajian kitab kuning sebagai ciri khas pesantren pun dimulai kepada Asatidz sesuai dengan jenjang kelas masing-masing pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Ahlussunah Waljama’ah. Sementara pengajian kitab kuning kepada pengasuh dilakukan setelah diniyah sebelum shalat maghrib berjama’ah dilanjutkan dengan pengajian kitab kembali yang disebut sebagai Diniyah Klasikal. Sehabis pengajian, ditetapkan pula waktu muthala’ah/belajar bagi santri sebelum jam istirahat malam mengakhiri kegiatan mereka.

Seluruh aktivitas santri di atas terjadwal dari hari Sabtu sampai hari Minggu. Sementara itu, ada pula jadwal khusus untuk hari Kamis dan Jum’at. Sebagai Sayyidul Ayyam yang istemewa, malam hingga hari Jum’at pun memiliki kegiatan

istimewa sendiri bagi pesantren Aswaj. Keistimewa an aktivitas kamis malam dimulai dengan shalat maghrib berjama’ah dilanjutkan dengan tahlil bersama, shalat isya’ lalu pembacaan dibai’yah atau yang disebut sebagai Muhadharah Dibaiyah. Seterusnya kegiatan berjalan seperti biasa hingga Jum’at pagi disambut dengan agenda Kerja Bakti, ishoma, Pengajian Kitab Kuning oleh Pengasuh (Umum) hingga istirahat menjelang persiapan shalat Jum’at. Sore hari setelah shalat ashar, para santri akan disibukkan kembali dengan kegiatan Ekstrakurikuler, seperti latihan Qira’at, Drum Band dan lainnya.

Kesibukan aktivitas pesantren yang berada di Jl. KH. Hasyim Asy’ari Gang VII/29 Ambunten timur tersebut, setidaknya cukup menjadi penerang mengapa PP. Ahlussunah Waljama’ah menjadi pusat pendidikan sebagaimana dikatakan Zainurridha, waka pengurus PP. Aswaj. Tentu saja pengelolaan yang baik dalam sistem manajemen yang optimal merupakan motor penggerak kemajuan yang dicapai oleh Aswaj hingga seluruh jumlah santri tetap dan siswanya mencapai ± 1.000 orang, baik dari Kecamatan Ambunten sendiri, kecamatan sebelah bahkan hingga dari Kepulauan dan Kabupaten Pamekasan. Hal tersebut didukung pula oleh mengakar kuatnya Bani Ali Wafa di Kecamatan Ambunten dan gelar yang disandang Kiai Haji Ali Wafa sebagai Mursyid Thariqah Naqsyabandi yang berlanjut kepada putranya Kiai Haji Thaifur Ali Wafa.

Selain beberapa poin diatas, PP. Ahlussunah Waljama’ah memang merupakan pesantren terbesar di Kecamatan Ambunten. “Jadi sebenarnya tidak heran, jika Aswaj ini menjadi pusat pendidikan disini,” tutur Jamaluddin kepada Mata Sumenep.

Sejauh Jamaluddin ketahui, keturunan Kiai Haji Ali Wafa mayoritas menjadi orang besar, baik dalam sosial agama maupun sosial politik sebagaimana Kiai Haji Ali Hisyam Ali Wafa yang menjabat anggota DPR masa Orde Baru hingga Kiai Haji Muh. Unais Ali Hisyam pengasuh Aswaj sekarang yang beberapa periode menjabat DPRD dan DPR RI. Dengan demikian, citra dan publikasi Aswaj sebagai pesantren atau lembaga pendidikan lebih mudah dikenal dan dipercaya masyarakat luas.

rafiqi/hairul

KH Ali Wafa Muharrar dan KH Ali Hisyam

Ponpes AswajaMengenal

Page 22: Edisi 8 Mata Sumenep

22 | MATA SUMENEP | 29 DESEMBR 2014

OASE

Ahmad MuhammadSarjana Universitas Al-Azhar, Mesir

dan Magister Tasawuf di UIN Sunan Ampel

“Demi Allah, Dia (Allah Swt, Red.) akan mem-berimu karunia yang besar. Demi Allah, eng-kau akan berbicara (menguasai) dua ilmu; ilmu dhahir dan ilmu batin, ilmu syariah dan ilmu hakekat”. Perkataan al-Mursi tersebut di ke-mudian hari menjadi kenyataan. Ibn Athaillah menjadi penghulu dua ilmu dan menjadi seorang ulama besar. Dedikasinya kepada syeikh berlang-sung selama 12 tahun, hingga sang guru wafat pada 686 H/1288 M.

Ibn Athaillah berkontribusi menulis sirah dan ajaran kedua gurunya (al-Mursi dan al-Syadzili) ke dalam kitab bernama Lathaif al-Minan. Lebih jauh, Ibn Athaillah diangkat sebagai mursyid tarekat Syadziliah ke-3, dan di tangannya pula ajaran-ajarandalamtarekattersebutdikodifikasidan disebarkan secara luas di dunia Islam. Sementara pemikiran Ibn Athaillah sendiri dituangkan dalam kitab “Al-Hikam”, kitab yang ia tulis semasa ngangsuh kaweruh kepada al-Mursi. Meskipun ditulis di masa muda, namun Ibn Athaillah berkata bahwa kitab Al-Hikam telah mencakup seluruh ajaran dan pemikirannya dalam hal tasawuf. Kitab ini terdiri dari 264 aforisme sufistik (ungkapan hikmah spiritual)mencakup persoalan akidah, syariah dan akhlak, dan diuraikan dalam bentuk nasehat, risalah untuk menjawab pertanyaan muridnya, serta doa dan munajat Ibn Athaillah kepada Allah.

Inti dari ajaran Ibn Athaillah tentang tasawuf bermuara kepada 5 hal pokok: bertakwa kepada Allah di saat sepi atau ramai, mengikuti sunnah Nabi Saw dalam perkataan dan perbuatan, berpaling dari meminta-minta kepada makhluk, ridho terhadap ketentuan Allah dalam hal kecil dan besar, serta selalu kembali kepada Allah ketika senang dan susah. Lebih singkat lagi, inti dari pemikiran Ibn Athaillah terangkum dalam konsepsi “Isqhat al-tadbir wa al-Ikhtiyar” (menegasikan segala daya dan usaha). Dari sinilah dibangun semua ajaran Ibnu Athaillah dalam tasawuf. Maksud dari konsep Konsep isqat tadbir (unplumbed by the discursive intellect) ini seperti menegasikan adanya peran manusia

dalam pencapaian hasil perbuatan. Pandangan ini, jika melihatnya sepintas

seperti dilakukan orientalis Brockelman, seakan mengumumkan bahwa Ibn Athaillah adalah penganut Jabariyah, suatu paham yang menyatakan bahwa seluruh perbuatan manusia merupakan perbuatan Tuhan tanpa adanya peran aktif manusia di dalamnya. Namun bila ditelisik lebih dalam, pandangan Ibn Athaillah tersebut dapat dipahami bahwa ia sedang mempresentasikan hubungan antara kekuasaan Allah yang hakiki dan absolut dengan kemampuan manusia yang nisbi dan terbatas. Manusia, sebesar apapun kekuasaannya, tetap bersifat terbatas jika dibandingkan dengan kekuasaan Allah.

Ibn Athaillah ingin menunjukkan bahwa dengan segala keterbatasannya, manusia seharusnya menginsyafi bahwa dirinyaamatlah rapuh dan tak berarti apa-apa. Karena kelemahan diri tersebut, manusia hendaknya tidak memaksakan diri untuk ikut campur mengatur segala urusan duniawi. Apalagi sampai merisaukan nasibnya di dunia. Ibn Athaillah menganjurkan agar hal tersebut diserahkan pada Dzat yang mempunyai kekuasaan mutlak. Seperti tercermin dalam salah satu bait di Al-Hikam “Arih nafsak min al-tadbir. Fa ma qama biha ghairuka ‘anka la taqum bih linafsik”. (Istirahatkan diri dan pikiranmu dari kerisauan mengatur urusan duniamu. Sebab apa yang telah diatur oleh selainmu (Allah) tidak usah kau risaukan).

Penolakan terhadap konsep ini mengindikasikan masih terdapatnya kesombongan dalam diri manusia, sebab mereka mendapuk diri dapat mencapai tujuan dengan kemampuan sendiri. Terhadap orang semacam ini, menurut Ibn Athaillah dinyatakan sebagai orang-orang yang jauh dari rahmat Allah.

Sementara kesadaran akan ketidakberdayaan manusia di hadapan kemutlakan kuasa Allah ini yang kemudian melahirkan sikap pasrah terhadap ketentuan Allah. Kepasrahan total, dipahami Ibn Athaillah adalah jalan untuk

menghadirkan karunia Allah ke dalam diri. Diri yang telah berserah sepenuhnya berarti telah siap untuk menerima anugerah Allah yang berlimpah.

Namun, pasrah di sini tidak lantas diartikan tidak berbuat apapun sembari menunggu nasib baik berpihak. Sikap pasrah diartikan dengan sebaik mungkin berusaha serta menunaikan kewajibannya sebagai seorang hamba kepada Allah. Adapun perkara hasil adalah Allah yang menentukan.

Ibn Athaillah mengingatkan: “Jangan menuntut Tuhan karena terlambatnya permintaanmu (taakhur matlabik) kepada-Nya, tetapi hendaknya kau koreksi dirimu supaya tidak terlambat melaksanakan kewajibanmu (taakhur adabik) kepada Tuhanmu”.

Hal ini berarti manusia tidak memiliki kebebasan penuh dalam menentukan nasib sesuai keinginannya sendiri. Allah-lah yang menentukan semua hal yang terjadi di muka bumi, termasuk nasib manusia. Dari ajaran ini, Ibn Athaillah sendiri tidak menyuruh pengikutnya untuk keluar dari pekerjaan mereka agar bisa mendalami tarekat. Sebaliknya, ia menganjurkan agar mereka tetap di tempat mereka dan bekerja sebaik-baiknya sembari menambah ketaatan kapada Allah Swt.

Konsepsi tentang proses penyadaran akan kelemahan diri manusia merupakan pondasi utama dari bangunan pemikiran Ibn Athaillah tentang tasawuf. Demikian pula konsep penyerahan diri kepada Allah, dipahami sebagai pengakuan akan absolutisme kekuasaan Allah. Keduanya menjadi dasar bagi seorang salik ketika mujahadah, yaitu latihan untuk pembersihan diri, penghilangan ego, dan berkonsentrasi menambah ketaatannya kepada Tuhan.

Proses ini kemudian diikuti dengan kepasrahan dan menyerahkan nasib diri kepada Tuhan. Adalah Allah yang Maha Kuasa, dengan rahmat dan kasih sayang-Nya yang berhak menentukan seseorang dapat menggapai makrifatullah.

bersambung......

Sejak perkenalan pertama dengan al-Mursi, Ibn Athaillah

kemudian memutuskan mengabdi (mulazamah) kepada sang

maestro. Sosok al-Mursi berpengaruh besar terhadap diri Ibn

Athaillah. Al-Mursilah yang membimbing dan mengarahkan Ibn

Athaillah menjadi seorang pecinta Allah. Sang guru juga sempat

beberapa kali meramal -melalui penglihatan mistisnya- bahwa

Ibn Athaillah kelak di kemudian hari akan menjadi ulama besar.

Bertakwalah di Saat Sepi atau Ramai

Page 23: Edisi 8 Mata Sumenep

29 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 23

Metamorfosis Al-Ghazali (8)Dari Filsuf Menuju Sufi

SURI TAULADAN

Misykat al-Anwar satu-satunya maha karya al-Ghazali yang fenomenal; paling radikal,filosofisdanesoteris,dibanding

karya-karya apik lainnya, yang banyak dikaji oleh sejumlah cendekiawan muslim di lembaga pendidikan pesantren atau institusi Islam. Karya ini, memang tidak sepopuler karya Ihya’ maupun karya al-Ghazali lainnya. Tapi, bagi para salik (pejalan) tingkat lanjut, karya Misykat al-Anwar seperti pembuka pintu utama sebelum tujuan akhir salik dituju, yaitu mengenal Allah Swt (makrifatullah).

Bagi yang mengenal al-Ghazali lewat karya-karya lainnya, isi Misykat al-Anwar memberi kesan beda untuk menilai secara utuh siapa al-Ghazali. Dalam kitab ini, al-Ghazali dengan berani dan terang-terangan mengungkapkan apa yang tidak dijelaskan dalam kitab-kitab lainnya. Dalam Misykat al-Anwar, al-Ghazali mempertegas tentang konsep wahdat al-wujud (satu wujud) atau seperti konsep Manunggaling Kawula Gusti, yang dipopulerkan oleh Syech Sitti Jenar, di masa Wali Songo. Atau konsep IttihadyangdipopulerkanseorangSufiabadke 2 Hijriyah, Abu Yazid al-Busthami. Atau konsep “Akulah Kebenaran” (Ana Al-Haqq) dalam keadaan ekstase, dipopulerkan seorang Sufi Husain ibnMansur al-Hallaj, di abad ke 9 Hijriyah.

Abu al-‘Ila ‘Afifi dalam penjelasannya dipengantar Tashdir ‘Amm kitab Misykat al-Anwar, menggambarkan sikap final al-Ghazali tentangmasalah-masalah yang dibahas dalam sejumlah karya sebelumnya. Seperti pembenaran secara tidak langsung, isi Misykat al-Anwar, sebuah penegasan; “tidak ada dalam wujud dibumi ini kecuali Allah Swt, karena wujud segala sesuatu selain Dia adalah pinjaman atau berasal dari Dia (Allah Swt). Wujud pinjaman apa pun berada pada hukum atau sifat apa yang tiada (fi hukm al-ma’dum). Karena itu, alam pada hakikatnya tidak ada alias tidak memiliki wujud,”tulisAbual-‘Ila‘Afifi,“Tasdir‘Amm,”dalamAbu Hamid al-Ghazali, Miskat al-Anwar, diedit dan diberipengantarsendiriolehAbual-‘Ila‘Afifi,Kairo;

al-Dar al Qawmiyah, 1964, halaman 7.Menafsirkan ungkapan “Allah adalah cahaya

langit dan bumi,” al-Ghazali menegaskan bahwa Allah-lah satu-satunya yang bisa disebut cahaya, dalam arti sebenarnya. Cahaya-Nya tidak ada padanannya. Adapun cahaya-cahaya yang lain bisa disebut cahaya majazi (serupa tidak sama). Hanya Allah yang benar-benar ada, sedangkan keberadaan selain Allah adalah pinjaman, bukan wujud aslinya, tapi wujud karena yang lain.

Memang agak aneh bagi yang menilai al-Ghazali dari kitab selain Misykat al-Anwar. Pemahamannya dipastikan tidak utuh menilai sosok dan pemikiran al-Ghazali tentang tasawuf. Berbeda bagi yang

sudah membaca atau mendalami isi kitab Misykat al-Anwar. Penilaian tentang al-Ghazali seperti nyaris sempurna, meski ada rahasia yang dimiliki al-Ghazali yang sengaja tidak dibeberkan dalam kitab-kitab lain. Seperti, mengapa al-Ghazali ketika menjelang wafatnya hanya minta ditemani oleh sang adik, Ahmad al-Ghazali, dan sebagainya.

Karya Misykat al-Anwar bisa jadi yang terakhir dan paling akhir dari karya al-Ghazali. Sejumlah

pengamat, belum ada yang memastikan kapan kitab Misykat al-Anwar dibuat. Setidaknya, sebagaimana pengakuan al-Ghazali yang tertuang dalam isi pengantar kitab, penjelasan isi kitab hanya

merupakan jawaban dari pertanyaan seorang murid terdekatnya. Dan penjelasan al-Ghazali terkait dengan ayat tentang cahaya (QS Al-Nur;35) dan hadits Nabi SAW tentang hijab manusia dengan Allah Swt.

Dan penjelasan sang Imam Al-Ghazali bukan untuk konsumsi umum. Berbeda dengan kitab Ihya’ atau kitab-kitab lainnya. Dan sebagaimana penjelasan sebelumnya, karya Misykat al-Anwar lahir setelah al-Ghazali keluar dari selebritas intelektual, memilih uzlah, kemudian keluar dari dunia uzlah, tampil kembali ke dunia intelektual denganformatbedadankacamatasufistikfilosofis.

Lewat karya ini, al-Ghazali telah merintis teori filsafatiluminasionis(filsafatcahaya)sebelumSyechSuhrawardi menelorkan teori Filsafat Isyraqiyyah. Sehingga, sangat dangkal kalau ada yang menilai al-Ghazali, menjadi salah satu penghambat ilmu filsafatberkembangdiduniaIslam.

Bersambung..

Karya Misykat al-Anwar, seakan memberi gambaran bahwa sejatinya al-Ghazali ingin bertutur secara verbal kepada muridnya yang bertanya tentang hakikat Allah Swt, Tuhan pencipta langit dan bumi. Karena, objek bahasan yang akan dijelaskan menyangkut metafisika, akhirnya al-Ghazali mengutip sebuah ayat 35 surat al-Nur, yang berbunyi; Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti relung atau ceruk (misykat) yang di dalamnya ada sebuah lampu (mishbah), sedangkan lampu tersebut berada di dalam kaca (zujajah)……..dst

Memang agak aneh bagi yang me-nilai al-Ghazali dari kitab selain

Misykat al-Anwar. Pemahamannya dipastikan tidak utuh menilai sosok

dan pemikiran al-Ghazali tentang tasawuf. Berbeda bagi yang sudah membaca atau mendalami isi kitab

Misykat al-Anwar. Penilaian tentang al-Ghazali seperti nyaris sempurna,

meski ada rahasia yang dimiliki al-Ghazali yang sengaja tidak dibe-

berkan dalam kitab-kitab lain.

Misykat al-Anwar Kitab Fenomenal

Page 24: Edisi 8 Mata Sumenep

24 | MATA SUMENEP | 29 DESEMBR 2014

Testimoni

“beremma mak pas e bing rebing tang bini,”

celutuk bupati saat ibu-ibu di Kecamatan

Gayam berebut berfoto selfie dengan Nurfitri-ana Busyro. Karuan, jadwal molor karena meladeni antusiasme

warga Sapudi berfoto.

Sepi

ring

ber

dua

di s

tand

Des

a G

ayam

Para ibu guru di Kecamatan Gayam memberi salam Super Mantap eh..ada yang merebah

Berkerumun untuk berfotocih...foto bareng Bunda Fitri

Siswi SD juga ingin berfoto

Sahabat lama rindu bertemu

Bertanya pasar tikar pandan

Kenang-kenangan dari SMA Gayam

Page 25: Edisi 8 Mata Sumenep

29 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 25

Kiai Haji Suhail Imam

2014 | MATA SUMENEP | 25

MAJELIS TAKLIM

Kiai Suhil lahir dari seorang ibu bernama Nyai Rahmah Ali Wafa, Ambunten dan ayah bernama Kiai Haji Imam, Karai,

Ganding. Ia merupakan adik dari Kiai Haji Khalil Imam. Kiai Suhil dibesarkan dalam keluarga pesantren berpengaruh, terutama bagi kalangan pengikut Thariqah Naqsahbandi di Sumenep. Kakek Kiai Suhil dari jalur ummi, bernama Kiai Haji Ali Wafa, Ambunten, Mursyid Thariqah Naqsahbandi. Dari jalur ayah, ia merupakan cucu kiai berpengaruh di Karay, Ganding, Kiai Haji Ahmad Dahlan bin Kiai Imam.

Kiai Suhil termasuk salah satu dalam daftar nama kiai yang kerap dikunjungi beragam lapisan masyarakat Sumenep. Sosoknya terbilang unik. Sejumlah tamu menawarkan pembangunan Ponpes tapi ia tolak. Termasuk sejumlah bantuan bangunan sarana dan prasarana lainnya. Tempat tinggalnya sangat sederhana. Beralas plester semen. Praktis kehidupannya menyerupai kehidupan tradisional. Kecuali penerangan lampu PLN.

Kiai Suhil merasa cukup melayani tamu yang berkunjung ke rumahnya dan memimpin seni Gambus sebagai media dakwah Islam. Kompolan Shalawat Diba’an, sebutan nama komunitas dakwah seni yang ia pimpin, setiap hari dari dusun ke dusun di Kecamatan Ambunten, Kiai Suhil menjelaskan sejarah Nabi Muhammad SAW dengan logat bahasa Madura. Dengan harapan, masyarakat lebih banyak mengenang dan mengetahui sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW.

Nadzam Kitab Aqidatul ‘Awam karya Sayyid Ahmad Al Marzuqi, dengan Aqoid 50, sewaktu-waktu dibaca sendiri oleh Kiai Suhil. Agar suasana lebih menarik, Kiai Suhil mencipta sendiri syair-syair yang indah dengan irama yang cukup menggoda masyarakat, sehingga masyarakat tak ingin beranjak dari tempat duduknya. “Bahkan orang-orang yang mendengar suara Suhil, pasti terpana dan melongo,” tutur Suki, abadi dhalem Kiai Suhil, kepada Mata Sumenep.

Kompolan atau komunitas yang diasuhnya menjadi dua kategori. Pertama, untuk para tetua dan masyarakat yang sudah dewasa. Kedua, untuk kaula muda (siswa SD dan siswa SMP). Menariknya, untuk kaula muda rutinitas kompolan hanya cukup diisi dengan lagu-lagu diba’an, Aqoid dan bacaan shalat. Sementara untuk orang tua dan dewasa ditambah dengan materi lain, yaitu hafalan kitab Aqidatul Awam dan Sullam Taufiq yang diterjemahkan ke dalam bahasa Madura.

Sebagai grup musik, Kompolan Diba’an asuhannya memiliki alat musik bervariasi. Dari alat musik modern hingga alat musik klasik. Seperti Keyboard, Fiul, Gendang Gambus, Biola, dan Nai (seruling mesir). Dengan alat-alat musik ini, Kiai Suhil dan jama’anya berdakwah dari Dusun Bara’ Songai, Dusun Pandan Desa Ambunten Timur sampai merambat ke kampung-kampung tetangga dan desa lainnya di Kecamatan Ambunten.

Setiap kampung yang dibina Kiai Suhil, sudah memiliki grup musik sendiri. Saking banyaknya Kompolan Diba’an yang ia bina, hampir saban pagi, Kiai Suhil hadir. Khusus hari minggu, aktivitas Kompolan Diba’an, menjadi dua kali pertemuan.

“Kalau kegiatan beliau setiap harinya hanya menemui orang yang bertamu dan hadir ke Kompolan Shalawat Diba’an. Namun kadang yang hadir ke kompolan hanya putra-putranya,” tutur Suki.

Kiai Haji Suhil sudah puluhan tahun hidup bersama para pejuang agama yang tergabung dalam Kompolan Shalawat Diba’annya. Sebelum tahun 1988, beliau sudah berkecimpung dalam dunia seni. Wajar jika pada tahun yang sama angggotanya mencapai 645 orang khusus di daerah sendiri. Namun dengan bergantinya waktu dan manajemen, berkembang menjadi per kampung. Sehingga lebih mudah bagi anggota yang ingin bergabung.

Kiai nyentrik ini juga tidak mau mendirikan

pondok Pesantren. Sebab pondok pesantren baginya hanya mendidik atau menempa beberapa orang saja yang tinggal dalam naungan Pondok Pesantren. Kiai Suhil lebih memilih mengakrabi masyarakat dengan berdakwah lewat Kompolan Shalawat Diba’an dan bersentuhan langsung dengan masyarakat. “Lebbi malarat agabai suasana, etembang murok, (lebih sulit menciptakan suasana, ketimbang mengajar),” dawuh Kiai Suhil saat ditemui Mata Sumenep di kediamannya yang penuh kedamaian.

Pemikiran dan sikap Kiai Suhil sebagai bentuk responsif atas tuntutan masyarakat agar kiai jangan hanya berceramah di atas panggung dan di depan para santrinya. Hal itu dinilai kurang efektif karena belum bersentuhan langsung dengan masyarakat. Lewat kegiatan langsung kepada masyakat, Kiai Suhil bisa memasukkan ajaran keagamaan secara perlahan tapi pasti sebagaimana dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Jika dari beberapa sunan menyebarkan agama Islam dengan media seni seperti Wayang, Klenengan dan lainnya, beda dengan Kiai Suhil yang lebih memilih musik dan lagu dengan lirik kitab-kitab kuning yang menjadi senjata paling ampuh.

Pemikiran yang terkesan nyleneh dari suami Ibu Nyai Hayawiyah ini, tidak mau berada di depan untuk persoalan apapun, kecuali persoalan keagamaan dan dakwahnya. Beliau hanya memberi solusi pada banyak orang biar orang-orang menyelesaikan persoalannya sendiri. Sehingga banyak orang yang datang kepadanya untuk meminta solusi. Bahkan menurut salah satu masyarakat Pasongsongan Lukman (25) Kiai Suhil adalah pengendali daerah Ambunten. “Jika ada persoalan apapun di Ambunten ini, pasti larinya pada beliau,” tuturnya mantap.

Bisa dibilang Kiai Suhil Imam ini adalah Macan Ambunten. Sebab kiai yang mempunyai sifat humoris tinggi ini juga memiliki kharisma yang luar biasa terhadap masyarakat Ambunten.

hairul/rafiqi

Bagi warga Ambunten dan sekitarnya, nama Kiai Haji Suhil Imam sudah tidak lagi asing. Sosoknya selalu menghiasi dunia dakwah dan politik. Meski tidak terlibat langsung dalam kehidupan politik praktis, kehadirannya menjadi pusat perhatian.

KH SUHIL IMAM;BERDAKWAH LEWAT KESENIAN

Page 26: Edisi 8 Mata Sumenep

26 | MATA SUMENEP | 29 DESEMBR 2014

Mengenal Sang Mpu Karangduwak (5)

Bisa dijelaskan bagaimana Bapak bisa berdialog dengan Sang Mpu Karangduwak?

Begini….setiap mahluk Allah Swt memiliki kekuatan. Kekuatan itu bukan berdiri sendiri, tapi atas pemberian Allah Swt. Binatang dan tumbuhan juga memiliki kekuatan yang diberikan oleh Allah Swt. Seperti, cacing tanah yang memiliki khasiat bisa menyembuhkan penyakit tiphus/tipes. Itu karena Allah Swt memberi kekuatan pada diri binatang. Begitu pula tumbuh-tumbuhan, bisa menjadi obat penyakit manusia. Hal ini menjadi bukti kekuatan mahluk yang diberikan Allah Swt. Apalagi kita sebagai manusia tentu diberi kekuatan lebih dari mahluk lainnya. Hanya saja, kekuatan yang dimiliki manusia itu tergantung kualitas ke’alimannya (ilmu yang dimiliki). Sebagaimana kita ketahui, dalam Islam orang yang memiliki ilmu terkelompok menjadi; Pertama, ‘Alimul Kitab, yaitu orang menguasai banyak kitab (al-qur’an dan al-hadits serta karya ulama klasik). Kedua, ‘Alimul Ghaib, yaitu orang yang diberi kekuatan oleh Allah Swt untuk melihat hal-hal yang bersifat metafisika (ghaib atau alam ghaib). Seperti,kemampuan manusia melihat Jin, Malaikat dan bisa masuk ke alam kubur. Ketiga, ‘Alimul Sirri, yaitu bisa melihat yang lebih halus lagi dari pengetahuan ‘Alimul Ghaib. Khusus ini tidak bisa dijelaskan secara umum,

penjelasannya terkhusus kalangan tertentu. Keempat, ‘Alimu Allah, kemampuan manusia kategori ini hanya dimiliki para waliyullah (kekasih Allah).

Konkret dialognya?Begini….(Mata Sumenep diajak Suhardi

untuk berziarah ke pasarean (makam) Sayyid Munfar, yang berlokasi di Dusun Brangbang Kecamatan Kalianget, (utara Gudang Bulog, d ibawah pohon nangger). Saat berziarah, Suhardi tampak diam. Usai beberapa menit, Mata Sumenep kembali bertanya, siapa Sayyid Munfar?

“Sayyid Munfar masih tergolong saudara ipar Gung Macan (sebutan lain Sang Mpu Karangduwak). Adik Sayyid Munfar, menjadi istri Gung Macan. Tapi, beliau (Sayid Munfar, Red.) masih berguru kepada Gung Macan. Dan banyak murid Gung Macan berhasil menjadi kekasih Allah (waliyullah),” jelas Suhardi.

Bagaimana bisa, banyak murid Sang Mpu menjadi waliyullah?

Semua orang akan tentu bisa, asal berguru kepada orang yang benar-benar wali Allah. Karena, untuk menjadi kekasih Allah pasti ada ilmunya. Apabila ilmu itu diamalkan dengan sungguh-sungguh, InsyAllah menjadi kekasih Allah.HalitusesuaidenganfirmalAllahdalam

al-Qur’an.Apakah bisa orang bukan keturunan wali

Allah menjadi waliyullah?Sangat mungkin. Karena Allah tidak

melihat keturunan siapa. Yang dilihat Allah adalah ketaqwaannya.

Suhardi juga bercerita jika di pasarean Sayiyd Munfar penuh dengan barang-barang miliki Sayid Munfar. Seperti, Akik Zaman, Mata Kucing, Merah Delima, dan sebagainya.

Darimana Bapak mengerti ilmu kewalian dan siapa guru Bapak?

Kalau menerka boleh, jika tidak pernah berguru tidak mungkin bisa…(Pak Suhardi diam..tidak melanjutkan pembicaraan)

Kalo boleh tahu, siapa guru Bapak?Pertanyaan ini berat bagi saya untuk

menjawab. Yang pasti Gung Macan itu guru saya.

Bisa diceritakan awal mula berguru dengan Sang Mpu?

Awal mula lewat mimpi. Dalam percakapan di mimpi itu, saya bertanya tentang ilmu. Gung Macan balik bertanya, ilmu apa yang kamu maksud. Saya jawab: ilmu yang bisa menjadi kekasih Allah Swt.

Bersambung….Asip Kusuma

Pernyataan Suhardi bisa berdialog langsung dengan Sang Mpu Karangduwak menjadi pertanyaan banyak pembaca. Penilaian sebagian pembaca, kemampuan manusia berdialog dengan para arwah tergolong orang yang memiliki kelebihan ilmu. Apa dan bagaimana kelebihan ilmu dimaksud? Berikut wawancara Mata Sumenep dengan Suhardi terkait dialog ala Sufi Spanyol, Ibnu ‘Arabi.

Suhardi saat di pasarean Sayyid Munfar, murid Sang Mpu Karangduwak

Asip Kusuma

Berkat Ilmu Sang Mpu Murid Jadi Wali Allah

Page 27: Edisi 8 Mata Sumenep

29 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 27

Sebagai BUMD terbaik di Madura, BPRS Bhakti Sumekar memiliki cerita. Berdiri sejak kepemimpinan Bupati Sumenep Kiai Haji Ramdlan Siradj, pada tahun 2002 dengan mengakuisisi PT BPR

Dana Merapi yang berlokasi di Sidoarjo. Tahun 2003, mengganti nama menjadi PT BPR Bhakti Sumekar. Dan pada tahun 2004, dikonversi menjadi Syari’ah dengan nama PT BPR Syari’a Bhakti Sumekar.

Awal berdiri tahun 2002, Pemkab hanya menggelontorkan dana sebesar Rp 15 miliar untuk meakuisi PT BPR Dana Merapi dan harus ngantor di Bagian Kekayaan Sekretariat Daerah. Baru pada tahun 2004, mulai ngantor di Jl. Trnojoyo dan Pemkab menambah investasi menjadi Rp 25 miliar. Dengan investasi Rp40 miliar, BPRS Bhakti Sumekar mengembangkan jaringan bisnis hingga ke Pamekasan dan sejumlah unit pelayanan di sejumlah kecamatan. Hingga pada tahun 2011, investasi dari Pemkab sebesar Rp 10 miliar dan tahun berikutnya menambah lagi Rp 10 miliar,sehingga total investasi menjadi Rp 60 miliar.

“Sejak berdiri 2002 hingga 2014, konstribusi BPRS Bhakti Sumekar ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp 46 miliar. Khusus tahun 2014, deviden ke Pemkab Rp 5,9 miliar,” tutur Dirut BPRS BS, Novi Sujatmiko, yang ditemui Mata Sumenep, di ruang kerjanya.

Sejak 4 tahun kepemimpinan Bupati Sumenep Kiai Haji A. Busyro Karim, aset BPRS Bhakti Sumekar terus bertambah. Dalam catatan Neraca Publikasi BPRS Bhakti Sumekar, tiap tahun mencapai 30%. Sementara total aset per November 2014 mencapai Rp 356 miliar. “Dan pada akhir tahun 2014, target asset Rp 400 miliar. Semoga ini menjadi kenyataan,” tambah Novi.

Darimana aset BPRS Bhakti Sumekar? Novi menyebut, Pertama, Penyertaan Modal (Pemda). Kedua, Dana Masyarakat yang disimpan (sebagai pihak ke 3) kurang lebih sebesar Rp 130 miliar, Ketiga, Dana antar Bank, alias pinjaman sebesar Rp 110 miliar. Keempat, Cadangan Keuntungan kurang lebih sebesar Rp 15 miliar. “Dengan banyaknya dana masyarakat yang tersimpan di BPRS Bhakti Sumekar, ini menandakan kepercayaan masyarakat tinggi,” tambah Novi.

Potensi pasar BPRS diraih dari unit yang berlokasi di daerah pesisir (kepulauan), Seperti di Kecamatan Pragaan, Bluto, Dungkek dan Sapeken. Aset BPRS di lokasi-lokasi tersebut mencapai Rp 3-5 miliar. Resepnya apa? “Pastinya, perusahaan melakukan ekspansi secara maksimal pada kecamatan yang dinilai potensial. Dan Tahun 2015, BPRS harus tersedia di semua kecamatan daratan,” tambahnya.

Novi merancang peluncuran ATM bersama dan M-Banking. Untuk peningkatan kualitas SDM, para karyawan diikutkan pelatihan yang diadakan bank lain atau bekerja sama dengan konsultan produk syariah.

BPRS Bhakti Sumekar sejak dinahkodai Novi Sujatmiko, langganan menyabet penghargaan. Piagam-piagam BPRS sejak tahun 2012 hingga 2014 selalu menduduki posisi Sangat Bagus dari Infobank atas kinerja yang konsisten diantara 158 BPR Syari’ah se Indonesia. “Tiap tahun, yang konsisten Sangat Bagus hanya 3 BPR Syari’ah dan BPRS Bhakti Sumekar menjadi tiga salah satunya,” aku Novi.

Prestasi yang diraih BPRS Bhakti Sumekar tersebut membuat Majalah Infobank menobatkan BPRS Bhakti Sumekar sebagai The Best Sharia Finance kategori aset di atas 100 miliar dengan kinerja keuangan terbaik tahun 2012. Tidak hanya itu, pada bulan Februari 2013 BPRS mendapatkan penghargaan dari Karim Business Consulting pada acara Islamic Finance Award 2013 sebagai Second Rank The Best Islamic Rural Bank kategori aset di atas Rp 100 miliar atas kinerja keuangan.

Dana CSR perusahaan sebesar 2,5 % diambil dari total laba bersih disalurkan lewat pembiayaan kebajikan (Al-Qardhul Hasan), dalam bentuk kegiatan sosial dan ekonomi. Seperti, bantuan modal bagi pelaku usaha yang mulai merintis. Termasuk beasiswa kepada siswa berprestasi dan tidak mampu.

Tidak berlebihan jika BPRS Bhakti Sumekar dinobatkan sebagai BUMD Leader Terbaik di Madura pada acara puncak Madura Award yang bertempat di Gedung Esto Ebu Bangkalan pada 19 Desember 2014 .

Novi Sujatmiko Nahkoda BUMD Leader

Page 28: Edisi 8 Mata Sumenep

28 | MATA SUMENEP | 29 DESEMBR 2014

kalau aku merantau lalu datang musim kemarausumur-sumur kering, daunpun gugur bersama rerantinghanya mata air airmatamu, ibu, yang tetap lancar mengalir

bila aku merantausedap kopyor susumu dan ronta kenakalankudi hati ada mayang siwalan memutikkan sarisari kerinduanlantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

ibu adalah gua pertapaankudan ibulah yang meletakkan aku di sinisaat bunga kembang meyemerbak bau sayangibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumiaku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samuderasempit lautan teduhtempatku mandi, mencuci lumut pada diritempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauhlokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagikukalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawannamamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu

IBUD. Zawawi Imron

Perempuan Madura terlanjur menyandang predikat; berpostur gemukdankasarsecarafisik.Tanpa

melihat keteguhan hati yang terpancar dalam relung hati sebagai ibu yang memiliki kesucian merawat identitas untuk suami dan anak-anaknya.

Dalam pandangan Ibu NurfitrianaBusyro Karim, streotipe perempuan Madura yang diketahui sebelum menetap di Sumenep, jauh dari kenyataan. Bagi Nyai Nurfitriana, perangai keras perempuanterlihat saat memperjuangkan hak-hak yang ditindas. Itu disaksikan sendiri saat ibu-ibu dari Kecamatan Saronggi dalam memperjuangkan aspirasinya, beberapa waktu lalu.

“Saya lihat perempuan Madura berpengarai keras ketika hak-hak dan harga dirinya ditindas. Tapi, sebenarnya mereka (perempuan Madura, Red.) memiliki hati yang sangat lembut. Terutama dalam memegang tanggungjawab sebagai ibu rumah tangga,” tutur Nurfitriana kepadaMata Sumenep, merefleksi nilai-nilaiperempuan Madura di Hari Ibu.

Refleksi Hari Ibu