konsultasi publik pengadaan tanah bandar udara

111
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dari tahun ke tahun terus meningkat. Bersamaan dengan itu, jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah, mengakibatkan semakin meningkat dan beragam pula kebutuhan penduduk di Indonesia. Termasuk dalam kegiatan pembangunan nasional itu adalah pembangunan untuk kepentingan umum. Pembangunan untuk kepentingan umum ini harus terus diupayakan pelaksanaannya seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang disertai dengan semakin meningkatnya kemakmurannya. Penduduk yang semakin bertambah dengan tingkat kemakmuran yang semakin baik, tentunya membutuhkan berbagai fasilitas umum seperti: jaringan transportasi, 1

Upload: bofiyurismada

Post on 01-Feb-2016

312 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Penerapan prinsip konsultasi publik dalam pengadaan tanah di kulon progo

TRANSCRIPT

Page 1: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi

amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dari tahun ke tahun terus meningkat. Bersamaan dengan itu, jumlah

penduduk Indonesia yang terus bertambah, mengakibatkan semakin meningkat

dan beragam pula kebutuhan penduduk di Indonesia. Termasuk dalam kegiatan

pembangunan nasional itu adalah pembangunan untuk kepentingan umum.

Pembangunan untuk kepentingan umum ini harus terus diupayakan

pelaksanaannya seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang

disertai dengan semakin meningkatnya kemakmurannya.

Penduduk yang semakin bertambah dengan tingkat kemakmuran yang

semakin baik, tentunya membutuhkan berbagai fasilitas umum seperti: jaringan

transportasi, fasilitas pendidikan, peribadatan, sarana olah raga, fasilitas

komunikasi, fasilitas keselamatan umum dan sebagainya. Pembangunan fasilitas-

fasilitas umum seperti tersebut di atas, memerlukan tanah. Dalam hal persediaan

tanah masih luas, pembangunan fasilitas umum tersebut tidak menemui masalah.

Masalah kemudian timbul manakala pembangunan disegala sektor sedangkan

tanah yang tersedia terbatas, oleh karena tanah memiliki karakter yang unik

sebagai benda yang tak tergantikan, tidak dapat dipindahkan dan tidak dapat

1

Page 2: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

direproduksi,1 sedangkan yang tersedia sudah banyak yang dilekati dengan hak

(tanah hak) masyarakat, dan tanah negara sudah sangat terbatas persediaannya.

Sehingga untuk mewujudkan penyediaan tanah untuk kepentingan umum

diperlukan proses pengadaan tanah, didalam pengadaan tanah sendiri terdapat

proses konsultasi publik.

Tanah tidak hanya sekadar dimaknakan sebagai permukaan bumi saja,

tetapi meliputi ruang di atas dan di bawah permukaan bumi dan setiap benda yang

tumbuh di atas dan/atau yang melekat secara permanen di atas permukaan bumi,

termasuk pula yang berkaitan dengan kepemilikan tanahnya.2 Hal yang terkait

tentang masalah pertanahan ini memang merupakan persoalan rumit. Pada satu

pihak tuntutan pembangunan akan tanah sudah sedemikian mendesak sedangkan

pada lain pihak bertambahnya jumlah masyarakat secara terus menerus dengan

permasalahan sosial, ekonomi, psikologi, dan lain lainnya juga mendiami ruang

yang sama.3

Pengadaan tanah merupakan perbuatan pemerintah untuk memperoleh

tanah untuk berbagai kepentingan pembangunan, khususnya bagi kepentingan

umum. Pada prinsipnya pengadaan tanah dilakukan dengan cara musyawarah

antara pihak yang memerlukan tanah dan pemegang hak atas tanah yang tanahnya

1. Winahyu Erwiningsih.Hak Menguasai Negara Atas Tanah, Total Media, Yogyakarta, 2009, hlm, 270.

2 .Yudhi Setiawan, Instrumen Hukum Campuran (Gemeenschapelijkrecht) Dalam Konsolidasi Tanah, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hlm. 161.3 .Darwin Ginting.Hukum Kepemilikan Hak Atas Tanah Bidang Agribisnis. Ghalia Indonesia. Bogor. 2010. Hlm. 193.

2

Page 3: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

diperlukan untuk kegiatan pembangunan.4 Proses musyawarah yang dilakukan

oleh instansi yang memerlukan tanah dan pemegang hak ditujukan untuk

memastikan bahwa pemegang hak memperoleh ganti kerugian yang layak dan adil

terhadap tanahnya. Ganti kerugian tersebut dapat berupa uang, tanah pengganti

(ruilslag), pemukiman kembali (relokasi) atau pembangunan fasilitas umum yang

bermanfaat bagi masyarakat setempat.5

Persoalan pengadaan tanah ini menyangkut hubungan hukum antara dua

unsur penting yang harus seimbang, yaitu masyarakat dan Negara. Hubungan

hukum yang ada di antara kedua unsur tersebut senantiasan menimbulkan hak

pada satu pihak , dan kewajiban di lain pihak.6 Negara yang dalam hal ini diwakili

oleh instansi pemerintah yang memerlukan tanah tersebut wajib memperhatikan

dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat yang hak atas tanahnya diambil oleh

negara, dimana tanah tersebut merupakan sumber mata pencaharian masyarakat,

sedangkan negara jika memberikan ganti kerugian yang tidak sebanding, maka

masyarakat terancam kehilangan mata pencahariannya untuk melangsungkan

kehidupan yang sejahtera, padahal pengadaan tanah yang dilakukan oleh negara

itu berdasarkan atas asas kesejahteraan. Negara yang melaksanakan pengadaan

tanah walaupun untuk kepentingan umum dengan mengorbankan sebagian

kesejahteraan rakyatnya maka tindakan tersebut tidak dibenarkan.

4. Maria S.W. Sumardjono. Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Kompas, Jakarta, 2008, hlm, 280.

5. Lidwina Halim, Tata Cara Pengadaan Tanah, terdapat dalam, http://www.hukumproperti.com/2010/03/10/tata-cara-pengadaan-tanah/, 28 Mei 2014, 20.12.6 .Winahyu Erwiningsih, Hak Pengelolaan Atas Tanah, Total Media, Yogyakarta, 2011, hlm. 18.

3

Page 4: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012

tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum Pasal 1

ayat 8 bahwa pengertian konsultasi publik ialah proses komunikasi dialogis atau

musyawarah antarpihak yang berkepentingan guna mencapai kesepahaman dan

kesepakatan dalam perencanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum. Dalam pengertian tersebut disebutkan bahwa musyawarah

ditujukan kepada pihak yang berkepentingan, sedangkan pada kenyataannya ada

keterlibatan pihak ketiga yaitu spekulan tanah campur tangan dalam proses

berlangsungnya proses konsultasi publik dengan tujuan menguntungkan dirinya

sendiri.

Dalam hal ini penulis mengambil Kabupaten Kulon Progo sebagai lokasi

penelitian karena berdasarkan berita di media masa maupun dari warga setempat,

sedang dilaksanakan proses pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan

umum yaitu berupa bandar udara. Dimana dalam proses pengadaan tanah tersebut

terjadi pro dan kontra baik antara pemerintah dengan masyarakat maupun di

antara masyarakat sendiri. Oleh karena itu penulis mengambil aspek konsultasi

publik atau musyawarah sebagai pokok penelitian, dimana instansi pemerintah

yang memerlukan tanah tersebut yang diwakilkan oleh Pemerintah Kabupaten

Kulon Progo melakukan musyawarah dengan masyarakat Kulon Progo,

khususnya pemegang tanah yang berhak tersebut.

Atas dasar uraian di atas, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai

konsultasi publikyang dilakukan untuk pengadaan tanah pembangunan Bandar

Udara Kabupaten Kulon Progo, maka penulis mengajukan penulisan hukum

4

Page 5: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

dengan judul “PENERAPAN PRINSIP KONSULTASI PUBLIK DALAM

PENGADAAN TANAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2

TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN

UNTUK KEPENTINGAN UMUM”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis

merumuskan permasalahan untuk dikaji lebih rinci. Adapun beberapa

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah penerapan prinsip konsultasi publik dalam pengadaan tanah

bandar udara di Kulon Progo berdasarkan Undang - Undang Nomor 2 Tahun

2012 pasal 16 sampai dengan pasal 26 ?

2. Apa kendala yang timbul dalam pelaksanaan konsultasi publik persiapan

pengadaan tanah untuk pembangunan bandar udara di Kabupaten Kulon

Progo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui penerapan prinsip konsultasi publik dalam pengadaan

tanah bandar udara di Kulon Progo berdasarkan Undang - Undang

Nomor 2 Tahun 2012 pasal 16 sampai dengan pasal 26.

5

Page 6: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

b. Untuk mengetahui kendala yang timbul dalam pelaksanaan konsultasi

publik persiapan pengadaan tanah untuk pembangunan bandar udara di

Kabupaten Kulon Progo.

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk menambah wawasan dan memperluas pemahaman penulis

mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan umum khususnya aspek

konsultasi publik.

D. Tinjauan Pustaka

Pengadaan Tanah bagi kepentingan umum di Indonesia saat ini diatur

dalam Undang - Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum menggantikan Peraturan Presiden

Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36

tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk

Kepentingan Umum. Adapun alasan pemerintah mengeluarkan undang-undang ini

yakni; dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, pemerintah perlu melaksanankan pembangunan.Untuk menjamin

terselenggaranya pembangunan untuk kepentingan umum tersebut, diperlukan

tanah yang pengadaannya dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip

kemanusiaan, demokratis, dan adil. Oleh karena peraturan perundang - undangan

di bidang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum selama

6

Page 7: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

ini belum dapat menjamin perolehan tanah untuk pelaksanaan pembangunan,

maka pemerintah perlu membuat undang-undang yang dapat mengakomodasi

semua itu.7

Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara

memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.8

Pengertian lain menurut Boedi Harsono bahwa Pengadaan Tanah adalah setiap

kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian

kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-

benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan pencabutan hak atas tanah.9

Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum Pasal 58 huruf c menyatakan bahwa tata

cara pengadaan tanah masih menggunakan peraturan sebelumnya yaitu Peraturan

Presiden Nomor 65 Tahun 2006 selama tidak bertentangan atau belum diganti

dengan yang baru. Jadi tata cara pengadaan tanah hingga saat ini masih

menggunakan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Pasal 1 ayat 2 yaitu :

1. Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum

oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan cara pelepasan

atau penyerahan hak atas tanah.

7 .Mukmin Zakie, Kewenangan Negara Dalam Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum di Indonesia dan Malaysia , Buku Litera,Yogyakarta, 2013, hlm, 123.8 .Aminuddin salle,Hukum Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum,Total Media,Yogyakarta, 2007, hlm, 28.

9.Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah, Djambatan, Jakarta, 2008.

7

Page 8: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

2. Pengadaan tanah selain bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan

umum oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilakukandengan cara jual

beli, tukar menukar, atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh pihak-

pihak yang bersangkutan.

Pengertian hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada

pemegang haknya untuk menggunakan dan/atau mengambil manfaat dari tanah

yang dihakinya.10 Atas dasar ketentuan Pasal 4 ayat (2) UUPA, kepada pemegang

hak atas tanah diberi wewenang untuk menggunakan tanah yang bersangkutan,

demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang di atasnya sekedar diperlukan

untuk kepentingan langsung yang berhubungan dengan penggunaan tanah itu

dalam batas - batas menurut UUPA dan peraturan - peraturan hukum lain yang

lebih tinggi.11

Secara sederhana dapat diartikan bahwa kepentingan umum dapat saja

dikatakan untuk keperluan, kebutuhan atau kepentingan orang banyak atau tujuan

yang luas. Namun demikian rumusan tersebut terlalu umum dan tidak ada

batasannya.12 Kepentingan umum adalah termasuk kepentingan bangsa dan negara

serta kepentingan bersama dari rakyat, dengan memperhatikan segi-segi sosial,

politik, psikologis dan hankamnas atas dasar asas-asas Pembangunan Nasional

dengan mengindahkan Ketahanan Nasional serta Wawasan Nusantara.13

10.Urip Santoso, Hukum Agraria: Kajian Komprehensif, Kencana, Jakarta, 2012, hlm. 10.11 .Brahmana Adhie dan Hasan Basri Nata Menggala, Reformasi Pertanahan: Pemberdayaan Hak-hak atas Tanah ditinjau dari Aspek Hukum, sosial, Politik, Ekonomi, Hankam, Teknis, Agama dan Budaya, Mandar Maju, Bandung, 2002, hlm. 197.

12.Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, Yogyakarta, 2004, Hlm. 6.

13.John Salindeho, Masalah Tanah dalam Pembangunan, Ctk. Ketiga, Sinar Grafika, Jakarta, 1993.

8

Page 9: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Jenis-jenis pembangunan untuk kepentingan umum adalah sebagai

berikut:14

1. Pertahanan dan keamanan nasional;

2. Jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan

fasilitas operasi kereta api;

3. Waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran

pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;

4. Pelabuhan, bandar udara, dan terminal;

5. Infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;

6. Pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;

7. Jaringan telekornunikasi dan inforrnatika pemerintah;

8. Tempat pembuangan dan pengolahan sampah;

9. Rumah sakit pemerintah/pemerintah daerah;

10. Fasilitas keselamatan umum;

11. Tempat pemakaman umum pemerintah/pemerintah daerah;

12. Fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;

13. Cagar alam dan cagar budaya;

14. Kantor pemerintah/pemerintah daerah/desa;

15. Penataan pernukiman kumuh perkotaan dan/ atau konsolidasi tanah, serta

perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa;

16. Prasarana pendidikan atau sekolah pemerintah/pemerintah daerah; 14 .Muhammad Bakri, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara, UB Press, Malang, 2011, hlm. 165.

9

Page 10: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

17. Prasarana olahraga pemerintah/pemerintah daerah; dan

18. Pasar umum dan lapangan parkir umum.

Pengertian dari ganti kerugian adalah penggantian yang layak dan adil

kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah. Adapun bentuk -

bentuk dari ganti kerugian antara lain :15

1. Uang;

2. Tanah pengganti;

3. Permukiman kembali;

4. Kepemilikan saham; atau

5. Bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.

Dalam persiapan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum perlu dilaksanakan konsultasi publik. Konsultasi publik adalah tahapan

awal dalam proses pengadaan tanah. Kegiatan ini diorientasikan untuk

mendapatkan kesepakatan antara institusi yang membutuhkan tanah dengan

masyarakat yang akan terkena dampak, agar terhindar terjadinya konflik akibat

dari salah satu pihak merasa dirugikan.16 Setelah tercapai kesepakatan antara

institusi yang membutuhkan tanah dengan masyarakat yang berhak kemudian

Gubernur menetapkan tempat tersebut sebagai lokasi bandara, akan tetapi

masyarakat dimungkinkan untuk mengajukan keberatan terhadap rencana proyek.

Apabila keberatan masyarakat diterima Gubernur, maka lokasi proyek yang

direncanakan harus pindah ke lokasi lain. Jadi dalam konteks kekinian, proses

15 .Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm, 79.16 .Sarjita, Teknik dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pertanahan, Tugujogja, Yogyakarta, 2005, hlm. 8.

10

Page 11: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

pengadaan tanah dapat dilanjutkan apabila masyarakat yang terkena dampak

menyetujui lokasi proyek yang direncanakan.17 Berdasarkan Undang - Undang

Nomor 2 Tahun 2012 Pasal 1 ayat (8) pengertian konsultasi publik adalah proses

komunikasi dialogis atau musyawarah antarpihak yang berkepentingan guna

mencapai kesepahaman dan kesepakatan dalam perencanaan pengadaan tanah

bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

Konsultasi publik rencana pembangunan dilaksanakan untuk mendapatkan

kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari pihak yang berhak dengan

melibatkan pihak yang berhak dan masyarakat yang terkena dampak serta

dilaksanakan di tempat rencana pembangunan kepentingan umum atau di tempat

yang disepakati. Pelibatan pihak yang berhak dapat dilakukan melalui perwakilan

dengan surat kuasa dari dan oleh pihak yang berhak atas lokasi rencana

pembangunan. Setelah mencapai kesepakatan, maka dituangkan dalam bentuk

berita acara kesepakatan. Kemudian Instansi yang memerlukan tanah dapat

mengajukan permohonan penetapan lokasi kepada Gubernur sesuai dengan

kesepakatan tersebut. Gubernur menetapkan lokasi dalam waktu paling lama 14

(empat belas) hari kerja terhitung sejak di terimanya pengajuan permohonan

penetapan oleh Instansi yang memerlukan tanah.

Konsultasi publik rencana pembangunan dilaksanakan dalam waktu paling

lama 60 (enam puluh) hari kerja. Apabila sampai dengan jangka waktu 60 (enam

puluh) hari kerja pelaksanaan konsultasi publik rencana pembangunan terdapat

pihak yang keberatan mengenai rencana lokasi pembangunan, dilaksanakan 17 .Sutaryono, Pengadaan tanah untuk bandara, terdapat dalam, http://www.stpn.ac.id/images/Data/artikel/PengadaanTanah.htm, 31 Mei 2014, 10.09.

11

Page 12: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

konsultasi publik ulang dengan pihak yang keberatan paling lama 30 (tiga puluh)

hari kerja. Apabila masih terdapat pihak yang keberatan mengenai rencana lokasi

pembangunan, Instansi yang memerlukan tanah melaporkan keberatan dimaksud

kepada gubernur setempat. Gubernur akan membentuk tim atas keberatan rencana

lokasi pembangunan.

Tim sebagaimana dimaksud terdiri atas:18

1. Sekretaris Daerah provinsi atau pejabat yang ditunjuk sebagai ketua

merangkap anggota;

2. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional sebagai sekretaris

merangkap anggota;

3. Instansi yang menangani urusan di bidang perencanaan pembangunan

daerah sebagai anggota;

4. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

sebagai anggota;

5. Bupati/Wali Kota atau pejabat yang ditunjuk sebagai anggota; dan

6. Akademisi sebagai anggota.

Tim bentukan Gubernur tersebut bertugas sebagai berikut :

1. Menginventarisasi masalah yang menjadi alasan keberatan

2. Melakukan pertemuan atau klarifikasi dengan pihak yang keberatan

3. Membuat rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan

18 .Supriadi, op. cit, hlm. 77.

12

Page 13: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Hasil kajian tim berupa rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan

rencana lokasi pembangunan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja

terhitung sejak diterimanya permohonan oleh gubernur. Gubernur berdasarkan

rekomendasi mengeluarkan surat diterima atau ditolaknya keberatan atas rencana

lokasi pembangunan.

Dalam hal ditolaknya keberatan atas rencana lokasi pembangunan,

Gubernur menetapkan lokasi pembangunan. Dalam hal diterimanya keberatan atas

rencana lokasi pembangunan, Gubernur memberitahukan kepada Instansi yang

memerlukan tanah untuk mengajukan rencana lokasi pembangunan di tempat

lain.19

Dalam hal setelah penetapan lokasi pembangunan masih terdapat

keberatan, pihak yang berhak terhadap penetapan lokasi dapat mengajukan

gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara setempat paling lambat 30 (tiga puluh)

hari kerja sejak dikeluarkannya penetapan lokasi. Pengadilan Tata Usaha Negara

memutuskan diterima atau ditolaknya gugatan dalam waktu paling lama 30 (tiga

puluh) hari kerja sejak diterimanya gugatan.Pihak yang keberatan terhadap

putusan Pengadilan Tata Usaha Negara dalam waktu paling lama 14 (empat belas)

hari kerja dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung Republik

Indonesia.Mahkamah Agung wajib memberikan putusan dalam waktu paling lama

30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan kasasi diterima.Putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap menjadi dasar diteruskan atau

19 .Sudjito, Sarjita, Tjahjo Arianto dan Mohammad Machfudh Zarqoni, Restorasi Kebijakan Pengadaan, Perolehan, Pelepasan dan Pendayagunaan Tanah, Serta Kepastian Hukum di Bidang Investasi, Tugujogja Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 74.

13

Page 14: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

tidaknya pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Gubernur

bersama Instansi yang memerlukan tanah mengumumkan penetapan lokasi

pembangunan untuk kepentingan umum dimaksudkan untuk pemberitahuan

kepada masyarakat bahwa di lokasi tersebut akan dilaksanakan pembangunan

untuk kepentingan umum.

E. Metode Penelitian

1. Objek Penelitian

a. Penerapan prinsip konsultasi publik dalam pengadaan tanah bandar udara di

Kulon Progo berdasarkan Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2012 pasal 16

sampai dengan pasal 26

2. Subjek Penelitian

a. Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kulon Progo.

b. Pakualaman

3. Sumber data

a. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dilapangan

yang berupa hasil wawancara. Data ini untuk menentukan bagaimanakah

pelaksanakan konsultasi publik dalam pengadaan tanah bagi pembangunan

bandar udara di Kabupaten Kulon Progo.

14

Page 15: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari buku-buku dan perundang-undangan

yaitu berupa Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, serta sumber

lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu berupa buku-buku

tentang Pertanahan di Indonesia maupun buku-buku lain yang berkaitan.

Data ini digunakan untuk mendukung data primer.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Data primer diperoleh dengan cara wawancara, yaitu tanya jawab langsung

terhadap responden yang bersangkutan untuk memperoleh keterangan atau

data.

b. Data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan, yaitu penelitian

yang dilakukan mempelajari buku-buku dan peraturan perundang-undangan.

5. Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk deskriptif dan dianalisa

secara deskriptif kualitatif, yaitu penganalisaan data untuk menggambarkan

15

Page 16: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

suatu masalah berikut jawaban atau pemecahannya dengan menggunakan

uraian-uraian kalimat yang diperoleh dari data-data kualitatif yang telah

disimpulkan.

F. Kerangka Skripsi

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah pada pengadaan

tanah bandar udara di Kabupaten Kulon Progo, dimana terjadi

pergesekan kepentingan antara kepentingan negara dan

kepentingan yang berhak atas tanah tersebut. Dalam hal ini

negara seharusnya menjamin kesejahteraan rakyatnya, tidak

justru mengambil sumber mata pencahariaan rakyat guna

melangsungkan kehidupannya karena salah satu asas dalam

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 yaitu kesejahteraan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang pertanahan yang menguraikan pengertian

dari pengadaan tanah, kepentingan umum, ganti kerugian,

konsultasi publik, proses pelaksanaan konsultasi publik, serta

teori-teori lain yang dikemukakan oleh para ahli.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai pembahasan implementasi Undang -

Undang Nomor 2 Tahun 2012 terhadap pelaksanaan konsultasi

16

Page 17: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

publik dan kendala yang dialami dalam pelaksanaan konsultasi

publik dalam persiapan pengadaan tanah bagi pembangunan

bandar udara di Kabupaten Kulon Progo berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh penulis.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan, yaitu inti dari jawaban atas

permasalahan yang menjadi objek penelitian setelah dianalisis.

Kemudian berisi saran, yaitu rekomendasi terhadap hasil

simpulan dalam skripsi.

17

Page 18: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEDUDUKAN HAK ATAS TANAH

1. Pengertian Tanah dan Hak Atas Tanah

a. Pengertian Tanah

Negara Indonesia sebagai Negara agraria, sebagian besar Bangsa

Indonesia hidup dari bidang pertanian. Oleh karena itu tanah merupakan modal

penting bagi penghidupan mereka. Tanah merupakan tempat berpijak dan

bernaung setiap orang, dan tanah merupakan benda yang berharga. Terlebih lagi

tanah bersifat terbatas, tidak dapat diperbarui maupun tidak dapat diciptakan

kembali.

Sebagaimana dirumuskan dalam pasal 4 ayat (1) UUPA adalah sebagai

berikut :

“Atas dasar hak menguasai dari negara ditentukan adanya macam-macam

hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan

kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-

sama dengan orang lain serta badan-badan hukum.”

Tanah diberikan kepada yang dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang

disediakan oleh UUPA, adalah untuk digunakan atau dimanfaatkan. Diberikannya

dan dipunyainya tanah dengan hak-hak tersebut tidak akan bermakna, jika

penggunaannya terbatas hanya pada tanah sebagai permukaan bumi saja. Untuk

keperluan apapun tidak bisa tidak, pasti diperlukan juga penggunaan sebagian

18

Page 19: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

tubuh bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang yang ada diatasnya.20 Oleh

karena itu tanah merupakan komponen ekosistem yang sangat strategis bagi

kelangsungan hidup umat manusia, dan juga sebagai faktor utama dalam setiap

kegiatan pembangunan. Dapat dikemukakan dengan perkataan lain bahwa, tanah

sama sekali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Oleh karena itu, hak-hak yang timbul di atas hak atas tanah termasuk di

dalamnya bangunan atau benda-benda yang terdapat di atasnya merupakan

persoalan hukum. Persoalan hukum yang dimaksud adalah persoalan yang

berkaitan dengan dianutnya asas-asas yang berkaitan dengan hubungan antara

tanah dengan tanaman dan bangunan yang terdapat di atasnya.21 Dengan

demikian, yang termasuk pengertian hak atas tanah meliputi juga pemilikan

bangunan dan tanaman yang ada di atas tanah yang dihaki, kecuali kalau ada

kesepakatan lain dengan pihak lain ( Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal

500 dan 571).22

b. Pengertian Hak Atas Tanah

Pengertian hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada

pemegang haknya untuk menggunakan dan/atau mengambil manfaat dari tanah

yang dihakinya.23 Perkataan menggunakan mengandung pengertian bahwa hak

atas tanah itu digunakan untuk kepentingan mendirikan bangunan, sedangkan

perkataan mengambil manfaat mengandung makna bahwa hak atas tanah itu tidak

20 Boedi Harsono. Hukum Agraria Indonesia: Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum

Tanah, Djambatan, Jakarta, 2008, Hlm. 15.21 Supriadi. Hukum agraria,Sinar Grafika, Jakarta, 2007, Hlm. 3.22 Boedi Harsono, op.cit., hlm. 17.

23. Urip Santoso, Hukum Agraria: Kajian Komprehensif, Kencana, Jakarta, 2012, hlm. 10.

19

Page 20: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

digunakan untuk kepentingan mendirikan bangunan melainkan untuk pertanian,

perkebunan, perikanan, dan peternakan.

Atas dasar ketentuan Pasal 4 ayat (2) UUPA, kepada pemegang hak atas

tanah diberi wewenang untuk menggunakan tanah yang bersangkutan, demikian

pula tubuh bumi dan air serta ruang yang di atasnya sekedar diperlukan untuk

kepentingan langsung yang berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam

batas-batas menurut UUPA dan peraturan - peraturan hukum lain yang lebih

tinggi.24

c. Macam-macam Hak Atas Tanah

Menurut Pasal 16 ayat (1) UUPA, beberapa macam hak atas tanah adalah

sebagai berikut:

1. Hak milik

2. Hak guna usaha

3. Hak guna bangunan

4. Hak pakai

5. Hak sewa

6. Hak membuka tanah

7. Hak memungut hasil hutan

24 . Brahmana Adhie dan Hasan Basri Nata Menggala, Reformasi Pertanahan: Pemberdayaan Hak-hak atas Tanah ditinjau dari Aspek Hukum, sosial, Politik, Ekonomi, Hankam, Teknis, Agama dan Budaya, Mandar Maju, Bandung, 2002, hlm. 197.

20

Page 21: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

8. Hak-hak lain yang tidak termasuk hak-hak tersebut di atas yang

akan ditetapkan dengan sementara sebagaimana yang disebutkan

dalam Pasal 53 UUPA.

Hak atas tanah itu diberikan kewenangan kepada para pemegangnya untuk

menggunakan, memperoleh manfaat dan mengalihkannya. Misalnya hak milik

atas tanah menurut Pasal 20 UUPA adalah hak yang terkuat, terpenuh, dan

bersifat turun temurun, dapat beralih atau dialihkan, bilamana diperlukan

pendaftaran sebagai jaminan kepastian hak atau alat bukti yang kuat.

2. Landasan Pengaturan Tentang Tanah

Pengaturan tanah atau yang disebut dengan hukum Agraria di Indonesia

berlandaskan pada Undang-Undang Pokok Agraria. UUPA memiliki cita-cita

untuk melindungi kepentingan masyarakat atas tanah, baik masyarakat adat

maupun masyarakat kota, akan tetapi untuk mencapai cita-cita tersebut tidak

mudah, hal itu diakibatkan oleh hukum agraria menjadi penghambat dalam

menciptakan cita-cita tersebut. Penyebab hukum Agraria menjadi penghambat

terciptanya cita-cita UUPA yaitu :

1. Hukum Agraria yang berlaku sebagian tersusun berdasarkan tujuan dan

sendi-sendi dari pemerintah kolonial Belanda, dan sebagian lainnya lagi

dipengaruhi olehnya, sehingga aturan tersebut bertentangan dengan

kepentingan masyarakat dan negara.

2. Politik pemerintah kolonial Belanda mengakibatkan hukum Agraria di

Indonesia menjadi bersifat dualisme, yaitu adanya hukum adat yang

21

Page 22: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

dianut masyarakat dan hukum positif yang mengacu pada hukum barat,

sehingga timbul masalah dan tidak sesuai dengan cita-cita UUPA.

3. Bagi Rakyat asli Indonesia hukum Agraria yang mengacu pada hukum

barat tidak menjamin kepastian hukum.

Oleh karena itu bangsa Indonesia membutuhkan hukum Agraria yang

baru, sesuai dengan kepentingan masyarakat dan negara, sehingga dapat

tercapainya fungsi bumi, air, dan ruang angkasa sebesar-besarnya untuk

kepentingan rakyat.

B. PENGADAAN TANAH

1. Pengertian Pengadaan Tanah

Pengertian dari pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah

dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang

berhak.25 Pengertian lain menurut Boedi Harsono bahwa Pengadaan Tanah adalah

setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian

kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-

benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan pencabutan hak atas tanah.26

Untuk kesejahterahan dan kemakmuran bangsa dan Negara, pemerintah

mengadakan serangkaian pembangunan fasilitas umum yang mengharuskan

pemerintah memiliki lahan-lahan yang akan digunakan pembangunan tersebut,

Kegiatan pembangunan dari waktu ke waktu semakin menghadapi tantangan

terutama aspek penyediaan tanah untuk kegiatan pembangunan tersebut.

25 . Aminuddin salle, Hukum Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, Total Media, Yogyakarta, 2007, hlm, 28.

26. Boedi Harsono, op.cit., hlm. 27.

22

Page 23: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Pengadaan tanah sendiri sesuai Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

dapat dilaksanakan berdasarkan:

1. Kemanusiaan

2. Keadilan

3. Kemanfaatan

4. Kepastian

5. Keterbukaan

6. Kesepakatan

7. Keikutsertaan

8. Kesejahteraan

9. Keberlanjutan

10. Keselarasan

Oleh karena itu pemerintah dalam melaksanakan pengadaan tanah untuk

kepentingan umum wajib memenuhi asas-asas yang terdapat dalam Pasal 2

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tersebut di atas. Sehingga pengadaan tanah

yang melibatkan banyak masyarakat didalamnya tersebut khususnya pemilik hak

atas tanah yang diambil alih haknya dapat merasakan dampak positif dengan

diadakannya pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum tersebut.

Secara sederhana kepentingan umum dapat diartikan bahwa untuk

keperluan, kebutuhan atau kepentingan orang banyak atau tujuan yang luas.

Namun demikian rumusan tersebut terlalu umum dan tidak ada batasannya.27

27. Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, Yogyakarta, 2004, Hlm. 6.

23

Page 24: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Kepentingan umum adalah termasuk kepentingan bangsa dan negara serta

kepentingan bersama dari rakyat, dengan memperhatikan segi-segi sosial, politik,

psikologis dan hankamnas atas dasar asas - asas Pembangunan Nasional dengan

mengindahkan Ketahanan Nasional serta Wawasan Nusantara.28

Jenis-jenis pembangunan untuk kepentingan umum adalah sebagai

berikut:29

1. pertahanan dan keamanan nasional;

2. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api,

dan fasilitas operasi kereta api;

3. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran

pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;

4. pelabuhan, bandar udara, dan terminal;

5. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;

6. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;

7. jaringan telekornunikasi dan inforrnatika Pemerintah;

8. tempat pembuangan dan pengolahan sampah;

9. rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah;

10. fasilitas keselamatan umum;

11. tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah;

12. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;

13. cagar alarn dan cagar budaya;

28. John Salindeho, Masalah Tanah dalam Pembangunan, Ctk. Ketiga, Sinar Grafika, Jakarta, 1993.29 . Muhammad Bakri, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara, UB Press, Malang, 2011, hlm. 165.

24

Page 25: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

14. kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa;

15. penataan perrnukiman kurnuh perkotaan dan/ atau konsolidasi tanah,

serta perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan

status sewa;

16. prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah/Pemerintah Daerah;

17. prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah;

dan

18. pasar umum dan lapangan parkir umum.

Untuk mengerjakan pembangunan seperti di atas, kecuali untuk pertahanan

dan keamanan nasional yang diatur oleh perundang – undangan, maka hal tersebut

diselenggarakan oleh Pemerintah yang dapat bekerja sama dengan BUMN,

BUMD, dan Badan Usaha Swasta.30

2. Dasar Hukum Pengadaan Tanah

Landasan yuridis yang mengatur pengadaan tanah di Indonesia pada saat

ini yaitu Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. undang-undang tersebut disahkan pada

tanggal 14 Januari 2012, sehingga dengan diaturnya pengadaan tanah untuk

kepentingan umum dengan undang-undang menciptakan landasan hukum yang

kuat pada pengaturan pengadaan tanah tersebut.

30 Nafi Harahap, Prosedur Pengadaan Tanah Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, terdapat dalam, http://nafi-harahap.blogspot.com/2013/05/prosedur-pengadaan-tanah-menurut-undang.html, 12 November 2014, 19.27.

25

Page 26: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Pemerintah Republik Indonesia memiliki tiga alasan dalam mengeluarkan

undang-undang ini yaitu; untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan

sejahtera berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, pemerintah perlu melaksanankan pembangunan. Untuk

menjamin terselenggaranya pembangunan untuk kepentingan umum tersebut,

diperlukan tanah yang pengadaannya dilaksanakan dengan mengedepankan

prinsip kemanusiaan, demokratis, dan adil. Oleh karena peraturan perundang -

undangan di bidang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum selama ini belum dapat menjamin perolehan tanah untuk pelaksanaan

pembangunan, maka pemerintah perlu membuat undang-undang yang dapat

mengakomodasi semua itu.31

3. Tata Cara dan Prosedur Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum diselenggarakan melalui 4

tahapan, yaitu:

1.      Perencanaan

2.      Persiapan

3.      Pelaksanaan

4.      Penyerahan hasil.

Dengan adanya rencana pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah

pusat, berikut proses dan alur pengadaan tanah untuk kepentingan umum bandar

31 . Mukmin Zakie, Kewenangan Negara Dalam Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum di Indonesia dan Malaysia , Buku Litera, Yogyakarta, 2013, hlm, 123.

26

Page 27: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

udara di Kabupaten Kulonprogo.

a.    Perencanaan Pengadaan Tanah

Perencanaan pengadaan tanah untuk Kepentingan umum didasarkan atas

Rencana Tata Ruang Wilayah dan prioritas pembangunan yang tercantum dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Strategis, Rencana Kerja

Pemerintah Instansi yang bersangkutan. Perencanaan pengadaan tanah untuk

kepentingan umum sebagaimana dimaksud dan disusun dalam bentuk dokumen

perencanaan pengadaan tanah, yang paling sedikit memuat:

1. maksud dan tujuan rencana pembangunan;

2. kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana

Pembangunan Nasional dan Daerah;

27

Page 28: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

3. letak tanah;

4. luas tanah yang dibutuhkan;

5. gambaran umum status tanah;

6. perkiraan waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah;

7. perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;

8. perkiraan nilai tanah; dan

9. rencana penganggaran.

Dokumen perencanaan pengadaan tanah tersebut disusun berdasarkan

studi kelayakan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Dokumen perencanaan tersebut dibuat dan ditetapkan oleh Instansi

yang memerlukan tanah kemudian diserahkan kepada pemerintah provinsi.

b.    Persiapan Pengadaan Tanah

Instansi yang memerlukan tanah bersama pemerintah provinsi berdasarkan

dokumen perencanaan pengadaan tanah melaksanakan:

1) Pemberitahuan rencana pembangunan

Pemberitahuan rencana pembangunan disampaikan kepada masyarakat

pada rencana lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, baik langsung

maupun tidak langsung.

2) Pendataan awal lokasi rencana pembangunan

28

Page 29: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Pendataan awal lokasi rencana pembangunan meliputi kegiatan

pengumpulan data awal pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah.Pendataan

awal dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak pemberitahuan

rencana pembangunan. Hasil pendataan awal lokasi rencana pembangunan

digunakan sebagai data untuk pelaksanaan konsultasi publik rencana

pembangunan.

3) Konsultasi publik rencana pembangunan

Konsultasi publik adalah proses komunikasi dialogis atau musyawarah

antar pihak yang berkepentingan guna mencapai kesepahaman dan kesepakatan

dalam perencanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum. Konsultasi publik rencana pembangunan dilaksanakan untuk mendapatkan

kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari pihak yang berhak dengan

melibatkan pihak yang berhak dan masyarakat yang terkena dampak serta

dilaksanakan di tempat rencana pembangunan kepentingan umum atau di tempat

yang disepakati. Pelibatan pihak yang berhak dapat dilakukan melalui perwakilan

dengan surat kuasa dari dan oleh pihak yang berhak atas lokasi rencana

pembangunan. Setelah mencapai kesepakatan, maka dituangkan dalam bentuk

berita acara kesepakatan. Kemudian Instansi yang memerlukan tanah dapat

mengajukan permohonan penetapan lokasi kepada Gubernur sesuai dengan

kesepakatan tersebut. Gubernur menetapkan lokasi dalam waktu paling lama 14

hari kerja terhitung sejak di terimanya pengajuan permohonan penetapan oleh

Instansi yang memerlukan tanah.

29

Page 30: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Konsultasi publik rencana pembangunan dilaksanakan dalam waktu paling lama

60 hari kerja. Apabila sampai dengan jangka waktu 60 hari kerja pelaksanaan

konsultasi publik rencana pembangunan terdapat pihak yang keberatan mengenai

rencana lokasi pembangunan, dilaksanakan konsultasi publik ulang dengan pihak

yang keberatan paling lama 30 hari kerja. Apabila masih terdapat pihak yang

keberatan mengenai rencana lokasi pembangunan, Instansi yang memerlukan

tanah melaporkan keberatan dimaksud kepada gubernur setempat. Gubernur akan

membentuk tim untuk melakukan atas keberatan rencana lokasi pembangunan.

Tim sebagaimana dimaksud terdiri atas: 32

1. Sekretaris Daerah provinsi atau pejabat yang ditunjuk sebagai ketua

merangkap anggota;

2. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional sebagai sekretaris

merangkap anggota;

3. Instansi yang menangani urusan di bidang perencanaan pembangunan

daerah sebagai anggota;

4. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

sebagai anggota;

5. Bupati/Wali Kota atau pejabat yang ditunjuk sebagai anggota; dan

6. Akademisi sebagai anggota.

Tim bentukan Gubernur tersebut bertugas sebagai berikut :

32 . Supriadi, op. cit, hlm. 77.

30

Page 31: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

1. Menginventarisasi masalah yang menjadi alasan keberatan

2. Melakukan pertemuan atau klarifikasi dengan pihak yang keberatan

3. Membuat rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan.

Hasil kajian tim berupa rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan

rencana lokasi pembangunan dalam waktu paling lama 14 hari kerja terhitung

sejak diterimanya permohonan oleh gubernur. Gubernur berdasarkan rekomendasi

mengeluarkan surat diterima atau ditolaknya keberatan atas rencana lokasi

pembangunan.

Jika keberatan atas rencana lokasi pembangunan ditolak oleh Gubernur,

maka Gubernur menetapkan lokasi pembangunan di lokasi tersebut yang telah

ditetapkan. Akan tetapi apabila keberatan atas rencana lokasi pembangunan

tersebut diterima, maka Gubernur memberitahukan kepada Instansi yang

memerlukan tanah untuk mengajukan rencana lokasi pembangunan di tempat lain.

33 Dalam hal setelah penetapan lokasi pembangunan masih terdapat keberatan,

pihak yang berhak terhadap penetapan lokasi dapat mengajukan gugatan ke

Pengadilan Tata Usaha Negara setempat paling lambat 30 hari kerja sejak

dikeluarkannya penetapan lokasi. Pengadilan Tata Usaha Negara memutuskan

diterima atau ditolaknya gugatan dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak

diterimanya gugatan. Pihak yang keberatan terhadap putusan Pengadilan Tata

Usaha Negara dalam waktu paling lama 14 hari kerja dapat mengajukan kasasi

kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia. Mahkamah Agung wajib

33 . Sudjito, Sarjita, Tjahjo Arianto dan Mohammad Machfudh Zarqoni, Restorasi Kebijakan Pengadaan, Perolehan, Pelepasan dan Pendayagunaan Tanah, Serta Kepastian Hukum di Bidang Investasi, Tugujogja Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 74.

31

Page 32: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

memberikan putusan dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak permohonan

kasasi diterima. Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

menjadi dasar diteruskan atau tidaknya pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum. Gubernur bersama Instansi yang memerlukan tanah

mengumumkan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum

dimaksudkan untuk pemberitahuan kepada masyarakat bahwa di lokasi tersebut

akan dilaksanakan pembangunan untuk kepentingan umum.

c. Pelaksanaan Pengadaan Tanah

Berdasarkan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum,

Instansi yang memerlukan tanah mengajukan pelaksanaan pengadaan tanah

kepada Lembaga Pertanahan. Pelaksanaan pengadaan tanah meliputi:

1. Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan

pemanfaatan tanah

2. Penilaian ganti kerugian

3. Musyawarah penetapan ganti kerugian

4. Pemberian ganti kerugian, dan

5. Pelepasan tanah Instansi.

Setelah penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, pihak

yang berhak hanya dapat mengalihkan hak atas tanahnya kepada Instansi yang

memerlukan tanah melalui Lembaga Pertanahan. Beralihnya hak dilakukan

dengan memberikan ganti kerugian yang nilainya ditetapkan saat nilai

pengumuman penetapan lokasi.

32

Page 33: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

1) Inventarisasi dan Identifikasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, serta

Pemanfaatan Tanah

Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan

pemanfaatan tanah dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 hari kerja yang

meliputi kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang per bidang tanah dan

pengumpulan data Pihak yang Berhak dan objek pengadaan tanah.

Hasil inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan,

dan pemanfaatan tanah wajib diumumkan di kantor desa/kelurahan, kantor

kecamata, dan tempat pengadaan tanah dilakukan dalam waktu paling lama 14

hari kerja yang dilakukan secara bertahap, parsial, atau keseluruhan. Pengumuman

hasil inventarisasi dan identifikasi meliputi subjek hak, luas, letak, dan peta

bidang tanah objek pengadaan tanah.

Apabila tidak menerima hasil inventarisasi, pihak yang berhak dapat

mengajukan keberatan kepada Lembaga Pertanahan dalam waktu paling lama 14

hari kerja terhitung sejak diumumkan hasil inventarisasi. Apabila keberatan atas

hasil inventarisasi dilakukan verifikasi dan perbaikan dalam waktu paling lama 14

hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan. Dalam hal masih juga terdapat

keberatan atas hasil inventarisasi inventarisasi dan identifikasi dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hasil pengumuman atau

verifikasi dan perbaikan ditetapkan oleh Lembaga Pertanahan dan selanjutnya

menjadi dasar penentuan pihak yang berhak dalam pemberian ganti kerugian.

33

Page 34: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

2) Penilaian Ganti Kerugian

Lembaga Pertanahan menetapkan penilai sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Lembaga Pertanahan mengumumkan penilai yang

telah ditetapkan untuk melaksanakan penilaian objek pengadaan tanah. Penilai

yang ditetapkan wajib bertanggung jawab terhadap penilaian yang telah

dilaksanakan dan apabila terdapat pelanggaran dikenakan sanksi administratif

dan/atau pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penilaian besarnya nilai Ganti Kerugian oleh penilai dilakukan bidang per

bidang tanah, meliputi:

1. Tanah

2. Ruang atas tanah dan bawah tanah

3. Bangunan

4. Tanaman

5. Benda yang berkaitan dengan tanah, dan/atau

6. Kerugian lain yang dapat dinilai.

Nilai Ganti Kerugian yang dinilai oleh Penilai merupakan nilai pada saat

pengumuman penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum. Besarnya

nilai ganti kerugian berdasarkan hasil penilaian Penilai disampaikan kepada

Lembaga Pertanahan dengan berita acara dan menjadi dasar musyawarah

penetapan ganti kerugian. Dalam hal bidang tanah tertentu yang terkena

Pengadaan Tanah terdapat sisa yang tidak lagi dapat difungsikan sesuai dengan

34

Page 35: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

peruntukan dan penggunaannya, pihak yang berhak dapat meminta penggantian

secara utuh atas bidang tanahnya.

Pemberian ganti kerugian dapat diberikan dalam bentuk:

1. Uang

2. Tanah pengganti

3. Permukiman kembali

4. kepemilikan saham, atau

5. bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.

3) Musyawarah Penetapan Ganti Kerugian

Lembaga Pertanahan melakukan musyawarah dengan pihak yang berhak

dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak hasil penilaian dari penilai

disampaikan kepada Lembaga Pertanahan untuk menetapkan bentuk dan/atau

besarnya ganti kerugian. Berdasarkan hasil penilaian ganti kerugian. Hasil

kesepakatan dalam musyawarah menjadi dasar pemberian ganti kerugian kepada

pihak yang berhak yang dimuat dalam berita acara kesepakatan.

Jika tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk dan/atau besarnya ganti

kerugian, maka pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada

pengadilan negeri setempat dalam waktu paling lama 14 hari kerja setelah

musyawarah penetapan ganti kerugian. Pengadilan Negeri memutus bentuk

dan/atau besarnya ganti kerugian dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak

diterimanya pengajuan keberatan. Pihak yang keberatan terhadap putusan

pengadilan negeri dalam waktu paling lama 14 hari kerja dapat mengajukan kasasi

35

Page 36: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia. Mahkamah Agung wajib

memberikan putusan dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak permohonan

kasasi diterima. Putusan Pengadilan Negeri/Mahkamah Agung yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap menjadi dasar pembayaran ganti kerugian

kepada pihak yang mengajukan keberatan. Dalam hal Pihak yang Berhak menolak

bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian, tetapi tidak mengajukan keberatan

dalam waktu tersebut, pihak yang berhak dianggap menerima bentuk dan besarnya

ganti kerugian.

4) Pemberian Ganti Kerugian

Pemberian ganti kerugian atas objek pengadaan tanah diberikan langsung

kepada pihak yang perhak. Ganti kerugian diberikan kepada pihak yang berhak

berdasarkan hasil penilaian yang ditetapkan dalam musyawarah dan/atau putusan

Pengadilan Negeri/Mahkamah Agung. Pada saat pemberian Ganti Kerugian Pihak

yang berhak menerima ganti kerugian wajib melakukan pelepasan hak dan

menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan objek pengadaan tanah kepada

instansi yang memerlukan tanah melalui Lembaga Pertanahan.

Bukti yang dimaksud merupakan satu-satunya alat bukti yang sah menurut

hukum dan tidak dapat diganggu gugat dikemudian hari. Pihak yang berhak

menerima ganti kerugian bertanggung jawab atas kebenaran dan keabsahan bukti

penguasaan atau kepemilikan yang diserahkan.Tuntutan pihak lain atas objek

pengadaan tanah yang telah diserahkan kepada Instansi yang memerlukan tanah

menjadi tanggung jawab pihak yang berhak menerima ganti kerugian.

36

Page 37: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Apabila pihak yang berhak menolak bentuk dan/atau besarnya ganti

kerugian berdasarkan hasil musyawarah atau putusan Pengadilan

Negeri/Mahkamah Agung, maka ganti kerugian dititipkan di Pengadilan Negeri

setempat. Penitipan ganti kerugian di Pengadilan Negeri juga dapat dilakukan

terhadap pihak yang berhak menerima ganti kerugian tidak diketahui

keberadaannya, atau objek pengadaan tanah yang akan diberikan ganti kerugian

sedang menjadi objek perkara di pengadilan, masih dipersengketakan

kepemilikannya, diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang, atau menjadi

jaminan di bank.

Pada saat pelaksanaan pemberian Ganti Kerugian dan Pelepasan Hak telah

dilaksanakan atau pemberian Ganti Kerugian sudah dititipkan di Pengadilan

Negeri, kepemilikan atau Hak Atas Tanah dari pihak yang berhak menjadi hapus

dan alat bukti haknya dinyatakan tidak berlaku dan tanahnya menjadi tanah yang

dikuasai langsung oleh negara.

5) Pelepasan Tanah Instansi

Pelepasan objek pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang dimiliki

pemerintah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang mengatur pengelolaan barang milik negara/daerah. Pelepasan objek

pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang dikuasai oleh pemerintah atau

dikuasai/dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah

dilakukan berdasarkan UU NO. 2 Tahun 2012.

Pelepasan Objek Pengadaan Tanah dilakukan oleh pejabat yang

berwenang atau pejabat yang diberi pelimpahan kewenangan untuk itu. Pelepasan

37

Page 38: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

objek pengadaan tanah tidak diberikan Ganti Kerugian, kecuali:

1. Objek pengadaan tanah yang telah berdiri bangunan yang dipergunakan

secara aktif untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan;

2. Objek pengadaan tanah yang dimiliki/dikuasai oleh Badan Usaha Milik

Negara/Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau

3. Objek pengadaan tanah kas desa.

Ganti kerugian atas objek pengadaan tanah diberikan dalam bentuk tanah

dan/atau bangunan atau relokasi. Pelepasan objek pengadaan tanah dilaksanakan

paling lama 60 hari kerja sejak penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan

umum. Apabila pelepasan objek pengadaan tanah belum selesai dalam waktu

tersebut, maka dinyatakan telah dilepaskan dan menjadi tanah negara dan dapat

langsung digunakan untuk pembangunan bagi kepentingan umum.

d. Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah

Lembaga Pertanahan menyerahkan hasil pengadaan tanah kepada Instansi

yang memerlukan tanah setelah pemberian ganti kerugian kepada pihak yang

berhak dan pelepasan hak dilaksanakan dan/atau pemberian ganti kerugian telah

dititipkan di Pengadilan Negeri. Kemudian Instansi yang memerlukan tanah dapat

mulai melaksanakan kegiatan pembangunan setelah dilakukan serah terima hasil

pengadaan tanah. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum karena keadaan

mendesak akibat bencana alam, perang, konflik sosial yang meluas, dan wabah

penyakit dapat langsung dilaksanakan pembangunannya setelah dilakukan

38

Page 39: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum. Sebelum penetapan

lokasi pembangunan untuk kepentingan umum terlebih dahulu disampaikan

pemberitahuan kepada pihak yang berhak. Jika terdapat keberatan atau gugatan

atas pelaksanaan pengadaan tanah, maka Instansi yang memerlukan tanah tetap

dapat melaksanakan kegiatan pembangunan, dengan syarat Instansi yang

memperoleh tanah wajib mendaftarkan tanah yang telah diperoleh sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Konsultasi Publik Dalam Islam

Seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012,

pengertian dari konsultasi publik yaitu proses komunikasi dialogis atau

musyawarah antar pihak yang berkepentingan guna mencapai kesepahaman dan

kesepakatan dalam perencanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum. Dari pengertian tersebut di atas dapat dipahami bahwa

konsultasi publik sama halnya dengan musyawarah untuk memperoleh kata

mufakat dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Prinsip musyawarah merupakan prinsip yang diajarkan oleh al-Qur’an dan

nabi Muhammad SAW yang dijadikan etika politik didalam kehidupan bernegara

dan berbangsa yang dijadikan media untuk mufakat apabila terjadi perselisihan

pendapat. Melaui musyawarah atau dialog, kekuasaan yang bersifat absolut atau

otoriter akan dapat diminimalisir. Karena dalam forum musyawarah setiap

persoalan yang menyangkut kepentingan publik atau umat bisa dicarikan

39

Page 40: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

solusinya dan dipertimbangkan berdasarkan alasanalasan yang rasional.34 Dalam

al-Qur’an dijelaskan pada surat Q.S.asy-syūrā (26): 38

وَر�ى ُش� ُه�ْم ََو��أْمُر�

�ُه�ْم َن �ْي َب

Artinya: "Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara

mereka".35

34 A. Maftuh Abegibriel, A. Yani Abeveiro, SR-ins team, Negara Tuhan The ThematicEncyclopedia, SR-ins Publishing, Jakarta, 2004, hlm.1.35 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 789.

40

Page 41: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Wilayah

1. Letak Wilayah

Kabupaten Daerah Tingkat II Kulon Progo merupakan salah satu bagian

dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyailetakgeografis7° 38’ 42”

sampai 7° 59’ 3” Lintang Selatan dan 110° 1’ 37” sampai 110° 16’

26”BujurTimur.

2. Batas-Batas Wilayah

Kabupaten Daerah Tingkat II Kulon Progo juga memiliki batas-batas

wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa

Tengah.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten

Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa

Tengah.

41

Page 42: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

3. Keadaan Alam

Kabupaten Kulon Progo memiliki topografi yang bervariasi dengan

ketinggian antara 0 - 1000 meter di atas permukaan air laut, yang terbagi menjadi

3 wilayah meliputi :

a. Bagian Utara

Merupakan dataran tinggi yang merupakanperbukitan Menoreh dengan

ketinggian antara 500 sampai 1000 meter di atas permukaan air laut, yang di

dalam wilayah tersebutmeliputi Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang dan

Samigaluh. Wilayah ini penggunaan tanah diperuntukkan sebagai kawasan

budidaya konservasi dan merupakan kawasan rawan bencana tanah longsor.

b. Bagian Tengah

Merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100sampai 500

meter di atas permukaan air laut,dalamwilayahtersebut meliputi Kecamatan

Nanggulan, Sentolo, Pengasih, dan sebagian Lendah, wilayah dengan lereng

antara 2sampai 15%, tergolong berombak dan bergelombang merupakan peralihan

dataran rendah dan perbukitan.

c. Bagian Selatan

Merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 sampai 100 meter di atas

permukaan air laut, dalam wilayah tersebut meliputi Kecamatan Temon, Wates,

Panjatan, Galur, dan sebagian Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, memiliki

lereng 0 sampai 2%, merupakan wilayah pantai sepanjang 24,9 km, apabila

musim penghujan merupakan kawasan rawan bencana banjir.

42

Page 43: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Selama tahun 2011 di Kabupaten Kulon Progo, rata-rata curah hujan per

bulan adalah 161 mm dan hari hujan 10 hh per bulan. Keadaan rata-rata curah

hujan hujan yang tertinggi terjadi pada bulan Februari 2011 sebesar 343 mm

dengan jumlah hari hujan 18 hh se bulan. Kecamatan yang mempunyai rata-rata

curah hujan per bulan tertinggi pada tahun 2011 berada di Kecamatan Kokap

sebesar 214 mm dengan jumlah hari hujan 14 hh per bulan.

Sumber air baku di Kabupaten Kulon Progo meliputi 7 (tujuh) buah mata

air, Waduk Sermo, dan Sungai Progo. Mata air yang sudah dikelola PDAM

meliputi mata air Clereng, Mudal, Grembul, Gua Upas, dan Sungai Progo. Akan

tetapi, diKecamatanKokapmata air dikelola secara swakelola oleh pihak

Kecamatan dan Desa, yang kemudian disalurkan secara gravitasi dengan sistem

perpipaan.

Kabupaten Kulon Progo yang terletak antara Bukit Menoreh dan

Samudera Hindia dilalui Sungai Progo di sebelah timur dan Sungai Bogowonto

dan Sungai Glagah di Bagian barat dan tengah. Keberadaan sungai dengan air

yang mengalir sepanjang tahun di wilayah Kabupaten Kulon Progo tersebut

membantu dalam menjaga kondisi permukaan air tanah.

Keberadaan Waduk Sermo di Kecamatan Kokap didukung dengan

keberadaan jaringan irigasi yang menyebar hampir di seluruh wilayah kecamatan,

menunjukkan keseriusan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk

meningkatkan produksi pertanian dan perikanan di wilayah Kabupaten Kulon

Progo.

43

Page 44: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

4. Pembagian Wilayah

Kabupaten Daerah Tingkat II Kulon Progo mempunyai 12 wilayah

kecamatan, meliputi :

1. Kecamatan Galur , terdiridari 7 Desa.

2. Kecamatan Girimulyo , terdiridari 4 Desa.

3. Kecamatan Kalibawang , terdiridari 4 Desa.

4. Kecamatan Kokap , terdiridari 5 Desa.

5. Kecamatan Lendah , terdiridari 6 Desa.

6. Kecamatan Nanggulan , terdiridari 6 Desa.

7. Kecamatan Panjatan , terdiridari 11 Desa.

8. Kecamatan Pengasih , terdiridari 7 Desa.

9. Kecamatan Samigaluh , terdiridari 7 Desa.

10. Kecamatan Sentolo , terdiridari 8 Desa.

11. Kecamatan Temon , terdiridari 15 Desa.

12. Kecamatan Wates , terdiridari8 Desa.

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Temon dimana terdiri dari 15 desa,

akan tetapi hanya 5 desa saja yang lahannya akan digunakan untuk pembangunan

Bandar udara, yaitu sebagai berikut :

No Desa Luas (m2)

1. Jangkaran 453.9932. Sindutan 551.2193. Palihan 2.104.9624. Kebonrejo 323.7055. Glagah 2.836.389

Jumlah 6.270.268

44

Page 45: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

5. Pendudukdan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten

Kulon Progo, maka jumlah penduduk menurut jenis kelamin dalam setiap

kecamatan di kabupaten Kulon Progo adalah sebagai berikut :

Kecamatan Laki-laki Perempuan

Temon 11.993 12.478

Wates 21.571 22.424

Panjatan 16.281 17.116

Galur 14.408 14.712

Lendah 18.113 18.334

Sentolo 22.054 22.471

Pengasih 21.961 23.214

Kokap 15.346 15.778

Girimulyo 10.694 11.199

Nanggulan 13.197 14.042

Kalibawang 12.948 13.854

Samigaluh 12.128 12.553

Sedangkan untuk kepadatan penduduk di Kabupaten Kulon Progo adalah

sebagai berikut :

KecamatanKepadatanPenduduk

(per km2)RasioJenisKelamin

Temon 674 96Wates 1.375 96Panjatan 749 95Galur 885 98Lendah 1.024 99Sentolo 846 98Pengasih 733 95Kokap 422 97Girimulyo 399 95Nanggulan 688 94Kalibawang 506 93

45

Page 46: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Samigaluh 356 97

Berdasarkan tabel di atas, maka yang paling padat penduduknya adalah

Kecamatan Wates dengan jumlah penduduk 1.375 jiwa per kilometre persegi,

sedangkan untuk kecamatan yang kurang padat penduduknya adalah Kecamatan

Samigaluh dengan jumlah penduduk 356 jiwa per kilometerpersegi.

Untuk Kecamatan Temon dengan kepadatan penduduk 674 jiwa per

kilometer persegi dengan penduduknya yang berjumlah 24.471 orang yang terdiri

dari penduduk laki-laki sejumlah11.993 orang dan penduduk perempuan yang

berjumlah 12.478 orang. Akan tetapi dari jumlah penduduk 24.471 jiwa tersebut,

yang terelokasi akibat pembangunan Bandar udara berjumlah lebih kurang 2.465

orang.

B. Penerapan Prinsip Konsultasi Publik Dalam Pengadaan Tanah Bandar

Udara Di Kulon Progo Berdasarkan Undang - Undang Nomor 2 Tahun

2012 Pasal 16 Sampai Dengan Pasal 26

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah  Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum merupakan undang-undang yang

ditunggu tunggu, peraturan perundang-undangan sebelumnya dianggap belum

memenuhi rasa keadilan bagi pihak yang kehilangan tanahnya. Undang-undang

ini diharapankan pelaksanaannya dapat memenuhi rasa keadilan setiap orang yang

tanahnya direlakan atau wajib diserahkan bagi pembangunan. Bagi pemerintah

yang memerlukan tanah, peraturan perundang-undangan sebelumnya dipandang

46

Page 47: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

masih menghambat atau kurang untuk memenuhi kelancaran pelaksanaan

pembangunan sesuai rencana.

PT Angkasa Pura I (persero) telah menyelesaikan tahap awal sosialisasi

rencana pembangunan bandara baru di Kulon progo, DI Yogyakarta. Sosialisasi

ini berlangsung pada 16 September hingga 23 September 2014. Turut hadir dalam

sosialisasi tersebut selain tim satuan kerja dari AP I, juga Asisten II Sekretaris

Daerah Kulon Progo Triyono, Kepala Biro Pemerintahan Setda Provinsi DI

Yogyakarta Sri Haryanto, dan Project Manager Bandara Baru Yogyakarta Eko

Permadi. Sosialisasi ini dilakukan setidaknya di enam desa yang terletak di sekitar

wilayah rencana pembangunan bandara. Dalam sosialisasi ini juga sempat

diwarnai aksi demo penolakan warga. Angkasa Pura I selaku pihak yang

memerlukan lahan untuk pembangunan bandara akan menjalankan proses

pengadaan lahan sesuai tahapan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan

Umum. Sementara di kesempatan yang sama Kepala Biro Pemerintahan Setda

Provinsi DI Yogyakarta Haryanto menambahkan sosialisasi yang dilangsungkan

hanya bersifat pemberitahuan rencana pembangunan Bandara Kulon progo. Tidak

hanya itu, Sekretaris Angkasa Pura I, Farid Indra Nugraha juga mengatakan

pembangunan bandara baru adalah sebuah keniscayaan untuk menjawab

kebutuhan bandara berstandar internasional bagi Yogyakarta. Kondisi Bandara

Adisutjipto Yogyakarta saat ini yang didesain hanya untuk menampung 1,2 juta

penumpang per tahun, harus melayani hingga 5,6 penumpang di tahun 2013.

Sementara di sisi udara, tujuh parking stand yang ada dirasakan kurang optimal

47

Page 48: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

dalam melayani pergerakan pesawat udara dengan 138 penerbangan baik

domestik maupun internasional.

Dalam analisis kebijakan publik ini, penulis memposisikan diri sebagai

seseorang yang terlibat di dalam proses perumusan kebijakan publik (didalam

pemerintah). Ini artinya, penulis berada di dalam internal dinamika perumusan

kebijakan yang bekerja dengan tujuan untuk mempercepat rencana relokasi

bandara adisutjipto serta mengambil keputusan yang paling tepat bagi kebijakan

tersebut. Penulis menggunakan perspektif ini untuk memandang berbagai alur dan

proses dalam kebijakan tersebut.

1. Analisa Kebijakan Pemerintah

Dalam proses relokasi Bandar udara inilah ruang untuk memaknai apa yang

disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan.

Dalam proses ini, jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah

publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak

mendapatkan alokasi sumber daya yang lebih daripada isu lain. Proses dalam studi

analisa kebijakan publik, dipahami secara berbeda-beda. Dengan

mempertimbangkan permasalahan diatas, maka Kebijakan Relokasi Bandara

Adisutjipto merupakan hal yang sangat menarik untuk dianalisis dengan

melakukan pemetaan isu terkait permasalahan dari pertumbuhan penerbangan dan

semakin luasnya rute-rute penerbangan domestik maupun internasional membawa

dampak yang cukup signifikan terhadap rencana pemindahan bandara tersebut.

Analisis yang akan dilakukan adalah sebagai agenda kerja pembuat

kebijakan. Dalam konteks ini, pejabat pembuat kebijakan diasumsikan bersifat

48

Page 49: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

netral dan mencari-cari isu yang harus ditangani karena posisinya sebagai pejabat.

Dalam kerangka berfikir ini, aktivitas analisis dalam proses penentuan kebijakan

adalah aktivitas yang bersifat aktif dan memiliki suatu tujuan tertentu. Analisis

yang akan dilakukan untuk Kebijakan Relokasi Bandara Adisutjipto ini

menggunakan logika, dimana dalam logika ini sebagai agenda pejabat yang

mencari-cari sesuatu untuk dikerjakan atas nama publik seperti yang tercermin

dalam definisi Jones, Meltsner, dan Hogwood & Gunn. Karena itu, Hugwood dan

Gunn membagi proses pengaturan agenda dalam dua tahap, yaitu pencarian suatu

masalah dan penyortiran masalah.

Terkait dengan proses pencarian isu untuk dimasukkan dalam agenda

Kebijakan Relokasi Bandara Adisutjipto diawali dengan timbulnya masalah yang

cukup serius terkait dengan padatnya lalu lintas bandara yang disebabkan

padatnya jadwal penerbangan umum dengan penerbangan oleh TNI-AU sehingga

terjadi bentrokan jadwal penerbangan tidak dapat terelakkan lagi. Kondisi

Bandara Internasional Adisutjipto dinilai tak lagi memadai. Kapasitas penumpang

sudah jauh melampaui kapasitas awal bandara. Dengan luas yang ada saat ini,

Bandara Adisutjipto sudah tidak mampu menampung penumpang ditambah

dengan beragamnya armada maskapai mancanegara. Ini merupakan permasalahan

serius bagi rencana pemindahan bandara dengan sarana pendukung yang minim,

sulitnya mendarat dan lepas landas pesawat, penundaan penerbangan yang sangat

sering terjadi, serta permasalahan teknis lainnya.

Pemilahan isu selanjutnya merupakan proses memilah isu yang menjadi

prioritas dalam menentukan arah dan tujuan kebijakan relokasi bandara tersebut,

49

Page 50: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

yang dilakukan pejabat pembuat kebijakan untuk menjawab kerisauan masyarakat

akan situasi Bandara Adisutjipto mendasari isu publik pemindahan bandara ini,

antara lain:

a. Kapasitas, dalam statusnya sebagai bandara internasional, luas

bandara yang ada sangat kurang dalam memenuhi standar

kenyamanan dan kebutuhan ruang untuk memfasilitasi kegiatan

penerbangan.

b. Standarisasi, dalam kapasitasnya sebagai bandara internasional,

sudah tentu Bandara Adisutjipto juga akan disinggahi pesawat-

pesawat milik maskapai penerbangan luar. Pesawat yang

tergolong jumbo jet atau sejenis airbus tidak dapat mendarat

maupun lepas landas, mengingat panjang landas pacu yang

dimiliki bandara saat ini hanya 2.200 meter.

c. Pelayanan, akibat dari jumlah calon penumpang yang melebihi

kapasitas bandara menyebabkan pelayanan yang disediakan

berjalan kurang optimal.

d. Sempitnya lahan disekitaran Bandara Adisutjipto menyebabkan

sulitnya dilakukan pemekaran, ditambah dengan pembagian

landasan pacu bersama TNI-AU menimbulkan berbagai

permasalahan lain. Sebelum Kebijakan Relokasi Bandara

Adisutjpto dilaksanakan, tentunya terdapat pembahasan terhadap

problematika ini terkait dengan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 70 tahun 2001 tentang kebandarudaraan ini.

50

Page 51: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Terdapat beberapa agenda yang diangkat dan menjadi prioritas

dalam urgensi relokasi bandara untuk didiskusikan oleh

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, yaitu :

Nomor Pasal Perihal Konten Kondisi di LapanganPasal 1 ayat (2)

Pasal 1 ayat (4)

Kebandarudaraan

Kebandarudaraan

Meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan Bandar udara dan melaksanakan fungsi untuk menunjang kelancaran, keamanan, ketertiban, arus lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo, keselamatan penerbangan, kegiatan perpindahan intra/moda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah

Tatanan kebandarudaraan Nasional meliputi suatu sistem kebandar-udaraan nasional yang memuat hirarki, peran fungsi, klasifikasi, jenis, penyelenggaraan, keterpaduan intra dan moda dengan sektor lainnya.

Kondisi Bandara Adisutjipto sudah tidak layak dikarenakan landas pacu yang sempit sehingga membahayakan keselamatan penerbangan

Kondisi fisik dan infrastuktur Bandara Adisutjipto sudah tidak memungkinkan lagi untuk dikembangkan kedepan dikarenakan lahan yang terbatas

Menurut kriteria yang digunakan oleh Hogwood & Gunn yaitu waktu,

bobot politis, kebakuan sikap politik, dan arti penting isu tersebut bagi pejabat

pembuat kebijakan dalam konteks Kebijakan Relokasi Bandara Adisutjipto waktu

yang dipilih untuk melakukan pengagendaan terhadap rencana relokasi bandara

tersebut sudah tepat, dikarenakan keadaan nyata dari fasilitas bandara yang tidak

51

Page 52: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

memadai ditambah dengan program pemerintah dalam mencanangkan

“Yogyakarta sebagai Destinasi Pariwisata Indonesia”. Kemudian dalam aspek

bobot politis, rencana relokasi tersebut sudah mendapat persetujuan dari Gubernur

D.I Yogyakarta, PT Angkasa Pura I, Pemerintah Kabupaten Sleman dan

Kulonprogo, serta masyarakat tertentu. Sedangkan arti penting relokasi bandara

tersebut diharapkan mampu menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) D.I

Yogyakarta, Promosi Pariwisata, Penyerapan Tenaga Kerja dari berbagai sektor.

Rencananya bandara dihubungkan dengan moda transportasi lain, seperti kereta,

bus, taksi maupun kapal sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat

kedepannya sehingga sudah layak dijadikan agenda pemerintah D.I Yogyakarta.

2. Analisa Formulasi Kebijakan

Pada tahap ini akan dilakukan analisis untuk tahap formulasi kebijakan

publik. Teknik yang dapat dipakai dalam proses analisis formulasi kebijakan,

analisis mengenai Problematika dan Analisa Studi Kelayakan Relokasi Bandara

Adisutjipto ini akan menggunakan SWOT Analysis. Kebijakan Relokasi Bandara

Adisutjipto diawali dengan timbulnya masalah yang cukup serius terkait dengan

lalu lintas bandara yang padat, kapasitas bandara yang tidak memadai, fasilitas

bandara yang tidak sesuai standar sebagai bandara internasional, kurangnya

kuantitas dan kualitas tenaga kerja dikarenakan tidak seimbangnya jumlah tenaga

kerja dengan calon penumpang yang sangat banyak, dan lokasi bandara

adisutjipto berada di tengah kota padat penduduk, yang dapat menimbulkan suatu

bahaya maupun gangguan pada penduduk sekitar bandara.

52

Page 53: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Kemudian, analisis terkait dengan rencana Relokasi Bandara Adisutjipto

akan diperjelas dengan SWOT Analysis, dalam tulisan ini akan dilakukan analisis

untuk tahap formulasi kebijakan publik memperkuat hasil analisis sebelumnya.

Setelah menguraikan mengenai masing-masing aspek analisis yang mencakup

Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity), dan

Ancaman (Threats), maka akan diuraikan lebih lanjut mengenai hubungan antara

kekuatan dan peluang yang dapat menjadi poin kunci yang positif bagi pejabat

pembuat kebijakan. Selain itu juga akan diuraikan hubungan antara kelemahan

dan ancaman yang harus diantisipasi oleh pembuat kebijakan. Analisis SWOT

adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan

kerangka kerja kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman, instrument ini

memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk

melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang

bias dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka. SWOT

Analisis mengedepankan pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan

faktor internal dan eksternal. Masing-masing faktor ini ditentukan oleh dua

variabel utama, yaitu kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal, serta

kesempatan dan ancaman, sebagai faktor eksternal. Analisa untuk pengambilan

keputusan dilakukan dengan menganalisa situasi internal pengambil keputusan

untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang ada dan diproyeksikan pada

kesempatan dan ancaman yang dihadirkan oleh lingkungan eksternal yang

dihadapi. Dari situ, diharapkan akan dihasilkan gambaran tentang keputusan apa

yang paling tepat, dalam arti memaksimalkan kekuatan yang dimiliki untuk

53

Page 54: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

memanfaatkan kesempatan yang ada semaksimal mungkin, sembari menutup

kelemahan dan menetralisir, setidaknya menghindari, ancaman.

3. Alur Analisis SWOT:

a. Memindai Kawasan Bandar Udara

Kebijakan Relokasi Bandara Adisutjipto diawali dengan timbulnya

masalah yang cukup serius terkait dengan lalu lintas bandara yang padat

bersamaan dengan penerbangan yang dilakukan oleh TNI-AU sehingga

bentrokan jadwal penerbangan tidak dapat terelakkan lagi. Kapasitas calon

penumpang sudah jauh melampaui kapasitas awal bandara. Seharusnya,

bandara ini hanya bisa melayani sekitar 1,2 juta penumpang per tahun,

tetapi yang terjadi jumlah penumpang tercatat sudah mencapai 5,6 juta

orang per tahun.

Dari analisis yang dilakukan diawal, tindakan yang dapat

dilakukan dalam permasalahan lalu lintas Bandara, Kapasitas Bandara,

Fasilitas Bandara, kuantitas dan kualitas tenaga kerja, dan Letak Bandara

ditengah Kota Padat Penduduk adalah alternatif untuk melakukan relokasi

ke tempat yang lebih luas, mengingat lahan yang tersedia di Bandara

Adisutjipto sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan perluasan. Oleh

karena itu permasalahan terkait kapasitas bandara menjadi sangat krusial

dalam hal ini.

b. Adanya Peluang dan Ancaman

Bandara Adisucipto yang terletak di kawasan Sleman tepatnya di

desa Maguwoharjo memang sudah terintegrasi dengan baik, hal ini

54

Page 55: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

ditunjukkan dengan munculnya kawasan pendukung Adisucipto yaitu

wilayah Depok, Kalasan, Ngaglik, dan juga Berbah. Dengan adanya

bandara dikawasan Sleman jelas memberikan keuntungan ekonomi bagi

wilayah disekitar bandara. Sudah tampak jelas bahwa pergerakan ekonomi

sekitar wilayah adisucipto kini berkembang pesat. Perubahan sektor

perekonomian dari wilayah Sleman ke wilayah Kulonprogo jelas akan

terjadi, berbagai penyedia jasa maupun industri perdagangan akan

berbondong-bondong beralih ke jalur Bandara baru. Seperti halnya jasa

Taksi, Ojek, bus Trans Jogja, maupun Kereta api tentulah akan membuka

jalur baru di sekitar wilayah Bandara baru. Begitu pula dengan industri

perdagangan, Akan tetapi, bisa jadi industri yang berada di sekitar wilayah

Bandara Adisutjipto ikut beralih ke Kulon Progo sebagai akibat dari

adanya pemindahan bandara. Sehingga dimungkinkan industri

perdagangan barang maupun jasa disekitar Bandara Adisutjipto lambat

laun akan melemah.

Kebijakan Relokasi Bandara Adisutjipto ternyata belum tercantum

dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW). Padahal proyek-proyek lain seperti tambang

pasir besi sudah tercantum dalam Perda RTRW tersebut. Hal ini tentunya

menjadi faktor penghambat dalam persiapan realisasi kebijakan relokasi

Bandar udara tersebut. Diuraikan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan, fungsi bandar

udara antara lain:

55

Page 56: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

(1) simpul dalam jaringan transportasi udara sesuai dengan hirarki

fungsinya,

(2) pintu gerbang kegiatan perekonomian nasional dan

internasional;

(3) tempat kegiatan alih moda transportasi.

Dapat disimpulkan dari fungsi menurut Peraturan Pemerintah

tersebut bahwa bandar udara memiliki peran yang sangat vital karena

Bandar udara merupakan simpul awal untuk terjadinya pertukaran

penduduk, kekayaan, dan sebagainya.

Pemindahan Bandara tentunya berimplikasi besar terhadap sendi-

sendi ekonomi berbagai lapisan masyarakat Yogyakarta. Hal tersebut

tentunya mendongkrang wisatawan asing maupun lokal untuk berkunjung

dan berwisata ke Yogyakarta.Keberadaan Bandara baru jelas akan banyak

memunculkan peluang usaha yang diharapkan bisa meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Bahkan bila program pembangunan skala

nasional di Kabupaten Kulonprogo yaitu pembangunan bandara

internasional sebagai pengganti bandara Adisucipto, maka Kulon Progo

berpotensi menjadi Kabupaten yang kaya di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Jika program ini dapat terealisasikan tentunya akan membawa

dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat di Kulonprogo. Oleh

karenanya tumbuhnya peluang usaha maupun perkembangan industri jasa

maupun perdagangan bukan lagi menjadi hal yang tidak mungkin terjadi.

Selain itu, rencana pembangunan bandara di kawasan Kulon Progo juga

56

Page 57: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

menimbulkan kenaikan harga tanah. Pemerintah sendiri cenderung tidak

bisa mengendalikan harga tanah karena harga tanah sesuai dengan

mekanisme pasar. Pemerintah hanya mampu mengendalikan harga

perumahan dengan mengatur harga bahan bakunya. Pembangunan bandara

di Kabupaten Kulon Progo jelas akan membantu pemerataan ekonomi,

terutama di sektor perumahan.

Pemindahan sebuah bandar udara merupakan hal yang rumit.

Banyak aspek yang harus dicermati dalam memilih lokasi baru ini.

Beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan antara lain:

a.Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Propinsi dan Rencana Tata

Ruang Wilayah Daerah Kabupaten / Kora,

b.Pertumbuhan ekonomi,

c.Kelayakan ekonomis dan teknis pembanggunan dan

pengoperasian bandar udara umum,

d.Kelestarian lingkungan,

e.Keamanan dan keselamatan penerbangan,

f.Keterpaduan antra dan antar moda,

g.Pertahanan keamanan negara.

Dalam bandar udara tentunya memiliki fasilitas-fasilitas. Adapun

fasilitas pokok dibandara meliputi: fasilitas sisi udara, fasilitas sisi darat,

fasilitas navigasi penerbangan, alat bantu pendataan visual. Adapun

fasilitas penunjang yang dibutuhkan antara lain: penginapan, toko dan

restoran, parkir, perawatan.

57

Page 58: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

c. Analisis SWOT Kebijakan Relokasi Bandara Adisutjipto

1) Strength (Kekuatan)

Kekuatan dari kebijakan relokasi Bandara Adisutjipto ini secara

menyeluruh adalah dukungan penuh dari Pemerintah Pusat melalui PT

Angkasa Pura dalam upaya peningkatan kualitas serta fasilitas bandara

yang siap menampung lonjakan penumpang dan wisatawan yang akan

berkunjung ke D.I Yogyakarta. Dengan adanya pemindahan lokasi

bandara tersebut diharapkan mampu meningkatkan perekonomian

terutama pada sektor pariwisata dan dampaknya secara mikro terhadap

masyarakat sekitar. Relokasi ini juga sudah mendapatkan dukungan dari

Gubernur D.I Yogyakarta sebagai mandataris dalam menentukan arah

kebijakan yang tepat dalam usaha mensejahterakan masyarakat. Hal

tersebut sejalan dengan respon positif dari Pemerintah Daerah.

2) Weakness (Kelemahan)

Kelemahan dari Relokasi Bandara Adisutjipto ini adalah masih

menunggu pengesahan dalam Perda RTRW Daerah Istimewa Yogyakarta

yang sampai saat ini masih digodok dan dikaji secara komprehensif sesuai

dengan aturan yang berlaku. Kemudian, dalam upaya melakukan studi

kelayakan (feasibility studi) yang dilakukan lembaga akademik pada saat

ini terkendala belum turunnya AMDAL dan AMDAS yang dilakukan

bekerjasama dengan instansi terkait ditambah dengan pemilihan lokasi

lahan bandara baru yang masih terkendala status lahan dan adanya “mafia”

58

Page 59: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

lahan serta penolakan dari aliansi-aliansi masyarakat yang tidak setuju

akan pembangunan bandara tersebut.

3) Opportunities (Peluang)

Peluang relokasi bandara ini adalah dengan adanya sinergitas

antara Kabupaten Kulonprogo (lokasi bandara baru) dan Kabupaten

Sleman (lokasi bandara lama) dengan melakukan sosialisasi-sosialisasi

kepada masyarakat. Peluang tersebut ditambah dengan bersedianya Pura

Pakualaman dalam memberikan lahannya (pakualaman ground) untuk

membangun bandara baru di lokasi yang telah ditentukan oleh pemerintah,

yaitu di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo.

4) Threats (Ancaman)

Ancaman yang mungkin menjadi kendala utama adalah sejalan

dengan pembangunan bandara baru harus diikuti dengan pemindahan

semua sendi-sendi perekonomian di bandara yang lama, contohnya : jasa

taxi, pedagang-pedagang di kawasan bandara. Jika hal tersebut tidak

diperhatikan tentunya akan mengancam rencana relokasi bandara tersebut.

Penyiapan anggaran, sistem, dan implementasinya juga sangat dipengaruhi

oleh dukungan positif semua elemen masyarakat maka dari itu, segala

bentuk ancaman harus sudah dipikirkan dampak serta resikonya dalam

upaya meningkatkan ekonomi dengan lebih signifikan.

Relokasi Bandara Adisutjipto ini adalah tinggal menunggu

pengesahan dalam Perda RTRW Daerah Istimewa Yogyakarta yang

sampai saat ini masih digodok dan dikaji secara komprehensif sesuai

59

Page 60: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

dengan aturan yang berlaku. Tentunya ini akan mempermudah masuknya

gerakan-gerakan ancaman yang dilakukan untuk melawan relokasi ini.

Secara aturan yang berlaku, kebijakan tidak bisa dijalankan tanpa payung

hukum yang jelas serta mendapatkan perlindungan hukum secara tertulis.

Sehingga pola yang tercipta dalam usaha melawan relokasi tersebut sah-

sah saja dilakukan oleh golongan-golongan masyarakat yang tidak setuju

akan pembangunan bandara baru tersebut. Dalam mengantisipasi ini

diperlukan adanya sinergitas antara lembaga eksekutif dan lembaga

legislatif dalam upanya melakukan pengaturan terhadap proyek

pemindahan Bandar Udara Adisutjipto ke lokasi baru di Kabupaten Kulon

Progo.

C. Kendala Yang Timbul Dalam Pelaksanaan Konsultasi Publik Persiapan

Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Di Kabupaten

Kulon Progo

Pasca diterbitkannya Izin Relokasi Bandar Udara Adisucipto serta

Pengelolaan Bandar Udara baru oleh Kementerian Perhubungan tanpa menafikan

agenda lain salah satu agenda yang paling krusial adalah kegiatan pengadaan

tanah. Pengadaan tanah dimaknai sebagai kegiatan menyediakan tanah dengan

cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.

Kesuksesan dalam pengadaan tanah adalah indikasi keberhasilan proyek bandara

dan keberlanjutan bisnis yang berhubungan dengan operasional bandar udara.

Regulasi pengadaan tanah untuk bandar udara (kepentingan umum), saat

60

Page 61: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

ini mengacu pada Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 jo Perpres Nomor 71

Tahun 2012 dan operasionalisasinya mendasarkan pada Peraturan Kepala BPN

Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah,

yang secara substansial lebih memberikan ruang pada kepentingan masyarakat

terkena dampak. Berdasarkan regulasi tersebut, proses pengadaan tanah dilakukan

oleh Pelaksana Pengadaan Tanah, dalam hal ini adalah Badan Pertanahan

Nasional (BPN).

Tahapan pengadaan tanah yang paling krusial adalah konsultasi publik

untuk persetujuan penetapan lokasi dan musyawarah pemberian ganti kerugian.

Apabila kedua proses tersebut dapat dilalui secara lancar dan mendapatkan

kesepakatan oleh masyarakat yang akan terkena dampak, maka terwujudnya

bandara baru di Yogyakarta adalah sebuah kenyataan.

Konsultasi publik merupakan tahapan awal dalam proses pengadaan tanah.

Kegiatan ini diorientasikan untuk mendapatkan kesepakatan antara institusi yang

membutuhkan tanah dengan masyarakat yang akan terkena dampak, yang

kemudian ditetapkan oleh Gubernur sebagai lokasi bandara. Dalam hal ini,

masyarakat dimungkinkan untuk mengajukan keberatan terhadap rencana proyek

tersebut. Apabila keberatan masyarakat diterima Gubernur, maka lokasi proyek

yang direncanakan harus pindah ke lokasi lain. Jadi, proses pengadaan tanah dapat

dilanjutkan apabila masyarakat yang terkena dampak menyetujui lokasi proyek

yang direncanakan.

Persoalan kruisal berikutnya adalah musyawarah dalam penentuan bentuk

dan besarnya ganti kerugian antara instansi yang membutuhkan tanah dengan

61

Page 62: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

masyarakat pemilik tanah yang dilaksanakan oleh tim pelaksana pengadaan tanah.

Bentuk ganti kerugian tidak harus berbentuk uang, tetapi dimungkinkan dalam

bentuk lain seperti tanah pengganti, permukiman kembali, kepemilikan saham,

atau bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak. Bentuk lain ini dapat

berupa gabungan dari beberapa bentuk yang sudah disebutkan, dengan catatan

mendapat persetujuan keduabelah pihak.

Secara khusus, berkenaan dengan besarnya ganti kerugian tidak dapat

ditetapkan secara sepihak oleh instansi yang membutuhkan tanah, tim pelaksana

pengadaan tanah ataupun oleh pemerintah. Penentuan besarnya ganti kerugian

didasarkan pada hasil penghitungan oleh Penilai Independen/Penilai Publik yang

telah mendapatkan izin dari Kementerian Keuangan. Hasil penilaian disampaikan

kepada Pelaksana Pengadaan Tanah untuk dijadikan dasar musyawarah dalam

menetapkan ganti kerugian.

Penilai melakukan penilaian tidak hanya mendasarkan pada NJOP maupun

Zona Nilai Tanah belaka, tetapi Penilai melakukan penilaian untuk ganti kerugian

terhadap nilai:

(a) tanah;

(b) ruang atas tanah dan bawah tanah;

(c) bangunan;

(d) tanaman;

(e) benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau

(f) kerugian lain yang dapat dinilai, secara keseluruhan.

Dalam hal ini NJOP dan ZNT hanya dijadikan sebagai referensi. Penilaian

62

Page 63: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

yang dilakukan oleh penilai publik dengan mempertimbangkan seluruh aspek

yang berhubungan dengan kepemilikan tanah tersebut, memberikan beberapa

aspek positif yang meliputi:

(a) terwujudnya nilai tanah yang adil;

(b) terlindunginya hak-hak pemilik tanah dan terjangkaunya nilai tanah

yang harus dibayarkan oleh instansi yang membutuhkan tanah; serta

(c) mempersempit ruang gerak spekulan tanah dalam ‘memainkan’ harga

tanah.

Berdasarkan beberapa hal di atas, maka bagi masyarakat pemilik tanah

yang akan terkena dampak pembangunan bandara tidak perlu khawatir berkenaan

dengan besarnya ganti kerugian, mengingat regulasi yang dijadikan dasar tidak

memungkinkan penilaian ganti kerugian ditetapkan secara sepihak. Satu hal yang

harus dicermati oleh masyarakat yang akan terkena dampak adalah ikut

berpartisipasi aktif dalam menanggulangi munculnya spekulan tanah yang hanya

mencari keuntungan semata, tanpa mempedulikan kepentingan masyarakat luas,

dengan cara melakukan transaksi ganti kerugian tersebut hanya dengan pihak

pemerintah saja, menolak apabila dicampuri oleh pihak luar atau spekulan tanah

tersebut. Partisipasi aktif ini sangat menentukan keberhasilan pembangunan

bandara baru di Kulonprogo.

Warga yang terkena dampak pembangunan Bandar Udara Internasional di

Kulon Progo berharap, penentuan harga tanah langsung dilakukan PT Angkasa

63

Page 64: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Pura atau investor. Warga tidak ingin ada perantara terkait penentuan harga tanah

calon Bandar Udara baru Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selama ini, warga sudah tidak mempercayai keberadaan organisasi

Kepedulian Sosial Desa (KSD) yang menjadi ‘wadah informasi’ terkait

pembangunan Bandar udara. Alasannya, selain KSD dibentuk tanpa musyawarah

warga empat desa, ada beberapa pengurus KSD bahkan tidak memiliki lahan di

kawasan calon Bandar Udara. Kalau memang PT Angkasa Pura atau ada investor

ingin membangun bandara di sini, silakan temui warga yang katanya terdapat 479

KK untuk menentukan besaran ganti rugi tanah. Koordinator Kepedulian Sosial

Desa (KSD) Kulonprogo R. Karmadi mengatakan, KSD tidak akan ikut-ikutan

soal harga tanah milik warga. Menurut Karmadi, KSD hanya mengantisipasi dan

menyiapkan dampak sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan yang ditimbukan

akibat pembangunan bandara tersebut.

Dampak lain dari pembangunan Bandar Udara Kulon Progo yaitu dari

pihak nelayan. Ketua Kelompok Nelayan Bogowonto Congot, Surjani mengaku

pihaknya masih menunggu sosialisasi dari pemerintah terkait pembangunan

Bandar Udara internasional di Kulonprogo yang akan menghilangkan Pantai

Congot. Sebelum kami mengambil sikap, kami akan tunggu sosialisasi secara

resmi dari pemerintah. Sampai saat ini nelayan belum diberi sosialisasi mengenai

pembangunan bandara baru Jogja tersebut. Kalaupun Pantai Congot hilang akibat

proyek tersebut, Surjani berharap agar pembangunan Pelabuhan Adikarto segera

selesai. Sebab, dengan selesainya pelabuhan itu, kapal-kapal nelayan yang

berukuran besar bisa berlabuh di sana. Sebelumnya, Kepala Disbudparpora

64

Page 65: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Kulonprogo Eko Wisnu Werdana mengatakan, berdasarkan studi kelayakan,

Pantai Glagah dan Congot termasuk area yang akan dibangun bandara

internasional. Namun, Eko tidak bisa memastikan apakah kedua pantai tersebut

akan hilang sebagai asset wisata. Meski begitu, Eko mengatakan bila

pembangunan bandara tersebut berdampak pada kedua wisata pantai tersebut

maka Disbudparpora akan mencari dan mengembangkan wisata alternatif lain.

Bupati Kulonprogo, H Hasto Wardoyo pada saat melakukan open house

dengan masyarakat Kulonprogo di Rumah Dinas menyatakan optimistisnya

bahwa Bandar Udara internasional yang dibangun di Kulonprogo, Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY) selesai 2016. Pihaknya akan membantu pembebasan

tanahnya. Beliau menjelaskan, dalam melakukan proses pembangunan Bandar

Udara internasional di sepanjang Pantai Congot-Glagah pihaknya mengacu pada

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012. Pemkab Kulonprogo sebagai mediator

antara masyarakat dan pemrakarsa yang membangun Bandar Udara dalam

pembebasan tanah. Lahan yang akan digunakan merupakan hamparan pasir di

pantai selatan seluas 636,7 hektar. Ada 419 kepala keluarga (KK) yang bakal

terkena dampak proyek ini. Menurut rencana, mereka akan direlokasi di tempat

yang tidak jauh dengan Bandar Udara. Bandar Udara ini juga akan dilengkapi

dengan airport city yang luasnya 83 hektar. Rencananya jalan yang

menghubungkan ke Kota Yogyakarta ada dua, yaitu jalur jalan raya dan kereta

api. Tahapan sosialisasi berikut konsultasi publik ini diharapkan berjalan lancar

dalam rentan waktu tiga bulan, sehingga Izin Penetapan Lokasi (IPL) Gubernur

DIY muncul sebagai syarat tahapan pembebasan lahan. Tim pelaksana

65

Page 66: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

pembebasan tanah bandara termasuk tim penaksir harga tanah dari BPN baru akan

bekerja setelah IPL Gubernur DIY turun untuk melakukan pembebasan lahan

pembanguanan Bandar Udara internasional berkapasitas 10 juta penumpang per

tahun tersebut. Tim tersebut akan bekerja untuk pengadaan tanah yang sudah

ditetapkan dalam IPL Gubernur DIY tersebut.

1. Analisa Input-Output-Outcome Kebijakan Relokasi Bandara Adisutjipto

Berikut ini penjabaran evaluasi kebijakan relokasi Bandar Udara

Adisutjipto dengan membandingkan antara input, dalam hal ini rencana-rencana

yang telah ditetapkan, output yang merupakan tindakan yang dilakukan, dengan

outcome adalah hasil yang telah dikalkulasi dan dijanjikan dari pembangunan

Bandar Udara Kulon Progo yang baru, diantaranya :

a. Input

Dilihat dari awal mulanya, bandar udara ini sarat dengan militer.

Ini memang bukan Bandar udara yang dirancang khusus untuk

penerbangan sipil. Bandar Udara Adisucipto adalah milik TNI yang

kemudian diperluas fungsinya dengan melayani penerbangan sipil dan

kargo. Lambat laun, perkembangan ekonomi semakin menguat. Bandar

udara berkembang pesat. Jutaan penumpang dapat dilayani tiap tahunnya.

Secara sosial, menaikkan status wilayah dan prestisius warganya, karena

kota yang didiaminya memiliki bandara internasional. Kemudian, Disisi

lain, timbul masalah yang cukup serius. Semakin tingginya lalu-lintas

Bandar udara Adisucipto bersamaan dengan padatnya kurikulum

penerbangan TNI AU. Sehingga terjadi bentrokkan jadwal penerbangan

66

Page 67: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

yang menyebabkan pesawat harus mengantri di darat maupun di udara,

dikarenakan lahan parkir pesawat hanya memuat 6 buah pesawat saja.

b. Output

Pemindahan Bandar Udara Adisutjipto dari Kabupaten Sleman ke

Kulonprogo menjadi salah satu solusi utama. Mengingat pemindahan

lokasi Bandar udara menjadi pilihan terbaik manakala pengembangan

sudah tidak lagi memungkinkan.

c. Outcome

Dengan pemindahan lokasi bandara tersebut diharapkan mampu

membawa dampak positif baik dari segi pembangunan infrastruktur,

ekonomi, dan sosial pada masyarakat. Hasil yang diharapkan adalah :

1) Program Infrastuktur

a) Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT)

b) Pengembangan Taxi Way

c) Pembangunan Trans Jogja menuju Bandar Udara Kulonprogo

2) Program Ekonomi

a) Pertumbuhan Ekonomi, khususnya masyarakat Kulon Progo.

b) Persebaran Pertumbuhan Ekonomi ke Kabupaten

3) Dampak Sosial

a) Penyerapan Tenaga Kerja

b) Pengembangan Sektor-sektor Usaha Kabupaten Kulonprogo

67

Page 68: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Rencana relokasi Bandar Udara Adisutjipto merupakan hal yang sudah

layak dilakukan, dibuktikan dengan beberapa permasalahan yang muncul terkait

fasilitas dan kapasitas bandara tersebut.  Perkembangan transportasi yang semakin

pesat memang perlu didukung oleh infrastruktur yang memadai. Seperti halnya

dalam transportasi udara saat ini memang sudah digunakan pesawat-pesawat

ukuran besar dan berbadan lebar dengan berat lebih besar sehingga membutuhkan

dibangunnya landasan pacu konstruksi beton/aspal yang kuat untuk melayani

pesawat tinggal landas dan pendaratan dengan lancar, mulus, dan selamat.

Kelancaran arus lalu lintas pesawat udara di Bandar udara dan keselamatan

penerbangan harus diwujudkan dalam rangka menciptakan sistem penerbangan

yang handal dan dinamis. Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam proses

kebijakan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan bandar

udara baru untuk wilayah D.I Yogyakarta sudah sangat tepat dilakukan dalam

upaya mengantisipasi lonjakan penumpang dan wisatawan yang akan berkunjung

ke daerah ini. Sedangkan tujuan penting relokasi bandara tersebut diharapkan

mampu menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) D.I Yogyakarta, Promosi

Pariwisata, Penyerapan Tenaga Kerja dari berbagai sektor. Rencananya bandar

udara akan dihubungkan dengan moda transportasi lain, seperti kereta, Taksi, Bus

dan kapal sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat kedepannya.

68

Page 69: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

B. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini yaitu:

1. Diharapkan adanya penelitian ini memberikan perubahan yang positif

terhadap masyarakat sekitar Kulon Progo dan instansi terkait.

2. Diharapkan Pemerintah dapat meninjau kembali terkait kebijakan

mengenai pembebasan tanah sehingga masyarakat setempat tidak merasa

dirugikan.

69

Page 70: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin sale. Hukum Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, Total

Media, Yogyakarta, 2007.

Boedi Harsono. Hukum Agraria Indonesia: Himpunan Peraturan-Peraturan

Hukum Tanah, Djambatan, Jakarta, 2008.

Brahmana Adhie dan Hasan Basri Nata Menggala. Reformasi Pertanahan

Pemberdayaan Hak-hak atas Tanah ditinjau dari Aspek Hukum, sosial,

Politik, Ekonomi, Hankam, Teknis, Agama dan Budaya, Mandar Maju,

Bandung, 2002.

Darwin Ginting. Hukum Kepemilikan Hak Atas Tanah Bidang Agribisnis. Ghalia

Indonesia. Bogor. 2010.

John Salindeho. Masalah Tanah dalam Pembangunan, Ctk. Ketiga, Sinar Grafika,

Jakarta, 1993.

Maria S.W. Sumardjono. Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan

Budaya, Kompas, Jakarta, 2008.

Muhammad Bakri. Hak Menguasai Tanah Oleh Negara, UB Press, Malang, 2011.

Mukmin Zakie. Kewenangan Negara Dalam Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan

Umum di Indonesia dan Malaysia , Buku Litera,Yogyakarta, 2013.

Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum,

Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, Yogyakarta, 2004.

Purwo Santoso. Modul Analisa Kebijakan Publik, Research Center for Politics

and Government Jurusan Politik dan Pemerintahan, Universitas Gadjah

Mada. 2010.

70

Page 71: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Sarjita. Teknik dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pertanahan, Tugujogja,

Yogyakarta, 2005.

Sudjito. Sarjita, Tjahjo Arianto dan Mohammad Machfudh Zarqoni. Restorasi

Kebijakan Pengadaan, Perolehan, Pelepasan dan Pendayagunaan

Tanah, Serta Kepastian Hukum di Bidang Investasi, Tugujogja Pustaka,

Yogyakarta, 2012.

Supriadi. Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2007.

Urip Santoso. Hukum Agraria: Kajian Komprehensif, Kencana, Jakarta, 2012.

Winahyu Erwiningsih. Hak Menguasai Negara Atas Tanah, Total Media,

Yogyakarta, 2009.

, Hak Pengelolaan Atas Tanah, Total Media, Yogyakarta,

2011.

Sudjito, 1987, Pensertifikatan Tanah Secara Massal dan Penyelesaian Sengketa

Tanah yang bersifat strategis, Cet. 1, Liberty, Yogyakarta.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan

Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

71

Page 72: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2001 tentang

Kebandarudaraan 2001

DATA ELEKTRONIK

http://regional.kompasiana.com/2013/03/24/rencana-bandara-baru-di-yogyakarta-

terkendala-pembebasan-lahan-sebuah-investigative-reporting - 539878.ht

ml diakses pada Senin 12 November 2014, pukul 21.13 WIB.

http://www1.kompas.com/read/xml/2010/08/05/19543681/

bandara.adisutjipto.bakal.pindah.ke.kulonprogo diunduh dan diakses

pada Selasa 13 November 2014, Pukul 18.00 WIB.

http://bandaraonline.com/airport/profil-bandara-internasional-adisutjipto-yogyaka

rta diunduh dan diakses pada Selasa, 25 November 2014, pukul 19.10

WIB.

http://www.bps.go.id/brs_file/pariwisata_01jul13.pdf diunduh dan diakses pada

Selasa, 25 November 2014, pukul 19.30 WIB.

http://www.skyscanner.co.id/bandara/jog/yogyakarta-bandara.html diunduh dan

diakses pada Selasa, 25 November 2014, pukul 19.45 WIB.

http://bandaraonline.com/airport/profil-bandara-internasional-adisutjiptoyogyakart

a diunduh dan diakses pada Selasa, 25 November 2014, pukul 20.00

WIB.

http://www.bps.go.id/brs_file/pariwisata_01jul13.pdf diunduh dan diakses pada

Selasa, 25 November 2014, pukul 20.15 WIB.

http://www.skyscanner.co.id/bandara/jog/yogyakarta-bandara.html diunduh dan

diakses pada Selasa, 25 November 2014, pukul 20.30 WIB.

72

Page 73: Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Bandar Udara

Lidwina Halim. Tata Cara Pengadaan Tanah, dalam, http://www.hukumproperti.

com/2010/03/10/tata-cara-pengadaan-tanah/. Diakses pada Kamis, 27

November 2014, pukul 13.23 WIB.

Sutaryono. Pengadaan tanah untuk bandara, dalam, http://www.stpn.ac.id/

images/Data/artikel/PengadaanTanah.htm. diakses pada Kamis, 27

November 2014, pukul 14.00 WIB

73