analisis pengembangan fasilitas sisi udara bandar …

13
Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain, 22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti. Yosa Nurapri Rabani 174 ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR UDARA KOMODO LABUAN BAJO NUSA TENGGARA TIMUR ANALYSIS OF AIR SIDE FACILITIES DEVELOPMENT OF KOMODO AIRPORT LABUAN BAJO NUSA TENGGARA TIMUR Yosa Nurapri Rabani* 1 , Dewi Rintawati 2 , Christina Sari 3 1,2 Universitas Trisakti/Kampus A, Jl. Kyai Tapa No.1 Grogol, Jakarta 3 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jakarta *e-mail: [email protected] ABSTRAK Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi kepulauan yang memerlukan sarana dan prasaran yang memadai agar dapat menjadi penopang bagi kemudahan akses dari daerah maupun Negara lain. Untuk itu pemerintah Republik Indonesia sedang mengembangkan Bandar Udara Komodo agar dapat menjadi Bandar Udara Internasional agar dapat memudahkan akses bagi wisatawan asing. Dalam pengembangan fasilitas sisi udara tentunya diperlukan evaluasi, peramalan pergerakan penumpang maupun pesawat udara dan analisis secara mendalam agar dalam pengembangannya dapat berfungsi secara efektif. Berdasarkan hasil penelitian pada kondisi eksisting panjang landas pacu perlu dikembangkan untuk dapat melayani penerbangan maupun pendaratan pesawat udara terbesar yaitu Boeing 737-800. Sedangkan dalam pengembangannya fasilitas sisi udara akan dikembangkan dalam tiga tahap. Tahap pertama dimulai pada tahun 2020- 2024, Tahap kedua dimulai pada tahun 2025-2034, sedangkan tahap ketiga atau tahap ultimate dimulai pada tahun 2035-2040. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis rencanan pengembangan fasilitas sisi udara yang didalamnya termaksud landas pacu, landas hubung, dan landas parkir termaksud fasilitas penunjangnya. Setelah menganalisis rencana pengembangan fasilitas sisi udara pada Bandar Udara Komodo dapat disimpulkan rencana pengembangan fasilitas sisi udara telah memumpuni untuk melayani pesawat udara rencana terbesar yaitu Boeing 737-900 ER secara efektif. Kata kunci : Bandar Udara, Pengembangan Fasilitas Sisi Udara, Landas Pacu (runway), Landas hubung (taxiway), Landas parkir (apron) ABSTRACT The Province of Nusa Tenggara Timur (NTT) is an archipelago province that requires adequate facilities and infrastructure so that it can be a support for easy access from other regions and countries. For this reason, the government of the Republic of Indonesia is developing Komodo Airport so that it can become an international airport in order to facilitate access for foreign tourists. In developing air-side facilities, of course, requires evaluation, forecasting the movement of passengers and aircraft and in-depth analysis so that their development can function effectively. Based on the results of research on the existing conditions, the length of the runway needs to be developed to be able to serve flights and landings of the largest aircraft, namely the Boeing 737-800. Meanwhile, the air side facility will be developed in three stages. The first stage starts in 2020-2024, the second stage starts in 2025-2034, while the third stage or the ultimate stage starts in 2035-2040. In this study, the researchers analyzed the plan for the development of air-side facilities, including the runway, connecting runway, and parking lot, including the supporting facilities. After analyzing the plan to develop air side facilities at Komodo Airport, it can be concluded that the plan to develop air side facilities is capable of serving the largest planned aircraft, namely the Boeing 737-900 ER. Keywords: Airport, Air Side Facility Development, Runway, Taxiway, Parking Lot (apron)

Upload: others

Post on 19-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR …

Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,

22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.

Yosa Nurapri Rabani

174

ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA

BANDAR UDARA KOMODO LABUAN BAJO

NUSA TENGGARA TIMUR

ANALYSIS OF AIR SIDE FACILITIES DEVELOPMENT OF

KOMODO AIRPORT LABUAN BAJO NUSA TENGGARA

TIMUR

Yosa Nurapri Rabani*1, Dewi Rintawati 2, Christina Sari3

1,2Universitas Trisakti/Kampus A, Jl. Kyai Tapa No.1 Grogol, Jakarta 3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jakarta

*e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi kepulauan yang memerlukan sarana

dan prasaran yang memadai agar dapat menjadi penopang bagi kemudahan akses dari daerah

maupun Negara lain. Untuk itu pemerintah Republik Indonesia sedang mengembangkan Bandar

Udara Komodo agar dapat menjadi Bandar Udara Internasional agar dapat memudahkan akses

bagi wisatawan asing. Dalam pengembangan fasilitas sisi udara tentunya diperlukan evaluasi,

peramalan pergerakan penumpang maupun pesawat udara dan analisis secara mendalam agar

dalam pengembangannya dapat berfungsi secara efektif. Berdasarkan hasil penelitian pada kondisi

eksisting panjang landas pacu perlu dikembangkan untuk dapat melayani penerbangan maupun

pendaratan pesawat udara terbesar yaitu Boeing 737-800. Sedangkan dalam pengembangannya

fasilitas sisi udara akan dikembangkan dalam tiga tahap. Tahap pertama dimulai pada tahun 2020-

2024, Tahap kedua dimulai pada tahun 2025-2034, sedangkan tahap ketiga atau tahap ultimate

dimulai pada tahun 2035-2040. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis rencanan

pengembangan fasilitas sisi udara yang didalamnya termaksud landas pacu, landas hubung, dan

landas parkir termaksud fasilitas penunjangnya. Setelah menganalisis rencana pengembangan

fasilitas sisi udara pada Bandar Udara Komodo dapat disimpulkan rencana pengembangan fasilitas

sisi udara telah memumpuni untuk melayani pesawat udara rencana terbesar yaitu Boeing 737-900

ER secara efektif.

Kata kunci : Bandar Udara, Pengembangan Fasilitas Sisi Udara, Landas Pacu (runway), Landas

hubung (taxiway), Landas parkir (apron)

ABSTRACT

The Province of Nusa Tenggara Timur (NTT) is an archipelago province that requires adequate

facilities and infrastructure so that it can be a support for easy access from other regions and

countries. For this reason, the government of the Republic of Indonesia is developing Komodo

Airport so that it can become an international airport in order to facilitate access for foreign tourists.

In developing air-side facilities, of course, requires evaluation, forecasting the movement of

passengers and aircraft and in-depth analysis so that their development can function effectively.

Based on the results of research on the existing conditions, the length of the runway needs to be

developed to be able to serve flights and landings of the largest aircraft, namely the Boeing 737-800.

Meanwhile, the air side facility will be developed in three stages. The first stage starts in 2020-2024,

the second stage starts in 2025-2034, while the third stage or the ultimate stage starts in 2035-2040.

In this study, the researchers analyzed the plan for the development of air-side facilities, including

the runway, connecting runway, and parking lot, including the supporting facilities. After analyzing

the plan to develop air side facilities at Komodo Airport, it can be concluded that the plan to develop

air side facilities is capable of serving the largest planned aircraft, namely the Boeing 737-900 ER.

Keywords: Airport, Air Side Facility Development, Runway, Taxiway, Parking Lot (apron)

Page 2: ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR …

Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,

22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.

Yosa Nurapri Rabani

175

A. PENDAHULUAN

Pariwisata telah ditetapkan oleh presiden

jokowi sebagai leading sector untuk

pembangunan ekonomi nasional. Provinsi Nusa

Tenggara Timur dengan segala pesonanya

menjadi salah satu fokus pemerintah dalam

pengembangan sektor pariwisata yang ada

dilamnya. Pulau Komodo menjadi salah satu

destinasi wisata yang diprioritaskan karena

objek wisatanya yang telah ditetapkan sebagai

situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun

1991 karena hanya pada pulau tersebut terdapat

satwa Komodo dragon. Berdasarkan peraturan

Direktorat jenderal perhubungan Udara

No.SKEP/77/VI/2005 tentang persyaratan

teknis pengoperasian fasilitas teknik bandar

udara dinyatakan bahwa Bandar udara

berfungsi menunjang kelancaran, keamanan dan

ketertiban arus lalu lintas pesawat udara, kargo

dan/atau pos, keselamatan penerbangan, tempat

perpindahan intra dan/atau antar moda serta

mendorong perekonomian baik daerah maupun

secara nasional. Transportasi udara sebagai

salah satu alternatif moda transportasi

merupakan moda yang paling cocok sebagai

pintu masuk menuju Provinsi Nusa Tenggara

Timur. Untuk mendukung provinsi Nusa

Tenggara Timur sebagai salah satu destinasi

laut wisata Indonesia, maka saat ini telah

tersedia bandara Udara Internasional Komodo

yang telah beroperasi sejak tahun 2015. Bandar

Udara Komodo merupakan bandar udara yang

akan di kembangkan menjadi Bandar udara

Internasional. Bandar udara ini terletak di Kota

Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai barat,

pulau Flores Indonesia. Dengan memperkirakan

bahwa jumlah wisatawan lokal dan wisatawan

mancanegara yang akan berkunjung akan terus

meningkat yang berdampak pada peningkatan

jumlah penumpang pesawat udara maka Bandar

Udara Komodo berencana untuk meningkatkan

jenis pesawat yang akan beroperasi. Pesawat

udara yang saat ini beroperasi adalah jenis

pesawat ATR 72-600 dengan kapasitas 78

penumpang dan Boeing 737 Series dengan

kapasitas minimal 126 penumpang. Untuk

Meningkatatkan pelayanan dengan rute antar

negara yaitu jepang, China dan Australia maka

pesawat jenis Boeing 737-900ER akan

dioperasikan di Bandar Udara Komodo. Saat ini

Bandar Udara Komodo dengan kode, IATA :

LBJ. dan kode ICAO : WATO. Bandar Udara

Komodo memiliki panjang landas pacu

(runway) 2250 m dengan lebar 45 m atau 7832

ft x 148 ft. yang akan di perpanjang menjadi

2750 m untuk dapat melayani Take off dan

Landing jenis pesawat udara seperti jenis

Boeing 737-900 ER. Sehigga perlu dilakukan

penelitian untuk menganalisis pengembangan

fasilitas sisi udara agar dapat melayani

perkembangan jenis pesawat udara yang akan

take off dan landing di Bandar Udara

Internasional Komodo.

B. STUDI PUSTAKA

B.1 Landas Pacu (Runway)

Landas Pacu (runway) adalah fasilitas sisi

udara di sebuah bandar udara yang sangat

penting untuk kegiatan pendaratan maupun

penerbangan sebuah pesawat udara. Devinisi

runway adalah sebuah wilayah yang

diperuntukkan untuk pendaratan dan lepas

landas sebuah pesawat. Diperlukan rencana dan

kelola yang baik seusai dengan peraturan-

peraturan yang berlaku seperti pada peraturan

ICAO maupun Dirjen Perhubungan Udara.

Panjang Landas Pacu dapat menjadi sebuah

kategori dari sebuah klasifisikasi bandar udara

hal ini diatur dalam ICAO tahun 2016 tentang

petunjuk pelaksanaan perencanaan atau

pengembangan fasilitas sisi udara, dinyatakan

bahwa dalam perencanaan landas pacu terdapat

kode untuk bandar udara berdasarkan ukuran

landas pacu seperti pada Gambar 1 :

Page 3: ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR …

Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,

22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.

Yosa Nurapri Rabani

176

Gambar 1 : Klasifikasi Bandar Udara

Sumber : ICAO,2016

Dalam menentukan pengembangan panjang

landas pacu diperlukan karakteristik pesawat

udara terbesar yang beroperasi dan perlu

memperhatikan faktor koreksi elevasi, koreksi

temperatur, dan koreksi kelandaian. Perhitungan

faktor koreksi dapat dihitung menggunakan

rumus rumus berikut :

a. Koreksi Elevasi

Fe = 1 + 0,07 x (h/300)

Keterangan :

Fe = Koreksi elevasi

h = Elevasi bandar udara

b. Koreksi Temperatur

Ft = 1 + 0,01 (Tr – (15-0,0065 x h))

Keterangan :

Ft = Koreksi temperatur

Tr = Temperatur pada bandar udara

c. Koreksi Kelandaian

Fg = 1 + 0,1 x G

G = ((Elevasi maks – elevasi min) /

panjang runway) x 100%

Keterangan :

Fg = Koreksi Kelandaian

G = Gradien efektif landas pacu

d. Menghitung Panjang Runway Aktual

P = ARFL x Fe x Ft x Fg

Keterangan :

P = Panjang Runway Aktual

ARFL = Aeroplane Reference Field

Length

Dalam menentukan lebar landas pacu

diperlukan data karakteristik pesawat udara

terbesar yang beroperasi di bandar udara

tersebut, setelah itu baru dapat ditentukan

klasifikasi pesawat berdasarkan kode huruf dan

angka seperti pada gambar berikut :

Gambar 2 : Lebar landas pacu

Sumber : ICAO,2016

B.2 Landas Hubung (Taxiway)

Taxiway biasa juga disebut landas hubung,

adalah sebuah jalur penghubung antara runway

dengan perasaran pada bandar udara seperti

apron, hanggar pesawat, terminal dan fasilitas

prasarana lainnya. Untuk menentukan lebar

landas hubung diperlukan data klasifikasi

pesawat udara menurut kode huruf dan angka

lalu dapat ditentukan menggunakan peraturan

dari ICAO maupun Dirjen Perhubungan Udara

seperti pada gambar berikut :

Gambar 3 : Lebar Landas Hubung

Sumber : ICAO,2016

Dengan ketentuan sebagai berikut :

Wheel Base < 18m gunakan C = 15m

Wheel Base > 18m gunakan C = 18m

Main gear wheel span < 9m gunakan D = 18m

Main gear wheel span > 9m gunakan D = 23m

Menurut Direktorat Jendral Perhubungan Udara

pada SKEP/77/VI/2005 exit taxiway perlu

dirancang untuk meminimalisi waktu

penggunaan runway yang diperlukan oleh

pesawat yang mendarat. Untuk menentukan

Page 4: ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR …

Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,

22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.

Yosa Nurapri Rabani

177

lokasi Exit taxiway perlu dilakukan perhitungan

dengan rumus-rumus berikut :

Gambar 4 : Kecepatan dan perlambatan

pesawat udara

Sumber : Zadly,2010

D1 = ((Vtot²-Vtd²) / (2 x a1))

D2 = ((Vtd²-Ve²) / (2 x a2))

S = D1 + D2

Keterangan :

Vtd = kecepatan touchdown

Vot = kecepatan pendaratan

a1 = perlambatan di udara

a2 = perlambatan di darat

Ve = kecepatan keluar exit taxiway

S = lokasi exit taxiway

B.3 Landas Parkir (Apron)

Apron adalah sebuah tempat untuk parkir

pesawat. Biasanya digunakan untuk melakukan

kegiatan pengisian bahan bakar dan menaikan

maupun menurunkan penumpang atau kargo

dan pos serta melakukan kegiatan persiapan

sebelum atau sesudah penerbangan. Dimensi

landas parkir dapat dihitung menggunakan

klasifikasi pesawat udara rencana. Untuk

mengetuahui jumlah gate dapat ditentukan

berdasarkan prakiraan arus kedatangan dan

keberangkatan pesawat udara. Jumlah gate

tergantung pada jumlah pesawat udara yang

akan dilayani dengan waktu tertentu. Jumlah

gate position dapat dihitung menggunakan

rumus berikut :

G = ((VxT) / U)

Keterangan :

G = Gate position

V = Jumlah Pesawat

U = Faktor Pemakaian Gate (0,6 – 0,8)

T = Waktu Pemakaian (45 menit pesawat

udara code 4C)

Dari data rencana pengembangan bandar udara

Komodo menuru Direktorat Jendral

Perhubungan Udara Jumlah pesawat udara yang

beroperasi pada landas parkir bandar udara

komodo kondisi eksisting adalah 8 pesawat

udara. Sedangkan dalam rencana

pengembangannya pesawat udara yang

menggunakan landas parkir adalah 16 pesawat

udara.

Setelah menghitung jumlah gate position

dapat dihitung panjang landas parkir

menggunakan rumus berikut :

Panjang Landas Parkir

= Gate position x (Clearance + wingspan)

Untuk menentukan jarak bersih antar pesawat

udara yang berada di landas parkir dapat

ditentukan dengan mengikuti peraturan ICAO

Gambar 5 : Jarak bersih minimum

Sumber : ICAO,2016

Lebar landas parkir dapat ditentukan

dengan memperhatikan jarak antara landas pacu

dan landas hubung untuk mendapatkan dimensi

landas parkir yang dibutuhkan seperti pada

ketentuan SKEP/77/VI/2005 Dirjen

perhubungan udara :

Gambar 6 : Panjang Landas Parkir

Page 5: ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR …

Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,

22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.

Yosa Nurapri Rabani

178

Sumber:SKEP/77/VI/2005Dirjen

Perhubungan Udara

X1 = Posisi maksimum dari ekor pesawat

hingga garis tengah runway

X2 = X1 + Panjang maksimum pesawat udara

terbesar

X3 = X1 – Clearance antar 2 pesawat udara

X4 = X3 – (Wingspan / 2)

Maka untuk menentukan panjang landas

parkir adalah X2 – X4.

B.4 Karakteristik Pesawat Udara

Dalam merencanakan atau mengembangkan

suatu bandar udara dibutuhkan data

karakteristik pesawat udara rencana agar dapat

menentukan kebutuhan dimensi fasilitas-

fasilitas pada bandar udara dalam pelayanan

operasionalnya. Berikut adalah data

Karakteristik Pesawat Udara :

Gambar 7 : Karakteristik Pesawat Udara

Sumber : Boeing 737 Characteristics

B.4 Forecasting

Forecasting adalah sebuah metode untuk

melakukan peramalan data pergerakan pesawat

maupun penumpang. Peramalan atau prakiraan

adalah hal yang penting dalam merencanakan

atau mengembangkan sebuah bandar udara.

Karena data peramalan dapat menentukan

pesawat rencana, perencanaan fasilitas sisi

udara dan lainnya. Ramalan menurut Basuki

(1986) dibagi atas tiga bagian: 16

1. Ramalan jangka pendek sekitar 5 tahun

2. Ramalan jangka menengah sekitar 10

tahun

3. Ramalan jangka panjang sekitar 20 tahun

C. METODE

Adapun tahapan penelitian dimulai dengan

studi pustaka terkait rencana pengembangan

fasilitas sisi udara bandar udara Komodo.

Kemudian dilakukan pengumpulan data

sekunder berupa :

a. Data umum bandar udara

b. Layout bandar udara

c. Data kondisi eksisting

d. Data pergerakan pesawat

e. Data pergerakan penumpang

Selanjutnya berdasarkan studi pustaka yang

dilakukan dan data-data sekunder yang

diperoleh, dilanjutkan dengan evaluasi dan

analisis terhadap :

a. Evaluasi kondisi eksisting fasilitas sisi

udara dengan pesawat udara terbesar

yang beroperasi

b. Melakukan peramalan pergerakan

pesawat dan penumpang 20 tahun

kedepan berdasarkan data 5 tahun

c. Analisis pengembangan bandar udara

20 tahun mendatang

d. Kesimpulan dan saran

Data diperoleh melalui Direkorat Jendral

Perhubungan Udara dan penelitian sebelumnya.

Data-data tersebut dibutuhkan untuk

mengevaluasi fasilitas udara kondisi eksisting

dan menganalisis pengembangan fasilitas sisi

udara Bandara Udara Komodo 20 tahun

mendatang. Dalam melakukan ramalan

pergerakan pesawat maupun penumpang,

peneliti menggunakan metode statistika regresi

linier dengan excel, berdasarkan data

pergerakan penumpang dan pesawat udara 5

tahun sebelumnya yaitu data tahun 2015-2019.

Setelah menentukan pesawat udara rencana,

selanjutnya dilakukan analisa terhadap

pengembangan fasilitas sisi udara berdasarkan

data – data spesifik yang ada pada pesawat

udara rencana. Berikut adalah data-data

penelitian :

Page 6: ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR …

Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,

22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.

Yosa Nurapri Rabani

179

Gambar 7 : Data umum Bandar Udara

Data fasilitas sisi udara kondisi eksisting

pada Bandar Udara Komodo Labuan Bajo :

Gambar 8 : Fasilitas Sisi Udara

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

D.1 Evaluasi Kondisi Eksisting Fasilitas Sisi

Udara Bandar Udara Komodo

Evaluasi Kondisi Eksisting Fasilitas Sisi

Udara diantara lainnya evaluasi landas pacu,

landas hubung dan landas parkir.

a. Evaluasi Landas Pacu

Klasifikasi kode pesawat udara jenis Boeing

737-800 menurut ICAO dengan menerapkan

kode huruf dan angka pesawat udara jenis

Boeing 737-800 termasuk kedalam pesawat

dengan kode 4C. karena ARFL > 1800m,

bentang sayap lebih besar dari 24m namun

lebih kecil dari 36m.

Dalam menghitung panjang landas pacu

diperlukan data-data seperti temperatur, elevasi,

dan kemiringan pada bandar udara. Selain data

tersebut dibutuhkan juga data ARFL dari

pesawat udara rencana. Pada kondisi eksisting

pesawat udara terbesar yang beroperasi adalah

pesawat udara jenis Boeing 737-800 dengan

ARFL = 2130 m . maka dapat ditentukan faktor

koreksi panjang landas pacu sebagai berikut :

Koreksi Elevasi

Fe = 1 + 0,07 x (69/300) = 1,0161

Koreksi Temperatur

Ft = 1 + 0,01 (28 – (15 – 0,0065 x 69) = 1,1344

Koreksi Kelandaian

G = ((76-60) / 2250) x 100% = 0,7%

Fg = 1 + 0,1 x 0,7% = 1,0007

Panjang Runway Aktual

= 2130 x 1,0161 x 1,1344 x 1,0007 = 2457 m

Menurut ICAO lebar landas pacu dapat

ditentukan dengan kode huruf dan angka maka

pesawat jenis Boeing 737-800 yang memiliki

kode 4C membutuhkan lebar runway 45m

dengan menggunakan persyaratan yang di

syaratkan oleh ICAO.

b. Evaluasi Landas Hubung

Dirjen Perhubungan Udara telah

menentapkan ketentuan dimensi yang

digunakan untuk landas hubung pada

SKEP/77/VI/2005. Pesawat udara dengan kode

4C dengan wheel base < 18m maka lebar

landas hubung adalah 15m.

Menurut Direktorat Jendral Perhubungan

Udara pada SKEP/77/VI/2005 Untuk

menentukan lokasi Exit taxiway perlu

dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Page 7: ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR …

Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,

22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.

Yosa Nurapri Rabani

180

D1 = ((79,94²-61,67²) / (2 x 0,76)) = 902,74m

D2 = ((61,67²-30,87²) / (2 x 1,52)) = 937,56m

Pada Perhitungan D2 harus dikalikan dengan

faktor koreksi elevasi dan koreksi temperature

Maka D2 adalah :

D2 = 937,56 x 1,0161 x 1,1344 = 1983,43 m

S = 962,3 + 902,74 = 1865m

Pada Exit taxiway Kondisi Eksisting di

Bandar Udara Komodo Labuan Bajo lokasi exit

taxiway berada di 1780 m dari ujung runway,

Namun pada pengembangan tahap 1 Exit

taxiway sudah sesuai dengan perhitungan

peneliti dikarenakan pada tahap 1 yang

direncanakana dikerjakan pada tahun 2020 –

2024 panjang runway akan diperpanjang

menjadi 2450 m sehingga jarak dari ujung

runway ke exit taxiway menjadi 1865 m Dapat

Disimpulkan Bahwa letak exit taxiway untuk

pesawat udara dengan kode 4C sudah sesuai

dengan rencana pengembangan fasilitas sisi

udara tahap 1 namun belum sesuai dengan

kondisi prasarana sisi udara pada kondisi

eksisting.

c. Evaluasi Landas Parkir

Untuk Menghitung jumlah gate position

dibutuhkan data pergerakan pesawat pada

kondisi Peak Our yaitu 8 pesawat udara.

Sedangkan waktu pemakaian di gate pada apron

berkisaran antara 30 – 60 menit. Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

besaran kisaran waktu parkir pada apron untuk

pesawat jenis B737-800 adalah 45 menit. Untuk

faktor pemakaian gate, rata-rata perusahaan

penerbangan menggunakan nilai 0,6 – 0,8. Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan faktor

pemakaian gate dengan nilai 0,8. Maka dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

G = ((8 x (45/60)) / 0,8) = 7,5 ~ 8 buah

Dapat disimpulkan bahwa Gate Position

yang diperlukan untuk pesawat kelas 4C seperti

Boeing 737-800 adalah 8 buah Gate. Dalam

menentukan panjang landas parkir perlu

memperhatikan jumlah pesawat udara yang

parkir pada gate position dan total clearance

area ditambah dengan bentang sayap pesawat

udara terbesar. Maka dapat dihitung panjang

landas parkir menggunakan rumus berikut :

Panjang landas parkir

= 8 x ( 4,5 + 35,8) = 322,4 m atau 323 m

Lebar landas parkir dapat ditentukan

dengan memperhatikan jarak antara landas pacu

dan landas hubung untuk mendapatkan dimensi

apron yang dibutuhkan seperti pada ketentuan

SKEP/77/VI/2005 Direktorat jendral

perhubungan udara pada Gambar 6.

Untuk mengetahui posisi maksimum dari ekor

pesawat hingga garis tengah runway (X1) dapat

dilihat pada gambar berikut :

Gambar 9 : Denah Prasarana Sisi Udara

Sumber : Dirjen Perhubungan Udara 2020

Dari gambar 4.5 dapat dihitung posisi

maksimum dari ekor pesawat hingga garis

tengah runway (X1) dengan menggunakan

perhitungan berikut :

X1 = (100 – 39,5) + 90 + (45/2) = 173m

Dari data-data diatas dapat dimasukan kedalam

rumus berikut :

a. X1 = 173 m

Page 8: ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR …

Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,

22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.

Yosa Nurapri Rabani

181

b. X2 = 173 m + 39,5 m X2 = 212,5 m

c. X3 = 173 m – 4,5m

d. X4 = 168,5m – (35,8m / 2) = 150,6m

Maka panjang landas parkir minimum adalah :

X2 – X4 + 15m

= 212,5m – 150,6m + 15m = 76,9 m ~ 77m

D.2 Prakiraan Pergerakan Pesawat Udara

dan Penumpang 20 Tahun Mendatang.

Dalam memperkirakan pertumbuhan lalu

lintas peneliti menggunakan metode Forcasting

menggunakan data pergerakan pesawat dan

penumpang tahun 2015 sampai 2019

selanjutnya akan di perkirakan hingga tahun

2040. Berikut adalah data pergerakan pesawat

udara dari tahun 2015 – 2019 menurut

Direktorat Jendral Perhubungan Udara yang

dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 10 : Pergerakan Pesawat Udara 2015-

2016

Sumber : Direktorat Jendral Perhubungan

Udara

Prakiraan Pergerakan pesawat udara pada tahun

rencana 2040 yaitu 20 tahun mendatang dengan

menggunakan metode forecasting dapat

diperoleh menggunakan data 5 tahun terakhir

seperti pada Gambar berikut :

Gambar 11 : Grafik prakiraan pergerakan

pesawat udara

Hasil Perhitungan Forecast menunjukan bahwa

kenaikan jumlah penerbangan pesawat udara

dari tahun 2015 sejumlah 6553 penerbangan

dan diperkirakan pada tahun 2040 akan naik

menjadi 35311 penerbangan. Maka dapat

disimpulkan perlunya pengembangan fasilitas

sisi udara di Bandar udara Labuan Bajo agar

dapat melayani penerbangan pesawat udara

yang akan menggunakan fasilitas sisi udara di

Bandar Udara Komodo Labuan Bajo.

Dengan metode yang sama berikut adalah

data pergerakan penumpang udara dari tahun

2015 – 2019 menurut Direktorat Jendral

Perhubungan Udara yang dapat dilihat pada

gambar berikut :

Gambar 12 : Pergerakan Penumpang Tahun

2015 – 2019

Sumber : Dirjen perhubungan udara

Prakiraan pergerakan penumpang pada tahun

rencana yaitu 2040 yaitu tahun 20 tahun

mendatang dengan menggunakan metode

forecasting dapat diperoleh menggunakan data

5 tahun terakhir pada gambar berikut :

Gambar 13 : Grafik Prakiraan Pergerakan

Penumpang

Hasil dari perhitungan forecast menunjukan

bahwa kenaikan jumlah penumpang dari tahun

2019 sejumlah 252.987 penumpang dan di

perkirakan pada tahun 2040 menjadi 3.043.781

Page 9: ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR …

Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,

22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.

Yosa Nurapri Rabani

182

penumpang. Untuk itu diperlukan

pengembangan fasilitas udara maupun darat

agar dapat memenuhi kebutuhan 3 juta

penumpang setiap tahunnya

D.3 Analisis Pengembangan Fasilitas Sisi

Udara

a. Analisis Pengembangan Runway

Dalam pengembangan fasilitas sisi udara

di Bandar Udara Komodo Labuan Bajo akan

dibagi menjadi III tahap. Yaitu Tahap I (2020-

2024) dimana pada tahap ini panjang landas

pacu akan diperpanjang menjadi 2450m,

dimensi apron akan diperbesar menjadi 374m x

100m dan akan dibangun landas hubung baru

dengan dimensi 136 m x 23 m. Pada tahap II

(2025-2034) panjang landas pacu akan

diperpanjang menjadi 2650m dan dimensi

apron akan diperluas menjadi 470 m x 100 m.

Pada pengembangan Tahap III (2035-2040)

panjang landas pacu akan diperpanjang menjadi

2750 m dan dimensi apron akan diperluas

menjadi 582 m x 100 m, dengan pesawat

rencana terbesar adalah pesawat jenis Boeing

737-900ER. Pada tugas besar ini peneliti akan

menganalisis pengembangan Tahap III

(Ultimate) Bandar udara Komodo Labuan Bajo.

Tipe pesawat udara rencana yang akan

digunakan adalah pesawat udara berjenis

Boeing 737-900 ER dengan karakteristik sebgai

berikut :

1. Panjang pesawat (length) = 40,67 m

2. Bentang sayap (wingspan) = 35,79 m

3. Wheel Base = 17,17 m

4. ARFL = 2.240 m

5. MTOW = 74.389 m

Dalam menghitung panjang landas pacu

diperlukan data-data seperti temperatur, elevasi,

dan kemiringan pada bandar udara. Selain data

tersebut dibutuhkan juga data ARFL dari

pesawat udara rencana. Pesawat udara rencana

terbesar yang beroperasi adalah pesawat udara

jenis Boeing 737-900ER dengan ARFL = 2240

m . maka dapat ditentukan faktor koreksi

panjang landas pacu dengan perhitungan

sebagai berikut :

Koreksi Elevasi

Fe = 1,0161

Ft = 1,1344

Fg = 1,00058

Panjang Runway Aktual = 2584 m

Maka panjang landas pacu actual yang

diperoleh dengan perhitungan ICAO adalah

2584m. Pada rencana pengembangan tahap III

panjang runway akan diperpanjang menjadi

2750m. Hal ini berarti bahwa pengembangan

runway pada tahap III sudah memenuhi panjang

landas pacu yang dibutuhkan untuk melayani

penerbangan maupun pendaratan pesawat jenis

Boeing 737-900ER. Dengan perhitungan

tersebut dapat disimpulkan juga bahwa

pengembangan pada tahap II sudah dapat

melayani penerbangan dan pendaratan pesawat

jenis Boeing 737-900 ER karena pada tahap ini

panjang runway akan diperpanjang menjadi

2650 m. Menurut tabel 4.1 klasifikasi kode

pesawat udara jenis Boeing 737-900ER

menurut ICAO dengan menerapkan kode huruf

dan angka pesawat udara jenis Boeing 737-

900ER termasuk kedalam pesawat dengan kode

4C. dikarenakan jumlah ARFL > 1800m,

bentang sayap lebih besar dari 24m namun

lebih kecil dari 36m.

Menurut ICAO lebar landas pacu

dapat ditentukan dengan kode huruf dan

angka maka pesawat jenis Boeing 737-900

ER yang memiliki kode 4C membutuhkan

lebar runway 45m dengan menggunakan

persyaratan yang di syaratkan oleh ICAO

seperti pada tabel 4.2 Maka pengembangan

lebar landas pacu Bandar Udara Komodo

Labuan Bajo sebesar 45 m sudah memenuhi

persyaratan yang disyaratkan oleh ICAO.

Page 10: ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR …

Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,

22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.

Yosa Nurapri Rabani

183

b. Analisis Pengembangan Taxiway

Dari ketentuan ICAO dapat

disimpulkan bahawa pesawat udara jenis B737-

900ER memiliki kode 4C memerlukan lebar

minimum landas hubung sebesar 15m. Dapat

disimpulkan bahwa pada pengembangan landas

hubung lebar landas hubung Bandar Udara

Komodo Labuan Bajo adalah 23 m sudah

memenuhi persyaratan ICAO.

Dalam menentukan exit taxiway dapat

ditentukan menggunakan ketentuan peraturan

ICAO didalam Annex Volume I . Untuk

pesawat udara dengan kode 4C yang telah

dihitung pada evaluasi kondisi eksisting landas

hubung bandar udara komodo. Diperoleh nilai

Jarak ujung runway ke exit taxiway adalah 1865

m.

Dapat dilihat pada gambar 14 akan dibangun

landas hubung baru yang akan menghubungkan

apron dan terminal baru. Jarak ujung runway

menuju exit taxiway pada rencana

pengembangan tahap III menjadi 1195 m yang

dapat dilihat pada gambar 15. Dari hasil

analisis ini disimpulkan bahwa exit taxiway

sudah sesuai dengan perhitungan peneliti

karena jarak ujung runway menuju exit taxiway

lebih kecil dari S (1865 m).

Gambar 14 : Lokasi exit runway baru pada

rencana pengembangan

Sumber : Dirjen Perhubungan Udara 2020.

Gambar 15 : Jarak lokasi exit taxiway terhadap

ujung runway setelah dikembangkan

Sumber : Google Earth.

c. Analisis Pengembangan Landas Parkir

Untuk Menghitung jumlah gate position

dibutuhkan data pergerakan pesawat pada

kondisi Peak Our yaitu 16 pesawat udara.

Sedangkan waktu pemakaian di gate pada apron

berkisaran antara 30 – 60 menit. Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

besaran kisaran waktu parkir pada apron untuk

pesawat jenis B737-800 adalah 45 menit. Untuk

faktor pemakaian gate, rata-rata perusahaan

penerbangan menggunakan nilai 0,6 – 0,8. Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan faktor

pemakaian gate dengan nilai 0,8. Maka dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

G = ((16 x (45/60)) / 0,8) = 15 buah

Dapat disimpulkan bahwa Gate Position yang

diperlukan untuk pesawat kelas 4C seperti

Boeing 737 900 ER adalah 15 buah Gate

Dalam menentukan lebar landas parkir perlu

memperhatikan jumlah pesawat udara yang

parkir pada gate position dan total clearance

area ditambah dengan bentang sayap pesawat

udara terbesar. Maka dapat dihitung lebar

landas parkir menggunakan rumus berikut :

Lebar landas parkir

= 15 x ( 4,5 + 35,8) = 604,5 m atau 605 m

Dalam menghitung lebar landas parkir dapat

ditentukan dengan jarak antara runway dan

taxiway untuk mendapatkan dimensi apron

yang dibutuhkan seperti pada ketentuan

Page 11: ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR …

Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,

22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.

Yosa Nurapri Rabani

184

SKEP/77/VI/2005 Dirjen perhubungan udara.

Untuk mengetahui posisi maksimum dari ekor

pesawat hingga garis tengah runway (X1) dapat

dilihat pada gambar berikut :

Gambar 16 : Denah pengembangan fasilitas

sisi udara bandar udara Komodo

Sumber : Dirjen perhubungan udara 2020

Dari gambar 16 dapat dihitung posisi

maksimum dari ekor pesawat hingga garis

tengah runway (X1) dengan menggunakan

perhitungan berikut :

X1 = (lebar apron – panjang pesawat) +

panjang taxiway + runway strip

X1 = (100 – 40,67) + 136 + (45/2)

X1 = 217,83 m

Dari data-data diatas dapat dimasukan kedalam

rumus berikut :

a. X1 = 217,83 m

b. X2 = 217,83 m + 40,67 m X2 = 258,5 m

c. X3 = 217,83 m – 4,5 m X3 = 213,33 m

d. X4 = 213,33m – (35,8 / 2) = 195,43 m

Maka panjang landas parkir minimum adalah :

X2 – X4 + 15m =

258,5m – 195,43m + 15m = 78,07 m

Panjang landas parkir minimum = 79 m

Panjang landas parkir pada rencana

pengembangan fasilitas udara bandar udara

komodo perlu ditambahkan 23m dari 582m

menjadi 605m. sedangkan lebar landas parkir

pada rencana pengembangan bandar udara

komodo sudah mencukupi untuk menampung

pesawat Tipe C secara maksimal dengan

kebutuhan lebar 79m. dengan total luas apron

47,795 m² Namun melihat rencana

pengembangan landas parkir Bandar Udara

Komodo yang memiliki dimensi 582m x 100m

= 58.200 m² sudah lebih besar dari nilai analisis

peneliti. Maka dapat disimpulkan bahwa

rencana pengembangan perluasan landas parkir

pada Bandar Udara Komodo sudah mencukupi

untuk menampung kebutuhan operasional

pesawat tipe 4C seperti Boeing 737-900ER

secara maksimal.

E. KESIMPULAN

Dari hasil evaluasi dan analisis kondisi

eksisting dan rencana pengembangan Bandar

Udara Komodo Labuan Bajo dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Fasilitas sisi udara Bandar Udara Komodo

Labuan Bajo menggunakan persyaratan

SKEP/77/VI/2005 Dirjen Perhubungan Udara

dan ICAO maka dapat disimpulkan bahwa

panjang landas pacu aktual setelah di koreksi

dengan faktor lingkungan dan pesawat udara

terbesar yang beroperasi (B737-800) di Bandar

Udara Komodo didapatkan panjang landas pacu

aktual sepanjang 2457m sedangkan panjang

landas pacu Bandar Udara Komodo saat ini

adalah 2250m. untuk itu pada pengembangan

Tahap 1 (2020-2024) panjang landas pacu perlu

di tambahkan 207m, dari rencana awal

perpanjangan landas pacu pada tahap 1

sepanjang 200 m. Selain itu setelah melakukan

perhitungan menggunakan persyaratan ICAO

didapat lokasi exit taxiway aktual untuk dapat

melayani pesawat jenis 4C secara maksimal

berlokasi di 1865m dari ujung runway menuju

exit taxiway. Untuk itu pada pengembangan

tahap 1, perlu dibuat lokasi exit taxiway baru

tepatnya berada di 1865m dari ujung runway.

Dikarenakan pada kondisi eksisting lokasi exit

taxiway berada di 1780m dari ujung runway.

Untuk fasilitas udara lain pada kondisi eksisting

meliputin runway,runway slope, runway

shoulder, stopway, clearway, RESA, Taxiway,

apron dan penunjangnya sudah memenui syarat

ICAO maupun SKEP/77/VI/2005 Dirjen

Perhubungan Udara.

2. Pengembangan fasilitas sisi udara Bandar

Udara Komodo Labuan Bajo dilakukan dalam

tiga tahap yaitu tahap 1 (2020-2024), tahap

2 (2025-2034), dan tahap 3 (2035- 2040) yang

diperkirakan akan melayani 35 ribu

penerbangan dan 3 juta penumpang setiap

tahunnya dengan pesawat rencana terbesar

Page 12: ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR …

Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,

22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.

Yosa Nurapri Rabani

185

adalah jenis Boeing 737-900ER. Berdasarkan

pesawat rencana dan faktor koreksi lingkungan

didapatkan hasil berikut : 62

a. Landas Pacu (runway) Analisis terhadap

dimensi landas pacu didapatkan hasil (2584m x

45m) dengan bahu landas pacu sebesar 7,5m,

Dimensi RESA (90m x 90m), Clearway (90m x

150m), Stopway (60m x 45m) dan memiliki

luas runway strip sebesar (2930m x 150m)

Dimensi rencana pengembangan landas pacu

Bandar Udara Komodo sudah sesuai dan

memadai berdasarkan perhitungan dari tugas

akhir ini.

b. Landas Hubung (taxiway) Lebar landas

hubung adalah 15m dengan taxiway shoulder

5m disetiap sisi taxiway, kemiringan 1,5%,

Fillet taxiway sebesar 30m dan lokasi exit

taxiway 1865 m dari ujung runway. Dapat

disimpulkan bahwa lokasi dan landas hubung

sudah sesuai dan memadai dengan rencana

pengembangan landas hubung di Bandar Udara

Komodo Labuan Bajo.

c. Landas Parkir (Apron) Panjang landas parkir

pada rencana pengembangan fasilitas udara

bandar udara komodo perlu ditambahkan 23m

dari 582m menjadi 605m. sedangkan lebar

landas parkir pada rencana pengembangan

bandar udara komodo sudah mencukupi untuk

menampung pesawat Tipe C secara maksimal

dengan kebutuhan lebar 79m. dengan total luas

apron 47,795 m² Namun melihat rencana

pengembangan landas parkir Bandar Udara

Komodo yang memiliki dimensi 582m x 100m

= 58.200 m² sudah lebih besar dari nilai analisis

peneliti. Maka dapat disimpulkan bahwa

rencana pengembangan perluasan landas parkir

pada Bandar Udara Komodo sudah mencukupi

untuk menampung kebutuhan operasional

pesawat tipe 4C seperti Boeing 737-900ER

secara maksimal.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian mengenai

kelayakan fasilitas darat agar melayani 35

ribu penerbangan dan 3 juta penumpang

setiap tahunnya. Selain itu perlu dilakukan

penelitian lanjutan mengenai kelayakan

fasilitas udara untuk pengembangan tahun

berikutnya dengan tipe pesawat rencana

yang lebih besar agar sesuai dengan

prosedur keselamatan operasional

penerbangan

REFERENSI

Agata Desiwanty Kiding Allo (2017). Rencana

Pengembangan Bandar Udara Naha

Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi

Sulawesi

Utara Andri Azhari Wicaksono (2018).

Perencanaan Fasilitas Sisi Udara Pada

Bandara Internasional Ahmad Yani

Semarang. Boeing Commercial Airplanes

(2005).

737 Airplane Characteristics For Airport

Planning

Chika Agariani Ariska Putri (2019). Analisis

Pengembangan Geometrik Fasilitas Sisi

Udara Bandar Udara Internasional Ahmad

Yani Semarang

Dian M Setiawan, Noor Mahmudah & Edo

Laksmana Putra. (2019). Analisis Panjang

Runway Bandara Raden Inten II untuk

Pendaratan dan Take Off Pesawat Airbus

A330-200 dan A330-300

Direktorat Jendral Perhubungan Udara (2020).

Pengembangan Bandar Udara Komodo.

Horonjeff R., & Mckelvey. F.X. (2010).

Planning & Design Of Airports (Fifth Edit).

New York: Mc Graw Hill, Inc.

ICAO (International Civil Aviation

Organization). 2016. Annex 14 :

Aerodromes Design and Operation Volume I

(7th ed.) Canada.

Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Udara

No : KP 39 Tahun 2015. Standar Teknis Dan

Operasi Peraturan Keselamatan

Page 13: ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR …

Prosiding Seminar Intelektual Muda #5, Inovasi Keberlanjutan Lingkungan Binaan melalui Riset dan Karya Desain,

22 Februrari 2021, hal: 174-186, ISBN 978-623-91368-3-3, FTSP, Universitas Trisakti.

Yosa Nurapri Rabani

186

Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of

Standard CASR – Part 139) Volume I

Bandar Udara (Aerodromes) Peraturan

Direktur Jendral Perhubbungan Udara No :

SKEP/77/VI/2005. Persyaratan Teknis

Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar

Udara

Priscilla Azzahra Chairani (2020).

Perancangan Efektivitas Perbaikan Tanah

Dengan Menggunakan Metode

Prefabricated Vertical Drain. Indonesia

Journal Of Construction Engineering and

Sustainable Development (Cesd)

Sitti Subekti & Sri Hapsari Winahyu. (2015).

Strategi Pengembangan Bandar Udara

Komodo Labuan Bajo Development Strategy

At Komodo Airport Labuan Bajo