konsep dasar dan aspek legal patient safety

12
KONSEP DASAR DAN ASPEK LEGAL PATIENT SAFETY Patient safety merupakan salah satu isu utama dalam pelayanan kesehatan. Patient safety merupakan sesuatu yang jauh lebih penting daripada sekedar efisiensi pelayanan. Berbagai risiko akibat tindakan medik dapat terjadi sebagai bagian dari pelayanan kepada pasien. Hal ini paling tidak telah dibuktikan dari laporan the IOM (Institute of Medicine) yang menyebutkan bahwa setiap tahun sekitar 48.000 hingga 100.000 pasien meninggal dunia di Amerika Serikat akibat medical error yang terjadi di pusat-pusat pelayanan kesehatan. Studi paling ekstensif mengenai adverse event telah dilakukan oleh the Harvard Medical Practice yang melibatkan lebih dari 30.000 pasien yang dipilih secara acak dari 51 rumah sakit di New York pada tahun 1984 (Brennan et al, 1991). Adverse events yang manifestasinya antara lain berupa perpanjangan masa rawat inap atau timbulnya kecacatan pasien saat meninggalkan rumah sakit pasca perawatan, terjadi pada 3,7% pasien rawat inap. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa lebih dari 58% adverse event tersebut sebetulnya dapat dicegah (preventable adverse events), sedangkan 27,6% terjadi akibat kelalaian klinik (clinical negligence). Identifikasi dan pemecahan masalah tersebut merupakan bagian utama dari pelaksanaan konsep patient safety. Lebih lanjut, definisi dari patient safety adalah bebas dari cedera aksidental atau menghindari cedera pasien akibat tindakan pelayanan. Di Indonesia, program keselamatan pasien dicanangkan pada tahun 2005, dan terus berkembang menjadi isu utama dalam pelayanan medis di Indonesia. Pengertian Patient Safety Cooper et al (2000) telah mendefenisikan bahwa “patient safety as the avoidance, prevention, and amelioration of adverse outcomes or injuries stemming from the processes of healthcare.” Pengertian ini maksudnya bahwa patient safety merupakan penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan. Patient safety melibatkan sistem operasional dan sistem pelayanan yang meminimalkan kemungkinan kejadian adverse event/ error dan memaksimalkan langkah- langkah penanganan bila error telah terjadi. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yg disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tdk mengambil tindakan yg seharusnya diambil. (KKP-RS) Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006) Pentingnya Patient Safety Hampir setiap tindakan medik menyimpan potensi risiko, yaitu: a. Kesalahan Medis (Medical Error) Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. (KKP-RS) b. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/ Adverse Event Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (ommision), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien (KKP-RS). c. Nyaris Cedera (NC)/ Near Miss Suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena :

Upload: meutia-putri

Post on 08-Apr-2016

933 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Dasar Dan Aspek Legal Patient Safety

KONSEP DASAR DAN ASPEK LEGAL PATIENT SAFETY Patient safety merupakan salah satu isu utama dalam pelayanan kesehatan. Patient safety merupakan sesuatu yang

jauh lebih penting daripada sekedar efisiensi pelayanan. Berbagai risiko akibat tindakan medik dapat terjadi sebagai bagian dari pelayanan kepada pasien. Hal ini paling tidak telah dibuktikan dari laporan the IOM (Institute of Medicine) yang menyebutkan bahwa setiap tahun sekitar 48.000 hingga 100.000 pasien meninggal dunia di Amerika Serikat akibat medical error yang terjadi di pusat-pusat pelayanan kesehatan. Studi paling ekstensif mengenai adverse event telah dilakukan oleh the Harvard Medical Practice yang melibatkan lebih dari 30.000 pasien yang dipilih secara acak dari 51 rumah sakit di New York pada tahun 1984 (Brennan et al, 1991). Adverse events yang manifestasinya antara lain berupa perpanjangan masa rawat inap atau timbulnya kecacatan pasien saat meninggalkan rumah sakit pasca perawatan, terjadi pada 3,7% pasien rawat inap. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa lebih dari 58% adverse event tersebut sebetulnya dapat dicegah (preventable adverse events), sedangkan 27,6% terjadi akibat kelalaian klinik (clinical negligence).

Identifikasi dan pemecahan masalah tersebut merupakan bagian utama dari pelaksanaan konsep patient safety. Lebih lanjut, definisi dari patient safety adalah bebas dari cedera aksidental atau menghindari cedera pasien akibat tindakan pelayanan. Di Indonesia, program keselamatan pasien dicanangkan pada tahun 2005, dan terus berkembang menjadi isu utama dalam pelayanan medis di Indonesia.

Pengertian Patient SafetyCooper et al (2000) telah mendefenisikan bahwa “patient safety as the avoidance, prevention, and amelioration of

adverse outcomes or injuries stemming from the processes of healthcare.” Pengertian ini maksudnya bahwa patient safety merupakan penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan.

Patient safety melibatkan sistem operasional dan sistem pelayanan yang meminimalkan kemungkinan kejadian adverse event/ error dan memaksimalkan langkah-langkah penanganan bila error telah terjadi. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yg disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tdk mengambil   tindakan yg seharusnya diambil. (KKP-RS)

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)

Pentingnya Patient Safety Hampir setiap tindakan medik menyimpan potensi risiko, yaitu:

a.  Kesalahan Medis (Medical Error)Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera

pada pasien. (KKP-RS)b.  Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/ Adverse Event

Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (ommision), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien (KKP-RS).

c.  Nyaris Cedera (NC)/ Near MissSuatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena : 1. Keberuntungan,  misalnya: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat2. Pencegahan, suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya

sebelum obat diberikan.3. Peringanan, suatu obat dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya.

(KKP-RS)

Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.

Page 2: Konsep Dasar Dan Aspek Legal Patient Safety

Jenis kesalahan berdasarkan kontribusi manusia pada terjadinya suatu kesalahan:1.  Kesalahan aktif (active errors), terjadi pada level petugas kesehatan atau staf RS yang bekerja didepan dan efeknya

terjadi hampir secara tiba-tiba2.  Kesalahan tersembunyi (letent errors), terjadi dalam level manajemen seperti design yang kurang baik, instalansi

yang tidak tepat, pemeliharaan yang gagal, keputusan manajemen yang buruk, dan struktur organisasi yang kurang baik. Kesalahan tersembunyi sulit untuk dicatat sehingga sering kesalahan seperti ini tidak dapat dikenal (Reason, 2000)

Dampak dari medical error sangat beragam, mulai dari yang ringan dan sifatnya reversible hingga yang berat berupa kecacatan atau bahkan kematian. Sebagian penderita terpaksa harus dirawat di rumah sakit lebih lama ( prolonged hospitalization) yang akhirnya berdampak pada biaya perawatan yang lebih besar.

Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) mrpkn sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan capaian” peningkatan yg terukur untuk medication safety sebagai target utamanya. Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam “TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health System” melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse Event). Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World Alliance for Patient Safety, program  bersama dengan berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.

Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di RS,  yg tujuan utamanya adlh utk tercapainya pelayanan medis prima di RS yg jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia(PERSI) yg berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder RS utk lebih memperhatian keselamatan pasien di RS.

Sejak masalah medical error menggema di seluruh belahan bumi melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik hingga ke journal” ilmiah ternama, dunia kesehatan mulai menaruh kepedulian yg tinggi trhdp isu patient safety.

1.  WHO memulai Program Patient Safety  pada tahun 2004 : “Safety is a fundamental principle of patient  care and  a critical component of  quality management.” (World Alliance for Patient  Safety, Forward Programme  WHO,2004)  

2.  Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS)  dibentuk  PERSI, pada tanggal 1 Juni  20053.  Menteri Kesehatan bersama PERSI dan KKP-RS telah mencanangkan Gerakan  Keselamatan  Pasien  Rumah  Sakit

pd Seminar Nasional PERSI tgl 21 Agustus 2005, di JCC

Patient Safety di berbagai negara 1.   Amerika    : AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality), 20012.   Australia   : Australian Council for Safety and Quality in Health Care, 20003.   Inggeris     : NPSA (National Patient Safety Agency), 2001 4.   Canada     : NSCPS (National Steering Committee on Patient Safety), CPSI (Canadian Patient Safety Institute), 2003 5.   Malaysia   : Patient Safety Council, 20046.   Denmark   : UU Patient Safety, 2003 7.   Indonesia  : KKP-RS, 2005

Tujuan Patient safety: Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS Meningkatnya akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyarakat Menurunnya KTD di RS Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD

Page 3: Konsep Dasar Dan Aspek Legal Patient Safety

(Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)Tujuan penanganan patient safety menurut (Joint Commission International):

Mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi secara efektif, meningkatkan keamanan dari high-alert medications, memastikan benar tempat, benar prosedur, dan benar pembedahan pasien, mengurangi resiko infeksi dari pekerja kesehatan, mengurangi resiko terjadinya kesalahan yang lebih buruk pada pasien.

Perspektif Keperawatan Pada Patient SafetyPatient safety pada keperawatan merupakan upaya pencegahan injuri pada pasien yang disebabkan langsung oleh

pemberi pelayanan kesehatan itu sendiri. Lebih dari 10 tahun terakhir, patient safety menjadi prioritas utama dalam sistem pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan termasuk perawat memiliki tanggung jawab terhadap pengobatan dan perawatan pasien selama berada di rumah sakit termasuk patient safety.

Tenaga kesehatan secara umum merupakan satu kesatuan tenaga yang terdiri dari tenaga medis, tenaga perawatan, tenaga paramedis non perawatan dan tenaga non medis. Dari semua katagori tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit, tenaga perawatan merupakan tenaga terbanyak dan mereka mempunyai waktu kontak dengan pasien lebih lama dibandingkan tenaga kesehatan yang lain, sehingga mereka mempunyai peranan penting dalam menentukan baik buruknya mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Namun demikian, harus diakui bahwa peran perawat dalam memberikan pelayanan yang bermutu masih membutuhkan perhatian dari pihak manajemen. Salah satu indikator tentang pelayanan kesehatan ini dilihat dari angka kematian pasien baik yang meninggal kurang dari 48 jam maupun lebih dari 48 jam.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Patient Safety Pelaksanaan “Patient safety” meliputi 1. Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for Patient  Safety, 2 May 2007), yaitu:

1)  Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names)Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error). Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.

2)  Pastikan identifikasi pasien3)  Komunikasi secara benar saat serah terima pasien4)  Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar

Faktor yg paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur ’Time out” sesaat sebelum memulai prosedur utk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.

5)  Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.

6)  Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan7)  Hindari salah kateter dan salah sambung slang8)  Gunakan alat injeksi sekali pakai

keprihatinan global terbesar adlh penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV yg diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan.

9)  Tingkatkan kebersihan tangan (Hand hygiene) untuk pencegahan infeksi nosokomial.Diperkirakan bahwa setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-rubs”.

2. Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh

Joint Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002),yaitu:  

3. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001-VIII-2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit

 Langkah Langkah Kegiatan Pelaksanaan Patient Safety AdalahSelain itu, menurut Hasting G, 2006, ada 8 langkah yg bisa dilakukan utk mengembangkan budaya Patient safety:

1. Put the focus back on safetySetiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan yang terbaik dan teraman untuk pasien. Tetapi supaya

keselamatan pasien ini bisa dikembangkan dan semua staf merasa mendapatkan dukungan, patient safety ini harus menjadi prioritas strategis dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS yang terlibat dalam

Page 4: Konsep Dasar Dan Aspek Legal Patient Safety

safer patient initiatives di Inggris mengatakan bahwa tanggung jawab untuk keselamatan pasien tidak bisa didelegasikan dan mereka memegang peran kunci dalam membangun dan mempertahankan fokus patient safety di dalam RS.

2. Think small and make the right thing easy to doMemberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin membutuhkan langkah-langkah yang agak

kompleks. Tetapi dengan memecah kompleksitas ini dan membuat langkah-langkah yang lebih mudah mungkin akan memberikan peningkatan yang lebih nyata.

3. Encourage open reportingBelajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang salah adalah pengalaman yang berharga. Koordinator patient

safety dan manajer RS harus membuat budaya yang mendorong pelaporan. Mencatat tindakan-tindakan yang membahayakan pasien sama pentingnya dengan mencatat tindakan-tindakan yang menyelamatkan pasien. Diskusi terbuka mengenai insiden-insiden yang terjadi bisa menjadi pembelajaran bagi semua staf.

4. Make data capture a priorityDibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih baik untuk mempelajari dan mengikuti perkembangan kualitas dari

waktu ke waktu. Misalnya saja data mortalitas. Dengan perubahan data mortalitas dari tahun ke tahun, klinisi dan manajer bisa melihat bagaimana manfaat dari penerapan patient safety.

5. Use systems-wide approachesKeselamatan pasien tidak bisa menjadi tanggung jawab individual. Pengembangan hanya bisa terjadi jika ada

sistem pendukung yang adekuat. Staf juga harus dilatih dan didorong untuk melakukan peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan terhadap pasien. Tetapi jika pendekatan patient safety tidak diintegrasikan secara utuh kedalam sistem yang berlaku di RS, maka peningkatan yang terjadi hanya akan bersifat sementara.

6. Build implementation knowledgeStaf juga membutuhkan motivasi dan dukungan untuk mengembangkan metodologi, sistem berfikir, dan

implementasi program. Pemimpin sebagai pengarah jalannya program disini memegang peranan kunci. Di Inggris, pengembangan mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien sudah dimasukkan ke dalam kurikulum kedokteran dan keperawatan, sehingga diharapkan sesudah lulus kedua hal ini sudah menjadi bagian dalam budaya kerja.

7. Involve patients in safety effortsKeterlibatan pasien dalam pengembangan patient safety terbukti dapat memberikan pengaruh yang positif.

Perannya saat ini mungkin masih kecil, tetapi akan terus berkembang. Dimasukkannya perwakilan masyarakat umum dalam komite keselamatan pasien adalah salah satu bentuk kontribusi aktif dari masyarakat (pasien). Secara sederhana pasien bisa diarahkan untuk menjawab ketiga pertanyaan berikut: apa masalahnya? Apa yang bisa kubantu? Apa yang tidak boleh kukerjakan?

8. Develop top-class patient safety leadersPrioritisasi keselamatan pasien, pembangunan sistem untuk pengumpulan data-data berkualitas tinggi, mendorong

budaya tidak saling menyalahkan, memotivasi staf, dan melibatkan pasien dalam lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bisa tercapai dalam semalam. Diperlukan kepemimpinan yang kuat, tim yang kompak, serta dedikasi dan komitmen yang tinggi untuk tercapainya tujuan pengembangan budaya patient safety. Seringkali RS harus bekerja dengan konsultan leadership untuk mengembangkan kerjasama tim dan keterampilan komunikasi staf. Dengan kepemimpinan yang baik, masing-masing anggota tim dengan berbagai peran yang berbeda bisa saling melengkapi dengan anggota tim lainnya melalui kolaborasi yang erat.

Urgensi Patient SafetyImplementasi Patient Safety

Menurut James Reason ada dua pendekatan. Pertama pendekatan personal dan kedua pendekatan sistem

Pada hakekatnya program keselamatan pasien harus meliputi tiga hal: pertama, perubahan budaya, kedua, perubahan proses, ketiga, mengukur proses.

Page 5: Konsep Dasar Dan Aspek Legal Patient Safety

Patient Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut:UU Tentang Kesehatan dan UU Tentang Rumah Sakit1.   Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum

a.  Pasal 53 (3) UU No.36/2009“Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa pasien.”

b.  Pasal 32n UU No.44/2009“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.

c.  Pasal 58 UU No.36/20091) “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara

kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam Pelkes yang diterimanya.”2)  “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan

kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.”

2.  Tanggung jawab Hukum Rumah sakita.  Pasal 29b UU No.44/2009

”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.”

b. Pasal 46 UU No.44/2009“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.”

c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009“Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.”

3.  Bukan tanggung jawab Rumah SakitPasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit

“Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yg dpt berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yg kompresehensif. “

4.  Hak Pasiena.  Pasal 32d UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan

standar prosedur operasional”b.  Pasal 32e UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari

kerugian fisik dan materi”c.  Pasal 32j UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin

terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan”d.  Pasal 32q UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga

memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana”

5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasienPasal 43 UU No.44/2009

1)  RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien2)  Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan

masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.3)  RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang

ditetapkan oleh menteri4)  Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk mengoreksi system dalam

rangka meningkatkan keselamatan pasien.

Pendekatan Komprehensif Dalam Pengkajian Keselamatan PasienPengkajian pada keselamatan pasien secara garis besar dibagi kepada struktur, lingkungan, peralatan dan

teknologi, proses, orang dan budaya.1. Struktur

Page 6: Konsep Dasar Dan Aspek Legal Patient Safety

Kebijakan dan prosedur organisasi : Cek telah terdapat kebijakan dan prosedur tetap yang telah dibuat dengan mempertimbangkan keselamatan pasien.

Fasilitas : Apakah fasilitas dibangun untuk meningkatkan keamanan ? Persediaan : Apakah hal – hal yang dibutuhkan sudah tersedia seperti persediaan di ruang emergency, ruang ICU

2. Lingkungan Pencahayaan dan permukaan : berkontribusi terhadap pasien jatuh atau cedera Temperature : pengkondisian temperature dibutuhkan dibeberapa ruangan seperti ruang operasi , hal ini diperlukan

misalnya pada saat operasi bedah tulang suhu ruangan akan berpengaruh terhadap cepatnya pengerasan dari semen Kebisingan : lingkungan yang bising dapat menjadi distraksi saat perawat sedang memberikan pengobatan dan

tidak terdengarnya sinyal alarm dari perubahan kondisi pasien Ergonomic dan fungsional : ergonomic berpengaruh trhdp penampilan sprt teknik memindahkan pasien, jika

terjadi kesalahan dpt menimbulkan pasien jatuh atau cedera. Selain itu penempatan material di ruangan apakah sudah disesuaikan dgn fungsinya sprti pengaturan tempat tidur, jenis, penempatan alat sudah mencerminkan keselamatan pasien.

3. Peralatan dan teknologi Fungsional : perawat harus mengidentifikasi penggunaan alat dan desain dari alat. Perkembangan kecanggihan alat

sangat cepat sehingga diperlukan pelatihan untuk mengoperasikan alat secara tepat dan benar . Keamanan : Alat – alat yg digunakan juga harus didesain penggunaannya dapat meningkatkan keselamatan pasien.

4. Proses Desain kerja : Desain proses yang tidak dilandasi riset yang adekuat dan kurangnya penjelasan dapat berdampak

terhadap tidak konsisten perlakuan pada setiap orang hal ini akan berdampak terhadap kesalahan. Untuk mencegah hal tersebut harus dilakukan research based practice yang diimplementasikan.

Karakteristik risiko tinggi : melakukan tindakan keperawatan yang terus – menerus saat praktek akan menimbulkan kelemahan, dan penurunan daya ingat hal ini dapat menjadi risiko tinggi terjadinya kesalahan atau lupa oleh karena itu perlu dibuat suatu system pengingat untuk mengurangi kesalahan

Waktu : waktu sangat berdampak pada keselamatan pasien hal ini lebih mudah tergambar ada pasien yang memerlukan resusitasi, yang dilanjutkan oleh beberapa tindakan seperti pemberian obat dan cairan, intubasi dan defibrilasi dan pada pasien – pasien emergency oleh karena itu pada saat – saat tertentu waktu dapat menentukan apakah pasien selamat atau tidak.

Perubahan jadual dinas perawat juga berdampak terhadap keselamatan pasien karena perawat sering tidak siap untuk melakukan aktivitas secara baik dan menyeluruh.

Waktu juga sangat berpengaruh pada saat pasien harus dilakukan tindakan diagnostic atau ketepatan pengaturan pemberian obat seperti pada pemberian antibiotic atau tromblolitik, keterlambatan akan mempengaruhi terhadapap diagnosis dan pengobatan.

Efisiensi : keterlambatan diagnosis atau pengobatan akan memperpanjang waktu perawatan tentunya akan meningkatkan pembiayaan yang harus di tanggung oleh pasien.

5. Orang Sikap dan motivasi ; sikap dan motivasi sangat berdampak kepada kinerja seseorang. Sikap dan motivasi yang

negative akan menimbulkan kesalahan-kesalahan. Kesehatan fisik : kelelahan, sakit dan kurang tidur akan berdampak kepada kinerja dengan menurunnya

kewaspadaan dan waktu bereaksi seseorang. Kesehatan mental dan emosional : hal ini berpengaruh terhadap perhatian akan kebutuhan dan masalah pasien.

tanpa perhatian yang penuh akan terjadi kesalahan – kesalahan dalam bertindak. Faktor interaksi manusia dengan teknologi dan lingkungan : perawat memerlukan pendidikan atau pelatihan saat

dihadapkan kepada penggunaan alat – alat kesehatan dengan teknologi baru dan perawatan penyakit – penyakit yang sebelumnya belum tren seperti perawatan flu babi (swine flu).

Faktor kognitif , komunikasi dan interpretasi ; kognitif sangat berpengaruh terhadap pemahaman kenapa terjadinya kesalahan (error). Kognitif seseorang sangat berpengaruh terhadap bagaimana cara membuat keputusan , pemecahan masalah baru mengkomunikasikan hal – hal yang baru.

6. Budaya Faktor budaya sangat bepengaruh besar terhadap pemahaman kesalahan dan keselamatan pasien. Pilosofi tentang keamanan ; keselamatan pasien tergantung kepada pilosofi dan nilai yang dibuat oleh para

pimpinanan pelayanan kesehatan Jalur komunikasi : jalur komunikasi perlu dibuat sehingga ketika terjadi kesalahan dapat segera terlaporkan kepada

pimpinan (siapa yang berhak melapor dan siapa yang menerima laporan). Budaya melaporkan , terkadang untuk melaporkan suatu kesalahan mendapat hambatan karena terbentuknya

budaya blaming . Budaya menyalahkan (Blaming) merupakan phenomena yang universal. Budaya tersebut harus dikikis dengan membuat protap jalur komunikasi yang jelas.

Page 7: Konsep Dasar Dan Aspek Legal Patient Safety

Staff – kelebihan beban kerja, jam dan kebijakan personal. Faktor lainnya yang penting adalah system kepemimpinan dan budaya dalam merencanakan staf, membuat kebijakan dan mengantur personal termasuk jam kerja, beban kerja, manajemen kelelahan, stress dan sakit

Membangun Kesadaran Perawat (Nursing Awareness) Akan Patient SafetyPerawat sebagai anggota inti tenaga kesehatan yang jumlahnya terbesar di rumah sakit (sebesar 40 – 60%) dan

dimana pelayanan keperawatan yang diberikan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, memiliki peran kunci dalam mewujudkan keselamatan pasien.

Nursing is the protection, promotion, and optimization of health and abilities, prevention of illness and injury, alleviation of suffering through diagnosis and treatment of human response, and advocacy in the care of individuals, families, communities, and populations (ANA, 2003). Berangkat dari definisi inilah, peran-peran perawat dalam mewujudkan patient safety di rumah sakit dapat dirumuskan. Antara lain sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi standar pelayanan dan SOP yang telah ditetapkan; menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan keperawatan; memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang asuhan yang diberikan; menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam pemberian pelayanan kesehatan; menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarganya; peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian tidak diharapkan; serta mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan keluarga.

Perawat bertanggung jawab dalam: Memberikan informasi pada pasien dan keluarga tentang kemungkinan-kemungkinan resiko Melaporkan kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD) kepada yang berwenang Berperang Aktif dalam melakukan pengkajian terhadap keamanan dan kualitas/mutu pelayanan Meningkatkan komunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan professional lainnya Mengusulkan peningkatan kemampuan staf yang cukup Membantu pengukuran terhadap peningkatan patient safety Meningkatkan standar baku untuk program pengendalian infeksi (infection control) Mengusulkan SOP dan protocol pengobatan yang dapat memimalisasi kejadian error Berhubungan dengan badan-badan profesional yang mewakili para dokter ahli farmasi dan lain-lain Meningkatkan cara pengemasan dan pelabelan obat Berkolaborasi dengan sistem pelaporan nasional untuk mencatat, menganalisa dan mempelajari KTD Mengembangkan mekanisme peningkatan kesadaran, sebagai contoh untuk pelaksanaan akreditasi Karakteristik dari pemberi pelayanan kesehatan menjadi tolok ukur terhadap excellence dalam patient safety

Qualityworkplaces = Quality Patient Care Secara terus menerus mengembangkan peranan keperawatan Menentukan ruang lingkup praktek keperawatan sehingga perawat, atau disiplin lainnya, dan masyarakat

menyadari terjadinya proses evolusi pada profesi Mengusulkan pengenalan profesional dan remunerasi Mengembangkan dan menyebarluaskan suatu pernyataan sikap ttang pentingnya suatu lingkungan kerja yang aman Memastikan bahwa disiplin lain terlibat dalam pengembangan kebijakan untuk lingkungan kerja yang aman Mendukung penelitian, mengumpulkan data untuk praktek terbaik, dan penyebarluasan data setelah tersedia Mendorong Lembaga pendidikan untuk meningkatkan kerjasama dengan memberikan kesempatan untuk

kolaborasi dan penekanan pada teori kerja sama tim Menyajikan penghargaan kepada fasilitas kesehatan yang menunjukkan efektivitas praktik lingkungan positif

melalui rekrutmen dan inisiatif retensi, mengurangi tingkat drop out, opini publik, memperbaiki perawatan dan tingkat kepuasan pasien lebih tinggi

Menggunakan sebagai tool kit utk memberikan informasi latar belakang ttg pentingnya lingkungan kerja yg positif

Materi Pelatihan 

1.      Patient Safety: Pendekatan Sistematik Mutu Pelayanan Kesehatan di Rumah SakitKeselamatan pasien (patien-safety) merupakan salah satu dimensi mutu yang saat ini menjadi perhatian para praktisi pelayanan kesehatan, baik dalam skala nasional maupun global. Untuk menjamin keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan, patient safety tidak hanya berhenti sebagai jargon atau wacana, tetapi harus diangkat dalam agenda kebijakan lembaga pelayanan kesehatan dan diwujudkan dengan penerapan secara praktis pada lembaga pelayanan kesehatan. sesi ini akan menjadi overview awal mengenai pasient safety dan perkembangannya selama ini

  2.      Clinical Pathway: sebagai salah satu kunci menuju patient safety

A clinical pathway is a patient-focused tool, which describes the timeframe and sequencing of routine, predictable multidisciplinary interventions and expected patient outcomes, for a group of patients with similar needs. Clinical pathways juga digunakan untuk mendeskrisikan dan mnegimplementasikan standar klinik sehingga dapat mendukung peningkatan kualitas keselamatan pasien.

Page 8: Konsep Dasar Dan Aspek Legal Patient Safety

 3.      Membangun budaya ‘safety’ di Rumah Sakit

Implementasi pasien safety tak bisa dipisahkan dari budaya safety yang mendukung dilingkungan lembaga pelayanan kesehatan. oleh karena itu, perlu ada peningkatkan budaya safety dan sistem yang mendukung pelaksanaan budaya itu untuk pelayanan berkualitas terhadap pasien. 

 4.      Medication SafetyMengapa medication safety itu penting bagi setiap rumah sakit? Ada dua alasan yang dapat dikemukakan. Pertama, penggunaan obat-obatan secara aman mensyaratkan adanya perencanaan yang sangat hati-hati dan hal itu tidak mungkin dicapai jika semua sumber daya organisasi hanya diarahkan pada pencapaian orientasi jangka pendek semata. Kedua, kesalahan yang berkaitan dengan obat-obatan menempati posisi terbesar dalam medical error di rumah sakit.

 5.      Audit Medis dan Patient Safety

Di Indonesia, telah dikeluarkan Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit,  yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien.

 6.      Komunikasi dalam Patient Safety

Komunikasi memegang peran penting dalam patient safety. Pengembangan pola komunikasi yang terbuka dengan pasien dan keluarganya adalah hal yang harus dilakukan oleh dokter maupun staf medis lainnya. Dari proses ini pasien akan mandapatkan informasi dan penjelasan yang detail sejak awal akan kemungkinan-kemungkinan bila terjadi insiden. Proses ini secara tidak langsung juga memberikan pendidikan yang baik untuk pasien dan keluarganya untuk bisa menerima akan kemungkinan insiden dan menempuh-menempuh prosedur yang sebagaimana mestinya jika terjadi ketidak puasan terjadap tindakan dokter. Pola komunikasi ini akan membantu dokter melakukan analisis akar masalah dan untuk belajar bagaimana &  mengapa suatu kejadian itu timbul.

 7.      Sistem Informasi Pencatat dan Pelaporan insiden

Salah satu dari 7 langkah penerapan keselamatan pasien adalah mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan insiden. Bagaimana implementasi dari sistem ini? Sesi ini akan mengkaji secara mendalam bagaimana penyusunan dan penerapan dari sistem informasi pencatat dan pelaporan insiden ini.

  8.      Monitoring dan evaluasi

Untuk mengimplementasikan standar keselamatan pasien, maka rumah sakit harus merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melaui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.