konsep bermain untuk tumbang anak
DESCRIPTION
vfdhggfTRANSCRIPT
Konsep Bermain Untuk Tumbang anak
2.1. DEFINISI BERMAINBermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-
kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak, serta suara . (Wong, 2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadarinya . (Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh
kesenangan. (Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah:
“Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain
sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar
berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal
dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”
2.2. FUNGSI BERMAIN PADA ANAK
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan
merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang
perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua seharusnya
mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan diberikan, agar diketahui
perkembangan anak lebih lanjut,mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh
kembang yang membutuhkan stimulasi dalam mencapai puncaknya seperti masa kritis,optimal
dan sensitif.
Untuk lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak
diantaranya :
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan
pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam
sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui
rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat.Hal tersebut dapat
dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di
kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu
yang baru dilihatnya.Demikian juga pendengaran,apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang
melalui suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari anak lebih cepat berkembang
dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada
saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak,
mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan
khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat
benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan
meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi
anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang
dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah
mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main
berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang
ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman
sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar
menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini,
seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan
merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling
berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan
ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika
berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan
yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.
2.3. KECENDERUNGAN UMUM SELAMA ANAK-ANAK
Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat
aktif dan bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan jenis permainan yang berbeda,
dikatakan bermain aktif jika anak berperan secara aktif dalam permainan, selalu memberikan
rangsangan dan melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka anak
akan memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan orang lingkungan yang
memberikan respons secara aktif. Melihat hal tersebut kita dapat mengenal macam-macam dari
permainan diantaranya:
Berdasarkan isinya :
a. Bermain Afektif Sosial
Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhungan dengan orang lain
hal ini dapat dilakukan seperti orang tua memeluk adanya sambil berbicara, bersandung
kemudian anak memberikan respons seperti tersenyum tertawa, bergembira, dan lain-lain. Sifat
dari bermain ini adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya berespons terhadap
simulasi sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.
b. Bermain Bersenang-senang
Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada sehingga
anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain. Sifat bermain ini adalah
tergantung dari stimulasi yang diberikan pada anak, mengingat sifat dari bermain ini hanya
memberikan kesenangan pada anak tapa memperdulikan kehadiran orang lain, seperti bermain
boneka-bonekaan, binatang-binatangan, dan lain-lain.
c. Bermain Keterampilan
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang
diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah
sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti
bermain dalam bongkar pasang gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam
meletakkan gambar yang telahdi bongkar, kemudian bermain latihan memakai baju dan lain-lain.
d. Bermain Dramtik
Macam bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan berpura-pura dalam
berpeilaku seperti anak memperankan sebagai orang dewasa, seorang ibu dan guru dalam
kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam memerankan
sesuatu. Permainan dramatic ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu berkomunikasi dan
mengenal kehidupan social.
e. Bermain Menyelidiki
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan dalam
menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan seperti mengocok untuk mengetahui
isinya dan permainan ini bersifat aktif pada anak dan dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut harus selalu diberikan stimulasi dari
orang lain agar selalu bertambah dalam kemampuan kecerdasan anak.
f. Bermain Konstruksi
Bermain ini bertujuan untuk menyusun sesuatu pbjek permainan agar menjadi sebuah
konstruksi yang benar seperti permainan menyusun balok. Sifat dari permainan ini adalah aktif di
mana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam permaianan dan akan dapat
membangun kecerdasan pada anak.
Berdasarkan jenis permainan :
a. Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama temannya dengan
menggunakan beberapa peraturan permainan seperti permainan ular tangga. Sifatnya adalah
aktif, anak akan memberikan respons kepada temannya sesuai dengan jenis permaianan dan akan
berfungsi memberikan kesenangan yang dapat mengembangkan perkembangan emosi pada anak.
b. Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)
Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit,
bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak
melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi sebenarnya anak tidak memainkan alat
permainan tertentu dan situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat
permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Peran
ini berbeda dibandingkan dengan onlooker, dimana anak aktif mengamati aktivitas anak lain.
Berdasarkan karakteristik sosial :
a. Solitary Play
Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan sendiri atau independent
walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal ini karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan
kognitif. Sifatnya adalah aktif akan tetapi bentuk stimulasi tambahan kurang, karena dilakukan
sendiri dalam perkembangan mental pada anak, kemudian dapat membantu untuk menciptakan
kemandirian pada anak.
b. Pararel Play
Bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang sedang bermain akan tetapi tidak
ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari bermain ini adalah anak aktif secara sendiri tetapi
masih masih dalam satu kelompok, dengan harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan
tugas mandiri dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.
c. Associative Play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari usia toddler dan
dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan permainan dimana anak dalam kelompok
dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara formal.
d. Cooperative Play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok dan ada memimpin
yang di mulai dari usia prasekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
e. Onlooker Play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut bermain, walaupun
anak dapat menanyakan permainan itu dan biasanya dimulai pada usia toddler.
f. Therapeutic Play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
psikososial anak selama hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres, memberikan instruksi
dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip oleh Supartini, 2004).
Permainan dengan menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan kecemasan dan untuk
pengajaran perawatan diri pada anak-anak. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus
diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan bermain
seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang
infus dan sebagainya.
2.4. PEDOMAN UNTUK KEAMANAN BERMAIN
Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti:
a. Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk
melakukan permainan.
b. Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan
dapat optimal.
c. Alat permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak
serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur.
e. Pengetahuan cara bermain
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih
berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut.
f. Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam
menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan
orangtua dan anak menjadi lebih akrab.
Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). APE Merupakan alat
permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan perkembangan
anak,dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat mengembangkan kemampuan
fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi sosialnya.Dalam mencapai fungsi
perkembangan secara optimal,maka alat permainan ini harus aman,ukurannya sesuai dengan usia
anak,modelnya jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah rusak.
Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada masyarakat kurang
memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli permainan tanpa memperdulikan
jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek tersebut,sehingga terkadang harganya
mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya sama.
Untuk mengetahui alat permainan edukatif,ada beberapa contoh jenis permainan yang
dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda tiga atau dua,bola,mainan
yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan dalam pertumbuhan fisik atau
motorik kasar,kemudian alat permainan gunting,pensil,bola,balok,lilin jenis alat ini dapat
digunakan dalam mengembangkan motorik halus, alat permainan buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka , pensil warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan seperti buku gambar, buku cerita,
majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan
bahasa, alat permainan seperti gelas plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki semuanya dapat
digunakan dalam mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri dan alat permainan seperti
kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara bersama dapat dilakukan untuk mengembangkan
tingkah laku social.
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua atau
pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat permainan dan
kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan bermain
seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai, memberikan kesempatan untuk mandiri.
2.5. KARAKTERISTIK BERMAIN (USIA BAYI-PRASEKOLAH)
Dalam bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia tumbuh kembang melainkan
berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu mempunyai tugas-
tugas perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu memperhatikan tugas
masing-masing umur tumbuh kembang. Adapun karakteristik dalam setiap tahap usia tumbuh
kembang anak:
a. Usia 0-1 tahun
Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex, melatih kerja
sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam berkoordinasi, melatih mencari objek yang
ada tetapi tidak kelihatan, melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan, keterampilan
dengan gerakan yang berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki
pertumbuhan dan perkembangan.
Jenis permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain: benda
(permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk muka, boneka orang
dan binatang, alat permaianan yang dapat digoyang dan menimbulkan suara, alat permaian
berupa selimut, boneka, dan lai-lain.
b. Usia 1-2 tahun
Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya bertujuan untuk
melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi, melatih
anak melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu
membedakannya. Jenis permainan ini seperti semua alat permainan yang dapat didorong dan di
tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil berwarna, dan lain-
lain.
c. Usia 3-6 tahun
Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan
sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan
menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan,
menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, menegembangkan dan
mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu
pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetensi serta gotong royong. Sehingga jenis
permainan yang dapat dighunakamn pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar rumah, buku
gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.
2.6. TERAPI BERMAIN PADA ANAK YANG DIHOSPITALISASI
Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan aktivitas bermain.
Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas perkembangan
secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan, kecemasan, frustasi dan marah
terhadap penyakit dari hospitalisasi (Mott, 1999).
Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan memberikan
perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak menanggulangi pengalaman
yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan
respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga
anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit.
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di suatu rumah
sakit, antara lain:
a). Memfasilitasi situasi yang tidak familiar
b). Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
c). Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
d). Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
e). Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan prosedur
medis
f). Memberi peralihan dan relaksasi
g). Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
h). Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan,
i). Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap orang
lain
j). Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
k). Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).
PRINSIP BERMAIN DI RS :
1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
3. Kelompok umur yg sama.
4. Permainan tidak bertentangan dgn pengobatan
5. Semua alat permaianan dpt dicuci
6. Melibatkan ortu.
DAFTAR PUSTAKA
- Perry, A,G & Potter, P.A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC.
- Perry,A,G.& Potter,P.A. 1999.Fundamental Keperawatan,buku kedokteran.Jakarta:EGC
- Alimul Hidayat, A.Aziz.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta:salemba medika.
- Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak,EGC,Jakarta.
- Soetjiningsih.2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:Idai
- Wong,D.L (1995), Nursing Care of Instants and Children,St. Louis Mosby.