komunitas kasus 3

28

Click here to load reader

Upload: tianpradiani

Post on 24-Jul-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMUNITAS KASUS 3

RESUME KASUS 3

COMMUNITY NURSING PROGRAM I

Tian Pradiani 220110100114

1. SANITASI

a. Pengertian Sanitasi

Menurut beberapa ahli, yaitu:

Menurut Dr.Azrul Azwar, MPH: Sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang

menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang

mungkin mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

Menurut Ehler & Steel: Sanitation is the prevention od diseases by eliminating

or controlling the environmental factor which from links in the chain of tansmission.

Menurut Hopkins: Sanitasi adalah cara pengawasan terhadap factor-faktor lingkungan

yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungan.

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan

maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan

berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan

kesehatan manusia. Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-

agen kimia atau biologis dari penyakit terkait (Chandra, budiman. 2006)

LINGKUNGAN

Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya (Notoadmojo, 2003).

1. KRITERIA PEMUKIMAN SEHAT’

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut  :1.       Lokasi

a.       Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;

Page 2: KOMUNITAS KASUS 3

b.      Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang;

c.       Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.

2.      Kualitas udaraKualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :a.       Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi,b.      Debu dengan diameter kurang dari 10 µg  maksimum 150 µg/m3,c.       Gas SO2  maksimum 0,10 ppm,d.      Debu maksimum 350 mm3/m2  per hari.

3.      Kebisingan dan getarana.       Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A,b.      Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.

4.      Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman

a.       Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg,b.      Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg,c.       Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg,d.      Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg.

5.      Prasarana dan sarana lingkungan

a.       Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan,

b.      Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit,

c.       Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata,

d.      Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan,

e.       Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan,

f.       Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan,

g.      Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya,

h.      Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya,i.        Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi

kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

Page 3: KOMUNITAS KASUS 3

6.      Vektor penyakita.       Indeks lalat harus memenuhi syarat,b.      Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

7.      PenghijauanPepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

2. KRITERIA RUMAH SEHAT

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal digua-gua, kemudian berkembang, dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-hutan dan dibawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun rumah (tempat tinggalnya) bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern.sejak zaman dahulu pula manusia telah mencoba mendesain rumahnya, dengan ide mereka masing-masing yang dengan sendirinya berdasarkan kebudayaan masyarakat setempat dan membangun rumah mereka dengan bahan yang ada setempat (lokal material) pula. Setelah manusia memasuki abad modern ini meskipun rumah mereka dibangun dengan bukan bahan-bahan setempat tetapi kadang-kadang desainya masih mewarisi kebudayaan generasi sebelumnya (Notoadmojo, 2003).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah :

1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial. Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat dimana rumah itu didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa ataukah di kota, di daerah dingin ataukah di daerah panas, di daerah pegunungan dekat gunung berapi (daerah gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya. Rumah didaerah pedesaan, sudah barang tentu disesuaikan kondisi sosial budaya pedesaaan, misalnya bahanya, bentuknya, menghadapnya, danlain sebagainya. Rumah didaerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap serangan-serangan binatang buas.

2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat

Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, untuk itu maka bahan-bahan setempat yang murah misal bambu, kayu atap rumbia dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokok pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekadar berdiripada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya (Notoadmojo, 2003).

Page 4: KOMUNITAS KASUS 3

Syarat-syarat rumah yang sehat :

1. Bahan bangunan

a. lantai : Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting disini adalah tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit.

b. Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.

c. Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.

d. Lain-lain (tiang, kaso dan reng)

Katu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.

2. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O 2

yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 didalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit.)

Page 5: KOMUNITAS KASUS 3

Funsi kedua daripada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan-ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainya adalah untuk menjaga agar ruangan selalu tetap didalam kelembaban (humuduty) yang optium.

Ada 2 macam ventilasi, yakni :

a) Fungsi kedua dari pada ventaliasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindung kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.

b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.

Perlu diperhatika disinni bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak berhenti atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.

3. Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam akhirnya dapat merusakan mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni :

a) Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya matahari ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat didalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini, disamping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.

Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan dusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tenan tinggi dinding (tembok).

Page 6: KOMUNITAS KASUS 3

Jaln masuknya cahaya ilmiah juga diusahakan dengan geneng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secra sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa waktu pembuatanya kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.

b) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.

4. Luas bangunan rumah

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lanai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab di samping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkene penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).

5. Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:

a. Penyediaan air bersih yang cukup

b. Pembuangan Tinja

c. Pembuangan air limbah (air bekas)

d. Pembuangan sampah

e. Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga

Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang).

Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni:

a) Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan bagian dari rumah tempat tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.

b) Kandang ternak. Oleh karena kandang ternak adalah merupakan bagian hidup dari petani, maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di dalam rumah. Hal ini tidak sehat, karena ternak kadang-kadang merupakan sumber penyakit pula. Maka sebaiknya demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal, atau dibikinkan kandang sendiri (Notoadmojo, 2003).

Page 7: KOMUNITAS KASUS 3

3. PENGELOLAAN SAMPAHA. Limbah padat (sampah)

Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal, diantaranya

tipe zat sampah, tanah yg digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.

Metoda Pembuangan

Penimbunan darat

Penimbunan darat sampah di Hawaii.

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk

membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan

ini biasanya dilakukan di tanah yg ditinggalkan , lubang bekas pertambangan , atau

lubang lubang dalam. Sebuah situs penimbunan darat yg di desain dan di kelola

dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan murah.

Sedankan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan

menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah ,

menarik berkumpulnya hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain

dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya (di

bandung kandungan gas methan ini meledak dan melongsorkan gunung sampah).

Kendaraan pemadat sampah penimbunan darat.

Karakter desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah

metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis

plastik.Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan

kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak

penimbunan samapah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang terpasang untuk

mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat

penimbunan dan dibakar di menara pemabakar atau dibakar di mesin berbahan

bakar gas untuk membangkitkan listrik.

Pembakaran/pengkremasian

Pabrik pembakaran di Vienna (Spittelau incineration plant).

Page 8: KOMUNITAS KASUS 3

Pembakaran adalah metode yang melibatkan pembakaran zat sampah.

Pengkremasian dan pengelolaan sampah lain yg melibatkan temperatur tinggi baisa

disebut "Perlakuan panas". kremasi merubah sampah menjadi panas, gas, uap dan

abu.

Pengkremasian dilakukan oleh perorangan atau oleh industri dalam skala besar.

Hal ini bsia dilakukan untuk sampah padat, cari maupun gas. Pengkremasian

dikenal sebagai cara yang praktis untuk membuang beberapa jenis sampah

berbahaya, contohnya sampah medis (sampah biologis). Pengkremasian adalah

metode yang kontroversial karena menghasilkan polusi udara.

Pengkremasian biasa dilakukan dinegara seperti jepang dimana tanah begitu

terbatas ,karena fasilitas ini tidak membutuhkan lahan seluas penimbunan darat.

Pembakaran pada alat kremasi tidaklah selalu sempurna, ada keluhan adanya polusi

mikro dari emisi gas yang keluar cerobongnya. Perhatian lebih diarahkan pada zat

dioxin yang kemungkinan dihasilkan di dalam pembakaran dan mencemari

lingkungan sekitar pembakaran. Dilain pihak , pengkremasian seperti ini dianggap

positif karena menghasilkan listrik, contoh di Indonesia adalah rencana PLTSa

Gede Bage di sekitar kota Bandung.

Metode Daur-ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk

digunakan kembali disebut sebagai daur ulang. Ada beberapa cara daur ulang,

pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil

kalori dari bahan yang bisa dibakar utnuk membangkitkan listik. Metode metode

baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan dibawah.

Pengolahan kembali secara fisik

Baja di buang, dipilih dan digunakan kembali. Metode ini adalah aktivitas

paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali

sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali

untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah

Page 9: KOMUNITAS KASUS 3

dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah

yang sudah tercampur.

Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum, kaleng baja

makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran,

majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC,LDPE, PP, dan PS) juga bisa di

daur ulang. Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil

lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut

jenis bahannya.

Pengolahan biologis

Pengkomposan

Material sampah organik, seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas, bisa

diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan

istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk

dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.

(Wahid iqbal Mubarak & Nurul Ahayatin. 2009)

B. Limbah cair Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah

tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola atau diolah secara baik.

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokan sebagai berikut :

Page 10: KOMUNITAS KASUS 3

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organic.

2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang tergantung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain : nitrogen, logam berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan memnjadi rumit.

3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal dari daerah : perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

Karakteristik air limbah perlu dikenal, karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi sebagai berikut:

1. Karakteristik fisik

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinja, dan sebagainya.

2. Karakter kimiawi

Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainya. Oleh sebab itu, pada umumnya bersifat basah pada waktu masih baru, dan cenderung ke asam apabila sudah memulai membusuk. Substansi organic dalam air buangan terdiri dari dua gabungan, yakni :

a. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya: urea, protein, amine, dan asam amino.

b. Gabungan yang tak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, dan karbuhidrat, termasuk selulosa.

3. Karakteristik bakteriologis

Page 11: KOMUNITAS KASUS 3

Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan.

Sesuai dengan zat-zat yang terkandung di dalam air limbah ini, maka air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain :

a. menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama: kholera, typhus abdominalis, desentri baciler.

b. Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme pathogen.

c. Menjadi temoat-tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk.

d. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.

e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainya.

f. Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak nyaman, dan sebagainya.

Pegolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaraan air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah perlu dibuang.

Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut :

1. Pengeceran (dilution)

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperluka air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnnya dapat menimbulkan banjir.

2. Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)

Page 12: KOMUNITAS KASUS 3

Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan didaerah yang terbuka, sehingga memungkinkan memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.

3. Irigasi

Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dindindg parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, damn lain-lainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.

(Suparman. 2001)

AIR

1. KONSEP AIR BERSIH

a. Definisi

Air bersih itu pengertiannya air yang memenuhi persyaratan untuk pengairan

sawah, untuk rawatan air minum dan untuk rawatan air sanitasi. Persyaratan disini

ditinjau dari persyaratan kandungan kimia, fizik dan biologis.

Pengertian Air Bersih:

1) Secara Umum: Air yang aman dan sehat yang bisa dikonsumsi manusia.

2) Secara Fisik : Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

3) Secara Kimia:

PH netral (bukan asam/basa)

Tidak mengandung racun dan logam berat berbahaya.

Parameter-parameter seperti BOD, COD,DO, TS,TSS dan konductiviti

memenuhi

aturan pemerintah setempat.

b. Sumber Air Bersih

Page 13: KOMUNITAS KASUS 3

Beberapa sumber air berikut yang selama ini biasa kita gunakan untuk kebutuhan

rumah tangga terutama untuk minum, wajib dicermati kebersihan dan kesehatannya.

1) Sungai, danau. Hati-hati, air dari sumber ini biasanya rentan terhadap polusi, limbah

kimia, logam berat, pestisida, dan sisa-sisa deterjen.

2) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pipa PDAM rata-rata sudah tua sehingga

menimbulkan karat dan sisa logam berat, bakteri serta bahan kimia sisa pengolahan

air.

3) Air dalam kemasan. Kemungkinan mengalami kontaminasi sekunder cukup besar,

yaitu bercampurnya/larutnya chlor (bahan baku) ke dalam air.

c. Kriteria Air Minum yang Bersih dan Sehat

- pH-nya basa.

- Tidak berwarna dan tidak berbau.

- Tidak mengandung logam berat, racun, dan zat kimia berbahaya.

- Mengandung mineral-mineral penting seperti kalsium dan magnesium.

- Bebas bakteri, lumut, dan mikroba lain.

- Ukuran cluster molekul air kecil sehingga mudah diserap tubuh.

- Air bersih adalah air yang memenuhi ketentuan baku mutu air besih yang berlaku

- Air baku adalah air yang yang memenuhi ketentuan baku mutu air baku yang dapat

diolah menjadi air minum

- Air minum adalah Air yang memenuhi ketentuan baku mutu air minum yang berlaku

Perbandingan air minum biasa dan air minum yang sehat

Air Biasa Air yang Sehat

Kurang mineral. Kaya mineral esensial.

Kurang mampu mereduksi racun dalam

tubuh.

Mampu mengurangi kandungan racun

dalam tubuh.

Dapat menyebabkan oksidasi radikal

oksigen bebas.

Dapat mereduksi radikal oksigen bebas.

Ukuran cluster air besar, 40-100 molekul Ukuran cluster air kecil, 5-6 molekul per

Page 14: KOMUNITAS KASUS 3

per cluster. cluster.

Lambat dan sulit diserap ke dalam sel. Cepat dan mudah diserap ke dalam sel.

Memasak air hingga matang hanya membunuh bakteri, tapi tidak menghilangkan

kandungan kapur, logam berat, sisa karat, dan sisa pestisida yang ada dalam

air.Mengingat kondisi air yang semakin tercemar dan membahayakan kesehatan,

memasak air saja tidak cukup untuk menjamin kualitas kebersihan dan kesehatan air yang

kita minum. CNI Mineral Water Systen dan CNI (Pi) Water Life IER Series adalah

perangkat penyedia air minum bersih dan sehat yang mampu menyaring air melalui filter

ukuran mikron, sehingga dapat memisahkan air dan mineral bermanfaat dari lumpur, sisa

karat, kapur, dan bakteri.

d. Pengolahan Air Bersih

Dilihat dari segi konsumennya, pengolahan air prinsipnya dapat digolongkan menjadi 2

yakni :

1) Pengolahan air minum untuk umum

a) Penampungan Air Hujan

Air Hujan dapat ditampung dalm suatu dam ( danau buatan ), yang

dibangun berdasarkan partisipasi masyarakat setempat. Semua air hujan dialirkan

ke danau tersebut melalui alur-alur air. Kemudian disekitar danau tersebut dibuat

sumur atau sumber gali untuk umum. Air hujan juga dapat ditampung dengan

bak-bak ferosemen dan disekitarnya dibangu atap-atap untuk mengumpulkan air

hujan. Di sekitar bak tersebut dibuat saluran-saluran keluar untuk pengambilan air

untuk umum. Air hujan, baik yang berasal dari sumur (danau) dan bak

penampungan tersebut secara bakteriologik belum terjamin, untuk itu maka

kewajiban keluarga untuk memasaknya, misalnya dengan merebus air tersebut.

b) Pengolahan Air Sungai

Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampungan I, melalui saringan

kasar yang dapat memisahkan benda-benda padat dalam partikel besar. Bak

penampungan I tadi diberi saringan yang terdiri dair ijuk, pasir, kerikil, dan

sebagainya. Kemudian aia dialirkan ke bak penampungan II di sini dibutuhkan

Page 15: KOMUNITAS KASUS 3

tawas dan chlor. Dari sini baru dialirkan ke penduduk atau diambil penduduk

sendiri langsung ke tempatnya. Agar bebas dari bakteri, bila air akan diminum

harus direbus terlebih dahulu.

c) Pengolahan Mata Air

Mata air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu dikelola dengan

melindungi sumber mata air tersebut, agar tidak tercemar oleh kotoran. Dari sini

air tersebut dapat dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa bambu,

atau penduduk dapat mengambil sendiri ke sumber yang sudah terlindung

tersebut.

2) Pengolahan air untuk Rumah Tangga

Air Sumur

Air sumur pompa, terutama air sumur pompa dalam sudah cukup memenuhi

persyaratan kesehatan. Tetapi sumur pompa ini di daerah pedesaan masih mahal.

Disamping itu, teknologi masih dianggap tinggi untuk masyarakat pedesaan.

Yang lebih umum di daerah pedesaan adalah sumur gali. Agar air sumur pompa

gali ini tidak tercemar oleh kotoran disekitarnya, perlu adanya syarat-syarat

seperti berikut:

Harus ada bibir sumur, agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak akan

masuk kedalamnya.

Pada bagian atas kurang lebih 3 meter dari permukaan tanah harus

ditembok agar air dari atas tidak mengotori air sumur.

Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk

mengurangi kekeruhan.

Pengolahan Air Sumur

1. Sumur

a. Aerasi

Air dari sumur dalam dipompa dengan submersible langsung dialirkan

melalui pipa yang kemudian kemudian dipercikkan pada unit aerasi. Dengan

penambahan unit aerasi ini kandungan Fe dapat menurun hingga 32,39%

bila dibandingkan dengan sebelum ada aerasi.

b. Bak Raw Water

Page 16: KOMUNITAS KASUS 3

Air dari bak aerasi dialirkan ke bak raw water secara grafitasi yang

berkapasitas 875 m3 dengan dimensi bangunan 35 m x 10 m x 2,5 m dan

freeboard 0,38 m dimana pada bagian atas terdapat 4 buah manhole yang

berfungsi sebagai lubang pemeriksaan.

c. Filtrasi

Unit filtrasi digunakan dengan media pasir kuarsa dengan tujuan untuk

menyaring kotoran dan partikel-partikel yang sangat halus, serta flok-flok

dari partikel tersuspensi, selain itu juga untuk mengurangi kadar Fe dan Mn.

Kadar Fe yang rendah akan mengurangi kemungkinan timbulnya karat pada

perlengkapan perpipaan dan lain-lain. Dengan sand filter ini kandungan Fe

setelah aerasi dapat menurun hingga 86,81%. Tipe filter yang digunakan

adalah saringan pasir cepat (rapid sand filter) dengan jenis pressure filter.

Jumlah sand filter ada 3 buah, tetapi dalam pengoperasiannya bekerja secara

bergantian tergantung dari debit yang akan disaring. Pemilihan filter ini

karena akan memberi banyak keuntungan antara lain:

Pemilihan pasir kuarsa sebagai media filter karena mudah didapat dan

harga terjangkau.

Tipe saringan pasir cepat karena kecepatan filtrasinya berkisar 7 – 10

m/jam dan jenis pressure filter 15 – 20 m/jam lebih besar dibanding

dengan saringan pasir lambat 0,1 – 0,3 m/jam, (Darmasetiawan, 2001)

sehingga air yang dihasilkan oleh filter jenis ini lebih banyak. Selain itu

saringan pasir cepat jenis pressure filter tidak membutuhkan area yang

luas sehingga sangat efektif dan efisien. (Husain, 1978) Untuk menjaga

kualitas air yang dihasilkan oleh unit filtrasi ini maka dilakukan

perawatan berupa pencucian system backwash dan pencucian media

pasir. Backwash dilakukan setiap hari selama sekitar 15 menit. Air dari

backwash ditampung pada bak penampung backwash yang berkapasitas

250 m3 dengan dimensi 20 m x 5 m x 2,5 m dan freeboard 0,38 m yang

kemudian dikembalikan ke bak raw water setelah diendapkan.

d. Bak Hard Water

Page 17: KOMUNITAS KASUS 3

Air baku dari sand filter dipompakan ke bak hard water, yang

berkapasitas 1125 m3 yang berbentuk silu-siku (bentuk “L”) dimana pada

bagian atas terdapat 5 buah manhole yang berfungsi sebagai lubang

pemeriksaan.

Air Sungai (water river)

e. Screening

Unit screening berada di dalam tanah mirip seperti resapan. Media resapan

berupa tumpukan batu dan ijuk. Media penyaring dengan ijuk berfungsi

menyaring sampahsampah besar yang mengapung dan terapung di sungai

seperti batang-batang, kayu, dan sampah. Besarnya debit air sungai yang diolah

tiap hari rata-rata 12 m3/jam. Untuk menjaga filter ijuk dapat bekerja dengan

baik maka perlu dilakukan perawatan yaitu dengan pencucian ijuk setiap 6

bulan sekali atau jika endapan kotoran pada bagian atas ijuk sudah banyak

karena akan menghambat laju air.

b. Bak Penampung

Air sungai setelah disaring di unit screening dipompa dan ditampung pada

2 bak dengan kapasitas tiap bak 21 m3. Bak penampung ini berbentuk silinder

dengan diameter 3 m, tinggi 3 m dan freeboard 0,45 m.

c. Koagulasi

Air dari bak penampung dipompakan ke bak koagulan untuk diberi

tambahan koagulan. Pada unit koagulasi diharapkan partikel-partikel koloid dapat

diendapkan menjadi partikel-partikel flok yang lebih besar sehingga mudah

mengendap. Penambahan koagulan ke dalam air baku diikuti dengan pengadukan

cepat yang bertujuan untuk mencampur antara koagulan dengan koloid.

Pengadukan dilakukan dengan menggunakan mixer. Zat koagulan tersebut adalah

alum/aluminium sulfat (Al2 (SO4)3.18 H2O), kaustik soda, dan polymer (kuriflok

Pa322). Alum dan polimer berfungsi untuk memperbesar flok agar mudah untuk

Page 18: KOMUNITAS KASUS 3

mengendap. Penambahan alum akan menyebabkan air baku mempunayai pH

rendah, untuk menaikkan ph antara 6,5-8,5 ditambahkan kaustik sehingga proses

pengendapan bias optimal. Penambahan kaustik soda dan polymer menggunakan

dosing pump sedangkan penambahan alum menggunakan pompa yang

penggunaannya diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan.

f. Flokulasi dan Sedimentasi

Air dari bak koagulasi dialirkan ke unit flokulasi dan sedimentasi secara

gravitasi. Jenis sedimentasi (clarifier) adalah system cone dengan aliran vertikal

(up flow) yang terdiri dari 2 bak yang disusun secara seri. Pengadukan lambat

(flokulasi) terjadi dalam cone dengan menggunakan blade (mixer) diharapkan

dapat terbentuk flok-flok yang lebih besar sehingga dapat diendapkan pada unit

sedimentasi. Proses sedimentasi terjadi setelah proses upflow flokulasi, yaitu

setelah partikel-partikel yang lebih kecil bergabung atau tersedimentasi pada

partikel-partikel yang lebih besar (stationary) pada sludge blanket. Clarifier sistem

cone ini mempunyai diameter 5 m. Aliran air yang keluar menembus sludge

blanket secara upflow akan mengalir melalui gutter dengan lubang pada bagian

atasnya. Diameter orifice 2,5 cm dan jarak antar lubang 5 cm. Jumlah pipa gutter

3 buah. Saluran gullet atau saluran pengumpul mengelilingi bak sedimentasi

dengan lebar saluran 20 cm dan kedalaman 30 cm dan selanjutnya secara gravitasi

air akan mengalir ke tangki filter.

e. Bak Penampung

Setelah air masuk ke unit flokulasi dan sedimentasi, flok-flok yang sudah

mengendap dikeluarkan (dibuang) melalui sludge blanket, sedangkan air yang

sudah disisihkan dialirkan ke bak penampung secara gravitasi. . Untuk

menghindari dari kemungkinan terkena kotoran terutama daun-daun yang

berjatuhan, bak penampung ini ditutup dengan papan kayu. Bak penampung

berbentuk rectanguler bak dengan kapasitas tiap bak 62,5 m3 dengan dimensi 5 m

x 5 m x 2,5 m dan freeboard 0,38 m.

Page 19: KOMUNITAS KASUS 3

f. Filtrasi

Air dari bak penampung dipompakan ke carbon filter untuk disaring,

dimana air dilewatkan pada benda dengan porous dengan kecepatan tinggi. Proses

penyaringan menggunakan sistem saringan bertekanan sehingga kecepatan filtrasi

cukup tinggi. Filtrasi yang dipakai adalah rapid sand filter atau saringan pasir

cepat dengan system gravitasi tertutup (closed gravity system). Proses filtrasi

dimaksudkan untuk menyisihkan partikel koloid yang tidak dapat disisihkan pada

proses sebelumnya dan juga untuk mengurangi jumlah bakteri organisme lain.

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, budiman. 2006. Ilmu kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta: EGC

Chandra, budiman. 2005. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & seni. Jakarta : Rineka Cipta.

Wahid iqbal Mubarak & Nurul Ahayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori & Aplikasi.

Jakarta: Salemba Medika.

Sumijatun, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC

Suparman. 2001. Pembuangan tinja dan limbah cair. Jakarta: EGC