pola pengelolaan usaha komunitas musik “indie”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_full.pdf ·...

116
POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band, Apollo-10 Band, Captain OI Band, Flower Market Band, Yogyakarta) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi DI SUSUN OLEH : EDY SISWANTO NIM : 011324008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK

“INDIE”

(Studi Kasus: Monophone Band, Apollo-10 Band, Captain OI Band, Flower Market Band, Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

DI SUSUN OLEH :

EDY SISWANTO NIM : 011324008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 27 Mei 2008 Penulis (Edi Siswanto)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Edi Siswanto Nomor Mahasiswa : 011324008

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul Pola Pengelolaan Usaha Komunitas Musik “Indie”……………………………. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 27 Mei 2008 Yang menyatakan (Edi Siswanto)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

vi

“…Rawe-rawe Rantas Malang-malang Putung…”

( Berjuanglah sampai titik darah terakhir demi cita-cita, Bung Tomo 1945)

Buah karya ini kupersembahkan untuk :

Bapa Jesus Kristus dan Bunda Maria Yang Tercinta Almarhum Ayahanda

Ibunda Yang Kukasihi……

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

vii

ABSTRAK

POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band, Apollo-10 Band, Captain OI Band, Flower

Market Band, Yogyakarta)

Edi Siswanto 011324008

Universitas Sanata Dharma 2008

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pola pengelolaan usaha yang dilakukan oleh komunitas musik indie, yaitu mencakup aspek produksi, pemasaran, keuangan, dan aspek personalia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang dilaksanakan pada Monophone Band, Apollo-10 Band, Flower Market Band, dan Captain OI Band pada bulan September 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh grup band indie yang ada di Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 4 grup band, diambil menggunakan purposive sampling, yakni berdasarkan album musik rekaman yang sudah dimiliki. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan analisa data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Pola pengelolaan produksi yang dilaksanakan hanya bersifat insidental, tanpa

ada perencanaan yang lebih matang. 2. Pola pengelolaan pemasaran selain dominan melalui konser panggung (live

performance) juga melalui berbagai media seperti surat kabar, internet, televisi dan radio lokal.

3. Pola pengelolaan keuangan yang dilaksanakan masih minimalis, yakni tidak dimilikinya modal tetap usaha maupun besarnya pendapatan yang akan diraih. Sehingga baik biaya maupun besaran dana yang dikeluarkan untuk kesejahteraan anggota memiliki besaran yang tidak pasti.

4. Pola pengelolaan personalia didominasi oleh keberadaan manajer band yang memiliki tanggung jawab penuh atas kegiatan produksi, pemasaran, keuangan, ataupun personalia dan didukung oleh pihak-pihak lain sebagai anggota.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

viii

ABSTRACT THE PATTERN OF MANAGEMENT OF “INDIE” MUSIC COMMUNITY

(A Case Study of: Monophone Band, Apollo-0 Band, Flower Market Band, Captain OI Band, Yogyakarta)

Edi Siswanto 011324008

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

The research aims to describe the pattern of the management of indie music community, which includes four aspects like production, marketing, finances, and personnel. The research is an Explorative Description research conducted at Monophone Band, Apollo-10 Band, Captain OI Band, and Flower Market Band in September 2007. The populations of this research were 4 group bands required by purposive sampling, based on indicator like album music record. The techniques of data analysis were interview, observation, and documentation. Data analysis method used in this research was qualitative data analysis. The result of this research shows that: 1. The pattern of production management which is done is just accidental,

without well plan management. 2. The pattern of marketing, besides the dominant factor, namely life

performance, done by some means of media like newspaper, internet, TV and local radio.

3. The pattern of financial management is very simple. There is no fixed capital and no good management in managing the future income so the cost of production and the wages of the personnel are not certain.

4. The pattern of personnel management is dominated by the manager of the band group who is responsible for the activity of production, marketing, finance as well as the personnel and other members.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Tuhan atas kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul” Pola Pengelolaan Usaha Komunitas

Musik Indie” dengan baik.

Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis alami selama proses

penyusunan skripsi ini. Namun atas dukungan berbagai pihak penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan yang

baik ini penulis dengan tulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Sosial, Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi Universitas

Sanata Dharma dan selaku dosen pembimbing I yang senantiasa dengan penuh

kerelaan, kesabaran dan ketekunan membimbing serta mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Indra Darmawan, S.E.,M.Si., selaku Dosen pembimbing II yang

senantiasa dengan penuh kerelaan, kesabaran, dan ketekunan membimbing

serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Y.M. Vianey Mudayen, S.Pd yang telah memberikan masukan demi

kelancaran penulisan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

x

5. Almarhum ayahandaku tercinta yang walaupun tidak sempat melihat

keberhasilanku dalam menyelesaikan studi, pada akhirnya aku mampu

meneruskan cita-cita untuk meraih gelar sarjana.

6. Ibuku tercinta yang kini menjanda tetap memberikan cinta, semangat dan

motivasi agar aku bisa tetap survive dalam meraih cita-citaku.

7. Kedua kakakku yang dengan penuh pengertian memberikan perhatian dan

pengorbanan baik materi ataupun psikologis dengan harapan agar aku pantang

menyerah.

8. Bapak Heri Antono selaku dosen Prodi Sastra Indonsia, Fakultas Sastra,

Universitas Sanata Dharma yang telah begitu besar memberikan dorongan dan

motivasi baik materiil dan spiritual. Terima kasih banyak pak, mudah-

mudahan saya bisa membalas budi baik bapak.

9. Nonikku sayang yang rela bersabar hati dan menungguku untuk cepat meraih

gelar sarjana, untuk akhirnya kembali bersamanya.

10. Teman-teman mahasiswa PDU 2001 atas kebersamaannya selama kuliah

11. Sumanto, Lojon, Joyo, Sigit, Setip, Ronald, Srie P, Hohok, Bruno, Dion,

Agnes, Elis dan yang mungkin terlupakan, terimakasih atas dukungan dan

semangatnya.

12. Penghuni tetap Tutul 23b, Pegy, Nonok, Putra, Dewok, Wahde, Komang, Ale,

Martin yang sudah memberikan banyak masukkan dalam penulisan skripsiku.

Terimakasih kawan akhirnya aku mampu menyusul kalian juga…

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

xi

13. Kawan-kawan BMC AAYKPN, Samuel, Lobor, Komet, Gondang, Komeng,

Penjol, Sekar, Tolok, Lindut, Vita, Ana Piglet, yang telah memberikan ruang

untuk berbagi suka dan duka bersama.

14. Kawan-kawan Tunas Patria APMD, Zeca, Suryo, Teddy, Erwin, Moli, Om

Doel, Waley, Koko, Fitri dan yang mungkin tidak tersebut, makasih atas

dukungan kalian selama ini.

15. Semua pihak yang tidak tercantum namanya disini, namun telah banyak

berjasa bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga

kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan

semua pihak yang memerlukan.

Yogyakarta, Juni 2008

Penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………............... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………..... iv

PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………………………... v

MOTO…………………………………………………………………….. vi

ABSTRAK ……………………………………………………………….. vii

ABSTRACT ……………………………………………………………. viii

KATA PENGANTAR…………………………………………………..... ix

DAFTAR ISI................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

A. Latar belakang Masalah……………………………………. ……... 1

B. Rumusan Masalah………………………………………….. ……... 6

C. Tujuan Penelitian…………………………………………............... 7

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 7

BAB II LANDASAN TEORI….……………………………………….... 8

A. Globalisasi dan Budaya Pop………………………………………. 8

B. Perkembangan Industri Musik Nasional dan Internasional………. 14

C. Pasar Bebas dan Pasar Indie Label………………………………... 17

D. Prinsip Dasar Pengelolaan Usaha………………………………….. 18

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………. 27

A. Jenis Penelitian……………………………………………………...27

B. Subjek dan Objek Penelitian……………………………………... 27

C. Sumber Data………………………………………………………. 28

D. Populasi dan Sampel………………………………………………. 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

xiii

E. Teknik Pengumpulan Data………………………………………… 29

F. Metode Analisis Data……………………………………………… 30

G. Kisi-kisi Pedoman Wawancara…………………………………….. 33

BAB IV. GAMBARAN UMUM ………………………………………... 37

A. Sejarah Singkat Yogyakarta……………………………………….. 37

B. Letak Geografis…………………………………………………… 39

C. Kependudukan……………………………………………... …….. 39

D. Perkembangan Musik Yogyakarta dari Major Label Sampai Indie

Label……………………………………………………………… 40

E. Profil Band Indie Yogyakarta……………………………………. 45

1. Flower Market Band……………………………………......... 45

2. Monophone Band…………………………………………….. 47

3. Apollo-10 Band…………………………………………........ 48

4. Captain OI band……………………………………………… 50

BAB V. PEMBAHASAN…………………………………………............ 53

A. Komunitas Musik Indie Sebagai Perlawanan Anak Muda Terhadap

Monopoli Pasar oleh Pihak Major Label ………………………. 53

B. Pola Pengelolaan Produksi Komunitas Musik Indie………………. 58

C. Pola Pengelolaan Keuangan Komunitas Musik Indie……………... 63

D. Pola Pengelolaan Pemasaran Komunitas Musik Indie ……………. 73

E. Pola Pengelolaan Personalia Komunitas Musik Indie……………... 78

BAB VI. PENUTUP………………………………………………………. 85

A. Kesimpulan………………………………………………………… 85

B. Saran ………………………………………………………………. 90

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. xiv

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Pada masa Orde Baru masih berkibar kegiatan perekonomian di Negara

Indonesia seperti dibelenggu oleh sebuah pasungan yang menyebabkan

berbagai ketimpangan pasar. Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam mengatur

perekonomian, tidak jarang selalu mengorbankan pasar-pasar kecil dengan

hanya beracuan pada keberadaan sebuah identitas pasar yang dinilai mampu

lebih banyak mendatangkan keuntungan. Bentuk-bentuk usaha yang bergerak

dalam sektor perkebunan ataupun pertanian dan lainnya yang pada mulanya

mendominasi, dengan segera tergeser oleh kehadiran bentuk-bentuk usaha

yang bersifat modern seperti industri migas, ekspor, impor, dan lain

sebagainya.

Dominasi bentuk-bentuk usaha yang lebih modern terhadap usaha-usaha

kecil dan menengah merupakan akibat dari kekalahan dalam proses pemasaran

yang cenderung dipengaruhi oleh modal. Kepemilikan modal yang minim

dalam usaha-usaha kecil atau menengah memaksa mereka untuk lebih bekerja

keras dalam usahanya untuk menjadi pesaing bagi bentuk-bentuk usaha

modern. Sedangkan asumsi yang lain adalah bisa jadi hal tersebut memang

sebuah unsur kesengajaan dari pihak-pihak tertentu yang berharap segala

bentuk usaha kecil sirna sehingga pasar secara global hanya dapat dikuasai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

2

oleh bentuk-bentuk usaha yang memiliki skala lebih besar atau identik

dipegang oleh pihak-pihak yang bermodal besar (kapitalis).

Bentuk-bentuk monopoli pasar tidak hanya tercipta dalam aspek

perdagangan saja, melainkan merambah hingga aspek-aspek yang lain seperti

pendidikan, budaya, dan lain sebagainya hingga tidak terkecuali adalah aspek

hiburan yaitu musik dan gaya hidup.

Musik merupakan bentuk media hiburan yang sedang ngetrend di era yang

sekarang ini. Tak ubahnya sebuah serum, trend tersebut mampu merasuk dan

menyebar dengan cepat keseluruh organ tubuh dan sekaligus

mengkontaminasi setiap orang yang terjangkiti sehingga mereka merasa

kecanduan untuk menikmatinya berulangkali. Seperti halnya yang terjadi

pada generasi muda sekarang, trend musik pun dengan cepat mampu merasuki

mereka dan dengan cepat pula menjelma menjadi sebuah kebiasaan yang

sepertinya wajib mereka konsumsi.

Berbagai macam jenis musik pun bermunculan dari Pop, Rock, Reggae,

Ska, dan masih banyak jenis lain yang mungkin masih akan bermunculan.

Tidak hanya dalam jenis musik saja yang menimbulkan keragaman, dengan

tidak mau kalah para pengemar dari berbagai macam jenis musik itupun

berusaha mengidentitaskan diri mereka sesuai dengan jenis musik yang

mereka sukai yang pada akhirnya juga menimbulkan keragaman. Seperti para

pengemar musik Punk menamakan diri mereka sebagai Punker, para

pengemar musik Reggae menamakan diri mereka sebagai Rasta Mania, begitu

juga bagi mereka-mereka yang suka musik Rock dengan tak mau kalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

3

menyebut dirinya sebagai Rocker, dan mungkin masih banyak identitas-

identitas lain ada yang selalu menyesuaikan identitas mereka dengan jenis,

genre atau aliran musik yang mereka gemari.

Oleh karena hal di atas muncul asumsi masyarakat ditinjau dari sudut

pandang ekonomi, bahwa musik merupakan sebuah bidang usaha yang

bergerak dalam bidang jasa yang memiliki nilai jual yang tinggi, karena secara

kasat mata sangat diminati oleh seluruh lapisan masyarakat untuk

mengkonsumsinya. Berdasar pada asumsi tersebut dengan cepat para kaum

pemodal menciptakan peluang usaha dengan menciptakan perusahaan-

perusahaan industri rekaman dengan tujuan mampu memberikan kepuasan

bagi para pengemar musik untuk dapat menikmati alunan musik sesuai jenis-

jenis musik yang sedang ngetrend untuk dinikmati, entah itu musik Pop, Rock,

Reggae atau jenis musik yang lain.

Sebelum perusahaan industri musik rekaman ada, para pengemar musik

hanya mampu mendengar sekaligus menonton para musisi idola mereka pada

saat konser atau tampil secara langsung diareal terbuka, di layar televisi atau

pada moment-moment tertentu saja. Hal tersebut mengakibatkan para

pengemar musik sering dipaksa untuk merogoh sakunya lebih dalam hanya

untuk menikmati alunan musik yang mereka sukai. Sebagai contah jika hal

tersebut dibuat dalam perhitungan adalah, berapa jumlah biaya yang harus

dikeluarkan ketika inggin menonton konser para musisi idola mereka, belum

lagi ditambah biaya transportasi yang juga harus ditanggung jika lokasi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

4

digunakan sebagai ajang konser berjauhan dengan rumah kediaman para

pengemar itu sendiri.

Berdasarkan acuan-acuan diatas dan sekaligus dampak dari modernisasi

maka tanpa mau menyia-nyiakan peluang yang ada, maka para pemodal yang

sebelumnya sudah memahami fenomena yang terjadi dengan segera

menjadikan hal tersebut sebagai lahan subur dalam berbisnis, yaitu dengan

mendirikan perusahaan industri musik rekaman. Sebut saja studio rekaman

dalam skala besar seperti Sony record music yang sampai sekarang mampu

mendominasi pasar musik rekaman dari studio-studio lain yang ada baik itu

lingkup nasional maupun internasional.

Di tengah derasnya budaya pop yang cenderung seragam, studio rekaman

yang sudah dikenal berskala besar seperti Sony record music, sering

diidentitaskan sebagai Major Label. Perusahaan ini mengadopsi aliran-aliran

musik yang tidak semaunya mereka pilih. Sasaran pihak major adalah jenis-

jenis musik yang sedang populer dikalangan masyarakat terutama para kawula

muda seperti sekarang ini, sehingga jenis musik lain yang dianggap sudah

tidak popular memiliki peluang yang kecil untuk bisa masuk keperusahaan ini.

Dampak susahnya jenis atau aliran musik yang sudah dianggap tidak

popular untuk masuk dalam perusahaan berkelas Major Label membuat

banyak para musisi vakum (berhenti dari kreativitasnya untuk sementara

waktu) dalam berkreasi dan beralih profesi. Kepercayaan diri mereka seperti

hilang karena jenis atau aliran musik yang biasa mereka bawakan sudah tidak

bisa lagi memuaskan hati para pengemarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

5

Dari persamaan asumsi jenis atau aliran musik yang dinyatakan sudah

tidak populer dimasyarakat banyak, band-band ataupun musisi yang sulit

memperoleh peluang masuk dalam industri Major label melahirkan suatu

bentuk perlawanan bahwa mereka juga inggin diakui bahwa mereka ada.

Band-band tersebut akhirnya membentuk sebuah kelompok-kelompok dan

menjadi sebuah komunitas yang biasa di sebut dengan Indie1. Indie berarti cap

simbolik untuk menunjukkan semangat independent (merdeka), tanpa sudi di

kendalikan pihak manapun, terutama institusi pasar. ( Triyono Lukmantoro)

Di Yogyakarta tidak sedikit para musisi muda dengan berbagai bakat dan

talenta, ikut bergerak dalam bidang musik dengan berpayung pada indie label.

Mereka tidak lagi peduli untuk bisa masuk dalam kelas major label dengan

harapan bisa cepat terkenal ataupun memiliki nilai jual yang tinggi, karena

mereka mereka memilki asumsi bahwa setiap orang atau individu memiliki

selera musik yang berbeda-beda, sehingga tidak menutup peluang bahwa jenis

atau aliran musik tersebut adalah yang mereka bawa.

Sebut saja Flow Market Band, Produk, Apollo-10 Band, Monophone

Band, Captain OI Band, dan lain sebagainya, merupakan band-band yang

bernaung dalam identitas “Indie Label”. Dengan segala kemerdekaannya

mereka berjuang untuk mendapatkan pasarnya sendiri, dengan visi dan misi

diakui masyarakat banyak bahwa mereka memang benar-benar ada dengan

bukti autentik karya-karya mereka.

1 Dikutip dari artikel “Indie Label”, Perlawanan Komunitas Lokal, Triyono Lukmantoro, Kompas, Sabtu 10 Februari 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

6

Prinsip dasar yang digunakan untuk memproduksi indie label adalah

merupakan manifestasi terhadap hegemoni pasar yang selama ini

menguntungkan media dominan. Indie label mencoba untuk melakukan

resistensi terhadap dominasi logika industri budaya (culture industry) yang

semakin meraksasa.

Dengan dasar ingin mendapat pengakuan dari masyarakat, sekaligus

sebagai upaya mensejajarkan diri dengan perusahaan Major Label maka,

dalam menjalankan kreativitasnya dalam bermusik komunitas indie

menerapkan sistem pengelolaan yang bersifat swadaya, yaitu pola-pola

pengelolaan yang sepenuhnya mereka jalankan sesuai dengan kemampuan

yang mereka meliki. Adapun bentuk-bentuk pengelolaan yang menjadi fokus

penelitian disini meliputi pola pengelolaan keuangan, pola pengelolaan

produksi, pola pengelolaan personalia, dan pola pengelolaan pemasaran.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari kerangka pemikiran diatas studi ini akan mengkaji masalah-

masalah pokok yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pola pengelolaan aktivitas produksi musik indie?

2. Bagaimana pola pengelolaan keuangan kelompok musik indie?

3. Bagaimana pola pengelolaan susunan personalia kelompok musik indie?

4. Bagaimana pola pengelolaan pemasaran kelompok musik indie?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk mencari data-data yang

dapat mendukung terhadap masalah penelitian antara lain:

1. Mendeskripsikan laju produksi yang dikelola oleh kelompok musik indie

2. Mendeskripsikan pengelolaan keuangan yang menyokong laju

produktifitas komunitas musik indie.

3. Mendeskripsikan perihal personalia yang menyangkut susunan perorangan

yang sudah ada dalam komunitas musik indie secara jelas.

4. Mendeskripsikan model-model pemasaran yang diambil oleh komunitas

musik indie dalam usahanya meraih pasar sesuai dengan apa yang mereka

ingginkan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

pengalaman bagi peneliti, sekaligus sebagai sumbangan bagi mahasiswa lain

yang tertarik menyikapi keterkaitan budaya pop yang sedang merajalela

dengan idealisme kemerdekaan dalam hal bermusik terhadap kegiatan

ekonomi menyangkut pola pengelolaan proses produksi, pemasaran,

personalia (struktur organisasi), dan permodalan dalam komunitas musik

“Indie”. Dengan harapan mampu merangsang bentuk-bentuk penelitian baru

yang lebih khusus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Globalisasi dan Budaya Pop

Indonesia merupakan Negara yang masuk dalam kategori Negara sedang

berkembang, dan identik dengan faham konsumerisme dalam memajukan

sektor pembangunannya.

Faham konsumerisme ditegaskan oleh Fiske, yaitu merupakan faham yang

menyatakan setuju atas pengekploitasian pendapatan terhadap segala bentuk

keingginan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain faham

ini menyatakan bahwa masyarakat akan cenderung selalu memiliki keingginan

terhadap sega la sesuatu yang mereka inggin peroleh atau miliki walaupun

tanpa didukung oleh segi keuangan yang mereka miliki. Misalnya masyarakat

lebih rela berhutang hanya untuk memiliki sebuah sepeda motor yang

sebenarnya suatu saat (jangka panjang) mampu mereka miliki dengan

perencanaan yang lebih matang, fenomena lain adalah banyaknya kalangan

pelajar yang rela menunda uang SPP hanya untuk digunakan membeli

HandPhone yang sedang ngetrend disaat itu, terdorong oleh asumsi yang

dijadikan sebagai alasan tidak mau dikatakan “udik” atau ketinggalan jaman.

Keberadaan perekonomian yang memang relatif masih tertinggal dalam

negara-negara sedang berkembang, mengadopsi paradigma-paradigma untuk

segera mengambil langkah sebagai cara untuk mengejar ketertinggalan dan

tanpa disadari kita sudah masuk dalam faham globalisasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

9

Adapun proses dari globalisasi itu sendiri muncul akibat dari keingginan

setiap negara untuk meraih kesetaraan posisi dengan negara-negara maju.

Beracuan pada perihal tersebut maka faham liberaralisasi perdagangan pun di

munculkan, yaitu kebebasan setiap negara untuk memasarkan segala bentuk

sumber daya alam, budaya, seni dan lain sebagainya sebagai asset yang selalu

berbeda dengan negara lain dengan tujuan lebih meningkatkan sektor

perekonomian negara itu sendiri.

Seperti halnya negara sedang berkembang lainnya, dengan mengadopsi

faham-faham liberalisasi tanpa disadari Indonesia juga sudah menjadi pelaku

faham globalisasi. Faham liberalisasi sangat jelas terlihat pada aktivitas-

aktivitas produksi, keuangan dan perdagangan sering didominasi oleh

institusi- institusi moneter internasional. Akibat yang ditimbulkan adalah

bahwa sektor nasional yang sudah dimiliki menjadi terbengkalai dan tidak

berkembang.

Berdasarkan konteksnya ciri utama dari globalisasi adalah peningkatan

konsentrasi dan monopoli berbagai sumber daya dan kekuatan ekonomi oleh

perusahaan-perusahaan transnasional, maupun oleh perusahaan-perusahaan

keuangan dan dana global. Proses ini ditandai dengan semakin sedikitnya

perusahaan transnasional yang mampu meraih pangsa besar atau peningkatan

proporsi secara cepat dari sumberdaya ekonomi, produksi dan pangsa pasar.

Globalisasi dalam perkembangannya mengadopsi berbagai faham budaya

baru tak terkecuali budaya pop. Budaya pop didefinisiskan sebagai salah satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

10

bentuk budaya populer, yaitu kecenderungan trend yang sedang ada dan

berkembang sebagai paradigma awam kelompok masyarakat.

Kelemahan negara sedang berkembang dalam menghadapi globalisasi

berakar dari sejumlah faktor. Secara ekonomi, NSB lemah untuk memulai

integrasi dengan pasar dunia karena rendahnya kapasitas ekonomi domestik

dan infrastruktur sosial sebagai warisan masa penjajahan.

Stuart Hall (dalam Storey 1994) menggambarkan budaya pop sebagai:

Sebuah arena konsensus dan resistensi. Budaya pop merupakan tempat di mana hegemoni muncul, dan wilayah dimana hegemoni berlangsung. Ia bukan ranah dimana sosialisme, sebuah kultur sosialis yang telah terbentuk sepenuhnya dapat sungguh-sungguh ‘diperlihatkan’. Namun, ia salah satu tempat dimana sosialis me boleh jadi diberi legalitas. Itulah mengapa budaya pop menjadi suatu yang penting.

Keberadaan globalisasi dan budaya pop merambah hingga pada aspek-aspek

tertentu tidak terkecuali aspek penelitian yaitu musik.

Pada 1941, Adorno mempublikasikan sebuah esai yang sangat

berpengaruh ‘On Popular Music’ (dalam Storey 1994). Tiga pernyataan

spesifik perihal musik pop, yaitu pertama, ia menyatakan bahwa musik pop itu

‘distandarisasikan’, dengan kata lain sekali pola musikal/ lirikal ternyata

sukses, ia dieksploitasi hingga kelelahan komersial, yang memuncak pada

kristalisasi standar. Untuk menyembunyikan standarisasi, industri musik

menggunakan apa yang Adorno sebut ‘Pseudo-individualisasi’ : dengan kata

lain, standarisasi hit-hit lagu manjaga para penikmat musik tetap menerimanya

dengan tetap mendengarkannya.

Pernyataan kedua, bahwa musik pop mendorong pendengaran pasif. Musik

pop beroperasi didalam semacam dialektika yang letih, yaitu untuk

mengkonsumsinya menuntut pengalihan dan pemalingan perhatian, sementara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

11

konsumsi terhadap musik pop menghasilkan pengalihan dan pemalingan

perhatian dalam diri konsumen.

Pernyataan ketiga, adalah klaim bahwa musik pop beroperasi seperti

‘semen sosial’. Fungsi sosial-psikologisnya adalah meraih penyesuaian fisik

dengan mekanisme kehidupan saat ini dalam diri konsumen musik pop.

‘Penyesuaian’ ini memanifestasikan dirinya sendiri dalam ‘dua tipe sosial-

psikologis utama perilaku massa’, yaitu tipe penurut “ritmis” dan tipe

“emosional”. Yang pertama menari-nari dalam pemalingan perhatian dalam

ritme eksploitasi dan operasinya sendiri. Yang kedua berkubang dalam

kesengsaraan yang sentimental, lupa akan kondisi eksistensi yang nyata.

Ditegaskan oleh argument Leon Resselson yang menganalisis bahwa

kekuatan dari industri musik adalah melalui pendekatan ekonomi politik

budaya, yaitu:

Lebih dari setiap seni pertunjukan lain, dunia lagu didominasi oleh lelaki berduit disatu sisi dan sensor moral terhadap media disisi lain.kemungkinan suara-suara alternatif yang membuat mereka didengarkan senantiasa lirih kadang kala, seperti saat ini, tidak ada. Merupakan ilusi bahwa lagua adalah komoditas yang tersedia secara bebas…kenyataanya adalah bahwa lagu merupakan properti privat dari organisasi-organisasi bisnis. (Leon Resselson)

Asumsi yang dibuat adalah bahwa industri musik menentukan nilai guna

produk-produk yang dihasilkan. Industri musik merupakan industri kapitalis,

karenanya produk-produknya adalah produk-produk kapitalis, dan juga

pembawa ideologi kapitalis.

Rosselson berpendapat bahwa ‘musik rakyat’ (lantaran asal-usulnya dalam

masyarakat prakapitalis maupun praktik-praktik ‘anti-komersial’nya dibawah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

12

naungan kapitalisme) merupakan musik alternatif bagi musik kapitalis dalam

industri musik.

Sebagaimana ditunjukkan Frith (1983), industri musik tidak menjual

single, gagasan hegemonik, melainkan sebaliknya sebuah medium yang harus

melalui ratusan gagasan yang berkompetisi mengalir yang pada akhirnya

pencarian keuntungan yang efisien tidak mencakup penciptaan ‘kebutuhan-

kebutuhan baru’ dan ‘memanipulasi’ khalayak melainkan, sebaliknya

pemberian respons pada kebutuhan-kebutuhan yang ada dan ‘pemuasan’

khalayak.

Dalam karya Stuart Hall dan Paddy Whanel (1964), bahwa ‘potret anak

muda sebagai orang lugu yang dieksploitasi’ oleh industri musik pop ‘terlalu

disederhanakan’.

Sosiolog Amerika Devis Riesman (1990) menaruh perhatian pada

bagaimana khalayak musik pop bisa dibagi dalam dua kelompok, ‘kelompok

mayoritas, yang menerima gambaran dewasa tentang anak muda secara agak

kritis, dan kelompok minoritas yang disitu beberapa tema pemberontakan

sosial terangkum. Sebagaimana ia tunjukkan, kelompok minoritas senantiasa

kecil.

Pemberontakan kelompok minoritas mengambil suatu bentuk simbolik

seperti tang ditegaskan oleh Riessman sebagaimana berikut:

Tuntutan terhadap standar penilaian dan standar selera yang tegas…, pilihan pada band-band kecil yang di iklankan dan tidak dikomersialkan ketimbang band-band yang sudah punya nama; pengembangan bahasa khusus (privat) atau untuk kalangan sendiri dan selanjutnya meninggalkannya ketika bahasa khusus itu (hal yang sama juga berlaku pada aspek-aspek lain gaya khusus) diambil alih oleh kelompok mayoritas. (Riesman, 1990)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

13

Jadi, mengkonsumsi musik tertentu menjadi sebuah cara mengada (way of

being) di dunia. Konsumsi musik digunakan sebagai tanda yang dengannya

kaum muda menilai dan dinilai oleh orang lain. Menjadi bagian dari

subkultural anak muda berarti memperlihatkan selera musikal tertentu dan

mengklaim bahwa konsumsinya adalah tindakan kreasi komunal.

Menurut Riesman, tidak menjadi soal apakah komunitas itu bersifat nyata

atau imajiner. Yang penting adalah bahwa musik menyediakan sense

(pengertian) akan komunitas. Ia adalah komunitas yang tercipta melalui

tindakan konsumsi: ‘tatkala ia mendengarkan musik, bahkan jika tak ada

orang lain di sekelilingnya, ia mendengarkan dalam sebuah konteks “orang

lain” atau imajiner, tindakannya mendengarkan tentu saja seringkali

merupakan sebuah upaya menjalin hubungan dengan mereka’.

Tatkala kita mengatakan musik populer, seringkali yang ada di benak kita

adalah lagu. Sebagaimana Gabriel Marcus uraikan, 1‘kata-kata adalah bunyi

yang bisa kita rasakan lebih dahulu sebelum menjadi pernyataan-pernyataan

untuk dipahami’.

B. Perkembangan Industri Musik Nasional dan Internasional

Secara umum perkembangan industri musik lingkup nasional maupun

internasional belum bisa di paparkan secara jelas, hal ini akibat dari identitas

musik yang tidak lepas dari khasanah tradisi suatu wilayah yang selalu

memunculkan keragaman dalam perkembangannya.

1 Dikutip dari Frith 1983: 14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

14

Musik (music) bersumber dari kata “muse” yang kemudian diambilalih

kedalam bahasa Inggris dan jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dapat

diartikan sebagai bentuk ‘renungan’. Jadi pada hakikatnya musik adalah suatu

perenungan kehidupan.

Menurut Cambell (1977), musik lahir dari paduan ingatan manusia tentang

alam semesta ciptaan para dewa, dengan demikian musik tidak hanya

menghibur tetapi juga merupakan hasil perenungan penciptanya berdasarkan

ingatan- ingatan akan pengalaman hidupnya dan ketika disajikan pun akan

menggugah seseorang untuk merenungkan hidupnya seperti yang terungkap

dalam musik.

Habermayer (1999) menjelaskan bahwa musik adalah bagian integral dari

kehidupan seseorang karena musik merupakan aspek vital kehidupan

seseorang yang juga merupakan bahan dasar kehidupan yang menjadikan

seseorang memiliki hakikat sebagai manusia. Hal tersebut lebih dipertegas

oleh teori Brown (1997) yang mengatakan bahwa musik berkaitan langsung

dengan emosi (emotion) dan perasaan (feelings).

Globalisasi yang merambah hingga pada aspek hiburan yaitu musik,

mengadopsi penguasa-penguasa yang memiliki modal besar (kapitalis) untuk

mendirikan sejumlah perusahaan industri musik rekaman yang di adopsi oleh

pihak-pihak dari ‘luar’. Perusahaan-perusahaan tersebut dengan segera

meraksasa mendominasi perindustrian musik rekaman. Sebut saja EMI

(Entertainment Music Industrial) dan atau Sony Music Record (SMR) yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

15

secara nyata menegaskan sebuah kebenaran bahwa mereka memayungi

industri musik yang komersial.

Bukan hanya di Indonesia, industri musik di tingkat internasional juga

membenarkan bahwa keberadaan industri musik rekaman merupakan sebuah

acuan kemajuan dari dunia musik. Sebut saja WBM (Warner Broz Music),

Atlantic Record, dan Sony Music Record yang juga mendominasi dunia musik

di luar negeri. (Colorado, 2003)

Keberadaan perusahaan-perusahaan industri rekaman yang dengan cepat

meraksasa, memberikan dampak bagi genre atau aliran-alairan musik yang

tidak memenuhi kriteria untuk bisa masuk dan dikomersialkan oleh

perusahaan-perusahaan tersebut.

Dengan berbenderakan ‘Major label’ perusahaan-perusahaan diatas

mampu memonopoli pasar musik baik lingkup nasional maupun internasional.

Adapun kriteria yang disesuaikan adalah bahwa jenis, genre atau aliran musik

yang berhak di komersilkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut adalah jenis,

aliran musik yang sedang populer atau memiliki prospek finansial yang tinggi.

Sebagai akibat dari pengkriteriaan industri musik yang dimonopoli oleh

pihak major label, terciptalah pemberontakan dari para musisi ataupun

komponis yang mengantungkan hidupnya secara total dalam bermusik.

Berbagai genre, bentuk, jenis atau aliran musik yang selama ini tidak

mendapatkan tempat di perusahaan ‘major label’, bergumul dengan waktu

membuktikan bahwa mereka ada dan dinamakan sebagai komunitas ‘Indie’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

16

Indie merupakan cap simbolik yang beasal dari kata independent yang

berarti merdeka, yaitu kemerdekaan dalam berkreatifitas tanpa sudi di

kendalikan pihak manapun, terutama institusi pasar. (Triyono Lukmantoro,

Kompas, Februari 2007 )

Musik dalam budaya pop menjadi sebuah keseragaman, yaitu jenis-jenis

aliran musik yang berpeluang banyak diadopsi oleh studio-studio rekaman

adalah jenis atau aliran musik yang dominan digemari oleh masyarakat

banyak, sehingga memiliki peluang keuntungan (profitable) yang jelas dalam

pasar.

Musik Indie dapat diartikan sebagai ruang kebebasan untuk berekspresi

dan berkreasi dengan tujuan sebagai ajang promosi kreatif, bebas, tidak

terstandarisasikan dan ditujukan pada masyarakat umum serta produser musik.

(admin, Rockisnotdead)

Berdasarkan tujuan diatas sangat jelas bahwa komunitas musik yang

bernaung pada bendera “Indie Label” lebih menitikberatkan keberhasilannya

pada kebebasan untuk berkarya, sesuai dengan kemauan mereka tanpa harus

mempedulikan entah produksi yang mereka hasilkan setara dengan jumlah

pengorbanan yang selama ini mereka keluarkan atau malah tanpa hasil apa-

apa.

C. Pasar Bebas dan Pasar Indie label

Pasar dalam konteks ekonomi umum memiliki pengertian sebagai mata

rantai yang menghubungkan antara produsen dan konsumen, ajang pertemuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

17

penjual dan pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat konsumen. Pasar

akan tercipta jika ada suatu pertemuan antara orang yang mau menjual dan

orang yang mau membeli suatu barang atau jasa tertentu dengan harga

tertentu.

Berdasarkan pada pengertian pasar secara umum maka dapat didefinisikan

bahwa

pasar bebas diera yang modern ini merupakan suatu wadah yang lebih luas meliputi adanya proses transaksi yang menghubungkan antara produsen dan konsumen, penjual dan pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat konsumen tanpa harus dipatok pada satu tempat atau lokasi, melainkan sebuah kebebasan dalam melakukan kegiatan ekonomi (transaksi) sesuai dengan harga atau kesepakatan tertentu. (Martin Khor, 1993) Hal ini didukung oleh keberadaan tehnologi yang serba canggih, tanpa

harus beranjak kemana-mana setiap orang berkesempatan menjadi salah satu

pengguna pasar bebas, seperti layanan internet yang mampu mengakses

berbagai macam informasi, hiburan, pendidikan, ekonomi, pemasaran, bahkan

hingga keperihal transaksi jual beli.

Mengutip asumsi Syahrani selaku musisi Jazz di Indonesia pada salah satu

surat kabar harian, ia menyatakan bahwa :

“dalam pengembangan usahanya komunitas indie membentuk pasarnya sendiri, yaitu dengan memanfaatkan berbagai media baik itu media cetak maupun media elektronik yang semakin menglobal akibat modernisasi massa”. ( Kompas, 11 Mei 2007) Semangat independent yang dimiliki komunitas “indie”, membawa asumsi

bahwa segala bentuk usaha yang dilakukan oleh komunitas tersebut tidak mau

dikekang oleh institusi- institusi yang ada baik itu dalam hal berkarya ataupun

dalam konteks pasar.

Adapun media-media yang ssering dilibatkan sebagai bentuk pemasaran

dari komunitas “indie” agar dikenal oleh masyarakat secara umum adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

18

berupa media cetak yang berupa majalah-majalah, atau tabloid yang banyak

dijumpai dimana-mana, ataupun media elektronik yaitu sarana internet,

website, ataupun stasiun radio-radio lokal yang mampu memberikan informasi

secara cepat kemasyarakat publik.

D. Prinsip Dasar Pengelolaan Usaha

Sebuah usaha muncul akibat pemahaman akan sebuah ide, adapun

langkah-langkah yang ditujukan dalam mengembangkan ide tersebut meliputi

tahap-tahap sebagai berikut:

1. Perencanaan Usaha

Adalah suatu cetak biru tertulis (blue print) yang berisikan tentang

misi usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian finansial, strategi

usaha, peluang pasar yang mungkin diperoleh, dan kemampuan serta

ketrampilan pengelolaannya.

Adapun fungsi dari perencanaan usaha ada dua, yaitu:

a) Sebagai pedoman untuk mencapai keberhasilan manajemen usaha

Sebuah perencanaan usaha yang matang cenderung sudah

mempertimbangkan berbagai resiko yang dihadapi dan selanjutnya

siap untuk dilaksanakan. Konsistensi pelaku dalam menjalankan

kegiatannya dengan beracuan pada perencanaan usaha yang sudah

disusun juga mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha yang

dijalankan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

19

b) Sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber

dari luar

Minimnya modal yang dimiliki juga berpengaruh pada bentuk usaha

yang akan dijalankan. Maka, adalah suatu tindakan yang sangat tepat

memiliki perencanaan usaha yang mampu menjadi perhitungan untuk

menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam menyediakan modal

usaha.

Menurut Zimmerer (1993: 331) beberapa unsur yang harus ada dalam

perencanaan usaha antara lain, ringkasan pelaksana/ eksekutif, profil

usaha, strategi usaha, produk dan jasa, strategi pemasaran, analisis

pesaing, ringkasan karyawan dan pemilik, rencana operasional, data

financial (keuangan), proposal/ usulan pinjaman, dan jadwal operasional.

Secara rinci dapat diuraikan bahwa ringkasan eksekutif atau pelaksana

menjelaskan tentang maksud usaha didirikan, usulan finansial sebagai

penopang keuangan dalam kegiatan usaha, permintaan dana dan cara

pembayaran kembali pinjaman sebagai bentuk antisipasi kurangnya modal

usaha.

Perencanaan usaha secara detail memuat berbagai komponen meliputi:

1) latar belakang usaha, yaitu memuat laporan singkat sejarah perusahaan

atau situasu yang ada saat itu.

2) Gambaran usaha secara detail, yaitu keunikan yang dimiliki dan atau

faktor- faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan seperti kualitas,

harga persaingan, ketahanan, dan lain sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

20

3) Analisis pasar, memuat tentang potensi pembeli terhadap barang,

jumlah pelanggan dipasar, pengaruh pasar eksternal terhadap penjualan

(contoh: inflasi, tinggi rendahnya tingkat pengangguran, tingkat

pendapatan), dan lain sebagainya.

4) Analisis pesaing, memuat gambaran tentang jumlah pesaing yang ada

mencakup kelemahan ataupun kelebihan yang mereka miliki.

5) Perencanaan strategi usaha, memuat tentang rencana untuk

memasarkan produk khususnya berkenaan dengan strategi pemasaran

(harga, promosi, periklanan, dan pelayanan pada pelanggan) sekaligus

untuk membandingkan produk yang akan dipasarkan dengan produk

yang sudah ada dipasar.

6) Spesifikasi organisasi manajemen, yaitu memuat tentang

pengorganisasian perusahaan baik secara legal maupun fungsional

yaitu meliputi orang-orang kunci dalam perusahaan, beserta latar

belakang, dan sifat-sifat spesifik lain yang mempengaruhi keberhasilan

usaha.

7) Perencanaan keuangan, memuat hal-hal berkaiatan dengan keuangan

yang harus dikeluarkan maupun jumlah pendapatan dalam perusahaan.

8) Perencanaan aksi strategis, memuat tentang penjelasan misi dari

perusahaan, tujuan dan sasaran spesifik yang akan dicapai, prosedur

pengawasan untuk menjaga perusahaan dari serangan, dan lain

sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

21

2. Pengelolaan Keuangan

ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan keuangan yaitu:

a. Aspek Sumber Dana

berasal dari asalnya, sumber dana perusahaan dapat dibagi menjadi

dua golongan, yaitu:

1) Dana yang berasal dari perusahaan, disebut pembelanjaan

internal. Ada tiga jenis sumber dana internal yang dapat

dijadikan sumber keuangan perusahaan, yaitu: 1) penggunaan

dana perusahaan, 2) penggunaan cadangan, 3) penggunaan laba

yang tidak dibagi/ ditahan.

2) Dana yang berasal dari luar perusahaan, disebut pembelanjaan

eksternal. Sumber dana eksternal mencakup:

a) Dana dari pemilik atau penyertaan

b) Dana yang berasal dari utang/ pinjaman baik jangka pendek

maupun jangka panjang, atau disebut pembelanjaan asing

c) Dana bantuan program pemerintah pusat dan daerah

d) Dana dari teman atau keluarga yang inggin menanamkan

modalnya

e) Dana ventura, yaitu dana dari perusahaan yang inggin

menginvestasikan dananya pada perusahaan kecil yang

memiliki potensi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

22

b. Aspek Rencana dan Penggunaan Dana

beberapa aspek yang harus diperjatikan dalam merancang

penggunaan biaya, yaitu:

1) Biaya awal

2) Proyeksi/ rancangan keuangan, yang mencakup :

a) Neraca harian (balance sheet)

b) Laporan laba rugi (income statements)

c) Laporan arus kas (cash flow statements)

3) Analisis pulang pokok (break-even analysis)

biaya awal (start-up cost), adalah biaya yang diperlukan ketika

perusahaan akan berdiri. Biaya awal perusahaan yang baru

berdiri pada umumnya meliputi:

a) Biaya awal yang tidak terduga (unik)

b) Biaya administrasi (gaji karyawan dan peralatan kantor)

c) Biaya (sewa) bangunan

d) Biaya asuransi

e) Biaya tambahan atau biaya secara umum

c. Aspek Pengawasan atau Pengendalian Keuangan yaitu memuat

pertanggung jawaban atas pemasukan ataupun pengeluaran

keuangan berhubungan dengan kegiatan usaha.

3. Teknik dan Strategi Pemasaran

Pemasaran adalah kegiatan meneliti kebutuhan dan keingginan

konsumen, menghasilkan barang atau jasa, menentukan harga,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

23

mempromosikan, serta mendistribusikan barang dan jasa. Tujuan

pemasaran dipaparkan J. Supranto, 1993 adalah bagaimana agar barang

dan jasa yang dihasilkan disukai, dibutuhkan, dan dibeli oleh konsumen.

Perencanaan pemasaran meliputi: 1) menentukan kebutuhan dan

keingginan pelanggan, 2) memilih pasar sasaran khusus, 3) menempatkan

strategi pemasaran dalam persaingan, 4) memilih strategi pemasaran

4. Teknik Pengembangan Usaha

Pengembangan usaha bisa dilakukan dengan perluasan usaha atau

peningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang, yang berarti

mencapai skala ekonomis (Economic of Scale). Sebaliknya, bila

peningkatan output mengakibatkan peningkatan biaya jangka panjang

(Diseconomics of Scale), maka tidak baik dilakukan.

Lingkup usaha ekonomis adalah diversifikasi usaha ekonomis yang

ditandai oleh biaya produksi total bersama. Dengan memanfaatkan biaya

yang ada diperlukan pertimbangan dalam menetukan mencapai sasaran

yang lebih optimal.

5. Manajemen dan Strategi Kewirausahaan

a Manajemen kewirausahaan

Menyangkut semua kekuatan perusahaan yang menjamin bahwa

usahanya betul-betul eksis. Bila usaha baru inggin berhasil, maka

wirausaha harus memiliki empat kompetensi, diantaranya:

1) fokus pada pasar, bukan pada teknologi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

24

2) buat ramalan pendanaan untuk menghindari tidak terbiayainya

perusahaan

3) bangun tim manajemen, bukan menonjolkan perorangan (not a’one

person’ show)

4) beri peran tertentu, khusus bagi wirausaha penemu

Strategi kewirausahaan menyangkut kesesuaian kemampuan

internal dan aktivitas perusahaan dengan lingkungan eksternal, dimana

perusahaan harus bersaing dengan menggunakan keputusan-keputusan

strategis.

Strategi pertama, sering dipilih oleh wirausaha (Market Leader),

meskipun paling beresiko. Strategi kedua, menyangkut pengembangan

keterampilan untuk menanggapi peluang yang diciptakan oleh

perusahaan yang berada dipasar pertama Strategi ketiga, yaitu

perubahan karakteristik produk, pasar, atau industri yang berbasis pada

inovasi, dengan cara:

a) menciptakan manfaat

b) meningkatkan nilai inovasi

c) beradaptasi dengan lingkungan sosial ekonomi pelanggan

d) menyajikan apa yang dianggap bernilai oleh pelanggan

b. Strategi kewirausahaan

Beberapa keputusan strategis yang diperlukan dalam kondisi

pertumbuhan, yaitu:

1) Perubahan produk barang dan jasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

25

2) Strategi yang menyangkut penetrasi pasar, ekspansi pasar,

diversifikasi produk dan jasa, atau ekspansi usaha

3) Kemampuan untuk memperoleh modal investasi dalam rangka

penelitian dan pegembangan, proses produksi dan penggantian

peralatan, dan dalam rangka penambahan sumber daya manusia.

4) Analisis sumber daya manusia, sehingga memiliki ketrampilan

yang unik untuk mengimplementasikan strategi.

5) Analisis pesaing terbaik yang ada maupun yang potensial untuk

menetapkan strategi bersaing.

6) Kemampuan untuk menopang keunggulan strategi perusahaan dan

untuk memodifikasi strategi dalam menghadapi perubahan

permintaan pelanggan dan perilaku strategi persaingan baru.

7) Penentuan harga barang atau jasa untuk jangka pendek dan jangka

panjang.

8) Interaksi perusahaan dengan masyarakat luas

9) Pengaruh pertumbuhan perusahaan yang cepat terhadap aliran kas.

c. Strategi bagi pemimpin pasar

Apabila perusahaan telah memiliki peluang pasar yang besar

seperti pada masa pertumbuhan, maka strateginya:

1) Bersikap menyerang dan agresif untuk mempertahankan pangsa

pasar.

2) Bersikap bertahan dan tidak terlalu agresif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

26

3) Tidak boleh ada anggapan bahwa perusahaan yang berhasil tidak

memiliki tantangan.

d. Strategi bagi bukan pemimpin pasar

1) Secara agresif menggunakan kompetensi terbaiknya untuk meraih

peluang pasar sehingga tidak tertandingi oleh pesaing.

2) Mengembangkan strategi sebagai pengikut.

e. Strategi yang lain

1) Pertahanan bersaing.

2) Mencoba untuk produk yang menjadi “ andalan utama yang baru”

(big hitter), dan tidak berkonsentrasi pada perbaikan keberhasilan

produk yang sudah ada.

3) Mengambil langkah positif dan proaktif untuk menguasai manajer

kunci dan ahli teknik professional yang selalu diikutsertakan dalam

pembentukan keberhasilan perusahaan.

Secara umum prinsip dasar pengelolaan usaha adalah seperti yang telah

dirinci diatas. Tidaklah berbeda dengan bentuk-bentuk usaha yang lain,

industri musik juga memerlukan prinsip pengelolaan dalam menentukan

keberhasilan dalam melakukan kegiatan usaha dalam bidang musik. Mulai

dari perencanaan usaha, pengelolaan keuangan, teknik dan strategi pemasaran,

teknik pengembangan usaha, dan manajemen dan strategi kewirausahaan.

Perencanaan usaha disektor industri musik penting dilakukan, hal tersebut

merupakan bagian dari upaya untuk memberikan ciri tersendiri atas genre,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

27

jenis, atau aliran musik yang akan di kelola yang identik akan berbagai

keunikan tersendiri.

Pengelolaan keuangan merupakan faktor yang juga vital mempengaruhi

proses kegiatan usaha tak terkecuali dalam industri musik. Sebagai contoh

dalam industri musik memerlukan biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam

proses produksinya seperti, biaya rekaman, pengemasan, pemasaran, dan lain

sebagainya. Dengan kata lain modal yang dimiliki akan mempengaruhi

produktifitas produksi yang dijalankan.

Selain dari perencanaan usaha dan pola pengelolaan keuangan faktor lain

yang juga berpengaruh dalam industri musik adalah teknik dan strategi

pemasaran. Salah satu contoh yang dimunculkan disini adalah pemasaran

produk melalui internet. Maraknya dunia komunikasi memberikan pilihan bagi

pengusaha industri musik rekaman dalam memasarkan produknya. Dengan

biaya yang lebih murah mereka dapat memasarkan produknya melalui internet

tanpa harus mengeluarkan biaya mahal untuk memasang iklan- iklan khusus

yang memuat produk mereka dalam bentuk poster atau media surat kabar

lainnya.

Dalam mengelola industri musik rekaman, hal lain yang tak kalah penting

adalah manajemen dan strategi pemasaran. Hal ini bertujuan untuk lebih

memfokuskan kegiatan usaha terhadap sasaran pasar yang akan di capai.

Sebagai contoh industri musik cenderung menentukan sasaran pasar pada

generasi muda karena mereka lebih mengemari musik-musik yang ada. Tidak

hanya sampai disitu dalam pengelolaannya maka dibutuhkan orang-orang atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

28

pihak-pihak yang kompeten dibidangnya dalam menunjang proses produksi

musik tak terkecuali dalam aspek pemasarannya.

Dapat diambil garis besar bahwa strategi-strategi dalam mengelola industri

musik terlalu tidaklah berbeda dengan pola pengelolaan industri lain pada

umumnya. Hal yang menjadi acuan pentingnya pengelolaan dalam setiap

usaha adalah bahwa segala bentuk usaha tidak terlepas dari pasar yang akan

dijadikan sasaran dalam menyalurkan produk yang telah dihasilkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan adanya metode agar penelitian dapat

berjalan dengan lancar dan memberikan hasil yang memuaskan. Dalam

penelitian ini, penyusun menggunakan metode deskriptif eksploratif yaitu

bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena. Data-data

dikumpulkan sesuai dengan topik penelitian yang dibahas. Data-data yang

diperoleh dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu data kualitatif dan

data kuantitatif.

Dalam metode penelitian deskriptif mencakup beberapa teknik,

diantaranya penyelidikan dengan teknik interview dan observasi. Adapun ciri-

ciri metode deskriptif adalah sebagai berikut:

a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang

b. Data yang ada mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa

B. Subjek Dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orang atau individu sebagai anggota

komunitas musik “Indie” yang dapat dimintai keterangan berkaitan dengan

permasalahan pada penelitian ini, yaitu tokoh formal atau pihak pemegang

otoritas (Manajer Band) dan anggota dari band itu sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

30

b. Objek Penelitian

Yang menjadi objek pada penelitian ini adalah Pola Pengelolaan Usaha

Komunitas Musik “Indie”. Suatu studi kasus pemberontakan pasar dalam

budaya pasar bebas dengan pusat penelitian di Yogyakarta.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 108), “populasi adalah

keseluruhan subyek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh grup Band musik Indie di Yogyakarta.

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 109), “sampel” adalah

sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Penentuan sampel dari

populasi penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling,

yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara sengaja

dengan beracuan pada indikator yang sudah ditentukan. Sampel disini

mengambil 5 band yang tergabung dalam kumunitas musik “Indie” di

Yogyakarta, yaitu Flow Market Band, Monophone Band, Apollo-10 Band,

Captain OI Band, dan Produk Gagal Band.

Adapun indikator pengambilan sampel didasarkan pada keberadaan

album yang sudah dimiliki dan bersifat original karya dari band yang

bersangkutan dan sudah di munculkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

31

D. Data Yang Dicari

Dalam mencari data penilitian maka unsur-unsur yang akan dicari meliputi

sebagai berikut:

1. Pola pengelolaan aktivitas produksi komunitas musik Indie

2. Pola pengelolaan sektor keuangan komunitas musik Indie

3. Pola pengelolaan sektor pemasaran komunitas musik Indie

4. pola pengelolaan sektor personalia komunitas musik Indie

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara, dengan

demikian diharapkan dan dimungkinkan diperoleh data yang valid. Teknik-

teknik pengumpulan data yang dipakai adalah:

1) Metode Interview

Metode interview yaitu cara pengumpulan data melalui wawancara

langsung dengan responden untuk mengungkapkan data yang belum

terjaring melalui metode kuesioner.

2) Metode Observasi

Metode observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan me lalui

pengarahan dan percakapan langsung terhadap segala hal yang berkaitan

dengan objek penelitian.

3) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode penyelidikan untuk memperoleh

keterangan-keterangan atau informasi- informasi dari catatan-catatan resmi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

32

sesuai permasalahan yang diteliti, yaitu berupa catatan, buku, surat kabar,

majalah, agenda, rapat, dan sebagainya.

F. Metode Analisis Data

Dalam menganalisa data akan menggunakan metode analisa data kualitatif,

yaitu suatu metode analisis data yang tidak menggunakan angka-angka tetapi

dalam penganalisaannya diungkapkan dengan kata-kata yang berupa

keterangan, gambaran ataupun paparan mengenai objek yang diteliti.

Menurut Nasution, penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati

orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka berusaha

memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dalam hal ini

analisis data didukung dengan data-data kuantitatif yang dapat jadikan

referensi oleh peneliti dan kemudian dijelaskan dalam bentuk kata-kata atau

kalimat. (Julia, 1997)

Seiddel (1998), mengemukakan bahwa analisis data kualitatif mencakup

beberapa tahap, yaitu:

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, yaitu dengan memberi

kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. Dalam penelitian ini

sampel yang diambil adalah lebih dari satu, maka agar dalam penelusuran

data tidak terjadi ketimpangan diperlukan kode yang secara pasti mampu

membedakan data antara sampel satu dengan yang lainnya.

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintetiskan,

membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

33

3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,

mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat

temuan-temuan umum.

Selanjutnya menurut Janice McDrury 1999 collaboration group analysis

of data tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Membaca/ mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang

ada dalam data.

b. Mempelajari kata-kata kunci itu , berupaya menemukan tema-tema yang

berasal dari data.

c. Menuliskan model yang ditemukan.

d. Koding yang telah dilakukan.

G. Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Sebelum melakukan interview atau wawancara penelitian maka hendaknya

kisi-kisi ini dibuat sebagai landasan pertanyaan yang kemungkinan akan

diajukan pada subjek penelitian berkaitan dengan rumusan masalah yang akan

diteliti.

Secara umum maka dapat disusun kisi-kisi sebagai berikut:

a. Sejarah Perusahaan (grup band)

1) Ide, latar belakang pendirian, pendiri, nomor akta notaris

2) Tahun berdirinya dan mulai beroperasi

3) Alasan pemilihan lokasi perusahaan

4) Perkembangan perusahaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

34

b. Visi, Misi, Tujuan, Strategi

1) Visi dan misi perusahaan (grup band)

2) Tujuan perusahaan (grup band)

3) Strategi perusahaan (grup band)

c. Bagian Produksi

1) Cara mendapatkan bahan baku (sumber, syarat pembayaran, supplier)

2) Cara mendapatkan bahan penolong (sumber, syarat pembayaran,

supplier)

3) Proses produksi

4) Perhitungan BOP (biaya operasional produksi) dan harga pokok

produksi

5) Pengaruh bencana alam terhadap kegiatan produksi

6) Penyimpanan produk

7) Pengendalian kualitas

8) Pengendalian limbah produksi

d. Bagian Pemasaran

1) Pangsa pasar perusahaan

2) Penentuan harga dan mark up

3) Promosi yang dijalankan perusahaan

4) Pembentukan image konsumen

5) Saluran distribusi

6) Pelayanan kepada pelanggan

7) Prospek pemasaran yang akan datang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

35

e. Bagian Keuangan

1) Cara memperoleh modal, sumber modal, penggunaan modal

2) Struktur modal perusahaan

3) Likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas

4) Modal kerja

5) Cara mengendalikan keuangan (termasuk system akuntansi)

6) Penyusunan anggaran

7) Harga transfer

f. Personalia

1) Perekrutan karyawan perusahaan

2) Penempatan karyawan pada bagian-bagian yang ada dalam perusahaan

3) Kesejahteraan karyawan (gaji, insentif, bonus, dan lain- lain)

4) Penyelesaian perselisihan antara karyawan dengan pimpinan dan antar

karyawan

5) Promosi/ demosi karyawan

6) Sanksi dan PHK (pemutusan hubungan kerja)

7) System pengawasan karyawan

8) Penilaian kinerja karyawan

9) Evaluasi karyawan

g. Organisasi dan Manajemen

1) Bentuk perusahaan dan status hukumnya.

2) Struktur organisasi dan pembagian wewenang.

3) Pusat pertanggungjawaban.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

36

4) Desentralisasi dan sentralisasi atau penyebaran dan pemusatan

5) CSR (corporate social responbility)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

37

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN KOMUNITAS MUSIK INDIE

A. Sejarah Singkat Yogyakarta

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri sejak 1755 didirikan oleh

Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I

Kadipaten Pakualaman, berdiri sejak 1813, didirikan oleh Pangeran

Notokusumo, (saudara Sultan Hamengku Buwono II) kemudian bergelar

Adipati Paku Alam 1.

Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang­ -undang No.3

tahun 1950, sesuai dengan maksud pasal 18 UUD 1945 tersebut. Disebutkan

bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meliputi bekas Daerah Kasultanan

Yogyakarta dan Daerah Pakualaman.

Sesudah Sri Sultan Hamengku Buwono IX wafat pada 3 Oktober 1988, Sri

Paku Alam VIII, Wakil Gubernur Kepala Derah Istimewa Yogyakarta

ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan kewenangan sehari-hari Gubernur

Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, diberi kedudukan sebagai Pejabat

Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, berdasarkan Keputusan

Presiden RI No. 340 tahun 1988.

Sebagai ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Yogyakarta

kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti

sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

38

Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran

Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman

kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan

mempertahankan kemerdekaan. Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan,

baik Kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan Yogyakarta maupun Kadipaten

Pakualaman.

Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan

peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi semasa kerajaan-kerajaan

tersebut yang sampai kini masih tetap lestari. Sebutan ini juga berkaitan

dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya. Sebutan kata Mataram yang

banyak digunakan sekarang ini, tidak lain adalah sebuah kebanggaan atas

kejayaan Kerajaan Mataram.

Predikat sebagai kota pelajar berkaitan dengan sejarah dan peran kota ini

dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di samping adanya berbagai pendidikan

di setiap jenjang pendidikan tersedia di propinsi ini, di Yogyakarta terdapat

banyak mahasiswa dan pelajar dari seluruh daerah di Indonesia. Tidak

berlebihan bila Yogyakarta disebut sebagai miniatur Indonesia.

Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potensi

propinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan

wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan

di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata

pendidikan, bahkan, yang terbaru, wisata malam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

39

Disamping predikat-predikat di atas, sejarah dan status Yogyakarta

merupakan hal menarik untuk disimak. Nama daerahnya memakai sebutan

DIY sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Yogyakarta sebagai

Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah Yogyakarta, baik sebelum

maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

B. Letak Geografis

Letak Astronomi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 7 º15- 8 º15 Lintang

Selatan dan garis 110 º5- 110 º4 Bujur Timur, dengan batas wilayah:

Sebelah Barat Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah

Sebelah Barat Laut Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

Sebelah Timur Laut Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

Sebelah Timur Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah

Sebelah Selatan Samudera Indonesia.

Luas Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta 3.185,80 km2 terdiri atas Kota

Yogyakarta 32,50 km2 , Kabupaten Sleman 574,82 km2 , Kabupaten Bantul

506,85 km2 ,Kabupaten Kulon Progo 586,27 km2,Kabupaten Gunung Kidul

1485,36 km2.

C. Kependudukan

Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan registrasi

tahun 2000 sebanyak 3.120.478 jiwa. Pada tahun 2004 berdasarkan hasil

Susenas jumlah penduduk tercatat sebanyak 3.220.808 jiwa dengan perincian:

Kota Yogyakarta 398.004 jiwa, Kabupaten Sleman 943.932 jiwa, Kabupaten

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

40

Bantul 816.256 jiwa, Kabupaten Kulonprogo 375.884 jiwa dan Kabupaten

Gunung Kidul 686.732 jiwa.Kepadatan penduduk Daerah Istimewa

Yogyakarta rata-rata 1.011 jiwa/km2. (Sumber data :BPS Propinsi DIY)

D. Perkembangan Musik Yogyakarta Dari Major Label Sampai Indie label

Yogyakarta selain sebagai kota pelajar adalah juga merupakan suatu

wilayah yang kental akan seni dan budaya-budaya daerah yang lahir dari adat atau

budaya masyarakat yang sampai saat ini dilestarikan. Dalam bidang seni

khususnya musik masyarakat, sebagai salah satu wilayah yang masih memegang

teguh adat kesultanan atau keraton masyarakat jogja sudah dibiasakan dengan seni

musik yang disebut dengan Karawitan, yaitu suatu seni bermusik yang didominasi

oleh seperangkat alat musik klasik sperti kenong, gong, dan lain sebagainya.

Dalam perkembangannya musik karawitan menyesuaikan dengan berbagai budaya

baru yang diadopsi dari modernisasi dan melahirkan bentuk-bentuk gaya bermusik

yang berbeda.

Tidak berbeda seperti kota-kota besar lainnya seperti Jakarta, Surabaya,

Bandung dan lain sebagainya, Yogyakarta juga memunculkan berbagai

keragaman khususnya berkaitan dengan dunia musik. Banyak terdapat berbagai

jenis aliran ataupun genre musik yang dimunculkan oleh para musisi sebagai

dampak dari modernisasi zaman.

Yogyakarta selain sebagai kota pelajar ataupun kota seni dan budaya,

ternyata wilayah ini juag mampu menghasilkan para musisi yang tangguh dan

memiliki semangat musikalitas yang tinggi. Hal tersebut dengan sempurna dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

41

digambarkan banyaknya para musisi yang berasal dari kota gudeg tersebut mampu

menembus pasar industri musik lingkup nasional berdasarkan pada karya-karya

yang telah berhasil mereka buat. Sebut saja Sheila on 7 yang sempat mengebrak

pasar industri musik dengan album mereka yang berhasil terjual lebih dari 30.000

copy. Letto band yang juga hingga saat ini masih sering menghiasi acara layar

televisi dan menjadi sebuah icon yang mungkin tak akan pernah terlupakan bagi

para pengemarnya.

Atmosphere dunia musik diwilayah Yogyakarta bukan hanya didasarkan

pada jenis, aliran ataupun genre musik yang telah mampu menembus pasar

industri musik lingkup nasional saja. Dari reggae, Ska, Pop, Rock, Keroncong dan

lain sebagainya menjadi sebuiah keistimewaan tersendiri bagi wilayah tersebut

dalam menyikapi berbagai keragaman khususnya dalam bidang musik.

Keragaman selera musik yang dimunculkan memberikan dampak

tersendiri bagi para musisi. Dampak positif akan diperoleh ketika musik yang

mereka usung menjadi lirikan para pengusaha industri musik rekaman (Major

Label) untuk diadopsi, dan tentunya hal tersebut akan mampu memunculkan

peluang bagi para musisi yang bersangkutan akan memperoleh popularitas dan

nilai jual yang tinggi akan karya-karyanya. Adapun dampak negative yang

sebaliknya diperoleh adalah jika para pengusaha industri musik rekaman (Major

Label) sama sekali tidak tertarik dengan musikalitas yang mereka hasilkan, hal

tersebut semakin menguatkan asumsi bahwa para musisi tersebut harus berjuang

sendiri dalam upaya mengenalkan musik mereka kemasyarakat banyak sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

42

karya-karya mereka mampu dikenal dan diakui oleh masyarakat khususnya para

pecinta musik.

Berawal dari keragaman yang dimunsulkan membawa sebuah akibat

bahwa tidak sedikit berbagai jenis, aliran atau genre musik yang ada tidak mampu

meraih pasar khsususnya pasar industri musik rekaman dengan latar belakang

kurang atau terbatasnya pengelolaan yang mampu dilakukan. Ironisnya jenis,

aliran, atau genre musik tersebut merupakan ragam musikalitas yang tidak masuk

dalam kategori Major label.

Major label merupakan perusahaan yang didominasi oleh para pemodal

dengan tujuan meraih keuntungan. Secara per suku kata dapat pula diartikan,

Major berarti besar dalam konteks perusahaan sehingga dapat pula bermakna

perusahaan besar, sedangkan label Adapun langkah utama yang dijadikan

dasarkan perusahaan tersebut dalam menjalankan usahanya adalah dengan

mengadopsi jenis, aliran atau genre musik yang bersifat populer atau sedang

ngetrend. Langkah tersebut diambil dengan alasan bahwa pengakuan masyarakat

terhadap jenis, aliran atau genre musik yang di cap sedang ngetrend membuka

peluang bisnis bahwa musik tersebut secara kasat banyak digemari oleh

masyarakat pencinta musik dan tentunya akan mampu menghasilkan keuntungan

yang relatif besar.

Keberadaan industri musik rekaman sekelas Major Label di wilayah

Yogyakarta melahirkan band-band atau musisi yang mampu menembus pasar

blantika musik lingkup nasional. Shaggy dog Band, Sheila on 7 band, Letto band

merupakan beberapa icon musisi yang berhasil diadopsi oleh Major Label

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

43

khususnya untuk wilayah Yogyakarta. Karya-karya mereka pun dengan segera

menjelma menjadi sebuah bentuk apresiasi yang tidak asing menghiasi media-

media hiburan baik media elektronik (radio dan televisi), media surat kabar dan

media lain- lainnya.

Sony Music Record, Entertainment Music Industries (EMI), Universal

Music record, merupakan beberapa perusahaan industri musik berskala Major

Label. Perusahaan ini mengadopsi berbagai jenis, aliran, atau genre musik dengan

indikasi ngetrend atau populer dimasyarakat. Keberadaan dari perusahaan-

perusahaan tersebut tidak jarang memberikan dampak tersingkirnya jenis, aliran,

atau genre musik yang sudah tidak populer dimasyarakat. Berdasarkan pada

ketimpangan tersebut muncul komunitas yang menamakan dirinya “Indie”.

Indie berarti cap simbolik untuk menunjukkan semangat independent

(merdeka), tanpa sudi dikendalikan pihak manapun terutama institusi pasar

(Kompas, 2007). Komunitas ini muncul akibat dominasi perusahaan Major Label

dalam upaya meraih perluasan pasar khususnya di sektor industri musik rekaman.

Aspek lain yang melatarbelakangi munculnya komunitas musik indie adalah

asumsi yang menyatakan bahwa jenis, aliran, atau genre musik yang mereka

adopsi di cap sudah tidak populer atau ngetrend dikalangan masyarakat pecinta

musik. Berawal dari munculnya asumsi di atas mendorong para musisi atau band-

band yang sudah dianggap usang tersebut memberikan semangat perlawanan yaitu

dengan tetap menghasilkan karya-karya mereka dengan tujuan meraih pasar

dengan sistem pengeolaan yang didasarkan pada kemampuan mereka sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

44

Secara garis besar keberadaan komunitas musik indie bertujuan

mempertahankan idealis mereka dalam hal musik, yaitu inggin tetap eksist dan

diakui bahwa mereka ada. Bentuk upaya yang mampu dimunculkan komunitas

tersebut dalam meraih eksistensi dunia musik yaitu dengan tetap

mengapresiasikan konsep musik yang mereka anut dengan tujuan mampu

menghasilkan karya-karya yang nantinya dapat dinikmati masyarakat banyak

khususnya masyarakat pecinta musik.

Komunitas musik indie pada awalnya muncul dari dominasi kreativitas

anak muda dalam menyikapi segala aspek yang dinilai syarat dengan berbagai

ketimpangan, yakni khususnya dalam bidang musik. Pangsa pasar yang selama ini

dinilai hanya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar (Major Label)

memunculkan sebuah bentuk perlawanan yaitu memunculkan berbagai bentuk

usaha dengan sistem pengelolaan yang mereka ciptakan sendiri.

Banyaknya band-band indie yang ada di Yogyakarta menarik simpati

peneliti untuk mengetahui lebih jauh tentang pola pengelolaan dari komunitas

tersebut dalam melangsungkan kegiatannya di sektor musik tentunya. Oleh karena

jumlah band indie di Yogyakarta belum memiliki data yang pasti peneliti

memfokuskan penelitiannya terhadap band-band indie yang bersifat sudah

memiliki album original atau murni hasil karya sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

45

E. Profil Band Indie Yogyakarta

1. Profil Flower Market Band

Flower Market berdiri dari tahun 1998 di Yogyakarta hingga sekarang ,

band ini terdiri dari tiga orang personil antara lain:

a) Erdy sebagai gitaris dan vokal (manajer)

b) Rasyid sebagai bassis

c) Jarot sebagai drummer

Kesamaan akan visi untuk tetap eksist dalam dunia musik menyatukan

mereka dalam sebuah band yang mereka namakan Flower Market Band. Grup

musik ini mengusung musik dengan aliran pop.

Adapun misi khusus dari band ini adalah tetap mempertahankan

jenis,aliran, genre musik mereka dengan melahirkan album yang bersifat

regenerasi atau berkelanjutan

Berawal dari kebiasaan nongkrong bareng membuka peluang intensitas

mereka untuk saling bertemu. Dari sekedar bercanda akhirnya mereka pun

setuju untuk membentuk sebuah grup musik sebagai upaya menyemarakkan

dunia permusikan. Grup band mereka pun sudah mengenyam berbagai pentas

musik dalam skala kecil menengah ataupun besar.

Keseriusan mereka dalam bermusik berasumsi inggin diakui bahwa

mereka ada, dan sebagai bentuk keseriusan tersebut mereka sudah

memunculkan satu buah mini album yang berisikan delapan buah lagu dan

sudah beredar dimasyarakat luas dengan cover (sampul) album berjudul Thing

Twice.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

46

Dalam pengelolaannya Flower Market di manajeri oleh salah satu personil

grup itu sendiri yaitu Erdy selaku gitaris dalam band. Namun secara teknis

mereka saling bekerjasama sebagai upaya memaksimalkan usaha mereka

dalam dunia musik.

Dapat digambarkan secara umum bahwa struktur keanggotaan dari Flower

Market:

1) Diketuai oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas segala bentuk

kegiatan dari Flower Market itu sendiri mencakup pengelolaan sektor

produksi, pemasaran, keuangan, hingga pada sektor personalia berkaitan

dengan perekrutan anggota baru yang memang diharapkan.

2) Anggota yang terdiri dari personil band itu sendiri. Namun secara teknis

para anggota secara bersama-sama ikut ambil bagian dalam menjalankan

berbagai kegiatan mencakup sektor-sektor seperti yang telah disebutkan

diatas.

Manajer

Anggota

- Produksi - Pemasaran - Keuangan - Personalia - dan lain- lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

47

2. Profil Monophone Band

Monophone Band berdiri sekitar tahun 1997 diYogyakarta, yang

diprakarsai oleh mahasiswa-mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Jenis atau

aliran musik yang mereka bawakan adalah Retro yaitu sebuah aliran, jenis

atau genre musik yang mengacu pada musikalitas tempo dulu. Jenis atau aliran

musik dari monophone band terinspirasi dari band-band yang sudah terkenal

dan setingkat dengan major label, adapun band yang menjadi inspirator

mencakup band nasional dan internasional. Untuk band internasional

Monophone band mengacu pada musikalitas gaya bermusik The Beattles yaitu

salah satu gerup musik yang tenar di era 1980an dan berasal dari Inggris,

sedangkan band insipirator dari lingkup nasional adalah Naif band, yaitu salah

satu grup musik yang menyajikan musikalitas gaya 1980an yang berasal dari

Bandung.

Adapun susunan personil dari Monophone Band terdiri dari lima personil,

antara lain:

a) Ipung pada keyboard (manajer)

b) Jacky pada Gitar

c) Anto pada Drum

d) Sari pada Vokal

e) Termana pada Bass

Tujuan dari Monophone band adalah ikut menyemarakkan dunia musik

sekaligus sebagai upaya pemberontakan terhadap pasar industri musik yang

didominasi oleh Major Label. Bentuk pemberontakan tersebut secara nyata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

48

mereka nyatakan dalam keberhasillanya membuat 1 buah mini album yang

masing-masing album terdiri dari 9 lagu sebagai simbolik bahwa tanpa harus

bernaung dalam bendera major label mereka mampu eksist dan berkarya

dalam dunia musik.

Adapun struktur keanggotaan dari Monophone Band adalah:

1) Dikepalai oleh seorang manajer yang memiliki tanggung jawab untuk

mengelola semua kegiatan band tersebut mencakup aspek produksi,

pemasaran, keuangan dan personalia.

2) Selanjutnya idividu- individu yang lain merupakan anggota biasa namun

berkewajiban ikut melaksanakan serangkaian kegiatan diatas sesuai

dengan wewenang yang diberikan oleh pihak manajer kepada mereka

sesuai dengan kemampuan ataupun keahlian yang dimiliki.

3. Profil Apollo-10 Band

Apollo-10 band merupakan salah satu grup band Indie Yogyakarta yang

mengusung jenis atau aliran musik Ska, yaitu sebuah aliran musik yang

Manajer - Produksi - Pemasaran - Keuangan - Personalia - dan lain- lain

Anggota

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

49

memiliki instrument ceria yang didominasi oleh melodik dari suara terompet

sehingga menghasilkan perpaduan suara atau alunan musik yang mampu

mengajak para pendengar untuk bergoyang ketika mendengarnya. Adapun

inspirator yang melatar belakangi Apollo-10 band memilih aliran, jenis atau

genre dari musik tersebut adalah sebuah band lokal yaitu Shaggy Dog band

yang berasal dari Yogyakarta dan sudah masuk dalam kelas Major label.

Apollo-10 band terdiri dari 5 orang personil yang kesemuanya merupakan

mahasiswa dari Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta. Berawal

dari sekedar iseng dan sekedar having fun, mereka sering ngejamp (bermain

musik) bersama-sama. Entah berawal dari ide siapa akhirnya mereka pun

memutuskan secara bersama-sama untuk membuat sebuah grup band sesuai

dengan aliran atau jenis musik yang mereka sepakati.

Visi dari band ini secara khusus adalah inggin tetap eksist dalam dunia

musik. Sedangkam misi khusus yang dijalankan adalah mencakup rutinitas

bermain musik sebagai upaya memaksimalkan kreativitas musik mereka yang

nantinya mampu melahirkan album yang bersifat regenerasi atau

berkelanjutan.

Secara rinci keempat personil Apollo-10 Band, terdiri dari:

1. Aryo pada Bass (manajer)

2. Andy pada Vokal

3. Dhebit pada Gitar

4. Kuncung pada Keyboard

5. Pegy pada Terompet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

50

Keseriusan grup ini dalam bermusik melahirkan sebuah mini album yang

berisikan 8 buah lagu yang murni merupakan hasil karya mereka, baik dari

lirik lagu hingga pada instrument lagu itu sendiri.

Adapun struktur keanggotaan dari Apollo-10 Band adalah terdiri dari:

1) Manajer yaitu sebagai pihak yang bertanggung jawab atas segala bentuk

aktivitas dari grup tersebut mencakup aspek produksi, pemasaran,

keuangan, maupun personalia

2) Selanjutnya individu-individu yang lain merupakan anggota biasa yang

memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan

kesepakatan yang sudah ada.

4. Profil Captain OI Band

Tidak berbeda jauh dengan band-band indie sebelumnya, grup band ini

berdiri sejak tahun 1998 hingga sekarang. Latar belakang dari terbentuknya

grup band ini adalah kesamaan selera akan berbagai macam jenis, genre atau

aliran musik yang ada. Secara personal Captain OI band terdiri atas 4 orang

Manajer

Anggota

- Produksi - Pemasaran - Keuangan - Personalia - dan lain- lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

51

personil, yang masing-masing beasal atau memiliki tempat tinggal yang

berbeda.

Sejarah kecil dari terbentuknya grup ini adalah berawal dari pertemuan

sebuah pentas musik di mana sebelumnya para personil sudah memiliki grup

band masing-masing yang kemudian saling kenal. Berawal dari pertemuan

mereka pun menjalin sebuah persahabatan yang selanjutnya berkembang

menjadi sebuah komunitas kecil selanjutnya sering nongkrong atau berkumpul

bersama dalam kegiatan diskusi, atau sekedar berkumpul-kumpul saja.

Intensitas pertemuan yang cukup sering dilakukan kemudian

memunculkan sebuah ide dari salah satu individu dikumpulan tersebut yaitu

membentuk band baru yang bersifat kolaborasi. Pemunculan ide tersebut

dilatar belakangi banyaknya persamaan akan visi ataupun misi dan selera

musik yang sering mereka bahas pada saat diskusi atau acara kumpul-kumpul

bersama.

Tepatnya menyambut tahun baru 1999 akhirnya keempat orang tersebut

sepakat untuk menjalankan band baru yang mereka namakan sebagai Captain

OI band. Dengan aliran musik yaitu Punk Rock, yaitu sebuah aliran atau jenis

musik yang memiliki irama keras dan membutuhkan skill yang cukup tinggi

untuk memainkannya Captain OI band berusaha mengapresiasikan gaya

bermusik sesuai dengan keingginannya.

Adapun visi dari grup band ini adalah inggin tetap eksist dalam dunia

musik dan mendapatkan pengakuan masyarakat bahwa mereka ada.

Sedangkan misi yang dijalankan adalah meliputi bermain musik secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

52

maksimal dengan sering tampil dipentas-pentas musik lokal, dan melahirkan

album yang bersifat regenerasi atau berkelanjutan untuk jangka panjang.

Secara rinci keempat personil diatas antara lain:

1. Ade pada Vokal dan Gitar

2. Iwan Thumik pada Bass (manajer)

3. Menyung pada Drum

4. Dimas Jack pada Gitar

Adapun struktur keanggotaan yang dimiliki oleh Captain OI Band adalah:

a. Dikepalai oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas

segala bentuk aktivitas band mencakup aspek keuangan, produksi,

pemasaran, dan personalia.

b. Sedangkan individu-individu yang lain merupakan anggota biasa

yang melaksanakan kegiatan sesuai kesepakatan dengan pihak

manajer sebelumnya.

- Produksi - Pemasaran - Keuangan - Personalia - dan lain- lain

Anggota

Manajer

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

53

BAB V

PEMBAHASAN

A. Komunitas Musik Indie Sebagai Perlawanan Anak Muda Terhadap Monopoli Pasar Oleh Pihak Major Label

Musik adalah dunia yang universal, dengan alunan musik manusia mampu

berimajinasi bahkan berapresiasi atas segala keingginannya. Lebih dari itu

bermain musik mampu membawa empati seseorang untuk merasa bangga dan

bahagia mampu melakukan segala kreativitasnya dalam bermusik.

Dalam perkembangannya aspek musik didominasi oleh keberadaan anak

muda yang haus akan segala bentuk kreativitas tak terkecuali dalam bidang

musik. Hal tersebut terlihat dengan jelas dari maraknya pentas-pentas seni

yang cenderung diprakarsai oleh anak muda baik dalam konsep seni ataupun

sekedar iseng belaka. Melihat para musisi idolanya yang sering tampil di layar

televisi, para pengemar musik sering dibuai oleh asumsi bahwa menjadi

musisi sungguh memiliki kehidupan yang sangat membahagiakan. Hanya

berbekal mampu memainkan sejumlah peralatan musik mereka mampu

mencukupi kehidupannya bahkan mungkin justru berkelimpahan. Sela in itu

dengan menjadi musisi seseorang mampu memperoleh popularitas (terkenal)

berdasarkan karya-karya yang telah dihasilkan.

Dalam bidang industri musik rekaman masyarakat sering mendengar

istilah yang sudah tidak asing dan biasa disebut Major label, yaitu secara

persuku kata dapat diartikan sebagai, Major adalah berarti besar (perusahaan

besar) sedangkan label adalah logo atau trade atau merek, dan secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

54

keseluruhan dapat diartikan sebagai perusahaan besar bidang industri musik

rekaman. Major Label selaku perusahaan industri musik rekaman mengusung

aliran, jenis, genre musik yang tidak semata-mata sembarangan melainkan

sebuah bentuk industri yang mengadopsi pada jenis, aliran, atau genre musik

yang sedang ngetrend atau populer saat itu. Fokus industri mus ik Major label

adalah mengelola jenis, aliran, atau genre musik yang dinilai mampu

memperoleh pangsa pasar.

Secara garis besar keputusan Major Label untuk mengelola salah satu

aliran, jenis atau genre, musik adalah didasarkan pada peluang pasar yang

dimunculkan yaitu dengan cara mengadopsi jenis, aliran, atu genre musik

yang ngetrend di era masa kini. Kebebasan bermusik yang sebelumnya

diartikan sebagai kebebasan dalam mengekspresikan idealis gaya bermusik

justru harus dipaksa menyesuaikan dengan pangsa pasar yang ada. Ironisnya

kebebasan bermusik itupun mendapat batasan dari berbagai institusi atau

aturan yang cenderung lebih mementingkan perluasan pangsa pasar dalam

dunia musik untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya dibandingkan dengan

perinsip kebebasan mengekspresikan segala bentuk kegiatan dalam

menentukan karya.

Adapun sisi positif yang dapat dimunculkan Major label sendiri adalah

adanya jaminan bahwa para musisi ataupun Band yang masuk dalam industri

perusahaan ini akan memperoleh popularitas (terkenal) dan nilai jual yang

tinggi terhadap karya-karyanya. Hal ini didukung oleh adanya ketersediaan

modal yang dimiliki oleh pihak major label dalam mengelola segala bentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

55

aktivitas usahanya. Faktor penting yang menjadi acuan adanya jaminan

popularitas dan nilai jual yang tinggi terhadap karya-karya musik yang

dihasilkan dilatarbelakangi oleh sebuah asumsi bahwa Major Label

merupakan perusahaan yang didominasi oleh para kaum pemodal dengan

tujuan meraup pangsa pasar yang seluas- luasnya sehingga mampu

menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya pula. Dengan kata lain

segala bentuk kegiatan usaha akan memperoleh hasil yang maksimal jika

didukung oleh ketersediaan modal usaha yang mampu mendukung segala

aktivitas kegiatan itu sendiri.

Dari tujuan di atas dapat ditarik benang merah bahwa perusahaan industri

musik rekaman Major Label memiliki tujuan meraup nominal sebesar-

besarnya, yaitu dengan menciptakan perluasan pasar seluas-luasnya khususnya

dalam bidang musik. Ketersediaan modal usaha yang dimiliki oleh pihak

Major Label memberikan sebuah asumsi bahwa perusahaan tersebut akan

mampu mengelola dengan baik segala bentuk kegiatan usahanya meliputi

aktivitas produksi, keuangan, pemasaran hingga pada pengelolaan personalia.

Oleh karena hal di atas patut dimaklumi bahwa para musisi atau band yang

berbenderakan Major Label selain mampu meraih popularitas juga mampu

memperoleh nilai jual yang tinggi terhadap karya-karya mereka. Adapun

kebijakan yang menjadi prasayarat terhadap para musisi ataupun band yang

masuk dalam Major Label adalah megikuti segala bentuk peraturan bermusik

yang intinya harus difokuskan pada perolehan pangsa pasar sesuai dengan

institusi atau peraturan yang sudah diciptakan oleh pihak Major Label.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

56

Sisi negatif dari Major Label itu sendiri muncul akibat dari kebijakan yang

diambil bahwa jenis, aliran, atau genre musik yang dikelola adalah musik yang

berjenis, aliran ataupun bergenre musik masa kini atau sedang ngetrend.

Akibatnya banyak musisi lokal yang memiliki aliran, jenis, atau genre musik

yang berbeda dan dianggap sudah sudah usang atau ketinggalan jaman

tersingkir dan tidak mendapatkan tempat di kelas Major label. Sony record

music, EMI (Entertainment Music Industries), Universal record music

merupakan beberapa perusahaan industri musik rekaman yang masuk dalam

kelas Major Label yang menghasilkan para musikus diera masa kini. Dalam

perkembangannya perusahaan-perusahaan tersebut mampu mendominasi pasar

industri musik rekaman yang ada baik pada aliran, jenis, atau genre musik

yang sedang dianggap ngetrend atau yang sudah dianggap usang. Hal tersebut

makin dikukuhkan dengan kenyataan yang ada bahwa perusahan industri

musik rekaman memiliki jumlah modal yang sesuai dengan bentuk-bentuk

kegiatan yang akan dijalankan.

Rasa tersingkir dan sudah dianggap ketinggalan jaman, membentuk sebuah

keingginan para musisi yang berakar dari anak-anak muda yang memiliki

musik beraliran, jenis, atau genre diluar Major Label untuk tetap melakukan

kreativitas bermusik dengan bentuk-bentuk usahanya sendiri. Keterbatasan

pihak-pihak musisi ataupun band yang sudah dinilai tidak masuk dalam

kategori industri musik Major Label melahirkan sebuah semangat perlawanan

bahwa tanpa harus berpijak pada institusi pasar segala bentuk kegiatan akan

memperoleh pasarnya sendiri. Asumsi tersebut didasarkan pada situasi modern

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

57

yang membawa masyarakat secara lebih baik mampu menilai produk-produk

ataupun karya-karya yang layak mereka konsumsi khususnya dalam bidang

musik.

Berdasar pada latar belakang diatas para musisi ataupun band yang sudah

dianggap tidak layak masuk dalam kelas Major Label membentuk pasarnya

sendiri dengan bergabung dalam sebuah komunitas yang disebut dengan

“indie”. Komunitas indie lebih mementingkan bentuk kreativitas mereka

dalam bermusik tanpa harus dekekang oleh pihak manapun. Dengan kata lain

komunitas indie lebih terfokus pada rasa kepuasan inggin diakui bahwa karya-

karya mereka ada dan bukan semata-mata untuk meraup pangsa pasar dengan

tujuan popularitas ataupun nominal yang besar. (Erwin Satya, Outmagz 2001).

Komunitas indie yakin bahwa dengan paham kebebasan tanpa mau

dikendalikan oleh institusi pasar, musik mereka dapat diterima oleh

masyarakat luas. Hal tersebut tercermin dari maraknya tayangan televisi pada

masa sekarang yang justru sering menampilkan musisi atau band-band yang

mampu memperoleh popularitas maupun nilai jual yang tinggi terhadap karya-

karyanya. Sebut saja Endank Soekampti band, Sheila on 7 band, Shaggy dog

band, dan mungkin masih banyak band-band atau musisi-musisi lain yang

justru mampu meraih popularitas tanpa harus menganut faham-faham institusi

pasar.

Faham kebebasan tanpa sudi dikendalikan oleh pihak manapun

memberikan ruang gerak para komunitas indie untuk berkarya sesuai dengan

apa yang mereka ingginkan. Bagi komunitas ini pasar akan terbentuk dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

58

sendirinya jika mereka konsisten pada karya-karya mereka sendiri (Erdi,

Flower Market Band 2007). Beracuan dari hal tersebut komunitas musik indie

seperti mendapat pengukuhan bahwa jalan terbaik untuk memunculkan

perlawanan terhadap situasi pasar khususnya pasar industri musik rekaman

adalah dengan menghasilkan karya-karya yang optimal yaitu mampu diterima

masyarakat pecinta musik.

Maka untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana pengelolaan dari

komunitas musik indie dalam menjalankan usahanya peneliti memfokuskan

penelitian pada bidang pengelolaan produksi, pola pengelolaan keuangan, pola

pengelolaan pemasaran, dan pola pengelolaan personalia sebagaimana seperti

yang sudah terinci dibawah ini.

B. Pola Pengelolaan Produksi Komunitas Musik Indie

Segala bentuk usaha tak terkecuali aspek musik, pada dasarnya

membutuhkan pengelolaan yang baik agar mampu meraih tujuan usaha yang

sebelumnya direncanakan. Produksi adalah sebuah proses kegiatan usaha yang

bertujuan menghasilkan bentuk-bentuk produk baik berupa barang atau jasa,

dalam hal ini yaitu berkaitan dengan aspek musik.

Berdasarkan dari hasil penelitian terhadap beberapa band indie Yogyakarta

(Flower Market Band, Monophone Band, Captain OI Band, dan Apollo-10

Band) dapat digambarkan bahwa kegiatan produksi dari band-band tersebut

meliputi beberapa tahap, yakni:

1. Penciptaan ide lirik atau syair lagu serta instrument musik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

59

Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah seluruh individu (personil

band) berkewajiban untuk mampu melahirkan ide- ide lirik lagu atau syair

serta membuat instrument musik yang nantinya mampu diproses dalam

bentuk album rekaman dengan memutuskan bersama-sama bahan baku

apa yang diperlukan untuk mengemas karya-karya yang telah mereka

ciptakan.

2. Penyediaan peralatan musik yang dibutuhkan

Yakni suatu bentuk kegiatan memenuhi segala keperluan berkaitan dengan

upaya menciptakan instrument musik untuk diselaraskan dengan lirik atau

syair lagu yang telah dihasilkan sesuai dengan dasar jenis, aliran, genre

musik yang dianut.

Pada tahap ini komunitas indie membuat jadwal khusus yang ditujukan

untuk mendiskusikan tentang:

a) Model instrument yang di ingginkan

b) Peralatan musik tambahan berkaitan dengan instrument lain yang akan

dimunculkan

c) Ritme atau tempo musik yang akan dihasilkan, yaitu berirama cepat,

sedang atau lambat

3. Menentukan biaya operasional produksi

Ketersediaan modal yang relatif kecil dimiliki oleh komunitas musik indie

berdampak pada penentuan biaya operasional produksi yang hanya

didasarkan pada modal yang saat itu dimiliki. Penentuan biaya operasional

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

60

produksi acapkali hanya bersifat insidental tanpa ada anggaran yang sudah

dirumuskan secara jelas dan pasti.

Biaya-biaya yang masuk dalam kategori biaya operasional produksi

komunitas musik indie meliputi:

a) Biaya pemakaian jasa studio musik

b) Biaya perawatan peralatan

c) Biaya pengemasan produk

d) Biaya transportasi

e) Biaya lain- lain

Jumlah biaya operasional produksi yang sudah dikeluarkan digunakan

sebagai acuan penetapan harga pokok produksi yaitu produk (album) yang

dihasilkan dan siap disalurkan kemasyarakat pecinta musik sebagai

konsumen.

4. Proses produksi

Kegiatan ini mencakup serangkaian kegiatan dimana hasil atau karya

terhadap syair ataupun instrument lagu yang dihasilkan dipadukan secara

bersama-sama yang nantinya dikemas dalam sebuah rekaman dalam

bentuk kaset ataupun CD sebagai bentuk album yang telah dihasilkan.

Dalam menjalankan proses produksinya komunitas musik indie dominan

memakai jasa-jasa studio musik yang ada diwilayah sekitar dari masa

latihan hingga pada proses rekaman. Selain itu untuk menunjang kegiatan

produksinya komunitas musik indie memakai media-media tertentu,

diantaranya media elektronik yaitu komputer yang menyediakan sebuah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

61

program yang bernama Fruitty Loop, yaitu sebuah program yang mampu

dijadikan sarana bagi para musisi atau pengemar musik untuk mencoba-

coba berapresiasi membuat instrument musik dengan fasilitas instrument

yang secara lengkap sudah tersedia.

Proses produksi dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi

keuangan yang mereka miliki. Dalam melakukan proses produksi

komunitas musik indie belum memiliki target terhadap jumlah produk

yang dihasilkan seperti yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pada

umumnya yang sudah membuat planing (perencanaan) terhadap jumlah

produk inggin dihasilkan selama satu kali proses produksi. Hal tersebut

dilatarbelakangi atas ketidaksesuaian akan mahalnya biaya yang harus

dikeluarkan dalam proses produksi terhadap minimnya modal yang

dimiliki.

Pada kenyataanya kuantitas atau jumlah produk hasil proses produksi

komunitas musik indie hanya didasarkan pada pada besar kecilnya kondisi

keuangan yang saat itu mereka miliki. Walaupun kadangkala mereka

dipaksa harus merogoh saku pribadi untuk menutupi kekurangan biaya

yang dikeluarkan namun rasa kebangaan bisa menghasilkan produk sendiri

mampu menjadi obat tersendiri bagi komunitas ini.

5. Pengendalian kualitas

Dalam tahap ini dasar yang digunakan untuk mengetahui kualitas dari

produk yang telah dihasilkan adalah hanya didasarkan pada kritikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

62

ataupun masukan baik dari masyarakat sebagai pecinta musik sekaligus

konsumen maupun musisi-musisi lain yang ada.

Untuk mengendalikan kualitas jenis, aliran, atau genre musik yang

dianut agar lebih optimal, hal-hal lain yang dilakukan oleh komunitas

musik indie adalah dengan:

a) Memunculkan alat musik baru yang bertujuan mampu mengeluarkan

bentuk instrument musik yang berbeda

b) Menambah jadwal latihan sesuai kesepakatan seluruh anggota

bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan bermusik yang sudah

dimiliki

c) Menciptakan karya-karya dengan konsep musik (ritme, instrument,

lirik) yang berbeda-beda tanpa terlepas dari genre, aliran, ataupun jenis

musik yang dianut.

Dalam penerapannya tahap ini masih terlihat samar, walaupun hal-hal

diatas sudah dilakukan sebagai sebuah upaya memperoleh kualitas yang

lebih maksimal namun belum muncul sebuah pemberlakuan khusus berupa

agenda atau perencanaan yang sudah disusun secara matang.

Secara keseluruhan arus pola pengelolaan produksi kkomunitas musik

indie dapat digambarkan kedalam bentuk bagan seperti dibawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

63

Penentuan BOP

(Biaya Operasional Produksi)

Proses

Produksi

Pasar

Penyediaan Fasilitas: - alat-alat musik - sarana dan prasarana

pendukung

Penciptaan Ide: - syair/ lirik lagu - instrument musik - ritme/ irama

musik

V.1. Bagan Arus Produksi Komunitas

C. Pola Pengelolaan Keuangan Komunitas Musik Indie

Secara umum segala bentuk usaha tidak terlepas dari bidang keuangan.

Segala bentuk kegiatan khususnya produksi selalu dihadapkan pada

banyaknya biaya-biaya yang patut diperhitungan sebagai salah satu syarat

untuk menjalankan proses produksi secara lebih baik. Dalam usaha industri

musik rekaman sektor keuangan juga menentukan keberhasilan mereka dalam

menjalankan usahanya, yaitu mencakup penyediaan modal, menentukan

anggaran biaya, perencanaan pendapatan, dan lain sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

64

Berbeda dengan perusahaan Major Label yang syarat dengan kaum

pemodal, komunitas indie justru sering terbentur pada sektor keuangan ketika

menjalankan usahanya. Sebagai perusahaan besar yang bergerak dalam

industri musik rekaman pihak Major Label tentunya sudah memperhitungkan

secara matang mencakup segala proses kegiatan berkaitan dengan sistem

keuangan yang harus mereka jalankan. Hal tersebut dikaitkan dari besarnya

modal yang dimiliki dan tentunya mampu menunjang segala bentuk aktivitas

pengeluaran dalam mengembangkan usahanya khususnya dalam bidang

industri musik rekaman.

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pengelolaan

keuangan dari komunitas musik indie meliputi berbagai tahap, yakni:

1. Penyediaan Modal

Modal usaha pada dasarnya diperoleh dari proses patungan, yaitu

dimana setiap personil diwajibkan mengeluarkan sejumlah nominal yang

sama besar yang digunakan untuk mendukung proses usaha yang mereka

jalankan. Hal ini dimaksudkan agar seluruh anggota memiliki tanggung

jawab yang sama dalam mengelola bentuk usaha mereka yaitu dalam

bidang musik. Selain dari patungan modal usaha juga diperoleh dari

pihak-pihak lain atau sering disebut sebagai Sponsor.

Menurut Ipung selaku manajer Monophone band mengemukakan bahwa

modal yang dihasilkan dari pihak sponsor memiliki 2 sifat:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

65

a) dana yang dikeluarkan oleh pihak tertentu yang secara murni

merupakan suatu bentuk hibah tanpa ada kesepakatan terhadap bentuk-

bentuk perjanjian tertentu

b) dana yang dikeluarkan oleh pihak lain terhadap band yang

bersangkutan sebagai bentuk investasi yang menawarkan kerjasama

antara kedua belah pihak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah

disepakati bersama.

Pada sifat yang pertama secara mendasar dapat diterangkan bahwa

komunitas musik indie sering diuntungkan oleh keberadaan pihak-pihak

lain (sponsor) yang rela memberikan dukungan baik secara material atau

nominal maupun dalam bentuk-bentuk lain tanpa mengharapkan balas jasa

atau proses timbale balik, melainkan sebuah bentuk hibah. Dalam hal ini

pihak-pihak sponsor yang dimaksud biasanya adalah teman-teman atau

orang-orang terdekat mereka yang ikut mensuport (mendukung) segala

bentuk kreativitas mereka dengan harapan merasa ikut bahagia jika band-

band yang disponsori mampu meraih kesuksesan. (Martin, Komunitas

Lajar Tanjap, Yogyakarta 2007)

Untuk sifat modal yang kedua salah satu sponsor yang dapat

dimunculkan disini adalah Distro (Distribution Outlet) pakain, yaitu suatu

bentuk usaha yang bergerak dalam bidang usaha produksi pakaian jadi

sekaligus suatu bentuk usaha yang juga masuk dalam kategori indie.

Adapun bentuk aplikasi kerjasama mereka yaitu dengan cara para musisi

atau band dianjurkan memakai atribut yang berkaitan pada saat melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

66

pentas musik atau memberikan logo atau cap khusus sesuai dengan simbol

dari sponsor yang dimunculkan pada cover atau sampul album yang telah

dimiliki sebagai bentuk promosi terhadap produk-produk yang dihasilkan

sponsor kekalangan masyarakat umum. Sedangkan manfaat jasa sponsor

itu sendiri terhadap band atau musisi adalah mereka memperoleh fasilitas

kostum secara gratis atau tanpa biaya.

2. Menentukan biaya operasional produksi

Penentuan biaya operasional yang dikeluarkan komunitas musik

indie dalam menjalankan seluruh kegiatan usahanya pada dasarnya

dilakukan yakni dengan cara di ambil dari modal yang sudah dimiliki dan

dari proses patungan dengan perbandingan 50 : 50

Proses penentuan biaya produksi secara umum dilakukan oleh

komunitas musik indie pada saat akan dilangsungkannya proses produksi.

Secara lebih jelas Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Erdy selaku

manajer sekaligus personil dari Flower market band yang menyatakan

bahwa sebagian besar rangkaian kegiatan dari komunitas musik indie

masih bersifat insidental (spontan), sehingga penentuan biaya operasional

produksi hanya didasarkan pada kebutuhan yang harus dikeluarkan saat

diperlukan saja tanpa ada rincian anggaran atau perhitungan khusus yang

sebelumnya sudah harus disusun demi kelancaran proses produksinya.

Dari acuan diatas dapat digambarkan bahwa dalam menyiasati

besarnya biaya yang harus dikeluarkan terhadap minimnya modal yang

dimiliki komunitas musik indie mengunakan strategi “mencari aman”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

67

yaitu dengan menyesuaikan biaya yang sudah dimiliki dalam mencapai

jumlah produk yang akan dihasilkan. Dengan kata lain mereka tidak mau

memaksakan diri untuk dapat menghasilkan produk berdasarkan target

atau jumlah tertentu, melainkan jumlah produk yang dihasilkan justru

didasarkan pada modal yang telah dimiliki.

3. Penentuan Pendapatan

Dalam tahap ini komunitas musik indie mengemukakan bahwa

perolehan pendapatan adalah faktor yang juga ikut menentukan

kelangsungan bentuk usaha mereka. Dikaitkan pada minimnya aspek

keuangan (modal) yang dimiliki komunitas musik indie pun didorong

untuk mampu menghasilkan jumlah nominal tertentu sebagai bentuk

pendapatan yang nantinya mampu digunakan untuk mencukupi segala

kebutuhan atau biaya-biaya yang harus dikeluarkan.

Ditinjau dari cara memperolehnya komunitas musik indie mampu meraih

pendapatan dengan cara sebagai berikut:

a) Konsep panggung (live performance), dalam hal ini band-band musik

indie memasang tariff (nilai atau harga) tertentu yang ditawarkan pada

pihak-pihak lain yang tertarik pada jasa mereka. Pihak-pihak lain yang

dimaksudkan disini diantaranya adalah kafe, pub, diskotik, rumah

makan dan lain sebagainya. Adapun bentuk jasa yang mereka tawarkan

adalah memberikan hiburan pada para pengunjung dilokasi- lokasi

tersebut diatas sesuai dengan kesepakatan berkaitan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

68

pendapatan yang nantinya dapat mereka hasilkan sesuai dengan tariff

yang sudah ditentukan.

b) Hasil penjualan album atau produk yang sudah dihasilkan, dalam hal

ini pendapatan diperoleh dengan menjumlah total biaya yang sudah

dikeluarkan dalam proses produksi dan selanjutnya digunakan untuk

menentukan harga pokok produk atau album yang sudah siap dijual

dengan menaikkan tingkat harga pada persentase tertentu sebagai

bentuk pendapatan yang nantinya mampu mereka peroleh.

4. Alokasi Pendapatan

Sebagai tindak lanjut terhadap pendapatan yang sudah dihasilkan

komunitas indie berusaha mamanfaatkannya pendapatan tersebut

sedemikian rupa dengan berusaha mengelola pendapatan yang sudah

diterima melalui 3 tahap, yakni:

a) Menentukan pendapatan bersih, yakni memberlakukan adanya

pemotongan terhadap besarnya total pendapatan yang telah diterima

oleh jumlah biaya yang telah dikeluarkan selama proses produksi.

b) Menentukan besarnya persentase dari pendapatan untuk kas, yaitu

jumlah pendapatan yang sebelumnya sudah mendapatkan potongan

terhadap biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses produksi

selanjutnya diambil persentase sesuai dengan kesepakatan seluruh

anggota untuk disimpan sebagai kas.

c) Mendistribusikan pendapatan pada seluruh anggota, dalam hal ini

jumlah pendapatan yang tersisa yaitu setelah melalui kedua tahap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

69

diatas selanjutnya didistribusikan secara langsung pada seluruh

anggota sebagai bentuk penghargaan atas segala usaha yang telah

mereka lakukan bersama. dalam hal ini komunitas musik indie secara

umum menerapkan prinsip sama rata, yakni setelah memberlakukan

tahapan-tahapan seperti diatas pendapatan yang ada dibagikan sama

rata sesuai dengan jumlah anggota atau personil band yang

bersangkutan tanpa ada pembedaan terhadap besarnya nominal yang

diterima atau sesuai dengan kesepakatan yang sebelumnya sudah

disetujui.

Dalam pelaksanaan praktik pengelolaan keuangan, secara umum tahap-tahap

diatas merupakan acuan yang digunakan oleh komunitas musik indie dalam

mengelola usahanya khususnya dalam aspek industri musik rekaman.

Ipung selaku manajer sekaligus personil dari band indie Yogyakarta, yaitu

Monophone band memaparkan pola pengelolaan keuangan sebagaimana berikut:

Monophone band merupakan band indie yang mengusung musik dengan aliran,

jenis, atau genre Retro. Sampai saat ini Monophone band sudah berhasil membuat

sebuah mini album sebagai bentuk karya yang telah berhasil diproduksi. Untuk

mencukupi segala bentuk biaya yang harus dipenuhi berkaitan dengan proses

produksinya, Monophone band selain mengumpulkan modal sendiri yaitu dari hasil

patungan seluruh anggota, tambahan modal juga mereka peroleh dari pihak sponsor

yaitu dengan cara menjalin kerjasama yang saling menguntungkan.

Keputusan Monophone band menjalin kerjasama dengan pihak sponsor adalah

akibat dari minimnya modal yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan usaha.

Kesulitan ini terlihat jelas dari besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

70

pada saat proses produksi album mereka dilakukan. Salah satu sumber mengatakan

pada saat pengarapan album dilaksanakan biaya produksi yang harus dikeluarkan

pada saat itu adalah sekitar Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 2.000.000,- ironisnya modal

yang mampu dikumpulkan dari para anggota saat itu hanya berkisar antara Rp.

500.000,- sampai Rp. 800.000,- akibatnya proses produksi album rekaman tidak

terlaksana. Salah satu cara yang ditempuh Monophone band dalam menyikapi

kurangnya modala untuk proses produksi diatas mendorong grup band ini mencari

pihak-pihak lain yang mampu memberikan investasi modal sesuai dengan bentuk

kerjasama yang disepakati. (Sari, Vokalis Monophone band 2007)

Monophone band mengadopsi bentuk-bentuk Distro (distribution Outlet) pakaian

sebagai pihak sponsor yang memberikan investasi modal dengan balas jasa bentuk

kerjasama yang saling menguntungkan, diantaranya adalah dengan

mempromosikan produk-produk dari bentuk usaha distro secara langsung kepada

masyarakat umum. Adapun caranya adalah dengan adanya kecenderungan

mayarakat pecinta musik (khusunya anak muda) yang mudah terinspirasi untuk

meniru gaya atau seni berbusana para musisi idolanya membawa peluang bagi para

musisi itu sendiri untuk mempromosikan segala bentuk pakaian maupun atribut

yang dipakai pada saat konser dan diperoleh dari pihak sponsor.

Ipung juga mengemukakan bahwa kehadiran dari pihak sponsor sangat

berpengaruh dalam kegaiatan usaha mereka. Secara nyata kesuksesan grub band ini

untuk mengelola hasil karya mereka hingga pada dapur rekaman adalah dengan

adanya sponsor.

Pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan album selanjutnya dialokasikan

pada aspek-aspek yang berkaitan mendukung proses terlaksananya segala bentuk

usaha mereka. Perolehan pendapatan secara matematis di potong 20% untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

71

dialokasikan pada pihak sponsor, sedangkan yang 80% dia lokasikan pada

keperluan grup meliputi potongan terhadap biaya operasional produksi yang

sebelumnya sudah dikeluarkan selama proses produksi, kas anggota, sekaligus pada

setiap individu atau personil grup sebagai bentuk pendapatan atas jerih payah yang

selama ini mereka lakukan.

Argumentasi yang sama juga dikeluarkan oleh Erdy selaku manajer sekaligus

personil dari Flower market band, yakni bahwa perihal keuangan yang berkaitan

dengan penyelengaraan bentuk usaha dari grup ini juga dipengaruhi oleh keberdaan

pihak lain yaitu sponsor. Secara umum pengalokasian pendapatan baik dari hasil

konser secara langsung (live performance) ataupun dari hasil penjualan album yang

telah berhasil diproduksi adalah sama yaitu dengan tahap pemotongan pendapatan

untuk dialokasikan pada pihak sponsor, pemotongan pendapatan untuk keperluan

kas anggota, dan pembagian atas pendapatan terhadap seluruh anngota atau personil

band itu sendiri.

Kesimpulan yang diperoleh dari hal diatas adalah bahwa pola pengelolaan

keuangan dari Monophone band dan Flower Market band selaku band-band indie

adalah sama. Letak perbedaaan dari kedua band tersebut adalah pada besarnya

presentase pengalokasian pendapatan yang telah diperoleh sesuai dengan

kesepakatan dari masing-masing band. Hal lain yang memunculkan perbedaan

adalah bentu-bentuk kerjasama yang dilakukan dengan pihak sponsor berkaitan

dengan proses kegiatan usaha.

Dalam hal bentuk kerjasama dengan pihak sponsor Flower Market band menjalin

kerjasama hanya dalam hal pembagian keuntungan atas pendapatan yang diperoleh

dari hasil penjualan album. Pembagian tersebut didasarkan pada besarnya investasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

72

modal yang pernah dikeluarkan oleh pihak sponsor dalam mendukung grup ini

melaksanakan kegiatan usahanya.

Secara singkat pola pengelolaan keuangan komunitas musik indie dapat

digambarkan kedalam sebuah bagan seperti dibawah ini.

Bagan V.2. Arus Pola Pengelolaan Keuangan Komunitas Musik Indie

Penyediaan Modal

Menentukan BOP

Sponsor Investasi Dana Pribadi/ Anggota

Menentukan Harga Pokok

Produksi

Pendapatan

Live Performance

Penjualan Album

Alokasi Pendapatan

Pemenuhan BOP

Kas Anggota dan Manajemen terkait

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

73

D. Pola Pengelolaan Pemasaran Komunitas Musik Indie

Dalam melaksanakan kegiatan usahanya selain dari melakukan proses

produksi, faktor lain yang dilakukan oleh komunitas musik indie dalam upaya

mengenalkan produk (album rekaman) yang telah dihasilkan adalah melalui

proses pemasaran.

Pemasaran merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mengenalkan

produk yang dihasilkan secara langsung kepada konsumen sehingga secara

pribadi masyarakat mampu menilai apakah produk tersebut layak mereka

konsumsi atau tidak. (Effendi, Ekonomi pemasaran. 1996, hal 43)

Maraknya dunia entertainment khususnya bidang musik membawa

dampak ketatnya persaingan para musisi atau band dalam meraih pangsa pasar

para pengemar musik. Ketatnya persaingan tersebut memunculkan ketatnya

pula strategi pemasaran yang dilakukan oleh berbagai jenis, aliran, atau genre

musik dari band-band atau musisi yang ada.

Dampak modernisasi teknologi membawa komunitas indie untuk membuat

strategi khusus dalam memasarkan produk yang telah dihasilkannya. Seperti

yang telah kita tahu media televisi sudah didominasi oleh iklan- iklan produk

musik yang berbenderakan Major Label, namun dengan landasan misi inggin

merasa diakui bahwa mereka ada komunitas indie juga memasuki media

tersebut sebagai salah satu wadah atau media untuk memasarkan produknya

terhadap masyarakat banyak.

Selain media televisi media-media lain yang digunakan oleh komunitas

musik indie dalam memasarkan produk mereka adalah melalui internet yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

74

dengan membuat Web site yang merupakan salah satu program elektronik

dimana seseorang atau siapapun dapat mengakses secara bebas segala

informasi berkaitan dengan berbagai hal yang inggin diketahui hingga pada

proses transaksi jual beli. Latar belakang pengambilan media internet sebagai

salah satu media yang digunakan dalam proses pemasaran adalah asumsi

bahwa dijaman yang serba modern saat ini hampir segala bentuk kegiatan

tidak terlepas dari media elektronik, komputer atau internet sehingga

memunculkan peluang yang cukup besar bahwa produk yang dipasarkan

melalui media ini akan dengan cepat bisa dikenal masyarakat luas.

Media lain yang digunakan komunitas indie memasarkan produknya yaitu

tabloid, ataupun surat kabar. Diilhami dari minimnya modal atau keuangan

yang mereka miliki memunculkan ide yang dijadikan sebagai strategi

komunitas musik indie untuk memasarkan produk mereka, yaitu dengan

menciptakan berbagai bentuk kerjasama dengan berbagai pihak termasuk

diantaranya adalah dengan media surat kabar.

Maraknya komunitas indie yang berkembang di Yogyakarta tidak hanya

bergerak dalam aspek musik saja, selain itu ada pula komunitas-komunitas

yang bergerak dalam bidang lain namun masih dalam kategori indie,

diantaranya adalah komunitas film indie, komunitas majalah indie, komunitas

garmen indie dan lain sebgaianya. Keberadaan dari komunitas indie yang

bergerak dalam berbaga i bidang tersebut memberikan peluang terhadap

komunitas musik indie untuk membuat strategi pemasaran yaitu dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

75

menjalin kerjasama dengan komunitas-komunitas lain yang ada dengan sifat

saling menguntungkan.

Selain dari media-media yang sudah disebutkan diatas banyaknya stasiun-

stasiun radio lokal yang ada di Yogyakarta seperti Geronimo FM, Suara Gama

FM, dan stasiun radio lainnya tidak luput dari sasaran komunitas indie dalam

memasarkan produk mereka yaitu melalui program yang dikenal Indie 10

yang bertujuan untuk menyiarkan secara langsung 10 musik indie yang

dianggap populer dikalangan masyarakat pecinta musik. Seperti yang

diungkapkan oleh Lukas Adi prasetya yang mengungkapkan:

Band-band indie di Yogyakarta biasanya mengawali jalan panjang mereka dengan

mengirim demo -demo lagu ke stasiun radio. Misalnya Geronimo yang memiliki Ajang

Musikal yang diputar seminggu sekali. Selain Geronimo, Swaragama, Prambors FM, dan

Star FM juga punya acara serupa. "Ajang Musikal sudah ada sejak tahun 1996. Di sini

kami memutar 20 lagu dari 10 band indie asal Yogyakarta. Masing-masing band kami

putarkan dua lagunya. Namun, lagu yang bisa naik tentu yang sesuai style kami," ujar

Henky, Promotion Staff Geronimo. Yang fantastis adalah setiap hari Geronimo minimal

menerima kiriman demo dari 10 band indie. (Lukas Adi Prasetya, www.indie.com)

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa segala bentuk media yang

memberikan peluang besar terhadap proses pemasaran terhadap karya-karya

dari komunitas musik indie agar mampu dikenal masyarakat dengan segera

akan dimasuki komunitas tersebut dengan didasarkan pada berbagai bentuk

kerjasama dalam upaya menyusun strategi agar karya-karya mereka mampu

dikenal oleh masyarakat luas khusunya para pecinta musik.

Perkembangan lain yang memberikan ruang gerak terhadap pemasaran

komunitas musik indie adalah maraknya acara-acara atau event-event yang

kini banyak mengusung identitas indie. Salah satu contoh adalah munculnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

76

acara Made In Indonesia setiap sabtu jam 19.30 di Lativi dengan moto “boleh

dibeli jangan dibajak” yang menyuguhkan band-band baru yang belum masuk

dalam major label untuk digojlok dan diuji seberapa besar kemampuan mereka

dalam bermusik. Tak hanya sampai disitu band-band atau musisi yang telah

mendaftarkan diri tersebut memperoleh kesempatan melihat secara langsung

seberapa besar presentase para pengemar musik menilai hasil karya mereka.

Dan tanpa persyaratan khusus dengan segera perusahaan-perusaahan sekelas

Major Label akan segera melakukan taken contrac (memberikan tanda tangan

kontrak) sebagai pihak yang mau mengelola band tersebut dengan acuan

menunjukan hasil penilaian bahwa lebih dari 50% masyarakat pengemar

musik menilai musik mereka dapat diterima dan dinilai bagus.

Selain dari acara Made in Indonesia, muncul juga acara-acara lain

ditelevisi yang membuka diri terhadap komunitas musik indie. Contoh lainnya

adalah adanya program MTV local habis yang disajikan setiap hari jam 12

siang. Program salah satu televisi tersebut bertujuan bahwa segala bentuk

album atau video klip dari musisi atau band yang memiliki jenis, aliran atau

genre yang berbeda-beda memiliki peluang yang sama akan di putar distasiun

televisi tersebut sehingga karya-karya mereka dapat diketahui atau dinilai oleh

masyarakat umum dan tentunya mampu meraih pasarnya sendiri-sendiri.

Dalam memasarkan produknya komunitas indie membuat cover (sampul)

album mereka dengan bentuk atau desain khusus yang ditujukan untuk

menarik minat pengemar musik agar membelinya. Selain itu demi

mendapatkan pengakuan dari masyarakat akan karya-karya mereka komunitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

77

indie rela memajang album rekaman mereka ke internet- internet secara gratis

dan para pengemar musik tinggal mengaksesnya saja.

Untuk mencegah ketidakpuasan konsumen dalam membeli produk (album)

mereka secara langsung, komunitas indie memberikan service atau jaminan

terhadap produk mereka yang dinilai rusak atau tidak dapat diputar untuk bisa

ditukar dengan yang baru selama tidak melebihi masa garansi yang telah

ditentukan. Karena sungguh dimaklumi bahwa kemasan produk dalam bentuk

CD sangat riskan terhadap kerusakan, kebijakan diatas diambil sebagi upaya

memuaskan konsumen, karena bagaimanapun komunitas indie menganggap

bahwa pembeli adalah raja yang harus memperoleh pelayanan sebaik

mungkin.

Bagan V.3. Arus Pemasaran Komunitas Musik Indie

Live

Performance

Media Radio

Loka l

Media

Komputer/ Internet

Sponsor

Media Surat

Kabar

Media

Televisi

Konsumen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

78

E. Pola Pengelolaan Personalia Komunitas Musik Indie

Bidang personalia adalah salah satu bidang yang berkaitan dengan kinerja

individu atau perseorangan dalam sebuah kegiatan usaha. Selayaknya seperti

bentuk-bentuk usaha yang lain, komunitas musik indie menerapkan

pengelolaan personalia melalui beberapa tahap, mencakup:

1. Perekrutan personil atau anggota band

Dalam tahap ini pihak manajemen biasanya melakukan observasi

terlebih dahulu pada teman-teman terdekatnya atau pada band-band yang

sudah ada dalam memutuskan perencanaan untuk membuat sebuah grup

band dengan aliran, jenis, atau genre yang telah ditetapkan. Namun dalam

komunitas Indie yang kebanyakan terjadi justru adalah sebuah band

terbentuk sendirinya melalui proses sosialisasi antar individu yang

memiliki kesamaan selera akan sebuah jenis, aliran, atau genre musik

tertentu.

Perekrutan atau penambahan anggota baru disini hanya

dimaksudkan sebagai langkah yang digunakan untuk mengantisipasi

adanya perpecahan dalam anggota grup band yang menuntut untuk

menampilkan sosok atau individu baru sebagai pengganti individu lain

yang bermasalah atau keluar dari struktur keanggotaan grup band yang

berkaitan.

2. Penempatan anggota band sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-

masing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

79

Selain dari perkrutan anggota, faktor lain yang dapat

mempengaruhi kenerja dalam menjalankan usaha adalah penempatan

anggota secara individu sesuai dengan ketrampilan (skill) yang

dimilikinya. Kesalahan dalam penempatan individu yang tidak sesuai

dengan bidang yang dikuasainya berdampak pada kurang maksimalnya

hasil yang nantinya akan diperoleh.

Oleh sebab itu dalam bidang musik, komunitas musik indie

memiliki acuan yang dijadikan sebagai salah satu strategi khusus dalam

upaya mencapai keingginan sesuai tujuan mereka yaitu menghasilkan

Album yang diterima masyarakat luas. Strategi tersebut adalah dengan

menempatkan personil atau anggota band yang benar-benar sesuai dengan

keahlian yang dimiliki.

Sebagai bentuk contoh konkretnya untuk merekrut seorang gitaris

(pemain gitar) band yang bersangkutan benar-benar mencari seseorang

yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut, salah satu caranya adalah

dengan audisi. Audisi merupakan sebuah bentuk tes penilaian dimana

seseorang atau individu wajib mempertontonkan keahlian atau ketrampilan

mereka khususnya pada bidang musik yang nantinya diawasi atau dinilai

oleh pihak manajemen band yang bersangkutan apakah sesuai dengan

kriteria yang mereka harapkan atau tidak. Pengkriteriaan atau bentuk-

bentuk penilaian audisi didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang

telah disepakati bersama oleh seluruh anggota atau personil dari grup band

yang bersangkutan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

80

3. Memperhatikan dana kesejahteraan seluruh anggota

Dalam tahap ini pihak manajemen dituntut untuk mampu menghargai

kinerja seluruh anggota melalui proses pendistribusian pendapatan yang

selama ini mereka peroleh.

Pada dasarnya pendapatan yang sudah diperoleh tidak sepenuhnya di

distribusikan langsung pada seluruh anggota, melainkan terlebih dahulu

diambil 50% untuk kas yang nantinya dapat sewaktu-waktu dipergunakan

jika muncul biaya-biaya tak terduga yang harus dikeluarkan.

Jumlah nominal bukanlah tujuan utama dari komunitas musik indie

dalam menjalankan kreativitas usahanya dalam bidang musik. Namun

transparansi pendistribusian pendapatan yang dihasilkan kepada seluruh

anggota terkait merupakan suatu bentuk penghargaan atas segala jerih

payah atau kinerja seluruh individu yang nantinya mempu memberikan

semangat kebersamaan untuk terus melakukakn kreativitasnya dalam

bermusik dengan hasil yang optimal.

Ketidaktransparanan dalam pendistribusian pendapatan dapat

melahirkan berbagai masalah intern dalam sebuah grup band. Hal tersebut

sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh Aryo selaku Bassis (pemain alat

musik bass) sekaligus manajer dari salah satu band indie Jogja yaitu

Apollo-10 Band, bahwa:

“Pendistribusian pendapatan kepada seluruh anggota band adalah hal yang sangat

penting. Jika hal tersebut dilakukan dengan tidak transparan dapat menimbulkan

perpecahan antar personil atau anggota grup, hal itu dipicu dari asumsi bahwa

dalam grup tersebut tidak ada keterbukaan sehingga mampu melahirkan persepsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

81

individu untuk berfikir negatif, seperti persepsi adanya pembedaan jumlah nominal

yang didapat tiap individu, yang akhirnya dinilai tidak adil oleh pihak lain”.

Oleh karena hal diatas memperhatikan dana kesejahteraan terhadap

seluruh anggota merupakan tahapan yang tak kalah penting. Sebagai upaya

menghindari munculnya permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan

kesejahteraan tiap anggota, komunitas indie menerapkan stategi khusus

yaitu memberikan distribusi dana kesejahteraan yang transparan dan sama

rata bagi setiap individu maupun pihak manajemen yang berkaitan.

4. Melakukan evaluasi terhadap kinerja seluruh anggota yang ada

Dalam tahap ini bentuk evaluasi terhadap kinerja seluruh anggota

band indie pada umumnya diperoleh dari:

a) Live Performance (penampilan dalam konsep panggung) grup band

baik saat melakukan latihan atau bermain musik secara lansung yang

nantinya dinilai bersama-sama oleh seluruh anggota dan pihak

manjemen yang berkaitan. Penilaian ini ditujukan untuk menilai

perkembangan ketrampilan setiap individu dalam mengoperasionalkan

peralatan musik sesuai dengan bidangnya masing-masing

b) Disiplin waktu, ya itu bentuk penilaian yang didasarkan pada ketepatan

kehadiran seluruh anggota dalam menjalankan proses latihan yang

sudah dijadwalkan secara tetap dalam mengembangkan kreativitas

bermusik secara bersama-sama dalam bentuk Band.

c) Sosialisasi antar anggota dan pihak manjemen yang terkait, yaitu

bentuk penilaian yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan seluruh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

82

individu dalam grup sebagai simbol keluarga kecil yang membutuhkan

keterbukaan dan kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama.

5. Menentukan sanksi-sanksi khusus apabila terjadi pelanggaran-pelanggaran

baik antar anggota atau dengan pihak manajemen sebagai pemacu

kedisiplinan.

Pada tahap ini seluruh anggota dan pihak manajemen yang terkait

memiliki tanggungjawab yang sama terhadap berbagai kebijakan yang

akan diambil jika terjadi berbagai ketimpangan atau permasalahan yang

dimunculkan oleh tiap individu dalam grup. Kesepakatan tersebut dapat

berupa sanksi-sanksi khusus yang telah disepakati bersama ketika

pelanggaran tersebut benar-benar terjadi. Salah satu contoh konkret seperti

yang dikemukakan oleh Dimas jack selaku salah satu personil dari Captain

OI band (band indie Jogja), yaitu:

“saya pernah telat datang ketika grup band saya melakukan latihan, harusnya kami

mulai latihan jam 14.00 disalah satu studio musik tapi saya datang jam 14.30,

sesuai konsekuensi yang sudah disepakati bersama saya harus membayar biaya

pemakaian jasa studio musik yang saat itu kita pakai latihan. Sendainya jauh hari

sebelumnya saya memberitahu bahwa hari itu saya berhalangan hadir karena ada

keperluan tertentu sebenarnya tidak akan seperti itu kejadiannya, tapi sudahlah saat

itu memang saya yang salah…”

Dari contoh diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa sanksi-

sanksi yang disepakati dalam komunitas musik indie bersifat fleksibel atau

menyesuaikan dengan keadaan pihak yang melakukan pelanggaran. Sanksi

akan diterapkan secara tegas ketika pelanggaran yang dilakukan murni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

83

kelalaian dari masing-masing anggota. Namun tidak menutup

kemungkinan bahwa sanksi-sanksi yang telah disepakati justru tidak

diberlakukan atau dijalankan menimbang batas toleransi yang sudah

dipahami oleh seluruh anggota grup ketika dihadapkan pada

kemungkinan-kemungkinan melakukan kegiatan lain yang bersifat

mendesak atau tidak dapat ditinggalkan.

Bedasarkan pada tahapan-tahapan yang dimunculkan komunitas

musik indie dalam melakukan pengelolaan usaha khususnya disektor

personalia, tolok ukur yang dijadikan acuan sebagai upaya

memaksimalkan bentuk usaha tersebit meliputi tiga unsur:

a) Pendidikan, yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing

personil dalam grup khususnya aspek musik. Unsur ini diperoleh dari

berbagai sumber meliputi buku, interaksi antar sesama musisi, maupun

dari media-media lain termasuk media televise dan surat kabar yang

banyak menyajikan berbagai ragam konsep tentang musik.

b) pelatihan, yaitu proses kerjasama antar seluruh anggota yang terkait

dalam mengapresiasikan gaya atau seni bermusik. Dalam hal ini

seluruh personil diharapkan mampu melatih skill (ketrampilan) mereka

dalam mengoperasionalkan alat-alat musik sesuai dengan bidangnya

masing-masing. Latihan dari konsep individual kemudian dipersatukan

dalam bentuk grup dengan cara melakukan latihan bersama dengan

harapan setiap personil mampu menemukan segala kekurangan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

84

individu atau personil yang lain dengan harapan mampu diketemukan

keselarasan.

c) Pengembangan, yakni sebuah upaya mengapresiasikan seni bermusik

secara lebih luas. Dalam hal ini komunitas indie mengembangkan seni

bermusik mereka dengan memanfaatkan berbagai media maupun

teknologi yang muncul akibat modernisasi. Bnetuk pengembangan

yang dilakukan komunitas ini adalah dengan cara menguasai segala

bentuk macam peralatan musik yang ada yang nantinya mampu

digunakan untuk ,e,unculkan bentuk instrument musik yang berbeda.

Secara singkat arus pola pengelolaan personalia komunitas musik

indie dapat digambarkan kedalam bentuk bagan seperti yang ada dibawah

ini.

Bagan V.4. Arus Pola pengelolaan Personalia Komunitas Musik indie

Manajer

Perekrutan personil/ Anggota

Penempatan Personil/ Anggota Sesuai Bidangnya

Menciptakan Sanksi-sanksi

Memperhatikan Dana Kesejahteraan Anggota

Secara Acak Audisi

Kegiatan Usaha

Evaluasi Seluruh Kinerja Anggota

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

85

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara garis besar pola pengelolaan usaha komunitas musik indie yang

mencakup pola pengelolaan produksi, pola pengelolaan keuangan, pola

pengelolaan pemasaran, dan pola pengelolaan personalia belum dikelola

dengan baik dan terkesan masih minimalis. Hal tersebut didasarkan pada

masih banyaknya kendala-kendala yang muncul dalam berbagai sektor dan

secara rinci dapat dijelaskan seperti dibawah ini:

1. Pola pengelolaan produksi

Proses produksi yang dilakukan oleh komunitas musik ind ie masih

bersifat insidental (spontan) atau dilakukan tanpa ada perencanaan yang

matang pada masa bentuk usaha tersebut baru akan dijalankan. Dampak

yang ditimbulkan adalah tidak adanya target (tujuan) terhadap jumlah

produk yang inggin dihasilkan.

Prinsip dasar yang digunakan oleh komunitas musik indie dalam

menjalankan proses produksi hanyalah terpaku menggunakan sarana dan

prasarana dengan beban biaya murah atau mungkin fasilitas lain yang

bersifat gratis hal tersebut dilatarbelakangi kurangnya penyediaan modal

usaha yang seharusnya disiapkan dan direncanakan dalam melakukan

sebuah kegiatan usaha.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

86

2. Pola pengelolaan pemasaran

Dalam bidang pemasaran produk atau hasil produksi yaitu berupa

album musik rekaman masih terbentur pada kurangnya penyediaan modal,

sehingga proses pemasaran tidak dapat dilakukan secara maksimal.

Media-media yang dipakai oleh komunitas musik indie dalam memasarkan

produk mereka antara lain melalui:

a) media cetak atau surat kabar, tabloid

b) media elektronik yaitu stasiun televisi, komputer (internet)

Selain dari media-media diatas salah satu cara yang dipakai komunitas

musik indie dalam menjalankan proses pemasaran adalah dengan

melakukan kerjasama yang saling menguntungkan (mutualisme) dengan

bentuk-bentuk usaha lain seperti Distro (Distribution Outlet) pakaian, atau

dengan sponsor-sponsor yang terkait dengan cara menitipkan produk

mereka secara langsung ditempat usaha dari berbagai pihak tersebut

beroperasi. Sebagai bentuk timbal baliknya komunitas musik indie

berkewajiban untuk memakai produk-produk dari pihak yang sekaligus

menjadi sponsor saat band-band tersebut mengikuti event-event atau

pentas musik secara live performance (konsep panggung).

Gaya hidup para pengemar musik yang cenderung inggin meniru gaya

(style) para musisi idolanya membuka peluang para musisi atau band

untuk mempromosikan gaya berpakaian mereka, gaya rambut, merek alat

musik yang dipakai, dan lain sebagainya. Dilatarbelakangi oleh alasan

seperti diatas maka komunitas musik indie melakukan kerjasama dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

87

hal promosi (pengenalan) produk dengan pihak-pihak atau badan usaha

yang bergerak dalam bentuk usaha diberbagai bidang.

3. Pola pengelolaan keuangan

Pola pengelolaan keuangan yang dijalankan dalam komunitas

musik indie masih tergolong minimalis (kecil). Hal tersebut didasarkan

pada perolehan hasil produksi dan pendapatan yang jumlahnya tidak tetap.

Secara rinci kekurangan dalam sektor keuangan dapat diterangkan sebagai

berikut:

a) Kurangnya atau minimnya modal yang dimiliki

b) Belum adanya anggaran khusus yang mencakup segala biaya yang

harus disiapkan dalam mengoperasionalkan kegiatan usaha.

c) Segala bentuk biaya yang dikeluarkan masih diambil dengan metode

patungan, yaitu setiap individu atau anggota diwajibkan untuk

mengeluarkan sejumlah nominal tertentu dan sama besar dalam

membiayai segala bentuk aktivitas usaha mereka.

d) Belum memiliki target besarnya pendapatan yang inggin diperoleh.

e) Dana kesejahteraan yang didistribusikan pada seluruh individu atau

anggota memiliki besaran yang tidak pasti.

Keberadaan struktur keanggotan yang berpusat pada pihak manajer

memunculkan fungsional tersendiri pada pihak ini berkaitan dengan pola

pengelolaan keuangan yang dikelola.

Maka dapat disimpulkan bahwa Manajer dalam aspek ini memiliki

fungsi- fungsi sebagaimana berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

88

a) Menentukan besarnya iuran yang harus dikeluarkan oleh tiap anggota

berkenaan dengan penyediaan modal usaha

b) Menjadi pihak yang bertanggung jawab penuh atas penyimpanan

keuangan yang dimiliki

c) Menjadi pihak yang dominan mengambil keputusan atas besarnya

pendapatan yang inggin diraih mencakup:

1) tarif atau harga Live Performance (konsep Pnggung)

2) tarif atau harga album yang akan dipasarkan

d) Menjadi pihak yang berwenang untuk mendistribusikan besarnya

pendapatan yang telah diperoleh untuk kepentingan seluruh anggota

sesuai dengan kesepakatan

e) Menjadi pihak yang dominan memiliki tugas mengelola segala bentuk

biaya yang harus dikeluarkan mencakup proses produksi hingga pada

pengemasan produk.

f) Menjadi pihak yang berwenang menentukan besarnya biaya yang akan

dikeluarkan untuk keperluan latihan seluruh anggota, yaitu meliputi

tarif yang dipakai batasan dalam penentuan lokasi studio musik yang

akan dipakai untuk latihan, atau besarnya biaya yang akan digunakan

untuk keperluan tambahan berkaitan dengan tambahan instrument

musik yang di ingginkan

4. Pola pengelolaan personalia

Dalam aspek ini komunitas musik indie memberlakukan struktur

keanggotaan yang dominan diatur atau dikepalai oleh seorang manajer

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

89

dalam mengelola seluruh kegiatan mencakup aspek pengelolaan

personalia.

Dasar-dasar dari pengelolaan personalia meliputi:

a) Perekrutan anggota, yaitu didominasi dengan sistem audisi yang

selanjutnya akan dinilai oleh seluruh anggota yang sudah ada dan

pihak manajemen yang terkait.

b) Segala kepentingan yang berkaitan dengan serangkaian kegiatan usaha

mencakup, pencarian sponsor, promosi, aspek keuangan, dan lain

sebagainya, hanya dikendalikan oleh pihak manajer dan belum ada

seksi-seksi khusus yang seharusnya ada dan dibentuk demi kelancaran

usaha.

c) Pendistribusian dana kesejahteraan seluruh anggota sepenuhnya di

limpahkan pada manajer selaku ketua dengan kesepakatan prinsip

sama rata.

d) Seluruh anggota dan pihak manajer menerapkan evaluasi kinerja setiap

individu secara bersama-sama dengan cara menetapkan jadwal waktu

tertentu untuk berdiskusi bersama membahas segala kekurangan yang

harus segera dibenahi.

e) Adanya sanksi-sanksi khusus yang disepakati bersama sebagai bentuk

konsekuensi atau tanggung jawab terhadap segala bentuk keteledoran

atau kesalahan yang dilakukan oleh tiap-tiap individu baik anggota

biasa maupun pihak manjemen yang terkait.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

90

B. Saran

Beracuan dari hasil penelitian yang berkesimpulan masih banyaknya

kendala ataupun kekurangan pola pengelolaan usaha yang dilakukan oleh

komunitas musik indie, maka sebagai bentuk perhatian akan masalah-masalah

yang dihadapi peneliti mampu mengeluarkan beberapa saran sebagai berikut:

1. Saran untuk pengelola musik (band) Indie

a) Dalam aspek proses produksi pengelola hendaknya memiliki acuan

berupa skema atau gambaran umum yang inggin dijalankan sehingga

pelaksanaan proses produksi tidak terkesan hanya bersifat accident

(spontan) melainkan sudah direncanakan dengan matang

b) Berkaitan dengan aspek keuangan maka dalam mengelola usaha

pengelola hendaknya mampu membuat perencanaan anggaran yang

nantinya akan dijadikan sebagai acuan atas besarnya biaya-biaya yang

harus dikeuarkan berkaitan dengan seluruh rangkaian kegiatan

usahanya baik dalam memenuhi keperluan proses produksi hingga

pada kesejahteraan para naggotanya sendiri

c) Berkaitan dengan aspek pemasaran, pengelola hendaknya mampu

mengelola bentuk usahanya dengan lebih matang. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan membuat catatan khusus atau berupa agenda yang

nantinya ditujukan untuk mencatat alternative media yang akan dipakai

dalam proses pemasaran produk yang telah dihasilkan. Selain itu

dalam hal ini pengelola dituntut mampu mencari pihak-pihak lain yang

mampu meningkatkan tahap pemasaran secara jelas dan pasti. Pihak-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

91

pihak tersebut dapat berupa sponsor ataupun donatur yang bersedia

menjalin sebuah kerjasama dalam bidang pemasaran

d) Berkaitan dengan aspek personalia, pengelola hendaknya mampu

mengelolanya dengan lebih matang yaitu dengan membuat acuan-

acuan yang nantinya dapat meningkatkan kreativitas kinerja seluruh

anggota. Hal tersebut meliputi:

1) Menentukan model perekrutan anggota secara jelas

2) Menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk kepentingan

kegiatan usaha

3) Menetapkan sanksi atau aturan secara tegas berkenaan dengan

segala bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh setiap anggota

4) Mampu mendeskripsikan pendapatan secara transparan kepada

seluruh anggota sekaligus sebagai bentuk antisipasi munculnya

asumsi dari para anggota atas pendistribusian pendapatan yang di

nilai tidak adil

5) Mampu menyusun bentuk-bentuk penilaian yang nantinya dapat

digunakan untuk mengevaluasi kinerja para anggota secara

individu atau perorangan. Contoh, disiplin waktu, skill

(ketrampilan) bermusik yang dimiliki, dan lain sebagainya

2. Saran untuk peneliti berikutnya

Banyaknya aspek yang berkaitan dengan bentuk usaha dibidang industri

musik rekaman memunculkan berbagai permasalahan yang sungguh rumit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

92

untuk dipahami. Oleh karena hal diatas maka peneliti memberikan saran

bagi para peneliti-peneliti baru yang tertarik untuk mengkaji lebih jauh

tentang pola pengelolaan usaha komunitas indie sebagai mana berikut:

a) Penelitian yang akan diambil hendaknya difokuskan pada salah satu

sektor saja, hal tersebut bertujuan agar data yang diperoleh lebih

lengkap dan secara rinci dapat dideskripsikan secara ilmiah

b) Beracuan pada penelitian yang sudah ada, peneliti yang selanjutnya

diharapkan mampu melengkapi proses penelitian yang akan dilakukan

dengan berbagai media visualisasi (kamera, video rekaman) hal ini

dipengaruhi akibat keberadaan komunitas musik indie yang rata-rata

belum memiliki tempat usaha yang jelas dan pasti

c) Keragaman aliran, jenis atau genre musik yang bermunculan

memunculkan saran bagi para peneliti baru untuk mampu memilih

obyek penelitian secara selektif berkaitan dengan perkemabangan

industri musik yang saat itu sedanga ngetrend atau populer

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Brenan, Julia. 1997. Memadukan Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Furchan, Arief., Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Usaha Nasional,

Surabaya-Indonesia Hardjana, Suka. 2004. Musik Antara Kritik dan Apresiasi. Jakarta: PT. Kompas

Media Nusantara. http://artikel.us/amhasan.html. Laju Produktivitas Komunitas”Indie Label” dalam

Dimensi Pasar Bebas. 14 Oktober 2004 http://www.kompas.com. “Indie Label”, Perlawanan Komunitas Lokal, oleh

Triyono Lukmantoro, Sabtu, 10 Februari 2007. http://www.kompas.com. “Indie dan Problematikanya”, oleh Syahrani, Senin 11

Mei 2007 http://www.indie news.com “Band Indie Jogja Garap Album Bersama” oleh

Admin, Sabtu 05 Agustus 2006 http://www.indie news.com. “Major Vs Indie Label” oleh Aditya Prasetya, Selasa

16 September 2007 http://www.Blank Magazine. Colorado 2003 Khor, Martin. 2003. Globalisasi: Perangkap Negara-negara Selatan. Yogyakarta:

Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas. Prof. Dr. Lexy. J. Moleong. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya. Bandung Suryawan, I Ngurah. 2003. Budaya Pop. Denpasar: Indie Pustaka Satya, Erwin 2001. Pendapatan Kaum “Indie” adalah Kepuasan. Bandung:

OutMagz Suryana, Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses.

Jakarta, Pustaka Pelajar Storey, John. 2007. Pengantar Komprehensif Teori dan Metode Cultural Studies

dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta: Jalasutra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

xv

Thomas, David C dan Kerr Inkson. Kemampuan Manusia Dalam Menghadapi Bisnis Global. The Handbook of Global Managers. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer.

Widjanarko, 2002. Pasar Global. Jakarta: Pustaka Pelajar Waruwu, E Satiadarma, P. 2003. Mendidik Kecerdasan. Jakarta: Pustaka Populer

Obor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

PEDOMAN WAWANCARA

Berdasarkan metode penelitian yang menggunakan analisis data deskriptif

kualitatif, maka diperlukan susunan pertanyaan yang akan digunakan sebagai

dasar wawancara dalam mengumpulkan data penelitian.

Berdasar pada asumsi di atas maka dapat disusun sejumlah pertanyaan

berkaitan dengan rumusan masalah penelitian sebagaimana berikut:

a. Personal Band

1. Siapa nama anda dan apa nama grup band yang anda ikuti?

2. Kapan grup band anda terbentuk?

3. Apa alasan grup anda memberi nama band anda seperti itu?

4. Adakah visi maupun misi khusus yang ingin diraih grup band anda

tersebut? Tolong terangkan!

5. Strategi apa yang digunakan grup band anda dalam menyiasati

persaingan dengan grup band lain yang sudah ada?

6. Aliran, jenis, atau genre musik yang seperti apa yang biasa grup anda

bawakan?

7. Selama ini lingkup atau wilayah mana saja yang pernah menjadi ajang

grup musik anda dalam berapresiasi?

b. Manajer

1. Siapa nama anda dan group musik apa yang memakai jasa anda

sebagai manajer?

2. Jenis, aliran, atau genre musik yang seperti apa yang anda kelola?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

3. Alasan apa yang membuat anda memilih aliran, genre, atau jenis musik

yang seperti sekarang ini, untuk tertarik mengelolanya?

4. Adakah tujuan khusus yang ingin anda raih selaku manajer band

terhadap seluruh anggota? Tolong terangkan!

5. Selaku manajer, strategi apa yang selama ini anda gunakan agar grup

band anda tetap dikenal dihati para pengemar musik?

6. Terdiri dari siapa saja struktur keanggotaan yang ada dalam grup

musik yang anda kelola?

7. Siapa tokoh yang bertanggungjawab penuh dalam grup band yang anda

kelola?

8. Secara umum kendala-kendala apa yang sering anda hadapi dalam

mengelola grup band tersebut?

c. Bagian Pemasaran

1. Siapa nama anda dan Grup band yang anda kelola?

2. Selama ini adakah harga khusus yang sudah menjadi patokan dalam

grup band anda dalam memenuhi permintaan dari konsumen?

3. Media apa saja yang biasa digunakan untuk menunjang kegiatan

promosi grup band anda dan apa alasannya?

4. Adakah symbol-simbol khusus yang digunakan dalam grup band anda

sebagai gambaran identitas dalam upaya menarik perhatian para

pengemar musik?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

5. Dalam proses penyalurannya, bagaimana kiat-kiat atau strategi anda

dalam mendistribusikan hasil produksi untuk bisa dinikmati secara

langsung oleh konsumen?

6. Sebagai bentuk pelayanan terhadap konsumen, adakah strategi khusus

yang anda tujukan kepada konsumen agar tidak merasa rugi dalam

membeli produk anda? Bagaimana bentuknya?

7. Sampai saat ini sudah berhasilkah metode pemasaran yang sudah anda

terapkan? Dan bagaimana kiat-kiat anda dalam melakukan strategi

pemasaran untuk masa yang akan datang?

d. Bagian Keuangan

1. Siapa nama anda, dan grup band yang anda ikuti?

2. Selama ini bagaimana cara grup band anda memperoleh modal usaha?

Adakah sumber modal lain (sebutkan jika ada)?

3. Digunakan untuk apa, atau adakah pembukuan khusus dalam mengatur

keuangan baik dalam hal pengeluaran atau pendapatan yang selama ini

sudah diperoleh?

4. Bagaimana cara anda mengelola keuangan berkaitan dengan

kesejahteraan anggota setiap personil grup band ini terhadap

pendapatan yang sudah terkumpul? Apakah mengunakan bagi hasil

sama rata, atau setiap personil mendapatkan nominal yang berbeda

sesuai dengan kinerja secara individu? Tolong jelaskan!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

5. Adakah anggaran khusus yang selama ini grup band anda miliki

berkaitan dengan biaya-biaya atau pendapatan yang sudah grup anda

terima?

e. Personalia

1. Tolong sebutkan nama anda, dan nama grup band yang anda kelola?

2. Bagaimana pola perkrutan anggota personil band selama ini anda

terapkan?

3. Adakah struktur khusus dalam penempatan anggota, dalam upaya

menghasilkan kinerja yang maksimal?

4. Strategi apa yang biasa anda gunakan untuk merekrut anggota baru

sebagai upaya mengembangkan potensi grup band tersebut? Jelaskan!

5. Strategi apa yang anda gunakan dalam upaya memperhatikan

kesejahteraan anggota? (ada kenaikan gaji, bonus,….sebutkan jika ada

bentuk yang lain)

6. Selama ini pernahkah terjadi perselisihan antar personil digrup band

anda ataupun perselisihan antara anggota dengan manajer? Dan

bagaimana anda menyikapi hal tersebut!

7. Adakah sanksi-sanksi khusus yang anda terapkan dalam membentuk

disiplin kerja di grup band yang anda kelola?

8. Bagaimana cara anda memberikan penilaian ataupun mengevaluasi

seluruh anggota berkaitan dengan kreativitas kerja mereka secara

personal?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_Full.pdf · POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band,

f. Produksi

1. Sebutkan nama anda, dan grup band yang anda kelola?

2. Selama ini bagaimana proses produksi grup band anda berlangsung?

dan berapa album yang berhasil anda buat?

3. Dari mana bahan baku (lirik lagu dan instrument musik) maupun

bahan penolong selama ini diperoleh? Apakah dari satu individu atau

setiap anggota memiliki tanggungjawab yang sama, tolong jelaskan!

4. Dalam bentuk apa hasil produksi yang telah dihasilkan grup band anda

dikemas?

5. Jika produk anda tidak habis terjual di masyarakat umum, bagaimana

kiat anda dalam menyimpan produk yang telah dihasilkan agar tidak

rusak?

6. Bagaimana cara menilai baik atau buruknya kualitas produk yang

sudah dihasilkan?

7. Adakah strategi khusus yang anda gunakan dalam hal perhitungan

BOP (biaya operasional produksi) dan harga pokok industri?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI