pola pengelolaan usaha komunitas musik “indie”repository.usd.ac.id/1953/2/011324008_full.pdf ·...
TRANSCRIPT
POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK
“INDIE”
(Studi Kasus: Monophone Band, Apollo-10 Band, Captain OI Band, Flower Market Band, Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
DI SUSUN OLEH :
EDY SISWANTO NIM : 011324008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta, 27 Mei 2008 Penulis (Edi Siswanto)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Edi Siswanto Nomor Mahasiswa : 011324008
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul Pola Pengelolaan Usaha Komunitas Musik “Indie”……………………………. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 27 Mei 2008 Yang menyatakan (Edi Siswanto)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
“…Rawe-rawe Rantas Malang-malang Putung…”
( Berjuanglah sampai titik darah terakhir demi cita-cita, Bung Tomo 1945)
Buah karya ini kupersembahkan untuk :
Bapa Jesus Kristus dan Bunda Maria Yang Tercinta Almarhum Ayahanda
Ibunda Yang Kukasihi……
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
POLA PENGELOLAAN USAHA KOMUNITAS MUSIK “INDIE” (Studi Kasus: Monophone Band, Apollo-10 Band, Captain OI Band, Flower
Market Band, Yogyakarta)
Edi Siswanto 011324008
Universitas Sanata Dharma 2008
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pola pengelolaan usaha yang dilakukan oleh komunitas musik indie, yaitu mencakup aspek produksi, pemasaran, keuangan, dan aspek personalia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang dilaksanakan pada Monophone Band, Apollo-10 Band, Flower Market Band, dan Captain OI Band pada bulan September 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh grup band indie yang ada di Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 4 grup band, diambil menggunakan purposive sampling, yakni berdasarkan album musik rekaman yang sudah dimiliki. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan analisa data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Pola pengelolaan produksi yang dilaksanakan hanya bersifat insidental, tanpa
ada perencanaan yang lebih matang. 2. Pola pengelolaan pemasaran selain dominan melalui konser panggung (live
performance) juga melalui berbagai media seperti surat kabar, internet, televisi dan radio lokal.
3. Pola pengelolaan keuangan yang dilaksanakan masih minimalis, yakni tidak dimilikinya modal tetap usaha maupun besarnya pendapatan yang akan diraih. Sehingga baik biaya maupun besaran dana yang dikeluarkan untuk kesejahteraan anggota memiliki besaran yang tidak pasti.
4. Pola pengelolaan personalia didominasi oleh keberadaan manajer band yang memiliki tanggung jawab penuh atas kegiatan produksi, pemasaran, keuangan, ataupun personalia dan didukung oleh pihak-pihak lain sebagai anggota.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT THE PATTERN OF MANAGEMENT OF “INDIE” MUSIC COMMUNITY
(A Case Study of: Monophone Band, Apollo-0 Band, Flower Market Band, Captain OI Band, Yogyakarta)
Edi Siswanto 011324008
Sanata Dharma University Yogyakarta
2008
The research aims to describe the pattern of the management of indie music community, which includes four aspects like production, marketing, finances, and personnel. The research is an Explorative Description research conducted at Monophone Band, Apollo-10 Band, Captain OI Band, and Flower Market Band in September 2007. The populations of this research were 4 group bands required by purposive sampling, based on indicator like album music record. The techniques of data analysis were interview, observation, and documentation. Data analysis method used in this research was qualitative data analysis. The result of this research shows that: 1. The pattern of production management which is done is just accidental,
without well plan management. 2. The pattern of marketing, besides the dominant factor, namely life
performance, done by some means of media like newspaper, internet, TV and local radio.
3. The pattern of financial management is very simple. There is no fixed capital and no good management in managing the future income so the cost of production and the wages of the personnel are not certain.
4. The pattern of personnel management is dominated by the manager of the band group who is responsible for the activity of production, marketing, finance as well as the personnel and other members.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Tuhan atas kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul” Pola Pengelolaan Usaha Komunitas
Musik Indie” dengan baik.
Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis alami selama proses
penyusunan skripsi ini. Namun atas dukungan berbagai pihak penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan yang
baik ini penulis dengan tulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Sosial, Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi Universitas
Sanata Dharma dan selaku dosen pembimbing I yang senantiasa dengan penuh
kerelaan, kesabaran dan ketekunan membimbing serta mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Indra Darmawan, S.E.,M.Si., selaku Dosen pembimbing II yang
senantiasa dengan penuh kerelaan, kesabaran, dan ketekunan membimbing
serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Y.M. Vianey Mudayen, S.Pd yang telah memberikan masukan demi
kelancaran penulisan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
5. Almarhum ayahandaku tercinta yang walaupun tidak sempat melihat
keberhasilanku dalam menyelesaikan studi, pada akhirnya aku mampu
meneruskan cita-cita untuk meraih gelar sarjana.
6. Ibuku tercinta yang kini menjanda tetap memberikan cinta, semangat dan
motivasi agar aku bisa tetap survive dalam meraih cita-citaku.
7. Kedua kakakku yang dengan penuh pengertian memberikan perhatian dan
pengorbanan baik materi ataupun psikologis dengan harapan agar aku pantang
menyerah.
8. Bapak Heri Antono selaku dosen Prodi Sastra Indonsia, Fakultas Sastra,
Universitas Sanata Dharma yang telah begitu besar memberikan dorongan dan
motivasi baik materiil dan spiritual. Terima kasih banyak pak, mudah-
mudahan saya bisa membalas budi baik bapak.
9. Nonikku sayang yang rela bersabar hati dan menungguku untuk cepat meraih
gelar sarjana, untuk akhirnya kembali bersamanya.
10. Teman-teman mahasiswa PDU 2001 atas kebersamaannya selama kuliah
11. Sumanto, Lojon, Joyo, Sigit, Setip, Ronald, Srie P, Hohok, Bruno, Dion,
Agnes, Elis dan yang mungkin terlupakan, terimakasih atas dukungan dan
semangatnya.
12. Penghuni tetap Tutul 23b, Pegy, Nonok, Putra, Dewok, Wahde, Komang, Ale,
Martin yang sudah memberikan banyak masukkan dalam penulisan skripsiku.
Terimakasih kawan akhirnya aku mampu menyusul kalian juga…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
13. Kawan-kawan BMC AAYKPN, Samuel, Lobor, Komet, Gondang, Komeng,
Penjol, Sekar, Tolok, Lindut, Vita, Ana Piglet, yang telah memberikan ruang
untuk berbagi suka dan duka bersama.
14. Kawan-kawan Tunas Patria APMD, Zeca, Suryo, Teddy, Erwin, Moli, Om
Doel, Waley, Koko, Fitri dan yang mungkin tidak tersebut, makasih atas
dukungan kalian selama ini.
15. Semua pihak yang tidak tercantum namanya disini, namun telah banyak
berjasa bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga
kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan
semua pihak yang memerlukan.
Yogyakarta, Juni 2008
Penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………............... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………..... iv
PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………………………... v
MOTO…………………………………………………………………….. vi
ABSTRAK ……………………………………………………………….. vii
ABSTRACT ……………………………………………………………. viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………..... ix
DAFTAR ISI................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
A. Latar belakang Masalah……………………………………. ……... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………….. ……... 6
C. Tujuan Penelitian…………………………………………............... 7
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 7
BAB II LANDASAN TEORI….……………………………………….... 8
A. Globalisasi dan Budaya Pop………………………………………. 8
B. Perkembangan Industri Musik Nasional dan Internasional………. 14
C. Pasar Bebas dan Pasar Indie Label………………………………... 17
D. Prinsip Dasar Pengelolaan Usaha………………………………….. 18
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………. 27
A. Jenis Penelitian……………………………………………………...27
B. Subjek dan Objek Penelitian……………………………………... 27
C. Sumber Data………………………………………………………. 28
D. Populasi dan Sampel………………………………………………. 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
E. Teknik Pengumpulan Data………………………………………… 29
F. Metode Analisis Data……………………………………………… 30
G. Kisi-kisi Pedoman Wawancara…………………………………….. 33
BAB IV. GAMBARAN UMUM ………………………………………... 37
A. Sejarah Singkat Yogyakarta……………………………………….. 37
B. Letak Geografis…………………………………………………… 39
C. Kependudukan……………………………………………... …….. 39
D. Perkembangan Musik Yogyakarta dari Major Label Sampai Indie
Label……………………………………………………………… 40
E. Profil Band Indie Yogyakarta……………………………………. 45
1. Flower Market Band……………………………………......... 45
2. Monophone Band…………………………………………….. 47
3. Apollo-10 Band…………………………………………........ 48
4. Captain OI band……………………………………………… 50
BAB V. PEMBAHASAN…………………………………………............ 53
A. Komunitas Musik Indie Sebagai Perlawanan Anak Muda Terhadap
Monopoli Pasar oleh Pihak Major Label ………………………. 53
B. Pola Pengelolaan Produksi Komunitas Musik Indie………………. 58
C. Pola Pengelolaan Keuangan Komunitas Musik Indie……………... 63
D. Pola Pengelolaan Pemasaran Komunitas Musik Indie ……………. 73
E. Pola Pengelolaan Personalia Komunitas Musik Indie……………... 78
BAB VI. PENUTUP………………………………………………………. 85
A. Kesimpulan………………………………………………………… 85
B. Saran ………………………………………………………………. 90
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. xiv
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Pada masa Orde Baru masih berkibar kegiatan perekonomian di Negara
Indonesia seperti dibelenggu oleh sebuah pasungan yang menyebabkan
berbagai ketimpangan pasar. Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam mengatur
perekonomian, tidak jarang selalu mengorbankan pasar-pasar kecil dengan
hanya beracuan pada keberadaan sebuah identitas pasar yang dinilai mampu
lebih banyak mendatangkan keuntungan. Bentuk-bentuk usaha yang bergerak
dalam sektor perkebunan ataupun pertanian dan lainnya yang pada mulanya
mendominasi, dengan segera tergeser oleh kehadiran bentuk-bentuk usaha
yang bersifat modern seperti industri migas, ekspor, impor, dan lain
sebagainya.
Dominasi bentuk-bentuk usaha yang lebih modern terhadap usaha-usaha
kecil dan menengah merupakan akibat dari kekalahan dalam proses pemasaran
yang cenderung dipengaruhi oleh modal. Kepemilikan modal yang minim
dalam usaha-usaha kecil atau menengah memaksa mereka untuk lebih bekerja
keras dalam usahanya untuk menjadi pesaing bagi bentuk-bentuk usaha
modern. Sedangkan asumsi yang lain adalah bisa jadi hal tersebut memang
sebuah unsur kesengajaan dari pihak-pihak tertentu yang berharap segala
bentuk usaha kecil sirna sehingga pasar secara global hanya dapat dikuasai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
oleh bentuk-bentuk usaha yang memiliki skala lebih besar atau identik
dipegang oleh pihak-pihak yang bermodal besar (kapitalis).
Bentuk-bentuk monopoli pasar tidak hanya tercipta dalam aspek
perdagangan saja, melainkan merambah hingga aspek-aspek yang lain seperti
pendidikan, budaya, dan lain sebagainya hingga tidak terkecuali adalah aspek
hiburan yaitu musik dan gaya hidup.
Musik merupakan bentuk media hiburan yang sedang ngetrend di era yang
sekarang ini. Tak ubahnya sebuah serum, trend tersebut mampu merasuk dan
menyebar dengan cepat keseluruh organ tubuh dan sekaligus
mengkontaminasi setiap orang yang terjangkiti sehingga mereka merasa
kecanduan untuk menikmatinya berulangkali. Seperti halnya yang terjadi
pada generasi muda sekarang, trend musik pun dengan cepat mampu merasuki
mereka dan dengan cepat pula menjelma menjadi sebuah kebiasaan yang
sepertinya wajib mereka konsumsi.
Berbagai macam jenis musik pun bermunculan dari Pop, Rock, Reggae,
Ska, dan masih banyak jenis lain yang mungkin masih akan bermunculan.
Tidak hanya dalam jenis musik saja yang menimbulkan keragaman, dengan
tidak mau kalah para pengemar dari berbagai macam jenis musik itupun
berusaha mengidentitaskan diri mereka sesuai dengan jenis musik yang
mereka sukai yang pada akhirnya juga menimbulkan keragaman. Seperti para
pengemar musik Punk menamakan diri mereka sebagai Punker, para
pengemar musik Reggae menamakan diri mereka sebagai Rasta Mania, begitu
juga bagi mereka-mereka yang suka musik Rock dengan tak mau kalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menyebut dirinya sebagai Rocker, dan mungkin masih banyak identitas-
identitas lain ada yang selalu menyesuaikan identitas mereka dengan jenis,
genre atau aliran musik yang mereka gemari.
Oleh karena hal di atas muncul asumsi masyarakat ditinjau dari sudut
pandang ekonomi, bahwa musik merupakan sebuah bidang usaha yang
bergerak dalam bidang jasa yang memiliki nilai jual yang tinggi, karena secara
kasat mata sangat diminati oleh seluruh lapisan masyarakat untuk
mengkonsumsinya. Berdasar pada asumsi tersebut dengan cepat para kaum
pemodal menciptakan peluang usaha dengan menciptakan perusahaan-
perusahaan industri rekaman dengan tujuan mampu memberikan kepuasan
bagi para pengemar musik untuk dapat menikmati alunan musik sesuai jenis-
jenis musik yang sedang ngetrend untuk dinikmati, entah itu musik Pop, Rock,
Reggae atau jenis musik yang lain.
Sebelum perusahaan industri musik rekaman ada, para pengemar musik
hanya mampu mendengar sekaligus menonton para musisi idola mereka pada
saat konser atau tampil secara langsung diareal terbuka, di layar televisi atau
pada moment-moment tertentu saja. Hal tersebut mengakibatkan para
pengemar musik sering dipaksa untuk merogoh sakunya lebih dalam hanya
untuk menikmati alunan musik yang mereka sukai. Sebagai contah jika hal
tersebut dibuat dalam perhitungan adalah, berapa jumlah biaya yang harus
dikeluarkan ketika inggin menonton konser para musisi idola mereka, belum
lagi ditambah biaya transportasi yang juga harus ditanggung jika lokasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
digunakan sebagai ajang konser berjauhan dengan rumah kediaman para
pengemar itu sendiri.
Berdasarkan acuan-acuan diatas dan sekaligus dampak dari modernisasi
maka tanpa mau menyia-nyiakan peluang yang ada, maka para pemodal yang
sebelumnya sudah memahami fenomena yang terjadi dengan segera
menjadikan hal tersebut sebagai lahan subur dalam berbisnis, yaitu dengan
mendirikan perusahaan industri musik rekaman. Sebut saja studio rekaman
dalam skala besar seperti Sony record music yang sampai sekarang mampu
mendominasi pasar musik rekaman dari studio-studio lain yang ada baik itu
lingkup nasional maupun internasional.
Di tengah derasnya budaya pop yang cenderung seragam, studio rekaman
yang sudah dikenal berskala besar seperti Sony record music, sering
diidentitaskan sebagai Major Label. Perusahaan ini mengadopsi aliran-aliran
musik yang tidak semaunya mereka pilih. Sasaran pihak major adalah jenis-
jenis musik yang sedang populer dikalangan masyarakat terutama para kawula
muda seperti sekarang ini, sehingga jenis musik lain yang dianggap sudah
tidak popular memiliki peluang yang kecil untuk bisa masuk keperusahaan ini.
Dampak susahnya jenis atau aliran musik yang sudah dianggap tidak
popular untuk masuk dalam perusahaan berkelas Major Label membuat
banyak para musisi vakum (berhenti dari kreativitasnya untuk sementara
waktu) dalam berkreasi dan beralih profesi. Kepercayaan diri mereka seperti
hilang karena jenis atau aliran musik yang biasa mereka bawakan sudah tidak
bisa lagi memuaskan hati para pengemarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Dari persamaan asumsi jenis atau aliran musik yang dinyatakan sudah
tidak populer dimasyarakat banyak, band-band ataupun musisi yang sulit
memperoleh peluang masuk dalam industri Major label melahirkan suatu
bentuk perlawanan bahwa mereka juga inggin diakui bahwa mereka ada.
Band-band tersebut akhirnya membentuk sebuah kelompok-kelompok dan
menjadi sebuah komunitas yang biasa di sebut dengan Indie1. Indie berarti cap
simbolik untuk menunjukkan semangat independent (merdeka), tanpa sudi di
kendalikan pihak manapun, terutama institusi pasar. ( Triyono Lukmantoro)
Di Yogyakarta tidak sedikit para musisi muda dengan berbagai bakat dan
talenta, ikut bergerak dalam bidang musik dengan berpayung pada indie label.
Mereka tidak lagi peduli untuk bisa masuk dalam kelas major label dengan
harapan bisa cepat terkenal ataupun memiliki nilai jual yang tinggi, karena
mereka mereka memilki asumsi bahwa setiap orang atau individu memiliki
selera musik yang berbeda-beda, sehingga tidak menutup peluang bahwa jenis
atau aliran musik tersebut adalah yang mereka bawa.
Sebut saja Flow Market Band, Produk, Apollo-10 Band, Monophone
Band, Captain OI Band, dan lain sebagainya, merupakan band-band yang
bernaung dalam identitas “Indie Label”. Dengan segala kemerdekaannya
mereka berjuang untuk mendapatkan pasarnya sendiri, dengan visi dan misi
diakui masyarakat banyak bahwa mereka memang benar-benar ada dengan
bukti autentik karya-karya mereka.
1 Dikutip dari artikel “Indie Label”, Perlawanan Komunitas Lokal, Triyono Lukmantoro, Kompas, Sabtu 10 Februari 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Prinsip dasar yang digunakan untuk memproduksi indie label adalah
merupakan manifestasi terhadap hegemoni pasar yang selama ini
menguntungkan media dominan. Indie label mencoba untuk melakukan
resistensi terhadap dominasi logika industri budaya (culture industry) yang
semakin meraksasa.
Dengan dasar ingin mendapat pengakuan dari masyarakat, sekaligus
sebagai upaya mensejajarkan diri dengan perusahaan Major Label maka,
dalam menjalankan kreativitasnya dalam bermusik komunitas indie
menerapkan sistem pengelolaan yang bersifat swadaya, yaitu pola-pola
pengelolaan yang sepenuhnya mereka jalankan sesuai dengan kemampuan
yang mereka meliki. Adapun bentuk-bentuk pengelolaan yang menjadi fokus
penelitian disini meliputi pola pengelolaan keuangan, pola pengelolaan
produksi, pola pengelolaan personalia, dan pola pengelolaan pemasaran.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari kerangka pemikiran diatas studi ini akan mengkaji masalah-
masalah pokok yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pola pengelolaan aktivitas produksi musik indie?
2. Bagaimana pola pengelolaan keuangan kelompok musik indie?
3. Bagaimana pola pengelolaan susunan personalia kelompok musik indie?
4. Bagaimana pola pengelolaan pemasaran kelompok musik indie?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk mencari data-data yang
dapat mendukung terhadap masalah penelitian antara lain:
1. Mendeskripsikan laju produksi yang dikelola oleh kelompok musik indie
2. Mendeskripsikan pengelolaan keuangan yang menyokong laju
produktifitas komunitas musik indie.
3. Mendeskripsikan perihal personalia yang menyangkut susunan perorangan
yang sudah ada dalam komunitas musik indie secara jelas.
4. Mendeskripsikan model-model pemasaran yang diambil oleh komunitas
musik indie dalam usahanya meraih pasar sesuai dengan apa yang mereka
ingginkan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
pengalaman bagi peneliti, sekaligus sebagai sumbangan bagi mahasiswa lain
yang tertarik menyikapi keterkaitan budaya pop yang sedang merajalela
dengan idealisme kemerdekaan dalam hal bermusik terhadap kegiatan
ekonomi menyangkut pola pengelolaan proses produksi, pemasaran,
personalia (struktur organisasi), dan permodalan dalam komunitas musik
“Indie”. Dengan harapan mampu merangsang bentuk-bentuk penelitian baru
yang lebih khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Globalisasi dan Budaya Pop
Indonesia merupakan Negara yang masuk dalam kategori Negara sedang
berkembang, dan identik dengan faham konsumerisme dalam memajukan
sektor pembangunannya.
Faham konsumerisme ditegaskan oleh Fiske, yaitu merupakan faham yang
menyatakan setuju atas pengekploitasian pendapatan terhadap segala bentuk
keingginan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain faham
ini menyatakan bahwa masyarakat akan cenderung selalu memiliki keingginan
terhadap sega la sesuatu yang mereka inggin peroleh atau miliki walaupun
tanpa didukung oleh segi keuangan yang mereka miliki. Misalnya masyarakat
lebih rela berhutang hanya untuk memiliki sebuah sepeda motor yang
sebenarnya suatu saat (jangka panjang) mampu mereka miliki dengan
perencanaan yang lebih matang, fenomena lain adalah banyaknya kalangan
pelajar yang rela menunda uang SPP hanya untuk digunakan membeli
HandPhone yang sedang ngetrend disaat itu, terdorong oleh asumsi yang
dijadikan sebagai alasan tidak mau dikatakan “udik” atau ketinggalan jaman.
Keberadaan perekonomian yang memang relatif masih tertinggal dalam
negara-negara sedang berkembang, mengadopsi paradigma-paradigma untuk
segera mengambil langkah sebagai cara untuk mengejar ketertinggalan dan
tanpa disadari kita sudah masuk dalam faham globalisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Adapun proses dari globalisasi itu sendiri muncul akibat dari keingginan
setiap negara untuk meraih kesetaraan posisi dengan negara-negara maju.
Beracuan pada perihal tersebut maka faham liberaralisasi perdagangan pun di
munculkan, yaitu kebebasan setiap negara untuk memasarkan segala bentuk
sumber daya alam, budaya, seni dan lain sebagainya sebagai asset yang selalu
berbeda dengan negara lain dengan tujuan lebih meningkatkan sektor
perekonomian negara itu sendiri.
Seperti halnya negara sedang berkembang lainnya, dengan mengadopsi
faham-faham liberalisasi tanpa disadari Indonesia juga sudah menjadi pelaku
faham globalisasi. Faham liberalisasi sangat jelas terlihat pada aktivitas-
aktivitas produksi, keuangan dan perdagangan sering didominasi oleh
institusi- institusi moneter internasional. Akibat yang ditimbulkan adalah
bahwa sektor nasional yang sudah dimiliki menjadi terbengkalai dan tidak
berkembang.
Berdasarkan konteksnya ciri utama dari globalisasi adalah peningkatan
konsentrasi dan monopoli berbagai sumber daya dan kekuatan ekonomi oleh
perusahaan-perusahaan transnasional, maupun oleh perusahaan-perusahaan
keuangan dan dana global. Proses ini ditandai dengan semakin sedikitnya
perusahaan transnasional yang mampu meraih pangsa besar atau peningkatan
proporsi secara cepat dari sumberdaya ekonomi, produksi dan pangsa pasar.
Globalisasi dalam perkembangannya mengadopsi berbagai faham budaya
baru tak terkecuali budaya pop. Budaya pop didefinisiskan sebagai salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
bentuk budaya populer, yaitu kecenderungan trend yang sedang ada dan
berkembang sebagai paradigma awam kelompok masyarakat.
Kelemahan negara sedang berkembang dalam menghadapi globalisasi
berakar dari sejumlah faktor. Secara ekonomi, NSB lemah untuk memulai
integrasi dengan pasar dunia karena rendahnya kapasitas ekonomi domestik
dan infrastruktur sosial sebagai warisan masa penjajahan.
Stuart Hall (dalam Storey 1994) menggambarkan budaya pop sebagai:
Sebuah arena konsensus dan resistensi. Budaya pop merupakan tempat di mana hegemoni muncul, dan wilayah dimana hegemoni berlangsung. Ia bukan ranah dimana sosialisme, sebuah kultur sosialis yang telah terbentuk sepenuhnya dapat sungguh-sungguh ‘diperlihatkan’. Namun, ia salah satu tempat dimana sosialis me boleh jadi diberi legalitas. Itulah mengapa budaya pop menjadi suatu yang penting.
Keberadaan globalisasi dan budaya pop merambah hingga pada aspek-aspek
tertentu tidak terkecuali aspek penelitian yaitu musik.
Pada 1941, Adorno mempublikasikan sebuah esai yang sangat
berpengaruh ‘On Popular Music’ (dalam Storey 1994). Tiga pernyataan
spesifik perihal musik pop, yaitu pertama, ia menyatakan bahwa musik pop itu
‘distandarisasikan’, dengan kata lain sekali pola musikal/ lirikal ternyata
sukses, ia dieksploitasi hingga kelelahan komersial, yang memuncak pada
kristalisasi standar. Untuk menyembunyikan standarisasi, industri musik
menggunakan apa yang Adorno sebut ‘Pseudo-individualisasi’ : dengan kata
lain, standarisasi hit-hit lagu manjaga para penikmat musik tetap menerimanya
dengan tetap mendengarkannya.
Pernyataan kedua, bahwa musik pop mendorong pendengaran pasif. Musik
pop beroperasi didalam semacam dialektika yang letih, yaitu untuk
mengkonsumsinya menuntut pengalihan dan pemalingan perhatian, sementara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
konsumsi terhadap musik pop menghasilkan pengalihan dan pemalingan
perhatian dalam diri konsumen.
Pernyataan ketiga, adalah klaim bahwa musik pop beroperasi seperti
‘semen sosial’. Fungsi sosial-psikologisnya adalah meraih penyesuaian fisik
dengan mekanisme kehidupan saat ini dalam diri konsumen musik pop.
‘Penyesuaian’ ini memanifestasikan dirinya sendiri dalam ‘dua tipe sosial-
psikologis utama perilaku massa’, yaitu tipe penurut “ritmis” dan tipe
“emosional”. Yang pertama menari-nari dalam pemalingan perhatian dalam
ritme eksploitasi dan operasinya sendiri. Yang kedua berkubang dalam
kesengsaraan yang sentimental, lupa akan kondisi eksistensi yang nyata.
Ditegaskan oleh argument Leon Resselson yang menganalisis bahwa
kekuatan dari industri musik adalah melalui pendekatan ekonomi politik
budaya, yaitu:
Lebih dari setiap seni pertunjukan lain, dunia lagu didominasi oleh lelaki berduit disatu sisi dan sensor moral terhadap media disisi lain.kemungkinan suara-suara alternatif yang membuat mereka didengarkan senantiasa lirih kadang kala, seperti saat ini, tidak ada. Merupakan ilusi bahwa lagua adalah komoditas yang tersedia secara bebas…kenyataanya adalah bahwa lagu merupakan properti privat dari organisasi-organisasi bisnis. (Leon Resselson)
Asumsi yang dibuat adalah bahwa industri musik menentukan nilai guna
produk-produk yang dihasilkan. Industri musik merupakan industri kapitalis,
karenanya produk-produknya adalah produk-produk kapitalis, dan juga
pembawa ideologi kapitalis.
Rosselson berpendapat bahwa ‘musik rakyat’ (lantaran asal-usulnya dalam
masyarakat prakapitalis maupun praktik-praktik ‘anti-komersial’nya dibawah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
naungan kapitalisme) merupakan musik alternatif bagi musik kapitalis dalam
industri musik.
Sebagaimana ditunjukkan Frith (1983), industri musik tidak menjual
single, gagasan hegemonik, melainkan sebaliknya sebuah medium yang harus
melalui ratusan gagasan yang berkompetisi mengalir yang pada akhirnya
pencarian keuntungan yang efisien tidak mencakup penciptaan ‘kebutuhan-
kebutuhan baru’ dan ‘memanipulasi’ khalayak melainkan, sebaliknya
pemberian respons pada kebutuhan-kebutuhan yang ada dan ‘pemuasan’
khalayak.
Dalam karya Stuart Hall dan Paddy Whanel (1964), bahwa ‘potret anak
muda sebagai orang lugu yang dieksploitasi’ oleh industri musik pop ‘terlalu
disederhanakan’.
Sosiolog Amerika Devis Riesman (1990) menaruh perhatian pada
bagaimana khalayak musik pop bisa dibagi dalam dua kelompok, ‘kelompok
mayoritas, yang menerima gambaran dewasa tentang anak muda secara agak
kritis, dan kelompok minoritas yang disitu beberapa tema pemberontakan
sosial terangkum. Sebagaimana ia tunjukkan, kelompok minoritas senantiasa
kecil.
Pemberontakan kelompok minoritas mengambil suatu bentuk simbolik
seperti tang ditegaskan oleh Riessman sebagaimana berikut:
Tuntutan terhadap standar penilaian dan standar selera yang tegas…, pilihan pada band-band kecil yang di iklankan dan tidak dikomersialkan ketimbang band-band yang sudah punya nama; pengembangan bahasa khusus (privat) atau untuk kalangan sendiri dan selanjutnya meninggalkannya ketika bahasa khusus itu (hal yang sama juga berlaku pada aspek-aspek lain gaya khusus) diambil alih oleh kelompok mayoritas. (Riesman, 1990)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Jadi, mengkonsumsi musik tertentu menjadi sebuah cara mengada (way of
being) di dunia. Konsumsi musik digunakan sebagai tanda yang dengannya
kaum muda menilai dan dinilai oleh orang lain. Menjadi bagian dari
subkultural anak muda berarti memperlihatkan selera musikal tertentu dan
mengklaim bahwa konsumsinya adalah tindakan kreasi komunal.
Menurut Riesman, tidak menjadi soal apakah komunitas itu bersifat nyata
atau imajiner. Yang penting adalah bahwa musik menyediakan sense
(pengertian) akan komunitas. Ia adalah komunitas yang tercipta melalui
tindakan konsumsi: ‘tatkala ia mendengarkan musik, bahkan jika tak ada
orang lain di sekelilingnya, ia mendengarkan dalam sebuah konteks “orang
lain” atau imajiner, tindakannya mendengarkan tentu saja seringkali
merupakan sebuah upaya menjalin hubungan dengan mereka’.
Tatkala kita mengatakan musik populer, seringkali yang ada di benak kita
adalah lagu. Sebagaimana Gabriel Marcus uraikan, 1‘kata-kata adalah bunyi
yang bisa kita rasakan lebih dahulu sebelum menjadi pernyataan-pernyataan
untuk dipahami’.
B. Perkembangan Industri Musik Nasional dan Internasional
Secara umum perkembangan industri musik lingkup nasional maupun
internasional belum bisa di paparkan secara jelas, hal ini akibat dari identitas
musik yang tidak lepas dari khasanah tradisi suatu wilayah yang selalu
memunculkan keragaman dalam perkembangannya.
1 Dikutip dari Frith 1983: 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Musik (music) bersumber dari kata “muse” yang kemudian diambilalih
kedalam bahasa Inggris dan jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dapat
diartikan sebagai bentuk ‘renungan’. Jadi pada hakikatnya musik adalah suatu
perenungan kehidupan.
Menurut Cambell (1977), musik lahir dari paduan ingatan manusia tentang
alam semesta ciptaan para dewa, dengan demikian musik tidak hanya
menghibur tetapi juga merupakan hasil perenungan penciptanya berdasarkan
ingatan- ingatan akan pengalaman hidupnya dan ketika disajikan pun akan
menggugah seseorang untuk merenungkan hidupnya seperti yang terungkap
dalam musik.
Habermayer (1999) menjelaskan bahwa musik adalah bagian integral dari
kehidupan seseorang karena musik merupakan aspek vital kehidupan
seseorang yang juga merupakan bahan dasar kehidupan yang menjadikan
seseorang memiliki hakikat sebagai manusia. Hal tersebut lebih dipertegas
oleh teori Brown (1997) yang mengatakan bahwa musik berkaitan langsung
dengan emosi (emotion) dan perasaan (feelings).
Globalisasi yang merambah hingga pada aspek hiburan yaitu musik,
mengadopsi penguasa-penguasa yang memiliki modal besar (kapitalis) untuk
mendirikan sejumlah perusahaan industri musik rekaman yang di adopsi oleh
pihak-pihak dari ‘luar’. Perusahaan-perusahaan tersebut dengan segera
meraksasa mendominasi perindustrian musik rekaman. Sebut saja EMI
(Entertainment Music Industrial) dan atau Sony Music Record (SMR) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
secara nyata menegaskan sebuah kebenaran bahwa mereka memayungi
industri musik yang komersial.
Bukan hanya di Indonesia, industri musik di tingkat internasional juga
membenarkan bahwa keberadaan industri musik rekaman merupakan sebuah
acuan kemajuan dari dunia musik. Sebut saja WBM (Warner Broz Music),
Atlantic Record, dan Sony Music Record yang juga mendominasi dunia musik
di luar negeri. (Colorado, 2003)
Keberadaan perusahaan-perusahaan industri rekaman yang dengan cepat
meraksasa, memberikan dampak bagi genre atau aliran-alairan musik yang
tidak memenuhi kriteria untuk bisa masuk dan dikomersialkan oleh
perusahaan-perusahaan tersebut.
Dengan berbenderakan ‘Major label’ perusahaan-perusahaan diatas
mampu memonopoli pasar musik baik lingkup nasional maupun internasional.
Adapun kriteria yang disesuaikan adalah bahwa jenis, genre atau aliran musik
yang berhak di komersilkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut adalah jenis,
aliran musik yang sedang populer atau memiliki prospek finansial yang tinggi.
Sebagai akibat dari pengkriteriaan industri musik yang dimonopoli oleh
pihak major label, terciptalah pemberontakan dari para musisi ataupun
komponis yang mengantungkan hidupnya secara total dalam bermusik.
Berbagai genre, bentuk, jenis atau aliran musik yang selama ini tidak
mendapatkan tempat di perusahaan ‘major label’, bergumul dengan waktu
membuktikan bahwa mereka ada dan dinamakan sebagai komunitas ‘Indie’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Indie merupakan cap simbolik yang beasal dari kata independent yang
berarti merdeka, yaitu kemerdekaan dalam berkreatifitas tanpa sudi di
kendalikan pihak manapun, terutama institusi pasar. (Triyono Lukmantoro,
Kompas, Februari 2007 )
Musik dalam budaya pop menjadi sebuah keseragaman, yaitu jenis-jenis
aliran musik yang berpeluang banyak diadopsi oleh studio-studio rekaman
adalah jenis atau aliran musik yang dominan digemari oleh masyarakat
banyak, sehingga memiliki peluang keuntungan (profitable) yang jelas dalam
pasar.
Musik Indie dapat diartikan sebagai ruang kebebasan untuk berekspresi
dan berkreasi dengan tujuan sebagai ajang promosi kreatif, bebas, tidak
terstandarisasikan dan ditujukan pada masyarakat umum serta produser musik.
(admin, Rockisnotdead)
Berdasarkan tujuan diatas sangat jelas bahwa komunitas musik yang
bernaung pada bendera “Indie Label” lebih menitikberatkan keberhasilannya
pada kebebasan untuk berkarya, sesuai dengan kemauan mereka tanpa harus
mempedulikan entah produksi yang mereka hasilkan setara dengan jumlah
pengorbanan yang selama ini mereka keluarkan atau malah tanpa hasil apa-
apa.
C. Pasar Bebas dan Pasar Indie label
Pasar dalam konteks ekonomi umum memiliki pengertian sebagai mata
rantai yang menghubungkan antara produsen dan konsumen, ajang pertemuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
penjual dan pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat konsumen. Pasar
akan tercipta jika ada suatu pertemuan antara orang yang mau menjual dan
orang yang mau membeli suatu barang atau jasa tertentu dengan harga
tertentu.
Berdasarkan pada pengertian pasar secara umum maka dapat didefinisikan
bahwa
pasar bebas diera yang modern ini merupakan suatu wadah yang lebih luas meliputi adanya proses transaksi yang menghubungkan antara produsen dan konsumen, penjual dan pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat konsumen tanpa harus dipatok pada satu tempat atau lokasi, melainkan sebuah kebebasan dalam melakukan kegiatan ekonomi (transaksi) sesuai dengan harga atau kesepakatan tertentu. (Martin Khor, 1993) Hal ini didukung oleh keberadaan tehnologi yang serba canggih, tanpa
harus beranjak kemana-mana setiap orang berkesempatan menjadi salah satu
pengguna pasar bebas, seperti layanan internet yang mampu mengakses
berbagai macam informasi, hiburan, pendidikan, ekonomi, pemasaran, bahkan
hingga keperihal transaksi jual beli.
Mengutip asumsi Syahrani selaku musisi Jazz di Indonesia pada salah satu
surat kabar harian, ia menyatakan bahwa :
“dalam pengembangan usahanya komunitas indie membentuk pasarnya sendiri, yaitu dengan memanfaatkan berbagai media baik itu media cetak maupun media elektronik yang semakin menglobal akibat modernisasi massa”. ( Kompas, 11 Mei 2007) Semangat independent yang dimiliki komunitas “indie”, membawa asumsi
bahwa segala bentuk usaha yang dilakukan oleh komunitas tersebut tidak mau
dikekang oleh institusi- institusi yang ada baik itu dalam hal berkarya ataupun
dalam konteks pasar.
Adapun media-media yang ssering dilibatkan sebagai bentuk pemasaran
dari komunitas “indie” agar dikenal oleh masyarakat secara umum adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
berupa media cetak yang berupa majalah-majalah, atau tabloid yang banyak
dijumpai dimana-mana, ataupun media elektronik yaitu sarana internet,
website, ataupun stasiun radio-radio lokal yang mampu memberikan informasi
secara cepat kemasyarakat publik.
D. Prinsip Dasar Pengelolaan Usaha
Sebuah usaha muncul akibat pemahaman akan sebuah ide, adapun
langkah-langkah yang ditujukan dalam mengembangkan ide tersebut meliputi
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Perencanaan Usaha
Adalah suatu cetak biru tertulis (blue print) yang berisikan tentang
misi usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian finansial, strategi
usaha, peluang pasar yang mungkin diperoleh, dan kemampuan serta
ketrampilan pengelolaannya.
Adapun fungsi dari perencanaan usaha ada dua, yaitu:
a) Sebagai pedoman untuk mencapai keberhasilan manajemen usaha
Sebuah perencanaan usaha yang matang cenderung sudah
mempertimbangkan berbagai resiko yang dihadapi dan selanjutnya
siap untuk dilaksanakan. Konsistensi pelaku dalam menjalankan
kegiatannya dengan beracuan pada perencanaan usaha yang sudah
disusun juga mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha yang
dijalankan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
b) Sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber
dari luar
Minimnya modal yang dimiliki juga berpengaruh pada bentuk usaha
yang akan dijalankan. Maka, adalah suatu tindakan yang sangat tepat
memiliki perencanaan usaha yang mampu menjadi perhitungan untuk
menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam menyediakan modal
usaha.
Menurut Zimmerer (1993: 331) beberapa unsur yang harus ada dalam
perencanaan usaha antara lain, ringkasan pelaksana/ eksekutif, profil
usaha, strategi usaha, produk dan jasa, strategi pemasaran, analisis
pesaing, ringkasan karyawan dan pemilik, rencana operasional, data
financial (keuangan), proposal/ usulan pinjaman, dan jadwal operasional.
Secara rinci dapat diuraikan bahwa ringkasan eksekutif atau pelaksana
menjelaskan tentang maksud usaha didirikan, usulan finansial sebagai
penopang keuangan dalam kegiatan usaha, permintaan dana dan cara
pembayaran kembali pinjaman sebagai bentuk antisipasi kurangnya modal
usaha.
Perencanaan usaha secara detail memuat berbagai komponen meliputi:
1) latar belakang usaha, yaitu memuat laporan singkat sejarah perusahaan
atau situasu yang ada saat itu.
2) Gambaran usaha secara detail, yaitu keunikan yang dimiliki dan atau
faktor- faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan seperti kualitas,
harga persaingan, ketahanan, dan lain sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3) Analisis pasar, memuat tentang potensi pembeli terhadap barang,
jumlah pelanggan dipasar, pengaruh pasar eksternal terhadap penjualan
(contoh: inflasi, tinggi rendahnya tingkat pengangguran, tingkat
pendapatan), dan lain sebagainya.
4) Analisis pesaing, memuat gambaran tentang jumlah pesaing yang ada
mencakup kelemahan ataupun kelebihan yang mereka miliki.
5) Perencanaan strategi usaha, memuat tentang rencana untuk
memasarkan produk khususnya berkenaan dengan strategi pemasaran
(harga, promosi, periklanan, dan pelayanan pada pelanggan) sekaligus
untuk membandingkan produk yang akan dipasarkan dengan produk
yang sudah ada dipasar.
6) Spesifikasi organisasi manajemen, yaitu memuat tentang
pengorganisasian perusahaan baik secara legal maupun fungsional
yaitu meliputi orang-orang kunci dalam perusahaan, beserta latar
belakang, dan sifat-sifat spesifik lain yang mempengaruhi keberhasilan
usaha.
7) Perencanaan keuangan, memuat hal-hal berkaiatan dengan keuangan
yang harus dikeluarkan maupun jumlah pendapatan dalam perusahaan.
8) Perencanaan aksi strategis, memuat tentang penjelasan misi dari
perusahaan, tujuan dan sasaran spesifik yang akan dicapai, prosedur
pengawasan untuk menjaga perusahaan dari serangan, dan lain
sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2. Pengelolaan Keuangan
ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan keuangan yaitu:
a. Aspek Sumber Dana
berasal dari asalnya, sumber dana perusahaan dapat dibagi menjadi
dua golongan, yaitu:
1) Dana yang berasal dari perusahaan, disebut pembelanjaan
internal. Ada tiga jenis sumber dana internal yang dapat
dijadikan sumber keuangan perusahaan, yaitu: 1) penggunaan
dana perusahaan, 2) penggunaan cadangan, 3) penggunaan laba
yang tidak dibagi/ ditahan.
2) Dana yang berasal dari luar perusahaan, disebut pembelanjaan
eksternal. Sumber dana eksternal mencakup:
a) Dana dari pemilik atau penyertaan
b) Dana yang berasal dari utang/ pinjaman baik jangka pendek
maupun jangka panjang, atau disebut pembelanjaan asing
c) Dana bantuan program pemerintah pusat dan daerah
d) Dana dari teman atau keluarga yang inggin menanamkan
modalnya
e) Dana ventura, yaitu dana dari perusahaan yang inggin
menginvestasikan dananya pada perusahaan kecil yang
memiliki potensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
b. Aspek Rencana dan Penggunaan Dana
beberapa aspek yang harus diperjatikan dalam merancang
penggunaan biaya, yaitu:
1) Biaya awal
2) Proyeksi/ rancangan keuangan, yang mencakup :
a) Neraca harian (balance sheet)
b) Laporan laba rugi (income statements)
c) Laporan arus kas (cash flow statements)
3) Analisis pulang pokok (break-even analysis)
biaya awal (start-up cost), adalah biaya yang diperlukan ketika
perusahaan akan berdiri. Biaya awal perusahaan yang baru
berdiri pada umumnya meliputi:
a) Biaya awal yang tidak terduga (unik)
b) Biaya administrasi (gaji karyawan dan peralatan kantor)
c) Biaya (sewa) bangunan
d) Biaya asuransi
e) Biaya tambahan atau biaya secara umum
c. Aspek Pengawasan atau Pengendalian Keuangan yaitu memuat
pertanggung jawaban atas pemasukan ataupun pengeluaran
keuangan berhubungan dengan kegiatan usaha.
3. Teknik dan Strategi Pemasaran
Pemasaran adalah kegiatan meneliti kebutuhan dan keingginan
konsumen, menghasilkan barang atau jasa, menentukan harga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
mempromosikan, serta mendistribusikan barang dan jasa. Tujuan
pemasaran dipaparkan J. Supranto, 1993 adalah bagaimana agar barang
dan jasa yang dihasilkan disukai, dibutuhkan, dan dibeli oleh konsumen.
Perencanaan pemasaran meliputi: 1) menentukan kebutuhan dan
keingginan pelanggan, 2) memilih pasar sasaran khusus, 3) menempatkan
strategi pemasaran dalam persaingan, 4) memilih strategi pemasaran
4. Teknik Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha bisa dilakukan dengan perluasan usaha atau
peningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang, yang berarti
mencapai skala ekonomis (Economic of Scale). Sebaliknya, bila
peningkatan output mengakibatkan peningkatan biaya jangka panjang
(Diseconomics of Scale), maka tidak baik dilakukan.
Lingkup usaha ekonomis adalah diversifikasi usaha ekonomis yang
ditandai oleh biaya produksi total bersama. Dengan memanfaatkan biaya
yang ada diperlukan pertimbangan dalam menetukan mencapai sasaran
yang lebih optimal.
5. Manajemen dan Strategi Kewirausahaan
a Manajemen kewirausahaan
Menyangkut semua kekuatan perusahaan yang menjamin bahwa
usahanya betul-betul eksis. Bila usaha baru inggin berhasil, maka
wirausaha harus memiliki empat kompetensi, diantaranya:
1) fokus pada pasar, bukan pada teknologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2) buat ramalan pendanaan untuk menghindari tidak terbiayainya
perusahaan
3) bangun tim manajemen, bukan menonjolkan perorangan (not a’one
person’ show)
4) beri peran tertentu, khusus bagi wirausaha penemu
Strategi kewirausahaan menyangkut kesesuaian kemampuan
internal dan aktivitas perusahaan dengan lingkungan eksternal, dimana
perusahaan harus bersaing dengan menggunakan keputusan-keputusan
strategis.
Strategi pertama, sering dipilih oleh wirausaha (Market Leader),
meskipun paling beresiko. Strategi kedua, menyangkut pengembangan
keterampilan untuk menanggapi peluang yang diciptakan oleh
perusahaan yang berada dipasar pertama Strategi ketiga, yaitu
perubahan karakteristik produk, pasar, atau industri yang berbasis pada
inovasi, dengan cara:
a) menciptakan manfaat
b) meningkatkan nilai inovasi
c) beradaptasi dengan lingkungan sosial ekonomi pelanggan
d) menyajikan apa yang dianggap bernilai oleh pelanggan
b. Strategi kewirausahaan
Beberapa keputusan strategis yang diperlukan dalam kondisi
pertumbuhan, yaitu:
1) Perubahan produk barang dan jasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2) Strategi yang menyangkut penetrasi pasar, ekspansi pasar,
diversifikasi produk dan jasa, atau ekspansi usaha
3) Kemampuan untuk memperoleh modal investasi dalam rangka
penelitian dan pegembangan, proses produksi dan penggantian
peralatan, dan dalam rangka penambahan sumber daya manusia.
4) Analisis sumber daya manusia, sehingga memiliki ketrampilan
yang unik untuk mengimplementasikan strategi.
5) Analisis pesaing terbaik yang ada maupun yang potensial untuk
menetapkan strategi bersaing.
6) Kemampuan untuk menopang keunggulan strategi perusahaan dan
untuk memodifikasi strategi dalam menghadapi perubahan
permintaan pelanggan dan perilaku strategi persaingan baru.
7) Penentuan harga barang atau jasa untuk jangka pendek dan jangka
panjang.
8) Interaksi perusahaan dengan masyarakat luas
9) Pengaruh pertumbuhan perusahaan yang cepat terhadap aliran kas.
c. Strategi bagi pemimpin pasar
Apabila perusahaan telah memiliki peluang pasar yang besar
seperti pada masa pertumbuhan, maka strateginya:
1) Bersikap menyerang dan agresif untuk mempertahankan pangsa
pasar.
2) Bersikap bertahan dan tidak terlalu agresif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3) Tidak boleh ada anggapan bahwa perusahaan yang berhasil tidak
memiliki tantangan.
d. Strategi bagi bukan pemimpin pasar
1) Secara agresif menggunakan kompetensi terbaiknya untuk meraih
peluang pasar sehingga tidak tertandingi oleh pesaing.
2) Mengembangkan strategi sebagai pengikut.
e. Strategi yang lain
1) Pertahanan bersaing.
2) Mencoba untuk produk yang menjadi “ andalan utama yang baru”
(big hitter), dan tidak berkonsentrasi pada perbaikan keberhasilan
produk yang sudah ada.
3) Mengambil langkah positif dan proaktif untuk menguasai manajer
kunci dan ahli teknik professional yang selalu diikutsertakan dalam
pembentukan keberhasilan perusahaan.
Secara umum prinsip dasar pengelolaan usaha adalah seperti yang telah
dirinci diatas. Tidaklah berbeda dengan bentuk-bentuk usaha yang lain,
industri musik juga memerlukan prinsip pengelolaan dalam menentukan
keberhasilan dalam melakukan kegiatan usaha dalam bidang musik. Mulai
dari perencanaan usaha, pengelolaan keuangan, teknik dan strategi pemasaran,
teknik pengembangan usaha, dan manajemen dan strategi kewirausahaan.
Perencanaan usaha disektor industri musik penting dilakukan, hal tersebut
merupakan bagian dari upaya untuk memberikan ciri tersendiri atas genre,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
jenis, atau aliran musik yang akan di kelola yang identik akan berbagai
keunikan tersendiri.
Pengelolaan keuangan merupakan faktor yang juga vital mempengaruhi
proses kegiatan usaha tak terkecuali dalam industri musik. Sebagai contoh
dalam industri musik memerlukan biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam
proses produksinya seperti, biaya rekaman, pengemasan, pemasaran, dan lain
sebagainya. Dengan kata lain modal yang dimiliki akan mempengaruhi
produktifitas produksi yang dijalankan.
Selain dari perencanaan usaha dan pola pengelolaan keuangan faktor lain
yang juga berpengaruh dalam industri musik adalah teknik dan strategi
pemasaran. Salah satu contoh yang dimunculkan disini adalah pemasaran
produk melalui internet. Maraknya dunia komunikasi memberikan pilihan bagi
pengusaha industri musik rekaman dalam memasarkan produknya. Dengan
biaya yang lebih murah mereka dapat memasarkan produknya melalui internet
tanpa harus mengeluarkan biaya mahal untuk memasang iklan- iklan khusus
yang memuat produk mereka dalam bentuk poster atau media surat kabar
lainnya.
Dalam mengelola industri musik rekaman, hal lain yang tak kalah penting
adalah manajemen dan strategi pemasaran. Hal ini bertujuan untuk lebih
memfokuskan kegiatan usaha terhadap sasaran pasar yang akan di capai.
Sebagai contoh industri musik cenderung menentukan sasaran pasar pada
generasi muda karena mereka lebih mengemari musik-musik yang ada. Tidak
hanya sampai disitu dalam pengelolaannya maka dibutuhkan orang-orang atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
pihak-pihak yang kompeten dibidangnya dalam menunjang proses produksi
musik tak terkecuali dalam aspek pemasarannya.
Dapat diambil garis besar bahwa strategi-strategi dalam mengelola industri
musik terlalu tidaklah berbeda dengan pola pengelolaan industri lain pada
umumnya. Hal yang menjadi acuan pentingnya pengelolaan dalam setiap
usaha adalah bahwa segala bentuk usaha tidak terlepas dari pasar yang akan
dijadikan sasaran dalam menyalurkan produk yang telah dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya metode agar penelitian dapat
berjalan dengan lancar dan memberikan hasil yang memuaskan. Dalam
penelitian ini, penyusun menggunakan metode deskriptif eksploratif yaitu
bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena. Data-data
dikumpulkan sesuai dengan topik penelitian yang dibahas. Data-data yang
diperoleh dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu data kualitatif dan
data kuantitatif.
Dalam metode penelitian deskriptif mencakup beberapa teknik,
diantaranya penyelidikan dengan teknik interview dan observasi. Adapun ciri-
ciri metode deskriptif adalah sebagai berikut:
a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang
b. Data yang ada mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa
B. Subjek Dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah orang atau individu sebagai anggota
komunitas musik “Indie” yang dapat dimintai keterangan berkaitan dengan
permasalahan pada penelitian ini, yaitu tokoh formal atau pihak pemegang
otoritas (Manajer Band) dan anggota dari band itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b. Objek Penelitian
Yang menjadi objek pada penelitian ini adalah Pola Pengelolaan Usaha
Komunitas Musik “Indie”. Suatu studi kasus pemberontakan pasar dalam
budaya pasar bebas dengan pusat penelitian di Yogyakarta.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 108), “populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh grup Band musik Indie di Yogyakarta.
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 109), “sampel” adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Penentuan sampel dari
populasi penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara sengaja
dengan beracuan pada indikator yang sudah ditentukan. Sampel disini
mengambil 5 band yang tergabung dalam kumunitas musik “Indie” di
Yogyakarta, yaitu Flow Market Band, Monophone Band, Apollo-10 Band,
Captain OI Band, dan Produk Gagal Band.
Adapun indikator pengambilan sampel didasarkan pada keberadaan
album yang sudah dimiliki dan bersifat original karya dari band yang
bersangkutan dan sudah di munculkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
D. Data Yang Dicari
Dalam mencari data penilitian maka unsur-unsur yang akan dicari meliputi
sebagai berikut:
1. Pola pengelolaan aktivitas produksi komunitas musik Indie
2. Pola pengelolaan sektor keuangan komunitas musik Indie
3. Pola pengelolaan sektor pemasaran komunitas musik Indie
4. pola pengelolaan sektor personalia komunitas musik Indie
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara, dengan
demikian diharapkan dan dimungkinkan diperoleh data yang valid. Teknik-
teknik pengumpulan data yang dipakai adalah:
1) Metode Interview
Metode interview yaitu cara pengumpulan data melalui wawancara
langsung dengan responden untuk mengungkapkan data yang belum
terjaring melalui metode kuesioner.
2) Metode Observasi
Metode observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan me lalui
pengarahan dan percakapan langsung terhadap segala hal yang berkaitan
dengan objek penelitian.
3) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode penyelidikan untuk memperoleh
keterangan-keterangan atau informasi- informasi dari catatan-catatan resmi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
sesuai permasalahan yang diteliti, yaitu berupa catatan, buku, surat kabar,
majalah, agenda, rapat, dan sebagainya.
F. Metode Analisis Data
Dalam menganalisa data akan menggunakan metode analisa data kualitatif,
yaitu suatu metode analisis data yang tidak menggunakan angka-angka tetapi
dalam penganalisaannya diungkapkan dengan kata-kata yang berupa
keterangan, gambaran ataupun paparan mengenai objek yang diteliti.
Menurut Nasution, penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati
orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dalam hal ini
analisis data didukung dengan data-data kuantitatif yang dapat jadikan
referensi oleh peneliti dan kemudian dijelaskan dalam bentuk kata-kata atau
kalimat. (Julia, 1997)
Seiddel (1998), mengemukakan bahwa analisis data kualitatif mencakup
beberapa tahap, yaitu:
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, yaitu dengan memberi
kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. Dalam penelitian ini
sampel yang diambil adalah lebih dari satu, maka agar dalam penelusuran
data tidak terjadi ketimpangan diperlukan kode yang secara pasti mampu
membedakan data antara sampel satu dengan yang lainnya.
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintetiskan,
membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat
temuan-temuan umum.
Selanjutnya menurut Janice McDrury 1999 collaboration group analysis
of data tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
a. Membaca/ mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang
ada dalam data.
b. Mempelajari kata-kata kunci itu , berupaya menemukan tema-tema yang
berasal dari data.
c. Menuliskan model yang ditemukan.
d. Koding yang telah dilakukan.
G. Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Sebelum melakukan interview atau wawancara penelitian maka hendaknya
kisi-kisi ini dibuat sebagai landasan pertanyaan yang kemungkinan akan
diajukan pada subjek penelitian berkaitan dengan rumusan masalah yang akan
diteliti.
Secara umum maka dapat disusun kisi-kisi sebagai berikut:
a. Sejarah Perusahaan (grup band)
1) Ide, latar belakang pendirian, pendiri, nomor akta notaris
2) Tahun berdirinya dan mulai beroperasi
3) Alasan pemilihan lokasi perusahaan
4) Perkembangan perusahaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
b. Visi, Misi, Tujuan, Strategi
1) Visi dan misi perusahaan (grup band)
2) Tujuan perusahaan (grup band)
3) Strategi perusahaan (grup band)
c. Bagian Produksi
1) Cara mendapatkan bahan baku (sumber, syarat pembayaran, supplier)
2) Cara mendapatkan bahan penolong (sumber, syarat pembayaran,
supplier)
3) Proses produksi
4) Perhitungan BOP (biaya operasional produksi) dan harga pokok
produksi
5) Pengaruh bencana alam terhadap kegiatan produksi
6) Penyimpanan produk
7) Pengendalian kualitas
8) Pengendalian limbah produksi
d. Bagian Pemasaran
1) Pangsa pasar perusahaan
2) Penentuan harga dan mark up
3) Promosi yang dijalankan perusahaan
4) Pembentukan image konsumen
5) Saluran distribusi
6) Pelayanan kepada pelanggan
7) Prospek pemasaran yang akan datang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
e. Bagian Keuangan
1) Cara memperoleh modal, sumber modal, penggunaan modal
2) Struktur modal perusahaan
3) Likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas
4) Modal kerja
5) Cara mengendalikan keuangan (termasuk system akuntansi)
6) Penyusunan anggaran
7) Harga transfer
f. Personalia
1) Perekrutan karyawan perusahaan
2) Penempatan karyawan pada bagian-bagian yang ada dalam perusahaan
3) Kesejahteraan karyawan (gaji, insentif, bonus, dan lain- lain)
4) Penyelesaian perselisihan antara karyawan dengan pimpinan dan antar
karyawan
5) Promosi/ demosi karyawan
6) Sanksi dan PHK (pemutusan hubungan kerja)
7) System pengawasan karyawan
8) Penilaian kinerja karyawan
9) Evaluasi karyawan
g. Organisasi dan Manajemen
1) Bentuk perusahaan dan status hukumnya.
2) Struktur organisasi dan pembagian wewenang.
3) Pusat pertanggungjawaban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
4) Desentralisasi dan sentralisasi atau penyebaran dan pemusatan
5) CSR (corporate social responbility)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN KOMUNITAS MUSIK INDIE
A. Sejarah Singkat Yogyakarta
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri sejak 1755 didirikan oleh
Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I
Kadipaten Pakualaman, berdiri sejak 1813, didirikan oleh Pangeran
Notokusumo, (saudara Sultan Hamengku Buwono II) kemudian bergelar
Adipati Paku Alam 1.
Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang -undang No.3
tahun 1950, sesuai dengan maksud pasal 18 UUD 1945 tersebut. Disebutkan
bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meliputi bekas Daerah Kasultanan
Yogyakarta dan Daerah Pakualaman.
Sesudah Sri Sultan Hamengku Buwono IX wafat pada 3 Oktober 1988, Sri
Paku Alam VIII, Wakil Gubernur Kepala Derah Istimewa Yogyakarta
ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan kewenangan sehari-hari Gubernur
Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, diberi kedudukan sebagai Pejabat
Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, berdasarkan Keputusan
Presiden RI No. 340 tahun 1988.
Sebagai ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Yogyakarta
kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti
sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran
Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman
kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan,
baik Kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan Yogyakarta maupun Kadipaten
Pakualaman.
Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan
peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi semasa kerajaan-kerajaan
tersebut yang sampai kini masih tetap lestari. Sebutan ini juga berkaitan
dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya. Sebutan kata Mataram yang
banyak digunakan sekarang ini, tidak lain adalah sebuah kebanggaan atas
kejayaan Kerajaan Mataram.
Predikat sebagai kota pelajar berkaitan dengan sejarah dan peran kota ini
dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di samping adanya berbagai pendidikan
di setiap jenjang pendidikan tersedia di propinsi ini, di Yogyakarta terdapat
banyak mahasiswa dan pelajar dari seluruh daerah di Indonesia. Tidak
berlebihan bila Yogyakarta disebut sebagai miniatur Indonesia.
Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potensi
propinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan
wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan
di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata
pendidikan, bahkan, yang terbaru, wisata malam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Disamping predikat-predikat di atas, sejarah dan status Yogyakarta
merupakan hal menarik untuk disimak. Nama daerahnya memakai sebutan
DIY sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Yogyakarta sebagai
Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah Yogyakarta, baik sebelum
maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
B. Letak Geografis
Letak Astronomi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 7 º15- 8 º15 Lintang
Selatan dan garis 110 º5- 110 º4 Bujur Timur, dengan batas wilayah:
Sebelah Barat Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah
Sebelah Barat Laut Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Sebelah Timur Laut Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
Sebelah Timur Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
Sebelah Selatan Samudera Indonesia.
Luas Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta 3.185,80 km2 terdiri atas Kota
Yogyakarta 32,50 km2 , Kabupaten Sleman 574,82 km2 , Kabupaten Bantul
506,85 km2 ,Kabupaten Kulon Progo 586,27 km2,Kabupaten Gunung Kidul
1485,36 km2.
C. Kependudukan
Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan registrasi
tahun 2000 sebanyak 3.120.478 jiwa. Pada tahun 2004 berdasarkan hasil
Susenas jumlah penduduk tercatat sebanyak 3.220.808 jiwa dengan perincian:
Kota Yogyakarta 398.004 jiwa, Kabupaten Sleman 943.932 jiwa, Kabupaten
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Bantul 816.256 jiwa, Kabupaten Kulonprogo 375.884 jiwa dan Kabupaten
Gunung Kidul 686.732 jiwa.Kepadatan penduduk Daerah Istimewa
Yogyakarta rata-rata 1.011 jiwa/km2. (Sumber data :BPS Propinsi DIY)
D. Perkembangan Musik Yogyakarta Dari Major Label Sampai Indie label
Yogyakarta selain sebagai kota pelajar adalah juga merupakan suatu
wilayah yang kental akan seni dan budaya-budaya daerah yang lahir dari adat atau
budaya masyarakat yang sampai saat ini dilestarikan. Dalam bidang seni
khususnya musik masyarakat, sebagai salah satu wilayah yang masih memegang
teguh adat kesultanan atau keraton masyarakat jogja sudah dibiasakan dengan seni
musik yang disebut dengan Karawitan, yaitu suatu seni bermusik yang didominasi
oleh seperangkat alat musik klasik sperti kenong, gong, dan lain sebagainya.
Dalam perkembangannya musik karawitan menyesuaikan dengan berbagai budaya
baru yang diadopsi dari modernisasi dan melahirkan bentuk-bentuk gaya bermusik
yang berbeda.
Tidak berbeda seperti kota-kota besar lainnya seperti Jakarta, Surabaya,
Bandung dan lain sebagainya, Yogyakarta juga memunculkan berbagai
keragaman khususnya berkaitan dengan dunia musik. Banyak terdapat berbagai
jenis aliran ataupun genre musik yang dimunculkan oleh para musisi sebagai
dampak dari modernisasi zaman.
Yogyakarta selain sebagai kota pelajar ataupun kota seni dan budaya,
ternyata wilayah ini juag mampu menghasilkan para musisi yang tangguh dan
memiliki semangat musikalitas yang tinggi. Hal tersebut dengan sempurna dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
digambarkan banyaknya para musisi yang berasal dari kota gudeg tersebut mampu
menembus pasar industri musik lingkup nasional berdasarkan pada karya-karya
yang telah berhasil mereka buat. Sebut saja Sheila on 7 yang sempat mengebrak
pasar industri musik dengan album mereka yang berhasil terjual lebih dari 30.000
copy. Letto band yang juga hingga saat ini masih sering menghiasi acara layar
televisi dan menjadi sebuah icon yang mungkin tak akan pernah terlupakan bagi
para pengemarnya.
Atmosphere dunia musik diwilayah Yogyakarta bukan hanya didasarkan
pada jenis, aliran ataupun genre musik yang telah mampu menembus pasar
industri musik lingkup nasional saja. Dari reggae, Ska, Pop, Rock, Keroncong dan
lain sebagainya menjadi sebuiah keistimewaan tersendiri bagi wilayah tersebut
dalam menyikapi berbagai keragaman khususnya dalam bidang musik.
Keragaman selera musik yang dimunculkan memberikan dampak
tersendiri bagi para musisi. Dampak positif akan diperoleh ketika musik yang
mereka usung menjadi lirikan para pengusaha industri musik rekaman (Major
Label) untuk diadopsi, dan tentunya hal tersebut akan mampu memunculkan
peluang bagi para musisi yang bersangkutan akan memperoleh popularitas dan
nilai jual yang tinggi akan karya-karyanya. Adapun dampak negative yang
sebaliknya diperoleh adalah jika para pengusaha industri musik rekaman (Major
Label) sama sekali tidak tertarik dengan musikalitas yang mereka hasilkan, hal
tersebut semakin menguatkan asumsi bahwa para musisi tersebut harus berjuang
sendiri dalam upaya mengenalkan musik mereka kemasyarakat banyak sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
karya-karya mereka mampu dikenal dan diakui oleh masyarakat khususnya para
pecinta musik.
Berawal dari keragaman yang dimunsulkan membawa sebuah akibat
bahwa tidak sedikit berbagai jenis, aliran atau genre musik yang ada tidak mampu
meraih pasar khsususnya pasar industri musik rekaman dengan latar belakang
kurang atau terbatasnya pengelolaan yang mampu dilakukan. Ironisnya jenis,
aliran, atau genre musik tersebut merupakan ragam musikalitas yang tidak masuk
dalam kategori Major label.
Major label merupakan perusahaan yang didominasi oleh para pemodal
dengan tujuan meraih keuntungan. Secara per suku kata dapat pula diartikan,
Major berarti besar dalam konteks perusahaan sehingga dapat pula bermakna
perusahaan besar, sedangkan label Adapun langkah utama yang dijadikan
dasarkan perusahaan tersebut dalam menjalankan usahanya adalah dengan
mengadopsi jenis, aliran atau genre musik yang bersifat populer atau sedang
ngetrend. Langkah tersebut diambil dengan alasan bahwa pengakuan masyarakat
terhadap jenis, aliran atau genre musik yang di cap sedang ngetrend membuka
peluang bisnis bahwa musik tersebut secara kasat banyak digemari oleh
masyarakat pencinta musik dan tentunya akan mampu menghasilkan keuntungan
yang relatif besar.
Keberadaan industri musik rekaman sekelas Major Label di wilayah
Yogyakarta melahirkan band-band atau musisi yang mampu menembus pasar
blantika musik lingkup nasional. Shaggy dog Band, Sheila on 7 band, Letto band
merupakan beberapa icon musisi yang berhasil diadopsi oleh Major Label
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
khususnya untuk wilayah Yogyakarta. Karya-karya mereka pun dengan segera
menjelma menjadi sebuah bentuk apresiasi yang tidak asing menghiasi media-
media hiburan baik media elektronik (radio dan televisi), media surat kabar dan
media lain- lainnya.
Sony Music Record, Entertainment Music Industries (EMI), Universal
Music record, merupakan beberapa perusahaan industri musik berskala Major
Label. Perusahaan ini mengadopsi berbagai jenis, aliran, atau genre musik dengan
indikasi ngetrend atau populer dimasyarakat. Keberadaan dari perusahaan-
perusahaan tersebut tidak jarang memberikan dampak tersingkirnya jenis, aliran,
atau genre musik yang sudah tidak populer dimasyarakat. Berdasarkan pada
ketimpangan tersebut muncul komunitas yang menamakan dirinya “Indie”.
Indie berarti cap simbolik untuk menunjukkan semangat independent
(merdeka), tanpa sudi dikendalikan pihak manapun terutama institusi pasar
(Kompas, 2007). Komunitas ini muncul akibat dominasi perusahaan Major Label
dalam upaya meraih perluasan pasar khususnya di sektor industri musik rekaman.
Aspek lain yang melatarbelakangi munculnya komunitas musik indie adalah
asumsi yang menyatakan bahwa jenis, aliran, atau genre musik yang mereka
adopsi di cap sudah tidak populer atau ngetrend dikalangan masyarakat pecinta
musik. Berawal dari munculnya asumsi di atas mendorong para musisi atau band-
band yang sudah dianggap usang tersebut memberikan semangat perlawanan yaitu
dengan tetap menghasilkan karya-karya mereka dengan tujuan meraih pasar
dengan sistem pengeolaan yang didasarkan pada kemampuan mereka sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Secara garis besar keberadaan komunitas musik indie bertujuan
mempertahankan idealis mereka dalam hal musik, yaitu inggin tetap eksist dan
diakui bahwa mereka ada. Bentuk upaya yang mampu dimunculkan komunitas
tersebut dalam meraih eksistensi dunia musik yaitu dengan tetap
mengapresiasikan konsep musik yang mereka anut dengan tujuan mampu
menghasilkan karya-karya yang nantinya dapat dinikmati masyarakat banyak
khususnya masyarakat pecinta musik.
Komunitas musik indie pada awalnya muncul dari dominasi kreativitas
anak muda dalam menyikapi segala aspek yang dinilai syarat dengan berbagai
ketimpangan, yakni khususnya dalam bidang musik. Pangsa pasar yang selama ini
dinilai hanya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar (Major Label)
memunculkan sebuah bentuk perlawanan yaitu memunculkan berbagai bentuk
usaha dengan sistem pengelolaan yang mereka ciptakan sendiri.
Banyaknya band-band indie yang ada di Yogyakarta menarik simpati
peneliti untuk mengetahui lebih jauh tentang pola pengelolaan dari komunitas
tersebut dalam melangsungkan kegiatannya di sektor musik tentunya. Oleh karena
jumlah band indie di Yogyakarta belum memiliki data yang pasti peneliti
memfokuskan penelitiannya terhadap band-band indie yang bersifat sudah
memiliki album original atau murni hasil karya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
E. Profil Band Indie Yogyakarta
1. Profil Flower Market Band
Flower Market berdiri dari tahun 1998 di Yogyakarta hingga sekarang ,
band ini terdiri dari tiga orang personil antara lain:
a) Erdy sebagai gitaris dan vokal (manajer)
b) Rasyid sebagai bassis
c) Jarot sebagai drummer
Kesamaan akan visi untuk tetap eksist dalam dunia musik menyatukan
mereka dalam sebuah band yang mereka namakan Flower Market Band. Grup
musik ini mengusung musik dengan aliran pop.
Adapun misi khusus dari band ini adalah tetap mempertahankan
jenis,aliran, genre musik mereka dengan melahirkan album yang bersifat
regenerasi atau berkelanjutan
Berawal dari kebiasaan nongkrong bareng membuka peluang intensitas
mereka untuk saling bertemu. Dari sekedar bercanda akhirnya mereka pun
setuju untuk membentuk sebuah grup musik sebagai upaya menyemarakkan
dunia permusikan. Grup band mereka pun sudah mengenyam berbagai pentas
musik dalam skala kecil menengah ataupun besar.
Keseriusan mereka dalam bermusik berasumsi inggin diakui bahwa
mereka ada, dan sebagai bentuk keseriusan tersebut mereka sudah
memunculkan satu buah mini album yang berisikan delapan buah lagu dan
sudah beredar dimasyarakat luas dengan cover (sampul) album berjudul Thing
Twice.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Dalam pengelolaannya Flower Market di manajeri oleh salah satu personil
grup itu sendiri yaitu Erdy selaku gitaris dalam band. Namun secara teknis
mereka saling bekerjasama sebagai upaya memaksimalkan usaha mereka
dalam dunia musik.
Dapat digambarkan secara umum bahwa struktur keanggotaan dari Flower
Market:
1) Diketuai oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas segala bentuk
kegiatan dari Flower Market itu sendiri mencakup pengelolaan sektor
produksi, pemasaran, keuangan, hingga pada sektor personalia berkaitan
dengan perekrutan anggota baru yang memang diharapkan.
2) Anggota yang terdiri dari personil band itu sendiri. Namun secara teknis
para anggota secara bersama-sama ikut ambil bagian dalam menjalankan
berbagai kegiatan mencakup sektor-sektor seperti yang telah disebutkan
diatas.
Manajer
Anggota
- Produksi - Pemasaran - Keuangan - Personalia - dan lain- lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2. Profil Monophone Band
Monophone Band berdiri sekitar tahun 1997 diYogyakarta, yang
diprakarsai oleh mahasiswa-mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Jenis atau
aliran musik yang mereka bawakan adalah Retro yaitu sebuah aliran, jenis
atau genre musik yang mengacu pada musikalitas tempo dulu. Jenis atau aliran
musik dari monophone band terinspirasi dari band-band yang sudah terkenal
dan setingkat dengan major label, adapun band yang menjadi inspirator
mencakup band nasional dan internasional. Untuk band internasional
Monophone band mengacu pada musikalitas gaya bermusik The Beattles yaitu
salah satu gerup musik yang tenar di era 1980an dan berasal dari Inggris,
sedangkan band insipirator dari lingkup nasional adalah Naif band, yaitu salah
satu grup musik yang menyajikan musikalitas gaya 1980an yang berasal dari
Bandung.
Adapun susunan personil dari Monophone Band terdiri dari lima personil,
antara lain:
a) Ipung pada keyboard (manajer)
b) Jacky pada Gitar
c) Anto pada Drum
d) Sari pada Vokal
e) Termana pada Bass
Tujuan dari Monophone band adalah ikut menyemarakkan dunia musik
sekaligus sebagai upaya pemberontakan terhadap pasar industri musik yang
didominasi oleh Major Label. Bentuk pemberontakan tersebut secara nyata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
mereka nyatakan dalam keberhasillanya membuat 1 buah mini album yang
masing-masing album terdiri dari 9 lagu sebagai simbolik bahwa tanpa harus
bernaung dalam bendera major label mereka mampu eksist dan berkarya
dalam dunia musik.
Adapun struktur keanggotaan dari Monophone Band adalah:
1) Dikepalai oleh seorang manajer yang memiliki tanggung jawab untuk
mengelola semua kegiatan band tersebut mencakup aspek produksi,
pemasaran, keuangan dan personalia.
2) Selanjutnya idividu- individu yang lain merupakan anggota biasa namun
berkewajiban ikut melaksanakan serangkaian kegiatan diatas sesuai
dengan wewenang yang diberikan oleh pihak manajer kepada mereka
sesuai dengan kemampuan ataupun keahlian yang dimiliki.
3. Profil Apollo-10 Band
Apollo-10 band merupakan salah satu grup band Indie Yogyakarta yang
mengusung jenis atau aliran musik Ska, yaitu sebuah aliran musik yang
Manajer - Produksi - Pemasaran - Keuangan - Personalia - dan lain- lain
Anggota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
memiliki instrument ceria yang didominasi oleh melodik dari suara terompet
sehingga menghasilkan perpaduan suara atau alunan musik yang mampu
mengajak para pendengar untuk bergoyang ketika mendengarnya. Adapun
inspirator yang melatar belakangi Apollo-10 band memilih aliran, jenis atau
genre dari musik tersebut adalah sebuah band lokal yaitu Shaggy Dog band
yang berasal dari Yogyakarta dan sudah masuk dalam kelas Major label.
Apollo-10 band terdiri dari 5 orang personil yang kesemuanya merupakan
mahasiswa dari Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta. Berawal
dari sekedar iseng dan sekedar having fun, mereka sering ngejamp (bermain
musik) bersama-sama. Entah berawal dari ide siapa akhirnya mereka pun
memutuskan secara bersama-sama untuk membuat sebuah grup band sesuai
dengan aliran atau jenis musik yang mereka sepakati.
Visi dari band ini secara khusus adalah inggin tetap eksist dalam dunia
musik. Sedangkam misi khusus yang dijalankan adalah mencakup rutinitas
bermain musik sebagai upaya memaksimalkan kreativitas musik mereka yang
nantinya mampu melahirkan album yang bersifat regenerasi atau
berkelanjutan.
Secara rinci keempat personil Apollo-10 Band, terdiri dari:
1. Aryo pada Bass (manajer)
2. Andy pada Vokal
3. Dhebit pada Gitar
4. Kuncung pada Keyboard
5. Pegy pada Terompet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Keseriusan grup ini dalam bermusik melahirkan sebuah mini album yang
berisikan 8 buah lagu yang murni merupakan hasil karya mereka, baik dari
lirik lagu hingga pada instrument lagu itu sendiri.
Adapun struktur keanggotaan dari Apollo-10 Band adalah terdiri dari:
1) Manajer yaitu sebagai pihak yang bertanggung jawab atas segala bentuk
aktivitas dari grup tersebut mencakup aspek produksi, pemasaran,
keuangan, maupun personalia
2) Selanjutnya individu-individu yang lain merupakan anggota biasa yang
memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan
kesepakatan yang sudah ada.
4. Profil Captain OI Band
Tidak berbeda jauh dengan band-band indie sebelumnya, grup band ini
berdiri sejak tahun 1998 hingga sekarang. Latar belakang dari terbentuknya
grup band ini adalah kesamaan selera akan berbagai macam jenis, genre atau
aliran musik yang ada. Secara personal Captain OI band terdiri atas 4 orang
Manajer
Anggota
- Produksi - Pemasaran - Keuangan - Personalia - dan lain- lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
personil, yang masing-masing beasal atau memiliki tempat tinggal yang
berbeda.
Sejarah kecil dari terbentuknya grup ini adalah berawal dari pertemuan
sebuah pentas musik di mana sebelumnya para personil sudah memiliki grup
band masing-masing yang kemudian saling kenal. Berawal dari pertemuan
mereka pun menjalin sebuah persahabatan yang selanjutnya berkembang
menjadi sebuah komunitas kecil selanjutnya sering nongkrong atau berkumpul
bersama dalam kegiatan diskusi, atau sekedar berkumpul-kumpul saja.
Intensitas pertemuan yang cukup sering dilakukan kemudian
memunculkan sebuah ide dari salah satu individu dikumpulan tersebut yaitu
membentuk band baru yang bersifat kolaborasi. Pemunculan ide tersebut
dilatar belakangi banyaknya persamaan akan visi ataupun misi dan selera
musik yang sering mereka bahas pada saat diskusi atau acara kumpul-kumpul
bersama.
Tepatnya menyambut tahun baru 1999 akhirnya keempat orang tersebut
sepakat untuk menjalankan band baru yang mereka namakan sebagai Captain
OI band. Dengan aliran musik yaitu Punk Rock, yaitu sebuah aliran atau jenis
musik yang memiliki irama keras dan membutuhkan skill yang cukup tinggi
untuk memainkannya Captain OI band berusaha mengapresiasikan gaya
bermusik sesuai dengan keingginannya.
Adapun visi dari grup band ini adalah inggin tetap eksist dalam dunia
musik dan mendapatkan pengakuan masyarakat bahwa mereka ada.
Sedangkan misi yang dijalankan adalah meliputi bermain musik secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
maksimal dengan sering tampil dipentas-pentas musik lokal, dan melahirkan
album yang bersifat regenerasi atau berkelanjutan untuk jangka panjang.
Secara rinci keempat personil diatas antara lain:
1. Ade pada Vokal dan Gitar
2. Iwan Thumik pada Bass (manajer)
3. Menyung pada Drum
4. Dimas Jack pada Gitar
Adapun struktur keanggotaan yang dimiliki oleh Captain OI Band adalah:
a. Dikepalai oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas
segala bentuk aktivitas band mencakup aspek keuangan, produksi,
pemasaran, dan personalia.
b. Sedangkan individu-individu yang lain merupakan anggota biasa
yang melaksanakan kegiatan sesuai kesepakatan dengan pihak
manajer sebelumnya.
- Produksi - Pemasaran - Keuangan - Personalia - dan lain- lain
Anggota
Manajer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB V
PEMBAHASAN
A. Komunitas Musik Indie Sebagai Perlawanan Anak Muda Terhadap Monopoli Pasar Oleh Pihak Major Label
Musik adalah dunia yang universal, dengan alunan musik manusia mampu
berimajinasi bahkan berapresiasi atas segala keingginannya. Lebih dari itu
bermain musik mampu membawa empati seseorang untuk merasa bangga dan
bahagia mampu melakukan segala kreativitasnya dalam bermusik.
Dalam perkembangannya aspek musik didominasi oleh keberadaan anak
muda yang haus akan segala bentuk kreativitas tak terkecuali dalam bidang
musik. Hal tersebut terlihat dengan jelas dari maraknya pentas-pentas seni
yang cenderung diprakarsai oleh anak muda baik dalam konsep seni ataupun
sekedar iseng belaka. Melihat para musisi idolanya yang sering tampil di layar
televisi, para pengemar musik sering dibuai oleh asumsi bahwa menjadi
musisi sungguh memiliki kehidupan yang sangat membahagiakan. Hanya
berbekal mampu memainkan sejumlah peralatan musik mereka mampu
mencukupi kehidupannya bahkan mungkin justru berkelimpahan. Sela in itu
dengan menjadi musisi seseorang mampu memperoleh popularitas (terkenal)
berdasarkan karya-karya yang telah dihasilkan.
Dalam bidang industri musik rekaman masyarakat sering mendengar
istilah yang sudah tidak asing dan biasa disebut Major label, yaitu secara
persuku kata dapat diartikan sebagai, Major adalah berarti besar (perusahaan
besar) sedangkan label adalah logo atau trade atau merek, dan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
keseluruhan dapat diartikan sebagai perusahaan besar bidang industri musik
rekaman. Major Label selaku perusahaan industri musik rekaman mengusung
aliran, jenis, genre musik yang tidak semata-mata sembarangan melainkan
sebuah bentuk industri yang mengadopsi pada jenis, aliran, atau genre musik
yang sedang ngetrend atau populer saat itu. Fokus industri mus ik Major label
adalah mengelola jenis, aliran, atau genre musik yang dinilai mampu
memperoleh pangsa pasar.
Secara garis besar keputusan Major Label untuk mengelola salah satu
aliran, jenis atau genre, musik adalah didasarkan pada peluang pasar yang
dimunculkan yaitu dengan cara mengadopsi jenis, aliran, atu genre musik
yang ngetrend di era masa kini. Kebebasan bermusik yang sebelumnya
diartikan sebagai kebebasan dalam mengekspresikan idealis gaya bermusik
justru harus dipaksa menyesuaikan dengan pangsa pasar yang ada. Ironisnya
kebebasan bermusik itupun mendapat batasan dari berbagai institusi atau
aturan yang cenderung lebih mementingkan perluasan pangsa pasar dalam
dunia musik untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya dibandingkan dengan
perinsip kebebasan mengekspresikan segala bentuk kegiatan dalam
menentukan karya.
Adapun sisi positif yang dapat dimunculkan Major label sendiri adalah
adanya jaminan bahwa para musisi ataupun Band yang masuk dalam industri
perusahaan ini akan memperoleh popularitas (terkenal) dan nilai jual yang
tinggi terhadap karya-karyanya. Hal ini didukung oleh adanya ketersediaan
modal yang dimiliki oleh pihak major label dalam mengelola segala bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
aktivitas usahanya. Faktor penting yang menjadi acuan adanya jaminan
popularitas dan nilai jual yang tinggi terhadap karya-karya musik yang
dihasilkan dilatarbelakangi oleh sebuah asumsi bahwa Major Label
merupakan perusahaan yang didominasi oleh para kaum pemodal dengan
tujuan meraup pangsa pasar yang seluas- luasnya sehingga mampu
menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya pula. Dengan kata lain
segala bentuk kegiatan usaha akan memperoleh hasil yang maksimal jika
didukung oleh ketersediaan modal usaha yang mampu mendukung segala
aktivitas kegiatan itu sendiri.
Dari tujuan di atas dapat ditarik benang merah bahwa perusahaan industri
musik rekaman Major Label memiliki tujuan meraup nominal sebesar-
besarnya, yaitu dengan menciptakan perluasan pasar seluas-luasnya khususnya
dalam bidang musik. Ketersediaan modal usaha yang dimiliki oleh pihak
Major Label memberikan sebuah asumsi bahwa perusahaan tersebut akan
mampu mengelola dengan baik segala bentuk kegiatan usahanya meliputi
aktivitas produksi, keuangan, pemasaran hingga pada pengelolaan personalia.
Oleh karena hal di atas patut dimaklumi bahwa para musisi atau band yang
berbenderakan Major Label selain mampu meraih popularitas juga mampu
memperoleh nilai jual yang tinggi terhadap karya-karya mereka. Adapun
kebijakan yang menjadi prasayarat terhadap para musisi ataupun band yang
masuk dalam Major Label adalah megikuti segala bentuk peraturan bermusik
yang intinya harus difokuskan pada perolehan pangsa pasar sesuai dengan
institusi atau peraturan yang sudah diciptakan oleh pihak Major Label.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Sisi negatif dari Major Label itu sendiri muncul akibat dari kebijakan yang
diambil bahwa jenis, aliran, atau genre musik yang dikelola adalah musik yang
berjenis, aliran ataupun bergenre musik masa kini atau sedang ngetrend.
Akibatnya banyak musisi lokal yang memiliki aliran, jenis, atau genre musik
yang berbeda dan dianggap sudah sudah usang atau ketinggalan jaman
tersingkir dan tidak mendapatkan tempat di kelas Major label. Sony record
music, EMI (Entertainment Music Industries), Universal record music
merupakan beberapa perusahaan industri musik rekaman yang masuk dalam
kelas Major Label yang menghasilkan para musikus diera masa kini. Dalam
perkembangannya perusahaan-perusahaan tersebut mampu mendominasi pasar
industri musik rekaman yang ada baik pada aliran, jenis, atau genre musik
yang sedang dianggap ngetrend atau yang sudah dianggap usang. Hal tersebut
makin dikukuhkan dengan kenyataan yang ada bahwa perusahan industri
musik rekaman memiliki jumlah modal yang sesuai dengan bentuk-bentuk
kegiatan yang akan dijalankan.
Rasa tersingkir dan sudah dianggap ketinggalan jaman, membentuk sebuah
keingginan para musisi yang berakar dari anak-anak muda yang memiliki
musik beraliran, jenis, atau genre diluar Major Label untuk tetap melakukan
kreativitas bermusik dengan bentuk-bentuk usahanya sendiri. Keterbatasan
pihak-pihak musisi ataupun band yang sudah dinilai tidak masuk dalam
kategori industri musik Major Label melahirkan sebuah semangat perlawanan
bahwa tanpa harus berpijak pada institusi pasar segala bentuk kegiatan akan
memperoleh pasarnya sendiri. Asumsi tersebut didasarkan pada situasi modern
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
yang membawa masyarakat secara lebih baik mampu menilai produk-produk
ataupun karya-karya yang layak mereka konsumsi khususnya dalam bidang
musik.
Berdasar pada latar belakang diatas para musisi ataupun band yang sudah
dianggap tidak layak masuk dalam kelas Major Label membentuk pasarnya
sendiri dengan bergabung dalam sebuah komunitas yang disebut dengan
“indie”. Komunitas indie lebih mementingkan bentuk kreativitas mereka
dalam bermusik tanpa harus dekekang oleh pihak manapun. Dengan kata lain
komunitas indie lebih terfokus pada rasa kepuasan inggin diakui bahwa karya-
karya mereka ada dan bukan semata-mata untuk meraup pangsa pasar dengan
tujuan popularitas ataupun nominal yang besar. (Erwin Satya, Outmagz 2001).
Komunitas indie yakin bahwa dengan paham kebebasan tanpa mau
dikendalikan oleh institusi pasar, musik mereka dapat diterima oleh
masyarakat luas. Hal tersebut tercermin dari maraknya tayangan televisi pada
masa sekarang yang justru sering menampilkan musisi atau band-band yang
mampu memperoleh popularitas maupun nilai jual yang tinggi terhadap karya-
karyanya. Sebut saja Endank Soekampti band, Sheila on 7 band, Shaggy dog
band, dan mungkin masih banyak band-band atau musisi-musisi lain yang
justru mampu meraih popularitas tanpa harus menganut faham-faham institusi
pasar.
Faham kebebasan tanpa sudi dikendalikan oleh pihak manapun
memberikan ruang gerak para komunitas indie untuk berkarya sesuai dengan
apa yang mereka ingginkan. Bagi komunitas ini pasar akan terbentuk dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
sendirinya jika mereka konsisten pada karya-karya mereka sendiri (Erdi,
Flower Market Band 2007). Beracuan dari hal tersebut komunitas musik indie
seperti mendapat pengukuhan bahwa jalan terbaik untuk memunculkan
perlawanan terhadap situasi pasar khususnya pasar industri musik rekaman
adalah dengan menghasilkan karya-karya yang optimal yaitu mampu diterima
masyarakat pecinta musik.
Maka untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana pengelolaan dari
komunitas musik indie dalam menjalankan usahanya peneliti memfokuskan
penelitian pada bidang pengelolaan produksi, pola pengelolaan keuangan, pola
pengelolaan pemasaran, dan pola pengelolaan personalia sebagaimana seperti
yang sudah terinci dibawah ini.
B. Pola Pengelolaan Produksi Komunitas Musik Indie
Segala bentuk usaha tak terkecuali aspek musik, pada dasarnya
membutuhkan pengelolaan yang baik agar mampu meraih tujuan usaha yang
sebelumnya direncanakan. Produksi adalah sebuah proses kegiatan usaha yang
bertujuan menghasilkan bentuk-bentuk produk baik berupa barang atau jasa,
dalam hal ini yaitu berkaitan dengan aspek musik.
Berdasarkan dari hasil penelitian terhadap beberapa band indie Yogyakarta
(Flower Market Band, Monophone Band, Captain OI Band, dan Apollo-10
Band) dapat digambarkan bahwa kegiatan produksi dari band-band tersebut
meliputi beberapa tahap, yakni:
1. Penciptaan ide lirik atau syair lagu serta instrument musik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah seluruh individu (personil
band) berkewajiban untuk mampu melahirkan ide- ide lirik lagu atau syair
serta membuat instrument musik yang nantinya mampu diproses dalam
bentuk album rekaman dengan memutuskan bersama-sama bahan baku
apa yang diperlukan untuk mengemas karya-karya yang telah mereka
ciptakan.
2. Penyediaan peralatan musik yang dibutuhkan
Yakni suatu bentuk kegiatan memenuhi segala keperluan berkaitan dengan
upaya menciptakan instrument musik untuk diselaraskan dengan lirik atau
syair lagu yang telah dihasilkan sesuai dengan dasar jenis, aliran, genre
musik yang dianut.
Pada tahap ini komunitas indie membuat jadwal khusus yang ditujukan
untuk mendiskusikan tentang:
a) Model instrument yang di ingginkan
b) Peralatan musik tambahan berkaitan dengan instrument lain yang akan
dimunculkan
c) Ritme atau tempo musik yang akan dihasilkan, yaitu berirama cepat,
sedang atau lambat
3. Menentukan biaya operasional produksi
Ketersediaan modal yang relatif kecil dimiliki oleh komunitas musik indie
berdampak pada penentuan biaya operasional produksi yang hanya
didasarkan pada modal yang saat itu dimiliki. Penentuan biaya operasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
produksi acapkali hanya bersifat insidental tanpa ada anggaran yang sudah
dirumuskan secara jelas dan pasti.
Biaya-biaya yang masuk dalam kategori biaya operasional produksi
komunitas musik indie meliputi:
a) Biaya pemakaian jasa studio musik
b) Biaya perawatan peralatan
c) Biaya pengemasan produk
d) Biaya transportasi
e) Biaya lain- lain
Jumlah biaya operasional produksi yang sudah dikeluarkan digunakan
sebagai acuan penetapan harga pokok produksi yaitu produk (album) yang
dihasilkan dan siap disalurkan kemasyarakat pecinta musik sebagai
konsumen.
4. Proses produksi
Kegiatan ini mencakup serangkaian kegiatan dimana hasil atau karya
terhadap syair ataupun instrument lagu yang dihasilkan dipadukan secara
bersama-sama yang nantinya dikemas dalam sebuah rekaman dalam
bentuk kaset ataupun CD sebagai bentuk album yang telah dihasilkan.
Dalam menjalankan proses produksinya komunitas musik indie dominan
memakai jasa-jasa studio musik yang ada diwilayah sekitar dari masa
latihan hingga pada proses rekaman. Selain itu untuk menunjang kegiatan
produksinya komunitas musik indie memakai media-media tertentu,
diantaranya media elektronik yaitu komputer yang menyediakan sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
program yang bernama Fruitty Loop, yaitu sebuah program yang mampu
dijadikan sarana bagi para musisi atau pengemar musik untuk mencoba-
coba berapresiasi membuat instrument musik dengan fasilitas instrument
yang secara lengkap sudah tersedia.
Proses produksi dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi
keuangan yang mereka miliki. Dalam melakukan proses produksi
komunitas musik indie belum memiliki target terhadap jumlah produk
yang dihasilkan seperti yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pada
umumnya yang sudah membuat planing (perencanaan) terhadap jumlah
produk inggin dihasilkan selama satu kali proses produksi. Hal tersebut
dilatarbelakangi atas ketidaksesuaian akan mahalnya biaya yang harus
dikeluarkan dalam proses produksi terhadap minimnya modal yang
dimiliki.
Pada kenyataanya kuantitas atau jumlah produk hasil proses produksi
komunitas musik indie hanya didasarkan pada pada besar kecilnya kondisi
keuangan yang saat itu mereka miliki. Walaupun kadangkala mereka
dipaksa harus merogoh saku pribadi untuk menutupi kekurangan biaya
yang dikeluarkan namun rasa kebangaan bisa menghasilkan produk sendiri
mampu menjadi obat tersendiri bagi komunitas ini.
5. Pengendalian kualitas
Dalam tahap ini dasar yang digunakan untuk mengetahui kualitas dari
produk yang telah dihasilkan adalah hanya didasarkan pada kritikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
ataupun masukan baik dari masyarakat sebagai pecinta musik sekaligus
konsumen maupun musisi-musisi lain yang ada.
Untuk mengendalikan kualitas jenis, aliran, atau genre musik yang
dianut agar lebih optimal, hal-hal lain yang dilakukan oleh komunitas
musik indie adalah dengan:
a) Memunculkan alat musik baru yang bertujuan mampu mengeluarkan
bentuk instrument musik yang berbeda
b) Menambah jadwal latihan sesuai kesepakatan seluruh anggota
bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan bermusik yang sudah
dimiliki
c) Menciptakan karya-karya dengan konsep musik (ritme, instrument,
lirik) yang berbeda-beda tanpa terlepas dari genre, aliran, ataupun jenis
musik yang dianut.
Dalam penerapannya tahap ini masih terlihat samar, walaupun hal-hal
diatas sudah dilakukan sebagai sebuah upaya memperoleh kualitas yang
lebih maksimal namun belum muncul sebuah pemberlakuan khusus berupa
agenda atau perencanaan yang sudah disusun secara matang.
Secara keseluruhan arus pola pengelolaan produksi kkomunitas musik
indie dapat digambarkan kedalam bentuk bagan seperti dibawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Penentuan BOP
(Biaya Operasional Produksi)
Proses
Produksi
Pasar
Penyediaan Fasilitas: - alat-alat musik - sarana dan prasarana
pendukung
Penciptaan Ide: - syair/ lirik lagu - instrument musik - ritme/ irama
musik
V.1. Bagan Arus Produksi Komunitas
C. Pola Pengelolaan Keuangan Komunitas Musik Indie
Secara umum segala bentuk usaha tidak terlepas dari bidang keuangan.
Segala bentuk kegiatan khususnya produksi selalu dihadapkan pada
banyaknya biaya-biaya yang patut diperhitungan sebagai salah satu syarat
untuk menjalankan proses produksi secara lebih baik. Dalam usaha industri
musik rekaman sektor keuangan juga menentukan keberhasilan mereka dalam
menjalankan usahanya, yaitu mencakup penyediaan modal, menentukan
anggaran biaya, perencanaan pendapatan, dan lain sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Berbeda dengan perusahaan Major Label yang syarat dengan kaum
pemodal, komunitas indie justru sering terbentur pada sektor keuangan ketika
menjalankan usahanya. Sebagai perusahaan besar yang bergerak dalam
industri musik rekaman pihak Major Label tentunya sudah memperhitungkan
secara matang mencakup segala proses kegiatan berkaitan dengan sistem
keuangan yang harus mereka jalankan. Hal tersebut dikaitkan dari besarnya
modal yang dimiliki dan tentunya mampu menunjang segala bentuk aktivitas
pengeluaran dalam mengembangkan usahanya khususnya dalam bidang
industri musik rekaman.
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pengelolaan
keuangan dari komunitas musik indie meliputi berbagai tahap, yakni:
1. Penyediaan Modal
Modal usaha pada dasarnya diperoleh dari proses patungan, yaitu
dimana setiap personil diwajibkan mengeluarkan sejumlah nominal yang
sama besar yang digunakan untuk mendukung proses usaha yang mereka
jalankan. Hal ini dimaksudkan agar seluruh anggota memiliki tanggung
jawab yang sama dalam mengelola bentuk usaha mereka yaitu dalam
bidang musik. Selain dari patungan modal usaha juga diperoleh dari
pihak-pihak lain atau sering disebut sebagai Sponsor.
Menurut Ipung selaku manajer Monophone band mengemukakan bahwa
modal yang dihasilkan dari pihak sponsor memiliki 2 sifat:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
a) dana yang dikeluarkan oleh pihak tertentu yang secara murni
merupakan suatu bentuk hibah tanpa ada kesepakatan terhadap bentuk-
bentuk perjanjian tertentu
b) dana yang dikeluarkan oleh pihak lain terhadap band yang
bersangkutan sebagai bentuk investasi yang menawarkan kerjasama
antara kedua belah pihak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
disepakati bersama.
Pada sifat yang pertama secara mendasar dapat diterangkan bahwa
komunitas musik indie sering diuntungkan oleh keberadaan pihak-pihak
lain (sponsor) yang rela memberikan dukungan baik secara material atau
nominal maupun dalam bentuk-bentuk lain tanpa mengharapkan balas jasa
atau proses timbale balik, melainkan sebuah bentuk hibah. Dalam hal ini
pihak-pihak sponsor yang dimaksud biasanya adalah teman-teman atau
orang-orang terdekat mereka yang ikut mensuport (mendukung) segala
bentuk kreativitas mereka dengan harapan merasa ikut bahagia jika band-
band yang disponsori mampu meraih kesuksesan. (Martin, Komunitas
Lajar Tanjap, Yogyakarta 2007)
Untuk sifat modal yang kedua salah satu sponsor yang dapat
dimunculkan disini adalah Distro (Distribution Outlet) pakain, yaitu suatu
bentuk usaha yang bergerak dalam bidang usaha produksi pakaian jadi
sekaligus suatu bentuk usaha yang juga masuk dalam kategori indie.
Adapun bentuk aplikasi kerjasama mereka yaitu dengan cara para musisi
atau band dianjurkan memakai atribut yang berkaitan pada saat melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
pentas musik atau memberikan logo atau cap khusus sesuai dengan simbol
dari sponsor yang dimunculkan pada cover atau sampul album yang telah
dimiliki sebagai bentuk promosi terhadap produk-produk yang dihasilkan
sponsor kekalangan masyarakat umum. Sedangkan manfaat jasa sponsor
itu sendiri terhadap band atau musisi adalah mereka memperoleh fasilitas
kostum secara gratis atau tanpa biaya.
2. Menentukan biaya operasional produksi
Penentuan biaya operasional yang dikeluarkan komunitas musik
indie dalam menjalankan seluruh kegiatan usahanya pada dasarnya
dilakukan yakni dengan cara di ambil dari modal yang sudah dimiliki dan
dari proses patungan dengan perbandingan 50 : 50
Proses penentuan biaya produksi secara umum dilakukan oleh
komunitas musik indie pada saat akan dilangsungkannya proses produksi.
Secara lebih jelas Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Erdy selaku
manajer sekaligus personil dari Flower market band yang menyatakan
bahwa sebagian besar rangkaian kegiatan dari komunitas musik indie
masih bersifat insidental (spontan), sehingga penentuan biaya operasional
produksi hanya didasarkan pada kebutuhan yang harus dikeluarkan saat
diperlukan saja tanpa ada rincian anggaran atau perhitungan khusus yang
sebelumnya sudah harus disusun demi kelancaran proses produksinya.
Dari acuan diatas dapat digambarkan bahwa dalam menyiasati
besarnya biaya yang harus dikeluarkan terhadap minimnya modal yang
dimiliki komunitas musik indie mengunakan strategi “mencari aman”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
yaitu dengan menyesuaikan biaya yang sudah dimiliki dalam mencapai
jumlah produk yang akan dihasilkan. Dengan kata lain mereka tidak mau
memaksakan diri untuk dapat menghasilkan produk berdasarkan target
atau jumlah tertentu, melainkan jumlah produk yang dihasilkan justru
didasarkan pada modal yang telah dimiliki.
3. Penentuan Pendapatan
Dalam tahap ini komunitas musik indie mengemukakan bahwa
perolehan pendapatan adalah faktor yang juga ikut menentukan
kelangsungan bentuk usaha mereka. Dikaitkan pada minimnya aspek
keuangan (modal) yang dimiliki komunitas musik indie pun didorong
untuk mampu menghasilkan jumlah nominal tertentu sebagai bentuk
pendapatan yang nantinya mampu digunakan untuk mencukupi segala
kebutuhan atau biaya-biaya yang harus dikeluarkan.
Ditinjau dari cara memperolehnya komunitas musik indie mampu meraih
pendapatan dengan cara sebagai berikut:
a) Konsep panggung (live performance), dalam hal ini band-band musik
indie memasang tariff (nilai atau harga) tertentu yang ditawarkan pada
pihak-pihak lain yang tertarik pada jasa mereka. Pihak-pihak lain yang
dimaksudkan disini diantaranya adalah kafe, pub, diskotik, rumah
makan dan lain sebagainya. Adapun bentuk jasa yang mereka tawarkan
adalah memberikan hiburan pada para pengunjung dilokasi- lokasi
tersebut diatas sesuai dengan kesepakatan berkaitan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
pendapatan yang nantinya dapat mereka hasilkan sesuai dengan tariff
yang sudah ditentukan.
b) Hasil penjualan album atau produk yang sudah dihasilkan, dalam hal
ini pendapatan diperoleh dengan menjumlah total biaya yang sudah
dikeluarkan dalam proses produksi dan selanjutnya digunakan untuk
menentukan harga pokok produk atau album yang sudah siap dijual
dengan menaikkan tingkat harga pada persentase tertentu sebagai
bentuk pendapatan yang nantinya mampu mereka peroleh.
4. Alokasi Pendapatan
Sebagai tindak lanjut terhadap pendapatan yang sudah dihasilkan
komunitas indie berusaha mamanfaatkannya pendapatan tersebut
sedemikian rupa dengan berusaha mengelola pendapatan yang sudah
diterima melalui 3 tahap, yakni:
a) Menentukan pendapatan bersih, yakni memberlakukan adanya
pemotongan terhadap besarnya total pendapatan yang telah diterima
oleh jumlah biaya yang telah dikeluarkan selama proses produksi.
b) Menentukan besarnya persentase dari pendapatan untuk kas, yaitu
jumlah pendapatan yang sebelumnya sudah mendapatkan potongan
terhadap biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses produksi
selanjutnya diambil persentase sesuai dengan kesepakatan seluruh
anggota untuk disimpan sebagai kas.
c) Mendistribusikan pendapatan pada seluruh anggota, dalam hal ini
jumlah pendapatan yang tersisa yaitu setelah melalui kedua tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
diatas selanjutnya didistribusikan secara langsung pada seluruh
anggota sebagai bentuk penghargaan atas segala usaha yang telah
mereka lakukan bersama. dalam hal ini komunitas musik indie secara
umum menerapkan prinsip sama rata, yakni setelah memberlakukan
tahapan-tahapan seperti diatas pendapatan yang ada dibagikan sama
rata sesuai dengan jumlah anggota atau personil band yang
bersangkutan tanpa ada pembedaan terhadap besarnya nominal yang
diterima atau sesuai dengan kesepakatan yang sebelumnya sudah
disetujui.
Dalam pelaksanaan praktik pengelolaan keuangan, secara umum tahap-tahap
diatas merupakan acuan yang digunakan oleh komunitas musik indie dalam
mengelola usahanya khususnya dalam aspek industri musik rekaman.
Ipung selaku manajer sekaligus personil dari band indie Yogyakarta, yaitu
Monophone band memaparkan pola pengelolaan keuangan sebagaimana berikut:
Monophone band merupakan band indie yang mengusung musik dengan aliran,
jenis, atau genre Retro. Sampai saat ini Monophone band sudah berhasil membuat
sebuah mini album sebagai bentuk karya yang telah berhasil diproduksi. Untuk
mencukupi segala bentuk biaya yang harus dipenuhi berkaitan dengan proses
produksinya, Monophone band selain mengumpulkan modal sendiri yaitu dari hasil
patungan seluruh anggota, tambahan modal juga mereka peroleh dari pihak sponsor
yaitu dengan cara menjalin kerjasama yang saling menguntungkan.
Keputusan Monophone band menjalin kerjasama dengan pihak sponsor adalah
akibat dari minimnya modal yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan usaha.
Kesulitan ini terlihat jelas dari besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
pada saat proses produksi album mereka dilakukan. Salah satu sumber mengatakan
pada saat pengarapan album dilaksanakan biaya produksi yang harus dikeluarkan
pada saat itu adalah sekitar Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 2.000.000,- ironisnya modal
yang mampu dikumpulkan dari para anggota saat itu hanya berkisar antara Rp.
500.000,- sampai Rp. 800.000,- akibatnya proses produksi album rekaman tidak
terlaksana. Salah satu cara yang ditempuh Monophone band dalam menyikapi
kurangnya modala untuk proses produksi diatas mendorong grup band ini mencari
pihak-pihak lain yang mampu memberikan investasi modal sesuai dengan bentuk
kerjasama yang disepakati. (Sari, Vokalis Monophone band 2007)
Monophone band mengadopsi bentuk-bentuk Distro (distribution Outlet) pakaian
sebagai pihak sponsor yang memberikan investasi modal dengan balas jasa bentuk
kerjasama yang saling menguntungkan, diantaranya adalah dengan
mempromosikan produk-produk dari bentuk usaha distro secara langsung kepada
masyarakat umum. Adapun caranya adalah dengan adanya kecenderungan
mayarakat pecinta musik (khusunya anak muda) yang mudah terinspirasi untuk
meniru gaya atau seni berbusana para musisi idolanya membawa peluang bagi para
musisi itu sendiri untuk mempromosikan segala bentuk pakaian maupun atribut
yang dipakai pada saat konser dan diperoleh dari pihak sponsor.
Ipung juga mengemukakan bahwa kehadiran dari pihak sponsor sangat
berpengaruh dalam kegaiatan usaha mereka. Secara nyata kesuksesan grub band ini
untuk mengelola hasil karya mereka hingga pada dapur rekaman adalah dengan
adanya sponsor.
Pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan album selanjutnya dialokasikan
pada aspek-aspek yang berkaitan mendukung proses terlaksananya segala bentuk
usaha mereka. Perolehan pendapatan secara matematis di potong 20% untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
dialokasikan pada pihak sponsor, sedangkan yang 80% dia lokasikan pada
keperluan grup meliputi potongan terhadap biaya operasional produksi yang
sebelumnya sudah dikeluarkan selama proses produksi, kas anggota, sekaligus pada
setiap individu atau personil grup sebagai bentuk pendapatan atas jerih payah yang
selama ini mereka lakukan.
Argumentasi yang sama juga dikeluarkan oleh Erdy selaku manajer sekaligus
personil dari Flower market band, yakni bahwa perihal keuangan yang berkaitan
dengan penyelengaraan bentuk usaha dari grup ini juga dipengaruhi oleh keberdaan
pihak lain yaitu sponsor. Secara umum pengalokasian pendapatan baik dari hasil
konser secara langsung (live performance) ataupun dari hasil penjualan album yang
telah berhasil diproduksi adalah sama yaitu dengan tahap pemotongan pendapatan
untuk dialokasikan pada pihak sponsor, pemotongan pendapatan untuk keperluan
kas anggota, dan pembagian atas pendapatan terhadap seluruh anngota atau personil
band itu sendiri.
Kesimpulan yang diperoleh dari hal diatas adalah bahwa pola pengelolaan
keuangan dari Monophone band dan Flower Market band selaku band-band indie
adalah sama. Letak perbedaaan dari kedua band tersebut adalah pada besarnya
presentase pengalokasian pendapatan yang telah diperoleh sesuai dengan
kesepakatan dari masing-masing band. Hal lain yang memunculkan perbedaan
adalah bentu-bentuk kerjasama yang dilakukan dengan pihak sponsor berkaitan
dengan proses kegiatan usaha.
Dalam hal bentuk kerjasama dengan pihak sponsor Flower Market band menjalin
kerjasama hanya dalam hal pembagian keuntungan atas pendapatan yang diperoleh
dari hasil penjualan album. Pembagian tersebut didasarkan pada besarnya investasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
modal yang pernah dikeluarkan oleh pihak sponsor dalam mendukung grup ini
melaksanakan kegiatan usahanya.
Secara singkat pola pengelolaan keuangan komunitas musik indie dapat
digambarkan kedalam sebuah bagan seperti dibawah ini.
Bagan V.2. Arus Pola Pengelolaan Keuangan Komunitas Musik Indie
Penyediaan Modal
Menentukan BOP
Sponsor Investasi Dana Pribadi/ Anggota
Menentukan Harga Pokok
Produksi
Pendapatan
Live Performance
Penjualan Album
Alokasi Pendapatan
Pemenuhan BOP
Kas Anggota dan Manajemen terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
D. Pola Pengelolaan Pemasaran Komunitas Musik Indie
Dalam melaksanakan kegiatan usahanya selain dari melakukan proses
produksi, faktor lain yang dilakukan oleh komunitas musik indie dalam upaya
mengenalkan produk (album rekaman) yang telah dihasilkan adalah melalui
proses pemasaran.
Pemasaran merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mengenalkan
produk yang dihasilkan secara langsung kepada konsumen sehingga secara
pribadi masyarakat mampu menilai apakah produk tersebut layak mereka
konsumsi atau tidak. (Effendi, Ekonomi pemasaran. 1996, hal 43)
Maraknya dunia entertainment khususnya bidang musik membawa
dampak ketatnya persaingan para musisi atau band dalam meraih pangsa pasar
para pengemar musik. Ketatnya persaingan tersebut memunculkan ketatnya
pula strategi pemasaran yang dilakukan oleh berbagai jenis, aliran, atau genre
musik dari band-band atau musisi yang ada.
Dampak modernisasi teknologi membawa komunitas indie untuk membuat
strategi khusus dalam memasarkan produk yang telah dihasilkannya. Seperti
yang telah kita tahu media televisi sudah didominasi oleh iklan- iklan produk
musik yang berbenderakan Major Label, namun dengan landasan misi inggin
merasa diakui bahwa mereka ada komunitas indie juga memasuki media
tersebut sebagai salah satu wadah atau media untuk memasarkan produknya
terhadap masyarakat banyak.
Selain media televisi media-media lain yang digunakan oleh komunitas
musik indie dalam memasarkan produk mereka adalah melalui internet yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dengan membuat Web site yang merupakan salah satu program elektronik
dimana seseorang atau siapapun dapat mengakses secara bebas segala
informasi berkaitan dengan berbagai hal yang inggin diketahui hingga pada
proses transaksi jual beli. Latar belakang pengambilan media internet sebagai
salah satu media yang digunakan dalam proses pemasaran adalah asumsi
bahwa dijaman yang serba modern saat ini hampir segala bentuk kegiatan
tidak terlepas dari media elektronik, komputer atau internet sehingga
memunculkan peluang yang cukup besar bahwa produk yang dipasarkan
melalui media ini akan dengan cepat bisa dikenal masyarakat luas.
Media lain yang digunakan komunitas indie memasarkan produknya yaitu
tabloid, ataupun surat kabar. Diilhami dari minimnya modal atau keuangan
yang mereka miliki memunculkan ide yang dijadikan sebagai strategi
komunitas musik indie untuk memasarkan produk mereka, yaitu dengan
menciptakan berbagai bentuk kerjasama dengan berbagai pihak termasuk
diantaranya adalah dengan media surat kabar.
Maraknya komunitas indie yang berkembang di Yogyakarta tidak hanya
bergerak dalam aspek musik saja, selain itu ada pula komunitas-komunitas
yang bergerak dalam bidang lain namun masih dalam kategori indie,
diantaranya adalah komunitas film indie, komunitas majalah indie, komunitas
garmen indie dan lain sebgaianya. Keberadaan dari komunitas indie yang
bergerak dalam berbaga i bidang tersebut memberikan peluang terhadap
komunitas musik indie untuk membuat strategi pemasaran yaitu dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
menjalin kerjasama dengan komunitas-komunitas lain yang ada dengan sifat
saling menguntungkan.
Selain dari media-media yang sudah disebutkan diatas banyaknya stasiun-
stasiun radio lokal yang ada di Yogyakarta seperti Geronimo FM, Suara Gama
FM, dan stasiun radio lainnya tidak luput dari sasaran komunitas indie dalam
memasarkan produk mereka yaitu melalui program yang dikenal Indie 10
yang bertujuan untuk menyiarkan secara langsung 10 musik indie yang
dianggap populer dikalangan masyarakat pecinta musik. Seperti yang
diungkapkan oleh Lukas Adi prasetya yang mengungkapkan:
Band-band indie di Yogyakarta biasanya mengawali jalan panjang mereka dengan
mengirim demo -demo lagu ke stasiun radio. Misalnya Geronimo yang memiliki Ajang
Musikal yang diputar seminggu sekali. Selain Geronimo, Swaragama, Prambors FM, dan
Star FM juga punya acara serupa. "Ajang Musikal sudah ada sejak tahun 1996. Di sini
kami memutar 20 lagu dari 10 band indie asal Yogyakarta. Masing-masing band kami
putarkan dua lagunya. Namun, lagu yang bisa naik tentu yang sesuai style kami," ujar
Henky, Promotion Staff Geronimo. Yang fantastis adalah setiap hari Geronimo minimal
menerima kiriman demo dari 10 band indie. (Lukas Adi Prasetya, www.indie.com)
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa segala bentuk media yang
memberikan peluang besar terhadap proses pemasaran terhadap karya-karya
dari komunitas musik indie agar mampu dikenal masyarakat dengan segera
akan dimasuki komunitas tersebut dengan didasarkan pada berbagai bentuk
kerjasama dalam upaya menyusun strategi agar karya-karya mereka mampu
dikenal oleh masyarakat luas khusunya para pecinta musik.
Perkembangan lain yang memberikan ruang gerak terhadap pemasaran
komunitas musik indie adalah maraknya acara-acara atau event-event yang
kini banyak mengusung identitas indie. Salah satu contoh adalah munculnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
acara Made In Indonesia setiap sabtu jam 19.30 di Lativi dengan moto “boleh
dibeli jangan dibajak” yang menyuguhkan band-band baru yang belum masuk
dalam major label untuk digojlok dan diuji seberapa besar kemampuan mereka
dalam bermusik. Tak hanya sampai disitu band-band atau musisi yang telah
mendaftarkan diri tersebut memperoleh kesempatan melihat secara langsung
seberapa besar presentase para pengemar musik menilai hasil karya mereka.
Dan tanpa persyaratan khusus dengan segera perusahaan-perusaahan sekelas
Major Label akan segera melakukan taken contrac (memberikan tanda tangan
kontrak) sebagai pihak yang mau mengelola band tersebut dengan acuan
menunjukan hasil penilaian bahwa lebih dari 50% masyarakat pengemar
musik menilai musik mereka dapat diterima dan dinilai bagus.
Selain dari acara Made in Indonesia, muncul juga acara-acara lain
ditelevisi yang membuka diri terhadap komunitas musik indie. Contoh lainnya
adalah adanya program MTV local habis yang disajikan setiap hari jam 12
siang. Program salah satu televisi tersebut bertujuan bahwa segala bentuk
album atau video klip dari musisi atau band yang memiliki jenis, aliran atau
genre yang berbeda-beda memiliki peluang yang sama akan di putar distasiun
televisi tersebut sehingga karya-karya mereka dapat diketahui atau dinilai oleh
masyarakat umum dan tentunya mampu meraih pasarnya sendiri-sendiri.
Dalam memasarkan produknya komunitas indie membuat cover (sampul)
album mereka dengan bentuk atau desain khusus yang ditujukan untuk
menarik minat pengemar musik agar membelinya. Selain itu demi
mendapatkan pengakuan dari masyarakat akan karya-karya mereka komunitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
indie rela memajang album rekaman mereka ke internet- internet secara gratis
dan para pengemar musik tinggal mengaksesnya saja.
Untuk mencegah ketidakpuasan konsumen dalam membeli produk (album)
mereka secara langsung, komunitas indie memberikan service atau jaminan
terhadap produk mereka yang dinilai rusak atau tidak dapat diputar untuk bisa
ditukar dengan yang baru selama tidak melebihi masa garansi yang telah
ditentukan. Karena sungguh dimaklumi bahwa kemasan produk dalam bentuk
CD sangat riskan terhadap kerusakan, kebijakan diatas diambil sebagi upaya
memuaskan konsumen, karena bagaimanapun komunitas indie menganggap
bahwa pembeli adalah raja yang harus memperoleh pelayanan sebaik
mungkin.
Bagan V.3. Arus Pemasaran Komunitas Musik Indie
Live
Performance
Media Radio
Loka l
Media
Komputer/ Internet
Sponsor
Media Surat
Kabar
Media
Televisi
Konsumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
E. Pola Pengelolaan Personalia Komunitas Musik Indie
Bidang personalia adalah salah satu bidang yang berkaitan dengan kinerja
individu atau perseorangan dalam sebuah kegiatan usaha. Selayaknya seperti
bentuk-bentuk usaha yang lain, komunitas musik indie menerapkan
pengelolaan personalia melalui beberapa tahap, mencakup:
1. Perekrutan personil atau anggota band
Dalam tahap ini pihak manajemen biasanya melakukan observasi
terlebih dahulu pada teman-teman terdekatnya atau pada band-band yang
sudah ada dalam memutuskan perencanaan untuk membuat sebuah grup
band dengan aliran, jenis, atau genre yang telah ditetapkan. Namun dalam
komunitas Indie yang kebanyakan terjadi justru adalah sebuah band
terbentuk sendirinya melalui proses sosialisasi antar individu yang
memiliki kesamaan selera akan sebuah jenis, aliran, atau genre musik
tertentu.
Perekrutan atau penambahan anggota baru disini hanya
dimaksudkan sebagai langkah yang digunakan untuk mengantisipasi
adanya perpecahan dalam anggota grup band yang menuntut untuk
menampilkan sosok atau individu baru sebagai pengganti individu lain
yang bermasalah atau keluar dari struktur keanggotaan grup band yang
berkaitan.
2. Penempatan anggota band sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-
masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Selain dari perkrutan anggota, faktor lain yang dapat
mempengaruhi kenerja dalam menjalankan usaha adalah penempatan
anggota secara individu sesuai dengan ketrampilan (skill) yang
dimilikinya. Kesalahan dalam penempatan individu yang tidak sesuai
dengan bidang yang dikuasainya berdampak pada kurang maksimalnya
hasil yang nantinya akan diperoleh.
Oleh sebab itu dalam bidang musik, komunitas musik indie
memiliki acuan yang dijadikan sebagai salah satu strategi khusus dalam
upaya mencapai keingginan sesuai tujuan mereka yaitu menghasilkan
Album yang diterima masyarakat luas. Strategi tersebut adalah dengan
menempatkan personil atau anggota band yang benar-benar sesuai dengan
keahlian yang dimiliki.
Sebagai bentuk contoh konkretnya untuk merekrut seorang gitaris
(pemain gitar) band yang bersangkutan benar-benar mencari seseorang
yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut, salah satu caranya adalah
dengan audisi. Audisi merupakan sebuah bentuk tes penilaian dimana
seseorang atau individu wajib mempertontonkan keahlian atau ketrampilan
mereka khususnya pada bidang musik yang nantinya diawasi atau dinilai
oleh pihak manajemen band yang bersangkutan apakah sesuai dengan
kriteria yang mereka harapkan atau tidak. Pengkriteriaan atau bentuk-
bentuk penilaian audisi didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang
telah disepakati bersama oleh seluruh anggota atau personil dari grup band
yang bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
3. Memperhatikan dana kesejahteraan seluruh anggota
Dalam tahap ini pihak manajemen dituntut untuk mampu menghargai
kinerja seluruh anggota melalui proses pendistribusian pendapatan yang
selama ini mereka peroleh.
Pada dasarnya pendapatan yang sudah diperoleh tidak sepenuhnya di
distribusikan langsung pada seluruh anggota, melainkan terlebih dahulu
diambil 50% untuk kas yang nantinya dapat sewaktu-waktu dipergunakan
jika muncul biaya-biaya tak terduga yang harus dikeluarkan.
Jumlah nominal bukanlah tujuan utama dari komunitas musik indie
dalam menjalankan kreativitas usahanya dalam bidang musik. Namun
transparansi pendistribusian pendapatan yang dihasilkan kepada seluruh
anggota terkait merupakan suatu bentuk penghargaan atas segala jerih
payah atau kinerja seluruh individu yang nantinya mempu memberikan
semangat kebersamaan untuk terus melakukakn kreativitasnya dalam
bermusik dengan hasil yang optimal.
Ketidaktransparanan dalam pendistribusian pendapatan dapat
melahirkan berbagai masalah intern dalam sebuah grup band. Hal tersebut
sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh Aryo selaku Bassis (pemain alat
musik bass) sekaligus manajer dari salah satu band indie Jogja yaitu
Apollo-10 Band, bahwa:
“Pendistribusian pendapatan kepada seluruh anggota band adalah hal yang sangat
penting. Jika hal tersebut dilakukan dengan tidak transparan dapat menimbulkan
perpecahan antar personil atau anggota grup, hal itu dipicu dari asumsi bahwa
dalam grup tersebut tidak ada keterbukaan sehingga mampu melahirkan persepsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
individu untuk berfikir negatif, seperti persepsi adanya pembedaan jumlah nominal
yang didapat tiap individu, yang akhirnya dinilai tidak adil oleh pihak lain”.
Oleh karena hal diatas memperhatikan dana kesejahteraan terhadap
seluruh anggota merupakan tahapan yang tak kalah penting. Sebagai upaya
menghindari munculnya permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan
kesejahteraan tiap anggota, komunitas indie menerapkan stategi khusus
yaitu memberikan distribusi dana kesejahteraan yang transparan dan sama
rata bagi setiap individu maupun pihak manajemen yang berkaitan.
4. Melakukan evaluasi terhadap kinerja seluruh anggota yang ada
Dalam tahap ini bentuk evaluasi terhadap kinerja seluruh anggota
band indie pada umumnya diperoleh dari:
a) Live Performance (penampilan dalam konsep panggung) grup band
baik saat melakukan latihan atau bermain musik secara lansung yang
nantinya dinilai bersama-sama oleh seluruh anggota dan pihak
manjemen yang berkaitan. Penilaian ini ditujukan untuk menilai
perkembangan ketrampilan setiap individu dalam mengoperasionalkan
peralatan musik sesuai dengan bidangnya masing-masing
b) Disiplin waktu, ya itu bentuk penilaian yang didasarkan pada ketepatan
kehadiran seluruh anggota dalam menjalankan proses latihan yang
sudah dijadwalkan secara tetap dalam mengembangkan kreativitas
bermusik secara bersama-sama dalam bentuk Band.
c) Sosialisasi antar anggota dan pihak manjemen yang terkait, yaitu
bentuk penilaian yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
individu dalam grup sebagai simbol keluarga kecil yang membutuhkan
keterbukaan dan kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama.
5. Menentukan sanksi-sanksi khusus apabila terjadi pelanggaran-pelanggaran
baik antar anggota atau dengan pihak manajemen sebagai pemacu
kedisiplinan.
Pada tahap ini seluruh anggota dan pihak manajemen yang terkait
memiliki tanggungjawab yang sama terhadap berbagai kebijakan yang
akan diambil jika terjadi berbagai ketimpangan atau permasalahan yang
dimunculkan oleh tiap individu dalam grup. Kesepakatan tersebut dapat
berupa sanksi-sanksi khusus yang telah disepakati bersama ketika
pelanggaran tersebut benar-benar terjadi. Salah satu contoh konkret seperti
yang dikemukakan oleh Dimas jack selaku salah satu personil dari Captain
OI band (band indie Jogja), yaitu:
“saya pernah telat datang ketika grup band saya melakukan latihan, harusnya kami
mulai latihan jam 14.00 disalah satu studio musik tapi saya datang jam 14.30,
sesuai konsekuensi yang sudah disepakati bersama saya harus membayar biaya
pemakaian jasa studio musik yang saat itu kita pakai latihan. Sendainya jauh hari
sebelumnya saya memberitahu bahwa hari itu saya berhalangan hadir karena ada
keperluan tertentu sebenarnya tidak akan seperti itu kejadiannya, tapi sudahlah saat
itu memang saya yang salah…”
Dari contoh diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa sanksi-
sanksi yang disepakati dalam komunitas musik indie bersifat fleksibel atau
menyesuaikan dengan keadaan pihak yang melakukan pelanggaran. Sanksi
akan diterapkan secara tegas ketika pelanggaran yang dilakukan murni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
kelalaian dari masing-masing anggota. Namun tidak menutup
kemungkinan bahwa sanksi-sanksi yang telah disepakati justru tidak
diberlakukan atau dijalankan menimbang batas toleransi yang sudah
dipahami oleh seluruh anggota grup ketika dihadapkan pada
kemungkinan-kemungkinan melakukan kegiatan lain yang bersifat
mendesak atau tidak dapat ditinggalkan.
Bedasarkan pada tahapan-tahapan yang dimunculkan komunitas
musik indie dalam melakukan pengelolaan usaha khususnya disektor
personalia, tolok ukur yang dijadikan acuan sebagai upaya
memaksimalkan bentuk usaha tersebit meliputi tiga unsur:
a) Pendidikan, yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing
personil dalam grup khususnya aspek musik. Unsur ini diperoleh dari
berbagai sumber meliputi buku, interaksi antar sesama musisi, maupun
dari media-media lain termasuk media televise dan surat kabar yang
banyak menyajikan berbagai ragam konsep tentang musik.
b) pelatihan, yaitu proses kerjasama antar seluruh anggota yang terkait
dalam mengapresiasikan gaya atau seni bermusik. Dalam hal ini
seluruh personil diharapkan mampu melatih skill (ketrampilan) mereka
dalam mengoperasionalkan alat-alat musik sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Latihan dari konsep individual kemudian dipersatukan
dalam bentuk grup dengan cara melakukan latihan bersama dengan
harapan setiap personil mampu menemukan segala kekurangan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
individu atau personil yang lain dengan harapan mampu diketemukan
keselarasan.
c) Pengembangan, yakni sebuah upaya mengapresiasikan seni bermusik
secara lebih luas. Dalam hal ini komunitas indie mengembangkan seni
bermusik mereka dengan memanfaatkan berbagai media maupun
teknologi yang muncul akibat modernisasi. Bnetuk pengembangan
yang dilakukan komunitas ini adalah dengan cara menguasai segala
bentuk macam peralatan musik yang ada yang nantinya mampu
digunakan untuk ,e,unculkan bentuk instrument musik yang berbeda.
Secara singkat arus pola pengelolaan personalia komunitas musik
indie dapat digambarkan kedalam bentuk bagan seperti yang ada dibawah
ini.
Bagan V.4. Arus Pola pengelolaan Personalia Komunitas Musik indie
Manajer
Perekrutan personil/ Anggota
Penempatan Personil/ Anggota Sesuai Bidangnya
Menciptakan Sanksi-sanksi
Memperhatikan Dana Kesejahteraan Anggota
Secara Acak Audisi
Kegiatan Usaha
Evaluasi Seluruh Kinerja Anggota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara garis besar pola pengelolaan usaha komunitas musik indie yang
mencakup pola pengelolaan produksi, pola pengelolaan keuangan, pola
pengelolaan pemasaran, dan pola pengelolaan personalia belum dikelola
dengan baik dan terkesan masih minimalis. Hal tersebut didasarkan pada
masih banyaknya kendala-kendala yang muncul dalam berbagai sektor dan
secara rinci dapat dijelaskan seperti dibawah ini:
1. Pola pengelolaan produksi
Proses produksi yang dilakukan oleh komunitas musik ind ie masih
bersifat insidental (spontan) atau dilakukan tanpa ada perencanaan yang
matang pada masa bentuk usaha tersebut baru akan dijalankan. Dampak
yang ditimbulkan adalah tidak adanya target (tujuan) terhadap jumlah
produk yang inggin dihasilkan.
Prinsip dasar yang digunakan oleh komunitas musik indie dalam
menjalankan proses produksi hanyalah terpaku menggunakan sarana dan
prasarana dengan beban biaya murah atau mungkin fasilitas lain yang
bersifat gratis hal tersebut dilatarbelakangi kurangnya penyediaan modal
usaha yang seharusnya disiapkan dan direncanakan dalam melakukan
sebuah kegiatan usaha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
2. Pola pengelolaan pemasaran
Dalam bidang pemasaran produk atau hasil produksi yaitu berupa
album musik rekaman masih terbentur pada kurangnya penyediaan modal,
sehingga proses pemasaran tidak dapat dilakukan secara maksimal.
Media-media yang dipakai oleh komunitas musik indie dalam memasarkan
produk mereka antara lain melalui:
a) media cetak atau surat kabar, tabloid
b) media elektronik yaitu stasiun televisi, komputer (internet)
Selain dari media-media diatas salah satu cara yang dipakai komunitas
musik indie dalam menjalankan proses pemasaran adalah dengan
melakukan kerjasama yang saling menguntungkan (mutualisme) dengan
bentuk-bentuk usaha lain seperti Distro (Distribution Outlet) pakaian, atau
dengan sponsor-sponsor yang terkait dengan cara menitipkan produk
mereka secara langsung ditempat usaha dari berbagai pihak tersebut
beroperasi. Sebagai bentuk timbal baliknya komunitas musik indie
berkewajiban untuk memakai produk-produk dari pihak yang sekaligus
menjadi sponsor saat band-band tersebut mengikuti event-event atau
pentas musik secara live performance (konsep panggung).
Gaya hidup para pengemar musik yang cenderung inggin meniru gaya
(style) para musisi idolanya membuka peluang para musisi atau band
untuk mempromosikan gaya berpakaian mereka, gaya rambut, merek alat
musik yang dipakai, dan lain sebagainya. Dilatarbelakangi oleh alasan
seperti diatas maka komunitas musik indie melakukan kerjasama dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
hal promosi (pengenalan) produk dengan pihak-pihak atau badan usaha
yang bergerak dalam bentuk usaha diberbagai bidang.
3. Pola pengelolaan keuangan
Pola pengelolaan keuangan yang dijalankan dalam komunitas
musik indie masih tergolong minimalis (kecil). Hal tersebut didasarkan
pada perolehan hasil produksi dan pendapatan yang jumlahnya tidak tetap.
Secara rinci kekurangan dalam sektor keuangan dapat diterangkan sebagai
berikut:
a) Kurangnya atau minimnya modal yang dimiliki
b) Belum adanya anggaran khusus yang mencakup segala biaya yang
harus disiapkan dalam mengoperasionalkan kegiatan usaha.
c) Segala bentuk biaya yang dikeluarkan masih diambil dengan metode
patungan, yaitu setiap individu atau anggota diwajibkan untuk
mengeluarkan sejumlah nominal tertentu dan sama besar dalam
membiayai segala bentuk aktivitas usaha mereka.
d) Belum memiliki target besarnya pendapatan yang inggin diperoleh.
e) Dana kesejahteraan yang didistribusikan pada seluruh individu atau
anggota memiliki besaran yang tidak pasti.
Keberadaan struktur keanggotan yang berpusat pada pihak manajer
memunculkan fungsional tersendiri pada pihak ini berkaitan dengan pola
pengelolaan keuangan yang dikelola.
Maka dapat disimpulkan bahwa Manajer dalam aspek ini memiliki
fungsi- fungsi sebagaimana berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
a) Menentukan besarnya iuran yang harus dikeluarkan oleh tiap anggota
berkenaan dengan penyediaan modal usaha
b) Menjadi pihak yang bertanggung jawab penuh atas penyimpanan
keuangan yang dimiliki
c) Menjadi pihak yang dominan mengambil keputusan atas besarnya
pendapatan yang inggin diraih mencakup:
1) tarif atau harga Live Performance (konsep Pnggung)
2) tarif atau harga album yang akan dipasarkan
d) Menjadi pihak yang berwenang untuk mendistribusikan besarnya
pendapatan yang telah diperoleh untuk kepentingan seluruh anggota
sesuai dengan kesepakatan
e) Menjadi pihak yang dominan memiliki tugas mengelola segala bentuk
biaya yang harus dikeluarkan mencakup proses produksi hingga pada
pengemasan produk.
f) Menjadi pihak yang berwenang menentukan besarnya biaya yang akan
dikeluarkan untuk keperluan latihan seluruh anggota, yaitu meliputi
tarif yang dipakai batasan dalam penentuan lokasi studio musik yang
akan dipakai untuk latihan, atau besarnya biaya yang akan digunakan
untuk keperluan tambahan berkaitan dengan tambahan instrument
musik yang di ingginkan
4. Pola pengelolaan personalia
Dalam aspek ini komunitas musik indie memberlakukan struktur
keanggotaan yang dominan diatur atau dikepalai oleh seorang manajer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dalam mengelola seluruh kegiatan mencakup aspek pengelolaan
personalia.
Dasar-dasar dari pengelolaan personalia meliputi:
a) Perekrutan anggota, yaitu didominasi dengan sistem audisi yang
selanjutnya akan dinilai oleh seluruh anggota yang sudah ada dan
pihak manajemen yang terkait.
b) Segala kepentingan yang berkaitan dengan serangkaian kegiatan usaha
mencakup, pencarian sponsor, promosi, aspek keuangan, dan lain
sebagainya, hanya dikendalikan oleh pihak manajer dan belum ada
seksi-seksi khusus yang seharusnya ada dan dibentuk demi kelancaran
usaha.
c) Pendistribusian dana kesejahteraan seluruh anggota sepenuhnya di
limpahkan pada manajer selaku ketua dengan kesepakatan prinsip
sama rata.
d) Seluruh anggota dan pihak manajer menerapkan evaluasi kinerja setiap
individu secara bersama-sama dengan cara menetapkan jadwal waktu
tertentu untuk berdiskusi bersama membahas segala kekurangan yang
harus segera dibenahi.
e) Adanya sanksi-sanksi khusus yang disepakati bersama sebagai bentuk
konsekuensi atau tanggung jawab terhadap segala bentuk keteledoran
atau kesalahan yang dilakukan oleh tiap-tiap individu baik anggota
biasa maupun pihak manjemen yang terkait.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
B. Saran
Beracuan dari hasil penelitian yang berkesimpulan masih banyaknya
kendala ataupun kekurangan pola pengelolaan usaha yang dilakukan oleh
komunitas musik indie, maka sebagai bentuk perhatian akan masalah-masalah
yang dihadapi peneliti mampu mengeluarkan beberapa saran sebagai berikut:
1. Saran untuk pengelola musik (band) Indie
a) Dalam aspek proses produksi pengelola hendaknya memiliki acuan
berupa skema atau gambaran umum yang inggin dijalankan sehingga
pelaksanaan proses produksi tidak terkesan hanya bersifat accident
(spontan) melainkan sudah direncanakan dengan matang
b) Berkaitan dengan aspek keuangan maka dalam mengelola usaha
pengelola hendaknya mampu membuat perencanaan anggaran yang
nantinya akan dijadikan sebagai acuan atas besarnya biaya-biaya yang
harus dikeuarkan berkaitan dengan seluruh rangkaian kegiatan
usahanya baik dalam memenuhi keperluan proses produksi hingga
pada kesejahteraan para naggotanya sendiri
c) Berkaitan dengan aspek pemasaran, pengelola hendaknya mampu
mengelola bentuk usahanya dengan lebih matang. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan membuat catatan khusus atau berupa agenda yang
nantinya ditujukan untuk mencatat alternative media yang akan dipakai
dalam proses pemasaran produk yang telah dihasilkan. Selain itu
dalam hal ini pengelola dituntut mampu mencari pihak-pihak lain yang
mampu meningkatkan tahap pemasaran secara jelas dan pasti. Pihak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
pihak tersebut dapat berupa sponsor ataupun donatur yang bersedia
menjalin sebuah kerjasama dalam bidang pemasaran
d) Berkaitan dengan aspek personalia, pengelola hendaknya mampu
mengelolanya dengan lebih matang yaitu dengan membuat acuan-
acuan yang nantinya dapat meningkatkan kreativitas kinerja seluruh
anggota. Hal tersebut meliputi:
1) Menentukan model perekrutan anggota secara jelas
2) Menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk kepentingan
kegiatan usaha
3) Menetapkan sanksi atau aturan secara tegas berkenaan dengan
segala bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh setiap anggota
4) Mampu mendeskripsikan pendapatan secara transparan kepada
seluruh anggota sekaligus sebagai bentuk antisipasi munculnya
asumsi dari para anggota atas pendistribusian pendapatan yang di
nilai tidak adil
5) Mampu menyusun bentuk-bentuk penilaian yang nantinya dapat
digunakan untuk mengevaluasi kinerja para anggota secara
individu atau perorangan. Contoh, disiplin waktu, skill
(ketrampilan) bermusik yang dimiliki, dan lain sebagainya
2. Saran untuk peneliti berikutnya
Banyaknya aspek yang berkaitan dengan bentuk usaha dibidang industri
musik rekaman memunculkan berbagai permasalahan yang sungguh rumit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
untuk dipahami. Oleh karena hal diatas maka peneliti memberikan saran
bagi para peneliti-peneliti baru yang tertarik untuk mengkaji lebih jauh
tentang pola pengelolaan usaha komunitas indie sebagai mana berikut:
a) Penelitian yang akan diambil hendaknya difokuskan pada salah satu
sektor saja, hal tersebut bertujuan agar data yang diperoleh lebih
lengkap dan secara rinci dapat dideskripsikan secara ilmiah
b) Beracuan pada penelitian yang sudah ada, peneliti yang selanjutnya
diharapkan mampu melengkapi proses penelitian yang akan dilakukan
dengan berbagai media visualisasi (kamera, video rekaman) hal ini
dipengaruhi akibat keberadaan komunitas musik indie yang rata-rata
belum memiliki tempat usaha yang jelas dan pasti
c) Keragaman aliran, jenis atau genre musik yang bermunculan
memunculkan saran bagi para peneliti baru untuk mampu memilih
obyek penelitian secara selektif berkaitan dengan perkemabangan
industri musik yang saat itu sedanga ngetrend atau populer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Brenan, Julia. 1997. Memadukan Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Furchan, Arief., Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Usaha Nasional,
Surabaya-Indonesia Hardjana, Suka. 2004. Musik Antara Kritik dan Apresiasi. Jakarta: PT. Kompas
Media Nusantara. http://artikel.us/amhasan.html. Laju Produktivitas Komunitas”Indie Label” dalam
Dimensi Pasar Bebas. 14 Oktober 2004 http://www.kompas.com. “Indie Label”, Perlawanan Komunitas Lokal, oleh
Triyono Lukmantoro, Sabtu, 10 Februari 2007. http://www.kompas.com. “Indie dan Problematikanya”, oleh Syahrani, Senin 11
Mei 2007 http://www.indie news.com “Band Indie Jogja Garap Album Bersama” oleh
Admin, Sabtu 05 Agustus 2006 http://www.indie news.com. “Major Vs Indie Label” oleh Aditya Prasetya, Selasa
16 September 2007 http://www.Blank Magazine. Colorado 2003 Khor, Martin. 2003. Globalisasi: Perangkap Negara-negara Selatan. Yogyakarta:
Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas. Prof. Dr. Lexy. J. Moleong. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. Bandung Suryawan, I Ngurah. 2003. Budaya Pop. Denpasar: Indie Pustaka Satya, Erwin 2001. Pendapatan Kaum “Indie” adalah Kepuasan. Bandung:
OutMagz Suryana, Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses.
Jakarta, Pustaka Pelajar Storey, John. 2007. Pengantar Komprehensif Teori dan Metode Cultural Studies
dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta: Jalasutra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Thomas, David C dan Kerr Inkson. Kemampuan Manusia Dalam Menghadapi Bisnis Global. The Handbook of Global Managers. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer.
Widjanarko, 2002. Pasar Global. Jakarta: Pustaka Pelajar Waruwu, E Satiadarma, P. 2003. Mendidik Kecerdasan. Jakarta: Pustaka Populer
Obor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PEDOMAN WAWANCARA
Berdasarkan metode penelitian yang menggunakan analisis data deskriptif
kualitatif, maka diperlukan susunan pertanyaan yang akan digunakan sebagai
dasar wawancara dalam mengumpulkan data penelitian.
Berdasar pada asumsi di atas maka dapat disusun sejumlah pertanyaan
berkaitan dengan rumusan masalah penelitian sebagaimana berikut:
a. Personal Band
1. Siapa nama anda dan apa nama grup band yang anda ikuti?
2. Kapan grup band anda terbentuk?
3. Apa alasan grup anda memberi nama band anda seperti itu?
4. Adakah visi maupun misi khusus yang ingin diraih grup band anda
tersebut? Tolong terangkan!
5. Strategi apa yang digunakan grup band anda dalam menyiasati
persaingan dengan grup band lain yang sudah ada?
6. Aliran, jenis, atau genre musik yang seperti apa yang biasa grup anda
bawakan?
7. Selama ini lingkup atau wilayah mana saja yang pernah menjadi ajang
grup musik anda dalam berapresiasi?
b. Manajer
1. Siapa nama anda dan group musik apa yang memakai jasa anda
sebagai manajer?
2. Jenis, aliran, atau genre musik yang seperti apa yang anda kelola?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Alasan apa yang membuat anda memilih aliran, genre, atau jenis musik
yang seperti sekarang ini, untuk tertarik mengelolanya?
4. Adakah tujuan khusus yang ingin anda raih selaku manajer band
terhadap seluruh anggota? Tolong terangkan!
5. Selaku manajer, strategi apa yang selama ini anda gunakan agar grup
band anda tetap dikenal dihati para pengemar musik?
6. Terdiri dari siapa saja struktur keanggotaan yang ada dalam grup
musik yang anda kelola?
7. Siapa tokoh yang bertanggungjawab penuh dalam grup band yang anda
kelola?
8. Secara umum kendala-kendala apa yang sering anda hadapi dalam
mengelola grup band tersebut?
c. Bagian Pemasaran
1. Siapa nama anda dan Grup band yang anda kelola?
2. Selama ini adakah harga khusus yang sudah menjadi patokan dalam
grup band anda dalam memenuhi permintaan dari konsumen?
3. Media apa saja yang biasa digunakan untuk menunjang kegiatan
promosi grup band anda dan apa alasannya?
4. Adakah symbol-simbol khusus yang digunakan dalam grup band anda
sebagai gambaran identitas dalam upaya menarik perhatian para
pengemar musik?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Dalam proses penyalurannya, bagaimana kiat-kiat atau strategi anda
dalam mendistribusikan hasil produksi untuk bisa dinikmati secara
langsung oleh konsumen?
6. Sebagai bentuk pelayanan terhadap konsumen, adakah strategi khusus
yang anda tujukan kepada konsumen agar tidak merasa rugi dalam
membeli produk anda? Bagaimana bentuknya?
7. Sampai saat ini sudah berhasilkah metode pemasaran yang sudah anda
terapkan? Dan bagaimana kiat-kiat anda dalam melakukan strategi
pemasaran untuk masa yang akan datang?
d. Bagian Keuangan
1. Siapa nama anda, dan grup band yang anda ikuti?
2. Selama ini bagaimana cara grup band anda memperoleh modal usaha?
Adakah sumber modal lain (sebutkan jika ada)?
3. Digunakan untuk apa, atau adakah pembukuan khusus dalam mengatur
keuangan baik dalam hal pengeluaran atau pendapatan yang selama ini
sudah diperoleh?
4. Bagaimana cara anda mengelola keuangan berkaitan dengan
kesejahteraan anggota setiap personil grup band ini terhadap
pendapatan yang sudah terkumpul? Apakah mengunakan bagi hasil
sama rata, atau setiap personil mendapatkan nominal yang berbeda
sesuai dengan kinerja secara individu? Tolong jelaskan!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Adakah anggaran khusus yang selama ini grup band anda miliki
berkaitan dengan biaya-biaya atau pendapatan yang sudah grup anda
terima?
e. Personalia
1. Tolong sebutkan nama anda, dan nama grup band yang anda kelola?
2. Bagaimana pola perkrutan anggota personil band selama ini anda
terapkan?
3. Adakah struktur khusus dalam penempatan anggota, dalam upaya
menghasilkan kinerja yang maksimal?
4. Strategi apa yang biasa anda gunakan untuk merekrut anggota baru
sebagai upaya mengembangkan potensi grup band tersebut? Jelaskan!
5. Strategi apa yang anda gunakan dalam upaya memperhatikan
kesejahteraan anggota? (ada kenaikan gaji, bonus,….sebutkan jika ada
bentuk yang lain)
6. Selama ini pernahkah terjadi perselisihan antar personil digrup band
anda ataupun perselisihan antara anggota dengan manajer? Dan
bagaimana anda menyikapi hal tersebut!
7. Adakah sanksi-sanksi khusus yang anda terapkan dalam membentuk
disiplin kerja di grup band yang anda kelola?
8. Bagaimana cara anda memberikan penilaian ataupun mengevaluasi
seluruh anggota berkaitan dengan kreativitas kerja mereka secara
personal?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f. Produksi
1. Sebutkan nama anda, dan grup band yang anda kelola?
2. Selama ini bagaimana proses produksi grup band anda berlangsung?
dan berapa album yang berhasil anda buat?
3. Dari mana bahan baku (lirik lagu dan instrument musik) maupun
bahan penolong selama ini diperoleh? Apakah dari satu individu atau
setiap anggota memiliki tanggungjawab yang sama, tolong jelaskan!
4. Dalam bentuk apa hasil produksi yang telah dihasilkan grup band anda
dikemas?
5. Jika produk anda tidak habis terjual di masyarakat umum, bagaimana
kiat anda dalam menyimpan produk yang telah dihasilkan agar tidak
rusak?
6. Bagaimana cara menilai baik atau buruknya kualitas produk yang
sudah dihasilkan?
7. Adakah strategi khusus yang anda gunakan dalam hal perhitungan
BOP (biaya operasional produksi) dan harga pokok industri?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI