tugas bu lidia komunitas kel 3

29
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS “ GERAKAN SAYANG IBU “ Di Susun Oleh : Kelompok III Karmila Hasibuan Radiatul Mardiyah Sari Devi Sukmawati Br Pandiangan Dosen Pembimbing : Lidia Fitri, Amd.Keb, SKM, M.Kes AKADEMI KEBIDANAN HELVETIA PEKANBARU

Upload: radiatul-mardiyah

Post on 10-Jul-2016

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

komunitas

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS“ GERAKAN SAYANG IBU “

Di Susun Oleh : Kelompok III

Karmila Hasibuan

Radiatul Mardiyah

Sari Devi

Sukmawati Br Pandiangan

Dosen Pembimbing : Lidia Fitri, Amd.Keb, SKM, M.Kes

AKADEMI KEBIDANAN HELVETIA

PEKANBARU

T. A 2016 / 2017

Page 2: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan karunia-Nyalah sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan

tepat waktu. Sebagai bahan untuk melengkapi tugas terstruktur, dengan tema

“Asuhan kebidanan komunitas”. Tidak lupa ucapan terima kasih kami

hanturkan kepada ibu Lidia Fitri, amd.keb,SK M,M.Kes selaku pembimbing

kami yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, serta teman-teman

yang terus memberikan motivasi dalam menyelesaikan makalah kami ini. Kami

sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, kami menyambut baik kritik dan saran dari pembaca

yang bersifat membangun untuk perbaikan dan masukan dimasa akan datang.

Akhir kata kami selaku kelompok penulis berharap agar selaku pembaca dapat

puas dan mendapatkan informasi yang kami sampaikan. Dan atas perhatiannya

kami ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, April 2016

Penulis

Page 3: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

DAFTAR ISIKata Pengantar...............................................................................................

Daftar Isi ....................................................................................................

Bab I Pendahuluan

a. Latar Belakang .....................................................................................b. Rumusan Masalah ................................................................................c. Tujuan ..................................................................................................

Bab II Pembahasan

a. Dasar-dasar pelaksanaan gerakan sayang ibu .....................................b. Tujuan gerakan sayang ibu ..................................................................c. Sasaran gerakan sayang ibu..................................................................d. Ruang lingkup gerakan sayang ibu.......................................................e. Strategi gerakan sayang ibu..................................................................f. Perencanaan dan pelaksanaan gerakan sayang ibu..............................g. Pelaksanaan kegiatan gerakan sayang ibu........................................h. Indikator keberhasilan sebelum dan sesudah GSI............................i. Hambatan..............................................................................................j. Model asuhan kebidanank. Asuhan sayang ibu

Bab III Penutup

a. Kesimpulan ..........................................................................................b. Saran ....................................................................................................

Daftar Pustaka

Page 4: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gerakan sayang ibu ( GSI ) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas

kemampuan utamanya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu

yang dilaksanakan bersama – sama oleh pemerintahan dan masyarakat dalam

rangka meningkatkan sumber daya manusia dengan meningkatkan

pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dan sinergis.

GSI didukung oleh Aiansi Pita Putih ( White Ribbon Alliance ), yaitu

suatu aliansi yang ditujukan untuk mengenang semua wanita yang meninggal

karena kehamilan dan melahirkan. Pita putih merupakan symbol kepedulian

terhadap keselamatan ibu yang menyatukan individu, organisasi dan

masyarakat yang berkerjasama untuk mengupayakan kehamilan dan

persalinan yang aman bagi setiap wanita.

Pada dasawarsa terakhir ini, dunia internasional nampaknya benar-

benarterguncang. Bagaimana tidak jika setiap tahun hampir sekitar setengah

juta wargadunia harus menemui ajalnya karena persalinan. Dan nampaknya

hal ini menarik perhatian yang cukup besar sehingga dilakukannya berbagai

usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu ini.Usaha tersebut terlihat

dari beberapa program yang dilaksanakan olehorganisasi internasional

misalnya program menciptakan kehamilan yang lebih aman(making

pregnancy safer program) yang dilaksanakan oleh WHO (World

HealthOrganisation), atau program Gerakan Sayang Ibu (Safe Motherhood

Program) yangdilaksanakan oleh Indonesia sebagai salah satu rekomendasi

dari konferensiinternasional di Mesir, Kairo tahun 1994. Selain usaha-usaha

tersebut, ada pulabeberapa konferensi international yang juga bertujuan untuk

menurunkan angkakematian ibu seperti Internasional Conference on

Page 5: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

Population and Development, diCairo, 1994 dan the World Conference on

Women, di Beijing, 1995. (

Rahima; Pusat Pendidikan dan Informasi Islam dan Hak-hak

[email protected] copyright©Rahima 2001

)Kemudian lihat kembali sejak diadakan Konferensi Safe Motherhood

diNairobi, Februari 1987, masalah kematian ibu yang berkaitan dengan

kehamilanmemang sudah menjadi persoalan global. Sejak itu makin banyak

informasi tentangangka kematian ibu (AKI) beredar dan tercantum beberapa

kali dalam buku UNDP,Human Development Report. Dalam edisi 1996

dicantumkan, AKI di seluruh duniaadalah 307 per 100.000 kelahiran, yakni

28 untuk negara-negara industri dan 384untuk negara-negara sedang

berkembang. Variasinya besar sekali, dari 0 diLuksemburg dan Malta sampai

lebih dari 1.500-100.000 kelahiran di Bhutan,Afghanistan, dan Sierra

Leone.Di buku itu AKI Indonesia diperkirakan 650 per 100.000. Perkiraan

resmi diIndonesia lebih rendah, 425 per 100.000 kelahiran pada awal PJP II

(1994). KiranyaAKI 425 lebih realistis. Memang sulit memperkirakan AKI

karena kejadiannya jarangdan cenderung dirahasiakan orang. AKI 425 itu

termasuk tinggi, paling tinggi diASEAN. Vietnam mempunyai AKI 120,

Malaysia 59, dan Singapura 10.

2.2 Sekilas Tentang GSI

Awal dari kemunculan Gerakan Sayang Ibu ini tepat pada puncak

acaraperingatan Hari Ibu pada tahun 1996. Acara tersebut diadakan di Desa

Jaten,Karanganyar, tempat kelahiran Ibu Tien Soeharto (almarhumah). Pada

kesempatan ituPresiden Soeharto meluncurkan Gerakan Sayang Ibu, yang

tujuannya mempercepatpenurunan AKI. Sebelumnya, pada 19-21 Juni 1996,

diadakan Lokakarya PenurunanAngka Kematian Ibu di Jakarta. Di situ

Presiden menekankan perlunya percepatanpenurunan AKI. Karena memang

tanpa percepatan penurunan angka kematian ibuhamil dan bersalin, maka

kemajuan wanita yang telah dicapai pada waktu itu dirasatidak

Page 6: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

lengkap.Adapun struktur organisasi dari gerakan ini terlihat cukup kompleks,

daritingkat pusat sampai ke tingkat desa memiliki tugas pokok masing-

masing. Di tingkatpusat dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) dan Tim Asistensi

Gerakan Sayang Ibu. Ditingkat kabupaten dibentuk Pokja Gerakan Sayang

Ibu, diketuai bupati. Di tingkatkecamatan dibentuk Satuan Tugas (Satgas)

Sayang Ibu, diketuai camat.Di tingkat desa/kelurahan dibentuk Satgas Sayang

Ibu, diketuai kepaladesa/ketua umum LKMD. Diangkat dua ketua pelaksana,

sekretaris, dan anggota-anggota. Tugas pokok mereka adalah menghimpun

data tentang ibu hamil dan

bersalin, memberikan penyuluhan, dan mengumpulkan dana untuk

“ambulans desa”

serta tabungan ibu bersalin.

Page 7: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

BAB II

PEMBAHASAN2.1 DASAR-DASAR PELAKSANAAN GERAKAN SAYANG IBU

Gerakan sayang ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas

perempuan utamnya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang

dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat dalam rangka

meningkatkan sumber daya manusia dengan meningkatkan pengetahuan,

kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dn sinergis.

GSI didukung pula oleh Aliansi Pita Putih (White Ribbon Alince), yaitu

suatu aliansi yang ditujukan untuk mengenang semua wanita yang meninggal

karena kehamilan dan melahirkan. Pita putih merupakan simbol kepedulian

terhadap eselamatan ibu yang menyatukan individu , organisasi, masyarakat

yang bekerja sama untuk mengupayakan kehamilan dan persalinan yang aman

bagi setiap wanita.

Terdapat 3 unsur pokok GSI. Pertama: Gerakan sayang ibu merupakan

gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat bersama dengan pemerintah.

Kedua: Gerakan sayang ibu mempunanyai tujuan untuk peningkatan dan

perbaikan kualitas hidup perempuan sebagai sumber daya manusia. Ketiga:

gerakan sayang ibu bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian

ibu karena hamil, melahirkan dan nifas.

2.2 TUJUAN GERAKAN SAYANG IBU

1. Menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta

menurunkan angka kematian bayi.

2. Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai Penyakit

menular Seksual (PMS).

3. Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai perawatan

kehamilan, proses melahirkan yang sehat, pemberian ASI Ekslusif dan perawatan

bayi.

Page 8: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

4. Memantapkan komitmen dan dukungn terhadap Gerakan Sayang Ibu.

5.   Meningkatkan kepedulian dan dukungan sector terkait terhadap upaya-upaya

penanggulangan penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu.

6. Memantapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam mengembangkan

dan membangun mekanisme rujukan sesuai dengan kondisi daerah.

7.   Meningkatkan kepedulian dan peran serta institusi masyarakat dan swasta

(LSM, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi) dalam perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dalam pengumpulan data ibu hamil,

bersalin dan nifas di tingkat kelurahan dan kecamatan.

8. Meningkatkan fungsi dan peran institusi kesehatan baik pemerintah maupun

swasta dalam pelayanan kesehatan yang aman, ramah dan nyaman bagi ibui dan

bayi.

9. Meningkatkan upaya masyarakat dalam mengubah budaya masyarakat yang

merugikan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi yang dilahirkan.

10. Meningkatkan upaya pengembangan dana perawatan ibu hamil, bersalin, nifas

serta perawatan bayi di setiap wilayah kelurahan dibawah koordinasi camat

.

2.3 SASARAN GERAKAN SAYANG IBU

a)      Langsung : Caten (Calon Penganten)

Pasangan Usia Subur (PUS)

Ibu hamil, bersalin dan nifas

Ibu meneteki masa perawatan bayi

Pria/Suami dan seluruh anggota keluarga

b)      Tidak langsung : Sektor terkait

Institusi kesehatan

Institusi Masyarakat

Tokoh masyarakat dan agama

Kaum bapak/pria

Media massa

Page 9: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

2.4 RUANG LINGKUP GERAKAN SAYANG IBU

a) Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak melalui upaya penurunan

angka kematian ibu dan bayi.

b) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku suami istri dan masyarakat

mengenai hak-hak Reproduksi dan Kesehatan Reproduksi.

c) Menghilagkan hambatan-hambatan yang mempengaruhi upaya peningkatan

kualitas hidup perempuan.

2.5 STRATEGI GERAKAN SAYANG IBU

Melalui pendekatan kemasyarakatan, dikembangkan dalam bentuk :

1.      Desentralisasi

2.      Kemandirian

3.      Keluarga

4.      Kemitraan

2.6 PERENCANAAN dan PELAKSANAAN GERAKAN SAYANG IBU

Melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1.      Identifikasi masalah

2.      Penentuan masalah

3.      Penentuan tujuan

4.      Pengembangan alternatif pemecahan masalah

5.      Penentuan rencana operasional

Terdiri dari : Langkah kegiatan ( jadwal kegiatan)

Tenaga pelaksana

Dukungan dana dan saran

Monitoring dan Pelaporan

Evaluasi kegiatan

Page 10: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

2.7 .  PELAKSANAAN KEGIATAN GERAKAN SAYANG IBU

Unsur Opersional

a.       Kegiatan advokasi dan KIE

b.      Pengembangan pesan advokasi dan KIE GSI

c.       Pemberdayaan dalm keluarga, masyarakat dan tempat pelayanan kesehatan

d.      Memadukan kegiatan GSI, pondok bersalin dan posyandu

2.      Unsur Pendukung

a.       Orientasi dan penelitian

b.      Pendataan, pemantauan, pemetaan bumil, bulin, bufas dan bayi

c.       Pengembangan tata cara rujukan

d.      Mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan

e.       Peningkatan peran bidan

  Tugas Pokok Satgas Gerakan Sayang Ibu meliputi :

a)      Menyusun rencana kerja dalam rangka menurunkan AKI dan AKB serta

mengumpulkan dana untuk ambulance kecamatan dan tabulin.

b)      Advokasi kepada TOMA, TOGA dan TOPOL dapat mendukung GSI wilayah

tersebut.

c)      Penyuluhan kepada keluarga serta bumil, bulin, bufas dan ibu yang

mempunyai bayi di masyarakat.

d)     Mengumpulkan data informasi bumil, bulin, bufas dan bayi yang dilakukan.

e)      Memberikan tanda pada bumil beresiko tinggi untuk kemudian dipantau dan

di informasikan ke bidan puskesmas.

f)       Membantu merujuk.

  Memantau Keberhasilan Gerakan sayang Ibu (GSI)

Beberapa hal yang perlu dipantau untuk melihat keberhasilan

pelaksanaan GSI antara lain :

a)      Sektoral terkait berperan aktif dalam kegiatan operasional

Page 11: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

b)      Setiap persalinan ditolong oleh tenakes

c)      Kecamatan dan kelurahan dapat melaksanakan kegiatan KIE dengan baik

d)     Kecamatan dan kelurahan dapat melakukan rujukan dengan baik artinya :

         Tersedianya kendaraan untuk membantu bumil melahirkan dan nifas yang

membutuhkan

         Tersedianya biaya untuk rujukan

         Sarana pelayanan kedaruratan medik untuk setiap kasus emergensi kehamilan,

persalinan dan nifas

2.8 INDIKATOR KEBERHASILAN SEBELUM DAN SESUDAH GSI

Semakin dan mantapnya peranan organisasi masyarakat dalam GSI, seperti :

1.      Meningkatkan dan mantapnya masyarakat menjadi kader KIE GSI

2.      Mendata ibu hamil dalam lingkungannya termasuk data mengenai :

         Jumlah ibu hamil

         Umur kehamilan, riwayat kehamilan, persalinan dan rencana persalinan

         Mengenai kehamilan yang beresiko dan rencana tindak lanjutnya

3.      Menyampaikan data-data tersebut kepada Satgas GSI setempat

4.      Semakin tumbuhnya ide-ide baru dari masyarakat

Semakin meningkat dan mantapnya pengetahuan dan pemahaman mengenai GSI,

seperti :

1.      Mengenai kelainan kehamilan sedini mungkin dan segera membawanya ke

fasilitas kesehatan.

2.      Mempersiapkan biaya persalinan dan perlengkapan bayi

3.      Memeriksakan ibu hamil di sarana kesehatan atau bidan terdekat minimal 4

kali

4.      Mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat timbul selama kehamilan

dan persalinan (mempersiapkan donor darah, kendaraan, dsb)

5.      Melaksanakan keadilan dan kesetaraan gender dalam rumah tangga

6.      Memberi keluarga untuk mendapatkan pendidikan

Setinggi mungkin sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga :

1.      Menghindarkan perkawinan remaja putri sebelum usia 20 tahun

Page 12: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

2.      Suami-istri merencanakan jumlah anak, waktu mengandung dengan

mempertimbangkan kesehatan istri serta memberi peluang istri untuk

meningkatkan potensinya dalam berbagai bidang kehidupan

3.      Semua kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan

4.      Memperhatikan makanan ibu hamil dan menghindarkan ibu hamil bekerja

keras

Ibu hamil semakin mengenali masalah kehamilan seperti :

1.      Menyiapkan biaya persalinan dan perawatan bayi

2.      Melaksanakan berbagai kegiatan demi kesehatan kehamilan dan kelahirannya

3.      Memberikan perawatan kepada bayi yang dilahirkan

2.9 HAMBATAN

Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah baik dengan GSI ataupun Safe

Motherhood telah memungkinkan ditambahnya sarana dan prasarana untuk

mengajak ibu hamil dan melahirkan makin dekat pada pelayanan medis yang

bermutu.

Akan tetapi GSI juga menemui hambatan dalam pelaksanaannya, antara lain :

1.      Secara Struktural

Berbagai program tersebut masih sangat birokratis sehingga

orientasi yang terbentuk semata-mata dilaksanakan karena ia adalah program

wajib yang harus dilaksanakan berdasarkan SK (Surat Keputusan).

2.      Secara Kultural

Masih kuatnya anggapan/pandangan masyarakat bahwa kehamilan dan

persalinan hanyalah persoalan wanita.

Page 13: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

2.9 MODEL ASUHAN KEBIDANAN

1. prinsip-prinsip sayang ibu

Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang berbeda

dengan model perawatan medis. Bidan-bidan diseluruh dunia sependapat bahwa

prinsip-prinsip asuhan kebidanan adalah sebagai berikut :

1.      Memahami bahwa kelahiran anak merupakan suatu proses alamiah dan

fisiologis

2.      Menggunakan cara-cara yang sederhana, tidak melakukan intervensi tanpa

adanya indikasi sebelum berpaling ke teknologi

3.      Aman, berdasarkan fakta, dan memberi konstribusi pada keselamatan jiwa ibu

4.      Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberi asuhan kesehatan/lembaga

(Sayang Ibu)

5.      Menjaga privasi dan kerahasiaan ibu

6.      Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional

7.      Memastikan bahwa kaum ibu mendapatkan informasi, penjelasan dan

konseling yang cukup

8.      Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam membuat

keputusan setelah mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan mereka

dapatkan

9.      Menghornati praktek-praktek adapt, dan keyakinan agama mereka

10.  Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan social ibu/keluarganya

selama masa kelahiran anak

11.  Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan

penyakit

Penggunaan obat-obatan atau prosedur pengobatan selama kehamilan, persalinan,

atau postpartum secara “rutin”, dapat mengakibatkan terjadinya cedera bagi ibu

dan bayinya. Contoh-contoh semacam itu yang sudah memperlihatkan tidak

adanya bukti-bukti manfaatnya seperti episiotomi, enema dan penghisapan bagi

semua bayi secara rutin. Bidn yang sudah terampil perlu mengetahui kapan untuk

tidak melakukan sesuatu apapun. Asuhan selama masa kehamilan, kelahiran dan

postpartum dan juga pengobtan komplikasi harus didasarkan bukti-bukti ilmiah.

Page 14: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

“JANGAN MENYAKITI” artinya bahwa intervensi tidak boleh dilakukan tanpa

indikasi-indikasi. Bidan yang sudah terampil mengetahui waktu yang tepat untuk

tidak melakukan tindakan apapun.

Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses normal., alamiah dan sehat.

Sebagai bidan kita harus mendukung dan melindungi proses persalinan. Sebagai

bidan kita yakin bahwa model asuhan kebidanan, mendukung dan melindungi

proses persalinan normal dan merupakan cara yang paling sesuai bagi mayoritas

kaum ibu selama kehamilan dan persalinan.

2. ASUHAN SAYANG IBU

Dokumen WHO/Safe Motherhood menjelaskan salah satu cara untuk

memberikan asuhan yang bersifat “Sayang Ibu”. Diseluruh dunia asuhan jenis ini

kini sedang dimasyarakatkan dan sudah terbukti efektif karena kaum ibu merasa

nyaman dengan asuhan ini dan akan terus berupaya mendapatkannya. Hal ini

kebetulan pula konsisten dengan caranya bidan-bidan memberikan jasa

pelayanannya secara tradisional.

Jika layanan diberikan dengan penuh hormat dan rasa peduli yang peka sesuai

kebutuhan ibu serta memberikan rasa percaya yang besar, maka ibu akan lebih

memilih asuhan yang seperti ini dan merekomendasikan hal ini pada ibu-ibu yang

lain.

Badan Coalition for Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe

Motherhood Initiative pada tahun 1987. Badan ini terdiri dari sejumlah individu

dan organisasi nasional yang misiny untuk mempromosikn kesempurnaan model

asuhan persalinan yang dapat meningkatkan hasil kelhiran serta menghemat biaya.

Misi ini berdasarkan penelitian, saying ibu, bayi dan kelurganya dan

memfokuskan pada pencegahan dan kesempurnaan sebagai alternative untuk

penapisan, diagnosa dan program perawatan yang berbiaya tinggi.

Salah satu prinsip yang mendasari pemikiran ini ialah bahwa “model asuhan

kebidanan ini, yang mendukung dan melindungi proses kelahiran normal,

Page 15: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

merupakan langkah yang paling sesuai untuk mayoritas ibu selama masa

kehamilan dan melahirkan”. Badan ini merumuskan 10 langkah bagi rumah

sakit/pusat pelayanan persalinan/rumah-rumah biasa yang harus diikuti agar

supaya bisa mendapatkan predikat “sayang ibu”. Sebagaimana dikutip dari bahan

CIMS dalam bacaan tersebut, kesepuluh langkah tersebut ialah :

1.      Menawarkan suatu askes kepada semua ibu yang sedang melahirkan untuk

mendapatkan seseorang yang akan menemani (suami,anak-anak,teman) menurut

pilihannya dan mendapatkan dukungan emosional serta fisik secara

berkesinambungan.

2.      Memberi informasi kepada public mengenai praktek-praktek tersebut,

termasuk intervensi-intervensi dan hasil asuhannya.

3.      Memberikan asuhan yang sifatnyapeka dan responsive bertalian dengan

kepercayaan, nilai dan adat istiadat yang dianut ibu.

4.      Memberi kebebasan bagi ibu yang akan melahirkan untuk berjalan-jalan,

bergerak kemanapun ia suka dan mengambil posisi pilihannya serta menasehati

agar tidak mengambil posisi lithotomi (kecuali jika komplikasi yang dialami

mengharuskan demikian).

5.      Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang

berkesinambungan (yakni, berkomunikasi dengan pemberi asuhan sebelumnya

rujukan sudah terjadi, dan menghubungkan ibu dengan nara sumber masyarakat

yang mungkin ia perlukan, misalnya konseling pemberian ASI/keluarga

berencana.

6.      Tidak rutin menggunakan praktek-praktek dan prosedur yang tidak didukung

oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, termasuk dan tidak terbatas pada :

         Pencukuran

         Enema

         IV (Intravena)

         Menunda kebutuhan gizi

         Merobek selaput ketuban secara dini

         Pemantauan janin secara elektronik

Page 16: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

Dan juga agar membatasi penggunaan oxytocin, episiotomi dan bedah Caesar

dengan menetapkan tujuan dan mengembangkan cara mencapai tujuan tersebut.

7. Mengajarkan petugas pemberi asuhan dalam metoda meringankan rasa

nyeri tanpa penggunaan obat-obatan.

8. mendorong semua ibu (dan keluarganya), termasuk mereka yang bayinya

sakit dan kurang bulan, agar mengelus, mendekap, memberi ASI dan mengasuh

bayinya sendiri sedapat mungkin.

9. Menganjurkan agar jangan menyunat bayi baru lahir jika bukan karena

kewajiban agama.

10. Berupaya untuk mencapai ketentuan WHO-UNICEF mengeni “Sepuluh

Langkah Sayang Bayi Prakarsa RS” untuk mempromosikan pemberia ASI yang

baik.

CIMS menyatakan bahwa lndasan filosofis dari suhan saying ibu adalah sebagai

berikut :

1. Kelahiran adalah suatu proses alamiah

Kelahiran adalah suatu proses normal, alamiah dan sehat. Sebagai bidan, kita

harus mendukung dan melindungi proses kelahiran tersebut. Sebgai bidn kita

percaya bahwa model asuhan kebidanan yang mendukung dan melindungi proses

normal dari kelahiran, adalah yang paling sesuai bagi sebagian besar wanita

selama masa kehamilan dan kelahiran.

2. Pemberdayaan

Ibu-ibu beserta keluarganya memiliki kearifan dan lebih memahami apa yang

mereka perlukan untuk bisa melahirkan. Keyakinan dan kemampuan seorang

wanita untuk melahirkan dan mengasuh bayinya akan diperkuat atau diperlemah

oleh setiap orang yang turut memberi asuhan, serta oleh lingkungan dimana ia

melahirkan.

Page 17: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

Jika kita bersifat negative dan megeritik, hal itu akan dapat mempengaruhi sorang

ibu. Bahkan dapat juga mempengaruhi lamanya proses persalinan tersebut.

Sebagai bidan kita harus mendukung wanita yang sedang melahirkan dan bukan

untuk mengendalikan proses kelahiran tersebut. Kita harus menghormati bahwa

ibu tersebut merupakan actor utama dan bahwa si pemberi asuhan merupakan

actor pendukung Selma proses persalinan tersebut.

3. Otonomi

Ibu beserta keluarganya memerlukan informasi agar supya mereka bisa membuat

keputusan yang sesuai dengan keinginannnya. Kita harus mengetahui dan

menjelaskan informsi secara benar tentang resiko dan keuntungan dari semua

prosedur, obat-obtan, dan tes. Kita juga harus mendukung ibu untuk membuat

keputusan sesuai pilihannya sendiri mengenai apa yang terbaik baginya dan

bayinya berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dianutnya (termasuk

kepercayaan adat dan agamanya.

4. Jangan Menimbulkan Penderitaan

Intervensi sebaiknya tidak dilakukan sebagai sesuatu yang rutin, kecuali ada

indikasi kearah itu. Pengobatan dalam kehamilan, melahirkan atau pada masa

postpartum dengan pengujian dan obat-obatan serta prosedur secara rutin dapat

menimbulkan resiko, baikbagi ibu mupn bayinya. Contoh-contoh dari prosedur

semacam itu yng sudah terbukti tidak ada mnfaat nyata adalah meliputi episiotomi

rutin bagi para primipara, enema, dan penghisapan lender bagi semua bayi baru

lahir. Bidan yang terampil perlu memahami kapan untuk tidak melakukan apapun.

Asuhan selama kehamilan, melahirkan dan masa postpartum, dan juga pengobatan

untukkomplikasi harus didasari bukti ilmiah.

Page 18: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

5. Tanggung Jawab

Setiap pemberi asuhan bertabggung jawab atas kualitas yang diberikannya.

Praktek suhan persalinan seharusnya tidak didasari pada kebutuhan si pemberi

asuhan tetapi semata-mata untuk kebutuhan ibu dan bayi. Asuhan berkualitas

tinggi yang berfokus pada klien, dan bersifat saying ibu yang berdasarkan pada

penelitian ilmiah merupakan tanggung jawb dari setiap bidan.

Page 19: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

BAB III

PENUTUP3.1 KESIMPULAN

Gerakan sayang ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas

perempuan utamnya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang

dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat dalam rangka

meningkatkan sumber daya manusia dengan meningkatkan pengetahuan,

kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dn sinergis.

3.2 SARAN

Diharapkan dengan terbentuknya Pembinaan kader dan GSI (Gerakan Sayang Ibu) dapat berperan dalam menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Dengan menurunnya AKI dan AKB akan mencerminkan Bangsa yang Sehat dan Berkualitas dalam bidang Kesehatan.

Page 20: Tugas Bu Lidia Komunitas Kel 3

DAFTAR PUSTAKABari saifudin, abdul. 2002. buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.Prof. Dr. Azwar, Azrul. MPH. 2002. asuhan persalinan normal. Jakarta : tim revisi edisi 2007.