3.kewirausahaan komunitas

29

Upload: khiiky-cahya-purnomo

Post on 29-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Tugas kewirausahaan dan etika profesi bisnis

TRANSCRIPT

KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT (KOMUNITAS)

MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAHKewirausahaan Etika Profesi dan BisnisYang dibina oleh Emma Yunika P. S.Pd, M.Pd

Oleh :Agung AdiyaksaNIM120432426938Esra ManurungNIM120432426934Evi Suhulin F. NIM120432426922Firdausy FitriatiwiNIM120432426997Lilis R DoloksaribuNIM120432426924M. Ibrahim AdhimNIM120432426919Oky Cahyaning R.SNIM120432426866Riska TrisnawatiNIM120432426930

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS EKONOMIJURUSAN EKONOMI PEMBANGUNANJanuari 20156

KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT (KOMUNITAS)

Tren seperti globalisasi, industrialisasi dan perubahan struktural dalam pola kerja tradisional telah menyebabkan masyarakat mencari strategi pembangunan untuk bertahan hidup. Pengembangan diri merupakan salah satu pendekatan yang mungkin untuk pengembangan masyarakat. Hal tersebut memelihara kegiatan kewirausahaan lokal dan bergantung pada sumber daya lokal untuk kegiatan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru. Perubahan sosial berbasis masyarakat sangat dinamis dan kompleks, mereka dicirikan oleh beragam kepentingan dan peristiwa yang mengubah konsep kepemimpinan tradisional. Pengusaha masyarakat merupakan jenis khusus dari seorang pemimpin. Selain menjadi pemimpin mereka sendiri, pengusaha masyarakat memainkan peran yang paling penting dalam mengembangkan kapasitas organisasi untuk kepentingan masyarakat. Pemimpin dalam semua organisasi perlu beradaptasi dan memperhatikan lingkungan, pengusaha masyarakat melakukan dengan tidak adanya struktur birokrasi dan norma kelembagaan untuk perilaku organisasi. Pengembangan masyarakat memerlukan berbagai sumber daya termasuk modal alam, modal ekonomi, modal manusia dan modal institusional. Modal fisik mengacu pada benda-benda fisik, modal manusia mengacu pada sifat-sifat individu, dan modal social mengacu pada hubungan antar perorangan (Putnam, 2000)Banyak perhatian telah diberikan terhadap karakteristik individu pengusaha serta kegiatan usahanya, tetapi kurang memperhatikan konteks dimana ia berkembang. Namun, kewirausahaan bukanlah sebuah fenomena terisolasi. Sebaliknya, itu tertanam dalam kerangka jaringan social. Struktur sosial masyarakat memiliki banyak implikasi dimana sumber daya mulai dari fisik, budaya, manusia, dan social, dapat diubah menjadi modal. Wirausahaan dalam konteks bisnis merupakan seorang yang memiliki ide untuk menciptakan suatu produk dan jasa tersebut, serta menjadikannya menjadi suatu peluang usaha. Seorang wirausahaan memiliki motivasi yang tinggi untuk meraih sesuatu target, berani mengambil resiko, dan inovatif. Mereka mampu membaca peluang usaha, mampu merubah dan menghasilkan sesuatu yang baru yang menarik perhatian pasar. Konsep kewirausahaan pada umumnya menekankan kepada kemampuan individu dalam menjalankan sebuah usaha, tetapi keberhasilan kewirausahaan tidak semata-mata sebagai hasil tindakan individu. Dalam banyak aspek, keberadaan seorang kewirausahaan sebagai bagian dari organisasi kewirausahaan yang lebih besar. Masyarakat dalam sebuah organisasi dengan aktivitas yang sama pada perusahaan kewirausahaan merupakan sebuah system social yang berdampak pada keberhasilan kewirausahaan. Selain itu, terdapat juga sebuah komunitas masyarakat organisasi yang ditandai dengan saling ketergantungan diantara mereka dalam melakukan suatu tindakan. Pengusaha individu mungkin akan lebih sukses dalam proses usaha jika mereka mengetahui bahwa kesuksesan mereka tergantung kepada tindakan dalam komunitas tersebut. Tindakan pengusaha dalam sebuah komunitas masyarakat saling berpengaruh terhadap hasil yang akan mereka dapatkan. Seorang pengusaha terbentuk dari sebuah budaya dalam suatu komunitas masyarakat. Dimana jika budaya masyarakat tersebut memiliki pemikiran yang kreatif, inovatif dan mempunyai kemauan untuk maju maka berpengaruh terhadap perilaku pengusaha tersebut. Memang tidak mudah untuk mengembangkan potensi kewirausahan dalam suatu komunitas masyarakat. Pemerintah memiliki peran besar untuk mendorong suatu kewirusahan dalam masyarakat dengan mengadakan program pelatihan kepada masyarakat berupa keterampilan yang dapat memberikan suatu peluang untuk mendirikan suatu usaha, misalnya program pelatihan menjahit untuk ibu-ibu di daerah pedesaan, atau pelatihan manajemen untuk para pelaku usaha kecil karena biasanya para pelaku usaha kecil memiliki kendala dalam mengelola usahanya.

Kewirausahaan dan Pengembangan MasyarakatPembangunan masyarakat berkaitan dengan kompetensi dan motivasi para pelaku dalam sistem untuk mengatur dan mencapai tujuan. Literatur pengembangan organisasi telah sangat berkembang, sementara sifat pengembangan masyarakat masih kurang dipahami. Orang-orang tertentu cenderung muncul sebagai pemimpin masyarakat dengan isu-isu tertentu melalui jaringan informal. Jaringan interorganisasional ini terdiri dari sebuah kompleksitas masalah. Para pemimpin kemudian melakukan mobilisasi sumber daya dan kapasitas untuk bertindak dalam jaringan untuk mengatasi masalah ini. Pengembangan masyarakat sebagai jenis dari perubahan sosial. Pemimpin menciptakan perubahan sosial untuk mengurangi masalah dalam komunitas mereka. Konsisten dengan konsep pembelajaran organisasi seperti kewirausahaan masyarakat yang berfungsi sebagai agen pembelajaran bagi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas kemampuan dan praktik kewirausahaan dalam masyarakat. Triessen (1997) mengidentifikasikan bagaimana orientasi budaya individualisme dan kolektivisme mempengaruhi proses kewirausahaan. Dalam budaya kolektivis berbagai dihasilkan melalui proses yang berkesinambungan melalui adaptasi dan perubahan bertahap dan bukan melaui penemuan ide besar (Reich, 1987). Kewirausahaan muncul berdasarkan adanya melihat peluang bisnis yang tidak disadari orang lain. Faktor yang mendukung kewirausahaan diantaranya kompetensi individu (atau wirausahaan), hubungan kerja yang erat dan kerjasama tim. Pengembangan diri merupakan strategi pembangunan yang memelihara kreativitas kewirausahaan lokal dan sering didasarkan pada sumber daya lokal. Modal sosial berhubungan secara positif dengan kegiatan pembangunan masyarakat daerah dan kewirausahaan. Sejak awal tahun 1980-an banyak organisasi nirlaba berbasis masyarakat telah mengalami perubahan dalam lingkungan operasional mereka. Tekanan kompetitif untuk pendanaan mengubah paradigma politik dan ekonomi di tingkat nasional dan negara, dan mengalihkan perhatian publik dari isu ke isu sehingga menciptakan ambiguitas besar dalam aturan dasar dan sifat dari permainan yang dimainkan oleh organisasi nirlaba. Misalnya, kekuatan ideologis yang mengakibatkan pemotongan anggaran untuk sektor jasa sosial yang hampir di luar kendali organisasi pelayanan sosial mempengaruhi kinerja dari organisasi tersebut.Masalah yang dihadapi manajer nirlaba memiliki dua aspek (Selsky dan Smith, 1994). Pertama, aturan dasar untuk mengelola dan strategi yang tidak pasti dan pergeseran dalam cara-cara yang tidak terbiasa sehingga berdampak terhadap pemimpin organisasi. Kedua, fokus masalah terletak tidak pada organisasi individu tetapi dalam hubungan struktural dan normatif antara sejumlah besar organisasi, dan dengan pengaturan kelembagaan yang lebih luas. Hal ini adalah masalah di tingkat pembangunan masyarakat. Kombinasi kedua aspek membuat konsep kepemimpinan tradisional dalam banyak hal tidak berlaku.Di sektor nirlaba, dilema yang umum para pemimpin adalah bagaimana mengelola organisasi dan melayani kepentingan yang lebih luas di masyarakat. Dilema ini mempengaruhi para pemimpin semua organisasi untuk memuaskan para pelanggan atau klien mereka, hal ini terutama untuk manajer nirlaba karena misi mereka untuk pengelolaan dana publik dan swasta. Kadang-kadang, hal ini menyebabkan konflik sehingga organisasi nirlaba saling bersaing dengan organisasi nirlaba lain untuk mendapatkan sumber daya yang menawarkan layanan serupa dengan melayani konstituen yang sama. Selain itu, tekanan penggalangan dana dan menanggapi prioritas perubahan dan persyaratan lembaga keuangan dan mengalihkan perhatian pemimpin dari misi organisasi dan prioritas proyek.Banyak organisasi nirlaba telah jatuh di bawah tekanan karena permasalahan pendanaan. Mengadopsi pola pikir institusional diharapkan membawa jalan ke luar permasalahan seorang pemimpin nirlaba untuk bertahan hidup dengan mencari keunggulan kompetitif. Pengusaha masyarakat dapat membantu manajer nirlaba membangun pola pikir ini melalui kolaborasi sebagai kesempatan untuk membuat peluang yang lebih besar. Misalnya kemitraan publik-swasta telah tumbuh secara signifikan dalam dekade terakhir untuk mengatasi masalah sosial. Pengusaha masyarakat dapat berfungsi untuk mengintegrasikan persyaratan pemain dalam kemitraan ini yaitu untuk membuat suatu kesepakatan. Kegiatan kewirausahaan dengan memanfaatkan sumberdaya sehingga dapat mendorong pengembangan modal sosial dan membantu peluang ekonomi yang timbul dari inovasi organisasi. Pengusaha masyarakat memanfaatkan peluang dan menciptakan usaha baru, membangkitkan berbagai proses kewirausahaan dengan memanfaatkan sumber daya sosial baik sumber daya internal maupun eksternal dengan lebih efisien.

Kewirausahaan MasyarakatPengusaha masyarakat mempertimbangkan pengembangan masyarakat sebagai salah satu tujuan pribadi utama mereka. Visi pengusaha masyarakat setempat dengan mengungkapkan dan membantu membangun kompetensi diantara warga.Kewirausahaan masyarakat dapat dikategorikan menjadi tiga aliran utama studi: ilmu politik, administrasi publik, dan studi bisnis. Yang pertama yaitu kategori ilmu politik yang mendefinisikan istilah politik dan kebijakan pengusaha dalam kaitannya terhadap tanggung jawab dalam komunitasnya. Beberapa konsep kebijakan entrepreneur menganalisis pembentukan agenda kebijakan dalam pemerintah dan kondisi lokal yang mempengaruhi kebijakan seseorang pengusaha dalam komunitas tertentu.Kedua yaitu administrasi publik yang menggeser fokus penelitian dari politisi kepada manajer sektor publik, pejabat, dan pegawai yang bertindak sebagai pengusaha. Cendekiawan memusatkan perhatian mereka pada model kewirausahaan sebagai sarana untuk mencapai organisasi yang lebih efisien dan berhasil dalam pengaturan non-profit dan publik. Ducker mengusulkan bahwa reformasi sektor publik di tahun 1980-an telah mengejar inovasi sosial. Dan terakhir yaitu studi bisnis, dimana bisnis merupakan suatu usaha komersil yang bertujuan untuk mencari keuntungan , dalam kewirausahaan masyarakat paradigma tersebut berubah yaitu pengusaha menciptakan nilai dengan mencari perubahan, merespon, dan memanfaatkan peluang. Kesempatan mungkin tidak menguntungkan secara komersial tetapi dapat berubah menjadi nilai baru dan lebih dinamis untuk tujuan perusahaan publik. Morris dan Jones mendefinisikan kewirausahaan masyarakat sebagai : proses menciptakan nilai bagi para warga dengan membawa bersama-sama kombinasi unik sumberdaya publik/swasta untuk memanfaatkan peluang sosial. Mereka berpendapat bahwa perbedaan mendasar antara penggunaan konsep pengusaha tradisional dan pengusaha publik yaitu tujuan, kendala, pendekatan, dan hasil terkait dengan upaya kewirausahaan yang sukses. Misalnya sektor publik bukan merupakan usaha dengan motif mencari laba tetapi lebih untuk tujuan sosial politik dan menghasilkan jasa yang memiliki konsekuensi bagi masyarakat. Johannison memperkenalkan konsep pengusaha masyarakat. Mereka berpendapat bahwa pengusaha masyarakat mengambil peran sebagai negarawan dalam menjembatani nilai-nilai dan praktis bisnis dan masyarakat. Berbeda dengan pengusaha politik dan publik yang memiliki tujuan kinerja organisasi publik, pengusaha masyarakat lebih memiliki tujuan untuk pembangunan daerah dan aktivitas koordinasi di masyarakat setempat. Kewirausahaan masyarakat adalah tentang membuat manajemen yang lebih baik dari fungsi pemerintah daerah bagi warga dan masyarakat setempat. Kewirausahaan masyarakat adalah tentang membangun jaringan sosial ekonomi dengan kedekatan sosial dan atau geografis yang akan membantu memobilisasi berbagai sumber daya yang dibutuhkan. Para pengusaha masyarakat tidak hanya memobilisasi internal sumber daya lokal, tetapi juga lingkungan sumber daya global tanpa menghilangkan budaya lokal. Justru pengembangan budaya lokal menjadi global membantu para pengusaha dalam membentuk identitas diri mereka. Hal tersebut diperlukan agar tidak menghilangkan unsur budaya dalam setiap pengembangan usaha dalam kewirausahaan masyarakat. Kegiatan utama pengusaha masyarakat adalah memfasilitasi dan membangun kewirausahaan dan pembaharuan dalam komunitas mereka. Konsep kewirausahaan masyarakat telah berhubungan dengan kewirausahaan sebagai kekuatan untuk pembangunan ekonomi. Pengusaha masyarakat adalah fasilitator kewirausahaan dan menciptakan konteks bagi pengusaha tradisional atau otonom. Pengusaha masyarakat antara lain membuat individu calon pengusaha menyadari bagaimana kemampuannya sebagai anggota masyarakat setempat dapat berubah menjadi usaha bisnis.Dapatkah konsep kepemimpinan tradisional membantu kita untuk memahami dan mengatsi masalah berbasis masyarakat? Sebuah survei mengungkapkan empat asumsi tentang kepemimpinan organisasi :1. Stabil, struktur hirarkis dan normatif. Kepemimpinan konvensinal berorientasi pada single, fokus organisasi. Hubungan hirarki yang efisien mendefinisikan dan mendukung peran kepemimpinan, keputusan disahkan dalam prediksi pola normatif. Struktur kelembagaan dalam masyarakat modern cenderung dibangun diatas nilai nilai otonom, tindakan internal konsensual dan keunggulan kompetitif terhadap struktur kelembagaan lainnya.2. Kemampuan untuk mengendalikan lingkungan, termasuk lingkungan internal. Membela organisasi terhadap gangguan-gangguan dan mengendalikan lingkungan dilihat sebagai fungsi utama dari kepemimpinan. Hal ini dapat dicapai melalui struktural, sumber daya manusia dan politik.3. Individu dan tindakan kewirausahaan. Kepemimpinan menekankan kekuatan pribadi, kemauan, kapasitas visi, kemampuan untuk bersaing, mengelola inovasi, mengelola beragam keterkaitan dengan lingkungan organisasi dan kualitas kewirausahaan lainnya. Kepemimpinan dan kewenangan tersirat dalam teori kepemimpinan konvensional mengasumsikan bahwa peserta organisasi lainnya tidak berdaya, tidak terampil, putus asa, dan perlu diselamatkan atau dimanipulasi oleh seorang tokoh yang kuat (Gemmill & Oakley,1992). Pemimpin bertindak dominan untuk memperkuat struktur kelembagaan yang ada dan cenderung melemahkan anggota organisasi lainnya.4. Persempit kontingensi situasional. Bolman & Deal (1991) mengatakan bahwa situasi membuat pemimpin terjadi dan pemimpin membuat situasi dan terjadi. Perspektif kelembagaan yang menyarankan reframing konsep kepemimpinan jauh dari pendekatan kontingensi. Teori kontingensi tidak mengakui sejauh mana praktik kepemimpinan normative tertanam dalam pola budaya yang luas dan system kepercayaan kelembagaan (Biggart & Hamilton, 1987). Hal ini terutama penting dalam pengaturan perubahan sosial, di mana jaringan komunitas melawan lembaga struktur kekuasaan.Asumsi yang mendasari literature kepemimpinan konvensional membuat berbagai teori dan pendekatan yang sebagian besar tidak dapat diterapkan untuk pengaturan perubahan sosial. Konteks masyarakat untuk latihan kepemimpinan secara substansial berbeda dari pengaturan organisasi tradisional.Berbeda dengan pemimpin tradisional, bagaimana pengusaha masyarakat berlatih kepemimpinan? Sedikit perhatian tentang dimensi pribadi kepemimpinan dalam literature antarorganisasi. Para peneliti biasanya memfokuskan kepada struktur mediasi dan persyaratan structural untuk pemecahan masalah sosial, bukan individu yang memimpin, mengkoordinasi, menyelenggarakan, atau memfasilitasi mereka.Keterampilan dan kualitas pengusaha masyarakat yang dibutuhkan meliputi (Selsky and Smith, 1994): Perspektif Multifame. Pengusaha masyarakat berurusan dengan berbagai isu yang kompleks dan beragam dari para pemangku kepentingan.gambar yang berbeda dari masalah yang kompleks secara rutin muncul ketika berbagai pemangku kepentingan berinteraksi. Pengusaha masyarakat memainkan kunci dalam mengartikulasikan keragaman kepentingan, dan dalam mensintesiskan pemahaman umum (Gray, 1989). Pengusaha masyarakat membantu mendorong perubahan dalam membentuk struktur dan norma kelembagaan dengan mengartikulasikan kemungkinan tindakan berdasarkan interprestasi dari pola tindakan (Kanter, 1983). Proactiveness. Kepentingan diwujudkan melalui komitmen sumber daya mereka (Smith, 1989). Pengusaha masyarakat terampil dalam menghargai kepentingan dan mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan untuk berkontribusi atau mencapai tujuan bersama. Reflectiveness. Pengusaha masyarakat yang efektif terus mempertimbangkan perkembangan usaha mereka. Praktek reflektif melibatkan kesediaan untuk berorientasi terhadap tindakan dari sebuah situasi. Seperti jenis pemimpin lainnya, pengusaha masyarakat biasanya tidak melakukan latihan ketrampilan secara langsung, mereka meningkatkan pengaruh di masyarakat dari basis organisasi kecil mereka, dengan menggunakan jaringan informal daripada jalur formal dan bermodal keterampilan politik.

Modal SosialModal sosial didefinisikan berdasarkan fungsinya. Modal ini bukanlah sebuah entitas tunggal tetapi berbagai entitas yang berbeda. Seperti bentuk-bentuk lain dari modal, modal sosial memungkinkan pencapaian tujuan tertentu sebagai tanggung jawab sosial perusahaan.Dalam upaya untuk menempatkan pengusaha dalam konteks sosial, studi terbaru telah meneliti teori modal sosial. Lin (2001) mendefinisikan modal sebagai investasi sumber daya dengan hasil yang diharapkan di pasar, sehingga premis modal sosial menjadi lebih sederhana, investasi dalam hubungan sosial dengan hasil yang diharapkan sesuai dengan permintaan pasar. Pasar dipilih untuk analisis berbeda, mungkin ekonomi, politik, suatu komunitas atau tenaga kerja. Namun, di semua lini, individu terlibat dalam interaksi dan jaringan untuk menghasilkan keuntungan. Sejauh ini teori neoklasik telah memperluas gagasan modal untuk membahas konsep modal manusia atau budaya. Modal sosial mengambil pandangan sosiologis terhadap tindakan manusia dan memandang individu sebagai actor yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial (Westlund & Bolton, 2003). Konsep bersifat multidimensi, dan terjadi baik pada individu dan tingkat organisasi. Pada tingkat individu, modal sosial mengacu pada kemampuan untuk mengekstrak manfaat dari struktur sosial mereka, jaringan dan keanggotaan sedangkan pada tingkat organisasi mengacu kemampuan organisasi dalam mengembangkan jaringan sosial untuk menghasilkan kinerja organisasi yang lebih baik. Kemampuan pengusaha masyarakat untuk menyediakan visi mencerminkan peran masyarakat sebagai pelaku pengusaha (Johannisson, 1990). Pengusaha masyarakat membutuhkan keterampilan informasi dan interpersonal untuk dapat berinteraksi dalam lingkungan yang lebih kompleks.Modal sosial termasuk kepercayaan dan timbal balik antara individu dikembangkan dari interaksi dalam kelompok local. Dengan demikian, afiliasi local terlihat untuk membuat pengusaha masyarakat mampu mewujudkan dan memodifikasi budaya masyarakat. Dalam komunikasi di lingkungan sosial, pengusaha masyarakat harus memahami konteks sosial dan emosional termasuk tradisi di mana interaksi berlangsung. Memahami motivasi adalah kunci untuk menciptakan sebuah keberhasilan usaha. Untuk memobilisasi sumber daya local dan budaya eksternal, pengusaha masyarakat harus tahu tentang norma-norma dan nilai-nilai budaya tertentu. Jaringan budaya eksternal pengusaha dipandang penting untuk membawa nilai-nilai budaya baru ke dalam budaya local tanpa menghilangkan unsure budaya local tersebut.Konsep modal sosial telah melangkah lebih jauh dalam kemampuannya untuk mendekati modal sebagai asset sosial berdasarkan koneksi dan akses ke sumber daya dalam jaringan atau kelompok dimana mereka adalah anggotanya. Pada tingkat makro, modal sosial dapat mempengaruhi kinerja ekonomi dan proses pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Sebagai konsep multidimensi, modal sosial terdiri dari himpunan kepercayaan, norma sosial, organisasi, tetapi yang paling penting dari jaringan sosial yaitu merupakan asset untuk produktifitas dan kesejahteraan individu. Seseorang terlihat dengan orang lain melalui berbagai asosiasi. Hal ini tergantung pada kecenderungan untuk sosialisasi dan kapasitas untuk membentuk asosiasi baru dan jaringan.

Kewirausahaan Masyarakat dan Sumber Daya pada Tingkat yang BerbedaSebuah pertanyaan penting yang berkaitan dengan kewirausahaan masyarakat adalah hubungan antara berbagai tingkat analisis. Tingkat analisis individu bisa menarik untuk dipelajari jika tujuannya adalah untuk menemukan peran pengusaha masyarakat dalam mobilisasi sumber daya. Tingkat individu sangat penting dalam studi kinerja bisnis awal, dan telah diasumsikan bahwa bisnis baru dan pengusaha sangat terkait erat (Chandler & Hanks, 1994). Dengan mengidentifikasi sumber daya pengusaha masyarakat dapat membantu untuk menghubungkan kompetensi dan kemampuan kinerja suatu usaha.Kehidupan budaya dalam suatu komunitas merupakan campuran kompleks perilaku, sikap dan keyakinan dari orang orang yang tinggal disana (Byrnes, 2003). Untuk focus hanya pada tingkat analisis individu dapat membatasi kekuatan penjelasan kompleksitas ini. Jadi, untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas kerangka teori tidak hanya untuk tingkat individu tetapi berfokus pada factor lingkungan, sehingga kita bisa memahami lebih dalam interaksi diantara mereka dan pengaruhnya antara perilaku individu dengan lingkungan. Analisis individu dan lingkungan dapat mengidentifikasi kewirausahaan dalam suatu masyarakat, dan peluang untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi lingkungan yang dirasa potensial.

1. Sumber Daya Pengusaha MasyarakatTeori modal manusia berfokus pada individu sebagai unit analisis. Teori menekankan bahwa investasi pengusaha sebagai atribut kunci (misalnya pendidikan, pelatihan dan pengalaman) yang terkait dengan kompetensi dan keterampilan yang mungkin untuk meningkatkan kinerja bisnis (Becker, 1993). Pengusaha dengan keterampilan dan kompetensi yang lebih beragam cenderung efektif untuk mengatur dan mengelola proses produksi dan cenderung memiliki usaha yang lebih sukses.Beberapa peneliti membedakan antara modal manusia umum dan spesifik (Becker, 1993). Modal manusia umum berkaitan dengan faktor-faktor yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas individu untuk berbagai alternative pekerjaan, sedangkan factor modal manusia spesifik diasumsikan hanya berlaku untuk domain tertentu karena mereka memiliki keahlian hanya dalam bidang tertentu saja. Modal manusia secara umum meliputi usia individu, tigkat pendidikan, pengalaman kerja, pengalaman manajemen, dan pengalaman pengawasan. Karena sebagian besar dari pengusaha masyarakat adalah orang-orang local, pengalaman manajemen juga diperlukan oleh seorang pengusaha sebagai bagian dari komunitas pengusaha, kemampuan tersebut dibutuhkan untuk eksistensi dan keberlangsungan usaha mereka.Pada kinerja bisnis tidak hanya factor modal manusia yang diperlukan untuk pengembangan bisnis, terdapat beberapa factor lain yang diperlukan yaitu pengalaman industry pengalaman dalam memulai suatu bisnis, dan kesamaan bisnis. Faktor-faktor tersebut menjadi pemicu seorang pengsaha untuk menjalankan usahanya dengan lebih baik. Modal manusia spesifik dibandingkan dengan modal manusia secara umum lebih memberikan kontribusi terhadap kinerja bisnis dengan kemampuan yang dimilikinya. Pengalaman atau keahlian pengusaha masyarakat dalam bidang tertentu dan pengalaman kewirausahaan dipandang sebagai factor penting dalam komunitas pengusaha kewirausahaan.Untuk dapat membangun usaha dengan konfigurasi sumber dana yang kompleks, pengusaha masyarakat harus memiliki kombinasi factor modal manusia dan sosial. Selanjutnya, beberapa atribut modal manusia dan sosial cenderung lebih penting daripada yang lain. Dalam kewirusahaan masyarakat, kombinasi keahlian dan kredibilitas local dilihat sebagai elemen penting bagi pengusaha untuk mengelola baik secara internal maupun eksternal. Pengalaman manajemen juga telah dilihat sebagai elemen penting bagi pengusaha untuk mengelola baik secara internal maupun eksternal. Pengalaman manajemen juga telah dilihat sebagai elemen penting bagi pengusaha masyarakat. Karena pengusaha masyarakat harus memobilisasi banyak orang dan mengelola usahanya, pemahaman dalam bidang manajemen membantu pengusaha dalam mengembangkan usahanya.

2. Sumber Daya Masyarakat LokalJohannisson (1990) menekankan perbedaan dalam fitur struktural, terutama ukuran masyarakat berimplikasi terhadap kepemimpinan dan proses mobilisasi. Seringkali terdapat hubungan sosial dan budaya antara orang-orang yang tinggal di pedesaan dimana tempat dan identitas lokal adalah motif dasar bagi keterlibatan dan mobilitas sumber daya. Di daerah pedesaan sangat memungkinkan untuk menumbuhkan kewirausahaan, karena unsur budaya dapat membantu menciptakan peluang usaha, misalnya kesenian batik sebagai budaya daerah dapat menciptakan peluang usaha dengan mendirikan unit-unit usaha kecil yang bergerak dalam kerajinan usaha batik.

Pendidikan Kewirausahaan RakyatPemerintah Indonesia saat ini sedang fokus untuk mengembangkan kewirausahaan dalam masyarakat, karena menyadari kewirausahaan merupakan faktor penggerak bagi kemajuan ekonomi dan sosial suatu negara. Sehingga pemerintah aktif mempromosikan dan mendukung program-program kewirausahaan melalui berbagai bentuk termasuk pemberin pelatihan terhadap masyarakat.Berdasarkan petunjuk teknis pendidikan kewirausahaan kementrian pendidikan dan kebudayaan (2012), Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (PKM) merupakan program pelayanan pendidikan kewirausahaan dan keterampilan usaha yang diselenggarakan oleh Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) atau satuan unit PNF (Pendidikan Non Formal) lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan peluang usaha yang ada di masyarakat. Adapun tujuan penyelenggaraan program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (PKM) ini adalah:1. Menanamkan jiwa, sikap dan etika wirausaha kepada peserta didik.2. Memberikan bekal pengetahuan tentang kewirausahaan kepada peserta didik.3. Memberi bekal keterampilan di bidang produksi barang/jasa kepada peserta didik.4. Melatih keterampilan berwirausaha kepada peserta didik melalui praktik berwirausaha.5. Mendorong dan menciptakan wirausahawan baru melalui kursus dan pelatihan yang didukung oleh dunia usaha dan industri, mitra-mitra usaha dan dinas/instansi terkait, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja/usaha baru atau mengakses peluang kerja/usaha yang ada.Adapun penyelenggaraan program PKM adalah lembaga pendidikan dan pelatihan dan atau lembaga/unit usah yang memiliki legalitas dan mampu menyelenggarakan pendidikan dan pelatiahan keterampilan yang terintegraisi dengan kewirausahaan serta memiliki unit usaha/bisnis sesuai dengan bidang keterampilan yang dibelajarkan. Para peserta didik program PKM adalah warga masyarakat yang mau mengikuti pendidikan dan pelatihan keterampilan yang terintegrasi dengan kewirausahaan serta memiliki kemauan untuk mengembangkan rintisan (inkubator) bisnis. Contoh: seorang yang ingin mengikuti kursus keterampilan di bidang desain grafis, karena mempunnyai minat untuk mendirikan usaha kedai digital/digital printing atau sablon. Para pendidik merupakan seseorang yang memiliki kriteria sebagai berikut:1. Kompetensi sebagai pendidik/instruktur sesuai keterampilan yang akan diajarkan kepada peserta didik.2. Pengalaman kewirausahaan sesuai dengan bidang keterampilan yang diajarkan.Adapun jenis program pelatihan yang diselenggarakan dalam program PKM adalah jenis keterampilan produksi atau jasa yang laku jual (marketable) sehingga memiliki nilai tambah (value added) untuk dijadikan bidang usaha yang prospektif bagi lulusan program PKM.Beberapa program pendidikan kewirausahaan masyarakat yang sudah diimplementasikan di beberapa daerah di Indonesia diantaranya:1. Program kegiatan yang dilakukan oleh Sanggar Kegiatan Belajar Unggaran pada tahun 2011 dengan materi pembelajaran pelatihan budidaya belut dalam air bersih yang meliputi program pendidikan kewirausahaan masyarakat, kewirausahaan, teknik budidaya pekan belut, teknik budidaya belut dalam air bersih, dan manajemen usaha. Dalam program tersebut porsi antara teori dan praktik adalah 1:3, dan dilengkapi dengan kegiatan magang. Pelatihan dilaksanakan selama 16 hari, 6 jam setiap harinya. Proses pembelajaran yang dilakukan secara interaktif antara narasumber dan peserta, sehingga menciptakan suasana yang lebih akrab, peserta bisa bertanya langsung tentang hal yang mereka tidak pahami. Dua kelompok usaha terbaik akan diberikan modal usaha. Kelompok usaha tersebut didampingi dalam merintis usaha, mulai dari persiapan hingga pemasaran. Program tersebut diharapkan dapat mendorong timbulnya usaha-usaha baru khususnya budidaya belut didaerah unggaran, masyarakat dapat dengan mandiri mendirikan usaha tentunya dengan pelatihan yang telah diberikan kepada mereka. Program ini memicu masyarakat untuk lebih produktif dan tentunya membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat.2. IHS (International Hotel Management School) bekerja sama dengan dinanas pendidikan provinsi jawa tengah menyelenggarakan program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (PKM) tata boga yang diikuti oleh 28 orang peserta didik. Pelatihan dilaksanakan pada tahun 2011. Pelatihan ini diberikan bagi masyarakat umum yang bertujuan untuk mengurangi tingkat pengangguran,mendidik dan membekali para peserta didik dengan keterampilan bidang tata boga sekaligus membekali bidang kewirausahaannya, dengan harapan pada saatnya nanti lulusan program ini akan dapat berkharir dan bahkan membuka usaha sebagai wirausaha mandiri di bidang tata boga.

CONTOH KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT

Pengembangan Kewirausahaan Masyarakat Melalui Pemberdayaan ListrikTri Mumpuni Wiyatno yang lahir di semarang adalah seorang peberdaya listrik di lebih dari 60 lokasi terpencil di indonesia. Bersama suaminya, Iskandar Budisaroso Kuntoadji, Uni berjuang membangun pembangkit-pembangkit listrik mini bertenaga air (mikrohidro). Mereka mendorong pengembangan pembagkit lisrik mikrohidro karena ramah lingkungan, tidak meggunakan bahan bakar fosil. Iskandar sendiri merupakan sarjana geologi dari institut teknologi bandung yang mempelajari pembangkit mikrohidro di Swiss.Lewat pembangunan pembangkit-pembangkit mikrohidro itu, mereka ingin membangun potensi desa-desa yang tertinggal, sehingga berdaya secara ekonomi. Puni bertannya melalui Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (Ibeka), lembaga swadaya yang dia dirikan bersama iskandar pada 17 agustus 1992. Tujuan utama Ibeka adalah membangun potensi masyarakat desa, bukan menerangi desa-desanya. Mereka percaya, listrik di pedesaan mampu menjangkau tujuan tersebut. Dengan adanya litrik, masyarakat akan memiliki ruang bersama untuk membiayai pendidikan, prgram kesehatan, program perempuan, serta mebangun infranstruktr seperti jalan dan radio komunitas. Karena itu, selain melsistriki desa-desa terpencil, Uni dan Iskandar juga membangun komunitas.Pembangunan komunitas dinilai sangat pelu untuk mengajak masyarakat menyadari bahwa pembangkit listrik di desa mereka adalah milik mereka juga. Dengan begitu, mereka akan merasa bertanggung jawab dan mau memelihara pembangkit tersebut, serta mengusahakan kelancaran aliran air sepanjang tahun. Masyarakat membentuk organisasi yang akan mengurus turbin, dengan menentukan ketua hingga operator yang tahu bongkar pasar mesin dan organisasi tersebut harus diberi pengetahuan tentang pengoperasian mesin hingga perawatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Johannisson, B. (1190). Community enrepreneurship-cases and conceptualization. Entrepreneurship & regional development, 2: 71-88.Petunjuk Teknis. (2012). Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (PKM). Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal, dan Informal. Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan.