kmb asli bu lono (wds)

49
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan WSD (Water Seal Drainage) atau yang disebut juga dengan “Chest-Tube” (pipa dada) adalah suatu usaha untuk memasukkan kateter ke dalam rongga pleura dengan maksud untuk mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam rongga pleura, seperti misalnya pus pada empisema atau untuk mengeluarkan udara yang terdapat di dalam rongga pleura, misalnya pneumotoraks. Bedanya dengan tindakan pungsi atau torakosentesis adalah kateter dipasang pada dinding toraks dalam waktu yang lama dan dihubungkan dengan suatu botol penampung 1.2 Rumusan masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah kami ini , yaitu : 1. Apa itu pemasangan WSD ? 2. Apa saja indikasi pemasangan WSD ? 3. Apa tujuan pemasangan WSD tersebut ? 4. Dimana saja letak pemasangan WSD ? 5. Apa saja jenis sistem WSD ? 6. Bagaimana penatalaksanaan WSD ? 7. Bagaimana prosedur pemasangan WSD ? 8. Bagaiamana cara pelepasan WSD ? 9. Bagaimana cara mengganti botol WSD ? 10. Bagaimana penerapan pemasangan WSD dalam asuhan keperawatan beserta dokumentasiannya ? 1

Upload: isnindiah-triana-dewi

Post on 31-Oct-2015

226 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tindakan WSD (Water Seal Drainage) atau yang disebut juga dengan “Chest-

Tube” (pipa dada) adalah suatu usaha untuk memasukkan kateter ke dalam

rongga pleura dengan maksud untuk mengeluarkan cairan yang terdapat di

dalam rongga pleura, seperti misalnya pus pada empisema atau untuk

mengeluarkan udara yang terdapat di dalam rongga pleura, misalnya

pneumotoraks. Bedanya dengan tindakan pungsi atau torakosentesis adalah

kateter dipasang pada dinding toraks dalam waktu yang lama dan dihubungkan

dengan suatu botol penampung

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah kami ini , yaitu :

1. Apa itu pemasangan WSD ?

2. Apa saja indikasi pemasangan WSD ?

3. Apa tujuan pemasangan WSD tersebut ?

4. Dimana saja letak pemasangan WSD ?

5. Apa saja jenis sistem WSD ?

6. Bagaimana penatalaksanaan WSD ?

7. Bagaimana prosedur pemasangan WSD ?

8. Bagaiamana cara pelepasan WSD ?

9. Bagaimana cara mengganti botol WSD ?

10. Bagaimana penerapan pemasangan WSD dalam asuhan keperawatan

beserta dokumentasiannya ?

1

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah kami ini, yaitu :

1. Memahami pemasangan WSD

2. Mampu mengetahui dan menjelaskan indikasi pada pemasangan WSD

3. Mengetahui dan menjelaskan tujuan pemasangan WSD

4. Mengetahui dan menjelaskan prosedur pemasangan WSD

5. Mengetahui dan menjelaskan prosedur pelepasan WSD

6. Mengetahui dan menjelaskan prosedur penggantian botol WSD

7. Mengetahui jenis-jenis sistem WSD

8. Menjelaskan penatalaksanaan WSD

9. Mengetahui letak pemasangan WSD

10. Memahami serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada kasus

pemasangan WSD.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori

Water Seal Drainage (WSD), adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain

untuk mengeluarkan cairan dan udara melalui selang dada dan mencegah aliran

balik. Untuk memahami tentang prinsip kerja sistem Water Seal Drainage,

prosedur pemasangan dan pencabutan sistem Water Seal Drainage, seorang

perawat sebelumnya perlu memahami tentang anatomy rongga dada dan

fisiologi ventilasi. Hal ini penting untuk dipahami sehingga perawat dapat

memberikan perawatan yang profesional pada pasien yang terpasang sistem

Water Seal Drainage (WSD).

2.2 Indikasi

Indikasi dari pemasangan Water Seal Drainage (WSD) , yaitu :

1. Pneumothorax, adanya udara dalam rongga pleura

2. Hemothorax, adanya darah dalam rongga pleura

3. Effusi Pleura, adanya penimbunan cairan dalam rongga pleura

4. Emfisema, adanya effusi pleura yang mengandung pus

2.3 Tujuan Pemasangan WSD

Tujuan dari pemasangan Water Seal Drainage (WSD), yaitu :

1. Memungkinkan cairan (darah,cairan,pus) keluar dari ruang pleura

2. Memungkinkan udara keluar dari ruang pleura

3. Mencegah udara masuk kembali ke ruang pleura

4. Mempertahankan agar udara tetap mengembang dengan jalan

mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura.

2.4 Letak Pemasangan WSD

Letak pemasangan WSD terletak pada beberapa tempat, yaitu :

1. Apikal

a. Letak selang pada ICS 3 mid-klavikula

b. Dimasukkan secara antero lateral

c. Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

3

2. Basal

a. Letak selang pada ICS 5-6 atau ICS 8-9 mid-axilaris

b. Fungsi : Untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura

2.5 Jenis Sistem Water Seal Drainage (WSD)

Ada beberapa jenis sistem Water Seal Drainage, yaitu :

1. Sistem grafitasi satu dan dua botol

Pada sistem satu botol, cairan atau udara masuk melalui cairan pengumpul,

yang berakhir di dalam air steril (penyegel). Udara keluar dari air menuju

ventilasin udara , cairan tetap di dalam botol. Sistem satu botol bergantung

pada grafitasi dan tekanan ekspirasi positif untuk drainage

Keuntungan :

a. Penyusunan sederhana

b. Mudah untuk pasien untuk yang dapat jalan

Kerugian :

a. Saat drainage dada mengisi botol, lebih banyak kekuatan diperlukan

untuk memungkinkan udara dan cairan pleura untuk keluar dari rongga

dada masuk ke dalam botol.

4

b. Campuran darah drainage dan udara menimbulkan cairan busa dalam

botol yang membatasi garis pengukuran drainage.

c. Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan

botol .

2. Sistem pengisapan dua dan tiga botol

Sistem dua botol menggunakan satu botol untuk menerima cairan dan udara

dari klien dan botol dua untuk membuat segel air. Udara atau cairan dari

rongga pleura diterima oleh botol. Udara dari botol satu disalurkan ke botol

dua ,udara keluar dari air, menuju ventilasi udara. Cairan dari rongga pleura

tetap di dalam botol satu. Sistem ini menggunakan grafitasi dan tekanan

ekspirasi positif untuk drainage.

\Keuntungan dua botol:

a. Mempertahankan water seal pada tingkat konstan

b. Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik.

Kerugian dua botol :

Untuk terkadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan

botol.

Sistem tiga botol mempunyai sebuah botol pengumpul, yaitu sebuah botol

water seal, sebuah botol kontrol pengisapan , dan fungsi botol 1 dan 2 sama

dengan sistem 2 botol kecuali bahwa botol 2 disambungkan ke botol 3.

Botol 3 mempunyai sebuah selang kontrol manometer dibawah permukaan

air steril. Kedalaman selang di bawah permukaan air ini menentukan

besarnya pengisapan pada rongga pleura. Botol kontrol pengisapan

mempunyai saluran lain yang digunakan untuk pengisapan. Sistem ini

menggunakan tekanan ekspirasi positif, grafitas, dan pengisapan untuk

drainage.

5

Keuntungan tiga botol :

a. Memungkinkan akumulasi drainage dan keakuratan pencatatan jumlah

drainage.

b. Tingkat water seal stabil

c. Suction terkontrol

Kerugian tiga botol :

a. Lebih kompleks ,lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan

dalam pemeliharaan dan perakitan.

b. Ambulasi dan transfer pasien sulit dan beresiko

3. Sistem Unit Disposabel

Sistem unit disposabel terdiri atas tiga ruangan yaitu :

a. Ruang pengumpul dengan sub ruangan

b. Ruang water seal, dan

c. Ruang Pengisapan

Ketinggian cairan di ruang pengisapan menentukan besarnya tekanan

pengisapan yang diberikan pada klien.Konfigurasi yang tepat dari ruangan

ini berbeda-beda sesuai pabriknya. Pada beberapa alat bila ruang pengumpul

ini terisi oleh drainage, rruang ini dapat diganti atau dipasang kembali tanpa

mengganggu keseluruhan sistem.

6

Keuntungan :

a. Bahan dari plastik sehingga tidak mudah pecah seperti botol

b. Bersifat disposible, bentuk ringan, tunggal, dan mudah dibawa kemana

mana

Kerugian :

a. Harga mahal

b. Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit

terbalik

2.6 Penatalaksanaan WSD

Penatalaksanaan dalam Water Seal Drainage, diantaranya :

1. Memberi posisi

Posisi yang ideal adalah “Semi Fowler”. Untuk meningkatkan evakuasi

udara dan cairan,posisi pasien diubah setiap dua jam. Pasien diperlihatkan

bagaimana menyokong dinding dada dekat sisi pemasangan selang dada. Di

dorong untuk batuk,napas dalam, dan ambulasi. Pemberian obat nyeri

sebelum latihan akan menurunkan rasa nyeri dan meningkatkan ekspansi

paru-paru.

2. Mempertahankan kepatenan sistem

Komplikasi paling serius dari selang dada adalah tension pneumothorax.

Bila tidak segera diatasi akan mengancam kehidupan.Tension Pneumothrax

terjadi bila udara masuk ke ruang pleura selama inspirasi, tetapi tidak dapat

keluar selama ekspirasi. Proses ini terjadi bila ada obstruksi pada selang

sistem drainage dada. Semakin banyak udara terjebak dalam ruang pleura ,

tekanan meningkat sampai paru-paru kolaps, dan jaringan lunak dalam dada

7

tertekan. Tanda dan gejala Tension Pneumothorax adalah

Takikardia,Takipnea, Agitasi, berkeringat, pergeseran garis tengah trakhea ,

bunyi napas pada paru-paru cedera tidak ada , perkusi hiperesonan pada

perkusi diatas paru-paru yang cedera, hipotensi, henti jantung . Asuhan

keperawatan ditunjukkan untuk mempertahankan kepatenan dan fungsi

yang tepat dari sistem drainase selang dada. Angkat selang sesering

mungkin untuk mendrainase cairan ke dalam wadah. Selang dibelitkan pada

tempat tidur untuk mencegah terlipat dan terkumpulnya darah pada selang

yang tergantung di lantai. Jangan naikkan sistem drainase selang dada diatas

selang dada karena drainage akan kembali ke dalam dada.

3. Memantau Drainase

Perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah drainase. Gunakan bulpen untuk

menandai tingkat sistem drainase pada akhir tugas jaga. Waspada terhadap

tiba-tiba perubahan drainase,peningkatan tiba-tiba menunjukkan perdarahan

atau adanya pembukaan kembali obstruksi selang. Sedangkan penurunan

tiba-tiba menunjukkan obstruksi selang dada atau kegagalan selang

dada.Untuk mengembalikan kepatenan selang dada, tindakan keperawatan

yang dianjurkan adalah :

a. Upayakan untuk mengurangi obstruksi dengan pengubahan posisi pasien

b. Bila bekuan terlihat, renggangkan selang antara dada dan unit drainase ,

dan tinggikan selang untuk meningkatkan efek grafitasi.

c. Lakukan sedikit pelepasan selang dan arahkan bekuan menuju wadah

drainase untuk melepaskan secara perlahan bekuan ke arah wadah

drainase.

d. Bila selang dada tetap tersumbat ,pembongkaran selang dada dianjurkan.

Pembongkaran selang dada tanpa mengevaluasi situasi pasien sangat

beresiko.

8

Potensial pembongkaran selang dada :

1. Terbentuknya tekanan negatif berlebihan menyebabkan aspirasi

jaringan paru-paru ke dalam lubang selang dada.

2. Kebocoran pleura menetap

3. Kerusakan garis jahitan

4. Peningkatan tekanan paru-paru

5. Peningkatan aliran balik vena ke jantung kanan

6. Pergeseran septum ventrikular ke kiri7. Ancaman pada pengisian ventrikel darah kiri

4. Memantau Water Seal (Segel Air)

Melakukan pemeriksaan visual untuk meyakinkan ruang water seal terisi

sampai garis. Bila pengisapan diberikan, yakinkan garis air pada tabung

penghisapan sesuai dengan jumlah yang diindikasikan. Bila pompa

penghisapan cairan pleura darurat digunakan, periksa ukuran penghisap.

Jangan menutup lubang ventilasi udara.

Observasi segel di bawah air terhadap fluktuasi pernafasan. Tidak ada

fluktuasi dapat menunjukkan ahwa paru-paru terlalu mengembang atau ada

obstruksi pada sistem. Gelembung terus menerus pada water seal tanpa

penghisap dapat menunjukkan bahwa selang berubah tempat atau terlepas.

Oleh karena itu, perlu untuk memeriksa seluruh sistem terhadap adanya alat

yang terlepas dan melihat selang dada untuk melihat penempatannya di luar

dada . Gelembung yang terjadi selama 24 jam setelah pemasangan selang

sehubungan dengan perbaikan pneumothorax dapat menyebabkan adanya

fistula bronkopleura . Ini biasanya terjadi pada pengesetan ventilasi mekanis

pada tidal volume dan tekanan tinggi.

9

2.7 Prosedur Pemasangan Water Seal Drainage (WSD)

Pemasangan Water Seal Drainage (WSD) dapat dilakukan diruang

operasi,ruang kegawatdaruratan, atau di tempat tidur pasien .

1. Lokasi pemasangan water seal drainage

Lokasi pemasangan selang WSD berdasarkan indikasi :

a. Jika mengeluarkan udara, selang ditempatkan dekat apex paru di daerah

ICS II

b. Jika mengeluarkan cairan selang ditempatkan dekat basal paru di daerah

ICS V-VI

c. Setelah bedah jantung, selang ditempatkan pada daerah mediastinum

2. Peralatan untuk pemasangan water seal drainage

a. Trolly dressing

b. Cairan Antiseptik

c. Sarung tangan steril, topi,masker, gaun, duk steril

d. Anestesi lokal : Lidokain 1%

e. Drain set steril

10

f. Drain penampung atau meddap

g. Trocar sesuai kebutuhan

h. Tubing 1/6 , 1/4

i. Blade no.11

j. Jarum dan benang

k. Y konektor atau konektor cabe

l. Tromol kasa

m. Spuit 5cc,spuit 2cc,spuit 10cc

n. WFI

o. Sumber suction

p. Klem

q. Gunting

r. Plester

s. Bengkok

3. Persiapan pasien

a. Kaji status pasien dan tanda-tanda vital

b. Cek kelengkapan alat dan inform concent pasien atau keluarga

c. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan untuk memberikan rasa aman

dan nyaman

d. Mengatur posisi pasien fowler atau semi fowler

4. Prosedur pemasangan WSD (dilakukan oleh dokter)

Untuk prosedur pemasangan WSD adalah sebagai berikut :

a. Kulit dibersihkan dan dianestesi

b. Dibuat insisi kecil pada kulit

c. Penetrasi ruang pleura dengan menggunakan forcep

d. Pelebaran dibuat dengan forcep kemudian direnggangkan dengan jari

e. Akhir proksimal selang di klem dengan forcep kemudian dimasukkan di

ruang pleura

f. Bila pemasangan sulit, trokar metal untuk penetrasi dada, membiarkan

selang pada tempatnya.

g. Bagian ujung selang dihubungkan ke unit drainase

h. Untuk mencegah selang terlepas , kulit sekitar selang dijahit

i. Akhir dari jahitan diikatkan melingkari selang dan diikat

11

j. Pada sisi insisi diberi betadine dan ditutup kasa

k. Kasa ukuran 3x4 berlubang diletakkan pada selang dan diplester kuat

pada dada. Selang diplester pada dada untuk menghindari penarikan

selang dan jahitan bila pasien bergerak

l. Foto thorax pasca pemasangan selalu dilakukan untuk menjamin

ketetapan posisi.

2.8 Prosedur pelepasan water seal drainage

1. Indikasi pencabutan didasarkan pada alasan insersi dan meliputi dibawah

ini :

a. Drainase telah berkurang 50-100 mldalam 24 jam bila selang dipasang

hemathorax,emfisema, dan effusi pleura.

b. Drainase menjadi berubah dari merah menjadi serosa , tidak terdapat

kebocoran udara dan jumlah kurang dari 100 ml setelah 8 jam ( jika

selang dipasang setelah operasi jantung )

c. Paru-paru telah mengembang kembali (dibuktikan dengan chest x-ray)

d. Status respirasi telah membaik ( tidak terdapat kesulitan bernafas,

suara nafas bilateral sama, penurunan penggunaan otot aksesori

pernafasan, pengembangan dada simetris, dan RR kurang dari

24x/menit.

e. Kebocoran udara telah pulih (dikaji dengan tidak adanya bubbling

kontinyu pada ruang water seal).

2. Persiapan alat

a. Trolly dressing

b. Dressing set

c. Betadine solution

d. Klem

e. Sarung tangan steril dan non steril

f. Spuit 2,5cc

g. Analgesik

h. Bengkok

i. Plester

j. Gunting

12

3. Persiapan pasien

a. Yakinkan pasien mengerti pengajaran pre prosedur

b. Premedikasi pasien dengan anlgesik adekuat setidaknya 15 menit

sebelum prosedur dilakukan

c. Tempatkan pasien pada posisi semifowler

4. Prosedur pelepasan

a. Cuci tangan

b. Gunakan sarung tangan steril

c. Buka set angkat jahitan steril dan siapkan betadine dan kasa

d. Lepaskan suction dari chest drainage system dan cek terhadap

kebocoran udara pada ruang water seal.

e. Lepas sarung tangan

f. Angkat plester yang menempel dan tentukan tipe jahitan yang terdapat

pada selang dada

g. Konfirmasi pada pasien bahwa selang terbebas dari plester dan jahitan

h. Gunakan sarung tangan biasa

i. Klem setiap selang yang akan dicabut

j. Instruksikan pada pasien untuk tarik nafas dalam dan tahan pada setiap

selang yang akan diangkat

k. Cabut selang dada secara cepat

l. Tutup sisi insersi dengan kapas steril dan rekatkan dengan plester

m. Kaji pasien setelah prosedur dan bandingkan hasil nya dengan

pengkajian sebelumnya

n. Lakukan chest x-ray sesuai protokol

o. Cuci tangan

2.9 Penggantian botol water seal drainage

Adapun beberapa langkah dalam penggantian botol WSD, yaitu :

a. Siapkan set yang baru. Botol berisi aquades ditambah desinfektan

b. Selang WSD diklem dulu

c. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem

d. Amati undulasi dalam dalam selang WSD

13

BAB III

TINJAUAN TEORITIS ASKEP

3.1 Pengkajian

1. Sirkulasi

a. Takikardi,irama jantung tidak teratur (disaritmia)

b. Suara jantung III,IV,galop atau gagal jantung sekunder

c. Hipertensi atau hipotensi

2. Nyeri

a. Subjektif

- Nyeri dada sebelah

- Serangan tiba-tiba

- Nyeri bertambah saat bernafas

b. Objektif

- Wajah meringis

- Perubahan perilaku

3. Respirasi

a. Subjektif

-Riwayat setelah pembedahan dada,trauma

- Riwayat penyakit kronik, infeksi paru, tumor, biopsi paru

-Kesulitan bernafas

-Batuk

b. Objektif

- Takipnea

- Peningkatan kerja napas

- Fremitus fokal

- Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris

- Kulit sianosis, pucat, krepitasi

4. Rasa Aman

a. Riwayat fraktur atau trauma dada

b. kankaer paru, riwayat radiasi

5. Pengetahuan

a. Riwayat keluarga mempunyai resiko tinggi TB,CA

14

b. Pengetahuan tentang penyakit, pengobatan , dan perawatan

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa aman nyeri b/d pemasangan selang dada.

Ditandai dengan :

a. Pasien mengatakan tidak nyaman

b. Postur tubuh kaku

c. Mengerang kesakitan

d. Menangis

e. Raut muka tegang

2. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d kemungkinan terjadi tension

pneumothoraks sekunder terhadap sumbatan pada selang dada.

Ditandai dengan :

a. Perdarahan yang banyak dari selang dada

b. Terlihat banyaknya bekuan darah pada drainase selang dada

c. Pernafasan dangkal dan cepat

d. Perubahan TTV

e. Warna kulit dan membran mukosa

3. Resiko tinggi infeksi b/d tindakan infasif pemasangan selang dada.

4. Injuri , potensial terjadinya trauma atau hipoksia b/d pemasangan alat WSD,

kurangnya pengetahuan tentang WSD

5. Rencana Tindakan

1. Gangguan rasa nyaman dan nyeri b/d pemasangan

selang dada .

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam

diharapkan nyeri klien dapat berkurang .

Kriteria hasil :

a. Otot wajah rileks

b. Nyeri berkurang

c. Sedikit menggunakan analgesik

d. Peningkatan volume inspirasi pada spirometer intensif

6. Intervensi

1. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, penumpukan

sekret , kecemasan, proses peradangan.

15

a. Pola nafas efektif , kriteria :

- Frekuensi nafas dalam rentang normal

- Suara paru jelas dan bersih

b. Berpartisipasi dalam aktivitas

- Monitor frekuensi, irama , dan kedalaman pernafasan

- Posisikan kliae pada posisi semi fowler

- Kaji pernafasan selama tidur

- Auskultasi bunyi nafas , dan catat adanya bunyi nafas

- Observasi pola batuk dan karakter sekret

- Dorong nafas dalam dan latighan batuk efektif

c. Kolaborasi

- Berikan oksigen tambahan

- Berikan humidifikasi tambahan

- Cek ruang kontrol suction untuk mencatat jumlah cairan yang keluar

dengan tepat ( untuk batas air dinding regulator terpasang dengan

benar ).

- Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan pada batas

yang telah ditetapkan.

- Observasi gelembung udara pada botol WSD

- Evaluasi gelembung udara yang terjadi

- Tentukan lokasi kebocoran pada pasien atau WSD (dengan memasang

klem pada kateter toraks distal ) dengan sedikit ditarik keluar .

- Catat jumlah cairan yang keluar dari botol WSD

- Monitor untuk undulasi abnormal dan catat apabila ada perubahan yang

menetap atau sementara

- Evaluasi apakah perlu tube tersebut dilakukan pengurutan .

- Atur posisi sistem drainase , agar berfungsi seoptimal mungkin,

misalnya sisakan panjang selang pada tempat tidur, yakinkan bahwa

selang itu tidak kaku dan menggantung diatas WSD , keluarkan

akumulasi cairan bila perlu.

2. Resiko terjadi injury b/d pemasangan selang WSD

a. Mengenal tanda-tanda komplikasi

b. Pencegahan lingkungan atau bahaya fisik lingkungan

c. Review dengan pasien akan tujuan atau fungsi drainase

16

d. Fiksasi kateter thoraks pada dinding dada dan sisakan panjang kateter

agar pasien dapat bergerak atau tidak mengganggu pergerakannya.

e. Usahakan WSD berfungsi dengan baik dan aman dengan meletakannya

lebih tinggi dari bed pasien di lantai atau troli.

f. Observasi adanya tanda-tanda respirasi distress bila kateter thoraks

tercabut.

g. Anjurkan pasien untuk tidak menekan atau membebaskan selang dari

tekanan . misalnya : tertindih tubuh.

h. Kaji tindakan perubahan, catat dan beri tindakan perawatan bila :

- Perubahan suara bubbling

- Kebutuhan 02 yang tiba-tiba

- Nyeri dada

- Lepasnya selang

3. Nyeri akut b/d prosedur pembedahan, trauma jaringan.

Nyeri berkurang kriteria evaluasi :

a. Mengungkapkan tidak ada nyeri

b. Tidak merintih

c. Tidak menangis

d. Ekspresi wajah rileks

e. Klien menyatakan nyeri berkurang

f. Klien dapat beristirahat dengan cukup

g. Skala nyeri sedang

3.3 Rasional

a. Ubah posisi dari baring terlentang menjadi posisi miring ke posisi yang

tidak sakit secara bergantian setiap 2 jam.

b. Berbaring pada sisi yang terkena menimbulkan rasa yang sangat sakit, dan

hal tersebut mempengaruhi perkembangan paru

c. Bantu pasien melakukan AKS dan ambulasi sesuai kebutuhannya

d. Untuk menjaga agar tidak terjadi cedera , pantau :

- Tekanan darah , nadi, dan pernafasan setiap 4 jam

- Intensitas nyeri

- Tingkat kesadaran

17

BAB IV

PEMBAHASAN

FORMAT PENGKAJIAN UMUM

1. BIODATA

a. NAMA : Tn. “T”

b. UMUR : 36 tahun

c. JENIS KELAMIN : Laki-laki

d. AGAMA : Islam

e. ALAMAT : Jalan Arjuno, Surabaya

f. PENDIDIKAN : SMA

g. PEKERJAAN : Supir Angkutan

h. DIAGNOSA : Pneumothoraks

i. NO. REGISTER : 25XXXX

1. KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan sesak napas, nyeri pada daerah thoraks dekstra serta wajah pucat

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Klien mengatakan mengalami kecelakaan lalu lintas pada tanggal 01 Maret 2013 dan

mengalami benturan di daerah thoraks.

3. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU

Klien pernah mengalami sakit demam.

4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Didalam keluarga pasien, tidak ada riwayat penyakit menular maupun menurun

5. RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SOSIAL

Klien mudah bergaul dengan teman sebayanya

6. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI

-Sebelum MRS: a. Pola makan : Nasi,ikan, sayur 3x1/ hari

b. Pola minum : air putih kurang lebih 7 gelas

c. Pola tidur : -Tidur malam : 22.00-06.00

- Tidur siang : sekitar 1 jam

18

d. BAK : - kurang lebih 3-5x /hari

- Warna kuning

- Bau khas

e. BAB : - 1-2x/hari

- lembek

- kuning

- baunya khas

-Setelah MRS: a. Pola makan : - ½ porsi

b. Pola minum : - 5-6 gelas

c. Pola tidur : - hanya 2 jam

- ada gangguan sesak nafas jadi sulit tidur

d. BAK : -5000cc/hari

- warna putih kekuning-kuningan

- amis dan bau obat

e. BAB : - 1x sehari

- Kuning

- Bau khas

7. KEADAAN/PENAMPILAN/KESAN UMUM PASIEN

-k/u pasien lemas

-Penampilan bersih dan rapi

- Dipasang WSD

8. TANDA-TANDA VITAL

Tekanan Darah : 110/70

Nadi : 82 x/menit

Suhu : 37,8 oC

RR : 28 x/menit

10.PEMERIKSAAN FISIK

a. Pemeriksaan Kepala Leher

Rambut : Hitam, tidak rontok, distribusi baik

Kepala : Bentuk bulat lonjong, simetris, ukuran normal

Mata : Bulat, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, simetris. .

Hidung : Bersih, tidak ada perdarahan, tidak ada perdarahan.

19

Mulut : Bibir simetris atas dan bawah.

Gigi : Bersih , normal

Telinga : Simetris kiri dan kanan , tidak ada peradangan, pendengaran baik

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan getah bening

Lidah : Lidah tidak kotor

b. Pemeriksaan Integumen / Kulit

-Turgor kulit <2 detik baik, ditandai dengan adanya tegangan kulit

-Warna kulit sawo matang, bersih, dan tidak ada lesi

c. Pemeriksaan Payudara dan ketiak

Bersih, normal, tidak ada kelainan

d. Pemeriksaan Thorak/dada

Inspeksi thorak: -Simetris bentuk dadanya, tidak ada kelainan

Auskultasi : - Bunyi napas vesikuler, terdapat bunyi tambahan ronchi basah.

e. Pemeriksaan Paru

- Inspeksi : Bentuk paru Simetris

- Palpasi : Fremitus traktil di daerah lapang paru

- Perkusi : Hiperesonan

f. Pemeriksaan Jantung

-Perkusi: : - batas jantung atas ICR-2 , batas kanan =linea sternum dekstra ICR-2,

batas kiri –linea midklavikularis anterior bawah ICR-5 parasternalis

sinistra.

-Auskultasi : - irama denyut jantung irreguler

- bunyi jantung 1= terdengar LUP di triscupidalis (ICR-5 linea

parastenalis) dan bicuspidalis (ICR-5 Midklavikularis)

- bunyi jantung 2= terdengar DUP di aorta (ICR-2 sinistra ) dan pulmo

(ICR-2 dekstra)

g. Pemeriksaan Abdomen

-Inspeksi : Simetris

-Palpasi : Tidak ada nyeri tekan , tidak ada benjolan, tidak ada ascites

-Perkusi : Suara kembung

-Auskultasi : Tidak ada bising usus

h. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

Genetalia

20

Bersih, tidak ada kelainan pada genetalia, personal hygiene baik, setelah buang air kecil

ibu selalu membersihkan genetalia anaknya

Anus

Anus pasien bersih, dan tidak ada bercak–bercak di sekitarnya, tetapi ada rasa keluh

pada daerah rektum terasa penuh

h. Pemeriksaan Muskuloskeletal

Bentuk normal, kekuatan otot (2), rentang bergerak terbatas, reflek patologis Babinski

(-).

i. Pemeriksaan Neurologi

Pasien sadar, GCS ( 4, 5, 6)

Membuka mata spontan: 4

Orientasi baik : 5

Menggerakkan otot sesuai perintah: 6

j. Pemeriksaan Status mental

Pasien menerima keadaan dengan ikhlas, cerna dan bisa menyesuaikan keadaannya.

11. PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIS

Terlampir

12. TERAPI

Cefotaxime 1 gr/12 jam Antibiotik

Frogesic/ Tromadol 1 gr/ 8 jam / drips Analgesik

Ranitidine 1 amp/12 jam Antihistamin / tukak lambung

Novalgin 1 amp / 8 jam Antipiretik analgetik

Ketorolac 1 amp / 12 jam Analgetik / iritasi lambung

Ambroxol syrup 3x1 sdt Obat batuk

Paracetamol 3x1 sdt Antipiretik

Asam Mefenamat 3x1 sdt Analgetik

Metronidazole 500 mg/ hari Antibiotik dan anti inflamasi

13.HARAPAN PASIEN/KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN PENYAKITNYA

Keluarga pasien berharap anaknya cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit

21

ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. “T”

Umur : 36 Tahun

N O DATA

( DS/DO)

MASALAH ETIOLOGI

1. Ds: klien merasakan nyeri pada

pemasangan WSD

Do:

-Adanya luka pada pemasangan

WSD

-Adanya tanda infeksi seperti :

rubor, nyeri (+), dolor

(kemerahan),

-S/N: 36,7 oC /120 x/menit

-RR: 28 x/menit

Resiko tinggi

terjadinya infeksi

pada pemasangan

WSD

Ditandai dengan

adanya luka pada

pemasangan WSD

22

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA

1. Resiko tinggi terjadinya infeksi pada pemasangan WSD ditandai dengan :

-Adanya luka

- Adanya nyeri

- Kulit kemerahan

- Adanya infeksi pada lokasi pemasangan WSD.

-S/N: 36,7 oC/120 x/menit

-RR: 28 x/menit

23

No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Rasional

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

kurang lebih 3 jam, diharapkan bisa

defekasi dengan kriteria hasil:

- Bebas dari tanda-tanda infeksi

- Tidak ada lagi kemerahan

- Tidak terasa nyeri

- Pasien sudah merasa nyaman dan tidak

merintih kesakitan .

1. Berikan pengertian dan pengetahuan pemasangan WSD

2. Berikan perawatan luka dengan tekhnik septic dan

antiseptic

3. Dorong untuk nutrisi yang optimal

4. Kaji tanda-tanda vital infeksi

5. Berikan antibiotik

1. Perawatan mandiri seperti menjaga luka

dari hal yang septic tercipta bila klien

memiliki pengertian yang optimal

2. Perawatan luka yang tidak benar akan

menimbulkan pertumbuhan

mikroorganisme

3. Untuk mempertahankan status nutrisi

serta mendukung sistem immun

4. Nyeri dan kemerahan menunjukkan

indikasi infeksi

5. Mencegah atau membunuh

mikroorganisme

24

TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. “T”

Umur : 36 tahun

Tanggal/Jam No. Dx. Per T i n d a k a n

01/3/2013

Jam 09.00

Jam 10.00

Jam 12.00

Jam 12.30

Jam 13.00

Jam 16.00

Dx.1 1. Memberikan pengertian dan pengetahuan

perawatan WSD.

R/ Pasien merasa jauh lebih hati-hati dan

waspada terhadap pemasangan WSD ditubuhnya.

2. Memberikan perawatan luka dengan tekhnik septic

dan antiseptic.

R/ Pasien merasa senang dan cenderung lebih

nyaman .

3. Mendorong untuk pemberian nutrisi yang optimal.

R/ Pasien merasa nyaman karena pola nutrisi nya

terkontrol dengan baik.

4. Mengkaji tanda-tanda infeksi

R/ pasien menerima dengan senang hati dan tidak

risih.

5. Memberikan inj.antibiotik seperti :

a. Cefotaxime 3 amp/8 jam

b. Metrodinazole 500 mg

R/ Pasien sedikit tidak merasa nyeri setelah

dimasukkan obat antibiotik.

25

02/3/2013

Jam 11.00

Jam 12.00

Jam 13.00

Jam 13.30

Jam 17.30

Dx.1 1. Memberikan pengertian dan pengetahuan perawatan

WSD.

R/ Pasien merasa jauh lebih hati-hati dan waspada

terhadap pemasangan WSD ditubuhnya.

2. Memberikan perawatan luka pada daerah

pemasangan WSD dengan cara membersihkan luka

bekas operasi dengan gas steril dan pinset steril

R/ Pasien merasa senang dan cenderung lebih bersih

lukanya .

3. Memberikan nutrisi yang optimal seperti diet BBR

TKTP.

R/ Pasien merasa nyaman karena pola nutrisi nya

terkontrol dengan baik.

4. Mengobservasi tanda-tanda infeksi di sekitar

pemasangan WSD seperti

tubor,dolor,kalor,tumor,atau perubahan fungsi.

R/ pasien menerima dengan senang hati dan tidak

risih.

5.Memberikan inj.antibiotik seperti :

a.Cefotaxime 3 amp/8 jam

b.Metrodinazole 500 mg/hari

R/ Pasien sedikit tidak merasa nyeri setelah

dimasukkan obat antibiotik.

26

03/3/2013

Jam 10.00

Jam 12.30

Jam 13.30

Jam 14.00

Dx.1 1. Memberikan perawatan luka pada daerah

pemasangan WSD, dengan cara :

a. Bersihkan luka operasi dengan larutan Nacl

0,9%

b. Bersihkan luka dengan memakai pinset dan

bersihkan area pemasangan WSD

c. Keringkan dengan kasa steril yang kering

d. Oleskan isodine/betadine di area luka

e. Perban atau tutup luka dengan gas steril dan

pasang plester gunanya agar kuman tidak

masuk ke daerah luka.

R/ Pasien kesakitan dan merasa perih pada luka

saat dibersihkan .

2. Memberikan nutrisi yang optimal seperti diet

BBR TKTP.

R/ Pasien merasa nyaman karena tercukupi pola

nutrisinya.

3. Mengobservasi tanda-tanda infeksi di sekitar

pemasangan WSD .

R/ pasien menerima dengan senang hati dan tidak

risih.

4. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam

memberikan terapi seperti :

a. Cefotaxime 1 gr/12jam

b. Metrodinazole 500 mg/hari

R/ Pasien sedikit tidak merasa nyeri setelah

dimasukkan obat antibiotik.

27

04/03/2013

Jam 16.00

Jam 18.00

Jam 18.30

Jam 19.30

1. Memberikan perawatan luka pada daerah

pemasangan WSD

R/ Pasien merasa lebih nyaman

2. Memberikan nutrisi yang optimal dengan

pemberian diet BBR TKTP

R/ Pasien merasa senang karena nutrisi pola

makannya terkontrol dengan baik.

3. Mengobservasi tanda-tanda infeksi di sekitar

pemasangan WSD .

R/ Pasien merasa lebih nyaman

4. Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan

terapi seperti :

a. Injeksi Cefotaxime 1gr/12jam

b. Metronidazole 500 mg

CATATAN PERKEMBANGAN

28

Nama Pasien : Tn.T “”

Umur : 36 tahun

Tanggal/Jam No. Dx. Per Perkembangan

02/3/2013

Jam 10.00

03/3/2013

Jam 10.00

Dx.1 S: Klien mengatakan nyeri (+)

O: - k/u lemas, cemas,

- TD : 110/70 mmHg

- S/N: 37,8 oC/80 x/menit

- RR: 24 x/menit

-Tampak adanyanya infeksi seperti kemerahan

dan nyeri

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi keperawatan dilanjutkan

S: Klien mengatakan nyeri pada lokasi insersi

pemasangan WSD

O: - k/u pasien tidak rewel

- TD : 110/70 mmHg

- S/n: 37,4 oC/ 82x/mnt

- RR: 24 x/menit

-Tampak kemerahan pada lokasi insersi pemasangan

WSD

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi Keperawatan dilanjutkan

29

04/3/2013

Jam 16.00

05/3/2013

Jam 15.30

S: Klien mengatakan nyeri berkurang

O: - k/u tidak lemas

- TD : 110/70 mmHg

- S/N: 37,8 oC/82 x/menit

- RR: 22 x/menit

-Kemerahan berkurang pada lokasi insersi

pemasangan WSD

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi keperawatan dilanjutkan

S: Klien mengatakan nyeri berkurang

O: - k/u tidak lemas

- TD : 110/70 mmHg

- S/n: 37,6 oC/ 82x/mnt

- RR: 20 x/menit

-Tidak tampak adanya infeksi seperti : kemerahan di

daerah pemasangan WSD

A: Masalah teratasi

P: Intervensi Keperawatan dihentikan

30

E V A L U A S I

Nama Pasien : Tn. “T”

Umur : 36 tahun

Tanggal/Jam No. Dx. Per E v a l u a s i

05/3/2013 Dx.1 S: Klien mengatakan nyeri berkurang

O: - k/u tidak lemas

- TD : 110/70 mmHg

- S/n: 37,6 oC/ 82x/mnt

- RR: 20 x/menit

-Tidak tampak adanya infeksi seperti : kemerahan di

daerah pemasangan WSD

A: Masalah teratasi

P: Intervensi Keperawatan dihentikan

31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tindakan WSD (Water Seal Drainage) atau yang disebut juga dengan

“Chest-Tube” (pipa dada) adalah suatu usaha untuk memasukkan kateter ke

dalam rongga pleura dengan maksud untuk mengeluarkan cairan yang terdapat

di dalam rongga pleura, seperti misalnya pus pada empisema atau untuk

mengeluarkan udara yang terdapat di dalam rongga pleura, misalnya pada

kasus pneumotoraks.

Terdapat berbagai macam masalah pada pemasangan WSD jika memasangnya

tidak sesuai prosedur, misalnya infeksi pada saat pemasangan, seperti timbul

rasa nyeri dan kemerahan.

Dalam menghadapi kasus pada pasien yang dilakukan pemasangan

WSD, seorang perawat perlu memerlukan proses perawatan dari pengkajian,

diagnosis, intervensi, implementasi dan eliminasi. Segala proses tersebut harus

didokumentasikan agar tindakan yang kita lakukan dapat ditanggungjawabkan.

Saran

1. Jika akan menghadapi pasien yang harus dipasang WSD , seorang perawat

harus lebih berhati-hati dalam penanganan serta pemasangannya. Karena

jika prosedur dan penatalaksanaan nya tidak tepat maka akan

menimbulkan dampak yang sangat berbahaya bagi pasien seperti infeksi di

daerah pemasangan WSD.

2. Diharapkan perawat dapat mempertahankan asuhan keperawatan yang

berkualitas di semua aspek dalam memberkan perawatan pada pasien

secara komprehensif untuk mencapai tujuan yang optimal.

32

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall dan Moyet. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.

Jakarta: EGC

Dongoes,Marlyn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :EGC

Smelizer , Suzanne C.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.1.

Jakarta : EGC

33