kel.6 ijarah

17
MAKALAH IJARAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah “Akuntansi Syari’ahDisusun Oleh : Ahmad Rosadi Anwar (081400124) Amamiyah (081400125) EKIS-A SMT VI FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN 1

Upload: mulyanah

Post on 09-Feb-2015

5.206 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Kel.6 ijarah

MAKALAH

IJARAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah

“Akuntansi Syari’ah”

Disusun Oleh :

Ahmad Rosadi Anwar (081400124)

Amamiyah (081400125)

EKIS-A SMT VI

FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT

AGAMA ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2010-2011

1

Page 2: Kel.6 ijarah

IJARAH

1.  Pendahuluan

2

Page 3: Kel.6 ijarah

Bank Syari’ah dan Lembaga Keuangan Syari’ah lainnya dalam melayani produk pembiayaan, mayoritas masih terfokus pada produk-produk murabahah (prinsip jual beli). Pembiayaan ijarah memiliki kesamaan dengan pembiayaan murabahah karena termasuk dalam katagori natural certainty contracts dan pada dasarnya adalah kontrak jual beli.

Perbedaan antara ijarah dan murabahah terletak pada objek transaksi yang diperjual belikan yaitu dalam pembiayaan murabahah yang menjadi objek transaksi adalah barang, seperti tanah, rumah, mobil dan sebagainya, sedangkan dalam pembiayan ijarah, objek transaksinya adalah jasa, baik manfaat atas barang maupun manfaat atas tenaga kerja, sehingga dengan skim ijarah, bank syari’ah dan lembaga keuangan syari’ah lainnya dapat melayani nasabah yang membutuhkan jasa.

Bentuk pembiayaan ijarah merupakan salah satu teknik pembiayaan ketika kebutuhan pembiayaan investor untuk membeli aset terpenuhi dan investor hanya membayar sewa pemakaian tanpa harus mengeluarkan modal yang cukup besar untuk membeli aset tersebut.

Secara umum timbulnya ijarah disebabkan oleh adanya kebutuhan akan barang atau manfaat barang oleh nasabah yang tidak memiliki kemampuan keuangan.

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat (hak guna), bukan perpindahan kepemilikan (hak milik). Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya barang, sedangkan pada ijarah objek transaksinya adalah barang dan jasa.

2. Pengertian Ijarah

Ijarah berarti sewa, jasa atau imbalan, yaitu akad yang dilakukan atas dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa[1].

Menurut Sayyid Sabiq, Ijarah adalah suatu jenis akad yang mengambil manfaat dengan jalan penggantian[2].

Dengan demikian pada hakikatnya ijarah adalah penjualan manfaat yaitu pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dan jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Akad  ijarah tidak ada perubahan kepemilikan tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa.

 [1] Habib Nazir & Muh. Hasan, Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan S yari’ah, Kaki Langit, Bandung , 2004, hal. 246. [2] Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah Jilid 3, Dar al-Kitab al-Araby, Beirut, 1983, hal. 177. [2] Sri Nurhayati – Wasilah, Akuntasi Syariah di Indonesia, Salemba Empat,2008, Edisi 2, hal.226.

Dalam Hukum Islam ada dua jenis ijarah, yaitu [3]:

1. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang

3

Page 4: Kel.6 ijarah

mempekerjakan disebut mustajir, pihak pekerja disebut ajir dan upah yang dibayarkan disebut ujrah.

2. Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan leasing (sewa) pada bisnis konvensional. Pihak yang menyewa (lessee) disebut mustajir, pihak yang menyewakan (lessor) disebut mu’jir/muajir dan biaya sewa disebut ujrah. 

Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan syari’ah, sementara ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk investasi atau pembiayaan di perbankan syari’ah 

3. Dasar Ijarah

Ijarah sebagai suatu transaksi yang sifatnya saling tolong menolong mempunyai landasan yang kuat dalam al-Qur’an dan Hadits. Konsep ini mulai dikembangkan pada masa Khlaifah Umar bin Khathab yaitu ketika adanya sistem bagian tanah dan adanya langkah revolusioner dari Khalifah Umar yang melarang pemberian tanah bagi kaum muslim di wilayah yang ditaklukkan. Dan sebagai langkah alternatif adalah membudidayakan tanah berdasarkan pembayaran kharaj dan jizyah.

Adapun yang menjadi dasar hukum ijarah adalah [4]:

1. Al-Qur'an surat al-Zukhruf : 32

Artinya : Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagaian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagaian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan .

1. Al-Qur’an surat al-Baqarah : 233 :

Artinya : Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

c. Al-Qur’an surat al-Qashash : 26 :Artinya : Salah seorang dari kedua wanita itu berkata : Hai ayahku! Ambilah ia sebagai orang yang bekerja pada (kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.

[3] Ascarya, Akad dan Produk Syari’ah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta , 2007, hal.99.[4] Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syari’ah, 2001 DSN,MUI,BI, hal.54[4] Sri Nurhayati – Wasilah, Akuntasi Syariah di Indonesia, Salemba Empat,2008, Edisi 2, hal.229.

1. Hadis riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi Muhammad saw. Bersabada :

Artinya : Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.

4

Page 5: Kel.6 ijarah

1. Hadis riwayat Abd.Razaq  dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad saw. Bersabada :

Artinya : Barangsiapa yang mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.

1. Hadis riwayat Abu Dawud  dari Saad bin Abi Waqqash, bahwa Nabi Muhammad saw. Bersabada :

Artinya : Kami pernah menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya, maka Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak.

1. Hadis riwayat Tirmizi  dari Amr bin Auf, bahwa Nabi Muhammad saw. Bersabada :

Artinya : Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.

1. Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa.2. Kaidah fiqh

Artinya : Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalilyang mengharamkannya.

1. Kaidah fiqh

Artinya : Menghindarkan mafsadat (kerusakan/bahaya) harus didahulukan atas mendatangkan kemaslahatan.

4. Rukun dan Syarat Ijarah

1. Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi adalah[5] : 

1. Pelaku akad, yaitu mustajir (penyewa), adalah pihak yang menyewa aset dan mu’jir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik yang menyewakan aset.

2. Objek akad, yaitu ma’jur (aset yang disewakan) dan ujrah (harga sewa).

3. Sighat yaitu ijab dan qabu

l[5] Ascarya, op.cit, hal. 99.

2. Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuan hukum Islam, sebagai berikut :

a. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan tersebut harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.

5

Page 6: Kel.6 ijarah

b. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab pemeliharaannya, sehingga aset tersebut harus dapat memberi manfaat kepada penyewa.

c. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku.

d.  Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang ditetapkan sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila aset akan dijual harganya akan ditentukan pada saat kontrak berakhir.

Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 09/DSN-MUI/IV2000 tanggal 13 April 2000 Tentang Pembiayan Ijarah ditetapkan[6] :

1. Rukun dan Syarat Ijarah :1. Pernyataan ijab dan qabul.2. Pihak-pihak yang berakad (berkontrak) : terdiri atas pemberi sewa

(lessor, pemilik aset, Lembaga Keuangan Syariah) dan penyewa (Lessee, pihak yang mengambil manfaat dari penggunaan aset, nasabah).

3. Objek kontrak : pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan aset.4. Manfaat dari penggunaan aset dalam ijarah adalah objek kontrak yang

harus dijamin, karena ia rukun yang harus dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan bukan aset itu sendiri.

5. Sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain yang equivalent, dengan cara penawaran dari pemilik aset (lembaga keuangan syariah) dan penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah).

6. Ketentuan Objek  Ijarah :1. Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau

jasa.2. Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan

dalam kontrak.3. Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan.4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai

dengan syariah.5. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk

menghilangkan jahalah (ketidak tahuan) yang akan mengakibatkan sengketa.

6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.

[6] Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, op.cit, hal.55

7. Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada lembaga keuangan syariah sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa dalam ijarah.

6

Page 7: Kel.6 ijarah

8. Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak.

9. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

7. Kewajiban Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah :

-         Kewajiban Lembaga Keuangan Syariah sebagai pemberi sewa :

1. Menyediakan aset yang disewakan.2. Menanggung biaya pemeliharaan aset.3. Penjamin bila terdapat cacat pada aset yang disewakan.

-         Kewajiban nasabah sebagai penyewa :

1. Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan aset yang disewa serta menggunakannya sesuai dengan kontrak.

2. Menanggung biaya pemeliharaan aset yang sifatnya ringan (materiil)

Jika aset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dan penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.

5. Ijarah Muntahia Bi al-Tamlik

Al-Ba’i wa al-ijarah muntahia bi al-tamlik merupakan rangkaian dua buah akad, yakni akad al-ba’i dan akad al-ijarah muntahia bi al-tamlik. Al-ba’i merupakan akad jual beli, sedangkan al-ijarah muntahia bi al-tamlik merupakan kombinasi sewa menyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah di akhir masa sewa[7].

Ijarah muntahia bi al-tamlik adalah transaksi sewa dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode sehingga transaksi  ini diakhiri dengan kepemilikan objek sewa[8].

Dalam ijarah muntahia bi al-tamlik, pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini :

1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa.

2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewaakan tersebut pada akhir masa sewa.

[7] Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisi Fiqh dan Keuangan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal.149[8] Ascarya, op.cit, hal.103

Adapun bentuk alih kepemilikan ijarah muntahia bi al-tamlik antara lain :

7

Page 8: Kel.6 ijarah

1. Hibah di akhir periode, yaitu ketika pada akhir periode sewa aset dihibahkan kepada penyewa.

2. Harga yang berlaku pada akhir periode, yaitu ketika pada akhir periode sewa aset dibeli oleh penyewa dengan harga yang berlaku pada saat itu.

3. Harga ekuivalent dalam periode sewa, yaitu ketika membeli aset dalam periode sewa sebelum kontrak sewa berakhir dengan harga ekuivalen.

4. Bertahap selama periode sewa, yaitu ketika alih kepemilikan dilakukan bertahap dengan pembayaran cicilan selama periode sewa.

6. Ijarah dan Leasing

Ijarah adalah akad yang mengatur pemanfaatan hak guna tanpa terjadi pemindahan kepemilikan, sehingga banyak yang menyamakan ijarah dengan leasing. Hal ini terjadi karena kedua istilah itu sama-sama mengacu hal ihwal sewa menyewa. Akan tetapi walaupun ada persamaan antara  ijarah dengan leasing, terdapat beberapa karakteristik yang membedakannya, antara lain :

a. Objek

Objek yang disewakan dalam leasing hanya berlaku untuk sewa menyewa barang saja, terbatas pada manfaat barang saja, tidak berlaku untuk manfaat tenaga kerja. Sedangkan objek yang disewakan dalam ijarah bisa berupa barang dan jasa/tenaga kerja. Ijarah bila diterapkan untuk mendapatkan manfaat barang disebut sewa menyewa dan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja/jasa disebut upah mengupah. Objek yang disewakan dalam ijarah adalah manfaat barang dan manfaat tenaga kerja.

Dengan demikian, bila dilihat dari segi objeknya, ijarah mempunyai cakupan yang lebiah luas daripada leasing.

b. Metode Pembayaran

Dari segi metode pembayaran, leasing hanya memiliki satu metode pembayaran yaitu yang bersifat not contingent to formance artinya pembayaran tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa.

Pembayaran ijarah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa (contingent to formance) dan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa (not contingent to formance). Ijarah yang pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa disebut ijarah, gaji, sewa. Sedangkan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa disebut jualah atau success fee[9].

c. Pemindahan Kepemilikan (Transfer of Title)

Dari aspek perpindahan kepemilikan dalam leassing dikenal dua jenis yaitu operating lease dimana tidak terjadi pemindahan kepemilikan baik di awal maupun di akhir periode sewa dan financial lease.

[9] Adiwarman  A. Karim, op.cit,hal.141

8

Page 9: Kel.6 ijarah

Ijarah sama seperti operating lease yakni tidak ada transfer of title baik di awal maupun di akhir periode, namun pada akhir sewa dapat dijual barang yang disewakan kepada nasabah yang dalam perbankan syariah dikenal dengan ijarah muntahia bi al-tamlik. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.

Prinsip pokok (standar) minimal pembiayaan ijarah yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :

1. Dalam akad ijarah, fisik dari komoditas yang disewakan tetap dalam kepemilikan yang menyewakan dan hanya manfaatnya yang dialihkan kepada penyewa. Sesuatu yang tidak dapat digunakan tanpa mengkonsumsinya tidak dapat disewakan, seperti uang, makanan, bahan bakar dan sebagainya. Hanya aset-aset yang dimiliki oleh yang menyewakan dapat disewakan, kecuali diperbolehkan sub-lease (menyewakan kembali aset objek sewa yang disewa) dalam perjanjian yang dizinkan oleh yang menyewakan.

2. Sampai waktu ketika aset objek sewa dikirim kepada penyewa, biaya sewa belum bisa digunakan.

3. Selama periode sewa, yang menyewakan harus tetap menguasai objek sewa dan menanggung semua resiko dan hasil dari kepemilikan. Namun demikian, jika terjadi kerusakan atau kehilangan aset objek sewa karena kesalahan atau kelalaian penyewa, konsekwensinya ditanggung oleh penyewa.

4. Asuransi/Takaful dari objek sewa harus atas nama orang yang menyewakan dan biaya asuransi juga ditanggung oleh yang menyewakan.

5. Sewa dapat diakhiri sebelum waktunya, tetapi hanya dengan persetujuan kedua belah pihak.

6. Masing-masing pihak yang membuat janji untuk membeli/menjual aset objek sewa dengan berakhirnya jangka waktu sewa atau lebih awal dengan harga dan ketentuan yang disepakati bersama dengan catatan bahwa perjanjian sewa tidak mensyaratkan penjualan.

7. Besarnya biaya sewa harus disepakati di awal dalam bentuk yang jelas, baik untuk masa sewa penuh atau untuk periode tertentu dalam bentuk absolut.

8. Penetapan biaya sewa saja tidak dibolehkan kecuali pada nilai par.9. Kontrak sewa dapat dianggap berakhir jika aset objek sewa tidak lagi

memberikan manfaatnya.10. Denda dapat disepakati ab intio dalam perjanjian sewa untuk keterlambatan

pembayaran biaya sewa oleh penyewa.

Apabila terjadi transaksi penjualan dan penyewaan kembali dilakukan secara ijarah berdasarkan nilai pasar yang wajar, perbedaan tersebut harus dialokasikan selama masa ijarah.

Apabila transaksi penjualan dalam penyewaan kembali yang menimbulkan ijarah wa iqtina yang berarti menyewa dan setelah itu diakuisi oleh penyewa, maka bank harus mengalokasikan keuntungan atau kerugian yang timbul dari penjualan aset kepada nasabah dan menyewakan kembali selama jangka waktu sewa.

9

Page 10: Kel.6 ijarah

PERLAKUAN AKUNTASI (PSAK 107)

Akuntasi untuk Pemberi Sewa (Mu’jir) [10]

1. Biaya Perolehan, untuk objek ijarah baik asset berwujud maupun tidak berwujud, diakui saat objek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan. Asset tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari asset tersebut.

b. Biaya perolehannya dapat diukur secara andal.

Jurnal :

Dr. Aset Ijarah xxxKr. Kas/Utang xxx

2. Penyusutan jika asset ijarah tersebut dapat disusutkan/dimortisasi maka penyusutan atas amortisasinya diperlakukan sama untuk asset sejenis selama umur manfaatnya (umur ekonomisnya), jika asset ijarah untuk akad sejenis IMBT maka masa manfaat yang digunakan untuk menghitung penyusutan adalah periode akad IMBT.

Jurnal :

Dr. Biaya Penyusutan xxxKr. Akumulasi Penyusutan xxx

3. Pendapatan Sewa, diakui pada saat manfaat atas asset telah diarahkan kepada penyewa pada akhir periode pelaporan. Jika manfaat telah diserahkan tapi perusahaan belum menerima uang, maka akan diakui sebagai piutang pendapatan sewa dan diukur sebesar nilai yang dapat direalisassikan.

Jurnal :

Dr, Kas/Piutang Sewa xxxKr. Pendapatan Sewa xxx

[10] Sri Nurhayati – Wasilah, Akuntasi Syariah di Indonesia, Salemba Empat,2008, Edisi 2, hal.229.

10

Page 11: Kel.6 ijarah

ILUSTRASI AKUNTANSI AKAD IJARAH

KASUS IJARAH

Transaksi (dalam ribuan Rupiah)

Pemberi Sewa Penyewa

Tgl. 2 Januari 2007 Pemberi sewa dan penyewa menandatangani akad ijarah atas mobil selama 3 tahun. Disepakati bahwa pembayaran dilakukan setiap bulan sebesar Rp. 12.500,-

Pemberian sewa membeli mobil yang disewakan sebesar Rp.150.000,-

Saat pembelian asset dari PT B :Asset Ijarah 150.000,- Kas 150.000,-

Saat menerima pendapatan dari penyewa :Kas 12.000,- Pendapatan sewa 1.500,-

Beaban sewa 12.500,- Kas 12.500,-

Transaksi (dalam ribuan Rupiah)

Pemberi Sewa Penyewa

Setiap penerimaan pendapatan sewa pada awal bulan

Kas 12.500,- Pendapatan sewa 1.500,-

Baban sewa 12.500,- Kas 12.500,-

Pada akhir periode dilakukan alokasi untuk beben depresiasi selama 5 tahun sesuai masa manfaat mobil dengan metode garis lurus.

Kas 30.000,- Akumulasi penyusutan 30.000,-

Penyajian pada akhir tahun pertama untuk asset ijarah

Asset ijarah 150.000,-Akum, penyusutan 30.000,-

Pada saat akhir kontrak asset iajarah dikembalikan kepada pemberi sewa, sehingga dibuatkan ayat jurnal reklasi kasi

Asset nonkas(Eks Ijarah) 150.000,- Asset ijarah 150.000,-

[11] Sri Nurhayati – Wasilah, Akuntasi Syariah di Indonesia, Salemba Empat,2008, Edisi 2, hal.238.

11

Page 12: Kel.6 ijarah

II. PENUTUP

Kesimpulan :

Ijarah berarti sewa, jasa atau imbalan, yaitu akad yang dilakukan atas dasar

suatu manfaat dengan imbalan jasa

Menurut Sayyid Sabiq, Ijarah adalah suatu jenis akad yang mengambil

manfaat dengan jalan penggantian

Ijarah sebagai suatu transaksi yang sifatnya saling tolong menolong

mempunyai landasan yang kuat dalam al-Qur’an dan Hadits. Konsep ini mulai

dikembangkan pada masa Khlaifah Umar bin Khathab yaitu ketika adanya

sistem bagian tanah dan adanya langkah revolusioner dari Khalifah Umar yang

melarang pemberian tanah bagi kaum muslim di wilayah yang ditaklukkan.

Dan sebagai langkah alternatif adalah membudidayakan tanah berdasarkan

pembayaran kharaj dan jizyah.

12

Page 13: Kel.6 ijarah

13