kel 2.doc

30
TUGAS AIK III “Asal Usul Gerakan Muhammadiyah” Di susun oleh : 1. Septiasa A.F (08060017) 2. Elgi Andansari (08060000) 3. Kifta Aria Dewi (08060031) 4. Ika Rizki.A. (08060055) PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Upload: sri-yuliana

Post on 05-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS

AIK III

Asal Usul Gerakan Muhammadiyah

Di susun oleh :

1. Septiasa A.F

(08060017)

2. Elgi Andansari

(08060000)

3. Kifta Aria Dewi

(08060031)

4. Ika Rizki.A.

(08060055)

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2009/2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur patut kami ucapkan ke hadirat Ilahi Robbi. Karena dengan rahmat dan inayahNya kita masih diberi kesempatan untuk merasakan indahnya dunia ini dan di beri kesempatan untuk terus beribadah serta berkarya. Tak lupa pula, kami haturkan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman kebodohan menuju jaman yang penuh dengan ilmu ini.

Ucapan terima kasih juga kami haturkan kepada Bapak Dosen Pembimbing kami dalam mata kuliah AIK III. Karena berkat gegigihan beliaulah, kami dapat sedikit lebih mengetahui tentang mata kuliah yang beliau ajarkan. Selanjutnya, kami juga mengucapkan terima kasih pula kepada orang tua kami yang telah menjadi sumber dana secara penuh bagi kelancaran proses akademik kami.

Dalam sebuah karya, pasti tidak akan pernah sempuna. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata-mata. Begitu juga dengan penulisan makalah tugas terstruktur kami kali ini yang berjudul "Asal Usul Gerakan Muhammadiyah. Maka dari itu, kami selaku manusia biasa yang tak luput dari dosa dan lupa, mengucapkan beribu-ribu maaf yang tiada batasnya atas ketidak sempurnaan makalah tugas ini. Akhirnya, kami ucapkan terima kasih atas segala partisipasi pembaca sekalian, saran dan kritik yang bersifat membangun selalu kami tunggu dari pembaca sekalian. Dan semoga amal baik kita ini mendapat pengganti yang setimpal dari yang diatas. Amien

Malang18 September 2009

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan.

BAB II ISI

2.1 Pengertian Gerakan Muhammadiyah

2.2 Profil Pendiri Muhammadiyah

2.3 Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Muhammadiyah. 2.4 Lambang Muhammadiyah..2.5 Sifat Muhammadiyah2.6 Usaha Muhammadiyah dan hasilnya2.7 Khitah Perjuangan Muhammadiyah2.8 Progam Dasar PerjuanganBAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Posisi Muhammadiyah dalam kehidupan nasional, dunia Islam, dan perkembangan global ditandai dengan lima peran yang secara umum menggambarkan misi Persyarikatan.Kelima peran tersebut adalah:

a. Pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid terus mendorong tumbuhnya gerakan pemurnian ajaran Islam dalam masalah yang baku (al-tsawabit) dan pengembangan pemikiran dalam masalah-masalah ijtihadiyah yang menitikberatkan aktivitasnya pada dakwah amar makruf nahi munkar. Muhammadiyah bertanggung jawab atas berkembangnya syiar Islam di Indonesia, dalam bentuk:

1) makin dipahami dan diamalkannya ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

2) kehidupan umat yang makin bermutu, yaitu umat yang cerdas, berakhlak mulia, dan sejahtera

b. Kedua, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dengan semangat tajdid yang dimilikinya terus mendorong tumbuhnya pemikiran Islam secara sehat dalam berbagai bidang kehidupan. Pengembangan pemikiran Islam yang berwatak tajdid tersebut sebagai realisasi dari ikhtiar mewujudkan risalah Islam sebagai rahmatan lil-alamin yang berguna dan fungsional bagi pemecahan permasalahan umat, bangsa, negara, dan kemanusiaan dalam tataran peradaban global.

c. Ketiga, sebagai salah satu komponen bangsa, Muhammadiyah bertanggung jawab atas berbagai upaya untuk tercapainya cita-cita bangsa dan Negara Indonesia, sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan Konstitusi Negara. Upaya-upaya tersebut melalui:

1) penegakan hukum dan pemerintahan yang bersih

2) perluasan kesempatan kerja, hidup sehat dan berpendidikan yang bebas dari kemiskinan, 3) peneguhan etika demokrasi dalam kehidupan ekonomi dan politik

4) pembebasan kehidupan berbangsa dan bernegara dari praktek kemunkaran dan kemaksiatan

d. Keempat, sebagai warga Dunia Islam, Muhammadiyah bertanggung jawab atas terwujudnya kemajuan umat Islam di segala bidang kehidupan, bebas dari ketertinggalan, keterasingan, dan keteraniayaan dalam percaturan dan peradaban global. Dengan peran di dunia Islam yang demikian itu Muhammadiyah berkiprah dalam membangun peradaban dunia Islam yang semakin maju sekaligus dapat mempengaruhi perkembangan dunia yang semakin adil, tercerahkan, dan manusiawi.

e. Kelima, sebagai warga dunia, Muhammadiyah senantiasa bertanggungjawab atas terciptanya tatanan dunia yang adil, sejahtera, dan berperadaban tinggi sesuai dengan misi membawa pesan Islam sebagai rahmatan lil-alamin. Peran global tersebut merupakan keniscayaan karena di satu pihak Muhammadiyah merupakan bagian dari dunia global, di pihak lain perkembangan dunia di tingkat global tersebut masih ditandai oleh berbagai persoalan dan krisis yang mengancam kelangsungan hidup umat manusia dan peradabannya karena keserakahan negara-negara maju yang melakukan eksploitasi di banyak aspek kehidupan.

Dalam merealisasikan peran-peran tersebut, Muhammadiyah perlu merumuskan strategi gerakannya, yang diwujudkan dalam Program Persyarikatan. Program tersebut bersifat realistis dan antisipatif guna menjawab berbagai persoalan umat Islam, bangsa, dan dunia kemanusiaan, dengan berpijak pada capaian program Muhammadiyah sampai saat ini Di sisi lain, mengingat eksistensi Muhammadiyah sebagai gerakan yang berada langsung dalam puasaran dinamika umat dan masyarakat, maka Program Persyarikatan dirumuskan secara terintegrasi, baik secara vertikal maupun horisontal, serta berkesinambungan dalam perencanaan dan pelaksanaannya di semua tingkatan, organisasi otonom, dan amal usaha Muhammadiyah. Upaya untuk merealisasikan misi Persyarikatan Muhammadiyah dalam usia yang hampir genap satu abad ini tentu bersinggungan dan memiliki kaitan dengan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh umat manusia saat ini, baik.

1.2 Tujuan

a. Dapat menjelaska factor-faktor yang melatarabelakangi munculnya geraka muhammadiyahb. Dapat menjelaskan sosok, kepribadian, dan obsesi founding father gerakan muhammadiyah

c. Memahami asal usul gerakan muhammadiyahBAB II

ISI2.1 Pengertian Gerakan MuhammadiyahSecara Bahasa Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab yaitu Muhammad yaitu Nabi Muhammad SAW. Kemudian ditambah ya nisbah yang artinya menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti umat Muhammad SAW atau pengikut Muhammad SAW. Jadi secara etimologis semua orang yang mengikuti Nabi Muhammad SAW adalah orang Muhammadiyah.

Secara Istilah Muhammadiyah adalah sebuah Persyarikatan yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan tanggal 18 November 1912 Miladiyah di Yogyakarta untuk jangka waktu tidak terbatas.

Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dakwah amar maruf nahi munkar dan Tajdid yang bersumber pada Al-Quran dan As Sunnah. Kelahiran Muhammadiyah tidak lain kerena diilhami, dimotivasi dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al Quran. Dan apa yang digerakkan oleh Muhammadiyah tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan yang riil dan konkrit. Gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, konkrit dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil alamin. Oleh Alasan tersebut Muhammadiyah disebut sebagai gerakan Islam.

2.2 Profil Pendiri Muhammadiyah

Kyai Haji Ahmad Dahlan

Muhammad Darwisy (Nama Kecil Kyai Haji Ahmad Dahlan) dilahirkan dari kedua orang tuanya, yaitu KH. Abu Bakar (seorang ulama dan Khatib terkemuka di Mesjid Besar Kesultanan Yogyakarta) dan Nyai Abu Bakar (puteri dari H. Ibrahim yang menjabat sebagai penghulu kesultanan juga). Ia merupakan anak ke-empat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhanya saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Dalam silsilah ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali Songo, yang merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa (Kutojo dan Safwan, 1991). Adapun silsilahnya ialah Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan) bin KH. Abu Bakar bin KH. Muhammad Sulaiman bin Kiyai Murtadla bin Kiyai Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom) bin Maulana Muhammad Fadlul'llah (Prapen) bin Maulana 'Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim (Yunus Salam, 1968: 6).

Muhammad Darwisy dididik dalam lingkungan pesantren sejak kecil yang mengajarinya pengetahuan agama dan bahasa Arab. Ia menunaikan ibadah haji ketika berusia 15 tahun (1883), lalu dilanjutkan dengan menuntut ilmu agama dan bahasa arab di Makkah selama lima tahun. Di sinilah ia berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia Islam, seperti Muhammad Abduh, al-Afghani, Rasyid Ridha, dan ibn Taimiyah. Buah pemikiran tokoh-tokoh Islam ini mempunyai pengaruh yang besar pada Darwisy. Jiwa dan pemikirannya penuh disemangati oleh aliran pembaharuan ini yang kelak kemudian hari menampilkan corak keagamaan yang sama, yaitu melalui Muhammadiyah, yang bertujuan untuk memperbaharui pemahaman keagamaan (ke-Islaman) di sebagian besar dunia Islam saat itu yang masih bersifat ortodoks (kolot). Ortodoksi ini dipandang menimbulkan kebekuan ajaran Islam, serta stagnasi dan dekadensi (keterbelakangan) ummat Islam. Oleh karena itu, pemahaman keagamaan yang statis ini harus dirubah dan diperbaharui, dengan gerakan purifikasi atau pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada al-Qur'an dan al-Hadits.

Pada usia 20 tahun (1888), ia kembali ke kampungnya, dan berganti nama Ahmad Dahlan. Sepulangnya dari Makkah ini, iapun diangkat menjadi khatib amin di lingkungan Kesultanan Yogyakarta. Pada tahun 1902-1904, ia menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya yang dilanjutkan dengan memperdalam ilmu agama kepada beberapa guru di Makkah.

Sepulang dari Makkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah (Kutojo dan Safwan, 1991). Di samping itu, KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta (Yunus Salam, 1968: 9).

Untuk membangun upaya dakwah (seruan kepada ummat manusia) tersebut, maka Dahlan gigih membina angkatan muda untuk turut bersama-sama melaksanakan upaya dakwah tersebut, dan juga untuk meneruskan dan melangsungkan cita-citanya membangun dan memajukan bangsa ini dengan membangkitkan kesadaran akan ketertindasan dan ketertinggalan ummat Islam di Indonesia. Strategi yang dipilihnya untuk mempercepat dan memperluas gagasannya tentang gerakan dakwah Muhammadiyah ialah dengan mendidik para calon pamongpraja (calon pejabat) yang belajar di OSVIA Magelang dan para calon guru yang belajar di Kweekschool Jetis Yogyakarta, karena ia sendiri diizinkan oleh pemerintah kolonial untuk mengajarkan agama Islam di kedua sekolah tersebut. Dengan mendidik para calon pamongpraja tersebut diharapkan akan dengan segera memperluas gagasannya tersebut, karena mereka akan menjadi orang yang mempunyai pengaruh luas di tengah masyarakat. Demikian juga dengan mendidik para calon guru yang diharapkan akan segera mempercepat proses transformasi ide tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, karena mereka akan mempunyai murid yang banyak. Oleh karena itu, Dahlan juga mendirikan sekolah guru yang kemudian dikenal dengan Madrasah Mu'allimin (Kweekschool Muhammadiyah) dan Madrasah Mu'allimat (Kweekschool Istri Muhammadiyah). Dahlan mengajarkan agama Islam dan tidak lupa menyebarkan cita-cita pembaharuannya.

Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Ia ingin mengajak ummat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 Nopember 1912. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.

Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Itulah sebabnya kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari, dan Imogiri dan lain-lain tempat telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan mensiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Ujung Pandang dengan nama Al-Munir, di Garut dengan nama Ahmadiyah. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam. Perkumpulan-perkumpulan dan Jama'ah-jama'ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah, yang di antaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Ta'awanu alal birri, Ta'ruf bima kan,u wal-Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi (Kutojo dan Safwan, 1991: 33).

Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, di samping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.

Dalam bulan Oktober 1922, Ahmad Dahlan memimpin delegasi Muhammadiyah dalam kongres Al-Islam di Cirebon. Kongres ini diselenggarakan oleh Sarikat Islam (SI) guna mencari aksi baru untuk konsolidasi persatuan ummat Islam. Dalam kongres tersebut, Muhammadiyah dan Al-Irsyad (perkumpulan golongan Arab yang berhaluan maju di bawah pimpinan Syeikh Ahmad Syurkati) terlibat perdebatan yang tajam dengan kaum Islam ortodoks dari Surabaya dan Kudus. Muhammadiyah dipersalahkan menyerang aliran yang telah mapan (tradisionalis-konservatif) dan dianggap membangun mazhab baru di luar mazhab empat yang telah ada dan mapan. Muhammadiyah juga dituduh hendak mengadakan tafsir Qur'an baru, yang menurut kaum ortodoks-tradisional merupakan perbuatan terlarang. Menanggapi serangan tersebut, Ahmad Dahlan menjawabnya dengan perkataan, "Muhammadiyah berusaha bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan terbekelakang. Banyak penganut Islam yang menjunjung tinggi tafsir para ulama dari pada Qur'an dan Hadits. Umat Islam harus kembali kepada Qur'an dan Hadits. Harus mempelajari langsung dari sumbernya, dan tidak hanya melalui kitab-kitab tafsir".

Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut :

1. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.

2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan ummat, dengan dasar iman dan Islam. 3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam. 4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan.2.3 Faktor-faktor melatarbelakangi munculnya Muhamadiyah

Faktor penting yang menyebabkan berdirinya muhammadiyah yaitu:

1. Faktor subyektif

Faktor subyektif yang sangat kuat, bahkan dapat dikatakan sebagai factor utama penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman KH. A.Dahlan terhadap Al-Quranul karim. KH. A. Dahlan dikenal sebagai salah seorang took ulama yang sangat akrab terhadap Al-Quran, baik dalam hal membaca, maupun menelaah, membahas dan mengkaji kandungan isinya.

Ia telah sedemikian setelitinya, dipertanyakan juga kalau ada sebab-sebab yang menjadikannya suatu ayat yang diturunkan (asbabun nuzul), dan pada akhirnya lewat ayat yang ditelaahnya itu dipertanyakan apakah yang mesti harus dilakukan sikap KH.A. Dalan seperti ini sesungguhnya dalam rangka melaksanakan firman ALLAH SWT sebagaimana yang tersimpul dalam surat An-nisaayat 82 dan surat Muhammad ayat 24, yaitu melakuka tadabur atau memperhatikan dan mencermati tersirat dalam setiap ayat.Memahami seruan ayat di atas, KH. A. Dahlan tergerak hatinya untuk mrmbangun sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang teratur dan terapi yang tugasnya berkhidmat melaksanakna dakwah amar maruf nahi mungkar di masyarakat luas.2. Faktor Objektif

Ada beberapa factor objektif yang melatar belakangi berdirinya muhammadiyah, yang sebagian dari padanya dapat dikelompokkan dalam factor internal, yaitu factor-faktor penyebab yang muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakt isla Indonesia, sebagian dapat dimasukkan ke dalam factor eksternal, yaitu factor penyebab yang ada diluar tubuh masyarakat Indonesia.a. Factor objektif yang bersifat internal

Ketidaknurnian ajaran islam yang dipahami oleh sebagian umat islam di Indonesia, sebagian bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi lokal nusantara awal yang bermuatan paham animism dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat islam di Indonesia memperliahatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran islam, terutama yang berhubungan dengan prinsip aqidah islam yang menolak segala bentuk kemusrikan, taqlid, bidah, dan khurafat. Sehingga purifikasi (pemurnian) ajaran pilihan mutlak bagi umat islam Indonesia.Keterbelakangan umat islam Indonesia dalam segi kehidupan menjadi sumber keprihatinan untuk mencarikan solusi agar dapat keluar dari keterbelakangan. Keterbelakangan islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama keterbelakangan dalam peradaban. Pesantren tidak bisa selamanya dianggap menjadi sumber lahirnya generasi baru muda islam yang berfikir modern. Kesejahteraan umat islam akan tetap berada dibawah garis kemiskinan jika kebodohan masih melengkupi umat islam Indonesia.

b. Faktor objektif yang bersifat eksternalMaraknya Kristenisasi di Indonesia sebagai efek domino dari imprealisme eropa ke dunia timur yang mayoritas beragama islam. Proyek kristenisasi satu paket dengan proyeksi imprealisme dan modernisasi bangsa eropa, selain keinginan untuk memperluas daerah koloni untuk memasarkan produk-produk hasil revolusi industri yang melanda eropa.Imprealisme eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para penginjil untuk menyiapkan ajaran jesus untuk menyapa umat manusia di seluruh dunia untuk mengikuti ajaran jesus. Tetapi juga membawa angin modernisasi yang sedang melanda eropa. Modernisasi yang berhembus melalui model pendidikan barat (Belanda) di Indonesia mengusung paham-paham yang melahirkan modernisasi eropa, seperti sekularisme, individualism, liberalisme, da rasionalisme. Jika penetrasi ini tidak dihentikan, maka akan lahir generasi baru islam yang rasional, tetapi liberal dan sekuler.Keinginan dari KH. A. Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat dijadikan sebagai alat perjuangan dan dakwah untuk menegakkan amar maruf nahi mungkar yang bersumber pada Al-Quran, yaitu surat Al-Imron ayat 104 dan surat Al-Maun sebagai sumber bagi gerakan sosial-prakcis untuk mewujudkan gerakan tauhid. Akhirnya didirikan muhammadiyah di Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 Miladiyah.

2.4 Lambang muhammadiyah

1. Bentuk Lambang

Lambang persyarikatan muhamadiyah berbentuk matahari yang memancarkan 12 sinar yang mengarah ke segala penjuru dengan sinarnya yang putih bersih bercahaya. Di tengah-tengah matahari terdapat tulisan dengan huruf arab: Muhammadiyah. Pada lingkaran yang mengelilingi terdapat tulisan berhuruf arab, berwujud kalimat SYAHADAT TAUHID dan SYAHADAT RASUL.2. Maksud Lambang

Matahari merupakan salah satu benda langit ciptaan Allah. Dalam system tata surya matahari menempati posisi sentral yaitu menjadi titik pusat dari semua planet lain. Matahari merupakan benda langit yang dari dirinya sendiri memiliki kekuatan memancarkan sinar panasnya yang sangat berguna bagi kehidupan biologis semua makhluk hidup yang ada di bumi. Tanpa panas sinar matahari bumi akan membeku dan gelap gulita sehingga semua makhlk hidup tidak mungki dapat meneruska kehidupannya.Muhammadiyah menggambarkan jati diri, gerak serta manfaatnya bagaikan matahari. Kalau matahari manjadi penyebab lahiriah berlangsungnya kegidupan secara biologis bagi seluruh makhluk hidup yang ada di bumi, maka muhammadiyah pun akan menjadi penyebab lahiriyah berlangsungnya kehidupan secara spiritual, ruhaniah bagi semua orang yang mau menerima pancaran sinar yang berupa ajaran islam sebagaimana yang memuat dalam Al-Quran dan sunah. Ajaran islam sebagaimana yang hak lagi sempurna itu seluruhnya berintikan kalimat syahadat.

Dua belas sinar memancarkan keseluruh penjuru mengibaratkan tekat dan semangat warga Muhammadiyah dalam memperjuangkan islam di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia sebagai tekat dan semangat pantang mundur yang menyeru dari kaum hawari, yaitu sahabat nabi Isa yang jumlanyadua belas orang.Warna putih pada seluruh gambar matahari melambankan kesucian dan keikhlasan, serta tauhid yang murni, bersih dan syirik dan khurafat. Warna hijau menjadi warna dasar melambangkan kadamaian dan kesejahteraan. Muhammadiyah berjuang di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dalam rangka merealisasikan ajaran islam yang penuh dengan kedamaian, selamat, dan sejahtera bagi umat manusia.

2.5 Maksud dan Tujuan Muhammadiyah

Segala hal yang dikerjakan oleh muhammadiyah didahului dengan adanya maksud dan tujuan tertentu yaitu Menegakkan dan Menjunjung Tinggi Agama Islam Sehingga Terwujud Masyarakat Utama, Adil, dan Makmur yang di Ridhai oleh ALLAH SWT Dengan maksud dan tujuan itu pula yang akan mengarahkan gerak perjuangan, menentukan besar kecilnya kegiatan, serta macam-macam amal usaha Muhammadiyah.2.5 Sifat MuhammadiyahSifat-sifat Muhammadiyah adalah sebagai berikut:

1. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan

2. Memperbanyak kawan dan mengamalkan dengan memegang teguh agama islam

3. Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh agama islam

4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan

5. Mengindahkan segala hokum, undang-undan, peraturan, serta dasar falsafah Negara yang sah6. Amar maruf nahi mungkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik

7. Aktif dalam pekembangan masyarakat dengan maksud islah dan pembangunan, sesuai dengan ajaran islam

8. Kerjasama dengan golongan islam serta membela kepentingan

9. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT

10. Bersifat adi serta kolektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana

2.6 Usaha Muhammadiyah dan Hasilnya

Adapun usaha muhammadiyah dan hasilnya adalah sebagai berikut:1. Bidang keagamaanSesungguhnya pada bidang inilah ruh, jiwa dan semangat pengabdian Muhammadiyah. Apapun yang dilaksanakan dalam bidang-bidang lainnya tidak lain karena dorongan keagamaan semata-mata. Sebab baik kegiatan yang bersifat kemasyarakatan, perekonomian, pendidikan, sampai pun yang digolongkan pada bidang politik, seluruhnya tidak dapat dipisahkan dari jiwa, dasar dan semangatkeagamaan. Berikut ini adalah sebagia dari hasil yang telah dicapai muhammadiyah antara lain: terbentuknya majlis tarjih (1927), terbentuknya DEP. Agama RI, tersusunnya MKCHM, dan adanya penanaman kesadaran dan kenikmatan beragama, beramal dan berorganisasi.

2. Bidang pendidikan

Dalam bidang pendidikan, muhammadiyah merintis jalan dengan mendirikan sekolah yang tidak lagi memisahkan pelajaran yang dianggap agama dan pelajaran yang digolongkan ilmu umum. Dengan system seperti itu muhammadiyah bermaksud untuk mendidik bangsa Indonesia menjadi bangsa yang utuh kepribadiannya, tidak terbelah menjadi ilmu umum atau ilmu agama saja.3. Bidang kemasyarakatan

Muhammadiyah adalah gerakan islam yang mempunyai tugas dakwah dam amar maruf nahi munkar dalam bidang kemasyarakatan. Dengan sendirinya banyak usaha-usaha dalam bidang kemasyarakatan, sepeti mendirikan rumah sakit, pani asuhan, perusahaan percetakan dan toko buku, serta memberikan bimbingan dan penyuluhan, dsb.

4. Bidang politik keagamaan

Muhammadiyah bukanlah organisasi politik dan tidak akan menjadi partai politik sampai kapanpun juga. Meskipun demikian, dengan dilandasi oleh keyakinan bahwa agama islam adalah agama yang mengatur segenap kehidupan manusia di dunia ini, maka dengan sendirinya segala hal yang berhubungan dengan duniawi juga menandai garapannya, tidak terkecuali soal-soal politik kenegaraan.Tidak dapat disebut datu persatu perjuangan Muhammadiyah yang secara langsung dapat digolongkan ke dalam bidang politik kenegaraan. Beberapa diantaranya menentang kera tentang penetapan agar semua binatang yang dijadikan korban harus dibayar pajaknya, Muhammadiyah berjuang agar urusan agama di Indonesia yang sebagia besar penduduknya beragama islam, dipegang oleh orang islam, ikut mempelopori berdirinya partai islam Indonesia PII, ikut aktif dalam keanggotaan MIAI (majlis islam ala Indonesia) ikut mesponsori berdirinya partai islam MASYUMI pada tanggal 7 November 1945.2.7.Pola Dasar Perjuangan

a.Muhammadiyah berjuang untuk mencapai/mewujudkan suatu cita-cita dan keyakinan hidup,yang bersumber agama islam.

b.Dakwah islam amar maruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya sebagaimana yang dituntunkan oleh nabi Muhammad rasulullah saw.Adalah satu-satunya jalan untuk mencapai cita-cita dan keyakinan hidup tersebut.

c.Dakwah islam amar maruf nahi munkar seperti dimaksud harus dilalui dua saluran /bidang secara simultan,yaitu:

Saluran politik kenegaraan9politik praksis)

Saluran masyarakat

d.Untuk melaksanakan perjuangan dakwah dan amar maruf nahi munkarseperti yang dimaksud di atas,dibuat alatnya masing-masing yang berupa organisasi:

Untuk saluran / bidang politik kenegaraan(politik praktis)

Untuk saluran / bidang masyarakat dengan organisasi non partai

e.Muhammadiyah sebagai gerakan organisasi memilih dan menempatkan diri sebagaigerakan islam amar maruf nahi munkar dalam bidang masyarakat gerakan islam amar maruf ahi munkar dalam bidang kenegaraan (politik praktis) ,Muhammadiyah menyerahkan kepada partai politik di luar organisasi muhammadiyah.

f.Muhammadiyah harus menyadari bahwa partai tersebut merupakan sasaran amar maruf nahi munkar.

g.Antara Muhammadiyah dan partai tidak ada hubungan organisasi tetapi mempunyai hubungan kemasyarakatan.

h.Masing-masing berdiri dan berjalan menurut caranya sendiri.

i.Pada prinsipnya tidak dibenarkan ada perangkap jabatan,terutama jabatan pimpinan antar keduanya demi tertibnya pembagian pekerjaan (spesialisasi).

2.8.Program Dasar Perjuangan

Dengan dakwah islam dan amar maruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya .konsepsional,secara operasional dan secara konkret riil,bahwa ajaran islam mampu mengatur masyarakat dalam Negara RI yang ber-Pancasila dan UUD45 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera ,bahagia material dan spiritual yang diridhoi Allah SWT. BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?id=26&option=com_content&task=viewhttp://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=82http://taciturn4.blogspot.com/2009/01/ijtihad-dan-gerakan-muhammadiyah.htmlhttp://www.umj.ac.id/main/artikel/index.php?detail=20090301205320