kata pengantar - stp bandung

131
i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya engan rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Peran Stakeholder dalam Pengelolaan Kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengahdengan tepat waktu. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu baik dalam penyusunan konten, memberikan ide atau pendapat, dan menyemangati penulis selama penyususnan. Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Faisal, MM.Par., CHE. selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung. 2. Bapak Andar Danova L. Goeltom, S.Sos., M.Sc. selaku Kepala Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung 3. Bapak R. Wisnu Rahtomo, S.Sos., MM. selaku Ketua Jurusan Kepariwisataan 4. Ibu Endah Trihayuningtyas, S.Sos., MM.Par selaku Ketua Program Studi Destinasi Pariwisata. 5. Bapak Dr. Mohamad Liga Suryadana, M.Si selaku pembimbing I. 6. Bapak Rachmat Syam, S.Sos., MM.Par selaku pembimbing II. 7. Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Dinas Penataan Ruang Kota Semarang, dan Bappeda Kota Semarang sebagai narasumber dari sektor pemerintah.

Upload: others

Post on 08-Jun-2022

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR - STP Bandung

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya

engan rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Peran Stakeholder dalam Pengelolaan Kawasan Kota Lama Semarang, Jawa

Tengah” dengan tepat waktu.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih serta penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu baik dalam

penyusunan konten, memberikan ide atau pendapat, dan menyemangati penulis

selama penyususnan. Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Bapak Faisal, MM.Par., CHE. selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata NHI

Bandung.

2. Bapak Andar Danova L. Goeltom, S.Sos., M.Sc. selaku Kepala Bagian

Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata NHI

Bandung

3. Bapak R. Wisnu Rahtomo, S.Sos., MM. selaku Ketua Jurusan Kepariwisataan

4. Ibu Endah Trihayuningtyas, S.Sos., MM.Par selaku Ketua Program Studi

Destinasi Pariwisata.

5. Bapak Dr. Mohamad Liga Suryadana, M.Si selaku pembimbing I.

6. Bapak Rachmat Syam, S.Sos., MM.Par selaku pembimbing II.

7. Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L), Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Semarang, Dinas Penataan Ruang Kota Semarang, dan

Bappeda Kota Semarang sebagai narasumber dari sektor pemerintah.

Page 2: KATA PENGANTAR - STP Bandung

ii

8. Pemilik Tekodeko dan Hero Coffee selaku narasumber dari sektor bisnis.

9. Pihak DMO dan Pemandu Lokal selaku narasumber dari sektor komunitas.

10. Pihak Jateng Today dan Tribun Jateng selaku narasumber dari pihak media.

11. Serta pihak akademisi dari Universitas Diponegoro dan Unika Soegijapranata

Semarang selaku narasumber.

12. Ibu dan Kakak yang selalu mendukung dan mendoakan penulis untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pariwisata.

13. Seluruh dosen dan staff Prodi SDP yang turut membantu dalam proses

administrasi.

14. Seluruh teman-teman SDP 2015 selaku sesama pejuang skripsi yang selalu

memberikan semangat agar bisa lulus bersama.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga Tuhan yang Maha Kuasa

selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Bandung, November 2019

Penulis

Page 3: KATA PENGANTAR - STP Bandung

iii

ABSTRAK

Kota Lama merupakan salah satu kawasan di Semarang, Jawa Tengah yang

dijadikan sebagai kawasan konservasi selain daerah Pecinan, Pasar Johar dan

Kampung Sekayu. Pada tahun 2015 Pemerintah kota Semarang mencanangkan

Kota Lama sebagai salah satu warisan budaya UNESCO dan sudah masuk dalam

Tentative List World Heritage. Dalam pengelolaan kawasan konservasi, kolaborasi

stakeholder sangat diperlukan agar upaya konservasi dapat berjalan efektif. Untuk

itu, peran dan fungsi masing-masing stakeholder perlu difungsikan secara optimal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui peran dari masing-

masing stakeholder yang terlibat berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingannya

masing-masing. Sehingga dapat diketahui stakeholder mana yang paling

berpengaruh dan tidak dalam pengelolaan Kawasan Kota Lama. Metode yang

digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Partisipan dalam

penelitian ini menggunkan model pentahelix yaitu pemerintah, bisnis, komunitas,

media dan akademisi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah

sudah melakukan peran nya dengan maksimal sama seperti sektor bisnis, komunitas

dan media walaupun tidak terlibat secara langsung. Sedangkan untuk sektor

akademisi, belum melakukan perannya dengan maksimal.

Kata Kunci : Peran Stakeholder, Pentahelix, Tingkat Pengaruh dan Kepentingan

Page 4: KATA PENGANTAR - STP Bandung

iv

ABSTRACT

Kota Lama is one of the areas in Semarang, Central Java, which is designated as a

conservation area besides Chinatown, Johar Market and Sekayu Village. In 2015

the Semarang City Government declared the Old City as one of UNESCO's cultural

heritages and was included in the Tentative List of World Heritage. In the

management of conservation areas, stakeholder collaboration is needed so that

conservation efforts can proceed effectively. For this reason, the roles and functions

of each stakeholder need to be optimized. This study aims to identify and know the

role of each stakeholder involved based on the level of influence and their

respective interests. So it can be seen which stakeholders are the most influential

and not in the management of the Old Town Area. The method used is a descriptive

method with a qualitative approach. Participants in this study use the pentahelix

model of government, business, community, media and academics. The results of

this study indicate that the government has performed its role to the maximum as

the business sector, community and media, although not directly involved. As for

the academic sector, it has not performed its role to the maximum.

Keywords: Stakeholder Role, Pentahelix, Level of Influence and Interest

Page 5: KATA PENGANTAR - STP Bandung

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

ABSTRAK ............................................................................................................. iii

ABSTRACT ............................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ........................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 6

E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7

A. Pengelolaan Destinasi Wisata ...................................................................... 7

B. Kawasan Wisata ........................................................................................... 8

C. Stakeholder Pariwisata ................................................................................. 9

1. Pemerintah .............................................................................................. 11

2. Bisnis/Private Sector .............................................................................. 12

3. Komunitas............................................................................................... 13

4. Media ...................................................................................................... 14

5. Akademisi ............................................................................................... 15

D. Klasifikasi Stakeholder .............................................................................. 16

E. Analisis Peran Stakeholder ........................................................................ 19

F. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 21

G. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 24

A. Desain Penelitian ........................................................................................ 24

B. Partisipan dan Tempat Penelitian ............................................................... 24

C. Pengumpulan Data ..................................................................................... 26

D. Analisis Data .............................................................................................. 27

E. Rencana Pengujian Keabsahan Data .......................................................... 30

Page 6: KATA PENGANTAR - STP Bandung

vi

F. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 32

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 32

1. Profil Kawasan Kota Lama Semarang ................................................... 32

2. Stakeholder dalam Pengelolaan Kawasan Kota Lama Semarang .......... 37

B. Pembahasan ................................................................................................ 63

1. Kondisi Stakeholder di Kawasan Kota Lama Semarang ........................ 63

2. Peran Stakeholder dalam Pengelolaan Kawasan Kota Lama Semarang 64

3. Klasifikasi Stakeholder ........................................................................... 74

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................................... 83

A. Simpulan .................................................................................................... 83

B. Implikasi ..................................................................................................... 84

C. Saran ........................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 88

LAMPIRAN .......................................................................................................... 94

Page 7: KATA PENGANTAR - STP Bandung

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Pentahelix.................................................................................. 11

Gambar 2 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 23

Gambar 3 Matriks Pengaruh dan Kepentingan ..................................................... 29

Gambar 4 Denah Kawasan Kota Lama ................................................................. 33

Gambar 5 Gereja Immanuel .................................................................................. 34

Gambar 6 Gedung Marba ...................................................................................... 35

Gambar 7 Resto Ikan Bakar Cianjur ..................................................................... 36

Gambar 8 Taman Srigunting ................................................................................. 36

Gambar 9 Gedung Spiegel .................................................................................... 37

Gambar 10 Gedung Oudetrap ............................................................................... 44

Gambar 11 Tekodeko Koffiehuis .......................................................................... 49

Gambar 12 Gedung Hero Coffee .......................................................................... 52

Gambar 13 Brosur Walking Tour ......................................................................... 53

Gambar 14 Walking Tour Bersama Pemandu Lokal ............................................ 55

Gambar 15 Rubrik Kota Lama .............................................................................. 57

Gambar 16 Lomba Melukis Becak ....................................................................... 57

Gambar 17 Artikel Kota Lama di Tribun Jateng .................................................. 59

Gambar 18 Matriks Pengaruh dan Kepentingan Stakeholder ............................... 79

Page 8: KATA PENGANTAR - STP Bandung

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbandingan Media Travel Dan Non-Media Travel .............................. 15

Tabel 2 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 21

Tabel 3 Daftar Narasumber ................................................................................... 25

Tabel 4 Ukuran Kualitatif Terhadap Pengaruh Dan Kepentingan Stakeholder .... 28

Tabel 5 Jadwal Penelitian...................................................................................... 31

Tabel 6 Batas Administratif Kawasan Kota Lama ................................................ 33

Tabel 7 Daftar Stakeholder Dalam Pengelolaan Kawasan Kota Lama................. 38

Tabel 8 Tugas Pokok Dan Fungsi Disbudpar ....................................................... 42

Tabel 9 Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda ........................................................... 46

Tabel 10 Penggolongan Stakeholder ..................................................................... 63

Tabel 11 Hasil Perhitungan Nilai Tingkat Kepentingan Stakeholder ................... 74

Tabel 12 Hasil Perhitungan Nilai Tingkat Pengaruh Stakeholder ........................ 77

Page 9: KATA PENGANTAR - STP Bandung

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ........................................................................ 95

Lampiran 2 Transkrip ............................................................................................ 97

Lampiran 3 Kriteria Penilaian ............................................................................. 112

Lampiran 4 Dokumentasi Wawancara ................................................................ 114

Lampiran 5 Surat Penelitian ................................................................................ 115

Lampiran 6 Formulir Bimbingan ........................................................................ 117

Lampiran 7 Turnitin ............................................................................................ 121

Lampiran 8 Biodata ............................................................................................ 123

Page 10: KATA PENGANTAR - STP Bandung

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wisata sejarah budaya di zaman ini banyak diminati oleh wisatawan, baik

wisatawan domestik maupun mancanegara. Menurut data dari United Nation World

Tourism Organization (UNWTO) mencatat bahwa dari tahun 2005 kunjungan ke

daya tarik wisata warisan budaya dan sejarah telah menjadi salah satu kegiatan

wisata yang pertumbuhannya paling cepat (Timothy dan Nyaupane, 2009).

McCormick (2011) dalam studinya yang berjudul The Cultural & Heritage Traveler

Study juga mengatakan bahwa “The vast majority of these travelers (65%) say that

they seek travel experi-ences where the “destination, its buildings and surroundings

have retained their historic character.” yang artinya banyak dari para pelancong

mencari pengalaman perjalanan yang dimana bangunan, dan lingkungan dari

destinasi yang mereka kunjungi masih mempertahankan karakter bersejarahnya.

Heritage Tourism ialah wisata yang memanfaatkan warisan dan peninggalan

sejarah sebagai daya tarik wisata. Heritage tourism berorientasi kepada daya tarik

tertentu seperti, sosial budaya, kerajaan, ziarah, situs arkeologi dan bersejarah

penting (Inskeep, 1991). Perkembangan pariwisata ini juga menjadi salah satu yang

digemari karena kecenderungan atau tren baru bagi wisatawan untuk mencari

sesuatu yang unik dan autentik dari suatu kebudayaan (Ardika, 2015).

Pengembangan warisan (heritage) ini juga bertujuan untuk pelestarian,

mengembangkan ekonomi kreatif, pariwisata, pendidikan, tentunya rasa

kebanggaan dan rasa nasionalisme (Murjana, 2011).

Page 11: KATA PENGANTAR - STP Bandung

2

Banyak terdapat kota-kota besar di Indonesia yang memiliki perjalanan sejarah

cukup panjang yang diperkirakan mempunyai perjalanan sejarah lebih dari dua

ratus tahun seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar dan Semarang. Potensi

pariwisata berbasis sejarah budaya adalah salah satu aset yang memiliki potensi

untuk dikembangkan oleh setiap daerah (Adi, et al. 2013 dan 2014). Karena pada

dasarnya setiap daerah memiliki sejarah budaya yang unik sehingga menjadi

karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Oleh

karena itu, daerah yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi

wisata, termasuk wisata sejarah budaya nya akan memperoleh manfaat dari

pariwisata itu sendiri.

Dalam sebuah lingkungan pariwisata ini mencakup banyak stakeholder yang

memiliki komitmen yang berbeda untuk pariwisata (Jamal dan Getz, 1995).

Definisi klasik dari stakeholder adalah setiap kelompok atau individu yang dapat

mempengaruhi atau dipengaruhi untuk mencapai tujuan sebuah organisasi

(Freeman, 1984). Dalam hal ini, stakeholder dapat berupa perorangan, masyarakat,

grup sosial, atau organisasi (Mayer, 2005). Salah satu strategi yang dicanangkan

oleh pemerintah dalam pengembangan pariwisata adalah dengan melalui

penggunaan kolaborasi model Pentahelix yang pertama kali dikemukakan oleh

Menteri Pariwisata, Arief Yahya yang memuat lima aktor utama di dalamnya yaitu:

(1) Akademisi, (2) Bisnis, (3) Pemerintah, (4) Masyarakat, (5) Media. Melalui

kolaborasi kompleks yang positif, stakeholder di suatu destinasi akan mendapatkan

banyak manfaat seperti menghindari biaya di masa depan, memastikan legitimasi

politik, meningkatkan koordinasi kebijakan, dan menambah nilai bagi para

stakeholder (Bramwell dan Sharman, 1999). Pengembangan pariwisata juga akan

Page 12: KATA PENGANTAR - STP Bandung

3

semakin kompleks apabila destinasi tersebut adalah bagian dari kawasan yang

dilindungi (Hjalager, 2013).

Namun demikain, Millar (2006) mencatat beberapa tantangan dalam

keterlibatan berbagai stakeholder dalam pengelolaan situs warisan dunia. Dalam

banyak kasus, masyarakat setempat dan sektor perekonomian lokal seringkali

ditinggalkan dalam proses konsultasi dan manajemen meskipun partisipasi mereka

sangat penting dan menjadi sebuah isu yang semakin kompleks ketika pariwisata

berlangsung di situs warisan. Oleh karena itu, manajemen stakeholder adalah

tentang bagaimana mengelola hubungan antara organisasi dan stakeholder yang

berbeda dalam upaya untuk meningkatkan keputusan, strategi dan keberlanjutanya

(Dunham et al, 2006).

Kota Lama merupakan salah satu kawasan di Semarang, Jawa Tengah yang

menjadi salah satu dari daerah yang dijadikan sebagai kawasan konservasi selain

daerah Pecinan, Pasar Johar dan Kampung Sekayu. Sebagai salah satu kawasan

bersejerah, pada tahun 2015 Pemerintah kota Semarang mencanangkan Kota Lama

sebagai salah satu warisan budaya UNESCO dan sudah masuk dalam tentative list

world heritage. Menurut UNESCO, Kota Lama merupakan Best Preserved City

karena merukapan saksi dari beberapa fase sejarah penting dalam ranah politik,

sosial, dan ekonomi bagi Asia Tenggara dan dunia. Penunjukan sebagai situs

warisan dunia menurut Drost (1996) dan Li et al. (2008) dapat meningkatkan

visibilitas internasional dari suatu situs dan akan mendorong kunjungan wisata

karena adanya berbagai kegiatan promosi dan komunikasi yang dilakukan oleh

pemerintah, pelaku industri pariwisata maupun UNESCO dan komite warisan

dunia. Oleh sebab itu, pengembangan Kota Lama Semarang secara tidak langsung

Page 13: KATA PENGANTAR - STP Bandung

4

akan memberikan manfaat ganda, yaitu tidak saja pada aspek pendapatan daerah

yang meningkat, namum juga aspek pengembangan mata rantai kepariwisataan, dan

informal yang muncul dan berkembang di sekitar Kawasan Kota Lama Semarang.

Walaupun Kota Lama sudah masuk kedalam daftar tentatif situs warisan dunia,

terdapat beberapa hal yang menjadi pokok masalah yang harus segera ditangani.

Puspitasari (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Masalah dalam Pengelolaan

Kota Lama Semarang Sebagai Nominasi Situs Warisan Dunia” menegaskan dalam

hasil penelitiannya bahwa terdapat 4 masalah pokok yang dihadapi Kota Lama

Semarang salah satunya adalah mengenai tata kelola, yaitu kurang jelasnya tupoksi

dan kewenangan pengelola Kawasan Kota Lama Semarang, kurangnya koordinasi

antar stakeholder, dan kurang implementatif peraturan kebijakan RTBL Kota Lama

Semarang (Perda No. 8 tahun 2003). Saat ini, Kawasan Kota Lama Semarang

sedang direvitalisasi oleh Pemerintah Kota Semarang dibawah komando Dinas

Penataan Ruang Kota Semarang. Namun, disamping manfaat yang didapatkan dari

program revitalisasi ada banyak keluhan yang dirasakan oleh stakeholder lainnya

karena berbagai macam alasan. BPK2L selaku badan pengelola pun juga tidak

berperan sebagaimana mestinya. Koordinasi yang kurang menjadi salah satu

masalah yang terjadi belakangan ini.

Para stakeholder mempunyai peran dan kepentingannya masing-masing. Peran

dan kepentingan tersebut akan berpengaruh kepada kolaborasi yang terjalin dalam

prosesnya. Kolaborasi antar stakeholder sangat diperlukan agar upaya konservasi

dapat terus berkelanjutan. Kolaborasi dapat berjalan efektif apabila setiap

stakeholder mengetahui perannya masing-masing untuk mencapai suatu tujuan

kolaborasi, sehingga penting untuk mengidentifikasi hal tersebut dalam

Page 14: KATA PENGANTAR - STP Bandung

5

pengelolaan konservasi guna menjadi bahan masukan dan evaluasi untuk masing-

masing stakeholder (Prabowo et al, 2015). Optimalisasi fungsi dan peran

stakeholder mampu memberikan pengaruh positif bagi pengelolaan kawasan

konservasi, oleh karena itu fungsi dan peran masing-masing stakeholder perlu

difungsikan secara optimal (Nugroho, 2011:94).

Berdasarkan pemaparan beberapa fenomena yang telah dijabarkan sebelumnya,

perlu adanya penelitian mengenai peran masing-masing stakeholder dalam

pengelolaan kawasan Kota Lama Semarang untuk mengetahui kebenaran yang

terjadi di lapangan. Berdasarkan Model Pentahelix, terdapat lima aktor yang

terdapat didalamnya, yaitu Akademisi, Bisnis, Komunitas, Pemerintah, dan Media.

Meskipun saat ini kendali dipegang oleh Pemerintah selaku leading sector, namun

pengelolaan kawasan tersebut juga perlu melibatkan pihak Bisnis, Komunitas,

Media dan Akademisi baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu

peneliti mengambil judul “Peran Stakeholder dalam Pengelolaan Kawasan Kota

Lama Semarang, Jawa Tengah”

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus kepada peranan stakeholder dalam mengelola kawasan

Kota Lama Semarang dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Siapa saja stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan kawasan Kota Lama

Semarang bila ditinjau menggunakan model pentahelix?

2. Bagaimana peran stakeholder dalam pengelolaan Kawasan Kota Lama

Semarang?

Page 15: KATA PENGANTAR - STP Bandung

6

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan

di atas adalah untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dan mendeskripsikan hal-

hal apa saja yang dilakukan masing-masing stakeholder dalam pengelolaan

kawasan pengelolaan kawasan Kota Lama dan menggambarkan kondisi dari peran

masing-masing stakeholder berdasarkan matriks pengaruh dan kepentingan.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memiliki dua keterbatasan utama. Keterbatasan

yang pertama adalah bahwa temuan dari penelitian ini tidak dapat di generalisasi ke

destinasi wisata lainnya yang serupa. Keterbatasan lebih lanjut dari penelitian ini

adalah, fokus penelitian ini hanya kepada peran dari masing-masing stakeholder

pariwisata yang terlibat dalam pengelolaan kawasan destinasi.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai sumber informasi

bagi para stakeholder mengenai peranannya masing-masing di dalam

pengelolaan sebuah destinasi.

2. Memberikan manfaat wawasan tambahan kepada para peneliti yang membahas

mengenai topik yang sama atau serupa.

3. Menjadi masukan bagi stakeholder untuk dijadikan pertimbangan dalam

mengambil keputusan.

Page 16: KATA PENGANTAR - STP Bandung

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengelolaan Destinasi Wisata

Dalam pengelolaan destinasi wisata, bagian ini melibatkan banyak pihak yang

sejalan dengan karakteristik di sektor ini. Pariwisata merupakan sebuah industri jasa

yang mempunyai karakteristik unik multi-dimensional (multi sektor, multi aktor,

multi region dan multi aspek). Karakter inilah yang menyebabkan pariwisata sangat

bergantung kepada keterpaduan pengelola agar terlaksananya tujuan dari

pembangunan pariwisata yang diinginkan.

Pengelolaan atau manajemen adalah suatu proses yang membedakan

perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan dengan

memanfaatkan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan yang telah disepakati

sebelumnya. Manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang

mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen sebagai ilmu berfungsi

untuk menerangkan fenomena (gejala), kejadian, keadaan jadi memberikan

penjelasan-penjelasan (Terry, 2003). Dari definisi itulah Terry (2003) melihat

fungsi manajemen adalah:

1. Perencanaan yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan penyusunan

langkah-langkah yang akan diambil untuk mencapai tujuan.

2. Pengorganisasian sebagai cara untuk mengumpulkan pihak-pihak dan

menetapkan menurut kemampuan dan keahliannya.

Page 17: KATA PENGANTAR - STP Bandung

8

3. Penggerakan yaitu menggerakan organisasi untuk berjalan sesuai dengan

pembagian kerja masing-masing dan mengerahakan seluruh sumber daya yang

dimiliki guna keberhasilan untuk mencapai tujuan.

4. Pengawasan yaitu untuk mengawasi organisasi agar bekerja sesuai dengan

rencana dan mengawasi penggunaan sumber daya agar dipakai seefektif dan

efisien mungkin.

B. Kawasan Wisata

Dalam kegiatan wisata, ada pergerakan manusia dari tempat tinggalnya menuju

ke destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang merupakan kawasan

geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya

terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta

masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan

(Isdarmanto, 2017:14).

Berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 2009 dijelaskan pengertian kawasan

wisata adalah suatu kawasan yang mempunyai luas tertentu yang dibangun untuk

kegiatan pariwisata. Apabila dikaitkan dengan pariwisata, pengertian tersebut

berarti sesuatu kawasan yang disediakan untuk kegiatan pariwisata dengan

mengandalkan objek atau daya tarik yang terdapat dikawasan tersebut. Inskeep

(1991:77) juga mengatakan bahwa kawasan pariwisata sebagai area yang

dikembangkan dengan penyediaan fasilitas dan pelayanan lengkap untuk

rekreasi/relaksasi, pendalaman suatu pengalaman.

Pendit (1990) berpendapat, kawasan wisata harus memiliki sesuatu yang

menarik dan bernilai sehingga layak untuk dikunjungi atau sesuatu yang dapat

Page 18: KATA PENGANTAR - STP Bandung

9

menjadi penarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut. Dengan kata lain,

kawasan wisata seharusnya memiliki produk wisata unggulan yang dapat dijadikan

tema pengembangan sehingga dapat memunculkan identitas kawasan.

Perkembangan suatu kawasan wisata tergantung dari apa yang dimiliki kawasan

tersebut, sehingga hal ini tidak dapat dipisahkan dari pentingnya peranan pengelola

kawasan wisata.

C. Stakeholder Pariwisata

Definisi klasik dari stakeholder adalah setiap kelompok atau individu yang

dapat mempengaruhi atau dipengaruhi untuk mencapai tujuan sebuah organisasi

(Freeman 1984:46). Menurut Gibson (2000) dan Hetifah (2003:3) juga berpendapat

bahwa stakeholder adalah kelompok atau individu yang berinteraksi dengan

organisasi atau memiliki interdependensi dan individu atau kelompok mana pun

yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi (secara positif maupun negatif) oleh

tindakan, keputusan, kebijakan, praktik, atau Penelitiran organisasi. Untuk

pengertian stakeholder secara umum belum ditemukan, namun Mitchell et al

(1997:6) menyederhanyakan pengertian dari stakeholder bahwa ditemukan sebuah

atribut yang dimiliki stakeholder yaitu kekuatan dan legitimasi, sehingga setiap

stakeholder memiliki sebuah kekuatan dan legitimasi yang setiap pemangku

kepentingan memiliki tingkat kekuasaan yang berbeda-beda dalam sebuah kasus.

Dalam pariwisata bekelanjutan, ada banyak stakeholder yang terkait di

dalamnya. Pembangunan pariwisata pada hakekatnya melibatkan tiga stakeholder

yang saling terkait yaitu, pemerintah, swasta dan masyarakat (Rahim, 2012:1).

Setiap pemangku kepentingan memiliki peran dan fungsi yang berbeda yang perlu

Page 19: KATA PENGANTAR - STP Bandung

10

dipahami agar pengembangan wisata di suatu daerah dapat terwujud dan terlaksana

dengan baik.

The Clarkson Center for Business Ethics (1999) dalam Friedman dan Miles

(2006) mengemukakan bahwa ada tujuh prinsip dalam pengelolaan stakeholder

yaitu; (1) Mengakui dan memperhatikan kepentingan stakeholder dalam

pengambilan keputusan (2) Mendengarkan dan berkomunikasi secara terbuka

mengenai kepentingan dengan stakeholder, dan menganalisis resiko yang akan

terjadi karena keterlibatannya (3) Mengadopsi cara dan perilaku terkait masalah dan

kemampuan masing-masing stakeholder (4) mengakui bahwa di antara stakeholder

ada kaitan yang saling berketergantungan dan harus berusaha mencapai

kesepakatan yang adil dengan mempertimbangkan resiko masing-masing (5) harus

bekerja sama dengan entitas lain, baik publik maupun swasta, untuk memastikan

bahwa resiko dan bahaya dari kegiatan perusahaan dapat diminimalisasi (6)

menghindari semua kegiatan yang dapat membahayakan hak asasi manusia (7)

mengakui potensi konflik antara (a) peran sebagai stakeholder perusahaan (b)

tanggung jawab untuk kepentingan stakeholder dan harus mengatasi konflik

tersebut melalui komunikasi terbuka.

Page 20: KATA PENGANTAR - STP Bandung

11

GAMBAR 1

MODEL PENTAHELIX

Sumber: Halibas et al, 2017

Salah satu strategi yang dicanangkan oleh pemerintah dalam pengembangan

pariwisata adalah dengan melalui penggunaan kolaborasi model Pentahelix. Model

pentahelix ini pertama kali dikemukakan oleh Menteri Pariwisata Indonesia Arief

Yahya yang dituangkan kedalam Peraturan Mentri (Permen) Pariwisata Republik

Indonesia Nomor 14 tahun 2016 tentang pedoman destinasi pariwisata

berkelanjutan. Menurut Rampersad, Quester, & Troshani dalam Halibas et al

(2017:162) kolaborasi pentahelix memerankan peranan penting dalam mendukung

tujuan inovasi bersama dan kolaborasi ini juga berkontribusi untuk perkembangan

sosial ekonomi suatu daerah. Dalam model pentahelix pariwisata terdapat lima

publik utama didalamnya yaitu;

1. Pemerintah

Pemerintah memiliki peran untuk membuat kebijakan dan regulasi terkait

kepariwisataan, sebagai fasilitator, menciptakan iklim usaha yang kondusif,

melestarikan sumber daya pariwisata sebagai aset nasional, dan mendorong

Page 21: KATA PENGANTAR - STP Bandung

12

investor. Swarbrooke (1999:87) mengemukakan ada beberapa alasan sektor

publik harus memiliki peran sebagai leading sector dalam pengembangan

pariwisata berkelanjutan yaitu:

a. Sektor publik biasanya memegang publik untuk mewakilkan seluruh

populasi tidak hanya beberapa kelompok atau stakeholder.

b. Sektor publik dianggap tidak memihak kepada siapapun baik itu dalam hal

komersil atau melindungi minat suatu kelompok.

c. Karena sektor publik tidak dibatasi oleh kemampuan finansial dalam jangka

pendek, sektor publik dapat mengambil keputusan rencana jangka panjang.

Menurut Hausler et al (2013) sektor publik memiliki beberapa peran utama

di dalam sebuah pengembangan destinasi, yaitu;

a. Menciptakan dan memelihara lingkungan yang ada di suatu destinasi;

b. Pemasaran dan promosi destinasi tsb;

c. Melakukan koordinasi dan pengelolaan di destinasi;

d. Mengidentifikasi elemen-elemen di destinasi;

e. Perencanaan dan penelitian;

f. Membangun kemitraan;

g. Hubungan Masyarakat;

h. Mengembangkan produk.

2. Bisnis/Private Sector

Freyer (1993) mengelompokkan sektor swasta ke dalam dua golongan

utama, yaitu:

a. Pelaku langsung, yaitu usaha-usaha yang menawarkan jasa secara langsung

kepada wisatawan atau jasa nya yang langsung dibutuhkan oleh wisatawan.

Page 22: KATA PENGANTAR - STP Bandung

13

Yang termasuk dalam kategori ini adalah hotel, restoran, biro perjalanan,

pusat informasi wisata, atraksi hiburan, dll.

b. Pelaku tidak langsung, yakni usaha yang mengkhususkan diri pada produk-

produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha

kerajinan tangan, penerbit buku, atau lembar penduan wisata.

Peran-peran dari usaha pariwisata dijelaskan lebih lanjut menurut WTOB

(World Tourism Organization Business Council, 2000:63) yaitu;

a. Dapat memahami masalah lingkungan dan sosial dari pemerintah dan

komunitas lokal

b. Bersedia memberikan keahlian dan akses finansial utnuk mengembangkan

fasilitas dan layanan pariwisata

c. Bertanggung jawab untuk menetapkan standar industri, etika dan praktik

yang adil

d. Bersedia untuk berkontribusi melestarikan budaya dan lingkungan

e. Melibatkan komunitas dalam pengembangan pariwisata dan memberikan

andil untuk manfaatnya

f. Melakukan pelatihan dan pengembangan tenaga kerja guna mencapai hasil

terbaik dalam kualitas pelayanan

g. Berkontribusi dalam meningkatkan penelitian

3. Komunitas

Dalam perencanaan, peneglolaan, pengambilan keputusan, dan evaluasi

pembangunan pariwisata serta menggali dan melestarikan kepariwisataan

dengan mengembangkan budaya lokal dan lingkungan alam, masyarakat harus

ikut terlibat dalam prosesnya. Melibatkan masyarakat lokal dianggap memiliki

Page 23: KATA PENGANTAR - STP Bandung

14

beberapa keuntungan, diantaranya adalah masyarakat lokal dianggap memiliki

pengetahuan lebih tentang situasi lokal, pengalaman dan kepentingan langsung

dalam sebuah pembangunan (Dongier et al., 2012).

Gow dan Vansant’s (1983:427) menyatakan bahwa “Participation is

necessary condition for rural people to manage their affairs, control their

environment and enhance their own well-being.” Pernyataan tersebut memiliki

makna bahwa keterlibatan adalah suatu kondisi yang diperlukan bagi

masyarakat lokal untuk mengelola urusan mereka, mengatur lingkungan

mereka, dan meningkatkan kesejahteraan diri mereka sendiri.

Swarbrooke (1999) berpendapat, masyarakat dalam suatu pengembangan

desinasi memiliki beberapa peran sebagai berikut;

a. Kontrol penuh terhadap kebijakan dan peraturan yang bersangkutan dengan

pariwisata di daerah mereka

b. Memiliki hak veto atas seluruh kebijakan yang dibuat oleh sektor public

c. Masyarakat berhak menentukan prioritas atas keputusan sektor publik

d. Memiliki hak untuk memilih kebijakan yang telah digeneralisasi oleh sektor

public

e. Pendapat masyarakat dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan yang

diambil oleh sektor publik sebagai justifikasi

f. Pandangan masyarakat dipertimbangkan tetapi tidak akan banyak merubah

kebijakan sektor publik

4. Media

Media dapat memainkan peran utama dalam mengembangkan pariwisata

yang berkelanjutan karena media memiliki pengruh besar terhadap perilaku

Page 24: KATA PENGANTAR - STP Bandung

15

wisatawan, khususnya travel media. Contohnya seperti, memberikan wisatawan

saran secara objektif tentang masalah di destinasi dan meningkatkan kesadaran

akan masalah sosial dan kebijakan di area destinasi.

Swarbrooke (1999) mengatakan media juga berperan penting dalam hal

membentuk perilaku wisatawan dan meningkatkan kesadaran terhadap isu-isu

yang terkait dengan pariwisata berkelanjutan contohnya seperti;

a. Media dapat memberikan opini secara objektif mengenai masalah yang

terjadi di destinasi kepada wisatawan.

b. Media dapat meningkatkan kesadaran wisatawan tentang isu-isu sosial dan

kebijakan sektor publik di sekitar destinasi.

Dalam hal ini media terkait dibagi menjadi dua tipe yaitu Media Travel dan

Non-Media Travel.

TABEL 1

PERBANDINGAN MEDIA TRAVEL DAN NON-MEDIA TRAVEL

Media Travel Non-media Travel

Buku panduan

Televisi dan program radio

dengan tema pariwisata

Spesialis majalah travel

Fitur travel di Koran dan jurnal

Literature travel, contoh seperti

memoir dan pengalaman dari para

travelers

Website di internet terkait travel

Program berita di televisi, radio

dan di Koran

Program minat khusus, terutama

tentang satwa liar

Suatu budaya popular yang

menampilkan lokasi tertentu yang

dapat diidentifikasi seperti film

dan serial televisi

Sumber: Swarbrooke, 1999

5. Akademisi

Akademisi berperan menyediakan sumber daya manusia pariwisata

professional sesuai kebutuhan sosial dan bisnis/industri dan karakter daya tarik

serta sosial masyarakat lokal. Akademisi juga berperan melakukan studi-studi

Page 25: KATA PENGANTAR - STP Bandung

16

atau kajian tentang pariwisata. Peranan akademisi sangat dibutuhkan karena

untuk melakukan analisis tajan bagaimana cara mengembangkan produk,

memetakan dan membidik segmen pasar, menyusun strategi pemasaran,

mengembangkan model kemitraan multi stakeholder, mengembangkan

indikator-indikator daya dukung wisata, menyusun arahan-arahan tentang

model partisipasi masyarakat dan sebagainya.

Swarbrooke (1999) menjelaskan pariwisata yang dikelola dengan baik akan

memberikan dampak yang positif bagi bagi aspek sosial, ekonomi dan

lingkungan, maka dari itu akademisi juga memiliki peran yang mencakup:

a. Membandingkan dampak pariwisata yang dapat membantu

mengembangkan cara standar yang umum dalam menilai suatu dampak.

b. Penelitian tentang cara kerja industri pariwisata dalam meningkatkan

pemahaman tentang bagaimana pariwisata harus dikelola untuk mencapai

hasil yang diinginkan.

c. Penelitian lebih lanjut tentang perilaku wisatawan agar dapat memahami

motivasi mereka dan proses pembuatan keputusan.

d. Studi longitudinal atau penelitian yang melibatkan pengamatan berulang

antara pariwisata di destinasi individu dan perilaku dari segmen pasar.

D. Klasifikasi Stakeholder

Dalam konteks teoritis yang luas ini, dapat disimpulkan bagaimana beragam

kelompok stakeholder berinteraksi dengan perusahaan terkait. Menurut Clarkson

(1995) kelompok-kelompok stakeholder dibagi menjadi dua, yaitu;

Page 26: KATA PENGANTAR - STP Bandung

17

1. Primer yaitu stakeholder yang memiliki hubungan kontrak formal atau resmi

dengan perusahaan, seperti klien, pemasok, karyawa, pemegang saham, dan

lainnya.

2. Sekunder yaitu stakeholder yang mereka tidak memegang kontrak tersebut,

contohnya seperti pemerintah, masyarakat lokal.

Jika berdasarkan kekuatan, kepentingan, dan pengaruh stakeholder terhadap

suatu isu, stakeholder dapat dikategorikan kedalam beberapa kelompok. Official

Development Assistance (1995) mengelompokkan stakeholder kedalam 3 kategori

yaitu; stakeholder primer, sekunder dan kunci. Sebagai contoh dari penerapan

pengelompokkan tersebut pada kebijakan, program, dan proyek pemerintah

(publik) dapat dikemukakan seperti berikut;

1. Stakeholder Utama (primer)

Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan

kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, atau proyek.

Stakeholder tersebut harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses

pengambilan keputusan, contohnya seperti:

a. Masyarakat dan tokoh masyarakat

Masyarakat yang terkait dengan proyek, adalah masyarakat yang akan

mendapatkan manfaat dan akan terkena dampak langsung dari kegiatan

tersebut. Tokoh masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah anggota

masyarakat yang dianggap mewakilkan aspirasi dari masyarakt lainnya.

b. Pihak / bagian Manajer Publik

Suatu lembaga atau badan yang bertanggung jawab dalam pengambilan

keputusan dan pengimplementasian suatu keputusan.

Page 27: KATA PENGANTAR - STP Bandung

18

2. Stakeholder Pendukung (sekunder)

Stakeholder pendukung adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan

kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, proyek atau program,

namun memiliki kepedulian dan keprihatinan sehingga dapat turut berpendapat

dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah,

contohnya adalah;

a. Lembaga atau aparat pemerintah dalam suatu daerah atau wilayah tetapi

tidak memiliki tanggung jawab langsung.

b. Lembaga pemerintah yang terkait dengan isu tetapi tidak memiliki

kewenangan langsung dalam pengambilan keputusan.

c. Lembaga Swadaya Masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap suatu

isu.

d. Perguruan Tinggi yang merupakan kelompok akademisi dan memiliki

pengaruh penting dalam proses pengambilan keputusan.

e. Pengusaha atau Badan Usaha

3. Stakeholder Kunci

Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan

secara legal dalam pengambilan keputusan dan yang dimaksud dalam hal ini

adalah unsur eksekutif sesuai tingkatan legislatif dan instansi. Contohnya,

stakeholder kunci untuk suatu program tingkat daerah kabupaten;

a. Pemerintah Kabupaten

b. DPR Kabupaten

c. Dinas yang membawahi langsung proyek tersebut

Page 28: KATA PENGANTAR - STP Bandung

19

E. Analisis Peran Stakeholder

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, stakeholder menurut Freeman

(1984) adalah semua individu atau kelompok yang mempengaruhi atau dipengaruhi

oleh suatu tindakan. Sedangkan analisis stakeholder adalah suatu proses

pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan analisis informasi secara

kualitiatif untuk menentukan kepentingan siapa yang harus diperhitungkan atau

diperhatikan ketika pembuatan suatu program/kebijakan. Suporahardjo (2005)

berpendapat bahwa analisis stakeholder adalah suatu pendekatan yang digunakan

untuk mengidentifikasi aktor-aktor kunci dalam suatu sistem dan menilai

kepentingan dari masing-masing aktor dalam sistem tersebut. Analisis stakeholder

bertujuan untuk memahami dan mengidentifikasi sifat kerjasama antar stakeholder

yang berbeda-beda dan melihat peluang yang tepat untuk pengembangan

kerjasama di masa mendatang (Suporahardjo, 2005).

Menurut Reed et al (2009) analisis stakeholder dilakukan dengan melalui tiga

cara yaitu: melakukan identifikasi stakeholder, mengklasifikasikan stakeholder,

dan menyelidiki hubungan antar stakeholder. Menurut Eden dan Ackermann

(2011) metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan matriks pengaruh dan

kepentingan. Pengaruh (interest) adalah minat yang dimiliki oleh stakeholder

terhadap pembangunan, sedangkan kepentingan (power) adalah kekuasaan

stakeholder untuk mempengaruhi atau membuat kebijakan maupun peraturan-

peraturan terkait pembangunan. Matriks pengaruh dan kepentingan

mengklasifikasikan stakeholder ke dalam key player, context setter, subject, dan

crowd.

Page 29: KATA PENGANTAR - STP Bandung

20

1. Key palyer adalah stakeholder paling aktif dalam pengelolaan karena

mempunyai pengaruh dan kepentingan paling tinggi dalam suatu proyek

2. Subject memiliki kepentingan yang tinggi tetapi memiliki nilai pengaruh yang

rendah. Stakeholder yang masuk kedalam kategori ini bersifat suportif dan

mempunyai kapasitas yang rendah untuk mengubah situasi. Namun mereka

dapat mempengaruhi stakeholder lainnya apabila membuat aliansi dan begitu

juga sebaliknya yang mungkin dapat dipengaruhi oleh stakeholder lainnya.

3. Context setter memiliki pengaruh yang tinggi namun memiliki sedikit

kepentingan. Oleh sebab itu, mereka menjadi resiko yang signifikan untuk tetap

dipantau.

4. Crowd merupakan stakeholder yang memiliki sedikit pengaruh dan

kepentingan terhadap hasil yang diinginkan, dan hal ini menjadi pertimbangan

untuk mengikutsertakan dalam pengembilan keputusan.

Page 30: KATA PENGANTAR - STP Bandung

21

F. Penelitian Terdahulu

TABEL 2

PENELITIAN TERDAHULU Judul Penulis Lokasi Ringkasan

Analisis Stakeholder

Pengelolaan Taman

Nasional Bantimurung

Bulusaraung, Provinsi

Sulawesi Selatan

Abdul Kadir. W, San

Afri Awing, Ris Hadi

Purwanto, dan Erny

Poedjirahajoe (2013)

Taman nasional

bantimurung

bulusaraung

Stakeholder dalam pengelolaan TN. Babul terbagi menjadi 2 (dua) kategori yaitu

stakeholder primer (Balai TN. Babul, masyarakat sekita, PDAM maros, dll) dan

stakeholder sekunder (dishutbun maros, dinas pertanian maros, PNPM Mandiri,

dll).

Kepentingan stakeholder dalam pengelolaan TN. Babul terdiri dari kepentingan

menjaga kelestarian kawasan, dan kepentingan untuk memperoleh manfaat atas

keberadaan TN. Babul.

Terakhir, peran yang dapat yang dapat dilakukan berupa fungsi control, bantuan

fisik, bantuan teknis, derta dukungan penelitian kebijakan.

Assessing The Utility Of

Stakeholder Analysis To

Protected Areas

Management: The Case Of

Corbett National Park,

India

Archi Rastogi, Ruchi

badola, syed ainul

hussain, Gordon M.

hickey

Corbett

National park,

india

Stakeholder dibedakan menjadi beberapa grup yaitu; supporters, neutral

stakeholders, opposing stakeholders

Stakeholder di kelompokkan ke grup berdasarkan minat di CNP (advantages dan

disadvantage)

Peran Para Pihak Dalam

Pengelolaan Kawasan

Konservasi Penyu

Pangumbahan

Sri Harteti, Sambas

Basuni, Barhanuddin

Masy’ud Dan Fredinan

Yulianda (2014)

Kawasan

Konservasi

Penyu

Pangumbahan,

Kabupaten

Sukabumi

Terdapat 24 stakeholder di KPP pangumbahan dan diklasifikasikkan

berdasarkan kegiatan konservasi

Kepentingan stakeholder terhadap pengelolaan konservasi penu di KPP

pangumbahan sangat beragam sesuai dengan kewenangan, peran, harapan dan

manfaat stakeholder.

Kategorisasi stakeholder dipetakan dari nilai penting dan pengaruh stakeholder.

Yang mendapat nilai penting yang tinggi salah satunya adalah pemerintah pusat.

Page 31: KATA PENGANTAR - STP Bandung

22

TABEL 2

PENELITIAN TERDAHULU

(LANJUTAN) Judul Penulis Lokasi Ringkasan

Peran Stakeholder

Pariwisata Dalam

Pengembangan Pulau

Samalona Sebagai

Destinasi Wisata Bahari

Reski Amalyah, Djamur

Hamid, Luchman Hakim

(2016)

Pulau

Samalona, Selat

Makassar

Pemerintah melalui Disparekraf sudah melakukan rehabilitasi dermaga pulau

samalona, pembangunan tanggul, penahan ombak dan pembinaan masyarakat

melalui workshop.

Pihak swasta terlibat dalam pengembangunan Pulau Samalona yaitu membantu

aksesibilitas, pemberdayaan masyarakat lokal, dan pemanfaantan fasilitas lokal,

melakukan promosi, melakukan CSR, dan melakukan aktifitas pedulu

lingkungan yaitu budidaya terumbu karang.

Masyarakat juga sudah ikut terlibat seperti sebagai pengelola pulau samalona,

dan sebagai penyedia jasa makanan dan minuman, penyedia penginapan,

pemandu, dan penyewaan perlengkapan wisata bahari.

Peranan dan Kebutuhan

Pemangku Kepentingan

dalam Tata Kelola

Pariwisata di Taman

Nasional Bunaken,

Sulawesi Utara

Heri Santoso E.K.S,

Harini Muntasib, Hariadi

Kartodihardjo & Rinekso

Soekmadi (2015)

Taman

Nasional

Bunaken,

Sulawesi Utara

Teridentifikasi sebanyak 17 pemangku kepentingan yang terdiri dari kelompok

pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, masyarakat, akademisi, dan

kelompok lainnya.

Peranan pemangku kepentingan terbanyak dalam tata kelola pariwisata TNB

sebagai Key players, diikuti dengan Subjects, lalu context setter, dan terakhir

crowd.

Banyaknya pemangku kepentingan yang berperan sebagai key player

menunjukkan para pemangku kepentingan banyak yang berperan aktif dalam

tata kelola pariwisata TNB.

Sumber : Olahan Peneliti, 2019

Page 32: KATA PENGANTAR - STP Bandung

23

G. Kerangka Pemikiran

GAMBAR 2

KERANGKA PEMIKIRAN

Sumber: Olahan Peneliti, 2019

Semarang

Page 33: KATA PENGANTAR - STP Bandung

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskritptif dengan

pendekatan kualitatif. Metode deskriptif merupakan metode untuk menyajikan

gambaran seputar fenomena, setting sosial, dan suatu hubungan variable (Silalahi,

2010:27). Peneliti ingin menyajikan gambaran seputar peran stakeholder dengan

menggunakan konsep pentahelix untuk mengetahui bagaimana peranan dalam

mengelola Kawasan Kota Lama Semarang.

Pendekatan kualitatif merujuk pada sebuah proses penyelidikan untuk

memahami sebuah fenomena atau masalah secara keseluruhan yang dibentuk

dengan kata-kata, menjabarkan pandangan informan terhadap suatu fenomena

secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah (Silalahi, 2010:77). Peneliti

ingin menyelidiki dan menjelaskan fenomena terkait peranan stakeholder secara

holistik berdasarkan pandangan responden atau informan.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

1. Partisipan

Partisipan yang akan menjadi narasumber dalam penelitian ini yaitu para

stakeholder dari masing-masing sektor akademisi, bisnis, masyarakat,

pemerintah dan media yang terlibat langsung dalam pengelolaan Kawasan Kota

Lama Semarang, Jawa Tengah.

Page 34: KATA PENGANTAR - STP Bandung

25

TABEL 3

DAFTAR NARASUMBER Stakeholder Narasumber Keterangan

Pemerintah Badan Pengelola Kawasan Kota

Lama Semarang (BPK2L)

Informan 1

Dinas Pariwisata Kota Semarang Informan 2

Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah

(BAPPEDA)

Informan 3

Dinas Penataan Ruang Kota

Semarang

Informan 3

Bisnis Café Tekodeko Informan 1

Hero Coffee Informan 2

Masyarakat HPI Infroman 1

DMO Informan 2

Media Jateng Today Informan 1

Tribun Jateng Informan 2

Akademisi Universitas Diponegoro Informan 1

Unika Soegijapranata Semarang Informan 2

Sumber: Olahan Peneliti, 2019

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah

sebagai salah satu kawasan bersejarah dan termasuk kedalam tentatif list

warisan budaya dunia UNESCO.

Page 35: KATA PENGANTAR - STP Bandung

26

C. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Obervasi atau survei adalah usaha untuk mengumpulkan data dari sebuah

angota populasi di sebuah wilayah untuk menentukan status terakhir

mengenai sebuah fenomena atau variabel penelitian (Silalahi, 2010:293).

Dalam penelitian Ini penulis hendak melakukan kegiatan observasi yang

dalam prosesnya berupa mengamati gejala-gejala atau peristiwsa yang

terjadi di sekitar lokasi yang menjadi objek penelitian. Sehingga diharapkan

dari observasi yang dilakukan dapat menambah informasi dan data yang

dibutuhkan.

b. Wawancara

Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data

atau keterangan lisan dari narasumber yang disebut responden. Wawancara

dilakukan antara peneliti sebagai pewawancara atau interviewer dengan

sejumlah orang yang sebagai responden atau interviewee dengan maksud

untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan masalah

yang ingin diteliti dan hasil dari wawancara tersebut biasanya dicatat atau

direkam oleh peneliti dan mengacu kepada pedoman wawancara (Silalahi,

2010:312).

c. Studi Dokumentasi

Arikunto (2010) mengatakan bahwa metode dokumentasi yaitu mencari

data-data mengenai hal-hal berupa catatan, transkrip, data sekunder lainnya

Page 36: KATA PENGANTAR - STP Bandung

27

yang penulis dapatkan di lokasi penelitian dan sebagainya untuk menambah

informasi yang dapat dimemperkaya data yang diperlukan untuk penelitian.

2. Alat Pengumpulan Data

a. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan peneliti untuk menanyakan

informasi yang dibutuhkan untuk penelitian. Menurut Ibrahim (2015:91)

Pedoman wawancara memiliki fungsi untuk: (1) mengawal proses

wawancara agar nantinya tidak menyimpang dari jawaban yang seharusnya

didapatkan untuk penelitian, (2) sebagai pemandu peneliti saat bertanya

kepada responden mengenai data atau informasi terkait penelitian.

D. Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data-data empiris yang didapatkan

berupa kata-kata, bukan serangkaian angka dan tidak dapat disusun berdasarkan

kategori/struktur klasifikasi. Analisis data kualitatif biasanya menggunakan kata-

kata yang disusun kedalam teks dan diperluas. Biasanya, analisis data ini tidak

menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai alat bantu analisis

(Silalahi, 2010:339).

Dalam analisis data peneliti akan menggunakan matriks analisis peran

stakeholder pengaruh dan kepentingan yang dikemukakan oleh Eden dan

Ackermann (1998) dengan mengklasifikasikannya ke dalam key player, subject,

context setter, dan crowd. Penyusunan matriks pengaruh dan kepentingan didasari

oleh hasil wawancara yang dilakukan kepada informan yang nantinya data tersebut

akan diolah kedalam bentuk skoring dan selanjutnya dikelompokkan menurut

Page 37: KATA PENGANTAR - STP Bandung

28

klasifikasi stakeholder tersebut. Penetapan skoring pengaruh dan kepentingan

stakeholder yang dilakukan diadaptasi dari model yang dibuat oleh Abbas (2005)

yaitu pengukuran data berjenjang lima yang disajikan dalam Tabel 4.

TABEL 4

UKURAN KUALITATIF TERHADAP PENGARUH DAN KEPENTINGAN

STAKEHOLDER Skor Nilai Kriteria Keterangan

Pengaruh stakeholder

5 21-25 Sangat

tinggi Sangat mempengaruhi pengelolaan kawasan

4 16-20 Tinggi mempengaruhi pengelolaan kawasan

3 11-15 Cukup Cukup mempengaruhi pengelolaan kawasan

2 6-10 Kurang Kurang mempengaruhi pengelolaan kawasan

1 0-5 Rendah Tidak mempengaruhi pengelolaan kawasan

Kepentingan stakeholder

5 21-25 Sangat

tinggi Sangat mendukung pengelolaan kawasan

4 16-20 Tinggi mendukung pengelolaan kawasan

3 11-15 Cukup Cukup mendukung pengelolaan kawasan

2 6-10 Kurang Kurang mendukung pengelolaan kawasan

1 0-5 Rendah Tidak mendukung pengelolaan kawasan

Sumber: Abbas, 2005

Pengukuran tingkat pengaruh stakeholder dalam pengelolaan kawasan

konservasi menggunakan instrumen-instrumen kekuatan (power) yang meliputi

pengaruh kewenangan, pengaruh keberlanjutan program, penguasaan sumber daya,

bentuk keahlian, kekuatan kompensasi (Galbraith dalam Reed et al, 2009).

Page 38: KATA PENGANTAR - STP Bandung

29

Pengukuran tingkat pengaruh stakeholder akan dinilai dengan lima pertanyaan yang

diajukan peneliti kepada informan.

Pengukuran tingkat kepentingan (interest) stakeholder dalam pengelolaan

kawasan menggunakan lima dimensi yang meliputi keterlibatan stakeholder,

program kerja stakeholder, manfaat pengelolaan, tingkat ketergantungan

stakeholder, dan kesesuaian tupoksi stakeholder dalam pengelolaan kawasan.

Pengkukuran tingkat kepentingan stakeholder akan dinilai dengan lima pertanyaan

yang diajukan peneliti kepada informan melalui wawancara.

GAMBAR 3

MATRIKS PENGARUH DAN KEPENTINGAN

Sumber: Reed et al, 2009

Masing-masing pertanyaan nantinya akan diberikan indikator sebagai penentu

besarnya nilai yang akan diberikan nantinya berdasarkan jawaban yang diberikan

oleh informan (Tabel 3). Jumlah skor maksimal yang didapatkan stakeholder adalah

pengaruh bernilai 25 poin dan kepentingan 25 poin. Kemudian, hasil dari skoring

terhadap nilai pengaruh dan kepentingan dari masing-masing stakeholder akan

Page 39: KATA PENGANTAR - STP Bandung

30

dikelompokkan sesuai dengan indikatornya lalu dibentuk sehingga menjadi suatu

titik koordinat. Hasil analisis pengaruh dan kepentingan akan diklasifikasikan

seperti pada ilustrasi gambar 3.

E. Rencana Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh keabsahan data dapat dilakukan

dengan cara triangulasi. Menurut Sutopo (2002:7-8) triangulasi adalah cara yang

paling sering digunakan untuk mendapatkan validitas dalam penelitian kualitatif.

Pattton dalam Sutopo (2002:78) menjelaskan ada empat macam teknik triangulasi,

yaitu (1) triangulasi sumber data yaitu peneliti harus mengumpulkan data dari

metode dan berbagai sumber yang berbeda (2) triangulasi metode yaitu peneliti

menguji keabsahan data dengan mengumpulkan data yang sejenis dengan alat dan

teknik pengumpulan data yang berbeda (3) triangulasi peneliti yaitu simpulan atau

hasil penelitian bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti (4) triangulasi teori

yaitu keabsahan atau validitas dapat diuji menggunakan beberapa perspektif teori

untuk membahas permasalahan-permasalahan yang dikaji sehingga dapat dianalisis

dan ditarik kesimpulannya.

Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi

sumber. Teknik triangulasi sumber dapat dilakukan selain dari wawancara dan

observasi yaitu dengan cara menggunakan dokumen tertulis, arsip, catatan sejarah,

tulisan pribadi, atau foto. Dengan berbagai data yang didapatkan dari berbagai

sumber, peneliti akan mendapatkan pandangan yang berbeda untuk masalah yang

diteliti.

Page 40: KATA PENGANTAR - STP Bandung

31

F. Jadwal Penelitian

TABEL 5

JADWAL PENELITIAN No. Kegiatan Jul Agt Sept Okt

1 Penyusunan Usulan Laporan

Penelitian

2 Sidang Usulan Penelitian

3 Revisi

4 Observasi Lapangan

5 Penyusunan Skripsi

6 Prngumpulan Skripsi

7 Sidang Skripsi

Sumber: Olahan Peneliti, 2019

Page 41: KATA PENGANTAR - STP Bandung

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Profil Kawasan Kota Lama Semarang

Kota Lama adalah pusat dari persejarahan Kota Semarang dan ditetapkan

menjadi area untuk kegiatan komersil, ekonomi, layanan public yang

terkonsentrasi dan juga sebagai pusat pelayanan publik di Semarang Utara.

Sebagai kawasan bisnis dan pariwisata, kegiatan yang dapat ditemukan di Kota

Lama berkisar pada berbagai atraksi, program-program dan industri pariwisata.

Dengan lahan seluas 34,45 hektar, dan memiliki kurang lebih 105 bangunan

bersejarah, pada tahun 2015, Kota Lama sukses masuk kedalam nominasi

Tentantive List of World Heritage UNESCO.

Kota Lama mencakup kawasan yang dahulunya dikelilingi oleh tembok

dengan enam bastion, dan lima di antaranya berada pada sudut dari benteng

bersegi lima de Vijfhoek. Enam bastion tersebut adalah; 1) de Hersteller (pada

pertemuan Jl. Tawang – Jl. Cenderawasih degan jalan menuju ke Jl. Pengapon),

2) Ceylon (pada posisi Gedung Marabunta kini), 3) Amsterdam (pada Bundaran

Bubakan kini), 4) de Lier (pada pertemuan Jl. Sendowo dengan Jl. Mpu

Tantular), 5) de Smits (pada area pertemuan antara jalur kereta api dengan Jl.

Tiang Bendera), dan 6) de Zee (di Bandarharjo, dekat Boom Lama). Kota Lama

memiliki batasan administratif sebagai berikut:

Page 42: KATA PENGANTAR - STP Bandung

33

TABEL 6

BATAS ADMINISTRATIF KAWASAN KOTA LAMA Batas Jalan

Sebelah Barat Jl. Tantular – Jl. Arif Rahman Hakim

Sebelah Timur Jl. Ronggowarsito

Sebelah Utara Jl. Tawang – Jl. Merak

Sebelah Selatan Jl. Sendowo

Sumber: Kemdikbud.go.id, 2018

GAMBAR 4

DENAH KAWASAN KOTA LAMA

Sumber: Kemdikbud.go.id, 2018

Jika dilihat dari kondisi geografisnya, terlihat bahwa kawasan ini terpisah

dengan daerah lainnya sehingga nampak seperti kota tersendiri. Maka dari itu

banyak yang menyebut Kota Lama Semarang adalah “Little Netherland”.

Bangunan-bangunan yang ada di Kota Lama secara umum mengikuti gaya

banguanan Eropa bisa dilihat dari detail banguanan yang khas dan ornamen-

ornamen yang identic dengan gaya Eropa. Beberapa dari bangunan tersebut

masih berfungsi hingga sekarang, dan karena keunikannya Kota Lama sering

dijadikan tempat untuk pemotretan majalah, pre-wedding, atau sekedar ber-

selfie. Berikut adalah beberapa tempat yang bisa dijumpai di Kota Lama;

Page 43: KATA PENGANTAR - STP Bandung

34

a. Gereja Immanuel

Gereja berkubah yang dijuluki Gereja Blenduk adalah tetengger utama

kawasan Kota Lama yang berasal dari akhir abad ke-19. Arsitek W.

Westmaas dan H.P.A. de Wilde mengubah bangunan gereja pertama

berkonstruksi kayu yang didirikan pada tahun 1753 dan mengubah

orientasinya ke timur. Gereja ini juga merupakan gereja Kristen tertua di

Jawa Tengah dan dibelakangnya juga terdapat Rumah Pendeta yang

dibangun setelah bangunan asli dari abad ke-18 dimanfaatkan untuk hal lain

yang lebih strategis.

GAMBAR 5

GEREJA IMMANUEL

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

Page 44: KATA PENGANTAR - STP Bandung

35

b. Marba

Gedung marba ini merupakan singkatan dari pemilik gedung itu sendiri

yaitu Marta Badjunet seorang konglomerat asal Yaman. Bangunan ini

berada pada posisi jantung Kota Lama tepat derada didepan Taman

Srigunting. Dahulu bangunan ini dimanfaatkan untuk kantor ekspedisi, dan

pernah pula menjadi toko modern de Ziekel.

GAMBAR 6

GEDUNG MARBA

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

c. Resto Ikan Bakar Cianjur

Bangunan ini merupakan bangunan tertua di Kota Lama. Dahulu, gedung

ini merupakan bekas Pengadilan Negeri Semarang yang dibangun pada

tahun 1970. Gedung tersebut bekali-kali beralih fungsi termasuk menjadi

gudang mesiu, kantor pengadilan golongan timur asing.

Page 45: KATA PENGANTAR - STP Bandung

36

GAMBAR 7

RESTO IKAN BAKAR CIANJUR

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

d. Taman Srigunting

Taman ini dahulu merupakan lapangan untuk parade serdadu belanda dan

masih dalam area Gereja Blenduk dan sekitarnya.

GAMBAR 8

TAMAN SRIGUNTING

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

Page 46: KATA PENGANTAR - STP Bandung

37

e. H. Spiegel

Letak dari gedung ini bersebelahan dengan Taman Srigunting. Dulunya,

Spigel merupakan toko serba ada yang menjual aneka barang model terbaru.

Kini, gedung ini dipergunakan untuk pemanfaatan sebagai resto

GAMBAR 9

GEDUNG SPIEGEL

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

2. Stakeholder dalam Pengelolaan Kawasan Kota Lama Semarang

Pada sub ini akan dipaparkan mengenai stakeholder yang terlibat dalam

pengelolaan Kota Lama. Stakeholder yang terlibat berasal dari berbagai macam

sektor, yaitu; Akademisi, Sektor Privat, Pemerintah, Komunitas, dan Media.

Berdasarkan hasil identifikasi, berikut adalah tabel untuk memperlihatkan

stakeholder dari berbagai macam sektor tersebut.

Page 47: KATA PENGANTAR - STP Bandung

38

TABEL 7

DAFTAR STAKEHOLDER DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KOTA

LAMA No. Stakeholder Keterangan

1 Badan Pengelola Kawasan Kota Lama

(BPK2L)

Pemerintah

2 Dinas Pariwisata Kota Semarang

3 Badan Perencanaan dan Pembangunan

Daerah (Bappeda)

4 Dinas Penataan Ruang Kota Semarang

5 Café Tekodeko Usaha Pariwisata

6 Hero Coffee

7 HPI Komunitas

8 DMO

9 Jateng Today Media

10 Tribun Jateng

11 Universitas Diponegoro Akademisi

12 Unika Soegijapranata Semarang

Sumber: Olahan Peneliti, 2019

a. Pemerintah

Pemerintah merupakan sektor yang memiliki peran penting dalam

pengelolaan Kota Lama. Hal ini juga terbukti dari keseriusan Walikota

Semarang untuk merevitalisasi kawasan Kota Lama, dibantu dengan dinas-

dinas lainnya. Dalam sektor pemerintah, peneliti mempunyai 4 informan

yaitu; BPK2L Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Dinas

Penataan Ruang Kota Semarang, dan Badan Perencanaan dan Pembangunan

Daerah (Bappeda) Kota Semarang.

1) Badan Pengelola Kawasan Kota Lama Semarang (BPK2L)

Badan Pengelola Kawasan Kota Lama atau BPK2L merupakan badan

otoritas yang dibentuk langsung oleh Walikota Semarang pada tahun

2016 dan anggota nya terdiri dari berbagai macam elemen mulai dari

akademisi sampai dengan masyarakat. Berdasarkan wawancara yang

sudah peneliti lakukan, BPK2L dalam pengelolaannya memang

Page 48: KATA PENGANTAR - STP Bandung

39

memiliki berbagai pengruh dan kepentingannya namun yang terjadi saat

ini adalah mekanisme kerja yang seharusnya dijalankan sebagai badan

pengelola tidak berjalan sebagaimana mestinya hal ini dikarenakan

komunikasi antar anggota didalamnya tidak terjalin dengan baik.

Adapun keterlibatan BPK2L dalam pengelolaan terlihat dari segi

pengawasan yang dilakukan kepada setiap gedung yang ada di Kota

Lama hal ini dikarenakan seringnya terjadi pencurian bagian-bagian dari

bangunan konservasi oleh oknum seperti kusen untuk jendela dan besi-

besi untuk dijual. Selain itu, badan pengelola juga mengatur setiap

kegiatan yang dilakukan atau diselenggarakan di Kawasan Kota Lama.

Hal-hal negatif seperti sambung ayam, judi, prostitusi, tindak kriminal

dan sebagainya yang terjadi di Kota Lama sudah tidak terlihat lagi

terlebih semenjak pembenahan Kota Lama dilakukan.

Banguanan-bangunan yang berada di Kota Lama 80% nya adalah milik

pribadi, hal tersebut merupakan hambatan bagi pemerintah untuk

melakukan pembenahan pada bangunannya. BPK2L selaku badan

pengelola melakukan kegiatan seperti menginventarisasi dan mencari

pemilik bangunan dan memberikan pemahaman secara persuasif kepada

para pemilik bangunan untuk membenahinya dan agar tidak

ditelantarkan begitu saja.

Beberapa wewenang yang dimiliki BPK2L selaku badan pengelola

adalah memberikan layanan rekomendasi perizinan seperti untuk

penelitian atau acara yang bertempat di Kota Lama yang lalu nantinya

akan didisposisikan ke pemerintah kota untuk selanjutnya

Page 49: KATA PENGANTAR - STP Bandung

40

ditindaklanjuti. Selanjutnya, BPK2L juga memiliki wewenang untuk

mengambil keputusan dan tindakan terkait dengan pengelolaan disana.

Menurut pihak BPK2L, yang terjadi saat ini adalah keputusan yang

diambil terkait dengan Kota Lama merupakan keputusan yang diambil

secara sepihak dan tanpa dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan

anggota badan pengelola lainnya. Wewenang lainnya adalah sebagai

penyedia informasi dan data mengenai kawasan Kota Lama, hal ini juga

dikarenakan untuk di kawasan Kota Lama belum terdapat Tourism

Information Center (TIC).

Secara fungsional, dan berdasarkan Peraturan Daerah No. 8 tahun 2003

tugas BPK2L adalah sebagai berikut:

Perencanaan pengelolaan, pengembangan, dan optimalisasi

potensi kawasan Kota Lama

Pengorganisasian pengelolaan, pengembangan, dan optimalisasi

potensi kawasan Kota Lama

Pelaksanaan pengelolaan, pengembangan, dan optimalisasi

potensi kawasan Kota Lama

Pengawasan pengelolaan, pengembangan, dan optimalisasi

potensi kawasan Kota Lama

Pelaksanaan administrasi kepada masyarakat

Pelaksanaan keseertariatan Badan Pengelola

Berdasarkan data tersebut, maka bisa dilihat bahwa tugas dari BPK2L

sepenuhnya mengenai pengelolaan di kawasan Kota Lama Semarang.

Page 50: KATA PENGANTAR - STP Bandung

41

Dari dimensi manfaat yang di dapat oleh BPK2L bersifat tidak langsung

karena dengan adanya revitalisasi kawasan Kota Lama tersebut akan

membantu pembangunan daerah khususnya kota Semarang. Lain halnya

untuk dimensi tingkat ketergantungan stakeholder dalam pengelolaan,

karena BPK2L merupakan lembaga yang dibuat khusus oleh walikota

dan para anggotanya tidak mendapat gaji dan BPK2L pun tidak

membebankan biaya atau mencari untung dari pengelolaan di Kota

Lama.

2) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang

Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Semarang merupakan salah

satu instansi pemerintah yang terkait dalam pengelolaan di kawasan

Kota Lama Semarang. Menurut hasil wawancara dengan salah satu staf,

dinas ini memiliki keterlibatan dalam segi perencanaan dibuktikan

dengan dibuatnya Rencana Strategi (Renstra) 2016-2021 sebagai

pedoman untuk penyusunan Rencana Kerja Perangkat Daerah yang

didalamnya salah satu fokusnya adalah pengembangan kawasan Kota

Lama menuju warisan dunia tahun 2020 (UNESCO). Pengembangan

kawasan ini tidak hanya melibatkan Dinas Pariwisata saja melaikan

dinas-dinas terkait seperti Dinas Penataan Ruang Kota Semarang

sebagai pelaksana. Selain itu, tiap tahunnya Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Semarang juga melakukan evaluasi untuk rencana

startegi yang sudah dilaksanakan dan mengevaluasi program kerja yang

sudah berjalan dan menuliskannya dalam laporan akhir tahun.

Page 51: KATA PENGANTAR - STP Bandung

42

Bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata untuk pengelolaan di Kawasan Kota Lama berupa

penyelenggaraan event seperti Symphony Kota Lama dan Festifal Kota

Lama sebagai bentuk keseriusan Pemerintah untuk menaikkan

kunjungan wisatawan dan Dispar juga menganggarkan dana untuk

kegiatan promosi yaitu dengan mencetak brosur wisata Kota Lama.

(Staff Bidang Industri Pariwisata, Agustus 2019).

Sebagai salah satu dinas yang terkait dalam pengelolaan kawasan Kota

Lama, Disbudpar Kota Semarang memiliki tugas pokok dan fungsi

sebagai berikut;

TABEL 8

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DISBUDPAR

Tugas

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas

membantu Walikota dalam melaksanakan urusan

pemerintahan bidang kebudayaan dan bidang pariwisata yang

menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang

ditugaskan kepada daerah

Fungsi

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 menyelenggarakan

fungsi :

perumusan kebijakan Bidang Kesenian, Bidang

Pemasaran, Bidang Industri Pariwisata, Bidang

Kelembagaan Kepariwisataan, dan Bidang Kebudayaan;

perumusan rencana strategis sesuai dengan visi dan misi

Walikota;

Page 52: KATA PENGANTAR - STP Bandung

43

TABEL 8

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DISBUDPAR

(LANJUTAN)

Fungsi

pengkoordinasian tugas-tugas dalam rangka pelaksanaan

program dan kegiatan Bidang Kesenian, Bidang

Pemasaran, Bidang Industri Pariwisata, Bidang

Kelembagaan Kepariwisataan, Bidang Kebudayaan, dan

UPTD;

penyelenggaraan pembinaan kepada bawahan dalam

lingkup tanggungjawabnya;

penyelenggaraan penyusunan Penelitiran Kerja Pegawai;

penyelenggaraan kerjasama Bidang Kesenian, Bidang

Pemasaran, Bidang Industri Pariwisata, Bidang

Kelembagaan Kepariwisataan, dan Bidang Kebudayaan;

penyelenggaraan kesekretariatan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata;

penyelenggaraan program dan kegiatan Bidang Kesenian,

Bidang Pemasaran, Bidang Industri Pariwisata, Bidang

Kelembagaan Kepariwisataan, Bidang Kebudayaan, dan

UPTD;

penyelenggaraan penilaian kinerja Pegawai;

penyelenggaraan monitoring dan evaluasi program dan

kegiatan Bidang Kesenian, Bidang Pemasaran, Bidang

Industri Pariwisata, Bidang Kelembagaan Kepariwisataan,

Bidang Kebudayaan, dan UPTD;

penyelenggaraan laporan pelaksanaan program dan

kegiatan; dan

pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota

terkait dengan tugas dan fungsinya

Page 53: KATA PENGANTAR - STP Bandung

44

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Disbudpar Kota Semarang, tidak

tertulis jelas mengenai pengelolaan untuk kawasan Kota Lama, namun

dibagi kedalam beberapa bidang.

GAMBAR 10

GEDUNG OUDETRAP

Sumber: jateng.tribunnews.com, 2018

Saat ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga mengelola satu gedung

milik pemerintah yang berada di Kota Lama Semarang yaitu Gedung

Oudetrap. Kondisinya saat ini, gedung tersebut sudah di rehabilitasi dan

diresmikan tahun lalu. Gedung dua tingkat ini rencananya akan

diperuntukkan sebagai TIC Kota Lama dan kantor BPK2L kedepannya.

Namun saat ini hal tersebut masih menjadi wacana dan gedung tersebut

digunakan untuk keperluan komersil dengan menyewakannya kepada

masyarakat yang membutuhkan contohnya digunakan untuk pameran

atau kegaitan kesenian dan kebudayaan.

Page 54: KATA PENGANTAR - STP Bandung

45

3) Dinas Penataan Ruang Kota Semarang

Dinas Penataan Ruang Kota Semarang meruapakan stakeholder yang

paling banyak terlibat dalam pengelolaan terutama dalam program

revitalisasi Kota Lama. Keterlibatan Distaru dalam pengelolaan kota

lama dilihat dari perencanaan yang dilakukan dan pelaksanaan program

revitalisasi oleh Dinas Penataan Ruang Kota Semarang bekerja sama

dengan kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Selain itu, Distaru juga berkontribusi dalam perencanaan mengenai tata

bangunan untuk kawasan Kota Lama yang tercantum dalam Perda No.

8 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Kawasan Kota Lama.

Hingga saat ini, sebesar 80% dari 116 bangunan gedung cagar budaya

sudah direvitalisasi. Untuk selanjutnya, akan ada revitalisasi Kota Lama

tahap II yang akan dijadwalkan mulai September 2019.

Terkait dengan tugas pokok dan fungsi dari dinas penataan ruang sendiri

tidak tertulis jelas mengenai perannya dalam pengelolaan Kota Lama,

namun berdasarkan hasil wawancara dinas tata ruang bertanggung

jawab untuk pembenahan infrastruktur, memelihara, dan merencanakan

semua yang berkaitan dengan penataan ruang, dan itu bisa terlihat dari

Perwal No. 64 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,

Tugas, dan Fungsi Dinas Penataan Ruang Kota Semarang Pasal 17.

Dari paparan sebelumnya juga bisa terlihat bahwa wewenang yang

dimiliki oleh Distaru dalam pengelolaan kawasan berupa perbaikan

Page 55: KATA PENGANTAR - STP Bandung

46

sarana dan prasarana yang ada di Kota Lama dan wewenang untuk

mengambil keputusan atau tindakan.

Menurut hasil wawancara, manfaat yang didapatkan dengan revitalisasi

yang dilakukan, besar kemungkinan akan membuat wisatawan datang

lebih banyak dan menghabiskan waktu lebih lama di Kota Lama. Hal

tersebut dapat beimbas kepada pembangunan daerah.

4) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Bappeda merupakan instansi pemerintah yang terlibat dalam

pengelolaan Kota Lama dari segi perencanaan. Hal ini terlihat dari

pembuatan buku Grand Design 2011 sebagai lanjutan dari Perda No. 8

Tahun 2003 tentang RTBL Kota Lama. Selain itu, di dalam dokumen

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota

Semarang tahun 2016-2021, kawasan Kota Lama termasuk dalam

kawasan strategis bidang sosial budaya.

Berdasarkan Perwal Semarang No. 86 Tahun 2016, Bappeda

mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

TABEL 9

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA

Tugas

Membantu Walikota dalam melaksanakan fungsi penunjang

Urusan Pemerintahan di bidang perencanaan, penelitian dan

pengembangan yang menjadi kewenangan daerah

Fungsi

Perumusan kebijakan Bidang Perencanaan Pemerintahan,

Sosial dan Budaya, Bidang Perencanaan Perekonomian;

Page 56: KATA PENGANTAR - STP Bandung

47

TABEL 9

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA

(LANJUTAN)

Fungsi

Perumusan rencana strategis sesuai dengan visi dan misi

Walikota;

Pengkoordinasian tugas-tugas dalam rangka pelaksanaan

program dan kegiatan Kesekretariatan, Bidang Perencanaan

Pemerintahan, Sosial dan Budaya, Bidang Perencanaan

Perekonomian, Bidang Perencanaan Infrastuktur dan

Pengembangan Wilayah, Bidang Perencanaan Pengendalian

dan Evaluasi Pembangunan Daerah, dan Bidang Penelitian

dan Pengembangan;

Penyelenggaran pembinaan bawahan dalam lingkup

tanggungjawabnya;

Penyelenggaraan penyusunan Penelitiran Kerja Pegawai;

Penyelenggaraan kerjasama Bidang Perencanaan

Pemerintahan, Sosial dan Budaya, Bidang Perencanaan

Perekonomian, Bidang Perencanaan Infrastuktur dan

Pengembangan Wilayah dan Bidang Perencanaan

Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, dan

Bidang Penelitian dan Pengembangan;

Penyelenggaraan kesekretariatan Bappeda;

Penyelenggaraan program dan kegiatan Bidang Perencanaan

Pemerintahan;

Penyelenggaraan penilaian kinerja pegawai;

Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi program dan

kegiatan;

Penyelenggaraan laporan pelaksanaan program dan kegiatan;

Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait

dengan tugas dan fungsinya.

Page 57: KATA PENGANTAR - STP Bandung

48

Bappeda bertanggung jawab untuk perumusan Rencana Stategis dan

perumusan kebijakan. Bappeda sebagai instansi pemerintah memiliki

wewenang untuk perlindungan dan mengambil keputusan serta

tindakan mengenai semua tentan pengelolaan Kota Lama.

b. Bisnis

Di kawasan Kota Lama, banyak bangunan cagar budaya yang difungsikan

untuk keperluan bisnis dan ekonomi contohnya seperti café, perkantoran,

sampai dengan museum. Tidak heran sektor ini pun menjadi penting untuk

pengelolaan di Kota Lama karena mereka yang menunjang sebuah destinasi

menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan 2 informan

yaitu dari Tekodeko, dan Hero Coffee. Namun untuk sektor Bisnis ini,

semua nilai yang diberikan untuk tingakat kepentingan dan pengaruh yang

didapatkan sama, karena didalam pengelolaan kawasan pihak ini terlibat

secara tidak langsung.

1) Tekodeko Koffiehuis

Café yang berdiri pada tahun 2015 ini merupakan salah satu café yang

menempati bangunan cagar budaya di Kota Lama dan salah satu

stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan Kota Lama secara tidak

langsung. Keterlibatannya dalam pengelolaan termasuk dalam segi

pengawasan kawasan. Karena letaknya yang persis berada di jalan

utama Kota Lama, pihak tekodeko ikut terkena dampak dari revitalisasi

yang dilakukan oleh pemerintah kota Semarang.

Page 58: KATA PENGANTAR - STP Bandung

49

GAMBAR 11

TEKODEKO KOFFIEHUIS

Sumber: jateng.tribunnews.com, 2018

Dari segi manfaat, sektor usaha pariwisata adalah yang paling banyak

merasakannya. Yaitu dari segi sumber pendapatan dan menciptakan

lapangan pekerjaan hal ini akan berdampak kepada kesejahteraan

masyrakat yang ada di sekitar kawasan.

Untuk program kerja, pihak Tekodeko ikut melakukan rehabilitasi

terhadap bangunan yang dihuninya karena itu merupakan kewajiban

setiap pemilik gedung dan itu sudah tercantum dalam Perda No. 8 tahun

2003. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan

pemilik gedung, pihak Tekodeko bersama dengan stakeholder lainnya

pernah mengadakan acara yang mengundang berbagai macam pihak

seperti dari instansi pemerintah untuk ikut dalam acara tersebut.

Saat ini, pihak Tekodeko belum memiliki wewenang untuk mengambil

keputusan atau tindakan dalam pengelolaan Kota Lama, karena itu

masih merupakan wewenang BPK2L sebagai badan pengelola dan

Page 59: KATA PENGANTAR - STP Bandung

50

dinas-dinas terkait, seperti yang dikemukakan oleh Pemilik Tekodeko,

berikut ini:

“….untuk saat ini masih belum dilibatkan dalam pengambilan

keputusan mungkin lebih kepada memberitahu. Namun kita

masih terus mengusahakan karena pembangunan masih

berjalan dan belum selesai, masih ada step selanjutnya.

Namun kita sempat bertemu dengan dinas perhubungan dan

yang dibicarakan lebih kepada mempertanyakan bkan

membuat keputusan dan itu menurut kita komunikasi yang

cukup baik…” (Jesi, Agustus 2019)

Dari paparan diatas bisa diketahui bahwa komunikasi yang terjalin

selama ini hanya bersifat satu arah, namun pemerintah sudah mulai

melibatkan stakeholder lainnya untuk berdiskusi mengenai keadaan di

Kota Lama. Namun wewenang yang dimiliki oleh pihak Tekodeko

adalah untuk segi perlindungan dan pengaman bangunan, karena

pemerintah tidak bisa ikut campur untuk masalah revitalisasi bangunan

karena itu merupakan milik pribadi bukan aset negara. Pihak Tekodeko

merupakan pemilik bangunan cagar budaya tersebut dan memiliki

anggaran untuk merevitalisasi bangunan tersebut sesuai dengan yang

tercantum di peraturan daerah.

2) Hero Coffee

Hero Coffee adalah salah satu café yang menempati bangunan cagar

budaya yang ada di Kota Lama dan juga salah satu stakeholder yang

terlibat dalam pengelolaan Kota Lama secara tidak langsung.

Keterlibatannya dalam pengelolaan Kota Lama adalah dari segi

pengawasan dan juga sebagai pemelihara bangunan tersebut mengingat

statusnya saat ini adalah bangunan konservasi, jadi pemilik bangunan

Page 60: KATA PENGANTAR - STP Bandung

51

tersebut wajib menjaga dan merawat bangunan tersebut sebagaimana

yang disebutkan dalam Perda No. 8 Tahun 2003.

Dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan, pihak Hero Coffee

mendapatkan manfaat yaitu menambah sumber pendapatan dan

menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang tinggal

disekitarnya. Dan jika dilihat dari manfaat yang didapatkan, bisa dilihat

bahwa tingkat ketergantungan Hero Coffee terhadap Kota Lama adalah

100% menjadikan kawasan tersebut menjadi sumber pendapatan.

Pemilik Hero Coffee mengungkapkan, program revitalisasi yang

dilakukan pemerintah membawa dampak buruk pada awalnya, berikut

paparannya:

“…waktu kota lama baru diawal pembenahan, kita pernah

mendapatkan omxet 160 ribu per hari padahal biaya

operasinal untuk café ini membutuhkan 500 ribu sampai

dengan 2,5 juta perhari…” (Bintang, Agustus 2019)

Kerugian yang dialami pun tidak mendapat ganti rugi dari pemerintah,

namun pemerintah memberikan keringanan bagi seluruh pemilik

gedung yaitu potongan sebesar 50% untuk pembayaran Pajak Bumi dan

Bangunan.

Page 61: KATA PENGANTAR - STP Bandung

52

GAMBAR 12

GEDUNG HERO COFFEE

Sumber: Tripadvisor.com

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, wewenang yang dimiliki

pihak Hero Coffe dalam pengelolaan Kota Lama adalah dalam bentuk

perlindungan dan pengamanan objek. Untuk menjaga agar geudng

tetap bersih dan apik, pengelolaan dilakukan secara berkala oleh

pemilik. Hero Coffee juga pernah bekerjasama dengan pemandu lokal

sebagai penyedia tempat untuk kegiatan Coffee Testing untuk

wisatawan yang datang ke Kota Lama.

c. Komunitas

Unsur masyarakat dalam sektor ini diwakilkan oleh beberapa komunitas

yang bergerak cukup aktif didalam pengelolaan Kawasan Kota Lama.

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan 2 informan yaitu dari DMO dan

Pemandu Lokal. Kedua komunitas tersebut adalah yang cukup berperan

dalam pengelolaan Kota Lama, dan bahkan anggotanya dari masing-masing

komunitas tersebut juga merupakan dari masyarakat sekitar Kota Lama

yang peduli dengan pariwisata.

Page 62: KATA PENGANTAR - STP Bandung

53

1) DMO

Dalam pengelolaan kawasan Kota Lama Semarang, pihak DMO ini

berperan cukup banyak untuk kemajuan pariwisata di Kota Lama.

Berdasarkan hasil wawancara, DMO ini merupakan DMO Kota Tua

Jakarta yang diperbantukan untuk Kota Lama Semarang. Bentuk

keterlibatan yang dilakukan dalam bentuk pengorganisasian dan

pelaksanaan, seperti yang dikemukakan langsung oleh informan:

“…di Kota Lama, kami memulai semuanya dari nol. Dan

disini kami bekerjasama juga dengan badan pengelola, dengan

stakeholder lain. Contohnya dengan membuat pelatihan.

Bentuk pelatihannya bermacam-macam, mulai dari pemandu

lokal, make up artist, dan termasuk pelatihan berbahasa

asing…” (Ariawan, Agustus 2019)

Hal ini bisa dilihat dari program kerja yang dibuat oleh DMO itu sendiri

yang berupa tour keliling Kota Lama menggunakan sepeda ontel, vespa

ataupun berjalan kaki.

GAMBAR 13

BROSUR WALKING TOUR

Sumber: Semarangdots

Selain itu, DMO ini juga bekerja sama dengan BPK2L selaku badan

pengelola dan HPI untuk memeberikan pelatihan kepada masyarakat

Page 63: KATA PENGANTAR - STP Bandung

54

lokal mengenai cara untuk menjadi pemandu lokal. Pemandu yang

memandu di kawasan Kota Lama diberikan pelatihan selama 3 bulan

untuk dapat menguasai materi-materi tentang pariwisata dan kawasan

Kota Lama.

Terkait dengan wewenang yang dimiliki DMO dalam pengeloaan Kota

Lama cenderung tidak ada untuk pengambilan keputusan atau tindakan,

namun untuk wewenang perlindungan dan pengamanan objek wisata

merupakan tanggung jawab bersama termasuk DMO. Peran DMO di

Kota Lama lebih kepada pemberdayaan masyarakat lokal yang ada

disana tujuannya adalah, agar ketika kawasan Kota Lama sudah selesai

dan siap untuk menjadi kawasan pariwisata, masyarakatnya nya pun

dalam keadaan siap untuk menerima wisatawan. Penguasaan sumber

daya yang dimiliki DMO adalah berupa tenaga kerja atau SDM dan

bentuk keahlian yang dimilikinya adalah berupa tenaga kerja lapangan.

2) Pemandu Lokal

Pemandu lokal merupakan sebuah komunitas yang terdiri dari

masyarakat sekitar Kawasan Kota Lama yang bekerja sebagai pemandu

wisata dan terlibat secara tidak langsung dalam pengelolaan Kota

Lama. Bentuk keterlibatan komunitas ini dalam pengelolaan adalah

berupa pelaksanaan dalam menemani wisatawan untuk berkekliling

Kota Lama. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, komunitas ini juga

bekerja sama dengan HPI, DMO dan BPK2L untuk sertifikasi dan

pelatihan pemandu lokal yang ada di Kota Lama.

Page 64: KATA PENGANTAR - STP Bandung

55

Manfaat yang didapatkan dari keterlibatan dalam pengelolaan Kota

Lama adalah terbukanya lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar,

karena siapapun bisa menjadi pemandu lokal dan pelatihan yang

dilakukan tidak memungut biaya sama sekali. Selanjutnya

bertambahnya pendapatan masyarakat, hal ini karena setiap pemandu

lokal yang membawa wisatawan untuk berkeliling Kota Lama, uang

yang diterima semuanya murni untuk pemandu lokal yang memandu

pada saat itu. Biaya yang dipatok untuk merasakan walking tour di Kota

Lama berkisar Rp. 50,000/orang.

GAMBAR 14

WALKING TOUR BERSAMA PEMANDU LOKAL

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

Pemandu lokal dalam pengelolaan Kota Lama tidak memiliki banyak

andil, begitu pula dengan wewenang yang dimiliki, seperti yang

dikemukakan salah satu pemandu lokal, berikut:

“…disini kita selain menawarkan jasa yaitu memandu, kita

juga membeantu dalam segi promosi. Namun untuk

pengelolaan Kota Lama, kita tidak terlibat langsung dan tidak

se-rinci itu. Karena biasanya yang mengambil keputusan

langsung dari pusat bukan dari kita…” (Dea, Agustus 2019)

Page 65: KATA PENGANTAR - STP Bandung

56

Namun, menjaga dan memelihara kawasan kota lama menjadi

tanggung jawab semua stakeholder. Dan juga sebagai pemandu lokal

fungsinya adalah memperkenalkan kawasan kota lama kepada

wisatawan agar mendapatkan informasi mengenai destinasi tersebut.

Sumber daya yang dimiliki oleh berupa SDM atau pemandu lokal yang

bekerja menemani wisatawan dan keahlian yang dimiliki adalah

sebagai seorang tenaga kerja lapangan.

Pemandu lokal dibawah bimmbingan HPI memiliki tanggung jawab

untuk melatih dan mengembangkan kapasitas masyarakat untuk

menjadi pemandu lokal yang baik, dan memantau keberlanjutan dari

program walking tour yang sudah berjalan saat ini.

d. Media

Media berperan sangat aktif dalam pengembangan kawasan Kota Lama.

Banyak hal-hal yang dilakukan media hingga Kota Lama menjadi ramai

dengan pengunjung sampai sekarang salah satunya adalah kegiatan

promosi. Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan 2 informan dari sektor

media yaitu Jateng Today dan Tribun Jateng.

1) Jateng Today

Jateng Today adalah media berita berbasis online yang menempati

salah satu gedung cagar budaya di Kota Lama sebagai kantor

redaksinya. Salah satu bentuk keterlibatan Jateng Today sebagai media

dalam pengelolaan Kota Lama adalah dari segi pengawasan. Sesuai

dengan peran dari media itu sendiri, Jateng Today berperan sebagai

Page 66: KATA PENGANTAR - STP Bandung

57

penyampai informasi mengenai event yang terjadi di Kota Lama,

update mengenai revitalisasi, dan mengkritisi hal-hal yang terkait di

Kota Lama.

GAMBAR 15

RUBRIK KOTA LAMA

Sumber: Jatengtoday.com, 2019

Bentuk publikasi yang dilakukan oleh Jateng Today berupa membuat

rubrik khusus di website jatengtoday.com yang berisikan artikel-artikel

mengenai Kota Lama. Sebagai media, yang dilakukan Jateng Today

tidak hanya menyampaikan berita tetapi mereka juga memiliki acara

tahunan yang diselenggarakan di Kota Lama. Hal ini pun disampaikan

oleh pimpinan redaksi dari jateng today, berikut paparannya:

“…kita beberapa kali membuat event disini. Seperti pada saat

kita ulang tahun, kita mengadakan lomba melukis becak-

becak. Event tersebut dilaksanakan tiap tahun. Lomba ini

dibuat untuk memberdayakan para tukang becak yang ada

disini agar mereka dapat sekaligus mempercantik becak

mereka. Dan diharapkan dapat menjadi pemandu wisata bagi

wisatawan yang datang…” (Ricky, Agustus 2019)

Page 67: KATA PENGANTAR - STP Bandung

58

GAMBAR 16

LOMBA MELUKIS BECAK

Sumber: jatengtoday.com

Manfaat yang didapatkan dari keterlibatan ini adalah bertambahnya

pedapatan redaksi seiiring dengan bertambahnya viewers dan iklan

yang masuk dari artikel-artikel yang ditulis mengenai Kota Lama.

Sebagai media, wewenang yang dimiliki Jateng Today dalam

pengelolaan adalah penyediaan data dan informasi terkait kawasan

Kota Lama, namun untuk saat ini media tidak ikut terlibat dalam

pengambilan keputusan terkait pengelolaan di Kota Lama karena itu

merupakan wewenang dari badan pengelola dan instansi pemerinta

lainnya. Sedangkan untuk dimensi penguasaan sumber daya, Jateng

Today memiliki SDM, informasi dan dilihat dari event yang diadakan,

redaksi ini juga memiliki kekuatan dari segi finansial.

2) Tribun Jateng

Media selanjutnya dalah Tribun Jateng. Keterlibatan media in dalam

pengelolaan Kota Lama adalah dari segi pengawasan yaitu dengan

Page 68: KATA PENGANTAR - STP Bandung

59

mengontrol segala perkembangan yang terjadi di Kota Lama terutama

mengenai revitalisasi. Tribun Jateng juga mempunyai halaman di

website mereka yang dikhususkan untuk warga Kota Semarang yang

memiliki keluhan yang nantinya keluhan tersebut akan diteruskan ke

pemerintah.

Bentuk publikasi yang dilakukan ada bermacam-macam, mulai dari

publikasi artikel online di website, media sosial seperti instagram,

video youtube, dan media cetak seperti koran.

GAMBAR 17

ARTIKEL KOTA LAMA DI TRIBUN JATENG

Sumber: jateng.tribunnews.com, 2019

Namun, berbeda dengan media sebelumnya Tribun Jateng tidak

memiliki program khusus terkait dengan pengelolaan di Kota Lama.

Walaupun tidak terlibat secara langsung dalam pengelolaan Kota

Lama, tribun jateng masih mendapatkan manfaat dari liputan yang

dibuat mengenai Kota Lama yaitu bertambahnya pendapatan redaksi

dari biaya iklan yang masuk dan jumlah viewers yang akan berdampak

kepada popularitas redaksi.

Page 69: KATA PENGANTAR - STP Bandung

60

Sama seperti media sebelumnya, wewenang yang dimiliki Tribun Jateng

dalam pengelolaan kawasan Kota Lama adalah penyediaan data dan

informasi terkait dengan Kota Lama sesuai dengan fungsi media yang

seharusnya. Wewenang yang dimiliki Tribun Jateng sebagai media yang

terlibat secara tidak langsung dalam pengelolaan Kota Lama ada

penyediaan data dan informasi mengenai kawasan Kota Lama.

Sedangkan untuk bentuk keahlian yang dimiliki Tribun Jateng rata-rata

adalah tenaga kerja lapangan atau reporter yang diberi tugas untuk

meliput segala sesuatu yang ada di Kota Lama. Berbeda dengan Jateng

Today, redaksi Tribun Jateng tidak memiliki kompensasi atau imbalan

apapun yang diberikan dalam pengelolaan Kota Lama seperti acara atau

kegiatan lainnya.

e. Akademisi

Sektor terakhir yang terlibat dalam pengelolaan kawasan Kota Lama

adalah Akademisi. Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan 2 informan

dari sektor akademisi yaitu dari Universitas Diponegoro dan Unika

Soegijapranata Semarang.

1) Universitas Diponegoro

Universitas Dipenegoro ikut serta dalam pengelolaan kawasan Kota

Lama, walaupun tidak terlibat secara langsung namun perannya sangat

berdampak besar bagi pengembangan di Kawasan Kota Lama. Bentuk

keterlibatan akademisi dari Universitas Diponegoro dalam pengelolaan

Kota Lama seperti yang dipaparkan dari dosen planologi UNDIP

berikut ini:

Page 70: KATA PENGANTAR - STP Bandung

61

“…kita banyak dimintai bantuan oleh pmerintah kota

Semarang untuk misalnya masalah penataan sinage atau

reklame di kawasan Kota Lama agar tidak merusak atau

menggangu keberadaan bangunan-bangunan cagar budaya

hal itu kami paparkan berdasarkan kacamata akademisi

khususnya sebagai planner…” (Rina, Agustus 2019)

Berdasarkan pemaparan tersebut bisa dilihat peran sebagai akademisi

adalah memberikan masukan yang relevan dari segi perencanaan

kawasan yang dilakukannya terkait dengan kondisi lapangan yang

mengacu kepada teori-teori atau literature yang ada. Contoh dari

keterlibatannya adalah, Universitas Diponegoro adalah salah satu yang

terlibat dalam pembuatan OUV atau Outstanding Universal Value

untuk kawasan Kota Lama yang akan diajukan sebagai kawasan world

heritage site ke UNESCO.

Selain itu, akademisi UNDIP juga melakukan penelitian-penelitian

yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswanya dan banyak mengambil

isu terkait Kota Lama yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan

dalam pengembangan Kota Lama.

Walaupun sudah ikut terlibat dalam pengelolaan Kota Lama, akademisi

tidak memiliki wewenang dalam pengelolaan Kota Lama seperti untuk

mengambil keputusan atau tindakan ataupun wewenang untuk

pembangunan sarana dan prasarana yang ada. Bentuk keahlian yang

dimiliki sebagai akademisi adalah peneliti atau pengkaji yang

ikutsertakan dalam perencanaan kawasan.

Kegiatan lain yang dilakukan adalah mengadakan acara di Kota Lama

seperti Disposition yaitu kegiatan yang dikelola oleh Himpunan

Page 71: KATA PENGANTAR - STP Bandung

62

Mahasiswa Planologi untuk mengadakan workshop, talkshow, dan juga

pameran yang bertemakan tentang “Konservasi Kawasan Bersejarah”.

2) Unika Soegijapranata Semarang

UNIKA merupakan salah satu universitas yang banyak melakukan

kegiatan di kawasan Kota Lama, seperti penelitian, pameran dan

kerjasama lainnya bersama dengan badan pengelola. Peneltian yang

dilakukan mengkaji tentang bagaimana sejarah dari Kota Lama sampai

kepada pengelolaan dari kawasan cagar budaya yang sesuai seperti apa

dan memberikan masukan kepada instansi pemerintah berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukannya tersebut. selanjutnya, UNIKA juga

terlibat dalam pembuatan salah satu dokumen mengenai

“Pengembangan Strategi Pengurangan Resiko Bencana (PRB) untuk

Kawasan Kota Lama Semarang” yang bekerja sama dengan

Pemerintah Kota Semarang dan BPK2L dan didanai oleh United

Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization. Tujuan

dibuatnya strategi ini adalah untuk meminimalisir dampak bencana

yang disebabkan oleh alam ataupun manusia.

Walalupun dengan keterlibatan yang begitu banyak dari sisi akdemisi,

namun menurut wawancara yang dilakukan pihak UNIKA tidak

memiliki wewenang dalam pengelolaan Kota Lama seperti untuk

mengambil keputusan atau tindakan ataupun wewenang untuk

pembangunan sarana dan prasarana yang ada. Bentuk keahlian yang

dimiliki sebagai akademisi adalah peneliti atau pengkaji yang ikut

sertakan dalam perencanaan kawasan. Dalam pengelolaannya, ada

Page 72: KATA PENGANTAR - STP Bandung

63

beberapa kendala yang dihadapi akademisi di lapangan contohnya

adalah penerapan konsep-konsep atau teknis yang harus menyesuaikan

dengan keadaan lapangan yang membuat harus adanya penyesuaian

agar kaidah-kaidah pengelolaan kawasan cagar budaya tetap terjaga.

B. Pembahasan

1. Kondisi Stakeholder di Kawasan Kota Lama Semarang

Berdasarkan hasil temuan di lapangan terdapat 12 stakeholder yang terlibat.

Official Development Assistance (1995) mengelompokkan stakeholder tersebut

kedalam 3 kategori yaitu; stakeholder primer, stakeholder sekunder, dan

stakeholder kunci. Berikut adalah tabel penggolongan stakeholder berdasaran

kategorinya di dalam pengelolaan Kawasan Kota Lama Semarang.

TABEL 10

PENGGOLONGAN STAKEHOLDER

Stakaholder Primer Stakeholder Sekunder Stakeholder Kunci

Dinas

Kebudayaan dan

Pariwisata Kota

Semarang

Dinas Penataan

Ruang Kota

Semarang

Badan

Perencanaan dan

Pembangunan

Daerah

(BAPPEDA)

Café Tekodeko

Hero Coffee

DMO

Pemandu Lokal

Universitas

Diponegoro

Unika

Soegijapranata

Semarang

Badan

Pengelola

Kawasan Kota

Lama (BPK2L)

Sumber: Olahan Peneliti, 2019

Page 73: KATA PENGANTAR - STP Bandung

64

2. Peran Stakeholder dalam Pengelolaan Kawasan Kota Lama Semarang

Menurut Gibson (2000) dan Hetifah (2003:3) berpendapat bahwa

stakeholder adalah kelompok adatau individu yang berinteraksi dengan

organisasi atau memiliki interdependensi dan individu atau kelompok manapun

yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi (secara positif atau negatif) oleh

tindakan, keputusan, kebijakan, praktik, atau sasaran organisasi. Dalam

pengelolaan Kawasan Kota Lama, melibatkan banyak stakeholder yang

memiliki tingkat kepentingan dan pengaruhnya masing-masing.

Brandwell dan Sharman (1999) mengatakan kolaborasi yang positif antar

stakeholder akan menciptakan banyak manfaat bagi suatu destinasi seperti

menghindari biaya di masa depan, memastikan legistimasi politik,

meningkatkan koordinasi kebijakan dan menambah nilai bagi para stakeholder.

Dalam pelaksanaannya, BPK2L tidak hanya bekerja sendiri tetapi dibantu

juga dengan dinas-dinas lainnya. Salah satu strategi yang dicanangkan oleh

pemerintah dalam pengembangan pariwisata adalah dengan melalui

penggunaan kolaborasi model Pentahelix. Model pentahelix ini pertama kali

dikemukakan oleh Menteri Pariwisata Indonesia Arief Yahya yang dituangkan

kedalam Peraturan Mentri (Permen) Pariwisata Republik Indonesia Nomor 14

tahun 2016 tentang pedoman destinasi pariwisata berkelanjutan. Dalam model

pentahelix pariwisata terdapat lima publik utama didalamnya yaitu Pemerintah,

Bisnis, Masyarakat, Media dan Akademisi.

Page 74: KATA PENGANTAR - STP Bandung

65

a. Pemerintah

Menurut Swarbrooke (1999:87) alasan mengapa sektor publik harus

menjadi leading sector dalam pengembangan pariwisata karena sektor

publik mewakilkan seluruh populasi tidak hanya beberapa kelompok atau

stakeholder, sektor publik juga tidak memihak kepada siapapun baik dalam

hal komersil atau melindungi suatu kelompok, dan yang terakhir sektor

publik tidak dibatasi oleh finansial dalam jangka pendek karena sektor

publik dapat mengambil keputusan jangka panjang.

Keterlibatan pemerintah sangatlah besar dalam pengelolaan kawasan

Kota Lama, namun dalam pelaksanaannya terjadi tumpang tindih antar

dinas terkait dikarenakan adanya hambatan berupa komuikasi dan

koordinasi antar stakeholder. Beberapa dari instansi pemerintah pun tidak

melaksanakan yang sebagaimana mestinya seperti yang tercantum dalam

tupoksi.

Hausler et al (2013) mengemukakan bahwa pemenrintah memiliki

peran sebagai berikut;

Melakukan koordinasi dan pengelolaan di destinasi

Pemerintah sudah melakukan upaya untuk dapat berkoordinasi

dengan baik antar stakeholder dengan membuat badan pengelola

khusus yaitu BPK2L yang fungsinya untuk mengatur Kawasan

Kota Lama baik untuk masalah internal maupun eksternal.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, fungsi koordinasi ini

tidak berjalan baik karena ada beberapa dalam pengambilan

Page 75: KATA PENGANTAR - STP Bandung

66

keputusan contohnya pada kasus yang terjadi antara sektor bisnis

dan pemerintah.

Menciptakan dan memelihara lingkungan yang ada di suatu

destinasi

Untuk menciptakan dan memelihara pihak yang terlibat dalam

pengelolaan namun tidak diikutsertakan lingkungan di sekitar

kawasan kota lama, pemerintah membuat Perda No. 8 Tahun 2003

tentang Rencana Tata Kelola Bangunan dan Lingkungan Kawasan

Kota Lama yang didalamnya mengatur tentang bagaimana

pembangunan Kota Lama harus dilakukan dan detail-detail dari

pemanfaatan ruangnya. Sehingga, segala bentuk pembangunan

yang ada tidak boleh menyalahi Perda tersebut. Selain itu,

berdasarkan hasil wawancara dengan sektor bisnis selaku pemilik

gedung, pemerintah memberikan kompensasi berupa potongan

harga sebesar 50% untuk pembayaran PBB bagi para pemilik

gedung

Pemasaran dan promosi

Pemerintah melalui Dinasi Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Semarang sudah melakukan beberapa kegiatan promosi untuk Kota

Lama. Diantaranya adalah pembuatan brosur, pamflet dan

menggelar event seperti Symphony Kota Lama yang merupakan

rangkaian acara dari Festival Kota Lama yang diadakan tiap

tahunnya.

Page 76: KATA PENGANTAR - STP Bandung

67

Mengidentifikasi elemen-elemen di destinasi

Sebelum adanya program revitalisasi yang dilakukan oleh

pemerintah, kawasan kota lama adalah suatu kawasan kumuh,

tingkat kriminalitas yang tinggi dan banyak dijadikan sebagai

tempat berjudi atau sambung ayam dan prostitusi. Namun, setelah

adanya revitalisasi kota lama berubah menjadi lebih baik dan

semakin banyak dikunjungi oleh wisatawan. Saat ini, dengan

masuknya Kota Lama sebagai salah satu nominasi Tentative List of

World Heritage UNESCO pemerintah kota Semarang berniat untuk

mengangkat tema mengenai sejarah jalur gula yang pernah menjadi

bagian penting dari Kota Semarang.

Perencanaan dan penelitian

Perencanaan dan penelitian untuk kawasan kota lama Semarang

pemerintah melibatkan akademisi didalamnya. Namun berdasarkan

dari hasil wawancara, pihak akademisi merasa ada hambatan dalam

penerapan aturan, konsep-kosep dan literatur karena tidak

semuanya bisa diterapkan oleh pemerintah di Kota Lama, maka

dari itu perlu adanya penyesuaian dengan kebijakan yang ada.

Membangun kemitraan

Pemerintah sudah mencoba untuk melakukan kerjasama denga

pihak sektor swasta atau pemilik gedung melalui BPK2L untuk

berkoordinasi supaya para pemilik gedung mau merehabilitasi

bangunan miliknya agar tidak dibiarkan menjadi rusak. Usaha

tersebut sudah membuahkan hasil, terbukti dari beberapa pemilik

Page 77: KATA PENGANTAR - STP Bandung

68

bangunan ada yang bersedia memperbaiki bangunan dan saat ini

penerintah Kota Semarang mengelola 3 bangunan di Kota Lama

dan 2 diantaranya statusnya dipinjamkan.

Hubungan dengan masyarkat

Pemerintah menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar kota

lama dengan cara membuat gedung milik PT. Telkom yang

dipinjamkan ke pemerintah Kota Semarang untuk digunakan

sebagai galeri usaha kecil mengengah (UKM) untuk mewadahi

pengusaha-pengusaha kecil.

Mengembangkan produk

Pemerintah juga memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan

produk wisata dan infrastruktur yang ada di sebuah destinasi.

Dengan adanya bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat

(PUPR) komponen infrastruktur yang diperbaiki adalah dari

drainase, dakting (semua kabel dimasukkan kedalam tanah), paving

jalan, dan menambah folder menjadi 2 untuk antisipasi banjir.

Berdasarkan hasil penelitian, sektor pemerintah sudah mulai

menjalankan perannya dengan maksimal. Namun yang masih menjadi

kendala adalah dari segi koordinasi antar stakeholder yang masih cenderung

bersifat satu arah.

b. Bisnis

Freyer (1993) mengelompokkan sektor swasta ke dalam dua golongan

utama, yaitu; 1) Pelaku Langsung, yaitu usaha-usaha yang menawarkan jasa

secara langsung kepada wisatawan atau jasa nya yang langsung dibutuhkan

Page 78: KATA PENGANTAR - STP Bandung

69

oleh wisatawan. Contohnya, hotel, restoran, biro perjalanan, pusat informasi

wisata, atraksi hiburan. 2) Pelaku tidak langsung, yakni usaha yang

mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung

mendukung pariwisata, contohnya, usaha kerajinan tangan, penerbit buku,

atau lembar penduan wisata.

Usaha pariwisata yang menjadi informan untuk penelitian ini berasal

dari dua café yang terdapat di kawasan Kota Lama yaitu Tekodeko dan Hero

Coffee. Keterlibatan mereka dalam pengelolaan Kota Lama tidak secara

langsung, namun status mereka saat ini juga sebagai pemilik gedung cagar

budaya yang menjadi tempat café tersebut beroperasi.

Berdasarkan peran-peran dari pihak bisnis yang dipaparkan pada BAB II,

pihak swasta telah melakukan beberapa peran diantaranya adalah

bertanggung jawab untuk rehabilitasi dan memelihara bangunan cagar

budaya. Peran tersebut juga sejalan dengan Perda No. 8 Tahun 2003

mengenai RTBL Kota Lama Semarang. Peran yang telah dilakukan oleh

sektor bisnis dalam pengelolaan kawasan Kota Lama belum terlalu terlihat

karena sebagian besar hal tersebut dilakukan oleh sektor pemerintah.

Pihak swasta juga mengakui bahwa ada kendalah yang dihadapi yaitu

masih kurangnyanya koordinasi yang terjadi antara pemerintah dengan

pihak swasta. Hal ini dibuktikan dengan kerugian yang dialami usaha-usaha

pariwisata lainnya dikarenakan revitalisasi yang dilakukan melumpuhkan

aktivitas yang ada di Kota Lama. Terkait dengan hambatan itu, pihak swasta

berharap agar kedepannya koordinasi yang terjalin bisa menjadi lebih baik

Page 79: KATA PENGANTAR - STP Bandung

70

agar tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan dari pengembangan kota

lama ini.

c. Masyarakat

Menurut Dongier et al (2012) masyarakat harus dilibatkan dalam

perencanaan, pengelolaan, dan pengambilan keputusan dalam

pembangunan pariwisata. Ada beberapa keuntungan yang didapatkan

apabila melibatkan masyarakat dalam prosesnya yaitu masyarakat lokal

dianggap lebih mengetahui tenntang dearah yang ditinggalinya.

Dalam pengelolaan kawasan kota lama, ada beberapa komunitas yang ikut

terlibat didalamnya. Menurut Swarbrooke (1999) terdapat salah satu peran

yang seharusnya dimiliki oleh masyarakat yaitu kontrol penuh terhadap

kebijakan dan peraturan yang ada di dearahnya. Namun yang terjadi di

lapangan adalah komunitas tidak memiliki kedudukan yang cukup kuat

dalam pengelolaan kota lama. Hal ini tidak sejalan dengan peran ideal yang

seharusnya dimiliki komunitas.

Bentuk keterlibatan komunitas dalam pengelolaan adalah dengan

keikutsertaan dalam rapat-rapat internal yang diadakan oleh badan

pengelola, namun untuk pelaksanaan lebih lanjut dilakukan oleh

pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa peran komunitas hanya sekedar

memberikan ide atau gagasan didalam rapat namun tidak ada yang

menjamin bahwa ide atau gagasan tersebut dipakai untuk membuat

kebijakan.

Gow dan Vansant’s (1983:427) menyatakan bahwa keterlibatan adalah

suatu kondisi yang diperlukan bagi masyarakat lokal untuk mengelola

Page 80: KATA PENGANTAR - STP Bandung

71

urusan mereka, mengatur lingkungan mereka, dan meningkatkan

kesejahteraan diri mereka sendiri. Dilihat dari kondisi saat ini, masyarakat

kurang terlibat dalam pengelolaan di Kawasan Kota Lama. Komunikasi

antara pemerintah dan komunitas sudah terjalin tetapi masih bersifat satu

arah dan apabila hal ini terus berlanjut maka akan ada kemungkinan bahwa

perubahan yang dirasakan masyarakat dari keikutsertaan dalam pengelolaan

Kota Lama akan sangat kecil.

d. Media

Media dapat memainkan peran utama dalam mengembangkan

pariwisata yang berkelanjutan karena media memiliki pengruh besar

terhadap perilaku wisatawan, khususnya travel media Hubungan antara

pariwisata dengan media menjadi sangat penting dan kompleks. Pariwisata

sangat bergantung kepada liputan yang dibuat oleh media, karena keputusan

untuk berkunjung dibuat oleh wisatawan yang belum pernah berkunjung ke

destinasi tersebut. Saat ini, media yang ikut terlibat dalam pengelolaan kota

lama adalah dari Jateng Today dan Tribun Jabar, keterlibatannya adalah

dalam bentuk liputan-liputan yang dibuat mengenai Kota Lama.

Swarbrooke (1999) mengatakan media juga berperan penting dalam hal

membentuk perilaku wisatawan dan meningkatkan kesadaran terhadap isu-

isu yang terkait dengan pariwisata berkelanjutan. Keterlibatan media dalam

pengelolaan Kawasan Kota Lama adalah sebagai penyampai informasi,

contohnya seperti perkembangan revitalisasi yang sedang berlangsung.

Selain itu, media juga berperan sebagai pihak yang mengontrol jalannya

program tersebut dan pengkritik atas isu-isu yang terjadi di Kota Lama.

Page 81: KATA PENGANTAR - STP Bandung

72

Berita-berita yang disampaikan oleh media dapat di pertanggung

jawabkan kebenarannya karena informasi yang didapatkan langsung berasal

dari sumbernya. Hal ini guna menghindari penilaian objektif terhadap suatu

isu dan pembuatan berita yang tidak berdasarkan kepada kenyataan di

lapangan. Berita ini juga bisa menjadi acuan informasi untuk wisatawan

yang ingin berkunjung ke Kota Lama karena publikasi yang disampaikan

menggunakan banyak platform seperti rubrik khusus, sosial media seperti

instagram maupun youtube dan bahkan sampai ke media cetak yaitu koran.

Walaupun dalam pengelolaan kota lama, media tidak banyak

dilibatkan, namun publikasi yang dilakukan dapat mempengaruhi jumlah

kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kota Lama Semarang karena

publikasi yang dilakukan merupakan salah satu kegiatan promosi yang

secara tidak langsung sudah terjadi.

e. Akademisi

Akademisi berperan menyediakan sumber daya manusia pariwisata

professional sesuai kebutuhan sosial dan bisnis/industri dan karakter daya

tarik serta sosial masyarakat lokal. Akademisi juga berperan melakukan

studi-studi atau kajian tentang pariwisata.

Keterlibatan akademisi saat ini dalam pengelolaan kawasan kota lama

tidak secara langsung. Swarbrooke (1999) menjelaskan mengenai peran-

peran yang seharusnya dilakukan akademisi dalam pengembangan

pariwisata, yaitu;

Page 82: KATA PENGANTAR - STP Bandung

73

Membandingkan dampak pariwisata yang dapat membantu

mengembangkan cara standar yang umum dalam menilai suatu

dampak.

Penelitian tentang cara kerja industri pariwisata dalam

meningkatkan pemahaman tentang bagaimana pariwisata harus

dikelola untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Penelitian lebih lanjut tentang perilaku wisatawan agar dapat

memahami motivasi mereka dan proses pembuatan keputusan.

Studi longitudinal atau penelitian yang melibatkan pengamatan

berulang antara pariwisata di destinasi individu dan perilaku dari

segmen pasar.

Dari peran-peran yang disebutkan diatas, masih banyak yang belum

dilakukan oleh akademisi. Posisi akademisi saat ini dalam pengeloaan

kawasan kota lama hanya sebagai narasumber yang dimintai pendapat

mengenai perencanaan kawasan untuk kota lama berdasarkan literatur,

konsep dan best practice yang ada. Masukan-masukan yang diberikan oleh

akademisi nantinya akan menjadi bahan evaluasi lebih lanjut oleh

pemerintah.

Banyaknya peran-peran yang belum dilakukan oleh akademisi

disebabkan karena pemerintah kurang melibatkan akademisi didalamnya,

contohnya untuk pembuatan dokumen Dossier untuk pengajuan Kota Lama

Semarang sebagai World Heritage List UNESCO. Hal ini sangat

disayangkan mengingat kapasitas yang dimiliki akademisi sebagai

peneliti/pengkaji dapat berguna untuk perencanaan kawasan yang matang.

Page 83: KATA PENGANTAR - STP Bandung

74

3. Klasifikasi Stakeholder

Dalam sub-bab ini akan dijelaskan mengenai klasifikasi stakeholder yang

dibedakan menurut tingkat pengaruh dan kepentingan dalam pengelolaan

kawasan kota lama Semarang. Pengukuran tingkat pengaruh dalam pengelolaan

kawasan kota lama menggunakan lima variabel yang meliputi Pengaruh

kewenangan, pengaruh keberlanjutan program, penguasaan sumber daya,

bentuk keahlian, kekuatan kompensasi (Galbraith 1983 dalam Reed et al 2009).

Pengukuran tingkat kepentingan stakeholder dalam pengelolaan kawasan kota

lama menggunakan lima variabel yang meliputi Keterlibatan stakeholder,

program kerja stakeholder, manfaat pengelolaan, tingkat ketergantungan

stakeholder, dan kesesuaian tupoksi stakeholder. Hasil dari perhitungan tingakt

pengaruh dan kepentingan masing-masing sebagai berikut;

TABEL 11

HASIL PERHITUNGAN NILAI TINGKAT KEPENTINGAN

STAKEHOLDER

No. Stakeholder Nilai

Total Keterangan K1 K2 K3 K4 K5

1 Badan Pengelola Kawasan

Kota Lama (BPK2L) 3 3 2 1 2 11

K1= Pengorganisasian,

pelaksanaan dan

pengawasan

K2= inventarisasi,

perlindungan kawasan

K3= mendorong

pembangunan daerah

K4= <21% pendapatan

K5= >20% tupoksi

2 Dinas Pariwisata Kota

Semarang 2 2 2 1 1 8

K1= perencanaan,

evaluasi, pelaksana

K2= event

K3= mendorong

pembangunan daerah,

promosi

K4= <21% pendapatan

K5= 11-15% tupoksi

Page 84: KATA PENGANTAR - STP Bandung

75

TABEL 11

HASIL PERHITUNGAN NILAI TINGKAT KEPENTINGAN

STAKEHOLDER

(LANJUTAN) No. Stakeholder Nilai Total Keterangan

3 Dinas Penataan Ruang Kota

Semarang 4 3 2 1 3 12

K1= perencanaan,

pelaksanaan

K2= revitalisasi

K3= mendorong

pembangunan daerah

K4= <21% pendapatan

K5= 11-15% tupoksi

4

Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah

(Bappeda)

2 1 2 1 1 7

K1= perencanaan,

pengawasan,

pengorganisasian

K2= perlindungan

K3= mendorong

pembangunan daerah

K4= <21% pendapatan

K5= 11-15% tupoksi

5 Café Tekodeko 2 2 3 5 1 13

K1= pengawasan

K2= rehabilitasi,

perlindungan

K3= sumber

pendapatan, lapangan

pekerjaan

K4=100% pendapatan

K5= <5% tupoksi

6 Hero Coffee 2 2 3 5 1 13

K1= pengawasan

K2= rehabilitasi,

perlindungan

K3= sumber

pendapatan, lapangan

pekerjaan

K4= 100% pendapatan

K5= <5% tupoksi

8 DMO 3 2 2 1 1 9

K1= pengorganisasian,

pelaksanaan

K2= edukasi

K3= menambah

akses/jaringan

K4= <21% pendapatan

K5= <5% tupoksi

Page 85: KATA PENGANTAR - STP Bandung

76

TABEL 11

HASIL PERHITUNGAN NILAI TINGKAT KEPENTINGAN

STAKEHOLDER

(LANJUTAN)

No. Stakeholder Nilai Total Keterangan

9 Pemandu Lokal 2 2 4 5 1 14

K1= pelaksanaan

(guide)

K2= edukasi

K3= pendapatan,

lapangan pekerjaan,

promosi

K4=100% pendapatan

K5= <5% tupoksi

10 Jateng Today 2 2 3 2 1 10

K1= pengawasan

K2= penyelenggaraan

event

K3= pendapatan,

promosi

K4= 21-40%

pendapatan

K5= <5% tupoksi

11 Tribun Jateng 2 2 3 2 1 10

K1= pegawasan

K2= edukasi (ttg

kawasan)

K3= pendapatan,

promosi

K4= 21-40%

pendapatan

K5= <5% tupoksi

12 Universitas Diponegoro 2 2 2 1 1 8

K1= perencanaan

K2= penelitian

K3= membuka akses

K4= <21% pendapatan

K5= <5% tupoksi

13 Unika Soegijapranata

Semarang 2 2 2 1 1 8

K1= perencanaan

K2= penelitian

K3= membuka akses

K4= <21% pendapatan

K5= <5% tupoksi

Sumber: Olahan Peneliti, 2019

Keterangan: K1 = Keterlibatan stakeholder; K2 = Program Kerja; K3 = Manfaat Pengelolaan; K4 =

Tingkat ketergantungan; K5 = Kesesuaian tupoksi

Page 86: KATA PENGANTAR - STP Bandung

77

TABEL 12

HASIL PERHITUNGAN NILAI TINGKAT PENGARUH STAKEHOLDER

No. Stakeholder Nilai

Total Keterangan P1 P2 P3 P4 P5

1 Badan Pengelola Kawasan

Kota Lama (BPK2L) 5 3 4 2 2 16

P1= keputusan,

perlindungan, perijinan,

penyedia data

P2= mengadakan forum,

memantau

P3= SDM, aturan

kelembagaan, informasi

P4= Tenaga kerja lap

P5= pemberian kegiatan

(pelatihan)

2 Dinas Pariwisata Kota

Semarang 2 2 3 2 2 11

P1= penyedia data

P2= memantau

P3= fisik, SDM

P4= Tenaga kerja lap

P5= pemberian kegiatan

(event)

3 Dinas Penataan Ruang Kota

Semarang 4 3 3 2 1 13

P1= perbaikan sarana,

keputusan, perlindungan

P2= perbaikan fasilitas,

memantau

P3= SDM, aturan

kelembagaan

P4= Tenaga kerja lap

P5= tidak ada

4

Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah

(Bappeda)

3 3 3 2 1 12

P1= perlindungan,

keputusan

P2= memantau,

mengadakan forum

(rapat)

P3= SDM, aturan

kelembagaan

P4= Tenaga kerja lap

P5= tidak ada

5 Café Tekodeko 2 3 3 2 1 11

P1= perlindungan

P2= memantau,

mengadakan forum

P3= finansial, fisik

P4= pemilik gedung

P5= tidak ada

Page 87: KATA PENGANTAR - STP Bandung

78

TABEL 12

HASIL PERHITUNGAN NILAI TINGKAT PENGARUH STAKEHOLDER

(LANJUTAN) No. Stakeholder Nilai Total Keterangan

6 Hero Coffee 2 3 3 2 2 12

P1= perlindungan

P2= memantau,

mengadakan forum

P3= finansial, fisik

P4= pemilik gedung

P5= pemberian kegiatan

(coffee testing)

8 DMO 2 3 3 2 2 12

P1= perlindungan kawasan

P2= melatih SDM,

memantau program

P3= SDM, informasi

P4= tenaga kerja lap

P5= pemberian kegiatan

9 Pemandu Lokal 1 3 2 2 2 10

P1= perlindungan, penyedia

data

P2= melatih SDM,

memantau program

P3= SDM, informasi

P4= tenaga kerja lap

P5= pemberian kegiatan

10 Jateng Today 2 2 3 2 2 11

P1= penyedia data

P2= memantau program

P3= SDM, informasi

P4= tenaga kerja lap

P5= pemberian kegiatan

11 Tribun Jateng 2 2 3 2 1 10

P1= penyedia data

P2= memantau program

P3= SDM, informasi

P4= tenaga kerja lap

P5= tidak ada

12 Universitas Diponegoro 2 2 2 2 1 9

P1= penyedia data

P2= memantau program

P3= SDM

P4= peneliti

P5= tidak ada

13 Unika Soegijapranata

Semarang 2 2 2 2 1 9

P1= penyedia data

P2= memantau program

P3= SDM

P4= peneliti

P5= tidak ada

Sumber: Olahan Peneliti, 2019

Keterangan: P1 = Pengaruh wewenang; P2 = Pengaruh stakeholder; P3 = Penguasaan sumber daya;

P4 = Bentuk keahlian; P5 = Kekuatan kompensasi

Page 88: KATA PENGANTAR - STP Bandung

79

Hasil analisis stakeholder dikelompokkan menurut tingkat pengaruh dan

kepentingan dengan menggunakan matriks menurut Reed et al (2009) yang

dapat dilihat pada Gambar 18. Matriks pengaruh dan kepentingans stakeholder

tersebut menunjukkan bahwa masing-masing stakeholder memiliki kelompok

yang berbeda sesuai hasil dari penilaian tingkat pengaruh dan kepentingannya

masing-masing dalam pengelolaan kawasan Kota Lama Semarang.

GAMBAR 18

MATRIKS PENGARUH DAN KEPENTINGAN STAKEHOLDER

Sumber: Olahan Peneliti, 2019

Keterangan:

1. BPK2L

2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang

3. Dinas Penataan Ruang Kota Semarang

4. Bappeda Kota Semarang

5. Café Tekodeko

6. Café Hero Coffee

7. DMO

8. Pemandu Lokal

9. Jateng Today

10. Tribun Jateng

11. UNDIP

12. UNIKA

Page 89: KATA PENGANTAR - STP Bandung

80

a. Posisi Kuadran 1 (Subject)

Stakeholder yang termasuk kedalam kelompok Subject adalah Pemandu

Lokal, Café Tekodeko dan Hero Coffee. Kelompok Subject merupakan

klasifikasi stakeholder yang memiliki kepentingan tinggi namun pengaruh

yang rendah dalam pengelolaan Kota Lama. Ketiga stakeholder tersebut

memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dikarenakan Kawasan Kota Lama

merupakan sumber pendapatan mereka sehari-hari. Selain itu, semua

kegiatan yang mereka lakukan bisa bermanfaat karena dapat

mensejahterakan masyarakat disekitarnya dengan pekerjaan yang

ditawarkan. Namun, ketiga stakeholder yang berada di kelompok Subject

memiliki tingkat pengaruh yang rendah karena tidak terlibat langsung

dengan pengelolaan kawasan Kota Lama dan tidak memiliki wewenang

seperti stakeholder lainnya yang terlibat langsung dengan kepengurusan.

Kelompok yang berada pada kuadran ini biasanya tidak memberikan

dampak yang besar kepada pengelolaan namun keberadaannya sangat

bermakna untuk pengelolaan. Karena itu, penting untuk menemukan cara

yang efisien untuk membuat mereka tetap terinformasi dengan baik.

b. Posisi Kuadran 2 (Key Player)

Stakeholder yang termasuk dalam kuadran 2 ini termasuk kedalam

kelompok Key Player yaitu Dinas Penataan Ruang Kota Semarang. Key

Player merupakan klasifikasi stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh

dan kepentingan yang tinggi dalam pengelolaan kawasan Kota Lama

Semarang. Hal ini sesuai dengan keterlibatan stakeholder dalam segi

perencanaan, pelaksanaan. Program revitalisasi yang dilakukan di Kota

Page 90: KATA PENGANTAR - STP Bandung

81

Lama melibatkan banyak pihak dan salah satunya adalah Dinas Penataan

Ruang selain itu Distaru juga mengatur kebijakan mengenai penataan ruang

dan bangunan di Kota Lama yang dikeluarkan dalam dokumen RTBL

sebagai acuan untuk pengembangan di Kota Lama. Sehingga, Distaru

memiliki peran utama dalam pengelolaan Kawasan Kota Lama. Dalam

kelompok ini biasanya stakeholder yang ada didalamnya memiliki

wewenang untuk mengambil keputusan. Keberadaan kelompok ini sangat

penting karena dapat mengembangkan/mempertahankan/ataupun

mengganggu proyek yang sedang berlangsung.

c. Kuadran 3 (Context Setter)

Stakeholder yang termasuk dalam kelompok Context Setter adalah

Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L). Context Setter merupakan

klasifikasi stakeholder yang memiliki tingkat kepentingan rendah namun

memiliki tingkat pengaruh yang tinggi. BPK2L selaku badan pengelola

memiliki banyak wewenang seperti pengambilan keputusan, perlindungan

kawasan, perijinan dan penyedia data atau informasi mengenai kawasan.

Itulah yang menyebabkan BPK2L mempunyai pengaruh yang tinggi dalam

pengelolaan. Untuk keterlibatan BPK2L hanya dari segi pengorganisasian

dan pengawasan karena untuk pelaksanaan lebih banyak dilakukan oleh

Dinas Penataan Ruang. Stakeholder dalam kelompok ini biasanya yang

memiliki wewenang dalam menambil keputusan namun mereka tidak

memiliki kepentingan secara aktif. Biasanya sulit untuk berkomunikasi

secara konsisten dengan kelompok ini. Maka dari itu dibutuhkan strategi

Page 91: KATA PENGANTAR - STP Bandung

82

untuk keterlibatan yang proaktif untuk membuat mereka merasa

keberadaannya dipertimbangkan dan menghindari konflik terbuka.

d. Kuadran 4 (Crowd)

Stakeholder yang termauk dalam kelompok Crowd adalah Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Bappeda Kota Semarang,

DMO, Jateng Today, Tribun Jateng, UNDIP, dan UNIKA. Kelompok

Crowd merupakan klasifikasi stakeholder yang memiliki pengaruh dan

kepentingan yang rendah. Para stakeholder tersebut belum berperan secara

signifikan dalam pengelolaan kawasan Kota Lama dikarenakan tidak

memiliki wewenang apapun, dan keterlibatannya hanya dari segi

pengawasan, pelaksanaan, ataupun saran mengenai perencanaan kawasan

yang dilakukan oleh para akademisi. Biasanya stakeholder yang termasuk

dalam kelompok ini tidak terlibat aktif dalam pengelolaan. Namun,

keberadaan stakeholder ini harus tetap dipantau karena akan ada

kemungkinan stakeholder tersebut berpindah ke kategori yang lainnya.

Page 92: KATA PENGANTAR - STP Bandung

83

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat 12 stakheolder

yang terlibat didalam pengelolaan kawasan Kota Lama dan terdiri dari beberapa

sektor yaitu sektor Pemerintah, Bisnis, Komunitas, Media, dan Akademisi.

Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan Kota Lama sudah berupaya dengan

baik, namun ada beberapa stakeholder yang pada pelaksanaanya dalam pengelolaan

kawasan Kota Lama tidak dilibatkan secara langsung. Dari hasil penelitian

didapatkan seperti berikut ini;

1. Sektor pemerintah sudah menjalankan perannya dengan maksimal yang

melibatkan beberapa pihak-pihak didalamnya. Selain itu pengaruh yang

dimiliki oleh pemerintah juga cukup tinggi karena saat ini program revitalisasi

kawasan kota lama dilakukan oleh sektor pemerintah.

2. Dalam pengelolaan Kawasan Kota Lama, peran yang dilakukan pihak bisnis

adalah dari segi perawatan bangunan atau rehabilitasi bangunan karena

sebagian bersar bangunan cagar budaya yang ada di kota lama bukanlah milik

pemerintah melainkan milik pribadi/swasta.

3. Komunitas tidak memiliki kedudukan yang cukup kuat dalam pengelolaan Kota

Lama. Bentuk keterlibatan komunitas dalam pengelolaan adalah dengan

keikutsertaan dalam rapat-rapat internal yang diadakan oleh badan pengelola,

namun untuk pelaksanaan lebih lanjut dilakukan oleh pemerintah.

Page 93: KATA PENGANTAR - STP Bandung

84

4. Peran media dalam pengelolaan kawasan kota lama adalah sebagai penyampai

informasi mengenai Kota Lama dan isu-isu yang sedang terjadi didalamnya.

Selain itu peran media yang lain adalah sebagai pengawas jalannya program

revitalisasi yang sedang berlangsung.

a.

Page 94: KATA PENGANTAR - STP Bandung

85

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, implikasi yang didapatan

adalah sebaagi berikut;

1. Pemerintah telah melakukan perannya dalam pengelolaan kawasan Kota Lama

dengan maksimal namun komunikasi yang terjalin antar stakeholdernya masih

dianggap kurang, akibatnya penyampaian informasi terbilang telat dan

membuat ketidaktahuan stakeholder lain mengenai perkembangan Kota Lama.

Jika kendala ini terus berlanjut, hal ini akan memicu konflik yang terjadi antar

stakeholder.

2. Bisnis selaku sektor yang dapat menciptakan pasar dalam Kawasan Kota Lama

sudah dilibatkan dalam pengelolaan seperti untuk rehabilitasi bangunan, hal ini

akan membantu pemerintah untuk merawat bangunan tersebut dan mendukung

terpilihnya Kota Lama sebagai World Heritage Site UNESCO.

3. Komunitas sudah melakukan perannya untuk pengelolaan seperti membuat

beberapa program kerja hal ini berdampak pada bertambahnya aktivitas wisata

di Kawasan Kota Lama untuk wisatawan seperti Walking Tour.

4. Media telah melakukan perannya dalam pengelolan dengan terus

menginformasikan perkembangan yang terjadi di Kawasan Kota Lama. Selain

itu, publikasi yang dibuat media juga salah satu bentuk kegiatan promosi yang

membawa manfaat positif untuk Kota Lama yaitu bertambahnya pengetahuan

wisatawan mengenai info tentang Kota Lama dan dapat dijadikan referensi

untuk liburan.

5. Akademis belum menunjukan perannya dengan signifikan untuk pengelolaan

Kota Lama karena keterlibatan nya hanya sekedar memberikan saran terkait

Page 95: KATA PENGANTAR - STP Bandung

86

dengan perencanaan kawasan untuk pembangunan di Kota Lama. Kurangnya

keterlibatan ssektor akademisi akan berdampak buruk untuk kedepannya karena

akan ada kemungkinan pembangunan yang dilakukan di Kota Lama tidak sesuai

dengan kaidah-kaidah yang seharusnya dan terjadi pemalsuan sejarah.

Page 96: KATA PENGANTAR - STP Bandung

87

C. Saran

1. Stakeholder

Mengacu kepada hasil penelitian yang sudah disimpulkan sebelumnya,

dapat disampaikan beberapa saran agar pengelolaan Kawasan Kota Lama dapat

berjalan baik, yaitu;

a. Dalam mengelola Kawasan Kota Lama, semua stakeholder perlu dilibatkan

dalam prosesnya. Mulai dari perncanaan sampai kepada pelaksanaannya,

gunanya adalah supaya stakeholder mengetahui perannya sesuai tupoksi

masing-masing dan tidak hanya melibatkan pihak internal saja.

b. Pemerintah sebagai leading sector harus lebih tanggap terhadap masalah

yang ada. Selanjutnya, dari sektor pemerintah bisa mengadakan rapat rutin

guna membahas apa saja perkembangan yang ada dan sudah dilakukan.

Selain itu, rapat ini juga bertujuan untuk mengetahui aspirasi masing-

masing stakeholder agar dapat melihat dari berbagai sudut pandang dan

lebih adil.

2. Penelitian Selanjutnya

Karena pada saat ini program revitalisasi Kawasan Kota Lama masih berjalan

dan akan diperluas ke kawasan Pecinan dan sekitarnya, maka pada saat itu semua

selesai perlu adanya kajian atau penelitian yang membahas mengenai penerapan

Visitor Management Technique (VMT) mengingat kawasan tersebut adalah

kawasan konservasi hal tersebut perlu diperhatikan agar Kawasan Kota Lama dan

sekitarnya tetap lestari dan terhindar dari kerusakan.

Page 97: KATA PENGANTAR - STP Bandung

88

DAFTAR PUSTAKA

Abbas R. (2005). Mekanisme Perencanaan Partisipasi Stakeholder Taman Nasional

Gunung Rinjani. [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor.

Ackermann, F., & Eden, C. (2011). Strategic Management of Stakeholders : Theory

and Practice. Long Range Planning, 44(3), 179–196.

Adi, S.W., Nasir, M., dan Saputro, E.P. (2014), Model Pengelolaan Kawasan Cagar

Budaya Berbasis Kearifan Lokal Untuk Memacu Daya Tarik Wisata Budaya

- Sejarah : Kasus di Kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Laporan

Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun Kedua, Dikti.

---- (2013), Model Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Berbasis Kearifan Lokal

Untuk Memacu Daya Tarik Wisata Budaya - Sejarah : Kasus di Kawasan

Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Laporan Penelitian Unggulan

Perguruan Tinggi Tahun Pertama, Dikti.

Amalyah, Resky, Djamhur Hamid dan Luchman Hakim. (2016). Peran Stakeholder

Pariwisata dalam Pengembangan Pulau Samalona Sebagai Destinasi Wisata

Bahari. Jurnal Administrasi Bisnis. 158-163.

Ardika, I Wayan. (2015). Warisan Budaya Perspektif Masa Kini. Denpasar:

Udayana University Press.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Page 98: KATA PENGANTAR - STP Bandung

89

Bramwell, B., & Sharman, A. (1999). Collaboration In Local Tourism

Policymaking. Annals of Tourism Research, 26 (2), 392-415.

Clarkson, M. (1995). A Stakeholder Framework For Analyzing And Evaluating

Corporate Socialperformance. Academy of Management Review, Vol. 20

No. 1, pp. 92-117.

Dunham, L., Freeman, R. E., & Liedtka, J. (2006). Enhancing Stakeholder

Practice: A Particularized Exploration of Community. Business Ethics

Quarterly, 16(1), 23-42.

Drost, A. (1996). Developing Sustainable Tourism For World Heritage

Sites. Annals of Tourism Research 23(2): 479-492. Freeman, R.E. (1984). Strategic Management: A Stakeholder Approach. Boston:

Pitman.

Friedman, A.L. and S. Miles. (2006). Stakeholders: Theory and Practice. OXFORD

University Press.

Gibson, Kevin. (2000). The Moral Basis of Stakeholder Theory. Journal of Business

Ethics 26: 245–257, 2000. Netherlands: Kluwer Academic Publishers.

Gow, David D. and Vansant, Jerry. (1983). Beyond the Rhetoric of Rural

Development Participation: How Can It Be Done?. World Development 11

(5), 427-446.

Halibas, A. Santiago. Sibayan, R. Ocier. Maata, R. L. Rodriguez. (2017). The

Pentahelix Model of Innovation In Oman : An Hei Perspectivez

Page 99: KATA PENGANTAR - STP Bandung

90

Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge, and Management.

Volume 12 2017. Informing Science Institute.

Hausler, N., Aye, D. K. K., & Aye, D. T. (2013). Policy On Community

Involvement In Tourism (CIT). Myanmar: Hans Seidel Foundation.

Harteti, Sri, Sambas Basuni, Burhanuddin Masy’ud, dan Fredinan Yulianda.

(2014). Peran Para Pihak dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Penyu

Pangumbahan. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. Vol 11 No. 2: 145-162.

Hetifah, S.J. (2003). Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance: 20 Prakarsa

Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hjalager, A.M. (2013) Food tourism in protected areas – sustainability for

producers, the environment and tourism?. Journal of Sustainable Tourism

21(3), 417–433.

Ibrahim. (2015). Metodologi penelitian Kualitatif . Bandung: Alfabeta.

Inskeep, Edward. (1991). Tourism Planning- An Integrated Sustainable

Approach. New York: Van Nostrand Reinhold.

Isdarmanto. (2017). Dasar-Dasar Kepariwisataan dan Pengelolaan Destinasi

Pariwisata. Yogyakarta : Gerbang Media Aksara. ISBN: 978-602-72332-5-

6.

Jamal, T. & Getz, D. (1995). Collaboration Theory and Community Tourism

Planning. Annals of Tourism Research. 22: 186-204.

Li, M., Wu, B., dan Cai, L. (2008). Tourism Development of World Heritage Sites

in China: A Geographic Perspective. Tourism Management 29(2): 308-319.

Page 100: KATA PENGANTAR - STP Bandung

91

Mayers J. (2005). Stakeholder power analysis. Power tools series. International

Institute for Environment and Development. London: UK .

McCormick, Rosemary R. (2011). Marketing Cultural and Heritage Tourism: A

World of Opportunity. New York : Routledge.

Millar, S. (2006). Stakeholder and Community Participation. Pada Leask, A dan

Fyall, A. (editor) Managing World Heritage Sites. Oxford: Elsevier

Butterworth-Heinenmann.

Mitchell, R., Agle, B. and Wood, D. (1997). Toward a theory of stakeholder

identification andsalience: defining the principle of who and what really

counts. Academy of Management Review Vol. 22 No. 4, pp. 853-8ter.

Murjana, I Gusti Wayan. (2011). Simpul-simpul Ekonomi Penunjang

Pelestarian Pusaka Kota Denpasar Pada Kawasan ‘Zona Z’. BAPPEDA

Kota Denpasar. Pelawa Sari Denpasar. pp 71-82.

Nugroho, I. (2011). Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Malang: Pustaka

Pelajar.

ODA (Official Development Assistence). (1995).

Pendit, Nyoman S. (1990). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:

Pradnya Paramita.

Puspitasari, Ardiana Y., Ramli, Wa Ode S.K. (2018). Masalah Dalam Pengelolaan

Kota Lama Semarang Sebagai Nominasi Situs Warisan Dunia. Jurnal

Planologi Vol. 15, No. 1, April 2018.

Page 101: KATA PENGANTAR - STP Bandung

92

Prabowo, Eka D., Arief, H., Sunrminto T. (2015). Peran Stakeholder Pada Aspek

Konservasi Dalam Pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu

(TNKpS). Media Konservasi Vol. 20, No. 1 April 2015: 27-33.

Rahim, F. (2012). Pedoman Pokdarwis. Jakarta: Direktur Jenderal Pengembangan

Destinasi Pariwisata Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Rastogi, Archi, Ruchi Badola, Syed Ainul Hussain, dan Gordon M.H. (2010).

Assessing The Utility Of Stakeholder Analysis To Protected Areas

Management: The Case Of Corbett National Park, India. Biological

Conservation 143 (2010) 2956–2964.

Reed, M. S. (2008). Stakeholder participation for environmental management: a

literature review. Biological Conservation 141:2417–2431

Reed M, Graves A, Dandy N, Posthumus H, Hubacek K, Morris J, Prell C, Quinn

CH, Stringer LC. (2009). Who’s Nad Why? A Typology of Stakeholder

Analysis Methods for Natural Resource Management. Journal of

Environmental Management 90:1933-1949.

Santoso Heri, E.K.S. Harini Muntasib, Hariadi Kartodihardjo dan Rinekso

Seokmadi. (2015). Peranan dan Kebutuhan Pemangku Kepentingan dalam

Tata Kelola Pariwisata di Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara. Jurnal

Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 3 Hal. 197-211.

Silalahi, Ulber. (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.

Sutopo. (2002). Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas

Maret Press.

Page 102: KATA PENGANTAR - STP Bandung

93

Suporahardjo. (2005). Manajemen Kolaborasi: Memahami Pluralisme Membangun

Konsensus. Bogor: Pustaka Latin.

Swarbrooke. (1999). Sustainable Tourism Management. New York: CABI

Publishing.

Terry, G. R. (2003). Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Timothy, D.J dan Nyaupane, G.P. (2009). Culutral Heritage And Tourism In

Developing World: A Regional Perspective. Contemporary Geographies Of

Leisure, Tourism And Mobility Series. Routledge: Oxon.

Page 103: KATA PENGANTAR - STP Bandung

94

LAMPIRAN

Page 104: KATA PENGANTAR - STP Bandung

95

LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA

Tanggal :

Nama Lembaga/ Instansi/Kelompok :

Narasumber/Jabatan :

A. Kepentingan

1. Apa saja bentuk keterlibatan lembaga/instansi/kelompok bapak/ibu/saudara

terkait dengan pengelolaan Kota Lama? Dalam bentuk kegiatan apa saja?

2. Apakah ada Manfaat yang didapatkan dari pengelolaan di Kawasan Kota

Lama Semarang, Jawa Tengah? Manfaat apa saja yang diperoleh?

3. Apakah ada tupoksi lembaga/instansi/kelompok bapak/ibu/saudara terkait

dengan pengelolaan Kota Lama? Kalau ada berapa persen besarannya?

4. Apa saja program kerja (yang ikut atau terlibat) lembaga/instansi/kelompok

bapak/ibu/saudara terkait dengan pengelolaan Kota Lama?

5. Seberapa besar tingkat keterantungan lembaga/instansi/kelompok

bapak/ibu/saudara berdasarkan sumber pendapatan yang diperoleh dari

wisata di Kawasan Kota Lama?

B. Pengaruh

1. Apakah lembaga/instansi/kelompok bapak/ibu/saudara memberikan

pengaruh dalam pengelolaan Kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah?

Apa bentuknya?

2. Bagaimana pengaruh kekuatan atas sumber daya yang dimiliki dalam

pengelolaan Kota Lama? Apa saja bentu penguasaan tersebut?

3. Apa bentuk keahlian atau spesialisasi lembaga/instansi/kelompok

bapak/ibu/saudara dalam pengelolaan Kota Lama?

Page 105: KATA PENGANTAR - STP Bandung

96

4. Bagaimana pengaruh keterlibatan lembaga/instansi/kelompok

bapak/ibu/saudara dalam keberlanjutan program pengelolaan Kota Lama?

5. Apakah lembaga/instansi/kelompok bapak/ibu/saudara memberikan

bantuan terkait dengan pengelolaan Kota Lama? Apa saja bentuk bantuan

tersebut?

C. Keterlibatan dalam pengelolaan

1. Sejak kapan lembaga/instansi/kelompok bapak/ibu/saudara terlibat dalam

pengelolaan Kota Lama?

2. Apa yang menjadi dasar keterlibatan lembaga/instansi/kelompok

bapak/ibu/saudara dalam pengelolaan Kota Lama?

3. Apakah hubungan antar stakeholder tertulis di dokumen seperti

kerjasama/koordinasi/komunikasi?

4. Apakah ada hambatan selama kerjasama/koordinasi/komunikasi terjalin?

Page 106: KATA PENGANTAR - STP Bandung

97

LAMPIRAN 2 TRANSKRIP

Hari / Tanggal : Senin / 12 Agustus 2019

Informan : Pak Arif, Staff Bidang Industri Pariwisata

Waktu & Tempat : 09.00, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang

Peneliti : Sejak kapan dinas pariwisata terlibat dalam pengelolaan kawasan

kota lama?

Informan : Kota lama ini susunannya sebenarnya lebih tepatnya ke BPK2L

tapi dari sisi pengembangan itu kita samakan waktu penyusunan kota lama itu

sekitar 2010 an

Peneliti : apakah ada dasar dari keterlibatan dispar dalam mengelola kota

lama?

Informan : dasarnya kita ikut dari perintah atasan aja mbak, dari ibu wakil

walikota. Mungkin ada surat resminya tapi yang lebih tau dari Distaru. Kita (dispar)

hanya sebagai supporting saja sebenarnya.

Peneliti : jadi yang membuat MoU nya dari dinas tata ruang?

Informan : iya. Karena itu pengelolaan buildingnya mbak. Kita tourism Cuma

supporting aja kebijakannya.

Peneliti : kalo untuk dari pariwisatanya sendiri keterlibatan dari sisi

pengelolaan untuk kota lama dalam bentuk apa?

Informan : di kota lama sekitar tahun 2015 kita beli gedung Ou de trap, gedung

itu dibeli oleh pemkot tapi untuk renovasinya diserahkan ke distaru. Setelah

bangunan itu selesai, kami (dispar) yang disuruh untuk mengelola hingga saat ini.

Tapi dana awal untuk rekonstruksi dan development itu dari dinas tata ruang. Terus

kita juga membangun dari sisi supporting tourism nya. Jd kita mempromosikan

juga, kita kan punya sisi bidang pemasaran disitu kita bantu untuk memasarkan ke

tingkat kota dan tingkat provinsi. Kita membantunya seperti itu.

Peneliti : kalo gedung nya itu sendiri dipergunakan untuk apa sekarang?

Informan : posisi saat ini kita menunggu instruksi dari ibu wakil walikota

selaku ketua BPK2L. konsep awal itu mau dijadikan TIC. Tapi perkembangannya

rencananya gedung itu akan disewakan jadi gedung itu adalah bangunan 2 tingkat

yang bagian atasnya akan dijadikan kantor dan bagian bawahRencananya akan an2

tkan usulan untuk disewakan atau untuk keperluan komersial

Peneliti : Komersial itu dalam bentuk apa Pak

Informan : jadi gedung itu adalah gedung-gedung historikal ya mbak

rencananya kalau ada seminar ar gedung itu itu mau Kita sewakan ke piga ketiga

Peneliti : saat ini kepemilikan gedung adalah milik pemerintah

Informan : iya 100% milik pemerintah namun pengelola ada tangan kami

Peneliti : selama terlibat dalam pengelolaan kota lama Apa manfaat yang

diterima oleh Dinas Pariwisata

Page 107: KATA PENGANTAR - STP Bandung

98

Informan : secara langsung tidak ada manfaat yang diterima oleh dispar karena

dispar lebih ke suporting nya lebih kepada secara makro tuk secara mikro nya Kita

tidak mendapatkan Impact apa-apa. Tapi secara pembangunan kota kota lama

sekarang menjadi ramai

Peneliti : berarti berpengaruh kepada pembangunan daerah

Informan : Ya. Untuk income secara kota secara global mulai bagus karena

ada Cafe mulai ada keramaian di sana mulai ada spot selfie. dispar hanyalah

sebagai jembatan antara stakeholder dengan pemerintah

Peneliti : Kalau untuk kesesuaian tupoksi di dalam pengelolaan kota lama

kira-kira berapa persen

Informan : Kalau untuk tupoksi kita tidak bisa ngomong Mbak karena di sini

kita hanya suporting kalau untuk penataan ruang lebih tepatnya ke distaru landscape

nya juga ke distaru tapi kalau Dari kami wajib Untuk mensupport Bagaimana kota

lama bisa berkembang kalau untuk berapa persennya saya tidak bisa ngomong

karena itu Kompleks nya lebih ke historical building nya ya

Peneliti : Apakah ada kebijakan yang dikeluarkan oleh dispar

Informan : untuk kebijakan lebih ke distaru ya mbak tata ruang kota nya lebih

ke sana Ini untuk zonasi secara umum ya kalau untuk gedung ya kita ada aturan

secara sendiri di mana gedung itu ada aturan dari sisi historical building nya

Peneliti : Apabila ada pengambilan keputusan apakah dispar diikutsertakan

di dalamnya nya

Informan : Kita sebagai satu tim Pemkot dilibatkan semuanya tetap dalam satu

rapat besar. Contohnya dalam pengambilan keputusan untuk gedung oudetrap

sebenarnya kita tidak ada urusan sama sekali namun kita dilibatkan mengenai

bangunan ini kedepannya akan dijadikan seperti apa kita untuk DED juga

diikutsertakan termasuk dalam penataan kota lama kita juga diajak. kita tetap

dilibatkan secara makro. kita hanya sebagai salah satu stakeholder saja Kita tidak

bisa membuat keputusan

Peneliti : jadi dispar tidak ada andil untuk mengambil atau membuat suatu

keputusan

Informan : iya kita hanya memberi Kita hanya memberi advice dari sisi

tourism saja kalau untuk keputusan lebih ditentukan oleh BPK 2L dengan Ibu Wakil

Walikota

Peneliti : Berarti dispar secara tidak langsung terbuka untuk penyediaan

informasi

Informan : tidak masalah Contohnya seperti Berapa jumlah bangunan yang

ada di kota lama itu kita ada data bangunannya

Peneliti : Apakah ada dana yang dikeluarkan oleh dispar untuk pengelolaan

di kota lama

Informan : Kalau untuk itu tidak ada tapi kita lebih ke tourism nya umpamanya

kita mencetak rifled pamflet brosur cetak untuk promosi. Jadi kita tidak

memberikan santunan langsung ke kota lama. Tapi kemarin kota lama dibangun

Page 108: KATA PENGANTAR - STP Bandung

99

yang bangun dari kementrian PU dari Jakarta dengan budget 150 Miliar untuk lebih

detailnya mending ke Bu Nik dari Dinas Tata Ruang karena itu proyek pemerintah

kita dari pariwisata tidak ada alokasi dana untuk membuat budget disitu. Tetapi kalo

ini kan anggaran pusat dan ada MoU nya pemda kota lewat dinas tata ruang

Peneliti : Kalau untuk ahlian yang dimiliki oleh dispar apakah lebih kepada

peneliti atau pengkaji

Informan : peneliti bukan juga Mbak karena kalau peneliti lebih ke dinas tata

ruang dan Balai arkeologi kita hanya suporting saja dan decision-making nya lebih

kepada mereka itu

Peneliti :apakah ada hambatan dalam koordinasi antar stakeholder

Informan : hambatan yang dihadapi adalah berupa apa Masalah bangunan

kepemilikannya adalah perorangan misal kita ingin renovasi itu juga tidak bisa

kadangkala kepemilikan perorangan itu juga tidak ingin ikut terlibat kalau

bangunan itu dibiarkan rubuh-rubuh saja kami dari sisi pemerintah kesulitan untuk

masuk dalam ranah itu maka dari itu kami menggandeng BPK2L dan stakeholder

yang ada di sana mereka yang lebih proaktif dengan pemilik gedung. Kalau

hambatan koordinasi dengan dinas tidak ada masalah yang susah hanya mengenai

kepemilikan saja karena kalau kita mau bantu tidak boleh bukan milik Negara

Peneliti : Apakah ada kegiatan atau acara yang diselenggarakan langsung

oleh dispar di kota lama

Informan : Kalau dari kami tidak ada namun dari bpk2l lebih proaktif sekarang

Contoh di daerah Kepodang itu dahulunya adalah daerah yang eman-eman sekarang

kawasan tersebut dicoba Dihidupkan oleh pentas seni keroncong yang diadakan tiap

minggu lalu selain itu di taman srigunting juga ada keramaian orang sewa baju,

sewa sepeda

Peneliti : siapa saja stakeholder yang ter dalam pengelolaan Kota Lama

Informan : dalam pengelolaan kota lama ada akademisi juga yang terlibat di

dalamnya misalnya dari Unika dari Undip juga kita dari sisi historical nya kalau

dari kelembagaan memang dari pemerintah kota dan BPK 2L

Peneliti : kalau untuk media Apakah ada yang terlibat

Informan : Kalau tidak langsung ada namun untuk secara MoU formal kita

tidak ada contoh misalkan kemarin ada beberapa wartawan yang datang ke sana

untuk liputan

Peneliti : Selain itu apakah ada pihak swasta yang terlibat dalam pengelolaan

kota lama

Informan : Kalo untuk CSR kta ada kerja sama dengan BI dan Telkom. Kalau

untuk BI katanya akan menyumbangkan sepeda kalau untuk Telkom akan di

pasangkan wifi, tapi kalo ini masih dalam penjajakan

Peneliti : Kalo untuk pemandu wisata?

Informan : Ada dutakola. Bpk2l yang menginisiasi disana ada suatu kelompok

mewadahi anak-anak muda itu untuk menjadi tour guide disana

Page 109: KATA PENGANTAR - STP Bandung

100

Peneliti : Bagaimana rencana/harapan untuk kedepan untuk pengelolaan

kota lama?

Informan : Kita harapkan kota lama menjadi suatu magnet baru karena dari

sisi historical nya kita punya nilai plus dan juga kita sering kedatangan cruise tiap

tahun sekitar 17-20 kapal dan kebanyakan dari belanda, eropa, Australia, dan

mereka mencari sesuatu yang baru dari Semarang. Dan kota lama itu bisa dijual

kalau story telling ya sebenarnya masuk dan sekarang kita dari BPK2L sedang

membuat namanya konsep Tour Gula selama 4 jam. Ada 2 tour yang pertama jalan

kaki yang kedua naik sepeda dan itu pilot project kita dan ramai disana. Dan yang

menginisiasi adalah BPK2L karena mereka yang punya rutenya dan kebanyakan

dengan pemilik nya tau sejarah bangunannya dan di link an antara bangunan-

bangunan itu hubungannya apa dengan bangunan itu.

Hari / Tanggal : Sabtu / 17 Agustus 2019

Informan : Mba Informan, Pemilik Tekodeko

Waktu & Tempat : 11.00, Café Tekodeko

Peneliti : apa bentuk keterlibatan tekodeko sebagai salah satu bisnis yang ada

di kota lama dalam pengelolaan di kota lama?

Informan : oke kali pengelolaan kota lama sih basic nya satu, mengaktifkan

bisnis, mengaktifkan suatu bangunan di kota lama menurutku itu udah suatu peran

ya. Terus kalo dari temen2 stakeholder yang ada di kota lama sendiri sebetulnya

kita ada suatu perkumpulan namanya AMBO (asosiasi masyarakat bangunan

outstsach) kita kalo disitu sering ngobroling tentang kota lama sebetulnya dasarnya

dari kebutuhan kita masing2 tapi kita, rata2 orang2 yang ada di kota lama itu orang2

yang cerdas jadi memang gak sekedar berbisnis atau ngantor di kota lama saja taoi

mereka juga memperhatikan kaya proses pembangunan nya kota lama terus kita

juga kasih saran2 dan juga kritik ke pemerintah terkait sesuai atau engga. Karena

memang yang beraktifitas tiap hari kan kita yang ada disini jadi sebisa mungkin

bisa kerjasama. Kalo kita dibilang proyek pembangunanya kaya gak sesuai gitu.

Sebetulnya kita kalau ada proyek pembangunan gak masalah tapi yang penting tetap

menghargai kami2 yang ada disini jadi jalannya lebih enak.

Peneliti : apakah selama ini dari pihak bisnis suka dilibatkan dalam

pengambilan keputusan?

Informan : lebih sering hanya memberitahu sih kalo kaya mengambil

keputusan gitu sejauh ini kayaknya belum. Cuma kita tetap mengusahakan karena

kan ini proyek pembangunan masih belum selesai, masih ada step2 berikutnya terus

terkait juga dengan parkir, terus traffic management itukan juga masih diolah

kemarin kita sempat beberapa kali bertemu dengan dinas perhubungan, sifatnya

mereka lebih ke mempertanyakan sih dan menurut kita itu komunikasi yang cukup

baik karena kita dilibatkan tapi kalo untuk sebelumnya sifatnya kita lebih

mengetahui. Jadi sudah ada keputusan, kita dikabari, selanjutnya sudah sesuai

dengan perencanaan mereka.

Page 110: KATA PENGANTAR - STP Bandung

101

Peneliti : apa yang dilakukan tekodeko untuk merawat bangunan konservasi?

Informan : kalo untuk merawat bangunan kita usahakan maksimal. Yang

pertama dari penggunaan tempat waktu awal untuk merancang ini kita

mengembalikan ke fasat yang semula. Jadi kalo dulu tuh bangunannya kaya ketutup

triplek gitu jadi gak keliatan jendelanya yang mana, tiangnya yang mana tuh gak

terlalu terlihat, itu kita buka. Terus juga yang rusak2 tapi masih bisa diselamatkan

kaya contohnya marmer ini kita fungsikan lagi karena aslinya marmer ini. Terus

juga ketika diatas nge cat itu kenapa warnanya hijau karena kita juga cek dari

mengorek pintu yang terdalam ketemunya warna hijau terus akhirnya kita pakai dan

dikembalikan ke warna semula terus kalo dari saat operasional penggunaan tempat

terkait dengan jumlah orang reservasi dan kapasitas itu juga kita

mempertimbangkan terus music yang bisa masuk kesini itu gak boleh terlalu

kencang getarannya supaya gak mengganggu bangunan. Kita juga membuat

peraturan dengan tetap menjaga lantai 2 karena kan kayu nya adalah kayu lama dan

cenderung elastis makanya gabisa muat banyak2 orang. Terus untuk tembok yang

udah lama banget dan terlalu tua juga maintenance nya gak kaya rumah biasa jadi

pengecatan itu ideal 3 bulan sekali karena 3 bulan itu udah keluar jamur tapi kita

masih menyesuaikan sih kaya kemaren ada dan gak ada juga budgetnya karena

waktu proyek kemaren omzet nya turun jadi kita gak bisa memenuhi maintenance

itu, tapi setelahnya langsung kita perbaiki. Ya memang kontribusi dari setiap

pemilik atau pengelola bisnis yang ada di kota lama aku rasa halangannya sama

yaitu budget untuk maintenance itu cukup besar terus juga ada peraturan2 tersendiri

untuk customernya supaya mereka sama2 merawat juga disini.

Peneliti : terus kalo dari pemerintah sendiri ada gak keringanan yang

diberikan terkait kerugian akibat adanya proyek?

Informan : kalo terkait proyek pembangunan secara spesifik kan jalan kemaren

itu ya, kita gak ada kompensasi atau bantuan apapun cuman kalo kaya keringanan

itu memang sudah tercantum di perda yang 50% untuk pembayaran PBB.

Peneliti : untuk perkumpulan AMBO itu biasanya apa saja yang dibahas?

Informan : sebenernya kita gak ada pertemuan rutin cuma belakangan ini

karena kaya ada aja kendala ataupun yang memang bikin acara bersama jadi kita

cenderung lebih sering ketemu belakangan ini tapi kalo topiknya apa kita

menyesuaikan kaya misalkan kita mau bikin event ya berarti yang dibahas soal

acaranya itu terus kemaren kita ngomongin tentang traffic management dan

bertemu dengan dishub untuk membahas traffic management di kota lama terutama

berkaitan dengan kantong parkir karena sampai detik ini kita masih belum

menenmukan solusi. Karena ketika warga kota lama sudah diberi tahu gak bisa

parkir di depan, parkirnya di kantong parkir itu kita sudah sadar ini saatnya kota

lama untuk berbenah nah tapi ternyata diluar ekspektasi ternyata kantong parkir

yang disediakan menurut kita tuh masih kurang dan sifatnya masih milik pribadi

semua yang sewaktu-waktu ketika owner kantong parkir ini beride untuk

membangun sesuatu ya sudah habis gak ada kantong parkir yang memadai makanya

Page 111: KATA PENGANTAR - STP Bandung

102

kalau setiap malem atau weekend ketika customer banyak kita menemukannya

parkir liar. Jadi harapan yang sudah disampaikan di awal masih belum disokong

sama fasilitas yang memadai jadi belum tercapai.

Peneliti : kalo untuk acara yang dilaksanakan AMBO apakah itu berkaitan

dengan kota lama?

Informan : kalo acara yang sudah2 selalu dilaksanakan di kota lama da nada

beberapa item sih ya Cuma kaya kita kumpul bersama dalam skala besar jadi kita

juga mengundang temen2 komunitas terus pemerintah juga. Topic bahasannya parti

berkaitan dengan kota lama ada yang edukasi ada yang Cuma kaya publikasi

mengenai perkumpulan ada juga yang perkenalan kalo pemerintah tuh ngerjainnya

ini ini, kaya kontribusi untuk kota lamanya tuh apa saja. Karena selama ini

pemerintah tuh woro2 nya masih belum keliatan kaya missal bpk2litu mereka

memang sudah ada nama, sudah keluar SK nya dan di grup AMBO juga sudah

disebar Cuma dari kami kayaknya kok belum terlihat geraknya, komunikasinya

belum bulat. Mereka sih menyampaikan sejauh ini dipermudah kaya contoh ada

yang mau pinjam bangunan atau mau mengelola bangunan, izin nya ke bpk2l dan

izin itu dikeluarkan hanya itu yang aku tau. Cuman kalo ngomongin hal2 lain kami

masih merasa belum terlihat. Contoh waktu proyek pembangunan kita kan ada

keluhan2 proyek di depan café kok gak selesai2 nah itu kita bingung mesti ngomong

kemana ke siapa karena wadahnya ini belum terbentuk dan cenderung ketika kita

mempertanyakan itu bpk2l ini kan kalo di breakdown dari dinas2 kota Semarang ya

ada yang dari distaru, dishub, dinsos, dsb nah entah kita menghubingi mereka

sebagai dinas atau sebagai bpk2l itu tapi jawabannya masih yang “ini adalah proyek

dari atas/PUPR jadi untuk kota tidak mengetahui” jawaban itu seringkali didengar

atau jawaban “karena dipertengahan design ada yang berubah”. Nah sebetulnya

yang kita harapkan itu kita mendapatkan jawaban yang pasti atau paling tidak

jawaban lain dari yang disampaikan.

Peneliti : untuk karyawan disini apakah ada yang ngambil dari sekitaran kota

lama?

Informan : kalo yang sekitar kota lama gak spesifik ya aku gak yang mencari2

warga di kota lama untuk pekerjaan disini karena kita kan open recruitment nya

secara luas di kota Semarang atau orang yang lagi berdomisili di Semarang karena

kalo di tekodeko sini banyaknya anak kuliah ada juga yang memang rumahnya

dekat sini tapi Cuma 2. Jadi gak bisa dibilang karyawan disini diprioritaskan yang

sekitar sini

Peneliti : kalo untuk hambatan apakah hanya mengenai komunikasi saja atau

ada yang lain?

Informan : Kalo aku sih menggaris bawahinya itu sih dari dulu aku

gembor2nya tentang komunikasi karena basicnya kalo bertemu dengan warga kita

tidak banyak melarang. Ketika memang sudah diputuskan kita menghargai dan kita

juga tahu kota lama harus berbenah itu kita mengakui hanya prosesnya aja. Kita

ekspektasinya juga gak muluk2 gak harus selalu ada yang kesini mampir minta izin

Page 112: KATA PENGANTAR - STP Bandung

103

tapi sebisa mungkin dikomunikasiin karena kan setiap pekerjaan yang dilaksanakan

pasti ada plan dan sudah mempertimbangkan dari ekonomi nya juga tentang bisnis2

disekitar, terus sosialnya juga terkait dengan manusia2 yang didalamnya

Peneliti : untuk harapannya buat kota lama selaku pelaku bisnis disini

kedepannya gimana?

Informan : aku berharap kita jalannya bersinergi, kita mengembangkan kota

lamanya bareng2. Dan kalo menurut aku cantik aja gak cukup secara kasat mata

terlihat cantik karena yang terpenting rohnya kita perlu merubah dari beauty

menjadi interst. Dan supaya orang bisa interest atau orang nyantol kesini kalo

memang arahnya sebagai wisata, kebutuhan wisatawan ini adalah bisa enjoy karena

manusia yang ada didalamnya. Dan kepinginnya kita2 yang ada disini itu dihargain

juga karena dulunya kota Semarang ini kan kota dagang ketika ini berubah menjadi

kota pariwisata nah proses perubahan ini mesti telaten gak bisa yang kaya peraturan

dibuat langsung semuanya harus sesuai dan itu kayaknya cukup menyakitkan.

Kalau semakin banyak orang2 yang tersakiti di kota lama kan juga majunya gak

enak makanya kembali lagi pentingnya si komunikasi. Karena kalo kita udah diajak

rembuk pasti responnya positif kok

Hari / Tanggal : Senin / 19 Agustus 2019

Informan : Pak Ariawan, DMO

Waktu & Tempat : 2.30, Monod Dephuis

Peneliti : apa saja bentuk keterlibatan DMO dalam pengelolaan kota lama?

Informan : sebenarnya secara official DMO itu belum ada di kota Semarang.

DMO itu di pulau jawa hanya ada di kota tua, pangandaran, terus di Borobudur,

bromo tengger semeru. Dan harusnya Semarang itu punya karena karakteristiknya

mirip dengan kota tua dan kepulauan seribu, dan Semarang dengan karimun jawa.

Cuman disini untuk membuat suatu DMO itu harus siap SDM nya dan tugas kami

disini adalah sebagai perintis menyiapkan SDM itu menyiapkan hampir semuanya.

Jadi secara resmi DMO belum ada terus kami disini untuk menyiapkan itu. Jadi

nanti akan ada fasilitator lokasi dan fasilitator destinasi dan itu nanti dipilih dari

masyarakat lokal dan dari akademisi.

Peneliti : apa bedanya DMO itu sendiri dengan bpk2l?

Informan : kalau badan pengelola itu kan bentukan pemerintah, mereka badan

otoritas yang ditugaskan untuk mengurus sebuah kawasan contohnya di kota lama

ada bpk2l, di kota tua ada UPK, mereka untuk hal2 yang resmi kalo DMO lebih

untuk pemberdayaan masyarakat lokal atau tata kelola pariwisata jadi kami lebih

banyak melatih SDM supaya ketika suatu kawasan itu jadi SDM nya siap terutaman

di bagian pariwisata

Peneliti : selama ini apa saja yang sudah dilakukan DMO itu sendiri di kota

lama?

Informan : kalau di kota lama kami mulai dari nol contohnya itu kami

bekerjasama dengan badan pengelola pastinya, kami bekerjasama dengan

Page 113: KATA PENGANTAR - STP Bandung

104

stakeholder, bekerjasama dengan komunitas. Kami membuat pelatihan. Di

pelatihan itu kami memberikan bantuan kepada masyarakat lokal tidak dengan

bentuk uang tapi dengan bentuk pelatihan contohnya pelatihan untuk local guide,

terus pelatihan make up artist, termasuk pelatihan berbahasa asing. Kami mulai itu

dari tahun 2016 – sekarang jadi kami tetap sustain mengerjakan itu semua sampai

sekarang. kami memakai dana sendiri, kami bekerjasama dengan stakeholder dan

memakai gedung ini (monod huis) sebagai tempat pelatihan.

Peneliti : kalau manfaat yang diterima DMO sendiri dari pengelolaan ini ada

gak?

Informan : kalau manfaat pastinya menambah pengalaman ya karena

karakteristik antara kota tua Jakarta dengan Semarang itu sama tetapi disini itu agak

susah karena orangnya masih malu2 karena ketika diajakin banyak gamau nya

namun ketika sudah berhasil mereka baru tertarik. Itu salah satu kesulitan harus

meyakinkan masyarakatnya. Di awas disini kita mendapatkan banyak penolakan

kalau dengan stakeholder itu ada yang mau ada yang engga, Alhamdulillah yang

mau kita masih bekerja sama sampai sekarang, kalau yang engga pada akhirnya

mereka melihat hasil dan dengan itu mengubah mindset mereka.

Peneliti : apakah ada wewenang yang dimiliki DMO untuk pengelolaan kota

lama?

Informan : wewenang kami belum ada secara resmi meskipun kami dari

kementrian itu sudah ada cuman disini yang tau tentang DMO paling hanya

pemerintah provinsi dan pemerintah kota saja tapi untuk masyarakatnya mereka

tidak tahu bahkan tidak ada yang tau DMO itu makhluk apaan.

Peneliti : untuk anggota dari DMO sendiri ada berapa orang pak?

Informan : kalau untuk di kota lama ini Cuma saya sendiri, namun saya di back

up dari DMO kota tua Jakarta. Jadi saya butuh informasi apa, bantuan teknis apa,

saya tinggal mengajukan terus di Jakarta akan mengurus disana. Contohnya akan

diadakan FGD atau bimtek nah itu saya tinggal mengajukan dan menghubungi

orang2 itu nanti akan dikirim dari tim percepatan budaya, tim pemasaran, mereka

yang bertanggung jawab membantu saya untuk peningkatan SDM

Peneliti : kalau untuk yakoma itu masih ada pak?

Informan : yakoma itu sudah lama tidak ada mba.

Peneliti : kalau oen foundation masih ada pak?

Informan : Oen foundation masih ada mereka yang menyelenggarakan festival

kota lama. Peran mereka membuka donator bahkan meminta tolong pemerintah

untuk membantu

Peneliti : selama ini hambatan yang dirasakan DMO sendiri dalam

pengelolaan apa aja pak?

Informan : hambatan di awal ada ya kerasa banget karena saya merasa bekerja

sendirian cuman sampe detik ini karena sudah menemukan teman sudah

menemukan team jadi ya ada orang yang bisa kita ajak kerja bareng. Hambatan

Page 114: KATA PENGANTAR - STP Bandung

105

paling ya ketika melihat program pelatihan local guide berhasil ya senang, tapi

orang2nya kan tergantung hati masing2 ternyata minat nya lain yasudah.

Peneliti : untuk SK yang dikeluarkan menteri untuk DMO ini apakah ada

jangka waktunya?

Informan : ada mba, 5 tahun. Tapi kalo perdana menterinya ganti ya SK nya

ganti lagi.

Peneliti : kalau untuk kedepannya ada acara apa yang bakal melibatkan

DMO didalamnya?

Informan : untuk pelatihan itu kami masih konsisten untuk mengadakan

pelatihan2 itu, local guide, macem2 dan tidak menutup kemungkinan kita akan

dilibatkan dalam acara yang lain. Kalau dari FGD atau bimtek ya kami ikut.

Peneliti : harapan DMO untuk kota lama kedepannya apa?

Informan : ketika nanti kota lama sudah jadi kami berharap masyarakat sekitar

sudah siap. Siap mental, siap fisik dan kemampuan karena tujuan kami adalah

pemberdayaan masyarakat lokal, kami menyiapkan SDM ketika daerah ini sudah

jadi kita siap. Dengan kata lain masyarakat lain tidak ketinggalan.

Hari / Tanggal : Senin / 19 Agustus 2019

Informan : Pak Afan, Tribun Jateng

Waktu & Tempat : 19.00, Tepian Kopi

Peneliti : apa bentuk keterlibatan media dalam pengelolaan kota lama?

Informan : kota lama memasuki era baru, artinya dia sudah direnovasi

sebelumnya dan saya sudah mengolah dan mengunjungi beberapa tempat. Dan

peran media dalam mengembangkan kota lama itu sangat tinggi karena sebuah

destinasi wisata itu perlu publikasi dan media perannya disitu. Dari yang awalnya

hanya terdapat beberapa café sampai sekarang bisa berkembang seperti ini juga

berkat peran dari media. Bahkan dulu saya mendapat tugas untuk setiap hari meliput

apapun yang ada di kota lama, mulai dari tempat wisata, wahananya apa saja,

permasalahannya apa saja semua yang terkait kota lama harus diliput dan dijadikan

berita

Peneliti : apakah media ikut mengontrol perkembangan dari kota lama?

Informan : iya tentu. Karena banyak keluhan dari para pedagang, resto apapun

itu yang ada disana merasa pekerjaan nya itu lambat. Seperti waktu itu ada kasus,

kota lama sudah terlanjur dibongkar tapi design nya belum jadi, otomatis mereka

mulai mengerjakan tanpa design dan setelah design itu keluar berbeda dengan

faktanya dan akhirnya dibongkar lagi. Jadi kota lama sebelum ini jadi itu ada

pembongkaran 2x.

Peneliti : apakah media juga ikut menampung keluhan2 yang dirasakan oleh

masyarakat?

Informan : iya, karena tribun jateng juga mempunyai halaman khusus untuk

warga kota Semarang yang memiliki keluhan. Keluhannya bisa apa saja, misalnya

Page 115: KATA PENGANTAR - STP Bandung

106

tentang fasilitas umum seperti BRT atau Trans Semarang, pedestrian, apapun itu

bisa. Nanti tribun jateng akan mengkonfirmasikan itu ke pihak terkait.

Peneliti : apa bentuk publikasi yang dilakukan oleh media?

Informan : kalau di tribun jateng itu macem2 ada yang dalam berbentuk

Koran, ada artikel online di tribunjateng.com, ada yang berbentuk instagram post,

ada yang berbentuk video di youtube karena kebetulan tribun jateng punya channel

di youtube jadi kita mengolah semuanya jadi 1 karena menurut kami segmentasi

anak muda sekarang tidak lagi ke Koran apalagi orang2 yang mengunjungi tempat

wisata seperti kota lama itu lebih cenderung anak muda dibandingkan orang dengan

usia 40-50 tahun keatas. Dan bagusnya di kota lama itu setiap bulan selalu ada

event, dan hal2 seperti itukan bisa kita olah menjadi video atau artikel yang menarik

Peneliti : apakah ada kerjasama yang terlibat antara media dengan

penyeleggara event di kota lama?

Informan : ada, jadi tahun ini kana da festival kota lama seperti tahun kemarin.

Tapi untuk tahun kemarin tribun jateng tidak diikutsertakan dalam festival itu,

namun untuk tahun ini panitia festival kota lama menggandeng media termasuk

tribun jateng dan media lainnya untuk mempromosikan festival kota lama itu ada

apa saja, event nya isinya apa saja, dihadiri siapa saja, dan segmen event nya untuk

siapa ya seperti itu sih

Peneliti : selama ini apa saja manfaat yang media dapat?

Informan : kalo manfaat dari media sendiri sih iklan ya terutama. Jadi mereka

yang bekerja sama dengan kami ada semacam mou, misalkan mereka ingin acara

festival kota lama di publish berapa kali itu kan ada perjanjiannya dan itu

menghasilkan biaya iklan yang masuk ke kami. Kalau mengenai apa yang kami

dapat ya kembali lagi ke viewers apalagi kalo medianya online. Dan itu sangat

membantu sih menurut kami karena media online di kota Semarang yang benar2

kuat adalah tribun jateng

Peneliti : apakah ada acara yang diselenggarankan oleh tribun jateng di kota

lama?

Informan : kalau tribun jateng sampai sekarang belum. Hanya kerjasama.

Namun besok di festival kota lama, tribun jateng diberikan 1 panggung untuk

dikelola sampai acaranya selesai. Karena kebetulan tribun kan juga mempunyai EO.

Peneliti : apakah media selama kerjasama ikut dilibatkan dalam rapat atau

pengembilan keputusan?

Informan : kalau memang dari awal sudah ada perjanjian untuk kerjasama ya

pasti akan diikutsertakan dalam rapat atau pengambilan keputusan membahas

mengenai briefing, jalan nya acara seperti apa

Peneliti : apakah selama ini ada habatan yang dirasakan oleh media?

Informan : hambatan pasti selalu ada tapi itu bagaimana kita menemukan

solusinya saja.

Peneliti : apa harapan media untuk pengembangan kota lama?

Page 116: KATA PENGANTAR - STP Bandung

107

Informan : pasti ingin yang terbaik. Karena kota lama ini sangat memiliki

potensi, Semarang memiliki kota lama itu adalah suatu keberuntungan karena tidak

semua kota kawasan yang seperti kota lama. Jadi harapan media adalah semua

stakeholder dan pemerintah kota semua bersinergi dalam mengembangkan kota

lama. Kalau bisa buat event yang dapat memeriahkan kota lama entah itu event

musik, atau fashion show jadi kota lama menjadi hidup bukan hanya sekedar orang

foto2 lalu pulang. Dan juga harapan selanjutnya, karena kondisi parkir masih

terbatas sedangkan target pengunjung ke kota lama semakin besar jadi diharapkan

ada kantong parkir yang dapat menampung jumlah pengunjung yang banyak itu dan

sebaiknya kota lama ini tidak dilalui oleh kendaraan bermotor karena itu sangat

mengganggu sekali untuk wisatawan lainnya.

Hari / Tanggal : Rabu / 14 Agustus 2019

Informan : Ibu Rina, Dosen Planologi Universitas Diponegoro

Waktu & Tempat : 16.00, Universitas Diponegoro

Peneliti : awal mula kerjasama akademi dengan kota lama seperti apa?

Informan : sebenernya saya itu tidak kerja sama ya, saya hanya concern saja

di bidang konservasi kawasan bersejarah kebetulan kawasan kota lama itu sejak

tahun 1992 ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya dan disitu karena penelitian

saya terkait dengan kawasan atau bangunan2 cagar budaya sehingga saya waktu itu

mulai masuk ke kota lama bertemu dengan orang2 BPK2L disana ternyata ada

kegiatan2 yang kemudia saya dilibatkan contohnya pada saat menyusun OUV

(outstanding universal value) untuk diajukan sebagai kawasan world heritage site

ke UNESCO karena kota lama Semarang masuk kedalam tentative list world

heritage site. Nah waktu itu pada saat ada seminar diminta untuk menjadi pembicara

tetapi terkait dengan tata ruang karena saya kan dari planologi dan saya dibawah

ikatan ahli perencana jadi disitu saya berbicara mengenai aturan-aturan untuk

kawasan cagar budaya daripada pemanfaatan ruang maupun bangunan. Kemudia

setelah itu ternyata banyak kegiatan2 yang dilakukan atau diadakan baik dari

BPK2L maupun pemerintah kota Semarang ataupun institusi, organisasi lainnya

yang kemudian saya diundang untuk berbicara terkait dengan bagaimana

pengelolaan kawasan cagar budaya. Mulai dari situ akhirnya kita sering bertemu

terus banyak hal2 yang sebenarnya dari sisi akademisi ya dari teori dari literature

yang ada, dari aturan2 itu kan banyak hal yang nantinya bisa menjadi masukan

bagaimana pengelolaan kawasan bersejarah atau kawasan cagar budaya itu. Jadi

keterlibatan kami dari akademisi itu memberikan panduan2 sesuai dengan literature

yang kita dapatkan, sesuai dengan aturan2 baik yang dibuat oleh UNESCO,

IKOMOS, itu bagaimana mengelola suatu kawasan cagar budaya. Itulah awalnya.

Peneliti : apakah ibu juga dilibatkan dalam pembuatan tour yang ada di kota

lama?

Informan : tidak, kalau itu kerjasama nya dengan UNIKA ya. Kalo saya lebih

banyak diminta oleh pemerintah kota Semarang. Misalnya, untuk penataan sinage

Page 117: KATA PENGANTAR - STP Bandung

108

atau reklame di kawasan kota lama. Bagaimana kita nantinya akan menerapkan

aturan2 untuk membuat papan2 iklan atau sinage2 di kawasan cagar budaya yang

tidak bole merusak atau menggangu keberadaan bangunan2 cagar budaya. Tapi

kalo untuk menyusun walking tour dan lain sebagainya itu sepertinya dengan

UNIKA

Peneliti : jadi ranah ibu hanya di tata ruang?

Informan : ya, terkait dengan perencanaan tata ruang dan kebetulan biasanya

dari dinas tata ruang yang meminta seperti itu. Kalo arsitektur kan memang mereka

tentang bagaimana setiap bangunan, ornamennya gimana kemudian pewarnaan

untuk bangunan2 lama bagaimana, kemudian mengatur itu tadi wisata dengan

berjalan kaki, dengan naik sepeda itu mereka yang mengatur. Tapi kalo kami PWK

itu melihat dalam lingkup yang lebih luas satu kawasan kemudian kebijakan2 apa

yang penting diterapkan pada kawasan itu.

Peneliti : jadi ibu langsung dipekerjakan langsung oleh pemkot ya bu?

Informan : bukan dipekerjakan ya tapi kita sebagai narasumber juga. Jadi

misalkan pemkot ada pekerjaan atau kegiatan ini kami diundang menjadi

narasumber, memberikan masukan2 dari kacamata akademisi khusus nya sebagai

planner itu apa yang harus dilihat. Kalo arsitektur kan building/bangunannya kalo

kita kan melihat dalam lingkup yang lebih makro. Kota lama terhdap kota Semarang

bagaimana. Kemudian kalau nanti dikembangkan menjadi destinasi wisata itu

pengaruhnya terhadap kota Semarang apa. Misalnya kalau kita mau membuat paket

wisata bagaimana mengkolaborasikan atau menghubungkan destinasi wisata kota

lama dengan lawang sewu, dengan sam poo kong, kemudian ada keunikan apa yang

harus dikembangkan di kota lama supaya tidak sekedar orang datang melihat

bangunan lama tapi disitu ada aktifitas apa saja yang bisa dikembangkan. Mulai

beberapa tahun terakhir ini kami juga dari kampus mulai mengadakan kegiatan2

yang lokasinya di kota lama.

Peneliti : contoh kegiatan nya seperti apa bu?

Informan : tahun kemarin di tempat kami kan ada yang namanya diposition

yaitu kegiatan yang dikelola oleh himpunan mahasiswa planologi itu mengadakan

kegiatan workshop, talkshow, dan juga pameran nah temanya waktu itu tentang

konservasi kawasan bersejarah. Sehingga kita pada waktu itu diberi fasilitas oleh

pemkot untuk menggunakan gedung Oudetrap yang ada di kota lama untuk

talkshow dan pameran. Jadi selama 4 hari kita melakukan kegiatan disana sehingga

mengundang pengunjung pun public atau umum itu bisa melihat dan dari situ kita

juga bisa melihat antusiasme dari pengunjung itu ternyata tidak sekedar melihat

bangunan tapi mereka juga ingin tahu di dalamnya itu seperti apa. Kalo kita melihat

kondisi sekarang itu sudah semakin bagus, sudah dibangun walaupun

pembangunannya itu dilakukan oleh kementrian PUPR dari Jakarta kemudian yang

membuat design itu juga konsultan dari Jakarta bukan Semarang tapi dari kondisi

yang semakin baik itu ternyata mengundang banyak pengunjung yang tertarik.

Hanya saja dari kami selalu memberika masukan pada pemerintah kota bagaimana

Page 118: KATA PENGANTAR - STP Bandung

109

mengelola kawasan yang sudah semakin baik dan ramai mengatur untuk

transportasinya supaya tidak macet karena antusiasme masyarakat untuk datang

semakin tinggi. Mungkin kalau ada waktu yang panjang mereka akan piknik atau

berwisata keluar kota ke tempat2 diluar kota Semarang. Tetapi kalo weeknya, yang

senin nya harus bekerja mereka akan mecari temapt2 wisata yang ada di dalam kota.

Karena sekarang kota lama Semarang sudah semakin bagus untuk foto2 indah,

kemudian disana juga ada aktifitas2 lain seperti café, kemudia ada pasar barang

antic, kemudian ada taman lampion , ada juga kegiatan2 seperti festival kota lama

itu dipusatkan disana semua kegiatan seni dan budaya ditampilkan. Nah itu juga

merupaka salah satu cara untuk menarik pengunjung datang kesana. Tetapi disini

kami pun juga memberi masukan kepada pemerintah kota karena suatu kawasan

atau destinasi wisata yang dia semakin baik itu akan menarik pengunjung semakin

besar itu nanti berimbas kepada wadah atau kepada ruang yang disediakan disana.

Kalau kita lihat pengunjung semakin banyak parkir juga membutuhkan ruang yang

semakin luas sementara ini pemerintah kota Semarang kan belum mengatur sampai

kesana banyak yang masih di trotoar, mobil juga yang seharusnya tidak boleh di

dalam masih suka curi2 parkir di dalam. Kemudia sampah walaupun sudah banyak

disediakan temapt sampah, tapi masih banyak yang membuang sembarangan.

Kemudian yang kemarin saya sampaikan ke pemkot juga, disana kan tidak boleh

ada pedagang kaki lima sementara pengunjung itu kan membutuhkan sekedar

minum, makanan ringan, sehingga yang kita lihat disana bukan pedagang yang

berhenti di trotoar tetapi yang sambil di gendong, yang seperti itukan belum diatur.

Kalau kita melihat di pasar barang antic, disitu selain jual barang2 antik yang tema

nya sesuai dengan kawasan kota lama disitu juga ada tempat untuk kuliner

walaupun ringan. Mereka menempati bangunan lama yang sudah di renovasi dan

sekarang khusus untuk jualan. Tetapi disana ada aturan bahwa pedagang disana

tidak boleh memasak karena taku nanti akan terjadi kebakaran apalagi bangunan

lama, jadi yang dijual disana adalah cepat saji. Kemudian keterlibatan2 lainnya

kami dari Akademisi ya dari penelitian2 yang kami lakukan bersama mahasiswa itu

kita sampaikan ke pemkot. Karena yang namanya penelitian itukan idealis ya jadi

tidak ada pengaruh atau pesan2 khusus dari pemkot yang membelokkan arah

penelitian itu jadi murni. Itulah yang kami sampaikan. Misalnya jalur pedestrian

yang sekarang ada, kemarin mahasiswa saya meneliti persepsi dan preferensi jadi

mereka menilai jalur pedestrian yang ada itu menurut mereka bagaimana apakah

sudah sesuai dengan keinginan para pejalan kaki disana, apabila dari user

mengatakan bahwa terdapat kekurangan akan kami sampaikan ke pemkot, selain

itu sampah. Tempat sampah disana kurang, terus tempat untuk toilet tidak ada

misalnya karena hanya tersedia di satu tempat dan tepatnya sangat menggangu

karena berada di depan UMKM yang di pojokkan dekat dengan 3D. Toilet itu

seperti dibangun tidak sesuai ruangnya. Selanjutnya yang tadi saya bilang mengenai

pedagang makan dan minuman ringan yang tidak teratur. Pada waktu kami survey,

dari hasil wawancara, mereka ingin minuman ringan seperti dawet, kalo untuk

Page 119: KATA PENGANTAR - STP Bandung

110

makanan seperti bakso yang tidak terlalu berat. Ya itu kalau dari kami, Akademisi,

sebagai stakeholder itu memberikan masukan2 berasarkan dari penelitian kami.

Ada kekurangan2 apa yang bisa kita sampaikan ke pemkot untuk menjadi evaluasi

dan mungkin nantinya akan ditambahkan disana.

Peneliti : Untuk kedepannya, apakah ada project yang melibatkan akademisi

terkait dengan pengelolaan kota lama?

Informan : setiap tahun biasanya sesuai dengan anggaran tahuanan ya jadi kita

juga tidak tahu apakah pemkot itu tahun depan ada kegiatan lagi yang akan megajak

kita. Tetapi sementara ini, bila ada kegiatan2 seperti FGD tentang kota lama atau

tentang hal2 yang nantinya akan diterapkan di kota lama terkait dengan kebijakan

misalnya mau menyusun Perda yang terkait dengan kota lama, kita diundang utnuk

dilibatkan memberikan masukan, memberikan koreksi atau informasi2 dari

penelitian2 yang sudah dilakukan.

Peneiti : selama kerjasama itu berlangsung, apakah ada hambatan yang

dialami?

Informan : Kita kalo dari akademisi itukan selalu berpikirnya ideal, bahwa

segala sesuatu itu harus yang baik dan benar sesuai dengan aturan, literatur2 yang

kita baca, dan pengalaman2 best practice diluar. Tapi itu kan merupakan hal2 idealis

yang mungkin bagi pemerintah kota sulit untuk diterapkan. Jadi disini kita harus

bisa memilah2 mana saja yang secara akademis itu bisa juga diterapkan disana

sesuai dengan kebijakan2 pemerintah karena tidak bisa otomatis. Nah itulah yang

harus bisa dikoordinasikan ya bagaimana hal2 yang baik itupun bisa diterapkan

pada kondisi yang seperti ini. Dan pemkot pun juga kadang mengalami kendala,

sperti contohnya seluruh bangunan yang ada di kota lama itu bukan milik

pemerintah yang milik pemerintah hanya satu yaitu oudetrap, yang lainnya milik

pribadi. Pemerintah punya aturan tentang kawasan and bangunan cagar budaya

yang sudah ditetapkan tapi pemerintah kan juga tidak punya insentif. Insentif itu

apa yang bisa diberikan kepada pemilik bangunan. Misalnya pemerintah mengatur

bangunan ini tidak boleh berubah harus sesuai dengan aslinya sementara pemilik

mau merenovasi bangunan lama supaya lebih modern misalnya, kemudian akan

melakukan kegiatan usaha supaya laku, kan harus tampilannya seperti ini. Jadi

begini, pemerintah sudah membuat aturan, ini ada pemilik bangunan yang dia juga

sebenarnya harus mentaati, tetapi kan dari pemerintah tidak memberikan apa2

dengan si pemilik bangunan itu tadi, akhirnya bisa saja pemilik bangunan tadi

menjual atau membuat tampilan yang berbeda tetapi sementara ini, pemilik dan

bangunan dengan aturan2 yang ketat terkait kawasan cagar budaya masih diikuti,

jd kalau kita liat kan bangunan nya tidak ada yang kontras hanya ada satu di spigel

depan itu, yang sekarang mangkrak itu sebenarnya gakk boleh, dulunya lahan

kosong tapi ada bangunan baru. Kemudian pada waktu itu kami juga

menyampaikan pada kawasan2 seperti itu harus ada insentif dan disinsentif. Insentif

itu pemerintah memberikan bantuan apa kepada pengguna atau reward, kemudian

disinsentif atau punishment yang diberikan oleh pemerintah bila pengguna

Page 120: KATA PENGANTAR - STP Bandung

111

melanggar aturan. Nah sementara ini yang bisa dilakukan oleh pemkot Semarang

adalah memberikan diskon atau keringanan pembayaran 50% PBB untuk pemilik

bangunan tetapi harus mengurus persyaratan macam2. Nah ini salah satu reward

baru bisa dilakukan oleh pemkot. Dan juga ya kalo kita lihat pembangunan

infrastrukturnya ya seperti dulu itu kan kota lama Semarang daerah rob, tidak hujan

pun selalu banjir, karena intrupsi air laut ya karena dekat dengan pantai, kemudian

dia merusak bangunan2 karena mengandung garam dan itu mempengaruhi struktur

bangunan. Dengan adanya proyek infrastruktur dari kementrian PU, semua drainase

disana diperbaiki dan sekarang sudah tidak terjadi banjir atau rob. Kemudian untuk

saluran utilitas seperti listrik, air, telpon semuanya sekarang sudah dibawah

(underground) supaya tidak mengganggu pemandangan, inilah yang kemudian kita

lihat menju pengembangan ke yang lebih baik untuk kota lama Semarang karena

pemilik maupun pengguna sama2 merawat kawasan tersebut

Peneliti : apa harapan ibu untuk kota lama Semarang kedepannya?

Informan : sebenarnya di Semarang ini kawasan bersejarah banyak ya seperti

pecinan Semarang, itu merupakan kawasan yang dekat dengan kota lama . nah

sementara ini yang sedang dibangun atau yang sedang dipercantik itu baru kota

lama saja. Sementara destinasi2 lainnya itu walau sudah termasuk kedalam paket2

wisata itu belum ditata oleh pemkot. Nah harapannya yang namanya pembangunan

ataupun perbaikan kawasan2 yang nantinya dijadikan sebagai destinasi wisata ya

harus komperhensif tidak hanya pada satu titik saja dan kita berharap untuk

Semarang ini tidak seperti bali ataupun jogja atau solo punya budaya khas.

Semarang ini kan berbagai etnis datang kesini jadi tidak ada ke khususan tersendiri

nah itulah yang harus dikembangkan. Kalau menurut saya, kawasan2 yang ada

orang tinggal disana justru akan lebih mudah untuk dibangun atau dikonservasi.

Karena dia kan tiap hari tinggal disana, otomatis dia akan merawat. Harapannya

nanti pengelolaan nya lebih baik lagi supaya tidak hanya sekedar penghuni dan

pengguna saja yang merawat tapi pemerintah juga peduli, yang tidak hanya sekedar

memotong PBB 50% tapi ada hal2 lain yang menjadi insentif sehingga orang akan

senang

Peneliti : Kalau untuk pembuatan dossier apakah ibu terlibat?

Informan : Tidak, kalo itu kan dari pemerintah kota Semarang dan tim nya.

Pada awal2nya saya memberi masukan saja untuk menuju world heritage itu dilihat

dari kacamata planner jadi saya melihatnya secara ruangan dalam lingkup meso

(kawasan) dan makro (kota). Kemudian kebijakan2 apa yang bisa diterapkan disana

Peneliti : Terakhir bu, ada gak semacam MoU tertulis antara pihak akademisi

dengan pemkot?

Informan : Kalo MoU tuh ada ya hanya saja biasanya kan MoU itu antar

fakultas. Di fakultas teknik itu kan ada 13 departemen jadi dipayungi oleh fakultas

teknik sehingga kalau kita melakukan kegiatan2 itu kita berada di bawah

payungnya, jadi kami yang nanti akan melakukan kegiatan2 detailnya nah itulah

yang kita sampaikan ke pemkot.

Page 121: KATA PENGANTAR - STP Bandung

112

LAMPIRAN 3 KRITERIA PENILAIAN

Kriteria Penilaian Tingkat Pengaruh Stakeholder Dalam Pengelolaan

Kawasan

No Dimensi Indikator Ada

≥4

Ada

3

Ada

2

Ada

1

Tidak

ada

1

Pengaruh

kewenangan

stakeholder

dalam

pengelolaan

kawasan

Memiliki wewenang

untuk mengambil

keputusan atau tindakan

Perlindungan dan

pengamanan objek

wisata

Pembangunan sarana

dan prasarana

Memberikan layanan

perijinan

Penyedia data dan

informasi

5 4 3 2 1

2

Pengaruh

stakeholder

untuk

keberlanjutan

program

pengelolaan

kawasan

Mengembangkan

program

Memantau

keberlanjutan program

Melatih dan

mengembangkan

kapasitas SDM

Mengadakan forum

Memperbaiki fasilitas

5 4 3 2 1

3 Penguasaan

sumber daya

Kekuatan finansial

Fisik (sarana)

SDM

Aturan kelembagaan

Informasi

5 4 3 2 1

4 Bentuk keahlian

stakeholder

Peneliti/pengkaji

Tenaga kerja lapangan

Penggalang dana

Penyuluh

Pemilik gedung

5 4 3 2 1

5

Kekuatan

kompensasi

stakeholder

dalam

pengelolaan

kawasan

Pemberian upah/gaji

Pemberian lahan

Pemberian

kegiatan/acara

Pemberian award

Lainnya

5 4 3 2 1

Keterangan: 5 = Sangat Tinggi, 4 = Tinggi, 3 = Cukup, 2 = Kurang, 1 = Rendah.

Page 122: KATA PENGANTAR - STP Bandung

113

Kriteria Penilaian Tingkat Kepentingan Stakeholder Dalam Pengelolaan

Kawasan

No Dimensi Indikator Ada

≥4

Ada

3

Ada

2

Ada

1

Tidak

ada

1

Keterlibatan

stakeholder

dalam

pengelolaan

kawasan

Perencanaan kawasan

Pengorganisasian

Pelaksanaan

Pengawasan

Evaluasi

5 4 3 2 1

2

Program kerja

stakeholder

dalam

pengelolaan

kawasan

Edukasi/Event

Inventarisasi

Rehabilitasi/

Revitalisasi

Perlindungan kawasan

Pengkajian/ Penelitian

5 4 3 2 1

3

Manfaat

pengelolaan

kawasan bagi

stakeholder

Sumber penerimaan

Menciptakan lapangan

pekerjaan

Membuka akses

Promosi daerah

Mendorong

pembangunan daerah

5 4 3 2 1

4

Tingkat

ketergantungan

stakeholder

dalam

pengelolaan

kawasan

81-100% Kawasan

Kota Lama sebagai

sumber pendapatan

61-80% Kawasan Kota

Lama sebagai sumber

pendapatan

41-60% Kawasan Kota

Lama sebagai sumber

pendapatan

21-40% Kawasan Kota

Lama sebagai sumber

pendapatan

<21% Kawasan Kota

Lama sebagai sumber

pendapatan

5 4 3 2 1

5

Kesesuaian

tupoksi

stakeholder

terkait

pengelolaan

kawasan

>20% dalam tupoksi

16-20% dalam tupoksi

11-15% dalam tupoksi

6-10% dalam tupoksi

<5% dalam tupoksi

5 4 3 2 1

Keterangan: 5 = Sangat Tinggi, 4 = Tinggi, 3 = Cukup, 2 = Kurang, 1 = Rendah.

Page 123: KATA PENGANTAR - STP Bandung

114

LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI WAWANCARA

Bersama Mba Dea (Pemandu Lokal) - Ibu Rina (Dosen Planologi UNDIP)

Bersama Bu Nik (Distaru Kota Semarang)

Bersama Pak Ariawan (DMO)

Page 124: KATA PENGANTAR - STP Bandung

115

LAMPIRAN 5 SURAT PENELITIAN

Surat Pernyataan Penelitian

Page 125: KATA PENGANTAR - STP Bandung

116

Surat Lokus

Page 126: KATA PENGANTAR - STP Bandung

117

LAMPIRAN 6 FORMULIR BIMBINGAN

Page 127: KATA PENGANTAR - STP Bandung

118

Page 128: KATA PENGANTAR - STP Bandung

119

Page 129: KATA PENGANTAR - STP Bandung

120

Page 130: KATA PENGANTAR - STP Bandung

121

LAMPIRAN 7 TURNITIN

Page 131: KATA PENGANTAR - STP Bandung

122

BIODATA

A. DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Fatryzsa Noor Syifa

Alamat : Pondok Pekayon Indah Blok CC 38 No. 4 Bekasi

Selatan 17148

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Mei 1998

Telepon : 083813526454

E-mail : [email protected]

B. DATA ORANG TUA

Nama Ibu : Vera Jostiantin

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)

C. PENDIDIKAN FORMAL

2003 – 2009 : SDN Pekayon Jaya IV

2009 – 2012 : SMP Negeri 12 Bekasi

2012 – 2015 : SMA Negeri 8 Bekasi

2015 – 2019 : Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung