bab i - stp bandung

155

Upload: others

Post on 15-Jun-2022

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di
Pulau Kalimantan dengan ibukota Pontianak. Kalimantan Barat memiliki
julukan sebagai provinsi “Seribu Sungai” karena kondisi geografisnya yang
memiliki ratusan sungai besar dan kecil, yang beberapa diantaranya sering
digunakan sebagai jalur transportasi air. Salah satu sungai yang terkenal di
Kalimantan Barat adalah Sungai Kapuas. Sungai yang memiliki panjang 1.143
km ini merupakan sungai terpanjang di Kalimantan Barat, sekaligus sungai
terpanjang di Indonesia. Hal tersebut menjadikan Sungai Kapuas menjadi daya
tarik wisata di Kalimantan Barat. Tidak hanya Sungai Kapuas, Kalimantan
Barat juga memiliki daya tarik yang cukup terkenal di antaranya adalah Tugu
Khatulistiwa yang merupakan ikon dari Kota Pontianak dan Rumah Betang
sebagai rumah adat khas Kalimantan Barat.
Wisatawan yang datang berkunjung tidak hanya berasal dari nusantara
namun juga mancanegara, di antaranya berasal dari beberapa negara di Eropa,
Amerika dan Asia. Dari segi jumlah kunjungan, wisatawan dari negara-negara
Asia masih tetap mendominasi yaitu sebesar 95,08% dari total wisatawan
mancanegara yang datang ke Kalimantan Barat. Hal ini tidak terlepas dari
lokasi negara-negara tersebut yang berdekatan dengan Kalimantan Barat,
2
terutama Malaysia dan Brunei Darussalam melalui pintu masuk Entikong dan
Badau.
beserta Dinas Kebudayaan Pariwisata Kalimantan Barat telah melakukan
beberapa bentuk promosi dalam memasarkan wisata andalannya salah satunya
yaitu melalui penyelenggaraan Tour De Khatulistiwa, yaitu sebuah
penyelenggaraan event tahunan berupa festival balap sepeda yang diikuti oleh
banyak Negara, selain penyelenggaraan festival, promosi juga dilakukan
melalui website www.indonesia.travel yang mencantumkan daya tarik wisata
Kalimantan Barat.
Salah satu destinasi yang menjadi tujuan utama wisatawan adalah Taman
Nasional Danau Sentarum yang merupakan hulu dari Sungai Kapuas. Taman
Nasional Danau Sentarum merupakan satu-satunya danau di Indonesia yang
memiliki karakteristik pasang surut, yaitu saat musim kemarau danau tersebut
akan surut dan menghilang menjadi sebuah daratan dan saat musim penghujan
danau tersebut akan penuh dibanjiri oleh air. Danau Sentarum ini merupakan
danau pasang surut terbesar se-Asia Tenggara dengan kondisi yang baik.
Secara harfiah, Danau Sentarum merupakan sebuah lahan yang terbanjiri
oleh air yang mampu mencapai ketinggian hingga 6 - 12 meter. Terdapat flora
dan fauna endemik yang hanya dapat ditemukan di Taman Nasional Danau
Sentarum. Flora tersebut diantaranya adalah Dichilanthe Borneensis,
Menungau (Vatikamenungau), Putat (Baringtonia Acutangula), Kayu Tahun
(Carallia Bracteata), Rengas (Gluta Rengas), Kawi (Shorea Balangeran),
Ramin (Gonystylus Bancanus), Rangsa (Eugeissona Ambigua) dan jenis
tumbuhan yang sama dengan tumbuhan endemik Amazon yaitu Pohon
Pungguk (Crateva religiosa).
Selain itu juga terdapat beberapa fauna endemik diantaranya, ikan Siluk
Merah (Scleropages formosus) atau yang lebih dikenal dengan ikan arwana,
Bekantan (Nasalis larvatus), dan Orang utan (Pongo pigmaeus). Dengan
berbagai macam ekosistem endemik yang dimiliki oleh Danau Sentarum
ekologi dan konservasi oleh para peneliti.
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam dan Ekosistem, untuk melindungi kelestarian alam dan fungsinya
diperlukan sistem zonasi untuk dapat dimanfaatkan kekayaan alamnya tanpa
memberikan dampak buruk terhadap Taman Nasional tersebut. Zona-zona
tersebut terbagi ke dalam:
Dalam kaitannya dengan sektor pariwisata, pemanfaatan sumber daya
alam berada di dalam zona penyangga dan zona pemanfaatan. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Kementerian Kehutanan
menyatakan bahwa, “daerah penyangga merupakan wilayah yang berada di
luar kawasan suaka alam maupun kawasan pelestarian alam, baik sebagai
kawasan hutan lain, tanah negara maupun tanah yang dibebani hak, yang
diperlukan dan mampu menjaga keutuhan suaka alam dan kawasan
pelestarian alam”.
Berdasarkan penjelasan tersebut, zona penyangga merupakan wilayah
yang berada di luar Taman Nasional dan pada Taman Nasional Danau
Sentarum pada zona tersebut terdapat desa yang saat ini sedang dalam tahap
pengembangan ekowisata sebagai salah satu fungsi pemanfaatan pada sektor
pariwisata, yaitu Desa Melemba. Hal ini diperkuat dengan pernyataan pihak
KOMPAKH (Komunitas Pariwisata Kapuas Hulu) dalam website
www.kompakh.or.id bahwa, “Dusun Meliau, Desa Melemba merupakan
penyangga kawasan Taman Nasional Danau Sentarum yang berada di
Kabupaten Kapuas Hulu”. KOMPAKH merupakan komunitas pariwisata di
Kabupaten Kapuas Hulu yang dibentuk pada tahun 2005 dan mempunyai
4
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat lokal.
Secara administratif, Desa Melemba berada di wilayah Kecamatan Batang
Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Desa Melemba terbagi ke
dalam 3 (tiga) dusun, yakni dusun Meliau, Manggin, dan Sungai Pelaik. Desa
dengan wilayah sekitar 13.858 ha dan dihuni oleh penduduk yang berjumlah
kurang lebih 333 jiwa ini sedang dalam masa pengembangan menjadi
ekowisata berbasis masyarakat di Kalimantan Barat.
Dikutip dari www.wwf.or.id, Desa Melemba diresmikan oleh WWF
Indonesia Program Kalimantan Barat, Taman Nasional Danau Sentarum
(TNDS), Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), Model Kapuas Hulu, dan
Pemerintah Desa Melemba di Putussibau, melalui nota kesepahaman untuk
mengembangkan Manajemen Ekowisata Berbasis Masyarakat di Desa
Melemba agar mendapatkan Sertifikasi Jasa Lingkungan berbasis pengelolaan
hutan lestari. Selain itu, Kepala Balai Taman Nasional Danau Sentarum
mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu telah menetapkan
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) di koridor antara Taman Nasional
Betung Kerihun dan Taman Nasional Danau sentarum yang merupakan
kawasan strategis untuk melindungi fungsi daya dukung lingkungan.
Hal tersebut bertepatan dengan keberadaan Desa Melemba yang berada di
koridor antara Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung
Kerihun sehingga menjadikannya sebagai desa ekowisata dengan lokasi
strategis sebagai kawasan penyangga untuk melindungi fungsi daya dukung
lingkungan sekaligus sebagai daerah tujuan wisata. Menurut Bapak Hermas
selaku pembantu umum LSM KOMPAKH, mengatakan bahwa “Desa
Melemba belum memiliki sertifikasi pengelolaan berbasis ekowisata
melainkan Desa Melemba baru mengembangkan konsep Community Based
Tourism, karena pengembangan desa yang sedang dalam pengembangan
ekowisata masih di dalam tahap perencanaan”.
Menurut Suansri (2003:14) tentang Community Based Tourism bahwa,
lingkungan, sosial, dan budaya. CBT merupakan alat pembangunan komunitas
dan konservasi lingkungan atau dengan kata lain CBT merupakan alat untuk
mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.
Meskipun belum memiliki Sertifikasi Jasa Lingkungan berbasis
pengelolaan hutan lestari, Desa Melemba telah berjalan sebagai desa
ekowisata yang memiliki kelebihan yang dapat menarik calon wisatawan
untuk berkunjung. Atraksi dan aktifitas aktual yang sedang dikembangkan
oleh KOMPAKH dan dapat dipromosikan kepada wisatawan antara lain
pengamatan satwa liar seperti orang utan, bekantan, dan ikan arwana, trekking
di dalam kawasan hutan, memancing, dan mempelajari budaya Dayak Iban.
Dengan beragam keunikan tersebut, penting bagi Desa Melemba untuk
memiliki strategi pemasaran dan didukung oleh media promosi yang sesuai
untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke daerah tersebut, sedangkan
kegiatan promosi yang dilakukan secara khusus oleh pihak KPP Desa
Melemba sejauh ini belum maksimal. Pada tingkat global, pertumbuhan pasar
ekowisata tercatat jauh lebih tinggi dari pasar wisata secara keseluruhan.
Berdasarkan analisis TIES (2000) pertumbuhan pasar ekowisata berkisar
antara 10-30% pertahun sedangkan pertumbuhan wisatawan secara
keseluruhan hanya 4%. Dengan melihat peluang tersebut, Desa Melemba
dapat melakukan promosi kepada calon wisatawan dengan pasar tertentu agar
tujuan untuk menyampaikan informasi tentang keberadaan destinasi wisata
Desa Melemba ini dapat dikenal lebih luas.
Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan tim peneliti melalui kuesioner
online yang disebar kepada 186 responden secara acak tentang pengetahuan
masyarakat akan keberadaan Desa Melemba, didapatkan hasil bahwa
responden kurang mengetahui akan adanya Desa Melemba sebagai desa
ekowisata, serta minimnya media informasi yang dapat diakses melalui
berbagai media. Peneliti juga tidak menemui wisatawan yang berkunjung ke
Desa Melemba selama 12 hari melakukan penelitian di Desa Melemba, serta
minimnya informasi yang bisa didapatkan dari tour operator baik di Pontianak
maupun Putussibau terkecuali peneliti mendapatkan informasi hanya dari
6
pihak KOMPAKH. Adapun informasi yang bisa didapatkan dari tour operator
hanya mengenai wisata Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman
Nasional Betung Kerihun, sedangkan promosi merupakan salah satu alat yang
sangat penting dalam mendatangkan wisatawan ke destinasi wisata.
KPP Desa Melemba belum secara mandiri melakukan kegiatan promosi
secara khusus tetapi promosi tersebut masih dilakukan oleh lembaga
pendamping seperti WWF Indonesia dan KOMPAKH. Media promosi yang
digunakan oleh Lembaga pendamping salah satunya adalah media internet,
booklet, dan leaflet, serta hasil wawancara yang peneliti lakukan bahwa
sebagian wisatawan Desa Melemba mengetahui informasi mengenai desa
tersebut melalui rekan yang pernah berkunjung ke Desa Melemba sebelumnya
atau word of mouth. Melalui media internet, pencarian data mengenai Desa
Melemba dapat ditemui di website KOMPAKH, blog catatan perjalanan
seseorang, dan melalui berita yang berisi informasi yang hanya bersifat umum.
Adapun berita mengenai Desa Melemba juga terdapat di salah satu majalah
Malaysia, yaitu Majalah Sirip dan Pancing. Sangat disayangkan untuk sebuah
desa yang sedang dalam tahap pengembangan Desa Ekowisata, khususnya
Desa Melemba yang memiliki potensi untuk dijadikan daerah tujuan wisata
dengan fungsinya sebagai zona penyangga Taman Nasional Danau Sentarum
dan lokasinya yang berada di koridor antara Taman Nasional Danau Sentarum
dan Taman Nasional Betung Kerihun, tetapi masih terbatas di dalam
memasarkannya.
Oleh sebab itu, peneliti melakukan penelitian dengan mengidentifikasi
secara lebih dalam produk wisata di Desa Melemba, target pasar Desa
Melemba, serta strategi pemasaran yang nantinya dapat diterapkan oleh Desa
Melemba, dengan judul penelitian “ARAHAN STRATEGI PEMASARAN
DAN MEDIA PROMOSI DESA MELEMBA, KABUPATEN KAPUAS
HULU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT”.
Desa Melemba merupakan salah satu Destinasi Wisata di Kawasan Taman
Nasional Danau Sentarum yang memiliki potensi ekowisata berbasis
masyarakat, namun pemasaran yang dilakukan belum optimal.
Berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan tim peneliti melalui
kuesioner yang disebar kepada 100 responden, didapatkan hasil bahwa calon
wisatawan kurang mengetahui keberadaan Desa Melemba, serta mereka
mengaku bahwa media informasi yang disediakan masih sangat minim. Hal
tersebut diperkuat dengan belum maksimalnya pemanfaatan media promosi
oleh pihak pengelola Desa Melemba yang sedang dalam pengembangan
ekowisata tersebut. Minimnya informasi yang bisa didapatkan dari tour
operator di Pontianak dan Putussibau. Adapun informasi yang bisa didapatkan
dari tour operator hanya mengenai pariwisata Taman Nasional Danau
Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun.
Sesuai dengan fenomena tersebut, maka peneliti merumuskan masalah
pada strategi pemasaran dan media promosi yang nantinya dapat diaplikasikan
oleh Desa Melemba.
C. Pembatasan Masalah
dengan penelitian, sehingga diharapkan penelitian dapat dilakukan lebih
terfokus dan mendalam. Maka dalam penelitian ini penulis membatasinya
berdasarkan ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup substansi.
1. Ruang Lingkup Wilayah
Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.
8
4) Desa Ekowisata
1. Bagaimana strategi pemasaran Desa Melemba?
2. Bagaimana bauran pemasaran Desa Melemba?
3. Media promosi apakah yang tepat untuk target pasar Desa Melemba?
E. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi dan mengkaji segmenting, targetting, dan positioning
sebagai strategi pemasaran Desa Melemba.
2. Mengidentifikasi dan mengkaji bauran pemasaran Desa Melemba.
3. Merumuskan media promosi Desa Melemba.
9
BAB I : PENDAHULUAN
PEMASARAN DAN MEDIA PROMOSI DESA MELEMBA, KABUPATEN
KAPUAS HULU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT, rumusan masalah,
ruang lingkup penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Berisi landasan teori tentang destinasi pariwisata yang di dalamnya berisi
tentang taman nasional, zonasi taman nasional, zona penyangga (buffer zone)
taman nasional, dan desa ekowisata; pemasaran yang di dalamnya berisi
tentang strategi pemasaran (Segmenting. Targeting, Positioning), bauran
pemasaran (7P; product, price, place, promotion, physical evidence, people,
dan process), bauran promosi, dan promosi ekowisata; dan media promosi.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang metode, jenis dan teknik pengumpulan data, populasi dan
sampling, dan teknik analisis data.
BAB IV : DATA TEMUAN DAN ANALISIS
Berisi tentang data temuan pariwisata Desa Melemba, strategi pemasaran
Desa Melemba, bauran promosi Desa Melemba, analisis Ansoff Matrix,
analisis pasar/market, analisis strategi pemasaran, analisis produk, analisis
bauran pemasaran, dan analisis media promosi.
BAB V: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisi tentang kesimpulan atau hasil dari penelitian dan saran mengenai
strategi pemasaran dan media promosinya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
kawasan geografis yang berbeda dalam suatu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat unsur daya tarik wisata, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas, masyarakat serta wisatawan yang saling terkait
dan melengkapi untuk terwujudnya kegiatan kepariwisataan”.
Daya Tarik Wisata Alam menurut Kementrian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif dalam Suryadana (2015) yaitu “sumber daya alam yang
berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan
alami maupun setelah ada usaha budi daya”.
a. Taman Nasional
mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi, yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Howie (2002:121)
menyatakan:
oleh undang-undang maupun peraturan lainnya dan ditetapkan oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kawasan ini
termasuk taman nasional, taman regional, dan taman negara
dimana umumnya pariwisata dan kegiatan rekreasi lainnya
dipromosikan bersama dengan upaya konservasi sumber daya alam
maupun kegiatan budaya yang terkait.
11
menurut kategori II IUCN yaitu:
Taman Nasional adalah kawasan lindung yang dikelola sebagai
perlindungan ekosistem dan rekreasi. Taman nasional merupakan
kawasan alami baik daratan maupun laut yang ditujukan untuk
melindungi integritas 1 (satu) atau lebih ekosistem, untuk masa
kini dan masa yang akan datang, sebagai sarana pengembangan
spiritual, ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata, rekreasi,
terkecuali eksploitasi yang keseluruhannya harus sesuai dengan
lingkungan dan budaya setempat.
Konservasi Keanekaragaman Hayati menyebutkan bahwa, “Taman
Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata dan rekreasi”.
sebagai kawasan taman nasional yaitu sebagai berikut:
1) Memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan
unik yang masih utuh dan alami serta gejala alam yang unik,
2) Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh,
3) Memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses
ekologis secara alami, dan
4) Merupakan wilayah yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona
pemanfaatan, zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai dengan
keperluan.
dimanfaatkan untuk kegiatan sebagai berikut:
1) Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, seperti tempat
penelitian, uji coba, pengamatan, fenomena alam, dan lain-lain,
12
dan lain-lain,
energi air, panas, dan angin serta wisata alam, seperti pemanfaatan
air untuk industri air kemasan, obyek wisaya alam, pembangkit
listrik (mikrohidro/pikohidro), dan lain-lain,
buaya, anggrek, obat-obatan, dan lain-lain,
5) Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya,
seperti kebun benih, bibit, perbanyakan biji, dan lain-lain,
6) Pemanfaatan tradisional, seperti kegiatan pemungutan hasil hutan
(bukan kayu), budidaya tradisional, serta perburuan tradisional
terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi.
b. Zonasi Taman Nasional
Nasional sebagai berikut.
penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-
aspek ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.
Senada dengan definisi di atas, Pasal 1 dalam Permenhut No.
P.56/Menhut-II/2006 menerangkan bahwa yang dimaksud dengan
zona Taman Nasional adalah, “wilayah di dalam kawasan Taman
Nasional yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial,
ekonomi, dan budaya masyarakat”.
efektif dan optimal sesuai dengan kondisi dan fungsinya. Manfaat
sistem zonasi didasarkan pada kondisi lapangan, tujuan pengelolaan
13
pemangku kepentingan (stakeholder) yang lain.
Kriteria penetapan zonasi dalam taman nasional disebutkan dalam
Peraturan Menteri Kehutanan No.P.56/Menhut-II/2006 tentang
Pedoman Zonasi Taman Nasional terinci sistem dan kriteria zonasi
dalam Taman Nasional meliputi zona sebagai berikut:
1) Inti,
2) Rimba,
3) Pemanfaatan,
4) Tradisional,
5) Rehabilitasi,
7) Khusus.
zonasi tersebut dilakukan berdasarkan tingkat derajat kepekaan ekologi
(sensitivitas ecologi), dari yang paling peka sampai yang tidak peka
terhadap intervensi pemanfaatan”. Berturut-turut adalah zona; inti,
perlindungan, rimba, pemanfaatan, koleksi, dan lain-lain (zona
tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, dan zona khusus).
1) Zona inti
Merupakan bagian taman nasional yang mempunyai kondisi
alam baik biota atau fisiknya masih asli dan tidak atau belum
diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk
perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan
khas.
flora dan fauna khas beserta habitatnya yang peka terhadap
gangguan dan perubahan, sumber plasma nutfah dari jenis
tumbuhan dan satwa liar, untuk kepentingan penelitian dan
14
budidaya.
diantaranya adalah perlindungan dan pengamanan, inventarisasi
dan monitoring sumber daya alam hayati dengan ekosistemnya,
penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan
atau penunjang budidaya, serta dapat dibangun sarana dan
prasarana tidak permanen dan terbatas untuk kegiatan penelitian
dan pengelolaan.
untuk melindungi dan mendukung upaya perkembangbiakan dari
jenis satwa liar. Zona rimba memiliki ekosistem dan atau
keanekaragaman jenis yang mampu menyangga pelestarian zona
inti dan zona pemanfaatan.
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan alam bagi
kepentingan penelitian, pendidikan konservasi, wisata terbatas,
habitat satwa migran, dan menunjang budidaya, serta mendukung
zona inti.
meliputi perlindungan dan pengamanan, inventarisasi dan
monitoring sumber daya alam hayati dengan ekosistemnya,
pengembangan penelitian, pendidikan, wisata alam terbatas,
pemanfaatan jasa lingkungan dan kegiatan penunjang budidaya,
pembinaan habitat dan populasi dalam rangka meningkatkan
keberadaan populasi kehidupan liar, serta pembangunan sarana dan
prasarana sepanjang untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan
wisata alam terbatas.
Zona pemanfaatan berfungsi untuk pengembangan pariwisata
alam dan rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian, dan
pengembangan yang menunjang pemanfaatan, serta kegiatan
penunjang budidaya.
mendukung pemanfaatan jasa lingkungan, pengembangan
pariwisata alam, penelitian dan pendidikan, merupakan wilayah
yang memungkinkan dibangunnya sarana prasarana bagi kegiatan
pemanfaatan jasa lingkungan, pariwisata alam, rekreasi, penelitian
dan pendidikan, serta tidak berbatasan langsung dengan zona inti.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona
pemanfaatan meliputi perlindungan dan pengamanan, inventarisasi
dan monitoring sumberdaya alam hayati dengan ekosistemnya,
penelitian dan pengembangan pendidikan, dan penunjang
budidaya, pengembangan potensi dan daya tarik wisata alam,
pembinaan habitat dan populasi, pengusahaan pariwisata alam dan
pemanfatan kondisi/jasa lingkungan, pembangunan sarana dan
prasarana pengelolaan, penelitian, pendidikan, wisata alam dan
pemanfatan kondisi/jasa lingkungan.
ditetapkan untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh
masyarakat yang mempunyai ketergantungan dengan sumber daya
alam.
dari taman nasional oleh masyarakat setempat secara lestari
melalui pengaturan pemanfaatan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya.
meliputi perlindungan dan pengamanan, inventarisasi dan
monitoring potensi jenis yang dimanfaatkan oleh masyarakat,
pembinaan habitat dan populasi, penelitian dan pengembangan,
pemanfaatan potensi dan kondisi sumber daya alam sesuai dengan
kesepakatan dan ketentuan yang berlaku.
5) Zona Rehabilitasi
karena mengalami kerusakan sehingga perlu dilakukan kegiatan
pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami
kerusakan. Zona rehabilitasi berfungsi untuk mengembalikan
ekosistem kawasan yang rusak menjadi atau mendekati kondisi
ekosistem alamiahnya.
fisik, sifat fisik dan hayati yang secara ekologi berpengaruh kepada
kelestarian ekosistem yang pemulihannya diperlukan campur
tangan manusia, adanya invasi spesies yang mengganggu jenis atau
spesies asli dalam kawasan, dan pemulihan kawasan tersebut
sekurang-kurangnya memerlukan waktu 5 (lima) tahun.
17
nasional yang didalamnya terdapat situs religi, peninggalan
warisan budaya dan atau sejarah yang dimanfaatkan untuk kegiatan
keagamaan, perlindungan nilai-nilai budaya atau sejarah.
Zona religi, budaya dan sejarah berfungsi untuk
memperlihatkan dan melindungi nilai-nilai hasil karya
budaya, sejarah, arkeologi maupun keagamaan, sebagai wahana
penelitian, pendidikan dan wisata alam sejarah, arkeologi dan
religius.
penyelenggaraan upacara adat, dan pemeliharaan situs budaya dan
sejarah, serta keberlangsungan upacara-upacara ritual
keagamaan/adat yang ada.
7) Zona Khusus
masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya yang tinggal
sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai taman nasional antara
lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik.
Zona khusus berfungsi untuk kepentingan aktivitas kelompok
masyarakat yang tinggal diwilayah tersebut sebelum
ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional dan sarana penunjang
kehidupannya, serta kepentingan yang tidak dapat dihindari berupa
sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona khusus
meliputi perlindungan dan pengamanan, pemanfaatan untuk
18
populasi dan aktivitas masyarakat serta daya dukung wilayah.
c. Zona Penyangga (Buffer Zone) Taman Nasional
Beckman (2004), menyatakan pendapatnya mengenai zona
penyangga (buffer zone) dalam taman nasional, yaitu sebagai berikut.
Kawasan penyangga berfungsi untuk melindungi kawasan
konservasi terhadap gangguan dari luar dan melindungi kawasan
konservasi terhadap gangguan kawasan pemukiman. Taman
nasional yang terancam perubahan oleh tata guna lahan atau
gangguan lainnya, maka dibentuk zona penyangga (buffer zone)
yang merupakan zona untuk melindungi taman nasional dari
gangguan yang berasal dari luar maupun dari dalam taman
nasional.
“penetapan zona penyangga dilakukan hanya apabila suatu taman
nasional banyak mendapat tekanan”. Wiratno juga menyatakan, “Zona
penyangga dapat berperan sebagai suatu kantong yang menyediakan
berbagai bentuk lapangan kerja bagi penduduk-penduduk desa di
sekitarnya”.
adanya kawasan penyangga diharapkan para penduduk desa di
sekitarnya tidak akan memasuki kawasan taman, dan segala kebutuhan
para penduduk akan dipenuhi oleh kawasan penyangga, sehingga
keutuhan taman nasional dapat terjaga”.
Di Indonesia, kawasan penyangga (buffer zone) di atur dalam
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam, pasal 8 ayat 1 menyatakan bahwa untuk mewujudkan tujuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7, pemerintah menetapkan :
1) Wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga
kehidupan,
kehidupan, dan
penyangga kehidupan.
yaitu wisatawan menginginkan sebuah kegiatan wisata yang kembali
ke alam, dapat berinteraksi dengan masyarakat lokal, mempelajari
budaya dan keunikan lokal yang ada sehingga membuat wisata
pedesaan ini berkembang.
1) Desa Wisata
yang mencerminkan keaslian desa, baik dari segi kehidupan sosial
budaya, adat istiadat, aktifitas keseharian, arsitektur bangunan, dan
struktur tata ruang desa, serta potensi yang mampu dikembangkan
sebagai daya tarik wisata, misalnya: atraksi, makanan dan
minuman, cinderamata, penginapan dan kebutuhan wisata lainya.
Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi,
akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu
struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan
tradisi yang berlaku. Suatu desa wisata memiliki daya tarik yang
khas (dapat berupa keunikan fisik lingkungan alam pedesaan,
maupun kehidupan sosial budaya masyarakatnya) yang dikemas
secara alami dan menarik sehingga daya tarik pedesaan dapat
menggerakan kunjungan wisatawan ke desa tersebut. (Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata, 2011:1).
Priasukmana (2001:38) yaitu:
kepariwisataan dengan penyediaan program alternatif,
b) Menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat desa
setempat, dan
penduduk.
dikutip dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (2011:3),
yaitu:
a) Memiliki potensi daya tarik yang unik dan khas yang mampu
dikembangkan sebagai daya tarik kunjungan wisatawan,
b) Memiliki dukungan ketersediaan SDM lokal, dan
c) Memiliki alokasi ruang untuk pengembangan fasilitas
pendukung seperti sarana dan prasarana berupa komunikasi dan
akomodasi serta aksesibilitas yang baik.
Menurut Sastrayuda (2010) bahwa tidak semua kegiatan
pariwisata yang dilaksanakan di desa adalah benar-benar bersifat
desa wisata, oleh karena itu agar dapat menjadi pusat perhatian
pengunjung, desa tersebut pada hakikatnya harus memiliki hal
yang penting, antara lain:
b) Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa,
c) Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang
secara hakiki menarik minat pengunjung, dan
d) Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana
dasar, maupun sarana lainnya.
pariwisata telah mengalami kemajuan dengan semakin banyaknya
peminat jenis wisata yang berbasis pada kelestarian lingkungan,
sehingga dalam pengembangan destinasi wisata alam didapatkan
hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara manusia
21
alam yang terlestarikan secara baik.
Secara konseptual, ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu
konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan
untuk mendukung upaya-upaya dalam pengelolaan yang
konservatif sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada
masyarakat setempat (Dirjen Pariwisata, 1995). Menurut Fandeli
dan Mukhlison (2000), “ekowisata adalah bentuk suatu wisata
yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih
alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan
keutuhan budaya masyarakat setempat”.
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya merupakan prinsip yang
penting dalam visi ekowisata, kemudian ada tambahan tentang
pemberdayaan masyarakat lokal dan pembangunan ekonomi
kerakyatan dapat menjadi landasan pengembangan untuk
merumuskan misi. Misi ekowisata yang dimaksud yaitu
melestarikan alam dengan mengkonversi sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya. Adanya penciptaan lapangan kerja setempat,
pengembangan ekonomi kerakyatan serta peningkatan pendapatan
lokal maupun regional secara adil, dapat dirumuskan sebagai
strategi pengembangan ekowisata yang menentukan
kewilayahannya berlandaskan ekosistem dan kesatuan
pengelolaannya.
pemberdayaan outbond, dan pemberdayaan masyarakat setempat.
Terdapat 8 prinsip ekowisata menurut The Ecotourism Society
dalam buletin konservasi kepala burung balai besar KSDA Papua
Barat tentang tinjauan black box pengelolaan ekowisata dalam
22
(2011), yaitu:
terhadap alam dan budaya,
c) pendapatan langsung untuk kawasan, artinya pendapatan yang
diperoleh dipergunakan untuk membina, melestarikan, dan
meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam,
d) partisipasi masyarakat dalam perencanaan, artinya masyarakat
diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata
termasuk melakukan pengawasan,
masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam,
f) menjaga keharmonisan dengan alam, artinya semua upaya
pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas
harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam,
g) daya dukung lingkungan, artinya dalam pengembangan
ekowisata harus tetap memperhitungkan daya dukung
lingkungan, dan
3) Desa Ekowisata
telah dijabarkan di atas, secara garis besar maka dapat disimpulkan
bahwa Desa Ekowisata adalah suatu desa wisata yang memiliki
daya tarik khas berupa keunikan fisik lingkungan alam pedesaan,
maupun kehidupan sosial budaya masyarakatnya saling
berintegrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung,
dikemas secara alami dan menarik sehingga daya tarik pedesaan
23
alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan
keutuhan budaya masyarakat setempat.
dengan kesatuan unit geografis di mana di dalamnya terdapat
berbagai komponen yang saling berkaitan dan saling
membutuhkan. Secara umum Hsu (2008) menyatakan bahwa,
“produk dari suatu destinasi pariwisata terdiri dari berbagai
elemen-elemen yang disebut AFAC, yaitu Atraksi (Destination
Attraction), Fasilitas (Destination Facility), Aksesibilitas
(Destination Accessibility) sebagai produk nyata, dan Citra (Image)
sebagai produk tidak nyata”.
destinasi pariwisata terdiri atas 5 (lima) elemen, yakni Destination
attractions and environment, Destination facilities and services,
Accessibility of the destination, Images of the destination, dan
Price to the consumer”.
4) Aktifitas Desa Ekowisata
tercapainya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan, konsep ekowisata ini dinilai cocok untuk
dikembangkan pada daerah alami, dengan beberapa alasan yang
melandasinya, kekayaan dan keanekaragaman hayati, dan
ekowisata yang bertumpu pada sumber daya alam sebagai atrakasi.
Untuk menciptakan suatu kegiatan berwisata yang baik dan
agar dapat sesuai dengan kegiatan konservasi yang ada, perlu
adanya code of conduct yaitu suatu set panduan teknis dalam
melakukan kegiatan operasional yang dikeluarkan oleh pemerintah,
pengelola destinasi wisata, baik objek maupun kawasa wisata serta
24
lingkungan alam, budaya dan binaan dengan membatasi ruang
gerak yang ada, baik untuk wisatawan, usaha pariwisata,
pemerintah, LSM, maupun masyarakat lokal. (Marsongko dan
Budisetyorini dalam Eraydda, 2010)
ekowisata, yaitu:
bertujuan untuk menyediakan alternatif ekonomi secara
berkelanjutan bagi masyarakat di kawasan yang dilindungi.
Beberapa aspek kunci prinsip konservasi diantaranya:
(1) Jumlah pengunjung terbatas atau diatur agar sesuai dengan
daya dukung lingkungan,
setempat,
(4) Ketersediaan Sarana Umum dan Sarana Khusus yang
dibangun tidak merusak atau didirikan pada ekosistem yang
sangat unik dan rentan,
ekosistem yang sangat unik dan rentan, dan
(6) Rancangan fasilitas sedapat mungkin sesuai dengan tradisi
lokal.
penuh dari masyarakat setempat.
diantaranya:
25
ikan, berburu dapat menjadi atraksi,
(2) Mengembangkan paket-paket wisata yang mengedepankan
budaya, seni, dan tradisi local, dan
(3) Penginapan dikelola oleh masyarakat lokal.
c) Prinsip Edukasi
ikut serta melindungi dan melestarikan kawasan konservasi.
Beberapa aspek kunci prinsip edukasi diantaranya:
(1) Edukasi tentang budaya setempat dan konservasi bagi para
turis menjadi bagian dari paket ekowisata, dan
(2) Kegiatan ekowisata mendorong masyarakat dan wisatawan
mendukung dan mengembangkan upaya konservasi.
Dalam pengembangannya, ekowisata memiliki 2 (dua) pendekatan
kegiatan yaitu soft ecotourism dan hard ecotourism. Beberapa hal yang
membedakan bentuk pengembangan soft ecotourim dan hard
ecotourism terdapat pada karakter dan bentuk kunjungan yang
dilakukan oleh ekowisata itu sendiri.
Hard ecotourism dikembangkan dengan melibatkan aktifitas fisik
yang lebih aktif dan menantang, berinteraksi langsung dengan alam
tanpa mengharapkan pelayanan-pelayan khusus serta umumnya
perjalanan dilakukan dan dikelola secara individual tanpa bantuan dari
agen perjalanan atau tour operator seperti dalam soft ecotourism.
Hubungannya dengan Desa Wisata Melemba, atraksi yang dapat
dilakukan di sana tergolong ke dalam atraksi Hard Ecotourism karena
masih terdapat keterbatasan-keterbatasan fasilitas di Desa Wisata
Melemba.
keindahan alam, melihat keragaman flora dan fauna, mengamati satwa
26
yang belum terjamah manusia, berenang di air terjun, danau, atau
pantai, peluang untuk melintasi alam seperti tracking, rafting, dan
snorkeling, dan melihat objek megalitik. Sedangkan kriteria tambahan
dalam pemilihan atraksi ekowisata diantaranya adalah dapat
menikmati atraksi budaya berupa warisan dan peninggalan sejarah,
ikut aktifitas dalam budaya lokal, dan merasakan menu makanan yang
khas.
yang dapat dilakukan di desa wisata dapat berupa kegiatan pertanian,
peternakan, hiking, camping, cross country, dan masih banyak lagi.
2. Pemasaran
sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan
kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan
menukarkan produk yang bernilai satu sama lain”.
Sedangkan Salah Wahab dalam Suryadana (2015:115) menyebutkan
bahwa, “pemasaran pariwisata yaitu suatu proses manajemen yang
dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional atau perusahaan-perusahaan,
termasuk dalam kelompok industri pariwisata untuk melakukan
identifikasi terhadap wisatawan yang sudah punya keinginan untuk
melakukan perjalanan wisata.”
kegiatan pemasaran memanfaatkan sumberdaya yang terbatas untuk
memuaskan keinginan konsumen dan mencapai tujuan perusahaan
(Ali Hasan, 2015).
elemen-elemen yang dapat diubah, diatur, dan disusun yang disebut
dengan bauran pemasaran. Bauran pemasaran terdiri dari produk, harga,
promosi, dan lokasi/tempat atau distribusi yang tepat sesuai dengan
keadaan wisatawan dan sasarannya.
pemasaran yang digunakan oleh perusahaan dengan harapan agar unit
bisnis dapat mencapai tujuan perusahaan”.
Gambar 2.1
Strategi Pemasaran
Di sisi lain, menurut Kartajaya (2003:103), strategi itu sendiri
memiliki tiga unsur utama, yaitu: a) Segmenting, yaitu proses
memanfaatkan peluang dengan membagi- bagi pasar menjadi beberapa
segmen yang akan dilayani. b) Targeting, yaitu proses menempatkan
dengan tepat perusahaan ke dalam segmen target market yang sudah
dipilih sebelumnya. c) Positioning, yaitu langkah perusahaan untuk
membangun persepsi untuk mempengaruhi konsumen.
Dalam hal ini penerapan strategi pemasaran pariwisata yang
berkelanjutan, pengelolaan dan pemantauan dapat memberikan
manfaat yang berharga (triple bottom line) ke daerah-daerah wisata
memungkinkan masyarakat bertahan hidup, pola lanskap dan ekologi
terkait untuk dilestarikan oleh pemasaran bertarget dan diversifikasi
dibidang pariwisata yang dikelola (Ali Hasan, 2015).
28
pengelompokkan pasar ke dalam kelompok pembeli yang potensial
dengan kebutuhan yang sama dan/atau karakteristik yang disukai
serta memperlihatkan hubungan pembelian yang sama pula”.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008: 173), segmentasi pasar
konsumen dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa
variabel, yaitu:
Definisi wilayah menurut Rustiadi (2006), “wilayah dapat
didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik
tertentu komponen-komponen wilayah tersebut satu sama lain
saling berinteraksi secara fungsional”.
b) Segmentasi secara demografis
berdasarkan :
kelompok-kelompok yang berlainan menurut kelas sosial, gaya
hidup atau membagi ciri kepribadian berdasarkan sikap-sikap.
Untuk menganalisi segmentasi berdasarkan psikografis maka
perlu menggunakan konsep motivasi.
29
situasional atau kognitif”.
kesehatan dan kebugaran, petualangan, prestise, dan
interaksi sosial.
dirasakan oleh para wisatawan. Misalnya fasilitas rekreasi
dan tempat bersejarah, persepsi wisatawan dan harapan.
c) Segmentasi secara behavioral
(1) Sikap terhadap sebuah produk. Menurut Gordon Allpor
dalam Hartono Sastrowijoyo,(2005), “sikap adalah
mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan pada
suatu obyek baik disenangi maupun tidak disenangi secara
konsisten”.
Keller(2009),“pemasaran dapat disegmentasikan menjadi
pengguna produk kelas ringan, menengah dan berat”.
(3) Manfaat yang dicari. Menurut Ismayanti (2010), “manfaat
perjalanan yang dicari dari setiap orang beragam antara lain
kualitas, pelayanan, ekonomis, kecepatan dan ketepatan”.
Berdasarkan studi pasar wisata di berbagai negara, TIES (2000)
mencoba memetakan karakteristik sosial-demografis pasar
ekowisatawan sebagai berikut:
35-54 tahun, meskipun ada variasi usia berdasarkan kegiatan
wisata yang diminati dan faktor biaya,
b) Sebesar 50% merupakan perempuan, artinya bahwa ekowisata
bukan lagi dominasi kaum laki-laki,
c) Mereka umumnya berpendidikan tinggi. Sebanyak 82%
diantaranya mencapai tingkat pendidikan tinggi,
d) Sebagian besar (60%) wisatawan menyukai kegiatan wisata
dalam berpasangan, 15% menyukai perjalanan bersama
keluarga, dan hanya 13% suka bepergian sendiri. Ciri yang
menonjol di sini adalah wisata dalam kelompok kecil ataupun
individual (free individual tourist),
yang panjang. Kelompok terbesar menyukai perjalanan dalam
rentang waktu 8-14 hari untuk mencari keunikan alam dan
pengalaman yang lengkap atas perjalanan wisatanya,
f) Wisatawan bersedia membelanjakan uangnya lebih banyak
dibandingkan dengan wisatawan biasa,
alam bebas, kehidupan satwa liar, dan kegiatan hiking/tracking,
dan
adalah untuk menikmati pemandangan alam dan mencari
pengalaman atau tempat baru.
atau karakteristik yang sama yang menjadi tujuan dari promosi dan
membagi segmentasi dari target pasar menjadi 4 macam, yaitu:
a) Undifferentiated (mass) marketing
memutuskan untuk mengabaikan perbedaan segmen dan masuk
ke dalam sebuah pasar dengan hanya satu penawaran.
b) Differentiated (segmented) marketing
untuk menargetkan beberapa segmen pasar dan merancang
beberapa penawaran untuk setiap pasarnya.
c) Concentrated (niche) marketing
kedalam sebuah pasar yang memiliki segmen sedikit dan
sempit.
keinginan konsumen dan konsumen lokal termasuk marketing
lokal dan marketing individual.
sebagai berikut.
di dalam pikiran konsumen ketika melihat atau mendengar
tentang produk atau brand dari perusahaan tersebut.Tujuan
akhir dari positioning adalah terbentuknya suatu proporsi nilai
(value) sebuah produk pada konsumen yang menciptakan suatu
alasan meyakinkan mengapa mereka harus membeli produk
tersebut.
positioning yang dapat dilakukan pemasar dalam memasarkan,
antara lain:
32
fitur spesifik, misalnya ukuran, keamanan, komposisi, bahan,
pengalaman dalam bidang yang digeluti.
b) Penentuan Posisi Menurut Manfaat
Dalam pengertian ini produk diposisikan sebagai pemimpin
dalam suatu manfaat tertentu.
pemakai atau aplikasi tertentu.
Produk diposisikan sebagai pilihan terbaik untuk kelompok
pemakai tertentu.
Klaim produk dihubungkan dengan posisi pesaing utama.
f) Penentuan Posisi Menurut Kategori Produk
Produk diposisikan sebagai pemimpin dalam kategori
produk tertentu.
tinggi lewat harga premium atau sebaliknya menekan harga
murah sebagai indikator nilai.
yang dapat dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuan. Menurut
Buchari Alma dalam Suryadana (2015:139), “marketing mix adalah
strategi mencampur kegiatan-kegiatan marketing, agar dicari
kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil paling
memuaskan”.
mix merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di
pasar sasaran”.
Suryadana (2015:139), yaitu “bauran pemasaran adalah serangkaian
alat pemasaran yang bekerja bersama-sama untuk mempengaruhi pasar
(market place) dimana perusahaan berusaha untuk mencapai hal
tertentu”.
(distribusi). Sedangkan marketing mix dalam pemasaran pariwisata
meliputi 8P yang merupakan ekstensi dari 4P tradisional yang berlaku
untuk produk secara umum.
Traditional Additional
Sedangkan menurut Kotler & Armstrong (2012:62) Bauran
Pemasaran Jasa terdiri dari 7P yaitu :
1) Product (Produk)
dan pengembangan produk atau jasa yang tepat untuk dipasarkan
dengan mengubah produk atau jasa yang ada dengan menambah
dan mengambil tindakan yang lain yang mempengaruhi bermacam-
macam produk atau jasa.
Harga adalah suatu sistem manajemen perusahaan yang akan
menentukan harga dasar yang tepat bagi produk atau jasa dan harus
menentukan strategi yang menyangkut potongan harga,
pembayaran ongkos angkut, dan berbagai variabel yang
bersangkutan.
yang dipakai untuk menyalurkan produk atau jasa dan juga untuk
melayani pasar sasaran, serta mengembangkan sistem distribusi
untuk pengiriman dan perniagaan produk secara fisik.
4) Promotion (Promosi)
memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk atau jasa
yang baru pada perusahaan melalui iklan, penjualan pribadi,
promosi penjualan, maupun publikasi.
Sarana fisik adalah hal nyata yang turut mempengaruhi
keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk
atau jasa yang ditawarkan. Unsur yang termasuk dalam sarana fisik
antara lain lingkungan atau bangunan fisik, peralatan,
perlengkapan, logo, warna, dan barang-barang lainnya.
6) People (Orang)
dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi
pembeli. Elemen dari orang adalah pegawai perusahaan,
konsumen, dan konsumen lain. Semua sikap dan tindakan
karyawan, cara berpakaian karyawan, dan penampilan karyawan
memiliki pengaruh terhadap keberhasilan penyampaian jasa.
Konsumen atau wisatawan terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu
visitors/pengunjung, wisatawan nusantara, dan wisatawan
mancanegara. Leiper (1990) menyatakan bahwa “A domestic
35
tourist is a person who has travelled away from their nowmal
residence to visit some other place(s) at least fourty kilometer
distant, within their home country, ...”. Artinya bahwa
visitors/pengunjung merupakan orang yang datang dari daerah asal
yang berjarak tidak lebih dari 40 km.
Wisatawan Nusantara menurut Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata Indonesia adalah penduduk Indonesia yang melakukan
perjalanan di wilayah teritori Indonesia bukan untuk bekerja atau
sekolah, kurang dari 6 bulan dan atau jarak perjalanan lebih dari
100km (pulang-pergi) yang bukan merupakan lingkungan sehari-
hari.
mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya didorong oleh
1 (satu) atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh
penghasilan di tempat yang dikunjungi dan lamanya kunjungan
tersebut tidak lebih dari 12 bulan (UNWTO).
7) Process (Proses)
jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa seperti
pelanggan jasa akan senang merasakan sistem penyerahan jasa
sebagai bagian jasa itu sendiri.
c. Bauran Promosi
konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi
konsumen dalam kegiatan pembelian atau penggunaan jasa sesuai
dengan kebutuhan.
promosi pariwisata mencangkup beberapa hal sebagai berikut:
1) Memberitahukan (informing) produk pariwisata, perubahan harga
jasa-jasa yang disediakan, meluruskan informasi yang keliru,
mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli dan membangun
citra perusahaan.
ke produk pariwisata tertentu, mendorong calon wisatawan untuk
membeli produk pariwisata saat itu juga dan mengubah persepsi
calon wisatawan terhadap produk yang dihasilkan atau ditawarkan.
3) Mengingatkan (reminding) yang mencangkup:
(a) Mengingatkan permbeli bahwa produk yang bersangkutan
dibutuhkan,
produk perusahaan,
atau iklan, dan
(d) Menjaga agar ingatan pertama para pembeli jatuh pada produk
perusahaan.
penjualan personal, promosi penjualan, dan pemasaran langsung yang
digunakan suatu perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai secara
persuasif dan membangun hubungan dengan wisatawan”. Bauran
promosi terdiri dari:
1) Periklanan (Advertising)
dan promosi ide, barang, atau jasa dengan sponsor tertentu. Bentuk
periklanan yaitu seperti iklan di media cetak dan elektronik, brosur,
banner, spanduk, dan poster.
Promosi penjualan yaitu insentif jangka pendek untuk
mendorong pembelian atau penjualan produk atau jasa. Bentuk
promosi penjualan yaitu seperti diskon, kupon, display, dan demo.
3) Penjualan personal (Personal selling)
Penjualan personal yaitu presentasi pribadi yang dilakukan oleh
wiraniaga suatu destinasi dengan tujuan untuk menghasilkan
penjualan dan membangun hubungan dengan wisatawan.
4) Hubungan masyarakat (Public relations)
Hubungan masyarakat yaitu fungsi hubungan masyarakat
adalah membangun hubungan baik dengan berbagai kalangan
untuk mendapatkan publisitas yang diinginkan, membangun citra
destinasi yang baik, dan menanggapi atau menangani kabar
burung, berita, ataupun kejadian tidak menyenangkan. Bentuk
hubungan masyarakat antara lain press release, sponsorship,
special events, dan situs jaringan internet.
5) Pemasaran langsung (Direct marketing)
Pemasaran langsung yaitu hubungan langsung dengan
wisatawan individual yang ditargetkan secara cermat untuk
memperoleh respon dengan cepat dan membangun hubungan
dengan wisatawan dalam jangka waktu yang lama. Bentuk
pemasaran langsung antara lain adalah katalog, pemasaran melalui
telepon, dan kios.
d. Promosi Ekowisata
ekowisatawan agar promosi yang dilakukan dapat tepat sasaran.
Ekowisatawan adalah segmen wisatawan yang memiliki motif, minat,
dan ketertarikan pada hal-hal yang khusus di daerah tujuan wisata,
terutama pada kegiatan konservasi alam dan budaya yang menjadi
pusat kegiatan wisatanya. Disebut ekowisatawan karena di dalam
perjalanan wisatanya, kelompok ini sangat sensitif dan peduli pada
38
lingkungan sehingga hanya menggunakan sumber daya alam secara
hemat dan yang tidak kalah penting, “contributes to the visited area
through labour or financial means aimed at directly benefiting the
conservation of the site”. (Zifer dalam Orams dalam Damanik, 2006)
Adapun target pasar dan upaya pnya terdapat dalam tabel sebagai
berikut.
No Jenis Karakteristik Upaya
40
dapat mendorong wisatawan untuk mengunjungi destinasi tersebut.
Promosi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengenalkan suatu
destinasi kepada pasar. Promosi meliputi seluruh alat-alat didalam bauran
pemasaran untuk melakukan komunikasi yang persuasif.
Bauran promosi menurut Kotler, Bowen& Maken (2010:358) adalah
“sekumpulan paduan antara iklan, hubungan masyarakat, penjualan
personal, promosi penjualan, dan pemasaran langsung yang digunakan
suatu perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai secara persuasif dan
membangun hubungan dengan wisatawan”. Bauran pemasaran terdiri dari:
a. Periklanan (Advertising)
periklanan yaitu seperti iklan di media cetak dan elektronik, brosur,
banner, spanduk, dan poster.
Promosi penjualan yaitu insentif jangka pendek untuk mendorong
pembelian atau penjualan produk atau jasa. Bentuk promosi penjualan
yaitu seperti diskon, kupon, display, dan demo.
c. Penjualan personal (Personal selling)
Penjualan personal yaitu presentasi pribadi yang dilakukan oleh
wiraniaga suatu destinasi dengan tujuan untuk menghasilkan penjualan
dan membangun hubungan dengan wisatawan.
d. Hubungan masyarakat (Public relations)
Hubungan masyarakat yaitu fungsi hubungan masyarakat adalah
membangun hubungan baik dengan berbagai kalangan untuk
mendapatkan publisitas yang diinginkan, membangun citra destinasi
yang baik, dan menanggapi atau menangani kabar burung, berita,
ataupun kejadian tidak menyenangkan. Bentuk hubungan masyarakat
41
jaringan internet.
Pemasaran langsung yaitu hubungan langsung dengan wisatawan
individual yang ditargetkan secara cermat untuk memperoleh resnpons
dengan cepat dan membangun hubungan dengan wisatawan dalam
jangka waktu yang lama. Bentuk pemasaran langsung antara lain
adalah katalog, pemasaran melalui telepon, dan kios.
.
Bagan Kerangka Pemikiran
Sumber: Adaptasi Hall (2008); Kotler, Bowen, & Maken (2010); dan Mc Cabe (2010)
Destinasi Pariwisata
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang
menggambarkan hasil penelitian dengan cara mendeskripsikan secara lebih
mendalam sehingga lebih mudah untuk dipahami. “Penelitian Deskriptif
adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
suatu fenomena secara detail untuk menggambarkan hal yang terjadi”.
Sedangkan “pengumpulan data penelitian kuantitatif merupakan pengumpulan
data yang datanya bersifat angka – angka statistik yang dapat di kuantifikasi.
Data tersebut berbentuk variabel – variabel dan operasionalisasinya dengan
skala ukuran tertentu misalnya skala nominal, ordinal, interval dan ratio”.
Jonathan Sarwono, (2006:259).
(2005:8) yaitu, “analisis kuantitatif adalah metode ilmiah untuk mencapai
validitas yang tinggi reliabilitasnya dan mempunyai peluang kebenaran ilmiah
yang tinggi, sifat kuantitatif memberi bobot (rating), peringkat (ranking), atau
skor (scoring)”.
instrument (alat ukur) dan konsep analisis berdasarkan angket, checklist
observasi, survey dan sebagainya. Data Kuantitatif bersifat lebih efisien dan
dapat menguji hipotesis, tetapi bisa juga kehilangan konteks yang lebih rinci.
Penelitian kuantitatif, terdiri dari penelitian deskriptif, termasuk survei
didalamnya, korelasi, perbandingan sebab akibat, experimental subjek tunggal
(Gay, dkk.: 2006)
kuantitatif untuk memproleh gambaran dan data-data objektif mengenai
produk dan pasar wisata serta stakeholder yang terlibat dalam pengembangan
pariwisata Desa Melemba sehingga diperoleh data yang akan dipergunakan
sebagai bahan pengembangan promosi Desa Melemba yang berdekatan
Taman Nasional Danau Sentarum.
pengukuran, setiap fenomena sosial dijabarkan kedalam beberapa komponen
masalah, variabel dan indikator dengan symbol – symbol angka dan teknik
perhitungan matematik sehingga diperoleh kesimpulan yang berlaku umum
dalam suatu parameter.
1. Jenis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 (dua) jenis data, yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau
pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun
dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau
responden, yaitu orang yang peneliti jadikan objek penelitian atau
orang yang peneliti jadikan saran mendapatkan informasi atau data.
b. Data Sekunder
hanya perlu mencari dan mengumpulkan. Hanke dan Reitsch
45
atau telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data”.
2. Teknik Pengumpulan Data
penyebaran kuesioner dan dokumentasi.
pengumpulan data saat membuat sebuah karya tulis ilmiah. “Observasi
adalah pengamatan dan pencatatan sistematik atas unsur-unsur yang
muncul dalam suatu gejala atau gejala-gejala yang muncul dalam suatu
objek penelitian”. Hasil dari observasi tersebut akan dilaporkan dalam
suatu laporan yang tersusun secara sistematis mengikuti aturan yang
berlaku.
dilakukan secara sengaja dan sistematis, terarah dan terencana pada
tujuan tertentu dengan mengamati dan mencatat fenomena-fenomena
yang terjadi dalam suatu kelompok orang dengan mengacu pada
syarat-syarat dan aturan penelitian ilmiah”.
Observasi yang tim peneliti lakukan berlokasi di Desa Melemba
khususnya dua dusun yang berada di desa tersebut yaitu Dusun Meliau
dan Dusun Sungai Pelaik. Penelitian dilaksanakan selama 12 hari
dengan lama waktu di Dusun Meliau yaitu 11 hari dan di Dusun
Sungai Pelaik selama 1 hari.
b. Wawancara
percakapan antara peneliti dengan subjek atau responden atau sumber
data.
semi struktur dengan tujuan agar proses pengumpulan data lebih
46
Melemba, Ketua KPP (Kelompok Pengelola Pariwisata) ”Kaban
Mayas”, masyarakat Desa Melemba, dinas terkait yaitu dinas
pariwisata Kabupaten Kapuas Hulu yang memiliki hubungan dalam
pengelolaan pariwisata di Kalimantan Barat khususnya Desa Melemba
yang berdekatan dengan Taman Nasional Danau Sentarum, serta
organisasi yang terlibat dalam pengelolaan yaitu KOMPAKH dan
WWF serta tour operator YOKITA TOUR yang memasarkan tentang
pariwisata minat khusus dan ekowisata.
c. Penyebaran Kuesioner
data primer secara aktif yang dalam hal ini dilakukan dengan
pemberian kuesioner secara langsung oleh peneliti kepada responden
dan diminta mengisi semua pertanyaan yang ada dalam kuesioner.
Teknik pengambilan data dapat dilakukan oleh peneliti yang bertatap
muka langsung dengan responden atau dapat dilakukan dengan cara
kuesioner diberikan kepada responden dan diberi waktu untuk
mengisinya.
primer yaitu informasi secara langsung dari wisatawan mengenai
pariwisata Desa Melemba dan Taman Nasional Danau Sentarum. Tim
peneliti telah menyebarkan sejumlah kuesioner di beberapa lokasi
wisata di Kota Pontianak seperti Tugu Khatulistiwa dan Museum
Kalimantan Barat, namun tidak ditemui seorangpun wisatawan yang
pernah mengunjungi Desa Melemba.
buku-buku, catatan-catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda, dan yang lainnya. Selain itu dokumen
dapat berupa buku harian, laporan, dan surat pribadi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode studi
dokumentasi dalam bentuk foto, gambar, dan dokumen untuk
47
untuk memperkuat data-data lain yang didapatkan.
Adapun buku-buku yang digunakan oleh tim peneliti untuk
mencari data yaitu buku dokumentasi Heart of Borneo yang
diterbitkan oleh WWF (World Wildlife Foundation), buku tamu dari
Dusun Meliau dan Dusun Sungai Pelaik, dan dokumen dari KPP
(Kelompok Pengelola Pariwisata) Desa Melemba yang bernama
“Kaban Mayas”.
digunakan untuk mengumpulkan data, sebagai berikut:
a. Checklist (daftar periksa)
Checklist adalah catatan tertulis tentang apa yang dilihat dan apa
yang dipahami dalam rangka pengumpulan data pada penelitian
kualitatif. Digunakan dalam melakukan penelitian sebagai alat bantu
untuk mencatat informasi penting mengenai kondisi aktual obyek yang
diteliti. Checklist berisi instrumen-instrumen yang menjadi obyek
penelitian. Instrumen yang terdapat dalam checklist tersebut yaitu 7P
(Product, Price, Place, Promotion, People, Process, Physical
Evidence).
digunakan sebagai alat bantu dalam wawancara. Pedoman wawancara
disusun berdasarkan Matriks Operasionalisasi Variabel yang telah
dibuat. Berisikan daftar pertanyaan yang ingin di jawab secara jelas
oleh pihak terkait yang dirasa mengerti akan permasalahan dan
informasi yang ingin diketahui oleh peneliti.
c. Kuesioner/Angket
responden.
48
tersebut berasal dari Matriks Operasionalisasi Variabel (MOV) yang
dibuat.
suatu peristiwa masa lalu. Dokumen berfungsi sebagai data sekunder
yang dibutuhkan untuk memperkuat penelitian. Dokumen yang
digunakan dalam penelitian kali ini adalah jurnal-jurnal penelitian dan
data-data sekunder yang digunakan untuk memperkuat data penelitian.
C. Populasi dan Sampel
yang umum. Populasi dalam penelitian ini adalah pasar wisata yaitu
wisatawan. Wisatawan dalam hal ini merupakan yang pernah berkunjung
ke Desa Melemba.
menggunakan metode/teknik pengambilan Accidental Sampling.
Accidental Sampling yaitu pengambilan sampel secara eksidental
(kebetulan) dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada
atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.
Sampel yang peneliti gunakan merupakan data sekunder yang berasal
dari buku tamu tiap dusun. Hal tersebut dilakukan dengan mengacu
populasi yang dituju yaitu wisatawan yang pernah mangunjungi Desa
Melemba.
49
Ansoff’s Product Market Growth Matrix atau Ansoff Matrix adalah
sebuah teori yang bertujuan untuk menggambarkan alternatif strategi
pengembangan perusahaan yang berfokus pada pasar dan produk baru atau
pasar dan produk yang dimiliki saat ini. Terdapat 4 (empat) kemungkinan
kombinasi pasar-produk, yaitu:
a. Penetrasi Pasar, yaitu berusaha meningkatkan pangsa pasar dengan
produk yang ada saat ini pada segmen pasar yang ada sekarang.
Strategi ini paling tidak beresiko karena usaha peningkatan pangsa
pasar menggunakan sumber daya dan teknologi yang sudah dimiliki,
tidak mengeluarkan banyak investasi baru untuk menambah sumber
daya atau mengembangkan teknologi baru.
b. Pengembangan Pasar, yaitu menawarkan produk yang sudah ada pada
segmen pasar yang baru. Strategi ini berusaha untuk memperluas
pangsa pasarnya dengan menambah segmen pasar dan memperluas
wilayah geografis pemasaran. Pengembangan pasar baru untuk suatu
produk yang spesifik merupakan strategi yang tepat untuk sebuah
perusahaan yang memiliki keunggulan kompetensi terhadap suatu
produk tertentu.
pelanggan, maka pelanggan yang setia lebih mudah menerima produk
baru dari perusahaan tersebut.
dengan cara mengembangkan produk baru pada segmen pasar baru.
Strategi ini merupakan strategi yang paling beresiko karena perusahaan
mencoba untuk membuat produk baru yang mungkin di luar
kompetensinya untuk dijual pada pasar yang benar-benar baru.
Perusahaan mengambil strategi ini karena ada peluang untuk
50
besar juga.
Tabel 3.1
Ansoff Matrix
2. Skala Likert
tidak setuju) yang diperingkatkan sepanjang kontinum”.
Dalam penelitian ini penggunaan skala likert digunakan untuk
mengetahui nilai atau bobot dari produk dan pasar untuk kemudian
dimasukan kedalam kuadran kombinasi produk pasar. Data produk
diperoleh melalui Checklist yang berisi aspek-aspek bauran pemasaran
7P, dan yang digunakan dalam skala likert ini hanya pada komponen
produk yaitu atraksi, amenitas/fasilitas, dan aksesibilitas. Kemudian dari
bauran pemasaran diatas akan dinilai oleh tim peneliti dengan skala 1-3
51
selama berada di Desa Melemba baik di Dusun Meliau maupun di Dusun
Sungai Pelaik, sedangkan data pasar didapatkan melalui data sekunder
berupa buku tamu, yang terdapat di Dusun Meliau atau Dusun Sungai
Pelaik dari tahun 2010 hingga 2015 yang berisi profil wisatawan yaitu
wisatawan mancanegara, wisatawan nusantara, pengunjung/visitors, jenis
kelamin, pekerjaan, motivasi perjalanan, rekan berwisata dan lama tinggal,
namun yang digunakan dalam penilaian skala likert hanya lama tinggal
wisatawan, jumlah kunjungan (pertumbuhan), dan jumlah rekan berwisata
Berikut data tabel skala likert yang digunakan peneliti dalam
menentukan bobot nilai
a. Kriteria Produk
Dalam penelitian ini sumbu (x) adalah produk. Kriteria yang
ditentukan diantaranya :
adalah sebagai berikut :
52
jawab untuk menjaga kelestarian alam. (Weaver 2002)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka daya tarik wisata dalam
hard ecotourism memiliki bobot yang paling tinggi yaitu 3 (tiga)
karena yang diutamakan dan terpenting dalam hard ecotourism
adalah daya tarik wisatanya.
pelayanan yang baik.
kenyamanan fasilitas penginapan.
cenderung tidak memikirkan kenyamanan fasilitas penginapan
dan pelayanan yang baik namun mampu menerima keadaan apa
adanya dari masyarakat lokal setempat sehingga fasilitas
memiliki nilai bobot 2 (dua).
3) Aksesibilitas
mengetahui informasi tentang koleksi objek wisata dengan
pengalaman diri sendiri tanpa bantuan interpretasi pemandu.
b) Make own travel arrangements; membuat sendiri rencana
perjalanan dari daerah asal ke daerah tujuan. Dengan
perhitungan dan moda transportasi yang dipilih sendiri.
Berdasarkan pada kriteria diatas maka aksesibilitas hanya
memiliki nilai pembobotan 1 (satu) dikarenakan dalam hard
ecotourism wisatawan cenderung menghindari kemudahan dan
kenyamanan namun menyukai tantangan. Berikut tabel
pembobotan kriteria produk.
DTW 1 – 3 3
Fasilitas 1 – 3 2
Aksesibilitas 1 – 3 1
b. Kriteria Pasar
Dalam penelitian ini sumbu (Y) adalah pasar. Kriteria yang
ditentukan diantaranya :
sebagai berikut :
Semakin menghabiskan waktu yang lama (hingga berbulan-bulan)
hal tersebut dianggap semakin baik karena uang yang dikeluarkan
menjadi semakin besar sehingga lama tinggal dalam hard
ecotourism memiliki nilai pembobotan yang paling tinggi yaitu 3
(tiga).
dengan daya dukung lingkungan (WWF 2009). Berdasarkan
indikator tersebut maka jumlah kunjungan dalam hard ecotourism
yang notabene merupakan wisata minat khusus memiliki bobot
yang rendah karena jumlah kunjungan yang terlalu banyak
54
mengakibatkan dampak yang buruk bagi daya dukung lingkungan
sehingga jumlah kunjungan memiliki nilai pembobotan 2 (dua).
3) Jumlah rekan berwisata
hanya dalam kelompok-kelompok kecil atau bahkan hanya terdiri
dari 2-3 orang (Weaver 2002).
Dibandingkan dengan lama tinggal dan jumlah kunjungan,
jumlah rekan berwisata tidak memiliki pengaruh yang besar
selama fasilitas dan akomodasi masih terpenuhi dan tidak
mengganggu aktifitas keseharian masyarakat serta daya dukung
lingkungan sehingga rekan berwisata memiliki nilai pembobotan
1 (satu).
Tabel 3.4
Lama Tinggal 1-3 3
Jumlah Kunjungan 1-3 2
c. Menentukan sumbu (x,y)
pemasaran Desa Melemba, maka kriteria dari produk dan pasar diberi
nilai dan bobot hasilnya merupakan sumbu (x, y) dan dari letak
sumbu (x, y) tersebut dapat diketahui letak strategi dalam kuadran
ansoff matrix.
A. Data Temuan
1. Pariwisata Desa Melemba
Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas 29.842 km² memiliki potensi dan
obyek wisata alam berupa geografis, sejarah dan kebudayaan. Potensi
wisata yang berasal dari kondisi geografis yaitu daya tarik wisata alam
seperti Taman Nasional Danau Sentarum, Taman Nasional Betung
Kerihun, Air Terjun, Gunung, Habitat Satwa, Sungai, dan Danau. Potensi
wisata berdasarkan sejarah yaitu meliputi obyek wisata peninggalan-
peninggalan sejarah seperti situs purbakala dan cagar budaya peninggalan
sejarah. Sedangkan, potensi wisata yang berasal dari budaya meliputi
keunikan masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu dengan segala
kebudayaannya seperti perkampungan tradisional, seni tari, seni musik,
hasil kerajinan, dan upacara-upacara adat.
Di dalam Kabupaten Kapuas Hulu terdapat sebuah desa wisata, yaitu
Desa Melemba yang terdiri dari 3 (tiga) dusun yaitu Dusun Meliau, Dusun
Pelaik, dan Dusun Manggin. Selama 12 hari, peneliti melakukan penelitian
di 2 (dua) dusun, yaitu Dusun Meliau dan Dusun Pelaik, sedangkan Dusun
Manggin tidak menjadi ruang lingkup wilayah penelitian karena dusun
tersebut masih tertutup dengan adanya pariwisata.\
56
a. Atraksi dan Aktifitas
Danau Sentarum yang berada di Kabupaten Kapuas Hulu.
Masyarakat yang menghuni dusun ini mayoritas adalah masyarakat
Suku Dayak Iban. Di Dusun Meliau, terdapat Rumah Betang yang
merupakan tempat tinggal masyarakat Dayak Iban. Atraksi atau
daya tarik yang terdapat di Dusun Meliau diantaranya:
a) Hutan Potensial
rendah yang merupakan habitat asli dari berbagai spesies, di
antaranya yaitu Orangutan yang merupakan primata eksotis dan
endemik, Bekantan yang merupakan primata endemik
Kalimantan, Monyet Ekor Panjang, Beruk, Lutung Dahi Putih,
Lutung Merah, dan berbagai mamalia lainnya.
Aktifitas yang dapat dilakukan wisatawan di hutan
potensial ini adalah pengamatan satwa liar di habitat aslinya,
dan terdapat jalur tracking menuju stasiun riset melewati dua
bukit, dan rawa-rawa.
ikan air tawar termasuk di antaranya adalah Ikan Arwana yang
merupakan ikan endemik Kalimantan, Ikan Toman, dan Buaya
Senyulong.
danau tersebut, karena ikan-ikan yang berada di danau-danau
57
oleh para pemancing.
digunakan sebagai akses utama masyarakat Dusun Meliau
untuk melakukan aktifitas mereka.
berdekatan dengan Dusun Pelaik dan dibatasi dengan
Bukit Peninjau yang bisa digunakan untuk kegiatan tracking.
Kegiatan tracking dapat dimulai dari Dusun Meliau maupun
Pelaik. Selama melakukan tracking, wisatawan dapat
melakukan pengamatan satwa dan bermalam di stasiun riset
milik WWF.
Pelaik meyoritas dihuni oleh wanita, sedangkan laki-lakinya
merantau untuk bekerja di Malaysia. Di Dusun Pelaik terdapat
satu-satunya rumah tinggal, yaitu Rumah Betang yang berada di
tengah hutan.
betang tunggal yang berada di dalam kawasan hutan. Di sekitar
Dusun Pelaik terdapat hutan rawa dan dataran rendah serta budaya
keseharian para masyarakatnya.
seperti budaya penyembuhan, penyambutan adat, tenun dan gawai
yang merupakan upacara lepas panen. Selain itu wisatawan juga
dapat melakukan tracking, pengamatan tanaman anggrek hitam,
serta berburu secara tradisional bersama masyarakat lokal Dusun
Pelaik.
58
menginap di Rumah Betang milik warga lokal yang di dalamnya
terdapat bilik-bilik yang sudah dikembangkan menjadi homestay.
Di sekitar Danau Merebung juga terdapat rumah apung
(Floating House) yang biasa digunakan bagi para pemancing untuk
beristirahat. Selain itu juga terdapat sebuah pondok pengamatan
satwa (stasiun riset) di hutan Bukit Peninjau dengan fasilitas yang
sangat sederhana.
yang sudah dikembangkan menjadi homestay bagi wisatawan.
Namun apabila bermalam di dalam hutan, wisatawan harus
menggunakan tenda untuk menginap. Terdapat MCK yang bersih
dan layak untuk dipakai, namun wisatawan juga dapat memilih
untuk mandi di aliran sungai jernih yang berada tidak jauh dari
MCK yang disediakan.
masuk yang berbeda, yaitu sebagai berikut:
1) Pintu Masuk Pontianak
menggunakan taksi (Kijang Inova) atau menggunakan Bus Sentosa
menuju Putussibau selama ± 15 jam. Di Putussibau wisatawan
dapat menginap di hotel-hotel melati yang letaknya tidak jauh dari
pusat kota Putussibau dan basecamp KOMPAKH. Wisatawan
dapat mengunjungi basecamp KOMPAKH apabila memerlukan
jasa pemandu dari anggota KOMPAKH menuju Desa Melemba.
Dari Putussibau, wisatawan menempuh perjalanan ± 4 jam
menuju Lanjak untuk transit dan beristirahat selama 1 hari di
59
melewati Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) harus melihat
keadaan cuaca dan musim, karena apabila musim hujan maka
wisatawan harus menggunakan speed boat melewati TNDS untuk
langsung menuju ke Desa Melemba, namun apabila musim
kemarau atau kering maka wisatawan harus menggunakan ojek
untuk melewati TNDS yang sedang surut dan perjalanan yang
ditempuh akan semakin panjang karena wisatawan harus berganti
transportasi yaitu speed boat saat tiba di Sungai Lemboyan untuk
menuju Desa Melemba.
Perjalanan yang ditempuh saat menaiki ojek ± 2 jam, dan pada
saat berganti transportasi menjadi speed boat untuk menuju Desa
Melemba atau lebih tepatnya Dusun Meliau maka wisatawan harus
menempuh perjalanan selama ± 1,5 jam.
2) Pintu masuk Badau
dapat memilih 2 (dua) alternatif saat musim kemarau yaitu
menggunakan mobil sewaan/mobil pribadi, atau wisatawan dapat
menggunakan transportasi umum yaitu Bus DAMRI jurusan
Badau-Putussibau sampai di Lanjak ± 1 jam 30 menit.
Setelah sampai di Lanjak, wisatawan dapat menghubungi
Ekspedisi Ojek Danau Sentarum untuk menaiki ojek sampai ke tepi
Sungai Leboyan selama ± 3 jam yang dilanjutkan dengan
menggunakan speed boat sampai ke Desa Melemba atau Dusun
Meliau selama ± 2 jam 30 menit. Namun apabila di Musim
Penghujan, wisatawan tidak perlu menggunakan ojek untuk
melewati Taman Nasional Danau Sentarum dan Sungai Nanga
Lemboyan melainkan langsung menggunakan speed boat selama ±
2 jam.
melalui Dusun Meliau melewati jalur darat maupun air dan
dibedakan berdasarkan musim kemarau dan musim penghujan.
60
Lewat jalur air, wisatawan dapat menyewa boat dari Dusun Meliau
menuju Desa Telatap, kemudian perjalanan dilanjutkan melewati
Danau Telatap sampai ke pintu masuk Dusun Pelaik. Jika musim
kemarau, wisatawan hanya bisa menaiki boat dari Dusun Meliau
ke Desa Telatap. Setelah itu, perjalanan menuju Dusun pelaik
dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati Danau Telatap yang
kering sekitar 3 jam.
perjalanan bisa dimulai dari Danau Merebung menuju pintu masuk
stasiun riset, kemudian wisatawan melakukan tracking melewati
bukit peninjau sekitar 6 jam perjalanan. Selama tracking,
wisatawan bisa mengamati flora dan fauna yang ada di sana, dan
tracking yang dilakukan ini harus di dampingi oleh guide.
3) Pintu masuk Entikong
menuju Putussibau melalui Jalan Lintas Malindo dan Jalan Raya
Sosok II selama ± 10 jam, dan dilanjutkan menuju Lanjak selama ±
4 jam.
melewati Taman Nasional Danau Sentarum sampai ke tepi sungai
Nangan Lemboyan selama ± 2 jam dan dilanjutkan menggunakan
boat untuk ke Desa Melemba, Dusun Meliau selama ± 2 jam 30
menit. Jalur dari Lanjak menuju Desa Melemba atau Dusun Meliau
adalah sama dengan jalur yang digunakan apabila wisatawan
melalui pintu masuk Pontianak maupun Badau.
4) Image
kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. Desa Melemba
berjarak jauh dari kota dan memiliki akses yang sulit dan jauh
sehingga keberadaannya masih kurang dikenal masyarakat
luas. Desa ini terdiri 3 (tiga) dusun yaitu Dusun Meliau, Dusun
61
Pelaik lebih dikenal sebagai destinasi wisata yang masing-
masingnya memiliki keunikan produk wisata yang berbeda-
beda.
menggunakan boat atau sampan karena Desa Melemba
dikelilingin sungai dan danau-danau sebagai sumber kehidupan
mereka.
dikenal masih terjaga dengan baik dengan mayoritas
masyarakat yang tinggal di Desa Melemba adalah suku Dayak
Iban dimana adat istiadat masih dijunjung tinggi masyarakat
disana.
tracking, dan pengamatan satwa. Untuk menuju Desa Melemba,
wisatawan dapat menempuh perjalanan dari 3 (tiga) pintu masuk
yaitu Pontianak, Entikong, dan Badau karena letaknya yang
berbatasan dengan Malaysia. Mayoritas wisatawan yang datang ke
Desa Melemba merupakan wisatawan yang berasal dari Malaysia.
Untuk wisatawan nusantara, sebagian besar menempuh perjalanan
melalui pintu masuk dari Pontianak.
Desa Melemba masih kurang diketahui keberadaannya karena
jaraknya yang jauh dari kota dan kurangnya sistem informasi yang
menyediakan informasi tentang Desa Melemba. Masyarakat Desa
Melemba sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan
nelayan. Mata pencaharian masyarakat Desa Melemba bergantung
kepada musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan karena
surutnya air sungai dapat menghambat kegiatan sehari-hari.
62
Betang yang merupakan rumah adat khas suku Dayak Iban.
2. Strategi Pemasaran
datang mengunjungi Desa Melemba dari daerah asal yang
berjarak tidak lebih dari 40 km, berdasarkan konsep yang
dikemukakan oleh Leiper yaitu “A domestic tourist is a person
who has travelled away from their normal residence to visit
some other place(s) at least fourty kilometer distant, within
their home country, ...”. Berdasarkan data sekunder berupa
buku tamu di Dusun Meliau, ada sekitar 130 orang
visitors/pengunjung selama kurun waktu 5 tahun dari tahun
2010 sampai tahun 2015 atau sekitar 24% dari total kunjungan
ke Dusun Meliau.
berasal dari Lanjak. visitors/pengunjung Dusun Meliau berjenis
kelamin laki-laki (91%) dan perempuan (9%) yang umumnya
bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi
kemasyarakatan, atau instansi pemerintah sebanyak 66%,
wiraswasta 27%, dan guide/pendamping sebanyak 7%.
Motivasi berkunjung dari visitors/pengunjung yang
berkunjung ke Dusun Meliau adalah untuk pendidikan,
penelitian, dan kunjungan kerja sebanyak 62%, berwisata
(memancing/pengamatan satwa) sebanyak 19%, mengunjungi
kerabat sebanyak 12%, dan sebagai pendamping/guide
sebanyak 7%. Sebagian besar visitors/pengunjung datang ke
Dusun Meliau bersama grup 2-5 orang yaitu sebanyak 57%,
63
bersama grup lebih dari 10 orang sebanyak 13%, dan datang
sendiri atau solo traveller sebanyak 7%. Sedangkan untuk lama
tinggal, sebanyak 46% visitors/pengunjung tinggal selama 3-7
hari, 32% tinggal selama 2(dua) hari, 12% tinggal selama
1(satu) hari, dan 10% tinggal selama lebih dari 7 hari.
b) Wisatawan Nusantara
melakukan perjalanan di wilayah teritori Indonesia bukan
untuk bekerja atau sekolah, kurang dari 6 bulan dan atau jarak
perjalanan lebih dari 100 km (pulang-pergi) yang bukan
merupakan lingkungan sehari-hari, dalam hal ini merupakan
wisatawan yang berasal dari wilayah Indonesia di luar
Kecamatan Batang Lupar atau berjarak lebih dari 40km dari
Dusun Meliau. Berdasarkan data sekunder berupa buku tamu di
Dusun Meliau, ada sekitar 287 orang wisatawan nusantara
selama kurun waktu 5 tahun dari tahun 2010 sampai tahun
2015 atau sekitar 54% dari total kunjungan ke Dusun Meliau.
Wisatawan nusantara berasal dari seluruh wilayah di
Indonesia di luar Kecamatan Batang Lupar dan mayoritas
wisatawan nusantara berasal dari Provinsi Kalimantan Barat
sebanyak 45% (Kecamatan Putussibau dan Kota Pontianak)
dan sebanyak 22% berasal dari daerah di luar Provinsi
Kalimantan Barat (Kota Jakarta dan Kota Bandung).
Wisatawan nusantara Dusun Meliau berjenis kelamin laki-laki
(83%) dan perempuan (17%) yang umumnya bekerja di
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi
kemasyarakatan, atau instansi pemerintah sebanyak 77%,
wartawan atau jurnalis sebanyak 8%, wiraswasta sebanyak 5%,
klub memancing dan mahasiswa masing-masing sebanyak 4%,
dan lainnya seperti guide/pendamping sebanyak 2%.
64
berkunjung ke Dusun Meliau adalah untuk pendidikan,
penelitian, dan kunjungan kerja sebanyak 66%, berwisata
(memancing/pengamatan satwa) sebanyak 31%, dan sebagai
pendamping/guide sebanyak 3%. Sebagian besar wisatawan
nusantara datang ke Dusun Meliau bersama grup 2-5 orang
yaitu sebanyak 51%, datang bersama grup 6-10 orang sebanyak
31%, datang sendiri atau solo traveller sebanyak 13%, dan
datang bersama grup lebih dari 10 orang sebanyak 5%.
Sedangkan untuk lama tinggal, sebanyak 45% wisatawan
nusantara tinggal selama 3-7 hari, 26% tinggal selama 2(dua)
hari, 21% tinggal selama 1(satu) hari, dan 8% tinggal selama
lebih dari 7 hari.
mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya didorong
oleh 1 (satu) atau beberapa keperluan tanpa bermaksud
memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi dan
lamanya kunjungan tersebut tidak lebih dari 12 bulan
(UNWTO). Berdasarkan data sekunder berupa buku tamu di
Dusun Meliau, ada sekitar 116 orang wisatawan mancanegara
selama kurun waktu 5 tahun dari tahun 2010 sampai tahun
2015 atau sekitar 22% dari total kunjungan ke Dusun Meliau.
Wisatawan mancanegara berasal dari seluruh wilayah di
luar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mayoritas
wisatawan mancanegara berasal dari negara-negara Asia
sebanyak 45% (Malaysia dan Jepang), negara-negara Eropa
sebanyak 33% (Perancis dan Belanda), Australia sebanyak
14%, dan Amerika sebanyak 8%. Wisatawan mancanegara
Dusun Meliau berjenis kelamin laki-laki (83%) dan perempuan
(17%) yang umumnya merupakan anggota dari Klub
memancing yaitu sebanyak 58%, bekerja di Lembaga Swadaya
65
20%, wartawan atau jurnalis sebanyak 9%, mahasiswa
sebanyak 3%, dan lainnya seperti guide/pendamping sebanyak
20%.
berkunjung ke Dusun Meliau adalah untuk pendidikan,
penelitian, dan kunjungan kerja sebanyak 79% dan berwisata
(memancing/pengamatan satwa) sebanyak 21%. Sebagian besar
wisatawan mancanegara datang ke Dusun Meliau bersama grup
2-5 orang yaitu sebanyak 59%, datang bersama grup 6-10
orang sebanyak 24%, datang sendiri atau solo traveller
sebanyak 12%, dan datang bersama grup lebih dari 10 orang
sebanyak 5%. Sedangkan untuk lama tinggal, sebanyak 51%
wisatawan mancanegara tinggal selama 3-7 hari, 19% tinggal
selama 1(satu) hari, 16% tinggal selama 2(dua) hari, dan 14%
tinggal selama lebih dari 7 hari.
2) Dusun Pelaik
datang mengunjungi Desa Melemba dari daerah asal yang
berjarak tidak lebih dari 40km berdasarkan konsep yang
dikemukakan oleh Leiper yaitu “A domestic tourist is a person
who has travelled away from their nowmal residence to visit
some other place(s) at least fourty kilometer distant, within
their home country, ...”. Berdasarkan data sekunder berupa
buku tamu di Dusun Pelaik, ada sekitar 4 orang
visitors/pengunjung selama kurun waktu 1 tahun di tahun 2015
atau sekitar 6% dari total kunjungan ke Dusun Pelaik.
Visitors/pengunjung berasal dari seluruh daerah di
Kecamatan Batang Lupar dan mayoritas visitors/pengunjung
berasal dari Dusun Meliau yaitu dusun tetangga.
visitors/pengunjung Dusun Pelaik berjenis kelamin laki-laki
66
Dusun yang tinggal di Dusun Meliau, lalu lainnya berasal dari
Semitau dan Tekenang yang bertujuan untuk berwisata.
Motivasi berkunjung dari visitors/pengunjung yang
berkunjung ke Dusun Pelaik adalah untuk berwisata sebesar
41%, penelitian 30% dan untuk kunjungan kerja sebesar 29%.
Sebagian besar visitors/pengunjung datang ke Dusun Meliau
bersama grup 2-5 orang yaitu sebanyak 50%, datang bersama
grup 6-10 orang sebanyak 25%, datang bersama grup lebih dari
10 orang sebanyak 25%, dan datang sendiri atau solo traveller
sebanyak 0%. Sedangkan untuk lama tinggal, sebanyak 75%
visitors/pengunjung tinggal selama 2 hari, dan sisanya sebanyak
25% selama 1 hari.
melakukan perjalanan di wilayah teritori Indonesia bukan untuk
bekerja atau sekolah, kurang dari 6 bulan dan atau jarak
perjalanan lebih dari 100 km (pulang-pergi) yang bukan
merupakan lingkungan sehari-hari, dalam hal ini merupakan
wisatawan yang berasal dari wilayah Indonesia di luar
Kecamatan Batang Lupar atau berjarak lebih dari 50km dari
Dusun Pelaik. Berdasarkan data sekunder berupa buku tamu di
Dusun Pelaik, ada sekitar 47 orang wisatawan nusantara selama
1 tahun dari total kunjungan ke Dusun Pelaik.
Wisatawan nusantara berasal dari seluruh wilayah di
Indonesia di luar Kecamatan Batang Lupar dan mayoritas
wisatawan nusantara berasal dari Provinsi Kalimantan Barat
sebanyak 69% (Kota Putussibau dan Kota Pontianak) dan
sebanyak 23% berasal dari daerah di luar Provinsi Kalimantan
Barat (Kota Jakarta, Kota Bandung, Yogyakarta). Wisatawan
nusantara Dusun Pelaik berjenis kelamin laki-laki (62%) dan
perempuan (38%) yang umumnya bekerja di Lembaga
67
instansi pemerintah sebanyak 71%, wartawan atau pelajar
sebanyak 21%, dan lainnya 8%.
Motivasi berkunjung dari wisatawan nusantara yang
berkunjung ke Dusun Pelaik adalah kunjungan kerja sebanyak
35%, penelitian 33%, monitoring/pelatihan 30% dan sebesar
2% berwisata. Sebagian besar wisatawan nusantara datang ke
Dusun Pelaik bersama grup 2-5 orang yaitu sebanyak 60%, solo
traveller sebanyak 20%, dan 10% grup 6-10 orang dan sisanya
10% grup lebih dari 10 orang. Sedangkan untuk lama tinggal,
sebanyak 59% wisatawan nusantara tinggal selama hari, 30%
tinggal selama 1 hari, 11% tinggal selama 3-7 hari.
c) Wisatawan Mancanegara
mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya didorong
oleh 1 (satu) atau beberapa keperluan tanpa bermaksud
memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi dan
lamanya kunjungan tersebut tidak lebih dari 12 bulan
(UNWTO). Berdasarkan data sekunder berupa buku tamu di
Dusun Pelaik, ada sekitar 13 orang wisatawan mancanegara
selama 1 tahun.
wisatawan mancanegara berasal dari negara-negara Asia
sebanyak 31% (Malaysia dan singapura), negara-negara Eropa
sebanyak 46% (Swiss dan Belanda), Australia sebanyak 15%,
dan Amerika sebanyak 8%. Wisatawan mancanegara Dusun
Pelaik berjenis kelamin laki-laki (85%) dan perempuan (15%)
yang umumnya 36% pelajar lalu sebesar 55% dari
LSM/instansi dan 9% lainnya.
berkunjung ke Dusun Pelaik murni untuk berwisata karena
68
datang ke Dusun Pelaik bersama grup 2-5 orang yaitu sebanyak
100%. Sedangkan untuk lama tinggal, semua wisatawan
mancanegara tinggal selama 2 hari.
b. Targeting
Pelaik baik visitors/pengunjung, wisatawan nusantara, maupun
mancanegara didapatkan targeting sebagai berikut.
69
Targeting Desa Melemba
No Aspek Wisatawan Dusun Meliau Dusun Pelaik Simpulan Data Temuan Targeting
1 Asal
Kalimantan (Jakarta dan Bandung)
Kalimantan (Jakarta dan
(Perancis)
laki
laki
melakukan penelitian
dan grup 6-10 orang
Didominasi oleh grup 2-5
Didominasi oleh regu 2-5
Mancanegara Didominasi oleh grup 2-5 Orang Didominasi oleh regu 2-5
Orang
yang ingin tinggal selama 3-7
hari
1 malam
tinggal selama 3-7 hari
malam
tinggal selama 3-7 hari
malam
72
aktual disimpulkan sebagai berikut.
1) Berdasarkan Aspek Geografis
Asia, Belanda dan Perancis untuk wilayah Eropa, dan Australia.
2) Berdasarkan Aspek Demografis
(nusantara dan mancanegara) berjenis kelamin laki-laki, atau
perempuan yang menyukai wisata petualang.
Target pasar berdasarkan pekerjaannya adalah visitors atau
pengunjung dan wisatawan (nusantara dan mancanegara) yang
bekerja di LSM, organisasi kemasyarakatan, instansi pemerintah,
mahasiswa, anggota klub memancing, dan wartawan.
3) Berdasarkan Aspek Psikografi
(nusantara dan mancanegara) yang ingin melakukan penelitian
serta hard ecotourist (berwisata petualang seperti memancing,
pengamatan satwa, dan budaya lokal suku Dayak Iban).
c. Positioning
pengunjung/visitors dan wisatawan baik nusantara maupun
mancanegara di Dusun Meliau dan Dusun pelaik serta data primer
berupa wawancara, bahwa Dusun Meliau dan Dusun Pelaik menjadi
tujuan wisata karena produk wisata yang ditawarkan berupa daya tarik
wisata alam yang beragam dan digemari oleh wisatawan yang ingin
meneliti keanekaragaman hayati serta ingin berwisata petualang seperti
memancing, mengamati satwa, dan mempelajari budaya lokal suku
Dayak Iban.
Desa Melemba, maka Positioning yang tepat adalah Desa Melemba
73
spesifik yaitu peneliti dan wisatawan yang menyukai kegiatan
menantang atau petualangan, khususnya di Dusun Meliau dan Dusun
Pelaik dengan segala keterbatasan fasilitas dan keaslian budaya
lokalnya.
a. Product (Produk)
1) Atraksi/Daya Tarik
Desa Melemba terdiri dari 3 (tiga) dusun yakni Dusun Meliau,
Dusun Sungai Pelaik, dan Dusun Manggin yang merupakan
pemukiman bagi Suku Dayak Iban. Sampai saat ini baru 2 (dua)
dusun yang dikembangkan menjadi destinasi ekowisata yakni
Dusun Meliau dan Dusun Sungai Pelaik.
Meskipun kedua dusun ini terletak dalam sebuah desa yang
sama, namun jika ditinjau dari sisi daya tarik dan aktifitas yang
ditawarkan mereka memiliki perbedaan yakni, Dusun Meliau
menawarkan aktifitas yang lebih berorientasi terhadap aktifitas di
luar ruangan seperti memancing dan tracking untuk melihat
aktifitas hewan-hewan liar seperti Orangutan. Sedangkan Dusun
Sungai Pelaik menawarkan aktifitas yang lebih berorientasi
terhadap seni dan budaya lokal di Desa Melemba seperti kerajinan
dan kesenian.
melakukan kegiatan memancing di beberapa danau yang terletak di
sekitar dusun tersebut, seperti Danau Merebung, Danau Belaram,
dan Danau Lukuk. Berbagai jenis ikan yang hidup di danau
tersebut antara lain Ikan Toman,