kata pengantar s - badan pengawas obat dan makananpom.go.id/ppid/2015/rbalai/pekanbaru.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
esuai amanat Undang-Undang No. 25
tahun 2004 tentang Sistem Penilaian
Perencanaan Pembangunan Nasional
yang disusun secara periodic meliputi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20
tahun (2005 - 2025), sebagai acuan untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan
pembangunan nasional.
Pada saat ini memasuki Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ketiga ( 2015 —2019 ) dan
setiap kementerian/lembaga diwajibkan untuk membuat Rencana Strategis (Renstra)
untuk jangka waktu 2015-2019, serta Rencana Pembangunan Tahunan yang disebut
Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga.
Rencana Strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil (capaian
kinerja) yang ingin dicapai oleh Balai Besar POM di Pekanbaru selama kurun waktu
tertentu (1 sampai dengan 5 tahun) secara sistematis dan berkesinambungan dengan
memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul.
Rencana Strategis yang telah disusun ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
perencanaan yang berkelanjutan selama lima tahun kedepan (2015-2019) dengan target -
target kinerja yang telah ditetapkan setiap tahunnya.
Pekanbaru, 20 April 2015 Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru Drs. H. Indra Ginting, Apt, MM NIP. 19561227 198802 1 001
S
KATA PENGANTAR
ii
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
I.1. Kondisi Umum .............................................................. 1
I.2. Potensi dan Permasalahan .......................................... 15
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BBPOM DI PEKANBARU .............. 45
II.1. Visi ............................................................................... 45
II.2. Misi .............................................................................. 47
II.3. Budaya Organisasi ....................................................... 51
II.4. Tujuan ........................................................................... 52
II.5. Sasaran Strategis .......................................................... 52
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN ....................................... 58
III.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ......................... 58
III.2. Arah Kebijakan dan Strategi BBPOM di Pekanbaru .... 61
III.3. Kerangka Kelembagaan ............................................... 67
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN .............. 70
IV.1. Target Kinerja .............................................................. 70
IV.2. Kerangka Pendanaan .................................................. . 77
LAMPIRAN
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan BBPOM di Pekanbaru
Lampiran 2. Logical Framework Renstra BBPOM di Pekanbaru
Lampiran 3. Kamus Indikator Rentrsa BBPOM di Pekanbaru 2015-2019
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. KONDISI UMUM
Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional
disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana
Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
yang ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan
arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah
RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-
2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN tahap ketiga ditujukan
untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang
dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia
berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
meningkat.
Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung pencapaian
program-program prioritas pemerintahBBPOM di Pekanbaru sesuai
kewenangan, tugas pokok dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra)
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan
BBPOM di Pekanbaru untuk periode 2015-2019. Penyusunan BBPOM di
Pekanbaru ini berpedoman pada RPJMN periode 2015-2019. Proses
penyusunan Renstra BBPOM di Pekanbarutahun 2015-2019 dilakukan sesuai
dengan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hasil evaluasi
pencapaian kinerja tahun 2010-2014, serta melibatkan pemangku kepentingan
yang menjadi mitra BBPOM di Pekanbaru. Selanjutnya Renstra BBPOM di
Pekanbaru periode 2015-2019 diharapkan dapat meningkatkankinerja BBPOM
di Pekanbaru dibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Adapun kondisi umum BBPOM di Pekanbaru pada saat ini berdasarkan
peran, tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:
A. Peran BBPOM di Pekanbaru berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan
Badan POMadalah sebuah Lembaga Pemerintahan Non Kementerian
(LPNK) yang bertugas mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen
kesehatan, kosmetik dan makanan di wilayah Indonesia. Tugas, fungsi dan
kewenangan Badan POMdiatur dalam Keputusan PresidenNomor 103 Tahun
2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah non Departemen yang telah diubah terakhir
kali dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan
Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001. Sesuai amanat ini,
BBPOM di Pekanbaru menyelenggarakan fungsi: (1) pengkajian dan
penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan; (2)
pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan Obat dan Makanan; (3)
koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BBPOM di Pekanbaru;
(4) pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan
instansi pemerintah dan masyarakat di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
(5) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di
bidangperencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan
rumah tangga.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar POM di
Pekanbaru melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan Keputusan Kepala
Badan POM Nomor HK.00.05.21.4232 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor Nomor : 05018/SK/KBPOM tahun
2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan
Badan POM, mempunyai tugas melaksanakan kebijakan dibidang pengawasan
produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional,
kosmetik, produk komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya.
Sesuai dengan surat Keputusan Kepala Badan POM RI tersebut di atas, tugas
tiap bidang sebagai berikut :
1. Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional,
Kosmetik dan Produk Komplemen mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pelaksanaan
pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang
produk terapetik Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk
Komplemen.
2. Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program,
evaluasi dan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium,
pengujian dan penilaian mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya serta
pemeriksaan laboratorium pengujian dan pengendalian mutu di bidang
mikrobiologi.
Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan dan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan
laporan pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu hasil
pengujian pangan dan bahan berbahaya
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
b. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan
pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu hasil pengujian
mikrobiologi.
Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi terdiri dari :
a. Seksi Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya, mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program,
evaluasi dan laporan pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu
hasil pengujian pangan dan bahan berbahaya.
b. Seksi Laboratorium Mikrobiologi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan
laporan pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu hasil
pengujian mikrobiologi.
3. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pemeriksaan
setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, dan pemeriksaan sarana
produksi, distribusi dan pelayanan kesehatan serta penyidikan kasus
pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan
zat adiktif lainnya, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan
dan bahan berbahaya.
Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi :
a. Menyusun rencana dan program pemeriksaan dan penyidikan obat dan
makanan
b. Pemeriksaan setempat pengambilan contoh untuk pengujian, dan
pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan pelayanan kesehatan
dibidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan
bahan berbahaya.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
c. Pelaksanaan penyidikan kasus pelanggaran hukum di bidang produk
terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, obat
tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya
d. Evaluasi dan penyusunan laporan pemeriksaan dan penyidikan obat
dan makanan.
Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan terdiri dari :
a. Seksi Pemeriksaan, mempunyai tugas melakukan pemeriksaan
setempat pengambilan contoh untuk pengujian, dan pemeriksaan
sarana produksi, distribusi dan pelayanan kesehatan dibidang produk
terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, obat
tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan
berbahaya.
b. Seksi Penyidikan, mempunyai tugas melakukan penyidikan kasus
pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen,
pangan dan bahan berbahaya.
4. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen, mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan
pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu,
serta layanan informasi konsumen.
Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program sertifikasi produk dan layanan
informasi konsumen
b. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu
c. Pelakasanaan Layanan Informasi Konsumen
d. Evaluasi dan penyusunan laporan sertifikasi produk dan layanan
informasi konsumen.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen terdiri dari :
a. Seksi Sertifikasi, mempunyai tugas melakukan sertifikasi produk,
sarana produksi dan distribusi tertentu
b. Seksi Layanan Informasi Konsumen, mempunyai tugas melakukan
layanan informasi konsumen.
5. Subbagian Tata Usaha, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis
dan administrasi di lingkukan Balai Besar POM
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Dilihat dari fungsi BBPOM di Pekanbaru secara garis besar, terdapat 3
(tiga) inti kegiatan atau pilar lembaga BBPOM di Pekanbaru, yakni: (1)
Pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat (post-market)
melalui: a) Pengambilan sampel dan pengujian; b) Peningkatan cakupan
pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan di Propinsi Riau,
termasuk Pasar Aman dari Bahan Berbahaya; c) Investigasi awal dan
penyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan Makanan di Pusat dan Balai;
d) Penguatan kapasitas laboratorium BBPOM di Pekanbaru. (2) Pemberdayaan
masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi serta penguatan
kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan dalam rangka
meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di Pusat dan Balai
melalui: a) Public Warning; b) Pemberian Informasi dan
Penyuluhan/Komunikasi, Informasi, dan Edukasi kepada masyarakat dan
pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan, serta; c) Peningkatan Pengawasan
terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS), peningkatan kegiatan BBPOM di
Pekanbaru Sahabat Ibu, dan advokasi kepada masyarakat.
Tugas dan fungsi tersebut melekat pada BBPOM di Pekanbaru sebagai
lembaga pemerintah yang merupakan garda depan dalam hal perlindungan
terhadap konsumen. Di sisi lain, tupoksi BBPOM di Pekanbaru ini juga sangat
penting dan strategis dalam kerangka mendorong tercapainya Agenda Prioritas
Pembangunan (Nawa Cita) yang telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo,
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
khususnya pada butir 5: Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia,
khususnya di sektor kesehatan; pada butir 2: Membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif demokratis dan terpercaya; pada butir3:
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka Negara kesatuan; pada butir 6: Meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; serta pada butir 7:
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan setor-sektor strategis
ekonomi domestik. Oleh karena itu, BBPOM di Pekanbaru sebagai lembaga
pengawasan Obat dan Makanan sangat penting untuk diperkuat, baik dari sisi
kelembagaan maupun kualitas sumber daya manusia, serta sarana pendukung
lainnya seperti laboratorium, sistem teknologi dan informasinya dan lain
sebagainya, untuk mendukung tugas-tugasnya tersebut.
BBPOM di Pekanbaru idealnya dapat menjalankan tugasnya secara lebih
proaktif, tidak reaktif, yang hanya bergerak ketika sudah ada kasus-kasus yang
dilaporkan.Namun, dengan luas wilayah darat dan perairan di Propinsi Riau
yang mencapai luas lebih kurang 8.915.015,09 Ha (89.150 Km2)km²,
merupakan salah satu faktor utama yang sangat sulit bagi BBPOM di Pekanbaru
melakukan fungsi pengawasan secara komprehensif. Propinsi Riauberbentuk
kepulauan yang tentu saja terdapat banyak pintu masuk bagi berbagai Obat dan
Makananke Propinsi Riau. Namun hal ini tidak menjadi hambatan, bahkan
justru menjadi tantangan tersendiri bagi BBPOM di Pekanbaru untuk
melakukan revitalisasi tehadap kinerjanya dalam hal mengawasi Obat dan
Makanan, baik produksi dalam negeri maupun impor yang beredar di
masyarakat.
Di sisi lain, tuntutan modernisasi suatu bangsa juga berpengaruh pada
pola hidup masyarakatnya. Dengan perkembangan modernisasi tersebut,
menjaga pola hidup sehat juga menjadi semakin sulit untuk dipenuhi oleh
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, terutama pemenuhan
standar kesehatan, dimana peredaran makanan yang tidak begitu baik bagi
kesehatan juga hampir-hampir tidak bisa dihindari.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
B. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Stuktur Organisasi dan Tata Kerja BBPOM di Pekanbaru disusun
berdasarkan Keputusan Keputusan Kepala Badan POM Nomor
HK.00.05.21.4232 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala
Badan POM RI Nomor Nomor : 05018/SK/KBPOM tahun 2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM.
Sesuai dengan struktur organisasi yang ada pada gambar 1.1, secara
garis besar unit-unit kerja BBPOM di Pekanbaru dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 1.1.Struktur Organisasi BBPOM DI PEKANBARU
Untuk mendukung tugas-tugas BBPOM di Pekanbaru sesuai dengan
peran dan fungsinya diperlukan sejumlah SDM yang memiliki keahlian dan
Untuk mendukung tugas-tugas BPOM sesuai dengan peran dan fungsinya
diperlukan sejumlah SDM yang memiliki keahlian dan kompetensi yang
baik.Jumlah SDM yang dimiliki BBPOM di Pekanbaru untuk melaksanakan tugas
dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun 2014 adalah sejumlah
92 orang. Adapun jumlah pegawai BBPOM di Pekanbaru yang tersebar baik di
tingkat pusat maupun daerah berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan
pada tabel 1.1 di bawah ini:
Kepala
Bidang
Pengujian
Produk Teranokoko
Bidang Sertifikasi dan
Layanan Informasi Konsumen
Sub Bagian Tata Usaha
Bidang Pemeriksaan
dan Penyidikan
Bidang
Pengujian
Pangan, BB, dan Mikrobiologi
Seksi Pengujian Pangan dan BB
Seksi Mikrobiologi
Seksi Penyidikan
Seksi
Pemeriksaan
Seksi
Sertifikasi
Seksi
LIK
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Tabel 1.1
Profil pegawai berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2013
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1 S3 0
2 S2 9
3 Apoteker/ Profesi 25
4 S1 11
5 Non Sarjana 47
Total 92
0%
12%
31%
15%
42%
Profil Pegawai BBPOM di Pekanbaru
S3
S2
Apoteker/ Profesi
S1
Non Sarjana
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 1.2. Profil Pegawai BBPOM di Pekanbaru berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2014
Dari Gbr.1.2DAN Tabel 1.1. di atas dapat diketahui bahwa 42%pegawai
BBPOM di Pekanbaru adalah non sarjana.
Dari komposisi SDM BBPOM di Pekanbaru sampai dengan tahun 2014
sesuai dengan tabel 1.1 di atas, dirasakan bahwa untuk menghadapi perubahan
lingkungan strategis yang semakin dinamis,khususnya perubahan lingkungan
strategis eksternal, maka perlu dilakukan peningkatan kuantitasmaupun
kualitas SDM BBPOM di Pekanbaru, agar dapat mengantisipasi perubahan
lingkungan strategis tersebut sehingga bisa mewujudkan tujuan organisasi
dalam lima tahun kedepan.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
S3 S2 Ap
t
S1 B
iolo
gi
S1 la
in
D3
Far
mas
i
D3
Um
um
SMF
SMA
K
SPK
SLTA
Um
um
SLTA
Kej
uru
an
SLTP
Um
um
SLTP
Kej
uru
an SD
Pendidikan
Jum
lah
Profil Pegawai berdasarkan pendidikan dan unit kerja
KepalaSub. Bag TUBidang Pemeriksaan dan PenyidikanBidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya, dan MikrobiologiBidang Pengujian Prod. Terapetik, OT, Kosmetik dan Produk KomplemenBidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
C. Hasil Capaian Kinerja BBPOM di Pekanbaru periode 2010-2014
Sesuai dengan peran dan kewenangannya, BBPOM di Pekanbaru
mempunyai tugas mengawasi peredaran Obat dan Makanan di wilayah Propinsi
Riau. Dalam rangka menjalankan tugas tersebut, maka terdapat beberapa tujuan
yang akan dicapai dalam Renstra BBPOM di Pekanbaru 2010-2014, yaitu: 1)
Post-marketing vigilance termasuk sampling dan pengujian laboratorium,
pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, penyidikan dan penegakan hukum;
2) Pre-reviu dan pasca-audit iklan dan promosi produk; 3) Komunikasi,
informasi dan edukasi publik termasuk peringatan publik.
Adapun pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan
BBPOM di Pekanbaru tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaianindikator
kinerja utama sesuai sasaran strategis pada tabel 1.2di bawah ini.
Tabel 1.2 Capaian Kinerja BBPOM di Pekanbaruperiode 2010-2014
NO Indikator Awal
Target (%) Realisasi (%) Rasio (%)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
1.
Persentase kenaikan Obat yang memenuhi standar
99.19
bas
elin
e
0.10 0.20 0.30 0.40
bas
elin
e
4,79 5,21 0.52 0.40
bas
elin
e
4.790 2.605 1.729,82 1.500
2.
Persentase kenaikan Obat tradisional yang memenuhi standar
97.86
bas
elin
e
0.40 0.60 0.80 1
bas
elin
e
5,62 6,39 -8.05 1
bas
elin
e
2.248 1.278 59,08 701
3.
kenaikan kosmetik yang memenuhi standar
98.57
bas
elin
e
0.40 0.60 0.80 1
bas
elin
e
6,79 6,72 -1.34 1
bas
elin
e
2.726 1.344 924,76 750
4.
Persentase kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standar
97.62
bas
elin
e
0.50 1 1.5 2
bas
elin
e
1,12 1,87 -5.09 2
bas
elin
e
224 187 84,05 102,5
5.
Persentase kenaikan makanan yang memenuhi standar
83,99
bas
elin
e
6 9 12 15
bas
elin
e
0,38 7,91 2.08 15
bas
elin
e
10,13 105,47 60,89 20,3
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Sebagaimanatabel 1.2 terkait pencapaian kinerja pada Renstra tahun
2010-2014 tersebut di atas, kinerja BBPOM di Pekanbaru telah menunjukkan
perbaikan yang semakin signifikan.Hal ini bisa dilihat dari seluruh kinerja
BBPOM di Pekanbaru sesuai dengan tugas utamanya melakukan pengawasan
Obat dan Makanan. Adapun penjelasan pencapaian masing-masing indikator
tersebut adalah sebagai berikut: Untuk indikator kinerja Obat yang beredar telah
memenuhi syarat tercapai sebesar 99,43%, sedangkan Obat Tradisional beredar
telah tercapai memenuhi syarat 80,20%, untuk kinerja Kosmetik beredar telah
memenuhi syarat sebesar 98,84%, dan kinerja Suplemen Makanan tercapai
sebesar 99,23%, dan Makanan beredar yang memenuhi syarat sebesar
83,94%.Berdasarkan hasil tersebut, pengawasan Obat dan Makanan tetap
menjadi mainstreaming di Renstra 2015-2019.Dibawah ini pada gambar 2.2
dapat dilihat secara grafik pencapaian kinerja BBPOM di Pekanbaru dari tahun
2010-2014.
Gambar 1.3 Rasio pencapaian kinerja BBPOM di Pekanbaru periode 2010-2014
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
2011 2012 2013 2014
Ratio
Persentase kenaikan Obat yang memenuhi standar
Persentase kenaikan Obat tradisional yang memenuhi standar
kenaikan kosmetik yang memenuhi standar
Persentase kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standar
Persentase kenaikan makanan yang memenuhi standar
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Berdasarkan capaian kinerja utama BBPOM di Pekanbaru sesuai dengan
tabel1.2 dan gambar1.3di atas, terlihat bahwa kinerja BBPOM di Pekanbaru
telah menunjukkan hasil yang cukup baik sesuai dengan tugas dan
kewenangannya.Sehinggahal ini menjadikan peran BBPOM di Pekanbaru harus
selalu mengalami peningkatan melalui perubahan lingkungan strategis yang
sangat dinamis.BBPOM di Pekanbaru diharapkan terus menjaga kinerja yang
telah dicapai saat ini sesuai harapan masyarakat, yaituagar pengawasan Obat
dan Makanan terus lebih dimaksimalkan untuk melindungi kesehatan
masyarakat.
D. Isu-isu Strategis sesuai dengan Tupoksi dan Kewenangan BBPOM di
Pekanbaru
Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi BBPOM di
Pekanbaru tersebut di atas telah diupayakan secara optimal sesuai dengan
target hasil pencapaian kinerjanya. Namun demikian, upaya tersebut masih
menyisakan permasalahan yang belum sepenuhnya sesuai dengan harapan
masyarakat, antara lain:(1) belum optimalnya pengawasan Obat dan Makanan
pasca beredar di masyarakat (post-market) dan (2) belum efektifnya
pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam
rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan. Dari
permasalahan-permasalahan tersebut di atas terdapat beberapa penyebab yang
dianggap sangat krusial dan strategis bagi peran BBPOM di Pekanbaru dalam
melakukan pembenahan di masa mendatang, sehingga diharapkan pencapaian
kinerja berikutnya akan lebih optimal. Di bawah ini pada gambar 1.4terdapat
diagram yang menunjukkan analisa permasalahan pokok dan isu-isu
strategissesuai dengan tupoksi dan kewenangan BBPOM di Pekanbaru sebagai
berikut:
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 1.4: Diagram permasalahan dan isu strategis, kondisi saat ini dan dampaknya
Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas BBPOM
di Pekanbaru sebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan masih perlu
terus dilakukan penguatan, baik secara kelembagaan maupun dari sisi
manajemen sumber daya manusianya, agar pencapaian kinerja di masa datang
semakin membaik dan dapat memastikan berjalannya proses pengawasan Obat
dan Makanan yang lebih ketat dalam menjaga keamanan, mutu serta
khasiat/manfaat Obat dan Makanan tersebut, yang pada akhirnya diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi pembangunan kesehatan
masyarakat.
PERAN BALAI BESAR PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DI PEKANBARU
Penguatan kebijakan teknis pengawasan
(RegulatorySystem)
Pembinaan dan bimbingan kepada
pemangku kepentingan
BELUM OPTIMALNYA PERAN BBPOM DI PEKANBARU
DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN OBAT DAN
MAKANAN
Belum optimalnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
Belum optimalnyapembinaan dan bimbingan kepada
pemangku kepentinganmelalui
Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik
Masih terbatasnya kapasitas
kelembagaan
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Untuk itu, ada 3 (tiga) isu strategis dari permasalahan pokok yang
dihadapi BBPOM di Pekanbaru sesuai dengan peran dan kewenangannya agar
lebih optimal, yang perlu terus diperkuat dalam peningkatan kinerja di masa
yang akan datang sebagai berikut:
1. Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,
2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Kerjasama, Komunikasi,
Informasi dan Edukasi Publik dalam rangka mendorong kemandirian
pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan
serta mendorong peningkatan kemitraan dengan berbagai pemangku
kepentingan,
3. Penguatan kapasitas kelembagaan BBPOM di Pekanbaru, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya.
Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif, BBPOM
di Pekanbaru perlu terus melakukan perbaikan dan pengembangan secara
kelembagaan serta penguatan regulasi, khususnya peraturan perundang-
undangan yang menyangkut peran dan tugas pokok dan fungsinya. Di samping
itu, kondisi lingkungan strategis dengan dinamika perubahan yang sangat cepat,
menuntut BBPOM di Pekanbaru dapat melakukan evaluasi dan mampu
beradaptasi dalam pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan sesuai dengan
kebutuhan zaman. Dengan etos tersebut, diharapkan mampu menjadi
katalisator dalam proses pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional.
I.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun
global, permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin
kompleks. Arus besar globalisasi membawa keleluasaan informasi, fleksibilitas
distribusi barang dan jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu yang
berdimensi lintas bidang. Percepatan arus informasi dan modal juga berdampak
pada meningkatnya pemanfaatan berbagai sumber daya alam yang
memunculkan isu perubahan iklim (climate change), ketegangan lintas-batas
antarnegara, serta percepatan penyebaran wabah penyakit, mencerminkan
rumitnya tantangan yang harus dihadapi oleh BBPOM di Pekanbaru. Hal ini
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
menuntut peningkatan peran dan kapasitas instansi BBPOM di Pekanbaru
dalam mengawasi peredaran produk Obat dan Makanan. Konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta kemampuan
mengoptimalkan partisipasi masyarakat, akan menjamin tercapainya
penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.
Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal yang
dihadapi oleh BBPOM di Pekanbaru terdiri atas 2(dua) isu mendasar, yaitu
kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan yang akan diulas disini adalah Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Sedangkan terkait globalisasi, akan diulas tentang perdagangan bebas,
komitmen internasional, post MDGs 2015, perubahan iklim dan demografi.Isu-
isu tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Adapun lingkungan strategis
yang mempengaruhi peran BBPOM di Pekanbaru baik internal maupun
eskternal adalah sebagai berikut:
1.2.1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012, SKN adalah
pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Salah satu subsistem
SKN adalah sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, yang meliputi
berbagai kegiatan untuk menjamin: (i) aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan
dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang beredar; (ii)
ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; (iii)
perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan
obat penggunaan obat yang rasional; serta (iv) upaya kemandirian di bidang
kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri. Subsistem ini
saling terkait dengan subsistem lainnya sehingga pengelolaan kesehatan dapat
diselenggarakan dengan berhasil guna dan berdaya guna. Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan
sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam
berbagai sistem kemasyarakatan. SKN merupakan bagian dari sistem
kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam
mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta menuntut peran aktif
masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan tersebut.
Upaya pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh semua
pihak (pemerintah daerah, swasta dan masyarakat) melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Bentuk
pelayanan kesehatan tersebut berupa layanan Rumah Sakit, Puskesmas dan
kegiatan peran serta masyarakat melalui Posyandu.
Di sisi lain, menjamurnya sistem dan model serta klinik-klinik kesehatan
dan pengobatan alternatif juga makin menambah beban dan daya jangkau
BBPOM di Pekanbaru untuk makin melebarkan sayap dan menajamkan
matanya dalam melakukan pengawasan yang lebih komprehensif.
Semakin banyak pelayanan kesehatan yang disediakan, maka akan
semakin mempengaruhi kebutuhan pelayanan pendukung kepada kesehatan
masyarakat tersebut, yang antara lain tentunya adalah kebutuhan akan obat
semakin meningkat. Penjaminan mutu obat merupakan bagian yang tidak
terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Hal ini
merupakan tantangan ke depan yang akan dihadapi oleh BBPOM di Pekanbaru
dalam penyediaan obat-obatan yang aman dan bermutu.
Penjaminan mutu obat tidak terlepas dari kualitas obat tersebut.Beberapa
permasalahan lainnya yang juga memerlukan perhatian dalam penjaminan mutu
obat adalah semakin meluasnya penggunaan jamu dan obat-obat tradisional, serta
pengobatan secara tradisional di masyarakat yang memerlukan peningkatan
penelitian ilmiah lebih lanjut.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Di samping itu juga munculnya bibit penyakit baru atau bibit penyakit yang
dulu pernah ada dan sudah langka kasusnya sekarang, namun kini berjangkit
kembali. Penyakit ini, baik menular maupun yang tidak menular sebagai akibat dari
adanya perubahan iklim secara global, fluktuasi ekonomi, model perdagangan
bebas dan kemajuan teknologi maupun transisi dari demografi, juga turut
mengubah pola dan gaya hidup dari masyarakat di Propinsi Riau dalam
mengkonsumsi Obat dan Makanan.
Untuk itu, permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi BBPOM di
Pekanbaru untuk dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat dalam
mengkonsumsi obat yang beredar di pasaran. Dalam menciptakan rasa aman bagi
masyarakat, BBPOM di Pekanbaru selama inimelakukan pengawasan secara ketat
terhadap produk yang sudah beredar luas di masyarakat. Selain itu, BBPOM di
Pekanbaru juga dapat memberikan informasi dan edukasi pada masyarakat
mengenai produk obat yang aman , bermutu, dan berkhasiat.
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru merupakan
penyelenggara subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan,
utamanya untuk menjamin aspek keamanan, khasiat/kemanfaat dan mutu Obat
dan Makanan yang beredar serta upaya kemandirian di bidang pengawasan
Obat dan Makanan. Pengawasan sebagai salah satu unsur dalam subsistem
tersebut dilaksanakan melalui berbagai upaya secara komprehensif oleh Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru, yaitu:
No
Upaya terkait jaminan aspek keamanan, khasiat/kemanfaat dan
mutu Obat dan Makanan yang beredar
No Upaya terkait kemandirian Obat dan
Makanan.
1 Pengawasan, melibatkan berbagai pemangku kepentingan yaitu pemerintah, pemerintah daerah, pelaku usaha dan masyarakat secara terpadu dan bertanggung jawab.
1 Pembinaan industri farmasi dalam negeri agar mampu melakukan produksi sesuai dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan dapat melakukan usahanya dengan efektif dan efisien sehingga mempunyai daya saing yang tinggi.
2 Pelaksanaan regulasi yang baik didukung dengan sumber daya yang memadai secara kualitas maupun kuantitas, sistem manajemen mutu, akses terhadap ahli dan referensi ilmiah, kerjasama internasional, laboratorium pengujian mutu yang
2 Pengembangan pemanfaatan obat tradisional yang aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, bermutu tinggi, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
No
Upaya terkait jaminan aspek keamanan, khasiat/kemanfaat dan
mutu Obat dan Makanan yang beredar
No Upaya terkait kemandirian Obat dan
Makanan.
kompeten, independen, dan transparan.
formal.
3 Pembinaan, pengawasan dan pengendalian impor, ekspor, produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Upaya ini merupakan suatu kesatuan utuh, dilakukan melalui penilaian keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk, inspeksi fasilitas produksi dan distribusi, pengambilan dan pengujian sampel, surveilans dan uji setelah pemasaran, serta pemantauan label atau penandaan, iklan dan promosi.
4 Penegakan hukum yang konsisten dengan efek jera yang tinggi untuk setiap pelanggaran, termasuk pemberantasan produk palsu dan ilegal.
5 Perlindungan masyarakat dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif sebagai upaya yang terpadu antara upaya represif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
6 Perlindungan masyarakat terhadap pencemaran sediaan farmasi dari bahan-bahan dilarang atau penggunaan bahan tambahan makanan yang tidak sesuai dengan persyaratan.
Beberapa upaya tersebut di atas, telah dilakukan oleh BPOM dan ke
depan harus lebih ditingkatkan melalui pembinaan, pengawasan dan
pengendalian secara profesional, bertanggungjawab, independen, transparan
dan berbasis bukti ilmiah, sesuai dengan amanat dalam SKN.
1.2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
JKN merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang minimal layak
menuju terwujudnya kesejahteraan sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Program JKN diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dalam JKN juga diberlakukan penjaminan mutu
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
obat yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
Implementasi JKN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak
langsung terhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak langsung adalah
meningkatnya jumlah permohonan pendaftaran produk obat, baik dari dalam
maupun luar negeri karena industri obat akan berusaha menjadi supplier obat
untuk program pemerintah tersebut. Selain peningkatan jumlah obat yang akan
diregistrasi, jenis obat pun akan sangat bervariasi. Hal ini, disebabkan adanya
peningkatan demand terhadap obat sebagai salah satu produk yang dibutuhkan.
Sementara dampak tidak langsung dari penerapan JKN adalah terjadinya
peningkatan konsumsi obat, baik jumlah maupun jenisnya.
Tingginya demand Obat akan mendorong banyak industri farmasi
melakukan pengembangan fasilitas dan peningkatan kapasitas produksi dengan
perluasan sarana yang dimiliki. Denganadanya peningkatan kapasitas dan
fasilitas tersebut, diasumsikan akan terjadi peningkatan permohonan sertifikasi
CPOB. Dalam hal ini tuntutan terhadap peran BBPOMakansemakin besar,antara
lain adalah peningkatan pengawasan post-market melalui intensifikasi
pengawasan obat pasca beredar.
Dari sisi penyediaan (supply side) JKN, kapasitas dan kapabilitas
laboratorium pengujian BBPOM di Pekanbaru harus terus diperkuat. Begitu
pula dengan pengembangan dan pemeliharaan kompetensi SDM Pengawas Obat
dan Makanan (penguji, pengawas obat dan makanan), serta kuantitas SDM yang
harus terus ditingkatkan sesuai dengan beban kerja.
1.1.1 Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)
Dengan akan berakhirnya agenda Millennium Development
Goals (MDGs) pada tahun 2015, banyak negara mengakui
keberhasilan dari MDGs sebagai pendorong tindakan-tindakan
untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pembangunan
masyarakat. Khususnya dalam bentuk dukungan politik. Kelanjutan
program ini disebut Sustainable Development Goals (SDGs), yang
meliputi 17 goals. Dalam bidang kesehatan, faktanya individu yang
sehat akan memiliki kemampuan fisik dan daya pikir yang lebih
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
kuat, sehingga dapat berkontribusi secara produktif dalam
pembangunan masyarakatnya.
Terkait Goal 2. End hunger, achieve food security and improved
nutrition, and promote sustainable agriculture, selain ketahanan
pangan, kondisi yang harus diciptakan antara lain adalah
masyarakat miskin, kelompok rentan termasuk bayi memiliki akses
untuk mendapatkan makanan yang aman, bergizi dengan jumlah
yang cukup sesuai kebutuhannya. Kontribusi terhadap kondisi ini
adalah tersedianya pangan dengan nilai gizi yang cukup, misalnya
pangan diet khusus mengandung Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
cukup untuk pasien diabetes, garam dan terigu difortifikasi dengan
mikronutrisi, AKG tertentu dalam susu formula bayi dan lansia. Hal
ini hanya dapat terjadi jika produsen pangan olahan yang telah
diinspeksi dan dibina BPOM menerapkan Good Manufacturing
Practices (GMP) dan menjamin mutu produknya termasuk nilai
nutrisi sesuai dengan kebijakan teknis yang dibuat BPOM/Standar
Nasional Indonesia/standar internasional. Tantangan bagi BPOM ke
depan adalah penyusunan kebijakan teknis terkini tentang standar
gizi pangan olahan, pengawalan mutu, manfaat, dan keamanan
pangan olahan, serta KIE kepada masyarakat.
Terkait Goal 3.Ensure healthy lives and promote well-being for
all at all ages, salah satu kondisi yang harus tercipta adalah
pencapaian JKN, termasuk di dalamnya akses masyarakat terhadap
obat dan vaksin yang aman, efektif, dan bermutu. Asumsinya,
jaminan kesehatan memastikan masyarakat mendapatkan dan
menggunakan hanya obat atau vaksin yang aman, efektif, dan
bermutu untuk upaya kesehatan preventif, promotif, maupun
kuratif, sehingga kualitas hidup masyarakat meningkat. Kontribusi
untuk mencapai kondisi ini adalah ketersediaan Obat yang aman,
berkhasiat, dan bermutu di sarana pelayanan kesehatan. Hal ini bisa
tercapai hanya jika Industri Farmasiyang telah diintervensi (diawasi
dan dibina BPOM) mempraktekkan GMP dalam produksi Obat yang
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
aman, berkhasiat, dan bermutu dan PBF serta rantai distribusi obat
menerapkan Good Distribution Practices untuk mengawal mutu Obat
JKN. Tantangan bagi BPOM ke depan adalah intensifikasi
pengawasan pre-market dan post-market, serta pembinaan pelaku
usaha agar secara mandiri menjamin mutu produknya.
1.2.3 Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)
Dengan akan berakhirnya agenda Millennium Development Goals (MDGs)
pada tahun 2015, banyak negara mengakui keberhasilan dari MDGs sebagai
pendorong tindakan-tindakan untuk mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan pembangunan masyarakat. Khususnya dalam bentuk dukungan
politik. Kelanjutan program ini disebut Sustainable Development Goals (SDGs),
yang meliputi 17 goals. Dalam bidang kesehatan, faktanya individu yang sehat
akan memiliki kemampuan fisik dan daya pikir yang lebih kuat, sehingga dapat
berkontribusi secara produktif dalam pembangunan masyarakatnya.
Terkait Goal 2. End hunger, achieve food security and improved nutrition,
and promote sustainable agriculture, selain ketahanan pangan, kondisi yang
harus diciptakan antara lain adalah masyarakat miskin, kelompok rentan
termasuk bayi memiliki akses untuk mendapatkan makanan yang aman, bergizi
dengan jumlah yang cukup sesuai kebutuhannya. Kontribusi terhadap kondisi
ini adalah tersedianya pangan dengan nilai gizi yang cukup, misalnya pangan
diet khusus mengandung Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang cukup untuk pasien
diabetes, garam dan terigu difortifikasi dengan mikronutrisi, AKG tertentu
dalam susu formula bayi dan lansia. Hal ini hanya dapat terjadi jika produsen
pangan olahan yang telah diawasi dan dibina BBPOM di Pekanbaru menerapkan
Good Manufacturing Practices (GMP) dan menjamin mutu produknya termasuk
nilai nutrisi sesuai dengan kebijakan teknis yang dibuat BPOM/Standar
Nasional Indonesia/standar internasional. Tantangan bagi BBPOM di Pekanbaru
ke depan adalah penyusunan kebijakan teknis terkini tentang standar gizi
pangan olahan, pengawalan mutu, manfaat, dan keamanan pangan olahan, serta
KIE kepada masyarakat.
Terkait Goal 3.Ensure healthy lives and promote well-being for all at all
ages, salah satu kondisi yang harus tercipta adalah pencapaian JKN, termasuk di
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
dalamnya akses masyarakat terhadap obat dan vaksin yang aman, efektif, dan
bermutu. Asumsinya, jaminan kesehatan memastikan masyarakat mendapatkan
dan menggunakan hanya obat atau vaksin yang aman, efektif, dan bermutu
untuk upaya kesehatan preventif, promotif, maupun kuratif, sehingga kualitas
hidup masyarakat meningkat. Kontribusi untuk mencapai kondisi ini adalah
ketersediaan Obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu di sarana pelayanan
kesehatan. Hal ini bisa tercapai hanya jika Industri Farmasiyang telah
diintervensi (diawasi dan dibina BBPOM) mempraktekkan GMP dalam produksi
Obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu dan PBF serta rantai distribusi obat
menerapkan Good Distribution Practices untuk mengawal mutu Obat JKN.
Tantangan bagi BBPOM ke depan adalah intensifikasi pengawasanpost-market,
serta pembinaan pelaku usaha agar secara mandiri menjamin mutu produknya.
1.2.4 Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional
Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas,
yang mencakup ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi dan lingkungan.
Proses ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya teknologi, informasi
dan transportasi yang sangat cepat dan masif akhir-akhir ini dan
berkonsekuensi pada fungsi suatu negara dalam sistem pengelolaannya. Era
globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan
kesehatan, khususnya dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan,
sehingga mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan kebijakan yang
responsif.
Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi
tersebut telah mengakibatkan Indonesia masuk dalam perjanjian-perjanjian
internasional, khususnya ekonomi yang menghendaki adanya area perdagangan
bebas (Free Trade Area). Ini dimulai dari perjanjian ASEAN-6 (Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand), Free Trade
Area, ASEAN-China Free Trade Area, ASEAN-Japan Comprehensive Economic
Partnership (AJCEP), ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), ASEAN-India
Free Trade Agreement (AIFTA)dan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade
Agreement (AANZFTA).Dalam hal ini, memungkinkan negara-negara tersebut
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
membentuk suatu kawasan bebas perdagangan yang bertujuan untuk
meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional dan berpeluang besar
menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar
regional. Hal ini membuka peluang peningkatan nilai ekonomi sektor barang
dan jasa serta memungkinkan sejumlah produk Obat dan Makanan Indonesia
akan lebih mudah memasuki pasaran domestik negara-negara yang tergabung
dalam perjanjian pasar regional tersebut. Dalam menghadapi FTA dan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun 2015, diharapkan industri
farmasi, obat tradisional, kosmetika, suplemen kesehatan dan makanan dalam
negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap produk luar negeri.
Propinsi Riau berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia
memungkinkan masuknya produk perdagangan bebas tersebut yang antara lain
adalah obat, kosmetik, suplemen kesehatan, dan makanan, termasuk jamu dari
negara lain, merupakan persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi.
Realitas menunjukkan bahwa saat ini Propinsi Riau telah menjadi pasar bagi
produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjamin
keamanan dan mutunya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat
membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi Obat
dan Makanan tersebut.
Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu-isu
ekonomi saja, namun juga merambah pada isu-isu kesehatan. Terkait isu
kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan
yang dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat tanpa
diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan.
Permasalahan ini akan semakin kompleks dengan sulitnya pemerintah dalam
membuka akses kesehatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya
untuk masyarakat yang berada di pelosok desa dan perbatasan dengan Negara
tetangga. Sebagai contoh, saat ini akses masyarakat untuk mendapatkan obat
legal dari apotek masih terbatas sehingga menyebabkan harga obat menjadi
lebih mahal. Secara nasional, jumlah apotek yang ada masih kurang, belum
semua kecamatan terjangkau dengan layanan apotek.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Perdagangan bebas membuat kepekaan “berbisnis” menjadi sangat
tinggi. Kebutuhan obat yang tinggi dengan ketersediaan yang rendah ditambah
lemahnya pengawasan dan penegakan hukum membuat masih ditemukan obat-
obat yang tidak memenuhi ijin edar dan mengandung bahan baku yang
berbahaya. Hal ini jelas akan sangat merugikan masyarakat. Berdasarkan data
WHO (World Health Organization), praktik pemalsuan produk obat di dunia
rata-rata mencapai 10%, dan mencapai 20-40% untuk negara berkembang
termasuk Indonesia.Tentunya hal ini menjadi tantangan yang sangat serius bagi
BBPOM di Pekanbaru sebagai lembaga negara yang bertanggung jawab terkait
dengan pengawasan atas produk Obat dan Makanan yang beredar di
masyarakat.
1.2.5 Perubahan Iklim
Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh sektor
pertanian khususnya produk bahan pangan di Indonesia. Perubahan iklim dapat
mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat,
bermanfaat, dengan harga yang kompetitif.Dari sisi ekonomi makro, industri
makanan dan minuman di masa yang akan datang perannya akan semakin
penting sebagai pemasok pangan dunia.
Semakin besarnya kontribusi industri pengolahan, dengan sub-sektor
makanan, minuman dan tembakau serta sub-sektor pupuk, kimia dan barang
dari karet terhadap output nasional, maka akan semakin besar juga tugas dari
BBPOM di Pekanbaru untuk mengawasi dan menjamin keamanan proses
produksi produk makanan dari hulu hingga hilir. Selain produk makanan yang
termasuk didalamnya, terdapat industri obat-obatan, yakni obat kimia, maupun
suplemen yang berbahan baku dari herbal. Ekonom Faisal Basri dalam
Kompasiana, Nopember 2010, menyatakan bahwa industri makanan dan
minuman berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini
terlihat dari hasil ekspor-impor produk makanan dan minuman serta peringkat
pertumbuhan industri. Namun hasil peningkatan ini masih perlu didukung
dengan peran teknologi (inovasi produk, kemasan dan lainnya), infrastruktur
(logistik kebutuhan industri), institusi (peraturan yang terkait industri
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
makanan dan minuman), health and primary education (sumber daya manusia
Indonesia). Jadi peran dan fungsi dari BBPOM di Pekanbaru akan semakin berat
dan sangat dibutuhkan dalam upaya mencegah obat dan makanan mengandung
bahan berbahaya bagi tubuh.
Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan
munculnya bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari beragam virus. Bibit
penyakit baru tersebut diantaranya virus influenza yang variannya sekarang
menjadi cukup banyak dan mudah tersebar dari satu negara ke negara lain.
Menurut Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Research Center
for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI) tahun 2013,yang
melaksanakan kajian dan pemetaan model kerentanan penyakit infeksi akibat
perubahan iklim, Indonesia merupakan wilayah endemik untuk beberapa
penyakit yang perkembangannya terkait dengan pertumbuhan vektor pada
lingkungan, misalnya Demam Berdarah Dengue dan Malaria. Jadi di Indonesia,
terdapat tiga penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait
perubahan iklim dan perkembangan vector yaitu Malaria, Demam Berdarah
Dengue (DBD) dan Diare. Selain dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada
lagi penyakit yang banyak ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti,
Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) dan penyakit batu ginjal.
Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses
perubahan iklim, diperlukan peranan dari BBPOM di Pekanbaru dalam
mengawasi peredaran varian produk obat yang baru dari jenis penyakit
tersebut, baik yang diproduksi di dalam negeri, maupun yang berasal dari luar
negeri. Selain dari obat, varian obat baru ini juga diikuti pula dengan jenis obat
herbal tradisional Indonesia dan Cina yang paling banyak beredar di pasar.
Kondisi ini menuntut kerja keras dari BBPOM di Pekanbaru melakukan
pengawasan terhadap perkembangan produksi dan peredaran obat tersebut.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
1.2.6 Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat
Kemajuan dari ekonomi Indonesia dapat dilihat dari indikator makro-
ekonomi, yakni pendapatan perkapita sebesar Rp. 68,23 juta per kapita (dengan
Migas) pada tahun 2011. Indikator ini menunjukan besarnya daya beli yang ada
pada masyarakat Indonesia. Secara teori dan fakta, bahwa semakin tinggi
pendapatan maka semakin besar pula konsumsi masyarakat terhadap Obat dan
Makanan yang memiliki standar dan kualitas.
Berdasarkan data konsumsi obat yang dilakukan masyarakat Indonesia
pada Gambar 4.1, sebagian besar penduduk masih banyak yang mengkonsumsi
obat modern dibandingkan dengan obat tradisional. Konsumsi obat modern
pada tahun 2012 mencapai 91,40%, sedangkan obat tradisional hanya sebanyak
24,33%. Beberapa penyakit degeneratif, yakni penyakit yang dimiliki para kaum
lanjut usia justru banyak menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu yang
relatif lebih lama.
Gambar 1.5
Persentase penduduk yang mengkonsumsi obat modern dan tradisional
Sumber: Susenas BPS 2009-2012
91.63% 90.76% 90.96% 91.40%
22.24%27.57%
23.63% 24.33%
0.00%
30.00%
60.00%
90.00%
2009 2010 2011 2012
Obat Modern
Obat Tradisional
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Untuk itu, dengan banyaknya konsumsi obat modern yang dilakukan
masyarakat,maka perlu mendapatkan perhatian dan pengawasan yang serius
dari BBPOM di Pekanbaru.
1.2.7 Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk
Pada Tahun 2013, total Jumlah Peduduk Riau adalah 6.146.664 orang
yang terdiri dari3.159.267 orang penduduk laki-laki dan 2.987.397 orang
penduduk perempuan. Rata-ratakepadatan penduduk Provinsi
Riau adalah 67,68 jiwa per Km2.
Indonesia sebagai negara ke-4 dengan populasi lanjut usia tertinggi,
yakni 9,079 juta tahun 2010 dan akan naik pada tahun 2020 menjadi 29,047
juta (BPS Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2010). Maka perubahan pola
beban penyakit untuk kaum lansia dengan beban yang lebih kronik dan
membutuhkan layanan kesehatan pada jangka panjang yang lebih berkualitas.
Secara umum, bahwa transisi demografi juga akan menimbulkan efek pada
transisi kesehatan di masyarakat, sehingga terjadi peningkatan dalam
penggunaan layanan kesehatan baik secara personal, korporat maupun
masyarakat luas. Efek ini akan dapat mempengaruhi besarnya beban fasilitas
kesehatan dan sistem jaminan kesehatan masyarakat Indonesia, dan sekaligus
akan menambah beban kerja dari BBPOM di Pekanbaru sebagai pengawas di
bidang Obat dan Makanan.
Tabel 1.2
RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUT KABUPATEN/KOTA
BERDASARKAN SENSUS TAHUN 2011-2013
No KABUPATEN /
KOTA
JUMLAH PENDUDUK HASIL SENSUS
PENDUDUK LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK
2011 2012 2013 TAHUN
2011 S/D 2012
TAHUN
2012 S/D 2013
1 Kuantan Singingi 302.674 310.060 317.265 2.44 2.32
2 Indragiri Hulu 376.578 388.196 401.201 3.28 3.16
3 Indragiri Hilir 685.698 689.938 697.814 0.62 1.14
4 Pelalawan 312.738. 332.075 352.207 6.18 6.06
5 Siak 390.359 405.850 421.477 3.97 3.85
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
6 Kampar 713.078 739.655 766.351 3.73 3.61
7 Rokan Hulu 492.006 517.577 543.857 5.20 5.82
8 Bengkalis 516.348 530.191 543.786 2.68 2.56
9 Rokan Hilir 573.211 595.695 698.355 3.92 3.80
10 Kep. Meranti 182.662 183.135 183.912 0.26 0.42
11 Pekanbaru 930.215 964.558 999.031 3.69 3.57
12 Dumai 262.976 271.522 280.027 3.25 3.13
JUMLAH 5.738.543 5.929.172 6.125.283 100 100
Konsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan akan
cukup besar pada kelompok usia produktif, karena pola hidup dan orientasi
konsumsi juga akan mengarah pada kesehatan pada jangka panjang dan juga
penampilan, sehingga vitamin dan suplemen kesehatan menjadi komponen obat
yang cukup besar konsumsinya. Hal ini menjadi tambahan tugas bagi BBPOM di
Pekanbaru untuk melakukan penilaian dan pengawasan terhadap berbagai
jenis obat dan suplemen yang semakin bervariasi dan meningkat jumlahnya.
Berdasarkan pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin
bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka permintaan terhadap produk
Obat dan Makanan juga akan semakin meningkat. Jika permintaan terhadap
produk Obat dan Makanan semakin meningkat maka penawaran dari produk
Obat dan Makanan juga akan meningkat. Adanya potensi pasar membuat para
produsen baik lokal maupun internasional memproduksi Obat dan Makanan.
Bertambahnya jumlah produsen ini tentunya menuntut semakin besarnya
peranBBPOM di Pekanbaru dalam proses penilaian dan pengawasannya.
Kurangnya pemenuhan GMP (Good Manufacturing Practice) oleh produsen
dalam memproduksi Obat dan Makanan menjadi tantangan BBPOM di
Pekanbaru dalam melakukan pengawasan.
TABEL 1.3
JUMLAH & PERSENTASE PENDUDUK PEREMPUAN MENURUT
KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
KELOMPO
K UMUR
(TAHUN)
KAB. KUANTAN
SINGINGI
KAB. INDRAGIRI
HULU
KAB. INDRAGIRI
HILIR KAB. PELALAWAN KAB. SIAK KAB. KAMPAR
JML % JML % JML % JML % JML % JML %
0 - 4 17.935 11.63 21.933 11.31 33.778 10.13 20.545 11.68 23.399 11.63 43.067 11.63
5 - 9 16.105 10.44 19.126 9.86 33.619 10.08 23.133 13.16 21.012 10.44 38.673 10.44
10 - 14 15.090 9.78 17.907 9.23 33.518 10.05 16.986 9.66 19.688 9.78 36.236 9.78
15 - 19 14.533 9.42 18.239 9.40 32.266 9.68 11.647 6.62 18.961 9.42 34.898 9.42
20 - 24 14.891 9.65 20.093 10.36 30.511 9.15 14.074 8.00 19.428 9.65 35.757 9.65
25 - 29 14.239 9.23 18.845 9.71 29.937 8.98 21.192 12.05 18.577 9.23 34.191 9.23
30 - 34 13.755 8.91 17.810 9.18 29.460 8.84 19.089 10.86 17.946 8.91 33.029 8.91
35 - 39 12.404 8.04 15.315 7.89 27.344 8.80 14.559 8.28 16.183 8.04 29.785 8.04
40 - 44 10.143 6.56 12.334 6.36 22.173 6.65 11.324 6.44 13.233 6.56 24.355 6.56
45 - 49 7.940 5.14 10.084 5.20 17.846 5.35 7.441 4.23 10.359 5.14 19.065 5.14
50 - 54 6.005 3.89 7.742 3.99 14.531 4.36 6.956 3.96 7.834 3.89 14.419 3.89
55 - 59 4.201 2.72 5.327 2.75 9.978 3.00 2.912 1.66 5.481 2.72 10.088 2.72
60 - 64 2.692 1.74 3.576 1.84 7.869 2.36 2.588 1.47 3.512 1.74 6.465 1.74
65 – 69 1.809 1.17 2.407 1.24 4.321 1.30 1.456 0.83 2.360 1.17 4.343 1.17
70 – 74 1.236 0.80 1.582 0.81 3.064 0.92 971 0.55 1.612 0.80 2.967 0.80
75+ 1.267 0.82 1.677 0.86 3.132 0.94 969 0.55 1.653 0.82 3.043 0.82
JUMLAH 154.243 100 193.977 100 333.347 100 175.842 100 201.238 100 370.381 100
Lanjutan……
KELOMP
OK UMUR
(TAHUN)
KAB. ROKAN
HULU KAB. BENGKALIS
KAB. ROKAN
HILIR
KAB. KEPULAUAN
MERANTI KOTA PEKANBARU KOTA DUMAI
JML % JML % JML % JML % JML % JML
0 - 4 34.757 13.27 30.694 11.69 34.834 11.63 0 - 4 34.757 13.27 30.694 11.69 34.834
5 - 9 30.082 11.48 28.963 11.03 31.280 10.44 5 - 9 30.082 11.48 28.963 11.03 31.280
10 - 14 26.342 10.06 26.927 10.26 29.309 9.78 10 - 14 26.342 10.06 26.927 10.26 29.309
15 - 19 22.482 8.58 25.903 9.87 28.227 9.42 15 - 19 22.482 8.58 25.903 9.87 28.227
20 - 24 24.918 9.51 22.905 8.72 28.921 9.65 20 - 24 24.918 9.51 22.905 8.72 28.921
25 - 29 25.388 9.69 22.802 8.68 27.655 9.23 25 - 29 25.388 9.69 22.802 8.68 27.655
30 - 34 23.609 9.01 23.377 8.90 26.715 8.91 30 - 34 23.609 9.01 23.377 8.90 26.715
35 - 39 19.890 7.59 21.275 8.10 24.091 8.04 35 - 39 19.890 7.59 21.275 8.10 24.091
40 - 44 16.064 6.13 17.387 6.62 19.699 6.56 40 - 44 16.064 6.13 17.387 6.62 19.699
45 - 49 12.495 4.77 13.471 5.13 15.420 5.14 45 - 49 12.495 4.77 13.471 5.13 15.420
50 - 54 9.514 3.63 9.955 3.79 11.662 3.89 50 - 54 9.514 3.63 9.955 3.79 11.662
55 - 59 6.309 2.41 7.019 2.67 8.160 2.72 55 - 59 6.309 2.41 7.019 2.67 8.160
60 - 64 4.024 1.54 4.640 1.77 5.229 1.74 60 - 64 4.024 1.54 4.640 1.77 5.229
65 – 69 2.624 1.00 3.281 1.25 3.513 1.17 65 – 69 2.624 1.00 3.281 1.25 3.513
70 – 74 1.651 0.63 2.190 0.83 2.400 0.80 70 – 74 1.651 0.63 2.190 0.83 2.400
75+ 1.693 0.65 1.744 0.66 2.461 0.82 75+ 1.693 0.65 1.744 0.66 2.461
JUMLAH 154.243 100 193.977 100 333.347 100 175.842 100 201.238 100 370.381 100
Peningkatan jumlah penduduk jika ditata dengan baik akan menjadi
potensi berupa sumber daya manusia bagi pembangunan ekonomi (yaitu
dengan adanya bonus demografi). Kondisi ini menjadi tantangan dan peluang
bagi pemerintah untuk dapat memanfaatkan fase Bonus Demografi di Indonesia
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
untuk menciptakan aktivitas ekonomi yang sangat besar dan mampu
memberikan kontribusi yang besar juga dalam APBN.
Berdasarkan peta demografi, penduduk di Kota Pekanbaru dalam usia
produktif telah mencapai 60%. Penduduk ini telah memiliki daya beli lebih
tinggi ditambah dengan kenaikan jumlah penduduk kelas menengah (middle
class) yang terjadi pada tahun 2040. Laporan Mc Kinsey (2012) menunjukkan
bahwa kelompok middle class atau consuming class Indonesia naik dari waktu ke
waktu, yakni tahun 2010 hanya 45 juta orang, maka proyeksi tahun 2020 naik
menjadi 85 juta orang dan pada tahun 2030 sudah mencapai 135 juta orang.
Kelompok ini akan banyak mempengaruhi pola konsumsi Obat dan Makanan
serta gaya hidup masyarakat Indonesia.
Syarat agar Bonus Demografi dapat dimanfaatkan dengan baik adalah
dengan mempersiapkannya dari mulai perencanaan sampai dengan
implementasinya di tingkat lapangan. Persiapan ini antara lain melalui: a)
Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat termasuk jaminan mutu Obat; b)
Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan; c) Pengendalian jumlah
penduduk; d) Kebijakan ekonomi yang mendukung fleksibilitas tenaga kerja
danpasar, serta keterbukaan perdagangan dan tabungan nasional.
Di samping menyiapkan pemanfaatan Bonus Demografi, juga sudah
harus mulai dipikirkan permasalahan-permasalahan yang timbul pasca
berakhirnya masa Bonus Demografi,dimana jumlah lansia meningkat.
1.2.8 Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum dapat
berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan
peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat penting dalam
mensinergikan kebijakan kesehatan khususnya dalam pengawasan obat dan
makanan. Desentralisasi di bidang kesehatan belum dapat berjalan sesuai yang
diharapkan sehingga belum secara optimal memberikan perlindungan bagi
masyarakat di Proinsi Riau.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Dengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah yang
semula sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan
kesehatan menjadi salah satu kewenangan yang diselenggarakan secara
konkuren antara pusat dan daerah. Desentralisasi di bidang kesehatan belum
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.Untuk itu kerjasama lintas sektor dan
dukungan peraturan perundang-undangan merupakan tantangan yang sangat
penting. Hal ini berdampak pada pengawasan obat dan makanan yang tetap
bersifat sentralistik dan tidak mengenal batas wilayah (borderless) sehingga
perlu adanya one line command (satu komando), apabila terdapat suatu produk
Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat maka dapat segera
ditindaklanjuti.
Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan diantaranya kurangnya dukungan dan
kerjasama dari pemangku kepentingan di Propinsi Riau sehingga tindaklanjut
hasil pengawasan Obat dan Makanan belum optimal.
Untuk itu, agar tugas pokok dan fungsi BBPOM di Pekanbaru berjalan
dengan baik, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang
baik dari para pelaku untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang baik (sound governance).Pembangunan kesehatan harus
diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis
antara pemerintah pusat dan daerah, antara pemerintah dan masyarakat,
termasuk swasta dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-
masing. Dengan berlakunya Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, merupakan tantangan bagi BBPOM di Pekanbaru untuk
menyiapkan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria bagi Pemerintah Daerah
dalam melaksanakan kegiatan terkait Obat dan Makanan yang dilimpahkan ke
daerah.
1.2.9 Perkembangan Teknologi
Selain teknologi produksi juga didukung dengan teknologi transportasi.
Perkembangan industri transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasa
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
pengiriman barang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sehingga
distribusi Obat dan Makanan secara masal dapat dilakukan lebih efisien. Untuk
itu, dampak pengawasan atas peredaran Obat dan Makanan semakin tinggi,
dikarenakan distribusi Obat dan Makanan ketempat tujuan di seluruh wilayah
Indonesia semakin cepat, sehingga antipasi pengawasan obat dan makanan juga
harus sama cepatnya.
Selain itu, teknologi pangan juga semakin berkembang.Adanya
perubahan iklim juga ikut mendorong berbagai inovasi perkembangan
teknologi menciptakan rekayasa genetika dan varian makanan yang terkadang
tingkat keamanannya belum teruji. Hal ini harus menjadi perhatian dan
antisipasi BBPOM di Pekanbaru dalam menghadapi hal tersebut.
Perkembangan teknologi informasi juga dapat menjadi potensi bagi
BBPOM di Pekanbaru untuk dapat melakukan pelayanan secara online, yang
dapat memudahkan akses dan jangkauan masyarakat yang ada di
Indonesia.Namun di sisi lain, teknologi informasi juga dapat menjadi tantangan
bagi BBPOM di Pekanbaru terkait tren pemasaran dan transaksi produk
Makanan dan Obat secara online, yang tentu saja juga perlu mendapatkan
pengawasan dengan berbasis pada teknologi.
1.2.10 Implementasi Program Fortifikasi Pangan
Salah satu upaya di dalam mendukung Arah Kebijakan Nasional Perbaikan
Kualitas Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat dilakukan melalui peningkatan
peran industri dan Pemerintah daerah dalam ketersediaan pangan beragam,
aman, dan bergizi diantaranya dengan dukungan fortifikasi mikronutrien
penting.
Fortifikasi pangan merupakan salah satu cara dalam menangani
permasalahan tingginya angka kekurangan gizi mikro. Sebagai langkah awal
pemerintah menetapkan fortifikasi pada garam dan tepung terigu, mengingat
masih tingginya masalah gangguan kesehatan karena kurang yodium (GAKI).
Penerapan fortifikasi harus diiringi dengan pengawasan oleh BBPOM di
Pekanbaru. Hasil pengawasan garam beryodium dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir (2012–2014) menunjukkan bahwa jumlah sampel yang TMS
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
mengalami kenaikan, yaitu berkisar 18,48%- 20%. Hasil pengawasan tepung
terigu dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2012-2014) menunjukkan
bahwa jumlah sampel yang TMS juga mengalami kenaikan, yaitu berkisar 0% -
8,82%.
Untuk mengawal program ini, BBPOM mendapatkan mandat strategis baik
dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) maupun Rencana Aksi
Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG), utamanya pada Pokja III Bidang Mutu dan
Keamanan Pangan. Kegiatan Intensifikasi pengawasan produk fortifikasi
Nasional (tepung terigu dan garam) merupakan upaya pengawasan produk
pangan baik dalam rangka pemenuhan persyaratan (compliance) maupun
surveilan keamanan pangan. Upaya tersebut dilakukan melalui verifikasi
terhadap pemenuhan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB), baik
penerapan CPPOB pada produsen pangan dan penerapan Cara Ritel Pangan
yang Baik di sarana peredaran. Selain itu juga dilakukan pengawasan terhadap
produk pangan baik di sarana produksi maupun di sarana peredaran dan
penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran di bidang pangan, pengujian
laboratorium terhadap parameter keamanan dan mutu pangan dan gizi pangan,
pengawasan terhadap kesesuaian label serta pengawasan terhadap keamanan
kemasan pangan yang beredar melalui sampling dan pengujian.
1.2.11 Jejaring Kerja
BBPOM di Pekanbaru menyadari dalam pengawasan Obat dan Makanan
tidak dapat menjadi single player. Untuk itu BBPOM mengembangkan kerjasama
dengan lembaga-lembaga terkait,baik di pusat dan daerah. Jaringan yang luas
ini sangat strategis posisinya dalam mendukungtugas-tugas BBPOM di
Pekanbaru maupun pemangku kepentingan.Beberapa jejaring kerja yang sudah
dimiliki BBPOM di Pekanbaru yaitu Jejaring Keamanan Pangan
Nasional/Daerah, Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal (Pusat dan
Daerah), Indonesia Criminal Justice System (ICJS), dan Intensifikasi Pengawasan
Pangan.
1.2.12 Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, BBPOM
melaksanakan reformasi birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design RB 2010-2025. Upaya atau proses RB yang dilakukan
BBPOM di Pekanbaru merupakan pengungkit dalam pencapaian sasaran
sebagai hasil yang diharapkan dari pelaksanaan RB. Pola pikir pelaksanaan RB
sebagaimana Gambar 1.10 di bawah ini:
Gambar 1.8 Pola Pikir Pelaksanaan RB
a. Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, BBPOM di Pekanbaru merupakan
instansi UPT Badan POM di tingkat provinsi. Selain itu, untuk mendukung
pengawasan Obat dan Makanan di wilayah perbatasan dengan negara lain dan
daerah-daerah yang sulit dijangkau dari ibukota provinsi, BPOM memiliki Pos
POM. Peran BB/Balai POM dan Pos POM perlu dilakukan penataan dan
penguatan baik dari segi struktur organisasi, kompetensi dan kuantitas SDM,
sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan lintas sektor agar
pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan dapat dilakukan
secara lebih optimal. Tantangan BBPOM di Pekanbaru ke depan adalah
melakukan kajian, penataan, dan evaluasi organisasi dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi secara proporsional menjadi
tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan
fungsi BBPOM.
PO
LA
PIK
IR D
AN
BU
DA
YA
KE
RJ
A
PE
LA
YA
NA
N P
UB
LIK
ME
NIN
GK
AT
NY
A K
AP
AS
ITA
S
DA
N A
KU
NTA
BIL
ITA
S
KIN
ER
JA
BIR
OK
RA
SI
TERWUJUDNYA
PEMERINTAHAN
YANG BERSIH
DAN BEBAS
KORUPSI,
KOLUSI, DAN
NEPOTISME
PENGUNGKIT HASIL
INOVASI & PEMBELAJARAN
PENGAWASAN INTERNAL
PENATAAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
AKUNTABILITAS KINERJA
MENINGKAT-
NYA
KUALITAS
PELAYANAN
PUBLIK
ORGANISASI
SDMTATA
LAKSANA
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
b. Penataan Tatalaksana
Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, BBPOM
berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang
berisiko terhadap kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan
pengawasan serta memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku
kepentingan. Komitmen BPOM tersebut dilakukan melalui penerapan sistem
mutu secara konsisten dan ditingkatkan secara berkelanjutan yang dibuktikan
dengan pemenuhan atau perolehan Quality Management System ISO 9001:2008;
Akreditasi Laboratorium ISO IEC 17025:2005;
Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan
juga dilakukan melalui penerapan e-government atau penggunaan teknologi
informasi di lingkungan BBPOM, di antaranya pendaftaran produk (pangan) dan
berbagai penyelenggaraan manajemen pemerintahan lainnya yang dilakukan
secara elektronik serta keterbukaan informasi publik bagi masyarakat. Berbagai
sistem mutu dan pengembangan e-government yang dapat meningkatkan
kinerja BBPOM di Pekanbaru tersebut seyogyanya dapat diintegrasikan sesuai
dengan ruang lingkupnya agar pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif
dan efisien.
c. Penguatan Akuntabilitas Kinerja
Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mencapai tujuan
tersebut, BPOM telah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan baik,dibuktikan dengan hasil evaluasi
KemenPAN-RB tahun 2014 memperoleh nilai A.
Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaan SAKIP
menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja
BBPOM. Namun, BBPOM masih perlu melakukan penyempurnaan dalam
penatausahaan manajemen pemerintahan (keuangan dan BMN) dalam
mewujudkan pemerintahan yang akuntabel. Ke depan, untuk menjawab
ekspektasi masyarakat terhadap akuntabilitas BBPOM selaku institusi
pengawasan, BBPOM telah menargetkan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
terhadap opini laporan keuangani BPK.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
d. Penguatan Pengawasan
Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Melalui
upaya pengawasan yang dilakukan BBPOM, diharapkan dapat meningkatkan
kepatuhan dan efektivitas pengelolaan keuangan negara di lingkungan BBPOM
serta menghindari tingkat penyalahgunaan wewenang.
Pengawasan yang dilakukan BBPOM antara lain melalui kebijakan
penanganan gratifikasi yang ditetapkan oleh BBPOM, penerapan Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), pengelolaan pengaduan masyarakat,
implementasi whistle-blowing system, penanganan benturan kepentingan,
pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), dan pendayagunaan Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam perencanaan dan penganggaran.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, upaya pengawasan yang
dilakukan BBPOM tersebut masih perlu dievaluasi agar dapat ditingkatkan
pelaksanaannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah penguatan peran
APIP dan unit pengawas fungsional (Inspektorat) sebagai internal-consultant
yang melaksanakan fungsi pembinaan, penataan, pengawasan, dan pentaatan
dengan dukungan SDM yang memadai secara kualitas dan kuantitas serta
berfokus pada pemeriksaan kinerja berbasis risiko untuk mencegah potensi
kesalahan yang mengganggu efektivitas pencapaian sasaran organisasi dan
dapat menimbulkan kerugian negara.
e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur
Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk
meningkatkan profesionalisme SDM aparatur BPOM yang didukung oleh sistem
rekrutmen dan promosi aparatur berbasis kompetensi, transparan, serta
memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan, sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(ASN). Perencanaan kebutuhan pegawai BBPOM dilakukan sesuai dengan
kebutuhan organisasi dan proses penerimaan pegawai dilakukan secara
transparan, objektif, akuntabel, dan bebas KKN serta promosi jabatan dilakukan
secara terbuka.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Pengembangan pegawai yang dilakukan BBPOM berbasis kompetensi
yang selanjutnya capaian penilaian kinerja individu pegawai akan dijadikan
dasar untuk pemberian tunjangan kinerja. Hal ini diimbangi dengan penegakan
aturan disiplin dan kode etik serta pemberian sanksi. Seluruh aktivitas
manajemen SDM tersebut didukung oleh sistem informasi kepegawaian.
Saat ini, SDM BBPOM di Pekanbaru telah memiliki kualitas yang
memadai, namun dari sisi kuantitas SDM BPOM belum mencukupi kebutuhan
untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Sistem manajemen pemerintah
menuntut adanya ukuran keberhasilan, baik di tingkat organisasi sampai ke
level individu. Untuk saat ini, sistem manajemen kinerja belum optimal
diterapkan, sehingga perlu dilakukan penerapan sistem manajemen kinerja
yang lebih efektif dan efisien terutama dalam hal pelaksanaan evaluasi terhadap
peta dan kelas jabatan yang telah disusun. Pemanfaatan sistem informasi
kepegawaian yang telah dibangun juga perlu dioptimalisasi sebagai pendukung
pengambilan kebijakanmanajemen SDM BBPOM.
f. Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan
konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan
budaya kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai
dengan tujuan dan sasaran RB. Untuk menggerakkan organisasi dalam
melakukan perubahan, BBPOM telah membentuk agent of change sebagai role
model serta forum bagi pembelajaran atau inovasi dalam proses perubahan
yang dilakukan. Komitmen dan keterlibatan pimpinan dan seluruh pegawai
BPOM secara aktif dan berkelanjutan merupakan unsur pendukung paling
utama dalam perubahan pola pikir dan budaya kerja dalam rangka pelaksanaan
RB.
Untuk mengurangi risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan
timbulnya resistensi terhadap perubahan dibutuhkan media komunikasi secara
reguler untuk mensosialisasikan RB atau perubahan yang sedang dan akan
dilakukan, termasuk pentingnya peran agent of change dan manfaat dari forum
pembelajaran atau inovasi.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Sebagaimana dinamika perubahan lingkungan strategis yang telah
dijelaskan di atas baik secara internal maupun eksternal, maka BBPOM di
Pekanbaruharus melakukan upaya-upaya agar pengaruh lingkungan khususnya
eskternal dapat menjadi suatu peluang dan meminimalkan ancaman yang dapat
mempengaruhi peran BBPOM di Pekanbaru sebagai lembaga yang
bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan terhadap Obat dan Makanan.
Atas dasar pengaruh lingkungan strategis tersebut, dilakukan identifikasi
kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan melalui analisa SWOT, sehingga
dari analisa tersebut dapat ditetapkan arah strategis dan kebijakan BBPOM di
Pekanbaru kedepan, agar dapat terwujud sesuai tujuan dan sasaran organisasi
BBPOM di Pekanbaru dalam Renstra Periode 2015-2019. Adapun hasil analisa
SWOT tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. KEKUATAN (STRENGTHS)
BBPOM di Pekanbaru saat ini memiliki kualitas SDM yang sangat
memadai, khususnya tenaga-tenaga yang terampil dalam melakukan
pengujian dan pengawasan produk Obat dan Makanan yang ada.
Pelayanan ini sangat mutlak harus memiliki integritas karena dampak
pelayanan yang diberikan oleh BBPOM di Pekanbaru terhadap
penilaian/pengujian Obat dan Makanan akan langsung dirasakan oleh
masyarakat.
Sebagai unit teknis Badan POM, BBPOM di Pekanbaru sendiri juga
memiliki jaringan (networking) yang kuat dengan lembaga-
lembagadaerah.Jaringan yang kuat dan luas ini sangat strategis posisinya
dalam mendukungtugas-tugas pokok BBPOM di Pekanbaru.Di sisi lain,
BBPOM di Pekanbaru telah memiliki Pedoman Pengawasan yang jelas
untuk acuan dalam pengawasan atas Obat dan Makanan, sehingga seluruh
kegiatan pengawasan tersebut telah memiliki standar baku, baik untuk
Obat dan Makanan, juga faktor-faktor mutu lainnya, seperti standar
produksi dari industri farmasi, standar distribusi dan standar produk
pangan lainnya.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Dalam mendorong pencapaian tujuan organisasi BBPOM di
Pekanbaru, komitmen pimpinan menjadi mutlak sebagai landasan untuk
mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari peran BBPOM di Pekanbaru
dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan kesehatan masyarakat.
2. KELEMAHAN (WEAKNESSES)
Saat ini SDM BBPOM di Pekanbaru belum memiliki kualitas yang
memadai begitu pula dari sisi kuantitas SDM BBPOM di Pekanbaru belum
mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan fungsi sebagai
Pengawas Obat dan Makanan di seluruh Propinsi Riau.Sistem manajemen
pemerintah menuntut adanya ukuran keberhasilan, baik ditingkat
organisasi sampai ke level individu. Untuk saat ini, sistem manajemen
kinerja belum optimal diterapkan, sehingga perlu dilakukan penerapan
sistem manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien.
Dalam pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, diperlukan
sarana dan prasarana yang sangat memadai. Hal ini juga untuk
mengimbangi peredaran Obat dan Makanan yang semakin canggih. Untuk
itu, penyiapan sarana dan prasarana yang memadai tersebut menjadi
mutlak dilakukan dalam mendukung tugas pokok dan fungsiBBPOM di
Pekanbaru. Di samping itu, untuk mendukung pelaku usaha dalam
melakukan pendaftaran (registrasi) dan penyebarluasan informasi
mengenai Obat dan Makanan perlu didukung dengan teknologi informasi
yang memadai.Peran dan kewenangan BBPOM di Pekanbaru juga harus
didukung oleh struktur organisasi dan tata kerja yang tepat. Saat ini
pembagian kewenangan atau beban kerja masih belum menunjukkan
ukuran yang sesuai. Diharapkan penataan kelembagaan ke depannya bisa
sesuai dan mengikuti prinsip structur follow function follow strategy,
sehingga struktur organisasi dan tata kerja (fungsi) dapat mewujudkan
tujuan organisasi.
3. PELUANG (OPPORTUNITIES)
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh
dukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan. SKN dan JKN
merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan
sebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan
sehat serta berperan aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan.
Untuk itu, SKN dan JKN merupakan tantangan atau peluang bagi BBPOM di
Pekanbaru dalam mendorong upaya kesehatan masyarakat yang lebih
baik lagi dalam menghadapi pola prilaku dan lingkungan sehat khususnya
obat dan makanan.
Semakin bertambahnya penduduk dan berkembangnya varian
penyakit maka kebutuhan Obat dan Makanan akan semakin meningkat.
Hal ini mendorong pertambahan dan pertumbuhan industri Obat dan
Makanan secara pesat. Hal ini menjadi peluang dan tantangan BBPOM di
Pekanbaru dalam mengawasi Obat dan Makanan yang semakin banyak
variannya.
Kerjasama dengan Instansi terkait merupakan hal yang sangat mutlak
agar upaya pembangunan kesehatan dapat tercapai. Peluang kerjasama
dengan instansi terkait dapat mendorong efektivitas dan efesiensi
pengawasan Obat dan makanan khususnya dengan instansi aparatur
penegak hukum maupun instansi terkait lainnya.
Otonomi dan Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen
pemerintah belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama
lintas sektor dan dukungan peraturan perundangan merupakan tantangan
yang sangat penting.
4. TANTANGAN (THREATS)
Pengaruh perubahan iklim dunia, khususnya untuk produk bahan
pangan di Indonesia semakin dirasakan ancamannya. Adanya gagal panen
di sejumlah daerah di Indonesia dapat mengancam ketersediaan pangan.
Dengan demikian, perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya
ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga
yang kompetitif sehingga permintaan akan produk pangan semakin
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
meningkat. Hal ini akan sulit mengimbangi dan mengawasi distribusi
barang yang masuk yang sesuai dengan standardisasi kesehatan.
Tingginya arus produk Obat dan Makanan yang beredar,
mengakibatkan adanya produk-produk yang tersedia dipasar tidak
memenuhi kualifikasi standar yang dipersyaratkan. Hal ini menjadi
masalah dalam peredaran Obat dan Makanan. Di sisi lain, lemahnya
penegakan hukum terhadap pelanggaran seperti ini mengakibatkan
ancaman bagi masyarakat. Untuk itu, diharapkan penegakan hukum harus
lebih aktif lagi agar dapat meminimalkan permasalahan tersebut.Dengan
semakin tumbuhnya perekonomian Indonesia akan mempengaruhi
perubahan pola perilaku hidup sosialnya, salah satunyadalam
mengkonsumsi Obat dan Makanan. Hal ini menjadi ancaman bagi
masyarakat apabila pengunaan Obat dan Makanan tidak diantisipasi
dengan pemberian informasi, komunikasi dan edukasi atas penggunaan
Obat dan Makanan tersebut. Sisi lain, globalisasi yang mendorong lahirnya
area perdagangan bebas (free trade area) menjadikan peredaran Obat dan
Makanan juga semakin sulit untuk dikontrol. Dengan masuknya berbagai
produk Obat dan Makanan dari negara lain merupakan persoalan krusial
yang perlu diantisipasi segera. Realitas menunjukan bahwa saat ini
Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar
negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan kualitasnya untuk
dikonsumsi. Untukitu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan
rasa aman dalam mengkonsumsi produk Obat dan Makanan tersebut.
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut sensus
penduduk tahun 2010, dalam sepuluh tahun terakhir sebesar 32,5 juta
jiwa (sebesar 1,49% pertahun). Sementara usia produktif antara 30-54
tahun justru menunjukkan tren meningkat dari waktu ke waktu.
Sedangkan usia 55-64 tahun dan usia di atas 65 tahun menunjukan tren
yang meningkat tetapi dengan jumlah yang berbeda. Semakin meningkat
usia harapan hidup, artinya tingkat kesehatan masyarakat juga semakin
meningkat.Perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat, jika tidak
ditata dengan baik akan menjadi potensi ancaman bagi kesehatan
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
masyarakat. Di bawah ini, Tabel 3.1 Rangkuman Analisis SWOT sesuai
dengan pengaruh lingkungan strategis dari internal dan eskternal.
Tabel 1.3: Rangkuman Analisis SWOT
HASIL PEMBAHASAN (SWOT)
Kekuatan
(Strengths)
1. Kualitas SDM
2. Integritas Pelayanan Publik diakui secara Nasional
3. Networking yang kuat dengan lembaga-lembaga pusat/daerah/internasional
4. Pedoman Pengawasan yang jelas
5. Komitmen Pimpinan
Kelemahan
(Weaknesses)
1. Masih terbatasnya kualitas dan jumlah SDM
2. Masih belum optimalnya sistem manajemen kinerja
3. Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun utama
4. Masih kurangnya dukungan IT
5. Belum optimalnya struktur organisasi dan tata kerja
Tantangan
(Opportunities)
1. Adanya Program Nasional (JKN dan SKN)
2. Perkembangan Teknologi yang sangat cepat
3. Jumlah industri Obat dan Makanan yang berkembang pesat
4. Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait
5. Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Tantangan
(Threats)
1. Perubahan iklim dunia
2. Lemahnya penegakan hukum
3. Perubahan pola hidup masyarakat
4. Adanya Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Area)
5 Perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, maka BBPOM di
Pekanbaru perlu melakukanpenguatan organisasi dan kelembagaan, agar
faktor-faktor lingkungan strategis yang mempengaruhi baik dari internal
maupun eskternal tidak akan menghambat pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi BBPOM di Pekanbaru periode 2015-2019. Dilihat dari keseimbangan
pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan kelemahan serta pengaruh
lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman, posisi organisasi BBPOM di
Pekanbaru harusnya melakukan pengembangan dan perluasan organisasi agar
dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi BBPOM di Pekanbaru
periode 2015-2019.
Untuk itu, dalam melaksanakan peran dan kewenangan yang optimal
sesuai dengan peran dan kewenangan BBPOM di Pekanbaru sebagai lembaga
yang mengawasi Obat dan Makanan, maka diusulkan penguatan peran dan
kewenangan BBPOM di Pekanbaru sesuai dengan bisnis proses BBPOMuntuk
periode 2015-2019 sebagaimana pada Tabel 7.1 di bawah ini:
Gambar 1.6 : Peran dan Kewenangan BBPOMsesuai dengan Bisnis Proses Utama
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 1.7 Penjabaran Bisnis Proses Utama kepada Kegiatan Utama
BBPOM di Pekanbaru
Post Market
Pengawasan Sarana Produksi Sesuai Standar
Penyidikan dan Penegakan
Hukum
Pengawasan Sarana Distribusi
Sesuai Standar
Sampling dan Pengujian
Laboratorium
Pembinaan dan Bimbingan Kepada
Stakeholders
Komunikasi Informasi dan Edukasi Publik
termasuk Peringatan Publik
SISTEM PENGAWASAN (REGULATOR) KEMANDIRIAN STAKE
HOLDER (REGULATOR)
Kegiatan Utama Berdasarkan Bisnis Proses BBPOM di Pekanbaru
1
2
3
4
5
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 2
BAB I PENDAHULUAN
Tabel 1.5 Penguatan Peran BBPOM DI PEKANBARUTahun 2015-2019
• Pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan sesuai standar
• Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan sesuai standar
• Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan Makanan
• Penyidikan dan penegakan hukum
Penguatan Sistem
Pengawasan Obat dan Makanan
• Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha melaluiKomunikasi, Informasi dan Edukasi publik termasuk peringatan publik
• Pengelolaan data dan informasi Obat dan Makanan • Menentukan peta zona rawan peredaran Obat dan
Makanan yang tidak sesuai dengan standar • Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan
yang tidak memenuhi standar
Kerjasama, Komunikasi,
Informasi dan Edukasi Publik
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BBPOM DI PEKANBARU
45
BBBAAABBB IIIIII
VVVIIISSSIII...,,, MMMIIISSSIII,,, DDDAAANNN TTTUUUJJJUUUAAANNN BBBAAALLLAAAIII BBBEEESSSAAARRR PPPOOOMMM DDDIII
PPPEEEKKKAAANNNBBBAAARRRUUU
Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang
dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka BBPOM di
Pekanbarusesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga
Pengawasan Obat dan Makanan dituntut untukdapat menjamin keamanan,
mutu, manfaat/ khasiat sesuaistandar yang telah ditetapkan. Untuk itu, disusun
visi dan misi serta tujuan dan sasaran BBPOM di Pekanbaru.
Gambar 2.1 : Peta Strategis BBPOM di PekanbaruPeriode2015-2019
II.1 VISI
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, BBPOM di Pekanbaru harus
memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan pelaksanaan RPJMN
2015-2019 dan RKP Tahunan, melalui penyusunan rencana strategis dan
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 46
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BBPOM DI PEKANBARU
tahunan (RPJMN, RKP) yang berkualitas serta optimalisasi pengendalian dan
monitoring evaluasi atas pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan secara
efektif dan efisien serta pelaksanaan tugas-tugas lainnya dari pemerintah.
Kualitas pengawasan Obat dan Makanan dilihat dari: 1) Kualitas
kebijakan dalam penetapan Norma, Standar, Prosedurdan Kriteria terhadap
Obat dan Makanan; 2) Kualitas pengawasan Obat dan Makanan, serta 3)
Kerjasama dan Komunikasi Publik dalam mendorong peran serta masyarakat
dalam memanfaatkan produk-produk Obat dan Makanan sesuai standar.
Apabila keseluruhan hal tersebut dapat terpenuhi, maka berarti BBPOM di
Pekanbarutelah mampu berperan dalam mendukung pencapaian, target,
sasaran, misi dan visi RPJMN 2015-2019 sesuai visi, misi Presiden dan Wakil
Presiden terpilih periode 2014-2019, dan selanjutnya mendukung pencapaian
tujuan berbangsa dan bernegara sesuai amanat UUD 1945, yaitu mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Adapun visi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam RPJMN 2015-
2019 adalah sebagai berikut :
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”
Misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam RPJMN 2015-2019
adalah sebagai berikut :
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya
maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan,
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis
berlandaskan negara hukum,
3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas-aktif dan memperkuat jati diri
sebagai negara maritim,
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera,
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing,
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 47
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BBPOM DI PEKANBARU
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju dan
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, dan
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Untuk mendukung pencapaian visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden
terpilih dalam RPJMN 2015-2019 tersebut, maka BBPOM di Pekanbaru sesuai
dengan tugas dan kewenangannya sebagai lembaga yang bertanggungjawab
dalam pengawasan Obat dan Makanan menetapkan Visi BBPOM di Pekanbaru
2015-2019 yang diambil dari visi Badan POM RI adalah sebagai berikut :
”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
dan Daya Saing Bangsa”
Penjelasan Visi :
Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan
masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel
serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik.
Sejalan dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai
berikut :
Aman : Keadaan bebas dari bahaya. Semua Obat dan Makanan harus
dijamin keamanannya, agar tidak membahayakan bagi
masyarakat pengunaannya.
Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang
telah memenuhi standar, baik standar nasional maupun
internasional, sehingga adanya kesiapan suatu produk
bangsa untuk interaksi daya saing di masa depan. Agar
menjadi kompetitif, dalam arti ini adalah memiliki peluang
untuk menang bagi sejumlah pemain industri yang
menghadapi biaya tinggi.
II.2 MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata
sesuai dengan penguatan peran BBPOM di Pekanbarusebagaimana yang telah
ditetapkan dalam Bab I terhadap peran BBPOM di Pekanbaru. Adapun Misi
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 48
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BBPOM DI PEKANBARU
yang akan dilaksanakan sesuai dengan peran-peran BBPOM di Pekanbaru yang
diambil dari Misi Badan POM RI untuk periode 2015-2019, adalah sebagai
berikut :
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi
(full spectrum) standardisasi, penilaian produk sebelum beredar,
pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian
produk serta penegakan hukum.Menyadari kompleksnya tugas yang
diemban BBPOM di Pekanbarudalam melindungi masyarakat dari produk
yang tidak aman dengan tujuan akhir adalah masyarakat sehat, serta
berdaya saing, maka perlu disusun suatu sasaran strategis khusus yang
mampu mengawalnya. Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan
Makanan semakin tinggi, sementara sumber daya yang dimiliki terbatas,
maka perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu
pengawasan Obat dan Makanan seharusnya didesain berdasarkan analisis
risiko, hal ini untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki
secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan.
Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang
sangat strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan,
utamanya pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan
Makanan, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya
peningkatan kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan yang
memenuhi standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi dan
komunikasi terkait Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif dalam
meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan.
Sadar dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, BBPOM di
Pekanbarumelakukan upaya-upaya yang bertujuan untuk meningkatkan
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 49
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BBPOM DI PEKANBARU
kesadarannya dalam mendukung pengawasan. Upaya-upaya tersebut salah
satunya dilakukan melalui kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
kepada masyarakat.
Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya produk
yang tidak memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia.
Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai syarat keamanan produk
Obat dan Makanan menimbulkan asymmetric information yang dapat
dimanfaatkan oleh produsen nakal untuk menjual produk yang murah
namun substandar.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BBPOM di Pekanbaru tidak
dapat berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan
dengan pihak lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan
bidang kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan
pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan
Obat dan Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di
seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam
pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus
disinkronkan dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah. Untuk itu, dalam
melaksanakan tugas pengawasan di daerah, BBPOM di Pekanbaruharus
bersinergi dengan lintas sektor terkait, sehingga pengawasan dapat
berjalan dengan efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BBPOM di Pekanbaru
Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya
yang memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat.Hal ini
membutuhkan sumber daya yang meliputi 5 M (man, material, money,
method, and machine), yang merupakan modal penggerak organisasi.
Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia
dan sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang
terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka BBPOM di Pekanbaruharus
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 50
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BBPOM DI PEKANBARU
mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat
mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah
ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan
efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen
organisasi.
Di samping itu, BBPOM di Pekanbarusebagai suatu LPNK yang
dibentuk pemerintah untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya
bersifat teknis semata (techno structure), namun juga melaksanakan fungsi
pengaturan (regulating), pelaksana (executing),dan pemberdayaan
(empowering).Untuk itu, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi.
Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses
bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai
organisasi.
Misi BBPOM di Pekanbaru merupakan langkah utama yang
disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi BBPOM di Pekanbaru.
Pengawasan post-marketyang berstandar internasional diterapkan dalam
rangka memperkuat BBPOM di Pekanbaru menghadapi tantangan
globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang
konsisten, yaitu memenuhi standar aman,berkhasiat/ bermanfaat dan
bermutu, diharapkan BBPOM di Pekanbaru mampu melindungi masyarakat
dengan optimal.
BBPOM di Pekanbarujuga melakukan kemitraan dengan pemangku
kepentingan terkait kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi
dan sebagainya yang merupakan potensi yang perlu diperkuat. Semua itu
dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan
pengetahuan yang baik terhadap Obat dan Makanan yang beredar di
pasaran, sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari
produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan baku berbahaya dan
ilegal.
Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan
tetap mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi
pembelajar (learning organization). Untuk mendukung itu, maka BBPOM di
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 51
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BBPOM DI PEKANBARU
Pekanbaru perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan
kapasitas sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge
sharing).
II.3. BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus
dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan
tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi
menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan
berkarya.
1. Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas,
ketekunan dan komitmen yang tinggi.
2. Integritas
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan
3. Kredibilitas
Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan
internasional.
4. Kerjasama Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang
baik.
5. Inovatif
Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.
6. Responsif/Cepat Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 52
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BBPOM DI PEKANBARU
II.4. TUJUAN
Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan Makanan,
maka tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai
berikut :
1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman,
bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan
masyarakat;
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan
global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, atau terciptanya
iklim inovasi yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing Obat
dan Makanan di pasar lokal dan global.
Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di atas,
diusulkan sebagai berikut :
1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan
bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan
indikator:
Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan BBPOM di
Pekanbaru;
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan
global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi atau terciptanya
iklim inovasi yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing Obat
dan Makanan di pasar lokal dan global.
a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam
memenuhi ketentuan;
b. Tingkatkepuasan pelaku usaha terhadap pemberian
bimbingan dan pembinaan pengawasan Obat dan Makanan.
II.5. SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin
dicapai BBPOM di Pekanbaru, dengan mempertimbangkan tantangan masa
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 53
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BBPOM DI PEKANBARU
depan dan sumber daya sertainfrastruktur yang dimiliki BBPOM di Pekanbaru.
Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2015-2019) kedepan diharapkan BBPOM di
Pekanbaru akan dapat mencapai sasaran strategis sebagai berikut :
1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh
BBPOM di Pekanbaru merupakan suatu proses yang komprehensif dan
bersifat full spectrum, mencakup pengawasan post-market. Sistem itu
terdiri dari: pertama,pengawasan setelah beredar (post-market control)
yang dilakukan dengan melakukan sampling produk Obat dan Makanan
yang beredar, serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan
Makanan. Kedua, pengujian laboratorium. Produk yang disampling
berdasarkan risiko kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui
apakah Obat dan Makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan,
khasiat/ manfaat, dan mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar
ilmiah yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan produk yang
tidak memenuhi syarat dan kemudian akan ditarik dari peredaran. Ketiga,
adalah penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Dalam
bisnis Obat dan Makanan yang relatif menjanjikan keuntungan yang besar,
rentan terhadap pelanggaran dari pelaku usaha. Untuk itu diperlukan
adanya suatu penegakan hukum apabila terjadi pelanggaran terkait Obat
dan Makanan.
Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat
indikator sebagai berikut :
1. Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target
98% pada akhir 2019.
2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat, dengan
target 84% pada akhir 2019.
3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat, dengan target
93% pada akhir 2019.
4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat,
dengan target 98% pada akhir 2019.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 54
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BBPOM DI PEKANBARU
5. Persentase makanan yang memenuhi syarat, dengan target
90,10% pada akhir 2019.
2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan
pemangku kepentingan serta partisipasi masyarakat.
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang
terkait dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah.
Untuk itu perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi
yang baik. Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah
masyarakat sebagai konsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan
diedarkan di pasaran (masyarakat) masih berpotensi untuk tidak
memenuhi syarat, sehingga masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih
dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang aman, bermanfaat, dan
bermutu. Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait Obat
dan Makanan yang memenuhi syarat, BBPOM di Pekanbaruharus
memberikan kegiatan pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi,
layanan Informasi, dan Edukasi (KIE).
Di samping itu, pengawasan Obat dan Makanan perlu dilakukan
oleh pelaku usaha baik produsen, distributor, dan pelaku usaha lain.
Pengawasan oleh pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir, dari
sebelum sampai sesudah produk beredar, salah satunya adalah meliputi
pengawasan Obat dan Makanan di sarana produksi dan sarana distribusi.
Produsen mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan
Makanan yang memenuhi syarat (aman, khasiat/bermanfaat, dan
bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan. Dari sisi
pemerintah, BBPOM di Pekanbaru bertugas dalam menyusun kebijakan
dan regulasi terkait Obat dan Makanan yang harus dipenuhi oleh pelaku
usaha.
Paradigma BBPOM di Pekanbaru sebagai lembaga pengawas dan
ditakuti oleh pelaku usaha selama ini mulai berubah, dengan adanya upaya
yang dilakukan BBPOM di Pekanbaru dalam menjalin hubungan yang lebih
harmonis dengan para pelaku usaha. Tanpa meninggalkan tugas utama
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 55
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BBPOM DI PEKANBARU
pengawasan, BBPOM di Pekanbaru berupaya memberikan dukungan
kepada pelaku usaha untuk memperoleh kemudahan dalam
usahanya.Salah satunya melalui jaminan kualitas (quality assurance)
pengawasan, melalui pendampingan regulatory (regulatory assistance).
Masing-masing kedeputian di BBPOM di Pekanbaru mempunyai upaya
yang berbeda dalam memberikan dukungan regulatory, sesuai dengan
bidang lingkupnya.
Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang
mendukung pada peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan mutu
Obat dan Makanan.Pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan harus
didukung dalam menghadapi tantangan perdagangan bebas. Salah satunya
adalah dengan memberikan dukungan regulatory (sistem pengawasan)
kepada pelaku usaha dengan insentif. Sementara terkait dengan faktor lain
yang menjadi variabel penentu dalam meningkatkan kemudahan usaha,
adalah daya saing.
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini,
maka dibuat indikatornya sebagai berikut :
1. Jumlah industri farmasi yang meningkat kemandiriannya,
2. Jumlah Industri Obat Tradisional (IOT) yang memiliki sertifikat CPOTB,
3. Jumlah industri kosmetika yang mandiri dalam pemenuhan ketentuan,
4. Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin
keamanan pangan,
5. Peningkatan indeks kesadaran masyarakat, dan
6. Persentase pencapaian kerja sama terhadap target kerja sama yang
ditetapkan.
3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BBPOM di
Pekanbaru
Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and
machine) merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal
ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 56
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BBPOM DI PEKANBARU
penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah
dan kualitasnya, maka BBPOM di Pekanbaruharus mampu mengelola
sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung
terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada
akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat
penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.
BBPOM di Pekanbaru untuk melaksanakan tugas masih
memerlukan penguatan kelembagaan/ organisasi. Kelembagaan tersebut
meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan
efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini,
maka dibuat indikatornya adalah :
1. Capaian pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BBPOM di
Pekanbaru,
2. Opini Laporan Keuangan BBPOM di Pekanbarudari BPK,
3. Nilai SAKIP BBPOM di Pekanbarudari MenPAN dan RB,
Adapun Tabel 2.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator
Kinerja BBPOM di Pekanbaru periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di
atas, adalah sebagai berikut :
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 57
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BBPOM DI PEKANBARU
Tabel 2.1 :
Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BBPOM di Pekanbaru
Periode 2015-2019
VISI MISI TUJUAN SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa
Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat
Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
1. Persentase obat yang memenuhi syarat;
2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat;
3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat;
4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat;
5. Persentase makanan yang memenuhi syarat.
Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.
Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan serta partisipasi masyarakat melaluikerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi
1. Tingkat Kepuasan Masyarakat
2. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan.
Meningkatkan kapasitas kelembagaan BBPOM DI PEKANBARU
Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BBPOM DI PEKANBARU
1. Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM
2. Opini laporan keuangan BBPOM di Pekanbaru dari BPK.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI
58
BBBAAABBB IIIIIIIII
AAARRRAAAHHH KKKEEEBBBIIIJJJAAAKKKAAANNN,,, SSSTTTRRRAAATTTEEEGGGIII,,, KKKEEERRRAAANNNGGGKKKAAA RRREEEGGGUUULLLAAASSSIII
DDDAAANNN KKKEEERRRAAANNNGGGKKKAAA KKKEEELLLEEEMMMBBBAAAGGGAAAAAANNN
III.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL
Sebagaimana visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode 2015-
2019 pada Bab II di atas, untuk mewujudkan visi dilaksanakan 7 (tujuh) misi
pembangunan yang salah satunya adalah mewujudkan kualitas hidup manusia
Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. Visi-misi ini selanjutnya dijabarkan
dalam 9 (sembilan) agenda prioritas pembangunan yang disebut NAWA CITA,
sebagaiberikut :
1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi egenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara (Perkuat peran dalam
kerjasama global dan regional),
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif demokratis dan
terpercaya (membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja
pemerintah),
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka Negara kesatuan (pengurangan ketimpangan
antar kelompok ekonomi masyarakat),
4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi system dan
penegakan hukum yang bebaskorupsi, bermartabat dan terpercaya
(pemberantasan narkotika dan psikotropika),
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (pembangunan kesehatan
khususnya pelaksanaan program Indonesia sehat),
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
(peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi),
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik (peningkatan kedaulatan pangan),
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 59
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI
8. Melakukan revolusi karakter bangsa, dan
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasisosial Indonesia
Adapun 5 (lima) prioritas pembangunan dalam Nawacita dari 9
(Sembilan) yang akan menjadi tugas dan tanggung jawab BBPOM DI
PEKANBARU pada periode 2015-2019 adalah sebagaimana Tabel dibawah ini.
Tabel 3.1 (Sembilan) Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA)
Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya tercermin pada
penyediaan lapangan pekerjaan dan jaminan pendapatan semata, melainkan
juga pemenuhan hak-hak dasar warga negara untuk memperoleh layanan
publik. Dalam perspektif tersebut, pembangunan manusia dimaksudkan untuk
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat, berpendidikan, berakhlak
mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab, serta berdaya saing untuk
menciptakan kemakmuran dan kesejahteran bagi seluruh bangsa Indonesia.
Kualitas SDM tercermin dari tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan
penduduk, yang menjadi komponen inti Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 60
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI
IPM Indonesia terus mengalami peningkatan dari 71,8 pada tahun 2009
menjadi 73,8 pada tahun 2013.
Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan di atas, perlu disertai
gerakan Revolusi Mental, dengan mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan
perilaku setiap orang, yang berorientasi pada kemajuan dan kemoderenan,
sehinga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan
bangsa-bangsa lain di dunia. Revolusi Mental mengandung nilai-nilai esensial
yang harus dinternalisasi baik pada setiap individu maupun bangsa, yaitu: etos
kemajuan, etika kerja, motivasi berprestasi, disiplin, taat hukum dan aturan,
berpandangan optimistis, produktif-inovatif-adaptif, kerja sama dan gotong
royong, dan berorientasi pada kebajikan publik dan kemaslahatan umum.
Berbagai indikator kefarmasian dan ketersediaan obat tingkat nasional
menunjukan permasalahan dihadapi dari sisi ketersediaan obat dan alat
kesehatan, mutu pelayanan, dan pengunaan obat di tingkat masyarakat.
Manajemen supply chain menghadapi kendala dalam kualitas fasilitas dan
sarana, serta kemampuan dan keterampilan dalam perencanaan, distribusi,
manajemen stok dan mutu serta pengelolaan persediaan di tingkat propinsi dan
kabupaten/ kota, serta sistem data dan informasi persediaan dan pengunaan
obat di gudang obat yang lemah.
Berdasarkan berbagai permasalahan, tantangan, hambatan, maupun
peluang yang dihadapi pembangunan bidang kesehatan dan gizi masyarakat
tahun 2015-2019, maka sasaran bidang yang akan dicapai diarahkan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, antara lain
tercermin dari indikator yang juga menjadi tanggungjawab BBPOM di
Pekanbaru, sebagai berikut :
“ Meningkatnya Perlindungan Finansial, Pemerataan dan Mutu Pelayanan, serta
Ketersediaan, Penyebaran dan Mutu Obat dan Sumber Daya Kesehatan,” yang
terkait kewenangan BBPOM di Pekanbaru, indikator yang ditetapkan, yaitu :
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 61
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI
Tabel 3.2
Target Indikator Utama
No Indikator Status
Awal
Target
2019
1 Persentase obat yang memenuhi syarat 94,00 98,00
2 Persentase makanan yang memenuhi syarat 88,10 90,10
3 Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat 80,00 84,00
4 Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi
syarat 90,00 98,00
5 Persentase kosmetik yang memenuhi syarat 89,00 93,00
(Sumber: RPJMN 2015-2019)
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang Kesehatan
dan Gizi Masyarakat tahun 2015-2019, maka salah satu arah kebijakan dan
strategi pembangunan dibidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat yang terkait
dengan BBPOM di Pekanbaru adalah “Penguatan Sistem Pengawasan Obat
dan Makanan”, melalui strategi sebagai berikut :
1. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;
2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;
3. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan
pemangku kepentingan;
4. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis
risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha;
5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka
mendorong peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan; dan
6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.
III.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BBPOM di Pekanbaru
Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, arah kebijakan dan
strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BBPOM di Pekanbaru
periode 2015-2019, adalah :
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 62
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI
Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan :
1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk
melindungi masyarakat
2) Peningkatan kemitraan dengan pemangku kepentingan dalam rangka
mendorong peningkatan daya saing produk obat dan makanan.
3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik dalam
rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan obat dan makanan.
4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan
struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif,
budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber
daya yang efektif dan efisien.
Adapun strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal :
Eksternal :
1) Penguatan kemitraan dengan lintas sector terkait pengawasan Obat dan
Makanan;
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi
dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan
Makanan;
Internal :
3) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis
risiko;
4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja
individu/pegawai;
5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta
diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BBPOM di Pekanbaru di
tingkat pusat dan daerah secara lebih proporsional dan akuntabel;
7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun
utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 63
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI
Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerja sama dan kemitraan
dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok
masyarakat sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan
strategis baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I
tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian
dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan BBPOM sendiri.
Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal
organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BPOM sendiri. Poin
penting yang harus diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena kunci
keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya.
Agar pembangunan pengawasan Obat dan Makanan menjadi tajam dan
terarah, arah kebijakan dan strategi tersebut harus dijabarkan pada
perencanaan tahunan dengan penekanan sesuai isu nasional terkini
(penjabaran tahunan Nawacita) dan atau mengacu alternatif penekanan sebagai
berikut :
– Tahun 2016 : Mendorong penguatan kelembagaan dan Pengembangan
program strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan serta
memaksimalkan fungsi pelayanan publik. (Dalam hal ini Penguatan
Laboratorium, Sistem IT dan Dukungan Sarana Prasarana menjadi pra
syarat yang harus dipenuhi)
– Tahun 2017 : Penguatan Sistem Pemeriksaan/ Penyidikan dan penguatan
Kapasitas, Kapabilitas Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan untuk
memaksimalkan Fungsi Penegakan Hukum.
– Tahun 2018 : Penguatan dalam penegakan hukum di bidang pengawasan
Obat dan Makanan didukung dengan analisis dampak efektifitas
pengawasan secara ekonomi dan sosial untuk mendukung pencapaian
pembangunan nasional.
– Tahun 2019 : Percepatan pengawasan Obat dan Makanan serta evaluasi
program (Renstra 2015-2019) dalam rangka peningkatan kinerja
pengawasan Obat dan Makanan periode berikutnya.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 64
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawas Obat
dan Makanan tersebut, BBPOM di Pekanbaru menetapkan program-programnya
sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan program
pendukung (generik), sebagai berikut :
a. Program Teknis
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama BBPOM
di Pekanbaru dalam melaksanakan pengawasan, terhadap sarana
produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujian
Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan
bimbingan kepada pemangku kepentingan.
b. Program Generik
1) Program generik 1.
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
lainnya.
2) Program generik 2.
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BBPOM di Pekanbaru.
Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam sasaran
program BBPOM di Pekanbaru, sebagai berikut :
1) Menguatnya system pengawasan obat dan makanan.
2) Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BBPOM di Pekanbaru.
3) Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam
mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku
kepentingan.
Untuk mendukung sasaran program dibuat sasaran kegiatan strategis
yaitu :
1. Meningkatnya kualitas sampling dan pengujian terhadap produk obat
dan makanan yang beredar.
2. Meningkatnya kualitas sarana produksi yang memenuhi standar.
3. Meningkatnya kualitas sarana distribusi yang memenuhi standar.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 65
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI
4. Meningkatnya hasil tindak lanjut penyidikan terhadap pelanggaran obat
dan makanan.
5. Meningkatnya kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi.
6. Pengadaan sarana dan prasarana yang terkait pengawasan obat dan
makanan.
7. Penyusunan perencanaan, penganggaran, keuangan dan evaluasi yang
dilaporkan tepat waktu.
Adapun logic frame penjabaran terhadap sasaran program dan kegiatan
sesuai dengan unit organisasi di lingkungan BBPOM di Pekanbaru adalah
sebagai berikut :
Gambar 3.1 LOG FRAME BBPOM DI PEKANBARU
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 66
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI
Tabel 3.3 :
Program, Sasaran Program, Kegiatan Strategis, Sasaran Kegiatan, Indikator Balai
PROGRAM SASARAN
PROGRAM KEGIATAN STRATEGIS
SASARAN KEGIATAN
INDIKATOR PIC
PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
Sampling dan pengujian
Meningkatnya kualitas sampling dan pengujian terhadap produk obat dan makanan yang beredar
1. Jumlah sampel yang diuji
menggunakan parameter
kritis.
2. Pemenuhan target sampling
produk obat di sektor
publik (Instalasi Farmasi
Kabupaten)
Balai Besar POMdi Pekanbaru
Pengawasan sarana produksi obat
Meningkatnya kualitas sarana produksi yang memenuhi standard
Persentase cakupan
pengawasan sarana
produksi obat dan
makanan.
Pengawasan sarana distribusi obat
Meningkatnya kualitas sarana distribusi yang memenuhi standard
Persentase cakupan
pengawasan sarana
distribusi obat dan
makanan.
Penyidikan terhadap pelanggaran obat dan makanan
Meningkatnya hasil tindak lanjut penyidikan terhadap pelanggaran obat dan makanan
Jumlah perkara di bidang
obat dan makanan
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan
Kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi
Meningkatnya kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi
1. Jumlah layaman publik
BBPOM di Pekanbaru
2. Jumlah komunitas yang
diberdayakan.
Meningkatnyakualitaskapasitaskelembagaan BBPOM di Pekanbaru
Melakukan Pengadaan sarana dan prasarana yang terkait pengawasan obat dan makanan
Pengadaan sarana dan prasarana yang terkait pengawasan obat dan makanan
Persentase pemenuhan
sarana prasarana sesuai
standar.
Menyusun perencanaan, penganggaran, keuangan dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
Penyusunan perencanaan, penganggaran, keuangan dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
Jumlah dokumen
perencanaan,
penganggaran, dan evaluasi
yang dilaporkan tepat
waktu.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 67
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI
III.3. KERANGKA KELEMBAGAAN
Untuk memperkuat peran dan fungsi Badan Pengawas Obat dan
Makanan dalam melaksanakan mandat Renstra 2015-2019, maka dilakukan
beberapa inisiatif penataan kelembagaan, baik penataan dalam lingkup
intraorganisasi Badan POM (organisasi induk) maupun penataan yang bersifat
interorganisasi dalam bentuk koordinasi lintas instansi/ lembaga maupun
hubungan relasional dengan para pemangku kepentingan utama.
Penataan kelembagaan bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) dilakukan
dengan berpegang pada Peraturan Menteri PAN No. PER/18/M.PAN/ll/2008,
Tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan Lembaga
Pemerintah Non Kementerian, dengan langkah penataan sebagai berikut :
a. Penguatan UPT sebagai responsibility center dalam pelaksanaan fungsi
Badan POM di daerah untuk pelaksanaan mandat pada tingkat taktikal
dan operasional, sekaligus sebagai “ujung tombak” dalam
penyelenggaraan layanan teknis dan administratif yang telah di
delegasikan dari Badan POM;
b. Upaya peningkatan kinerja kelembagaan UPT melalui penataan ulang
kriteria dan klasifikasi UPT berdasarkan unsur pokok dan unsur
penunjang;
Secara garis besar kerangka kelembagaan Badan Pengawas Obat dan
Makanan dituangkan pada Gambar 3.2. Dalam kerangka kelembagaan
tersebut tampak bahwa dalam pelaksanaan mandatnya Badan POM
menyelenggarakan fungsi produce, provide, manage, dan apply.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 68
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI
Gambar 3.2. Kerangka kelembagaan pelaksanaan mandat Badan POM
Fungsi produce, meliputi mandat untuk perumusan dan penetapan
kebijakan (regulating), penyelenggaraan layanan publik (executing, dan
pelenksanaan fasilitasi, pengembangan kapasitas, maupun kegiatan-
kegiatan penguatan bagi pihak lain (empowering). Fungsi provide,
merupakan menyediakan keluaran untuk dimanfaatkan langsung oleh
mitra atau pengguna akhir. Untuk fungsi manage, merupakan fungsi
pengelolaan sumberdaya organsiasi agar dapat dicapai hasil yang optimal
dalam mendukung kegiatan operasional Badan POM. Sedangkan apply
adalah bentuk outreach dalam penciptaan nilai tambah dan manfaat bagi
masyarakat.
1. Penguatan lembaga-lembaga pemerintah di daerah di bidang pengawasan
Obat dan Makanan;
REGULATING Perumusan
dan penetapan kebijakan
EMPOWERING
Fasilitasi, pengembanga
n
kapsasitas
EXECUTING
Penyediaan layanan publik
Penetapan standar dan persyaratan
Pegujian lab, pemeriksaan sarana, dan penyidikan
Pengawasan pembuatan, penandaan dan informasi
Pengawasan peredaran,
promosi dan iklan
Perijinan, pengawasan peredaran obat dan
pengawasan industri farmasi
Pengelolaan anggaran Pengelolaan SDM ASN Pengelolaan
data, informasi dan
pengetahuan Pengelolaan sarana dan prasarana kerja
Tatakelola dan tatalaksana
Ketersediaan anggaran Pengukuran Kinerja Perencanaan
P R O D U C E
P R O V I D E
A P P L Y
MANAGE
Keterpaduan sistem informasi obat dan makanan
nasional
Kebijakan nasional dan pedoman pengawasan
obat dan makanan
Keterlibatan pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha dan masyarakat
dalam pengawasan obat dan makanan
Perlindungan masyarakat dari risiko obat dan makanan
yang tidak memenuhi standar dan persyaratan
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 69
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI
2. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki
tugas sama dalam rangka mewujudkan pencapaian prioritas
pembangunan kesehatan;
3. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki
tugas sama dalam rangka penyidikan hukum yang tergabung dalam
aparat gabungan penegak hukum. Hal ini sangat diperlukan karena
peredaran Obat dan Makanan ilegal merupakan aspek pidana yang masuk
dalam sistem peradilan pidana.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru
70
BAB III TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
IV.1 Target Kinerja
Sebagaimana sasaran strategis BBPOM DI PEKANBARU sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka target sesuai dengan
indikator masing-masing sasaran strategis adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja
SasaranStrategis Indikator Target Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019
Menguatnya
Sistem
Pengawasan Obat
dan Makanan
Persentase obat yang
memenuhi syarat
meningkat
94.00 95.00 96.00 97.00 98.00
Persentase Obat
Tradisional yang
memenuhi syarat
meningkat
80 81 82 83 84
Persentase Kosmetik yang
memenuhi syarat
meningkat
89 90 91 92 93
Persentase Suplemen
Makanan yang memenuhi
syarat meningkat
90 92 94 96 98
Persentase Makanan yang
memenuhi syarat
meningkat
88.10 88.60 89.10 89.60 90,10
Meningkatnya
jaminan kualitas
pembinaan dan
bimbingan dalam
mendorong
kemandirian
pelaku usaha dan
kemitraan dengan
pemangku
kepentingan
Tingkat Kepuasan
Masyarakat
70 80 85 85 90
Jumlah Kabupaten/Kota
yang memberikan
komitmen untuk
pelaksanaan pengawasan
Obat dan Makanan dengan
memberikan alokasi
anggaran pelaksanaan
regulasi Obat dan Makanan
0 1 2 3 1
Meningkatnya
kualitas kapasitas
kelembagaan
BBPOM di
Pekanbaru
Nilai SAKIP BBPOM
dariBadan POM
A A A A A
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 71
BAB IV TARGET KINERJA DAN PENDANAAN
IV.1.1 Kegiatan dalam Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan
Obat dan Makanan
Untuk mencapai Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Obat
dan Makanan dilaksanakan Program Pengawasan Obat dan Makanan melalui
Kegiatan-Kegiatan:
1. Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM di
Pekanbaru.
Pengawasan yang dilakukan oleh BB/Balai POM mencakup
pengawasan post market. Namun dalam hal ini pre-market control
dilakukan dalam lingkup kewenangan tertentu, tidak termasuk
penyusunan standar.
Kinerja kegiatan ini diukur dengan indikator :
a) Jumlah sample yang diuji menggunakan parameter kritis, dengan
target 3000 pada tahun 2019.
b) Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK),
dengan target 100% pada tahun 2019.
c) Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan
Makanan, dengan target 45% pada tahun 2019.
d) Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan
Makanan, dengan target 25% pada tahun 2019.
e) Jumlah Perkara di bidang Obat dan Makanan, dengan target 20
sampai dengan tahun 2019.
2. Pemeriksaan secara Laboratorium, Pengujian dan Penilaian
Keamanan, Manfaat dan Mutu Obat dan Makanan, serta
Pembinaan Laboratorium POM
Sebagai tulang punggung pengawasan, laboratorium mempunyai
posisi sangat penting karena hasil pengujian yang menjadi penentu
produk Obat dan Makanan memenuhi syarat atau tidak. Penguatan
sistem laboratorium BPOM yang merupakan supply side pemerintah
dilakukan di seluruh laboratorium termasuk di balai dengan
mengembangkan sistem laboratorium unggulan dan rujukan.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 72
BAB IV TARGET KINERJA DAN PENDANAAN
Labotorium BPOM menjadi salah satu referensi National Regulatory
Authority (NRA). Untuk itu perlu indikator yang digunakan untuk
mengukur kinerja PPOMN, yaitu :
a) Persentase pemenuhan Laboratorium Balai Besar/Balai POM yang
sesuai persyaratan Good Laboratorium Practices (GLP), dengan
target 95% pada tahun 2019.
b) Persentase sampel uji yang ditindak lanjuti tepat waktu, dengan
target 90% pada tahun 2019.
3. Investigasi Awal dan Penyidikan terhadap Pelanggaran Bidang
Obat dan Makanan
Penyidikan merupakan hilir pengawasan Obat dan Makanan
yang dapat memberikan dampak signifikan dalam penegakan hukum
terhadap pelanggaran. Untuk memperkuat kegiatan ini, dilakukan
beberapa upaya perkuatan antara lain perkuatan operasi terpadu
dalam kerangka CJS. Peningkatan profesionalisme PPNS ditingkatkan
guna mendukung penyidikan yang lebih baik. Keberhasilan kegiatan
ini diukur dengan indikator yaitu :
a) Jumlah perkara yang ditangani oleh Balai Besar POM di
Pekanbaru terhadap tindak pidana di bidang Obat dan Makanan,
dengan target 20 pada tahun 2019.
IV.I.2 Kegiatan dalam Sasaran Strategis Meningkatnya Kemandirian
Pelaku Usaha, Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan dan Partisipasi
Masyarakat.
Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya kemandirian pelaku
usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
dilaksanakan Program Pengawasan Obat dan Makanan melalui Kegiatan-
Kegiatan. Pengawasan yang dilakukan oleh BB/Balai POM mencakup pemberian
layanan informasi dan edukasi kepada masyarakat, pemberdayaan masyarakat,
advokasi dan kerjasama dengan lintas sektor. Kinerja kegiatan ini diukur
dengan indikator :
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 73
BAB IV TARGET KINERJA DAN PENDANAAN
a) Jumlah layanan publik BBPOM, dengan target 1.010 pada tahun
2019.
b) Jumlah Komunitas yang diberdayakan, dengan target 31 pada
tahun 2019.
Selain itu untuk mendukung meningkatnya kemitraan dengan pemangku
kepentingan dilaksanakan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya melalui Kegiatan :
a. Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan
Perundang-undangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan
Konsumen, dan Hubungan Masyarakat.
Kegiatan ini akan mencakup komunikasi, informasi, dan edukasi
masyarakat melalui berbagai media komunikasi termasuk media sosial,
penayangan Iklan Layanan Masyarakat, dan peningkatan akses masyarakat
secara lebih terbuka dan transparan. Untuk dapat mengukur keberhasilan
kegiatan tersebut, maka dirumuskan dengan indikator sebagai berikut :
b. Jumlah layanan pengaduan dan informasi konsumen yang
ditindaklanjuti, dengan target 350 pada tahun 2019.
IV.1.3 Kegiatan dalam Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Kapasitas
Kelembagaan BPOM
Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM dilaksanakan :
(i) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya BPOM serta melalui Kegiatan-Kegiatan :
1. Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan
Perundang-undangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan
Konsumen, dan Hubungan Masyarakat.
Kegiatan ini meliputi beberapa fungsi yaitu terkait dengan
peraturan perundang-undangan pengawasan Obat dan Makanan,
layanan informasi dan pengaduan konsumen, serta kehumasan.
Terkait perkuatan legal internal akan diprioritaskan In house legal
support. Untuk dapat mengukur keberhasilan kegiatan tersebut,
maka dirumuskan dengan indikator sebagai berikut :
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 74
BAB IV TARGET KINERJA DAN PENDANAAN
a) Jumlah layanan bantuan hukum yang diberikan, dengan target
165 pada tahun 2019.
2. Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi,
Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan
Pelaporan
Perencanaan mempunyai peran sangat penting dalam
keberhasilan suatu program. Kegiatan ini merupakan koordinasi
perencanaan strategis (jangka pendek, menengah, dan jangka
panjang) termasuk perencanaan penganggarannya,
pengembangan organisasi dan tatalaksana, serta pelaksanaan
evaluasi dan pelaporan. Kegiatan ini sangat terkait dengan
peningkatan kualitas SAKIP di lingkungan BPOM yang ditentukan
oleh perencanaan kinerja, serta pengukuran kinerja. Dalam upaya
peningkatan kualitas reformasi birokrasi, beberapa area
perubahan yang terkait adalah organisasi, tatalaksana, serta
manajemen perubahan termasuk dalam kegiatan ini.
Terkait penguatan penataan tatalaksana, akan diprioritaskan
pada (i) pemantapan Integrated Bottom Up Planning (Money
Follows the Function) melalui e-planning dan e-performance (ii)
implementasi akrual basis, dan (iii) Peningkatan Mutu Monitoring
Evaluasi. Untuk mengukur keberhasilan kegiatan ini dirumuskan
indikator yaitu :
a) Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, keuangan dan
monitoring evaluasi yang dihasilkan, dengan target 75
dokumen sampai dengan tahun 2019.
b) Jumlah kajian Organisasi, Tata Laksana dan Reformasi
Birokrasi, dengan target 5 kajian sampai dengan tahun 2019.
3. Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur Negara.
Dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan, salah satu faktor
yang penting adalah SDM/ASN. Sejalan dengan peraturan peundang-undangan
tentang ASN, salah satu hal yang penting adalah terkait pengelolaan ASN yang
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 75
BAB IV TARGET KINERJA DAN PENDANAAN
mencakup pengembangan pegawai serta manajemen kinerja ASN. Untuk itu
dalam kegiatan ini diperlukan indikator yaitu :
a) Persentase Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ditingkatkan
kualitasnya melalui pendidikan S1, S2, S3, dengan target 2%
pada tahun 2019
b) Jumlah dokumen Human Capital Management, dengan target
31 dokumen sampai dengan tahun 2019;
c) Persentase pegawai yang memenuhi standar kompetensi,
dengan target 75% sampai dengan tahun 2019;
d) Persentase SDM Aparatur BPOM yang memiliki kinerja
berkriteria baik, dengan target 85% pada tahun 2019.
4. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPOM,
dengan indikator :
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang terkait dengan
sistem pengendalian internal pemerintah (SPIP) dengan sasaran
terselenggaranya pengawasan internal yang efektif dan efisien.
Tercapainya sasaran kegiatan ini akan berkontribusi pada
pencapaian target dari indikator Capaian pelaksanaan Reformasi
Birokrasi di BPOM; Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK; dan
Nilai SAKIP BPOM dari MENPAN. Untuk mengukur kinerja
kegiatan ini digunakan indikator Jumlah laporan hasil
pengawasan yang disusun tepat waktu, dengan target 164 laporan
sampai dengan tahun 2019.
5. Pelayanan Informasi Obat dan Makanan, Informasi Keracunan dan
Teknologi Informasi.
Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
pengawasan Obat dan Makanan sangat dibutuhkan dalam rangka
mempermudah dan meningkatkan efisiensi serta efektifitas
pengawasan. dengan indikator :
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 76
BAB IV TARGET KINERJA DAN PENDANAAN
a) Persentase infrastruktur TIK yang dikembangkan untuk
optimalisasi e-gov bisnis proses BPOM, dengan target 100%
pada tahun 2019.
b) Jumlah informasi Obat dan Makanan yang up to date sesuai
lingkungan strategis pengawasan obat dan makanan, dengan
target 750 pada tahun 2019.
(ii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM, melalui
Kegiatan-Kegiatan :
1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM, dengan
indikator :
Sarana dan prasarana sebagai salah satu faktor yang penting
(machine) dalam suatu pelaksanaan program, sehingga
keberadaan dan jumlahnya sangat dibutuhkan. Disisi lain,
sebagai instansi pemerintah yang mempunyai tanggung jawab
dalam pengelolaan keuangan, salah satunya adalah pengadaan
barang dan jasa harus dilaksanakan secara akuntabel sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Untuk itu perlu diukur
kegiatan yang memberikan dukungan tersebut melalui indikator
kinerja :
Jumlah dukungan teknis pengadaan barang dan jasa, dengan
target 25 sampai dengan tahun 2019;
2. Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan
Prasarana Penunjang Aparatur BPOM, dengan indikator:
Selain dukungan teknis pengadaan barang dan jasa yang terkait
dengan sarana dan prasarana adalah proses pengadaannya
sendiri. Untuk mengukur jumlah sarana prasarana yang telah
dimiliki dan kesesuaiannya dengan kebutuhan, maka digunakan
indikator sebagai berikut :
a) Persentase pemenuhan sarana dan prasarana penunjang
kinerja sesuai standar, dengan target 85% pada tahun 2019;
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 77
BAB IV TARGET KINERJA DAN PENDANAAN
b) Persentase satker yang mampu mengelola BMN dengan baik,
dengan target 100% pada tahun 2019.
(iii) Program Pengawasan Obat dan Makanan melalui
kegiatanPengawasan Obat dan Makanan di 33 BB/Balai POM.
Sebagai satuan kerja di daerah, balai tidak hanya berperan
melaksanakan tugas teknis, tugas terkait dengan manajemen perlu
dilaksanakan dalam upaya mendukung sasaran strategis BPOM
yang terkait dengan peningkatan kapasitas kualitas kelembagaan.
Balai mempunyai peran dalam mencapai indikator terkait dengan
kualitas RB, SAKIP, serta opini BPK terhadap laporan keuangan
dan BMN.
Kinerja kegiatan ini diukur dengan indicator :
a) Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi
yang dilaporkan tepat waktu, dengan target 248 pada tahun
2019;
b) Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar,
dengan target 96% pada tahun 2019.
IV.2 KERANGKA PENDANAAN
Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah
ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan
dan sasaran strategis BBPOM DI PEKANBARU periode 2015-2019 adalah
sebagai berikut :
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 78
BAB IV TARGET KINERJA DAN PENDANAAN
Tabel 4.2 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan
Sasaran
Strategis Indikator
Alokasi (Rp Milyar)
PIC
2015 2016 2017 2018 2019
Menguatnya
Sistem
Pengawasan
Obat dan
Makanan
3,098 3,693 3,950 4,340 4,779
Persentase obat
yang memenuhi
syarat meningkat
BBPOM di
Pekanbaru
Persentase Obat
Tradisional yang
memenuhi syarat
meningkat
BBPOM di
Pekanbaru
Persentase
Kosmetik yang
memenuhi syarat
meningkat
BBPOM di
Pekanbaru
Persentase
Suplemen
Makanan yang
memenuhi syarat
meningkat
BBPOM di
Pekanbaru
Persentase
Makanan yang
memenuhi syarat
meningkat
BBPOM di
Pekanbaru
Meningkatnya
jaminan kualitas
pembinaan dan
bimbingan
dalam
mendorong
kemandirian
pelaku usaha
dan kemitraan
dengan
pemangku
kepentingan
1.679 1.847 2.032 2.235 2.459
Tingkat Kepuasan
Masyarakat
BBPOM di
Pekanbaru
Jumlah
Kabupaten/Kota
yang memberikan
komitmen untuk
pelaksanaan
pengawasan Obat
dan Makanan
dengan
memberikan
alokasi anggaran
pelaksanaan
regulasi Obat dan
Makanan
BBPOM di
Pekanbaru
Meningkatnya
kualitas
kapasitas
kelembagaanBB
POM DI
PEKANBAU
5.532 6.085 6.693 7.363 8.099
BBPOM di Pekanbaru
Nilai SAKIP
BBPOM dariBadan
POM
A A A A A BBPOM di Pekanbaru
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru 79
BAB IV TARGET KINERJA DAN PENDANAAN
Matriks kinerja dan pendanaan Balai Besar POM di Pekanbaru perkegiatan
sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 1 Matriks Kinerja dan Pendanaan
Kementerian/Lembaga.
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru
BAB V PENUTUP
80
BBBAAABBB VVV
PPPEEENNNUUUTTTUUUPPP
Renstra BBPOM di Pekanbaru Tahun 2015-2019 adalah panduan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BBPOM di Pekanbaru untuk 5 (lima) tahun
ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019 sangat
ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber
pendanaannya, serta komitmen semua struktural dan staf BBPOM di Pekanbaru.
Selain itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-
2019, setiap tahun akan dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat
dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra BBPOM di Pekanbaru, termasuk
indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme
yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan BBPOM di Pekanbaru yaitu
meningkatkan kinerja BBPOM di Pekanbaru dengan mengacu kepada RPJMN
2015-2019.
Renstra BBPOM di Pekanbaru Tahun 2015-2019 harus dijadikan acuan
kerja bagi unit-unit kerja di lingkungan di BBPOM di Pekanbaru sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Diharapkan semua unit kerja dapat
melaksanakannya dengan akuntabel serta senantiasa berorientasi pada
peningkatan kinerja BBPOM di Pekanbaru.
Pelaksanaan Renstra diharapkan berkontribusi pada pencapaian RPJMN
dan Visi Misi Presiden. Hal ini dimungkinkan karena program dan kegiatan
dalam Renstra BBPOM di Pekanbaru 2015-2019 ini telah dilengkapi dengan
target-target yang sudah ditetapkan akan dipantau dan dievaluasi secara
berkala pada pertengahan periode Rencana Strategis/RPJMN sebagai midterm
review, maupun pada akhir RPJMN sebagai impact assessment.
Evaluasi Renstra didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun
2006 tentang Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Selain
sebagai bahan evaluasi, Renstra juga menjadi pedoman untuk penyusunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan
RENSTRA Balai Besar POM di Pekanbaru
BAB V PENUTUP
81
Peraturan Presiden tentang SAKIP yang dikoordinasikan oleh Kementerian PAN
dan RB.
Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra BBPOM di Pekanbaru
Tahun 2015-2019 dapat memberikan kontribusi terhadap visi, misi dan
program kerja Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014 - 2019, yaitu
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”.
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
SS 1Menguatnya sistem pengawasan Obat
dan Makanan3.098 3.693 3.950 4.340 4.779
1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Riau 92.00 94.00 95.00 96.00 97.00 98.00
1.2.Persentase obat Tradisional yang
memenuhi syarat Provinsi Riau 70 80 81 82 83 84
1.3.Persentase Kosmetik yang memenuhi
syarat Provinsi Riau 88 89 90 91 92 93
1.4.
Persentase Suplemen Kesehatan yang
memenuhi syarat Provinsi Riau 78 90 92 94 96 98
1.5.
Persentase makanan yang memenuhi
syarat Provinsi Riau 87.60 88.10 88.60 89.10 89.60 90.10
SS 2
Meningkatnya kemandirian pelaku
usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta
memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan
1.679 1.847 2.032 2.235 2.459
2.1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Riau NA 70.00 80.00 85.00 85.00 90.00
2.2
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan
komitmen untuk pelaksanaan pengawasan
Obat dan Makanan dengan memberikan
alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat
dan Makanan
Provinsi Riau NA 0.00 1.00 2.00 3.00 1.00
SS 3Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM5.532 6.085 6.693 7.363 8.099
3.1 Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM Provinsi Riau A A A A A A
SP 1Menguatnya sistem pengawasan Obat
dan Makanan3 4 4 4 5
1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Riau 92.00 94.00 95.00 96.00 97.00 98.00
1.2.Persentase obat Tradisional yang
memenuhi syarat Provinsi Riau 70 80 81 82 83 84
1.3.Persentase Kosmetik yang memenuhi
syarat Provinsi Riau 88 89 90 91 92 93
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di Pekanbaru
Program/
Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
(Output)/IndikatorLokasi Baseline
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru
Program/
Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
(Output)/IndikatorLokasi Baseline
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)
1.4.Persentase Suplemen Kesehatan yang
memenuhi syarat Provinsi Riau 78 90 92 94 96 98
1.5.Persentase makanan yang memenuhi
syarat Provinsi Riau 87.60 88.10 88.60 89.10 89.60 90.10
SP 2
Meningkatnya kemandirian pelaku
usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta
memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan
2 2 2 2 2
2.1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Riau NA 70.00 80.00 85.00 85.00 90.00
2.2
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan
komitmen untuk pelaksanaan pengawasan
Obat dan Makanan dengan memberikan
alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat
dan Makanan
Provinsi Riau 0.00 0.00 1.00 2.00 3.00 1.00
SP 3Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM6 6 7 7 8
3.1 Nilai SAKIP BPOM dari Badan POM Provinsi Riau A A A A A A
10 12 13 14 15
1Jumlah sampel yang diuji menggunakan
parameter kritisProvinsi Riau 3,400.00 3,000.00 3,000.00 3,000.00 3,000.00 3,000.00 1.602 1.763 1.939 2.133 2.346
2Pemenuhan target sampling produk Obat di
sektor publik (IFK) Provinsi Riau 60 100 100 100 100 100 0.000 0.050 0.050 0.050 0.060
3Persentase cakupan pengawasan sarana
produksi Obat dan Makanan Provinsi Riau 36.80 58.00 63.00 63.00 63.00 63.00 0.06 0.116 0.116 0.128 0.140
4Persentase cakupan pengawasan sarana
distribusi Obat dan Makanan Provinsi Riau 22.00 25.00 26.00 28.00 30.00 32.00 0.698 0.956 0.956 1.052 1.157
5Jumlah Perkara di bidang obat dan
makananProvinsi Riau 15 16 17 19 19 20 0.735 0.808 0.889 0.978 1.075
6 Jumlah layanan publik BB/BPOM Provinsi Riau 970 980 990 1000 1000 1010 1.137 1.251 1.376 1.513 1.665
7 Jumlah Komunitas yang diberdayakan Provinsi Riau 11 15 19 23 27 31 0.542 0.596 0.656 0.722 0.794
8Persentase pemenuhan sarana prasarana
sesuai standarProvinsi Riau 65 75 78 84 90 95 4.085 4.494 4.943 5.437 5.981
9Jumlah dokumen perencanaan,
penganggaran, dan evaluasi yang
dilaporkan tepat waktu
Provinsi Riau 8 10 9 10 9 10 1.447 1.591 1.750 1.925 2.118
Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM
di Pekanbaru
Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan
makanan di seluruh Indonesia
LAMPIRAN 2. LOGICAL FRAMEWORK RENSTRA BALAI BESAR POM di PEKANBARU
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat Dan Makanan
1. Meningkatnya kualitas sampling dan pengujian terhadap produk obat dan makanan yang beredar
4. Meningkatnya
hasil tindaklanjut penyidikan terhadap
Pelanggaran Obat dan Makanan
2. Meningkatnya kualitas
sarana produksi yang
memenuhi standard
3. Meningkatnya kualitas
sarana distribusi
yang memenuhi standard
5. Meningkatnya kerjasama, komunikasi, informasi dan
edukasi
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian
pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan
SS
7. Penyusunan Perencanaan, Penganggaran, Keu
angan dan Evaluasi yang
dilaporkan tepat waktu
6. Pengadaan Sarana dan
Prasarana yang Terkait
Pengawasan Obat dan Makanan
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan
Balai BPOM
SP
SK
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat Dan Makanan
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku
usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan
Balai BPOM
IKK1.1.Jumlah
sample yang diuji
menggunakan parameter
kritis
1.2. Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik
(Instalasi Farmasi Kabupaten)
2.1. Persentase cakupan
pengawasan sarana produksi
Obat dan Makanan
3.1. Persentase cakupan
pengawasan sarana
distribusi Obat dan Makanan
4.1.Jumlah Perkara di
bidang obat dan makanan
5.1.Jumlah layanan Publik
BB/BPOM
6.1. Persentase pemenuhan
sarana prasarana
sesuai standar
7.1.Jumlah dokumen
perencanaan, penganggaran, dan
evaluasi yang dilaporkan tepat
waktu
5.2. Jumlah Komunitas yang
diberdayakan
2015 2016 2017 2018 2019
1 Menguatnya
sistem pengawasan
Obat dan Makanan.
1.1. Persentase obat
yang memenuhi syarat
a. obat yang mendapatkan NIE dari Badan POM.
b. Yang dimaksud dengan obat adalah obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras,
psikotropika dan narkotika (tidak termasuk OT)
c. obat Memenuhi Syarat (MS) ditetapkan melalui uji laboratorium.
d. Data baseline produk obat MS diambil dari data SBD tahun 2012
e. Kategori obat yang disampling sesuai dengan pedoman prioritas sampling.
Produk obat yang
MS pada tahun berjalan
Jumlah seluruh
obat yang diuji (sampel yang
diuji)a. Produk obat yang MS diambil
dari data SBD tahun 2012
1 Menguatnya
regulatory
system dalam
pengawasan Obat dan Makanan.
1 Meningkatnya
persentase
produk Obat yang
memenuhi syarat
Jumlah produk Obat yang aman/bermutu dibagi jumlah sampel Obat yang diuji dikali 100%
Produk Obat aman/bermutu adalah produk MS melalui uji laboratorium.
Produk Obat yang
aman/bermutu
Jumlah sampel
Obat yang
disampling dan
diuji
Persentase
produk tembakau
yang memenuhi ketentuan
a. Diukur berdasarkan jumlah label dan iklan produk tembakau yang memenuhi ketentuan
dibandingkan dengan jumlah label dan iklan produk tembakau yang diawasi.
b. Target jumlah label dan iklan yang diawasi 20.000 per tahun.
jumlah label dan
iklan produk
tembakau yang memenuhi
ketentuan
jumlah label dan
iklan produk
tembakau yang diawasi
1.2. Persentase
produk Obat Tradisional yang memenuhi
syarat
a. Obat Tradisional yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian laboratorium.
b. Persentase dihitung melalui perbandingan antara jumlah Obat Tradisional yang memenuhi syarat dengan jumlah total Obat Tradisional yang disampling pada tahun berjalan (n).
Obat Tradisional
yang memenuhi syarat
Total Obat
Tradisional yang disampling pada tahun berjalan
(n)
Program
Pengawasan Obat dan
Makanan
Baseline
/2014
TARGET
PENANG
GUNG JAWAB
PRAKIRAAN MAJU
LAMPIRAN 3.KAMUS INDIKATOR RENSTRA BBPOM DI PEKANBARU 2015-2019
NOSASARAN
STRATEGIS
PROGRAM/
KEGIATANIKU/IKK DEFINISI OPERASIONAL PEMBILANG PENYEBUT
2015 2016 2017 2018 2019
Baseline
/2014
TARGET
PENANG
GUNG JAWAB
PRAKIRAAN MAJUNO
SASARAN
STRATEGIS
PROGRAM/
KEGIATANIKU/IKK DEFINISI OPERASIONAL PEMBILANG PENYEBUT
1.3. Persentase
produk
Kosmetik yang memenuhi
syarat
a. Kosmetik yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian laboratorium.
b. Persentase dihitung melalui perbandingan antara jumlah Kosmetik yang memenuhi syarat dengan jumlah total Kosmetik yang disampling pada tahun berjalan (n).
Kosmetik yang
memenuhi syarat
Total Kosmetik
yang disampling
pada tahun berjalan (n)
1.4. Persentase
produk Suplemen
Kesehatan yang memenuhi
syarat
a.Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian laboratorium.
b. Persentase dihitung melalui perbandingan antara jumlah Suplemen Kesehatan yang
memenuhi syarat dengan jumlah total Suplemen Kesehatan yang disampling pada tahun berjalan (n).
Suplemen
Kesehatan yang memenuhi syarat
Total Suplemen
Kesehatan yang disampling pada
tahun berjalan (n)
1.5. Persentase
makanan yang memenuhi syarat
a. Makanan adalah pangan olahan yang mendapatkan NIE dari Badan POM.
b. Makanan MS ditetapkan melalui uji laboratorium.
c. Data baseline makanan MS diambil dari data Badan POM tahun 2013
d.Kategori produk makanan yang diuji disesuaikan dengan kategori pangan.
Makanan yang MS
pada tahun berjalan
Jumlah seluruh
sampel Makanan yang diuji
2 2.1. Jumlah industri
farmasi yang meningkat
kemandiriannya
a. Kemandirian adalah kemampuan Industri Farmasi untuk menjaga mutu.
b. Kriteria mandiri: Tingkat kepatuhan industri farmasi secara mandiri terhadap peraturan terkait dalam
pembuatan Obat yang baikc. Berdasarkan kriteria mandiri tersebut, industri farmasi dibagi ke dalam beberapa level kemandirian (Maturity level)
2.2. Persentase
industri pangan
olahan yang mandiri dalam rangka menjamin
keamanan
pangan
Jumlah sarana industri pangan olahan berisiko tinggi dan fortifikasi wajib (kecuali garam)
yang memenuhi ketentuan Program Manajemen Risiko (PMR) dibandingkan dengan jumlah
sarana industri pangan olahan berisiko tinggi dan fortifikasi wajib
Jumlah sarana
industri pangan
olahan berisiko tinggi dan fortifikasi wajib (kecuali garam)
yang memenuhi
ketentuan Program Manajemen Risiko (PMR)
jumlah sarana
industri pangan
olahan berisiko tinggi dan fortifikasi wajib
Meningkatnya
jaminan kualitas pembinaan dan
bimbingan dalam mendorong kemandirian
pelaku usaha
dan kemitraan
dengan pemangku
kepentingan
Program
Pengawasan Obat dan
Makanan
2015 2016 2017 2018 2019
Baseline
/2014
TARGET
PENANG
GUNG JAWAB
PRAKIRAAN MAJUNO
SASARAN
STRATEGIS
PROGRAM/
KEGIATANIKU/IKK DEFINISI OPERASIONAL PEMBILANG PENYEBUT
2.3. Jumlah pelaku
usaha industri
obat tradisional (IOT) yang
memiliki sertfikat CPOTB
Jumlah pelaku usaha industri obat tradisional (IOT) yang memiliki sertfikat CPOTB
2.4. Jumlah industri
kosmetika yang mandiri dalam pemenuhan
ketentuan
Jumlah industri kosmetika yang menerapkan CPKB
2.5. Tingkat
Kepuasan
Masyarakat
Tingkat Kepuasan Masyarakat adalah tolok ukur untuk menilai kualitas pelayanan yang
diperoleh dari hasil survei Kepuasan Masyarakat.
Tata cara pelaksanaan survei mengacu pada pedoman terkini
2.6. Jumlah Provinsi
dan
Kabupaten/Kota yang
memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan
Obat dan
Makanan
dengan
memberikan alokasi anggaran pelaksanaan
regulasi Obat
dan Makanan
Provinsi adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia yang dipimpin oleh Gubernur
Kabupaten/ Kota adalah pembagian wilayah administratifdi Indonesia setelah provinsi yang dipimpin oleh Bupati/ Kota.
Komitmen untuk pelaksanaan adalah perjanjian (keterikatan) Kota/ Kabupaten untuk melakukan pelaksanaan pengawasan obat, kosmetik, obat tradisional, pangan dan bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan, baik yang dilakukan secara mandiri dan
atau terpadu melalui pengawasan/ pemeriksaan, advokasi/ penyuluhan, pembentukan tim
terpadu, pertemuan dan kegiatan lainnya yang dapat memperkuat pengawasan.
Alokasi anggaran adalah alokasi anggaran daeran baik yang berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota dan lain-lain sumber pendapatan yang sah dan tidak mengikat, yang dikelola oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.
3 3.1. Nilai SAKIP
BPOM
Nilai SAKIP diukur berdasarkan hasil penilaian SAKIP yang dilakukan oleh APIP Badan POM
Pengawasan
Obat dan
Makanan di 33 Balai Besar/Balai POM
1 Jumlah sampel
yang diuji
menggunakan parameter kritis
Parameter kritis adalah parameter uji yang bersifat sebagai penentu terhadap jaminan keamanan,
manfaat, dan mutu produk yang diuji
Parameter kritis ditetapkan dalam pedoman sampling (juga menjelaskan "penentu" terhadap jaminan keamanan, manfaat, dan mutu produk yang diuji
Jumlah sampel
yang diuji
menggunakan parameter kritis
Program
Pengawasan Obat dan Makanan
Meningkatnya
kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
2015 2016 2017 2018 2019
Baseline
/2014
TARGET
PENANG
GUNG JAWAB
PRAKIRAAN MAJUNO
SASARAN
STRATEGIS
PROGRAM/
KEGIATANIKU/IKK DEFINISI OPERASIONAL PEMBILANG PENYEBUT
2 Pemenuhan
target sampling
produk Obat di sektor publik
(Instalasi Farmasi Kabupaten)
Diukur berdasarkan jumlah sampel yang diambil pada IFK (termasuk gudang obat KB) dibandingkan
dengan target sampel yang harus disampling di sarana sektor publik di masing-masing balai.
Target sampel yang harus disampling di sarana sektor publik untuk masing-masing balai ditetapkan
dalam Pedoman Sampling.
jumlah sampel
yang diambil pada
IFK
target sampel
yang harus
disampling di sarana sektor
publik di masing-masing balai
…..
3 Persentase
cakupan pengawasan
sarana produksi Obat dan Makanan
a. Sarana produksi Obat dan Makanan adalah jumlah sarana produksi (Industri Farmasi, Industri Obat
Tradisional (IOT), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Kosmetika, Industri Pangan olahan MD).
b. Cakupan pengawasan sarana produksi adalah kumulatif pemeriksaan sarana produksi pertahun c. Cakupan pengawasan sarana produksi pertahun dihitung dari jumlah sarana produksi yang diperiksa dibandingkan dengan jumlah target sarana produksi yang terdapat di wilayah tersebut
d. Target sarana produksi adalah jumlah total sarana produksi yang diinspeksi sampai dengan 2019 dan ditetapkan secara statistik serta berbasis risiko
Jumlah sarana
produksi yang diperiksa
Jumlah sarana
produksi yang terdapat di
wilayah tersebut
Obat: 207 sarana
Pangan: 2700 sarana
OT:
…
4 Persentase
cakupan pengawasan
sarana distribusi Obat dan Makanan
Sarana distribusi Obat dan Makanan yang menjadi cakupan pengawasan termasuk tetapi tidak terbatas
pada sarana berikut:a. Sarana distribusi Obat adalah jumlah sarana distribusi Obat (PBF dan Instalasi Farmasi
Pemerintah) dan sarana Pelayanan Kesehatan (Apotek, Toko Obat Berizin, Klinik, Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Puskesmas).b. Target sarana distribusi obat adalah jumlah total sarana distribusi yang diinspeksi sampai dengan
2019 dan ditetapkan secara statistik serta berbasis risikoc. Sarana Distribusi OT, Kosmetik, dan Suplemen Kesehatan adalah badan usaha atau perorangan
yang melakukan aktivitas importasi; penyaluran; jual beli obat tradisional; suplemen kesehatan dan/atau kosmetik.Sarana distribusi terdiri dari:
--> Distributor adalah sarana distribusi yang dalam aktivitasnya memerlukan langkah lebih lanjut
untuk menyalurkan produknya kepada konsumen, contoh: Pedagang Besar, Agen, Toko Grosir
--> Pengecer adalah sarana distribusi yang berhubungan langsung dengan konsumen, contoh: Toko
Swalayan, Apotek, Toko Obat, Toko Jamu, Depot Jamu, Toko Kosmetik, Sarana Pelayanan Kesehatan
Tradisional, Stokis MLM, Klinik Kecantikan, Salon dan Spa. d. Sarana distribusi resmi bahan berbahaya adalah distributor dan pengecer yang memiliki SIUP-B2, serta importir terdaftar bahan berbahaya, baik perusahaan induk maupun perusahaan cabang. e. Sarana Distribusi Pangan adalah tempat penjualan atau peredaran makanan (pangan olahan) di
tingkat akhir yang dapat berupa importir/distributor, toko modern atau toko tradisional. Toko
Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri (menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Departement Store, Hypermarket), atau grosir yang berbentuk perkulakan.f. Cakupan populasi sarana distribusi pangan yang diawasi adalah 1 juta sarana.(tidak termasuk P & D
(Toko Kelontong)
Sarana Distribusi yang menjual lebih dari satu komoditi tetap dihitung menjadi 1 (satu) sarana dan
jumlah temuan. Temuan komoditi lainnya pada sarana yang diperiksa dilaporkan sebagai temuan lainnya.
Jumlah sarana
distribusi yang diperiksa
Jumlah sarana
distribusi yang terdaftar di
instansi terkait di wilayah tersebut atau sarana
distribusi lain yang tidak
terdaftar yang terdapat di wilayah tersebut
Obat: 2622 PBF,
IFK 396, Apotek:
16461, Toko Obat
7320, Klinik/Balai Pengobatan: 5903Pangan: 1 jutaBB: 170 sarana
…
5 Jumlah Perkara di
bidang obat dan makanan
a. Perkara adalah kasus yang ditindaklanjuti secara pro justitia berdasarkan hasil gelar kasus.
b. Jumlah perkara yang dihitung adalah perkara yang telah diterbitkan SPDP-nya kepada Kejaksaan melalui Korwas PPNS
…
2015 2016 2017 2018 2019
Baseline
/2014
TARGET
PENANG
GUNG JAWAB
PRAKIRAAN MAJUNO
SASARAN
STRATEGIS
PROGRAM/
KEGIATANIKU/IKK DEFINISI OPERASIONAL PEMBILANG PENYEBUT
6 Persentase
pemenuhan
sarana prasarana sesuai standar
Jumlah sarana dan prasarana yang diadakan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.
Gedung
Meubelairalat pengolah data
Standar Sarpras mengacu pada PEDOMAN STANDAR SARANA PRASARANA KERJADI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Diukur dari inventarisasi pemenuhan sarana prasarana setiap tahun termasuk pengadaan alat
laboratorium sesuai standar GLP untuk 15 alat utama:1. Timbangan (Semi mikro, mikro, analitik, top loading)2. FTIR
3. HPLC4. GC
5. GCMS6. LCMSMS
7. AAS8. Alat uji disolusi9. UPLC
10. TLC System (Automatic TLC System)11. Inkubator
12. LAF13. Autoclaf14. Spektrofotometer
15. Protein Analyzer
sarana dan
prasarana yang
diadakan
standar yang
ditetapkan
…
7 Jumlah layanan
publik BB/BPOM
Layanan publik terdiri dari Layanan informasi dan Layanan Sertifikasi.
Layanan Informasi diukur berdasarkan jenis dan frekuensi layanan informasi dan tindaklanjut pengaduan yang dilakukan oleh Balai Besar/Balai POM baik penyuluhan langsung atau melalui media
cetak/elektronik.
Jenis layanan Informasi antara lain:Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, Iklan layanan masyarakat, layanan informasi, tindaklanjut
pengaduan, BB/BPOM sebagai Narasumber,
Untuk Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, Iklan layanan masyarakat, layanan informasi
targetnya frekuensi Untuk pengaduan targetnya jumlah pengaduan
Layanan Sertifikasi dihitung dari rekomendasi/surat hasil audit yang dikeluarkan atas permintaan pelaku usaha industri pangan MD, audit sertifikasi dalam rangka rekomendasi halal, Pemenuhan
pendirian PBF, IKOT, UMOT, Kosmetik, Laporan Hasil Pengujian Pihak Ketiga, SKI/SKE
…
8 Jumlah
Komunitas yang
diberdayakan
Komunitas adalah gabungan dari kelompok orang di desa/kelurahan/pasar yang diberdayakan
Program Pengawasan Obat dan Makanan.
Satu desa/kelurahan/pasar dihitung sebagai satu komunitas
Jenis pemberdayaan diatur dalam Pedoman/Juknis terkait.
115 131 131 131 131
9 Jumlah dokumen
perencanaan,
penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
diukur berdasarkan jumlah dokumen yang dihasilkan Balai, meliputi Renstra, RKT tahun n+1, PK
tahun n, POA/Renlak tahun n, LAKIP tahun n-1, LAPTAH tahun n-1, RKAKL/DIPA tahun n+1, laporan
keuangan tahun n-1
Jumlah dokumen …