pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari badan pengawas obat dan makanan ri (bpom...

98

Upload: others

Post on 04-Feb-2020

20 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan
Page 2: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan
Page 3: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan
Page 4: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

KATA PENGANTAR

esuai dengan amanat Undang-Undang No 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka setiap instansi

pemerintah diwajibkan untuk menyusun Rencana Strategis sesuai

dengan kaidah-kaidah dalam peraturan perundang-undangan

tersebut agar pembangunan bisa berjalan efektif, efisien, dan bersasaran.

Dalam menindaklanjuti Undang-undang tersebut, Bappenas telah

menerbitkan Pedoman Penyusunan Rencana Strategis

Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) tahun 2015-2019, sesuai dengan

Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 Tentang

Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementrian/ Lembaga (Renstra-KL)

2015-2019. Dengan demikian Balai Besar POM di Jayapura dalam menyusun

Renstra Tahun 2015-2019 Selain mengacu pada Rencana Strategis BPOM

juga mengacu pada kedua peraturan perundang-undangan di atas.

Rencana Strategis (RENSTRA) merupakan rencana lima tahun ke

depan yang disusun dengan mempertimbangkan faktor internal maupun

faktor eksternal, antara lain: kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman

yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

organisasi. Oleh karena itu, tujuan utama dalam penyusunan Renstra adalah

untuk menjadi acuan dalam penyusunan rencana kinerja, penyusunan

rencana kerja dan anggaran, penetapan kinerja, pelaksanaan tugas,

pelaporan dan pengendalian kegiatan di lingkungan Balai Besar POM Di

Jayapura, serta penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Besar POM

di Jayapura.

Dengan mempertimbangkan dinamika lingkungan strategis internal

seperti peningkatan kapasitas perencanaan unit kerja, dan dinamika

lingkungan eksternal seperti lingkungan strategis global, perkembangan

berbagai arah kebijakan pembangunan nasional bidang sosial

Page 5: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

budaya, khususnya pembangunan kesehatan, serta inisiatif baru yang

sejalan dengan

tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-

2019 serta sebagai tindak lanjut atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan

Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019, maka dilakukan

penyusunan Renstra Balai Besar POM di Jayapura 2015-2019.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Jayapura 2015-2019 Rencana

Strategis yang telah disusun dapat dijadikan pedoman dalam rangka

perencanaan kegiatan yang berkelanjutan. Untuk itu diperlukan komitmen,

motivasi dan kegigihan serta dedikasi tinggi dari semua warga organisasi

Balai Besar POM di Jayapura.

KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI JAYAPURA

DRS. H.G. KAKERISSA, APT. NIP. 19620815 198803 1 001

Page 6: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

1. Peran Balai Besap POM Di Jayapura berdasarkan

Peraturan Perundang-Undangan .......................................... 2

2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Balai Besar POM di Jayapura ................................................... 5

3. Hasil Capaian Kinerja Balai Besar POM di Jayapura

Periode 2010-2014 ...................................................................... 8

4. Isu-isu Strategis sesuai dengan Tupoksi dan

Kewenangan Balai Besar POM di Jayapura......................... 13

POTENSI DAN PERMASALAHAN ................................................... 15

1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) .......................................... 15

2. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)................................. 16

3. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen

Internasional .................................................................................. 17

4. Perubahan Iklim ............................................................................ 19

5. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk ............ 20

6. Desentralisasi dan Otonomi Daerah ...................................... 22

7. Perkembangan Teknologi.......................................................... 23

8. Agenda Sustainable Development Goals (SDGs) ................ 28

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... i

Daftar Isi ........................................................................................................................ iii

Daftar Gambar ............................................................................................................. v

Daftar Tabel ................................................................................................................. vi

Surat Keputusan Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di Jayapura ...................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. KONDISI UMUM ................................................................................... 1

B.

Page 7: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

10. Implementasi Program Fortifikasi Pangan ......................... 30

11. Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi ...... 31

BAB II VISI, MISI, dan TUJUAN BALAI BESAR POM DI JAYAPURA ....... 38

A. VISI ........................................................................................................... 39

B. MISI .......................................................................................................... 40

1. Meningkatkan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Berbasis Risiko Untuk Melindungi Masyarakat............... 40

2. Mendorong Kemandirian Pelaku Usaha Dalam

Memberikan Jaminan Keamanan Obat dan Makanan

Serta Memperkuat Kemitraan dengan Pemangku

Kepentingan .................................................................................. 41

3. Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan Badan POM ..... 42

C. BUDAYA ORGANISASI....................................................................... 44

D. TUJUAN................................................................................................... 44

E. SASARAN STRATEGIS ....................................................................... 45

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan ... 45

2. Meningkatnya Kemandirian Pelaku Usaha, Kemitraan

Dengan Pemangku Kepentingan, dan Partisipasi

Masyarakat.................................................................................... . 46

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM 49

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN

KERANGKA KELEMBAGAAN ................................................................. 51

A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BALAI BESAR POM

DI JAYAPURA ........................................................................................ 51

B. KERANGKA REGULASI ..................................................................... 60

C. KERANGKA KELEMBAGAAN .......................................................... 63

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ....................... 66

A. TARGET KINERJA ............................................................................... 66 B. KERANGKA PENDANAAN ...............................................................

BAB V PENUTUP ......................................................................................................

Page 8: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Tabel 1.1 Profil Pegawai Balai Besar POM di Jayapura berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014.................................................

6

Tabel 1.2

Profil Analisis Kebutuhan Pegawai Balai Besar POM di Jayapura Tahun 2015-2019 Berdasarkan Analisis Tahun 2013........................................................................................................

7

Tabel 1.3

Capaian Kinerja Balai Besar POM di Jayapura Periode

Tahun 2010-2014 ............................................................................. 9

Tabel 1.4 Rangkuman Analisis SWOT .......................................................... 27

Tabel 1.5 Penguatan Peran Balai Besar POM di Jayapura Tahun

2015-2019............................................................................................ 28

Tabel 1.6 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator

Kinerja Balai Besar POM di Jayapura Periode

2015-2019............................................................................................ 49

Tabel 1.7 Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan

Dan Indikator Balai Besar POM di Jayapura ........................... 59

Tabel 1.8 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target ................... 67

Tabel 1.9 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan .......... 69

DAFTAR TABEL

Page 9: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Balai Besar POM di Jayapura ............. 6

Gambar 1.2 Profil Pegawai Balai Besar POM di Jayapura

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014 ................... 7

Gambar 1.3 Kebutuhan SDM Balai Besar POM di Jayapura Tahun

2015-2019 Berdasarkan Analisa Beban Kerja Tahun

2013 ..................................................................................................... 8

Gambar 1.4a Profil Obat yang Memenuhi Syarat (MS) Tahun

2010-2014......................................................................................... 11

Gambar 1.4b Profil Obat Tradisional yang Memenuhi Syarat (MS)

Tahun 2010-2014........................................................................... 11

Gambar 1.4c Profil Kosmetik yang Memenuhi Syarat (MS) tahun

2010-2014......................................................................................... 11

Gambar 1.4d Profil Suplemen Makanan yang Memenuhi Syarat (MS)

tahun 2010-2014 ............................................................................ 11

Gambar 1.4e Profil Makanan yang Memenuhi Syarat (MS) tahun

2010-2014......................................................................................... 11

Gambar 1.5 Diagram permasalahan dan isu strategis, kondisi

saat ini dan dampaknya ............................................................... 14

Gambar 1.6 Persentase Penduduk Indonesia yang Mengkonsumsi

Obat Modern dan Tradisional.................................................... 20

Gambar 1.7 Jumlah Penduduk Papua Berdasarkan Kelompok

Umur Tahun 2010 .......................................................................... 21

Gambar 1.8 Pola Pikir Pelaksanaan RB .......................................................... 32

Gambar 1.9 Peta Strategis Badan POM Periode 2015-2019 .................. 38

Gambar 1.10 Log Frame Balai Besar POM di Jayapura ............................... 59

Gambar 1.11 Kerangka Kelembagaan Pelaksanaan Mandat Badan

POM...................................................................................................... 64

Page 10: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. KONDISI UMUM

Rencana Strategis (Renstra) disusun secara periodik untuk untuk

jangka waktu lima tahun dan merupakan turunan dari Rencana

Pembangunan Ja ngka Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20

tahun dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN),

sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

yang ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan

arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah,

masyarakat dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan

nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah

RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN

2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN tahap ketiga

ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di

berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif

perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber

daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang terus meningkat.

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Jayapura, sesuai

kewenangan, tugas pokok dan fungsinya menyusun Rencana Strategis

(Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program

dan kegiatan untuk periode 2015-2019. Proses penyusunan Renstra Balai

Besar POM di Jayapura tahun 2015-2019 dilakukan sesuai dengan amanat

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berdasarkan hasil

evaluasi pencapaian kinerja tahun 2010-2014. Selanjutnya Renstra Balai

Besar POM

Page 11: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

di Jayapura periode 2015-2019 diharapkan dapat meningkatkan kinerja Balai

Besar POM di Jayapura dibandingkan dengan pencapaian dari periode

sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Adapun kondisi umum Balai Besar POM di Jayapura pada saat ini

berdasarkan peran, tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:

1.1.1. Peran Balai Besar POM di Jayapura berdasarkan Peraturan

Perundang-undangan

Balai Besar POM di Jayapura adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis

dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di

Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan Non

Kementerian (LPNK). Tugas, fungsi dan kewenangan Badan POM diatur

dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Pemerintah non Departemen yang telah diubah terakhir kali dengan

Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas

Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001. Sesuai dengan Peraturan

Kepala Badan POM RI Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Unit Pelaksnan Teknis Badan POM , Balai Besar POM di Jayapura

mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan obat

dan makanan, yang meliputi pengawasan atas produk terapetik,

narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk

komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan berbahaya.

Sesuai amanat ini, Balai Besar POM di Jayapura menyelenggarakan fungsi:

(1) Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan

(2) Pelaksanaan pemeriksaaan secara laboratorium, pengujian , dan

penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika zat aditif, obat

tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan

berbahaya ;

(3) Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian

mutu produk secara mikrobiologi ;

Page 12: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

(4) Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan

pemeriksaan sarana produksi dan distribusi ;

(5) Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum ;

(6) Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu

yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan ;

(7) Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen ;

(8) Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan;

(9) Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan;

(10) Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan, sesuai dengan bidang tugasnya .

Dilihat dari fungsi Balai Besar POM di Jayapura secara garis besar, terdapat 2

(dua) inti kegiatan atau pilar lembaga, yakni:

(1) Pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat (post-

market) melalui:

a) Pengambilan sampel dan pengujian;

b) Peningkatan cakupan pengawasan sarana produksi dan distribusi

Obat dan Makanan di seluruh Kabupaten/Kota yang ada di wilayah

Provinsi Papua;

c) Investigasi awal dan penyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan

Makanan.

(2) Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi

serta penguatan kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan

dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan

melalui:

a) Public warning;

b) Pemberian Informasi dan Penyuluhan/Komunikasi, Informasi

dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan

Makanan, serta;

c) Peningkatan pengawasan terhadap Pangan Jajanan Anak

Sekolah (PJAS) dan advokasi kepada masyarakat

Page 13: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Tugas dan fungsi tersebut melekat pada Balai Besar POM di Jayapura sebagai

Unit Pelaksana Teknis Badan POM yang merupakan garda terdepan dalam

hal perlindungan terhadap konsumen di Provinsi Papua.

Pengawasan Obat dan Makanan di Indonesia khususnya di wilayah

Provinsi Papua merupakan bagian integral dari pembangunan bidang

kesehatan secara umum harus dapat mengantisipasi perubahan lingkungan

strategis yang senantiasa berubah secara dinamik utamanya dengan adanya

kesepakatan kesepakatan gobal misalnya Harmonisasi ASEAN, AFTA, ACFTA

dan yang akan dimulai adalah MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Perubahan

perubahan tersebut, baik yang berpengaruh secara langsung maupun tidak

langsung pada system pengawasan obat dan makanan, harus dapat

diantisipasi secara cepat dan tepat, dalam upaya meningkatkan perlindungan

kesehatan masyarakat dari resiko produk obat dan makanan yang tidak

memenuhi syarat, palsu, substandard dan illegal.

Provinsi Papua dengan luas wilayah ± 420.540 km2 atau 22,6 persen

dari luas wilayah Indonesia merupakan provinsi dengan wilayah terluas di

Indonesia. Catchment aera pengawasan Balai Besar POM di Jayapura

mencakup Provinsi Papua dengan pembagian wilayah 1 Kota dan 28

Kabupaten. Kondisi geografis dan cuaca di Papua menyebabkan sulit untuk

menjangkau daerah terpencil tersebut. Transportasi dari ibukota Provinsi ke

kabupaten/kota menggunakan pesawat terbang memakan waktu 1 s/d 2 jam

untuk penerbangan langsung dan 3 s/d 5 jam untuk penerbangan tidak

langsung atau dengan kapal laut ditempuh selama 16 s/d 48 jam. Dalam

pelaksanaan tugas pengawasan ke kabupaten terdapat beberapa kendala,

antara lain beberapa kabupaten yang tidak mudah dijangkau karena kendala

transportasi. Namun hal ini tidak menjadi hambatan, bahkan justru menjadi

tantangan tersendiri bagi Balai Besar POM di Jayapura dalam melakukan

revitalisasi dan penguatan terhadap mandat dan kinerjanya dalam hal

mengawasi Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat.

Di sisi lain, tuntutan modernisasi suatu bangsa juga berpengaruh pada

pola hidup masyarakatnya. Dengan perkembangan modernisasi tersebut,

Page 14: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

menjaga pola hidup sehat juga menjadi semakin sulit untuk dipenuhi oleh

masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, terutama pemenuhan

standar kesehatan, dimana peredaran makanan yang tidak begitu baik bagi

kesehatan juga hampir-hampir tidak bisa dihindari.

1.1.2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Balai Besar POM di Jayapura

Stuktur Organisasi dan Tata Kerja Badan POM disusun berdasarkan

Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, sebagaimana

telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.21.4231

Tahun 2004. Khusus Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/Balai POM

disusun berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 05018/SK/KBPOM

Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di

Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14

Tahun 2014.

Page 15: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Kepala Balai Besar Pengawas

Obat dan Makanan di Jayapura

Sub Bagian TU

Bidang Pengujian Terapetik, Nark, OT,

Kosm dan Prod. Komplemen

Bidang Pengujian Pangan dan Bahan

Berbahaya

Bidang Pengujian

Mikrobiologi

Bidang Pemeriksaan

dan Penyidikan

Bidang Sertifikasi

dan Layanan Informasi

Konsumen

Seksi Pemeriksaan

Pemeriksaan Seksi Layanan

Info. Konsumen

Kelompok Jabatan Fungsional

Penyidikan

Sertifikasi

Pos POM Merauke

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Jayapura

Pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan obat dan makanan, Balai Besar

POM di Jayapura didukung oleh Sumber daya Manusia (SDM) yang sampai

dengan tahun 2014 berjumlah 76 pegawai, rincian SDM Balai Besar POM di

Jayapura dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1 Profil pegawai Balai Besar POM di Jayapura berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014

No

Unit Kerja

S2

Ap

ote

ke

r

S1

D3

SM

F/

SM

A

Jum

lah

1 Kepala Balai Besar POM 1 1

2 Sub Bagian Tata Usaha 0 1 0 4 6 11

3 Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan 1 8 5 0 2 16

4 Bidang Sertifikasi dan LIK 0 3 5 1 2 11

5 Bidang Pengujian Teranakoko 0 11 1 4 1 17

6 Bidang Pengujian Pangan dan BB 0 4 4 2 0 10

7 Bidang Pengujian Mikrobiologi 1 2 3 2 2 10

TOTAL 2 30 18 13 13 76

Persentase (%) 2,6 39,5 23,7 17,1 17,1 100

Page 16: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

30

30

25

20 18

15

13 13

10

5 2

0 S2 Apoteker S1 D3 SMF/SMA

Gambar 1.2 Profil pegawai Balai Besar POM di Jayapura berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014

Dari komposisi SDM Balai Besar POM di Jayapura sampai dengan

tahun 2014 sesuai dengan tabel 1.1 dan gambar 1.2 di atas, dirasakan bahwa

untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis,

khususnya perubahan lingkungan strategis eksternal, maka perlu dilakukan

peningkatan kuantitas maupun kualitas SDM Balai Bedar POM di Jayapura,

agar dapat mengantisipasi perubahan lingkungan strategis tersebut sehingga

bisa mewujudkan tujuan organisasi dalam lima tahun kedepan.

Tabel 1.2 Profil Analisis Kebutuhan Pegawai Balai Besar POM di Jayapura Tahun 2015-2019 berdasarkan Analisis Tahun 2013

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Standar Kebutuhan SDM

berdasarkan ABK tahun

2013

115

115

115

115

115

115

SDM yang Tersedia 76 83 83 80 77 77

SDM Pindah, Pensiun, dll 0 0 3 3 0 2

Kekurangan SDM 39 32 35 38 38 40

Page 17: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

39 40

140

120

100

80

60

40

115 115 115 115 115 115

76 83 83 80 80 77

32 35 38 38

Standar SDM

SDM Tersedia

SDM Pensiun, Pindah, dll

Kekurangan SDM

20

0 0 3 3 0 2 0

2014 2015 2016 2017 2018 2019

*) Tahun 2016 s.d. 2019 asumsi tidak ada penambahan pegawai

Gambar 1.3 Kebutuhan SDM Balai Besar POM di Jayapura Tahun 2015- 2019 Berdasarkan Analisa Beban Kerja Tahun 2013

Dengan adanya kebijakan Pemerintah untuk melakukan moratorium

pegawai selama 5 (lima) tahun mulai tahun 2015-2019 berarti tidak ada

penambahan pegawai selama selama kurun waktu tersebut. Hal ini

menyebabkan terjadinya kesenjangan pegawai BPOM, karena dalam lima

tahun tersebut diperkirakan sejumlah 8 pegawai akan pensiun, pindah dan

sebagainya, sementara beban kerja semakin meningkat. Adanya kekurangan

pegawai yang signifikan tersebut menyebabkan beberapa tugas dan fungsi

pengawasan belum dapat dilakukan secara optimal.

1.1.3. Hasil Capaian Kinerja Balai Besar POM di Jayapura periode 2010-2014

Dalam menjalankan tugas pengawasan obat dan makanan di wilayah

Provinsi Papua dan Papua Barat , maka terdapat beberapa kegiatan yang

telah dilaksanakan dalam Renstra periode 2010-2014, yaitu: 1) Post-

marketing survailance termasuk sampling dan pengujian laboratorium ; 2)

Pemeriksaan sarana produksi dan distribusi ; 3) Penyidikan dan penegakan

Page 18: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Tahun 2014 Tahun

2013

R (%)

Tahun

2012

R (%)

Tahun

2011

R (%)

Tahun

2010

R (%)

T*)

2014 NO Indikator %C***)

thd 2014 R**)(%)

1. Persentase

kenaikan Obat yang

memenuhi standar

0,4%

0,26 %

0,59

0,76

0,2

Baseline

2. Persentase

kenaikan Obat

tradisional yang

memenuhi standar

1,0%

5,17 %

517 %

16,81

15,31

11,93

Baseline

3. Persentase

kenaikan kosmetik

yang memenuhi

standar

1,0%

1,62

Baseline

4. Persentase

kenaikan suplemen

makanan yang

memenuhi standar

2,0%

2,04 %

102,00 %

1,43

2,04

2,04

Baseline

5. Persentase

kenaikan makanan

yang memenuhi

standar

15,0%

19,32 %

128,8 %

19,87

21,15

9,88

Baseline

6. Proporsi obat yang

memenuhi standard

(aman, manfaat, dan

mutu)

99,70%

98,98 %

99,28%

99,83

100

99,44

99,24

hukum ; 4) Penyediaan sarana dan prasarana; 4) Komunikasi, informasi dan

edukasi publik termasuk peringatan publik.

Adapun pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi Balai

Besar POM di Jayapura tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian

indikator kinerja utama sesuai sasaran strategis pada tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.3 Capaian Kinerja Balai Besar POM di Jayapura periode 2010-2014

Page 19: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Tahun 2014 Tahun

2013

R (%)

Tahun

2012

R (%)

Tahun

2011

R (%)

Tahun

2010

R (%)

T*)

2014 NO Indikator %C***)

thd 2014 R**)(%)

7. Proporsi obat

tradisional yang

mengandung Bahan

Kimia Obat (BKO)

1,0%

1,71%

100,29 %

1,61

1,64

1,73

2,21

8. Proporsi kosmetik

yang mengandung

bahan berbahaya

1,0%

0,56%

100,44%

0

0,1

0

0,58

9. Proporsi suplemen

makanan yang tidak

memenuhi syarat

keamanan

1,0%

0 %

101,01%

0,61

0

0

2,04

10. Proporsi makanan

yang memenuhi

syarat

90,0%

94,22%

104,69%

94,77

96,05

84,78

74,9

Catatan: Sumber: Laporan Kinerja BBPOM DI Jayapura Tahun 2014

*) T : Target

**) R : Realisasi

***) %C : Persentase capaian (realisasi dibandingkan terhadap target)

Dari gambaran Tabel 1.2 terkait pencapaian kinerja pada Renstra

tahun 2010-2014 tersebut di atas, kinerja Balai Besar POM di Jayapura dapat

menunjukkan perbaikan yang signifikan, namun dapat dilihat bahwa ada

beberapa indikator yang hasilnya justru jauh dari target. Tidak tercapainya

target pada beberapa indikator disebabkan oleh berbagai faktor seperti

berkurangnya jumlah sampel yang di sampling dan diuji sehingga

mempengaruhi persentase hasil uji sampel dimana perbedaan 1 sampel akan

memberikan hasil yang sangat signifikan

Page 20: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Gambar 1.4a. Profil Obat yang Memenuhi Syarat (MS) Tahun 2010- 2014

Gambar 1.4b. Profil Obat Tradisional yang Memenuhi Syarat (MS) Tahun 2010-2014

Gambar 1.4c. Profil Kosmetik yang Memenuhi Syarat (MS) Tahun 2010-2014

Gambar 1.4d. Profil Suplemen Makanan yang Memenuhi Syarat ( MS Tahun 2010-2014

Gambar 1.4e. Profil Makanan yang Memenuhi Syarat (MS) Tahun 2010-2014

Dari Gambar 1.4a sampai 1.4e dapat dilihat hasil pengawasan Obat

dan Makanan selama tahun 2010-2014 dimana persentase/proporsi Obat

11

Page 21: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

dan Makanan yang memenuhi syarat pada tahun 2014 cenderung mengalami

penurunan dibandingkan tahun 2010. Saat ini masih dijumpai produk Obat

dan Makanan illegal/palsu/substandar. Hal tersebut dapat mengindikasikan

bahwa pengawasan Obat dan Makanan yang dilakukan oleh Balai Besar POM

di Jayapura harus terus ditingkatkan. Perkuatan pengawasan post market

merupakan prioritas dari tugas/fungsi pengawasan.

Pada produk kosmetik misalnya, sejak diberlakukan Harmonisasi

ASEAN pada 1 Januari 2011, produk kosmetik yang memenuhi syarat

cenderung menurun, sedangkan jumlah produk kosmetik yang masuk ke

Indonesia meningkat secara signifikan.

Begitu pula pada produk obat tradisional, yang pada akhir periode

Renstra 2010-2014, menunjukkan hasil yang belum menggembirakan.

Produk obat tradisional yang memenuhi syarat masih jauh di bawah produk

lainnya. Untuk itu, perlu dilakukan upaya terobosan untuk melindungi

masyarakat dari obat tradisional yang berisiko terhadap kesehatan.

Berdasarkan capaian kinerja utama Balai Besar POM di Jayapura

sesuai dengan tabel 1.3 dan gambar 1.4a sampai 1.4e di atas, terlihat bahwa

kinerja Balai Besar POM di Jayapura telah menunjukkan hasil yang baik

sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Namun hal ini tidak boleh

membuat Balai Besar POM di Jayapura berpuas diri tetapi justru harus

semakin meningkatkan tugas dan peran Balai Besar POM di Jayapura selesai.

Bahkan dengan adanya perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis

diharapkan peran Balai Besar POM di Jayapura pada masa yang akan datang

dapat lebih ditingkatkan. Balai Besar POM di Jayapura diharapkan terus

menjaga kinerja yang telah dicapai saat ini sesuai harapan masyarakat, yaitu

agar pengawasan Obat dan Makanan terus lebih dimaksimalkan untuk

melindungi kesehatan masyarakat.

Page 22: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN

Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal

yang dihadapi oleh Balai Besar POM di Jayapura terdiri atas 2 (dua) isu

mendasar, yaitu kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan yang akan diulas

disini adalah Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN). Sedangkan terkait globalisasi, akan diulas tentang

perdagangan bebas, komitmen internasional, perubahan iklim, MEA dan

demografi. Isu-isu tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Adapun

lingkungan strategis yang mempengaruhi peran Balai Besar POM di

Jayapura baik internal maupun eskternal adalah sebagai berikut:

1.2.1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan wujud dan sekaligus

metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan

berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna

menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.

Upaya pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh

semua pihak (pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan

masyarakat) melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pengobatan dan pemulihan kesehatan. Bentuk pelayanan kesehatan

tersebut berupa layanan Rumah Sakit, Puskesmas dan kegiatan peran

serta masyarakat melalui Posyandu. Di sisi lain, menjamurnya sistem dan

bentuk pelayanan kesehatan serta klinik-klinik kesehatan termasuk

bentuk pengobatan alternatif juga semakin menambah beban dan daya

jangkau Balai Besar POM di Jayapura untuk makin melebarkan sayap dan

menajamkan matanya dalam melakukan pengawasan yang lebih

komprehensif.

Semakin banyak pelayanan kesehatan yang disediakan, maka akan

semakin mempengaruhi kebutuhan pelayanan pendukung kepada

kesehatan masyarakat tersebut, yang antara lain tentunya adalah

kebutuhan akan obat semakin meningkat. Penjaminan mutu obat

Page 23: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan. Hal ini merupakan tantangan ke depan yang

akan dihadapi oleh Balai Besar POM di Jayapura dalam penyediaan obat-

obatan yang aman dan bermutu.

Untuk itu, permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Balai

Besar POM di Jayapura untuk dapat memberikan rasa aman bagi

masyarakat di provinsi Papua dalam mengkonsumsi obat yang beredar di

pasaran. Dalam menciptakan rasa aman bagi masyarakat, Balai Besar POM

di Jayapura selama ini melakukan kontrol dalam bentuk pengawasan secara

ketat terhadap produk yang sudah beredar luas di masyarakat., dan juga

memberikan informasi dan edukasi pada masyarakat mengenai produk obat

yang aman, bermutu dan berkhasiat.

1.2.2. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan salah satu

bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju

terwujudnya kesejahteraan sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat

Indonesia. Sistem ini merupakan program pemerintah dalam rangka

mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui pendekatan sistem. Sistem ini

diharapkan dapat menanggulangi resiko ekonomi karena sakit, PHK,

Pensiun Usia Lanjut dan resiko lainnya dan merupakan cara (Means),

sekaligus tujuan (ends) dalam mewujudkan kesejahteraan. Untuk itu,

dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional juga diberlakukan penjaminan mutu

obat yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Implementasi SJSN dapat membawa dampak secara langsung dan

tidak langsung terhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak

langsung adalah meningkatnya jumlah permohonan pendaftaran

produk obat, baik dari dalam maupun luar negeri karena

perusahaan/industri obat akan berusaha menjadi supplier obat untuk

program pemerintah tersebut. Selain peningkatan jumlah obat yang akan

Page 24: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

diregistrasi, jenis obat pun akan sangat bervariasi. Hal ini, disebabkan

adanya peningkatan demand terhadap obat sebagai salah satu produk

yang dibutuhkan. Sementara dampak tidak langsungnya diasumsikan

adalah terjadinya peningkatan konsumsi obat, baik jumlah maupun

jenisnya. Dampak lain adalah banyak industri farmasi yang akan

melakukan pengembangan fasilitas dan peningkatan kapasitas produksi

dengan perluasan sarana yang dimiliki. Adanya peningkatan kapasitas dan

fasilitas tersebut, maka akan terjadi peningkatan permohonan

sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Dengan meningkatnya

variasi obat sebagai implikasi penerapan SJSN, Balai Besar POM di

Jayapura juga dituntut harus lebih intensif dalam melaksanakan

pengawasan post-market terhadap mutu obat beredar termasuk

farmakovigilan utamanya Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

1.2.3. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional

Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia

secara luas, yang mencakup banyak bidang dan saling terkait:

ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi dan lingkungan. Proses ini

dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya teknologi, informasi dan

transportasi yang sangat cepat dan massif akhir-akhir ini dan

berkonsekuensi pada fungsi suatu negara dalam sistem pengelolaannya.

Era globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi

pembangunan kesehatan, khususnya dalam rangka mengurangi dampak

yang merugikan, sehingga mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan

kebijakan yang responsif. Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal

khususnya globalisasi tersebut telah mengakibatkan Indonesia masuk

dalam perjanjian-perjanjian internasional, khususnya di bidang ekonomi

yang menghendaki adanya area perdagangan bebas (Free Trade Area). Ini

dimulai dari perjanjian ASEAN-6 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,

Filipina, Singapura dan Thailand) Free Trade Area, ASEAN-China Free

Trade Area, ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP),

ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), ASEAN- India Free Trade

Page 25: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Agreement (AIFTA) dan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade

Agreement (AANZFTA). Dalam hal ini, memungkinkan negara-negara

tersebut membentuk suatu kawasan bebas perdagangan yang bertujuan

untuk meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional dan

berpeluang besar menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta

menciptakan pasar regional. Hal ini membuka peluang peningkatan nilai

ekonomi sektor barang dan jasa serta memungkinkan sejumlah produk

Obat dan Makanan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran

domestik negara-negara yang tergabung dalam perjanjian pasar regional

tersebut.

Dengan masuknya produk perdagangan bebas tersebut yang antara

lain adalah obat, kosmetik, suplemen kesehatan, dan makanan, termasuk

jamu dari negara lain, merupakan persoalan krusial yang perlu segera

diantisipasi. Realitas menunjukkan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi

pasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu

terjamin keamanan dan mutunya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat

membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi Obat

dan Makanan tersebut.

Secara geografis Provinsi Papua berbatasan langsung dengan Negara

Papua Nugini (PNG) yang secara tidak langsung akan mempengaruhi produk-

produk yang beredar di Provinsi Papua, khususnya komoditi Pangan. Dengan

adanya kesepakatan global salah satunya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)

maka tidak menutup kemungkinan semakin banyaknya peredaran obat dan

makanan dari negara tetangga PNG yang masuk ke wilayah Provinsi Papua.

Hal ini sudah harus di antisipasi oleh Balai Besar POM di Jayapura dengan

lebih meningkatkan kemampuan pengawasan maupun pengujian produk. Hal

itu juga menjadi tantangan bagi Balai Besar POM di Jayapura untuk dapat

terus meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Papua dalam hal

kerjasama dengan Negara perbatasan untuk pengawasan produk obat dan

makanan bisa dalam bentuk MoU mengenai perdagangan bebas di wilayah

perbatasan.

Page 26: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

1.2.4. Perubahan Iklim

Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh sektor

pertanian khususnya produk bahan pangan di Indonesia. Perubahan iklim

dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas,

sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif. Dari sisi ekonomi makro,

industri makanan dan minuman di masa yang akan datang perannya akan

semakin penting sebagai pemasok pangan dunia. Jadi peran dan fungsi dari

Balai Besar POM di Jayapura akan semakin berat dan sangat dibutuhkan

dalam upaya mencegah Obat dan Makanan mengandung bahan berbahaya

bagi tubuh.

Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses

perubahan iklim, diperlukan peranan dari Balai Besar POM di Jayapura dalam

mengawasi peredaran varian produk obat yang baru dari jenis penyakit

tersebut, baik yang diproduksi di dalam negeri, maupun yang berasal dari

luar negeri. Selain dari obat, varian obat baru ini juga diikuti pula dengan

jenis obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang paling banyak beredar

di pasar. Kondisi ini menuntut kerja keras dari Balai Besar POM di Jayapura

melakukan pengawasan terhadap perkembangan produksi dan peredaran

obat tersebut.

Secara umum, berdasarkan data konsumsi obat yang dilakukan

masyarakat Indonesia pada gambar 1.5 sebagian besar penduduk Indonesia

masih banyak yang mengkonsumsi obat modern dibandingkan dengan obat

tradisional. Konsumsi obat modern pada tahun 2012 mencapai 91,40%,

sedangkan obat tradisional hanya sebanyak 24,33%. Beberapa penyakit

degeneratif, yakni penyakit yang dimiliki para kaum lanjut usia justru banyak

menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama.

Page 27: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

90.00% 91.63% 90.76% 90.96% 91.40%

60.00%

30.00%

0.00%

22.24% 27.57% 23.63% 24.33%

2009 2010 2011 2012

Obat Modern

Obat Tradisional

Sumber: Susenas BPS 2009-2012

Gambar 1.6

Persentase Penduduk Indonesia yang Mengkonsumsi Obat Modern dan Tradisional

Untuk itu, dengan banyaknya konsumsi obat modern yang dilakukan

masyarakat, maka perlu mendapatkan perhatian dan pengawasan yang

serius dari Balai Besar POM di Jayapura.

1.2.5. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Provinsi Papua menurut

sensus penduduk tahun 2010, dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir sebesar 90

ribu jiwa (sebesar 5.39% pertahun). Dengan laju pertumbuhan sebesar itu,

diperkirakan jumlah penduduk Prov. Papua pada tahun 2035 akan mencapai

10 juta jiwa. Dari Gambar 1.6 di bawah ini, dapat dilihat bahwa jumlah

populasi terbesar berada pada kelompok usia produktif (20-54 tahun)

Page 28: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

0-4

5-9

10-1

4

15-1

9

20-2

4

25

-29

30-3

4

35-3

9

40-4

4

45-4

9

50-5

4

55-5

9

60-6

4

65-6

9

70-7

4

75

-79

80-8

4

85-

89

90-

94

95

+

350,000

300,000

250,000

200,000

150,000

100,000

50,000

0

Sumber: BPS Tahun 2010

Gambar 1.7

Jumlah Penduduk Papua Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2010

Secara umum, bahwa transisi demografi juga akan menimbulkan efek

pada transisi kesehatan di masyarakat, sehingga terjadi peningkatan dalam

penggunaan layanan kesehatan baik secara personal, korporat maupun

masyarakat luas. Efek ini akan dapat mempengaruhi besarnya beban fasilitas

kesehatan dan sistem jaminan kesehatan masyarakat Indonesia, dan

sekaligus akan menambah beban kerja dari Balai Besar POM di Jayapura

sebagai pengawas di bidang Obat dan Makanan.

Konsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan

akan cukup besar pada kelompok usia produktif, karena pola hidup dan

orientasi konsumsi juga akan mengarah pada kesehatan pada jangka panjang

dan juga penampilan, sehingga vitamin dan suplemen kesehatan menjadi

komponen obat dan makanan yang cukup besar konsumsinya. Hal ini

menjadi tambahan tugas bagi Balai Besar POM di Jayapura untuk melakukan

penilaian dan pengawasan terhadap berbagai jenis obat dan suplemen yang

semakin bervariasi dan meningkat jumlahnya.

Syarat agar Bonus Demografi dapat dimanfaatkan dengan baik adalah

dengan mempersiapkannya dari mulai perencanaan sampai dengan

Page 29: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

a) Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat termasuk jaminan mutu

Obat;

b) Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan;

c) Pengendalian jumlah penduduk;

d) Kebijakan ekonomi yang mendukung fleksibilitas tenaga kerja dan pasar,

serta keterbukaan perdagangan dan tabungan nasional.

Di samping menyiapkan pemanfaatan Bonus Demografi, juga sudah harus

mulai dipikirkan permasalahan-permasalahan yang timbul pasca

berakhirnya masa Bonus Demografi, dimana jumlah lansia meningkat.

1.2.6. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Dengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah

yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka

urusan kesehatan menjadi salah satu kewenangan yang diselenggarakan

secara konkuren antara pusat dan daerah. Sesuai dengan UU No 21 Tahun

2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, pada pasal 59 tentang

kesehatan, pada pasal (1) disebutkan bahwa Pemerintah Provinsi

berkewajiban menetapkan standar mutu dan memberikan pelayanan

kesehatan bagi penduduk, dan pada pasal (2) disebutkan bahwa Setiap

penduduk Papua berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Sebagai pelaksanaan dari UU No 21 Tahun 2001 tersebut maka

Pemerintah Provinsi Papua mempunyai program kesehatan bagi masyarakat

Papua antara lain Jaminan Kesehatan Papua (Jamkespa), Kartu Papua Sehat

(KPS) dan Jaminan Persalinan (Jampersal). Melalui program-program bidang

kesehatan tersebut Pemerintah Provinsi Papua menyediakan obat gratis bagi

semua program tersebut. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi Balai Besar

POM di Jayapura dalam hal pengawasan obat dari program-program

pendukung Otonomi Khusus (Otsus) tersebut termasuk dalam hal pengujian

kualitas obat-obat tersebut dimana dalam hal pengujian, Balai Besar POM di

Jayapura telah didukung dengan SDM yang kompeten di bidangnya serta

Page 30: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

tersedianya sarana dan prasarana pengujian seperti Peralatan laboratorium

yang memadai

1.2.7. Perkembangan Teknologi

Pasar sediaan farmasi masih didominasi oleh produksi domestik,

namun penyediaan bahan baku obat yang diperoleh dari impor mencapai

96% dari kebutuhan. Padahal Indonesia memiliki 9.600 jenis tanaman

berpotensi mempunyai efek pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang

telah digunakan sebagai bahan baku. Dengan kemajuan teknologi dan

besarnya kebutuhan produk obat, Badan POM dapat mendorong industri

farmasi untuk mengoptimalkan penggunaan bahan baku obat dalam negeri.

Selain teknologi produksi juga didukung dengan teknologi

transportasi. Perkembangan industri transportasi baik darat, laut dan udara

maupun jasa pengiriman barang mengalami perkembangan yang cukup

pesat. Sehingga distribusi Obat dan Makanan secara masal dapat dilakukan

lebih efisien. Untuk itu, dampak pengawasan atas peredaran Obat dan

Makanan semakin tinggi, dikarenakan distribusi Obat dan Makanan ke

tempat tujuan di seluruh wilayah Indonesia semakin cepat, sehingga antipasi

pengawasan obat dan makanan juga harus sama cepatnya.

Selain itu, teknologi pangan juga semakin berkembang. Adanya

perubahan iklim juga ikut mendorong berbagai inovasi perkembangan

teknologi menciptakan rekayasa genetika dan varian makanan yang

terkadang tingkat keamanannya belum teruji. Hal ini harus menjadi

perhatian dan antisipasi Badan POM dalam menghadapi hal tersebut.

Perkembangan teknologi informasi juga dapat menjadi potensi bagi

Badan POM untuk dapat melakukan pelayanan secara online, yang dapat

memudahkan akses dan jangkauan masyarakat yang ada di Indonesia.

Namun di sisi lain, teknologi informasi juga dapat menjadi tantangan bagi

Badan POM terkait tren pemasaran dan transaksi produk Makanan dan Obat

Page 31: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif, Balai

Besar POM di Jayapura perlu terus melakukan perbaikan dan pengembangan.

Di samping itu, kondisi lingkungan strategis dengan dinamika perubahan

yang sangat cepat, menuntut Balai Besar POM di Jayapura untuk dapat

melakukan evaluasi dan mampu beradaptasi dalam pelaksanaan tugas dan

perannya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman, sehingga mampu

menjadi katalisator dalam proses pencapaian tujuan pembangunan

kesehatan nasional.

Tabel 1.5 Penguatan Peran Balai Besar POM di Jayapura Tahun 2015-2019

1.2.8. Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)

Dengan akan berakhirnya agenda Millennium Development Goals (MDGs)

pada tahun 2015, banyak negara mengakui keberhasilan dari MDGs sebagai

pendorong tindakan-tindakan untuk mengurangi kemiskinan dan

meningkatkan pembangunan masyarakat. Khususnya dalam bentuk dukungan

politik. Kelanjutan program ini disebut Sustainable Development Goals (SDGs),

yang meliputi 17 goals. Dalam bidang kesehatan, faktanya individu yang sehat

akan memiliki kemampuan fisik dan daya pikir yang lebih kuat, sehingga

dapat berkontribusi secara produktif dalam pembangunan masyarakatnya.

Terkait Goal 2. End hunger, achieve food security and improved

nutrition, and promote sustainable agriculture , selain ketahanan pangan,

Penguatan

Sistem Pengawasan

Obat dan Makanan

• Pengawasan Obat dan Makanan yang sesuai standar

• Pengawasan sarana produksi Obat dan

Makanan yang sesuai standar

• Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan sesuai standar

• Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan Makanan

• Penyidikan dan penegakan hukum

Kerjasama,

Komunikasi, Informasi

dan Edukasi Publik

• Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik termasuk peringatan publik

• Penyebaran informasi bahaya obat dan

makanan yang tidak memenuhi standar

Page 32: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

kondisi yang harus diciptakan antara lain adalah masyarakat miskin,

kelompok rentan termasuk bayi memiliki akses untuk mendapatkan

makanan yang aman, bergizi dengan jumlah yang cukup sesuai

kebutuhannya. Kontribusi terhadap kondisi ini adalah tersedianya pangan

dengan nilai gizi yang cukup, misalnya pangan diet khusus mengandung

Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang cukup untuk pasien diabetes, garam dan

terigu difortifikasi dengan mikronutrisi, AKG tertentu dalam susu formula

bayi dan lansia. Hal ini hanya dapat terjadi jika produsen pangan olahan yang

telah diinspeksi dan dibina BPOM menerapkan Good Manufacturing Practices

(GMP) dan menjamin mutu produknya termasuk nilai nutrisi sesuai dengan

kebijakan teknis yang dibuat BPOM/Standar Nasional Indonesia/standar

internasional. Tantangan bagi BPOM ke depan adalah penyusunan kebijakan

teknis terkini tentang standar gizi pangan olahan, pengawalan mutu,

manfaat, dan keamanan pangan olahan, serta KIE kepada masyarakat.

Sedangkan tugas Balai Besar POM di Jayapura dalam hal ini adalah

melakukan pendampingan dan pembinaan teknis kepada produsen Industri

Rumah Tangga Pangan (IRTP) lokal yang ada di Provinsi Papua agar dapat

memenuhi kaidah-kaidah keamanan dan mutu pangan serta memberikan KIE

kepada masyarakat secara intensif.

Terkait Goal 3. Ensure healthy lives and promote well-being for all at all

ages, salah satu kondisi yang harus tercipta adalah pencapaian JKN, termasuk

dan bermutu. Asumsinya, jaminan kesehatan memastikan masyarakat

mendapatkan dan menggunakan hanya obat atau vaksin yang aman, efektif,

dan bermutu untuk upaya kesehatan preventif, promotif, maupun kuratif,

sehingga kualitas hidup masyarakat meningkat. Kontribusi untuk mencapai

kondisi ini adalah ketersediaan Obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu di

sarana pelayanan kesehatan. Hal ini bisa tercapai hanya jika Industri Farmasi

yang telah diintervensi (diawasi dan dibina BPOM) mempraktekkan GMP

dalam produksi Obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu dan PBF serta

rantai distribusi obat menerapkan Good Distribution Practices untuk

mengawal mutu Obat JKN. Tantangan bagi Balai Besar POM di Jayapura ke

Page 33: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

depan adalah intensifikasi pengawasan post-market, serta pembinaan pelaku

usaha agar secara mandiri menjamin mutu produknya, khususnya dalam

menjaga mutu obat pada jalur distribusi.

1.2.9. Implementasi Program Fortifikasi Pangan

Salah satu upaya di dalam mendukung Arah Kebijakan Nasional

Perbaikan Kualitas Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat dilakukan melalui

peningkatan peran industri dan Pemerintah daerah dalam ketersediaan

pangan beragam, aman, dan bergizi diantaranya dengan dukungan fortifikasi

mikronutrien penting. Fortifikasi pangan merupakan salah satu cara dalam

menangani permasalahan tingginya angka kekurangan gizi mikro. Sebagai

langkah awal pemerintah menetapkan fortifikasi pada garam dan tepung

terigu, mengingat masih tingginya masalah gangguan kesehatan karena

kurang yodium (GAKI). Penerapan fortifikasi harus diiringi dengan

pengawasan oleh BPOM. Hasil pengawasan garam beryodium dalam kurun

waktu tiga tahun terakhir (2010–2013) menunjukkan bahwa jumlah sampel

yang TMS mengalami kenaikan, yaitu berkisar 29%-43%. Hasil pengawasan

tepung terigu dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2010-2013)

menunjukkan bahwa jumlah sampel yang TMS juga mengalami kenaikan,

yaitu berkisar 4% - 23%. Untuk mengawal program ini, Balai Besar POM di

Jayapura mendapatkan mandat strategis baik dalam Rencana Aksi Nasional

Pangan dan Gizi (RAN-PG) maupun Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi

(RAD-PG) di Provinsi Papua, utamanya pada Pokja III Bidang Mutu dan

Keamanan Pangan. Kegiatan Intensifikasi pengawasan produk fortifikasi

Nasional (tepung terigu dan garam) merupakan upaya pengawasan produk

pangan baik dalam rangka pemenuhan persyaratan (compliance) maupun

surveilan keamanan pangan. Upaya tersebut dilakukan melalui verifikasi

terhadap pemenuhan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB), baik

penerapan CPPOB pada produsen pangan dan penerapan. Cara Ritel Pangan

yang Baik di sarana peredaran. Selain itu juga dilakukan pengawasan

terhadap produk pangan baik di sarana produksi IRTP yang ada di Provinsi

Page 34: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Papua maupun di sarana peredaran dan penegakan hukum terhadap pelaku

pelanggaran di bidang pangan, pengujian laboratorium terhadap parameter

keamanan dan mutu pangan dan gizi pangan, pengawasan terhadap

kesesuaian label serta pengawasan terhadap keamanan kemasan pangan

yang yang beredar melalui sampling dan pengujian.

1.2.10. Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Perkuatan Institusi dilaksanakan melalui fokus prioritas implementasi

Reformasi Birokrasi yang ditetapkan oleh BPOM. Balai POM di Palangka Raya

sebagai bagian dari organisasi induk berselaras dan berkomitmen dengan

pemerintah pusat dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

sesuai dengan PP Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design RB 2010-

2025. Upaya atau proses RB yang dilakukan BPOM merupakan pengungkit

dalam pencapaian sasaran sebagai hasil yang diharapkan dari pelaksanaan

RB. Pola pikir pelaksanaan RB sebagaimana Gambar di bawah ini:

Gambar 1.8 Pola Pikir Pelaksanaan RB

a. Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, BPOM memiliki instansi vertikal

atau UPT BB/Balai POM di tingkat provinsi, salah satunya adalah Balai Besar

POM di Jayapura. Selain itu, untuk mendukung pengawasan Obat dan

Makanan di wilayah perbatasan dengan negara lain dan daerah-daerah yang

Page 35: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

sulit dijangkau dari ibukota provinsi, BPOM memiliki Pos POM. Untuk

menjawab tantangan perubahan lingkungan strategis, perlu dilakukan

penataan dan penguatan baik dari segi struktur organisasi, kompetensi dan

kuantitas SDM, sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan lintas

sektor agar pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan

dapat dilakukan secara lebih optimal. Tantangan BPOM ke depan adalah

melakukan kajian, penataan, dan evaluasi organisasi dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi secara proporsional

menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan

tugas dan fungsi BPOM. Dengan dilakukannya penataan dan penguatan

struktur organisasi bagi Balai Besar POM di Jayapura akan semakin

memperkuat fungsi koordinasi dan penegakkan regulasi di bidang

pengawasan Obat dan Makanan dengan Pemerintah Provinsi Papua.

b. Penataan Tatalaksana

Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, Balai Besar POM

di Jayapura berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan

Makanan yang berisiko terhadap kesehatan dan secara terus-menerus

meningkatkan pengawasan serta memberikan pelayanan kepada seluruh

pemangku kepentingan. Komitmen Balai Besar POM di Jayapura tersebut

dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkan

secara berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau perolehan

Quality Management System ISO 9001:2008; Akreditasi Laboratorium IEC

17025:2005;

Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan

pelanggan juga dilakukan melalui penerapan e-government atau penggunaan

teknologi informasi di lingkungan BPOM, di antaranya pendaftaran produk

(pangan, obat, obat tradisional) dan berbagai penyelenggaraan manajemen

pemerintahan lainnya yang dilakukan secara elektronik serta keterbukaan

informasi publik bagi masyarakat. Berbagai sistem mutu dan pengembangan

e-government yang dapat meningkatkan kinerja BPOM tersebut seyogyanya

Page 36: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

dapat diintegrasikan sesuai dengan ruang lingkupnya agar pelaksanaannya

dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

c. Penataan Peraturan Perundang-undangan dan Penegakan Hukum

Telah banyak Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang

menjadi landasan teknis pelaksanaan tugas fungsi BPOM. Namun, Peraturan

Perundang undangan yang ada selama ini kurang mendukung tercapainya

efektivitas pengawasan Obat dan Makanan. Demikian pula sanksi yang

diberikan terhadap pelanggaran di bidang Obat dan Makanan belum

memberikan efek jera sehingga sering terjadi kasus berulang. Beberapa

kerangka regulasi yang diasumsikan dapat mendukung pencapaian tujuan

pengawasan Obat dan Makanan dibahas pada Kerangka Regulasi. Adanya

RPJMN/RKP membuka peluang untuk menciptakan harmonisasi peraturan

perundang-undangan dan meminimalkan ego sektoral. BPOM perlu

mengambil kesempatan ini dengan mengusulkan peraturan perundang-

undangan yang akan masuk dalam prolegnas setiap tahunnya bersamaan

dengan penyusunan rencana kerja. Selain itu sesuai kerangka regulasi, untuk

memastikan bahwa setiap norma kebijakan yang akan diratifikasi

memberikan manfaat bagi masyarakat, BPOM perlu membuat cost-benefit

analysis. Sedangkan terhadap regulasi teknis yang dikeluarkan BPOM, perlu

dilakukan regulatory impact assessment.

Kaitannya dengan pengawasan Obat dan Makanan di daerah, selain

ketersediaan NSPK, perlu didorong terbitnya aspek legal berupa

Peraturan/SK Gubernur dan ditindaklanjuti dengan Peraturan/SK

Bupati/Walikota. Pada level operasional, BPOM telah memiliki Pedoman

Pengawasan yang jelas untuk acuan dalam pengawasan Obat dan Makanan,

juga menerbitkan standar mutu lainnya, seperti standar produksi dan

distribusi Obat dan Makanan. Ketersediaan peraturan perundangan sampai

dengan pedoman teknis yang dilegalkan dalam bentuk Peraturan Kepala

BPOM tersebut sangat mendukung penegakan hukum.

Tantangan ke depan, BPOM harus membuat terobosan dalam

Page 37: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

penegakan hukum seperti memperkuat kemitraan untuk pengawasan,

penindakan, maupun persamaan persepsi dengan kepolisian, kejaksaan, dan

instansi terkait, menggeser pengawasan ke area preventif, serta memperkuat

kerjasama di Free Trade Zone Area. Upaya ini pun perlu diikuti dengan

peningkatan kajian BPOM mengenai kerugian negara secara ekonomi

maupun kesehatan akibat pelanggaran Obat dan Makanan. Secara internal,

Balai Besar POM di Jayapura akan fokus pada pemantapan peran Penyidik

Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di bidang tindak pidana Obat dan Makanan. Hal

ini dilaksanakan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas Penyidik

Pegawai Negeri Sipil (PPNS), peningkatan pelaksanaan penyidikan Obat dan

Justice System (CJS) untuk substainable law enforcement tindak Pidana Obat

dan Makanan

d. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan

kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mencapai

tujuan tersebut, Balai Besar POM di Jayapura telah mengimplementasikan

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan baik,

dibuktikan dengan hasil evaluasi Inspektorat tahun 2013 memperoleh nilai

B. Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaan SAKIP

menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja Balai

Besar POM di Jayapura. Namun, Balai Besar POM di Jayapura masih perlu

melakukan beberapa hal demi peningkatan kinerja pada masa yang akan

datang, antara lain adalah :

1. Melakukan perencanaan kinerja dan anggaran dengan lebih cermat.

2. Memperbaiki metode pengumpulan data kinerja sehingga dapat

dihasilkan data yang akurat dan sistematis untuk mengukur capaian

kinerja yang ditetapkan.

3. Meningkatkan pemahaman pegawai Balai Besar POM di Jayapura tentang

Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (SAKIP)

Page 38: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

4. Mengoptimalkan mekanisme manajemen internal Balai Besar POM di

Jayapura dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan program maupun

kegiatan, khususnya dalam memanfaatkan data pada sistem pelaporan

elektronik yang telah diaplikasikan seperti SIPT, SIMAK BMN, SIRUP,

MONEV Stakeholder terkait (DJA, LKPP, Bapenas), dll.

5. Meningkatkan dan mengembangkan kapasitas SDM baik secara teknis

maupun manajerial.

e. Penguatan Pengawasan

Penguatan pengawasan bertujuan untuk

meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas

Korupsi, Kolusi, Nepotisme(KKN). Upaya pengawasan yang dilakukan Balai

POM di Palangka Raya harus selaras dengan upaya pengawasan yang

dilakukan BPOM. Pengawasan ini diharapkan dapat meningkatkan

kepatuhan dan efektivitas pengelolaan keuangan negara di lingkungan BPOM

serta menghindari tingkat penyalahgunaan wewenang.

Pengawasan yang dilakukan Balai Besar POM di Jayapura antara lain

melalui kebijakan penanganan gratifikasi, penerapan Sistem Pengendalian

Internal Pemerintah (SPIP), pengelolaan pengaduan masyarakat, penanganan

benturan kepentingan, pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas

dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).

Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, upaya pengawasan yang

dilakukan Balai Besar POM di Jayapura tersebut masih perlu dievaluasi agar

dapat ditingkatkan pelaksanaannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan

adalah penguatan peran APIP dan unit pengawas fungsional (Inspektorat)

sebagai internal-consultant yang melaksanakan fungsi pembinaan, penataan,

pengawasan, dan pentaatan dengan dukungan SDM yang memadai secara

kualitas dan kuantitas serta berfokus pada pemeriksaan kinerja berbasis

risiko untuk mencegah potensi kesalahan yang mengganggu efektivitas

pencapaian sasaran organisasi dan dapat menimbulkan kerugian negara.

Page 39: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

f. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur

Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk

meningkatkan profesionalisme SDM aparatur BPOM yang didukung oleh

sistem rekrutmen dan promosi aparatur berbasis kompetensi, transparan,

serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan,

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara (ASN). Perencanaan kebutuhan pegawai BPOM dilakukan sesuai

dengan kebutuhan organisasi dan proses penerimaan pegawai dilakukan

secara transparan, objektif, akuntabel, dan bebas KKN serta promosi jabatan

dilakukan secara terbuka. Pengembangan pegawai yang dilakukan BPOM

berbasis kompetensi yang selanjutnya capaian penilaian kinerja individu

pegawai akan dijadikan dasar untuk pemberian tunjangan kinerja. Hal ini

diimbangi dengan penegakan aturan disiplin dan kode etik serta pemberian

sanksi. Seluruh aktivitas manajemen SDM tersebut didukung oleh sistem

informasi kepegawaian. Saat ini, SDM Balai Besar POM di Jayapura telah

memiliki kualitas yang memadai, namun dari sisi kuantitas SDM Balai Besar

POM di Jayapura belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan

fungsi pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Papua.

Sistem manajemen pemerintah menuntut adanya ukuran

keberhasilan, baik di tingkat organisasi sampai ke level individu. Untuk saat

ini, sistem manajemen kinerja belum optimal diterapkan, sehingga perlu

dilakukan penerapan sistem manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien

terutama dalam hal pelaksanaan evaluasi terhadap peta dan kelas jabatan

yang telah disusun. Pemanfaatan sistem informasi kepegawaian yang telah

dibangun juga perlu dioptimalisasi sebagai pendukung pengambilan

kebijakan manajemen SDM Balai Besar POM di Jayapura

g. Manajemen Perubahan

Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis

dan konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola

pikir dan budaya kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih

Page 40: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

baik sesuai dengan tujuan dan sasaran RB. Untuk menggerakkan organisasi

dalam melakukan perubahan, BPOM telah membentuk agent of change

sebagai role model serta forum bagi pembelajaran atau inovasi dalam proses

perubahan yang dilakukan. Komitmen dan keterlibatan pimpinan dan

seluruh pegawai BPOM secara aktif dan berkelanjutan merupakan unsur

pendukung paling utama dalam perubahan pola pikir dan budaya kerja

dalam rangka pelaksanaan RB. Untuk mengurangi risiko kegagalan yang

disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi terhadap perubahan

dibutuhkan media komunikasi secara reguler untuk mensosialisasikan RB

atau perubahan yang sedang dan akan. dilakukan, termasuk pentingnya

peran agent of change dan manfaat dari forum pembelajaran atau inovasi.

Analisa terhadap Lingkungan Strategis (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats/SWOT)

Sebagaimana dinamika perubahan lingkungan strategis yang telah

dijelaskan di atas baik secara internal maupun eksternal, maka Balai Besar

POM di Jayapura harus melakukan upaya-upaya agar pengaruh lingkungan

khususnya lingkungan eskternal dapat menjadi suatu peluang dan

meminimalkan ancaman yang dapat mempengaruhi peran Balai Besar POM

di Jayapura sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam melakukan

pengawasan terhadap Obat dan Makanan.

Atas dasar pengaruh lingkungan strategis tersebut, dilakukan

identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan melalui analisa

SWOT, sehingga dari analisa tersebut dapat ditetapkan arah strategis dan

kebijakan Balai Besar POM di Jayapura kedepan, agar dapat terwujud sesuai

tujuan dan sasaran organisasi Balai Besar POM di Jayapura dalam Renstra

Periode 2015-2019. Adapun hasil analisa SWOT tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. KEKUATAN (STRENGTHS)

Balai Besar POM di Jayapura saat ini memiliki kualitas SDM yang sangat

memadai, khususnya tenaga-tenaga yang kompeten dalam melakukan

Page 41: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

funggsi pengawasan produk Obat dan Makanan yang ada. Demikian pula

dalam melakukan pengujian laboratorium, Balai Besar POM di Jayapura telah

didukung oleh sarana dan prasarana lab yang terkini dan tercanggih.

Sebagai Unit Pelaksana Teknis di Provinsi Papua, Balai Besar POM di

Jayapura sendiri juga telah menjalin kerjasama yang kuat dengan Stakeholder

Pemda di Provinsi Papua. Kerjasama ini diperlukan dalam mendukung tugas-

tugas pokok Balai Besar POM di Jayapura. Di sisi lain, Balai Besar POM di

Jayapura telah memiliki Pedoman Pengawasan yang jelas untuk acuan dalam

pengawasan atas Obat dan Makanan, sehingga seluruh kegiatan pengawasan

tersebut telah memiliki standar baku, baik untuk Obat dan Makanan, juga

faktor-faktor mutu lainnya, seperti standar produksi dari industri farmasi,

standar distribusi dan standar produk pangan lainnya.

Dalam mendorong pencapaian tujuan organisasi Balai Besar POM di

Jayapura, komitmen pimpinan menjadi mutlak sebagai landasan untuk

mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari peran Balai Besar POM di

Jayapura dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan kesehatan

masyarakat Provinsi Papua

b. KELEMAHAN (WEAKNESSES)

Saat ini SDM Balai Besar POM di Jayapura sudah memiliki kualitas yang

memadai, namun dari sisi kuantitas SDM Balai Besar POM di Jayapura belum

mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan fungsi sebagai Unit

Teknis di Provinsi Papua mengingat cakupan wilayah Pengawasan yang

cukup besar (29 Kabupaten/Kota). Pengawasan Obat dan makanan di

Provinsi Papua belum optimal disebabkan oleh hampir sebagian besar

wilayah di Provinsi Papua sulit dijangkau karena kondisi geografis dan iklim.

Hal ini juga menyebabkan jangkauan pengawasan obat dan makanan di

beberapa kabupaten mengalami kendala akibat sulit dan mahalnya

transportasi menuju wilayah tersebut.

Dalam pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, diperlukan

sarana dan prasarana yang sangat memadai. Hal ini juga untuk mengimbangi

Page 42: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

peredaran Obat dan Makanan yang semakin canggih. Untuk itu, penyiapan

sarana dan prasarana yang memadai tersebut menjadi mutlak dilakukan

dalam mendukung tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM di Jayapura.

Penyebarluasan informasi mengenai Obat dan Makanan perlu didukung

dengan teknologi informasi yang memadai. Peran dan kewenangan Balai

Besar POM di Jayapura juga harus didukung oleh struktur organisasi dan tata

kerja yang tepat. Saat ini pembagian kewenangan atau beban kerja masih

belum menunjukkan ukuran yang sesuai. Diharapkan penataan kelembagaan

kedepannya bisa sesuai dan mengikuti prinsip Structure Follow Function

Follow strategy, sehingga struktur organisasi dan tata kerja (fungsi) dapat

mewujudkan tujuan organisasi.

c. PELUANG (OPPORTUNITIES)

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan

sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam

berbagai sistem kemasyarakatan. SKN dan JKN merupakan bagian dari sistem

kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam

mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta berperan aktif masyarakat

dalam berbagai upaya kesehatan. Untuk itu, SKN dan JKN merupakan tantangan

atau peluang bagi Balai Besar POM di Jayapura dalam mendorong upaya

kesehatan masyarakat yang lebih baik lagi dalam menghadapi pola prilaku

dan lingkungan sehat khususnya obat dan makanan.

Semakin bertambahnya penduduk dan berkembangnya varian penyakit

maka kebutuhan Obat dan Makanan akan semakin meningkat. Hal ini mendorong

pertambahan dan pertumbuhan industri Obat dan Makanan secara pesat.

Keadaan ini menyebabkan masyarakat dan Pemerintah Provinsi Papua semakin

menyadari tentang pentingnya pemahaman tentang obat dan makanan yang

aman untuk kesehatan massyarakat Papua. Hal ini menyebabkan tingginya

ekspektasi masyarakat dan Pemerintah Provinsi Papua terhadap tugas dan

fungsi Balai Besar POM di Jayapura dalam hal pengawasan Obat dan Makanan

yang beredar di Provinsi Papua. Hal ini menjadi peluang dan tantangan Balai

Page 43: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Besar POM di Jayapura dalam mengawasi Obat dan Makanan yang semakin

banyak variannya.

Kerjasama dengan Instansi terkait merupakan hal yang sangat mutlak agar

upaya pembangunan kesehatan dapat tercapai. Peluang kerjasama dengan

instansi terkait dapat mendorong efektivitas dan efesiensi pengawasan Obat

dan makanan khususnya dengan instansi aparatur penegak hukum maupun

instansi terkait lainnya.

d. TANTANGAN (THREATS)

Tingginya arus produk Obat dan Makanan yang beredar di Provinsi Papua,

mengakibatkan adanya produk-produk yang tersedia dipasar tidak memenuhi

kualifikasi standar yang dipersyaratkan. Hal ini menjadi masalah dalam

peredaran Obat dan Makanan. Di sisi lain, lemahnya penegakan hukum terhadap

pelanggaran seperti ini mengakibatkan ancaman bagi masyarakat. Untuk itu,

diharapkan penegakan hukum harus lebih aktif lagi agar dapat meminimalkan

permasalahan tersebut. Dengan semakin tumbuhnya perekonomian Indonesia

akan mempengaruhi perubahan pola perilaku hidup sosialnya, salah satunya

dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan. Hal ini menjadi ancaman bagi

masyarakat apabila pengunaan Obat dan Makanan tidak diantisipasi dengan

pemberian informasi, komunikasi dan edukasi atas penggunaan Obat dan

Makanan tersebut. Sisi lain, globalisasi yang mendorong lahirnya area

perdagangan bebas (free trade area) menjadikan peredaran Obat dan Makanan

juga semakin sulit untuk dikontrol. Dengan masuknya berbagai produk Obat

dan Makanan dari negara lain merupakan persoalan krusial yang perlu

diantisipasi segera. Realitas menunjukan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi

pasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjamin

keamanan dan kualitasnya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat

membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi produk

Obat dan Makanan tersebut.

Page 44: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Tabel 1.4: Rangkuman Analisis SWOT

HASIL PEMBAHASAN (SWOT)

Kekuatan

(Strengths)

1. Kualitas SDM

2. Sarana dan Prasarana Laboratorium yang canggih

3. Pedoman Pengawasan yang jelas

4. Komitmen Pimpinan

Kelemahan

(Weaknesses)

1. Masih terbatasnya jumlah SDM

2. Luasnya wilayah pengawasan

3. Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun utama

4. Masih kurangnya dukungan jaringan IT

Peluang

(Opportunities)

1. Adanya Program Nasional (JKN dan SKN)

2. Perkembangan Teknologi yang sangat cepat

3. Terjalinnya kerjasama yang baik dengan instansi terkait

Tantangan

(Threats)

1. Lemahnya penegakan hukum

2. Adanya Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Area)

3. Perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat

Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, maka Balai Besar

POM di Jayapura perlu melakukan penguatan Pengawasan Obat dan

makanan melalui penguatan kerjasama dengan Stakeholder yang ada di Provinsi

Papua yang dituangkan dalam bentuk MoU.

Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi Balai Besar

POM di Jayapura tersebut di atas telah diupayakan secara optimal sesuai

dengan target hasil pencapaian kinerjanya. Namun demikian, upaya tersebut

masih menyisakan permasalahan yang belum sepenuhnya sesuai dengan

harapan masyarakat, antara lain:

(1) Belum optimalnya pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di

masyarakat (post-market) dan

Page 45: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

(2) Belum efektifnya pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi

Informasi dan Edukasi dalam rangka meningkatkan efektivitas

pengawasan Obat dan Makanan.

Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas terdapat beberapa

penyebab yang dianggap sangat krusial dan strategis bagi peran Balai Besar POM

di Jayapura dalam melakukan pembenahan di masa mendatang, sehingga

diharapkan pencapaian kinerja berikutnya akan lebih optimal. Pada gambar 1.5

di bawah ini terdapat diagram yang menunjukkan analisa permasalahan pokok

dan isu-isu strategis sesuai dengan tupoksi dan kewenangan Balai Besar POM di

Jayapura sebagai berikut:

permasalahan dan isu strategis, kondisi saat ini dan dampaknya

Gambar 1.5 Diagram permasalahan dan isu strategis, kondisi saat ini dan dampaknya

PERAN BALAI BESAR POM DI JAYAPURA

Penguatan Pelaksanaan pengawasan Obat

dan Makanan (Post-market)

Pembinaan dan pemberdayaan

kepada masyarakat

BELUM OPTIMALNYA PERAN BALAI BESAR POM DI

JAYAPURA DALAM MELAKSANAKAN

PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

Belum optimalnya pengawasan Obat dan

Makanan pasca beredar di masyarakat (post-market)

Belum efektifnya Pemberdayaan

masyarakat Provinsi Papua di Bidang Keamanan Pangan

Page 46: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas Balai

Besar POM di Jayapura sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di Provinsi

Papua masih perlu terus dilakukan penguatan, baik secara kelembagaan

maupun dari sisi manajemen sumber daya manusianya, agar pencapaian

kinerja di masa datang semakin membaik dan dapat memastikan berjalannya

proses pengawasan Obat dan Makanan yang lebih ketat dalam menjaga

keamanan, mutu serta khasiat/manfaat Obat dan Makanan tersebut, yang

pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi

pembangunan kesehatan masyarakat.

Untuk itu, ada 2 (dua) isu strategis dari permasalahan pokok yang

dihadapi Balai Besar POM di Jayapura sesuai dengan peran dan

kewenangannya agar lebih optimal, yang perlu terus diperkuat dalam

peningkatan kinerja di masa yang akan datang sebagai berikut:

1. Pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat (post-

market)

2. Pemberdayaan masyarakat Provinsi Papua di Bidang Keamanan Pangan.

Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif, Balai

Besar POM di Jayapura perlu terus melakukan perbaikan dan pengembangan.

Di samping itu, kondisi lingkungan strategis dengan dinamika perubahan

yang sangat cepat, menuntut Balai Besar POM di Jayapura untuk dapat

melakukan evaluasi dan mampu beradaptasi dalam pelaksanaan tugas dan

perannya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman, sehingga mampu

menjadi katalisator dalam proses pencapaian tujuan pembangunan

kesehatan nasional.

Page 47: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Tabel 1.5 Penguatan Peran Balai Besar POM di Jayapura Tahun 2015-2019

Penguatan

Sistem

Pengawasan

Obat dan

Makanan

• Pengawasan Obat dan Makanan yang sesuai standar

• Pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan yang

sesuai standar

• Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan

sesuai standar

• Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan

Makanan

• Penyidikan dan penegakan hukum

Kerjasama,

Komunikasi,

Informasi dan

Edukasi Publik

• Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha

melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik

termasuk peringatan publik

• Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan yang

tidak memenuhi standar

Page 48: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BALAI

BESAR POM DI JAYAPURA

Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan

yang dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka

Badan POM sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga

Pengawasan Obat dan Makanan dituntut untuk dapat menjamin keamanan,

mutu, manfaat/khasiat Obat dan Makanan tersebut sesuai standar yang telah

ditetapkan. Untuk itu, disusun visi dan misi serta tujuan dan sasaran Balai

Besar POM di Jayapura sebagai UPT dari Badan POM di wilayah Provinsi

Papua.

Gambar 1.9 Peta Strategis Badan POM Periode 2015-2019

38

Page 49: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

2.1. VISI

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Balai Besar POM di

Jayapura harus memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan

pelaksanaan RPJMN 2015-2019 dan RKP Tahunan, melalui penyusunan

rencana strategis dan rencana tahunan (Renja K/L) yang berkualitas serta

optimalisasi pengendalian dan monitoring evaluasi atas pelaksanaan

pengawasan Obat dan Makanan secara efektif dan efisien serta pelaksanaan

tugas-tugas lainnya dari pemerintah.

Kualitas pengawasan Obat dan Makanan dilihat dari: 1) Kualitas

kebijakan dalam penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria terhadap

Obat dan Makanan; 2) Kualitas pengawasan Obat dan Makanan, serta 3)

Kerjasama dan Komunikasi Publik dalam mendorong peran serta masyarakat

dalam memanfaatkan produk-produk Obat dan Makanan sesuai standar.

Apabila keseluruhan hal tersebut dapat terpenuhi, maka berarti Balai Besar

POM di Jayapura telah mampu berperan dalam mendukung pencapaian,

target, sasaran, misi dan visi RPJMN 2015-2019 sesuai visi, misi Presiden dan

Wakil Presiden terpilih periode 2014-2019, dan selanjutnya mendukung

pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara sesuai amanat UUD 1945, yaitu

mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Untuk mendukung pencapaian visi dan misi Presiden dan Wakil

Presiden terpilih dalam RPJMN 2015-2019 tersebut, maka Balai Besar POM

di Jayapura sesuai dengan tugas dan kewenangannya sebagai UPT Badan

POM di Wilayah Provinsi Papua yang bertanggungjawab dalam pengawasan

Obat dan Makanan menetapkan Visi adalah sebagai berikut:

”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa”

Penjelasan Visi:

Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan

Page 50: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih

baik. Sejalan dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah

sebagai berikut:

Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat

dan Makanan telah melalui analisa dan kajian sehingga

risiko yang mungkin masih timbul adalah seminimal

mungkin/dapat ditoleransi/tidak membahayakan saat

digunakan pada manusia. Dapat juga diartikan bahwa

khasiat/manfaat Obat dan Makanan meyakinkan,

keamanan memadai, dan mutunya terjamin.

Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang

telah memenuhi standar, baik standar nasional maupun

internasional, sehingga adanya kesiapan suatu produk

bangsa untuk interaksi di masa depan.

2.2. MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata

sesuai dengan penguatan peran Balai Besar POM di Jayapura sebagaimana

yang telah ditetapkan dalam Bab I. Misi Balai Besar POM di Jayapura adalah

sebagai berikut:

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi (full

spectrum) standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan

sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta

penegakan hukum. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban Balai Besar

POM di Jayapura dalam melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman

dengan tujuan akhir adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing, maka

perlu disusun suatu sasaran strategis khusus yang mampu mengawalnya. Di

satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi,

Page 51: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas

dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan

seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk

mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional

untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

(SISPOM), pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam

menjamin produk Obat dan Makanan aman. Pelaku usaha merupakan

pemangku kepentingan yang mampu memberikan jaminan produk yang

memenuhi standar dengan memenuhi ketentuan yang berlaku terkait dengan

produksi dan distribusi Obat dan Makanan.

Sebagai lembaga pengawas, Balai Besar POM di Jayapura harus

bersikap konsisten terhadap pelaku usaha, yaitu dengan melaksanakan

proses pemeriksaan serta pembinaan dengan baik. Balai Besar POM di

Jayapura harus mampu membina dan mendorong pelaku usaha untuk dapat

memberikan produk yang aman, bermanfaat/berkhasiat dan bermutu.

Dengan pembinaan secara berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha

mempunyai kemandirian dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan

Makanan.

Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang

sangat strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan,

utamanya pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan

Makanan, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya

peningkatan kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan yang

memenuhi standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi dan

komunikasi terkait Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif dalam

meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan.

Page 52: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Sadar dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, Balai Besar POM

di Jayapura melakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat dalam mendukung pengawasan. Upaya tersebut salah

satunya dilakukan melalui kegiatan Pemberdayaan, Komunikasi, Informasi

dan Edukasi kepada masyarakat, serta menjalin kemitraan dengan pihak lain.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Balai Besar POM di Jayapura

tidak dapat berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan

dengan pihak lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan

bidang kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan

pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat

dan Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan

yang ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di seluruh

Indonesia. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan

tugas pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus disinkronkan

dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah. Untuk itu, dalam melaksanakan

tugas pengawasan di daerah, Balai Besar POM di Jayapura harus bersinergi

dengan lintas sektor terkait, sehingga pengawasan dapat berjalan dengan

efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan Badan POM

Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya

yang memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini

membutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi.

Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia

dan sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang

terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka Balai Besar POM di Jayapura

harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar

dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah

Page 53: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Di samping itu, Balai Besar POM di Jayapura sebagai UPT Badan POM di

Wilayah Provinsi Papua yang dibentuk pemerintah untuk melaksanakan

tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata (techno structure), namun

juga melaksanakan fungsi pengaturan (regulating), pelaksana (executing),

dan pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan penguatan

kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya

dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang

sesuai dengan nilai organisasi.

Misi Balai Besar POM di Jayapura merupakan langkah utama yang

disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM di Jayapura

sebagai UPT dari Badan POM di wilayah Provinsi Papua, Pengawasan post-

market yang berstandar internasional diterapkan dalam rangka memperkuat

Balai Besar POM di jayapura dalam menghadapi tantangan globalisasi.

Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu

memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan

Balai Besar POM di jayapura mampu melindungi masyarakat Provinsi Papua

dengan optimal.

Balai Besar POM di jayapura juga melakukan kemitraan dengan

pemangku kepentingan terkait kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas

institusi dan sebagainya yang merupakan potensi yang perlu diperkuat.

Semua itu dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki

kesadaran dan pengetahuan yang baik terhadap Obat dan Makanan yang

beredar di pasaran, sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar

dari produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan baku berbahaya

dan ilegal.

Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap

mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi

pembelajar (learning organization). Untuk mendukung itu, maka Badan POM

Page 54: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas

sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (Knowledge Sharing).

Page 55: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

2.3. BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan

harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam

melaksanakan tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang

dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam

berkarsa dan berkarya.

1. Profesional

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas,

ketekunan dan komitmen yang tinggi.

2. Integritas

konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung

tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan

3. Kredibilitas

Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan

internasional.

4. Kerjasama Tim

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang

baik.

5. Inovatif

Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.

6. Responsif/Cepat Tanggap

Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

2.4. TUJUAN

Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan Makanan,

maka tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah

sebagai berikut:

1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan

bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat

Page 56: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global

dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi.

Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di

atas, adalah:

1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan

bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan

indikator Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan Obat

dan Makanan oleh Badan POM

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global

dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, dengan indikator:

a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi

ketentuan;

b. Tingkat kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan

pembinaan pengawasan Obat dan Makanan.

2.5. SASARAN STRATEGIS

Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin

dicapai Balai Besar POM di Jayapura, dengan mempertimbangkan tantangan

masa depan dan sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki Balai Besar

POM di Jayapura. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2015-2019) ke depan

diharapkan Balai Besar POM di Jayapura akan dapat mencapai sasaran

strategis sebagai berikut:

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh

Balai Besar POM di Jayapura merupakan suatu proses yang komprehensif

mencakup pengawasan post-market. Sistem itu terdiri dari:

pertama, adalah pengawasan setelah beredar (post-market control) yang

dilakukan dengan melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang

beredar, serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan

Page 57: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Kedua, pengujian laboratorium. Produk yang disampling berdasarkan risiko

kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah Obat dan

Makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan

mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang digunakan

sebagai dasar dalam menentukan produk yang tidak memenuhi syarat dan

kemudian akan ditarik dari peredaran.

Ketiga, adalah penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

Dalam bisnis Obat dan Makanan yang relatif menjanjikan keuntungan yang

besar, rentan terhadap pelanggaran dari pelaku usaha. Untuk itu diperlukan

adanya suatu penegakan hukum apabila terjadi pelanggaran terkait Obat

dan Makanan.

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator

sebagai berikut:

1. Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat, dengan target

99% pada tahun 2019

2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat meningkat,

dengan target 85% pada tahun 2019

3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat meningkat, dengan

target 97% pada tahun 2019

4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi

syarat meningkat, dengan target 95.5% pada tahun 2019

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat meningkat dengan

target 93.1% pada tahun 2019

2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan

pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang

terkait dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah.

Untuk itu perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi

yang baik. Kerjasama yang telah dilakukan oleh Balai Besar POM di Jayapura

selama ini lebih banyak dengan unsur pemerintah serta masih bersifat

Page 58: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

sporadik, parsial dan belum dilakukan dengan program yang terukur dan

sistematis. Padahal pelibatan berbagai pihak termasuk masyarakat sangat

urgen dan strategis dalam menopang tugas pengawasan Obat dan Makanan

di Provinsi Papua. Untuk mendorong kemitraan dan kerjasama yang lebih

sistematis bisa dimulai dengan mengidentifikasi tingkat kepentingan setiap

lembaga/institusi, baik pemerintah maupun sektor swasta dan kelompok

masyarakat terhadap tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM di Jayapura.

Setelah itu, mengidentifikasi sumber daya apa yang telah dimiliki oleh

masing-masing institusi tersebut dalam mendukung tugas yang menjadi

mandat Balai Besar POM di Jayapura sebagai UPT Badan POM di Provinsi

Papua, kemudian menentukan indikator bersama atas keberhasilan

program yang (akan) dikerjasamakan. Kerjasama dan kemitraan bisa

dilakukan dengan saling mendukung serta berbagi sumber daya (bisa dana,

program atau SDM) yang tersedia di masing-masing lembaga dengan

terlebih dahulu menentukan tujuan dan kerangka kerjasamanya. Atau bisa

juga dengan “mendelegasikan” program-program yang ada di Balai Besar

POM di Jayapura kepada lembaga/ kelompok masyarakat sipil yang

memiliki program yang sejalan dengan Balai Besar POM di Jayapura dengan

mendukung pembiayaan program lembaga tersebut. Untuk memastikan

bahwa kerjasama ini bisa berjalan dengan baik dan berkelanjutan, maka

harus diikat dengan sebuah kesepakatan (MoU) yang mengikat kedua belah

pihak dengan mengacu pada tujuan kerjasama yang telah disepakati. Di sisi

lain, juga harus disepakati adanya mekanisme dan sistem monitoring dan

evaluasi yang terlembagakan, serta memastikan bahwa hasil kerjasama ini

juga bisa diakses dan dievaluasi bersama oleh publik yang lebih luas.

Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah masyarakat

sebagai konsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di

pasaran (masyarakat) masih berpotensi untuk tidak memenuhi syarat,

sehingga masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan

produk Obat dan Makanan yang aman, bermanfaat dan bermutu. Dalam

upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makanan yang

Page 59: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi, layanan Informasi, dan

Edukasi (KIE).

Di samping itu, pengawasan Obat dan Makanan perlu dilakukan oleh

pelaku usaha baik produsen, distributor dan pelaku usaha lain. Pengawasan

oleh pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir, dari sebelum

sampai sesudah produk beredar, salah satunya adalah meliputi pengawasan

Obat dan Makanan di sarana produksi dan sarana distribusi. Produsen

mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan

yang memenuhi syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui

proses produksi yang sesuai dengan ketentuan.

Tanpa meninggalkan tugas utama pengawasan, Balai Besar POM di

Jayapura berupaya memberikan dukungan kepada pelaku usaha untuk

memperoleh kemudahan dalam usahanya. Salah satunya melalui jaminan

kualitas (quality assurance) pengawasan, melalui pendampingan regulatory

(regulatory assistance).

Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang

mendukung pada peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan mutu Obat

dan Makanan. Pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan harus didukung

dalam menghadapi tantangan perdagangan bebas. Salah satunya adalah

dengan memberikan dukungan regulatory (sistem pengawasan) kepada

pelaku usaha dengan insentif. Sementara terkait dengan faktor lain yang

menjadi variabel penentu dalam meningkatkan kemudahan usaha, adalah

daya saing.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka

dibuat indikatornya sebagai berikut:

1. Tingkat Kepuasan Masyarakat dengan target 95% di tahun 2019 dan

2. Jumlah kab/kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan

pengawasan obat dan makanan dengan memberikan alokasi

anggaran pelaksanaan regulasi obat dan makanan, dengan target 20

kab/kota pada tahun 2019

Page 60: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa

Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat

Meningkatnya jaminan Produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat

Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

1. Persentase obat yang memenuhi syarat;

2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat;

3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat;

4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat;

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM

Kualitas tatakelola pemerintahan (good governance) adalah prasyarat

tercapainya sasaran strategis Badan POM. Penerapan tata kelola

pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya

aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum,

keadilan, dan partisipasi masyarakat. Badan POM telah melaksanakan

Reformasi Birokrasi yang harus terus dipelihara untuk menciptakan

birokrasi yang bermental melayani yang berkinerja tinggi sehingga kualitas

pelayanan publik Balai Besar POM di Jayapura sebagai UPT dari Badan POM

di Provinsi Papua akan meningkat.

Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and

machine) merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal

ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana

penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan

kualitasnya, maka Balai Besar POM di Jayapura harus mampu mengelola

sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung

terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada

akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat

penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka

dibuat indikatornya adalah Nilai SAKIP Balai Besar POM di Jayapura dari

Badan POM dengan target A pada tahun 2019

Tabel 1.6 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Balai Besar POM di Jayapura periode 2015-2019

Page 61: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat.

Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan

Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar Lokal dan Global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi

Meningkatnya Kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi Masyarakat

1. Tingkat kepuasan

masyarakat

2. Jumlah kabupaten/ kota

yang memberikan

komitmen untuk

pelaksanaan Pengawasan

Obat dan Makanan dengan

memberikan alokasi

anggaran pelaksanaan

regulasi obat dan makanan

Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM

1. Nilai SAKIP Balai Besar POM di Jayapura dari BPOM.

Dari indikator yang tertera di atas, dipilih indikator kinerja utama balai besar

pom di jayapura sebagai berikut :

1. Persentase obat yang memenuhi syarat

2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat

3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat;

4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat;

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat.

6. Tingkat kepuasan masyarakat

Page 62: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,

KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BADAN POM RI Untuk mendukung tujuan pembangunan subbidang kesehatan dan gizi

masyarakat dan mencapai tujuan dan sasaran strategis BPOM periode 2015-

2019, dilakukan upaya secara terintegrasi dalam fokus dan lokus pengawasan

Obat dan Makanan.

Arah Kebijakan BPOM yang akan dilaksanakan:

1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat

Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko dimulai

dari perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek teknis, ekonomi,

sosial dan spasial. Aspek-aspek tersebut dilakukan dengan pendekatan

analisis risiko yaitu dengan memprioritaskan pengawasan kepada hal-hal

yang berdampak risiko lebih besar agar pengawasan yang dilakukan lebih

optimal.

Keberadaan BB/Balai POM hampir di seluruh wilayah Indonesia

memungkinkan BPOM meningkatkan pemerataan pembangunan terutama

di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Perencanaan berbasis spasial

sudah menjadi hal yang perlu diperhatikan karena secara logis risiko

terhadap Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat berbeda pada

setiap lokus atau wilayah di daerah. Kebijakan ini harus dijabarkan juga

oleh BB/Balai POM di daerah dalam perencanaan pengawasan Obat dan

Makanan di catchment area-nya.

Selain itu, penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan juga didorong

untuk meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan meliputi

balita, anak usia sekolah, dan penduduk miskin. Pada pengawasan Obat, hal

ini dilakukan antara lain melalui pengawasan keamanan, khasiat, dan mutu

Page 63: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

vaksin serta Obat Program JKN. Pada pengawasan makanan, kelompok

rentan ini bahkan telah diidentifikasi mencakup bayi, orang sakit, ibu

hamil, orang dengan immunocompromised, dan manula. Pengawasan ini

dilakukan antara lain melalui pengawasan pangan berisiko tinggi (seperti

susu formula dan produk kaleng), pengawasan Pangan Jajanan Anak

Sekolah, dan pengawasan pangan fortifikasi.

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong

kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya

saing produk Obat dan Makanan

Sejalan dengan Revolusi Mental, diharapkan BPOM dapat meningkatkan

kemandirian ekonomi utamanya daya saing Obat dan Makanan.

Pendekatan dalam kebijakan ini meliputi antara lain penerapan Risk

Management Program secara mandiri dan terus menerus oleh produsen

Obat dan Makanan. Ketersediaan tenaga pengawas merupakan tanggung

jawab produsen. Namun BPOM perlu memfasilitasi pemenuhan kualitas

sumber daya pengawas tersebut melalui pembinaan dan bimbingan,

pelatihan, maupun media informasi, serta verifikasi kemandirian tersebut.

3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui

kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam

pengawasan Obat dan Makanan

Menyadari keterbatasan BPOM, baik dari sisi kelembagaan maupun

sumber daya yang tersedia (SDM maupun pembiayaan), maka kerjasama

kemitraan dan partisipasi masyarakat adalah elemen kunci yang harus

dipastikan oleh BPOM dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan

Obat dan Makanan. Di sisi lain, tanggung jawab pengawasan Obat dan

Makanan (walau mandat konstitusionalnya ada di BPOM) ini mestinya

tidak hanya melekat dan menjadi monopoli BPOM, tapi pemerintah daerah

dan masyarakat juga dituntut untuk ikut andil dan terlibat aktif dalam

pelaksanaan pengawasan tersebut. Dalam hal ini BPOM mestinya jeli dan

proaktif dalam mendorong kerjasama dan kemitraan dengan melibatkan

berbagai kelompok kepentingan dalam dan luar negeri, baik dari unsur

Page 64: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

pemerintah, pelaku usaha (khususnya Obat dan Makanan), asosiasi pihak

universitas/akademisi, media dan organisasi masyarakat sipil terkait

lainnya, dalam upaya memastikan bahwa Obat dan Makanan yang beredar

di masyarakat itu aman untuk dikonsumsi.

Bentuk draft dan model kerjasama/kemitraan itu juga harus dirancang

dengan fleksibel, tapi tetap mengikat dan dipatuhi oleh semua pihak yang

terlibat dalam kerjasama, serta berkelanjutan dengan terpantau.

Kebijakan ini juga dapat difokuskan pada memaksimalkan Komunikasi,

Informasi dan Edukasi publik sebagai upaya strategis dalam pengawasan

Obat dan Makanan. Dalam hal ini, yang harus dipastikan bahwa materi KIE

itu harus distandarkan, memiliki muatan informatif dan jelas menguraikan

pesan yang dikampanyekan, serta mampu menjangkau khalayak yang ingin

disapa oleh BPOM tersebut (misalnya memanfaatkan berbagai media

sosial).

4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan melalui

penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan

efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan

sumber daya yang efektif dan efisien.

Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal secara

efektif dan efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi birokrasi

untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,

demokratis, dan terpercaya. Pengelolaan persediaan, penataan aset,

penguatan kapasitas laboratorium, penguatan sistem informasi teknologi

untuk mendukung pelayanan publik, pengembangan SIPT sebagai aplikasi

knowledge base dalam mendukung risk based control, penguatan sistem

perencanaan dan penganggaran, serta implementasi keuangan berbasis

akrual perlu menjadi penekanan/agenda prioritas.

Dalam upaya meraih WTP, selain memelihara komitmen dan integritas

pimpinan, para pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu juga

dilakukan strategi dan upaya penguatan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP), penguatan perencanaan dan penganggaran,

Page 65: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

peningkatan kualitas laporan keuangan (LK), peningkatan kualitas proses

pengadaan Barang dan Jasa, pembenahan penatausahaan BMN (aset tetap

dan persediaan), penguatan monitoring dan evaluasi, peningkatan kualitas

pengawasan dan reviu LK, serta percepatan penyelesaian tindak lanjut

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

Terkait perencanaan dan penganggaran, sesuai tuntutan suprasistem,

BPOM perlu mengubah data elektronisasi menjadi data bentuk peta

(spasial) dapat diakses secara online dan real time yaitu berupa data-data

kondisi (misalnya peta penyebaran sarana produksi & sarana distribusi

Obat dan Makanan), peta capaian hasil kinerja pengawasan (misalnya peta

hasil pengujian laboratorium, penyelesaian kasus, dan sebagainya). Selain

itu data-data perlu diolah dan dilakukan analisis kesenjangan kinerja

pengawasan antar wilayah sehingga dapat menjadi input dalam

pelaksanaan program pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko.

Selain memberi arah penguatan ke dalam institusi BPOM, kebijakan ini

perlu disertai dengan strategi dan upaya peningkatan kerjasama dan

komunikasi ke pihak eksternal yang strategis.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:

Eksternal:

1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan

Makanan;

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi

dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan

Makanan;

Internal:

3) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis

risiko;

4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja

individu/pegawai;

Page 66: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta

diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;

6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOM di tingkat pusat dan

daerah secara lebih proporsional dan akuntabel;

7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama

dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan

dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok

masyarak sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan

strategis baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I

tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian

dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan BPOM sendiri. Untuk

konteks kerjasama misalnya, secara kelembagaan selama ini di BPOM belum

ada satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang menangani terkait dengan kerjasama

ini. Bahwa ada Biro Kerjasama Luar Negeri, tetapi fokus tugas dan fungsi Biro

ini tidak terkait dengan model kerjasama yang akan dikembangkan oleh BPOM

ke depan. Oleh sebab itu, perlu segera melakukan pembenahan di level

organisasi dan kelembagaan dengan membentuk satu Deputi/Biro/Bagian

khusus yang bertanggungjawab atas program kerjasama dan kemitraan ini.

Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal

organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BPOM sendiri. Poin

penting yang harus diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena kunci

keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya.

Agar pembangunan pengawasan Obat dan Makanan menjadi tajam dan

terarah, arah kebijakan dan strategi tersebut harus dijabarkan pada

perencanaan tahunan dengan penekanan sesuai isu nasional terkini

(penjabaran tahunan Nawacita) dan atau mengacu alternatif penekanan

sebagai berikut :

– Tahun 2016: Mendorong penguatan kelembagaan dan Pengembangan

program strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan serta

memaksimalkan fungsi pelayanan publik. (Dalam hal ini Penguatan

Page 67: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Laboratorium, Sistem IT dan Dukungan Sarana Prasarana menjadi pra

syarat yang harus dipenuhi)

– Tahun 2017: Penguatan regulasi di bidang pengawasan Obat dan Makanan

termasuk Pelaksanaan Regulatory Impact Analysis, Penguatan sistem data

pre dan post terintegrasi antara pusat dan daerah (sistem pemeriksaan

penyidikan dan pengujian), dan Penguatan Kapasitas dan Kapabilitas

Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan untuk memaksimalkan

Fungsi Penegakan Hukum.

– Tahun 2018: Penguatan dalam penegakan hukum di bidang pengawasan

Obat dan Makanan didukung dengan analisis dampak efektifitas

pengawasan secara ekonomi dan sosial untuk mendukung pencapaian

pembangunan nasional. (Dalam hal ini economic burden akibat pengawasan

Obat dan Makanan yang tidak efektif akan menjadi beban pemerintah

secara nasional).

– Tahun 2019: Percepatan pengawasan Obat dan Makanan serta evaluasi

program (Renstra 2015-2019) dalam rangka peningkatan kinerja

pengawasan Obat dan Makanan periode berikutnya.

3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BALAI BESAR POM DI JAYAPURA

Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, arah kebijakan dan

strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis Balai Besar POM

di Jayapura periode 2015-2019, adalah:

Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:

1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko

untuk melindungi masyarakat di Provinsi Papua.

Penguatan sistem pengawasan obat dan makanan berbasis

resiko dimulai dari perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek

teknis, ekonomi, sosial dan spasial yang dilakukan dengan pendekatan

Page 68: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

analisis resiko yaitu dengan memprioritaskan pengawasan kepada

hal-hal yang berdampak resiko lebih besar agar pengawasan yang

dilakukan lebih optimal. Perencanaan berbasis spasial juga menjadi

hal yang perlu diperhatikan karena secara logis resiko terhadap obat

dan makanan yang beredar di masyarakat berbeda pada setiap

wilayah.

Luasnya cacthment area yang masuk dalam wilayah pengawasan

Balai Besar POM di Jayapura sebagai perpanjangan tangan dari Badan

POM di daerah Provinsi Papua telah menjadi tantangan tersendiri.

Tentunya hal ini membutuhkan dukungan dari semua pihak yang ada

di wilayah kerja Balai Besar POM di Jayapura. Penguatan sistem

pengawasan obat dan makanan juga di dorong untuk meningkatkan

perlindungan kepada kelompok rentan meliputi balita, anak usia

sekolah, dan penduduk miskin.

Pada pengawasan obat, hal ini dilakukan antara lain

pengawasan

keamanan, khasiat dan mutu obat dari program Jaminan

Kesehatan

Nasional baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun oleh

pemerintah daerah seperti Jaminan Kesehatan Papua (Jamkespa) dan

Jaminan Persalinan (Jampersal) dimana proses pengadaan obat-

obat yang digunakan menggunakan anggaran dari otonomi khusus

(otsus) Provinsi Papua yang lebih dikenal sebagai obat-obatan

otsus. Pengawasan kualitas dan keamanan Obat otsus yang beredar di

Provinsi Papua tersebut membutuhkan perhatian khusus dari Balai

Besar POM di Jayapura. Untuk mendukung tugas pengawasan

tersebut, sangat diperlukan petugas-petugas yang kompeten di

bidangnya masing- masing. Peningkatan kemampuan kompetensi

petugas melalui pelatihan- pelatihan baik keluar maupun in house

training semakin ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan akan

petugas yang kompeten dalam melaksanakan tugas pengawasan mutu

Page 69: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

terhadap obat dan makanan yang beredar di Provinsi Papua

khususnya obat-obat otsus yang menjadi perhatian khusus oleh

Pemerintah Provinsi Papua.

Melihat pentingnya pengawasan terhadap obat-obat otsus di

Provinsi Papua yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah

Provinsi Papua, maka sangat diharapkan adanya peran aktif dari

stakeholder yang terkait dalam program pengawasan obat-obat

otsus tersebut. Sehingga dapat diharapkan bahwa obat-obat otsus

yang beredar di wilayah Provinsi Papua dapat terjamin kualitas serta

keamanannya.

Selain kompetensi petugas, pemenuhan sarana dan prasarana

yang memadai juga memegang peranan penting dalam pengawasan

obat dan makanan yang optimal. Terkait dengan tingginya

angka kejadian penyakit Tuberkulosis di Provinsi Papua, maka ke

depannya akan dibangun laboratorium pengujian vaksin di Balai

Besar POM di Jayapura disamping laboratorium pengujian produk lain

yang sudah lebih dulu dibangun sehingga diharapkan nantinya dapat

dilakukan pengawasan terhadap keamanan, khasiat dan mutu

vaksin terutama vaksin BCG

(Bacillus Calmette Guerin) yang beredar di wilayah kerja Balai Besar POM

di Jayapura secara optimal.

Selain pengawasan terhadap pangan dalam kemasan, Balai Besar

POM juga diharapkan dapat ikut aktif dalam pengawasan Produk

pangan lainnya yang banyak beredar di masyarakat di Provinsi Papua.

Dari segi geografis, banyak wilayah di Provinsi Papua yang dekat

dengan laut yang memberikan hasil laut sangat melimpah terutama

ikan. Namun dengan maraknya penggunaan bahan berbahaya di

dalam produk pangan terutama hasil laut seperti ikan untuk menjaga

kesegarannya. Dukungan yang dapat diberikan antara lain membantu

dalam hal pengujian laboratorium produk pangan tersebut baik

Page 70: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

secara cepat menggunakan test kit maupun dengan pengujian

lanjutan. Kerjasama tersebut dapat dituangkan dalam bentuk MoU

dengan Pemda Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Papua.

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka

mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan

keamanan dan daya saing produk Obat dan Makanan

Pendekatan dalam kebijakan ini meliputi antara lain penerapan Risk

Management Program secara mandiri dan terus menerus oleh

produsen Obat dan Makanan. Ketersediaan tenaga pengawas

merupakan tanggung jawab produsen, namun Balai Besar POM di

Jayapura perlu memfasilitasi pemenuhan kualitas sumber daya

pengawas tersebut melalui pembinaan dan bimbingan, pelatihan,

maupun media informasi, serta verifikasi kemandirian tersebut.

3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi

publik melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi

masyarakat dalam pengawasan Obat dan Makanan

Menyadari keterbatasan Balai Besar POM di Jayapura baik dari segi

kelembagaan maupun sumber daya yang tersedia (SDM

maupun pembiayaan) maka kerjasama kemitraan dan partisipasi

masyarakat adalah elemen kunci yang harus dipastikan oleh Balai

Besar POM di Jayapura dalam pelaksanaan tugas dan fungsi

pengawasan obat dan makanan. Di sisi lain, tanggung jawab

pengawasan obat dan makanan (walaupun mandat konstitusionalnya

ada di BPOM) ini mestinya tidak hanya melekat dan menjadi monopoli

Balai Besar POM di Jayapura, tapi pemerintah daerah dan masyarakat

juga dituntut untuk ikut andil dan terlibat aktif dalam pelaksanaan

pengawasan tersebut. Dalam hal ini Balai Besar POM di Jayapura

mestinya jeli dan proaktif dalam mendorong kerjasama dan

kemitraan dengan melibatkan berbagai kelompok baik dari unsur

pemerintah, pelaku usaha, akademisi/pihak universitas, media

dan organisasi masyarakat dalam upaya memastikan bahwa obat dan

Page 71: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

makanan yang beredar di masyarakat itu aman untuk dikonsumsi.

Selain itu, Balai Besar POM di Jayapura perlu untuk mendorong

pemerintah daerah terkait untuk mengalokasikan anggaran

dalam rangka mendukung program pengawasan obat dan makanan

yang beredar di Provinsi Papua.

Bentuk draft dan model kerjasama/kemitraan itu juga harus

dirancang dengan fleksibel, tapi tetap mengikat dan dipatuhi oleh

semua pihak yang terlibat dalam kerjasama serta berkelanjutan

dengan terpantau. Kebijakan ini juga dapat difokuskan pada

memaksimalkan komunikasi, informasi dan edukasi publik sebagai

upaya strategis dalam pengawasan obat dan makanan. Untuk

kedepannya, Balai Besar POM di Jayapura akan lebih memanfaatkan

jejaring sosial media yang ada di Provinsi Papua dalam rangka

perluasan penyebaran informasi dan edukasi kepada khalayak ramai.

4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan obat dan makanan

melalui penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis

yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai

organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.

Kebijakan ini mengarah pada pengelolaan sumber daya internal

yang ada di Balai Besar POM di Jayapura secara efektif dan efisien,

dengan fokus pada 8 (delapan) area perubahan pada reformasi

birokrasi untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih,

efektif, demokratis dan terpercaya. Pengelolaan persediaan, penataan

aset, penguatan kapasitas laboratorium, penguatan sistem informasi

teknologi untuk mendukung pelayanan publik, pengembangan SIPT

sebagai aplikasi Knowledge base dalam mendukung risk based control,

penguatan sistem perencanaan dan penganggaran, serta implementasi

keuangan berbasis akrual perlu menjadi penekanan/agenda prioritas

Dalam upaya meraih kembali WTP, selain memelihara komitment

dan integritas pimpinan, para pengelola keuangan dan pelaksana

kegiatan di Balai Besar POM di Jayapura, perlu juga dilakukan strategi

Page 72: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

dan upaya penguatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP),

penguatan perencanaan dan penganggaran, peningkatan kualitas

Laporan Keuangan (LK), peningkatan kualitas proses pengadaan

Barang dan Jasa, pembenahan penatausahaan BMN (aset tetap dan

persediaan), penguatan monitoring dan evaluasi, peningkatan

kualitas pengawasan dan reviu LK, serta percepatan penyelesaian

tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

Terkait perencanaan dan penganggaran sesuai tuntutan

suprasistem Balai Besar POM di Jayapura perlu mengubah data

elektronisasi menjadi data bentuk peta (spasial) dapat diakses secara

online dan real time yaitu berupa data-data kondisi (misalnya peta

penyebaran sarana produksi dan sarana distribusi obat dan

makanan), peta capaian hasil kinerja pengawasan (misalnya peta hasil

pengujian laboratorium, penyelesaian kasus dsb). Selain itu data-data

perlu diolah dan dilakukan analisis kesenjangan kinerja pengawasan

antar wilayah sehingga dapat menjadi input dalam pelaksanaan

program pengawasan obat dan makanan berbasis resiko

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup lingkungan

eksternal dan lingkungan internal dengan strategi:

Eksternal:

1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor yang ada di wilayah

Provinsi papua terkait pengawasan Obat dan Makanan ;

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi

informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di

bidang Obat dan Makanan yang ada di wilayah kerja Balai Besar

POM di Jayapura;

Internal:

1) Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis

risiko di wilayah kerja Balai Besar POM di Jayapura;

2) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga Balai Besar POM

Page 73: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

di Jayapura hingga kinerja individu/pegawai;

3) Mengelola anggaran secara lebih efisien efektif dan akuntabel serta

diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan

pegawai Balai Besar POM di Jayapura;

4) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di Balai Besar POM di

Jayapura secara lebih proporsional dan akuntabel;

5) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama

dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar

POM di Jayapura.

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan

kemitraan dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha

dan kelompok masyarak sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan

dari lingkungan strategis baik internal maupun eskternal seperti yang

diuraikan pada Bab I tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut

penyesuaian- penyesuaian dalam mekanisme internal organisasi dan

kelembagaan Badan POM sendiri. Untuk konteks kerjasama misalnya,

secara kelembagaan selama ini di Badan POM belum ada satu

Deputi/Biro/Bagian khusus yang

menangani terkait dengan kerjasama ini. Bahwa ada Biro Kerjasama Luar

Negeri, tetapi fokus tugas dan fungsi Biro ini tidak terkait dengan

model kerjasama yang akan dikembangkan oleh Badan POM ke depan.

Oleh sebab itu, perlu segera melakukan pembenahan di level

organisasi dan kelembagaan dengan membentuk satu

Deputi/Biro/Bagian khusus yang bertanggungjawab atas program

kerjasama dan kemitraan ini.

Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan

internal organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai Badan

POM sendiri. Poin penting yang harus diperhatikan di sini adalah soal

SDM pegawai, karena kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat

ditentukan dari kualitas SDM-nya. Sistem pengawasan, manajemen

Page 74: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

kinerja, pengelolaan anggaran yang efisien, efektif dan akuntabel,

peningkatan kualitas

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga

pengawasan Obat dan Makanan tersebut, Badan POM menetapkan

program- programnya sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaitu

program utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai

berikut:

a. Program Teknis

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama

Badan Pengawasan Obat dan Makanan di daerah dalam pemenuhan

mutu, keamanan dan manfaat Obat dan Makanan yang beredar

di daerah melalui serangkaian kegiatan pengawasan terhadap sarana

produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan

pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta

pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.

b. Program Generik

1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Teknis Balai Besar POM di Jayapura lainnya.

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai Besar

POM di Jayapura.

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-

kegiatan prioritas Balai Besar POM di Jayapura, sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan

Makanan

1) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar

melalui penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk

iklan dan penandaan.

2) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan

Page 75: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Makanan sarana pelayanan kesehatan serta sarana produksi dan

sarana distribusi Pangan dan Bahan Berbahaya;

3) Peningkatan pengawasan narkotika psikotropika prekursor dan zat

adiktif;

4) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya

laboratorium Obat dan Makanan;

5) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;

6) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan

pemangku kepentingan serta meningkatkan partisipasi masyarakat

b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):

1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan

Anggaran, Keuangan;

2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Balai Besar POM

di Jayapura 3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta

Peningkatan Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur Balai Besar

POM di Jayapura;

4) Peningkatan Kompetensi Aparatur Balai Besar POM di Jayapura;

5) Peningkatan Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan

Masyarakat.

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing

sasaran strategis Balai Besar POM di jayapura periode 2015-2019 dijabarkan

kepada sasaran program dan kegiatan berdasarkan logic model perencanaan.

Adapun logic model penjabaran terhadap sasaran program dan kegiatan di

lingkungan Balai Besar POM di jayapura adalah sebagai berikut :

Page 76: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

PROGRAM

SASARAN PROGRAM

KEGIATAN STRATEGIS

SASARAN KEGIATAN

INDIKATOR

PIC

PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

Pengawasan Obat dan Makanan di 33 Balai Besar/Balai POM

Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia

1. Jumlah sample yang diuji menggunakan

parameter kritis

2. Persentase cakupan pengawasan sarana

produksi Obat dan Makanan

3. Pemenuhan target sampling produk Obat di

sektor publik (IFK)

4. Persentase cakupan pengawasan sarana

distribusi Obat dan Makanan

5. Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan

6. Jumlah sarana dan prasarana yang terkait

pengawasan Obat dan Makanan

7. Jumlah dokumen perencanaan,

penganggaran, dan evaluasi yang

dilaporkan tepat waktu

8. Jumlah layanan informasi Balai Besar POM

di Jayapura

9. Desa/Kelurahan yang diintervensi program

Keamanan Pangan

Balai Besar/Balai POM

Gambar 1.10 Log Frame Balai Besar POM di Jayapura

Tabel 1.7 Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator Balai Besar POM di Jayapura

Page 77: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

3.3. KERANGKA REGULASI

Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan,

dibutuhkan adanya regulasi yang kuat guna mendukung sistem pengawasan.

Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang mempunyai

tugas teknis, tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja yang harus

dipenuhi, melainkan perlu adanya regulasi yang bersifat adminitratif dan

strategis. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan tugas pemerintahan

yang tidak dapat dilakukan sendiri, dan dalam praktiknya dibutuhkan

kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik pemerintah maupun swasta.

Untuk itu, regulasi perlu dirancang sedemikian mungkin agar sesuai dengan

tugas pengawasan Obat dan Makanan.

Selama ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan masih

dijumpai kendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku

kepentingan. Seperti di daerah, Balai Besar/Balai POM melaksanakan

pengawasan seringkali harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan

kabupaten/kota setempat. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi instansi

pemerintah harus memperhatikan peraturan perundang-undangan seperti

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu aspek penting yang dilihat

dari berbagai segi. Dari segi kesehatan, Obat dan Makanan secara tidak

langsung mempunyai pengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat,

bahkan tidak hanya derajat kesehatan, namun menyangkut kehidupan

seorang manusia. Obat dan Makanan tidak dapat dipandang sebelah mata

dan dianggap inferior dibanding faktor-faktor lain yang menentukan derajat

kesehatan. Selain di bidang kesehatan, dari sisi ekonomi, Obat dan Makanan

merupakan potensi yang sangat besar bagi pelaku usaha (produsen dan

distributor), sektor industri Obat dan Makanan dapat menyediakan lapangan

pekerjaan yang cukup besar berkontribusi pada pengurangan jumlah

pengangguran.

Page 78: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Visi Balai Besar POM di Jayapura yang bertujuan untuk meningkatkan

daya saing bangsa mempunyai beberapa maksud, diantaranya: pertama, daya

saing bangsa dalam hal ini adalah dengan Obat dan Makanan yang terjamin

keamanan, manfaat, dan mutunya maka secara tidak langsung akan

membentuk seorang manusia yang sehat dan berkualitas. Dengan makanan

yang bergizi maka seseorang akan tumbuh dengan baik jasmani dan

rohaninya/kecerdasannya. Obat yang aman dan bermutu akan dapat

menurunkan tingkat risiko kematian akibat penyakit yang tidak berkhasiat,

dan pasien dapat tertolong dengan obat yang bermutu.

Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan

di daerah secara optimal, maka Balai Besar POM di Jayapura sebagai UPT dari

Badan POM di Provinsi Papua perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan

perundang-undangan yang kuat dalam lingkup pengawasan Obat dan

Makanan.

Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan

oleh Balai Besar POM di Jayapura dalam rangka memperkuat sistem

pengawasan antara lain:

1. Peraturan Perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan

Makanan. Peraturan ini dapat berupa Peraturan baru atau revisi

Peraturan Kepala BPOM atau Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan

yang perlu disusun untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Obat

dan Makanan. Peraturan Kepala BPOM yang bersifat teknis maupun

non-teknis dapat diidentifikasi oleh unit kerja baik di pusat maupun

balai sebagai pelaksana dari kegiatan. Beberapa contoh peraturan ini

adalah Rancangan Peraturan Kepala BPOM tentang obat kuasi;

Rancangan Peraturan Kepala BPOM tentang Mekanisme Monitoring

Efek Samping Suplemen Kesehatan; Pemutakhiran Peraturan Kepala

Page 79: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

BPOM tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Suplemen

Kesehatan

Page 80: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

2. Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU

No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam

penyelenggaraan urusan pemerintah konkuren. Diharapkan

terbentuknya NSPK ini akan dapat menciptakan sinergi antara

Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 pasal

16 dalam hal: (1) Pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dan (2)

Sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan

pengawasan Obat dan Makanan. Untuk mendukung upaya ini perlu

penguatan koordinasi dengan melibatkan kementerian terkait (contoh.

Kemendagri) dalam penyusunan regulasi dan pelaksanaan kegiatan di

daerah, monitoring efektivitas implementasi NSPK. Untuk itu,

diperlukan peraturan bersama dengan Kemendagri sebagai pembina

daerah dalam hal pelaksanaan NSPK didaerah. Diharapkan NSPK ini

juga termasuk pola tindak lanjut hasil pengawasan Obat dan Makanan

antara Badan POM dengan daerah terkait. Hal ini bertujuan agar

pengawasan Obat dan Makanan dapat berjalan lebih lancar, hasil

pengawasan dapat ditindaklanjuti oleh pemangku kepentingan terkait.

3. Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP. Diharapkan dengan

adanya standar kompetensi tersebut Balai Besar POM di Jayapura dapat

meningkatkan pengawalan mutu Obat dan Makanan terhadap isu

terkini (AEC, Post MDGs, SJSN Kesehatan, dll.).

4. Minutes of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat

dan Makanan di wilayah Free Trade Zone (FTZ), daerah perbatasan,

terpencil dan gugus pulau. Hal ini diperlukan karena belum optimalnya

quality surveilance/monitoring mutu untuk daerah perbatasan, daerah

terpencil dan gugus pulau.

5. Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan

Makanan dan Early Warning System (EWS) yang informatif, antara lain:

Peraturan baru terkait KLB dan Farmakovigilans dan Mekanisme

pelaksanaan Sistem Outbreak response dan EWS. Upaya ini dapat

Page 81: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

membantu memperbaiki Sistem Outbreak response dan EWS yang

belum optimal dan informatif sehingga didapatkan response yang cepat

dan efektif pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan dengan

bahan obat dan makanan (contoh: Obat terkontaminasi etilen glikol).

6. Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi Obat

dan Makanan. Adanya Juknis/pedoman tersebut diharapkan dapat

memperbaiki Sistem penyebaran informasi Obat dan Makanan yang

belum terintegrasi, termasuk dengan pemanfaatan hasil MESO,

Monitoring Efek Samping Obat Tradisional (MESOT), dan Monitoring

Efek Samping Kosmetik (MESKOS).

7. Perlu adanya Peraturan dengan instansi terkait yang mengatur

regulatory insentive melalui bimbingan teknis, fast track registrasi

(crash program), misalnya semua laboratorium dalam lima tahun ke

depan telah pra-kualifikasi oleh lembaga internasional.

8. Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah

serta Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk

meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah.

Dalam hal ini Balai Besar POM di Jayapura sebagai UPT dari Badan POM

di wilayah Provinsi Papua perlu meningkatkan advokasi tentang

peranan pemerintah daerah dalam pengawasan Obat dan Makanan.

3.4. KERANGKA KELEMBAGAAN

Untuk memperkuat peran dan fungsi Badan Pengawas Obat dan

Makanan dalam melaksanakan mandat Renstra 2015-2019, maka dilakukan

beberapa inisiatif penataan kelembagaan, baik penataan dalam lingkup

intraorganisasi Badan POM (organisasi induk) maupun penataan yang

bersifat interorganisasi dalam bentuk koordinasi lintas instansi/lembaga

maupun hubungan relasional dengan para pemangku kepentingan utama.

Beberapa aspek kelembagaan yang harus diintegrasikan dan

dikoordinasikan agar lebih efisien dan efektif adalah:

Page 82: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Penataan kelembagaan bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) dilakukan dengan

berpegang pada Peraturan Menteri PAN No. PER/18/M.PAN/ll/2008,

Tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan

Lembaga Pemerintah Non Kementerian, dengan langkah penataan sebagai

berikut :

a. Penguatan Balai Besar POM di Jayapura sebagai responsibility center

dalam pelaksanaan fungsi Badan POM di Provinsi Papua untuk

pelaksanaan mandat pada tingkat taktikal dan operasional, sekaligus

sebagai “ujung tombak” dalam penyelenggaraan layanan teknis dan

administratif yang telah didelegasikan dari Badan POM;

b. Upaya peningkatan kinerja kelembagaan Balai Besar POM di Jayapura

melalui penataan ulang kriteria dan klasifikasi Balai Besar POM di

Jayapura berdasarkan unsur pokok dan unsur penunjang;

Secara garis besar kerangka kelembagaan Badan Pengawas Obat dan

Makanan dituangkan pada Gambar 11. Dalam kerangka kelembagaan

tersebut tampak bahwa dalam pelaksanaan mandatnya Balai Besar POM di

Jayapura menyelenggarakan fungsi provide, manage, dan apply.

Gambar 1.11 Kerangka kelembagaan pelaksanaan mandat Badan POM

64

Page 83: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Fungsi provide, merupakan menyediakan keluaran untuk dimanfaatkan

langsung oleh mitra atau pengguna akhir. Untuk fungsi manage, merupakan

fungsi pengelolaan sumberdaya organsiasi agar dapat dicapai hasil yang

optimal dalam mendukung kegiatan operasional Badan POM. Sedangkan

apply adalah bentuk outreach dalam penciptaan nilai tambah dan manfaat

bagi masyarakat.

1. Penguatan lembaga-lembaga pemerintah di daerah di bidang

pengawasan Obat dan Makanan;

2. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki

tugas sama dalam rangka mewujudkan pencapaian prioritas

pembangunan kesehatan;

3. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki

tugas sama dalam rangka penyidikan hukum yang tergabung dalam

aparat gabungan penegak hukum. Hal ini sangat diperlukan karena

peredaran Obat dan Makanan ilegal merupakan aspek pidana yang

masuk dalam sistem peradilan pidana.

4. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan

oleh Balai Besar POM di Jayapura untuk memastikan bisnis proses dan

tata laksana baik dalam hal tata kelola pembuatan keputusan,

implementasi keputusan, tata kelola evaluasi, serta manajemen kinerja

dilaksanakan secara efektif, efisien, dan transparan.

5. Penyempurnaan tata laksana dengan membuat prosedur-mekanisme

penanganan konflik antar unit organisasi.

6. Pemantapan pengelolaan SDM ASN, mulai dari perencanaan kebutuhan

berdasarkan analisa jabatan dan analisa beban kerja, peningkatan

kompetensi dan profesionalisme ASN melalui pelatihan-pelatihan baik

itu pelatihan secara terpusat maupun in house training. Selain itu

peningkatan kompetensi ASN dapat diperoleh melalui peningkatan

pendidikan petugas, penilaian kinerja individu ASN, hingga penysunan

kebutuhan anggaran untuk biaya rutin ASN.

Page 84: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA

PENDANAAN

4.1. Target Kinerja

Sebagaimana sasaran strategis Balai Besar POM di Jayapura sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka target sesuai dengan indikator

masing-masing sasaran strategis adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan target

Sasaran Strategis

Indikator Target Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019

Menguatnya

Sistem

Pengawasan Obat

dan Makanan

Persentase obat yang

memenuhi syarat

meningkat

97.28 97.70 98.14 98.57 99.00

Persentase Obat

Tradisional yang

memenuhi syarat

meningkat

83.00 83.50 84.00 84.50 85.00

Persentase Kosmetik

yang memenuhi syarat

meningkat

95.00 95.50 96.00 96.50 97.00

Persentase Suplemen

Kesehatan yang

memenuhi syarat

meningkat

99.00 99.10 99.20 99.30 99.50

Persentase Makanan

yang memenuhi syarat

meningkat

91.50 91.90 92.60 92.90 93.10

Meningkatnya

kemandirian

pelaku usaha,

kemitraan dengan

pemangku

kepentingan, dan

partisipasi

masyarakat

Tingkat kepuasan

masyarakat

75 80 85 90 95

Jumlah kabupaten/ kota

yang memberikan

komitmen untuk

pelaksanaan

Pengawasan Obat dan

Makanan dengan

memberikan alokasi

anggaran pelaksanaan

regulasi obat dan

makanan

8 11 14 17 20

Meningkatnya

kualitas kapasitas

kelembagaan

BPOM

Nilai SAKIP Balai Besar

POM di Jayapura dari

BPOM

B BB A A A

Page 85: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Untuk mencapai Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan

Obat dan Makanan dilaksanakan Program Pengawasan Obat dan Makanan

melalui Kegiatan-Kegiatan:

1. Penanganan Perkara di Bidang Penyidikan Obat dan Makanan

2. Pengawasan Sarana Distribusi Obat dan Makanan

3. Pengujian sampel menggunakan parameter uji kritis

4. Intensifikasi pengawasan pangan Fortifikasi Nasional

5. Penanganan Investigasi awal dan penyidikan di Bidang Obat dan

Makanan

Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya Kemandirian Pelaku

Usaha, Kemitraan dengan pemangku Kepentingan, dan partisipasi

masyarakat dilaksanakan Program Pengawasan Obat dan Makanan melalui

Kegiatan-Kegiatan:

1. Pengawasan sarana produksi obat dan makanan

2. Intervensi program keamanan pangan pada Desa/Kelurahan

3. Pelayanan Informasi Obat dan Makanan, Informasi Keracunan dan

Teknologi Informasi

Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas kapasitas

kelembagaan Balai Besar POM di Jayapura dilaksanakan:

(i) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Balai Besar POM di Jayapura serta melalui Kegiatan Pengawasan dan

Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Balai Besar POM di Jayapura

(ii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai Besar POM di

Jayapura, melalui Kegiatan-Kegiatan:

1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Balai Besar POM di

Jayapura

2. Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan

Prasarana Penunjang Aparatur Balai Besar POM di Jayapura

Page 86: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

4.2. KERANGKA PENDANAAN

Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah

ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan

dan sasaran strategis Balai Besar POM di Jayapura periode 2015-2019 adalah

sebagai berikut :

Tabel 9. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan

Sasaran

Strategis

Indikator

Alokasi (Rp Milyar) PIC

2015 2016 2017 2018 2019

Menguatnya

Sistem

Pengawasan

Obat dan

Makanan

Persentase obat

yang memenuhi

syarat meningkat

5,720 5,828 5,975 6,117 6,402 Balai Besar

POM di

Jayapura

Persentase Obat

Tradisional yang

memenuhi syarat

meningkat

Persentase

Kosmetik yang

memenuhi syarat

meningkat

Persentase

Suplemen

Kesehatan yang

memenuhi syarat

meningkat Persentase

Makanan yang

memenuhi syarat

meningkat

Meningkatnya

kemandirian

pelaku usaha,

kemitraan

dengan

pemangku

kepentingan,

dan partisipasi

masyarakat

Tingkat Kepuasan

Masyarakat

1,792 1,900 2,100 2,200 2,400 Balai Besar

POM di

Jayapura Jumlah kabupaten/

kota yang

memberikan

komitmen untuk

pelaksanaan

Pengawasan Obat

dan Makanan

dengan

memberikan

alokasi anggaran

pelaksanaan

regulasi obat dan

makanan

Page 87: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Meningkatnya

kualitas

kapasitas

kelembagaan

BPOM

Nilai SAKIP Balai

Besar POM di

Jayapura dari

BPOM

11,784 12,300 12,850 13,400 13,950 Balai Besar

POM di

Jayapura

Dalam kerangka pendanaan di buku II RPJMN terkait dengan kesehatan

dan gizi masyarakat, pemerintah dimandatkan untuk meningkatkan

pendanaan dan peningkatan efektivitas pendanaan pembangunan kesehatan

dan gizi masyarakat antara lain melalui peningkatan dukungan dana publik

(pemerintah), termasuk peningkatan peran dan tanggungjawab pemerintah

daerah dan juga peningkatan peran dan dukungan masyarakat dan dunia

usaha/swasta melalui public private partnership (PPP) dan corporate social

responsibility (CSR).

Model PPP dan CSR ini tentu saja merupakan peluang yang bisa

dimanfaatkan oleh Badan POM dalam mendukung program-program Badan

POM. Apalagi banyak perusahaan, khususnya pelaku usaha di bidang Obat

dan Makanan yang berkepentingan secara langsung dengan Badan POM.

Namun demikian, juga terdapat tantangan dimana akan muncul semacam

conflict of interest antara Badan POM sebagai regulator sekaligus eksekutor

terhadap perusahaan-perusahaan yang berkepentingan dengan Badan POM

tersebut.

Tetapi potensi konflik kepentingan ini bisa dihindari dengan membuat

aturan main dan program yang jelas, serta bisa dievaluasi oleh publik.

Bahkan, kalau perlu dibentuk semacam badan independen yang mengawasi

pelaksanaan kerjasama PPP dan CSR ini. Di sisi lain, Badan POM juga sebisa

mungkin menghindari supporting langsung dari perusahaan (khususnya

dana), agar potensi konflik kepentingan ini bisa dihindari sedari awal. Dalam

hal ini, Badan POM bisa mendorong dan mengarahkan agar program-

program mitra-mitra utama Badan POM bisa didukung oleh perusahaan-

perusahaan tersebut, tentunya dalam kerangka mendukung tugas dan fungsi

Page 88: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Balai Besar POM di Jayapura sebagai UPT Badan POM dalam pengawasan

Obat dan Makanan.

Matriks kinerja dan pendanaan Balai Besar POM di Jayapura per

kegiatan sebagaimana pada Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan

Kementerian/Lembaga

Page 89: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

BAB V

PENUTUP

Renstra Balai Besar POM di Jayapura Tahun 2015-2019 adalah panduan

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM di Jayapura untuk 5 (lima)

tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019 sangat

ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber

pendanaannya, serta komitmen pimpinan dan staf Balai Besar POM di Jayapura.

Selain itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019,

setiap tahun akan dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat dilakukan

perubahan/revisi muatan Renstra Balai Besar POM di Jayapura, termasuk

indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang

berlaku dan tanpa mengubah tujuan Balai Besar POM di Jayapura yaitu

meningkatkan kinerja lembaga dan pegawai dengan mengacu kepada RPJMN 2015-

2019.

Renstra Balai Besar POM di Jayapura Tahun 2015-2019 harus dijadikan

acuan kerja di lingkungan di Balai Besar POM di Jayapura sesuai dengan

tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Diharapkan semua unit kerja

dapat melaksanakannya dengan akuntabel serta senantiasa berorientasi

pada peningkatan kinerja lembaga, unit kerja dan kinerja pegawai.

Pelaksanaan Renstra diharapkan berkontribusi pada pencapaian

RPJMN dan Visi Misi Presiden. Hal ini dimungkinkan karena program dan

kegiatan dalam Renstra Balai Besar POM di Jayapura 2015-2019 ini telah

dilengkapi dengan target outcome dan output yang akan dipantau dan

dievaluasi secara berkala setiap tahun, pada pertengahan periode Rencana

Strategis/RPJMN sebagai midterm review, maupun pada akhir RPJMN sebagai

impact assessment.

Evaluasi Renstra yang dilaksanakan setiap tahun didasarkan pada

Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Pengendalian dan Evaluasi

Page 90: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Nasional yang dikoordinasikan oleh

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan nasional (BAPPENAS). Selain sebagai bahan evaluasi seperti

tersebut di atas,Renstra juga menjadi pedoman untuk penyusunan Laporan

Kinerja sesuai dengan Peraturan Presiden tentang Sistem Akuntansi Kinerja

Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dikoordinasikan oleh Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra Balai Besar POM di

Jayapura Tahun 2015-2019 dapat memberikan kontribusi terhadap visi, misi

dan program kerja Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-2019,

yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat Mandiri dan Berkepribadian

Berlandaskan Gotong Royong”.

Page 91: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

SS 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

5.720 5.828 5.975 6.117 6.402

1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Papua 99.00 97.28 97.70 98.14 98.57 99.00

1.2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat Provinsi Papua 82.14 83.00 83.50 84.00 84.50 85.00

1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat Provinsi Papua 95.67 95.00 95.50 96.00 96.50 97.00

1.4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat Provinsi Papua 99.44 99.00 99.10 99.20 99.30 99.50

1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat Provinsi Papua 93.11 91.50 91.90 92.60 92.90 93.10

SS 2

Meningkatnya kemandirian Pelaku Usaha, Kemitraan Dengan Pemangku Kepentingan, dan Partisipasi Masyarakat

1.792 1.900 2.100 2.200 2.400

2.1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Papua NA 75.00 80.00 85.00 90.00 95.00

2.2

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Provinsi Papua NA 8 11 14 17 20

SS 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM

11.784 12.300 12.850 13.400 13.950

3.1 Nilai SAKIP BBPOM dari Badan POM Provinsi Papua B B BB A A A

SP 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

5.720 5.828 5.975 6.117 6.402

1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Papua 99.00 97.28 97.70 98.14 98.57 99.00

1.2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat Provinsi Papua 82.14 83.00 83.50 84.00 84.50 85.00

1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat Provinsi Papua 95.67 95.00 95.50 96.00 96.50 97.00

1.4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat Provinsi Papua 99.44 99.00 99.10 99.20 99.30 99.50

1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat Provinsi Papua 93.11 91.50 91.90 92.60 92.90 93.10

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Jayapura

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di Jayapura

Program/ Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator Lokasi Baseline

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit Organisasi Pelaksana

K/L-N-B-NS-BS

Page 92: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Program/ Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator Lokasi Baseline

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit Organisasi Pelaksana

K/L-N-B-NS-BS

SP 2

Meningkatnya kemandirian Pelaku Usaha, Kemitraan Dengan Pemangku Kepentingan, dan Partisipasi Masyarakat

1.792 1.900 2.100 2.200 2.400

2.1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Papua NA 75.00 80.00 85.00 90.00 95.00

2.2

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Provinsi Papua NA 8 11 14 17 20

SP 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM

11.784 12.300 12.850 13.400 13.950

3.1 Nilai SAKIP BBPOM dari Badan POM Provinsi Papua B B BB A A A

19 20 21 22 23

1 Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis Provinsi Papua 3000 2500 2500 2500 2500 2500 2.938 2.953 2.967 2.982 3.085

2 Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK) Provinsi Papua 100 100 100 100 100 100 0.100 0.120 0.150 0.200 0.250

3Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan Provinsi Papua 34 34 36 38 40 42 0.061 0.070 0.093 0.100 0.122

4 Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan Provinsi Papua 50 51 51 53 53 55 1.856 1.870 1.900 1.920 1.980

5 Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan Provinsi Papua 8 8 9 10 11 11 0.765 0.815 0.865 0.915 0.965

6 Jumlah layanan publik BB/BPOM Provinsi Papua 167 167 178 184 190 197 1.250 1.300 1.400 1.450 1.5507 Jumlah Komunitas yang diberdayakan Provinsi Papua 13 19 24 29 34 39 0.542 0.600 0.700 0.750 0.850

8 Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar Provinsi Papua 70 70 70 75 75 80 10.300 10.800 11.300 11.800 12.300

9Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

Provinsi Papua 8 10 9 10 9 10 1.484 1.500 1.550 1.600 1.650

Catatan: Matriks ini akan menjadi lampiran 1 Renstra BB/BPOM2 Target per indikator Sasaran Strategis/Sasaran Program/Kegiatan diisi setiap tahun3 Alokasi Anggaran pada baris Satker BB/BPOM merupakan penjumlahan alokasi anggaran SS1 + SS2 +SS3 4 Alokasi anggaran pada baris Sasaran Strategis (SS) merupakan penjumlahan dari Sasaran Program yang mendukungnya

a. Alokasi anggaran Sasaran Strategis 1 sama dengan alokasi anggaran pada Sasaran Program 1b. Alokasi anggaran Sasaran Strategis 2 sama dengan alokasi anggaran pada Sasaran Program 2c. Alokasi anggaran Sasaran Strategis 3 sama dengan alokasi anggaran pada Sasaran Program 2

5 Alokasi anggaran pada baris Program merupakan akumulasi anggaran kegiatan yang mendukunga. Alokasi anggaran Sasaran Program 1 merupakan akumulasi anggaran pada indikator kegiatan 1, 2, 3, 4, dan 5b. Alokasi anggaran Sasaran Program 2 merupakan akumulasi anggaran pada indikator kegiatan 6 dan 7c. Alokasi anggaran Sasaran Program 3 merupakan akumulasi anggaran pada indikator 8 dan 9

6 Alokasi anggaran diisi untuk setiap tahun pada masing-masing indikator kegiatan7 Alokasi anggaran pada masing-masing indikator sasaran strategis/sasaran program tidak perlu diisi8 Kolom baseline diisi dengan realisasi tahun 2014. Untuk indikator baru yang belum ada data sebelumnya dapat diisi dengan NA (Not Available)9 Penetapan target agar memperhatikan Definisi Operasional pada Lampiran 3, baseline, dan Target Nasional (tidak harus sama)

Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM Jayapura

Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia

Page 93: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi

Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian

Penanggung Jawab Unit Terkait

1. Direktorat Standardisasi Obat 2. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen makanan

3. Biro Hukum dan Humas1. Direktorat Standardisasi Obat 2. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen makanan

3. Biro Hukum dan Humas4. Direktorat Standardisasi Produk Pangan

1. Bidang Pengujian Teranokoko 1. PPOMN2. Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Bernahaya3. Bidang Pengujian Mikrobiologi4. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

1. Biro Hukum dan Humas

2. Bidang Sertifikasi dan LIK

3. Direktorat Pengawasan Distribusi Obat4. Biro Hukum dan Humas

1. Bidang Sertifikasi dan LIK 1. PIOM2. Sub Bagian Tata Usaha 2. Biro Hukum dan Humas

1. Bidang Pengujian Teranokoko 1. Direktorat Standardisasi Obat 2. Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Bernahaya

2. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen makanan

3. Bidang Pengujian Mikrobiologi 3. Biro Hukum dan Humas4. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

4. PPOMN

7

1. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

1. Direktorat Surveilan Penyuluhan Keamanan Pangan

2. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen makanan

Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan dan Early Warning System (EWS) yang informatif

Sistem Outbreak response dan EWS yang belum optimal dan informatif sehingga didapatkan response yang cepat dan efektif pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan dengan bahan obat dan makanan (contoh: Obat terkontaminasi etilen glikol)

5

3. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

Sistem penyebaran informasi Obat dan Makanan yang belum terintegrasi

Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi Obat dan Makanan

6

3. Biro Umum

Meningkatkan Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan

Terciptanya sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 pasal 16 dalam hal: (1) Pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dan (2) Sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pengawasan Obat dan Makanan

Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintah konkuren

Peraturan dengan instansi terkait yang mengatur regulatory insentive

Lampiran 2. Matriks Kerangka Regulasi Balai Besar POM di Jayapura

1. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

Peraturan Perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan

2. Bidang Sertifikasi dan LIK2. Direktorat insert dan pengawasan kedeputian 1,2,3

2. Biro Hukum dan Humas

1

2

3

4

1. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

Untuk Pengawalan Mutu Obat dan Makanan Oleh Balai Besar POM di Jayapura terhadap isu terkini

Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP

1. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

Minutes of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan di wilayah Free Trade Zone (FTZ), daerah perbatasan, terpencil dan gugus pulau

Belum optimalnya quality surveilance/ Monitoring mutu untuk daerah perbatasan, daerah terpencil dan gugus pulau

Page 94: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

1. Badan POM RI8 Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah

Pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat berhasil tanpa adanya kerjasama dan komitmen dari daerah dalam mendukung BBPOM di Jayapura

1. Balai Besar POM di jayapura2. Stakeholder di wilayah kerja BBPOM di Jayapura

Page 95: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

KEMENTERIAN/LEMBAGA : BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) Up Date 05 MAR 2015

1 Persentase obat yang

memenuhi syarat

a. obat yang mendapatkan NIE dari Badan POM.

b. Yang dimaksud dengan obat adalah obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib

apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika (tidak termasuk OT)

c. obat Memenuhi Syarat (MS) ditetapkan melalui uji laboratorium.

d. Kategori obat yang disampling sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.

e. Jumlah produk obat TMS dihitung berdasarkan satuan bets

SBD 2012

terkoreksi

dengan survei

produk beredar

Untuk

pengumpulan

data baseline:

- Survey Lanjutan

Baseline Data

(SBD)

- Survei produk

beredar

Untuk pengumpulan data

capaian:

- Laporan Hasil Uji (LHU)

Balai

- Survei produk beredar

tahun berjalan apabila

dilakukan

- Sampel yang tidak diuji

dengan parameter uji kritis

tidak dihitung sebagai data

- Untuk parameter yang

tidak mampu diuji harus

diuji rujuk

- sampel lain-lain harus

berdasarkan kajian risiko

Obat: 20% sampel. Dari 20%

tersebut maks. 2% untuk

sampel obat lain-lain

Setiap triwulan dan

akhir tahun

anggaran

Untuk survei

produk beredar

dilakukan setiap 2

tahun

Selain itu sebagai

verifikasi juga

dilakukan survei

lanjutan SBD tahun

2017

Ya. Indikator

Sasaran Program

pada Matriks

Renstra BPOM.

Untuk

pengumpulan

data tiap tahun

dilakukan oleh

Kedeputian I

dan 33

BB/BPOM

Untuk survei

produk beredar

dilakukan oleh

Kedeputian I

Untuk survei

lanjutan SBD

dilakukan oleh

PROM

2 Persentase obat

tradisional yang

memenuhi syarat

a. Obat Tradisional yang mendapatkan NIE dari Badan POM.

b. Obat Tradisional (OT) yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian

laboratorium.

c. Kategori Obat Tradisional yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan

Makanan.

Laporan Kinerja

Dit. Insert OT Kos

PK 2014

Untuk pengumpulan data

capaian:

- Laporan Hasil Uji (LHU)

Balai

- Sampel yang tidak diuji

dengan parameter uji kritis

tidak dihitung sebagai data

- Untuk parameter yang

tidak mampu diuji harus

diuji rujuk

Setiap triwulan dan

akhir tahun

anggaran.

Selain itu sebagai

verifikasi juga

dilakukan survei

lanjutan SBDtahun

2017

Ya. Indikator

Sasaran Program

pada Matriks

Renstra BPOM.

Kedeputian II

dan 33

BB/BPOM

Untuk survei

lanjutan SBD

dilakukan oleh

PROM

3 Persentase Kosmetik

yang memenuhi

syarat

a. Kosmetik yang mendapatkan notifikasi dari BPOM

b. Kosmetik yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian laboratorium.

c. Kategori kosmetik yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.

Laporan Kinerja

Dit. Insert OT Kos

PK 2014

Untuk pengumpulan data

capaian:

- Laporan Hasil Uji (LHU)

Balai

- Sampel yang tidak diuji

dengan parameter uji kritis

tidak dihitung sebagai data

- Untuk parameter yang

tidak mampu diuji harus

diuji rujuk

Setiap triwulan dan

akhir tahun

anggaran.

Selain itu sebagai

verifikasi juga

dilakukan survei

lanjutan SBD tahun

2017

Ya. Indikator

Sasaran Program

pada Matriks

Renstra BPOM.

Kedeputian II

dan 33

BB/BPOM

4 Persentase Suplemen

kesehatan yang

memenuhi syarat

a. Suplemen Kesehatan (SK) yang mendapatkan NIE dari BPOM.

b.Suplemen Kesehatan (SK) yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian

laboratorium.

c. Kategori suplemen kesehatan yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan

Makanan.

Laporan Kinerja

Dit. Insert OT Kos

PK 2014

Untuk pengumpulan data

capaian:

- Laporan Hasil Uji (LHU)

Balai

- Sampel yang tidak diuji

dengan parameter uji kritis

tidak dihitung sebagai data

- Untuk parameter yang

tidak mampu diuji harus

diuji rujuk

Setiap triwulan dan

akhir tahun

anggaran

Selain itu sebagai

verifikasi juga

dilakukan survei

lanjutan SBD tahun

2017

Ya. Indikator

Sasaran Program

pada Matriks

Renstra BPOM.

Kedeputian II

dan 33

BB/BPOM

Untuk survei

lanjutan SBD

dilakukan oleh

PROM

METODE PERHITUNGAN

TERCANTUM

PADA RENSTRA

KL (YA/TIDAK)

PENANGGUNG

JAWAB

PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

LAMPIRAN

MATRIK KAMUS INDIKATOR RENSTRA BPOM 2015-2019

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISISUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME PENGUMPULAN

DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN

DATA

(REALISASI)

𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝒐𝒃𝒂𝒕 𝑴𝑺 =

𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌 𝒐𝒃𝒂𝒕 𝑴𝑺 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒐𝒃𝒂𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈

𝒅𝒊𝒖𝒋𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔

𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏

𝐗𝟏𝟎𝟎%

𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑶𝑻 𝑴𝑺 =

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑶𝑻 𝒚𝒂𝒏𝒈𝒎𝒆𝒎𝒆𝒏𝒖𝒉𝒊 𝒔𝒚𝒂𝒓𝒂𝒕

𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑶𝑻 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒖𝒋𝒊

𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 (𝒏)

𝐗𝟏𝟎𝟎%

𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑲𝒐𝒔 𝑴𝑺 =

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒐𝒔𝒎𝒆𝒕𝒊𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈𝒎𝒆𝒎𝒆𝒏𝒖𝒉𝒊 𝒔𝒚𝒂𝒓𝒂𝒕

𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑲𝒐𝒔 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒖𝒋𝒊

𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 (𝒏)

𝐗𝟏𝟎𝟎%

𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑺𝑲 𝑴𝑺 =

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝑲 𝒚𝒂𝒏𝒈𝒎𝒆𝒎𝒆𝒏𝒖𝒉𝒊 𝒔𝒚𝒂𝒓𝒂𝒕

𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑺𝑲 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒖𝒋𝒊

𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 (𝒏)

𝐗𝟏𝟎𝟎%

II.L.063.1

Page 96: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

METODE PERHITUNGAN

TERCANTUM

PADA RENSTRA

KL (YA/TIDAK)

PENANGGUNG

JAWABINDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME PENGUMPULAN

DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN

DATA

(REALISASI)

5 Persentase makanan

yang memenuhi

syarat

a. Makanan adalah pangan olahan yang mendapatkan NIE dari Badan POM.

b. Makanan MS ditetapkan melalui uji laboratorium.

c. Kategori pangan yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.

Laporan Kinerja

Dit. Insert

Pangan 2014

Untuk pengumpulan data

capaian:

- Laporan Hasil Uji (LHU)

Balai

- Sampel yang tidak diuji

dengan parameter uji kritis

tidak dihitung sebagai data

- Untuk parameter yang

tidak mampu diuji harus

diuji rujuk

Setiap triwulan dan

akhir tahun

anggaran.

Selain itu sebagai

verifikasi juga

dilakukan survei

lanjutan SBD tahun

2017

Ya. Indikator

Sasaran Program

pada Matriks

Renstra BPOM.

Kedeputian III

dan 33

BB/BPOM

6 Tingkat Kepuasan

Masyarakat

a.Tingkat Kepuasan Masyarakat adalah tolok ukur untuk menilai kualitas pelayanan

yang diperoleh dari hasil survei Kepuasan Masyarakat.

b. Tata cara pelaksanaan survei mengacu pada pedoman yang disiapkan Inspektorat

BPOM mengacu pada pedoman terkini (Saat ini PermenPAN No. 16 tahun 2014)

c. Target dinyatakan dalam angka

Laporan Survei

Kepuasan

Masyarakat 2014

Survei lapangan satu kali setahun Hasil Survei lapangan Ya. Indikator

Sasaran Program

dan Sasaran

Kegiatan pada

Matriks

Rancangan

Renstra Balai

Balai

7 Jumlah Provinsi dan

Kabupaten/Kota yang

memberikan

komitmen untuk

pelaksanaan

pengawasan Obat dan

Makanan dengan

memberikan alokasi

anggaran

pelaksanaan regulasi

Obat dan Makanan

Provinsi adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia yang dipimpin oleh

Gubernur

Kabupaten/ Kota adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah provinsi

yang dipimpin oleh Bupati/ Kota.

Komitmen untuk pelaksanaan adalah perjanjian (keterikatan) Kota/ Kabupaten untuk

melakukan pelaksanaan pengawasan obat, kosmetik, obat tradisional, pangan dan

bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan, baik yang dilakukan secara

mandiri dan atau terpadu melalui pengawasan/ pemeriksaan, advokasi/ penyuluhan,

pembentukan tim terpadu, pertemuan dan kegiatan lainnya yang dapat memperkuat

pengawasan.

Alokasi anggaran adalah alokasi anggaran daeran baik yang berupa Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota dan lain-lain sumber

pendapatan yang sah dan tidak mengikat, yang dikelola oleh Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) terkait.

N/A Pengisian matriks

pemantauan pengalokasian

anggaran Pemda untuk

Pengawasan Obat dan

Makanan

Setiap tahun Dihitung dari hasil rekapitulasi matriks pemantauan

pengalokasian anggaran Pemda untuk Pengawasan Obat dan

Makanan

Ya. Indikator

Sasaran Program

dan Sasaran

Kegiatan pada

Matriks Renstra

BPOM.

Balai

8 Nilai SAKIP BPOM Nilai SAKIP diukur berdasarkan hasil penilaian SAKIP yang dilakukan oleh APIP Badan

POM

Laporan Hasil

Evaluasi APIP

Badan POM

Laporan Kinerja Balai Setiap tahun Nilai Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Balai yang dilakukan oleh

APIP Badan POM

Ya. Indikator

Sasaran Kegiatan

pada Matriks

Renstra Balai.

Balai

1 Jumlah sampel yang

diuji menggunakan

parameter kritis

a. Parameter kritis adalah parameter uji yang bersifat sebagai penentu terhadap jaminan

keamanan, manfaat, dan mutu produk yang diuji

b. Parameter kritis ditetapkan dalam pedoman sampling Obat dan Makanan (juga menjelaskan

"penentu" terhadap jaminan keamanan, manfaat, dan mutu produk yang diuji)

Laporan Hasil Uji

(LHU) Balai

Laporan Hasil Uji (LHU) Balai Setiap triwulan dan

akhir tahun.

Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis Ya. Indikator

Sasaran Kegiatan

pada Matriks

Renstra BPOM.

BB/BPOM

2 Pemenuhan target

sampling produk Obat

di sektor publik

(Instalasi Farmasi

Kabupaten)

a.Diukur berdasarkan jumlah sampel yang diambil pada IFK (termasuk gudang obat KB)

dibandingkan dengan target sampel yang harus disampling di IFK (termasuk gudang obat KB)

di masing-masing balai.

b. Target sampel yang harus disampling di sarana sektor publik untuk masing-masing balai

ditetapkan dalam Pedoman Sampling.

Laporan Hasil Uji

(LHU) Balai

Laporan Hasil Uji (LHU) Balai

Rencana sampling produk Obat

di IFK (termasuk gudang obat

KB) di masing-masing balai

disampaikan ke Dit.

Pengawasan Produksi PT PKRT

Setiap triwulan dan

akhir tahun. Pemenuhan target

sampling produk

Obat di sektor

publik (IFK)

Ya. Indikator

Sasaran Kegiatan

pada Matriks

Renstra BPOM.

BB/BPOM

Pengawasan Obat dan Makanan di 33 Balai Besar/Balai POM

𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑴𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 𝑴𝑺 =

𝑴𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑴𝑺𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍𝒎𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒖𝒋𝒊

𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏

𝐗𝟏𝟎𝟎%

=

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑰𝑭𝑲 𝒅𝒂𝒏

𝒈𝒖𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒍𝒐𝒌𝒐𝒏 𝑲𝑩𝑻𝒂𝒓𝒈𝒆𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈

𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒅𝒊𝒔𝒂𝒎𝒑𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒅𝒊 𝑰𝑭𝑲 𝒅𝒂𝒏 𝒈𝒖𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒍𝒐𝒌𝒐𝒏 𝑲𝑩 𝒅𝒊 𝒎𝒂𝒔𝒊𝒏𝒈−𝒎𝒂𝒔𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒍𝒂𝒊

X 100%

II.L.063.2

Page 97: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

METODE PERHITUNGAN

TERCANTUM

PADA RENSTRA

KL (YA/TIDAK)

PENANGGUNG

JAWABINDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME PENGUMPULAN

DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN

DATA

(REALISASI)

3 Persentase cakupan

pengawasan sarana

produksi Obat dan

Makanan

a. Sarana produksi Obat dan Makanan adalah jumlah sarana industri Farmasi, Industri Rokok,

Industri Obat Tradisional (IOT), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat

Tradisional (UMOT), Industri Kosmetika, Industri Pangan olahan MD, dan Industri Rumah

Tangga Pangan.

b. Sarana produksi yang diperiksa setiap tahun ditetapkan berdasarkan kriteria Pedoman

Pengawasan Sarana Produksi Obat dan Makanan.

c. Cakupan pengawasan sarana produksi pertahun dihitung dari jumlah sarana produksi yang

diperiksa dibandingkan dengan jumlah sarana produksi yang ada di wilayah tersebut

d. Untuk penetapan target sarana produksi pangan MD dan IRTP yang diperiksa mengikuti

ketentuan:

- untuk balai yang memiliki sarana produksi MD <51, target sarana produksi pangan MD

diperiksa sebesar 100%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana produksi IRTP

- untuk balai yang memiliki sarana produksi MD 51-100, target sarana produksi pangan MD

diperiksa sebesar 90%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana produksi IRTP

- untuk balai yang memiliki sarana produksi MD 101-150, target sarana produksi pangan MD

diperiksa sebesar 80%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana produksi IRTP

- untuk balai yang memiliki sarana produksi MD >150, target sarana produksi pangan MD

diperiksa sebesar 70%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana produksi IRTP

Laporan SIPT a. Database jumlah sarana

Industri Farmasi dari Ditwas

Produksi PT dan PKRT.

b. Database jumlah Industri

Obat Tradisional (IOT), Usaha

Kecil Obat Tradisional (UKOT),

Usaha Mikro Obat Tradisional

(UMOT), Industri

Kosmetika,dari Dit Penilaian

OT, SM, dan Kos.

c. Database jumlah sarana

produksi Rokok dari Dit. Was

NAPZA

d. Database jumlah Industri

pangan Olahan dari Dit. Insert

Pangan.

e. Database IRTP tiap balai

diperoleh dari Badan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(BPTSP) atau Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

f. Pengumpulan data kinerja

diperoleh dari Laporan berkala

Balai melalui SIPT.

triwulanan dan

setiap akhir tahun Persentase cakupan

pengawasan sarana

produksi Obat

dan Makanan

Ya. Indikator

Sasaran Kegiatan

pada Matriks

Renstra BPOM.

BB/BPOM

4 Persentase cakupan

pengawasan sarana

distribusi Obat dan

Makanan

a. Sarana Distribusi Obat dan Makanan terdiri atas:

Jumlah sarana distribusi Obat (PBF dan Instalasi Farmasi Pemerintah) dan sarana Pelayanan

Kesehatan (Apotek, Toko Obat Berizin, Klinik, Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Puskesmas),

klinik kecantikan, spa, salon, pengobat tradisional, toko jamu, depot jamu, stokis MLM, Toko

Modern (Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket), Toko Grosir, Toko

Tradisional (Toko P & D dan Kios), Importir (termasuk importir terdaftar bahan berbahaya),

distributor dan pengecer yang memiliki SIUP-B2, baik perusahaan induk maupun perusahaan

cabang.

b. Sarana yang diperiksa setiap tahun ditetapkan berdasarkan kriteria Pedoman Pengawasan

Sarana Distribusi Obat dan Makanan serta Pedoman Pengawasan Produk dan Bahan

Berbahaya.

c. Jumlah Sarana distribusi yang diperiksa adalah sarana distribusi yang diperiksa dalam

rangka pemeriksaan rutin.

Laporan SIPT a. Pengumpulan database

sarana distribusi tiap balai

diperoleh dari Badan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(BPTSP) atau Dinas Terkait.

b. Pengumpulan data kinerja

diperoleh dari Laporan berkala

Balai melalui SIPT.

triwulanan dan

setiap akhir tahun Persentase cakupan

pengawasan sarana

distribusi Obat

dan Makanan

Ya. Indikator

Sasaran Kegiatan

pada Matriks

Renstra BPOM.

BB/BPOM

=

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒊𝒌𝒔𝒂

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊

𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒊 𝒘𝒊𝒍𝒂𝒚𝒂𝒉𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕

X 100%

=

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒅𝒊𝒔𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒔𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒊𝒌𝒔𝒂

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒅𝒊𝒔𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒔𝒊 𝑶𝒃𝒂𝒕 𝒅𝒂𝒏 𝑴𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏

X 100%

II.L.063.3

Page 98: pom.go.idpom.go.id/ppid/2015/rbalai/jayapura.pdf · dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) yang berada di Provinsi Papua. Badan POM merupakan sebuah Lembaga Pemerintahan

METODE PERHITUNGAN

TERCANTUM

PADA RENSTRA

KL (YA/TIDAK)

PENANGGUNG

JAWABINDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME PENGUMPULAN

DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN

DATA

(REALISASI)

5 Jumlah perkara di

bidang obat dan

makanan

a. Perkara adalah kasus yang ditindaklanjuti secara pro justitia berdasarkan hasil gelar kasus.

b. Jumlah perkara yang dihitung adalah perkara yang telah diterbitkan SPDP-nya kepada

Kejaksaan melalui Korwas PPNS

LAPTAH Balai dan

PUSDIK 2014

Jumlah Surat Pemberitahuan

Dimulainya Penyidikan (SPDP)

yang telah diterbitkan

setiap tahun Diukur berdasarkan jumlah perkara yang ditangani dan telah

diterbitkan SPDP

Ya. Indikator

Sasaran Kegiatan

pada Matriks

Renstra BPOM.

BB/BPOM

6 Persentase pemenuhan

sarana prasarana sesuai

standar

a. Standar yang dimaksud adalah standar sarana prasarana kerja dan standar alat laboratorium

(sesuai GLP)

b. Pemenuhan sarana dan prasarana kerja dihitung dari sarana dan prasarana kerja yang

dimiliki sesuai laporan BMN dalam keadaan baik dan rusak ringan dibandingkan dengan

standar yang ditetapkan.

c. Standar Sarana dan Prasarana kerja meliputi standar Luas bangunan, Meubelair, dan Alat

Pengolah Data (APD)

d. Untuk meubelair dihitung dari inventarisasi pemenuhan kursi dan meja

e. Pemenuhan standar alat laboratorium dihitung dari jumlah dan jenis alat laboratorium

utama sesuai Keputusan Kepala BPOM No.04.1.71.07.14.4437 Tahun 2014 tentang Standar

Minimal Peralatan Laboratorium Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM yang telah

ditetapkan untuk masing-masing balai.

Laporan BMN

Akhir Tahun dan

LAPTAH PPOMN

a. Untuk pemenuhan sarana

prasarana kerja dari Laporan

BMN per SATKER dari hasil

Rekonsiliasi dengan KPKNL

b. Untuk pemenuhan alat

laboratorium dari Laporan

BB/BPOM

Setiap tahun

a. Persentase pemenuhan

sarana prasarana

kerja (X1)

b. Persentase pemenuhan

alat laboratorium (X2)

c. Persentase pemenuhan

sarana prasarana balai

Ya. Indikator

Sasaran Kegiatan

pada Matriks

Renstra BPOM.

BB/BPOM

7 Jumlah layanan publik

BB/BPOM

a. Layanan publik terdiri dari Layanan informasi, Layanan Sertifikasi, dan layanan pengujian

pihak ketiga

b. Layanan Informasi diukur berdasarkan jenis dan frekuensi layanan informasi dan

tindaklanjut pengaduan yang dilakukan oleh Balai Besar/Balai POM baik penyuluhan langsung

atau melalui media cetak/elektronik.

c. Jenis layanan Informasi antara lain:

Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, Iklan layanan masyarakat, layanan informasi,

tindaklanjut pengaduan, BB/BPOM sebagai Narasumber,

d. Untuk Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, Iklan layanan masyarakat, layanan

informasi targetnya frekuensi

Untuk tindaklanjut pengaduan targetnya jumlah pengaduan yang ditindaklanjuti

e. Layanan Sertifikasi dihitung dari rekomendasi/surat hasil audit yang dikeluarkan atas

permintaan pelaku usaha industri pangan MD; audit sertifikasi dalam rangka rekomendasi

halal, pemenuhan pendirian PBF, IKOT, UMOT, Kosmetik; SKI/SKE yang diterbitkan

N/A a. Untuk Layanan Informasi

dan pengaduan dari Laporan

Rekapitulasi Hasil Pelaksaan

Kegiatan (RHPK) balai

b. Untuk layanan sertifikasi

dari Laporan Rekapitulasi Hasil

Pelaksaan Kegiatan (RHPK)

balai

Triwulan dan setiap

akhir tahun

Jumlah layanan publik BB/BPOM Ya. Indikator

Sasaran Kegiatan

pada Matriks

Renstra BPOM.

BB/BPOM

8 Jumlah Komunitas yang

diberdayakan

a. Komunitas adalah gabungan dari kelompok orang di desa/sekolah dasar/kelurahan/pasar

yang diberdayakan Program Pengawasan Obat dan Makanan.

b. Satu desa/sekolah dasar/kelurahan/pasar dihitung sebagai satu komunitas

c. Jenis pemberdayaan diatur dalam Pedoman/Juknis terkait.

Ctt: Untuk komunitas pasar:

- Target komunitas pasar (Kumulatif) : 2016 (108); 2017 (139) ; 2018 (170); 2019 (201)

- Baseline 2013 (62); 2014 (77); 2015 (77)

- Target komunitas desa kumulatif

- Untuk komunitas

pasar dari Laporan

kinerja Dit. Was

Produk dan BB

2014 dan Lap. Kin

Dit. SPKP Tahun

2014

- Untuk komunitas pasar dari

laporan pelaksanaan program

Pasar Aman dari Bahan

Berbahaya setiap balai dan

Laporan kinerja Dit. Was

Produk dan BB

- Untuk komunitas desa aman

dari Laporan Kinerja Balai dan

Dit. SPKP

- Untuk Komunitas lainnya dari

Laporan Kinerja Balai

Triwulan dan setiap

akhir tahun

Dihitung dari jumlah kumulatif komunitas yang diberdayakan.

Target komunitas kumulatif dari tahun sebelumya.

Ya. Indikator

Sasaran Kegiatan

pada Matriks

Renstra BPOM.

BB/BPOM

9 Jumlah dokumen

perencanaan,

penganggaran, dan

evaluasi yang

dilaporkan tepat waktu

Dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dihasilkan dan harus dilaporkan

Balai, meliputi dokumen berikut:

- Renstra/review renstra,*)

- Perjanjian Kinerja tahun berjalan (n),

- RKAKL/DIPA tahun n+1

- Laporan Kinerja tahun n-1,

- Laporan triwulanan I

- Laporan triwulanan II

- Laporan triwulanan III

- Laptah tahun n-1,

- Laporan keuangan tahun n-1,

- Laporan Keuangan Semester 1 tahun n,

Ket: *) hanya menjadi target pada tahun 2015, 2017, dan 2019

Renstra: 2015

Review Renstra: 2017 dan 2019

Laporan Kinerja

Balai 2014

Laporan Kinerja triwulanan dan

setiap akhir tahun

diukur berdasarkan jumlah dokumen yang dihasilkan dan dilaporkan

Balai

Ya. Indikator

Sasaran Kegiatan

pada Matriks

Renstra BPOM.

BB/BPOM

=

𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒓𝒂𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊

𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 X 100%

=

𝑨𝒍𝒂𝒕 𝒍𝒂𝒃𝒐𝒓𝒂𝒕𝒐𝒓𝒊𝒖𝒎𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊

𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 X 100%

=𝑿𝟏+𝑿𝟐

𝟐

II.L.063.4