kasus 2
TRANSCRIPT
Laporan Legal Ethic in Nursing
Diskusi Kasus II
Kelompok 5
KELAS REGULER
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2011
Anggota Kelompok 5:
Ratih Dwi Lestari (105070201111018)
Yeni Erlina (105070201111019)
Diyah Qoyyimah (105070201111020)
Dwi Astika Sari (105070201111021)
Intan Dewi Perwitasari (105070203111001)
Febriani Veronica (105070203111002)
Anggi Yuwita (105070203111003)
Nur Ida Fatmawati (105070204111001)
Henidar Sekarningtyas Putri (105070204111002)
Herlinda Dwi Ningrum (105070204111004)
Auliasari Siskaningrum (105070204111005)
Ronal Armed Dian (105070207111001)
Kasus 2
Tn.N 42 tahun, seorang penganut agama yang taat. Tn.N mengalami kecelakaan lalu lintas dan dokter mendiagnosa fraktur tulang pelvis yang menyebabkan kehilangan darah yang sangat banyak dalam waktu singkat. Satu jam setelah kecelakaan, Tn.N tidak sadarkan diri, namun sebelum keadaan memburuk, Tn.N berpesan pada keluarganya bahwa ia tidak mau dilakukan transfusi darah, karena melanggar ketentuan agama yang di anutnya. Keluarga Tn.n pun menyampaikan pesan Tn.N pada tim kesehatan yang merawat Tn.N.
Langkah 1
1. Identifikasi data
A. Identitas Umum
Nama : Tn.N
Usia : 42 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Diagnosa Medis : fraktur tulang pelvis
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
• Kehilangan darah yang sangat banyak.
• Keadaan umum, tidak sadarkan diri.
• Diagnosa dokter, pasien mengalami fraktur tulang pelvis.
C. Spiritual
Pasien seorang penganut agama yang taat.
Pasien & keluarga meyakini bahwa transfusi darah melanggar ketentuan agama yang di anutnya,sehingga menolak di lakukan tindakan transfusi darah.
2. Analisis Data
Kasus ini tidak bermasalah secara legal, hal ini didukung berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Perlindungan Pasien;
Pasal 56: (1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah
menerima dan memahami informasi mengenai tindakan secara lengkap.
(2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku pada ;
a. Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke dalam masyarakat yang lebih luas
b. Keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri
c. Gangguan mental berat
Terjadinya pertentangan prinsip etik tentang autonomy vs beneficience. Prinsip autonomy diatur dalam UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan PasalPasal 5: (3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Prinsip beneficience diatur dalam Permenkes No.290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran Pasal 3 dan 4 tentang penyelamatan jiwa pasien dalam keadaan gawat darurat dan informed consent. UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 32: (1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
(2) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/ atau meminta uang muka.
3. Interpretasi Data
Penganut agama yang taat
Berkeyakinan kalau tindakan transfusi darah melanggar aturan agama
Menolak tindakan transfusi darah
Kebutuhan spiritual terpenuhi
Kecelakaan
Fraktur tulang pelvis
Pembuluh darah besar pecah
Pendarahan masiv (banyak)
Keadaan gawat darurat & mengancam jiwa
Butuh trnsfusi darah segera
Hak otonomi pasien terpenuhi
Nyawa pasien tertolong
Prinsip beneficience & non mal eficience
Langkah 2: Rumusan Masalah
1. Tindakan medis apa yang paling tepat dilakukan oleh perawat untuk menyelesaikan masalah dilemma etik ini?
Langkah 3: Alternatif penyelesaian
1. Tetap melakukan transfusi darahTim kesehatan tetap melakukan transfuse darah dengan alternative darah yang
didapatkan adalah dari keluarga pasien yang sebelumnya perawat memberikan edukasi kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien saat ini, konsekwensi, tujuan dari tindakan medis yang akan diberikan kepada pasien dan meyakinkan pasien atau keluarga tentang boleh tidaknya transfuse darah itu dilakukan. Serta memberikan wewenang kepada keluarga pasien untuk memberikan pernyataan setuju ataupun tidak setuju dengan tindakan medis yang akan dilakukan kepada pasien.
2. Tidak melakukan transfusi darahDengan memberikan cairan colloid, crystalloid dan normal saline yang berfungsi
menggantikan plasma darah untuk mentransfer sel darah merah sehingga tetap bisa menyalurkan oksigen ke sel-sel darah. Perawat memberikan edukasi tentang konsekwensi jika transfuse darah ini tidak dilakukan, namun keluarga juga diminta untuk menandatangani surat Informed Refusal ( surat penolakan ). Serta tindakan ini dimaksudkan untuk menghormati hak pasien dimana pasien berhak menentukan perawatan kesehatan terhadap dirinya sendiri.
Langkah 4: Kelebihan dan kelemahan Alternatif penyelesaian masalah
1. Tetap melakukan tranfusi darah
Kelebihan;
Perawat terhindar ancaman hukum Melakukan penanganan pada pasien
sebelum pasien mengalami keadaan yang semakin memburuk.
Membangun hubungan baik antara tim kesehatan dengan keluarga pasien.
Menyelamatkan nyawa pasien dari keadaan yang darurat.
Sesuai dengan prinsip beneficience dan non malefisience
Kelemahan:
Memungkinkan timbulnya konfilk antara kjlien dengan keluarga saat klien dalam keadaan sadar.
Tidak sesuai dengan prinsip autonomy Memungkinkan hilangnya
kepercayaan pasien pada keluarga maupun tim kesehatan
Pasien merasa kecewa terhadap tindakan yang diambil karena dianggap telah melanggar ketentuan agama yang dianutnya.
Tidak menghargai hak pasien dalam mengambil keputusan medis.
2. Tidak melakukan tranfusi darah
Kelebihan:
Terpenuhinya prinsip Autonomy klien
Tidak timbul konflik antara klien dengan keluarga maupun tim kesehatan karena sesuai dengan keinginan klien.
Terpenuhinya kewajiban tim kesehatan dimana mereka telah menghargai hak pasien.
Hak spiritual pasien terpenuhi
Kelemahan:
Nyawa pasien terancam, kemungkinan terburuk adalah nyawa pasien tidak dapat terselamatkan
Alternativ pemberian cairan colloid, crystalloid dan normalsaline tidak begitu efektif dalam menggantikan banyak darah yang hilang sehingga dapat memun gkinkan komplikasi penyakit yang lain yang dapat memperburuk kondisi umum pasien.
Kecemasan pada keluarga pasien akan keselamatan pasien
Langkah 5: Keputusan
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan dari masing-masing alternatif . Keputusan terbaik untuk melakukan tindakan medis terhadap kondisi pasien yaitu tetap melakukan tranfusi darah. Yang didapatkan dari keluarga pasien. Selain itu juga, perawat memberikan edukasi kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien saat ini, konsekuensi, tujuan dari tindakan medis yang akan diberikan kepada pasien dan meyakinkan pasien atau keluarga tentang boleh tidaknya transfuse darah itu dilakukan. Serta memberikan wewenang kepada keluarga pasien untuk memberikan pernyataan setuju ataupun tidak setuju dengan tindakan medis yang akan dilakukan kepada pasien.