jwaban uas hukum laut

16
Kompilasi Jawaban Soal-soal Latihan Hukum Laut I Made Andi Arsana, Ph.D 1. Sebut dan jelaskan tiga peran disiplin geodesi dan Geomatika dalam Hukum Laut Internasional Menentukan titik surut terendah melalui pengamatan pasang surut, sebagai titik awal penarikan garis pangkal kepulauan (5 UNCLOS 1982) Mencantumkan garis pangkal dalam peta dengan skala-skala yang memadai untuk penetapan garis posisinya atau menyajikan garis pangkal dalam sistem koordinat geografis dan datum geodetik sesuai pasal (16 UNCLOS 1982) Menjadi penentu aspek teknis penegasan batas maritim di lapangan, membawa apa yang ada di peta ke kondisi lapangan sesungguhnya (UNCLOS 1982 Lampiran VIII Arbitrase Khusus) 2. Jelaskan dengan bantuan skema/gambar zona maritim yang bisa diklaim oleh sebuah negara pantai menurut Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982)! (sebutkan pasal yang terkait, deskripsi masing-masing zona dan ketentuan teknis yang ada) Gambar 1 berikut menggambarkan zona maritim suatu negara yang dikurkur dari garis pangkal. Zona maritim yang berbeda itu merliputi: perairan pedalaman, laut teritorial, ZEE, laut bebas, landas kontinen (dasar laut) dan Kawasan (the Area). Gambar 1 Kawasan maritim yang bisa diklaim negara pantai menurut UNCLOS

Upload: rosita-andari-eka-putri

Post on 03-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

hukum laut

TRANSCRIPT

Page 1: Jwaban UAS hukum laut

Kompilasi Jawaban Soal-soal Latihan Hukum Laut

I Made Andi Arsana, Ph.D

1. Sebut dan jelaskan tiga peran disiplin geodesi dan Geomatika dalam Hukum Laut

Internasional

Menentukan titik surut terendah melalui pengamatan pasang surut, sebagai titik awal

penarikan garis pangkal kepulauan (5 UNCLOS 1982)

Mencantumkan garis pangkal dalam peta dengan skala-skala yang memadai untuk

penetapan garis posisinya atau menyajikan garis pangkal dalam sistem koordinat

geografis dan datum geodetik sesuai pasal (16 UNCLOS 1982)

Menjadi penentu aspek teknis penegasan batas maritim di lapangan, membawa apa

yang ada di peta ke kondisi lapangan sesungguhnya (UNCLOS 1982 Lampiran VIII

Arbitrase Khusus)

2. Jelaskan dengan bantuan skema/gambar zona maritim yang bisa diklaim oleh sebuah negara

pantai menurut Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982)! (sebutkan pasal yang

terkait, deskripsi masing-masing zona dan ketentuan teknis yang ada)

Gambar 1 berikut menggambarkan zona maritim suatu negara yang dikurkur dari garis pangkal.

Zona maritim yang berbeda itu merliputi: perairan pedalaman, laut teritorial, ZEE, laut bebas,

landas kontinen (dasar laut) dan Kawasan (the Area).

Gambar 1 Kawasan maritim yang bisa diklaim negara pantai menurut UNCLOS

Page 2: Jwaban UAS hukum laut

Laut Teritorial : Pasal 3 UNCLOS 1982 menyebutkan bahwa setiap negara pantai berhak

menetapkan lebar laut teritorialnya hingga suatu batas yang tidak melebihi 12 mil laut diukur

dari garis pangkal yang ditentukan sesuai dengan konvensi ini.

Zona Tambahan : Dalam Pasal 33 UNCLOS 1982 disebutkan bahwa negara pantai dapat

melaksanakan pengawasan pada wilayah laut di luar laut teritorialnya sejauh maksimum 24 mil

laut dari garis pangkal.

ZEE : Bab V pasal 55, 56 dan 57 UNCLOS 1982 . ZEE adalah suatu daerah di luar dan

berdampingan dengan laut teritorial, yang tunduk pada rejim hukum khusus yang ditetapkan

dalam UNCLOS 1982, berdasarkan mana hak-hak dan yurisdiksi negara pantai dan hak-hak

serta kebebasan-kebebasan negara lain di atur. Di dalam ZEE, negara pantai memiliki hak

eksklusif untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam, kebebasan navigasi, hak

penerbangan udara, dan melakukan penanaman kabel serta jalur pipa

Landas Kontinen : Pasal 76 UNCLOS 1982 menyebutkan tentang batas landas kontinen, yaitu

meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak

di luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratannya hingga pinggiran

tepi kontinen atau hingga suatu jarak 200 mil laut dari garis pangkal darimana lebar laut

teritorial diukur, dalam hal pinggiran luar tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut.

3. Landas kontinen adalah zona maritim yang penentuannya berbeda dengan zona lainnya.

Jelaskan secara singkat bagaimana batas terluar landas kontinen ditetapkan, terutama yang di

luar 200 mil laut dari garis pangkal.

Pengertian Landas Kontinen : "Landas kontinen suatu Negara pantai meliputi dasar laut dan

tanah di bawahnya yang melampaui laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah wilayah

daratannya hingga pinggiran luar dari benua margin, atau untuk jarak 200 mil laut dari garis

pangkal dari mana luasnya laut teritorial diukur di mana tepi luar dari tepian benua tidak

memperpanjang hingga jarak itu ".

Penentuan batas di luar 200 mil adalah :

1) Mengetahui Foot of Slope (FOS) atau kaki lereng kontinen

2) Menarik garis sejauh 60 mil laut dari FOS

3) Membuat garis 'Gardiner Line, yaitu lokasi garis di mana ketebalan bahan sedimen sama

dengan 1% dari jarak kembali ke FOS

4) Membuat Herberg Line yang merupakan gabungan dari 60 mil FOS dan Gardiner Line

(yang diambil garis terjauh/terluar dari mereka)

5) Menarik garis sejauh 350 mil laut dari garis teritorial

6) Membuat constraint lines yaitu 2500 meter isobath diproyeksikan ke arah laut dengan

100 mil laut

Page 3: Jwaban UAS hukum laut

7) Menarik garis terluar batas terluar akhir, biasanya kombinasi formula dan constraint

lines, dan didekati dengan suksesi segmen garis lurus (Geodesics) tidak melebihi 60 mil laut

panjangnya

4. Jelaskan dengan bantuan skema/gambar penentuan garis penutup teluk menurut Konvensi

PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982)! (sebutkan pasal yang terkait dan ketentuan

teknisnya)

Penentuan garis penutup teluk menurut konvensi PBB adalah

1. tentukan low line water

2. dibuat garis diantara teluknya

3. jarak tersebut dijadikan diameter

4. dibuat setengah lingkaran

5. lautnya bisa ditutup kalau teluknya lebih dari setengah lingkaran itu, kalau enggak gabisa

ditutup

Syarat garis diameternya : Jika panjang penutupan tidak melebihi 24 mil laut, maka garis atau

garis dapat digunakan untuk menutup teluk. Jika panjang penutupan melebihi 24 mil laut, maka

akan diperlukan untuk mengembangkan baru dan garis penutupan pendek dalam teluk.

Biasanya, lokasi ini tidak sulit untuk menentukan, karena sebuah pemeriksaan grafik harus

mengidentifikasi posisi perkiraan.

Ditutup lautnya dalam artian dijadikan daerah kedaulatan suatu negara, bukan hak berdaulat

saja. Indonesia belum banyak melakukan hal ini..

5. Apa perbedaan antara kedaulatan dengan hak berdaulat dan bagaimana kaitannya dengan

zona maritim yang diklaim oleh sebuah negara pantai? Sertakan contoh untuk mendukung

penjelasan Anda!

Kedaulatan adalah kewenangan penuh atas wilayah (territory) yang dalam hal ini meliputi

semua wilayah daratan, perairan kepulauan dan laut territorial. Laut teritorial adalah kawasan

laut dengan lebar hingga 12 mil laut (22 km) dari garis pangkal. Di luar laut teritorial, sebuah

negara pantai tidak memiliki kedaulatan penuh (sovereignty) tetapi hak berdaulat (sovereign

rights). Kedaulatan dan hak berdaulat adalah dua hal yang berbeda dan itu jelas definisinya

Page 4: Jwaban UAS hukum laut

dalam konteks hukum internasional. Pada kedaulatan, berlaku kekuasaan penuh atas wilayah

(territory) dan di sana berlaku hukum nasional. Sementara itu, pada hak berdaulat, tidak

berlaku kekuasan penuh tetapi hak untuk mengelola dan memanfaatkan. Kawasan tempat

berlakunya hak berdaulat ini dikenal dengan yurisdiksi, bukan wilayah atau territory. Dalam hal

ini, di ZEE, misalnya, Indonesia tidak punya kedaulatan penuh tetapi berhak untuk mengelola

kekayaan alamnya dan negara lain tidak berhak memanfaatkan kekayaan alam itu tanpa izin

dari Indonesia

6. Apakah yang dimaksud dengan yurisprudensi dan apa perannya dalam memutuskan kasus-

kasus hukum laut yang terjadi dewasa ini?

- Yurisprudensi adalah putusan2 yg dikeluarkan halim dalam menghukum sebuah

perkara

- Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang sering diikuti dan dijadikan

sebagai dasar keputusan oleh hakim mengenai masalah yang sama ( menurut kansil

1993 : 20 )

- Peranannya dalam memutuskan kasus2 hukum laut

1. sebagai alat penyelesaiian sengketa antar negara yang terkait tentang masalah

perbatasan laut, persengketaan yang ada dapat diselesaikan dengan ketetapan

hukum yang telah diatur dalam hukum internasional terkait akan masalah

perbatasan antar negara.

2. Sebagai sarana untuk menuntut sebuah keadilan dalam penyelesaian kasus-kasus

terkait perbatasan laut.

3. Sebagai penentuan alokasi wewenang secara terperinci siapa yang boleh

melakukan pelaksanaan hukum, siapa yang harus menaatinya, siapa yang memilih

sangsi yang tepat dan adil

7. Jelaskan kasus Landas Kontinen Laut Utara (North Sea Continental Shelf) tahun 1969! (negara

yang terlibat, deskripsi kasus, lembaga peradilan, hasil keputusannya, dampak/implikasinya

bagi perkembangan hukum laut dunia).

Jerman vs Denmark dan Belanda [1969] ICJ 1 (juga dikenal sebagai The kasus North Sea

Continental Shelf) adalah serangkaian sengketa yang datang ke Mahkamah Internasional pada

tahun 1969. Mereka terlibat perjanjian antara Denmark, Jerman, dan Belanda mengenai yang

"batas" daerah kaya minyak dan gas dari landas kontinen di Laut Utara.

Laut Utara pantai Jerman cekung, sedangkan Belanda dan pantai Denmark adalah cembung. Jika

batas telah ditentukan oleh aturan equidistance ("menggambar garis setiap titik yang sama jauh

dari setiap pantai"), Jerman akan menerima sebagian kecil dari kekayaan sumber daya landas

relatif terhadap dua negara lainnya. Dengan demikian Jerman berpendapat bahwa panjang garis

pantai digunakan untuk menentukan batas tersebut. Jerman ingin ICJ untuk membagi Landas

Page 5: Jwaban UAS hukum laut

Kontinen dengan proporsi ukuran daratan negara dan bukan oleh aturan berjarak sama.

(sumber : Wikipedia)Dalam kasus tersebut terjadipersengketaan batas landaskontinen di Laut

Utara. Pada tanggal 31 Maret 1966 Belanda dan Denmarkmenandatanganipersetujuan tentang

garis batas landas kontinen di Laut Utara. Jerman ternyatamenentang keraspersetujuan

tersebut karena dianggap sangat merugikan Jerman serta menghalang-halangiJerman untuk

memperoleh akses atas landas kontinen ke arah garis batas landas kontinenInggrisdi Laut

Utara. Fakta lain yang dapat dikemukakan adalah bahwa Belanda dan

Denmarksudahmeratifikasi Konvensi Landas Kontinen 1958, sedangkan Jerman tidak atau

belummeratifikasinya.Dari keputusan Mahkamah Internasional atas kasus tersebut dapat

ditarikbeberapa prinsip-prinsip danperaturan-peraturan hukum internasional yang dapat

diterapkandalam menentukan garis batas di arealandas kontinen antara lain : bahwa Negara

atau pihakyang tidak menyatakan maksudnya untuk terikatdengan cara-cara atau tindakan-

tindakan yang sesuai dengan kaidah hukum perjanjian internasional(international law of

treaties) sepertiratifikasi dan aksesi, tidak terikat pada perjanjian internasional ataukonvensi

tersebut, principalof equidistant bukan merupakan hukum kebiasaan internasional.

8. Jelaskan kasus Grisbadarna dan dampaknya pada delimitasi batas maritim internasional!

lengkapnya lupa tapi intinya ,Grisbadarna Case, antara Norwegia dan Swedia pada tahun 1909.

Permasalahannya mengenai terusan batas maritim antara 2 negara yang ternyata dalam

perundingan yang kesekian batas maritim tersebut memotong Grisbadarna Banks menjadi

berada di Norwegia dan Swedia, lalu karena Grisbadarna Banks merupakan milik Swedia dan

telah dikelola juga diambil keputusan untuk menggunakan median line principle, perpendicular

line principle, dan circumstances of fact untuk mencapai pertmbangan yang adil.

Page 6: Jwaban UAS hukum laut

9. Jelaskan dengan skema dan deskripsi peran pulau kecil dalam delimitasi batas maritim antara

dua negara yang berseberangan!

A picture means more than thousands word :3

Page 7: Jwaban UAS hukum laut

10. Apa yang dimaksud dengan Indonesia menjadi poros maritim dunia?

Poros berarti pusat yaitu menjadi perhatian karena menghasilkan sesuatu yang dapat memberi

manfaat bagi negara lain. Poros maritim dunia meliputi 2 hal :

a. Indonesia memanfaatkan laut untuk kemakmuran rakyat

b. Indonesia akan menjadi pusat bagi isu maritim dunia

11. Apa yang Anda ketahui dengan tol laut?

tol laut adalah jalur kapal-kapal besar yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan utama

Indonesia. Akan ada kapal rutin berlayar dari Sumatera ke Papua dan kembali. Kalau jadwal

teratur maka sistem transportasi laut bisa efisien. Tujuannya :

membangun sumber-sumber dan sentral ekonomi di setiap pulau di setiap pulau di

Indonesia atau di setiap titik yang dilewati tol laut

produk andalan di suatu pulau dapat dibawa ke pulau lain, jadi kapal pulang/kembali

tidak kosong.

12. Apa yang dimaksud dengan ‘three-stage approach’ dalam delimitasi batas maritim? Jelaskan

masing-masing tahap!

a. menetapkan garis batas sementara yang biasanya merupakan garis tengah

b. menentukan efek-efek yang berpengaruh terhadap penetapan garis tengah tersebut, yang

dapat mengubahnya.

c. uji disproporsionalitas. menguji luasnya apakah berbeda secara signifikan (untuk mendeteksi

ketidakadilan), dengan memperhatikan garis pantai

Misalkan ada dua buah Negara yang berbatasan, maka pada tahap pertama adalah penarikan

median line dari menggunakan garis pangkal sesuai dengan kondisi geografis Negara masing-

masing. Setelah garis median line terbentuk, jika ada fitur maritime, misalnya pulau atau LTE,

sebuah Negara yang terletak dekat dengan garis hasil median line, diperhitungkan efeknya pada

garis median line dan kemudian dilakukan perubahan garis tersebut. Setelah perubahan faktor

yang relevan dilakukan uji disproporsionalitas untuk melihat garis final yang terbentuk sesuai

untuk masing-masing Negara.

Page 8: Jwaban UAS hukum laut

13. Jelaskan dengan bantuan skema/gambar prinsip Dasar delimitasi batas maritim menurut

Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982)!

Delimitasi batas maritime harus dilakukan ketika terjadi tumpang tindih klaim (overlapping

klaim) antara dua Negara atau lebih. Tumpang tindih klaim dapat diterjadi di wilayah laut

territorial, ZEE maupun landas kontinen. Sesuai hukum yang berlaku, masing-masing tumpang

tindih klaim tersebut diselesaikan dengan metode yang berbeda.

1. Delimitasi Laut territorial

Delimitasi laut teritorla diatur dalam pasal 15 UNCLOS. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa

dua Negara yang saling berhadapan atau berdampingan tidak diperkenankan mengklaim laut

territorial melebihi garis tengan (median line) antara kedua Negara tersebut, kecuali jika kedua

Negara tersebut membuat kesepakatan lain, atau karena adanya hak menurut pertimbangan

sejarah atau kondisi khusus lainnya yang memungkinkan tidak diterapkannya prinsip garis

tengah. Kondisi khusus yang bisa mempengaruhi pemilihan garis batas maritim selain garis

tengah antara lain adanya pulau-pulau lepas pantai, bentuk garis pantai atau klaim khusus atas

wilayah perairan berdasarkan pertimbangan sejarah.

2. Delimitais Zona Tambahan

UNCLOS 1982 dengan jelas menyatakan bahwa zona tambahan semestinya mencakup lebar

maksimum hingga 24 mil laut, tanpa menyebut aturan secara eksplisit mengenai delimitasi zona

tambahan itu. Menurut Churcill dan Lowe (1999: 136-137) ada setidaknya dua alasan untuk hal

tersebut. Mereka mengemukakan pertama adalah zona tambahan sebenarnya ada di dalam ZEE

oleh karena itu delimitasi zona tambahan adalah juga bagian dari delimitasi sebagian atau

keseluruhan ZEE. Alasan kedua adalah karena zona tambahan bukanlah merupakan wilayah

kedaulatan atau yurisdiksi eksklusif, sehingga tidak ada alasan adanya delimitasi khusus untuk

zona tambahan.

Page 9: Jwaban UAS hukum laut

3. Delimitasi Landas Kontinen

Berdasarkan UNCLOS 1982 delimitasi batas landas kontinen diatur dengan pasal 83, yang pada

dasarnya tidak memuat petunjuk rinci prinsip delimitasi. Pasal 83 (1) menyatakan delimitasi

landas kontinen antara Negara-negara dengan pantai yang berseberangan atau berdampingan

dipengaruhi oleh perjanjian-perjanjian berdasarkan hukum internasional, seperti dinyatakan

pada pasal 38 Statuta Makmamah Internasional, untuk mencapai solusi yang adil.

4. Delimitasi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

Di dalam UNCLOS delimitasi ZEE diatur oleh Pasal 74, dan hampir identik pasal 83 tentang

delimitasi landas kontinen dimana tidak satupun dari pasal 74 maupun 83 menyebutkan

petunjuk rinci tentang proses delimitasi tetapi hanya menyebutkan perlunya mencapai solusi

yang adil. Dalam praktiknya, batas ZEE yang disetujui pada umumnya sama dengan batas landas

kontinen, meskipun sebenarnya batas landas kontinen berlaku untuk dasar laut sedangkan

batas ZEE berlaku untuk kolom air. Sehingga koordinat titik-titik batas untuk ZEE dan landas

kontinen umumnya sama.

14. Sebutkan dan jelaskan setidaknya tiga permasalahan batas maritim Indonesia dengan

negara tetangga serta usulan penyelesaiannya!

1. Indonesia-Malaysia

Masalah yang terjadi :

Garis batas laut wilayah antara Indonesia dengan Malaysia adalah garis yang menghubungkan

titik-titik koordinat yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama di Kuala Lumpur, pada

17 Maret 1977. Berdasarkan UU No 4 Prp tahun 1960, Indonesia telah menentukan titik dasar

batas wilayah lautnya sejauh 12 mil. Sebagai implementasi dari UU tersebut, beberapa bagian

perairan Indonesia yang jaraknya kurang dari 12 mil laut, menjadi laut wilayah Indonesia.

Termasuk wilayah perairan yang ada di Selat Malaka. Pada Agustus 1969, Malaysia juga

mengumumkan bahwa lebar laut wilayahnya menjadi 12 mil laut, diukur dari garis dasar yang

ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan konvensi Jenewa 1958 (mengenai Laut Wilayah

danContigous Zone). Sehingga timbul persoalan, yaitu letak garis batas laut wilayah masing-

masing negara di Selat Malaka (di bagian yang sempit) atau kurang dari 24 mil laut. Adapun

batas Landas Kontinen antara Indonesia dan Malaysia ditentukan berdasarkan garis lurus yang

ditarik dari titik bersama ke titik koordinat yang disepakati bersama pada 27 Oktober 1969.

Solusi !!

Atas pertimbangan tersebut, dilaksanakan perundingan (Februari-Maret 1970) yang

menghasilkan perjanjian tentang penetapan garis Batas Laut Wilayah kedua negara di Selat

Malaka. Penentuan titik koordinat tersebut ditetapkan berdasarkan Garis Pangkal masing-

masing negara. Dengan diberlakukannya Konvensi Hukum Laut Internasional 1982, maka

penentuan titik dasar dan garis pangkal dari tiap-tiap negara perlu diratifikasi berdasarkan

aturan badan internasional yang baru. Selama ini penarikan batas Landas Kontinen Indonesia

dengan Malaysia di Perairan Selat Malaka berpedoman pada Konvensi Hukum Laut 1958. MoU

RI dengan Malaysia yang ditandatangani pada 27 Oktober 1969 yang menetapkan Pulau Jara

dan Pulau Perak sebagai acuan titik dasar dalam penarikan Garis Pangkal jelas jelas merugikan

Page 10: Jwaban UAS hukum laut

pihak Indonesia, karena median line yang diambil dalam menentukan batas landas kontinen

kedua negara tersebut cenderung mengarah ke perairan Indonesia.

2. Indonesia – Vietnam

Masalah yang sering terjadi :

Wilayah perbatasan antara Pulau Sekatung di Kepulauan Natuna dan Pulau Condore di Vietnam

yang berjarak tidak lebih dari 245 mil, memiliki kontur landas kontinen tanpa batas benua,

masih menimbulkan perbedaan pemahaman di antara ke dua negara. Pada saat ini kedua belah

pihak sedang melanjutkan perundingan guna menentukan batas landas kontinen di kawasan

tersebut.

Solusi !!

Indonesia dan Viet Nam telah menyelesaikan perjanjian batas Landas Kontinen pada tahun

2003. Batas landas kontinen antara Indonesia – Vietnam ditarik dari pulau besar ke pulau besar

(main land to main land). Dalam perjanjian tersebut Indonesia berhasil meyakinkan Vietnam

untuk menggunakan dasar Konvensi Laut UNCLOS 1982. Dengan demikian prinsip Indonesia

sebagai negara Kepulauan telah terakomodasi. Permasalahan batas maritim antara Indonesia

dan Viet Nam yang masih harus dirundingkan adalah penetapan garis batas ZEE. Pertemuan

pertama untuk membahas garis batas ZEE telah dilangsungkan pada bulan Mei 2010 di Hanoi

dan telah dilanjutkan pada pertemuan terakhir bulan Juli 2011 di Hanoi. Kedua negara kini

tengah menjajaki untuk mempelajari proposal garis batas ZEE masing-masing.

3. Indonesia – india

Masalah yang terjadi :

Perbatasan kedua negara terletak antara pulau Rondo di Aceh dan pulau Nicobar di India. Batas

maritim dengan landas kontinen yang terletak pada titik-titik koordinat tertentu di kawasan

perairan Samudera Hindia dan Laut Andaman, sudah disepakati oleh kedua negara. Namun

permasalahan di antara kedua negara masih timbul karena sering terjadi pelanggaran wilayah

oleh kedua belah pihak, terutama yang dilakukan para nelayan.

Solusi !!

Garis Batas Landas Kontinen Indonesia dan India adalah garis lurus yang ditarik dari titik

pertemuan menuju arah barat daya yang berada di Laut Andaman. Hal itu berdasarkan

persetujuan pada 14 Januari 1977 di New Delhi, tentang perjanjian garis batas Landas Kontinen

kedua negara. Namun, pada beberapa wilayah batas laut kedua negara masih belum ada

kesepakatan.

15. Jelaskan secara singkat kasus Ambalat (negara yang terlibat, lokasi, penjelasan kasus,

dampak bagi hubungan antarnegara, usulan langkah penyelesaian)!

Page 11: Jwaban UAS hukum laut

Malaysia memberikan konsesi penambangan dan pengelolaan minyak di kawasan Ambalat

kepada Royal Dutch Shell dan perusahaan lain pada bulan Februari 2005. Keputusan ini

mengindikasikan bahwa Malaysia yakin Ambalat berada di dalam teritori mereka. Sementara

itu, Indonesia sendiri yakin bahwa Ambalat adalah bagian dari Indonesia. Hal ini didukung oleh

fakta historis bahwa Ambalat dulunya adalah bagian dari Kesultanan Bulungan yang akhirnya

menjadi bagian Indonesia sejak kemerdekaan.

Untuk menyelesaikan persoalan klaim yang tumpang tindih ini, harus dilihat kembali rangkaian

proses negosiasi antara kedua negara berkaitan dengan penyelesaian perbatasan di Pulau

Kalimantan yang sesungguhnya telah dimulai sejak tahun 1974 (menurut Departeman Luar

Negeri). Diketahui secara luas bahwa Perbatasan Indonesia-Malaysia di Laut Sulawesi, di mana

Ambalat berada, memang belum terselesaikan secara tuntas. Ketidaktuntasan ini sesungguhnya

sudah berbuah kekalahan ketika Sipadan dan Ligitan dipersoalkan dan akhirnya dimenangkan

oleh Malaysia.

Jika memang belum pernah dicapai kesepakatan yang secara eksplisit berkaitan dengan

Ambalat maka perlu dirujuk kembali Konvensi Batas Negara tahun 1891 yang ditandatangani

oleh Belanda dan Inggris sebagai penguasa di daerah tersebut di masa kolinialisasi. Konvensi ini

tentu saja menjadi salah satu acuan utama dalam penentuan perbatasan antara Indonesia dan

Malaysia di Kalimantan. Perlu diteliti apakah Konvensi tersebut secara eksplisit

memuat/mengatur kepemilikan Ambalat. Hal ini sama halnya dengan penggunaan Traktat 1904

dalam penegasan perbatasan RI dengan Timor Leste.

Sayang sekali, sebagai salah satu sumber hukum yang bisa diacu, Konvensi 1891, nampaknya

tidak akan membantu banyak dalam penyelesaian kasus ini. Seperti halnya Sipadan dan Ligitan,

Konvensi ini kemungkinan besar tidak akan mengatur secara tegas kepemilikan Ambalat. Hal ini

terjadi karena Konvensi 1891 hanya menyebutkan bahwa Inggris dan Belanda sepakat

mengakui garis batas yang berlokasi di garis lintang 4° 10’ ke arah timur memotong Pulau

Sebatik tanpa lebih rinci menyebutkan kelanjutannya. Tentu saja ini meragukan karena

Ambalat, seperti juga Sipadan dan Ligitan berada di sebelah timur titik akhir garis yang

dimaksud. Jika garis tersebut, sederhananya, diperpanjang lurus ke timur, memang Ambalat,

termasuk juga Sipadan dan Ligitan akan berada di pihak Indonesia. Namun demikian, menarik

garis batas dengan cara ini, tanpa dasar hukum, tentu saja tidak bisa diterima begitu saja.

Melihat kondisi di atas, diplomasi bilateral memang nampaknya jalan yang paling mungkin.

Meskipun mengajukan kasus ini ke badan internasional seperti ICJ, adalah juga alternatif yang

baik, langkah ini tidak dikomendasikan. Mengacu pada gagasan Prescott, ada tiga hal yang

melandasi pandangan ini. Pertama, kasus-kasus semacam ini biasanya berlangsung lama (bisa

4-5 tahun). Artinya, ini akan menyita biaya yang sangat besar, sementara negosiasi antarnegara

mungkin akan lebih produktif. Hasan Wirajuda mengakui, total biaya yang dihabiskan untuk

menyelesaikan Sipadan dan Ligitan mencapai Rp 16 Milyar (Tempo, 23 Desember 2002). Kedua,

pengadilan kadang-kadang memberikan hasil yang mengejutkan. Keputusan the Gulf of Fonseca

adalah contoh yang nyata. Pertama, pengadilan memutuskan bahwa historical bays bisa dibagi

oleh dua atau lebih negara. Kedua, pengadilan mengijinkan, Honduras, yang jelas-jelas terisolasi

dalam Gulf oleh El Salvador dan Nicaragua, untuk mengklaim laut dan dasar laut di samudera

Pasifik. Ketiga, kadang-kadang argumen pengadialan dalam membuat keputusan terkesan

kabur sehingga sulit dimengerti.

Page 12: Jwaban UAS hukum laut

16. Banyak yang memahami bahwa Indonesia kehilangan Pulau Sipadan dan Ligitan. Jelaskan

secara singkat apa yang terjadi sesungguhnya (awal mula kasus, langkah penyelesaian di masa-

masa awal, keputusan kasus, sebab terjadinya salah pemahaman)!

Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967 ketika dalam

pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negara ternyata

memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya. Kedua negara

lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam keadaan status status quo akan tetapi

ternyata pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia membangun resor parawisata baru yang

dikelola pihak swasta Malaysia karena Malaysia memahami status quo sebagai tetap berada di

bawah Malaysia sampai persengketaan selesai, sedangkan pihak Indonesia mengartikan bahwa

dalam status ini berarti status kedua pulau tadi tidak boleh ditempati/diduduki sampai

persoalan atas kepemilikan dua pulau ini selesai. Sedangkan Malaysia malah membangun resort

di sana SIPADAN dan Ligitan tiba-tiba menjadi berita, awal bulan lalu. Ini, gara-gara di dua

pulau kecil yang terletak di Laut Sulawesi itu dibangun cottage. Di atas Sipadan, pulau yang

luasnya hanya 4 km2 itu, kini, siap menanti wisatawan. Pengusaha Malaysia telah menambah

jumlah penginapan menjadi hampir 20 buah. Dari jumlahnya, fasilitas pariwisata itu memang

belum bisa disebut memadai. Tapi pemerintah Indonesia, yang juga merasa memiliki pulau-

pulau itu, segera mengirim protes ke Kuala Lumpur, minta agar pembangunan di sana disetop

dahulu. Alasannya, Sipadan dan Ligitan itu masih dalam sengketa, belum diputus siapa

pemiliknya.Pada tahun 1969 pihak Malaysia secara sepihak memasukkan kedua pulau tersebut

ke dalam peta nasionalnya.

Pada tahun 1976, Traktat Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara atau TAC (Treaty of

Amity and Cooperation in Southeast Asia) dalam KTT pertamaASEAN di pulau Bali ini antara

lain menyebutkan bahwa akan membentuk Dewan Tinggi ASEAN untuk menyelesaikan

perselisihan yang terjadi di antara sesama anggota ASEAN akan tetapi pihak Malaysia menolak

beralasan karena terlibat pula sengketa dengan Singapura untuk klaim pulau Batu Puteh,

sengketa kepemilikanSabah dengan Filipina serta sengketa kepulauan Spratley di Laut Cina

Selatan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, Cina, dan Taiwan. Pihak Malaysia pada

tahun 1991 lalu menempatkan sepasukan polisi hutan (setara Brimob) melakukan pengusiran

semua warga negara Indonesia serta meminta pihak Indonesia untuk mencabut klaim atas

kedua pulau.

Sikap pihak Indonesia yang ingin membawa masalah ini melalui Dewan Tinggi ASEAN dan

selalu menolak membawa masalah ini ke ICJ kemudian melunak. Dalam kunjungannya ke Kuala

Lumpur pada tanggal 7 Oktober 1996, Presiden Soeharto akhirnya menyetujui usulan PM

Mahathir tersebut yang pernah diusulkan pula oleh Mensesneg Moerdiono dan Wakil PM Anwar

Ibrahim, dibuatkan kesepakatan "Final and Binding," pada tanggal 31 Mei 1997, kedua negara

menandatangani persetujuan tersebut. Indonesia meratifikasi pada tanggal 29 Desember 1997

dengan Keppres Nomor 49 Tahun 1997 demikian pula Malaysia meratifikasi pada 19 November

1997.

Pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan Ligitan dibawa ke ICJ,kemudian pada hari

Selasa 17 Desember 2002 ICJ mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan

Pulau Sipadan-Ligatan antara Indonesia dengan Malaysia. Hasilnya, dalam voting di lembaga itu,

Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara hanya 1 orang yang berpihak kepada

Indonesia. Dari 17 hakim itu, 15 merupakan hakim tetap dari MI, sementara satu hakim

Page 13: Jwaban UAS hukum laut

merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi dipilih oleh Indonesia. Kemenangan Malaysia, oleh

karena berdasarkan pertimbangan effectivity (tanpa memutuskan pada pertanyaan dari

perairan teritorial dan batas-batas maritim), yaitu pemerintah Inggris (penjajah Malaysia) telah

melakukan tindakan administratif secara nyata berupa penerbitan ordonansi perlindungan

satwa burung, pungutan pajak terhadap pengumpulan telur penyu sejak tahun 1930, dan

operasi mercu suar sejak 1960-an. Sementara itu, kegiatan pariwisata yang dilakukan Malaysia

tidak menjadi pertimbangan, serta penolakan berdasarkan chain of title (rangkaian kepemilikan

dari Sultan Sulu) akan tetapi gagal dalam menentukan batas di perbatasan laut antara Malaysia

dan Indonesia di selat Makassar.

17. Indonesia dan Filipina menyepakati batas maritim pada bulan Mei 2014. Jelaskan

kesepakatan itu dengan bantuan skema/gambar dan deskripsi yang memadai.

Penetapan batas maritim sangat dibutuhkan untuk memperoleh kepastian hukum yang

dapat mendukung berbagai kegiatan kelautan, seperti penegakan kedaulatan dan hukum di

laut. Indonesia dan Filipina memiliki perbatasan maritim (Zona Ekonomi Eksklusif dan

Landas Kontinen) di perairan sekitar laut Sulawesi dan Samudera Pasifik.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Batas Landas Kontinen

Indonesia (BLKI) serta Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), BLKI ditarik sama lebar dengan batas

ZEE (200 mil laut) atau sampai dengan maksimum 350 mil laut dari garis pangkal

kepulauan Indonesia. . Indonesia dan Filipina memiliki wilayah laut yang saling berhadapan

dan berdampingan, akibatnya penarikan garis batas ZEE tidak bisa mencapai 200 mil.

Apabila kedua negara yang merupakan negara kepulauan sama-sama menarik garis ZEE

200 mil mengelilingi kepulauan masing-masing, akan terjadi tumpang tindih wilayah

dibagian selatan Mindanao dan perhimpitan batas di perairan laut Sulawesi. Oleh karena

itu kedua negara perlu untuk menentukan garis batas ZEE di kedua wilayah yang saling

Page 14: Jwaban UAS hukum laut

tumpang tindih dan berhimpit tersebut. Pertemuan terakhir antara Menteri Luar Negeri

Indonesia dan Menteri Luar Negeri Filipina dalam pertemuan keenam Komisi Gabungan

Untuk Kerja Sama Bilateral (Joint Commission for Bilateral Cooperation/JBC) Indonesia-

Filipina pada 24 Februari 2014 yang lalu, salah satunya menyepakati secara tentative dan

sementara hasil penetapan batas laut ZEE yang telah disepakati pada The Second Prepatory

Meeting to the 8th JPWG-MOC.

18. Jelaskan keunikan batas maritim antara Indonesia dengan Australia di Laut Timor terkait

perbedaan garis batas landas kontinen dan ZEE!

Perjanjian batas maritim antara Negara Indonesia dan Negara Australia sebenarnya

sudah jelas dan tertuang pada ”Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan

Pemerintah Australia tentang Penetapan Batas-batas Dasar Laut Tertentu” yang dibuat di

Canberra (Australia), pada tanggal 18 Mei 1971. Persetujuan itu kemudian diratifikasi menjadi

“Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Persemakmuran Australia

tentang Penetapan Batas-batas Dasar Laut Tertentu di daerah Laut Timor dan Laut Arafura

sebagai Tambahan pada Persetujuan tertanggal 18 Mei 1971” yang dibuat di Jakarta pada

tanggal 9 Oktober 1972. Pada perjanjian tersebut, kedua negara telah melakukan perjanjian

batas dasar laut di Laut Timor. Perjanjian tersebut hanya membagi dasar laut antara kedua

negara karena pada saat itu belum ada UNCLOS 1982.

Setelah adanya UNCLOS 1982, maka dibuat lagi perjanjian batas maritim antara Negara

Indonesia dan Australia yaitu “Perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah

Australia tentang Penetapan Batas Zona Ekonomi Eksklusif dan Batas-Batas Dasar Laut Tertentu”

yang dibuat di Perth (Australia) pada tanggal 14 Maret 1997. Perjanjian itu membagi ZEE

(tubuh air) antara Indonesia dan Australia. Dimana garis pembagi tubuh air ini berbeda dengan

garis batas dasar laut yang telah dituangkan dalam perjanjian tahun 1972. Perjanjian batas

maritim antara Indonesia dan Australia dapat diilustrasikan sebagai berikut.

Page 15: Jwaban UAS hukum laut

19. Nelayan Indonesia maupun Malaysia seringkali ditangkap di Selat Malaka atau Selat

Singapura. Jelaskan apa kaitannya ini dengan batas maritim di kawasan tersebut (adakah batas

maritim? Jika ada apakah terjadi pelanggaran? Jika belum ada, mengapa terjadi penangkapan?)

perjanjian batas maritim antara Negara Indonesia dan Malaysia rawan menimbulkan konflik.

Perjanjian batas maritim antara Negara Indonesia dan Malaysia di Selat Malaka sudah

dilakukan. Batas dasar laut kedua negara ditetapkan melalui ”Persetujuan antara Pemerintah

Republik Indonesia dan Pemerintah Malaysia tentang Penetapan Garis Batas Landas Kontinen

antara Kedua Negara” yang dibuat di Kuala Lumpur, pada tanggal 27 Oktober 1969. Perjanjian

ini hanya membagi wilayah dasar laut, karena pada saat itu belum terdapat UNCLOS 1982.

Permasalahannya, semenjak berlakunya UNCLOS 1982 hingga tahun 2014 ini, belum ada

perjanjian lagi mengenai penetapan batas tubuh air antara Indonesia dan Malaysia. Kedua

negara sampai saat ini masih melakukan klaim secara sepihak mengenai batas ZEE (tubuh air)

di wilayah Selat Malaka. Hal ini kemudian menjadi permasalahan teknis di lapangan bagi para

petugas patroli Indonesia dalam menangkap nelayan ilegal, karena belum ada kepastian tentang

penetapan wilayah ZEE (tubuh air) di wilayah Selat Malaka tersebut.

20. Jelaskan tiga aspek penting yang harus diperhatikan Indonesia dalam mewujudkan

kebijakan kelautan nasional!

A). Lingkungan

Dalam kegiatan pengelolaan sumber daya haruslah memperhatikan lingkungan dimana

dilakukan kegiatan pengelolaan sumber daya tersebut. Maksudnya dalam melakukan kegiatan

pengelolaan sumber daya haruslah diperhatikan kelangsungan dan kelestarian dari

lingkungannya sehingga sumber daya yang dikelola tersebut dapat berkesinambungan atau

dapat berkelanjutan. Dengan demikian maka dalampemanfaatan serta pengelolaan sumber

daya tersebut dalam dirasakan dalam waktuyang lama.

B). Sosial

Pengelolaan sumberdaya merupakan suatu proses yang panjang dan melibatkan banyak pihak,

mulaidari perencana, pelaksana hingga masyarakat sekitar yang merasakan dampak dari

kegiatan pengelolaan tersebut. Ini semua tidak lepas dari kehidupan sosial dimana semua pihak

tidak ada yang merasa dirugikan. Oleh sebab itu, maka dalam pengelolaan sumber daya pihak

pengelola harus memperhatikan kehidupan sosial dankesejahteraan serta kelangsungan

masyarakat sekitarnya. Apabila kehidupansosial disekitarnya dapat terkendali maka proses

pengelolaan dapat berjalandengan lancar.

C). Ekonomi

Setiap kegiatan tidakterlepas dari ekonomi atau biaya, karena lancar tidaknya suatu kegiatan

banyakdipengaruhi oleh ekonomi atau biayanya. Demikian juga dengan kegiatanpengelolaan

sumber daya tidak lepas dari yang namanya ekonomi atau biaya.Tetapi ekonomi yang dimaksud

disini adalah ekonomi yang tercipta karena dampakdari kegiatan pengelolaan sumber daya

tersebut, dengan kata lain kegiatan pengelolaan ini haruslah memperhatikan atau membawa

dampak yang baik terhadapperekonomian. Dengan perekonomian yang baik maka kegiatan

pengelolaan sumber daya akan dapat berjalan dengan lancar dan dapat berkesinambungan.

Page 16: Jwaban UAS hukum laut